BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya, Samlawi dan Maftuh (2001:5). Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial” disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah social studies dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Hal ini sesuai dengan kesepakatan dari para ahli di Indonesia dalam Seminar Nasional tentang Civic Education di Tawangmanggu, Solo pada tahun 1972. Menurut Winataputra (2001), dalam Laporan Seminar tersebut ada tiga istilah yang muncul dan digunakan secara bertukar-pakai (interchangeable), yaitu pengetahuan sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial, yang diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah sosial yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalah-masalah sosial itu dapat dipahami siswa. Soemantri dalam Sapriya (2009:11) mengungkapkan bahwa Pendidikan IPS terbagi dalam dua jenis, yaitu Pendidikan IPS untuk persekolahan dan Pendidikan IPS untuk perguruan tinggi. Pendidikan IPS untuk persekolahan adalah penyederhanaan atau adaptasi dari displin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/ psikologis untuk tujuan pendidikan, sementara Pendidikan IPS untuk perguruan tinggi merupakan seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 39 mengatur bahwa Pendidikan IPS pada kurikulum sekolah (satuan pendidikan), merupakan mata pelajaran wajib. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan ditinggat SD/MI/SDLB dan ditingkat SMP/MTS/SMPLB. IPS sebagai mata pelajaran di persekolahan, pertama kali digunakan pada tahun 1972-1973, yaitu dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung Winataputra (2001). Ciri khas IPS sebagai mata pelajran pada jenjang pendidikan dasar adalah bersifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganiasian materi/ bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karaktrisik, dan kebutuhan peserta didik, Sapriya (2009: 7). Khusus untuk IPS SD, materi pelajaran dibagi atas dua bagian, yaitu materi sejarah dan materi pengetahuan sosial.Materi pengetahuan sosial meliputi lingkungan sosial, geografi, ekonomi, dan politik/pemerintah sedangkan cakupan materi sejarah meliputi sejarah lokal dan sejarah nasional, Sapriya (2009:43). Materi yang berkaitan dengan perekonomian di SD meliputi jenis pekerjaan, proses jual beli, pasar, koperasi, ekspor impor, dan berbagai macam kegiatan ekonomi yang lainya yang ada di Indonesia. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), penelitian ini mengambil materi di kelas IV yaitu kegiatan ekonomi yang berupa koperasi. Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela guna memenuhi kebutuhankebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendlikan secara demokratis, Soedjono dan Subandi dalam Harini (2014:2). Pada pasal 1 UU No. 25 tahun tahun 1992 tentang koperasi diperjelas dengan menyebut koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau bahan koperasi dengan melandaskan kegiatanya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar asas kekeluargaan. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar khususnya pada materi konsep koperasi diharapkan siswa dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar koperasi, memiliki kepekaan sehingga tanggap akan masalah-masalah sosial di sekitarnya, serta memiliki pemecahan masalah terhadap masalah-masalah sosial tersebut. Penerapan pembelajran IPS dengan materi koperasi juga tidak hanya berfungsi untuk pengembangan sosial peserta didik tetapi juga melatih peserta didik agar berpikir kritis serta memiliki kecakapan-kecakapan dasar untuk menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan koperasi. Hal-hal di atas dapat terwujud jika pembelajaran yang berlangsung merupakan pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran berkualitas yaitu pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas akademik peserta didik baik dalam ranah kognitif, afekitf maupun psikomotorik dengan tujuan pembelajaran yang disampaikan kepada siswa dapat diterima dengan baik dan diterapkan dalam kehdupanya sehari-hari. Peran seorang guru sangatlah penting untuk pembelajaran yang berkualitas agar siswa dapat memenrima informasi dengan baik, namun pada kenyataannya pembelajaran IPS di Sekolah Dasar hanya sebatas peserta didik dapat menerima pembelajran dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Belum adanya ketersesuaian dari harapan dan kenyataan di atas dapat menimbulkan permasalahan. Adapun beberapa hal yang menyebabkan permasalahan tersebut diantaranya, pemilihan pendekatan, strategi, metode, model maupun teknik yang kurang tepat sehingga menimbulkan tidak terciptanya suasana yang kondusif dalam pembelajaran. Sejalan dengan penjelasan di atas, peneliti menemukan pembelajaran yang masih kurang berkualitas terjadi pada pembelajaran IPS di SD Negeri 1 Kemasan Boyolali pada kelas IV. Setelah dilakukan pengamatan dan wawancara terhadap guru serta siswa kelas IV SD Negeri 1 Kemasan Boyolali tahun ajaran 2015/2016 yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 19 Februari 2016, peneliti menemukan kenyataan bahwa pembelajaran dari guru cenderung dilakukan dengan cara konvensional yaitu pembelajaran dengan metode ceramah secara terus menerus sehingga metode caramah sangat mendominasi tanpa adanya penggunaan metode lain maupun model yang tepat untuk membuat memahami secara mendalam pokok bahasan yang dipelajari sehingga membuat siswa hanya bisa mendengarkan dan tidak ikut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Setelah siswa mendengarkan ceramah dari guru siswa hanya mencatat dan menghafal materi yang disampaikan oleh guru. Metode ceramah dari guru juga membuat siswa merasa bosan dan menyebabkan pemahaman mereka mengenai suatu konsep menjadi rendah. Pemilihan metode dari guru yang kurang tepat di atas mengakibatkan nilai rata-rata ulangan harian khususnya pada materi koperasi pada hari Sabtu tanggal 27 Februari tahun 2016 termasuk dalam kategori rendah. Dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 di SD Negeri 1 Kemasan pada kelas IV dari 29 siswa, hanya ada 12 anak yang nilainya di atas batas KKM, atau setara dengan 41% dari jumlah siswa. Sementara 17 anak (59%) nilainya masih di bawah nilai KKM. Berdasarkaan fakta yang telah ditemukan di lapangan, hal ini menimbulkan asumsi bahwa proses pembelajaran masih kurang berhasil untuk meningkatkan pemahaman konsep mengenai koperasi. Melihat kondisi belajar dan lingkungan pada kenyataan yang telah disebutkan di atas diperlukan pembaharuan dalam pengelolaan kelas. Guru perlu melakukan inovasi terhada model maupun metode pembelajaran untuk mengatasi permasalaan tersebut. Salah satu solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan agar siswa lebih memahami konsep koperasi adalah menggunakan metode Mind Mapping. Menurut Buzan (2013: 4), Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran kita. Mind Mapping juga cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Sejalan dengan Buzan, Swadarma (2013:2) mengemukakan bahwa Mind Mapping merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Dalam metode pembelajaran Mind Mapping, siswa diberikan suatu materi kemudian mereka memetakan materi tersebut ke dalam sebuah peta konsep dengan gaya dan bahasa mereka sendiri yang sederhana dan lebih mudah dipahami. Alasan penelitian ini menggunakan Mind Mapping adalah metode ini membuat siswa lebih aktif dan kreatif karena Mind Mapping dapat memaksimalkan kinerja otak sehingga memacu kreativitas agar kegiatan memahami suatu konsep khususunya konsep koperasi menjadi pekerjaan yang sederhana dan mudah dikerjakan. Mind Mapping merupakan cara kreatif untuk mengingat suatu konsep dengan menekankan pada kinerja otak kanan. Metode Mind Mapping ini, pertama-tama guru harus menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, kemudian guru menyajikan sebuah materi setelah itu, siswa menuliskan satu kata kunci dari materi koperasi. Koperasi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam ranting-ranting peta pikiran berupa subbab-subbab dari koperasi tersebut yaitu meliputi pengertian, tujuan, macam, serta pentingnya usaha bersama koperasi. Dengan demikian siswa tahu apa yang harus mereka pahami. Pada dasarnya Mind Mapping membuat siswa mengingat dengan lebih baik, belajar lebih cepat dan efisien dengan cara melihat gambar secara keseluruhan. Pemilihan metode ini juga bertolak pada penelitian dari Jati Laksono Pamungkas dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Mind Mapping dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Persuasi pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Suruh Tasikmadu Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terjadi peningkatan terhadap keterampilan menulis persuasi dengan menerapkan metode Mind Mapping. Perkembangan persentase ketuntasan klasikal sebelum tindakan sebesar 53,48 %, kemudian meningkat pada siklus I dan siklus II masing-masing sebesar 56,52% dan 73,92%, selanjutnya lebih meningkat lagi pada siklus III sebesar 86,96%. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Koperasi Melalui Metode Mind Mapping Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kemasan 1 BoyolaliTahun Ajaran 2015/2016”. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Apakah penerapan Mind Mapping dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Kemasan Boyolali tahun ajaran 2015/2016?” C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Kemasan Boyolali tahun ajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa manfaat, diantaranya: 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai penggunaan Mind Mapping pada pemahaman konsep koperasi. b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis yang lebih kompleks. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Mind Mapping dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi. 2) Mind Mapping dapat mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran terutama dalam pemahaman konsep koperasi. b. Bagi Guru 1) Mind Mapping dapat memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya pada materi koperasi. 2) Mind Mapping dapat memberiksan informasi pada guru dalam menerapkan metode pembelajaran inovatif sebagai salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar. 3) Hasil penelitian dapat meningkatkan keterampilan guru dalam membuat Mind Mapping. c. Bagi Sekolah 1) Hasil penelitian dapat membantu terwujudnya pembelajaran yang efektif di sekolah. 2) Hasil penelitian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sekolah dengan menggunakan metode pembelajaran yang inovatif.