PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL DALAM RANGKA PENINGKATAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA SMK PGRI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Septian Ferrix Hanggara Ardyan Putra, Danar Susilo Wijayanto, Basori Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, FKIP, UNS. Kampus UNS Pabelan Jl. Ahmad Yani Nomor 200, Surakarta, Telp/Fax 0271 716266. e-mail: [email protected] ABSTRACT The objective of this research is to improve the learning completeness of the students in Grade XI O1 of PGRI Vocational High School 1 Surakarta through the application of the demonstration method in the competency standard of Conventional Ignition System Improvement. This research used the classroom action research with two cycles. Each cycle consisted of four phases, namely: planning, implementation, observation, and reflection. The subjects of research were the students as many as 24 in Grade XI O1of the aforementioned school in Academic Year 2014/2015. The data of research were collected through observation sheet, documentation, and test. The data of research were analyzed by using the descriptive comparative model of analysis. The application of the demonstration method can improve the learning completeness on the competency standard of Conventional Ignition System Improvement of the students in Grade XI O1 of PGRI Vocational High School 1 of Surakarta in Academic Year 2014/2015. This result can be seen in the results of observations in the pre-cycle, Cycle I, and Cycle II. In the testing of learning result variable, the researcher used the content validity. The test was made by comparing between the contents of the instrument and the learning materials instructed. The content validity of the test was tested by using the expert judgment, and the test item application was tested by using Iteman 3.0. The result of the test was 20 valid items and 5 essays. In the pre-cycle, the percentage of the students who completed the learning is 62.5%, which is still far below the minimum learning completeness criterion of 80%. The percentages of the cognitive aspect learning completeness are 75% in Cycle I and 87.5% in Cycle II respectively of the minimum learning completeness criterion of 75, and the class completeness successfulness indicator is 80%. In the learning completeness of the affective aspect, there are several indicators, namely: (1) interest, (2) attitude, and (3) respect. The percentages of the affective aspect learning completeness are 76.03% in Cycle I and 88.87% in Cycle II respectively. The psychomotor learning completeness was measured with the practicum activities through work on job sheet aided with engine stand media of conventional ignition system. The result of practicum shows that the percentages of the learning completeness are 79.16% and 91.6% in Cycle II respectively. These results have fulfilled the benchmark of the students’ learning completeness, namely: 80%. Keywords: Demonstration method, ignition system, learning result, learning completeness A. PENDAHULUAN dan Pendidikan adalah usaha sadar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, terencana pengendalian untuk mewujudkan diri, suasana belajar dan proses pembelajaran kecerdasan, agar keterampilan yang diperlukan dirinya, peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk akhlak kepribadian, mulia, masyarakat, bangsa dan negara. 1 serta Untuk daya sumber konvensional. Hal ini tidaklah mudah, manusia yang siap menghadapi fakta yang terjadi adalah guru dianggap berbagai meningkatkan perubahan dimasyarakat, yang baik. peranan yang diperlukan Pendidikan penting mewujudkan terjadi sebagai sumber belajar yang paling pendidikan benar, sehingga proses pembelajaran memegang yang terjadi memposisikan siswa sebagai dalam upaya pendengar kualitas sumber daya proses ceramah belajar guru. Akibatnya mengajar cenderung manusia. Dalam memperoleh pendidikan membosankan dan menjadikan siswanya pada umumnya masyarakat mengetahui malas belajar sehingga prestasi belajar bahwa sekolah sebagai tempat yang siswa semakin menurun. Sikap siswa efektif untuk yang pasif tersebut ternyata tidak hanya mengembangkan potensi yang terdapat pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada dirinya. Pendidikan yang diperoleh pada hampir semua mata pelajaran dari sekolah diharapkan dapat mencetak termasuk manusia-manusia (PMO). dan juga sekaligus yang kelak akan membawa bangsa ini menjadi lebih baik. Pada dasarnya mesin otomotif Upaya untuk mencapai kualitas belajar pendidikan kejuruan yang sesuai dengan mengajar merupakan proses komunikasi tuntutan dunia kerja tersebut, perlu antara didasari guru dengan proses perbaikan siswa. Proses model pembelajaran yang pembelajaran dapat dikatakan berhasil dirancang dan dikembangkan dengan apabila siswa mencapai kompetensi yang prinsip kesesuaian dengan kebutuhan diharapkan, karena hal itu merupakan stakeholders. cerminan dari kemampuan siswa dalam pendidikan menguasai suatu materi. Hal ini tidak memiliki karakter yang mengarah kepada terlepas dari kemampuan guru dalam pembentukan kecakapan peserta didik memilih dan menggunakan metode dan berkaitan media yang tepat dan efektif. pekerjaan tertentu. Hal ini sesuai dengan Seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk tujuan mengetahui Model kejuruan dengan secara spesifik pelaksanaan instruksional menengah pembelajaran kejuruan tugas pendidikan yaitu siswa bagaimana dan apa yang dipikirkan diharapkan menjadi tenaga profesional siswanya yang tentang sistem pengapian memiliki keterampilan yang konvensional sehingga dapat menentukan memadai, produktif, kreatif dan mampu sebuah model pembelajaran yang tepat berwirausaha. agar lebih persiapan mental yang kuat pula untuk memahami tentang sistem pengapian mencapai harapan. Seperti membiasakan siswanya dapat terlibat 2 Banyak tindakan dan komunikasi efektif yang dapat menuntun berdasarkan fakta atau data yang benar. siswa untuk memiliki kemampuan atau Metode demonstrasi merupakan metode upaya penyajian dalam mengemukakan pelajaran dengan pendapat/gagasan bervariasi saat proses memperagakan dan mempertunjukkan pembelajaran. Oleh karena itu, siswa kepada peserta diklat tentang suatu SMK perlu dibekali dengan kemampuan proses, situasi atau benda tertentu, baik komunikasi verbal dan kreativitas belajar sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. yang memadai untuk memenuhi kriteria Penelitian tersebut. dilaksanakan dan mengarah pada tujuan yang sebenarnya, Salah satu kemungkinan maka rumusan masalahnya, penyebab permasalahan tersebut adalah penerapan pembelajaran demonstrasi pada standar kompetensi yang masih belum metode apakah seluruhnya berpusat pada siswa. Hal ini memperbaiki terbukti konvensional dengan digunakan masih pengapian dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata diklat konvensional pada hampir semua mata Perbaikan Mesin Otomotif di SMK PGRI diklat termasuk mata diklat Perbaikan 1 Surakarta? Otomotif ceramah sistem atau Mesin model seringnya pembelajaran (PMO). Penerapan B. METODE PENELITIAN sistem pembelajaran konvensional secara terus-menerus variasi tersebut yang dilaksanakan di SMK PGRI 1 kendala dalam Surakarta mengambil subjek penelitian pembentukan pengetahuan secara aktif yaitu siswa kelas XI O1. Kelas XI O1 khususnya dalam mata diklat Perbaikan memiliki jumlah siswa sebanyak 24 Mesin Otomotif (PMO). Guru mengajar siswa. Data yang dikumpulkan dalam dengan pola konvensional didapatkan penelitian tindakan kelas ini adalah data hasil belajar yang kurang maksimal. ketuntasan belajar. Berdasarkan observasi dan pengamatan penelitian tindakan penulis selama proses belajar mengajar, observasi dan kajian dokumen. Peristiwa banyak peserta didik yang merasa jenuh yang terdiri dari proses belajar mengajar dengan pola yang diterapkan. dan pengamatan dapat tanpa Dalam penelitian tindakan kelas menjadi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat observasi. kelas data berupa yang menggunakan Dokumen yang sebab digunakan antara lain nama siswa, hasil membantu peserta diklat untuk mencari tes, daftar nilai pra penelitian, rencana jawaban pelaksanaan dengan efektif, lembar Sumber usaha sendiri 3 pembelajaran, silabus dan foto kegiatan. Data Teknik analisis ketuntasan belajar diperoleh dari hasil digunakan observasi dan hasil tes siklus. deskriptif komparatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu lembar adalah data teknik yang analisis Indikator kerja digunakan untuk observasi, menunjukkan peningkatan ketuntasan dokumentasi dan tes. Validitas data yang belajar siswa kelas XI O1 SMK PGRI 1 digunakan dalam penelitian ini adalah Surakarta. teknik validitas isi (content validity). pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini Untuk variabel ketuntasan belajar yang adalah pertama peningkatan hasil belajar berupa butir soal yang digunakan adalah siswa dari kondisi awal ke siklus I dan teknik menggunakan dari siklus I ke siklus II. Kedua program iteman versi 3 dan teknik expert peningkatan kreativitas belajar siswa dari judgement, dimana setiap instrument kondisi awal ke siklus I dan dari siklus I dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ke siklus II. Presentase siswa yang ahli yakni guru kolaborasi dari Teknik ditargetkan mengalami peningkatan hasil Otomotif SMK Negeri 5 Surakarta dan belajar sebesar 80% dari jumlah siswa dosen pembimbing. secara keseluruhan. validitas isi, Indikator keberhasilan Perencanaan tindakan dilakukan Pelaksanaan observasi dilakukan sebagai persiapan pelaksanaan tindakan. pada saat pembelajaran berlangsung. Antara lain yaitu menyusun scenario Observasi pembelajaran dengan guru kolaborasi, belajar dengan mengadakan penilaian menentukan pada pokok bahasan sesuai pada lembar variabel observasi ketuntasan afektif saat dengan program tahunan dan semester, pelajaran berlangsung, psikomotorik saat menyusun RPP, menyiapkan materi dan melaksanakan media, membuat lembar obervasi, dan berupa tes. Observasi pembelajaran di menyusun tes. kelas dilakukan oleh satu pengamat. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan demonstrasi menggunakan sesuai dan kognitif Pelaksanaan refleksi dilakukan metode setelah pengamatan. Data hasil tahapan- pengamatan didiskusikan dengan guru tahapan yang ditentukan, mulai dari kolaborasi dan dianalisis bersama-sama mempertunjukkan alat peraga kepada dengan tujuan menemukan kelemahan- siswa, mendemonstrasikan engine stand, kelemahan pemberian tugas kelompok dan praktik Sehingga pada proses selanjutnya dapat sesuai dilakukan perbaikan-perbaikan. jobsheet dengan praktik memperbaiki sistem pengapian konvensional. 4 proses pembelajaran. C. HASIL PENELITIAN perubahan dalam proses siklus II. Dengan DAN melakukan perubahan dalam siklus II PEMBAHASAN Metode pembelajaran demonstrasi mampu memperbaiki kelemahan- merupakan metode penyajian pelajaran kelemahan yang ada pada siklus I. Hasil dengan dari memperagakan dan perubahan pada siklus II mempertunjukkan kepada siswa tentang menunjukkan hasil tes siklus II semakin suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik baik sebenarnya atau hanya sekedar mendapat nilai sesuai dengan kriteria tiruan. Berdasarkan hasil tindakan pada ketuntasan meningkat dan hasil dari siklus I dan siklus II dapat dinyatakan lembar observasi siswa juga semakin terjadi peningkatan ketuntasan belajar meningkat. Tujuan penelitian berupa melalui penerapan metode pembelajaran peningkatan ketuntasan belajar siswa demonstrasi. dalam Pelaksanaan penelitian tindakan sehingga ranah jumlah kognitif, siswa afektif yang dan psikomotorik. kelas ini harus selalu memperhatikan Diamati pada kenaikan jumlah suasana kelas dan suasana siswa agar siswa yang tuntas belajar pada setiap tujuan dari penelitian dapat tercapai. Pada siklusnya, penelitian masih mengalami kenaikan tiap siklus dari terdapat beberapa kelemahan guru dan kondisi awal atau pra siklus, siklus I dan siswa yang menyebabkan hasil belajar siklus II. Berikut Tabel 1. perbandingan belum memenuhi target. Melihat hasil hasil dari aspek kognitif siswa saat dari mengerjakan tes evaluasi pembelajaran: tindakan refleksi siklus siklus I I diperlukan ketuntasan 1. Ketuntasan belajar aspek kognitif siswa kelas XI O1 Tabel 1. Ketuntasan Belajar Kognitif Siswa Antar Siklus Siswa Kelas XI O1 No Keterangan Kondisi Awal Sesudah Tindakan Siklus I Siklus II 1 Nilai Tertinggi 85 98 96 2 Nilai Terendah 65 58 70 3 Rata-rata 74,20 76,91 82,16 4 Ketuntasan 62,50 75,00 87,50 5 belajar siswa 2. karena itu, dilaksanakan tindakan siklus II untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Hasilnya keefektifan siswa meningkat pada siklus II pertemuan pertama 86,8% dan kedua 90,94% untuk persentase rata-rata siklus II yaitu 88,87%. Persentase rata-rata aspek afektif dari siklus I dan siklus II sebesar 82,45% hal ini menunjukkan ketercapaian indikator pada tiap-tiap siklus yang memenuhi target 80%. Peningkatan ketuntasan belajar afektif dari siklus I dan siklus II dapat dilihat melalui Gambar 1. berikut ini : Ketuntasan belajar aspek afektif siswa kelas XI O1 Perbandingan ketuntasan belajar afektif siswa mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II. Hal ini menunjukkan keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran setiap pertemuan. Dari siklus I pertemuan pertama mendapatkan persentase 74,99% dan pertemuan kedua 77,07% untuk rata-rata siklus I yaitu 76,03%. Hasil ini belum menunjukkan target yang ditentukan yaitu 80%. Oleh Gambar 1. Histogram Ketuntasan Belajar Afektif Siswa 3. Ketuntasan belajar aspek psikomotorik siklus siswa kelas XI O1 meningkat pada siklus II yaitu 91,6%. Hasil Hasilnya keefektifan siswa menunjukkan Persentase ketuntasan aspek psikomotorik bahwa telah terjadi peningkatan ketuntasan dari siklus I dan siklus II sebesar 85,38% belajar siswa pada tiap siklus, dari siklus I hal ini menunjukkan ketercapaian indikator mendapatkan persentase rata-rata yaitu pada tiap-tiap siklus yang memenuhi target 79,16%. Hasil ini belum menunjukkan 80% target yang ditentukan yaitu 80%. Oleh psikomotorik dari siklus I dan siklus II karena itu, dilaksanakan tindakan siklus II dapat dilihat melalui Gambar 2. berikut ini: untuk observasi I. memperbaiki kekurangan pada 6 Peningkatan ketuntasan belajar Gambar 2. Histogram Ketuntasan Belajar Psikomotorik Siswa Pelaksanaan tindakan berlangsung Sularyo (2007:8) bahwa, “Kriteria sebanyak dua siklus, yaitu siklus I dengan ketuntasan minimal (KKM) menunjukkan jumlah pertemuan 3 kali sedangkan siklus persentase tingkat pencapaian kompetensi II dilakukan sebanyak 3 kali. Dengan sehingga perbedaan perlakuan, yaitu siklus I maksimum 100 (seratus).” Angka pelaksanaan hanya didalam kelas dengan maksimum 100 merupakan kriteria mendemostrasikan, sedangkan siklus II ketuntasan ideal. pelaksanaan pembelajaran langsung di secara nasional diharapkan mencapai dalam bengkel praktik dengan bantuan minimal 75. Satuan pendidikan dapat alat peraga atau engine stand sistem memulai dari kriteria ketuntasan minimal pengapian konvensional. di bawah target nasional kemudian Hasil pengamatan menunjukkan dinyatakan dengan Target angka ketuntasan ditingkatkan secara bertahap. bahwa penggunaan metode demonstrasi D. SIMPULAN untuk meningkatkan ketuntasan belajar Berdasarkan hasil penelitian ternyata berdampak positif bagi siswa. Ini tindakan kelas yang dilakukan dalam dua sesuai metode siklus dapat disimpulkan sebagai berikut: demonstrasi yang telah dikemukakan 1. Dengan metode demonstrasi dapat dengan kelebihan oleh Wina Sanjaya. Ketuntasan belajar meningkatkan siswa yang diperoleh dari nilai tes tertulis siswa kelas XI O1 dari aspek kognitif, mengalami peningkatan dari kondisi afektif awal, siklus I dan siklus II. pelajaran sistem pengapian konvensional di PGRI Dari kondisi awal 62,5% pada dan ketuntasan belajar psikomotorik SMK pada 1 siklus I ketuntasan naik menjadi 76,91% Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 dan pada siklus II ketuntasan naik 2. Ketuntasan belajar siswa kelas XI O1 menjadi 87,5%. Hal ini dijelaskan oleh SMK 7 PGRI 1 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 pada standar bengkel dengan nilai rata-rata siswa kompetensi sistem pengapian 82,16 dan rata-rata ketuntasan kelas konvensional dapat ditingkatkan melalui penerapan dengan presentase 87,5%. metode E. SARAN demonstrasi dengan bantuan engine Berdasarkan penelitian yang telah stand. Guru berperan aktif sebagai dilaksanakan, fasilitator dengan menjalankan praktek saran sebagai berikut: menggunakan engine stand dan materi 1. Bagi Guru secara demonstrasi peneliti menyampaikan untuk a. Hendaknya guru dapat menyajikan memudahkan siswa dalam mengikuti materi Perbaikan Mesin Otomotif pembelajaran. (PMO) pada standar kompetensi 3. Pemanfaatan demonstrasi metode pembelajaran sistem pengapian dapat meningkatkan multimetode dan dengan multimedia, ketuntasan belajar sistem pengapian sehingga siswa merasa senang dan konvensional bersemangat pada kelas XI O1 Program Keahlian Teknik Otomotif SMK PGRI 1 Surakarta pelajaran 2014/2015. empirik menunjukkan metode b. Hendaknya guru melanjutkan data Penelitian Tindakan Kelas (PTK) penggunaan dengan mendiagnosis permasalahan dapat lain yang dirasakan guru selama demonstrasi meningkatkan mengikuti pelajaran. tahun Dari dalam ketuntasan belajar proses siswa. Pada kondisi awal sebelum pembelajaran untuk meningkatkan profesionalitasnya. tindakan dengan nilai rata-rata siswa 74,2 sementara sebesar 75,00 nilai dari dengan KKM 2. Bagi Siswa persentase Hendaknya siswa dapat kelulusan kelas sebesar 62,5% belum memberikan respon yang baik terhadap memenuhi standar yang ditargetkan guru oleh ketuntasan kelas yaitu sekitar pelajaran 80%. Pada siklus I memperoleh nilai sehingga siswa dapat menguasai dan rata-rata yang naik secara signifikan memahami materi yang disampaikan oleh sebesar 76,92 dan ketuntasan kelas guru. mencapai 3. Bagi Penelitian selanjutnya 75%. mengalami diterapkannya Pada siklus peningkatan metode II setelah pada saat PMO menyajikan (sistem materi pengapian) Hendaknya peneliti lain yang demonstrasi ingin dengan pembelajaran langsung di melakukan penelitian sejenis sedapat mungkin menganalisis kembali 8 terlebih dahulu perangkat pembelajaran yang telah penggunaannya, dibuat disesuaikan terutama dalam Sudjana, Nana. hal Belajar alokasi waktu, fasilitas pendukung dan 2009. Dasar-Dasar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo. karakteristik siswa yang ada pada sekolah tempat penelitian tersebut. Sudjana, Nana. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung F. DAFTAR PUSTAKA Azhar, Arsyad. Penilaian Hasil 2009. Pembelajaran. : Remaja Rosdakarya. Media Jakarta: Raja Sularyo. 2007. Evaluasi Pembelajaran. Grafindo Persada. Bandung: Rosdakarya. Daryanto. 2011. Motor. Sistem Bandung: Kelistrikan PT. Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Sarana Jakarta Tutorial Nurani Sejahtera. :PT. Raja Grafindo Persada. __________. 2011. Teknik Mekatronika. __________. 2006. Psikologi Belajar. Bandung: PT. Sarana Tutorial Jakarta: Nurani Sejahtera. PT. Raja Grafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2009. Berorientasi Toyota Astra Motor. 2003. Training Proses Pendidikan. Manual New Step 1. Jakarta: PT Pembelajaran Standar Strategi Toyota Astra Motor. Jakarta: Kencana. 9