BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran sesaat, gempa sendiri terjadi akibat pergeseran secara tiba-tiba pada kerak bumi. Pergeseran ini terjadi karena adanya suatu sumber kekuatan, penyebab utama terjadinya gempa bumi adalah akibat adanya energi di dalam interior bumi yang menekan kerak bumi yang bersifat rapuh, sehingga tidak lagi kuat menahan gerakan dari dalam bumi tersebut sehingga terjadi batuan terpatahkan secara tiba-tiba dan menghasilkan gempa bumi. Gempa bumi mempunyai sifat berulang, datang dalam periode waktu tertentu (earthquake cycle). Dalam satu Earthquake cycle terdapat beberapa fase terjadinya gempa bumi, yaitu fase interseismic, pre-seismic, co-seismic, dan post-seismic. Fase interseismic merupakan fase awal dari satu earthquake cycle, pada fase ini, energi mulai terakumulasi di bagian lempeng yang dikemudian hari akan menjadi tempat terjadinya gempa bumi (batas antar lempeng dan patahan). fase pre-seismic terjadi sesaat sebelum terjadinya gempa bumi sedangkan ketika terjadinya gempa utama dinamakan fase coseismic. Sementara itu fase post-seismic adalah fase ketika sisa-sisa energi gempa terlepaskan secara aseismic dan kondisi kembali pada tahap kesetimbangan awal, dan ini merupakan permulaan dari earthquake cycle yang baru. Ilustrasi fase-fase dari gempa dapat dilihat pada gambar I.1 Gambar I.1. Grafik One Earthquake cycle fase interseismic – postseismic[Andreas, 2005] 1 Pada tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa bumi di Samudra Hindia, lepas pantai barat Nanggro Aceh Darussalam. Gempa terjadi pada waktu 6:58:50 WIB dengan pusat gempa terletak pada koordinat 3,298° LU dan 95,779° BT, dengan kedalaman 10 kilometer, berkekuatan 9.0 Mw dan merupakan salah satu gempa bumi terdahsyat yang dialami manusia modern. Gempa bumi ini mengakibatkan tsunami yang menelan banyak korban jiwa. Gempa dahsyat yang diiringi oleh tsunami di Aceh ini kemungkinan akan menghasilkan nilai co-seismic deformation yang cukup besar. Wilayah Aceh dan sekitarnya diprediksikan telah bergeser sekitar 2 meter bahkan lebih. Dengan deformasi sebesar ini, maka akan berdampak terhadap masalah geometrik data spasial di wilayah Aceh. Ilustrasi pergeseran batas akibat deformasi co-seismic dapat dilihat pada gambar I.2 Republik Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan ikut serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sudah tentu wilayahnya berdampingan dengan wilayah negaranegara tetangga, salah satunya adalah di wilayah ujung utara Pulau Sumatra yang terkena gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang lalu, terdapat batas antara negara kita dengan negara-negara tetangga. Selain itu ada juga batas antar daerah ditingkat Provinsi (antara NAD dengan provinsi Sumatra Utara) dan batas-batas ditingkat kota dan kabupaten. Perbatasan daerah atau negara seringkali didefinisikan sebagai garis imajiner di atas permukaan bumi yang memisahkan wilayah satu daerah atau negara dengan wilayah daerah atau negara lainnya. Sejauh perbatasan itu diakui secara tegas dengan traktat (perjanjian) atau diakui secara umum, maka perbatasan merupakan bagian dari suatu hak daerah atau negara terhadap wilayah. Masalah geometrik, termasuk didalamnya ketelitian posisi titik batas, akan memiliki peranan yang cukup penting karena memiliki aspek hukum dan aspek teknis yang harus dipenuhi. Di darat, ketelitian posisi titik batas yang harus dipenuhi mencapai orde submeter. Untuk batas di laut, dimungkinkan juga akan menyaratkan ketelitian yang tidak jauh berbeda dengan ketentuan di darat. 2 Adanya gempa dahsyat yang diiringi oleh gelombang tsunami di Aceh yang telah menyebabkan terjadinya deformasi yang cukup besar, mencapai 2 meter, akan mempengaruhi posisi batas- batas antar daerah maupun batas negara di atas. Garis biru Garis merah = batas sebelum deformasi = batas setelah deformasi Gambar I.2. ilustrasi pergeseran batas negara akibat dari co-seismic deformasi di sekitar selat Malaka dan Laut Andaman, dengar besar pergeseran dalam orde meter, Grafik tanpa skala 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan Maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui besar pengaruh deformasi co-seismic yang terjadi pada batas daerah, akibat dari gempa Aceh. Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah: • Model deformasi co-seismic dengan memanfaatkan data GPS, mengadopsi dari hasil research SEAMERGES • Menganalisa pengaruh deformasi co-seismic pada batas, yaitu pada batas daerah antara provisi Aceh dan Sumatera Utara, serta batas Kabupaten Aceh Barat, Aceh Besar dan Pidie (batas ini sebelum kabupaten Aceh Barat dimekarkan). Selain itu di lihat pula pengaruh deformasi co-seismic pada titik-titik pangkal kepulauan Indonesia, yang membatasi Indonesia dan Malaysia, titik trijunction antara Indonesia, Thailand dan India. • Memberikan kontribusi dalam kaitannya dengan masalah geometrik batas setelah terjadinya deformasi co-seismic. 3 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup pekerjaan dalam tugas akhir ini adalah : • Studi deformasi co-seismic akibat gempa Aceh • Pemodelan dengan menggunakan pendekatan co-seismic modeling. • Melihat efek deformasi terhadap batas daerah dan negara. Contoh batas daerah yang dapat terpengaruh karena deformasi co-seismic gempa Aceh, dapat dilihat pada gambar I.3 dan batas negara pada gambar I.4 • Titik-titik batas yang dicari besarnya pergeseran karena deformasi co-seismic gempa Aceh adalah perbatasan pada batas daerah antara provisi Aceh dan Sumatera Utara, serta batas Kabupaten Aceh Barat, Aceh Besar dan Pidie (batas ini sebelum kabupaten Aceh Barat dimekarkan). Titik-titik batas kabupaten dan Provinsi ini didapatkan dari interpolasi titik batas pada garis batas di peta. Selain itu di lihat pula pengaruh deformasi co-seismic pada titik-titik pangkal kepulauan Indonesia, yang membatasi Indonesia dan Malaysia, titik trijunction antara Indonesia, Thailand dan India. Dimana titik-titik batas ini didapat dari perjanjian-perjanjian Indonesia dengan negara-negara terkait. Gambar I.3. contoh batas-batas daerah yang akan bergeser akibat deformasi co-seismic gempa Aceh 4 Gambar I.4. contoh ilustrasi (perkiraan) batas teritorial, batas kontinen Indonesia-Malaysia serta titik trijunction antara Indonesia, Thailand dan India yang akan bergeser akibat deformasi co-seismic gempa Aceh Garis merah adalah batas kontinen Indonesia dan Malaysia (perkiraan) Garis kuning adalah batas laut territorial (perkiraan) 1.4 Kemanfaatan Manfaat dari penulisan tugas akhir ini antara lain : • Memberikan informasi mengenai pola deformasi co-seismic yang terjadi pada saat gempa Aceh 2004. • Memberikan informasi mengenai besar deformasi akibat co-seismic yang terjadi di sekitar batas sehingga pergeseran titik-titik batas dapat diketahui. • Memberikan kontribusi dalam kaitannya dengan masalah geometrik batas setelah terjadinya deformasi co-seismic. 1.5 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penulisan tugas akhir ini adalah : • Studi literatur meliputi kajian yang berkaitan dengan deformasi co-seismic dari buku, penelitian yang pernah dilakukan, maupun dari situs internet. • Studi literatur meliputi kajian yang berkaitan dengan geometri batas dari buku, penelitian yang pernah dilakukan, maupun dari situs internet. • Pengumpulan data berupa data yang sudah ada dari data GPS di wilayah studi 5 kasus penelitian yaitu disekitar segmen Aceh. • Pemodelan deformasi dengan menggunakan pendekatan co-seismic modeling. Dengan mengadopsi dari hasil research SEAMERGES • Analisis pola deformasi co-seismic di sekitar batas. • Kesimpulan dan saran. Diagram alur dari metodologi penelitian ini dapat di lihat pada gambar I.5 BATAS WILAYAH GEMPA ASPEK HUKUM DEFORMASI CO-SEISMIC ASPEK TEKNIS MODEL CO-SEISMIC GEOMETRI PERUBAHAN POSISI ? ANALISIS KESIMPULAN DAN SARAN Gambar I.5. Metodologi penelitian Tugas Akhir 6 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi 6 bab yang secara rinci diuraikan menjadi: BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup masalah, metodologi penelitan, kemanfaatan dan sistematika penulisan. BAB II GEMPA ACEH DAN DAMPAKNYA TERHADAP BATAS Pada Bab ini akan dibahas mengenai teori penunjang mengenai pengertian gempa bumi serta penyebab terjadinya gempa bumi, teori-teori yang mendasari munculnya pemikiran tentang fenomena tersebut, tahapan mekanisme terjadinya gempa bumi, teori siklus gempa (earthquake cycle) yaitu fase interseismic, co-seismic, dan post-seismic, serta implikasi gempa terhadap status geometri data spasial. BAB III BATAS DAERAH DAN NEGARA Dalam bab ini akan dibahas mengenai penetapan dan penegasan batas, baik itu di darat maupun di laut. Kemudian dibahas pula mengenai masalah geometrik batas, baik itu aspek hukum maupun aspek tekhnisnya. BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMODELAN DEFORMASI CO-SEISMIC Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai pengukuran GPS di sekitar segmen Aceh dan proses pemodelan deformasi dengan menggunakan model deformasi co-seismic modeling untuk memperoleh pergeseran pada titik batas, dengan titik “sekutu” pada stasiun-stasiun GPS. Proses ini akan mendapatkan vektor pergeseran yaitu besar dan arah pergeseran pada titik batas wilayah. 7 BAB V ANALISIS IMPLIKASI DEFORMASI CO-SEISMIC TERHADAP BATAS DAERAH DAN NEGARA Dalam Bab ini akan dibahas mengenai analisis dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. BAB VI PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan hasil – hasil yang telah didapat dari bab sebelumnya, selanjutnya memberikan saran – saran jika terdapat hal yang perlu diperbaiki kemudian hari. 8