fenomena mengunggah foto makanan pada pengguna media sosial

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
FENOMENA MENGUNGGAH FOTO MAKANAN PADA
PENGGUNA MEDIA SOSIAL
MAKALAH NON SEMINAR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
KEN BESTARI
1006710994
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
KEKHUSUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT
DEPOK
JANUARI 2014
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
Fenomena Mengunggah Foto Makanan Pada Pengguna Media Sosial
Ken Bestari
Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Fokus dari penulisan karya tulis ini adalah untuk melihat motif seseorang dalam kegiatan mengunggah
foto makanan sebagai lifestyle dan kemudian pengaruh media sosial dalam penyebarannya. Penelitian
ini menggunakan metode pengumpulan data studi literatur dengan mengumpulkan dan menganalisa
sejumlah jurnal serta buku yang berhubungan dengan fenomena mengunggah foto makanan pada
media sosial. Persepsi individu mengenai suatu makanan mengalami perubahan dari hanya sebagai
pemenuhan kebutuhan utama, sekarang sebagai salah satu bentuk pesan non verbal. Hal tersebut
didukung oleh faktor personal dan situasional yang memotifasi individu dalam kegiatan mengunggah
foto makanan pada media sosial.
Sharing Food Pictures on Social Media Phenomenon
Abstract
The focus of the writing of this paper is to look at the motives of a person in the activities uploading
photos of food as a lifestyle and then the influence of social media in spreading. This study uses data
collection study of literature by collecting and analyzing a number of journals and books related to the
phenomenon uploading pictures of food on social media. Individual perceptions about a food has
change from only as the fulfillment of primary needs, now as a form of non-verbal messages. This is
supported by personal and situational factors that motivate individuals to upload photos of food
activities on social media.
Keywords: Food Pictures, Social Media, Eating Culture, Non Verbal Communication
Pendahuluan
Makan adalah kebutuhan utama bagi setiap manusia. Kegiatan makan dinilai sebagai
salah satu cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Makanan dibutuhkan
untuk memastikan tubuh sehat dan bertenaga untuk menjalani aktivitas kehidupan.
Jenis-jenis makanan berkembang dari jaman ke jaman. Pada awalnya manusia hanya
makan makanan yang mentah, kemudian berkembang makanan yang dibakar, direbus,
diberi bumbu, hingga sekarang semakin bervariasi jenisnya.
Mulai dari cara
memasaknya, cara penyajiannya, cara memakannya, proses pengawetan makanan,
serta komponen-komponen apa saja yang ada di dalam suatu makanan tersebut.
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
1
Makanan atau kegiatan makan dapat dilihat sebagai salah satu alat komunikasi. Hal
tersebut dapat dilihat dari fungsi kegiatan makan sebagai tempat atau waktu untuk
berkomunikasi, contohnya berkumpul di suatu restauran selain untuk makan juga
untuk berdiskusi dengan kerabat. Selain itu makanan sebagai objek juga dapat dilihat
sebagai simbol dan alat komunikasi non verbal, contohnya coklat yang sering
dikorelasikan dengan hari valentine atau ketupat dengan lebaran.
Perkembangan kemajuan zaman menghasilkan perubahan dalam budaya makan pada
masyarakat di seluruh dunia. Makanan turut mengalami proses adaptasi yang bukan
dianggap tradisional. Hal ini disebabkan karena adanya perpindahan masyarakat,
budaya teknologi, dan sebagainya. Selain itu makanan setiap daerah memiliki ciri
khas nya masing-masing. Biasanya dari cita rasanya serta bahan dasar yang
digunakan. Begitu banyak jenis makanan dari seluruh dunia yang unik. Sehingga
makanan pun menjadi sebuah budaya pada masing-masing daerah atau suatu
kebudayaan. Perkembangan makanan itu sendiri yang sekarang sudah bertambah
menjadi suatu budaya dan lifestyle. Variasi makanan membuat orang di belahan dunia
berbeda akan makan sesuatu yang berbeda pula dan membentuk karakter makanan
serta cara makan yang berbeda. Dari situlah lahirnya makanan dan kegiatan makan
sebagai budaya dan lifestyle. 1
Seiring berjalanannya waktu, teknologi, terutama teknologi komunikasi, juga menjadi
sesuatu yang sarat akan perkembangan. Perkembangan teknologi ini membawa
manusia ke level yang lebih luas dan mudah dalam melakukan komunikasi. 2 Jika
dahulu manusia sangat terbatas dalam melakukan komunikasi sehingga akan
cenderung berada dalam lingkup yang kecil, perkembangan teknologi komunikasi
memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan manusia lain di wilayah lain
yang dulunya tidak bisa dijangkau.
Salah satu teknologi yang berkembang adalah teknologi komunikasi mobile, yaitu alat
komunikasi yang bergerak. Artinya siapa saja bisa berkomunikasi kapan pun dan
dimana pun dengan jaringan komunikasi yang selalu ada. Perangkat komunikasi yang
1
Robin Redmon Wright, You are What You Eat!?: Television Cooking Show, Consumotion, and
Lifestyle Practices as Adult Learning, Hal. 404
2
Fay Patel, Mingsheng Li dan Prahalad Sooknanan, (2011), Intercultural Communication Building a
Global Community, Hal. 121
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
2
mendukung adalah smartphone, laptop, tablet, dan sebagainya. Perangkat komunikasi
tersebut didukung juga dengan berkembangnya teknologi internet. Internet sendiri
merupakan wujud perkembangan teknologi komunikasi yang semakin mempermudah
masyarakat untuk memperoleh dan bertukar informasi dengan cepat. Karena internet
yang sifatnya tidak terbatas, kita dapat berhubungan dengan siapapun dari seluruh
dunia, tidak mengenal jarak dan perbedaan waktu. Kegiatan pertukaran informasi
tersebut sangat beragam dan dengan media yang bergam pula, serta dengan anggota
yang bermacam-macam dari seluruh dunia.
Proses komunikasi melalui media sosial menyebabkan terjadinya pertukaran faktorfaktor budaya antar individu dengan individu, individu dengan kelompok sosial, dan
kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya. Keberadaan internet sebagai wadah
komunikasi akhirnya juga berpengaruh terhadap pertukaran informasi dan nilai-nilai
budaya. Manusia akhirnya melakukan exchange knowledge atau pertukaran informasi
dan juga terjadi pertemuan budaya ketika mereka berkomunikasi. 3 Pertukaran faktor
atau nilai budaya pada akhirnya dapat mempengaruhi atau bahkan berimplikasi
perubahan pada individu atau kelompok sosial. Hal itu dapat terjadi karena internet
yang bersifat sangat bebas dan transparan. Siapapun dapat menunggah foto atau
informasi tentang apapun dan semua orang dapat mengaksesnya. Dari situ pengguna
internet dapat mengamati dan memperlajari budaya yang bermacam-macam.
Semakin banyak orang yang menggunakan internet sebagai kegiatan professional dan
sosial, sehingga terdapat makna baru dari komunikasi, serta tempat atau media untuk
berkomunikasi. 4 Internet kemudian menghasilkan suatu bentuk media pertukaran
baru, yaitu media sosial. Media sosial lebih diminati karena kegiatan komunikasinya
yang bersifat dua arah. Pengguna media sosial dapat memperoleh umpan balik atau
komentar langsung dari pengguna lainnya. Banyak sekali jenis dari media sosial yang
pada intinya memberi kemudahan masyarakat menerima informasi dari mana saja.
Perubahan masyarakat akibat adanya media sosial dirasa cukup signifikan. Kebiasaan
masyarakat sudah banyak yang berganti, dan kebiasaan-kebiasaan itu cepat sekali
3
Charles L. Mitchell, (2002), Knowledge Transfer and the Global Internet Community. Hal. 1
Rachel S. Smith dan Laurence F. Johnson, (2007), Social Networking, The “Third Place,” and The
Evolution of Communication. Hal. 3
4
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
3
menular dari masyarakat yang satu ke yang lainnya. Banyak yang menggunakan
media
sosial
sebagai
sarana
untuk
menyalurkan
hobinya,
bahkan
juga
memanfaatkannya untuk membantu pekerjaannya. Media sosial yang paling diminati
adalah Facebook, Twitter, Instagram, Flickr, dan Path. Media sosial tersebut juga
sekarang sudah tersedia dalam bentuk aplikasi yang dapat diperoleh secara gratis dan
dapat digunakan di berbagai perangkat komunikasi yang terhubungan dengan internet.
Sekarang hampir semua perangkat komunikasi dilengkapi dengan fitur kamera di
dalamnya. Hal ini memudahkan seseorang untuk mengunggah foto yang sudah
diambil, ke media sosial, dan salah satunya adalah foto makanan. Tren foto makanan
di media sosial ini berawal dari adanya blog. Banyak blog yang berisikan tentang
rekomendasi tempat makan atau makanan tertentu. Tujuan awalnya adalah untuk
berbagi informasi dan pengetahuan. Di dalam blog tersebut biasanya berisikan tentang
pendapat penulis tentang makanan tertentu, kisaran harga makanan tersebut atau
makanan yang ada di suatu restauran tertentu, dan yang pasti adalah foto dari
makanan itu sendiri. Namun sekarang banyak ditemukan pengguna media sosial
lainnya seperti Facebook, Instagram, dan Path yang mengunggah foto makanan. Foto
makanan yang ada di media sosial benar-benar menjamur. Sebagian besar pengguna
media sosial pernah mengunggah foto makanan di akun media sosial mereka.
Dengan melihat bahwa makanan itu merupakan suatu budaya dan lifestyle tersendiri
serta melihat bahwa tren foto makanan di media sosial juga terjadi di masyarakat,
kemudian muncul pertanyaan bagaimana sebenarnya pengaruh media sosial dalam
fenomena mengunggah foto makanan. Untuk menjawabnya perlu dikaji pertama
adalah motif orang mengunggah foto makanan ke media sosial. Dengan melihat
penjelasan latar belakang diatas, maka penulis memiliki pertanyaan permasalah
bagaimana peran media sosial mempengaruhi persepsi individu terhadap makanan.
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
4
Tinjauan Teoritis
Dalam tulisan ini, penulis akan menggunakan sejumlah konsep yaitu; faktor personal
dan situasional yang mempengaruhi perilaku manusia, komunikasi non verbal, dan
konsep media sosial.
•
Faktor Personal dan Situasional yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Setiap individu memiliki faktor personal dan faktor situasional yang
mempengaruhi perilakunya. 5 Berbagai alasan mendasari seseorang untuk
melakukan sesuatu dan didasari pula dengan tujuan tertentu. Faktor personal
terdiri dari faktor biologis dan sosiopsikologis. Faktor biologis ini
menekankan pada dua hal yaitu inting dan motif biologis. Insting merupakan
faktor bawaan manusia seperti agresivitas dan naluri. Sedangkan motif
biologis adalah pengaruh struktur biologis terhadap perilaku manusia, seperti
kebutuhan
makan,
minum,
dan
istirahat.
Selanjutnya
faktor
yang
mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor situasional. Perilaku manusia
dipengaruhi oleh lingkungan dan situasi. Yang meliputi faktor-faktor
situasional adalah suasana perilaku, teknologi, faktor-faktor sosial, dan
lingkungan psikososial.
•
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam
bentuk non verbal, atau tanpa kata-kata. Dalam kehidupan nyata komunikasi
non verbal jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal. Dalam
komunikasi sehari-hari 35% berupa komunikasi verbal dan 65% berupa
komunikasi non verbal. 6
Komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan
tidak menggunakan kata-kata. 7 Contoh pesan non verbal yaitu menggunakan
gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan
objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta
5
Drs. Jalaluddin Rakhmat M.Sc, (2001). Psikologi Komunikasi. Hal. 32
Agus M. Hardjana, (2003), Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal, Hal. 22
7
Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart, (2006), Communication and Human Behavior, Hal. 154
6
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
5
cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi dan gaya
berbicara. Pesan non verbal biasanya menjadi pendukung pesan verbal.
Namun, Dale G. Leather mengemukakan enam alasan mengapa pesan non
verbal penting: 8
1. Faktor-faktor non verbal sangat menentukan makna dalam komunikasi
interpersonal.
2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan melalui pesan non verbal
daripada pesan verbal.
3. Pesan non verbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas
dari penipuan, distorsi, dan kerancuan.
4. Pesan non verbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat
diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
5. Pesan non verbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien
dibandingkan dengan pesan verbal
6. Pesan non verbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat
Pesan non verbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang sebenarnya
dari pesan-pesan verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak dapat dipahami.
Salah satu bentuk pesan non verbal adalah komunikasi visual. Komunikasi
visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik, lambang-lambang, atau
simbol. Komunikasi non verbal yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah
komunikasi non verbal melalui gambar makanan. Gambar makanan dapat
digunakan sebagai bentuk menyampaikan pesan dengan sarana sugesti untuk
mempengaruhi orang melihatnya.
•
Media Sosial
Media sosial adalah sebuah media online dimana para penggunanya dapat
dengan mudah berpartisipasi serta berbagi informasi. Selain berbgai informasi,
pengguna media sosial dapat berbagi foto, menambah wawasan, bahkan bisa
8
Dale G. Leathers dan Michael H. Eaves, (2008), Successful Nonverbal Communication: Principles
and Applications, Hal. 5
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
6
mencari atau menambah teman. 9 Media sosial mendukung interaksi sosial
karena bersifat interaktif. Media sosial memiliki peran yang signifikan sebagai
bagian dari kehidupan sehari-hari. Selain itu minat individu atau masyarakat
sangat tinggi terhadap media sosial seperti facebook, twitter, instagram, blog,
dan kemudian setiap saat menjadikan individu atau masyarakat tidak terlepas
dari terpaan media sosial. Kini media sosial menjadi salah satu sumber utama
bagi masyarakat dalam mencari hiburan dan informasi. Banyak juga yang
menjadikan media sosial menjadi peluang bisnis dengan menawarkan produkproduk jualannya. 10
Kegunaan media sosial berkembang seiring berjalannya waktu. Media sosial
bisa mewakili suara masyarakat dengan cakupan yang luas. Media sosial dapat
menyebarluaskan berita atau informasi dengan sangat cepat. 11 Konten-konten
dari media sosial seperti kata-kata, gambar, video dan audio terus menerus
disajikan dan dikonsumsi oleh para penggunanya.
Yang membuat cakupan media sosial semakin luas adalah kini pada media
sosial, hampir semua media sosial dapat terintegrasi atau terhubung. Sebagai
contohnya ketika seseorang menulis di blog miliknya, hasil tulisan tersebut
dapat disambungkan langsung ke facebook, twitter, dan sebagainya. Begitu
pula ketika seseorang menunggah foto di instagram, foto tersebut dapat
terhubung langsung dengan akun facebook dan twitter pemilik instagram
tersebut. Sehingga pertukaran informasi yang didapat cakupannya semakin
luas. Mencakup komunitas yang berbeda-beda, karena menggunakan media
sosial yang berbeda-beda tersebut. Dengan hanya satu kali menunggah foto
atau menulis suatu informasi pada satu media sosial, secara bersamaan foto
atau informasi tersebut dapat ditemukan juga di media sosial lain. Inilah yang
membuat interaksi yang terjalin pada media sosial semakin mudah. Umpan
balik atau feedback pun lebih mudah didapat.
9
Silvia Cambie dan Yang-May Ooi, (2009), International Communication Strategy Developments in
cross-cultural communications, PR and social media, H. 103-112
10
Ibid.
11
Ibid.
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
7
Gambar 1. Model Teori Intergrasi Media Sosial.
Sumber: Isra Garcia, Social Media-Integration-Theory-Model, 2011.
Terdapat empat komponen penting di dalam teori intergrasi media sosial,
yaitu: exposure, feedback, connecting, dan sharing. 12 Yang dimaksud pada
teori ini adalah melalui berbagai jenis media sosial, dapat tercipta kegiatan
sharing atau berbagi, selain itu juga saling menghubungkan individu dengan
individu lainnya, atau individu dengan kelompok, dan sebagainya yang bisa
disebut juga dengan kegiata connecting. Dengan melakukan sharing juga
dapat menciptakan sebuah hubungan baru antara sesama pengguna media
sosial.
Kemudian melalui situs-situs seperti blog, dapat membantu
mengekspos sebuah berita atau informasi, dan dengan mudahnya dapat
langsung mendapatkan feedback atau umpan balik. Pada intinya adalah
dengan intergrasi media sosial, kegiatan exposure, feedback, connecting, dan
sharing dapat dengan mudah terbentuk karena masing-masing media sosial
saling terhubung dan interaksi yang terjalin pun semakin mudah.
Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat motif seseorang dalam mengunggah foto
makanan dan kemudian bagaimana media sosial dapat berpengaruh terhadap
perkembangan tren berbagi foto makanan tersebut.
12
Isra Garcia, Social Media-Integration-Theory-Model, 2011, diakses dari
http://socialmediatoday.com/isra-garcia/278936/social-media-integration-theory-model pada 11 Januari
2013 pukul 08.30
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
8
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data studi literatur dengan
mengumpulkan dan menganalisa sejumlah jurnal serta buku yang berhubungan
dengan kasus yang diteliti.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil survei dari 360i Digital Marketing Agency, terdapat beberapa
alasan mengapa orang berbagi atau share foto makanan pada media sosial dan juga
jenis-jenis foto yang diunggah mereka. 13 Alasan terbanyak sebesar 25% adalah
sebagai food diary, tidak ada momen tertentu, hanya berbagi foto apa yang mereka
makan hari itu. Berikutnya sebesar 22% adalah documenting self creation, biasanya
ingin menunjukkan hasil kreasi masakan yang sudah dibuat, atau pada tahap
prosesnya. Special Occasion, dokumentasi ketika sedang ada acara, atau di hari
spesial mendapat suara sebanyak 16%. Jenis berikutnya adalah food art, sebanyak
12%. Di saat sedang ada kegiatan makan bersama teman dan keluarga juga menjadi
salah satu bentuk sharing foto makanan, sebesar 10%. Hanya 8% yang mengunggah
food/restaurant review, yaitu komentar atau kritik terhadap makanan, brand, atau
restauran tertentu. Foto tutorial/recipe, foto tahap-tahap memasak mendapat 4%. Dan
3% nya adalah extreme food, yaitu makanan yang tidak biasa.
Gambar 2. Foto Makanan Pada Akun Instargram @ladyironchef
Sumber: http://instagram.com/ladyironchef
13
Tood Wasserman, What’s Behind the Food Photography Trend?, diakses dari
http://mashable.com/2011/05/09/foodtography-infographic/ pada 9 Januari 2013 pukul 13.25
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
9
Gambar 2. Foto Makanan pada Media Sosial Pinterest
Sumber: http://www.pinterest.com/search/pins/?q=food
Gambar 3. Media Sosial Twitter dengan menggunakan hashtag #Foodporn
Sumber: https://twitter.com/search?q=foodporn&src=typd
Gambar 4. Foto Makanan pada Media Sosial Flickr
Sumber: http://www.flickr.com/search/?q=food
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
10
Pada tahun 2010, lebih dari 80 miliar foto diunggah ke dalam media sosial. 14 Hal ini
menjelaskan bagaimana saat ini orang tidak hanya berbagi tentang apa yang mereka
lakukan, namun teknologi smartphone memfasilitasi orang berkomunikasi visual
dengan bentuk berbagi apa yang mereka pikirkan, mereka lakukan, dan juga kegiatan
makan. Fotografi makanan dapat berguna sebagai alat pertukaran ide resep dan
bahkan menjadi bentuk baru dalam kegiatan beriklan.
Seiring dengan perkembangan teknologi, media sosial mengalami perkembangan
yang pesat dengan terciptanya teknologi-teknologi baru yang menambah fitur dari
media sosial itu sendiri. Kamera merupakan salah satu teknologi yang memainkan
peranan penting dalam berkembangnya aplikasi media sosial belakangan ini. Terlebih
lagi dengan adanya fitur kamera pada telefon genggam yang memudahkan
penggunannya untuk mengabadikan objek-objek pilihannya.
Media sosial yang tadinya hanya sebatas tulisan berkembang dengan adanya gambargambar yang mendeskripsikan aktivitas dari masing-masing individu. Bermunculan
aplikasi-aplikasi media sosial yang berbasis kepada grafis atau foto seperti instagram,
path, ataupun tumblr memberikan warna baru terhadap media sosial. Bahkan aplikasi
seperti twitter yang sebelumya mengggunakan basis tulisan sekarang menambah fitur
fotografi dalam aplikasinya.
Tidak hanya sebagai penambah koleksi pribadi,
sekarang kamera di telefon genggam menjadi sarana untuk mengabadikan gambar
yang nantinya akan diunggah ke media sosial.
Belakangan ini angka pengguna media sosial semakin berkembang dengan
dimanjakan para pengguna melalui fitur-fitur menarik yang ditawarkan oleh para
developer. 15 Para individu berlomba untuk menggungah aktivitas yang mereka
lakukan setiap harinya, mulai dari tempat yang mereka kunjungi, bepergian dengan
siapa, hingga apa yang mereka nikmati di atas meja makan. Pada fenomena
penggungahan foto makanan pada media sosial yang banyak terjadi di media sosial
14
Pixable; Facebook Photo Trends, diakses dari http://pixable.com pada 10 Januari 2013 pukul 10.05
Demographics of key social networking platforms, diakses dari
http://pewinternet.org/Reports/2013/Social-Media-Update/Main-Findings/Demographics-of-keysocial-networking-platforms.aspx pada tanggal 12 Januari 2014 pukul 18.35
15
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
11
merupakan salah satu manfaat dari adanya fitur kamera yang ada pada aplikasi media
sosial.
Motif yang mendasari seseorang melakukan kegiatan mengunggah foto makanan pada
media sosial berbeda-beda. Namun terdapat faktor personal dan situasional. Faktor
personal dan situasionalnya saling bersinergi. Yakni faktor kepuasan dirinya dengan
memanfaatkan media sosial dengan fasilitas-fasilitas yang ada, dan ingin mencari
perhatian serta diakui pada media sosial tersebut. Kemudian faktor situasionalnya atau
pengaruh lingkungan yang semuanya menggunakan media sosial sehingga menjadi
suatu keharusan seseorang menggunakan media sosial dan mengikuti kegiatankegiatan yang sedang diminati, salah satunya adalah dengan memfoto makanan dan
mengunggahnya pada media sosial tersebut. Kini seakan-akan para pengguna sosial
media berlomba-lomba untuk menampilkan foto makanan.
Pembahasan
Dewasa ini pasti di setiap tempat makan atau restoran anda akan menemui seseorang
memfoto makanannya ketika baru disajikan.
Fenomena ini mengubah persepsi
makanan yang tadinya hanya untuk mengisi perut menjadi objek yang harus
diperlihatkan terhadap publik di ranah media sosial. Terdapat kepuasan tersendiri
bagi seseorang jika mereka menggungah foto makanan tersebut kepada media sosial.
Entah itu dilihat dari seberapa banyak yang memencet tombol like atau love atau
yang berkomentar dengan menanyakan dimana anda makan atau alamat dari restoran
tersebut.
Sesuai dengan teori faktor personal dan situsional yang mempengaruhi perilaku
manusi di mana dijelaskan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh suasana perilaku
dan teknologi dan keadaan sosial. Dalam fenomena penggungahan foto di media
sosial dapat terlihat bahwa dengan semakin banyaknya pengguna media sosial yang
menggungah foto makanan dipengaruhi oleh adanya teknologi berupa kamera dan
internet ditambah dengan faktor-faktor sosial berupa pengaruh dari keadaan
sekitarnya yang banyak melakukan hal tersebut.
Hal tersebut memicu individu
mengalami perubahan perilaku yang tadinya makanan merupakan objek biasa menjadi
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
12
objek yang penting atau mempunyai nilai lebih. Melalui penjelasan tersebut dapat
dilihat media sosial berperan dalam perubahan persepsi individu terhadap suatu
makanan.
Tekanan kelompok (peer pressure) menjadi salah satu faktor situasional yang
mempengaruhi perilaku individu pada kasus ini. Alasan utama tekanan kelompok
menjadi penting adalah kebutuhan pertemanan. 16 Bisa disebut juga sebagai kebutuhan
untuk diterima di dalam lingkungannya. Dengan maraknya fenomena pengunggahan
foto makanan ini, seseorang berusaha mengikuti apa yang sedang dilakukan oleh
lingkungan sekitarnya, agar dianggap oleh lingkungan tersebut.
Berikutnya foto makanan merupakan salah satu bentuk dari pesan non-verbal. Sesuai
dengan teori komunikasi non verbal yang menilai pesan non verbal lebih efektif dan
efisien jika dibandingkan dengan pesan verbal dan merupakan sarana sugesti yang
paling tepat. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat dengan adanya foto makanan
sebagai pesan non verbal lebih efisien jika dibandingan dengan tulisan saja. Oleh
karena itu sekarang kebanyakan dari media sosial mulai menambahkan fitur foto dan
situs-situs yang berhubungan dengan makanan juga lebih banyak menampilkan foto
dibandingkan dengan tulisan. Dengan pesan yang lebih mendalam dan sugesti yang
kuat foto makanan dinilai berperan dalam perubahan persepsi individu terhadap suatu
makanan.
Dalam teori integrasi media sosial terdapat empat komponen penting di dalamnya
yaitu exposure, feedback, connecting, dan sharing. 17 Pada komponen exposure,
dengan mengunggah foto makanan dapat mengekspos suatu bentuk makanan tertentu
atau tempat makanan tertentu kepada para pengguna media sosial lainnya. Hal
tersebut berhubungan dengan kegiatan sharing atau berbagi. Dengan mengekspos
suatu foto makanan, seseorang atau kelompok tertentu dapat berbagi informasi
tentang makanan tersebut. Kemudian juga feedback atau umpan balik dapat dengan
mudah diperoleh dengan bebasnya sesama para pengguna untuk berkomentar, atau
memberi tanggapannya dalam bentuk kalimat maupun dengan simbol-simbol like atau
16
Adolescents and Peer Presure, University of Michigan, diakses dari
http://sitemaker.umich.edu/356.darnell/peer_pressure pada tanggal 14 Januari 2014 pukul 19.44.
17
Isra Garcia, Op. Cit.
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
13
love pada media sosial. Dan yang terakhir adalah connecting, yaitu perilaku
mengunggah foto makanan ini dapat menghubungan orang dengan minat yang sama.
Sehingga dapat menciptakan sebuah hubungan baru, sesuai dengan kegemarannya
pada makanan.
Integrasi media sosial memudahkan penggunanya untuk menyebarluaskan karyanya
di dunia maya. Sekarang hampir seluruh media sosial terhubung antara satu dengan
lainnya. Hal tersebut menghasilkan sinergi antar media sosial yang memudahkan
penggunanya untuk melakukan penggungahan foto makanan yang ingin disebarkan.
Dengan adanya fitur tersebut penyebaran foto menjadi lebih cepat dan mudah.
Hasilnya dapat kita lihat sendiri halaman-halaman pribadi media sosial kita dipenuhi
oleh foto yang sama tetapi pada media-media sosial yang berbeda.
Kegiatan mengunggah foto makanan ke media sosial memang sudah menjadi sebuah
fenomena. Memfoto makanan dan mengunggahnya secara online melalui media sosial
seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan Pinterest kini memang sudah menjadi tren.
Bila sebelumnya orang lebih banyak mengabadikan momen-momen kegiatan makan
dan berfokus pada orang-orang yang ada di dalamnya, tren foto makanan ini benarbenar berfokus pada tampilan makanan. Begitu banyaknya pengguna media sosial
yang melakukan kegiatan tersebut. Penulis setuju bahwa setiap orang selalu mimiliki
motif tersendiri yang mendasarinya dalam melakukan suatu tindakan. Begitu pula
dengan para pengguna sosial yang mengunggah foto makanan. Belum tentu semuanya
memiliki tujuan yang sama. Ada yang memang menyalurkan hobi atau minatnya di
dalam bidang fotografi, khususnya food photography. Ada juga yang memang hanya
sekedar terbawa dengan tren. Karena faktor situasional lah, orang-orang tersebut
melakukannya. Ingin diakui contohnya. Mungkin pada lingkungannya, yang
mengunggah foto makanan ke media sosial lah yang dianggap keren. Atau dengan
mengunggah foto makanan, Ia dapat menunjukkan kemampuannya. Kemampuan
untuk makan makanan tersebut, atau makan di restauran tertentu. Dari situ juga dapat
terlihat faktor personal mereka seperti ingin diakui, ingin diperhatikan, dan
sebagainya.
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
14
Selain berbagi info, mengusung aspek kebersamaan/engagement itu jadi penting pada
media sosial. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan media sosial, orang
mencari massa, atau seseorang atau kelompok yang berbagi kegemaran atau minat
yang sama. Dan dengan mengusung aspek kebersamaan tersebut, hubungan sesama
para pengguna media sosial dapat terjalin dengan lebih interaktif dan bermanfaat.
Kesimpulan
Melalui penjelasan di atas dapat kita lihat fenomena penggungahan foto makanan
mengubah persepsi individu mengenai suatu makanan. Media sosial sebagai saluran
memainkan peranan penting dalam perubahan persepsi mengenai makanan. Makanan
sekarang dilihat sebagai suatu hal yang dapat dipamerkan atau dibanggakan, persepsi
yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan dekade yang lalu dimana makanan
hanyalah sebuah kebutuhan perut saja.
Pengunggahan foto makanan memang tidak menaikkan kelas sosial dari individu itu
tetapi memberikan kepuasan tersendiri dengan mendapatkan perhatian dan pengakuan
dari sekitarnya melalui media-media sosial. Peer pressure atau tekanan kelompok
yang pada kasus ini adalah perilaku mengunggah foto makanan pada media sosial
mendorong seseorang untuk melakukannya. Selain itu juga foto makanan dapat
membantu kegiatan berbagi informasi tentang makanan, dan mengembangkan dunia
kuliner. Dengan kegiatan berbagi, foto makanan dapat saling menghubungkan orangorang yang memiliki minat pada dunia makanan. Hal tersebutlah yang menjadi motif
seseorang dalam mengunggah foto makanan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, menghasilkan beberapa
saran. Diharapkan penelitian ini dapat berguna dan memberikan kontribusi terhadap
kajian komunikasi non verbal dengan menggunakan media sosial dan faktor personal
dan situasional dalam mempengaruhi perilaku manusia. Diharapkan studi seanjutnya
dapat menggunakan metode penelitian yang lebih beragam dengan menggunakan
konsep-konsep lainnya. Kemudian observasi dapat dilakukan dengan pelaku-pelaku
pengunggahan foto makanan pada media sosial, dari berbagai latar belakang yang
berbeda-beda. Sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih mendalam.
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
15
Selain saran akademik, sebagai saran praktis, sebaiknya masyarakat melihat motif
orang dalam melakukan kegiatan pengunggahan foto makanan. Dan lebih melihat
dari kegunaan dan manfaat dari hal tersebut.
Daftar Pustaka
Buku
Patel, Fay, Mingsheng Li dan Prahalad Sooknanan. (2011). Intercultural
Communication Building a Global Community. SAGE Publication: New Delhi.
Rakhmat M.Sc, Drs. Jalaluddin. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Smith, Rachel S. and Johnson, Laurence F. (2007). Social Networking, The “Third
Place,” and the Evolution of Communication. The New Media Consortium: Austin,
TX.
http://www.nmc.org/evolution-communication
Hardjana, Agus M. (2003). Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal.
Yogyakarta: Kanisius.
Ruben, Brent D. dan Lea P. Stewart. (2006). Communication and Human Behavior.
Pearson Education, Inc.: United State of America.
Leathers , Dale G. dan Michael H. Eaves. (2008). Successful Nonverbal
Communication: Principles and Applications. Pearson Education, Inc.: United State
of America.
Cambie, Silvia, dan Yang-May Ooi. (2009). International Communication Strategy
Developments in cross-cultural communications, PR and social media. Kogan Page:
London
Jurnal
Mitchell, Charles L. (2002). Knowledge Transfer and the Global Internet Community.
Grambling State University: United State of America
http://www.er.uqam.ca/nobel/gricis/actes/bogues/Mitchell.pdf
Wright, Robin Redmon. You are What You Eat!?: Television Cooking Show,
Consumotion, and Lifestyle Practices as Adult Learning.
https://www.academia.edu/1008083/You_are_What_You_Eat_Television_Cooking_
Shows_Consumption_and_Lifestyle_Practices_as_Adult_Learning
Artikel
Isra Garcia, 2011, Social Media-Integration-Theory-Model
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
16
http://socialmediatoday.com/isra-garcia/278936/social-media-integration-theorymodel
Tood Wasserman, 2011, What’s Behind the Food Photography Trend?
http://mashable.com/2011/05/09/foodtography-infographic/
Pixable; Facebook Photo Trends
http://pixable.com
Demographics of key social networking platforms
http://pewinternet.org/Reports/2013/Social-Media-Update/MainFindings/Demographics-of-key-social-networking-platforms.aspx
Adolescents and Peer Presure, University of Michigan
http://sitemaker.umich.edu/356.darnell/peer_pressure
Fenomena mengunggah ..., Ken Bestari, FISIP UI, 2014
17
Download