ABDURRAHMAN WAHID (1940-2009) Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Studi Tokoh Pendidikan Islam Dosen Pengampu : Muchamad Iskarim, S.Pd.I, M.S.I. Oleh Kelompok 10 : 1. Sri Utami : 2021115230 2. Dewi Mas’adah : 2021115244 3. Asty Setiyasih : 2021115248 4. Tri Misalma Zahrotul Aeni : 2021115250 5. Liya Bahriyatu Najiyah : 2021115260 Kelas D JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN 2017 2 KATA PENGANTAR Assalamu a’laikum Wr Wb Bismillahirrohmanirrohim Salam Silaturahim dan Salam Rahmatan Lil Alamin. Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin dengan berbagai kendala yang dapat kami lewati. Sholawat dan salam kami haturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad Sallahu Alaihi Wassalam, semoga kita mendapat syafa’atul udzmah besok di yaumil qiyamah. Amin. Penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak sebagai berikut. 1. Pelabuhan hati, Ayah dan Ibunda tercinta. 2. Bapak Muchammad Iskarim, S.Pd.I, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu mata kuliah Studi Tokoh Pendidikan Islam. 3. Teman-teman mahasiswa IAIN Pekalongan seperjuangan dan hebat-hebat. 4. Pembaca yang budiman. Makalah ini akan mengulas tentang salah satu tokoh penting dalam pendidikan Islam di Indonesia. Tokoh penting tersebut adalah K.H Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur. Selain beliau tokoh yang berpengaruh dalam pendidikan Islam, beliau juga Presiden Republik Indonesia yang ke 4. Didalam makalah ini akan membahas mulai dari biografi, setting sosial, pendekatan, teori, ide pokok atau gagasan dan sumbangsih Gus Dur dalam dunia pendidikan serta analisa pemikiran beliau. Kemudian relevansi atau kebermanfaatan pemikiran tokoh tersebut dengan kondisi saat ini. Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan didalamnya, penulis mohon maaf. Penulis terbuka dengan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan makalah selanjutnya. Terimakasih. Wallahul Muwafiq Ila Athwamithariq Wassalamu a’laikum Wr Wb. Pekalongan, 10 Mei 2017 Penulis ( Kelompok 10 ) 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam sampai saat ini masih mempunyai eksistensi yang kukuh. Penting dan perlu dikaji ulang keberadaan pendidikan Islam di era sekarang, karena terkait dengan perkembangan zaman dan pemikiran-pemikiran di segala lini. Perkembangan selanjutnya ada sekian banyak tuntutan zaman yang mengharuskan peran dan fungsi serta tujuan dari pendidikan Islam mampu membuat terobosan baru dalam mempersiapkan dan mempertahankan akan nilai-nilai ajaran Islam. Di era digitalisasi ini, pendidikan Islam harus berdiri diantara dua kaki: modernisme dan tradisionalisme. Belum lagi pendidikan yang dipaksa mengikuti kepentingankepentingan politik. Pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengenai pendidikan Islam berusaha mengambil jalan tengah, tetap menjaga nilai-nilai tradisional dan menyerap modernisasi barat. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana biografi Abdurrahman Wahid? 2. Bagaimana setting sosial Abdurrahman Wahid? 3. Bagaimana pendekatan yang dilakukan Abdurrahman Wahid? 4. Bagaimana pemikiran konsep pendidikan Abdurrahman Wahid? 5. Bagaimana analisa pemikiran Abdurrahman Wahid? 6. Bagaimana relevansi pemikiran Abdurrahman Wahid untuk kondisi saat ini? C. Tujuan Penulisan 1. Memenuhi tugas mata kuliah studi tokoh pendidikan Islam. 2. Mengetahui biografi Abdurrahman Wahid. 3. Memahami setting sosial Abdurrahman Wahid. 4. Mengidentifikasi pendekatan yang dilakukan Abdurrahman Wahid. 5. Mengkaji pemikiran konsep pendidikan Abdurrahman Wahid. 6. Merumuskan analisa pemikiran Abdurrahman Wahid. 7. Merealisasikan relevansi pemikiran Abdurrahman Wahid dengan kondisi sekarang. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Abdurrahman Wahid (1940-2009) Nama lengkapnya adalah Abdurrahman Ad-Dakhil bin Wahid Hasyim bin Hasyim Asy’ari. “Ad-Dakhil” artinya sang penakluk. Belakangan kata “Ad-Dakhil” tidak cukup dikenal dan diganti nama Wahid, Abdurrahman Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” itu panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berarti “abang” atau “mas”.1 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, lahir di Denanyar, Jombang, Jawa Timur, pada hari Kamis, 4 Sya’ban / 4 Agustus 1940 M. Wafat di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), Jakarta, pada hari Rabu, 30 Desember 2009. pukul 18.45 WIB. akibat berbagai komplikasi penyakit, diantaranya jantung dan gangguan ginjal yang dideritanya sejak lama.2 Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Ibunya bernama Hj. Sholehah binti K.H. Bisri Syamsuri. Istrinya bernama Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Gus Dur dikaruniai empat orang anak yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh, Annita Hayatunnufus dan Inayah Wulandari.3 Riwayat Pendidikan Gus Dur dimulai sekolah dasar KRIS di Jakarta Pusat. Namun, di kelas empat Gus Dur pindah ke Sekolah Dasar Matraman Perwari. Dilanjut sekolah SMEP di Yogyakarta, lulus tahun 1957. Lalu ia pindah ke Magelang, belajar penuh di pondok pesantren Tegalrejo selama 2 tahun. Kemudian Gus Dur melanjutkan studinya ke luar negeri yaitu Mesir, Irak dan Eropa.4 B. Setting Sosial Gus Dur dilahirkan di lingkungan keluarga yang kental dengan nilai-nilai agama. Ayahnya seorang kiyai atau ulama, yang juga seorang pendiri pondok pesantren Jombang. Kakeknya ialah seorang pendiri organisasi Islam terbesar di 1 M Sugeng Sholehuddin, Diktat Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2016), hlm. 17. 2 Aris Saefullah, Gus Dur VS Amien Rais; Dakwah Kultural-Struktural (Jogjakarta: Laelathinkers, 2003), hlm 65-67. 3 Muhammad Rifai, Gus Dur: KH. Abdurrahman Wahid Biografi Singkat 1940-2009 (Jogjakarta: Garasi House of Book, 2013), hlm. 41. 4 Ibid., hlm. 34. 5 Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama). Gus Dur dididik dalam lingkungan pesantren. Untuk itu, tidak heran jika pemikirannya banyak terpengaruh dengan dunia pesantren.5 Masa kecil Gus Dur bukan hanya di Jombang. Ketika umur 4 tahun, tepatnya 1944, beliau diajak ayahnya untuk pindah ke Jakarta karena sang ayah mendapat tugas baru mengurusi persoalan agama dimasa penjajahan Jepang, dan mengurusi persatuan organisasi Islam.6 Gus Dur juga pernah belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Saat studinya di Mesir terdapat kondisi yang menguntungkan, di bawah pemerintahan Presiden Gamal Abdul Nasr, seorang nasionalis yang dinamis, Kairo menjadi era keemasan kaum intelektual. Kebebasan untuk mengeluarkan pendapat mendapat perlindungan yang cukup. Pada tahun 1966 Gus Dur pindah ke Universitas Baghdad, Irak. Sebuah negara modern yang memiliki peradaban Islam yang cukup maju. Di kota seribu satu malam ini Gus Dur mendapat rangsangan intelektual dan bersentuhan dengan buku-buku besar karya sarjana orientaslis Barat.7 C. Pendekatan Ada tiga strategi pendekatan yang dilakukan oleh KH. Abdurrahman Wahid. 1. Pendekatan Struktural-Politik Gus Dur memberikan ruang yang luas terhadap masyarakat untuk memanfaatkan situasi yang terbaik. Ketika Gus Dur menjabat sebagai Presiden RI, ruang istana mulai dari manusia elite dan populis, sampai pada masyarakat paling awam sekalipun, masih diberi ruang untuk menyampaikan keinginan dan aspirasinya mengenai tata kehidupan secara Islami.8 2. Pendekatan Kultural Pendidikan Islam jangan kemudian terjebak pada literatur universal yang dimiliki. Akan tetapi harus membuka cakrawala pemikiran kita untuk melihat perkembangan dunia dan mengakses berbagai macam ideologi dunia, sebagai bentuk pengetahuan dan informasi supaya mampu bersaing secara kompetitif 5 Ibid., hlm. 21 Ibid., hlm. 28 7 M. Sugeng Sholehuddin, Op.Cit., hlm. 21-22 8 Faisol, Gus Dur dan Pendidikan Islam Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di Era Global (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 129 6 6 dengan dunia luar. Hal tersebut dirancang sebagai pengembangan kepribadian orang-orang Muslim yang ideal.9 3. Pendekatan Sosial-Kultural. Pendekatan sosio-kultur dalam pendidikan Islam sangatlah penting adanya, mengingat keberagaman masyarakat yang semakin kuat. Umat Muslim haruslah menerima segala bentuk perbedaan, dengan tidak mengesampingkan esensi ajaran Islam sebagai fondasi dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.10 D. Teori dan Ide Pokok Pemikiran Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 1. Sistem Pendidikan Menurut Gus Dur, sistem pendidikan nasional harus diubah dengan pendidikan berbasis masyarakat. Sebab sistem pendidikan kita sekarang hanya formal. Orang tidak punya ijazah tidak dipakai, padahal banyak warga masyarakat yang tidak berijazah, tapi memiliki kemampuan. Termasuk pendidikan pesantren yang sudah sekian tahun mengaji tapi tidak pernah dihargai.11 2. Tujuan Pendidikan. a. Pendidikan Islam Berbasis Neomodernisme. Pendidikan Islam haruslah memadukan sesuatu yang tradisional dan modern. Gus Dur berusaha mensintesiskan pendidikan Islam klasik dan pendidikan Barat modern dengan tidak melupakan esensi ajaran Islam.12 b. Pendidikan Islam Berbasis Pembebasan. Pendidikan Islam dalam perspektif Gus Dur, yaitu pembelajaran yang membebaskan manusia dari belenggu-belenggu tradisionalis yang kemudian ingin didaur ulang dengan melihat pemikiran kritis yang terlahir dari Barat.13 c. Pendidikan Islam Berbasis Multikulturalisme. Pendidikan Islam berbasis multikulturalisme maksudnya ialah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan tanpa memedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa, dan agama.14 9 Ibid., hlm. 131 Ibid., hlm. 134 11 Ibid., hlm. 83 12 Ibid., hlm. 82 13 Ibid., hlm. 89 14 Ibid., hlm. 91-92 10 7 3. Kurikulum Pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan Islam menurut Abdurrahman Wahid, diantaranya, pertama, orientasi pendidikan harus lebih ditekankan pada aspek afektif dan psikomotorik. Kedua, dalam proses mengajar guru harus mengembangkan pola student oriented sehingga membentuk karakter kemandirian, tanggung jawab, kreatif, dan inovatif pada diri peserta didik. Ketiga, proses pembelajaran peserta didik bertujuan untuk membentuk kepribadian dan mendewasakan siswa bukan hanya transfer of knowledge, melainkan pembelajaran harus mengikuti transfer of value and skill dan pembentukan karakter (character building). 15 4. Metode Pendidikan Islam. Metode pendidikan Islam dalam perspektif Gus Dur, yaitu metode demokratis dan metode dialogis antara murid dan guru. Pendidikan Islam haruslah beragam, mengingat penduduk bangsa Indonesia yang majemuk secara geografis. Pendidikan Islam haruslah mempunyai metode yang mampu mengakomodasi seluruh kepentingan-kepentingan rakyat Indonesia.16 5. Lembaga Pendidikan Islam Menurut Gus Dur seharusnya pendidikan pesantren menyelenggarakan pendidikan umum. Hal ini dimaksudkan supaya peserta didik yang belajar dipesantren adalah peserta didik yang memiliki ilmu agama yang kuat sekaligus memiliki ilmu umum secara seimbang.17 6. Konsep Pendidik. Guru harus benar-benar memahami makna pendidikan dalam arti yang sebenarnya. Tidak mereduksi sebatas pengajaran belaka. Profesi guru haruslah bersifat ilmiah dan benar-benar “profesional”.18 7. Konsep Peserta Didik. Menurut Abdurrahman Wahid, peserta didik dituntut untuk selalu berfikir kritis terhadap masalah yang terjadi. Selain itu, peserta didik juga diharapkan dapat mengikuti pembelajaran secara aktif dan kreatif.19 15 Ibid., hlm. 28 Ibid., hlm. 127-128 17 Ibid., hlm. 88 18 Ibid., hlm. 140 19 Ibid, hlm. 127 16 8 8. Evaluasi Pendidikan. Gus Dur menilai, perlunya pembinaan dan pelatihan tentang peningkatan motivasi belajar kepada peserta didik sehingga anak akan memiliki minat belajar yang tinggi. Selain itu, harus ditanamkan pola pendidikan yang berorientasi proses (process oriented) yaitu, proses lebih penting daripada hasil. E. Analisa dan Relevansi Pemikiran. Sistem pendidikan Indonesia belum bisa berbasis masyarakat, sebab sulit mengakui orang yang memiliki kemampuan tanpa adanya bukti pengakuan secara administrasi atau legal seperti ijazah. Pendidikan sudah seharusnya melingkupi segala ilmu pengetahuan tanpa ada pembatas antara ilmu tradisional atau ilmu modern. Karena ilmu akan terus berkembang dan berkesinambungan maka semestinya pendidikan memberikan pembebasan dari belenggu tradisionalisme yang hanya membenarkan ilmu terdahulu. Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk dan beragam dituntut untuk menerima segala perbedaan, mengunggulkan sikap toleransi, sehingga tercapai kesatuan dalam bingkai perbedaan. Perbedaan ini semestinya menjadi ciri khas dan kekayaan bangsa Indonesia yang telah termanifestasikan dalam semboyannya yaitu bhineka tunggal ika. Kurikulum yang menekankan aspek afektif, psikomotorik dan berorientasi pada siswa, kini telah dicanangkan dalam kurikulum 2013 yang menekankan pembentukan karakter siswa atau peserta didik. Metode pendidikan yang demokratis dan dialogis serta beragam membuka ruang diskusi antara pemikiran pendidik dan peserta didik sehingga memungkinkan munculnya ide kreatif. Lembaga pendidikan pesantren masih memegang peran penting dalam pendidikan Islam. Sekarang sudah banyak pesantren modern yang juga mempelajari ilmu pengetahuan umum. Profesional merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik sesuai dengan UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Peserta didik yang kritis akan lebih siap dan maju untuk terjun ke masyarakat guna mendapatkan solusi terbaik dan memecahkan masalah (probelm solving) yang terjadi dalam kehidupannya. Pendidikan memberikan evaluasi yang dapat memicu motivasi belajar sehingga peserta didik tergerak untuk mengeksplorasi semua kemampuannya. 9 BAB III PENUTUP A. Simpulan Tabel Biografi & Pemikiran Konsep Pendidikan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (1940-2009 M.) : Nama Lengkap Nama Asli Nama Populer Lahir Wafat Nama Ibu Nama Istri Setting Sosial Pendekatan Abdurrahman Wahid bin Wahid Hasyim bin Hasyim Asy’ari Abdurrahman Ad-Dakhil Abdurrahman Wahud, Gus Dur Denanyar, Jombang, Jawa Timur, 4 Agustus 1940 M. RSCM, Jakarta, 30 Desember 2009 M. Hj. Sholehah Sinta Nuriyah Lingkungan Pesantren dan Pendidikan di Timur Tengah 1) Politik-Struktural. 2) Kultural. 3) Sosio-Kultural Ide Pokok dan Analisa Pemikiran Pendidikan : 1. Sistem Pendidikan 5. Metode Pendidikan Berbasis Masyarakat. Neomordenisme, Pembebasan dan Multikulturalisme Pensantren juga mengadakan dan atau memadukan Pendidikan Umum. Pendidikan karakter. Pendidikan berorientasi pada siswa dan menekankan aspek afektif dan psikomotorik Demokratis, dialogis dan beragam. 6. Konsep Pendidik Pendidik yang profesional dan ilmiah. 7. Konsep Peserta Didik Peserta didik harus kritis. Pembinaan dan pelatihan motivasi yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pesantren modern. Kurikulum 2013 Kompetensi Profesional Pendidik. Peserta didik mulai kritis dan membuka pikirannya dari belenggu tradisionalisme. 2. Tujuan Pendidikan 3. Lembaga Pendidikan 4. Kurikulum Pendidikan 8. Evaluasi Pendidikan Relevansi Pemikiran - B. Saran Tidak ada salahnya mempelajari ideologi pemikiran Barat dan menerapkannya, asalkan tidak meninggalkann nilai-nilai esensi Islam. Pelajarilah itu. 10 DAFTAR PUSTAKA Faisol, 2013. Gus Dur dan Pendidikan Islam Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di Era Global. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Rifai, Muhammad. 2013. Gus Dur: KH. Abdurrahman Wahid Biografi Singkat 1940-2009. Jogjakarta: Garasi House of Book Saefullah, Aris. 2003. Gus Dur VS Amien Rais; Dakwah Kultural-Struktural. Jogjakarta: Laelathinkers Sholehuddin, M Sugeng. 2016. Diktat Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press