MODEL PEMBINAAN NU, MUHAMMADIYAH DAN ALWASHLIYAH DALAM MENGANTISIPASI BERKEMBANGNYA FAHAM TERORISME Kajian Analisis Pergerakan Organisasi Keagamaan di Sumatera Utara Ahmad Calam#1, Muhammad Dahria#2, Sobirin#3 STMIK Triguna Dharma Jl. A.H. Nasution No. 73F Medan Sumatera Utara Telp. (061) 8289106 Fax. (061) 8224051 Laman: www.trigunadharma.ac.id Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya Organisasi keagamaan terbesar di Sumatera Utara yang mampu membina masyarakat dalam keberagamaan sehingga masyarakat Sumatera Utara mampu menampilkan perilaku keberagamaan khususnya pemeluk agama Islam dan tidak dinodai oleh faham-faham yang sesat terutama terorisme, tiga organisasi keagamaan yaitu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan Al Jam’iyatul Washliyah berusaha memberikan pembinaan walaupun belum maksimal, karena masih ada wilayah yang ada pemeluk agama Islam belum secara optimal dilakukan pembinaan keagamaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melakukan pembinaan keberagamaan kepada jama’ah (masyarakat) diperlukan sebuah organisasi yang formal dan bersinergi dengan instansi pemerintahan dan masyarakat, hal seperti ini yang dilakukan oleh tiga organisasi keagamaan dengan mengadakan berbagai kegiatan melalui; pertama, penguatan kesadaran berorganisasi bagi ummat Islam sehingga mampu menjalankan roda organisasi dengan stabil, kedua, upaya tiga organisasi keagamaan untuk membuat suatu kegiatan bersama antar instansi pemerintahan maupun pihak swasta dan masyarakat dalam bentuk pengajian, seminar, maupun kerjasama yang rutin dibidang keagamaan, pertanian, ekonomi, pemerintahan maupun kesehatan adanya dialogis antar ulama membahas tentang permasalahan ummat, ketiga, secara rutinitas tiga organisasi keagamaan melakukan pembinaan kepada jama’ah (masyarakat) dengan berbagai aktivitas seperti pendidikan (dalam bentuk sekolah, pesantren maupun perguruan tinggi), kesehatan (adanya rumah sakit, klinik bersalin maupun umum), perekonomian (adanya koperasi, toko), dan pengkaderan (regenerasi kepemimpinan), keempat, Adanya hubungan antara usaha yang dilakukan oleh para pimpinan organisasi dengan perilaku keberagamaan jama’ah (masyarakat) terhadap pelaksanaan pengamalan ajaran agama Islam yang baik dan benar serta terhindar dari pemahaman ajaran agama yang sesat (terorisme). Kata kunci: Organisasi Keagamaan, Pembinaan, Ajaran Islam, Terorisme. Abstract The background of This research by the existence of religious largest Organisasi in North Sumatra that able to develop society in religion until North Sumatera society able featuring especially religion behaviour Islamic religion converters and not stained by concept-concept that lost especially terrorism, three religious organization are Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah and Al Jam'iyatul Washliyah try to give construction although not yet maximal, because still there is province that there is religion converters Islamic not yet by optimal carried out religious construction. Result of the research show bahwa in doing construction to kind of community (society) needed an organization that formal and synergetic with instance goverment and society, such as which is done by three religious organization by hold various activity through; first, aware amplification organized for follower Islamic until capable of operating organization wheel with steady, second, the effort of three religious organization to be doing a activity together between instance goverment though rule private and society in form learning, seminar, though cooperation that routine religious, agriculture, economy, although healthy rule the existence of dialogue theologian between debate on follower problem, third, by rutinitas three religious organization do construction to community(society) with various activity like education (in form of school, pesantren also high school), healthy (the existence of hospital, though maternity clinic announce), economy (the existence of co-operative, shop), and forming of cadres (leadership regeneration), fourth, there are the relationship between effort which is done by organization leaders with religion behaviour community (society) on Islamic teachings of the religion implementation that good and true and elude from teachings of the religion understanding that lost (terrorism). Keywords: Religious Organization, Construction, The Teaching Of Islam, Terrorism. Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… PENDAHULUAN Pendidikan Islam sebagai Fondasi keberagamaan ummat Islam terutama dalam memahami dan menjalankan ajaran agama yang sifatnya non formal digerakkan oleh organisasi keagamaan baik pimpinan maupun anggota secara pribadi dan sosial akan membentuk pribadi yang sholeh dalam menjalankan aturan kehidupan. Namun kenyataannya, masih ada beberapa kelompok masyarakat yang terbawa faham terorisme dimana faham tersebut cenderung menonjolkan kebencian kepada pengambil kebijakan atau kebijakan yang muncul dari ‘barat‘ sehingga terjadi tragedi “Jihad“ yang memilukan. Prilaku Organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspekaspek tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Aspek pertama meliputi pengaruh organisasi terhadap manusia, aspek kedua pengaruh manusia terhadap organisasi. Organisasi kegamaan yeng terbesar diwilayah propinsi Sumatera Utara adalah Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan Jamiatul Al-Washliyah, yang hampir 75 % ummat Islam menjadi anggota dalam tiga organisasi besar tersebut. 25 % mengikuti organisasi keagamaan lain seperti; LDII, Hizbut Thahrir, Jamaah Tabligh, MTA, Persis, Tareqat, dll. Melihat adanya aksi-aksi teroris yang memberikan kesan pada simbol Islam sebagai pelakunya, kelihatan sepintas adanya perbedaan pemahaman dalam melaksanakan ajaran Islam dikalangan ummat Islam, padahal keberadaan ummat Islam di Indonesia dikenal dengan kehidupan yang harmonis baik sesama kaum muslim maupun dengan ummat lain, hal ini ditengarai karena adanya beberapa organisasi keagamaan yang mampu menghimpun kegiatan ummat Islam, baik dalam kegiatan sosial maupun ibadah. Abd. Sidiq Notonegoro (2011), menjelaskan bahwa Islam bukan sistem teokrasi, bukan pula cara berfikir yang di dikte oleh teologi.Nilai-nilai Islam pada dasarnya bersifat merangkul semua (all-embracing) bagi penataan kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya. 102 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 Penulis menyadari bahwa begitu sulit membedakan ajaran agama dengan keberagamaan sehingga hampir sulit dipilah mana ajaran agama yang murni dan mana ajaran yang dilakukan oleh manusia sebagai bentuk keberagamaan seseorang yang tidak menutup kemungkinan sedikit dibalut oleh emosi yang bersifat tendensius. Persoalan keberagamaan seseorang seringkali memunculkan perilaku yang berbeda antar pemeluk agama bahkan dalam satu agama, Islam umpamanya sering memunculkan perilaku yang berbeda dalam mengamalkan salahsatu ajaran Islam, maka tidak aneh ketika ada yang menyebut „Islam warna warni“ yang walaupun sebenarnya bukan Islam yang warna warni, Islam tetap satu ajaran yang murni yang warna warni adalah perilaku ummat Islam sebagai pengamal ajaran Islam. METODE PENELITIAN 1. Jenis Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Partisipatorik sedangkan teknik pengumpulan sample menggunakan snow ball sampling (bola salju) dan sebagian menggunakan teknik Purposive sampling, menggunakan metode ini disebabkan karena objek penelitian memiliki karakteristik dan watak yang unik dan objeknya terbatas sehingga memungkinkan peneliti dapat menemukan mutiara dari persoalan fundamental yang sedang dikaji. 2. Lokasi Penelitian Yang menjadi lokasi penelitian tahun pertama dalam penelitian ini adalah pimpinan wilayah Organisasi keagamaan (UN, Muhammadiyah dan Al Jamiyatul washliyah) yang ada di wilayah propinsi Sumatera Utara. 3. Sumber Data Yang menjadi Sumber data dalam penelitian ini adalah: Para pimpinan wilayah (NU, Muhammadiyah dan Al Washliyah), Anggota Jamaah/masyarakat, Pejabat Pemerintah. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang refresentatif dalam penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut; Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… 1. Observasi 2. Interview 3. Rekaman Arsip 4. Dokumentasi 5. Analisis Data Kegiatan analisis data ini dilakukan sejak mulai, selama dan sesudah penetapan masalah, adapun langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah; 1) Pengumpulan data dimulai setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah itu data dapat dianalisis, 2) Penyajian Data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang akan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, 3) Menarik kesimpulan/Verifikasi, hal ini sebenarnya hanya merupakan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh, dimana kesimpulan-kesimpulan juga diferifikasi selama kegiatan berlangsung dan sesudah pengumpulan data. Verifikasi ini tidak terlalu panjang hanya meninjau ulang pada catatancatatan lapangan. 6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Agar data yang diperoleh memiliki validitas dan obyektivitas yang tinggi maka menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan teknik Triangulasi (Sumber data, peneliti dan metode), yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan triangulasi dalam pemeriksaan melalui sumber data lainnya. Dalam hal ini peneliti menanyakan hal yang sama terhadap sumber yang berbeda yakni terhadap warga masyarakat sekitar, begitu juga triangulasi dengan metode yaitu mengecek derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Model Pembinaan Nahdlatul (NU) Ulama Peran yang dilakukan oleh pimpinan Wilayah NU Sumatera Utara pada intinya terbagi dalam 2 (dua) bidang yaitu, pertama, bidang pendalaman dan sosialisasi ajaran Islam pada pimpinan dan anggota, kedua, bidang kegiatan yang merupakan aplikasi dari ajaran Islam. Pokok ajaran Islam ada 3, yaitu: Islam, Iman dan Ihsan. Dasarnya adalah hadits sebagai berikut: Pertama, Islam, sebagaimana dijelaskan oleh rasulullah SAW Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah SAW. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah SAW. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah SAW, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Islam adalah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.” Ada pun rukun Islam terdiri dari 5 perkara. Barang siapa yang tidak mengerjakannya maka Islamnya tidak benar karena rukunnya tidak sempurna. Rukun Islam pertama yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Asyhaadu alla ilaaha illallaahu wa asyhaadu anna muhammadar rasuulullaah. Artinya meyakini hanya Allah Tuhan yang wajib dipatuhi perintah dan larangannya. Jika ada perintah dan larangan dari selain Allah, misalnya manusia, yang bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, maka Allah yang harus dipatuhi. Ada pun Muhammad adalah utusan Allah yang menjelaskan ajaran Islam. Untuk mengetahui ajaran Islam yang benar, diwajibkan mempelajari dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Konsekwensi dari 2 kalimat syahadat adalah harus mempelajari dan memahami Al Qur’an dan Hadits yang sahih. 103 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… Rukun Islam kedua adalah shalat 5 waktu, yaitu: Subuh 2 rakaat, Dzuhur dan Ashar 4 raka’at, Maghrib 3 rakaat, dan Isya 4 raka’at. Shalat adalah tiang agama barang siapa meninggalkannya berarti merusak agamanya. Rukun Islam ketiga adalah puasa di Bulan Ramadhan. Yaitu menahan diri dari makan, minum, hubungan seks, bertengkar, marah, dan segala perbuatan negatif lainnya dari subuh hingga maghrib. Rukun Islam keempat adalah membayar zakat bagi para muzakki. Ada pun orang yang mustahiq. Zakat merupakan hak orang miskin agar harta tidak hanya beredar di antara orang kaya saja. Rukun Islam yang ke lima adalah berhaji ke Mekkah jika mampu. Sebelum berhaji, hutang yang jatuh tempo harus dibayar dan keluarga yang ditinggalkan harus diberi bekal yang cukup. Nabi berkata barang siapa yang mati tapi tidak berhaji padahal dia mampu, maka dia mati dalam keadaan munafik. Kedua, Iman, sebagaimana dijelaskan oleh rasulullah dalam lanjutan dialog. Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang Iman.” Rasulullah SAW menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.” Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang Ihsan.” Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Assa’ah (azab kiamat).” Rasulullah menjawab, “yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab, “Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.” Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah SAW bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah SAW lantas berkata, 104 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.” (HR. Muslim). Iman adalah keyakinan kita pada 6 rukun Iman. Islam adalah pokok-pokok ibadah yang wajib dikerjakan. Ada pun Ihsan adalah cara mendekatkan diri kepada Allah. Tanpa Iman semua amal perbuatan baik akan sia-sia. Tidak ada pahalanya di akhirat, sebagaimana firman Allah dalam al-Quran Surah An Nuur: 39 dan Surah Ibrahim:18; Iman ini harus dilandasi ilmu yang mantap sehingga bisa menjelaskannya kepada orang lain. Bukan sekedar taqlid atau ikut-ikutan. Sebagaimana hadits di atas, rukun Iman ada 6. Pertama Iman kepada Allah. Artinya meyakini adanya Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah. Rukun Iman yang kedua adalah Iman kepada Malaikat-malaikat Allah. Harus yakin bahwa Malaikat adalah hamba Allah yang selalu patuh pada perintah Allah. Rukun Iman yang ketiga adalah beriman kepada Kitab-kitab-Nya. harus yakin bahwa Allah telah menurunkan Taurat kepada Musa, Zabur kepada Daud, Injil kepada Isa, dan al Qur’an kepada Nabi Muhammad. Namun harus yakin juga bahwa semua kitabkitab suci di atas telah dirubah oleh manusia sehingga Allah kembali menurunkan Al Qur’an yang dijaga kesuciannya sebagai pedoman hingga hari kiamat nanti, sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran Surah Al Baqarah:79 dan 2. Rukun Iman yang keempat adalah beriman kepada Rasul-rasul (Utusan) Allah. Rasul/Nabi merupakan manusia yang terbaik dan pantas dijadikan suri teladan yang diutus Allah untuk menyeru manusia ke jalan Allah. Ada 25 Nabi yang disebut dalam Al Qur’an yang wajib diimani di antaranya Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Karena ajaran Nabi-Nabi sebelumnya telah dirubah ummatnya, kita harus meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir yang harus diikuti ajarannya, sebagaimana dijelaskan dalam alQuran Surah Al-Ahzab : 40. Rukun Iman yang kelima adalah beriman kepada Hari Akhir (Kiamat/Akhirat). Harus yakin bahwa dunia ini fana’. Suatu saat akan tiba hari Kiamat. Pada saat itu manusia akan Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… dihisab. Orang yang beriman dan beramal saleh masuk ke surga. Orang yang kafir masuk ke neraka. Selain kiamat besar juga harus yakin akan kiamat kecil yaitu mati. Setiap orang pasti mati. Untuk itu harus selalu hati-hati dalam bertindak. Rukun Iman yang keenam adalah percaya kepada Takdir/qadar yang baik atau pun yang buruk. Meski manusia wajib berusaha dan berdoa, namun apa pun hasilnya harus menerima dan mensyukurinya sebagai takdir dari Allah. Ketiga, Ihsan, (Mendekatkan Diri kepada Allah), Ada pun Ihsan adalah cara agar bisa khusyu’ dalam beribadah kepada Allah. Beribadah seolah-olah melihat Allah. Jika tidak bisa, harus yakin bahwa Allah SWT yang Maha Melihat selalu melihat manusia. Ihsan ini harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga jika berbuat baik, maka perbuatan itu selalu diniatkan untuk Allah. Sebaliknya jika terbersit niat untuk berbuat keburukan, tidak mengerjakannya karena Ihsan tadi. Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena dia berusaha membuat senang Allah yang selalu melihatnya. Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena dia selalu yakin Allah melihat perbuatannya. Di samping ajaran pokok adalah Islam, Iman dan Ihsan, dikenal juga istilah “Jihad” yang banyak kalangan dan organisasi keagamaan mentafsirkan arti jihad, di bawah ini penulis jabarkan pemahaman Nahdlatul Ulama dalam memahami Jihad. Dalam istilah bahasa, jihad datangnya dari perkataan `jahada' yang bermakna "menggunakan segala usaha dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan sesuatu". Dengan istilah ini, manusia dimungkinkan berjihad ketika belajar dengan menghadapi persoalan, berjihad ketika mencari nafkah, berjihad ketika berkarya dan kegiatan lain yang sifatnya bersungguh-sungguh. Tetapi "Jihad" dalam definisi syari'ah hanya ada satu makna yaitu "menentang orang kafir di medan pertempuran. Dalam sejarah Islam, Jihad adalah alat yang digunakan oleh Daulah Islam untuk menyebarkan serta menyampaikan syi'ar Islam. Digunakan sebagai tindakan fisikal menghapuskan segala halangan kepada dakwah Islam dan dengan cara ini Islam dibawa ke seluruh kawasan Daulah Islam baik pada zaman Rasulullah maupun di zaman khulafa' ur Rasyidin dan seterusnya, dengan tingkatan, penduduk di suatu kawasan itu akan diajak memeluk Islam, dan mereka akan diberi waktu untuk mengkaji dan memahami Islam; sekiranya mereka menolak mereka akan diperlakukan menjadi rakyat Daulah Islam dengan membayar `jizyah' dan Islam akan diimplimentasikan ke atas mereka, dan mereka akan diberikan hak hak yang sama seperti umat Islam yang lain. Sekiranya perlakuan ditolak juga, maka baru tentera Islam akan berjihad. Sebagaimana dijelaskan oleh Abdullah Nasution, wakil ketua Tanfidziah PWNU Sumatera Utara; “Kita memahami Jihad dengan pengertian bersungguh-sungguh, bisa bersungguh-sungguh dalam pekerjaan, dalam belajar, dalam dakwah menyebarkan ajaran islam dan yang paling penting adalah bersungguhsungguh melawan hawa nafsu Setan, bukan nabi pernah menjawab bahwa berjihad yang paling besar adalah jihad melawan hawa nafsu” Untuk merealisasikan pemahaman ajaran Islam dikalangan pimpinan dan anggota Nahdlatul Ulama adalah melalui aplikasi program kerja yang sudah disepakati oleh Pengurus Wilayah NU Sumatera Utara, seperti maksimalisasi peran pesantren, sekolah, tempattempat pengajian dan juga melalui kegiatan yang sifatnya seremonial. Kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial juga dilakukan dalam momen-momen tertentu, seperti dalam acara pengajian terbuka untuk umum dengan thema:”Membentengi Keluarga dari faham Sesat dalam Pandangan Islam”, Ketua Tanfidziah Pimpinan wilayah NU H. Ashari Tambunan menjelaskan: Upaya membentengi anak dari pengaruh faham yang sesat dimulai dari keluarga, karena pada dasarnya anak-anak sekolah bahkan mahasiswa memiliki pemikiran yang masih labil terutama dalam persolan agama. Hal senada juga diterangkan oleh nara sumber dalam pengajian 105 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… tersebut, H. Syahrinal Azhar Lubis: Saat ini banyak aliran sesat yaitu aliran yang mau memisahkan diri dari jama’ah Islam, mereka hanya mau bergaul dengan kelompoknya sendiri, ibadah sendiri dan tidak mau sholat di Masjid kaum muslim yang lain, solusinya adalah sebagaimana ditegaskan oleh rasulullah SAW “Aku tinggalkan ditengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan sesat jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah (alQuran dan Sunnah (Hadits)”. Ketika berbicara soal pembinaan akhlak bangsa ini, maka PWNU Sumatera utara juga ikut mempelopori bagaimana peran ulama dalam mensikapi masalah keummatan, disampaikan oleh H. Ashari Tambunan ketika mempersiapkan pertemuan ulama Sumatera Utara di Brastagi 12 Mei 2011, mengatakan: “Pokok-pokok fikiran yang akan dirumuskan salah satunya adalah bagaimana ulama sebagai pemimpin ummat dan Nahdlatul Ulama untuk bersama-sama menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada umat”. Acara pertemuan ulama NU Sumatera Utara dibuka oleh Plt Gubernur Sumatera Utara H. Gatot Pujo Nugroho mengarahkan “pertemuan ini hendaknya menjadi tonggak sejarah para alim ulama NU dalam meningkatkan peran dan potensi ulama dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Persoalan yang sangat urgen adalah bagaimana memperbaiki akhlak generasi muda, pembahasan akhlak bukan saja terbatas pada konteks etika dan sopan santun akan tetapi berkaitan hubungan manusia dengan Tuhan, artinya bahwa manusia harus memiliki hubungan dengan Tuhan apa yang disebut Aqidah, dan yang perlu dibahas dalam kegiatan ini adalah bagaimana mnumbuhkan dan memantapkan Aqidah yang benar sehingga tidak terjerumus pada aqidah yang sesat atau menyimpang. Penulis melihat begitu respek gubernur Sumatera Utara dalam memahami dan memperhatikan munculnya penyimpangan akhlah dikalangan generasi muda, yang dikenal istilah terorisme yang marak terjadi di Indonesia juga sebagian besar mengaku dari kalangan 106 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 ummat Islam, yang walaupun sebenarnya perlu di cek keberagamaan mereka, yang sebagian besar generasi muda. Dalam acara tersebut ditutup oleh PBNU H. Marsudi Suhud yang menjelaskan: “Sejarah telah mencatat bahwa NU sebagai salah satu ormas keagamaan paling tua di Indonesia, Nu telah menorehkan banyak kontribusi bagi kelangsungan bangsa dan Negara Indonesia, tak ada keraguan bahwa NU adalah ormas keagamaan yang memiliki komitmen tinggi bagi tegaknya NKRI dibawah tenda besar bernama Pancasila. Di tengah-tengah resistensi yang kuat dari sebagian umat Islam terhadap Pancasila melalui Muktamar yang ke-27 NU menyatakan bahwa bentuk Negara kesatuan republic Indonesia adalah keputusan final”. Maksudnya NU sudah sepakat untuk tidak menerima bentuk Negara selain NKRI. Bukan hanya persoalan keagamaan dan akhlak, PWNU menjalin kemitraan dalam bidang kesehatan dengan Rumah Sakit Tropicana Kota Damansara Selangor Malaysia, kegiatan kerjasama yang adakan di Brastagi dihadiri, General Manager dan area Branch manager PT Stem Tech Life Sciences Indonesia, Andrew B Doloksaribu dan Hj. Darmilawati, Suriyah PWNU H. Musaddad Lubis, Ketua PWNU H. Ashari Tambunan dan Sekretaris PWNU Misran Sihaloho, Ashari Tambunan mengatakan:”Kesehatan adalah hal yang sangat prinsip dan penting bagi semua manusia baik kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani”. Yang paling penting dalam melakukan pembinaan terhadap jama’ah/masyarakat PWNU lebih kepada pemantapan ideology organisasi dan implementasi program kerja yang didukung oleh perangkat organisasi, sehingga mampu mengembangkan dakwah Islam ditengah-tengah masyarakat secara sistematis. 2. Model Pembinaan Muhammadiyah Penguatan Pemahaman Organisasi Secara Bahasa Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab “Muhammad” yaitu Nabi Muhammad SAW. Kemudian ditambah ‘ya’ nisbah yang artinya menjeniskan. Jadi Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… Muhammadiyah berarti umat “Muhammad SAW atau pengikut Muhammad SAW, secara etimologis semua orang yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW adalah orang Muhammadiyah. Secara Istilah Muhammadiyah adalah sebuah Persyarikatan yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan tanggal 18 November 1912 Miladiyah di Yogyakarta untuk jangka waktu tidak terbatas. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan Tajdid yang bersumber pada al-Qur’an dan as Sunnah. Kelahiran Muhammadiyah tidak lain kerena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran al Qur’an. Pada dasarnya apa yang digerakkan oleh Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan yang riil dan konkrit. Gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, konkrit dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil ‘alamin, oleh alasan tersebut Muhammadiyah disebut sebagai gerakan Islam. Di samping itu, Muhammadiyah juga memiliki identitas sebagai gerakan Dakwah maksudnya adalah: Pertama, Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya yaitu dakwah Islam, amar makruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan atau kancah perjuangannya. Kedua, Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat hidup orang banyak seperti berbagai macam ragam lembaga pendidikan mulai dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi, membangun Rumah Sakit, Panti Asuhan dan sebagainya. Seluruh amal usaha Muhammadiyah itu merupakan manifestasi atau perwujudan dakwah Islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan yang tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islam sebagaimana yang diajarkan al-Quran dan as-Sunnah Shahihah. Ketiga, Muhammadiyah adalah gerakan tajdid, maksudnya adalah Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan atau gerakan reformasi. Secara istilah tajdid memiliki pengertian pemurnian dan peningkatan, pengembangan, modernisasi, dan yang semakna dengannya. Pemurnian maksudnya adalah pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan kepada al-Quran dan as-Shahihah. Keempat, Muhammadiyah meyakini matan ajaran Islam yang harus dipelihara sebagaimana yang terdapat dalam alQuran dan as-Sunnah adalah yang berkaitan dengan Aqidah dan Ibadah. Dalam sejarah perkembangan umat Islam ditemukan praktek percampuran ajaran Islam, antara Aqidah dengan yang bukan Aqidah, misalnya mengkeramatkan kuburan, mengkeramatkan ulama, dan sebagainya. Padahal dalam ajaran Islam yang harus dikeramatkan itu hanya Allah SWT. Hal ini yang menjadi tugas Muhammadiyah untuk memurnikan Aqidah Islam kembali. Dalam masalah aqidah (tauhid), hanya digunakan dalil-dalil yang mutawatir. Peningkatan, pengembangan dan modernisasi maksudnya adalah penafsiran pengamalan dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh kepada al Qur’an dan al Sunnah shahihah. Penulis memahami bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan puritan yang menjadikan fokus utamanya adalah ”pemurnian” atau pembersihan ajaran-ajaran Islam dari singkretisme dan belenggu formalisme. Makna tajdid dalam arti pemurnian (purifikasi) menuju pada tiga sasaran, yaitu: I’adah atau pemulihan; yaitu membersihkan ajaran Islam yang tidak murni lagi dan Ihanah atau memisahkan; yaitu memisah-misahkan secara cermat oleh ahlinya, mana yang sunnah dan mana pula yang bid’ah, serta Ihya’ atau menghidup-hidupkan; yaitu menghidupkan ajaran-ajaran Islam yang belum terlaksana atau yang terbengkalai. Penulis telusuri bahwa sejak lahirnya Muhammadiyah memang sudah dapat diketahui asas gerakannya, namun pada tahun 1938-1942 di bawah kepemimpinan Kyai Mas Mansur mulai dilembagakan idiologi Muhammadiyah, yaitu dengan lahir konsep Dua Belas langkah 107 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… Muhammadiyah. Yaitu memperdalam iman, memperluas faham keagamaan, memperbuahkan budi pekerti, menuntun amalan intiqad, menguatkan persatuan, menegakkan keadilan, melakukan kebijaksanaan, menguatkan tanwir, mengadakan musyawarah, memusyawaratkan putusan, mengawasi gerakan kedalam dan memperhubungkan gerakan keluar. Dengan lahirnya konsep ini maka Muhammadiyah tumbuh menjadi paham dan kekuatan sosialkeagamaan dan sosial politik tertentu di Indonesia. Pada tahun 1942-1953 dibawah kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo dirumuskan konsep idiologi Muhammadiyah secara lebih sistematik yaitu ditandai dengan lahirnya Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yang berisi pokok-pokok pikiran sebagai berikut: Hidup manusia harus berdasar Tauhid, hidup manusia bermasyarakat, hanya ajaran Islam satu-satunya ajaran hidup yang dapat dijadikan sendi pembentuk pribadi utama dan mengatur ketertiban hidup bersama menuju hidup bahagia sejahtera yang hakiki di dunia dan akhirat, berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur yang diredhai Allah SWT adalah wajib, sebagai ibadah kepada Allah dan berbuat ihlah dan ihsan kepada sesama manusia, perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam hanyalah akan berhasil bila dengan mengikuti jejak perjuangan para nabi terutama perjuangan nabu Muhammamd SAW. Perjuangan mewujudkan pokok-pokok pikiran seperti diatas hanya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan akan berhasil bila dengan cara berorganisasi, dan seluruh perjuangan doarahkan tercapainya tujuan Muhammadiyah, yaitu terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Pada tahun 1968 dalam muktamar Muhammadiyah ke 37 di Yogyakarta perumusan idiologi Muhammadiyah semakin mengental, ditandai dengan lahirnya Matan Keyakinan dan Citra-cita Hidup Warga Muhammadiyah, yang berisi pokok-pokok pikiran sebagai berikut; pertama; Muhammadiyah adalah Gerakan yang berasas Islam, bercita-cita dan bekerja untuk 108 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 terwujudnya masyarakat Islam yang sebenarbenarnya, kedua; Muhammadiyah adalah berkeyakinan bahwa Islam ada;ah Agama Allah yang diwahyukan kepada mulai Nabi Adam smpai kepada Nabi Muhammad SAW. Ketiga; Muhammadiyah dalam mengamalkan ajaran Islam berdasarkan al Qur’an, dan Sunnah Rasul, keempat; Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang Aqidah, Akhlak, Ibadah dan Muamalat Diniawiyat dan yang kelima; Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu Negara yang adil makmur dan diridhai Allah SWT. Maksud dan tujuan Muhammadiyah sebagaimana hasil rumusan Muktamar Muhammadiyah ke 45 di Malang yang berlaku saat ini adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarbenarnya. Dalam sejarah perjalanan Muhammadiyah sudah terdapat beberapa kali pergantian rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah, sebagai berikut: 1) Tahun 1914: Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putra, di dalam residensi Yogyakarta dan Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya. 2) Tahun 1920: Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Belanda dan Memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan agama Islam kepada sekutusekutunya. 3) Tahun 1942: Hendak menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunannya dan Hendak melakukan pekerjaan kebaikan umum serta Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya. 4) Tahun 1950: Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. 5) Tahun 1959: Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… terwujud masyarakat Islam yang sebenarbenarnya. 6) Tahun 1985: Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. 7) Tahun 2000: Menegakkan dan menjunjug tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Utama, Adil dan Makmur yang diridhai Allah SWT. 8) Tahun 2005: Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dari perjalanan sejarah perumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah, ternyata sudah mengalami perubahan redaksi sebanyak 8 kali perubahan. Namun bila diperhatikan dengan teliti maka sebenarnya tidak ada yang substansi mengalami perubahan. Pada prinsipnya kesemua redaksional tersebut tetap istiqamah dalam prinsip bahwa maksud dari Muhammadiyah adalah Menegakkan Agama Islam. Sedangkan Tujuan Muhammadiyah adalah Kehidupan Islami. Muhammadiyah memahami bahwa ajaran Islam itu mencakup Aqidah, Akhlak, Ibadah dan Muamalat Duniawiyat bergerak di bidang keislaman adalah sebuah ungkapan yang menunjukkan bahwa Muhammadiyah bergerak dalam segala aspek kehidupan manusia baik untuk kebahagiaan hidup di dunia maupun untuk persiapan hidup bahagia di akhirat. Oleh sebab itu, untuk mencapai maksud dan tujuan, Muhammadiyah melaksanakan Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan. Usaha Muhammadiyah yang diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program dan kegiatan meliputi: 1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebar-luaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan. 2. Memperdalam dan mengembangkan pengajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenaran. 3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya. 4. Meninkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlak mulia. 5. Memajukan pendidikan, perekonomian, kesehatan, lengkungan, kesejahteraan dan lain sebagainya. Untuk mengemban amanah yang cukup berat dari persyarikatan Muhammadiyah maka dibutuh karakter pimpinan yang mumpuni, sehingga dia menggerakkan dakwah Islam dalam Muhammadiyah maka menjadi persyaratan bagi calon pimpinan Muhammadiyah adalah taat beribadah dan mengamalkan ajaran Islam, setia pada prinsip perjuangan Muhammadiyah dan dapat menjadi teladan dalam Muhammadiyah. Pimpinan yang memenuhi kriteria diharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan sukses dan dapat membinan anggotanya untuk menuju masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sebagai sarana pembinaan anggota Muhammadiyah maka disyaratkan Ranting dan Cabang merupakan pusat pembinaan anggota Muhammadiyah. Atas dasar itu maka menjadi syarat untuk mendirikan sebuah Ranting Muhammadiyah yaitu harus ada pengajian/kursus anggota berkala sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan, pengajian/kursus umum berkala sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat terhadap pembinaan keagamaan. Penguatan Faham Keagamaan dalam Muhammadiyah Yang dimaksud keagamaan disini adalah Agama Islam (al-Din al-Islam). Pengertian Agama dikalangan Ulama adalah bentuk norma yang berasal dari Tuhan, yang mengajak orangorang yang berakal menuju kepada kemaslahatan dunia dan akhirat. Menurut rumusan Majelis Tarjih berdasarkan keputusan yang ditanfidzkan oleh PP. Muhammadiyah tahun 1955, Agama adalah agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah apa yang diturunkan 109 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… Allah di dalam Al Qur’an dan yang tersebut dalam al-Sunnah yang shahih, berupa perintahperintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat. Agama adalah apa yang disyariatkan Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat. Dalam rumusan pertama tentang agama menurut Muhammadiyah dititik beratkan pada sumber al Islam yakni al Qur’an dan al Sunnah as Shahihah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Adapun isinya adalah perintah-perintah dan larangan dan wajib ditaati dan petunjuk-petunuk yang perlu dipedomani. Sedang tujuan Agama adalah untuk kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Titik berat pengertian agama disini adalah pada pokok sumbernya al Qur’an dan as Sunah, Pengertian Islam yang pertama didasarkan pada ayat al-Quran surat Ali Imran: 19. Muhammadiyah dalam melakukan kiprahnya di berbagai bidang kehidupan untuk kemajuan umat, bangsa dan dunia kemanusiaan dilandasi oleh keyakinan dan pemahaman keagaamaan bahwa Islam sebagai ajaran yang membawa misi kebenaran Ilahiah harus didakwahkan sehingga menjadi rahmatan lil alamin dimuka bumi ini. Islam sebagai wahyu Allah yang dibawa oleh para Rasul hingga Rasul akhir zaman Muhammad SAW. adalah ajaran yang mengandung hidayah, penyerahan diri, rahmat, kemasalahatan, keselamatan, dan kebahagiaan hidup umat manusia di dunia dan akhirat. Keyakinan dan paham Islam yang fundamental itu diaktualisasikan oleh Muhammadiyah dalam bentuk gerakan Islam yang menjalankan misi dakwah dan tajdid untuk kemaslahatan hidup seluruh umat manusia. Misi dakwah Muhammadiyah yang mendasar itu merupakan perwujudan dari semangat awal dari persyarikatan ini sejak didirikannya yang dijiwai oleh pesan Allah dalam al Qur’an surat Ali Imran 104, yang artinya: dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, itulah orang110 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 orang yang beruntung. Kewajiban dan panggilan dakwah yang luhur itu menjadi komitmen utama Muhammadiyah sebagai ikhtiar untuk menjadi kekuatan khaira ummah sekaligus dalam membangun masyarakat Islam yang ideal, sebagaimana pesan Allah dalam al Qur’an surat Ali Imran 110 yang artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Dengan merujuk pada firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104 dan 110, Muhammadiyah menyebarluaskan ajaran Islam yang komprehensif dan muliti aspek melalui dakwah untuk mengajak pada kebaikan (Islam), al amr bil al makruf wa al nahi al munkar (mengajak kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar) sehingga umat manusi memperoleh keberuntungan lahir dan bathin dalam kehidupan ini. Dakwah yang demikian itu mengandung makna bahwa Silam sebagai ajaran selalu bersifat tranformasional; yakni dakwah yang membawa perubahan yang bersifat kemajuan, kebaikan, kebenaran, keadilan dan nilai-nilai keutamaan lainnya untuk kemaslahatan serta keselamatan hidup umat manusia tanpa membeda-bedakan ras, suku, golongan, agama dan lain-lain. K.H. Amad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dikenal sebagai pelopor gerakan Tajdid (gerakan pembaharuan). Tajdid yang dilakukan pendiri Muhammadiyah itu bersifat pemurnian (purifikasi) dan perubahan ke arah kemajuan (dinamisasi) yang semuanya berpijak pada pemahaman tentang Islam yang kokoh dan luas. Dengan pandangan yang demikian, Kiyai Dahlan tidak hanya berhasil melakukan pembinaan yang kokoh dalam Aqidah, Ibadah dan akhlak kaum muslimin, tetapi sekaligus melakukan pembaharuan dalam amaliah muamalah duniawiyah sehingga Islam menjadi agama yang menyebarkan kemajuan. Semangat Tajdid Muhammadiyah tersebut didorong anatara lain oleh sabda Nabi Muhammad SAW: Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… “Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat manuisa pada setiap kurun waktu 100 tahun untuk memperbaharui ajaran agamanya “ (HR Abu Daud dari Abu Hurairah). Karena itu melalui Muhammadiyah telah diletakkan suatu pandangan keagamaan yang kokoh dalam bangunan keimanan yang berlandaskan pada al Qur’an dan as Sunnah sekaligus mengemban tajdid yang mampu membebasakan manusia dari keterbelakangan menuju kehidupan yang berkemajuan dan berkeadaban. Masyarakat Islam yang sebenarbenarnya yang menjadi tujuan gerakan merupakan wujud aktualaisasi ajaran Islam dalam struktur kehidupan kolektif manusia yang memiliki corak masyarakat pertengahan (ummatan wasaththan) yang berkemajuan baik dalam wujud sistim nilai sosial budaya, sistim sosial dan lingkungan fisik yang dibangunnya. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang memiliki keseimbangan antara kehidupan lahiriah, dan batiniah, rasionalitas dan spritualitas, aqidah dan muamalat, individual dan sosial, duniawi dan ukhrawi, sekaligus menampilkan corak masyarakat yang mengamalkan nilai-nilai keadilan, kejujuran, kesejahteraan, kerjasama, kerjakeras, kedisiplinan, dan keunggulan dalam segala lapangan kehidupan. Dalam menghadapi dinamika kehidupan, masyarakat Islam selalu bersedia bekerjasama dan berlomba-lomba dalam serba kebaikan di tengah persaingan pasar-bebas di segala lapangan kehidupan dalam semangat “berjuang dalam mengahadapi tantangan” (al-jihad li al-muwajjahah) lebih dari sekedar “berjuang melawan musuh” (aljihad li al-mu’aradhah). Masyarakat Islam yang dicita-citakan Muhammadiyah memiliki kesamaan karakter dengan masyarakat madani, yaitu masyarakat kewargaan (civil-society) yang memiliki keyakinan yang dijiwai nilai-nilai Ilahiah, demokratis, berkeadilan, otonom, berkemajuan, dan berakhlak-mulia (al-akhlaq al-karimah). Penulis melihat masyarakat Islam yang semacam itu berperan sebagai syuhada ‘ala alnas di tengah berbagai pergumulan hidup masyarakat dunia. Karena itu masayarakat Islam yang sebenar-benarnya yang bercorak “madaniyah” tersebut senantiasa menjadi masyarakat yang serba unggul atau utama (khaira ummah) dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Keunggulan kualitas tersebut ditunjukkan oleh kemampuan penguasaan atas nilai-nilai dasar dan kemajuan dalam kebudayaan dan peradaban umat manusia, yaitu nilai ruhani (spritualitas), nilainilai pengetahuan (ilmu pengetahuan dan teknologi), nilai-nilai materi (ekonomi), nilainilai kekuasaan (politik), nilai-nilai keindahan (kesenian), nilai-nilai normative berprilaku (hukum), dan nilai-nilai kemasyarakatan (budaya) yang lebih berkualitas. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya bahkan senantiasa memiliki kepedulian tinggi terhadap kelangsungan ekologis (lingkungan hidup) dan kualitas martabat hidup manusia baik laki-laki maupun perempuan dalam relasi yang menjunjung tinggi kemaslahatan, keadilan, dan serba kebajikan hidup. Masyarakat Islam yang demikian juga senantiasa menjauhkan diri dari perilaku yang membawa pada kerusakan (fasad fi al-ardhi), kedhaliman, dan hal-hal lain yang bersifat menghancurkan kehidupan. Penguatan Ideologi Organisasi Setiap organisasi, termasuk Muhammadiyah, tentu memiliki misi tertentu yang diembannya. Sejak sebuah organisasi didirikan, para pendirinya sudah merancangkan langkahlangkah strategis apa yang perlu dilakukan, agar cita-cita yang ingin dicapai dengan mendirikan organisasi itu bisa diwujudkan. Misi yang merupakan tugas utama organisasi yang sifatnya mendasar dan fundamental, mempunyai posisi dan peranan yang sangat penting dan strategis bagi sebuah organisasi. Di samping misi itu menjadi semacam “petunjuk jalan” bagi semua komponen organisasi kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, bahkan dapat menjadi pembeda antara organisasi yang satu dengan organisasi lainnya yang bergerak di bidang yang sama. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar memiliki misi: 111 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… a. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam AS, hingga Nabi Muhammad SAW. b. Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan. c. Menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an sebagai kitab Allah terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia. d. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat Untuk mengemban misi ini Pimpinan Muhammadiyah secara solid menjalankannya dalam gerakan organisasi yang didukung oleh pengurus Pimpinan Wilayah (yang dipilih melalui Musyawarah Wilayah), Pengurus Majelis dan lembaga (sebagai pembantu Pimpinan Wilayah) dan Badan otonom (sebagai perangkat organisasi Muhammadiyah). Penguatan Ajaran Islam yang Murni Secara garis besar ajaran Muhammadiyah tertuang dalam ideology dan strategi Muhammadiyah. Ideologi Muhammadiyah sebagian tertuang dalam muqodimah Anggaran Dasar yang memberi gambaran tentang pandangan Muhammadiyah mengenai kehidupan manusia di muka bumi ini, cita-cita yang ingin diwujudkan dan cara-cara yang dipergunakan untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Muqodimah Anggaran dasar tersebut berbunyi; “Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi Allah yang mengasuh semua alam, yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, Yang memegang pengadilan pada hari kemudian. Hanya kepada Engkau hamba menyembah, dan hanya kepada Engkau, kami mohon pertolongan. Berilah petunjuk kepada hamba akan jalan yang lempang, jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan, yang tidak dimurkai dan tidak tersesat.” "Saya ridla: ber-Tuhan kepada ALLAH, ber-Agama kepada ISLAM dan ber-Nabi 112 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 kepada MUHAMMAD RASULULLAH Shalallahu 'alaihi wassalam". AMMA BA’DU, bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah hak Allah sematamata. Ber-Tuhan dan beribadah serta tunduk dan tha'at kepada Allah adalah satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama manusia. Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat iradat) Allah atas kehidupan manusia di dunia ini. Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur dan bahagia hanyalah dapat diwujudkan di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong-royong, bertolong-tolongan dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh syaitan dan hawa nafsu. Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian Nabi yang bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan sebaik-baiknya. Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum yang manapun juga, adalah kewajiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku ber-Tuhan kepada Allah. Agama Islam adalah Agama Allah yang dibawa oleh sekalian Nabi, sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW, dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia Dunia dan Akhirat. Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sentausa sebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang, terutama umat Islam, umat yang percaya akan Allah dan Hari Kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian Nabi yang suci: beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan masyarakat itu di Dunia ini, dengan niat yang murni-tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya mengharapkan karunia Allah dan ridha-Nya belaka, serta mempunyai rasa tanggung jawab di hadirat Allah atas segala perbuatannya, lagi pula harus sabar dan tawakal bertabah hati menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya, atau rintangan yang menghalangi pekerjaannya, dengan penuh Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… pengharapan perlindungan dan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa. Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka dengan berkat dan rahmat Allah didorong oleh firman Allah dalam Al-Qur'an: Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada ke-Islaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada keburukan. Mereka itulah golongan yang beruntung berbahagia" (QS Ali-Imran:104) Pada tanggal 8 Dzulhiijah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912 Miladiyah, oleh almarhum KHA. Dahlan didirikan suatu persyarikatan sebagai "gerakan Islam" dengan nama "MUHAMMADIYAH" yang disusun dengan Majelis-Majelis (Bahagian-bahagian)nya, mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan "syura" yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawatan atau Muktamar. Kesemuanya itu. perlu untuk menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW., guna mendapat karunia dan ridla-Nya di dunia dan akhirat, dan untuk mencapai masyarakat yang sentausa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah yang melimpahlimpah, sehingga merupakan: "Suatu negara yang indah, bersih suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun". Maka dengan Muhammadiyah ini, mudahmudahan ummat Islam dapatlah diantarkan ke gerbang pintu surga “Jannatun Na’im” dengan keridloan Allah yang maha Rahman dan Rahim. Maksimalisasi Kegiatan Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dalam rentang satu abad dapat menjalankan dakwah dan tajdid untuk membawa keselamatan hidup umat manusia di dunia dan akhirat. Gerakan dakwah dan tajdid yang dijalankan oleh Muhammadiyah diwujudkan melalui berbagai usaha yang kemudian diterjemahkan kedalam program dan kegiatan yang tujuan utamanya menuju tercapainya masyarakat Islam yang diridhoi Allah SWT. Dalam jangkauan yang lebih luas misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah itu tidak lain sebagai perwujudan mengemban risalah Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Sebagaimana dijelaskan oleh ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam acara ta’aruf Pimpinan Daerah Muhammadiyah langkat, 3 Juli 2011, HM. Muqoddas mengatakan: Muhammadiyah hanya mengenal akhlak al-Quran dan Sunnah sebagai landasan organisasi dan tidak mengenal akhlak Situasional, Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi ummat Islam terbesar di Indonesia yang mengedepankan syiar Islam dan dakwah, tegas dalam mengedepankan kebenaran sesuai dengan dinnul Islam serta tetap menghormati berbagai mazhab yang ada di masyarakat sepanjang tidak melenceng dari ajaran al-Quran dan Hadits. Masyarakat Islam yang diridhoi Allah SWT menjadi tujuan Muhammadiyah, dimana hal tersebut merupakan cita-cita luhur yang tidak akan terwujud secara ideal, tetapi sebagai suatu perjuangan gerakan Islam hal itu harus terus diusahakan sehingga setidaknya mendekati pencapaian masyarakat yang diidam-idamkan. Muhammadiyah dalam mencapai tujuan terwujudnya masyarakat Islam yang diridhoi Allah SWT melakukan perjuangan melalui usaha yang diwujudkan ke dalam program, amal usaha, dan kegiatan. Dalam menjalankan usaha itu Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang menjalankan misi dakwah dan tajdid senantiasa dilandasai, dijiwai, dan diarahkan oleh ajaran Islam yang antara lain menyuruh mengajak kepada kebaikan, mengajak kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, menunaikan risalah Tuhan, dan berjihad di jalan-Nya, sebagaimana pesan Allah SWT dalam al-Quran: surah Ali Imran: 104, Al-Hajj: 41, As-Syura: 38, Al-Ankabut: 69. Muhammadiyah didirikan dengan maksud dan tujuan untuk menegakkan dan menjunjungtinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang diridhoi Allah SWT. Dalam mewujudkan tujuan atau visi ideal itu Muhammadiyah melakukan usaha yang dilaksanakan secara tersistem. Usaha Muham113 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… madiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan yang meilputi: (1) Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan; (2) Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapatkan kemurnian dan kebenarannya; (3) Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf, shadaqah, hibah, dan amal shalih lainnya; (4) Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumberdaya manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia; (5) Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta meningkatkan penelitian; (6) Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas; (7) Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; (8) Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan sumber daya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan; (9) Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan luar negeri; (10) Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; (11) Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas anggota sebagai pelaku gerakan; (12) Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana untuk mensukseskan gerakan; (13) Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebenaran serta meningkatkan pembelaan terhadap masyarakat; dan (14) Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah sebagaimana tercantum dalam ART pasal 3. Perwujudan usaha dalam mencapai tujuan Muhammadiyah dilaksanakan melalui program yang dirumuskan pada setiap Muktamar, sebagai suatu rancangan kegiatan yang harus dilaksanakan pada setiap tahapan baik yang bersifat jangka menengah (pada setiap periode lima tahunan) maupun dalam jangka panjang sesuai dengan visi dan misi pengembangan yang ditetapkan organisasi. Muhammadiyah sebagai 114 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 gerakan Islam baik dalam melaksanakan program maupun keberadaan, peran, dan kiprahnya tidak lepas dari kondisi atau konteks keberadaan gerakan Islam ini dalam berbagai lingkungan. Kondisi yang dihadapi Muhammadiyah tersebut mempengaruhi dinamika gerakan, khususnya dalam melaksanakan program untuk mencapai tujuan. Dengan melihat sejarah pertumbuhan dan perkembangan persyarikatan Muhammadiyah sejak kelahirannya, memperhatikan faktorfaktor yang melatar belakangi berdirinya, aspirasi, motif, dan cita-citanya serta amal usaha dan gerakannya, nyata sekali bahwa di dalammya terdapat ciri-ciri khusus yang menjadi identitas dari hakikat atau jati diri Persyarikatan Muhammadiyah. Secara jelas dapat diamati dengan mudah oleh siapapun yang secara sepintas mau memperhatikan ciriciri perjuangan Muhammdiyah itu adalah sebagai berikut. 1) Muhammadiyah adalah gerakan Islam 2) Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar 3) Muhammadiyah adalah gerakan tajdid a. Muhammdiyah sebagai Gerakan Islam Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap Alquranul Karim. Faktor inilah yang sebenarnya paling utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya yang sangat memadai pada setiap mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah surat Ali Imran, ayat: 104, maka akhirnya dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya tergambar secara jelas asalusul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam pengabdiyannya kepada Allah SWT. Dari latar belakang berdirinya Muhammadiyah seperti di atas jelas bahwa Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… sesungguhnya kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an karena itupula seluruh gerakannya tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin. b. Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islamiyah. Ciri yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak terpisahkan dalam jati diri Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat: 104. Berdasarkan Surat Ali Imran, ayat: 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma’ruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai ragam lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah. c. Muhammadiyah sebagi Gerakan Tajdid Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan Tajdid atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana yang tercantum dalam Alquran dan Assunah, sekaligus memebersihkan berbagai amalan umat yang terang-trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik, maupun bid’ah lewat gerakan dakwah. Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan nafas, yaitu memerangi secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khurafat, bid’ah dan tajdid, sbab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seseorang. Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak hanya sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang menempel pada tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah melakukan berbagai pembaharuan cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan bermasyarakat, semacam memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan zakat harta benda, cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat Id dan pelaksanaan kurba dan sebagainya. Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian dapat disebut purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi (reformation). Dalam hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, maka Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan Purifikasi dan Gerakan Reformasi. Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap dengan sistem yang dibutuhkan bagi kehidupan umat Islam. Islam sebagai suatu sistem kehidupan tidak saja meliputi tuntunan moral dan peribadatan, tetapi termasuk sistem politik, ekonomi, dan social, seperti yang telah 115 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… diterapkan Nabi Muhammad SAW. Islam sebagai agama yang serba lengkap dan memadai terungkap dalam Al-Qur'an surah Al-An’am: 38; "Tiada seekor binatang pun di bumi ataupun unggas yang terbang dengan sayapnya, tiada lain adalah masyarakat juga seperti kamu. Tidak ada suatu apa pun yang Kami abaikan dalam Kitab. Kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan"(Departemen Agama RI, 2005: 177). Bangsa Indonesia terdiri dari beberapa suku, agama, dan golongan. Sungguhpun berbedabeda, tetapi satu tujuan, yaitu meraih kebahagiaanhidup di dalam bingkai persaudaraan sesama manusia, sebangsa dan se-Tanah Air, dan sesama pemeluk agama. Penulis melihat bahwa persaudaraan dan kebahagiaan hidup adalah kerukunan sesama warga tanpa memandang perbedaan latar belakang suku, agama dan golongan, karena hal itu adalah Sunnantullah. Kerukunan adalah kesepakatan yang didasarkan pada kasih sayang. Kerukunan mencerminkan persatuan dan persaudaraan. Allah SWT berfirman, sebagaimana Allah jelaskan dalam al-Quran surah Al-Hujurat: 13. Ayat tersebut ditujukan kepada umat manusia seluruhnya, tak hanya kepada kaum Muslimin. Manusia diturunkan dari sepasang suami-istri. Suku, ras dan bangsa mereka merupakan nama-nama saja untuk memudahkan, sehingga dengan itu kita dapat mengenali perbedaan sifat-sifat tertentu. Di hadapan Allah SWT mereka semua satu, dan yang paling mulia adalah yang paling bertakwa. Ketika pembukaan kota Makkah, Bilal naik ke atas Ka’bah untuk adzan. Seseorang berkata, “Pantaskah budak hitam adzan di atas Kakbah?” “Jika Allah SWT membenci dia, pasti Ia menggantinya”, sahut yang lain. Maka turunlah ayat itu. Menurut riwayat lain, ayat itu turun berkenaan dengan Abu Hind yang akan dikawinkan oleh Rasulullah SAW dengan seorang wanita Bani Bayadhah. Bani Bayadhah pun berkata,“Wahai Rasulullah, pantaskah kami mengawinkan putri 116 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 kami dengan bekas budak kami?” Maka turunlah ayat tersebut. 3. Model Pembinaan Al-Washliyah Penguatan Ajaran Islam a. Dakwah Al-washliyah dalam melaksanakan amanah sebagai suatu organisasi keagamaan memiliki pemahaman tentang dakwah dan jihad, sebagaimana dijelaskan El-Hadidhy, dkk dalam buku Panduan Belajar Pendidikan Kealwashliyahan jilid 2 untuk tingkat SMA sederajat: Dakwah yang dalam bahasa arab diartikan mengajak, menyerukan orang lain agar mereka menjadi orang yang sukses, selamat dan sejahtera dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT dengan cara melaksanakan perintahNya. Di dalam kehidupan masyarakat Islam hendaklah ada 3 (tiga) golongan umat yang satu sama lainnya saling mengisi dan membantu untuk mencapai suatu kemenangan, ketiga golongan tersebut adalah: pertama, satu golongan yang senantiasa menyampaikan dan mengajak pada perbuatan kebaikan, golongan ini adalah para pendakwah (muballigh), ustadz dan cendikiawan, kedua, golongan yang mengatur, memerintah dan melaksanakan kebaikan dan perbuatan amar ma’ruf, orangorang yang memberikan kepercayaan untuk mengatur kehidupan di masyarakat (pemerintah/birokrasi), ketiga, suatu golongan yang tugasnya mencegah orang lain untuk tidak membuat kemunkaran, mereka adalah penegak hukum yang memberikan sanksi terhadap orang yang bersalah dan menjadi hakim yang adil. Ketiga hal di atas adalah satu kelompok kerja yang tidak dapat dipisahkan dalam satu kesatuan untuk mencapai cita-cita, sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an surah Ali Imran:104; “Dan hendaklah ada satu golongan diantara kamu yang menyeru kepada cita-cita mulia, yang menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah berbuat kejahatan. Mereka itu orangorang yang mendapat kemenangan” (Departemen Agama RI, 2005: 79). b. Jihad Dalam mengartikan “Jihad” yang berasal dari bahasa arab Juhdun yang artinya Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… memberikan segala kemampuan dalam melaksanakan sesuatu yang dikerjakan, dalam konsep al-Washliyah Jihad adalah bersungguhsungguh mencurahkan segenap pikiran dan kekuatan melawan hawa nafsu, syaithon, kebathilan dan menghancurkan musuh-musuh yang nyata. Hal ini yang dijadikan dasar perjuangan al-Washliyah salah satunya adalah Jihad fii sabilillah yaitu berjuang di jalan Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surah asy-Syaf 10-11; “Hai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang maha pedih ? yaitu berimanlah kamu kepada Allah SWT dan rasulullah dan berjihad di jalan Allah dengan segenap harta dan jiwa raga. Inilah yang terbaik bagi kamu jika kamu mengetahui” (Departemen Agama RI, 2005: 806). Memahami berjihad melawan musuh yang nyata pada dasarnya terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu; Jihad terhadap unsur-unsur yang dapat merusak masyarakat dan merugikan orang banyak, seperti kemaksiatan, kejahatan dan kezhaliman, dan Jihad terhadap kaum kafir yang dapat menghancurkan agama Islam. Berdakwah dan berjihad adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan perbuatan yang wajib bagi setiap pribadi muslim. Secara pokok ada 4 (empat) tahap bagi seorang muslim dalam berdakwah dan berjihad, yaitu; pertama, Bersungguhsungguh mempelajari pokok-pokok ajaran Islam, yang pada dasarnya mengandung nilainilai kebenaran. Pengaruh ajaran itu terhadap jiwa harus mantap, sehingga ia mempunyai kepercayaan yang mutlak bahwa ajaran agama itu dapat memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat, kedua, bersungguh-sungguh melaksanakan dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan. Sebab kalau tidak diamalkan, maka tidak ada artinya sama sekali, ketiga, bersungguh-sungguh menyebarkan/menyampaikan ajaran itu kepada orang lain, sebab manusia hidup ini selain mempunyai kewajiban terhadap diri sendiri juga mempunyai kewajiban kepada orang lain, keempat, bersungguh-sungguh dalam menghadapi akibat yang timbul, akibat berdakwah dan berjihad suatu keyakinan bahwa yang dilakukan itu semata-mata karena Allah SWT. c. Sibghah Sibghah artinya sesuatu yang merupakan kebiasaan (ciri khas) yang biasa dilakukan oleh warga al-Washliyah, yaitu; 1. Ahli ibadah, ibadah yang merupakan perbuatan manusia dalam rangka pengabdiannya kepada Allah SWT, setiap pekerjaan dijadikan sebagai ibadah sehingga manusia dapat pahala dari Allah SWT yang memang merupakan kewajiban manusia, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surah QS. Adz-Dzariyat: 56. “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku” (Departemen Agama RI, 2005: 79). 2. Mengucap Salam, saat bertemu atau berpisah dengan saudaranya sesama muslim, mengucapkan salam memiliki fungsi untuk merapatkan hubungan persaudaraan sesama orang Islam, hubungan jiwa semakin dekat, hati bertemu hati, sehingga hubungan sesama muslim akan terjalin dengan baik. 3. Bersilaturahmi, dengan saling kinjung mengunjungi antar sesama terutama anak berkunjung kepada orang tua, jama’ah berkunjung kepada tuan guru, murid berkunjung kepada ustadz, silaturahmi akan menjadikan keakraban antar sesama muslim lainnya, sebagimana dijelaskan dalam alQur’an surah An-Nisaa ayat 1; “Dan bertaqwalah kepada Allah dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (Departemen Agama RI, 2005: 99). 4. Pandai membaca al-Qur’an, karena warga alWashliyah diajarkan membaca al-Qur’an sejak anak-anak ketika sekolah di alWashliyah atau madrasah. 5. Pandai berpidato, karena dalam pengkaderan selalu diajarkan atau dilatih untuk dapat berpidato dengan baik dan menarik. Ciri khas pidato warga al-Washliyah adalah diawali 117 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… dengan ucapan salam, alhamdulillah, sholawat nabi, membaca al-Qur’an surah asy-Syaaf ayat 10-11, dan sebelum menutup pidato diakhiri dengan do’a: ”Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzabannaar”. 6. Pendidikan kealwashliyahan, yang materinya adalah: akhlak, budi pekerti, keorganisasian, sejarah dan petualangan para pendiri, dasardasar perjuangan, khitah, wijhah, sibghah serta perkembangan al-Washliyah. 7. Suka berinfaq/shodaqoh kepada fakir miskin dan anak yatim piatu. d. Ukhuwah Islamiyah Ukhuwah berasal dari bahasa Arab yang artinya “Persaudaraan” jadi ukhuwah Islamiyah berarti ikatan persaudaraan sesama muslim disebabkan se-iman dan se-aqidah, karena aqidahyang sama menyebabkan timbulnya tujuan dan pandangan hidup yang sama antara sesama muslim.Kesamaan tujuan dan pandangan, maka timbulah perilaku yang saling menghargai, menghormati, mempertemukan hati dengan hati, memperhubungkan jiwa dengan jiwa, demikian juga aktivitas perbuatannya terdapat irama yang sama, karena sama-sama mengabdi kepada Allah SWT, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surah Al-Hujarat ayat 10; Dan juga hadis nabi Muhammad SAW; “Orang mukmin yang satu dengan mukmin lainnyabagaikan bangunan yang antara bagian-bagian satu sama lainnya saling kuat menguatkan” (HR. Bukhori Muslim). “Hak antara muslim dengan muslim lainnya ada lima perkara: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, memenuhi undangan dan mendo’akan orang yang bersin” (HR. Bukhori-Muslim). e. Akhlak al-Karimah Akhlak pribadi terhadap Allah SWT dan sesama manusia lainnya. Akhlak berasal dari bahasa arab yang artinya perilaku, watak, sopan santun atau tabiat, jadi akhlak adalah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbilkan perbuatan dengan tidakmemerlukan pertimbangan atau pemikiran 118 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 terlebih dahulu.Sikap atau tingkah laku yang mulia tiombul karena adanya hubungan yang baik antara Sang Pencipta dengan ciptaannya, demikian juga hubungan manusia dengan manusia lainnya, dengan modal dasar ilmu, iman, amal dan akhlak. Akhlak warga alWashliyah harus mencontoh akhlaknya rasulullah SAW seperti; Amanah atau memegang teguh kepercayaan Bijaksana dalam memecahkan masalah Berani dalam berbuat Berpendirian tetap (istiqomah) Jujur dan Adil Rajin Belajar agar memiliki pengetahuan yang luas Rajin beribadah Berperilaku baik kepada siapa saja Ikhlas dalam berjuang Rendah hati dan pemaaf. Patuh terhadap orang tua Orang tua adalah orang yang melahirkan dan membesarkan dengan penuh kasih saying. Perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua telah dijelaskan dalam al-Qur’an surah Lukman ayat 14; Menghormati Guru dan Pemimpin Guru adalah orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada orang lain. Guru memiliki jasa yang besar terhadap masyarakat karena telah mencerdaskan umat manusia. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati pahlawan, guru adalah pahlawan ditengahtengah kehidupan manusia, memimpin anakanak bangsa hingga menjadi manusia yang berguna dan mampu memimpin bangsa. Cinta kepada Organisasi (almamater) Organisasi adalah tempat untuk menyalurkan aspirasi. Melalui organisasi orang dapat menyampaikan dan berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Bukti mencintai organisasi (almamater) adalah; Membantu kegiatan organisasi Menyebarluaskan organisasi tersebut kepada orang lain Ikut berpartisipasi aktif menjadi pengurus Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… Memberikan semangat kepada seluruh unsure organisasi Ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan organisasi. f. Amar Ma’ruf Nahy Munkar Secara bahasa Amar Ma’ruf Nahy Munkar adalah menyuruh kepada kebaikan, mencegah dari kejahatan. Uraian kata-kata tersebut adalah; Ma’ruf artinya kebaikan, secara syariat terbagi menjadi tiga katagori yaitu; Fardhu/wajib, yakni berpahala jika dikerjakan dan berdosa jika ditinggalkan, Sunnat/Mathlub, yakni mendapat pahala jika dikerjakan dan tidak berdosa jika ditinggalkan, dan Mubah, yakni tidak berpahala jika dikerjakan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Munkar artinya kejahatan, secara syariat digolongkan kepada dua katagori yaitu Haram, yakni segala sesuatu yang dilarang secara mutlak, dan Makruh, yakni segala sesuatu yang termasuk kepada hal-hal yang tidak disenangi jika dikerjakan tidak mendapat dosa, tetapi jika ditinggalkan mendapat pahala. Adapun dasar-dasar pelaksanaan Amar Ma’ruf Nahy Munkar telah dijelaskan di dalam al-Qur’an surah. Ali Imran ayat 104 dan 110, An-Nahl ayat 125; Optimalisasi Kegiatan Dalam mengoptimalkan kegiatan Al Washliyah lebih kepada mengontrol agenda kerja yang sudah disepakati oleh Pimpinan Wilayah Al Jam’iyatul washliyah, disamping ada kegiatan-kegiatan yang sifatnya seremonial, seperti kegiatan buka puasa bersama dengan masyarakat umum yang disediakan dikantor Pimpinan Wilayah Al Washliyah Sumatera Utara. Kegiatan ini bukan hanya dilakukan oleh Pimpinan Wilayah Al Washliyah secara langsung akan tetapi didukung oleh badan otonom. Secara rutin, penulis perhatikan Al Washliyah lebih intens terhadap upaya penyelesaian persoalan-persoalan ummat, sebagaimana yang dilakukan Pimpinan Wilayah Al Washliyah, sebagaimana disampaikan oleh wakil Bupati Deli serdang, Zainuddin Mars; “Al Jam’iyatul Washliyah ditengah-tengah perubahan dan dinamika perjalanan sejarah bangsa telah memainkan peran dalam member konstribusi yang berarti bagi penyelesaian berbagai masalah ummat khususnya dalam pembinaan moral bangsa”. Selain itu Al Washliyah ikut aktif membangun bangsa Indonesia melalui meningkatan kebersamaan membangkitkan perjuangan kader Al Washliyah, sebagaimana disampaikan oleh Wakapolres tebing Tinggi dalam sambutannya ketika Pembukaan Acara Musda ke XI Al Jam’iyatul Washliyah Tebing Tinggi, 24 Mei 2011, Kompol Syafwan Hayat mengatakan: Al Washliyah sebuah organisasi yang juga mengikuti faham kebangsaan. Karena Al Washliyah juga adalah orang-orang yang berjuang ingin menegakkan amar makruf nahy munkar. Kebangsaan sebuah sikap komitmen yang tidak bias ditawar tawar lagi, kebangsaan salah satu dari empat pilar dari Indonesia ini, yaitu Pembukaan UUD 1945, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan Negara kesatuan republic Indonesia, keempat pilar tersebut ada yang membentengi yaitu Al jam’iyatul Washliyah. SIMPULAN 1. Model Pembinaan yang digunakan para pimpinan organisasi keagamaan dalam memberikan ajaran Agama pada anggota jamaahnya melalui penguatan kesadaran berorganisasi bagi ummat Islam sehingga mampu menjalankan roda organisasi dengan stabil, 2. Upaya para pimpinan organisasi keagamaan dalam mengantisipasi berkembangnya faham terorisme yang saat ini sedang marak terjadi dilakukan oleh sekelompok kaum muslim, berkenaan dengan hal tersebut tiga organisasi keagamaan secara masing-masing membuat suatu kegiatan bersama antar instansi pemerintahan maupun pihak swasta dan masyarakat dalam bentuk kegiatan yang rutin tiga organisasi keagamaan melakukan pembinaan kepada jama’ah (masyarakat) dengan berbagai aktivitas seperti pendidikan (dalam bentuk sekolah, pesantren maupun perguruan tinggi), kesehatan (adanya rumah sakit, klinik bersalin maupun umum), 119 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012 Ahmad Calam dan Sobirin: Model Pembinaan NU, Muhammadiyah… perekonomian (adanya koperasi, toko), dan pengkaderan (regenerasi kepemimpinan), dan melakukan pemantauan dan memberikan solusi terhadap permasalahan ummat, 3. Respon jamaah (masyarakat) terhadap upaya pimpinan organisasi keagamaan, baik dengan bentuk sikap sehari-hari maupun yang berbentuk tindakan secara formal, dalam masalah respon masyarakat belum begitu terlihat dengan jelas hubungan antara usaha yang dilakukan oleh para pimpinan organisasi dengan perilaku keberagamaan jama’ah (masyarakat) terhadap pelaksanaan pengamalan ajaran agama Islam yang baik dan benar serta terhindar dari pemahaman ajaran agama yang sesat (terorisme). Kontowijoyo. 1998. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi. Bandung:Mizan. Mastuhu. 1999. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Moleong J. Lexy. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Generasi Muda Rosdakarya. Nasir Abbas, 2006. Membongkar Jamah Islamiyah Pengakuan Mantan Anggota Jamah Islamiyah, Jakarta: Grafindo, 2006. PP Muhammadiyah, 2005. Himpunan Putusan Majelis tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta: Majelis tarjih. Arhami, Muhammad . 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Hermawan, Arief. 2006. Jaringan Saraf Tiruan (Teori dan Aplikasinya). Yogyakarta: Penerbit ANDI. DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an al-Kariem. Ahmad Jaiz Hartono, 2007. Aliran dan Paham Sesat di Indonesia. Jakarta: Pustaka alKautsar. Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Bililgrami, Hasan & Asyraf, Ali 1999. Konsep Universitas Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana. Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Duta Ilmu Surabaya. Deni al Asy’ari. 2009. Selamatkan Muhammadiyah. Yogyakarta: Kibar Press. Eriyanto, 2007. Teknik Sampling: Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LkiS. http://mpk.muhammadiyah.or.id/muhfile/mpk/down load/Tafsir%20Muqaddimah%20AD%20Mu hammadiyah-M_%20Wiharto.pdf Hambali Hamdan, 2008. Ideologi dan Strategi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Jajang Jahroni dan Jamhari Makruf, 2004. Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, Jakarta: PT GRafindo Persada. Kamal Pasha Mstafa dan Adaby Darban Ahmad. 2003. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 120 Jurnal SAINTIKOM Vol. 11 / No. 2 / Mei 2012