BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap rangsangan merugikan yang ditimbulkan oleh agen seperti infeksi, antibodi, ataupun luka fisik (Goodman dan Gilman, 2011). Inflamasi merupakan respon jaringan yang bersifat protektif terhadap cidera atau pengrusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengencerkan, atau mengurangi agen yang menyebabkan cidera maupun jaringan yang cidera itu (Dorlan, 2008). Terapi untuk mengatasi nyeri inflamasi dapat dilakukan dengan obat konvesional (contohnya Anti inflamasi non-steroid/AINS) maupun obat herbal. Menurut Fajriani (2008) AINS merupakan sediaan yang paling luas peresepannya terutama pada kasus-kasus nyeri inflamasi tingkat ringan sampai sedang. Dalam peresepan AINS hal yang terpenting adalah pertimbangan efek terapi dan efek samping yang berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini, terutama pemberian pada anak. Dimana efek samping AINS dapat terjadi pada berbagai orang tubuh terpenting seperti saluran cerna , jantung dan ginjal, sedangkan organ-organ vital pada anak masih mengalami perkembangan menuju sempurna. Tentunya perlu adanya perhatian tentang penggunaan obat anti infamasi. Untuk itu perlu dicari pengobatan alternatif penghilang atau mengendalikan rasa nyeri serta peradangan dengan efek samping yang lebih kecil. Salah satu alternatif pengobatan inflamasi adalah menggunakan obat herbal yang memiliki aktifitas antiinflamasi. Kurkumin merupakan senyawa dominan dari rimpang kunyit yang memiliki aktifitas antiinflamasi, antioksidan. Salah satu kinerja farmakologis kunyit yang banyak dikembangkan adalah sebagai antiinflamasi (Nurrochmad, 2004). Tetrahidrokurkumin (THC) merupakan salah satu hasil metabolit kurkumin yang memiliki sifat fisiologis dan farmakologis yang sama dengan kurkumin yang memiliki aktifitas antioksidan, antiinflamasi, 1 Optimasi Formula Self…, Tri Suliatin, Fakultas Farmasi UMP, 2017 antikarsinogenik dan antigastroprotektif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pan et al.,(1999) melaporkan bahwa THC lebih stabil daripada kurkumin pada buffer fisiologis pH 7,2 dan plasma darah. Menurut penelitian Majeed dan Prakash (2008) tetrahidrokurkumin lebih aktif dari pada aktifitas antiinflamasi kurkumin. Namun, dari efek farmakologis tetrahidrokurkumin terbatas karena kelarutan dalam air yang rendah sehingga mempengaruhi bioavailabilitasnya di dalam tubuh (Setthacheewakul et al, 2010). Berdasarkan hasil penelitian diatas maka perlu dilakukan pengembangan formulasi THC guna mengembangkan senyawa yang lebih poten. Perbaikan kelarutan THC dapat meningkatkan bioavailabilitas dalam tubuh. Peningkatan dapat dilakukan dengan cara mengecilkan ukuran partikel sampai dengan ukuran nanometer. Meningkatkan kelarutan THC dengan cara mengecilkan ukuran partikel dapat dilakukan dengan cara melarutkan dalam campuran minyak-surfaktan-kosurfaktan (Setthacheewakul et al, 2010). Dalam formulasi Self-Nano Emulsifying Drug Delivery System (SNEDDS), desain kombinasi yang tepat dari minyak, surfaktan dan kosurfaktan akan menghasilkan droplet halus nanoemulsi minyak dalam air di usus halus (Wahyuningsih, 2015). Metode SNEDDS adalah metode yang tepat untuk obat yang bersifat lipofilik dimana akan menghasilkan emulsifikasi yang dapat meningkatkan kecepatan disolusi dan penyerapan obat (Makadia, 2013). Penentuan formula minyak, surfaktan dan kosurfaktan dilakukan dengan menggunakan software Design Expert D-Optimal. Metode ini dipilih karena dapat memberikan formulasi optimum masing-masing komponen minyak, surfaktan dan kosurfaktan tanpa diketahui batasan formula sebelumnya. Perbaikan kelarutan THC dengan menggunakan metode SNEDDS diharapkan dapat meningkatkan efek memperbaiki kelarutannya farmakologinya. Penelitian dalam ini air sehingga ditujukan untuk mengetahui optimasi formula SNEDDS THC dengan melakukan screening 2 Optimasi Formula Self…, Tri Suliatin, Fakultas Farmasi UMP, 2017 pendahuluan dalam memilih kombinasi komponen minyak, surfaktan dan kosurfaktan yang digunakan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Berapakah konsentrasi tertinggi dan terendah masing – masing komponen SNEDDS yang menghasilkan daerah nanoemulsifikasi? 2. Apakah metode design D-Optimal bisa menghasilkan formula optimum SNEDDS ? 3. Berapa komponen formula optimum SNEDDS THC ? 4. Apakah metode design D-Optimal dapat menghasilkan model yang tepat untuk menghubungkan antara variabel bebas (konsentrasi minyak, surfaktan, kosurfaktan) dan variabel tergantung (waktu emulsifikasi, persen transmitansi, DE15) ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah tersebut yaitu: 1. Mengetahui konsentrasi tertinggi dan terendah dari masing – masing komponen yang menghasilkan daerah emulsifikasi. 2. Mengetahui susunan komponen formula optimal SNEDDS THC yang disajikan oleh metode design D-Optimasi. 3. Mengetahui komponen formula optimal dari SNEDDS THC. 4. Mengetahui model yang menghubungkan antara variabel bebas dan variabel tergantung yang disajikan oleh metode design D-Optimasi. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu akan diperoleh formulasi optimum dari SNEDDS THC yang diharapkan dapat memperbaiki bioavailibilitas THC. 3 Optimasi Formula Self…, Tri Suliatin, Fakultas Farmasi UMP, 2017