202 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 PENERAPAN METODE BERBASIS AKTIVITAS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX-D SEMESTER I SMP NEGERI I PANGGUL KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2013/2014 Oleh: Sri Wahyuningsih SMP Negeri I Panggul, Trenggalek Abstrak. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Implementasi metode belajar berbasis aktivitas di kelas IX-D Semester I dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan menghitung volume tabung, kerucut, dan bola; (2) Dampak penerapan metode berbasis aktivitas pada kegiatan belajar mengajar matematika di kelas IX-D SMP Negeri I Panggul, Trenggalek mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan menghitung volume tabung, kerucut, dan bola terhadap prestasi belajar siswa. Strategi pembelajaran berbasis aktivitas dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika materi menghitung volume tabung, kerucut, dan bola Dengan Metode Pendekatan berbasis Aktivitas Pada Siswa Kelas IX-D SMP Negeri I Panggul Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I pada mata pelajaran Matematika, dengan prosentase ketuntasan belajar siswa yang meningkat pada setiap siklusnya yaitu 42,42% pada sebelum siklus meningkat menjadi 60,61% pada siklus I. Peningkatan prestasi belajar siswa ini semakin optimal pada akhir siklus II dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 93,94%. Kata Kunci: metode berbasis aktivitas, matematika, prestasi belajar Prestasi belajar adalah besar kecilnya nilai yang dapat diraih oleh siswa setelah mengikuti kegiatan proses pembelajaran. (Slameto, 1998). Di samping itu prestasi belajar merupakan salah satu tolok ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan seorang siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar yang diikutinya selama di sekolah. Dengan demikian prestasi belajar seorang siswa dapat ditandai dari hasil belajar batasan rangking tertentu. Batasan rangking tersebut dapat dijadikan ukuran penentuan keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Misalnya naik kelas, tidak naik kelas atau kelulusan siswa dapat ditentukan dari hasil belajarnya. Menurut Nurhadi (2002:12) prestasi belajar merupakan indikator kualitas dari pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Di sisi lain prestasi belajar siswa merupakan, hasil suatu sistem pendidikan sehingga tingkat keberhasilannya ditentukan oleh elemen-elemen dalam sistem itu sendiri, seperti motivasi siswa sebagai raw input dan peranan guru sebagai instrument input, Berdasarkan batasan pengertian prestasi belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar pada dasarnya merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa melalui suatu kegiatan belajar.Kegiatan belajar dapat dilakukan secara individu dan atau secara kelompok. Jadi prestasi belajar paling tidak memiliki dua ciri yaitu adanya suatu tindakan (action) baik yang dilakukan secara individu dan atau secara kelompok serta adanya suatu hasil (output). Prestasi belajar pada dasarnya merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari suatu tindakan. Senada dengan pertanyaan Winkel (1991:36) bahwa perubahan yang terjadi sebagai akibat aktivitas disebut dengan prestasi belajar atau hasil belajar. Begitu juga pendapat Djamarah (1984:28) bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu Sri Wahyuningsih, Penerapan Metode Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika... sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Konsep prestasi belajar seperti di atas merupakan arti secara umum. Arti khusus prestasi belajar adalah yang diperoleh di sekolah. Suryabrata (1984) menyatakan sejauh mana perubahan tingkat kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran yang telah diajarkan kepadanya. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua ciri belajar yaitu terjadinya interaksi dan adanya tingkah laku sebagai hasil interaksi. Tingkah laku yang baru itulah yang pada umumnya disebut sebagai prestasi belajar. Dengan demikian prestasi belajar siswa adalah perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) sebagai hasil dari interaksi dengan para guru di sekolah. Dalam kaitannya dengan perubahan perilaku siswa sebagai prestasi belajar yaitu (1) informasi verbal, (2) keterampilan intelektul, (3) keterampilan motorik, (4) sikap dan (5) siasat kognitif. Menurut Suryabrata (1984:35) bahwa prestasi belajar yang akan diharapkan setelah siswa mengikuti program pendidikan atau proses belajar mengajar adalah adanya perubahan perilaku siswa terhadap informasi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan yang dicapai selama selang waktu tertentu. Dalam kaitannya dengan pendapat Bloom dalam Sudjana (1991:18) yang mengemukakan tiga taksonomi ranah prestasi belajar: Pertama ranah kognitif meliputi (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) sintesis dan (5) evaluasi; Kedua ranah afektif meliputi (1) penerimaan, (2) jawaban atau reaksi, (3) penilaian, (4) organisasi dan (5) internalisasi; Ketiga ranah psikomotor meliputi (1) gerakan refleks, (2) keterampilan gerakan dasar, (3) kemampuan persepsional, (4) keharmonisan atau ketetapan, (5) gerakan berupa keterampilan-keterampilan yang bersifat kompleks dan (6) gerakan ekspresif dan interpelatif. Berdasarkan pendapat Bloom dalam Sudjana (1991:18) tersebut, bahwa prestasi belajar siswa dapat dirujuk pada ranah kog- 203 nitif, afektif dan psikomotor. Selanjutnya Bloom mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga domain yakni pengetahuan, sikap dan keterampilan.Dalam kaitannya dengan prestasi belajar siswa di sekolah, Hamalik (2002:26) memberikan konsep yang lebih tegas lagi yaitu hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan belajar seorang siswa. Bertolak dari pengertian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa prestasi belajar mernpunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan bahkan kualitas pendidikan ditentukan/dicerminkan antara lain oleh siswa pada mata pelajaran yang telah dipelajari di sekolah. Oleh karena itu prestasi belajar penekanannya pada hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau aktivitas prestasi belajar adalah merupakan hasil pendidikan yang diperoleh siswa setelah melewati proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Sebagai kesimpulan dari prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah ia mengikuti proses belajar baik dalam bidang studi tertentu maupun dalam suatu cakupan kurikulum sekolah dengan menggunakan tes standar sebagai tolak ukur untuk mengetahui adanya perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan. Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa tingkat prestasi belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah tidak tumbuh dan berkembang begitu raja akan tetapi merupakan suatu hasil proses interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini Slameto (1998:28) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu dapat bersifat eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu keadaan di luar diri siswa yang meliputi kondisi keluarga, sekolah dan masyarakat dan faktor internal yakni keadaan diri siswa yang meliputi kondisi psikologis memiliki peranan yang penting mengingat bahwa belajar merupakan proses mental 204 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa: (1) Prestasi belajar merupakan wujud yang dicapai oleh siswa setelah ia melakukan aktivitas belajar di sekolah; (2) Hasil belajar tersebut dicapai siswa menurut kemampuannya yang mencakup kemampuan intelektual maupun kemampuan non intelektual; (3) Usaha belajar siswa merupakan proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya motivasi belajar, lingkungan belajar, penggunaan strategi belajar seperti penerapan/pemilihan model pembelajaran; (4) Untuk niengetahul hasil belajar siswa, guru haruslah melakukan evaluasi/ penilaian. Dalam konteks penelitian ini yang akan penulis jadikan acuan untuk menentukan prestasi belajar siswa adalah nilai hasil post test (ulangan harian) yang dicapai oleh siswa. Faktor yang menentukan prestasi belajar adalah sangat kompleks. Kekomplekan dari faktor yang menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa merupakan hal yang penting untuk dikaji. Pengkajian tentang tinggi rendahnya prestasi belajar adalah mengelola berbagai faktor agar dapat memberikan pengaruh yang positif dalam arti dapat menopang dan memperlancar usaha belajar siswa untuk mencapai prestasi belajar secara maksimal. Menurut Bogdan (1982:37) prestasi belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa sendiri dan 30% dipengaruhi oleh lingkungannya. Sejalan dengan tinjauan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut maka dapatlah disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah ditentukan oleh faktor-faktor yang bersifat endogen dan eksogen atau eksternal siswa seperti peranan guru dalam proses belajar mengajar, pemilihan model pembelajaran dan sebagainya. Berdasarkan hasil kajian tentang faktor-faktor yang menentukan prestasi belajar siswa tersebut di atas dapatlah dirumuskan kerangka berpikir bahwa peranan faktor eksternal (termasuk pemilihan dan penerapan model pembelajaran dalam proses pembelajaran) dan motivasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar sangat berbubungan erat dengan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar sebagai hasil penilaian dipahami, namun demikian untuk mendapatkan pemahanan perlu juga diketahui bahwa penilaian adalah sebagai aktivitas dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar itu sendiri. Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan pengamatan yang efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam mengajar, hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan yang sebaikbaiknya. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa melakukan pengamatan yang baik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Pengamatan akan lebih efektif kepada rangsangan-rangsangan yang mempunyai struktur dan bentuk yang jelas. Oleh karena itu hal-hal yang akan dipelajari hendaknya mempunyai struktur dan organisasi yang jelas; (2) Pengamatan kepada sesuatu yang dekat akan lebih berkesan. Oleh karena itu, siswa diberi banyak kesempatan untuk lebih dekat dengan hal-hal yang akan dipelajari; (3) Pengamatan dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya. Oleh karena itu, pada waktu guru mengajar, sebaiknya dimulai dengan pengalaman-pengalaman siswa; (4) Pengamatan dimulai dengan keseluruhan, baru kemudian kepada bagian-bagian. Oleh karena itu dalam memberikan bahan yang akan diajarkan, sebaiknya dimulai dengan keseluruhan, baru kemudian kepada bagian-bagian yang lebih khusus; (5) Pengamatan dipengaruhi oleh peringakat perkembangan individu. Oleh karena itu, pengajaran hendaknya disesuaikan dengan peringkat perkembangan individu, terutama peringkat perkembangan kognitif; (6) Terdapat individual dalam pengamatan. Tiap individu Sri Wahyuningsih, Penerapan Metode Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika... mempunyai macam gaya pengamatan (ada gaya visual, auditif, taktil dan kinestetik) Oleh karena itu pengajaran hendaknya disesuaikan dengan gaya pengamatan masing-masing siswa. Beberapa faktor dapat menimbulkan terjadinya kesalahan atau kelainan pengamatan, seperti rangsangan yang kurang jelas, kurangnya perhatian siswa, pengalaman di masa lampau, kurang baiknyua alat indera, lingkungan yang mengganggu dan sebagainya. Menurut Hamalik (2001) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai. Ada beberapa jenis aktivitas yang adisampaikan oleh para ahli, diantaranya: (1) kegiatan-kegiatan visual, (2) kegiatankegiatan lisan (oral), (3) mendengarkan, (4) menulis, (5) menggambar, (6) metrik, (7) metal, dan (8) emosional. Adapun penjabaran macam-macam kegiatannya adalah sebagai berikut. (a) Kegiatan-kegiatan visual. Membaca, melihat gambar-gambar, mangamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain; (b) Kegiatan-kegiatan lisan. Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan sautu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi; (c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan. Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan dan mendengarkan radio. (d) Kegiatan-kegiatan menulis. Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mngisi angket; (e) Kegiatan-kegiatan menggambar. Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta 205 dan pola; (f) Kegiatan-kegiatan metrik. Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun; (g) Kegiatan-kegiatan metal. Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, mengalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan dan membuat keputusan; (h) Kegiatan-kegiatan emosional. Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kolompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Dari beberapa macam aktivitas tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan pengajaran, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang disampaikan oleh guru atau masalah yang sdang dibahas. Kurikulum Matematika perlu memberikan pengalaman belajar yang membantu siswa memenuhi kebutuhan pribadi, sosial, lingkungan dan ekonomi. Pengalaman belajar dalam kurikulum Matematika membantu siswa untuk: (1) menjalani kehidupan sehari-hari secara efektif, (2) memahami dunianya dan hal-hal yang mempengaruhinya,(3) memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, fleksibel dan inovatif, (4) mengembangkan pengertian tentang konsep-konsep Matematika, (5) menilai dan menggunakan produk teknologi, (6) memahami bahwa karir dalam sains dan teknologi yang cocok bagi pria dan wanita, (7) memahami penilaian tetang isu-isu yang berkenaan dengan lingkungan alam dan buatan, (8) bertanggungjawab terhadap perbaikan kualitas lingkungan, (9) memberikan pemecahan pada dilema moral sehubungan dengan isu-isu sains dan teknologi, dan (10) menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan yang lebih lanjut. Kurikulum Matematika harus memberikan pengalaman belajar yang melibatkan siswa pada proses dan produk dalam sains dan teknologi. Pendekatan yang dipakai 206 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 dalam kurikulun diharapkan akan mendorong siswa menajadi pelajar yang aktif dan fleksibel. Secara khusus pendekatan ini akan: (1) memperhatikan perbedaan individu siswa, (2) memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk mempelajari konsep-konsep esensial, (3) membekali siswa dengan keterampilan untuk memahami dunia melalui penyelidikan, dan (4) membekali siswa dengan keterampilan baik untuk memilih alat-alat yang sesuai maupun bahan-bahan yang diperlukan. Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Implementasi metode belajar berbasis aktivitas di kelas IX-DSemester I dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan menghitung volume tabung, kerucut, dan bola; (2) Dampak penerapan metode berbasis aktivitas pada kegiatan belajar mengajar matematika di kelas IX-DSMP Negeri I Panggul, Trenggalek mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan menghitung volume tabung, kerucut, dan bola terhadap prestasi belajar siswa. METODE PENELITIAN Pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan. Menurut Moelong (2000) penelitian tindakan merupakan proses daur ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan, refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang. Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia faktual (Zuriah, 2003). Carr dan kemmis (1986), mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelaahan inkuiry melalui refleksi dirt yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial, untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan. Kehadiran peneliti dalam kegiatan penelitian ini lebih tepat bila dimaksudkan dalam kegiatan peran serta. Sebab penelitian dalam penelitian ini tergolong pada penelitian tindakan partisipan. Zuriah (2003) mengatakan bahwa orang yang akan melakukan penelitian tindakan haruslah terlibat dalam proses penelitian dari awal. Untuk itu peneliti harus melakukan pengamatan berperan serta dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran di dalam kelas, sedangkan mitra guru kelas lain bertindak sebagai observer jalannya penelitian. Spradley (1980) membagi tiga tahap pengamatan berperan seta dalam penelitian kulitatif, diantaranya: (a) Dimulai dari pengamatan-pengamatan yang bersifat memeriksa (descriptive observation) secara luas, dengan melukiskan situasi sosial secara umum yang ada di lokasi penelitian, (b) kemudian dilanjutkan dengan pengamatan-pengamatan yang lebih terfokus (focused observation) untuk menemukan kategori-kategori utama tentang fokus penelitian, dan (c) setelah itu diadakan pengamatan kategori-kategori yang lebih rinci tentang sub-sub fokus penelitian. Lokasi penelitian tindakan ini adalah SMP Negeri I Panggul, Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I. Sedangkan subyek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah faktor perbedaan kemampuan belajar antara siswa dan kondisi lingkungan lokasi penelitian. Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas IX-D SMP Negeri I Panggul, Trenggalek Tahun 2013/ 2014 semester I. Sumber data yang dimaksudkan adalah manusia, sumber data manusia dalam peneletian tindakan ini adalah Guru Kelas IX-DSMP Negeri I Panggul, Trenggalek Tahun 2013/2014 semester I, guru Kelas lain dalam lingkup SMP Negeri I Panggul. Sedangkan sumber data berupa dokumentasi hasil pengamatan dan catatan observasi peneliti, hasil evaluasi belajar, dan Sri Wahyuningsih, Penerapan Metode Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika... dokumen lain yang relevan dengan ruang lingkup penelitian. Dalam kegiatan analisis data, akan didapatkan dua jenis data yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi yang dilakukan pada setiap tahap kegiatan, dan data kuantitatif berupa hasil belajar atau presentasi belajar yang didapatkan oleh siswa dalam melakukan proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas. Teknis analisis data dalam penelitian ini, adalah analisis data kualitatif yang bersifat linier (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan dan menyimpulkan. (2) mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan mengkategorikan dan pengklasifikasian, dan (3) menyimpulkan dan memverifikasi. Dari kegiatan reduksi selanjutnya dilakukan penyimpulan terakhir dan selanjutnya diikuti kegitan verifikasi atau pengujian terhadap temuan penelitian. Tindakan penelitian yang direncanakan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: (1) menetapkan indikator desain pembelajaran berbasis aktivitas yang digunakan dalam proses belajar mengajar, (2) Menyusun strategi penyampaian dan pengelolaan pengajaran dengan pembelajaran berbasis aktivitas yang meliputi : merancang dan menyusun bahan ajar, merancang satuan pelajaran yang digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar, (3) Menyusun metode dan alat perekam data yang terdiri atas catatan lapangan, pedoman observasi, pedoman analisis, dan catatan harian, dan (4) Menyusun perencanaan teknik pengolahan data didasarkan pada model analisis data penelitian kualitatif. Berkaiatan dengan tindakan penelitian, maka diperlukan suatu langkah-langkah penelitian, agar dalam pelaksanaan penelitian dapat terprogram dengan baik. Menurut 207 Zuriah (2003) mengatakan bahwa penelitian tindakan direncanakan melalui beberapa tahap perencanaan, diantaranya: (1) refleksi awal, (2) peneliti merumuskan permasalahan secara operasional, (3) peneliti merumuskan hipotesis tindakan, dan (4) menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Refleksi Awal Refleksi awal merupakan hasil kajian dari kegiatan pra tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka untuk mencari sumber permasalahan yang dihadapi oleh siswa kelas IX-D dalam pembelajaran matematika. Dari hasil kajian, teridentifikasi bahwa prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan menghitung volume tabung, kerucut, dan bola sangat rendah.Hal ini disebabkan oleh penerapan metode pembelajaran yang konvensional. Penerapan metode pembelajaran secara konvensional tidak mampu menampung aktivitas belajar siswa secara maksimal. Sehingga aktivitas belajar siswa menjadi pasif dan guru lebih dominan dalam proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan perubahan dan enovasi metode pembelajaran lain yang diharapkan mampu menjawab permasalahan yang dihadapi oleh pelaku pembelajar di kelas IX-D pada pembelajaran matematika. Salah satu metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode berbasis aktivitas. Perencanaan Dengan akan diterapkannya metode belajar berbasis aktivitas diperlukan perangkat pendukung agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Beberapa persiapan perencanaan yang dilakukan peneliti terdiri dari: (a) Menyusun rencana pembelajaran dengan mengacu pada metode yang digunakan yaitu metode berbasis aktivitas. (b) Menyusun lembar kerja yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dirancang. (c) Menyusun format observai aktivitas belajar. (d) Menyusun lembar evaluasi 208 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 pembelajaran. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan perbaikan pada siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan. Pada kegiatan proses pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk beraktivitas secara aktif dan komunikatif baik dalam kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Guru dalam kegiatan inti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kepada guru sebagai fasilitator pembelajaran saat mengalami kesulita. Diksripsi proses pembelajaran secara runtut peneliti tampilkan dalam diskripsi berikut ini: Pertemuan pertama: Pendahuluan, membahas PR yang sulit, mengingat kembali unsur-unsur tabung dan kerucut, motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, guru menginformasikan metode pembelajaran yang akan digunakan. Kegiatan inti: Eksplorasi, peserta didk dapat melakukan kegiatan untuk menentukan rumus volume tabung, kerucut, materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber, menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Elaborasi, memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis, memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok, memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. Konfirmasi, guru bertanya jawab ten- tang hal-hal yang belum diketahui siswa, guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. Kegiatan akhir, guru bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman, guru melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilakasanakan, guru memberikan umpan balik, guru Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedy dan program pengayaan. Pertemuan kedua: Pendahuluan, membahas PR yang sulit, mengingat kembali unsur-unsur bola, motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, guru menginformasikan metode pembelajaran yang akan digunakan. Kegiatan inti: Eksplorasi, dengan model belahan bola dan kerucut masing-masing kelompok melakukan kegiatan untuk menentukan rumus volume bola, materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber, menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Elaborasi, memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis, memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok, memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. Konfirmasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa, guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan pe- Sri Wahyuningsih, Penerapan Metode Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika... nguatan dan penyimpulan. Kegiatan akhir, guru bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman, guru melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilakasanakan, guru memberikan umpan balik, guru Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedy dan program pengayaan. Observasi Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada kegiatan proses pembelajaran matematika kelas IX-D SMP Negeri I Panggul Kabupaten Trenggalek terhadap aktivitas guru dan siswa menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam menjalankan rencana perbaikan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru bidang studi matematika memperoleh prosentase aktivitas sebesar 60,00% dengan tingkat criteria aktivitas yang baik. Dari aktivitas yang diberikan oleh guru ini terdapat beberapa aktivitas yang masih perlu adanya perbaikan diantaranya guru dalam proses pembelajaran belum mampu menciptakan pembelajaran yang kondusif, perhatian guru masih terfokus pada beberapa kelompok saja, guru belum mampu merangsang interaksi aktiviats belajar antar siswa secara maksimal, guru dalam proses pembelajaran belum menggunakan bahasa yang komunikatif, belum mampu memberikan penguatan yang positif kepada siswa, serta pembelajaran masih berpusat kepada guru. Sedangkan untuk aktivitas siswa dalam menerima dan menjalankan proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode berbasis aktivitas memperoleh prosentase sebesar 61,67% dan termasuk dalam kriteria baik. Aktivitas siswa yang perlu mendapatkan perhatian serius dari guru adalah kemampuan siswa dalam oral activities yaitu siswa belum berani dalam mengajukan pertanyaandan menjawab pertanyaan serta dalam kegiatan diskusi belum berjalan secara maksimal. Berdasarkan perolehan hasil evaluasi belajar setiap individu setelah melakukan serangkaian kegiatan belajar mengajar dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas 209 dalam siklus I memperoleh rata-rata sebesar 74,70 dan ketuntasan belajar siswa sebesar 60,61%. Refleksi Berdasarkan pada kegiatan siklus 1 tersebut, peneliti melakukan refleksi dari hasil kegiatan tersebut. Dari hasil observasi dapat direfleksikan bahwa aktivitas pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik, meskipun masih ditemui kendala dalam proses pembelajaran. Dengan adanya kendala dalam pembelajaran ini maka prestasi belajar siswa yang dicapai belum maksimal. Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I belum mampu mencapai ketuntasan belajar secara kelasikal sebesar 85%, karena peningkatan ketuntasan belajar siswa pada siklus I hanya mencapai 60,61%. Untuk itu masih diperlukan perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya. Kegiatan Siklus 2 Perencanaan Perencanaan tindakan pada siklus II secara garis besar sama dengan perencanaan pada siklus I. Hanya saja pada siklus II ada beberapa perubahan perencanaan yang memerlukan perhatian khusus yaitu guru dalam proses pembelajaran hendaknya menciptakan pembelajaran yang kondusif, perhatian guru lebih merata kepada siswa, guru merangsang interaksi aktiviats belajar antar siswa secara maksimal, guru menggunakan bahasa yang komunikatif dalam pembelajaran, guru memberikan penguatan yang positif kepada siswa, serta guru mengurangi domiasi pada pembelajaran dengan lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui pemberian motivasi siswa dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan aktif dalam kegiatan diskusi. Pelaksanaan Pertemuan pertama: Pendahuluan, membahas PR yang sulit, mengingat kembali unsur-unsur tabung dan kerucut, motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, guru menginformasikan metode pembelajaran yang 210 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 akan digunakan. Kegiatan inti: Eksplorasi, peserta didk dapat melakukan kegiatan untuk menentukan rumus volume tabung, kerucut, materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber, menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Elaborasi, memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis, memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok, memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. Konfirmasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa, guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. Kegiatan akhir, guru bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman, guru melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilakasanakan, guru memberikan umpan balik, guru Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedy dan program pengayaan. Pertemuan kedua: Pendahuluan, membahas PR yang sulit, mengingat kembali unsur-unsur bola, motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, guru menginformasikan metode pembelajaran yang akan digunakan. Kegiatan inti: Eksplorasi, dengan model belahan bola dan kerucut masing-masing kelompok melakukan kegiatan untuk me- nentukan rumus volume bola, materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber, menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Elaborasi, memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis, memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok, memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. Konfirmasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa, guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. Kegiatan akhir, guru bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman, guru melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilakasanakan, guru memberikan umpan balik, guru Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedy dan program pengayaan. Pengamatan Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer pada siklus II terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa guru dalam proses pembelajaran pada siklus II mamu menjalankan rencana perbaikan tindakan perbaikan pembelajaran secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari rekapitulasi aktivitas guru yang memperoleh prosentase sebesar 77,50% dengan tingkat aktivitas yang sangat baik. Dengan semakin Sri Wahyuningsih, Penerapan Metode Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika... optimalnya aktivitas guru pada siklus II, maka aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam melaksanakan tindakan perbaikan dari guru juga memperoleh peningkatan menjadi sangat baik dengan tingkat prosentase aktivitas sebesar 80,00%. Dari perolehan hasil evaluasi belajar setiap individu setelah melakukan serangkaian kegiatan belajar mengajar dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 88,12, sedangkan ketuntasan belajar siswa sebesar 93,94%. Refleksi Setelah mengkaji hasil temuan pada siklus II menunjukkan bahwa kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I telah teratasi dengan baik pada siklus II, sehiungga prestasi belajar siswa secara klasikal dapat tercapai yaitu dengan tingkat ketuntasan belajar siswa sebesar 93,94%. Dengan demikian tidak diperlukan lagi penambahan siklus perbaikan pembelajaran. Implementasi strategi pembelajaran berbasis aktivitas yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar siswa Kelas IXDSMP Negeri I Panggul, Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I, ternyata lebih efektif dalam meningkatkan dan menumbuhkan aktivitas, motivasi dan prestasibelajar siswa. Beberapa alasan penggunaan strategi pembelajaran berbasis aktivitas dalam kegiatan belajar agar didapat hasil belajar yang efektif, maka pengajaran dengan pendekatan berbasis aktivitas digunakan dalam pengajaran Matematika Materi menghitung volume tabung, kerucut, dan bola Dengan Metode Pendekatan Berbasis Aktivitas Pada Siswa Kelas IX-DSMP Negeri I Panggu lTrenggalek Tahun 2013/2014 Semester I dimaksudkan untuk: Meningkatkan motivasi belajar siswa, ada dua prinsip cara memandang motivasi : (1) motivasi dipandang sebagai proses, dan (2) menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupa- 211 kan dorongan yang datang dari dalam pribadi seseorang (instrinsik) ataupun datang dari luar pribadi (ekstrinsik) untuk mencapai tujuan sesuai dengan keinginan pribadinya. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran berbasisi aktivitas mulai nampak ditunjukkan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Berdasarkan pengamatan peneliti, beberapa siswa mulai antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang disampaikan oleh guru. Pendekatan pembelajaran berbasisi aktivitas diharapkan hasil belajar siswa mengalami peningakatan yang berarti, sebab dalam proses belajar dengan pendekatan ini siswa lebih aktif dan selalu melakukan kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan. Sehingga hal tersebut lebih membuat siswa menjadi termotivasi dalam belajar. Selama ini pendekatan yang digunakan dalam belajar hanya konvensional saja. Temuan tersebut, senada dengan apa yang dikemukakan oleh Hamalik (2002), yang menyebutkan bahwa siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang aktif dalam latihan/ praktik untuk mencapai tujuan pengajaran. Praktik secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, beraktivitas, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat. Pengajaran hendaknya disesuaikan dengan prinsip sebagai berikut: (1) usahakan agar siswa sebanyak mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memberikan respon terhadap pertanyaan guru, sedangkan siswa lainnya menulis jawaban dan menanggapi secara lisan, (2) mintalah agar siswa menyusun dan menata kembali informasi yang diperolehnya dari bacaan, dan (3) sediakan laboratorium dan situasi praktik lapangan berdasarkan tujuan pengajaran yang dirumuskan sebelumnya. Dan pendapat tersebut di atas menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis aktivitas merupakan strategi yang memungkinkan untuk membuat siswa aktif dalam belajar, sehingga diharapkan meningkatkan prestasi siswa dalam belajar dapat diperole secara optimal. Meningkatkan prestasi siswa, berkait- 212 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 an dengan usaha meningkatkan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, maka perubahan-peribahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar. Dalam penelitian tindakan ini, yang dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai dalam bentuk angka atau nilai pada mata pelajaran Matematika siswa. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin baik prestasi belajar yang didapatkan. Hal ini dapat dilihat dari prosentase ketuntasan belajar siswa mulai dari sebelum diberi tindakan yaitu 42,42% meningkat menjadi 60,61% pada siklus I. Peningkatan prestasi belajar siswa ini semakin optimal pada akhir siklus II dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 93,94%. Inovasi dalam strategi pembelajaran, melakukan inovasi dalam menggunakan strategi belajar merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan oleh guru. Strategi pembelajaran berbasis aktivitas adalah sebagian dari strategi yang ditawarkan dalam proses belajar mengajar: (a) meningkatkan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah. Banyak ahli yang mendiskusikan kreativitas sebagai berpikir kreatif atau pemecahan masalah, (b) berpikir kreatif sebagai proses penyadaran (sensing) adanya gap, gangguan atau unsur-unsur yang keliru (perkeliruan), pembentukan gagasan-gagasan atau hipotesis, pengujian hipotesis tersebut, pengkomunikasian hasil-hasil, mungkin juga pengujian kembali data perbaikan hipotesis, dan (c) kerativitas merupakan bentuk pemecahan masalah yang melibatkan intutive leaps, atau suatu kombinasi gagasangagasan yang bersumber dari berbagai bidang pengetahuan yang terpisah secara luas. Pandangan tersebut pada dasarnya sependapat bahwa kreativitas merupakan suatu bentuk dan proses pemecahan suatu masalah. Para siswa dibimbing agar memiliki kemampuan kreativitas, mampu berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah. Karena itu, melalui proses belajar tertentu, diupayakan tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Guru perlu menyediakan kondisi-kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya penambahan aspek keluwesan, keaslian, dan kuantitas dari abilite kreativitas yang dimiliki oleh siswa. Strategi pembelajaran berbasis aktivitas merupakan salah satu usaha dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dampak pendekatan berbasis aktivitas. Dampak positif yang didapatkan dari strategi pembelajaran berbasis aktivitas adalah: (1) siswa leblih termotivasi dalam belajar, (2) siswa lebih kreatif, (3) siswa lebih berani mengemukakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan, (4) siswa lebih bertanggungjawab, dan, (5) prestasi belajar lebih meningkat. Disisi lain dampak positif dari strategi pembelajaran berbasisi aktivitas ini adalah guru akan lebih meningkatkan kreativitasnya melakukan strategi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga kemampuan guru akan terampil dan berkembang lebih baik. Dampak negatif adalah siswa yang tidak memiliki kreativitas dan kemampuan rendah akan selalu tertinggal dalam proses belajarnya. Di sisi lain siswa yang lebih kreatif dan mempunyai kemampuan lebih akan merasa baik dibandingkan dengan siswa dibawahnya. Dari pemberian tindakan ini mendapatkan respon yang sangat positif dari siswa dengan rata-rata sebesar 1.92%. Artinya siswa memberikan respon yang sangat positif terhadap pemberian perbaikan pembelajaran dari guru yang terilustrasikan pada Gambar 1. Sri Wahyuningsih, Penerapan Metode Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika... 100,00 93,94 88,12 90,00 80,00 70,00 213 74,70 69,97 60,61 60,00 50,00 NILAI RATA-RATA 42,42 %KETUNTASAN 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 SEB. SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II Gambar 1 Perkembangan Prestasi Belajar Siswa PENUTUP Kesimpulan Dalam menerapkan metode berbasis aktivitas guru mengusahakan siswa agar sebanyak mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memberikan respon terhadap pertanyaan guru, sedangkan siswa lainnya menulis jawaban dan menanggapi secara lisan, kemudian guru memintauntuk menyusun dan menata kembali informasi yang diperolehnya dari bacaan atau LKS, guru juga mempersiapkan kegiatan siswa melalui praktik lapangan berdasarkan tujuan pembelajaran yang dirumuskan sebelumnya. Dalam kegiatan ini guru menempatkan diri sebagai fasilitator dalam pembelajaran sehingga pembelajaran berpusat kepada siswa. Strategi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis aktivitas dimungkinkan dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika Materi menghitung volume tabung, kerucut, dan bola Dengan Metode Pendekatan berbasis Aktivitas Pada Siswa Kelas IX-DSMP Negeri I Panggu l Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I pada mata pelajaran Matematika, dengan prosentase ketuntasan belajar siswa yang meningkat pada setiap siklusnya yaitu 42,42% pada sebelum siklus meningkat menjadi 60,61% pada siklus I. Peningkatan prestasi belajar siswa ini semakin optimal pada akhir siklus II dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 93,94%. Saran Kepada Guru Bidang Studi Matematika agar mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan berbagai macam strategi. Salah satunya adalah strategi pembelajaran berbasis aktivitas. Kepada guru yang mengajarkan mata pelajaran Matematika, hendaknya selalu mempunyai kreativitas dalam menggunakan strategi belajar yang diberikan kepada siswa, dan, strategi pembelajaran berbasis aktivitas bukan satu-satunya strategi yang harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Artinya guru perlu mengembangkan strategi belajar dengan teknik lain agar proses belajar siswa lebih variatif. Dengan peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar, maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar secara optimal. 214 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015 DAFTAR RUJUKAN Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta Sudjana, Nana. 1991. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang: Universitas Negeri Malang Wingkel. 1991. Psikologi Jakarta: Grasindo. Slameto. 1998. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi Pertama. Malang: PT Remaja Rosdakarya Spradley, J., P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and Wiston Pengajaran.