penerapan metode berbasis aktivitas dalam pembelajaran

advertisement
202
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
PENERAPAN METODE BERBASIS AKTIVITAS DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
SISWA KELAS IX-D SEMESTER I SMP NEGERI I PANGGUL
KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2013/2014
Oleh:
Sri Wahyuningsih
SMP Negeri I Panggul, Trenggalek
Abstrak. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1)
Implementasi metode belajar berbasis aktivitas di kelas IX-D Semester I dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan
menghitung volume tabung, kerucut, dan bola; (2) Dampak penerapan metode berbasis aktivitas
pada kegiatan belajar mengajar matematika di kelas IX-D SMP Negeri I Panggul, Trenggalek mata
pelajaran matematika dengan pokok bahasan menghitung volume tabung, kerucut, dan bola
terhadap prestasi belajar siswa. Strategi pembelajaran berbasis aktivitas dapat meningkatkan
prestasi belajar Matematika materi menghitung volume tabung, kerucut, dan bola Dengan Metode
Pendekatan berbasis Aktivitas Pada Siswa Kelas IX-D SMP Negeri I Panggul Trenggalek Tahun
2013/2014 Semester I pada mata pelajaran Matematika, dengan prosentase ketuntasan belajar
siswa yang meningkat pada setiap siklusnya yaitu 42,42% pada sebelum siklus meningkat menjadi
60,61% pada siklus I. Peningkatan prestasi belajar siswa ini semakin optimal pada akhir siklus II
dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 93,94%.
Kata Kunci: metode berbasis aktivitas, matematika, prestasi belajar
Prestasi belajar adalah besar kecilnya nilai
yang dapat diraih oleh siswa setelah mengikuti kegiatan proses pembelajaran.
(Slameto, 1998). Di samping itu prestasi
belajar merupakan salah satu tolok ukur
untuk mengetahui tingkat keberhasilan
seorang siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar yang diikutinya selama di sekolah.
Dengan demikian prestasi belajar seorang
siswa dapat ditandai dari hasil belajar
batasan rangking tertentu. Batasan rangking
tersebut dapat dijadikan ukuran penentuan
keberhasilan siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran di sekolah. Misalnya naik
kelas, tidak naik kelas atau kelulusan siswa
dapat ditentukan dari hasil belajarnya.
Menurut Nurhadi (2002:12) prestasi
belajar merupakan indikator kualitas dari
pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa.
Di sisi lain prestasi belajar siswa merupakan, hasil suatu sistem pendidikan sehingga tingkat keberhasilannya ditentukan oleh
elemen-elemen dalam sistem itu sendiri,
seperti motivasi siswa sebagai raw input dan
peranan guru sebagai instrument input,
Berdasarkan batasan pengertian prestasi belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar pada dasarnya merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa
melalui suatu kegiatan belajar.Kegiatan belajar dapat dilakukan secara individu dan
atau secara kelompok. Jadi prestasi belajar
paling tidak memiliki dua ciri yaitu adanya
suatu tindakan (action) baik yang dilakukan
secara individu dan atau secara kelompok
serta adanya suatu hasil (output).
Prestasi belajar pada dasarnya merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari
suatu tindakan. Senada dengan pertanyaan
Winkel (1991:36) bahwa perubahan yang
terjadi sebagai akibat aktivitas disebut
dengan prestasi belajar atau hasil belajar.
Begitu juga pendapat Djamarah (1984:28)
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
Sri Wahyuningsih, Penerapan Metode Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika...
sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Konsep prestasi belajar seperti di atas merupakan arti secara umum. Arti khusus prestasi
belajar adalah yang diperoleh di sekolah.
Suryabrata (1984) menyatakan sejauh mana
perubahan tingkat kemampuan siswa dalam
menguasai pelajaran yang telah diajarkan
kepadanya.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat dua ciri belajar
yaitu terjadinya interaksi dan adanya tingkah laku sebagai hasil interaksi. Tingkah
laku yang baru itulah yang pada umumnya
disebut sebagai prestasi belajar. Dengan
demikian prestasi belajar siswa adalah perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) sebagai hasil dari interaksi dengan para guru di sekolah. Dalam kaitannya
dengan perubahan perilaku siswa sebagai
prestasi belajar yaitu (1) informasi verbal,
(2) keterampilan intelektul, (3) keterampilan
motorik, (4) sikap dan (5) siasat kognitif.
Menurut Suryabrata (1984:35) bahwa
prestasi belajar yang akan diharapkan
setelah siswa mengikuti program pendidikan
atau proses belajar mengajar adalah adanya
perubahan perilaku siswa terhadap informasi
mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku
serta keterampilan yang dicapai selama
selang waktu tertentu.
Dalam kaitannya dengan pendapat
Bloom dalam Sudjana (1991:18) yang
mengemukakan tiga taksonomi ranah prestasi belajar: Pertama ranah kognitif meliputi
(1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) sintesis dan (5) evaluasi; Kedua ranah afektif meliputi (1) penerimaan, (2) jawaban atau reaksi, (3) penilaian, (4) organisasi dan (5) internalisasi; Ketiga ranah psikomotor meliputi (1) gerakan refleks, (2)
keterampilan gerakan dasar, (3) kemampuan
persepsional, (4) keharmonisan atau ketetapan, (5) gerakan berupa keterampilan-keterampilan yang bersifat kompleks dan (6)
gerakan ekspresif dan interpelatif.
Berdasarkan pendapat Bloom dalam
Sudjana (1991:18) tersebut, bahwa prestasi
belajar siswa dapat dirujuk pada ranah kog-
203
nitif, afektif dan psikomotor. Selanjutnya
Bloom mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku
yang meliputi tiga domain yakni pengetahuan, sikap dan keterampilan.Dalam kaitannya
dengan prestasi belajar siswa di sekolah,
Hamalik (2002:26) memberikan konsep
yang lebih tegas lagi yaitu hasil belajar yang
dicapai siswa dalam bidang studi tertentu
dengan menggunakan tes standar sebagai
alat pengukur keberhasilan belajar seorang
siswa.
Bertolak dari pengertian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa prestasi belajar
mernpunyai peranan yang sangat penting
dalam pendidikan bahkan kualitas pendidikan ditentukan/dicerminkan antara lain oleh
siswa pada mata pelajaran yang telah dipelajari di sekolah. Oleh karena itu prestasi belajar penekanannya pada hasil yang dicapai
dari suatu kegiatan atau aktivitas prestasi
belajar adalah merupakan hasil pendidikan
yang diperoleh siswa setelah melewati proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.
Sebagai kesimpulan dari prestasi belajar
adalah kemampuan yang diperoleh siswa
setelah ia mengikuti proses belajar baik dalam bidang studi tertentu maupun dalam suatu cakupan kurikulum sekolah dengan menggunakan tes standar sebagai tolak ukur
untuk mengetahui adanya perubahan dalam
aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang dimiliki oleh siswa yang bersangkutan.
Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa tingkat prestasi belajar yang dicapai oleh siswa
di sekolah tidak tumbuh dan berkembang
begitu raja akan tetapi merupakan suatu hasil proses interaksi dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Dalam hal ini Slameto
(1998:28) membagi faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar itu dapat bersifat eksternal dan internal. Faktor eksternal
yaitu keadaan di luar diri siswa yang
meliputi kondisi keluarga, sekolah dan masyarakat dan faktor internal yakni keadaan
diri siswa yang meliputi kondisi psikologis
memiliki peranan yang penting mengingat
bahwa belajar merupakan proses mental
204
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
yang berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa meliputi minat, kecerdasan, bakat,
motivasi dan kemampuan kognitif.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa: (1) Prestasi belajar merupakan wujud yang dicapai oleh siswa setelah
ia melakukan aktivitas belajar di sekolah;
(2) Hasil belajar tersebut dicapai siswa menurut kemampuannya yang mencakup kemampuan intelektual maupun kemampuan
non intelektual; (3) Usaha belajar siswa merupakan proses yang dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya motivasi belajar,
lingkungan belajar, penggunaan strategi belajar seperti penerapan/pemilihan model
pembelajaran; (4) Untuk niengetahul hasil
belajar siswa, guru haruslah melakukan
evaluasi/ penilaian.
Dalam konteks penelitian ini yang
akan penulis jadikan acuan untuk menentukan prestasi belajar siswa adalah nilai hasil
post test (ulangan harian) yang dicapai oleh
siswa.
Faktor yang menentukan prestasi belajar adalah sangat kompleks. Kekomplekan
dari faktor yang menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa merupakan hal
yang penting untuk dikaji. Pengkajian tentang tinggi rendahnya prestasi belajar adalah
mengelola berbagai faktor agar dapat memberikan pengaruh yang positif dalam arti
dapat menopang dan memperlancar usaha
belajar siswa untuk mencapai prestasi
belajar secara maksimal.
Menurut Bogdan (1982:37) prestasi
belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi
oleh kemampuan siswa sendiri dan 30% dipengaruhi oleh lingkungannya. Sejalan dengan tinjauan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut maka dapatlah disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah ditentukan oleh
faktor-faktor yang bersifat endogen dan eksogen atau eksternal siswa seperti peranan
guru dalam proses belajar mengajar, pemilihan model pembelajaran dan sebagainya.
Berdasarkan hasil kajian tentang faktor-faktor yang menentukan prestasi belajar
siswa tersebut di atas dapatlah dirumuskan
kerangka berpikir bahwa peranan faktor
eksternal (termasuk pemilihan dan penerapan model pembelajaran dalam proses pembelajaran) dan motivasi belajar siswa dalam
proses belajar mengajar sangat berbubungan
erat dengan prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar sebagai hasil penilaian
dipahami, namun demikian untuk mendapatkan pemahanan perlu juga diketahui bahwa
penilaian adalah sebagai aktivitas dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar
itu sendiri.
Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa
dapat melakukan pengamatan yang efektif
agar memperoleh hasil pembelajaran yang
sebaik-baiknya. Dalam mengajar, hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan pengamatan yang sebaikbaiknya. Beberapa hal yang dapat dilakukan
guru untuk membantu siswa melakukan pengamatan yang baik dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut: (1) Pengamatan akan
lebih efektif kepada rangsangan-rangsangan
yang mempunyai struktur dan bentuk yang
jelas. Oleh karena itu hal-hal yang akan dipelajari hendaknya mempunyai struktur dan
organisasi yang jelas; (2) Pengamatan kepada sesuatu yang dekat akan lebih berkesan.
Oleh karena itu, siswa diberi banyak kesempatan untuk lebih dekat dengan hal-hal yang
akan dipelajari; (3) Pengamatan dipengaruhi
oleh pengalaman sebelumnya. Oleh karena
itu, pada waktu guru mengajar, sebaiknya
dimulai dengan pengalaman-pengalaman
siswa; (4) Pengamatan dimulai dengan keseluruhan, baru kemudian kepada bagian-bagian. Oleh karena itu dalam memberikan bahan yang akan diajarkan, sebaiknya dimulai
dengan keseluruhan, baru kemudian kepada
bagian-bagian yang lebih khusus; (5) Pengamatan dipengaruhi oleh peringakat perkembangan individu. Oleh karena itu, pengajaran hendaknya disesuaikan dengan peringkat perkembangan individu, terutama peringkat perkembangan kognitif; (6) Terdapat
individual dalam pengamatan. Tiap individu
Sri Wahyuningsih, Penerapan Metode Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika...
mempunyai macam gaya pengamatan (ada
gaya visual, auditif, taktil dan kinestetik)
Oleh karena itu pengajaran hendaknya
disesuaikan dengan gaya pengamatan
masing-masing siswa.
Beberapa faktor dapat menimbulkan
terjadinya kesalahan atau kelainan pengamatan, seperti rangsangan yang kurang jelas, kurangnya perhatian siswa, pengalaman
di masa lampau, kurang baiknyua alat indera, lingkungan yang mengganggu dan
sebagainya.
Menurut Hamalik (2001) mengatakan
bahwa pengajaran yang efektif adalah
pengajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas
sendiri. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga
kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk
mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih
memadai.
Ada beberapa jenis aktivitas yang
adisampaikan oleh para ahli, diantaranya:
(1) kegiatan-kegiatan visual, (2) kegiatankegiatan lisan (oral), (3) mendengarkan, (4)
menulis, (5) menggambar, (6) metrik, (7)
metal, dan (8) emosional. Adapun penjabaran macam-macam kegiatannya adalah sebagai berikut. (a) Kegiatan-kegiatan visual.
Membaca, melihat gambar-gambar, mangamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan
mengamati orang lain bekerja atau bermain;
(b) Kegiatan-kegiatan lisan. Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan sautu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi dan interupsi; (c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan. Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan dan mendengarkan radio. (d) Kegiatan-kegiatan menulis. Menulis
cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman,
mengerjakan tes dan mngisi angket; (e)
Kegiatan-kegiatan menggambar. Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta
205
dan pola; (f) Kegiatan-kegiatan metrik. Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun; (g) Kegiatan-kegiatan metal. Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, mengalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan dan membuat keputusan;
(h) Kegiatan-kegiatan emosional. Minat,
membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
Kegiatan-kegiatan dalam kolompok ini
terdapat dalam semua jenis kegiatan dan
overlap satu sama lain.
Dari beberapa macam aktivitas tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan
pengajaran, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran.
Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran,
aktivitas siswa harus disesuaikan dengan
materi pengajaran yang disampaikan oleh
guru atau masalah yang sdang dibahas.
Kurikulum Matematika perlu memberikan pengalaman belajar yang membantu
siswa memenuhi kebutuhan pribadi, sosial,
lingkungan dan ekonomi. Pengalaman belajar dalam kurikulum Matematika membantu
siswa untuk: (1) menjalani kehidupan sehari-hari secara efektif, (2) memahami dunianya dan hal-hal yang mempengaruhinya,(3)
memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, fleksibel dan inovatif, (4) mengembangkan pengertian tentang konsep-konsep Matematika, (5) menilai dan menggunakan produk
teknologi, (6) memahami bahwa karir dalam
sains dan teknologi yang cocok bagi pria
dan wanita, (7) memahami penilaian tetang
isu-isu yang berkenaan dengan lingkungan
alam dan buatan, (8) bertanggungjawab
terhadap perbaikan kualitas lingkungan, (9)
memberikan pemecahan pada dilema moral
sehubungan dengan isu-isu sains dan
teknologi, dan (10) menyiapkan diri untuk
studi pada tingkatan yang lebih lanjut.
Kurikulum Matematika harus memberikan pengalaman belajar yang melibatkan
siswa pada proses dan produk dalam sains
dan teknologi. Pendekatan yang dipakai
206
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
dalam kurikulun diharapkan akan mendorong siswa menajadi pelajar yang aktif dan
fleksibel. Secara khusus pendekatan ini
akan: (1) memperhatikan perbedaan individu siswa, (2) memberikan kesempatan yang
sama kepada semua siswa untuk mempelajari konsep-konsep esensial, (3) membekali siswa dengan keterampilan untuk memahami dunia melalui penyelidikan, dan (4)
membekali siswa dengan keterampilan baik
untuk memilih alat-alat yang sesuai maupun
bahan-bahan yang diperlukan.
Berdasarkan pada rumusan masalah
tersebut, maka penelitian tindakan Kelas ini
bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Implementasi metode belajar
berbasis aktivitas di kelas IX-DSemester I
dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran matematika
dengan pokok bahasan menghitung volume
tabung, kerucut, dan bola; (2) Dampak penerapan metode berbasis aktivitas pada kegiatan belajar mengajar matematika di kelas
IX-DSMP Negeri I Panggul, Trenggalek
mata pelajaran matematika dengan pokok
bahasan menghitung volume tabung, kerucut, dan bola terhadap prestasi belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan jenis penelitian yang
dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan. Menurut Moelong (2000) penelitian
tindakan merupakan proses daur ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan
dan pemantauan, refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang.
Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan
keterampilan-keterampilan
baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia faktual (Zuriah, 2003).
Carr dan kemmis (1986), mengatakan
bahwa penelitian tindakan adalah suatu
bentuk penelaahan inkuiry melalui refleksi
dirt yang dilakukan oleh peserta kegiatan
pendidikan tertentu dalam situasi sosial,
untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan.
Kehadiran peneliti dalam kegiatan penelitian ini lebih tepat bila dimaksudkan dalam kegiatan peran serta. Sebab penelitian
dalam penelitian ini tergolong pada penelitian tindakan partisipan. Zuriah (2003) mengatakan bahwa orang yang akan melakukan penelitian tindakan haruslah terlibat dalam proses penelitian dari awal. Untuk itu
peneliti harus melakukan pengamatan berperan serta dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran di dalam kelas,
sedangkan mitra guru kelas lain bertindak
sebagai observer jalannya penelitian.
Spradley (1980) membagi tiga tahap
pengamatan berperan seta dalam penelitian
kulitatif, diantaranya: (a) Dimulai dari pengamatan-pengamatan yang bersifat memeriksa (descriptive observation) secara luas,
dengan melukiskan situasi sosial secara umum yang ada di lokasi penelitian, (b) kemudian dilanjutkan dengan pengamatan-pengamatan yang lebih terfokus (focused observation) untuk menemukan kategori-kategori
utama tentang fokus penelitian, dan (c) setelah itu diadakan pengamatan kategori-kategori yang lebih rinci tentang sub-sub fokus
penelitian.
Lokasi penelitian tindakan ini adalah
SMP Negeri I Panggul, Trenggalek Tahun
2013/2014 Semester I. Sedangkan subyek
dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah faktor perbedaan
kemampuan belajar antara siswa dan kondisi
lingkungan lokasi penelitian. Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas IX-D SMP Negeri I Panggul, Trenggalek Tahun 2013/
2014 semester I.
Sumber data yang dimaksudkan adalah manusia, sumber data manusia dalam
peneletian tindakan ini adalah Guru Kelas
IX-DSMP Negeri I Panggul, Trenggalek
Tahun 2013/2014 semester I, guru Kelas
lain dalam lingkup SMP Negeri I Panggul.
Sedangkan sumber data berupa dokumentasi hasil pengamatan dan catatan observasi peneliti, hasil evaluasi belajar, dan
Sri Wahyuningsih, Penerapan Metode Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika...
dokumen lain yang relevan dengan ruang
lingkup penelitian.
Dalam kegiatan analisis data, akan
didapatkan dua jenis data yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi yang dilakukan pada setiap tahap kegiatan, dan data kuantitatif
berupa hasil belajar atau presentasi belajar
yang didapatkan oleh siswa dalam melakukan proses pembelajaran dengan strategi
pembelajaran berbasis aktivitas.
Teknis analisis data dalam penelitian
ini, adalah analisis data kualitatif yang bersifat linier (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) menelaah seluruh data yang telah
dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan
cara menganalisis, mensintesis, memaknai,
menerangkan dan menyimpulkan. (2) mereduksi data yang didalamnya melibatkan
kegiatan mengkategorikan dan pengklasifikasian, dan (3) menyimpulkan dan memverifikasi. Dari kegiatan reduksi selanjutnya
dilakukan penyimpulan terakhir dan selanjutnya diikuti kegitan verifikasi atau pengujian terhadap temuan penelitian.
Tindakan penelitian yang direncanakan dalam penelitian tindakan ini adalah
sebagai berikut: (1) menetapkan indikator
desain pembelajaran berbasis aktivitas yang
digunakan dalam proses belajar mengajar,
(2) Menyusun strategi penyampaian dan pengelolaan pengajaran dengan pembelajaran
berbasis aktivitas yang meliputi : merancang
dan menyusun bahan ajar, merancang satuan
pelajaran yang digunakan dalam kegiatan
proses belajar mengajar, (3) Menyusun
metode dan alat perekam data yang terdiri
atas catatan lapangan, pedoman observasi,
pedoman analisis, dan catatan harian, dan
(4) Menyusun perencanaan teknik pengolahan data didasarkan pada model analisis
data penelitian kualitatif.
Berkaiatan dengan tindakan penelitian, maka diperlukan suatu langkah-langkah
penelitian, agar dalam pelaksanaan penelitian dapat terprogram dengan baik. Menurut
207
Zuriah (2003) mengatakan bahwa penelitian
tindakan direncanakan melalui beberapa
tahap perencanaan, diantaranya: (1) refleksi
awal, (2) peneliti merumuskan permasalahan secara operasional, (3) peneliti merumuskan hipotesis tindakan, dan (4) menetapkan
dan merumuskan rancangan tindakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Refleksi Awal
Refleksi awal merupakan hasil kajian
dari kegiatan pra tindakan yang dilakukan
oleh peneliti dalam rangka untuk mencari
sumber permasalahan yang dihadapi oleh
siswa kelas IX-D dalam pembelajaran matematika. Dari hasil kajian, teridentifikasi
bahwa prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan pokok bahasan
menghitung volume tabung, kerucut, dan
bola sangat rendah.Hal ini disebabkan oleh
penerapan metode pembelajaran yang konvensional. Penerapan metode pembelajaran
secara konvensional tidak mampu menampung aktivitas belajar siswa secara maksimal. Sehingga aktivitas belajar siswa menjadi pasif dan guru lebih dominan dalam
proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan
perubahan dan enovasi metode pembelajaran lain yang diharapkan mampu menjawab permasalahan yang dihadapi oleh pelaku pembelajar di kelas IX-D pada pembelajaran matematika. Salah satu metode
yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
metode berbasis aktivitas.
Perencanaan
Dengan akan diterapkannya metode
belajar berbasis aktivitas diperlukan perangkat pendukung agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Beberapa persiapan perencanaan yang dilakukan peneliti
terdiri dari: (a) Menyusun rencana pembelajaran dengan mengacu pada metode yang
digunakan yaitu metode berbasis aktivitas.
(b) Menyusun lembar kerja yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dirancang. (c) Menyusun format observai aktivitas belajar. (d) Menyusun lembar evaluasi
208
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
pembelajaran.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan perbaikan pada
siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan. Pada
kegiatan proses pembelajaran siswa diberi
kesempatan untuk beraktivitas secara aktif
dan komunikatif baik dalam kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Guru
dalam kegiatan inti memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya kepada guru
sebagai fasilitator pembelajaran saat mengalami kesulita. Diksripsi proses pembelajaran secara runtut peneliti tampilkan dalam
diskripsi berikut ini:
Pertemuan pertama: Pendahuluan,
membahas PR yang sulit, mengingat kembali unsur-unsur tabung dan kerucut, motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, guru menginformasikan metode pembelajaran yang akan
digunakan.
Kegiatan inti: Eksplorasi, peserta didk
dapat melakukan kegiatan untuk menentukan rumus volume tabung, kerucut, materi
yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber, menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik
serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Elaborasi, memfasilitasi peserta didik
melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik
secara lisan maupun tertulis, memfasilitasi
peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif, memfasilitasi peserta didik
berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, memfasilitasi peserta
didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara
individual maupun kelompok, memfasilitasi
peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok.
Konfirmasi, guru bertanya jawab ten-
tang hal-hal yang belum diketahui siswa,
guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.
Kegiatan akhir, guru bersama-sama
dengan peserta didik membuat rangkuman,
guru melakukan penilaian terhadap kegiatan
yang sudah dilakasanakan, guru memberikan umpan balik, guru Merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedy dan program pengayaan.
Pertemuan kedua: Pendahuluan, membahas PR yang sulit, mengingat kembali
unsur-unsur bola, motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, guru menginformasikan metode pembelajaran yang akan digunakan.
Kegiatan inti: Eksplorasi, dengan
model belahan bola dan kerucut masing-masing kelompok melakukan kegiatan untuk
menentukan rumus volume bola, materi
yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber, menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta
didik serta antara peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya, melibatkan peserta didik secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran.
Elaborasi, memfasilitasi peserta didik
melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik
secara lisan maupun tertulis, memfasilitasi
peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif, memfasilitasi peserta didik
berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, memfasilitasi peserta
didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara
individual maupun kelompok, memfasilitasi
peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok.
Konfirmasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa,
guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan pe-
Sri Wahyuningsih, Penerapan Metode Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika...
nguatan dan penyimpulan.
Kegiatan akhir, guru bersama-sama
dengan peserta didik membuat rangkuman,
guru melakukan penilaian terhadap kegiatan
yang sudah dilakasanakan, guru memberikan umpan balik, guru Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedy dan program pengayaan.
Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada kegiatan proses
pembelajaran matematika kelas IX-D SMP
Negeri I Panggul Kabupaten Trenggalek
terhadap aktivitas guru dan siswa menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam menjalankan rencana perbaikan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru bidang studi
matematika memperoleh prosentase aktivitas sebesar 60,00% dengan tingkat criteria
aktivitas yang baik. Dari aktivitas yang diberikan oleh guru ini terdapat beberapa aktivitas yang masih perlu adanya perbaikan
diantaranya guru dalam proses pembelajaran
belum mampu menciptakan pembelajaran
yang kondusif, perhatian guru masih terfokus pada beberapa kelompok saja, guru belum mampu merangsang interaksi aktiviats
belajar antar siswa secara maksimal, guru
dalam proses pembelajaran belum menggunakan bahasa yang komunikatif, belum
mampu memberikan penguatan yang positif
kepada siswa, serta pembelajaran masih berpusat kepada guru. Sedangkan untuk aktivitas siswa dalam menerima dan menjalankan proses pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode berbasis aktivitas
memperoleh prosentase sebesar 61,67% dan
termasuk dalam kriteria baik. Aktivitas siswa yang perlu mendapatkan perhatian serius
dari guru adalah kemampuan siswa dalam
oral activities yaitu siswa belum berani
dalam mengajukan pertanyaandan menjawab pertanyaan serta dalam kegiatan diskusi
belum berjalan secara maksimal.
Berdasarkan perolehan hasil evaluasi
belajar setiap individu setelah melakukan
serangkaian kegiatan belajar mengajar dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas
209
dalam siklus I memperoleh rata-rata sebesar
74,70 dan ketuntasan belajar siswa sebesar
60,61%.
Refleksi
Berdasarkan pada kegiatan siklus 1
tersebut, peneliti melakukan refleksi dari hasil kegiatan tersebut. Dari hasil observasi
dapat direfleksikan bahwa aktivitas pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik,
meskipun masih ditemui kendala dalam proses pembelajaran. Dengan adanya kendala
dalam pembelajaran ini maka prestasi belajar siswa yang dicapai belum maksimal. Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus
I belum mampu mencapai ketuntasan belajar
secara kelasikal sebesar 85%, karena peningkatan ketuntasan belajar siswa pada siklus I hanya mencapai 60,61%. Untuk itu
masih diperlukan perbaikan tindakan pada
siklus selanjutnya.
Kegiatan Siklus 2
Perencanaan
Perencanaan tindakan pada siklus II
secara garis besar sama dengan perencanaan
pada siklus I. Hanya saja pada siklus II ada
beberapa perubahan perencanaan yang memerlukan perhatian khusus yaitu guru dalam
proses pembelajaran hendaknya menciptakan pembelajaran yang kondusif, perhatian guru lebih merata kepada siswa, guru
merangsang interaksi aktiviats belajar antar
siswa secara maksimal, guru menggunakan
bahasa yang komunikatif dalam pembelajaran, guru memberikan penguatan yang positif kepada siswa, serta guru mengurangi
domiasi pada pembelajaran dengan lebih
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui pemberian motivasi siswa
dalam mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan dan aktif dalam kegiatan diskusi.
Pelaksanaan
Pertemuan pertama: Pendahuluan,
membahas PR yang sulit, mengingat kembali unsur-unsur tabung dan kerucut,
motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, guru menginformasikan metode pembelajaran yang
210
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
akan digunakan.
Kegiatan inti: Eksplorasi, peserta didk
dapat melakukan kegiatan untuk menentukan rumus volume tabung, kerucut, materi
yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan
belajar dari aneka sumber, menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain,
memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, melibatkan peserta didik secara aktif
dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Elaborasi, memfasilitasi peserta didik
melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik
secara lisan maupun tertulis, memfasilitasi
peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif, memfasilitasi peserta didik
berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, memfasilitasi peserta
didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara
individual maupun kelompok, memfasilitasi
peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok.
Konfirmasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa,
guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.
Kegiatan akhir, guru bersama-sama
dengan peserta didik membuat rangkuman,
guru melakukan penilaian terhadap kegiatan
yang sudah dilakasanakan, guru memberikan umpan balik, guru Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedy dan program pengayaan.
Pertemuan kedua: Pendahuluan, membahas PR yang sulit, mengingat kembali unsur-unsur bola, motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
guru menginformasikan metode pembelajaran yang akan digunakan.
Kegiatan inti: Eksplorasi, dengan model belahan bola dan kerucut masing-masing
kelompok melakukan kegiatan untuk me-
nentukan rumus volume bola, materi yang
akan dipelajari dengan menerapkan prinsip
alam takambang jadi guru dan belajar dari
aneka sumber, menggunakan beragam
pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, memfasilitasi
terjadinya interaksi antar peserta didik serta
antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, melibatkan peserta didik secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran.
Elaborasi, memfasilitasi peserta didik
melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik
secara lisan maupun tertulis, memfasilitasi
peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif, memfasilitasi peserta didik
berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, memfasilitasi peserta
didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara
individual maupun kelompok, memfasilitasi
peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok.
Konfirmasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa,
guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.
Kegiatan akhir, guru bersama-sama
dengan peserta didik membuat rangkuman,
guru melakukan penilaian terhadap kegiatan
yang sudah dilakasanakan, guru memberikan umpan balik, guru Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedy dan program pengayaan.
Pengamatan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
oleh observer pada siklus II terhadap
aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung menunjukkan
bahwa guru dalam proses pembelajaran
pada siklus II mamu menjalankan rencana
perbaikan tindakan perbaikan pembelajaran
secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari
rekapitulasi aktivitas guru yang memperoleh
prosentase sebesar 77,50% dengan tingkat
aktivitas yang sangat baik. Dengan semakin
Sri Wahyuningsih, Penerapan Metode Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika...
optimalnya aktivitas guru pada siklus II,
maka aktivitas yang dilakukan oleh siswa
dalam melaksanakan tindakan perbaikan
dari guru juga memperoleh peningkatan
menjadi sangat baik dengan tingkat
prosentase aktivitas sebesar 80,00%.
Dari perolehan hasil evaluasi belajar
setiap
individu
setelah
melakukan
serangkaian kegiatan belajar mengajar
dengan strategi pembelajaran berbasis
aktivitas diperoleh nilai rata-rata hasil
belajar siswa sebesar 88,12, sedangkan
ketuntasan belajar siswa sebesar 93,94%.
Refleksi
Setelah mengkaji hasil temuan pada
siklus II menunjukkan bahwa kendala
pembelajaran yang muncul pada siklus I
telah teratasi dengan baik pada siklus II,
sehiungga prestasi belajar siswa secara
klasikal dapat tercapai yaitu dengan tingkat
ketuntasan belajar siswa sebesar 93,94%.
Dengan demikian tidak diperlukan lagi
penambahan siklus perbaikan pembelajaran.
Implementasi strategi pembelajaran
berbasis aktivitas yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar siswa Kelas IXDSMP Negeri I Panggul, Trenggalek Tahun
2013/2014 Semester I, ternyata lebih efektif
dalam meningkatkan dan menumbuhkan
aktivitas, motivasi dan prestasibelajar siswa.
Beberapa alasan penggunaan strategi pembelajaran berbasis aktivitas dalam kegiatan
belajar agar didapat hasil belajar yang efektif, maka pengajaran dengan pendekatan
berbasis aktivitas digunakan dalam pengajaran Matematika Materi menghitung
volume tabung, kerucut, dan bola Dengan
Metode Pendekatan Berbasis Aktivitas Pada
Siswa Kelas IX-DSMP Negeri I Panggu
lTrenggalek Tahun 2013/2014 Semester I
dimaksudkan untuk:
Meningkatkan motivasi belajar siswa,
ada dua prinsip cara memandang motivasi :
(1) motivasi dipandang sebagai proses, dan
(2) menentukan karakter dari proses ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah
lakunya. Dari beberapa pendapat tersebut,
dapat disimpulkan bahwa motivasi merupa-
211
kan dorongan yang datang dari dalam pribadi seseorang (instrinsik) ataupun datang
dari luar pribadi (ekstrinsik) untuk mencapai
tujuan sesuai dengan keinginan pribadinya.
Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
berbasisi aktivitas mulai nampak ditunjukkan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.
Berdasarkan pengamatan peneliti, beberapa
siswa mulai antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang disampaikan
oleh guru. Pendekatan pembelajaran berbasisi aktivitas diharapkan hasil belajar siswa
mengalami peningakatan yang berarti, sebab
dalam proses belajar dengan pendekatan ini
siswa lebih aktif dan selalu melakukan
kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan.
Sehingga hal tersebut lebih membuat siswa
menjadi termotivasi dalam belajar. Selama
ini pendekatan yang digunakan dalam
belajar hanya konvensional saja.
Temuan tersebut, senada dengan apa
yang dikemukakan oleh Hamalik (2002),
yang menyebutkan bahwa siswa lebih senang belajar jika mengambil bagian yang
aktif dalam latihan/ praktik untuk mencapai
tujuan pengajaran. Praktik secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, beraktivitas,
bukan mendengarkan ceramah dan mencatat. Pengajaran hendaknya disesuaikan dengan prinsip sebagai berikut: (1) usahakan
agar siswa sebanyak mungkin menjawab
pertanyaan-pertanyaan atau memberikan
respon terhadap pertanyaan guru, sedangkan
siswa lainnya menulis jawaban dan menanggapi secara lisan, (2) mintalah agar siswa
menyusun dan menata kembali informasi
yang diperolehnya dari bacaan, dan (3) sediakan laboratorium dan situasi praktik lapangan berdasarkan tujuan pengajaran yang
dirumuskan sebelumnya.
Dan pendapat tersebut di atas menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran
berbasis aktivitas merupakan strategi yang
memungkinkan untuk membuat siswa aktif
dalam belajar, sehingga diharapkan meningkatkan prestasi siswa dalam belajar dapat
diperole secara optimal.
Meningkatkan prestasi siswa, berkait-
212
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
an dengan usaha meningkatkan prestasi
belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat
dirasakan bila belajar tersebut mengetahui
hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti
perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, maka perubahan-peribahan itu harus
dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar. Dalam
penelitian tindakan ini, yang dimaksudkan
dengan prestasi belajar adalah hasil belajar
yang dicapai dalam bentuk angka atau nilai
pada mata pelajaran Matematika siswa.
Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka
semakin baik prestasi belajar yang didapatkan. Hal ini dapat dilihat dari prosentase
ketuntasan belajar siswa mulai dari sebelum
diberi tindakan yaitu 42,42% meningkat
menjadi 60,61% pada siklus I. Peningkatan
prestasi belajar siswa ini semakin optimal
pada akhir siklus II dengan prosentase
ketuntasan belajar sebesar 93,94%.
Inovasi dalam strategi pembelajaran,
melakukan inovasi dalam menggunakan
strategi belajar merupakan syarat mutlak
yang harus dilakukan oleh guru. Strategi
pembelajaran berbasis aktivitas adalah sebagian dari strategi yang ditawarkan dalam
proses belajar mengajar: (a) meningkatkan
kreativitas siswa dalam memecahkan masalah. Banyak ahli yang mendiskusikan kreativitas sebagai berpikir kreatif atau pemecahan masalah, (b) berpikir kreatif sebagai
proses penyadaran (sensing) adanya gap,
gangguan atau unsur-unsur yang keliru
(perkeliruan), pembentukan gagasan-gagasan atau hipotesis, pengujian hipotesis tersebut, pengkomunikasian hasil-hasil, mungkin
juga pengujian kembali data perbaikan hipotesis, dan (c) kerativitas merupakan bentuk
pemecahan masalah yang melibatkan intutive leaps, atau suatu kombinasi gagasangagasan yang bersumber dari berbagai bidang pengetahuan yang terpisah secara luas.
Pandangan tersebut pada dasarnya sependapat bahwa kreativitas merupakan suatu
bentuk dan proses pemecahan suatu masalah. Para siswa dibimbing agar memiliki kemampuan kreativitas, mampu berpikir kritis,
dan mampu memecahkan masalah. Karena
itu, melalui proses belajar tertentu, diupayakan tercapainya tujuan-tujuan tersebut.
Guru perlu menyediakan kondisi-kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya penambahan aspek keluwesan, keaslian, dan kuantitas dari abilite kreativitas yang dimiliki
oleh siswa. Strategi pembelajaran berbasis
aktivitas merupakan salah satu usaha dalam
pencapaian tujuan pembelajaran.
Dampak pendekatan berbasis aktivitas. Dampak positif yang didapatkan dari
strategi pembelajaran berbasis aktivitas adalah: (1) siswa leblih termotivasi dalam belajar, (2) siswa lebih kreatif, (3) siswa lebih
berani mengemukakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan, (4) siswa lebih bertanggungjawab, dan, (5) prestasi belajar lebih
meningkat. Disisi lain dampak positif dari
strategi pembelajaran berbasisi aktivitas ini
adalah guru akan lebih meningkatkan kreativitasnya melakukan strategi pembelajaran
yang disampaikan kepada siswa, sehingga
kemampuan guru akan terampil dan berkembang lebih baik.
Dampak negatif adalah siswa yang tidak memiliki kreativitas dan kemampuan
rendah akan selalu tertinggal dalam proses
belajarnya. Di sisi lain siswa yang lebih
kreatif dan mempunyai kemampuan lebih
akan merasa baik dibandingkan dengan siswa dibawahnya.
Dari pemberian tindakan ini mendapatkan respon yang sangat positif dari siswa
dengan rata-rata sebesar 1.92%. Artinya siswa memberikan respon yang sangat positif
terhadap pemberian perbaikan pembelajaran
dari guru yang terilustrasikan pada Gambar
1.
Sri Wahyuningsih, Penerapan Metode Berbasis Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika...
100,00
93,94
88,12
90,00
80,00
70,00
213
74,70
69,97
60,61
60,00
50,00
NILAI RATA-RATA
42,42
%KETUNTASAN
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
SEB. SIKLUS
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 1 Perkembangan Prestasi Belajar Siswa
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam menerapkan metode berbasis
aktivitas guru mengusahakan siswa agar sebanyak mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memberikan respon terhadap
pertanyaan guru, sedangkan siswa lainnya
menulis jawaban dan menanggapi secara lisan, kemudian guru memintauntuk menyusun dan menata kembali informasi yang diperolehnya dari bacaan atau LKS, guru juga
mempersiapkan kegiatan siswa melalui
praktik lapangan berdasarkan tujuan pembelajaran yang dirumuskan sebelumnya. Dalam kegiatan ini guru menempatkan diri sebagai fasilitator dalam pembelajaran sehingga pembelajaran berpusat kepada siswa.
Strategi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis aktivitas dimungkinkan dapat meningkatkan
prestasi belajar Matematika Materi menghitung volume tabung, kerucut, dan bola Dengan Metode Pendekatan berbasis Aktivitas
Pada Siswa Kelas IX-DSMP Negeri I Panggu l Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester
I pada mata pelajaran Matematika, dengan
prosentase ketuntasan belajar siswa yang
meningkat pada setiap siklusnya yaitu
42,42% pada sebelum siklus meningkat
menjadi 60,61% pada siklus I. Peningkatan
prestasi belajar siswa ini semakin optimal
pada akhir siklus II dengan prosentase
ketuntasan belajar sebesar 93,94%.
Saran
Kepada Guru Bidang Studi Matematika agar mempertimbangkan pemberian
materi pembelajaran dengan mengenalkan
kepada siswa dengan menggunakan berbagai macam strategi. Salah satunya adalah
strategi pembelajaran berbasis aktivitas. Kepada guru yang mengajarkan mata pelajaran
Matematika, hendaknya selalu mempunyai
kreativitas dalam menggunakan strategi belajar yang diberikan kepada siswa, dan, strategi pembelajaran berbasis aktivitas bukan
satu-satunya strategi yang harus digunakan
dalam proses belajar mengajar. Artinya guru
perlu mengembangkan strategi belajar dengan teknik lain agar proses belajar siswa
lebih variatif. Dengan peningkatan aktivitas
siswa dalam kegiatan belajar, maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
secara optimal.
214
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
DAFTAR RUJUKAN
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa
Cipta
Sudjana, Nana. 1991. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual.
Malang: Universitas Negeri Malang
Wingkel. 1991. Psikologi
Jakarta: Grasindo.
Slameto. 1998. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan dalam
Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi
Pertama. Malang: PT Remaja Rosdakarya
Spradley, J., P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and
Wiston
Pengajaran.
Download