ISSN 1410-1939 PEWARISAN BEBERAPA KARAKTER KUALITATIF PADA TANAMAN KARET Novalina Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat – Jambi 36361 Telp./Fax: 0741-583051 Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari pola pewarisan serta menduga genotipe tetua dari beberapa karakter kualitatif pada tanaman karet. Tanaman karet yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas dua populasi turunan pertama yaitu populasi A (PB260 x PN 7) dan populasi C (PB260 x PN7111) serta masing-masing tanaman tetua jantan dan tetua betina. Berdasarkan hasil analisis segregasi dapat diketahui bahwa sebagian besar karakter morfologi yang diamati dan diuji bersegregasi pada tanaman turunan pertama populasi A dan C serta diduga genotipe tetua untuk sebagian besar karakter morfologi yang diamati bersifat heterozigot. Kata kunci: pewarisan, segregasi, karakter kualitatif, genotipe PENDAHULUAN Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting di Indonesia hingga saat ini. Sebagai salah satu negara utama penghasil karet alam di dunia, Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas karet agar dapat memenuhi permintaan pasar global yang terus meningkat, juga untuk meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan petani karet. Penggunaan klon unggul yang berproduksi tinggi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi karet. Para pemulia tanaman karet selama ini terus berupaya untuk mendapatkan klon-klon baru yang mempunyai potensi hasil yang tinggi serta mempunyai karakter agronomi yang diinginkan. Proses seleksi dalam pemuliaan karet dilakukan pada populasi turunan pertama hasil suatu persilangan. Tanaman karet yang terpilih pada proses seleksi awal selanjutnya diperbanyak secara vegetatif dan mengikuti rangkaian uji mulai dari uji pendahuluan sampai uji skala besar. Selama ini persilangan antara dua tanaman tetua pada tanaman karet yang sama-sama berproduksi tinggi selalu menunjukkan keragaman hasil pada tanaman turunannya. Terdapatnya keragaman potensi hasil pada populasi turunan pertama kemungkinan didasari oleh faktor genetik. Besarnya tingkat keragaman pada tanaman turunan hasil suatu persilangan merupakan bahan baku pada proses seleksi. Pada tanaman tahunan yang menyerbuk bebas seperti tanaman karet kemungkinan gen-gen yang terdapat pada satu individu tanaman mempunyai genotipe yang berbeda-beda. Untuk gen A bersifat homozigot dominan, sedangkan untuk gen B bersifat heterozigot, untuk gen C bersifat homozigot resesif. Sehingga persilangan antara dua tetua yang bersifat seperti demikian akan mempunyai konfigurasi campuran, sebagian akan mempunyai konfigurasi backcross dan sebagiannya lagi akan mempunyai konfigurasi F2 (Liu 1998). Karakter sederhana seperti bentuk daun, bentuk percabangan, kilauan daun merupakan karakter yang mudah diamati sehingga mudah untuk mempelajari pola pewarisan serta menduga genotipe tetua untuk sifat-sifat sederhana tersebut. Sehingga dirasa perlu untuk melakukan pengamatan dan pengujian terhadap karakter sederhana pada dua populasi turunan pertama hasil persilangan PB 260 (introduksi Wickham 1876) dengan PN 7111 atau dengan PN 7 (introduksi IRRDB 1981). Berdasarkan data segregasi pada tanaman turunan dapat diduga genotipe tetua apakah bersifat homozigot atau heterozigot untuk setiap karakter yang diamati. Karakter sederhana yang diamati pada penelitian ini merupakan karakter-karakter yang sering diamati dalam identifikasi klon karet dan merupakan karakteristik dari suatu klon (Dijkman 1951; Woelan 2002). Namun belum ada laporan tentang segregasi sifat-sifat sederhana tersebut pada populasi turunan pertama sehingga dirasa perlu untuk mengetahui dan menguji pola pewarisannya apakah mengikuti pola pewarisan Mendelian atau tidak. Jika mengikuti pola pewarisan sederhana Mendelian maka 17 Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 1, Januari - Juni 2009 kemungkinan sifat-sifat sederhana tersebut dikendalikan oleh satu gen (Griffith et al, 1993). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang pola pewarisan beberapa sifat morfologi, dan dapat menduga genotipe tetua untuk masing-masing sifat tersebut. BAHAN DAN METODA Bahan Tanaman Pada penelitian ini digunakan dua populasi tanaman turunan pertama yaitu populasi A: hasil persilangan PB 260 x PN 7111 sebanyak 22 tanaman (1A – 22A), dan populasi C: hasil persilangan PB 260 x PN 7 sebanyak 20 tanaman (1C – 22C). Tanaman tetua dari populasi persilangan tersebut juga digunakan dalam penelitian ini, masing-masing satu tanaman. Tanaman-tanaman tersebut ditanam pada AgustusSeptember 1998, dengan jarak tanam 2 m x 2 m di Kebun Percobaan Pusat Penelitian Karet Sungai Putih Medan. Penelitian berlangsung pada Maret 2006 sampai Juni 2006. Pengamatan Karakter Morfologi Karakter morfologi pada masing-masing tanaman populasi A dan C langsung diamati di lapangan. Karakter-karakter yang diamati adalah bentuk daun, kilau daun, pinggir helai daun, kerapatan permukaan payung dan tipe cabang. Fenotipe dari masing-masing karakter morfologi tersebut diamati berdasarkan ciri-ciri yang telah dilaporkan sebelumnya oleh Dijkman (1951) dan Woelan (2002). Analisis statistika Data marka morfologi yang telah diamati selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji khi kuadrat (P > 0.05) untuk mendapatkan rasio segregasinya, dengan software SPSS 14.0. Nilai khi kuadrat pengamatan dihitung dengan menggunakan rumus : k χ2 = ∑ (Oi –Ei)2 i=1 Ei dimana Oi adalah nilai pengamatan fenotipe ke-i dan Ei adalah hilai harapan fenotipe ke-i. Bila χ2 hitung berada di wilayah dengan peluang lebih besar dari 5% (P > 0.05) atau dengan kata lain jika nilai khi kuadrat hitung lebih kecil dari nilai khi kuadrat tabel maka dapat disimpulkan antara pengamatan dan harapan tidak terdapat perbedaan yang nyata dan rasio segregasi uji dapat diterima dan sebaliknya ( Jusuf 2001). Pendugaan genotipe untuk masing-masing karakter morfologi yang diamati dilakukan dengan menganalisis terhadap rasio segregasi pada tanaman turunan pertama. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan terhadap beberapa karakter morfologi pada masing-masing tanaman turunan pertama diperoleh hasil dengan segregasi seperti yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Segregasi fenotipe/karakter morfologi pada populasi A dan C . Sifat/morfologi 1. 2. 3. 4 5. Tetua betina Tetua jantan Tetua jantan Populasi A&C Populasi A opulasi C PB 260 PN7 111 PN 7 Bentuk daun Bulat telur Kilauan daun Kusam Pinggir helai daun Bergelombang Tipe cabang Cemara Kerapatan permukaan Terbuka payung Ellips Mengkilap Rata Garpu Tertutup Ellips Kusam Bergelombang Cemara Terbuka Berdasarkan hasil pengamatan terhadap beberapa karakter morfologi pada tanaman turunan dibandingkan dengan tetuanya pada masingmasing populasi A dan C serta dari rasio segregasi pada dapat diduga genotipe tetua untuk masingmasing sifat tersebut. 18 Segregasi pada tanaman turunan Populasi A Populasi C rasio segregasi rasio segregasi pengamatan hasil uji (χ2) pengamatan hasil uji (χ2) 11 : 11 Semua kusam 11 : 11 9 : 13 13 : 9 1:1 1:1 1:1 1:1 10:8 1:1 Semua kusam 12:6 3:1 13:7 3:1 13:5 3:1 1. Bentuk daun Berdasarkan hasil uji khi kuadrat dapat diketahui bahwa sifat bentuk daun bersegregasi 1:1 pada populasi A dan C. Tetua betina dan tetua jantan mempunyai bentuk daun yang berbeda pada kedua populasi. Diduga bahwa salah satu tetua Novalina: Pewarisan Beberapa Karakter Kualitatif Pada Tanaman Karet bersifat heterozigot dan tetua yang lain bersifat homozigot resesif sehingga bersegregasi 1:1 pada turunan pertama. Berdasarkan hasil ini dapat diyakini bahwa sifat bentuk daun pada populasi A dan C mengikuti konfigurasi backcross. 2. Kilauan daun Sifat kilau daun tidak bersegregasi pada populasi A dan C. Tetua betina populasi A mempunyai kilau daun kusam, sedangkan tetua jantan mempunyai kilau daun mengkilap, dan semua tanaman turunan pertama (populasi A) mempunyai kilau daun kusam. Tetua jantan maupun tetua betina populasi C mempunyai kilau daun kusam, dan semua tanaman turunan pertamanya mempunyai kilau daun kusam. Terdapat dua kemungkinan hal tersebut terjadi: 1) sifat tersebut diwariskan oleh gen inti dan tetua betina bersifat homozigot dominan sehingga tanaman turunan mempunyai fenotipe yang sama, atau 2) sifat kilau daun diwariskan oleh gen ekstra kromosomal, yang ditentukan oleh genotipe gen ekstra kromosomal tetua betina. Tetapi hal ini sulit untuk dibuktikan karena tidak ada hasil persilangan resiprokal. Daun yang kusam dan mengkilap dapat dilihat pada Gambar 1. a b Gambar 1. Tipe kekilauan daun a) mengkilap, b) kusam 3. Pinggir helai daun Tanaman tetua betina dan tetua jantan mempunyai sifat pinggir helai daun yang berbeda. Pinggir helai daun tetua betina bergelombang sedangkan pada tetua jantan populasi A mempunyai pinggir helai daun yang rata, dan tetua jantan populasi C bergelombang. Tanaman karet pada populasi A mempunyai pinggir helai daun yang bersegregasi 1:1. Tanaman pada populasi C mempunyai pinggir helai daun yang bersegregasi 3:1. Berdasarkan teori pewarisan Mendelian tanaman tetua betina dan jantan yang mempunyai fenotipe yang sama akan mempunyai turunan yang mempunyai fenotipe yang sama pada semua tanaman turunan jika pada salah satu tetua mempunyai genotipe yang bersifat homozigot dominan. Tetapi jika pada tanaman turunannya mempunyai rasio segregasi fenotipe 3:1 maka dapat diyakini bahwa pada tetua betina dan tetua jantan mempunyai genotipe heterozigot pada sifat tersebut. Pada populasi C sifat pinggir helai daun mempunyai konfigurasi F2. Sedangkan pada populasi A mengikuti konfigurasi backcross sehingga diduga sifat pinggir helai daun yang rata bergenotipe homozigot resesif. 4. Tipe cabang Tanaman tetua jantan dan betina dari populasi A mempunyai tipe percabangan yang berbeda, sedangkan pada populasi C sama. Tipe percabangan bersegregasi pada kedua populasi, pada populasi A mempunyai rasio segregasi fenotipik 1:1 sedangkan pada populasi C mempunyai rasio segregasi 3:1. Diduga tanaman tetua yang mempunyai tipe percabangan cemara bersifat heterozigot, sedangkan tetua yang mempunyai percabangan tipe garpu bersifat homozigot resesif untuk karakter tipe cabang. Tipe percabangan cemara dan garpu dapat dilihat pada Gambar 2. 19 Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 1, Januari - Juni 2009 a b Gambar 2. Percabangan tipe a) cemara, b) garpu 5. Kerapatan permukaan payung daun Berdasarkan sifat kerapatan permukaan payung daun, payung daun dapat dibedakan bersifat terbuka atau tertutup (Dijkman 1951). Tanaman tetua betina populasi A mempunyai payung daun bersifat terbuka sedangkan tetua jantan bersifat tertutup. Tanaman pada populasi A mempunyai kerapatan permukaan payung daun yang berbeda dengan nisbah segregasi 1:1. Pada populasi C kedua tetua mempunyai payung daun yang bersifat terbuka. Tanaman karet pada populasi C bersegregasi dengan rasio segregasi 3:1. Diduga bahwa tanaman tetua yang mempunyai payung daun yang bersifat terbuka bergenotipe heterozigot sedangkan tetua yang payungnya bersifat tertutup bergenotipe homozigot resesif. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sifat bentuk daun, pinggir helai daun, tipe cabang dan kerapatan permukaan payung daun merupakan sifat yang diwariskan dan bersegregasi pada populasi A dan C. Pada populasi A keempat sifat tersebut mengikuti konfigurasi backcross, sedangkan pada populasi C tiga sifat mengikuti konfigurasi F2 sedangkan 1 sifat yaitu bentuk daun mengikuti konfigurasi backcross. Sifat kilau daun tidak bersegregasi pada kedua populasi. Tetua betina yaitu PB 260 diduga mempunyai genotipe 20 heterozigot untuk tiga sifat yaitu tipe cabang, kerapatan permukaan payung daun dan pinggir helai daun. Tetua jantan masing-masing populasi A dan populasi C yaitu PN 7111 diduga bersifat homozigot resesif untuk ketiga sifat tersebut, sedangkan PN 7 bergenotipe heterozigot untuk ketiga sifat tersebut. . Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada beberapa populasi tanaman karet yang lain dengan ukuran populasi yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA Dijkman MJ. 1951. Hevea. Thirty Years of Research in the Far East. Florida: University of Miami Pr. 329p. Griffiths AJF, Miller JH, Suzuki DT, Lewontin RC, Gelbart WM, 1993. An Introduction to Genetic Analysis. WH Freeman and Company. New York. 840p. Jusuf M. 2001. Genetika I : Struktur dan Ekspresi Gen. Jakarta : Sagung Seto. P40-41. Liu BH. 1998. Statistical Genomics : Linkage, Mapping and QTL Analysis. Washington: CRC Pr. 611p. Woelan S. 2002. Pengenalan klon karet unggul baru penghasil lateks-kayu. Balai Penelitian Karet Sungai Putih 45p.