masa depan monopoli badan usaha milik negara di indonesia

advertisement
Hukum dan Pembangunan
110
MASA DEPAN MONOPOLI
BADAN USAHA MILIK NEGARA DI INDONESIA
Kurnia Toha
The focus of this essay is to discuss the future or prospects of State
Owned Company's monopoly in Indonesia. In Indonesia, State-Owned
Companies hold a vital role despite the Government's attempt to reduce
its direct role in economy by giving more opportunities to private sector.
The biggest problem in our business sector is the Government's
intervention in business activities either in State-owned Companies or
private companies. The problem in State-Owned Companies is efficiency
and inappropriate management by inappropriate individuals. Given this
fact, the best solution is implementing good governance in order to
achieve efficiency.
A. Pendahuluan
Tulisan ini akan memfokuskan pad a masa depan monopoli oleh
Badan Usaha Milik Negara di Indonesia. Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) atau Perusahaan Negara telah dikenal lama baik di dunia
maupun di Indonesia. Perusahaan Negara mempunyai sejarah yang
panjang beratus tahun, bahkan ribuan tahun lalu.' Graig mengatakan
bahwa Perusahaan Negara sebenarnya telah ada sejak jaman Romawi.
Athena mempunyai Perusahaan Negara dalam bidang pertambangan Roma
menyediakall permainan dan circus buat masyarakatnya. Pemerintah Mesir
pada masa Nabi Yusuf telah melakukan bisnis mengumpulkan dan
membagikan atau menjual padi2
Sebagaimana pembedaan yang dilakukan oleh Stuart Holland,
pada masa modern sejarah Perusahaan Negara dapat dibedakan atas
1 K.A. Wittgopel, Orielllai Despotism in Government and Public Enterprise Essay in
Honor of Professor V. V. Ranadham. (ed) G. Ram Reddy. Frank Cass and Company
Limired. Gainsborough house, 11 Gainsborough Road London, E ngland, 1983, p. 1.
2 H. Graig Petersen Harper & Row Publisher, Business and Government, New York,
1981, p. 378.
April - l Ull; 2004
Masa Depan Monopoli BUMN di Indonesia
III
generasi pertarna nasionalisasi pada tahun 1940-an dan generasi kedua dari
Perusahaan Negara pada tahun 1960-an.
Selanjutnya Jeanne Kirk Laux and Maureen Appel Molot
rnenarnbahkan bahwa generasi ketiga dari Perusahaan Negara adalah rnasa
komersialisasi dari perusahaa negara yang dimulai pad a tahun I 970-an.
Pada era itu pemeritah negara-negara Eropa banyak rnelakukan perubahan
strategi yaitu dengan jalan rnelakukan peleburan, pengambilalihan dan
penggabungan dalam skala dunia-' Jadi komersialisasi dari Perusahaan
Negara tidak terjadi karena terjadinya industrialisasi. Lebih lanjut
dikatakan bahwa Perusahaan Negara adalah penemuan paling penting pada
abad ke 20 dalam lingkup lembaga pernerintahan. Ia dapat diternukan
dalarn satu bentuk atau bentuk lainnya di berbagai negara. Hal ini
rnencegah kita untuk rnenganggap bahwa Perusahaan Negara adalah sarna
bentuknya karena ia dimiliki oleh negara dan dijalankan oleh negara 4
Perusahaan Negara rnempunyai beberapa tujuan , diantaranya
adalah untuk pertahanan, penyelamatan ekonorni , pernbangunan proyekproyek yang multiguna, peningkatan efisiensi, standard evaluasi, surnber
bagi kompetisi, effisiensi produksi, pencegahan jatuhnya atau
penyalahgunaan oleh pihak swasta - seperti harga yang tinggi, perusahaan
yang tidak untung, besarnya resiko yang ditanggung, besarnya tekanan
politik, hukurnan dan nasionalisasi.'
Sarjana lain rnengatakan bahwa keputusan pernerintah mendirikan
Perusahaan Negara rnempunyai beberapa alasan antara lain untuk untuk
rnernprornosikan perusahaan swasta local, kebutuhan akan investasi yang
besar di luar kemarnpuan perusahaan swasta, pengernbangan sector-sektor
ekonomi yang sangat penting bagi suatu negara, pembangunan
infrastruktur, meningkatkan pendapatan negara dan kontrol pemerintah
atas bisnis dan investasi asing'
3 Jean Kirk laux and Maureen Appel Moiot,Slate Capitalism Public Enterprise In Canada,
1988.
William A. Robson, Nationalized, George Allen & Unwin Ltd, London, 1962, p. 24.
Industry and Public Ownership
4
, Graig Petersen, op.cit., p. 380-385.
Law and Public Enterprise in Asia, Praeger Publishers, New York, III Fourth Avenue,
1976, p.11.
6
Nomor 2 Tahun XXXIV
II :!
Hukum dall Pembanglll1an
Secara garis besar bisnis Perusahaan Negara dapat kita bagi dalam
mjuh katagori utama.' Pertama adalah perusahaan yang bergerak di
bidang peralatan yang sangat perlu bagi masyarakat. Industri Inl
mempunyai dua syarat yaitu: (1) ia harus sangat penting dan karenanya
perlu diamr, dimiliki dan dijalankan oleh pemerintah ; dan (2) ia harus
monopolistik. Kedua adalah bidang transport dan komunikasi - termasuk
kereta api, bis, pesawat terbang, lapangan terbang, kanal, telepon dan
telegram. Ketiga adalah bank, kredit dan asuransi. Keempat adalah
proyek-proyek yang multi tujuan. Kelima adalah industri-industri dasar
seperti tambang bam bara, besi dan baja, minyak, gas dan kehutanan.
Keenam adalah industri dan jasa-jasa baru . Di banyak Negara, Perusahaan
Negara adalah merupakan suatu alat unruk memulai sesuaru . Dan yang
terakhir adalah aktivitas kebudayaan.
Bahwa Perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara
mendapatkan tempat yang sangat penting pada perekonomian suaru negara
tidak dapat dipungkiri , sebagaimana disampaikan oleh Maurice Garner
bahwa Perusahaan Negara, walaupun pada negara-negara industri,
Perusahaan Negara pada umumnya mencakup 10 % atau lebih dari GNP
mereka. Pada negara-negara berkembang termasuk negara-negara yang
lebih senang pada perusahaan swasta lebih besar dari angka ini. Di Eropa
pada akhir tahun I 970-an, pengaruh ekonomi dari Perusahaan Negara
sangat signifikan, memperkerjakan lebih dari 8 juta orang , 11,9 % dari
populasi yang berkerja di luar pertanian, memberikan kontribusi sebesar
22,5 % dari penanaman modal tetap dan memberikan 13,2% nilai
tambah 8
Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara memegang peran yang
sangat penting. Walaupun pemerintah telah mengurangi peranan langsung
dalam perekonomian dengan memberikan kesempatan yang lebih besar
kepada swasta, namun kontribusi BUMN terhadap Produk Domestik
Bruto pada tahun 2000 tetap signifikan yaitu 40 percent. 9
Dilihat dari sejarah maka keberadaan BUMN di Indonesia
bermula pada masa pemerintah Kolonial Belanda dan terus berkembang
7
William Robson, op.cit., 17-23
8
Mauris Garner, loc. cit. p.1
Kantor Memeri Negara/Badan Penanaman dan Pembinaan Badan Usaha Mili k Negara,
Master Plan Reformasi Badan Usaha Milik Negara, 2000, p. 1.
9
April - luni 2004
Masa Depan Monopoli BUMN di Indonesia
113
setelah Indonesia merdeka. Pada masa pemerintahan Belanda terdapat
perusahaan kereta api (spoonvagen-SSj, Perusahaan Timah Belitung
(Gomeenschappelike Mijnbow Maatschapij Biliton) , Pegadaian dan
sebagainya. Setelah kemerdekaan beberapa BUMN didirikan untuk
mengisi kekosongan yang ditinggalkan Belanda dan mengukuhkan untuk
mengukuhkan kekuatan kendali ekonomi ditangan pemerintah. Maka
pemerintah mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI) pada tahun 1946,
juga Bank Industri Nasional yang kemudian diganti namanya menjadi
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Dalam bidang ekspor-impor
pemerintah mendirikan PT. Pantja Niaga. Pad a waktu perjuangan
pengembalian Irian Barat tahun 1957, pemerintah menasionalisasi
beberapa perusahaan milik Belanda. 1o
Pad a tahun 1968 pemerintah mendirikan Pertamina. lumlah
Perusahaan N egara semakin banyak karena Presiden Soekarno
menggunakan konsep ekonomi terpimpin dimana Perusahaan Negara
sebagai sarana utama untuk meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi nasional. Soekarno berharap bahwa pembangunan ekonomi akan
meningkat dengan kecepatan yang mengagumkan. Berdirinya Perusahaan
Negara ini didasarkan pada berbagai peraturan seperti UU Perusahaan
Negara (lndonesische Bedriven Wet), UU perbendaharaan Negara
(Indonesische Comptabliteits Wet), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Kemudian pemerintah
mengeluarkan UU No. 9 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Perusahaan
Negara. Keluarnya undang-undang ini berhasil mengurangi BUMN dari
822 menjadi 184 perusahaan. 11
Dalam rangka meningkatkan peranan dan pengendalian BUMN,
pemerintah menetapkan PP No. 3 Tahun 1983 Tentang Tata Cara
Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan lawatan, Perusahaan Umum dan
Perusahaan Perseroan. Berdasarkan peraturan pemerintah ini pemerintah
memiliki kewenangan yang besar dalam mengelola BUMN dan membatasi
kewenangan manage men yang mengelola BUMN. Kewenangan
pemerintah ini dilakukan oleh dua departemen yaitu Departemen
Keuangan sebagai wakil pemegang saham dan departemen teknis sebagai
10
Pandji Anoraga, BUMN swasta dan Koperasi: Tiga PeLaku Ekonomi, Jakarta 1995, hal 12.
II Fuad Bawazer, "Pembinaan dan Pengembangan Produktivit3s Sumber Daya Manusia
Pada Badan Usaha Milik Negara", Moja/all Managemen & Usahawan Indonesia No.7
TallUn XXI Juli 1992, hal 15.
Nomor 2 Tahun XXXIV
11 4
Hukum dan Pembangunan
kuasa wakil pemegang saham. Hal ini berdampak negatif, karena dalam
rekrutmen direksi, kepentingan dua departemen yang berbeda ini sang at
dominan. Karenanya tidak mengherankan apabila direksi dan dewan
komisaris bertindak hanya untuk kepentingan dan keuntungan dari
departemen yang menunjuk atau mengangkatnya. Pengangkatan direksi
dan komisaris tidak didasarkan kepada keahlian atau kemampuan, tetapi
didasarkan pad a kepentingan politik. Bahkan terdapat kesan bahwa
BUMN menjadi tempat penampungan para pejabat baik sipil maupun
meliter. Selain itu dalam prakteknya para menteri dari kedua departemen
ini seringkali mempunyai visi yang berbeda sehingga menyulitkan direksi
BUMN dalam mengelola BUMN."
Pemerintah telah berusaha mencarikan solusi dari keadaan tersebut
dengan mengeluarkan berbagai peraturan termasuk melakukan privatisasi.
Namun masalah lain kemudian timbul yaitu adanya penentangan dari
sebagian anggota masyarakat, karyawan, managemen dan pemimpin
bangsa terhadap privatisasi yang dilakukan pemerintah atas beberapa
BUMN. Ahli ekonomi dari Universitas Gajah Mada Revrisond Baswir
mengatakan bahwa privatisasi merupakan proses sistematis untuk
memindahkan kedaulatan negara dari tangan rakyat banyak kepada
segelincir pengusaha swasta. 13 Begitupula dengan Amin Rais - Ketua MPR
Rl pada sa at itu- pada suatu kesempatan mengatakan bahwa apa yang
dilakukan pemerintah adalah "rampokisasi".
Selain itu, terdapat juga pihak-pihak yang berpendapat bahwa
untuk sector-sektor tertentu yang menguasai hajat hidup orang banyak
tetap dikuasai oleh negara melalui BUMN. Pendapat ini mempunyai
landasan konstitusional yaitu Pasal 33 UUD 1945 dan juga sesuai dengan
Pasal 51 UU No.5 Tahun 1999 yang pada pokoknya menyatakan bahwa
cabang-cabang produksi barang atau jasa yang menguasai hajat hidup
orang banyak dan penting bagi negara dikuasa i oleh Negara dan
dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara atau lembaga yang ditunjuk
untuk itu.
12
"Tiga Direktur Utama BUMN Kelu hka n Soa l Birok rasi Peme ri ntah", Kompas, 27
Oktober 1994.
D Revrisond Basw ir , "Bahaya Privatisasi BUMN", Kompas, 23-24 Mei 2003.
April - Juni 2004
Masa Depan Monopoli BUMN di Indonesia
115
Monopoli berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 ini bukan natural
monopoli, karena natural monopoli dapat dilakukan oleh swasta .
Sedangkan monopoli menu rut Pasal 33 UUD 1945 dasarnya adalah
kewajiban dari Negara terhadap rakyat dan bangsanya atau kepentingan
umum.
B. Masa Depan Monopoli BUMN
Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa
kebanyakan Badan Usaha Milik Negara memiliki reputasi yang kurang
baik. Dari tahun ke tahun sebagian besar perusahaan-perusahaan ml
merugi. Mereka beroperasi dengan tidak efisien dan mendapatkan hasil di
bawah yang semestinya. Selanjutnya kebanyakan perusahaan Ill!
mempunyai pekerja yang terlampau ban yak serta dipimpin oleh orang
yang tidak propesional. Kebanyakan dari mereka diangkat tidak
didasarkan pada kemampuannya melainkan karena nepotisme.
Tekad untuk melakukan perbaikan perusahaan-perusahan BUMN
di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1988 yaitu ditandai dengan
dikeluarkannya instruksi presiden No. 5 Tahun 1988 yang salah satu
isinya menunjuk Menteri Keuangan untuk mengambil langkah-Iangkah
bagi penyehatan perusahaan-perusahaan pemerintah. Untuk melaksanakan
Instruksi Presiden ini , Menteri Keuangan mengeluarkan SK Menkeu No.
740/KMK/OOll989 Tentang Tata cara Menilai Kesehatan Perusahaanperusahaan Pemerintah dan PP No. 55 tahun 1990 tentang Upaya
Penyehatan Perusahaan Pemerintah melalui perubahan bentuk perusahaan.
Kemudian melalui tekanan dari LSM, akademisi dan IMF , akhirnya
Pemerintah Indonesia dan DPR mensyahkan UU No. 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Seha!.
Keluarnya undang-undang ini melengkapi proses liberalisasi ekonomi di
Indonesia.
Dengan demikian pad a awalnya usaha perbaikan kinerja
perusaahaan-perusahaan pemerintah ini lebih diarahkan pada perbaikan
internal. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kondisi keuangan,
managemen dan pengawasan, sehingga diharapkan perusahaan-perusahaan
pemerintah tersebut akan menjadi sehat dan efisien. Selain melakukan
perbaikan managemen, untuk mendorong terciptanya persaingan usaha
yang sehat, pemerintah juga melakukan privatisasi Badan Usaha Milik
Nomor 2 Tahun XXXIV
116
Hukum dan Pembangunan
Negara. Program privatisasi ini pada satu dekade terakhir sangat popular
dan menonjol dan sepertinya merupakan obat mujarab.
Ketidak puasan atas kinerja perusahaan-perusahaan pemerintah
merupakan alasan yang selalu mengemuka dilakukannya kebijakan
privatisasi. Seolah-olah permasalahan utama dalam BUMN adalah terletak
pada kepemilikan. Padahal kalau kita teliti praktek bisnis di Indonesia
selama ini berjalan tidak seha!. Baik swasta maupun BUMN sangat
tergantung pada pemerintah serta penuh dengan kolusi, korupsi dan
nepotisme. Masalah terbesar dalam dunia usaha kita adalah besarnya
intervensi pemerintah pad a aktifitas bisnis baik itu badan usaha milik
Negara ataupun perusahaan swasta. Dalam kondisi seperti ini maka
perusahaan baik itu milik negara maupun perusahaan swasta sulit berjalan
secara effisien.
Bahwa effisiensi bukan merupakan monopoli perusahaan swasta
dapat pula kita lihat pendapat dari Winnie Goh yang mengatakan bahwa
sa lah satu peningkatan produksi yang sangat besar di Malaysia terjadi
pada perusahaan kontainer yang tetap dimiliki negara, sedangkan
perusahaan pos yang telah seluruhnya diprivatisasi kinerjanya menurun
tajam. 14
Begitu pula mempertentangkan antara BUMN dan perusahaan
swasta seolah-olah perusahaan swasta lebih unggul dari BUMN adalah
kurang tepat, karena tujuan dari kedua jenis usaha ini berbeda. Charles
Sampford menyatakan bahwa sector publik atau Perusahaan Negara
nampak mempunyai banyak tujuan sosial dan ekonomi (menyediakan
lapangan kerja, memelihara kepentingan nasional pada industri yang
penting, kesinambungan bisnis local, mengembangkan teknologi nasional ,
menyediakan pendidikan terapan dalam industri teknologi tinggi, dan
desentralisasi industri). IS
Sebal iknya, perusahaan swasta hanya mempunyai satu tujuan
mama yaitu meningkatkan keuntungan, menyederhanakan managemen dan
pertanggung jawaban. Begitu pula tidak seperti perusahaan swasta, maka
lebih sukar menetukan satu konstituen dengan satu tujuan yang sarna pada
Perusahaan Negara. Hal ini karena konstituen pada Perusahaan Negara
14
Charles Sampford, Cautionary Reflections Oil The Privatization Push, p. 4.
1>
Ibid. P 5 .
April - lun; 2004
Masa Depan Monopoli BUMN di Indonesia
117
mempunyai dua fungsi yaitu sebagai penuntut terakhir dan sebagai publik
pewaris. 16
Kita kiranya dapat memahami hakekat serta tujuan dari berdirinya
suaru Perusahaan Negara (Bad an Usaha Milik Negara), yang pada
dasarnya bukanlah untuk mencari keunrungan dalam arti materi sematamata. Dengan demikian nada miring yang mengecam kerugian yang
diderita oleh BUMN karena ia dimiliki negara adalah kurang tepa!. Agar
dapat ditemukan jalan keluar yang tepat bagi perbaikan Perusahaan
Negara, maka yang perlu diobati adalah penyakitnya. Masalah BUMN
adalah masalah efisiensi dan pengelolaan yang tidak tepat dan oleh orangorang yang tidak tepat. Dengan demikian jalan keluarnya adalah dengan
mengupayakan penerapan good governance, sehingga tercipta effisiensi.
Menjual atau memprivatisasi BUMN sebagai jalan keluar adalah
penyederhanaan masalah. Hal itu bukan merupakan solusi yang tepat bagi
BUMN, bahkan dapat menimbulkan penentangan dan permasalahan baru
dimasyarakat.
Penentangan ini kiranya bukan karena mereka anti privatisasi
ataupun liberalisasi dan tidak mendukung adanya persaingan usaha yang
sehat sebagaimana diamanatkan oleh UU NO. 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Us aha Tidak Sehat.
Penetangan terjadi karena mereka menilai privatisasi yang dilakukan
pemerintah bukan untuk meningkatkan kinerja dari perusahaan dan
mendukung terciptanya persaingan yang sehat. Privatisasi yang dilakukan
hanya memindahkan monopoli negara ke monopli swasta serta merupakan
cara mudah untuk mendapatkan uang segar bagi negara. Privatisasi juga
dilakukan secara tidak transparan dan disinyalir penuh dengan kolusi
korupsi dan nepotisme.
Begitu pula secara umum para penentang ini berpendapat bahwa
privatisasi yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan dengan tidak
memperhatikan Pasal 33 UUD 1945 yang pada intinya mengamanatkan
agar cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Kententuan ini merupakan
kontrak antara negara dengan warganya, bahwa negara mempunyai
kewajiban unruk melindungi dan menjamin kesejahteraan warganya
dengan tidak didasarkan pada prinsip untung rugi. Hakekat dari ketentuan
16
Michael 1. Whincop , Corporate Governance in Government Corporations, p. 7.
Nomor 2 Tahun XXXIV
118
Hukum dan PembangunQn
dalam UUD ini juga dirumuskan dalam Pasal 51 UU No.5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
yang mengecualikan Badan Usaha Milik Negara dari ketentuan UU
Persaingan Usaha tersebut. Pengecualian semacam ini sebenarnya bukan
monopoli Indonesia, karena semua Negara memiliki ketentuan yang sama
dengan berbagai variasi sesuai dengan kondisi negaranya masing-masing.
Sayangnya baik UUD 1945 maupun UU No. 5 Tahun 1999 tidak
memberikan keterangan yang cukup memadai apa yang menjadi patokan
bagi penerapan ketentuan ini. Dengan tidak adanya penjelasan yang
memadai tentang ketentuan dari UUD 1945 dan Pasal 51 UU No. 5
Tahun 1999, maka disatu sisi dapat menimbulkan salah pengertian seolaholah semua BUMN dikecualikan padahal banyak BUMN yang sebenarnya
tidak menguasai hajat hidup orang banyak, karenanya bisa dilakukan oleh
pihak swasta.
Pada sisi lainnya juga menjadi tidak ada patokan industri apa saja
yang dikecualikan, dan apa maksud dikuasai oleh Negara, sehingga ada
penafsiran Negara cukup dengan mengatur. Penafsiran ini dapat
mengakibatkan semuanya terbuka bagi swasta. Hal tnl akan
mengakibatkan dimasa depan BUMN kita akan dikuasai swasta bahkan
swasta asing, sementara pemerintah kalaupun masih ada hanya merupakan
pemegang saham minoritas. Kiranya pen omena ini tidak sejalan dengan
perkembangan Perusahaan Negara pada Negara-negara lain , termasuk
Negara-negara tetangga dimana perusahaannya semakin besar , bahkan
melebarkan sayapnya ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia.
Suatu hal yang dapat menj adi patokan apa yang diputuskan oleh
Mahkamah Konstitusi baru-baru ini yang mencabut ketentuan dalam UU
No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan yang membuka kesempatan
bagi perusahaan swasta unruk bergerak di bidang kelistrikan, dengan
alasan ketentuan tersebut bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945.
C. KesimpuIan
Dunia semakin terbuka, kita harus siap menghadapi dan
memenangkan persaingan. Hal ini memerlukan kerja keras yang sungguhsungguh baik oleh pemerintah maupun dunia usaha, karena "merupakan
kematian dan bukan persaingan" mempertandingkan gajah dengan semut.
Badan Usaha Milik Negara kita mau tidak mau harus membenahi diri agar
April - funi 2004
Masa Depan Monopoli BUMN di Indonesia
119
dapat melebarkan sayapnya kemancanegara. Lambat laun perannya
memang akan semakin berkurang dan harus melepaskan monopolinya
pada proses kompetisi. Namun demikian tidak semuanya dapat diserahkan
kepada swasta dan mekanisme pasar, karena negara tetap berkewajiban
untuk melindungi dan mensejahterakan rakyatnya dan bukan hanya
melalui pengaturan. Oleh karenanya sebagaimana juga dilakukan oleh
negara-negara lain (termasuk Negara-negara maju) dan sesuai dengan
amanat Pasal 33 UUD 1945 dan Pasal 51 UU No.5 tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka
industri yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak tetap dikuasai oleh Negara. Tugas kita untuk menentukan industri
apa saja yang perlu tetap dikuasai oleh Negara melalui Badan Usaha Milik
Negara, sementara selebihnya diserahkan pada pihak swasta baik melalui
privatisasi maupun cara lainnya. Namun demikian hendaknya privatisasi
juga dilakukan secara lebih teliti, transparan dan berkeadilan. Hal ini
penting sebagai pertanggung jawaban Negara kepada rakyatnya.
Daftar Pustaka
Anoraga pandji, BUMN, Swasta dan Koperasi, Tiga Pelaku Ekonomi,
Jakarta, 1995.
Bawazir Fuad, "Pembinaan dan Pengembangan Produktivitas Sumber
Daya Manusia Pada BUMN", Majalah Managemen dan Usahawan
Indonesia No.7 Tahun XXI,Juli, 1992.
Baswir Revrisond, "Bahaya Privatisasi BUMN", Kompas, 23-24 Mei 2003.
Garner Mauris, Government and Public Enterprise, Frank Cass and
Company Limited, London, 1983.
H.Graig Petersen Harper & Row Publisher, Business and Government
New York, 1981.
Kirk Laux Jean and Maureen Appel Molot, Slate Capitalism Public
Enterprises ill Canada, 1988.
Nomor 2 Tahun XXXIV
120
Hukum dan Pembangunan
Kantor Menteri Negara/Badan Penanaman dan pembinaan Badan Usaha
Milik Negara, Master Plan Reformasi BUMN, 2000 .
Kompas, "Tiga Direktur Utama BUMN
Pemerintah", 27 Oktober 1994.
Keluhkan Soal Birokrasi
Praeger Publishers, Law and Public Enterprise in Asia, New York,
Fourth Avenue, 1976.
Robson William A, Nationalized Industry and Public Ownership, George
Allen & Unwin Ltd, London, 1962.
Sampford Charles, "Cautionary Reflections on The Privatization Push",
artikel , tanpa tahun.
Wiugopel K.A., Oriental Despotism in Government and Public
Enterprise, Frank Cass and Company Limited , London, 1983.
Whincop Michael J., Corporate Governance and Government
Corporation, manuskrip buku , tanpa tahun.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
April - funi 2004
Download