IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI

advertisement
Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 169
IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI SOSROWIJAYAN
KOTA YOGYAKARTA
THE IDENTIFICATION Of LEARNING DIFFICULTIES IN 5th GRADE STUDENTS AT
SOSROWIJAYAN STATE ELEMENTARY SCHOOLS YOGYAKARTA
Oleh: Anggraini Dhian K, PPSD/PGSD
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar, bidang studi, faktor penyebab, dan
sifat kesulitan belajar siswa kelas V SD N Sosrowijayan Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian meliputi seluruh siswa kelas 5 SD Negeri
Sosrowijayan Kota Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode skala psikologi,
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu skala kesulitan
belajar, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) tingkat kesulitan belajar siswa kelas V SD N
Sosrowijayan Kota Yogyakarta berada pada kategori sedang, 2) bidang studi yang sulit dipelajari oleh
siswa adalah matematika, 3) faktor penyebab kesulitan belajar meliputi faktor internal berupa motivasi
belajar, kebiasaan belajar, sikap dalam belajar, minat belajar, dan bakat, juga faktor eksternal meliputi
lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah, 4) sedangkan sifat kesulitan belajarnya adalah sementara.
Kata kunci: kesulitan belajar
Abstract
This study aimed to to know about learning difficulties level, subject, the causes, and the nature of
learning difficulties on 5th grade students at Sosrowijayan state elementary school Yogyakarta. This
study used a descriptive quantitative approach. The study was made based on the data input from 23 fifth
grade students which were collected using learning difficulties scale, interview guide, and observation
guide as the instruments. The study showed that 1) learning difficulties in 5th grade students at
Sosrowijayan state elementary schools Yogyakarta is in the medium category, 2) the subject that difficult
to learn is Mathematics, 3) factors of difficulties are discussed in terms of internal factors which depend
on learning motivation, learning habit, learning attitude, learning interest, and students talent and
external factors that involve family environment, public environment, and school environment, 4)
meanwhile the result merely showed the nature of those difficulties are temporary.
Key words: learning difficulties
170 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016
dikuatkan oleh Sugihartono (2007: 104) yang
PENDAHULUAN
Sistem pendidikan di Indonesia mengenal
berpendapat bahwa tingkah laku manusia yang
tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal,
tampak, tidak dapat diukur dan diterangkan
nonformal, dan informal. Masyarakat umumnya
tanpa melibatkan proses mental. Menurut teori
lebih mengenal jalur pendidikan formal sebagai
psikologi kognitif, proses belajar akan berjalan
pendidikan persekolahan. Pendidikan formal
dengan baik bila materi pelajaran yang baru
terdiri atas tiga jenjang yaitu pendidikan dasar,
beradaptasi (bersinambung) secara tepat dan
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
serasi dengan struktur kognitif yang telah
Jenjang pendidikan formal yang pertama adalah
dimiliki siswa (Sugihartono, 2007: 105).
Hal ini sesuai dengan teori perkembangan
pendidikan dasar yang dapat berbentuk sekolah
kognitif yang dikemukakan oleh Piaget. Piaget
dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI).
Dalam keseluruhan proses pendidikan di
(Dwi Utami Faiza, 2008: 53) menyatakan bahwa
sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan
anak usia 7 – 12 tahun (SD kelas 1 hingga SD
yang paling pokok (Slameto, 2003: 1). Wina
kelas 6) berada pada tahap kongkrit operasional.
Sanjaya
bahwa
Dalam tahap ini anak masih membutuhkan
pembelajaran berlangsung dengan adanya dua
pengalaman – pengalaman yang telah ia miliki
kegiatan yakni belajar yang dilakukan oleh siswa
dalam
dan guru yang mengajar agar tujuan siswa yang
masalah – masalah yang aktual atau konkret
sedang belajar tersebut dapat tercapai. Slameto
(Rita Eka Izzaty, 2008: 105-106). Lebih lanjut,
(2003: 1) menegaskan bahwa berhasil tidaknya
Rita menjelaskan bahwa kemampuan berfikir
pencapaian
banyak
anak berkembang dari tingkat yang sederhana
bergantung kepada bagaimana proses belajar
dan konkret ketingkat yang lebih rumit dan
yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
abstrak. Kemampuan berfikir ini akan ditandai
(2005:
87)
tujuan
mengatakan
pendidikan
prosses
belajar
untuk
memecahkan
Ada beberapa pandangan dalam teori
dengan adanya aktivitas – aktivitas mental
mengenai belajar. Diantaranya adalah teori
seperti mengingat, memahami, dan memecahkan
behavioristik dan teori psikologi kognitif. Teori
masalah.
behavioristik memandang belajar sebagai proses
Dilihat dari segi karakteristiknya, anak –
perubahan perilaku dalam diri seseorang (Ratna
anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik
Wilis Dahar, 2011: 2). Namun, tidak setiap
yang
perubahan dalam diri seseorang merupakan
kelompok,
perubahan dalam arti belajar. Sehingga muncul
melakukan sesuatu secara langsung (Desmita,
pandangan berbeda dari teori psikologi kognitif
2012: 35). Berbagai keunikan perilaku siswa
yang lebih menekankan arti penting proses
lainnya juga dapat dijumpai dalam proses
internal mental manusia dalam kegiatan belajar
pembelajaran di sekolah. Misalnya ada siswa
(Nana Syaodih Sukmadinata, 2004: 156). Hal ini
yang
senang
bermain,
dan
sangat
senang
aktif,
rajin
bergerak,
merasakan
mencatat,
bekerja
atau
rajin
Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 171
dan
Berbagai penjelasan diatas sesuai dengan
sebagainya. Selain itu, ada juga siswa yang
hasil penelitian yang dilakukan oleh Costrie dkk
sangat
tugas,
(2012) mengenai Profil Inteligensi Pada Siswa
membolos, diam saat ditanya oleh guru, dan nilai
Dengan Kesulitan Belajar di SD Gisikdrono
yang selalu rendah (Muhamad Irham, 2014: 260-
Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan
261). Namun, perilaku yang cenderung kurang
bahwa siswa dengan kesulitan belajar memiliki
baik tersebut tidak selayaknya dialami oleh
skor IQ yang berada pada taraf rata-rata. Besar
siswa karena hal ini menunjukkan adanya
pengaruh faktor internal pada kesulitan belajar
hambatan atau kesulitan belajar pada siswa
siswa juga didukung oleh hasil penelitian yang
tersebut (Muhamad Irham, 2014: 261).
dilakukan oleh Amerudin (2013) mengenai
mengerjakan
tugas,
pasif,
H.W
tidak
Burton
sering
bertanya
mengumpulkan
(Mulyadi,
2010:
8)
Deskripsi
Kesulitan
Belajar
Dan
Faktor
mengidentifikasi bahwa seorang murid dapat
Penyebabnya Pada Materi Fungi Di SMA Islam
diduga mengalami kesulitan belajar, jika siswa
Bawari Pontianak Dan Upaya Perbaikannya.
menunjukkan
Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa
kegagalan
tertentu
dalam
mencapai tujuan belajarnya. Mulyadi (2010:9)
faktor
menyimpulkan bahwa seseorang dapat diduga
menyebabkan kesulitan belajar siswa adalah
mengalami
yang
faktor internal yang didominasi oleh kebiasaan
bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf
belajar dan minat. Sedangkan faktor eksternal
kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan
yang
kriteria dalam tujuan instruksional atau ukuran
diantaranya adalah lingkungan keluarga dan
kapasitas belajarnya) dalam batas waktu tertentu.
sekolah. Dua faktor tersebut didukung oleh hasil
Kesulitan belajar yang terjadi pada seorang
penelitian Siti Sapuroh (2010) mengenai Analisis
siswa pada umumnya disebabkan oleh faktor –
Kesulitan Belajar Siswa Dalam Memahami
faktor tertentu. Slameto (2003: 54) mengatakan
Konsep Biologi Pada Konsep Monera di MAN
terdapat dua faktor yang dapat menjadi penyebab
Serpong Tangerang. Hasil penelitian tersebut
kesulitan belajar bagi siswa yaitu faktor internal
menunjukkan bahwa terdapat 5 dari 30 siswa
berasal dari dalam diri siswa meliputi kesehatan,
memiliki kesulitan belajar karena pengaruh yang
intelegensi,
sangat tinggi dari lingkungan keluarga. Selain
kesulitan
dan
minat.
belajar
jika
Sedangkan
faktor
yang
lebih
berpengaruh
mempengaruhi
itu,
lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
lingkungan sekolah mereka juga turut menjadi
Dengan demikian, kesulitan belajar tidak hanya
penyebab kesulitan belajar mereka meskipun
dialami oleh peserta didik dengan intelegensi
dengan presentase yang kecil.
yang kurang mendukung.
Guru
responden
belajar
eksternal berasal dari lingkungan siswa meliputi
rendah tapi juga dipengaruhi oleh lingkungan
semua
kesulitan
dalam
sangat
menyatakan
dianjurkan
bahwa
melakukan
identifikasi (upaya mengenali dengan cermat)
terhadap
fenomena
yang
menunjukkan
172 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016
kemungkinan adanya kesulitan belajar yang
proses pembelajaran di sekolahnya berjalan
melanda siswa tersebut agar kesulitan belajar
kurang maksimal. Ibu Yuni mengatakan bahwa
yang dialami oleh siswa tidak bersifat menetap
letak sekolah yang berada di kawasan malioboro
dan terjadi dalam jangka waktu yang lama
membuat pembelajaran kurang kondusif. Ramai
(Muhibbin Syah, 2006: 186). Dengan melakukan
wisatawan yang berada di sekitar sekolah, suara
identifikasi guru dapat melihat ciri – ciri maupun
bising dari kendaraan bermotor hingga pesawat
gejala yang nampak, faktor penyebab, serta
terbang
mempermudah
kegiatan
proses
pemberian
bantuan
selanjutnya (Tidjan, dkk.,1993: 80).
Abin
Syamsudin
kerap
belajar
terdengar
siswa
sering
menjadikan
terhambat.
Lingkungan masyarakat asal siswa yang berada
19)
pada kawasan padat penduduk juga memiliki
menyatakan bahwa identifikasi siswa yang
pengaruh pada kebiasaan belajar siswa. Lebih
mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan
lanjut Ibu Yuni menjelaskan pula bahwa 40%
dengan
siswa di sekolahnya berasal dari keluarga yang
menghimpun,
(Mulyadi
yang
2010:
menganalisis,
dan
menafsirkan data hasil belajar. Nilai rendah yang
bercerai.
diperoleh siswa dalam ujian menandakan siswa
belum
berhasil
atau
tambahan pelajaran dua kali dalam seminggu
belajarnya
bagi siswa kelas 4 dan 5. Sedangkan bagi siswa
(Muhamad Irham, 2014: 259). Karakteristik dan
kelas 6 tambahan pelajaran dilaksanakan empat
permasalahan kesulitan belajar di atas ditemukan
kali dalam satu minggu. Berdasarkan hasil
di kelas 5 SD Negeri Sosrowijayan Yogyakarta.
wawancara dengan Ibu Lasmi tersebut, kesulitan
Selain itu, berdasarkan data hasil Ujian Setara
belajar siswa selama ini belum diidentifikasi.
Ujian Nasional (USUN) 2013 yang didapatkan
Sehingga beliau
dari Dinas Pendidikan Provinsi D.I. Yogyakarta,
bantuan belajar yang tepat pada siswanya.
mengalami
menguasai
kesulitan
materi
Sejauh ini, sekolah sudah memberikan
dalam
belum dapat
memberikan
SD Sosrowijayan berada pada urutan terakhir
Berdasarkan uraian mengenai belajar dan
dari 168 sekolah dasar di Kota Yogyakarta
hasil pengamatan di atas, penting kiranya
dengan rata – rata 6,50.
seorang calon guru sekolah dasar memiliki
Berdasarkan wawancara yang dilakukan
kepada
Ibu
Lasmi
guru
kelas
5
kemampuan untuk mengidentifikasi kesulitan
SD
belajar yang terjadi pada siswa di sekolah
Sosrowijayan, sebagian siswanya mengalami
maupun di kelas. Dengan demikian, guru dapat
kesulitan belajar yang ditandai dengan prestasi
memberi bantuan belajar dengan tepat sehingga
akademik yang rendah. Hal ini dapat terlihat dari
siswa
nilai ulangan IPA yang baru saja dilaksanakan,
mencapai prestasi yang lebih baik (Muhamad
20 dari 23 siswanya tidak dapat memenuhi
Irham, 2010: 260). Oleh karena itu, peneliti
KKM. Dari pengamatan dan wawancara dengan
tertarik untuk mengidentifikasi Kesulitan Belajar
Ibu Yuni guru kelas 4 SD Sosrowijayan, terlihat
dapat
mengejar
ketertinggalan
dan
Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 173
Siswa Kelas V di SD Negeri Sosrowijayan Kota
sedang karena memiliki frekuensi paling
Yogyakarta.
banyak. Kategori sedang berarti siswa
tersebut dapat menguasai sebagian bahan
METODE PENELITIAN
pelajaran dan memerlukan pendalaman
Pendekatan Penelitian
pada materi-materi tetentu yang lebih sulit.
Pendekatan
penelitian
yang
digunakan
Kesulitan belajar seperti ini dapat
dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
terjadi karena alokasi waktu yang kurang
kuantitatif.
bagi siswa untuk mempelajari bahan
Tempat Penelitian
pelajaran
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 5 SD
yang
Sugihartono
telah
(2007:
152)
ditentukan.
bependapat
Negeri Sosrowijayan Yogyakarta.
bahwa setiap peserta didik akan dapat
Subjek Penelitian
menyelesaikan tugas – tugas belajarnya
Subjek dalam penelitian ini seluruh siswa
apabila diberi waktu yang cukup untuk
kelas V SD Sosrowijayan Kota Yogyakarta yang
belajar. Setiap materi yang diajarkan
berjumlah 23 siswa.
kepada siswa tentunya memiliki tingkat
Teknik Pengumpulan Data
kesulitan yang berbeda – beda. Sehingga
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan
setiap materi membutuhkan jumlah waktu
data yang digunakan adalah skala, wawancara,
yang berbeda untuk menguasainya. Hal
observasi dan dokumentasi.
tersebut disebabkan oleh salah satu prinsip
Teknik Analisis Data
keberhasilan
Penelitian ini menggunakan teknik analisis
dalam
belajar
pengulangan dan latihan.
adalah
Mengulang
data statistik deskriptif.
pelajaran adalah salah satu cara untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
membantu berfungsinya ingatan. Untuk
1. Hasil Penelitian
itu, dalam mempelajari sesuatu perlu
pengulangan dan latihan berkali – kali agar
a. Tingkat Kesulitan Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dijabarkan
dalam
data
deskriptif
sebelumnya, terdapat 2 siswa yang berada
pada kategori kesulitan belajar
yang
rendah, 17 siswa berada pada kategori
kesulitan belajar sedang, dan 4 siswa
lainnya berada pada kategori kesulitan
belajar yang tinggi. Jadi, dapat diketahui
bahwa tingkat kesulitan belajar siswa
sebagian besar berada dalam kategori
melekat dalam ingatan sehingga tidak
mudah dilupakan (M. Dalyono, 2009: 54).
Pada materi yang lebih sulit dan kompleks,
tentu siswa membutuhkan waktu lebih
lama
untuk
menguasainya
karena
membutuhkan latihan dan pengulangan
yang lebih banyak dari materi yang lebih
sedehana.
Data klasifikasi yang telah dipaparkan
juga menunjukkan terdapat 4 siswa yang
174 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016
berada pada kategori kesulitan belajar yang
menjadi bidang studi yang sulit untuk
tinggi, yang mengasumsikan bahwa siswa
dipelajari oleh siswa.
tersebut belum menguasai sebagian besar
Sasaran
dalam
pembelajaran
bahan pelajaran yang telah diberikan dan
matematika tidaklah kongkret. Matematika
membutuhkan
merupakan
bantuan
khusus
untuk
ilmu
pengetahuan
yang
mencapai penguasaan bahan pelajaran
mempelajari struktur yang abstrak dan pola
seperti yang telah ditetapkan. Kesulitan
hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti
belajar yang dialami oleh siswa- siswa
bahwa
tersebut dapat disebabkan karena berbagai
hakekatnya adalah belajar konsep, struktur
faktor yang menghambat proses belajarnya
konsep dan mencari hubungan antar
sehingga memerlukan usaha yang lebih
konsep dan strukturnya (Hadi Santoso,
berat
mengatasinya
2013). Perkembangan kognitif siswa SD
(Tidjan, 1993: 78). Kesulitan belajar siswa
berada pada tingkat operasional konkrit.
pada tingkat yang tinggi sepeti ini tidak
Pada tahap ini, kemampuan berfikir anak
cukup diatasi dengan memberikan waktu
berkembang dari tingkat yang sederhana
yang lebih untuk berlatih dan mengulang
dan konkret ke yang lebih rumit dan
materi, namun juga ditambah dengan
abstrak (Rita Eka Izzaty, 2007: 107).
bimbingan khusus yang lebih intensif
Perkembangan kemampuan berfikir anak
untuk mengatasi faktor – faktor yang
yang seperti ini membuat anak sering
menghambat proses belajarnya.
merasa sulit mempelajari hal yang abstrak
lagi untuk dapat
b. Jenis Bidang Studi yang Sulit Dipelajari
belajar
matematika
pada
seperti matematika. Mereka akan lebih
yang diperoleh,
mudah mempelajarinya, apabila konsep –
KKM bidang studi matematika adalah 65,
konsep tersebut diajarkan dengan hal – hal
nilai ini lebih rendah dari pada KKM pada
yang dekat dengan kehidupan sehari – hari
bidang studi lainnya yaitu 70. Kebijakan
mereka. Kesulitan belajar pada bidang
ini dibuat karena menurut guru, bidang
studi matematika tersebut dipengaruhi oleh
studi matematika lebih sulit dipelajari dari
kurangnya minat belajar matematika siswa.
pada bidang studi lainnya. Dalam ulangan
Hal tersebut disebabkan siswa kesulitan
tengah semester 2 lalu, Ag memperoleh
untuk menghafal rumus – rumus dan
nilai 24, Ct memperoleh nilai 18, Hg
kemampuan berhitung yang rendah.
Berdasarkan data
memperoleh nilai 30, sedangkan Nv
c. Faktor – Faktor Penyebab Kesulitan
memperoleh nilai 30 pada bidang studi
Belajar
matematika.
1) Motivasi Belajar
Beberapa
memperlihatkan
bahwa
hal
tersebut
matematika
Motivasi intrinsik siswa untuk
belajar masih belum terlihat. Hal ini
Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 175
terlihat dari kurangnya keterlibatan
mendapat
siswa dalam proses belajar di dalam
gambar batik. Keterlibatan siswa
kelas. Belum terlihatnya motivasi
dalam belajar juga lebih terlihat saat
intrinsik
menyebabkan
guru melakukan kegiatan praktek
perolehan hasil belajar siswa yang
membuat jaring – jaring kubus.
rendah. Hal ini ditunjukkan dengan
Semua siswa tampak mengerjakan
nilai mereka yang masih berada di
dengan baik.
siswa
ini,
bawah KKM yang ditentukan.
tugas
untuk
membuat
Menurut M. Dalyono (1999 : 237)
Motivasi belajar ekstrinsik siswa
anak seperti itu termasuk anak yang
berasal dari rasa takut mereka akan
memiliki kecenderungan tipe belajar
amarah atau hukuman dari guru dan
motorik. Mereka mempelajari bahan
takut mendapat nilai yang rendah.
yang berupa tulisan dan gerakan dan
Dengan kata lain, mereka belajar
sulit mempelajari bahan berupa suara
dalam dengan perasaan takut dan
dan penglihatan. Hal ini sesuai dengan
tertekan.
Sugiyono
menuliskan
menerima
bahwa
(2007:
21)
pendapat Conny R. Semiawan (1999:
ketika
otak
49) bahwa anak – anak usia SD lebih
tekanan,
senang melakukan berbagai aktivitas
ancaman atau
kapasitas syaraf untuk berfikir rasional
mengecil.
Kapasitas
beroprasi
pada
otak
tingkat
hanya
fisik dari pada berdiam diri.
Pada
usia
sekolah
dasar
bertahan
kemampuan gerak motorik anak jauh
sehingga otak tidak dapat mengakses
lebih halus dan lebih terkoordinasi
secara maksimal. Hal itulah yang
dengan baik dari masa sebelumnya
terjadi pada siswa – siswa tersebut.
(Conny R. Semiawan, 1999: 49). Perlu
Jika siswa belajar dengan kondisi
kita perhatikan bahwa pada usia ini
demikian,
anak memiliki kebutuhan untuk selalu
maka
kemampuan
belajarnya kurang maksimal karena
bergerak
adanya hambatan emosi.
tertumpuk pada anak memerlukan
karena
energi
yang
penyaluran (Rita Eka Izzaty, 2008:
2) Kebiasaan Belajar
Berdasarkan hasil wawancara
105). Hal ini dapat menyebabkan anak
dan observasi siswa akan lebih
– anak SD merasa lebih tersiksa kalau
mudah memahami materi dengan
harus duduk dan memperhatikan guru
melakukan kegiatan, praktek, dan
dalam jangka waktu yang cukup lama.
mengerjakan
pada
Sehingga mereka akan mudah bosan
mendengarkan penjelasan dari guru.
dan mencari aktivitas lain untuk
Siswa tampak senang dan tenang saat
mengusir kejenuhannya.
sesuatu
dari
176 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016
dengan benar. Aspek afektif dalam
3) Sikap dalam Belajar
Siswa
sering
dapat
sikap ditunjukkan saat pembelajaran.
mengerjakan tugas atau menjawab
Mereka mudah merasa bosan dan
pertanyaan dengan tepat. Siswa mudah
kurang
merasa bosan dengan pelajaran. Saat
pembelajaran yang berlangsung. Maka
merasa bosan mereka akan melakukan
mereka
kegiatan ngobrol, bermain, bahkan
bermain, dan mengganggu teman yang
mengganggu teman yang lain. Saat
lain. Noehi (1992: 84) mengatakan
mengalami kesulitan belajar, mereka
bahwa
jarang bertanya pada guru atau teman
kecenderungan dalam diri individu
yang
untuk memberi respond dan berbuat,
dianggap
tidak
lebih
memahami.
mereka lebih suka menyalin jawaban
menghargai
memilih
sikap
proses
untuk
ngobrol,
merupakan
suatu
menuntut cara belajar yang berbeda.
teman daripada bertanya mengenai hal
Siswa tidak mengerti materi yang
– hal yang belum mereka ketahui.
diajarkan,
Mereka tidak peduli apabila tidak
mengerjakan tugas. Mereka juga tidak
memahami pelajaran.
suka
dan
tidak
dapat
mendengarkan
guru
Noehi Nasution ( 1992: 18)
menerangkan pelajaran. Siswa lebih
mengatakan bahwa sikap terdiri dari
suka bermain dan ngobrol dengan
tiga aspek,
yaitu aspek kognitif,
temannya. Sehingga mereka memilih
afektif, dan konasi. Aspek kognitif
untuk menyontek jawaban teman yang
berkenaan
informasi,
lain. dengan demikian, mereka tidak
pengetahuan yang dimiliki seseorang
dapat mengerjakan tugas tanpa harus
dan sistematisasi proses belajar dalam
berfikir
diri sendiri. Aspek afektif berkenaan
penjelasan dari guru.
dengan perasaan dan emosi yang
mereka
dirasakan seseorang. Sedangkan aspek
dengan cepat dan tetap bisa bermain
konatif berkaitan dengan kemauan
bersama teman.
seseorang yang menentukan perbuatan
4) Minat Belajar
dengan
yang akan dia lakukan.
dapat kita lihat bahwa aspek kognitif
siswa dalam belajar belum baik. Hal
tesebut ditunjukkan oleh siswa sering
tidak dapat mengerjakan tugas dengan
dan
menjawab
dapat
memperhatikan
Selain
mengerjakan
itu,
tugas
Siswa tidak menunjukkan adanya
Berdasarkan paparan data di atas,
tepat
dan
pertanyaan
perhatian pada pelajaran di kelas.
Mereka bertiga lebih suka dan sering
ngobrol dengan temannya dari pada
memperhatikan
pelajaran.
Bahkan
tugas yang diberikan kepada mereka
juga tidak diperhatikan dengan baik.
Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 177
Sedangkan Nv beberapa kali memang
olah raga selama ini merupakan
terlihat ngobrol saat pelajaran. Namun
pengaruh dari bakat yang di miliki
itu tidak terlalu lama dan tidak
siswa. Sumadi Suryabrata (2006: 159)
mengganggu
kembali
juga menegaskan bahwa seseorang
mengikuti pelajaran. Data tersebut
akan lebih berhasil kalau dia belajar
dapat
minat
dalam lapangan yang sesuai dengan
belajar Ag, Ct, dan Hg rendah.
bakatnya dan mendapakan pendidikan
Sedangkan minat belajar Nv cukup
yang sesuai dengan bakatnya. Selain
tinggi.
bakat
karena
ia
menunjukkan
bahwa
yang
dimiliki
siswa
juga
Keterangan di atas dapat kita
mendapat pelatihan sepak bola dari
simpulkan bahwa bahwa siswa Ct
club yang diikutinya. hal inilah yang
tidak memiliki minat belajar, siswa Ag
membuat prestasi siswa dibidang olah
memiliki minat belajar yang rendah,
raga bagus.
siswa Hg hanya memiliki minat
6) Lingkungan Keluarga
belajar pada pelajaran tertentu yaitu
Berdasarkan hasil wawancara dan
olahraga dan menggambar, sedangkan
observasi, lingkungan keluarga yang
siswa Nv memiliki minat belajar yang
paling mempengaruhi proses belajar
cukup
bahwa keluarga baik itu ayah, ibu, dan
tinggi
pada
semua
mata
pelajaran. Noehi Nasution (1992: 8)
saudara
dapat
mempengaruhi
menyatakan bahwa minat anak dalam
keberhasilan
kegiatan belajar dapat mempengaruhi
Penciptaan
berhasil tidaknya anak mempelajari
kondusif
hal tersebut. Minat belajar keempat
untuk mendukung keberhasilan belajar
siswa tersebut yang masih rendah
anak. Suasana yang kondusif dapat
menyebabkan prestasi belajar mereka
membuat siswa lebih tenang dan
rendah juga. Hal ini didukung oleh
nyaman saat belajar. Pendampingan
pendapat M. Dalyono (2009: 57)
belajar
bahwa minat belajar yang kurang akan
terbimbing dalam mengatasi materi
menghasilkan prestasi yang rendah,
yang sulit mereka pahami. Pola asuh
begitu juga sebaliknya.
orang tua yang diterapkan dan kualitas
anak
dalam
suasana
dalam
membuat
belajar
keluarga
siswa
belajar.
yang
penting
lebih
hubungan antara orang tua dan anak
5) Bakat
observasi
dan
juga memberikan dampak pada bentuk
siswa
yang
perilaku siswa dalam belajar. Pola
memiliki prestasi di bidang olahraga
asuh yang permisif membuat siswa
dan tartil Quran. Prestasinya di bidang
tidak dapat mengendalikan diri dan
Berdasarkan
hasil
wawancara,
terdapat
178 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016
membagi waktu untuk belajar. Siswa
minat anak terhadap teman sebaya
tidak peduli dengan hasil belajarnya
sangat tinggi dan keinginan untuk
karena orang tua mereka juga tidak
diterima kelompok sangat besar. Jika
memperdulikannya.
Kualitas
kelompok teman sebayanya kurang
hubungan siswa dengan orang tua
baik, maka kemungkinan besar anak
dapat dilihat dari besar kecilnya
akan mengikuti teman sebayanya.
perhatian yang diberikan orang tua
Teman sebaya salah satu siswa
yang juga dipengaruhi oleh pekerjaan
memiliki kebiasaan yang kurang
orang tua siswa. Hal lain yang turut
baik. Mereka suka bermain hingga
mempengaruhi proses belajar adalah
larut malam. Hal itu juga akhirnya
permasalahan dalam keluarga yang
dilakukan
memberi
terlebih pengawasan orang tuanya
belajar
dampak
dan
pada
beban
motivasi
pikiran
yang
oleh
siswa
tersebut,
sangat kurang. Untuk mencegah
pengaruh buruk dari teman sebaya,
ditangung oleh siswa.
memang diperlukan pengawasan dari
7) Lingkungan Masyarakat
wawancara
orang tua dan orang dewasa untuk
dengan siswa menunjukkan bahwa
mengarahkan mereka pada kegiatan
lingkungan
yang lebih baik.
Berdasarkan
hasil
masyarakat
tempat
tinggal siswa terdapat banyak anak –
Selain pergaulan dengan teman
anak yang sebaya dengan siswa,
sebaya,
sehingga
menjadi salah satu hal yang dapat
ia
menghabiskan lebih
media
informasi
juga
banyak waktu untuk berinteraksi
mempengaruhi
bersama teman sebayanya dari pada
khususnya
televisi
dengan keluarganya di rumah. Pada
Semiawan,
1999:
tahap ini, keberadaan teman sebaya
informasi yang ada saat ini sangat
bukan hanya dapat menjadi sumber
menarik dan begitu dekat dengan
kesenangan bagi anak tetapi juga
kegiatan sehari – hari anak karena
dapat
terdapat banyak unsur hiburan.
mengembangkan
aspek
perkembangan anak. besarnya peran
perilaku
anak
(Conny
237).
R.
Media
Televisi juga memberi pengaruh
teman sebaya pada fase ini juga
negatif
dapat memberi pengaruh negatif,
kontrol yang baik dari orang tua.
seperti
mencuri,
Program – program hiburan yang
membolos, menipu, serta perbuatan
disukai siswa dapat menimbulkan
antisocial lainnya (Rita Eka Izzaty,
sikap kekaguman pada tokoh – tokoh
2007: 115). Hal ini terjadi karena
dalam program tersebut. Hal itu akan
merokok,
apabila
tidak
mendapat
Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 179
membuat semangat dan minat belajar
mengatakan apabila guru menuntut
anak akan menurun (Slameto, 2013:
standar
70). Anak akan lebih tertarik untuk
kemampuan siswa tanpa mengukur
menonton dan mencari tahu hal baru
rata - rata kemampuan siswanya,
mengenai
tersebut.
menyebabkan hanya sebagian kecil
Sehingga, jumlah jam belajar anak di
siswa saja yang dapat berhasil dengan
rumah lebih sedikit dibanding jumlah
baik.
program
pembelajaran
di
atas
Penetapan KKM sepeti ini tidak
jam untuk menonton televisi.
sesuai dengan panduan penyusunan
8) Lingkungan Sekolah
Beberapa hal di sekolah yang
kurikulum tingkat satuan pendidikan
dapat menimbulkan kesulitan belajar
jenjang
adalah kondisi lingkungan sekolah
menengah yang diterbitkan badan
yang
kebisingan,
nasional standar pendidikan tahun
kebersihan, dan kondisi fisik sekolah.
2009. Selain itu, proses pembelajaran
Penentuan
harus
di
siswa
mempengaruhi timbulnya kesulitan
meliputi tingkat
KKM
memperhatikan
juga
kemampuan
karena kemampuan siswa di satu
sekolah tentu berbeda dengan sekolah
pelajaran matematika
KKM
yang
ditetapkan adalah 65. Menururt wali
kels
V,
angka
KKM
tersebut
sebenarnya masih terlalu tinggi dan
belum sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki siswa. Hal ini terjadi
karena
penetapan
dibuat
tanpa
kemampuan
yang
KKM
tersebut
memperhatikan
dimiliki
siswa.
Melainkan hanya tuntutan dari dinas
pendidikan
setempat.
Sebelumnya
dinas meminta agar KKM ditetapkan
pada nilai 75, tetapi sekolah tidak
menyanggupinya dan menurunkan ke
nilai 70. M. Dalyono (2007:243)
dalam
kelas
dasar
juga
dan
sangat
belajar.
d. Sifat Kesulitan Belajar
lainnya. Nilai KKM yang ditetapkan
sekolah adalah 70. Namun, untuk mata
pendidikan
Kesulitan belajar yang terjadi
pada siswa tidak disebabkan oleh cacat
tubuh ataupun kelainan fisik dan mental.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
dikarenakan faktor – faktor lain berupa
motivasi, minat, kebiasaan, sikap dalam
belajar, dan bakat yang tidak sesuai.
Ditambah
lingkungan
lingkungan sekolah,
keluarga,
dan lingkungan
masyarakat yang kurang mendukung
kondusifitas belajar siswa. Beberapa
faktor
tersebut
dapat
diatasi
atau
diminimalisir dengan bimbingan khusus
yang intensif. Sehingga, kesulitan belajar
seperti ini, merupakan kesulitan belajar
yang
sifatnya
sementara.
Hal
ini
disesuaikan dengan pendapat Muhammad
180 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016
Irham (2014 : 258) yang mengatakan
kegiatan
sedangkan
guru
sering
bahwa kesulitan belajar sementara adalah
menerangkan dengan cara ceramah.
kesulitan belajar yang disebabkan oleh
3) Sikap dalam belajar. Aspek kognitif
faktor – faktor penghambat dan dapat
siswa dalam belajar belum baik. Hal
diatasi
tesebut ditunjukkan oleh siswa sering
dengan
menghilangkan
atau
mengurangi faktor penghambat tersebut.
tidak dapat mengerjakan tugas dengan
tepat dan menjawab pertanyaan dengan
SIMPULAN DAN SARAN
benar.
Simpulan
ditunjukkan saat pembelajaran. Mereka
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
mudah
Aspek
afektif
merasa
dalam
bosan
dan
sikap
kurang
pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
menghargai proses pembelajaran yang
berikut.
berlangsung.
1. Tingkat kesulitan belajar siswa kelas V SD
untuk
Negeri Sosrowijayan berada pada kategori
sedang. Tingkat kesulitan belajar yang
sedang
berarti
siswa
tersebut
hanya
Maka
mereka
ngobrol,
bermain,
memilih
dan
mengganggu teman yang lain
4) Minat belajar. Minat belajar keempat
siswa
tersebut
yang
masih
rendah
mengalami kesulitan pada materi – materi
menyebabkan prestasi belajar mereka
tertentu
rendah juga. Minat siswa Hg hanya pada
dan
dapat
diatasi
dengan
pendalaman pada materi – materi tersebut.
bidang olahraga saja sehingga ia tidak
2. Bidang studi yang sulit dipelajari oleh siswa
tertarik materi pelajaran kurang sesuai.
adalah bidang studi matematika.
3. Faktor
–
faktor
yang
Siswa memiliki bakat diluar bidang
mempengaruhi
kesulitan belajar siswa kelas V SD Negeri
Sosrowijayan adalah:
akademik.
b. Faktor eksternal :
1) Lingkungan
keluarga.
Penciptaan
suasana belajar dalam keluarga kurang
a. Faktor internal:
1) Motivasi belajar. Motivasi belajar siswa
kondusif sehingga tidak mendukung
masih berupa motivasi belajar ektrinsik
keberhasilan
yang berasal dari rasa takut mereka akan
Pendampingan belajar dari orang tua
amarah atau hukuman dari guru dan takut
dalam mengatasi materi yang sulit
mendapat nilai yang rendah
mereka pahami juga kurang terlihat.
2) Kebiasaan belajar. Siswa sering belajar
belajar
anak.
Pola asuh orang tua yang diterapkan
atau
dan kualitas atau perhatian hubungan
mendengarkan musik. Siswa lebih mudah
antara orang tua dan anak juga menjadi
memahami materi dengan melakukan
hal yang dapat membentuk perilaku
sembari
menonton
televisi
Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 181
siswa dalam belajar dan mencapai
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
keberhasilan.
2) Lingkungan masyarakat. Minat anak
terhadap teman sebaya di ingkungan
saran dalam penelitian ini sebagai berikut.
1.
Bagi siswa
rumahnya sangat tinggi. Teman sebaya
a. Siswa hendaknya membuat jadwal
Ag memiliki kebiasaan yang kurang
pembagian waktu kegiatan di rumah
baik. Mereka suka bermain hingga larut
dan
malam. Hal itu juga akhirnya dilakukan
teratur agar dapat memiliki waktu
Ag. Siswa Hg, Ag, Ct, dan Nv
yang cukup untuk belajar dan
menonton televisi saat pulang sekolah
mengejakan tugas sekolah.
melaksanakannya
dengan
hingga sore dan akan dilanjutkan pada
b. Siswa sebaiknya membuat catatan
malam hari setelah bermain sembari ia
pelajaran yang disampaikan guru
belajar hingga tidur. Jumlah jam belajar
dengan rapi, jelas dan lengkap agar
anak di rumah lebih sedikit dibanding
mudah
jumlah jam untuk menonton televisi.
materi.
3) Lingkungan
Sekolah.
lingkungan
di
sekitar
dibaca
saat
mengulang
Suasana
c. Siswa sebaiknya memilih tempat
sekolah
belajar yang rapi dan jauh dari
menimbulkan ketidaknyamanan belajar
gangguan
siswa. Suara bising sering muncul dari
konsentrasi dalam belajar.
pesawat yang terbang rendah dan suara
peralatan mesin kegiatan pembangunan
2.
untuk
memudahkan
Bagi guru kelas
a. Guru perlu memberikan penjelasan
hotel di belakang sekolah. Pembatas
yang
satu kelas dan kelas lain yang berupa
menggunakan media pembelajaran
rolling door membuat suara siswa dari
yang sesuai dengan karakteristik
kelas sebelah masuk ke kelas V. Selain
siswa dan materi yang diajarkan
itu, peneliti nilai KKM yang ditetapkan
untuk mempermudah dan memberi
sekolah masih terlalu tinggi dan belum
pemahaman konsep matematika.
sesuai
dengan
kemampuan
yang
belajar
mendalam
dengan
b. Guru dapat meningkatkan motivasi
belajar dengan memberikan variasi
dimiliki siswa.
4) Kesulitan
lebih
siswa
bersifat
metode
dan
permainan
dalam
sementara, karena dipengaruhi oleh
pembelajaran yang sesuai dengan
faktor – faktor eksterna (bukan berasal
karakteristik
dari cacat tubuh).
menyenangkan
siswa
senang bermain.
bagi
agar
lebih
siswa
yang
182 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016
c. Guru
sebaiknya
memberikan
bimbingan khusus pada saat pulang
sekolah
terhadap
siswa
yang
berkesulitan belajar dengan kategori
sangat tinggi.
d. Guru
sebaiknya
pembinaan
berbakat
Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan
Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
meningkatkan
khusus
pada
siswa
sehingga
siswa
dapat
Dwi Utami Faizah. (2008). Keindahan Belajar
Dalam Perspektif Pedagogi. Jakarta:
Grafika Cindy.
Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan Belajar
dan Bimbingan Terhadap Kesulitan
Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha
Litera.
meraih prestasi yang lebih baik
sesuai bakatnya.
e. Guru
sebaiknya
meningkatkan
komunikasi dengan keluarga siswa
malalui kunjungan ke rumah siswa
yang mengalami kesulitan belajar
tinggi.
f. Guru
harus
lebih
meningkatkan
kemampuan untuk menguasai kelas
sehingga
pembelajaran
dapat
berlangsung kondusif..
3.
Bagi peneliti selanjutnya
a. Peneliti perlu merencanakan waktu
penelitian
dengan
cermat
agar
kegiatan penelitian dapat berjalan
dengan maksimal.
Conny R. Semiawan. (1999). Perkembangan dan
Belajar Peserta Didik. Jakarta: Dirjen Dikti.
Costrie Ganes widayanti. (2012). Profil
Inteligensi Pada Siswa Dengan Kesulitan
Belajar Di Sd Negeri Gisikdrono Semarang
jurnal. Diakses dari ejournal.undip.ac.id
diunduh tanggal 4 Februari 2015
Danang Tri Fauzi. Faktor-Faktor Kesulitan
Belajar Matematika Kelas IV Mi Yappi
Mulusan Paliyan Gunung Kidul skripsi.
Diakses dari http://digilib.uin-suka..ac.id
diunduh tanggal 11 Februari 2015
Muhamad Irham. (2014). Psikologi Pendidikan
Teori dan Aplikasi dalam Proses
Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruz Media.
Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Rita Eka Izzaty. (2008). Perkembangan Peserta
Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Siti Sapuroh. Analisis Kesulitan Belajar Dalam
Memahami Konsep Biologi Pada Konsep
Monera
skripsi.
Diakses
dari
repository.uinjkt.ac.id diunduh tanggal 11
Februari 2015
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor – Faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sugihartono. (2007). Psikologi
Yogyakarta: UNY Press.
Pendidikan.
Wina Sanjaya. (2005). Pembelajaran dalam
Implementasi
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Download