Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 169 IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI SOSROWIJAYAN KOTA YOGYAKARTA THE IDENTIFICATION Of LEARNING DIFFICULTIES IN 5th GRADE STUDENTS AT SOSROWIJAYAN STATE ELEMENTARY SCHOOLS YOGYAKARTA Oleh: Anggraini Dhian K, PPSD/PGSD [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar, bidang studi, faktor penyebab, dan sifat kesulitan belajar siswa kelas V SD N Sosrowijayan Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian meliputi seluruh siswa kelas 5 SD Negeri Sosrowijayan Kota Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode skala psikologi, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu skala kesulitan belajar, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) tingkat kesulitan belajar siswa kelas V SD N Sosrowijayan Kota Yogyakarta berada pada kategori sedang, 2) bidang studi yang sulit dipelajari oleh siswa adalah matematika, 3) faktor penyebab kesulitan belajar meliputi faktor internal berupa motivasi belajar, kebiasaan belajar, sikap dalam belajar, minat belajar, dan bakat, juga faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah, 4) sedangkan sifat kesulitan belajarnya adalah sementara. Kata kunci: kesulitan belajar Abstract This study aimed to to know about learning difficulties level, subject, the causes, and the nature of learning difficulties on 5th grade students at Sosrowijayan state elementary school Yogyakarta. This study used a descriptive quantitative approach. The study was made based on the data input from 23 fifth grade students which were collected using learning difficulties scale, interview guide, and observation guide as the instruments. The study showed that 1) learning difficulties in 5th grade students at Sosrowijayan state elementary schools Yogyakarta is in the medium category, 2) the subject that difficult to learn is Mathematics, 3) factors of difficulties are discussed in terms of internal factors which depend on learning motivation, learning habit, learning attitude, learning interest, and students talent and external factors that involve family environment, public environment, and school environment, 4) meanwhile the result merely showed the nature of those difficulties are temporary. Key words: learning difficulties 170 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016 dikuatkan oleh Sugihartono (2007: 104) yang PENDAHULUAN Sistem pendidikan di Indonesia mengenal berpendapat bahwa tingkah laku manusia yang tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, tampak, tidak dapat diukur dan diterangkan nonformal, dan informal. Masyarakat umumnya tanpa melibatkan proses mental. Menurut teori lebih mengenal jalur pendidikan formal sebagai psikologi kognitif, proses belajar akan berjalan pendidikan persekolahan. Pendidikan formal dengan baik bila materi pelajaran yang baru terdiri atas tiga jenjang yaitu pendidikan dasar, beradaptasi (bersinambung) secara tepat dan pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. serasi dengan struktur kognitif yang telah Jenjang pendidikan formal yang pertama adalah dimiliki siswa (Sugihartono, 2007: 105). Hal ini sesuai dengan teori perkembangan pendidikan dasar yang dapat berbentuk sekolah kognitif yang dikemukakan oleh Piaget. Piaget dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI). Dalam keseluruhan proses pendidikan di (Dwi Utami Faiza, 2008: 53) menyatakan bahwa sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan anak usia 7 – 12 tahun (SD kelas 1 hingga SD yang paling pokok (Slameto, 2003: 1). Wina kelas 6) berada pada tahap kongkrit operasional. Sanjaya bahwa Dalam tahap ini anak masih membutuhkan pembelajaran berlangsung dengan adanya dua pengalaman – pengalaman yang telah ia miliki kegiatan yakni belajar yang dilakukan oleh siswa dalam dan guru yang mengajar agar tujuan siswa yang masalah – masalah yang aktual atau konkret sedang belajar tersebut dapat tercapai. Slameto (Rita Eka Izzaty, 2008: 105-106). Lebih lanjut, (2003: 1) menegaskan bahwa berhasil tidaknya Rita menjelaskan bahwa kemampuan berfikir pencapaian banyak anak berkembang dari tingkat yang sederhana bergantung kepada bagaimana proses belajar dan konkret ketingkat yang lebih rumit dan yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. abstrak. Kemampuan berfikir ini akan ditandai (2005: 87) tujuan mengatakan pendidikan prosses belajar untuk memecahkan Ada beberapa pandangan dalam teori dengan adanya aktivitas – aktivitas mental mengenai belajar. Diantaranya adalah teori seperti mengingat, memahami, dan memecahkan behavioristik dan teori psikologi kognitif. Teori masalah. behavioristik memandang belajar sebagai proses Dilihat dari segi karakteristiknya, anak – perubahan perilaku dalam diri seseorang (Ratna anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik Wilis Dahar, 2011: 2). Namun, tidak setiap yang perubahan dalam diri seseorang merupakan kelompok, perubahan dalam arti belajar. Sehingga muncul melakukan sesuatu secara langsung (Desmita, pandangan berbeda dari teori psikologi kognitif 2012: 35). Berbagai keunikan perilaku siswa yang lebih menekankan arti penting proses lainnya juga dapat dijumpai dalam proses internal mental manusia dalam kegiatan belajar pembelajaran di sekolah. Misalnya ada siswa (Nana Syaodih Sukmadinata, 2004: 156). Hal ini yang senang bermain, dan sangat senang aktif, rajin bergerak, merasakan mencatat, bekerja atau rajin Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 171 dan Berbagai penjelasan diatas sesuai dengan sebagainya. Selain itu, ada juga siswa yang hasil penelitian yang dilakukan oleh Costrie dkk sangat tugas, (2012) mengenai Profil Inteligensi Pada Siswa membolos, diam saat ditanya oleh guru, dan nilai Dengan Kesulitan Belajar di SD Gisikdrono yang selalu rendah (Muhamad Irham, 2014: 260- Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan 261). Namun, perilaku yang cenderung kurang bahwa siswa dengan kesulitan belajar memiliki baik tersebut tidak selayaknya dialami oleh skor IQ yang berada pada taraf rata-rata. Besar siswa karena hal ini menunjukkan adanya pengaruh faktor internal pada kesulitan belajar hambatan atau kesulitan belajar pada siswa siswa juga didukung oleh hasil penelitian yang tersebut (Muhamad Irham, 2014: 261). dilakukan oleh Amerudin (2013) mengenai mengerjakan tugas, pasif, H.W tidak Burton sering bertanya mengumpulkan (Mulyadi, 2010: 8) Deskripsi Kesulitan Belajar Dan Faktor mengidentifikasi bahwa seorang murid dapat Penyebabnya Pada Materi Fungi Di SMA Islam diduga mengalami kesulitan belajar, jika siswa Bawari Pontianak Dan Upaya Perbaikannya. menunjukkan Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya. Mulyadi (2010:9) faktor menyimpulkan bahwa seseorang dapat diduga menyebabkan kesulitan belajar siswa adalah mengalami yang faktor internal yang didominasi oleh kebiasaan bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf belajar dan minat. Sedangkan faktor eksternal kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan yang kriteria dalam tujuan instruksional atau ukuran diantaranya adalah lingkungan keluarga dan kapasitas belajarnya) dalam batas waktu tertentu. sekolah. Dua faktor tersebut didukung oleh hasil Kesulitan belajar yang terjadi pada seorang penelitian Siti Sapuroh (2010) mengenai Analisis siswa pada umumnya disebabkan oleh faktor – Kesulitan Belajar Siswa Dalam Memahami faktor tertentu. Slameto (2003: 54) mengatakan Konsep Biologi Pada Konsep Monera di MAN terdapat dua faktor yang dapat menjadi penyebab Serpong Tangerang. Hasil penelitian tersebut kesulitan belajar bagi siswa yaitu faktor internal menunjukkan bahwa terdapat 5 dari 30 siswa berasal dari dalam diri siswa meliputi kesehatan, memiliki kesulitan belajar karena pengaruh yang intelegensi, sangat tinggi dari lingkungan keluarga. Selain kesulitan dan minat. belajar jika Sedangkan faktor yang lebih berpengaruh mempengaruhi itu, lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. lingkungan sekolah mereka juga turut menjadi Dengan demikian, kesulitan belajar tidak hanya penyebab kesulitan belajar mereka meskipun dialami oleh peserta didik dengan intelegensi dengan presentase yang kecil. yang kurang mendukung. Guru responden belajar eksternal berasal dari lingkungan siswa meliputi rendah tapi juga dipengaruhi oleh lingkungan semua kesulitan dalam sangat menyatakan dianjurkan bahwa melakukan identifikasi (upaya mengenali dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan 172 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016 kemungkinan adanya kesulitan belajar yang proses pembelajaran di sekolahnya berjalan melanda siswa tersebut agar kesulitan belajar kurang maksimal. Ibu Yuni mengatakan bahwa yang dialami oleh siswa tidak bersifat menetap letak sekolah yang berada di kawasan malioboro dan terjadi dalam jangka waktu yang lama membuat pembelajaran kurang kondusif. Ramai (Muhibbin Syah, 2006: 186). Dengan melakukan wisatawan yang berada di sekitar sekolah, suara identifikasi guru dapat melihat ciri – ciri maupun bising dari kendaraan bermotor hingga pesawat gejala yang nampak, faktor penyebab, serta terbang mempermudah kegiatan proses pemberian bantuan selanjutnya (Tidjan, dkk.,1993: 80). Abin Syamsudin kerap belajar terdengar siswa sering menjadikan terhambat. Lingkungan masyarakat asal siswa yang berada 19) pada kawasan padat penduduk juga memiliki menyatakan bahwa identifikasi siswa yang pengaruh pada kebiasaan belajar siswa. Lebih mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan lanjut Ibu Yuni menjelaskan pula bahwa 40% dengan siswa di sekolahnya berasal dari keluarga yang menghimpun, (Mulyadi yang 2010: menganalisis, dan menafsirkan data hasil belajar. Nilai rendah yang bercerai. diperoleh siswa dalam ujian menandakan siswa belum berhasil atau tambahan pelajaran dua kali dalam seminggu belajarnya bagi siswa kelas 4 dan 5. Sedangkan bagi siswa (Muhamad Irham, 2014: 259). Karakteristik dan kelas 6 tambahan pelajaran dilaksanakan empat permasalahan kesulitan belajar di atas ditemukan kali dalam satu minggu. Berdasarkan hasil di kelas 5 SD Negeri Sosrowijayan Yogyakarta. wawancara dengan Ibu Lasmi tersebut, kesulitan Selain itu, berdasarkan data hasil Ujian Setara belajar siswa selama ini belum diidentifikasi. Ujian Nasional (USUN) 2013 yang didapatkan Sehingga beliau dari Dinas Pendidikan Provinsi D.I. Yogyakarta, bantuan belajar yang tepat pada siswanya. mengalami menguasai kesulitan materi Sejauh ini, sekolah sudah memberikan dalam belum dapat memberikan SD Sosrowijayan berada pada urutan terakhir Berdasarkan uraian mengenai belajar dan dari 168 sekolah dasar di Kota Yogyakarta hasil pengamatan di atas, penting kiranya dengan rata – rata 6,50. seorang calon guru sekolah dasar memiliki Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Ibu Lasmi guru kelas 5 kemampuan untuk mengidentifikasi kesulitan SD belajar yang terjadi pada siswa di sekolah Sosrowijayan, sebagian siswanya mengalami maupun di kelas. Dengan demikian, guru dapat kesulitan belajar yang ditandai dengan prestasi memberi bantuan belajar dengan tepat sehingga akademik yang rendah. Hal ini dapat terlihat dari siswa nilai ulangan IPA yang baru saja dilaksanakan, mencapai prestasi yang lebih baik (Muhamad 20 dari 23 siswanya tidak dapat memenuhi Irham, 2010: 260). Oleh karena itu, peneliti KKM. Dari pengamatan dan wawancara dengan tertarik untuk mengidentifikasi Kesulitan Belajar Ibu Yuni guru kelas 4 SD Sosrowijayan, terlihat dapat mengejar ketertinggalan dan Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 173 Siswa Kelas V di SD Negeri Sosrowijayan Kota sedang karena memiliki frekuensi paling Yogyakarta. banyak. Kategori sedang berarti siswa tersebut dapat menguasai sebagian bahan METODE PENELITIAN pelajaran dan memerlukan pendalaman Pendekatan Penelitian pada materi-materi tetentu yang lebih sulit. Pendekatan penelitian yang digunakan Kesulitan belajar seperti ini dapat dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif terjadi karena alokasi waktu yang kurang kuantitatif. bagi siswa untuk mempelajari bahan Tempat Penelitian pelajaran Penelitian ini dilaksanakan di kelas 5 SD yang Sugihartono telah (2007: 152) ditentukan. bependapat Negeri Sosrowijayan Yogyakarta. bahwa setiap peserta didik akan dapat Subjek Penelitian menyelesaikan tugas – tugas belajarnya Subjek dalam penelitian ini seluruh siswa apabila diberi waktu yang cukup untuk kelas V SD Sosrowijayan Kota Yogyakarta yang belajar. Setiap materi yang diajarkan berjumlah 23 siswa. kepada siswa tentunya memiliki tingkat Teknik Pengumpulan Data kesulitan yang berbeda – beda. Sehingga Pada penelitian ini, teknik pengumpulan setiap materi membutuhkan jumlah waktu data yang digunakan adalah skala, wawancara, yang berbeda untuk menguasainya. Hal observasi dan dokumentasi. tersebut disebabkan oleh salah satu prinsip Teknik Analisis Data keberhasilan Penelitian ini menggunakan teknik analisis dalam belajar pengulangan dan latihan. adalah Mengulang data statistik deskriptif. pelajaran adalah salah satu cara untuk HASIL DAN PEMBAHASAN membantu berfungsinya ingatan. Untuk 1. Hasil Penelitian itu, dalam mempelajari sesuatu perlu pengulangan dan latihan berkali – kali agar a. Tingkat Kesulitan Belajar Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan dalam data deskriptif sebelumnya, terdapat 2 siswa yang berada pada kategori kesulitan belajar yang rendah, 17 siswa berada pada kategori kesulitan belajar sedang, dan 4 siswa lainnya berada pada kategori kesulitan belajar yang tinggi. Jadi, dapat diketahui bahwa tingkat kesulitan belajar siswa sebagian besar berada dalam kategori melekat dalam ingatan sehingga tidak mudah dilupakan (M. Dalyono, 2009: 54). Pada materi yang lebih sulit dan kompleks, tentu siswa membutuhkan waktu lebih lama untuk menguasainya karena membutuhkan latihan dan pengulangan yang lebih banyak dari materi yang lebih sedehana. Data klasifikasi yang telah dipaparkan juga menunjukkan terdapat 4 siswa yang 174 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016 berada pada kategori kesulitan belajar yang menjadi bidang studi yang sulit untuk tinggi, yang mengasumsikan bahwa siswa dipelajari oleh siswa. tersebut belum menguasai sebagian besar Sasaran dalam pembelajaran bahan pelajaran yang telah diberikan dan matematika tidaklah kongkret. Matematika membutuhkan merupakan bantuan khusus untuk ilmu pengetahuan yang mencapai penguasaan bahan pelajaran mempelajari struktur yang abstrak dan pola seperti yang telah ditetapkan. Kesulitan hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti belajar yang dialami oleh siswa- siswa bahwa tersebut dapat disebabkan karena berbagai hakekatnya adalah belajar konsep, struktur faktor yang menghambat proses belajarnya konsep dan mencari hubungan antar sehingga memerlukan usaha yang lebih konsep dan strukturnya (Hadi Santoso, berat mengatasinya 2013). Perkembangan kognitif siswa SD (Tidjan, 1993: 78). Kesulitan belajar siswa berada pada tingkat operasional konkrit. pada tingkat yang tinggi sepeti ini tidak Pada tahap ini, kemampuan berfikir anak cukup diatasi dengan memberikan waktu berkembang dari tingkat yang sederhana yang lebih untuk berlatih dan mengulang dan konkret ke yang lebih rumit dan materi, namun juga ditambah dengan abstrak (Rita Eka Izzaty, 2007: 107). bimbingan khusus yang lebih intensif Perkembangan kemampuan berfikir anak untuk mengatasi faktor – faktor yang yang seperti ini membuat anak sering menghambat proses belajarnya. merasa sulit mempelajari hal yang abstrak lagi untuk dapat b. Jenis Bidang Studi yang Sulit Dipelajari belajar matematika pada seperti matematika. Mereka akan lebih yang diperoleh, mudah mempelajarinya, apabila konsep – KKM bidang studi matematika adalah 65, konsep tersebut diajarkan dengan hal – hal nilai ini lebih rendah dari pada KKM pada yang dekat dengan kehidupan sehari – hari bidang studi lainnya yaitu 70. Kebijakan mereka. Kesulitan belajar pada bidang ini dibuat karena menurut guru, bidang studi matematika tersebut dipengaruhi oleh studi matematika lebih sulit dipelajari dari kurangnya minat belajar matematika siswa. pada bidang studi lainnya. Dalam ulangan Hal tersebut disebabkan siswa kesulitan tengah semester 2 lalu, Ag memperoleh untuk menghafal rumus – rumus dan nilai 24, Ct memperoleh nilai 18, Hg kemampuan berhitung yang rendah. Berdasarkan data memperoleh nilai 30, sedangkan Nv c. Faktor – Faktor Penyebab Kesulitan memperoleh nilai 30 pada bidang studi Belajar matematika. 1) Motivasi Belajar Beberapa memperlihatkan bahwa hal tersebut matematika Motivasi intrinsik siswa untuk belajar masih belum terlihat. Hal ini Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 175 terlihat dari kurangnya keterlibatan mendapat siswa dalam proses belajar di dalam gambar batik. Keterlibatan siswa kelas. Belum terlihatnya motivasi dalam belajar juga lebih terlihat saat intrinsik menyebabkan guru melakukan kegiatan praktek perolehan hasil belajar siswa yang membuat jaring – jaring kubus. rendah. Hal ini ditunjukkan dengan Semua siswa tampak mengerjakan nilai mereka yang masih berada di dengan baik. siswa ini, bawah KKM yang ditentukan. tugas untuk membuat Menurut M. Dalyono (1999 : 237) Motivasi belajar ekstrinsik siswa anak seperti itu termasuk anak yang berasal dari rasa takut mereka akan memiliki kecenderungan tipe belajar amarah atau hukuman dari guru dan motorik. Mereka mempelajari bahan takut mendapat nilai yang rendah. yang berupa tulisan dan gerakan dan Dengan kata lain, mereka belajar sulit mempelajari bahan berupa suara dalam dengan perasaan takut dan dan penglihatan. Hal ini sesuai dengan tertekan. Sugiyono menuliskan menerima bahwa (2007: 21) pendapat Conny R. Semiawan (1999: ketika otak 49) bahwa anak – anak usia SD lebih tekanan, senang melakukan berbagai aktivitas ancaman atau kapasitas syaraf untuk berfikir rasional mengecil. Kapasitas beroprasi pada otak tingkat hanya fisik dari pada berdiam diri. Pada usia sekolah dasar bertahan kemampuan gerak motorik anak jauh sehingga otak tidak dapat mengakses lebih halus dan lebih terkoordinasi secara maksimal. Hal itulah yang dengan baik dari masa sebelumnya terjadi pada siswa – siswa tersebut. (Conny R. Semiawan, 1999: 49). Perlu Jika siswa belajar dengan kondisi kita perhatikan bahwa pada usia ini demikian, anak memiliki kebutuhan untuk selalu maka kemampuan belajarnya kurang maksimal karena bergerak adanya hambatan emosi. tertumpuk pada anak memerlukan karena energi yang penyaluran (Rita Eka Izzaty, 2008: 2) Kebiasaan Belajar Berdasarkan hasil wawancara 105). Hal ini dapat menyebabkan anak dan observasi siswa akan lebih – anak SD merasa lebih tersiksa kalau mudah memahami materi dengan harus duduk dan memperhatikan guru melakukan kegiatan, praktek, dan dalam jangka waktu yang cukup lama. mengerjakan pada Sehingga mereka akan mudah bosan mendengarkan penjelasan dari guru. dan mencari aktivitas lain untuk Siswa tampak senang dan tenang saat mengusir kejenuhannya. sesuatu dari 176 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016 dengan benar. Aspek afektif dalam 3) Sikap dalam Belajar Siswa sering dapat sikap ditunjukkan saat pembelajaran. mengerjakan tugas atau menjawab Mereka mudah merasa bosan dan pertanyaan dengan tepat. Siswa mudah kurang merasa bosan dengan pelajaran. Saat pembelajaran yang berlangsung. Maka merasa bosan mereka akan melakukan mereka kegiatan ngobrol, bermain, bahkan bermain, dan mengganggu teman yang mengganggu teman yang lain. Saat lain. Noehi (1992: 84) mengatakan mengalami kesulitan belajar, mereka bahwa jarang bertanya pada guru atau teman kecenderungan dalam diri individu yang untuk memberi respond dan berbuat, dianggap tidak lebih memahami. mereka lebih suka menyalin jawaban menghargai memilih sikap proses untuk ngobrol, merupakan suatu menuntut cara belajar yang berbeda. teman daripada bertanya mengenai hal Siswa tidak mengerti materi yang – hal yang belum mereka ketahui. diajarkan, Mereka tidak peduli apabila tidak mengerjakan tugas. Mereka juga tidak memahami pelajaran. suka dan tidak dapat mendengarkan guru Noehi Nasution ( 1992: 18) menerangkan pelajaran. Siswa lebih mengatakan bahwa sikap terdiri dari suka bermain dan ngobrol dengan tiga aspek, yaitu aspek kognitif, temannya. Sehingga mereka memilih afektif, dan konasi. Aspek kognitif untuk menyontek jawaban teman yang berkenaan informasi, lain. dengan demikian, mereka tidak pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat mengerjakan tugas tanpa harus dan sistematisasi proses belajar dalam berfikir diri sendiri. Aspek afektif berkenaan penjelasan dari guru. dengan perasaan dan emosi yang mereka dirasakan seseorang. Sedangkan aspek dengan cepat dan tetap bisa bermain konatif berkaitan dengan kemauan bersama teman. seseorang yang menentukan perbuatan 4) Minat Belajar dengan yang akan dia lakukan. dapat kita lihat bahwa aspek kognitif siswa dalam belajar belum baik. Hal tesebut ditunjukkan oleh siswa sering tidak dapat mengerjakan tugas dengan dan menjawab dapat memperhatikan Selain mengerjakan itu, tugas Siswa tidak menunjukkan adanya Berdasarkan paparan data di atas, tepat dan pertanyaan perhatian pada pelajaran di kelas. Mereka bertiga lebih suka dan sering ngobrol dengan temannya dari pada memperhatikan pelajaran. Bahkan tugas yang diberikan kepada mereka juga tidak diperhatikan dengan baik. Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 177 Sedangkan Nv beberapa kali memang olah raga selama ini merupakan terlihat ngobrol saat pelajaran. Namun pengaruh dari bakat yang di miliki itu tidak terlalu lama dan tidak siswa. Sumadi Suryabrata (2006: 159) mengganggu kembali juga menegaskan bahwa seseorang mengikuti pelajaran. Data tersebut akan lebih berhasil kalau dia belajar dapat minat dalam lapangan yang sesuai dengan belajar Ag, Ct, dan Hg rendah. bakatnya dan mendapakan pendidikan Sedangkan minat belajar Nv cukup yang sesuai dengan bakatnya. Selain tinggi. bakat karena ia menunjukkan bahwa yang dimiliki siswa juga Keterangan di atas dapat kita mendapat pelatihan sepak bola dari simpulkan bahwa bahwa siswa Ct club yang diikutinya. hal inilah yang tidak memiliki minat belajar, siswa Ag membuat prestasi siswa dibidang olah memiliki minat belajar yang rendah, raga bagus. siswa Hg hanya memiliki minat 6) Lingkungan Keluarga belajar pada pelajaran tertentu yaitu Berdasarkan hasil wawancara dan olahraga dan menggambar, sedangkan observasi, lingkungan keluarga yang siswa Nv memiliki minat belajar yang paling mempengaruhi proses belajar cukup bahwa keluarga baik itu ayah, ibu, dan tinggi pada semua mata pelajaran. Noehi Nasution (1992: 8) saudara dapat mempengaruhi menyatakan bahwa minat anak dalam keberhasilan kegiatan belajar dapat mempengaruhi Penciptaan berhasil tidaknya anak mempelajari kondusif hal tersebut. Minat belajar keempat untuk mendukung keberhasilan belajar siswa tersebut yang masih rendah anak. Suasana yang kondusif dapat menyebabkan prestasi belajar mereka membuat siswa lebih tenang dan rendah juga. Hal ini didukung oleh nyaman saat belajar. Pendampingan pendapat M. Dalyono (2009: 57) belajar bahwa minat belajar yang kurang akan terbimbing dalam mengatasi materi menghasilkan prestasi yang rendah, yang sulit mereka pahami. Pola asuh begitu juga sebaliknya. orang tua yang diterapkan dan kualitas anak dalam suasana dalam membuat belajar keluarga siswa belajar. yang penting lebih hubungan antara orang tua dan anak 5) Bakat observasi dan juga memberikan dampak pada bentuk siswa yang perilaku siswa dalam belajar. Pola memiliki prestasi di bidang olahraga asuh yang permisif membuat siswa dan tartil Quran. Prestasinya di bidang tidak dapat mengendalikan diri dan Berdasarkan hasil wawancara, terdapat 178 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016 membagi waktu untuk belajar. Siswa minat anak terhadap teman sebaya tidak peduli dengan hasil belajarnya sangat tinggi dan keinginan untuk karena orang tua mereka juga tidak diterima kelompok sangat besar. Jika memperdulikannya. Kualitas kelompok teman sebayanya kurang hubungan siswa dengan orang tua baik, maka kemungkinan besar anak dapat dilihat dari besar kecilnya akan mengikuti teman sebayanya. perhatian yang diberikan orang tua Teman sebaya salah satu siswa yang juga dipengaruhi oleh pekerjaan memiliki kebiasaan yang kurang orang tua siswa. Hal lain yang turut baik. Mereka suka bermain hingga mempengaruhi proses belajar adalah larut malam. Hal itu juga akhirnya permasalahan dalam keluarga yang dilakukan memberi terlebih pengawasan orang tuanya belajar dampak dan pada beban motivasi pikiran yang oleh siswa tersebut, sangat kurang. Untuk mencegah pengaruh buruk dari teman sebaya, ditangung oleh siswa. memang diperlukan pengawasan dari 7) Lingkungan Masyarakat wawancara orang tua dan orang dewasa untuk dengan siswa menunjukkan bahwa mengarahkan mereka pada kegiatan lingkungan yang lebih baik. Berdasarkan hasil masyarakat tempat tinggal siswa terdapat banyak anak – Selain pergaulan dengan teman anak yang sebaya dengan siswa, sebaya, sehingga menjadi salah satu hal yang dapat ia menghabiskan lebih media informasi juga banyak waktu untuk berinteraksi mempengaruhi bersama teman sebayanya dari pada khususnya televisi dengan keluarganya di rumah. Pada Semiawan, 1999: tahap ini, keberadaan teman sebaya informasi yang ada saat ini sangat bukan hanya dapat menjadi sumber menarik dan begitu dekat dengan kesenangan bagi anak tetapi juga kegiatan sehari – hari anak karena dapat terdapat banyak unsur hiburan. mengembangkan aspek perkembangan anak. besarnya peran perilaku anak (Conny 237). R. Media Televisi juga memberi pengaruh teman sebaya pada fase ini juga negatif dapat memberi pengaruh negatif, kontrol yang baik dari orang tua. seperti mencuri, Program – program hiburan yang membolos, menipu, serta perbuatan disukai siswa dapat menimbulkan antisocial lainnya (Rita Eka Izzaty, sikap kekaguman pada tokoh – tokoh 2007: 115). Hal ini terjadi karena dalam program tersebut. Hal itu akan merokok, apabila tidak mendapat Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 179 membuat semangat dan minat belajar mengatakan apabila guru menuntut anak akan menurun (Slameto, 2013: standar 70). Anak akan lebih tertarik untuk kemampuan siswa tanpa mengukur menonton dan mencari tahu hal baru rata - rata kemampuan siswanya, mengenai tersebut. menyebabkan hanya sebagian kecil Sehingga, jumlah jam belajar anak di siswa saja yang dapat berhasil dengan rumah lebih sedikit dibanding jumlah baik. program pembelajaran di atas Penetapan KKM sepeti ini tidak jam untuk menonton televisi. sesuai dengan panduan penyusunan 8) Lingkungan Sekolah Beberapa hal di sekolah yang kurikulum tingkat satuan pendidikan dapat menimbulkan kesulitan belajar jenjang adalah kondisi lingkungan sekolah menengah yang diterbitkan badan yang kebisingan, nasional standar pendidikan tahun kebersihan, dan kondisi fisik sekolah. 2009. Selain itu, proses pembelajaran Penentuan harus di siswa mempengaruhi timbulnya kesulitan meliputi tingkat KKM memperhatikan juga kemampuan karena kemampuan siswa di satu sekolah tentu berbeda dengan sekolah pelajaran matematika KKM yang ditetapkan adalah 65. Menururt wali kels V, angka KKM tersebut sebenarnya masih terlalu tinggi dan belum sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Hal ini terjadi karena penetapan dibuat tanpa kemampuan yang KKM tersebut memperhatikan dimiliki siswa. Melainkan hanya tuntutan dari dinas pendidikan setempat. Sebelumnya dinas meminta agar KKM ditetapkan pada nilai 75, tetapi sekolah tidak menyanggupinya dan menurunkan ke nilai 70. M. Dalyono (2007:243) dalam kelas dasar juga dan sangat belajar. d. Sifat Kesulitan Belajar lainnya. Nilai KKM yang ditetapkan sekolah adalah 70. Namun, untuk mata pendidikan Kesulitan belajar yang terjadi pada siswa tidak disebabkan oleh cacat tubuh ataupun kelainan fisik dan mental. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dikarenakan faktor – faktor lain berupa motivasi, minat, kebiasaan, sikap dalam belajar, dan bakat yang tidak sesuai. Ditambah lingkungan lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat yang kurang mendukung kondusifitas belajar siswa. Beberapa faktor tersebut dapat diatasi atau diminimalisir dengan bimbingan khusus yang intensif. Sehingga, kesulitan belajar seperti ini, merupakan kesulitan belajar yang sifatnya sementara. Hal ini disesuaikan dengan pendapat Muhammad 180 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016 Irham (2014 : 258) yang mengatakan kegiatan sedangkan guru sering bahwa kesulitan belajar sementara adalah menerangkan dengan cara ceramah. kesulitan belajar yang disebabkan oleh 3) Sikap dalam belajar. Aspek kognitif faktor – faktor penghambat dan dapat siswa dalam belajar belum baik. Hal diatasi tesebut ditunjukkan oleh siswa sering dengan menghilangkan atau mengurangi faktor penghambat tersebut. tidak dapat mengerjakan tugas dengan tepat dan menjawab pertanyaan dengan SIMPULAN DAN SARAN benar. Simpulan ditunjukkan saat pembelajaran. Mereka Berdasarkan hasil penelitian dan mudah Aspek afektif merasa dalam bosan dan sikap kurang pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai menghargai proses pembelajaran yang berikut. berlangsung. 1. Tingkat kesulitan belajar siswa kelas V SD untuk Negeri Sosrowijayan berada pada kategori sedang. Tingkat kesulitan belajar yang sedang berarti siswa tersebut hanya Maka mereka ngobrol, bermain, memilih dan mengganggu teman yang lain 4) Minat belajar. Minat belajar keempat siswa tersebut yang masih rendah mengalami kesulitan pada materi – materi menyebabkan prestasi belajar mereka tertentu rendah juga. Minat siswa Hg hanya pada dan dapat diatasi dengan pendalaman pada materi – materi tersebut. bidang olahraga saja sehingga ia tidak 2. Bidang studi yang sulit dipelajari oleh siswa tertarik materi pelajaran kurang sesuai. adalah bidang studi matematika. 3. Faktor – faktor yang Siswa memiliki bakat diluar bidang mempengaruhi kesulitan belajar siswa kelas V SD Negeri Sosrowijayan adalah: akademik. b. Faktor eksternal : 1) Lingkungan keluarga. Penciptaan suasana belajar dalam keluarga kurang a. Faktor internal: 1) Motivasi belajar. Motivasi belajar siswa kondusif sehingga tidak mendukung masih berupa motivasi belajar ektrinsik keberhasilan yang berasal dari rasa takut mereka akan Pendampingan belajar dari orang tua amarah atau hukuman dari guru dan takut dalam mengatasi materi yang sulit mendapat nilai yang rendah mereka pahami juga kurang terlihat. 2) Kebiasaan belajar. Siswa sering belajar belajar anak. Pola asuh orang tua yang diterapkan atau dan kualitas atau perhatian hubungan mendengarkan musik. Siswa lebih mudah antara orang tua dan anak juga menjadi memahami materi dengan melakukan hal yang dapat membentuk perilaku sembari menonton televisi Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa .... (Anggraini Dhian K.) 181 siswa dalam belajar dan mencapai SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka keberhasilan. 2) Lingkungan masyarakat. Minat anak terhadap teman sebaya di ingkungan saran dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagi siswa rumahnya sangat tinggi. Teman sebaya a. Siswa hendaknya membuat jadwal Ag memiliki kebiasaan yang kurang pembagian waktu kegiatan di rumah baik. Mereka suka bermain hingga larut dan malam. Hal itu juga akhirnya dilakukan teratur agar dapat memiliki waktu Ag. Siswa Hg, Ag, Ct, dan Nv yang cukup untuk belajar dan menonton televisi saat pulang sekolah mengejakan tugas sekolah. melaksanakannya dengan hingga sore dan akan dilanjutkan pada b. Siswa sebaiknya membuat catatan malam hari setelah bermain sembari ia pelajaran yang disampaikan guru belajar hingga tidur. Jumlah jam belajar dengan rapi, jelas dan lengkap agar anak di rumah lebih sedikit dibanding mudah jumlah jam untuk menonton televisi. materi. 3) Lingkungan Sekolah. lingkungan di sekitar dibaca saat mengulang Suasana c. Siswa sebaiknya memilih tempat sekolah belajar yang rapi dan jauh dari menimbulkan ketidaknyamanan belajar gangguan siswa. Suara bising sering muncul dari konsentrasi dalam belajar. pesawat yang terbang rendah dan suara peralatan mesin kegiatan pembangunan 2. untuk memudahkan Bagi guru kelas a. Guru perlu memberikan penjelasan hotel di belakang sekolah. Pembatas yang satu kelas dan kelas lain yang berupa menggunakan media pembelajaran rolling door membuat suara siswa dari yang sesuai dengan karakteristik kelas sebelah masuk ke kelas V. Selain siswa dan materi yang diajarkan itu, peneliti nilai KKM yang ditetapkan untuk mempermudah dan memberi sekolah masih terlalu tinggi dan belum pemahaman konsep matematika. sesuai dengan kemampuan yang belajar mendalam dengan b. Guru dapat meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan variasi dimiliki siswa. 4) Kesulitan lebih siswa bersifat metode dan permainan dalam sementara, karena dipengaruhi oleh pembelajaran yang sesuai dengan faktor – faktor eksterna (bukan berasal karakteristik dari cacat tubuh). menyenangkan siswa senang bermain. bagi agar lebih siswa yang 182 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-5 2016 c. Guru sebaiknya memberikan bimbingan khusus pada saat pulang sekolah terhadap siswa yang berkesulitan belajar dengan kategori sangat tinggi. d. Guru sebaiknya pembinaan berbakat Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. meningkatkan khusus pada siswa sehingga siswa dapat Dwi Utami Faizah. (2008). Keindahan Belajar Dalam Perspektif Pedagogi. Jakarta: Grafika Cindy. Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera. meraih prestasi yang lebih baik sesuai bakatnya. e. Guru sebaiknya meningkatkan komunikasi dengan keluarga siswa malalui kunjungan ke rumah siswa yang mengalami kesulitan belajar tinggi. f. Guru harus lebih meningkatkan kemampuan untuk menguasai kelas sehingga pembelajaran dapat berlangsung kondusif.. 3. Bagi peneliti selanjutnya a. Peneliti perlu merencanakan waktu penelitian dengan cermat agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan maksimal. Conny R. Semiawan. (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Dirjen Dikti. Costrie Ganes widayanti. (2012). Profil Inteligensi Pada Siswa Dengan Kesulitan Belajar Di Sd Negeri Gisikdrono Semarang jurnal. Diakses dari ejournal.undip.ac.id diunduh tanggal 4 Februari 2015 Danang Tri Fauzi. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Matematika Kelas IV Mi Yappi Mulusan Paliyan Gunung Kidul skripsi. Diakses dari http://digilib.uin-suka..ac.id diunduh tanggal 11 Februari 2015 Muhamad Irham. (2014). Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruz Media. Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Rita Eka Izzaty. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Siti Sapuroh. Analisis Kesulitan Belajar Dalam Memahami Konsep Biologi Pada Konsep Monera skripsi. Diakses dari repository.uinjkt.ac.id diunduh tanggal 11 Februari 2015 Slameto. (2003). Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugihartono. (2007). Psikologi Yogyakarta: UNY Press. Pendidikan. Wina Sanjaya. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.