Produk Fermentasi Kulit Buah Kakao sebagai Bahan Pengganti Pakan Konsentrat untuk Ruminansia Indonesia merupakan Negara penghasil kakao ketiga terbesar di dunia setelah Pantai Gading (Ivory Coast) dan Ghana. Tahun 2014, produksi kakao Indonesia mencapai sekitar 720 ribu ton buah kakao1. Beberapa Negara penghasil kakao Luas areal perkebunan kakao di Indonesia sekitar 1.709.050 ha pada tahun 2012 (Aklimawati 2013). Dengan produksi tahunan sebesar 700.000 ton, maka apabila proporsi limbah sebesar 60% akan setara dengan 420.000. ton bahan kering yang dapat menampung ternak sebesar 200 ribu satuan ternak per tahun. Kulit buah kakao (KBK) adalah produk samping dari usaha perkebunan kakao. Penggunaan KBK segar sebagai pakan ternak sudah dilakukan di beberapa daerah sentra perkebunan kakao. Pemberian KBK segar sebagai bahan pakan memiliki palatabilitas tinggi. Namun penggunaan KBK dalam keadaan segar hanya pada waktu musim panen kakao saja dikarenakan daya simpan KBK tidak lebih dari 3 hari jika sudah dipisahkan dari bijinya. KBK segar menjadi cepat berjamur dan 1 http://ekbis.sindonews.com/read/857700/34/produksi-kakao-indonesia-terbaik-ke-3-di-dunia-1398420747 membusuk karena kadar airnya tinggi atau bahan kering (BK) hanya berkisar 1820% (Puastuti et al., 2009b). KBK yang berjamur dan membusuk memiliki palatabilitas sangat rendah. Pada saat panen produksi KBK akan melimpah, pengawetan dapat dilakukan dengan pengeringan dan penggilingan. Namun cara ini tidak meningkatkan nilai nutrient di dalam KBK. Pengawetan tersebut bila dilanjutkan dengan proses biologis (fermentasi) menggunakan beberapa kapang dapat meningkatkan nilai nutrien KBK diantaranya kandungan protein meningkat dari 6,71% menjadi 15,94%. Tahapan fermentasi KBK adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan inokulum Aspergillus oryzae dalam bentuk serbuk dibuat dengan cara menumbuhkan kapang pada media beras dan selama 5 hari. Spora yang terbentuk dikeringkan pada suhu 40OC kemudian digiling sehingga di dapatkan inokulum dalam bentuk serbuk (Purwadaria dkk. 1994). 2. Persiapan KBK: KBK segar dicacah, dikeringkan dan digiling. 3. Fermentasi: Setiap 1500 gram bubuk KBK ditambahkan air sebanyak 1600 ml, diaduk rata dan didiamkan selama 30 menit. Didihkan air dan KBK yang sudah lembab kemudian dikukus selama 30 menit. Didinginkan sampai suhu ruangan ditambahkan campuran mineral dan 12 gram bubuk inokulum kapang. Diaduk sampai merata, kemudian campuran dipindahkan ke dalam nampan plastic yang bersih, dan diratakan dengan ketebalan tidak lebih dari 3 cm. Untuk 1500 kg KBK seperti diatas dibutuhkan 6 pasang nampan plastic berukuran 5x 25,5 x 35 cm. Nampan berisi campuran ditutup dengan nampan lainnya dan diinkubasi selama 3 hari. Setiap hari dilakukan pengamatan dan pengeringan tutup nampan dari uap air yang terbentuk. Fermentasi berhasil jika terbentuk lapisan putih yang akan berubah menjadi kehijauan dan tidak menimbulkan bau apek atau bau pesing (bau amoniak). Produk KBC fermentasi (kiri hari ke 2, kanan hari ke tiga) Dengan cara fermentasi menggunakan Aspergillus oryzae, nilai kecernaan protein meningkat dari 49% menjadi 64%, nilai kecernaan serat deterjen netral (SDN) meningkat dari 59% menjadi 62%. Apabila KBKF dipergunakan sebanyak 40% menggantikan pakan konsentrat komersial (KK), nilai kecernaan protein meningkat dari 55% (KK) menjadi 60% (KK60%+ KBKF 40%), demikian juga kecernaan SDN dari 57% menjdi 67%. Pertumbuhan bobot badan harian kambing yang diberi pakan konsentrat mengandung 40% KBKF tidak berbeda dengan yang diberi konsentrat komersial yaitu antara 65-80 gram per ekor per hari. Kulit buah kakao fermentasi dapat dipakai untuk menggantikan konsentrat komersial sebanyak 40% tanpa mengganggu pertumbuhan ternak Info : Susana I.W.R (Peneliti Balitnak )