pengaruh kemampuan mengelola pembelajaran terhadap motivasi

advertisement
PENGARUH KEMAMPUAN MENGELOLA PEMBELAJARAN
TERHADAP MOTIVASI KERJA, PROFESIONALISME DAN
KINERJA GURU SMA DI HULU SUNGAI SELATAN
Herniyati Handayani
SMA Negeri 1 Simpur
Jl. Gerilya Gunung Kasiangan Kecamatan Simpur Kab. Hulu Sungai Selatan
e-mail: [email protected]
Abstract : This study aims to know how big the effects of learning management
skill towards work motivation, professionalism, and teaching performance of
Senior High School teachers in Hulu Sungai Selatan regency. This study uses
quantitative descriptive method with path analysis. This study is conducted in
Hulu Sungai Selatan Regency on thirteen State and Private Senior High Schools
with 136 teachers as the sample. From the analysis result, it can be concluded that
there are significant effects between the learning management skill toward work
motivation, work motivation toward teachers’ teaching performance, the learning
management skill toward professionalism, and professionalism toward teachers’
teaching performance.
Keywords: Learning Management Skill, Work Motivation, Professionalism,
Teachers’ Teaching Performance
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
kemampuan mengelola pembelajaran terhadap motivasi kerja, profesionalisme
kinerja mengajar guru SMA di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Metode
penelitian yang digunakan metode diskriptif kuantitatif dengan analisis jalur.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada 13 SMA Negeri dan
Swasta dengan jumlah sampel 136 guru PNS. Dari hasil analisis disimpulkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan mengelola pembelajaran
terhadap motivasi kerja, motivasi kerja terhadap kinerja mengajar guru,
kemampuan
mengelola
pembelajaran
terhadap
profesionlisme
dan
profesionalisme terhadap kinerja mengajar guru.
Kata kunci: kemampuan mengelola pembelajaran, profesionlisme, kinerja
mengajar guru.
Latar Belakang
Hasil
belajar
siswa
sangat
dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran.
Pembelajaran yang berkualitas hanya dapat
diciptakan oleh guru yang berkualitas , guru
yang mempunyai kemampuan dalam
mengelola
pembelajaran,
mempunyai
motivasi kerja tinggi , profesionalisme dan
kinerja mengajar yang tinggi.
Menurut Sanjaya (2009) Pengelolaan
pembelajaran adalah sebuah kegiatan untuk
mengendalikan
aktifitas
pembelajaran
berdasarkan konsep dan prinsip pembelajaran
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengelolaan pembelajaran diawali dengan
penentuan strategi
dan perencanaan,
proses dan diakhiri dengan penilaian.
Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran di
kelas
meliputi
pengelolaan
waktu,
pengelolaan media dan pengelolaan kelas.
Salah satu hambatan yang sering
dialami guru dalam mengajar adalah masalah
pengelolaan waktu. Seringkali guru tidak
dapat mengendalikan waktu. Akibatnya bisa
terjadi bahan pelajaran sudah selesai,
namun waktu masih panjang sehingga
pembelajaran tidak efisien atau sebaliknya
waktu sudah habis sedangkan bahan belum
388
Handayani, Pengaruh Kemampuan Mengelola Pembelajaran …. 389
tuntas sehingga materi yang disampaikan
dangkal akhirnya tujuan pembelajaran sulit
tercapai . Sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Gunawan (dalam
Apridayanti 2012) bahwa penggunaan waktu
yang kurang disiplin (tidak efektif dan
efesien) pada kegiatan pembelajaran sejak
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir
tidak dilaksanakan sesuai rencana dalam
RPP dapat
mengakibatkan tujuan
pembelajaran tidak dapat dicapai. Faktor
lain yang mewarnai kurangnya mutu
pembelajaran adalah
rendahnya
rasa
tanggungungjawab guru dalam melaksanakan
tugas pembelajarannya yaitu prilaku guru
yang kurang efisien dalam menggunakan
waktu yang tersedia.
Hambatan lain yang sering terjadi
dalam pembelajaran adalah keengganan
guru
dalam
menggunakan
media
pembelajaran, hal ini sangat berpengaruh
terhadap proses belajar mengajar akan
mengakibatkan tujuan pembelajaran sulit
tercapai dan hasil belajarnya rendah.
Raharjo (dalam Apridayanti 2012) bahwa
dalam pelaksanaan pembelajaran guru
harus mengelola media pembelajaran dengan
baik, dengan kata lain ketepatan guru dalam
memilih dan
menggunakan
media
pembelajaran
akan
menentukan
keberhasilan pembelajaran. Karena media
pembelajaran merupakan alat bantu guru
dalam menyampaikan pesan pembelajaran,
sehingga hal-hal yang abstrak menjadi
konkrit selain itu media pembelajaran akan
menimbulkan keingintahuan siswa untuk
belajar, dan memunculkan ide baru untuk
memecahkan masalah.
Dalam pelaksanaan pembelajaran
guru juga harus mengelola kelas dengan baik
karena dengan yang dikemukakan Milan (
2007:107) bahwa tingkat keberhasilan
pembelajaran sangat dipengarhui oleh
kondisi yang terbangun selama pembelajaran.
K etrampilan
pengelolaan
kelas
merupakan ketrampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi
belajar optimal, dan ketrampilan untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal
apabila terdapat gangguan dalam proses
belajar baik yang bersifat gangguan kecil dan
sementara
maupun
gangguan
yang
berkelanjutan.
Kinerja mengajar guru sangat
menentukan keberhasilan peserta didik. Bila
kinerja mengajar guru rendah maka hasil
belajar siswa rendah. Kinerja mengajar guru
sangat menentukan keberhasilan peserta
didik. Bila kinerja mengajar guru rendah
maka hasil belajar siswa rendah. Di dalam
interaksi belajar mengajar guru memegang
kendali
utama
untuk
keberhasilan
tercapainya tujuan. Oleh sebab itu guru harus
memiliki ketrampilan mengajar, mengelola
tahapan
pembelajaran,
memanfaatkan
metode,
menggunakan
media
dan
mengalokasikan waktu.
Dalam proses belajar mengajar di
kelas, kualitas profesionalisme guru sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar, karena
guru yang profesional memiliki ciri-ciri
antara lain (1) Memiliki kemampuan sebagai
ahli dalam bidang mendidik dan mengajar,
(2) Memiliki rasa tanggung jawab, yaitu
mempunyai komitmen dan
keperdulian
terhadap tugasnya, (3) Memiliki rasa
kesejawatan dan menghayati
tugasnya
sebagai suatu karier hidup serta menjunjung
tinggi kode etik jabatan guru ( Sahertian,
2002 : 2). Seseorang akan bekerja secara
profesional apabila seseorang tersebut
mempunyai kemampuan (ability) dan
motivasi (motivation). Ini berarti seseorang
akan bekerja secara profesional bila
mempunyai kemampuan yang tinggi dan
kemauan dengan sungguh-sungguh untuk
mengerjakan tugasnya atau profesinya. Oleh
karena itu tingkat profesionalisme guru
dalam melaksanakan tugas sangat ditentukan
oleh
tingkat
kemampuannya
dalam
mengelola pembelajaran.
Dalam diri seorang guru yang
diharapkan adalah perlunya mempunyai
motivasi untuk mengaktualisasikan dirinya
sebagai pendidik yang dapat dijadikan
panutan bagi peserta didiknya. Jadi motivasi,
terutama motivasi untuk berprestasi dari guru
sangat diperlukan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan.
Berdasarkan latar belakang yang telah
disampaikan, maka peneliti akan melakukan
kajian
secara
mendalam
tentang
permasalahan yang difokuskan pada judul
“Pengaruh
kemampuan
mengelola
390 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 388-398
pembelajaran terhadap motivasi kerja,
profesionalisme dan kinerja mengajar guru
SMA di Kabupaten Hulu Sungai Selatan”
dengan rumusan masalah:
1. Apakah
Kemampuan
Mengelola
Pembelajaran
berpengaruh
secara
signifikan terhadap Motivasi Kerja Guru
SMA di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ?
2. Apakah Motivasi Kerja berpengaruh
secara signifikan terhadap Kinerja
Mengajar Guru SMA di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan ?
3. Apakah
Kemampuan
Mengelola
Pembelajaran
berpengaruh
secara
signifikan terhadap Profesionalisme Guru
SMA di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ?
4. Apakah Profesionalisme berpengaruh
secara signifikan terhadap Kinerja
Mengajar Guru SMA di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan ?
5. Apakah
Kemampuan
Mengelola
Pembelajaran
berpengaruh
secara
signifikan terhadap Kinerja Mengajar
Guru SMA di Kabupaten Hulu Sungai
Selatan ?
Studi Literatur
Menurut
Sanjaya
(2009)
Pengelolaan pembelajaran adalah sebuah
kegiatan untuk mengendalikan aktifitas
pembelajaran berdasarkan konsep dan prinsip
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pengelolaan pembelajaran
diawali dengan penentuan strategi dan
perencanaan, proses dan diakhiri dengan
penilaian.
Pelaksanaan
pengelolaan
pembelajaran di kelas meliputi pengelolaan
waktu, pengelolaan media dan pengelolaan
kelas. Menurut Ali M (2008:93) bahwa salah
satu hambatan sering dialami dalam mengajar
adalah soal waktu. Seringkali seorang
mengajar tidak dapat mengendalikan waktu
yang berakibat tujuan pembelajaran sulit
tercapai . Sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Gunawan (dalam
Apridayanti 2012) bahwa penggunaan waktu
yang kurang disiplin (tidak efektif dan
efesien) pada kegiatan pembelajaran sejak
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir
tidak dilaksanakan sesuai rencana dalam
RPP dapat
mengakibatkan tujuan
pembelajaran tidak dapat dicapai. Menurut
Apridayani (2012) bahwa pengelolaan waktu
yaitu pengalokasian dan penggunaan waktu
pada setiap tahap pelaksanaan pembelajaran
sesuai dengan perencanaan waktu pada
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
struktur program kurikulum yang meliputi
kegiatan
awal
atau
kegiatan
pendahuluan,kegiatan inti dan kegiatan
penutup atau kegiatan akhir.
Raharjo (dalam Apridayanti 2012)
bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran
guru harus mengelola media pembelajaran
dengan baik, dengan kata lain ketepatan guru
dalam memilih dan menggunakan media
pembelajaran
akan
menentukan
keberhasilan pembelajaran. Karena media
pembelajaran merupakan alat bantu guru
dalam menyampaikan pesan pembelajaran,
sehingga hal-hal yang abstrak menjadi
konkrit selain itu media pembelajaran akan
menimbulkan keingintahuan siswa untuk
belajar, dan memunculkan ide baru untuk
memecahkan masalah. Apabila seorang guru
seorang tidak tepat dalam memilih dan
menggunakan media pembelajaran maka ini
sangat berpengaruh terhadap proses belajar
mengajar akan mengakibatkan tujuan
pembelajaran sulit tercapai dan hasil
belajarnya rendah. Hal ini sesuai dengan
Gunawan ( dalam Apridayanti 2012) yang
menyatakan bahwa kemampuan guru
dalam memilih media pembelajaran
sangat penting, karena sebuah kegiatan
belajar akan lebih berkesan dan bermakna
bagi siswa serta dapat membantu tercapainya
tujuan pembelajaran. Selain itu pada
pelaksanaan pembelajaran guru harus
mengelola kelas dengan baik. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan Milan
(2007:109) bahwa tingkat keberhasilan
pembelajaran amat ditentukan dengan
kondisi
yang
terbangun
selama
pembelajaran. Menurut Apridayanti
(2012) bahwa pengelolaan media
pembelajaran meliputi, penggunaan
media pembelajaran secara efektif dan
efisien, menghasilkan pesan yang
menarikdan melibatkan siswa dalam
pemanfaatan media pembelajaran.
Seperti yang sudah diketahui bahwa
pengelolaan kelas sangat penting dilakukan
oleh guru dalam mengupayakan atau
Handayani, Pengaruh Kemampuan Mengelola Pembelajaran …. 391
menciptakan kondisi belajar mengajar yang
baik. Dengan kondisi belajar yang baik
diharapkan proses belajar mengajar akan
berlangsung dengan baik juga. Proses
pembelajaran
yang
baik
akan
meminimalkan kemungkinan terjadinya
kegagalan
serta
kesalahan
dalam
pembelajaran. K eterampilan d a l a m
pengelolaan kelas merupakan suatu
ketrampilan guru untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar optimal, dan
ketrampilan untuk mengembalikan kondisi
belajar yang optimal apabila terdapat
gangguan dalam proses belajar baik yang
bersifat gangguan kecil dan sementara
maupun gangguan yang berkelanjutan. Ini
diperkuat oleh Milan (2007:109) bahwa
tingkat keberhasilan pembelajaran amat
ditentukan kondisi yang terbangun selama
pembelajaran. Menurut Apridayanti (2012)
untuk menciptakan dan memelihara kondisi
belajar optimal maka selama proses
pembelajarankelas harus dirancang dan
dikelola dengan seksama agar mencapai
tujuan pembelajaran dengan memperhatikan
menumbuhkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran, memberikan pertanyaan sesuai
materi, mengambil tindakan sesuai dengan
yang ditimbulkan siswa dan mengambil
tindakan tegas terhadap gangguan yang
serius.
Motivasi merupakan proses psikis
yang mendorong orang untuk melakukan
sesuatu. Usman (2010:250) Motivasi sangat
penting bagi manajer untuk meningkatkan
kinerja ( performence ) bawahannya karena
kinerja tergantung dari motivasi, kemampuan
dan lingkungannya. Menurut Owen (1991)
ada dua jenis motivasi yaitu: motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
instrinsik adalah motivasi yang datang dari
dalam diri seseorang, misalnya pegawai
melakukan suatu kegiatan karena ingin
menguasai suatu ketrampilan tertentu yang
dipandang akan berguna dalam pekerjaannya.
Motivasi ekstinsik, adalah motivasi yang
berasal dari lingkungan di luar diri seseorang,
misalnya pegawai melakukan sesuatu
pekerjaan karena ingin mendapat pujian atau
mendapat hadiah dari pimpinannya.
Dalam
teorinya,
Herzberg
mengemukakan adanya sejumlah faktor yang
mempengaruhi gairah kerja manusia. Faktorfaktor tersebut dikelompokkan ke dalam dua
kelompok, sehingga teorinya disebut teori
dua faktor. ke dua teori faktor tersebut
adalah:
1. Faktor Pendorong (Motivation Factors)
Yang termasuk ke dalam faktor-faktor
pendorong antara lain :
a. Prestasi (achievement)
Prestasi ialah keberhasilan seseorang
dalam menyelesaikan tugas, dalam
mengatasi tantangan, keberhasilan
mengatasi masalah, dan sebaliknya
perasaan gagal, rasa tidak mampu
memecahkan masalah, tantangan dan
sebagainya.
b. Pengakuan (recognition)
Pengakuan
ialah
perilaku
atau
perbuatan yang ditunjukkan kepada
seseorang, sebagai perwujudan dari
pengakuan, perhatian atau penghargaan
dari orang lain atau masyarakat umum
dan sebagainya.
c. Peningkatan (advancement)
Peningkatan adalah kesempatan bagi
seseorang untuk meningkat, menduduki
pangkat atau jabatan-jabatan yang lebih
tinggi dalam organisasi, kesempatan
untuk memperoleh promosi, dan
sebagainya.
d. Tanggung jawab (responsibility)
Tanggung jawab ialah pemberian
wewenang kepada seseorang untuk
melaksanakan suatu tugas atau
memikul tanggung jawab, serta
diikutsertakan
usaha-usaha
perbaikan/pembaharuan kearah positif.
2. Faktor penyehat (hygiene factors)
Yang termasuk ke dalam faktor-faktor
penyehat antara lain :
a. Hubungan antar pribadi dengan rekan
sekerjanya (interpersonal relationpeers), ialah hubungan antar rekan
sekerja yang sederajat dalam rangka
melaksanakan
tugas
pekerjaan.
Hubungan ini bisa berupa kerjasama,
rasa
saling
menghargai,
saling
mempercayai, rasa satu keluarga dan
sebaliknya.
b. Hubungan antar pribadi – dengan
bawahan
(interpersonal
relationsubardinates), ialah hubungan dengan
392 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 388-398
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
bawahan dalam rangka melaksanakan
tugas dan pekerjaan. Dalam, hal ini
dianggap sebagai bawahan guru adalan
siswa-siswa, yang tercipta dalam
suasana yang harmonis penuh dengan
kekeluargaan selama proses belajar
mengajar di kelas.
Hubungan antar pribadi – dengan
atasan
(interpersonal
relationsuperiors), ialah hubungan antar guru
dengan kepala sekolah dalam kontek
kedinasan/pekerjaan.
Perwujudan
hubungan dalam hal ini bisa berupa
sikap yang akrab antara guru dengan
kepala sekolah, sikap terbuka antara
guru dengan kepala sekolah, guru
merasa dibantu oleh kepala sekolah dan
sebagainya.
Keamanan kerja (job security), ialah
jaminan yang menimbulkan rasa aman
dan tentram dalam bekerja, seperti
jaminan keamanan kerja, jaminan hari
tua, jaminan pemeliharaan kesehatan,
dan sebagainya.
Kehidupan pribadi ( personal life),
ialah perasaan yang timbul dalam
keluarga guru sebagai akibat dari
jabaan guru yang dimilikinya, perasaan
bangga, bahagia sebagai seorang guru,
dan sebagainya.
Kebijaksanaan dan adminitrasi (policy
and administration) ialah cara-cara
kebijakan yang digunakan dalam
organisasi untuk pengaturan kerja.
Kesempatan
untuk
bertumbuh
(possibility of
growth), ialah
kemungkinan dalam organisasi/sekolah
memberikan kesempatan seseorang
untuk meningkatkan atau memperbaiki
pengetahuan dan ketrampilan kerja,
misalnya meninkatkan kualifikasi
pendidikan, penataran dan sebagainya.
Gaji / penghasilan (salary), ialah segala
penghasilan yang diperoleh seseorang
yang berupa uang, termasuk disini gaji,
tunjangan, honor dan sebagainya.
Kondisi kerja (working conditions),
ialah kondisi-kondisi kerja yang
mencakup
keadaan-keadaan
lingkungan fisik kerja serta fasilitasfasilitas lain. Bagi guru dalam rangka
mengajar kondisi kerja ini bisa berupa
keadaan-keadaan peralatan mengajar,
ruang mengajar serta jumlah siswa
yang diajar.
Sahertian (1994) mengatakan bahwa
profesi pada hakekatnya adalah suatu
pernyataan atau suatu janji-janji terbuka (to
profess
artinya
menyatakan),
yang
menyatakan bahwa seorang itu mengabdikan
dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan
karena orang tersebut merasa terpanggil
untuk menjabat pekerjaan itu. Chandler
(dalam Sahertian, 1994) mengatakan bahwa
profesi mengajar adalah suatu jabatan yang
mempunyai kekhususan. Kekhususan itu
memerlukan kelengkapan mengajar dan
ketrampilan yang menggambarkan bahwa
seorang melakukan tugas mengajar, yaitu
membimbing siswa.
Secara lebih rinci dalam Permendiknas
(2007) bahwa kompetensi profesional guru
mencakup :
1. Menguasai materi, struktur,konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu
2. Menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu.
3. Mengembangkan materi pembelajaran
yang diampu secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mengembangkan diri.
Perihal
profesionalisme
guru
selanjutnya dalam pembahasan ini akan
disebut sebagai guru profesional. Menurut
Glikman(1981) dalam Iberahim (2001) dan
Darmasyah (2008) menegaskan bahwa
seseorang akan bekerja secara profesional
bilamana
orang
tersebut
memiliki
kemampuan
(ability)
dan
motivasi
(motivation). Ini berarti bahwa seseorang
akan bekerja secara profesional apabila
mempunyai kemampuan kerja yang tinggi
dan ksungguhan hati untuk mengerjakan
pekerjaan atau profesinya dengan sebaikbaiknya.
Berry dan Houston (1993), menyatakan
bahwa kinerja adalah kombinasi antara
Handayani, Pengaruh Kemampuan Mengelola Pembelajaran …. 393
kemampuan dan usaha. Kemampuan dan
usaha ini dilakukan untuk menghasilkan apa
yang dikerjakan. Kinerja dapat direfleksikan
sebagai tugas guru dalam mengajar yang
berkaitan
dengan
merencanakan,
melaksanakan
dan
menilai
proses
pembelajaran di kelas.
Pendapat Rusman (2008) bahwa
kinerja guru adalah wujud perilaku suatu
kegiatan guru dalam proses pembelajaran
yaitu bagaimana seorang guru merencanakan
pembelajaran,
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran dan menilai hasil belajar.
Suryadi dan Mulyana (Rohmah,
2008:66), mengemukakan unsur-unsur utama
yang
harus ada dalam perencanaan
pengajaran, yaitu:
1. Tujuan yang hendak dicapai, berupa
bentuk-bentuk tingkah laku apa yang
diinginkan untuk dimiliki siswa setelah
terjadinya proses belajar mengajar,
2. Bahan pelajaran atau isi pelajaran yang
dapat mengantarkan siswa mencapai
tujuan,
3. Metode dan teknik yang digunakan, yaitu
bagaimana proses belajar mengajar yang
akan diciptakan guru agar siswa mencapai
tujuan, dan
4. Penilaian, yakni bagaimana menciptakan
dan menggunakan alat untuk mengetahui
tujuan tercapai atau tidak.
Rohmah
(2008)
menjelaskan
pembelajaran atau proses belajar mengajar
adalah proses yang
diatur
dengan
tahapan-tahapan
tertentu,
agar
pelaksanaannya mencapai hasil yang
diharapkan. Majid (2005) menyatakan
tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Dijelaskan Majid (2005),
membuka pelajaran dimaksudkan untuk
memberikan
motivasi
kepada
siwa,
memusatkan perhatian, dan mengetahui apa
yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan
bahan yang akan dipelajari. Kegiatan
pendahuluan ini dapat dilakukan dengan
dua cara. Pertama, melaksanakan apersepsi
atau penilaian kemampuan awal. Kegiatan
ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan
awal yang dimiliki siswa.
Seorang guru perlu menghubungkan materi
pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan
materi yang akan dipelajari siswa dan tidak
mengesampingkan motivasi belajar terhadap
siswa. Kedua, menciptakan kondisi awal
pembelajaran melalui upaya (1) menciptakan
semangat dan kesiapan belajar melalui
bimbingan
guru
kepada siswa, (2)
menciptakan
suasana
pembelajaran
demokratis dalam belajar, melalui cara dan
teknik yang digunakan guru dalam
mendorong siswa untuk kreatif dalam belajar
dan mengembangkan keunggulan yang
dimilikinya. Memulai pelajaran menurut
Usman (Rohmah, 2008) dapat dilakukan
melalui empat kegiatan. Pertama, menarik
perhatian siswa. Berbagai cara dapat
dilakukan untuk menarik perhatian siswa
antara
lain
gaya
mengajar
guru,
penggunaan alat bantu pengajaran, dan pola
interaksi yang
bervariasi.
Kedua,
menimbulkan motivasi siswa. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menimbulkan rasa
ingin tahu, dan mengemukakan ide yang
bertentangan. Ketiga, memberikan acuan
melalui
berbagai
usaha
seperti
mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas,
menyarankan langkah-langkah yang akan
dilakukan, mengingatkan masalah pokok
yang akan dibahas, dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Keempat, membuat
kaitan atau hubungan diantara materimateri
yang akan dipelajari dengan
pengalaman dan pengetahuan yang telah
dikuasai oleh siswa. Menyampaikan materi
pelajaran menurut Majid (2005) adalah
kegiatan
utama
untuk
menanamkan,
mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berkaitan dengan bahan kajian
yang bersangkutan. Kegiatan inti setidaknya
mencakup (1)
penyampaian
tujuan
pembelajaran, (2) penyampaian materi/bahan
ajar dengan menggunakan pendekatan,
metode, sarana dan alat/media yang sesuai,
(3) pemberian bimbingan bagi pemahaman
siswa, dan (4) melakukan pemeriksaan/
pengecekan mengenai pemahaman siswa.
Usman (Rohmah, 2008) memberikan
beberapa
rambu-rambu
dalam
menyampaikan bahan pelajaran, yaitu (1)
bahan yang disampaikan benar, tidak ada
yang menyimpang, (2) penyampaian lancar
dan tidak tersendat-sendat, (3) penyampaian
394 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 388-398
sistematis, (3) bahasa jelas dan benar serta
mudah dimengerti oleh siswa, (5) memberi
contoh yang tepat. Selanjutnya Usman
menjelaskan agar dalam menyampaikan
pelajaran guru dapat menggunakan media
tepat sehingga membantu pemahan murid,
memberikan kesempatan pada siswa untuk
terlibat secara aktif, dan memberikan
pengetahuan. Senada dengan pendapat itu
Sudirman, dkk (1991) mengemukakan materi
pelajaran yang disajikan harus sesuai dengan
tuntutan agar tetap memenuhi kebutuhan
siswa, kematangan siswa, mengandung nilai
fungsional, praktis, serta disesuaikan dengan
lingkungan siswa. Penyampaian materi
pelajaran tidak bisa terlepas dari pengelolaan
kelas. Usman (Rohmah, 2008) pengelolaan
kelas merupakan upaya untuk menciptakan
dan memelihara kondisi
belajar yang
optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan penutup pembelajaran menurut
Majid (2005)
adalah kegiatan
yang
memberikan penegasan atau kesimpulan dan
penilain terhadap penguasaan bahan kajian
yang diberikan pada kegiatan inti.
Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan atau
bersama-sama dengan siswa. Kegiatan yang
harus dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan
tindak lanjut ini meliputi:
1. Melaksanakan penilaian akhir dan
mengkaji hasil penilaian
2. Melaksanakan kegiatan tindak lanjut
dengan alternatif kegiatan diantaranya:
memberikan tugas atau latihan-latihan,
menugaskan mempelajari materi pelajaran
tertentu, dan memberikan motivasi/
bimbingan belajar
3. Mengakhiri proses pembelajaran dengan
menjelaskan atau memberi tahu materi
pokok yang akan dibahas pada pelajaran
berikutnya.
Penilaian
merupakan usaha untuk
memperoleh informasi tentang perolehan
belajar siswa secara menyeluruh, baik
pengetahuan, ketrampilan maupun sikap.
Rohmah (2008) mendefinisikan penilaian
proses sebagai “penilaian terhadap proses
belajar yang sedang berlangsung, yang
dilakukan oleh guru dengan memberikan
umpan balik secara langsung kepada
seorang siswa atau kelompok siswa”
Metode Penelitian
Lokasi penelitian seluruh SMA
Negeri dan Swasta di Kabupaten Hulu
Sungai Selatan dengan populasi penelitian ini
adalah semua guru SMA Kabupaten Hulu
Sungai Selatan dan berstatus sebagai pegawai
negeri sipil tahun pelajaran 2015/2016
sebanyak 205 orang guru. Untuk menentukan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan rumus dari Taro Yamane atau
Slovin (Riduwan, 2004) sebagai berikut:
n
N
N .d 2  1
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = Jumlah populasi = 205 responden
d2 = Presisi (ditetapkan 5 % dengan tingkat
kepercayaan 95%)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh
jumlah sampel sebagai berikut :
n=
=
= 135,537 ~ 136
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan
kuesioner
berdasarkan
identifikasi
varaibel.
Data
diperoleh
berdasarkan hasil pengukuran terhadap 4 (
empat ) variabel yaitu kemampuan mengelola
pembelajaran (X), motivasi kerja (Z1),
profesionalisme guru ( Z2) dan kinerja
mengajar guru (Y). Data penelitian
dikumpulkan menggunakan kuesioner atau
angket yang disebarkan kepada responden
yang telah dipilih sebagai
sampel
penelitian. Kuesioner tersebut dikembangkan
oleh peneliti dalam bentuk lima skala
katagori model Likert (Sugiyono, 2013).
Kuesioner terdiri dari sejumlah butir
pertanyaan atau pernyataan yang dilengkapi
dengan
5
alternatif
respon/jawaban.
Pengukuran
dilakukan
dengan
cara
responden untuk memilih salah satu
respon/jawaban yang disediakan. Setiap
alternatif jawaban mendapat bobot skor
antara 1 sampai 5.
Handayani, Pengaruh Kemampuan Mengelola Pembelajaran …. 395
Teknik analisa data dalam penelitian
ini mengunakan analisis jalur yang terdiri
atas pengaruh langsung dan tidak langsung.
Untuk mendapatkan pengaruh langsung dan
tidak langsung menggunakan analisis regresi
dengan variabel intervening. Analisis
dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS of
Windows 15 . Variabel intervening
merupakan variabel antara atau mediating
yang berfungsi untuk memediasi hubungan
antara variabel dependen dengan varaibel
independen. Menurut Sugiyono(2010:302)
bahwa
dalam
analisis
jalur
untuk
menunjukkan kuatnya pengaruh variabel
independen terhadap dependen dengan
menggunakan koefisien jalur, bila koefisien
jalurnya rendah dan angkanya di bawah 0,05
maka pengaruh jalur tersebut rendah
sehingga dapat dihilangkan. Dalam penelitian
ini hubungan antar variabel ditunjukkan
pada gambar 1.
Pz1
Kemampuan
mengelola
pembelajaran
(X)
Motivasi
kerja(Z1)
Pyx
Pz2
Profesiona
lisme (Z2)
Pyz
Kinerja
guru (Y)
Pyz2
Gambar 1. Hubungan Antar Variabel
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Besarnya pengaruh antara variabel
bebas terhadap variabel terikatnya diuji
dengan menggunakan tes Anova dengan
bantuan SPSS 15 for Windows. Adapun
hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Hasil
Analisis
regresi
variabel
kemampuan mengelola pembelajaran
terhadap motivasi kerja didapatkan nilai
R2 = 0,512 dan nilai signifikansinya
adalah 0,000. Hasil ini menunjukkan
bahwa secara sangat signifikan variabel
kemampuan mengelola pembelajaran
memberikan pengaruh sebesar 51,2%
terhadap variabel motivasi kerja . Adapun
Koefisien Beta bernilai 0,715.Dalam
proses belajar mengajar, tugas guru di
dalam kelas adalah menciptakan kondisi
belajar yang optimal, ini sesuai dengan
yang dikemukan Milan (2007:109) bahwa
tingkat keberhasilan pembelajaran amat
ditentukan oleh kondisi yang terbangun
selama pembelajaran. Kondisi ini akan
tercapai
apabila
guru mempunyai
kemampuan mengelola waktu, mengelola
media dan mengelola kelas. Artinya jika
seorang
mempunyai
kemampuan
mengelola pembelajaran yang meliputi
pengelolaan waktu dalam pembelajaran,
pengelolaan media dan pengelolaan kelas
dengan baik maka akan meningkatkan
keberhasilan pembelajaran atau prestasi
belajar siswa yang tentunya akan
meningkatkan motivasi kerja. Ini sesuai
dengan teori motivasi Herberg bahwa
prestasi merupakan faktor pendorong yang
mempengaruhi motivasi kerja.
2. Hasil
Analisis
regresi
variabel
kemampuan mengelola pembelajaran
terhadap profesionalisme guru didapatkan
nilai R2 = 0,597 dan nilai signifikansinya
adalah 0,000. Hasil ini menunjukkan
bahwa secara sangat signifikan variabel
kemampuan mengelola pembelajaran
memberikan pengaruh sebesar 59,7%
terhadap variabel profesionalisme guru.
Adapun Koefisien Beta bernilai 0,772.
Hasil ini ternyata senada dengan pendapat
Glikman (1981) , Iberahim (2001:5)
dalam
Darmasyah
(2008)
yang
menegaskan bahwa seseorang akan
bekerja secara profesional bilamana orang
tersebut memiliki kemampuan (ability)
dan motivasi (motivation). Ini berarti
bahwa seseorang guru akan bekerja secara
profesional
apabila
mempunyai
kemampuan mengelola pembelajaran
yang tinggi dan kesungguhan hati untuk
mengerjakan pekerjaan atau profesinya
dengan sebaik-baiknya.
3. Hasil
Analisis
regresi
variabel
kemampuan mengelola pembelajaran
terhadap kinerja guru didapatkan nilai R2
= 0,777 dan nilai signifikansinya adalah
0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa
secara
sangat
signifikan
variabel
kemampuan mengelola pembelajaran
memberikan pengaruh sebesar 77,7%
terhadap variabel kinerja guru. Adapun
Koefisien Beta bernilai 0,881. Hal ini
396 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 388-398
senada dengan Teori Atribusi yang
pertama kali dikemukakan oleh Heider,
yang dikutip As’ad dalam Kabul
(2003:13) merumuskan Performance
sebagai berikut; “Performance = Ability x
Motivation ” berpijak pada teori ini
kinerja seseorang merupakan hasil
interaksi antara kemampuan dan motivasi.
Dari teori ini kinerja mengajar guru
dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
hal ini adalah kemampuan mengelola
pembelajaran.
4. Hasil analisis regresi variabel motivasi
kerja terhadap kinerja guru didapatkan
nilai R2 = 0,720 dan nilai signifikansinya
adalah 0,000. Hasil ini menunjukkan
bahwa secara sangat signifikan variabel
motivasi kerja memberikan pengaruh
sebesar 72,0% terhadap variabel kinerja
guru dan 28,0% dipengaruhi oleh faktor
lain. Adapun Koefisien Beta bernilai
0,848. Ini sesuai dengan pendapat Wiles
(1955), bahwa tinggi rendahnya motivasi
kerja
guru
sangat
mempengaruhi
performansinya atau kinerjanya artinya
semakin tinggi motivasi kerja maka
kinerja mengajar guru juga semakin
meningkat .Oleh karena itu jika seorang
guru dengan kemauan yang tinggi untuk
mengerjakan tugas-tugasnya atau motivasi
kerja yang tinggi maka akan lebih
mencapai prestasi kerja atau kinerja yang
lebih baik. Adanya pengaruh motivasi
terhadap kinerja ini sesuai dengan
penelitian terdahulu oleh Suparno ( 2007 )
dalam tesis yang berjudul “ Pengaruh
Motivasi Kerja Dan Kepemimpinan
Situasional Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru SMP Negeri 1 Pemalang di
Kecamatan
Pemalang
Kabupaten
Pemalang”. Di mana dalam penelitiannya
diperoleh hasil bahwa motivasi kerja (X1)
mempunyai pengaruh positif terhadap
kinerja guru (Y), dengan kontribusi yang
diberikan sebesar 74,8%. Pengaruh positif
tersebut menunjukkan bahwa semakin
baik motivasi kerja (X1), maka kinerja
guru (Y) juga semakin baik.
5. Hasil
Analisis
regresi
variabel
profesionalisme terhadap kinerja guru
didapatkan nilai R2 = 0,768 dan nilai
signifikansinya adalah 0,000. Hasil ini
menunjukkan bahwa secara sangat
signifikan variabel profesionalisme guru
memberikan pengaruh sebesar 76,8%
terhadap variabel kinerja mengajar guru.
Adapun Koefisien Beta bernilai 0,876. Hal
sesuai dengan penelitian terdahulu oleh
Darmansyah (2008) dalam tesisnya yang
berjudul “Kontribusi Profesionalisme Guru
dan Kepemimpnan Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru SMP Negeri Di Kabupaten
Brebes” yang memberikan hasil penelitian
bahwa ada kontribusi yang signifikan antara
keprofesionalime guru terhadap kinerja guru
SMP Negeri di Kabupaten Brebes ( p= 0,000)
dan koefisien determinan parsial 17,6 % yang
berarti
bahwa
tinggi
rendahnya
profesionalisme guru memberi kontribusi
terhadap tinggi rendahnya kinerja guru SMP
Negeri di Kabupaten Brebes. Analisis regresi
secara
simultan
antara
variabel
kemampuan mengelola pembelajaran,
motivasi kerja, dan profesionalisme guru
terhadap kinerja guru didapatkan nilai R2
= 0,882 dan nilai signifikansinya adalah
0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa
secara
sangat
signifikan
variabel
kemampuan mengelola pembelajaran,
motivasi kerja, dan profesionalisme guru
secara
bersama-sama
memberikan
pengaruh sebesar 88,2% terhadap variabel
kinerja guru. Pada Uji t nilai Koefisien
Beta didapatkan secara parsial variabel
kemampuan mengelola pembelajaran
sebesar 0,504 dan signifikansinya bernilai
0,000. Koefisien Beta variabel Motivasi
Guru sebesar 0,259 dan signifikansinya
bernilai 0,001. Koefisien Beta variabel
profesionalisme Guru sebesar 0,248 dan
signifikansinya bernilai 0,004.
Seluruh koefisien beta memiliki nilai
positif dan dengan nilai signifikansi masingmasing lebih rendah dari 0,05. Hal ini
menandakan variabel kemampuan mengelola
pembelajaran,
motivasi
kerja,
dan
profesionalisme pada derajat keyakinan 95%
dan 99%, secara parsial memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap variabel
kinerja guru SMA di Hulu Sungai Selatan.
Adapun dari hasil dari seluruh perhitungan di
atas bila dibuat dalam diagram jalur lengkap
dengan
koefisien
regresinya
dapat
ditunjukkan pada Gambar 2.
Handayani, Pengaruh Kemampuan Mengelola Pembelajaran …. 397
Pz1x=0,715
Motivasi
kerja(Z1)
P y z2=0,248
2
Kemampuan
mengelola
pembelajaran (X)
P z2x=0,772
Px1y=0,504
Kinerja
guru (Y)
Profesionalisme Py z =0,259
1
(Z2)
Gambar 2. Diagram Jalur antar Variabel
Dari gambar 2 ditunjukkan bahwa
besarnya pengaruh langsung antara variabel
Kemampuan
Mengelola
Pembelajaran
terhadap Kinerja Guru sebesar 0,504. Besar
pengaruh tidak langsung antara variabel
Kemampuan Mengelola Pembelaran terhadap
Kinerja Guru melalui variabel motivasi kerja
sebesar sebesar 0,715 x 0,259 = 0,185 dan
Besar pengaruh tidak langsung antara
variabel Kemampuan Mengelola Pembelaran
terhadap Kinerja Guru melalui variabel
Profesionalisme Guru sebesar sebesar 0,772
x 0,248 = 0,192.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan
diperoleh
data
empirik
mengenai
kemampuan
mengelola
pembelajaran,
motivasi
kerja,
profesionalisme dan kinerja mengajar guru
SMA di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kemampuan mengelola pembelajaran
memberikan pengaruh secara signifikan
sebesar 51,2% terhadap variabel motivasi
kerja.
2. Motivasi kerja memberikan pengaruh
secara sangat signifikan sebesar 72,0%
terhadap variabel kinerja guru.
3. Kemampuan mengelola pembelajaran
memberikan pengaruh secara sangat
signifikan sebesar 59,7% terhadap
variabel profesionalisme guru.
4. Profesionalisme
berpengaruh
secara
sangat signifikan terhadap kinerja
mengajar guru sebesar 76,8 %
5. Kemampuan mengelola pembelajaran
secara langsung berpengaruh secara
sangat signifikan terhadap kinerja
mengajar guru sebesar 77,7% terhadap
variabel kinerja guru. Secara simultan
antara variabel kemampuan mengelola
pembelajaran, motivasi kerja, dan
profesionalisme guru terhadap kinerja
guru sebesar 88,2% terhadap variabel
kinerja guru. Adapun Besar pengaruh
tidak
langsung
antara
variabel
Kemampuan Mengelola Pembelajaran
terhadap Kinerja Guru melalui variabel
motivasi kerja sebesar sebesar 0,715 x
0,259 = 0,185 dan besar pengaruh tidak
langsung antara variabel Kemampuan
Mengelola Pembelaran terhadap Kinerja
Guru melalui variabel Profesionalisme
Guru sebesar 0,772 x 0,248 = 0,192.
Daftar Pustaka
Ali. M ( 2008 ) Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar, Sinar Baru Algensindo
Bandung
Apridayanti (2012) Analisis Kemampuan
Pembelajaran Oleh Guru Yang
Tersertifikasi dengan Guru Yang
Belum
Tersertifikasi
pada
pembelajaran IPA di kelas V SD ,
Jurnal Penelitian Pendidikan Volume
13.
Berry. L.M and Houston,J.P (1993).
Psychology at Work, : Wm.C.Brown
Communication Inc: Oxford England
Darmansyah ( 2008 ) , Kontribusi
Profesionalisme dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah Terhadap Kinerja
Guru SMP Negeri Kabupaten
Brebes,Tesis, Program Studi Magister
Pendidikan,
Universitas
Negeri
Malang.
Kabul (2013) Faktor- faktor yang
mempengaruhi Kinerja SLPT di Kota
Banjarmasin , Tesis ,Program Pasca
Sarjana : Yogyakarta.
Majid, Abdul (2005).
Perencanaan
Pembelajaran: Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Milan,R ( 2007 ) Pengelolaan Kelas Model
Pakem , Dirjen PMPTK, Jakarta
Owen Robert.G ( 1991 ) Organization
Behavior In Education ,Ergleword
.Clifft, ,Prctice Hall.Inc, New Jersey.
Sahertian (1994) Profil Pendidik Profesional.
Yogyakarta: Andi Offset
398 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 388-398
Sahertian (2002) Konsep Dasar Supervisi
Pendidikan
Dalam
Rangka
Pengembangan SDM, Rineka ,
Jakarta.
Sanjaya, W (2009) Kurikulum dan
Pembelajaran ,Kencana Prenada
Media Grup, Jakarta
Sudirman ( 1991 ), Interaksi dan Motifasi
Belajar Mengajar, Rajawali, Jakarta
Sugiyono ( 2013 ) Metode Penelitian
Manajemen .Bandung: Alfabeta
Sugiyono (2010 ) Statistika Untuk Penelitian,
Bandung : Alfabeta
Suparno ( 2007 ) Pengaruh Motivasi Kerja
Dan
Kepemimpinan
Situasional
Kepala Sekolah Terhadap Kinerja
Guru SMP Negeri 1 Pemalang di
Kecamatan Pemalang Kabupaten
Pemalang” tesis Pemalang
Rohmah, Ifa F. ( 2008). Kontribusi
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim
Kerja Terhadap Kinerja Guru ( Studi
Kasus pada SD Swasta di Kabupaten
Purwakarta)”. Sekolah Pascasarjana
UPI: Tesis tidak diterbitkan.
Riduwan ( 2010) Metode dan Teknik
Penyusunan Tesis, CV. Alfabeta :
Bandung.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia,
2011.
Manajemen
Pendidikan,
Alfabeta, Bandung
Usman Husaini (2010) Manajemen Teori,
Praktik dan Riset Pendidikan, PT
Bumi Aksara , Jakarta Timur
Willes Kombel .( 1980 ) Supervition For
Better School ,Alih Bahasa Oleh
Tahalele F.J. Malang IKIP Malang
Download