PENGARUH KEMAMPUAN MENGELOLA PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI KERJA, PROFESIONALISME DAN KINERJA GURU SMA DI HULU SUNGAI SELATAN Herniyati Handayani SMA Negeri 1 Simpur Jl. Gerilya Gunung Kasiangan Kecamatan Simpur Kab. Hulu Sungai Selatan e-mail: [email protected] Abstract : This study aims to know how big the effects of learning management skill towards work motivation, professionalism, and teaching performance of Senior High School teachers in Hulu Sungai Selatan regency. This study uses quantitative descriptive method with path analysis. This study is conducted in Hulu Sungai Selatan Regency on thirteen State and Private Senior High Schools with 136 teachers as the sample. From the analysis result, it can be concluded that there are significant effects between the learning management skill toward work motivation, work motivation toward teachers’ teaching performance, the learning management skill toward professionalism, and professionalism toward teachers’ teaching performance. Keywords: Learning Management Skill, Work Motivation, Professionalism, Teachers’ Teaching Performance Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemampuan mengelola pembelajaran terhadap motivasi kerja, profesionalisme kinerja mengajar guru SMA di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Metode penelitian yang digunakan metode diskriptif kuantitatif dengan analisis jalur. Penelitian dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada 13 SMA Negeri dan Swasta dengan jumlah sampel 136 guru PNS. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan mengelola pembelajaran terhadap motivasi kerja, motivasi kerja terhadap kinerja mengajar guru, kemampuan mengelola pembelajaran terhadap profesionlisme dan profesionalisme terhadap kinerja mengajar guru. Kata kunci: kemampuan mengelola pembelajaran, profesionlisme, kinerja mengajar guru. Latar Belakang Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran. Pembelajaran yang berkualitas hanya dapat diciptakan oleh guru yang berkualitas , guru yang mempunyai kemampuan dalam mengelola pembelajaran, mempunyai motivasi kerja tinggi , profesionalisme dan kinerja mengajar yang tinggi. Menurut Sanjaya (2009) Pengelolaan pembelajaran adalah sebuah kegiatan untuk mengendalikan aktifitas pembelajaran berdasarkan konsep dan prinsip pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengelolaan pembelajaran diawali dengan penentuan strategi dan perencanaan, proses dan diakhiri dengan penilaian. Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran di kelas meliputi pengelolaan waktu, pengelolaan media dan pengelolaan kelas. Salah satu hambatan yang sering dialami guru dalam mengajar adalah masalah pengelolaan waktu. Seringkali guru tidak dapat mengendalikan waktu. Akibatnya bisa terjadi bahan pelajaran sudah selesai, namun waktu masih panjang sehingga pembelajaran tidak efisien atau sebaliknya waktu sudah habis sedangkan bahan belum 388 Handayani, Pengaruh Kemampuan Mengelola Pembelajaran …. 389 tuntas sehingga materi yang disampaikan dangkal akhirnya tujuan pembelajaran sulit tercapai . Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (dalam Apridayanti 2012) bahwa penggunaan waktu yang kurang disiplin (tidak efektif dan efesien) pada kegiatan pembelajaran sejak kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir tidak dilaksanakan sesuai rencana dalam RPP dapat mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai. Faktor lain yang mewarnai kurangnya mutu pembelajaran adalah rendahnya rasa tanggungungjawab guru dalam melaksanakan tugas pembelajarannya yaitu prilaku guru yang kurang efisien dalam menggunakan waktu yang tersedia. Hambatan lain yang sering terjadi dalam pembelajaran adalah keengganan guru dalam menggunakan media pembelajaran, hal ini sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar akan mengakibatkan tujuan pembelajaran sulit tercapai dan hasil belajarnya rendah. Raharjo (dalam Apridayanti 2012) bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mengelola media pembelajaran dengan baik, dengan kata lain ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran akan menentukan keberhasilan pembelajaran. Karena media pembelajaran merupakan alat bantu guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran, sehingga hal-hal yang abstrak menjadi konkrit selain itu media pembelajaran akan menimbulkan keingintahuan siswa untuk belajar, dan memunculkan ide baru untuk memecahkan masalah. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru juga harus mengelola kelas dengan baik karena dengan yang dikemukakan Milan ( 2007:107) bahwa tingkat keberhasilan pembelajaran sangat dipengarhui oleh kondisi yang terbangun selama pembelajaran. K etrampilan pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar optimal, dan ketrampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal apabila terdapat gangguan dalam proses belajar baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara maupun gangguan yang berkelanjutan. Kinerja mengajar guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik. Bila kinerja mengajar guru rendah maka hasil belajar siswa rendah. Kinerja mengajar guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik. Bila kinerja mengajar guru rendah maka hasil belajar siswa rendah. Di dalam interaksi belajar mengajar guru memegang kendali utama untuk keberhasilan tercapainya tujuan. Oleh sebab itu guru harus memiliki ketrampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan metode, menggunakan media dan mengalokasikan waktu. Dalam proses belajar mengajar di kelas, kualitas profesionalisme guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, karena guru yang profesional memiliki ciri-ciri antara lain (1) Memiliki kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik dan mengajar, (2) Memiliki rasa tanggung jawab, yaitu mempunyai komitmen dan keperdulian terhadap tugasnya, (3) Memiliki rasa kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatu karier hidup serta menjunjung tinggi kode etik jabatan guru ( Sahertian, 2002 : 2). Seseorang akan bekerja secara profesional apabila seseorang tersebut mempunyai kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Ini berarti seseorang akan bekerja secara profesional bila mempunyai kemampuan yang tinggi dan kemauan dengan sungguh-sungguh untuk mengerjakan tugasnya atau profesinya. Oleh karena itu tingkat profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas sangat ditentukan oleh tingkat kemampuannya dalam mengelola pembelajaran. Dalam diri seorang guru yang diharapkan adalah perlunya mempunyai motivasi untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai pendidik yang dapat dijadikan panutan bagi peserta didiknya. Jadi motivasi, terutama motivasi untuk berprestasi dari guru sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka peneliti akan melakukan kajian secara mendalam tentang permasalahan yang difokuskan pada judul “Pengaruh kemampuan mengelola 390 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 388-398 pembelajaran terhadap motivasi kerja, profesionalisme dan kinerja mengajar guru SMA di Kabupaten Hulu Sungai Selatan” dengan rumusan masalah: 1. Apakah Kemampuan Mengelola Pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap Motivasi Kerja Guru SMA di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ? 2. Apakah Motivasi Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ? 3. Apakah Kemampuan Mengelola Pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap Profesionalisme Guru SMA di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ? 4. Apakah Profesionalisme berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ? 5. Apakah Kemampuan Mengelola Pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ? Studi Literatur Menurut Sanjaya (2009) Pengelolaan pembelajaran adalah sebuah kegiatan untuk mengendalikan aktifitas pembelajaran berdasarkan konsep dan prinsip pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengelolaan pembelajaran diawali dengan penentuan strategi dan perencanaan, proses dan diakhiri dengan penilaian. Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran di kelas meliputi pengelolaan waktu, pengelolaan media dan pengelolaan kelas. Menurut Ali M (2008:93) bahwa salah satu hambatan sering dialami dalam mengajar adalah soal waktu. Seringkali seorang mengajar tidak dapat mengendalikan waktu yang berakibat tujuan pembelajaran sulit tercapai . Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (dalam Apridayanti 2012) bahwa penggunaan waktu yang kurang disiplin (tidak efektif dan efesien) pada kegiatan pembelajaran sejak kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir tidak dilaksanakan sesuai rencana dalam RPP dapat mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai. Menurut Apridayani (2012) bahwa pengelolaan waktu yaitu pengalokasian dan penggunaan waktu pada setiap tahap pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan perencanaan waktu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan struktur program kurikulum yang meliputi kegiatan awal atau kegiatan pendahuluan,kegiatan inti dan kegiatan penutup atau kegiatan akhir. Raharjo (dalam Apridayanti 2012) bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mengelola media pembelajaran dengan baik, dengan kata lain ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran akan menentukan keberhasilan pembelajaran. Karena media pembelajaran merupakan alat bantu guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran, sehingga hal-hal yang abstrak menjadi konkrit selain itu media pembelajaran akan menimbulkan keingintahuan siswa untuk belajar, dan memunculkan ide baru untuk memecahkan masalah. Apabila seorang guru seorang tidak tepat dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran maka ini sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar akan mengakibatkan tujuan pembelajaran sulit tercapai dan hasil belajarnya rendah. Hal ini sesuai dengan Gunawan ( dalam Apridayanti 2012) yang menyatakan bahwa kemampuan guru dalam memilih media pembelajaran sangat penting, karena sebuah kegiatan belajar akan lebih berkesan dan bermakna bagi siswa serta dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu pada pelaksanaan pembelajaran guru harus mengelola kelas dengan baik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Milan (2007:109) bahwa tingkat keberhasilan pembelajaran amat ditentukan dengan kondisi yang terbangun selama pembelajaran. Menurut Apridayanti (2012) bahwa pengelolaan media pembelajaran meliputi, penggunaan media pembelajaran secara efektif dan efisien, menghasilkan pesan yang menarikdan melibatkan siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran. Seperti yang sudah diketahui bahwa pengelolaan kelas sangat penting dilakukan oleh guru dalam mengupayakan atau Handayani, Pengaruh Kemampuan Mengelola Pembelajaran …. 391 menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik. Dengan kondisi belajar yang baik diharapkan proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik juga. Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan serta kesalahan dalam pembelajaran. K eterampilan d a l a m pengelolaan kelas merupakan suatu ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar optimal, dan ketrampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal apabila terdapat gangguan dalam proses belajar baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara maupun gangguan yang berkelanjutan. Ini diperkuat oleh Milan (2007:109) bahwa tingkat keberhasilan pembelajaran amat ditentukan kondisi yang terbangun selama pembelajaran. Menurut Apridayanti (2012) untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar optimal maka selama proses pembelajarankelas harus dirancang dan dikelola dengan seksama agar mencapai tujuan pembelajaran dengan memperhatikan menumbuhkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, memberikan pertanyaan sesuai materi, mengambil tindakan sesuai dengan yang ditimbulkan siswa dan mengambil tindakan tegas terhadap gangguan yang serius. Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Usman (2010:250) Motivasi sangat penting bagi manajer untuk meningkatkan kinerja ( performence ) bawahannya karena kinerja tergantung dari motivasi, kemampuan dan lingkungannya. Menurut Owen (1991) ada dua jenis motivasi yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang datang dari dalam diri seseorang, misalnya pegawai melakukan suatu kegiatan karena ingin menguasai suatu ketrampilan tertentu yang dipandang akan berguna dalam pekerjaannya. Motivasi ekstinsik, adalah motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri seseorang, misalnya pegawai melakukan sesuatu pekerjaan karena ingin mendapat pujian atau mendapat hadiah dari pimpinannya. Dalam teorinya, Herzberg mengemukakan adanya sejumlah faktor yang mempengaruhi gairah kerja manusia. Faktorfaktor tersebut dikelompokkan ke dalam dua kelompok, sehingga teorinya disebut teori dua faktor. ke dua teori faktor tersebut adalah: 1. Faktor Pendorong (Motivation Factors) Yang termasuk ke dalam faktor-faktor pendorong antara lain : a. Prestasi (achievement) Prestasi ialah keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas, dalam mengatasi tantangan, keberhasilan mengatasi masalah, dan sebaliknya perasaan gagal, rasa tidak mampu memecahkan masalah, tantangan dan sebagainya. b. Pengakuan (recognition) Pengakuan ialah perilaku atau perbuatan yang ditunjukkan kepada seseorang, sebagai perwujudan dari pengakuan, perhatian atau penghargaan dari orang lain atau masyarakat umum dan sebagainya. c. Peningkatan (advancement) Peningkatan adalah kesempatan bagi seseorang untuk meningkat, menduduki pangkat atau jabatan-jabatan yang lebih tinggi dalam organisasi, kesempatan untuk memperoleh promosi, dan sebagainya. d. Tanggung jawab (responsibility) Tanggung jawab ialah pemberian wewenang kepada seseorang untuk melaksanakan suatu tugas atau memikul tanggung jawab, serta diikutsertakan usaha-usaha perbaikan/pembaharuan kearah positif. 2. Faktor penyehat (hygiene factors) Yang termasuk ke dalam faktor-faktor penyehat antara lain : a. Hubungan antar pribadi dengan rekan sekerjanya (interpersonal relationpeers), ialah hubungan antar rekan sekerja yang sederajat dalam rangka melaksanakan tugas pekerjaan. Hubungan ini bisa berupa kerjasama, rasa saling menghargai, saling mempercayai, rasa satu keluarga dan sebaliknya. b. Hubungan antar pribadi – dengan bawahan (interpersonal relationsubardinates), ialah hubungan dengan 392 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 388-398 c. d. e. f. g. h. i. bawahan dalam rangka melaksanakan tugas dan pekerjaan. Dalam, hal ini dianggap sebagai bawahan guru adalan siswa-siswa, yang tercipta dalam suasana yang harmonis penuh dengan kekeluargaan selama proses belajar mengajar di kelas. Hubungan antar pribadi – dengan atasan (interpersonal relationsuperiors), ialah hubungan antar guru dengan kepala sekolah dalam kontek kedinasan/pekerjaan. Perwujudan hubungan dalam hal ini bisa berupa sikap yang akrab antara guru dengan kepala sekolah, sikap terbuka antara guru dengan kepala sekolah, guru merasa dibantu oleh kepala sekolah dan sebagainya. Keamanan kerja (job security), ialah jaminan yang menimbulkan rasa aman dan tentram dalam bekerja, seperti jaminan keamanan kerja, jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan, dan sebagainya. Kehidupan pribadi ( personal life), ialah perasaan yang timbul dalam keluarga guru sebagai akibat dari jabaan guru yang dimilikinya, perasaan bangga, bahagia sebagai seorang guru, dan sebagainya. Kebijaksanaan dan adminitrasi (policy and administration) ialah cara-cara kebijakan yang digunakan dalam organisasi untuk pengaturan kerja. Kesempatan untuk bertumbuh (possibility of growth), ialah kemungkinan dalam organisasi/sekolah memberikan kesempatan seseorang untuk meningkatkan atau memperbaiki pengetahuan dan ketrampilan kerja, misalnya meninkatkan kualifikasi pendidikan, penataran dan sebagainya. Gaji / penghasilan (salary), ialah segala penghasilan yang diperoleh seseorang yang berupa uang, termasuk disini gaji, tunjangan, honor dan sebagainya. Kondisi kerja (working conditions), ialah kondisi-kondisi kerja yang mencakup keadaan-keadaan lingkungan fisik kerja serta fasilitasfasilitas lain. Bagi guru dalam rangka mengajar kondisi kerja ini bisa berupa keadaan-keadaan peralatan mengajar, ruang mengajar serta jumlah siswa yang diajar. Sahertian (1994) mengatakan bahwa profesi pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji-janji terbuka (to profess artinya menyatakan), yang menyatakan bahwa seorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Chandler (dalam Sahertian, 1994) mengatakan bahwa profesi mengajar adalah suatu jabatan yang mempunyai kekhususan. Kekhususan itu memerlukan kelengkapan mengajar dan ketrampilan yang menggambarkan bahwa seorang melakukan tugas mengajar, yaitu membimbing siswa. Secara lebih rinci dalam Permendiknas (2007) bahwa kompetensi profesional guru mencakup : 1. Menguasai materi, struktur,konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Perihal profesionalisme guru selanjutnya dalam pembahasan ini akan disebut sebagai guru profesional. Menurut Glikman(1981) dalam Iberahim (2001) dan Darmasyah (2008) menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Ini berarti bahwa seseorang akan bekerja secara profesional apabila mempunyai kemampuan kerja yang tinggi dan ksungguhan hati untuk mengerjakan pekerjaan atau profesinya dengan sebaikbaiknya. Berry dan Houston (1993), menyatakan bahwa kinerja adalah kombinasi antara Handayani, Pengaruh Kemampuan Mengelola Pembelajaran …. 393 kemampuan dan usaha. Kemampuan dan usaha ini dilakukan untuk menghasilkan apa yang dikerjakan. Kinerja dapat direfleksikan sebagai tugas guru dalam mengajar yang berkaitan dengan merencanakan, melaksanakan dan menilai proses pembelajaran di kelas. Pendapat Rusman (2008) bahwa kinerja guru adalah wujud perilaku suatu kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar. Suryadi dan Mulyana (Rohmah, 2008:66), mengemukakan unsur-unsur utama yang harus ada dalam perencanaan pengajaran, yaitu: 1. Tujuan yang hendak dicapai, berupa bentuk-bentuk tingkah laku apa yang diinginkan untuk dimiliki siswa setelah terjadinya proses belajar mengajar, 2. Bahan pelajaran atau isi pelajaran yang dapat mengantarkan siswa mencapai tujuan, 3. Metode dan teknik yang digunakan, yaitu bagaimana proses belajar mengajar yang akan diciptakan guru agar siswa mencapai tujuan, dan 4. Penilaian, yakni bagaimana menciptakan dan menggunakan alat untuk mengetahui tujuan tercapai atau tidak. Rohmah (2008) menjelaskan pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan tahapan-tahapan tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan. Majid (2005) menyatakan tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dijelaskan Majid (2005), membuka pelajaran dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siwa, memusatkan perhatian, dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari. Kegiatan pendahuluan ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan awal. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal yang dimiliki siswa. Seorang guru perlu menghubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari siswa dan tidak mengesampingkan motivasi belajar terhadap siswa. Kedua, menciptakan kondisi awal pembelajaran melalui upaya (1) menciptakan semangat dan kesiapan belajar melalui bimbingan guru kepada siswa, (2) menciptakan suasana pembelajaran demokratis dalam belajar, melalui cara dan teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa untuk kreatif dalam belajar dan mengembangkan keunggulan yang dimilikinya. Memulai pelajaran menurut Usman (Rohmah, 2008) dapat dilakukan melalui empat kegiatan. Pertama, menarik perhatian siswa. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menarik perhatian siswa antara lain gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu pengajaran, dan pola interaksi yang bervariasi. Kedua, menimbulkan motivasi siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu, dan mengemukakan ide yang bertentangan. Ketiga, memberikan acuan melalui berbagai usaha seperti mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Keempat, membuat kaitan atau hubungan diantara materimateri yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Menyampaikan materi pelajaran menurut Majid (2005) adalah kegiatan utama untuk menanamkan, mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan berkaitan dengan bahan kajian yang bersangkutan. Kegiatan inti setidaknya mencakup (1) penyampaian tujuan pembelajaran, (2) penyampaian materi/bahan ajar dengan menggunakan pendekatan, metode, sarana dan alat/media yang sesuai, (3) pemberian bimbingan bagi pemahaman siswa, dan (4) melakukan pemeriksaan/ pengecekan mengenai pemahaman siswa. Usman (Rohmah, 2008) memberikan beberapa rambu-rambu dalam menyampaikan bahan pelajaran, yaitu (1) bahan yang disampaikan benar, tidak ada yang menyimpang, (2) penyampaian lancar dan tidak tersendat-sendat, (3) penyampaian 394 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 388-398 sistematis, (3) bahasa jelas dan benar serta mudah dimengerti oleh siswa, (5) memberi contoh yang tepat. Selanjutnya Usman menjelaskan agar dalam menyampaikan pelajaran guru dapat menggunakan media tepat sehingga membantu pemahan murid, memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat secara aktif, dan memberikan pengetahuan. Senada dengan pendapat itu Sudirman, dkk (1991) mengemukakan materi pelajaran yang disajikan harus sesuai dengan tuntutan agar tetap memenuhi kebutuhan siswa, kematangan siswa, mengandung nilai fungsional, praktis, serta disesuaikan dengan lingkungan siswa. Penyampaian materi pelajaran tidak bisa terlepas dari pengelolaan kelas. Usman (Rohmah, 2008) pengelolaan kelas merupakan upaya untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan penutup pembelajaran menurut Majid (2005) adalah kegiatan yang memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilain terhadap penguasaan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan atau bersama-sama dengan siswa. Kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut ini meliputi: 1. Melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji hasil penilaian 2. Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternatif kegiatan diantaranya: memberikan tugas atau latihan-latihan, menugaskan mempelajari materi pelajaran tertentu, dan memberikan motivasi/ bimbingan belajar 3. Mengakhiri proses pembelajaran dengan menjelaskan atau memberi tahu materi pokok yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. Penilaian merupakan usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan belajar siswa secara menyeluruh, baik pengetahuan, ketrampilan maupun sikap. Rohmah (2008) mendefinisikan penilaian proses sebagai “penilaian terhadap proses belajar yang sedang berlangsung, yang dilakukan oleh guru dengan memberikan umpan balik secara langsung kepada seorang siswa atau kelompok siswa” Metode Penelitian Lokasi penelitian seluruh SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan populasi penelitian ini adalah semua guru SMA Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan berstatus sebagai pegawai negeri sipil tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 205 orang guru. Untuk menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin (Riduwan, 2004) sebagai berikut: n N N .d 2 1 Keterangan : n = jumlah sampel N = Jumlah populasi = 205 responden d2 = Presisi (ditetapkan 5 % dengan tingkat kepercayaan 95%) Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut : n= = = 135,537 ~ 136 Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner berdasarkan identifikasi varaibel. Data diperoleh berdasarkan hasil pengukuran terhadap 4 ( empat ) variabel yaitu kemampuan mengelola pembelajaran (X), motivasi kerja (Z1), profesionalisme guru ( Z2) dan kinerja mengajar guru (Y). Data penelitian dikumpulkan menggunakan kuesioner atau angket yang disebarkan kepada responden yang telah dipilih sebagai sampel penelitian. Kuesioner tersebut dikembangkan oleh peneliti dalam bentuk lima skala katagori model Likert (Sugiyono, 2013). Kuesioner terdiri dari sejumlah butir pertanyaan atau pernyataan yang dilengkapi dengan 5 alternatif respon/jawaban. Pengukuran dilakukan dengan cara responden untuk memilih salah satu respon/jawaban yang disediakan. Setiap alternatif jawaban mendapat bobot skor antara 1 sampai 5. Handayani, Pengaruh Kemampuan Mengelola Pembelajaran …. 395 Teknik analisa data dalam penelitian ini mengunakan analisis jalur yang terdiri atas pengaruh langsung dan tidak langsung. Untuk mendapatkan pengaruh langsung dan tidak langsung menggunakan analisis regresi dengan variabel intervening. Analisis dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS of Windows 15 . Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating yang berfungsi untuk memediasi hubungan antara variabel dependen dengan varaibel independen. Menurut Sugiyono(2010:302) bahwa dalam analisis jalur untuk menunjukkan kuatnya pengaruh variabel independen terhadap dependen dengan menggunakan koefisien jalur, bila koefisien jalurnya rendah dan angkanya di bawah 0,05 maka pengaruh jalur tersebut rendah sehingga dapat dihilangkan. Dalam penelitian ini hubungan antar variabel ditunjukkan pada gambar 1. Pz1 Kemampuan mengelola pembelajaran (X) Motivasi kerja(Z1) Pyx Pz2 Profesiona lisme (Z2) Pyz Kinerja guru (Y) Pyz2 Gambar 1. Hubungan Antar Variabel Hasil Penelitian Dan Pembahasan Besarnya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya diuji dengan menggunakan tes Anova dengan bantuan SPSS 15 for Windows. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: 1. Hasil Analisis regresi variabel kemampuan mengelola pembelajaran terhadap motivasi kerja didapatkan nilai R2 = 0,512 dan nilai signifikansinya adalah 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa secara sangat signifikan variabel kemampuan mengelola pembelajaran memberikan pengaruh sebesar 51,2% terhadap variabel motivasi kerja . Adapun Koefisien Beta bernilai 0,715.Dalam proses belajar mengajar, tugas guru di dalam kelas adalah menciptakan kondisi belajar yang optimal, ini sesuai dengan yang dikemukan Milan (2007:109) bahwa tingkat keberhasilan pembelajaran amat ditentukan oleh kondisi yang terbangun selama pembelajaran. Kondisi ini akan tercapai apabila guru mempunyai kemampuan mengelola waktu, mengelola media dan mengelola kelas. Artinya jika seorang mempunyai kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pengelolaan waktu dalam pembelajaran, pengelolaan media dan pengelolaan kelas dengan baik maka akan meningkatkan keberhasilan pembelajaran atau prestasi belajar siswa yang tentunya akan meningkatkan motivasi kerja. Ini sesuai dengan teori motivasi Herberg bahwa prestasi merupakan faktor pendorong yang mempengaruhi motivasi kerja. 2. Hasil Analisis regresi variabel kemampuan mengelola pembelajaran terhadap profesionalisme guru didapatkan nilai R2 = 0,597 dan nilai signifikansinya adalah 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa secara sangat signifikan variabel kemampuan mengelola pembelajaran memberikan pengaruh sebesar 59,7% terhadap variabel profesionalisme guru. Adapun Koefisien Beta bernilai 0,772. Hasil ini ternyata senada dengan pendapat Glikman (1981) , Iberahim (2001:5) dalam Darmasyah (2008) yang menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Ini berarti bahwa seseorang guru akan bekerja secara profesional apabila mempunyai kemampuan mengelola pembelajaran yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan pekerjaan atau profesinya dengan sebaik-baiknya. 3. Hasil Analisis regresi variabel kemampuan mengelola pembelajaran terhadap kinerja guru didapatkan nilai R2 = 0,777 dan nilai signifikansinya adalah 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa secara sangat signifikan variabel kemampuan mengelola pembelajaran memberikan pengaruh sebesar 77,7% terhadap variabel kinerja guru. Adapun Koefisien Beta bernilai 0,881. Hal ini 396 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 388-398 senada dengan Teori Atribusi yang pertama kali dikemukakan oleh Heider, yang dikutip As’ad dalam Kabul (2003:13) merumuskan Performance sebagai berikut; “Performance = Ability x Motivation ” berpijak pada teori ini kinerja seseorang merupakan hasil interaksi antara kemampuan dan motivasi. Dari teori ini kinerja mengajar guru dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam hal ini adalah kemampuan mengelola pembelajaran. 4. Hasil analisis regresi variabel motivasi kerja terhadap kinerja guru didapatkan nilai R2 = 0,720 dan nilai signifikansinya adalah 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa secara sangat signifikan variabel motivasi kerja memberikan pengaruh sebesar 72,0% terhadap variabel kinerja guru dan 28,0% dipengaruhi oleh faktor lain. Adapun Koefisien Beta bernilai 0,848. Ini sesuai dengan pendapat Wiles (1955), bahwa tinggi rendahnya motivasi kerja guru sangat mempengaruhi performansinya atau kinerjanya artinya semakin tinggi motivasi kerja maka kinerja mengajar guru juga semakin meningkat .Oleh karena itu jika seorang guru dengan kemauan yang tinggi untuk mengerjakan tugas-tugasnya atau motivasi kerja yang tinggi maka akan lebih mencapai prestasi kerja atau kinerja yang lebih baik. Adanya pengaruh motivasi terhadap kinerja ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Suparno ( 2007 ) dalam tesis yang berjudul “ Pengaruh Motivasi Kerja Dan Kepemimpinan Situasional Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri 1 Pemalang di Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang”. Di mana dalam penelitiannya diperoleh hasil bahwa motivasi kerja (X1) mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja guru (Y), dengan kontribusi yang diberikan sebesar 74,8%. Pengaruh positif tersebut menunjukkan bahwa semakin baik motivasi kerja (X1), maka kinerja guru (Y) juga semakin baik. 5. Hasil Analisis regresi variabel profesionalisme terhadap kinerja guru didapatkan nilai R2 = 0,768 dan nilai signifikansinya adalah 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa secara sangat signifikan variabel profesionalisme guru memberikan pengaruh sebesar 76,8% terhadap variabel kinerja mengajar guru. Adapun Koefisien Beta bernilai 0,876. Hal sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Darmansyah (2008) dalam tesisnya yang berjudul “Kontribusi Profesionalisme Guru dan Kepemimpnan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Di Kabupaten Brebes” yang memberikan hasil penelitian bahwa ada kontribusi yang signifikan antara keprofesionalime guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes ( p= 0,000) dan koefisien determinan parsial 17,6 % yang berarti bahwa tinggi rendahnya profesionalisme guru memberi kontribusi terhadap tinggi rendahnya kinerja guru SMP Negeri di Kabupaten Brebes. Analisis regresi secara simultan antara variabel kemampuan mengelola pembelajaran, motivasi kerja, dan profesionalisme guru terhadap kinerja guru didapatkan nilai R2 = 0,882 dan nilai signifikansinya adalah 0,000. Hasil ini menunjukkan bahwa secara sangat signifikan variabel kemampuan mengelola pembelajaran, motivasi kerja, dan profesionalisme guru secara bersama-sama memberikan pengaruh sebesar 88,2% terhadap variabel kinerja guru. Pada Uji t nilai Koefisien Beta didapatkan secara parsial variabel kemampuan mengelola pembelajaran sebesar 0,504 dan signifikansinya bernilai 0,000. Koefisien Beta variabel Motivasi Guru sebesar 0,259 dan signifikansinya bernilai 0,001. Koefisien Beta variabel profesionalisme Guru sebesar 0,248 dan signifikansinya bernilai 0,004. Seluruh koefisien beta memiliki nilai positif dan dengan nilai signifikansi masingmasing lebih rendah dari 0,05. Hal ini menandakan variabel kemampuan mengelola pembelajaran, motivasi kerja, dan profesionalisme pada derajat keyakinan 95% dan 99%, secara parsial memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel kinerja guru SMA di Hulu Sungai Selatan. Adapun dari hasil dari seluruh perhitungan di atas bila dibuat dalam diagram jalur lengkap dengan koefisien regresinya dapat ditunjukkan pada Gambar 2. Handayani, Pengaruh Kemampuan Mengelola Pembelajaran …. 397 Pz1x=0,715 Motivasi kerja(Z1) P y z2=0,248 2 Kemampuan mengelola pembelajaran (X) P z2x=0,772 Px1y=0,504 Kinerja guru (Y) Profesionalisme Py z =0,259 1 (Z2) Gambar 2. Diagram Jalur antar Variabel Dari gambar 2 ditunjukkan bahwa besarnya pengaruh langsung antara variabel Kemampuan Mengelola Pembelajaran terhadap Kinerja Guru sebesar 0,504. Besar pengaruh tidak langsung antara variabel Kemampuan Mengelola Pembelaran terhadap Kinerja Guru melalui variabel motivasi kerja sebesar sebesar 0,715 x 0,259 = 0,185 dan Besar pengaruh tidak langsung antara variabel Kemampuan Mengelola Pembelaran terhadap Kinerja Guru melalui variabel Profesionalisme Guru sebesar sebesar 0,772 x 0,248 = 0,192. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh data empirik mengenai kemampuan mengelola pembelajaran, motivasi kerja, profesionalisme dan kinerja mengajar guru SMA di Kabupaten Hulu Sungai Selatan , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan mengelola pembelajaran memberikan pengaruh secara signifikan sebesar 51,2% terhadap variabel motivasi kerja. 2. Motivasi kerja memberikan pengaruh secara sangat signifikan sebesar 72,0% terhadap variabel kinerja guru. 3. Kemampuan mengelola pembelajaran memberikan pengaruh secara sangat signifikan sebesar 59,7% terhadap variabel profesionalisme guru. 4. Profesionalisme berpengaruh secara sangat signifikan terhadap kinerja mengajar guru sebesar 76,8 % 5. Kemampuan mengelola pembelajaran secara langsung berpengaruh secara sangat signifikan terhadap kinerja mengajar guru sebesar 77,7% terhadap variabel kinerja guru. Secara simultan antara variabel kemampuan mengelola pembelajaran, motivasi kerja, dan profesionalisme guru terhadap kinerja guru sebesar 88,2% terhadap variabel kinerja guru. Adapun Besar pengaruh tidak langsung antara variabel Kemampuan Mengelola Pembelajaran terhadap Kinerja Guru melalui variabel motivasi kerja sebesar sebesar 0,715 x 0,259 = 0,185 dan besar pengaruh tidak langsung antara variabel Kemampuan Mengelola Pembelaran terhadap Kinerja Guru melalui variabel Profesionalisme Guru sebesar 0,772 x 0,248 = 0,192. Daftar Pustaka Ali. M ( 2008 ) Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo Bandung Apridayanti (2012) Analisis Kemampuan Pembelajaran Oleh Guru Yang Tersertifikasi dengan Guru Yang Belum Tersertifikasi pada pembelajaran IPA di kelas V SD , Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 13. Berry. L.M and Houston,J.P (1993). Psychology at Work, : Wm.C.Brown Communication Inc: Oxford England Darmansyah ( 2008 ) , Kontribusi Profesionalisme dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Kabupaten Brebes,Tesis, Program Studi Magister Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Kabul (2013) Faktor- faktor yang mempengaruhi Kinerja SLPT di Kota Banjarmasin , Tesis ,Program Pasca Sarjana : Yogyakarta. Majid, Abdul (2005). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Milan,R ( 2007 ) Pengelolaan Kelas Model Pakem , Dirjen PMPTK, Jakarta Owen Robert.G ( 1991 ) Organization Behavior In Education ,Ergleword .Clifft, ,Prctice Hall.Inc, New Jersey. Sahertian (1994) Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset 398 Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, Vol 1, No 3, November 2015, hal 388-398 Sahertian (2002) Konsep Dasar Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan SDM, Rineka , Jakarta. Sanjaya, W (2009) Kurikulum dan Pembelajaran ,Kencana Prenada Media Grup, Jakarta Sudirman ( 1991 ), Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, Rajawali, Jakarta Sugiyono ( 2013 ) Metode Penelitian Manajemen .Bandung: Alfabeta Sugiyono (2010 ) Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta Suparno ( 2007 ) Pengaruh Motivasi Kerja Dan Kepemimpinan Situasional Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri 1 Pemalang di Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang” tesis Pemalang Rohmah, Ifa F. ( 2008). Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Guru ( Studi Kasus pada SD Swasta di Kabupaten Purwakarta)”. Sekolah Pascasarjana UPI: Tesis tidak diterbitkan. Riduwan ( 2010) Metode dan Teknik Penyusunan Tesis, CV. Alfabeta : Bandung. Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2011. Manajemen Pendidikan, Alfabeta, Bandung Usman Husaini (2010) Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, PT Bumi Aksara , Jakarta Timur Willes Kombel .( 1980 ) Supervition For Better School ,Alih Bahasa Oleh Tahalele F.J. Malang IKIP Malang