perlakuan akuntansi piutang usaha pada cv hana sejati group

advertisement
PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA CV HANA
SEJATI GROUP BANJARMASIN
Muhammad Roosdianto
Dosen Tetap STIE Pancasetia Banjarmasin
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan perlakuan akuntansi piutang usaha pada CV Hana Sejati Group yang terdiri dari CV Hana Sejati, PT Terang Jaya dan PT Alur Jaya, yang merupakan perusahaan perdagangan batu bara. Selama ini perusahaan menyajikan piutangnya sesuai dengan nilai nominal piutang yang terjadi tanpa memperhatikan
bahwa nilai piutang yang tercatat atau disajikan tersebut ternyata ada
nilai piutang yang mempunyai jangka waktu yang sudah lama (dapat
dikatakan kedaluarsa untuk ditagih) sehingga tidak dapat diharapkan untuk tertagih. Hal tersebut mengakibatkan nilai kerugian piutang tidak
membebani nilai laba perusahaan, sehingga nilai laba yang ada menjadi
terlalu tinggi karena tidak mengakomodasi kerugian atas piutang yang
tidak tertagih. Oleh karena itu piutang dikelompokkan berdasarkan umur
piutang dalam jangka waktu tertentu. Setiap kelompok umur piutang
akan diberikan persentase kemungkinan tidak tertagihnya. Dari pengelompokkan tersebut diperoleh berapa kira-kira piutang yang kemungkinan tidak tertagih setiap periodenya. Kemudian nilai piutang yang
kemungkinan tidak tertagih tersebut dibuat menjadi cadangan kerugian
piutang usaha dan biaya kerugian piutang usaha.
Kata kunci: piutang usaha
195
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
PENDAHULUAN
Dalam menjalankan dan mengelola perusahaan, manajemen membutuhkan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan. Kebutuhan manajemen
akan informasi tersebut dapat diperoleh salah satunya melalui laporan
keuangan.
Informasi yang diberikan oleh
laporan keuangan dalam bentuk laporan posisi keuangan (neraca), laporan
hasil usaha (laporan laba rugi), laporan perubahan modal, laporan arus kas
dan catatan atas laporan keuangan.
Dari laporan keuangan ini akan dinilai
bagaimana manajemen mengelola
dan menggunakan sumber daya yang
dimiliki peruahaan untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Dalam mengelola dan menyajikan laporan keuangan, perlakuan
akuntansi harus sesuai dengan standar yang berlaku yang dalam pelaksanaannya berupa prosedur, metode
dan tehnik penyajian laporan keuangan. Demikian juga dalam hal perlakuan akuntansi terhadap piutang usaha
dalam memproses datanya, yaitu
metode pencatatan, penilaian dan
penyajian harus berpedoman pada
standar yang berlaku, yaitu Standar
Akuntansi Keuangan (SAK).
CV. Hana Sejati Group merupakan perusahaan perdagangan batu
bara. Kegiatan transaksi batu bara tersebut kebanyakan dilakukan secara
kredit. Kredit yang diberikan biasanya
paling lama 6 bulan dan paling sedikit
satu minggu, tergantung dari kepercayaan atau berapa lama sudah perusahaan berhubungan dengan pembeli
tersebut. Tidak ada perjanjian secara
legal yang ada hanya kepercayaan
antara perusahaan dengan pembeli
batu bara tersebut, termasuk dalam
hal pembayaran tagihan piutang.
196
Ketika melakukan pembayaran,
pembeli atau pembeli biasanya akan
membayar pembeliannya sesuai dengan jangka waktu yang menjadi kesepakatan. Namun sering kali pembayaran terjadi kebanyakan tidak sesuai
dengan jumlah tagihan atau harga
penjualannya. Sudah menjadi kebiasaan pembeli membayar sejumlah besar tagihan dan menyisakan sejumlah
kecil menjadi utang atau dibayarkan
kemudian. Begitu juga sebaliknya, sudah menjadi kebiasaan pembeli juga
untuk membayarkan sisanya dalam
jangka waktu yang tidak tentu. Sementara itu, pada tagihan selanjutnya,
pembeli akan menyisakan lagi sebagian kecil tagihan yang dibayarkan,
sehingga akhirnya piutang tersebut
menjadi tertumpuk dan tidak jelas posisinya. Apakah menjadi diskon atau
masih menjadi piutang. Hal ini terjadi
karena perusahaan tidak mempunyai
sistem penagihan yang jelas karena
langsung dikelola oleh pemilik atau
direktur perusahaan.
Piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya, jika sudah sampai waktu pembayarannya. Seharusnnya tagihan tersebut harus ada perjanjiannya, berapa
lama harus dibayarkan, berapa jumlah
pembayar-annya dan apa sangsinya
apabila terjadi keterlambatan atau
kekurangan pembayaran dari tagihan
piutang yang ada. Pada kenyataannya
perusahaan tidak melakukan hal tersebut, sehingga menyebabkan piutang tersebut tidak terjamin kemungkinan pelunasannya. Artinya piutang
mempunyai resiko besar kemungkinan
tidak tertagih. Sebagai bentuk kehatihatian akuntansi dan bentu antisipasi
resiko kerugian piutang yang tidak tertagih, maka dalam pembukuan perkiraan piutang usaha selalu diikuti dengan perkiraan kontranya, yaitu rekening penyisihan piutang ragu-ragu atau
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
rekening cadangan kerugian piutang
usaha yang berfungsi mengeliminir
resiko piutang yang tidak tertagih
membebani performa keuangan perusahaan yang tergambar dalam laporan keuangannya. Hal ini sesuai
dengan standar yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia yang menyatakan: “Piutang dinyatakan sejumlah bruto tagihan dan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak tertagih”, (PAI, IAI, 1994: 9.4).
Sementara itu, piutang usaha
pada CV Hana Sejati Group Banjarmasin dalam neraca disajikan sebesar
nilai piutang yang belum dibayarkan
sesungguhnya tanpa memunculkan
perkiraan kontra dari perkiraan piutang usaha, yaitu penyisihan piutang
ragu-ragu atau cadangan kerugian
piutang usaha. Piutang usaha tersebut
disajikan apa adanya, sesuai dengan
jumlah bruto dari piutang usaha. Ini
berarti perusahaan tidak mengestimasikan kemungkinan adanya piutang
usaha yang tidak tertagih. Padahal
sesuai prinsip kehatian-hatian atau
konservatisme, bahwa tidak ada yang
bisa menjamin piutang usaha dapat
tertagih seluruhnya.
Pengaruhnya terhadap neraca
adalah piutang dagang yang disajikan
tersebut belum menunjukkan nilai
yang wajar dan benar karena nilainya
menjadi terlalu besar padahal banyak
nilai piutang usaha yang sudah berumur bertahun-tahun belum dilunasi
pelanggan. Sementara itu, pengaruhnya terhadap laporan laba rugi adalah
belum diterapkannya dengan tepat
prinsip matching antara pendapatan
dan biaya-biaya yang terjadi dalam
periode yang bersangkutan karena
ada potensi biaya yang tidak terantisipasi sesuai periode yang bersangkutan. Akibat lainnya adalah
apabila ternyata terdapat keyakinan
bahwa suatu nilai piutang tidak dapat
tertagih karena pelanggan yang ber-
197
sangkutan dianggap sudah tidak
mampu lagi melunasi piutangnya,
maka yang dibebani adalah laporan
laba/rugi yang terakhir padahal mungkin saja piutang yang dihapus tersebut
adalah piutang pada periode yang lalu-lalu, selain itu akan ada kemungkinan pembebanan kerugian piutang
usaha yang tidak tertagih menjadi terlalu besar dan membebani laporan
laba/rugi yang bersangkutan.
Adanya kerancuan informasi ini,
akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pihak manajemen
yang menggunakan informasi laporan
keuangan untuk pengembangan usaha dan juga bagi pemakai laporan keuangannya. Bila informasi yang disampaikan kemungkinan tidak benar,
maka ada kemungkinan keputusan
yang dihasilkan menjadi kurang tepat
sehingga berakibat terhadap kelangsungan usaha perusahaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi permasalahan adalah di perusahaan yang
menjadi objek penelitian ini (CV Hana
Sejati Group) perlakuan terhadap piutang usaha tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku
di Indonesia, sehingga mengakibatkan
laporan laba/rugi yang disajikan perusahaan menjadi terlalu besar atau
menjadi terlalu kecil. Tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mendapatkan gambaran
yang jelas tentang penerapan
akuntansi piutang usaha pada CV
Hana Sejati Group Banjarmasin.
2. Analisa pengaruh yang ditimbulkan
oleh perlakuan akuntansi piutang
usaha yang diterapkan oleh perusahaan terhadap laporan keuangannya dengan cara membandingkan
laporan keuangan yang diuraikan
hasil penelitian berdaarkan SAK.
3. Menampilkan laporan keuangan
yang sesuai dengan SAK yang berlaku di tanah air.
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Piutang
Pengertian piutang menurut
SAK Indonesia adalah “Piutang usaha
meliputi piutang yang timbul karena
penjualan produk atau penyerahan
jasa dalam rangka kegiatan usaha
normal perusahaan”, (IAI, 1994:9.4).
Berikut ini beberapa pengertian piutang usaha menurut beberapa ahli:
1. Piutang dagang (piutang usaha)
menunjukkan piutang yang timbul
dari penjualan barang-barang
atau jasa-jasa yang dihasilkan
oleh
perusahaan
(Baridwan,
1992: 136).
2. Piutang kepada langganan, yaitu
yang berasal dari penjualan barang dan jasa secara kredit. Grup
ini biasanya disebut dengan
piutang dagang (trade receivable)
(Soetedjo, 1992:94).
Dari pengertian piutang dagang
menurut para ahli dan IAI tersebut di
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain yang timbul akibat penjualan barang dan atau jasa secara
kredit dalam rangka kegiatan normal
perusahaan.
Jenis-jenis Piutang
Menurut PSAK, piutang dapat
diklasifikasikan menjadi:
1. Piutang usaha, meliputi piutang
yang timbul karena penjualan produk atau menyerahkan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan.
2. Piutang lain-lain, meliputi piutang
yang timbul dari transaksi di luar
kegiatan normal perusahaan.
3. Piutang yang diperkuat dengan
promes disebut dengan wesel
(IAI, 1994:9.4). Menurut Soetedjo
(1992), piutang dapat diklasifikasikan menjadi:
198
a. Piutang wesel (notes receivable), yaitu piutang yang didukung oleh dokumen formil,
sehingga penagihan lebih terjamin.
b. Piutang biasa (account receivable), yaitu piutang yang
tidak didukung oleh dokumen
formil. Piutang ini diklasifikasikan lagi menjadi :
i. Piutang dagang (trade
receivable), yaitu piutang
yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit.
ii. Piutang bukan dagang
(non-trade
receivable),
yaitu tagihan yang timbul
bukan dari kegiatan perdagangan yang normal.
iii. Piutang penghasilan (accrued receivable), yaitu
pendapatan yang terjadi,
tetapi sampai akhir periode, pendapatan tersebut belum diterima.
Pencatatan dan Pengakuan Piutang
Dagang
Suatu piutang dagang, umumnya
dicatat pada saat hak atas barang tersebut berpindah kepada pembeli.
Piutang dagang dianggap sebagai hak
perusahaan terhadap pihak lain sebagai tagihan yang akan dimintakan
pembayarannya. Piutang tidak boleh
dicatat dan diakui sebagai penjualan
apabila terhadap barang dagangan
yang telah dikirimkan kepada pelanggan, ternyata hak atas piutang tersebut masih ditahan oleh penjual.
Dalam transaksi penjualan barang dagangan dikenal adanya syarat
penjualan. Dalam kaitannya dengan
adanya syarat penjualan tersebut terhadap pencatatan piutang dagang,
Smith dan Skounsen (1994) menyatakan bahwa karena pemindahan hak
itu dapat berbeda-beda menurut
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
syarat penjualan-nya, maks sudah
merupakan praktek yang umum untuk
mencatat piutang pada saat barang
dikirimkan kepada pelanggan”, (Hairul
Aswandi, 1995:50).
Penyajian Piutang dalam Laporan
Keuangan Neraca
Dalam hubungannya dengan
nilai bersih piutang yang dapat direalisasikan, SAK menyatakan: “Piutang
dinyatakan sebagai jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah
yang tidak dapat diterima. Jumlah bruto piutang harus tetap disajikan pada
neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat diterima”, (IAI, 1994: 9.4)
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Pembentukan penyisihan piutang tak tertagih merupakan penerapan dari prinsip konservatisme dalam
menghadapi ketidakpastian peristiwa
dengan menggunakan pertimbangan
yang sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam PSAK, dinyatakan “Penyusunan laporan keuangan
adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu,
seperti tidak tertagihnya piutang,….
dst. Ketidakpastian semacam ini diakui dengan mengungkapkan hakekat
yang sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan yang sehat mengandung unsur kehati-hatian
pada saat melakukan perkiraan dalam
kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau penghasilan tidak dinyatakan
terlalu tinggi dan kewajiban atau
beban tidakdinyatakan terlalu rendah”,
(IAI, 1994:13).
Dasar-dasar untuk Menaksir Kemungkinan Tidak Tertagihnya Piutang
Ada dua alternatif pendekatan
yang umumnya dipakai untuk menen-
199
tukan besarnya jumlah kerugian piutang dagang, yaitu:
1. Pendekatan Laba Rugi (Income
Statement Approach). Dalam pendekatan ini, jumlah yang diperkirakan tidak tertagih diambil dari
persentase tertentu dari penjualan
kredit bersih, sehingga semakin
besar jumlah penjualan kredit semakin besar pula kemungkinan
piutang dagang yang mungkin tidak tertagih.
2. Pendekatan Neraca (Balance
Sheet Approach), yaitu dilakukan
dengan tiga cara:
a. Jumlah cadangan dinaikan
sampai prosentase tertentu
dari saldo piutang dagang.
b. cadangan ditambah dengan
prosentase tertentu dari saldo
piutang dagang.
c. cadangan dinaikkan sampai
suatu jumlah yang dihitung
dengan analisa umur piutang
dagang.
Pengakuan Penghapusan Piutang
Dagang pada saat Benar-benar Tidak Tertagih
Dalam praktiknya sering kita
jumpai adanya pengakuan terhadap
kerugian piutang dagang yang timbul
dari penjualan kredit tidak berdasaran
pada taksiran, melainkan berdasarkan
pada jumlah yang sesungguhnya terjadi. Kerugian piutang dagang baru
diakui pada saat diketahui bahwa
piutang dagang benar-benar dinyatakan tidak tertagih dari debitur langsung yang selanjutnya piutang dagang
tersebut dihapuskan. Pembebanannya
pada rekening piutang dagang. Oleh
karena itu metode ini disebut metode
penghapusan langsung (direct write
off of bad debt).
Dalam metode langsung ini, perusahaan tidak mencoba untuk membebankannya pada kerugian piutang
dagang yang timbul sebagai biaya
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
yang dibebankan pada periode akuntansi yang sesuai dengan piutang dagang yang dihapus tersebut. Sehingga
dalam penggunaan metode ini akan
berakibat pada kurang telitinya dalam
proses penentuan laba atau rugi periode penghapusan piutang dagang
langsung dilakukan dan tidak dapat
menunjukkan jumlah piutang dagang
yang diharapkan akan tertagih dalam
neraca, karena hanya menunjukkan
jumlah piutang bruto.
Penerimaan Kembali Piutang Dagang yang Telah Dihapuskan
Perlakuan akuntansi terhadap
pernyataan dan pembayaran yang akan diterima dari piutang dagang yang
telah dihapuskan tergantung pada:
1. Metode pengakuan adanya kerugian piutang dagang,
2. Kepastian tahun buku di mana akan diterima pelunasan atas piutang dagang yang sudah dihapuskan tersebut.
Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Baridwan (1992:19) laporan keuangan merupakan ringkasan
dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksitransaksi keuangan yang terjadi selama setahun atau tahun buku yang
bersangkutan.
Tujuan laporan Keuangan.
Standar Akuntansi Keuangan
menyebutkan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
(IAI, 2002:1).
Mengenai tujuan kualitatif dari
laporan keuangan, Standar Akuntansi
Keuangan juga memuatnya dalam
bentuk karakteristik laporan keu-
200
angan. Karakteristik merupakan ciri
khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi
pemakainya.
Ada empat karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan, yaitu :
1. Dapat Dipahami
Hal ini menyangkut bahwa informasi yang dipilih untuk disajikan
bukan saja penting tapi juga harus informasi yang dapat dimengerti oleh para pemakai laporan
keuangan yang bersangkutan.
2. Relevan
Maksudnya adalah bahwa informasi yang dipilih merupakan informasi yang benar-benar dapat
membantu pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan
keputusan sehingga dapat digunakan untuk pengembangan perusahaan yang sesuai dengan
tujuannya.
3. Keandalan
Agar dapat bermanfaat maksimal.
Informasi harus dapat diandalkan.
Informasi yang memiliki kualitas
dapat diandalkan adalah informasi yang bebas dari pengertian
yang menyesatkan, kesalahan
material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang
tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar
diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat Dibandingkan
Pemakai laporan keuangan harus
dapat membandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk dapat mengidentifikasikan kecenderungan posisi dan
kinerja keuangan. Oleh karena
itu, pengukuran dan penyajian
dampak keuangan dari transksi
dan peristiwa lainnya yang serupa
harus dilakukan secara konsisten
untuk perusahaan yang bersangkutan. (IAI, 2002:1)
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Analisa
Kelemahan
Perlakuan
Akuntansi Piutang Dagang Perusahaan
1. CV Hana Sejati Banjarmasin
Perlakuan akuntansi terhadap
suatu pos laporan keuangan meliputi beberapa hal, antara lain
bukti-bukti transaksi yang berhubungan dengan pos tersebut yang
digunakan sebagai dasar pencatatan, pembuatan jurnal yang
dilanjutkan dengan posting ke buku besar dan buku pembantu
masing-masing pos dan penyajiannya dalam bentuk laporan
keuangan.
Demikian halnya dengan perlakuan akuntansi piutang dagang
yang meliputi penjualan kredit,
jurnal pen-jualan, buku besar dan
buku pembantu piutang dagang
serta penyajiaannya dalam bentuk laporan keuangan.
Pada dasarnya perlakuan
akuntansi piutang dagang pada
CV Hana Sejati Banjarmasin
hampir sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berterima umum
di Indonesia. Terutama pencatataannya ke buku besar dan buku
pembantu piutang dagang sudah
berdasrkan faktur penjualannya,
pencatatan
piutang
dagang
menggunakan jurnal penjualan
yang kemudian di posting ke buku
besar dan buku pembantu piutang
dagangnya dan untuk pembayaran piutang dicatat ke dalam
jurnal penerimaan kas.
Akan tetapi kelemahan perlakuan akuntansi piutang dagang
yang dijalankan perusahaan adalah pada penyajian piutang dagang pada neraca yang masih belum sesuai dengan SAK Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pa-
201
da laporan keuangan posisi keuangan atau laporan neraca.
Piutang dagang disajikan sebesar
nilai kotornya saja. Sedangkan
menurut SAK Indonesia, piutang
dagang dinyatakan sebesar jumlah kotor (bruto) tagihan dikurangi
dengan taksiran jumlah piutang
dagang yang tidak dapat ditagih.
Melihat hal tersebut, maka
sudah selayaknya perlu untuk diadakan suatu pengkajian kembali
terhadap perlakuan dan penyajian
piutang dagang pada CV Hana
Sejati Banjarmasin agar laporan
keuangan yang disajikan dapat
disesuaikan dengan SAK.
Risiko kerugian piutang dagang pada perusahaan dapat
disebabkan karena beberapa faktor, antara lain pailit atau meninggalnya debitur yang dapat mengakibatkan penjualan kredit belum
terjamin pelunasannya. Karena
adanya faktor waktu yang memungkinkan debitur tidak mampu
membayar penuh seluruh utangnya, ini merupakan akibat yang
harus ditanggung perusahaan.
Melihat risiko tersebut, maka
penyajian piutang dagang yang
dilakukan oleh perusahaan perlu
berdasarkan prinsip kenati-hatian
(konservatif) sebagai suatu bagian dari pertimbangan yang sehat
dalam kondisi ketidak pastian
penerimaan piutang dagang di
masa yang akan datang. Berkaitan dengan masalah ini, perlu ditaksir berapa jumlah piutang dagang yang tidak dapat tertagih
sbagai risiko atas penjualan secara kredit. Oleh karena itu, cadangan kerugian piutang dagang
pada CV Hana Sejati Banjarmasin
perlu dibentuk. Agar dapat menyajikan nilai piutang dagang
yang wajar dan menghasilkan informasi yang dapat dipercaya se-
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
bagai bahan pertimbangan bagi
pemakai laporan keuangannya.
2. PT Terang Jaya Banjarmasin
Pada dasarnya perlakuan
akuntansi pada PT Terang Jaya
Banjarmasin sama dengan perlakuan akuntansi yang digunakan
oleh CV Hana Sejati Banjarmasin.
Oleh sebab itu dapat diperoleh
kesimpulan yang sama, yaitu
penyajian piutang dagang pada
laporan keuangan neraca PT Terang Jaya Banjarmasin disajikan
sesuai nilai brutonya tanpa diikuti
perkiraan kontranya. Sehingga PT
Terang Jaya Banjarmasin perlu
melakukan koreksi penyajian
akun piutang dagang pada
laporan keuangan neraca dengan
membentuk akun cadangan kerugian piutang dagang. Dengan penyajian yang sesuai dengan
PSAK dapat dihasilkan informasi
yang dapat diandalkan oleh pemakai laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan agar tujuan perusahaan dapat terkenang.
3. PT Alur jaya Banjarmasin.
Perlakuan yang sama akan
dilakukan pada penyajian akun
piutang dagang pada laporan keuangan PT Akur Jaya Banjarmasin, karena melakukan hal yang
sama dengan CV Hana Sejati
Banjarmasin dan PT Terang Jaya
Banjarmasin.
Penyajian Piutang dagang yang
Disarankan
Berdasarkan
permasalahan
yang ada pada ketiga perusahaan tersebut, maka perlu diberikan telaah
dengan berpedoman pada SAK dan
landasan teoritis yang telah dikemukakan serta memberikan saran-saran
202
guna perbaikan penyajian piutang dagang pada kaporan keuangan neraca.
Karena ketiga perusahaan dimiliki dan
dijalankan oleh orang yng sama
dengan permasalahan yang sama pula, maka dalam telaah dan penyelesaiannya akan dilakukan secara bersama-sama dan sekaligus sehingga hasil tulisan ini menjadi efektif dan
efisien.
Dengan adanya ketidakpastian
pelunasan piutang dagang di masa
yang akan datang, mengekibatkan
perlunya suatu estimasi terhadap kerugian yang mungkin terjadi. Jumlah
kerugian yang ditaksir tersebut merupakan beban yang ditanggung oleh
perusahaan dan harus di-matchingkan dengan penjualannya.
Sebagai jalan keluar dari kelemahan tersebut, maka penyajian piutang dagang dalam laporan keuangan harusnya bersifat konservatif. Untuk itu perlu dipilih alternatif penyajian
akuntansi yang menghasilkan laba
bersih atau nilai aktiva yang paling
kecil. Konsekuensi dari prinsip konseravatif adalah piutang dagang perusahaan yang disajikan sebesar nilai
bersih yang dapat direalisasikan (nett
reliazable value), hal ini sesuai dengan SAK di Indonesia.
Untuk mengadakan suatu penilaian yang wajar terhadap kemungkinan tidak tertagihnya piutang dagang, maka penulis menggunakan
metode penyisihan berdasarkan analisis umur piutang dagang dengan
landasan pemikiran agar dapat dilakukan analisa secara benar dan tepat langganan/pembeli mana saja
yang sering melakukan keterlambatan
pembayaran sehingga manajemen
dapat melakukan perlakuan atau tindakan khusus terhadap langganan/
pembeli yang menunggak tersebut.
Selain itu manajemen dapat melakukan optimalisasi penagihan kepada
langganan/pembeli yang tepat di ma-
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
sa yang akan datang untuk mengurangi resiko kerugian piutang dagang
yang tidak dapat direalisasikan.
Penentuan cukup memadainya
jumlah taksiran kerugian piutang dagang bukanlah suatu proses matematis saja, namun perlu juga mempertimbangkan faktor lainya seperti pengalaman pembayaran oleh pelanggan/pembeli di masa lalu, pengalaman
pembayaran pelanggan/pembeli setelah ada tagihan dari perusahaan, kebijakan penagihan piutang dagang
oleh perusahaan, tenaga kerja yang
berhubungan dengan piutang, dokumentasi dan kelengkapan catatan serta bukti transaksi, bonafiditas pelanggan/pembeli dan lainnya yang dianggap mempengaruhi penentuan jumlah
taksiran kerugian piutang dagang
yang dianggap wajar dan mendekati
kebenaran.
Dengan metode tersebut di atas,
penulis bersama-sama dengan pegawai bagian administrasi dan keuangan
perusahaan, mencoba merumuskan
kelompok umur piutang dan persentase yang dianggap wajar sebagai dasar penentuan kerugian piutang dagang.
Berdasarkan analisa tersebut,
maka piutang dagang disarankan untuk digolongkan ke dalam umur sebagai berikut:
1. Belum jatuh tempo,
2. Sudah jatuh tempo (menunggak),
dengan umur tunggakan sebagai
berikut:
a. Menunggak 1 – 30 hari,
b. Menunggak 31 – 60 hari,
c. Menunggak 61 – 90 hari,
d. Menunggak 90 – 180 hari,
e. Menunggak 180 - 360 hari,
dan
f. Menunggak di atas 360 hari.
Umur piutang tersebut dihitung
dari tanggal faktur sampai dengan
tanggal neraca, karena tanggal faktur
merupakan tanggal yang disetujui se-
203
bagai tanggal penyerahan barang dagangan.
Sementara itu, penentuan persentase yang digunakan sebagai dasar untuk menaksir cadangan kerugian piutang dagang yang akan diakui
dan sajikan dilihat dari pengalaman
perusahaan di masa yang lalu atas
kemungkinan tertagih dan tidak tertagihnya piutang dagang. Berdasarkan perhitungan persentase rata-rata
persentase kemungkinan tak tertagihnya piutang dagang perusahaan dapat
ditentukan persentase kemungkinan
tidak tertagih dan tidak tertagihnya
piutang dagang pada CV Hana Group
Banjarmasin dengan kesimpulan sebagai berikut.
Tabel 1. Daftar Persentase Kemungkinan Tertagih dan Tidak Tertagih
Piutang Dagang CV Hana Sejati
Group Banjarmasin
Umur
(Hari)
1-30
31-60
61- 90
91- 180
180-360
>360
Kemungkinan Tertagih (%)
95
90
80
70
40
0
Kemungkinan
Tak Tertagih
(%)
5
10
20
30
60
100
Penyajian Akun Piutang Dagang
untuk CV Hana Sejati Banjarmasin
Pada tahun 2006, karena perkiraan cadangan kerugian piutang dagang belum ada, maka saldonya nol.
Pada akhir tahun 2006, jum-lah kerugian piutang dagang yang dibebankan
kepada perusahaan adalah sebesar
Rp 59.623.500. Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam
kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp 1.680.000 menjadi saldo piutang dagang lewat waktu.
Untuk tahun 2007, saldo perkiraan cadangan kerugian piutang dagang
adalah sebesar Rp 61.303.500 sedangkan jumlah cadangan kerugian
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
piutang dagang untuk tahun 2007
sebesar Rp 67.372.500, maka jumlah
kerugian piutang dagang pada tahun
2007 yang dibebankan pada CV Hana
Sejati Banjarmasin adalah sebe-sar
Rp 6.069.000 (Rp 67.372.500 – Rp
61.303.500). Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar
Rp 10.000.000 menjadi tambahan pada saldo piutang dagang lewat waktu.
Untuk tahun 2008, saldo perkiraan cadangan kerugian piutang dagang
adalah sebesar Rp 67.372.500 sedangkan jumlah cadangan kerugian
piutang dagang untuk tahun 2008
adalah sebesar Rp 57.790.000, maka
jumlah kerugian piutang dagang yang
dibebankan kepada perusahaan adalah sebesar Rp –9.582.500 (Rp
57.790.0000 – Rp 67.372.500). Sedangkan jumlah piutang dagang yang
termasuk ke dalam kelompok umur
>360 hari, yaitu sebesar Rp 2.500.000
menjadi tambahan saldo bagi rekening piutang dagang lewat waktu.
Berdasarkan perhitungan cadangan kerugian piutang dagang di
atas dan adanya piutang dagang
lewat waktu, maka disumsikan bahwa
penyesuaian yang dilakukan adalah
pada tanggal 31 Desember 2008,
maka jurnal penyesuaiannya adalah:
Kerugian
piutang dagang
Cadangan
kerugian piutang dagang
Rp-9.582.500
Piutang dagang
lewat waktu
Piutang dagang
Rp 2.500.000
-
-
-
Rp-9.582.500
-
Rp 2.500.000
Sedangkan untuk tahun 2006,
dengan asumsi telah tutup buku,
maka jurnal penyesuaiannya adalah:
Laba ditahan
Cadangan
kerugian piu-
Rp 61.303.500
- Rp 61.303.500
tang dagang
Piutang dagang
lewat waktu
Piutang dagang
204
Rp 1.680.000
-
-
Rp 1.680.000
Untuk tahun 2007, dengan asumsi yang sama, maka jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut:
Laba ditahan
Cadangan
kerugian piutang dagang
Rp 6.069.000
- Rp 6.069.000
Piutang dagang
lewat waktu
Piutang dagang
Rp 10.000.000
-
-
Rp 10.000.000
Penyajian yang Disarankan untuk
PT Terang Jaya Banjarmasin
Pada tahun 2006, karena perkiraan cadangan kerugian piutang dagang belum ada, maka saldonya nol .
Akhir tahun 2006, jumlah kerugian
piutang dagang yang dibebankan
kepada perusahaan adalah sebesar
Rp 114.817.071,75. Sedangkan untuk
piutang dagang yang termasuk dalam
kelompok umur >360 hari adalah
sebesar Rp 3.235.178 menjadi saldo
piutang dagang lewat waktu.
Untuk tahun 2007, saldo perkiraan cadangan kerugian piutang dagang
adalah sebesar Rp 118.052.249,75,
sedangkan jumlah cadangan kerugian
piutang dagang yang dibebankan
kepada perusahaan untuk tahun 2007
adalah sebesar Rp 107.189.204,80,
maka jumlah kerugian piutang dagang
yang dibebankan pada perusahaan
tahun 2007 adalah Rp -7.627.866,95
(Rp107.189.204,80 – Rp 118.052.249,75).
Sedangkan untuk piutang dagang
yang termasuk dalam kelompok umur
>360 hari, yaitu sebesar Rp11.313.612
menjadi tambahan pada saldo piutang
dagang lewat waktu.
Untuk tahun 2008, saldo perkiraan cadangan kerugian piutang dagang
adalah sebesar Rp 107.189.204,80,
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
sedangkan jumlah cadangan kerugian
piutang dagang untuk tahun 2008
adalah sebesar Rp 261.525.467,25,
maka jumlah kerugian piutang dagang
yang dibebankan adalah sebesar Rp
154.336.262,45 (Rp 261.525.467,25 – Rp
107.189.204,80). Untuk piutang dagang
yang termasuk dalam kelompok umur
>360 hari, yaitu sebesar Rp11.313.612
menjadi saldo tambahan pada saldo
piutang dagang lewat waktu.
Berdasarkan perhitungan cadangan kerugian piutang dagang di
atas dan adanya piutang dagang lewat waktu dan dengan asumsi bahwa
penyesuaian yang dilakukan pada
tanggal 31 Desember 2008, maka
jurnal penyesuaian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Kerugian
piutang dagang
Cadangan
kerugian piutang dagang
Rp154.336.262,45
Piutang dagang
lewat waktu
Piutang dagang
Rp 11.313.612
-
-
Rp154.336.262,45
-
Rp
11.313.612
Untuk tahun 2006 dengan asumsi telah dilakukan tutup buku, maka jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut:
Laba ditahan
Cadangan
kerugian piutang dagang
Rp118.052.249,75 - Rp118.052.249,75
Piutang dagang
lewat waktu
Piutang dagang
Rp3.235.178
-
-
Rp3.235.178
Untuk tahun 2007, dengan
asumsi yang sama dengan tahun
2006, maka jurnal penyesuaian yang
digunakan adalah:
Laba ditahan
Cadangan
kerugian piu-
(Rp7.627.866,95) - (Rp7.627.866,95)
205
tang dagang
Piutang dagang
lewat waktu
Piutang dagang
Rp11.313.612
-
-
Rp11.313.612
Penyajian yang Disarankan untuk
PT Alur Jaya Banjarmasin
Pada tahun 2006, karena perkiraan cadangan kerugian piutang dagang belum ada, maka saldonya nol
(kosong). Akhir tahun 2006, jumlah
kerugian piutang dagang yang dibebankan kepada perusahaan adalah
sebesar Rp.21.382.507 Sedangkan
untuk piutang dagang yang termasuk
dalam kelompok umur >360 hari adalah sebesar Rp.602.490 menjadi saldo
piutang dagang lewat waktu.
Untuk tahun 2007, saldo perkiraan cadangan kerugian piutang dagang
adalah sebesar Rp 21.984.997. Sedangkan jumlah cadangan kerugian
piutang dagang untuk tahun 2007
yang dibebankan kepada perusahaan
adalah sebesar Rp74.784.771,25, maka jumlah kerugian piutang dagang
yang dibebankan kepada perusahaan
di tahun 2007 adalah sebesar
Rp52.779.774,25 (Rp74.784.771,25 –
Rp118.052.249,75). Sedangkan untuk
piutang dagang yang termasuk dalam
kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp 11.100.185 menjadi tambahan
pada saldo piutang dagang lewat waktu.
Untuk tahun 2008, saldo perkiraan cadangan kerugian piutang dagang adalah sebesar Rp 74.784.771,25,
sedangkan jumlah cadangan kerugian
piutang dagang untuk tahun 2008
adalah sebesar Rp 106.165.454,40,
maka jumlah kerugian piutang dagang
yang dibebankan adalah sebesar
Rp31.380.683,15 dengan perincian
(Rp106.165.454,40 – Rp74.784.771,25).
Sedangkan untuk piutang dagang
yang termasuk dalam kelompok umur
>360 hari, yaitu sebesar Rp 4.592.726
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
menjadi saldo tambahan pada saldo
piutang dagang lewat waktu.
Berdasarkan perhitungan cadangan kerugian piutang dagang di
atas dan adanya piutang dagang
lewat waktu dan dengan asumsi bahwa penyesuaian yang dilakukan pada
tanggal 31 Desember 2008, maka
jurnal penyesuaian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Kerugian
piutang dagang
Cadangan
kerugian piutang dagang
Rp31.380.683,15
Piutang dagang
lewat waktu
Piutang dagang
Rp4.592.726
-
-
Rp31.380.683,15
-
-
Rp4.592.726
Untuk tahun 2006 dengan
asumsi telah dilakukan tutup buku,
maka jurnal penyesuaiannya adalah
sebagai berikut:
Laba ditahan
Cadangan
kerugian
piutang dagang
Rp21.984.997
Rp21.984.997
Piutang dagang
lewat waktu
Piutang dagang
Rp602.490
-
Rp602.490
Untuk tahun 2007, dengan asumsi yang sama dengan tahun 2006,
maka jurnal penyesuaian yang digunakan adalah:
Laba ditahan
Cadangan
kerugian
piutang dagang
Rp52.799.774,25 Rp52.799.774,25
Piutang dagang
lewat waktu
Piutang dagang
Rp11.100.185
-
-
Rp.11.100.185
206
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dalam penilitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Piutang dagang yang ada di perusahaan dikelola langsung oleh
bagian penjualan dan pemasaran
dan dilaksanakan oleh satu orang
saja.
2. Dokumentasi perusahaan sangat
baik, termasuk yang berhubungan
dengan piutang dagang, sehingga
penulis dapat mengidentifikasikan
umur piutang dengan tepat.
3. Perusahaan telah melakukan konfirmasi piutang kepada setiap
pelanggan untuk memastikan
jumlah piutang dagang yang akan
digunakan dalam tulisan ini.
4. Sistem akuntansi piutang dagang
sudah dicatat dengan baik. Pencatatan di jurnal, posting ke buku
besar dan buku pembantu dilakukan bagian akuntansi berdasarkan faktur penjualan.
5. Catatan akuntansi yang digunakan dan berhubungan dengan piutang dagang adalah jurnal penjualan penjualan, penerimaan
kas, buku besar piutang dagang
dan buku pembantu piutang dagang.
6. Perusahaan menyajikan piutang
dagang dalam jumlah bruto dan
tidak menyajikan resiko kemungkinan tidak tertagih.
7. Informasi yang disampaikan tidak
tepat waktu dan tidak tepat angka
karena laporan keuangan disajikan perperusahaan, bukan disajikan secara konsolidasi.
Saran
Saran-saran dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan layak dan wajar, maka perusahaan harus disa-
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
2.
3.
4.
5.
6.
7.
jikan tepat waktu dan sesuai dengan SAK agar berguna dan dapat memberikan informasi yang
tepat.
Laporan keuangan dapat disajikan secara konsolidasi agar laporan keuangan dapat menyampaikan informasi secara komprehensif dan menyeluruh sehingga
pemakai laporan keuangan dapat
gambaran yang lebih jelas tentang harta, utang dan hasil usahanya dari semua perusahaannya.
Agar laporan keuangan yang
disajikan oleh perusahaan dapat
disajikan dengan wajar, maka perusahaan harus memperlakukan
piutang dagang dengan mengacu
pada SAK di Indonesia.
Untuk itu perusahaan perlu membuat perkiraan cadangan kerugian
piutang dagang sebagai rekening
kontra piutang dagang yang nantinya mengeliminir piutang dagang
yang tidak tertagih.
Perusahaan perlu memperhitungkan biaya kerugian piutang dagang yang tidak dapat tertagih setiap akhir periode.
Dalam kasus CV Hana Sejati
Group, penulis menyarankan agar
perusahaan menggunakan analisa umur piutang dagang, di mana
piutang dagang digolongkan dalam kelompok umur piutang dan
ditentukan persentase taksiran
kerugiannya sesuai dengan umur
piutang yang telah ditentukan
berdasarkan pengalaman penagihan piutang dagang perusahaan
selama ini.
Berdasarkan analisa perlakuan
akuntansi terhadap piutang dagang tersebut, perusahaan dapat
menentukan perusahaan mana
saja yang mempunyai tunggakan
piutang yang banyak sehingga
dapat ditentukan strategi yang
207
bagaimana untuk menyelesaikan
tunggakan tersebut.
8. Sebagai implementasi dari optimalisasi penanganan tunggakan
piutang dagang dari langganan
dapat di tambah personil khusus
yang mengelola piutang dagang
dengan tugas mencatat tunggakan piutang dagang dan mengirimkan tagihan secara periodik serta
menentukan pembayaran pelanggan tersebut merupakan pembayaran atas tunggakan atau piutang dagang yang baru, sehingga
tunggakan piutang tidak menumpuk dan tidak berumur terlalu lama yang akan membebani rekening piutang dagang di neraca.
9. Penyajian piutang dagang di
neraca tahiun 2008 yang sesuai
dengan Standar Akuntansi Keiangan bagi CV Hana Sejati Banjarmasin adalah sebagai berikut.
Piutang dagang
Cadangan kerugian piutang dagang
Nilai buku piutang
dagang
Rp 766.130.000
(Rp 57.790.000)
Rp 708.340.000
10. Penyajian piutang dagang di
neraca tahiun 2008 yang sesuai
dengan SAK bagi PT Terang Jaya
Banjarmasin adalah sebagai berikut.
Piutang dagang
Cadangan kerugian piutang dagang
Nilai buku piutang dagang
Rp 3.500.791.275
(Rp 261.525.468)
Rp 3.239.265.808
11. Penyajian piutang dagang di neraca tahun 2008 yang sesuai dengan SAK bagi PT Alur Jaya Banjarmasin adalah sebagai berikut.
Piutang dagang
Cadangan kerugian piutang dagang
Nilai buku piutang dagang
Rp 1.417.204.599
(Rp 106.165.454)
Rp 1.311.039.145
KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014
12. Karena ketiga perusahaan dimiliki
dan dijalankan oleh orang-orang
yang sama, maka dapat dikatakan sebagai suatu group perusahaan sehingga laporan keuangan dapat disajikan lebih sederhana dan tepat waktu dengan penyajian laporan keuangan dengan
system konsolidasi agat informasinya lebih lengkap dan komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 1980. Intermediate
Accounting. Yogyakarta: BPFE.
Ikatan Akuntan Indonesia. 1984. Prinsip Akuntansi Indonesia. Rajawali.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 1994.
Standar Akuntansi Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Smith, J.M., & K.F. Skousen. 1994.
Akuntansi Intermediate. Jakarta:
Erlangga.
Soetedjo, Soegeng. 1983. Akuntansi
Intermediate. Surabaya: Airlangga University Press.
208
Download