PERLAKUAN AKUNTANSI PIUTANG USAHA PADA CV HANA SEJATI GROUP BANJARMASIN Muhammad Roosdianto Dosen Tetap STIE Pancasetia Banjarmasin ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan perlakuan akuntansi piutang usaha pada CV Hana Sejati Group yang terdiri dari CV Hana Sejati, PT Terang Jaya dan PT Alur Jaya, yang merupakan perusahaan perdagangan batu bara. Selama ini perusahaan menyajikan piutangnya sesuai dengan nilai nominal piutang yang terjadi tanpa memperhatikan bahwa nilai piutang yang tercatat atau disajikan tersebut ternyata ada nilai piutang yang mempunyai jangka waktu yang sudah lama (dapat dikatakan kedaluarsa untuk ditagih) sehingga tidak dapat diharapkan untuk tertagih. Hal tersebut mengakibatkan nilai kerugian piutang tidak membebani nilai laba perusahaan, sehingga nilai laba yang ada menjadi terlalu tinggi karena tidak mengakomodasi kerugian atas piutang yang tidak tertagih. Oleh karena itu piutang dikelompokkan berdasarkan umur piutang dalam jangka waktu tertentu. Setiap kelompok umur piutang akan diberikan persentase kemungkinan tidak tertagihnya. Dari pengelompokkan tersebut diperoleh berapa kira-kira piutang yang kemungkinan tidak tertagih setiap periodenya. Kemudian nilai piutang yang kemungkinan tidak tertagih tersebut dibuat menjadi cadangan kerugian piutang usaha dan biaya kerugian piutang usaha. Kata kunci: piutang usaha 195 KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014 PENDAHULUAN Dalam menjalankan dan mengelola perusahaan, manajemen membutuhkan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Kebutuhan manajemen akan informasi tersebut dapat diperoleh salah satunya melalui laporan keuangan. Informasi yang diberikan oleh laporan keuangan dalam bentuk laporan posisi keuangan (neraca), laporan hasil usaha (laporan laba rugi), laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Dari laporan keuangan ini akan dinilai bagaimana manajemen mengelola dan menggunakan sumber daya yang dimiliki peruahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam mengelola dan menyajikan laporan keuangan, perlakuan akuntansi harus sesuai dengan standar yang berlaku yang dalam pelaksanaannya berupa prosedur, metode dan tehnik penyajian laporan keuangan. Demikian juga dalam hal perlakuan akuntansi terhadap piutang usaha dalam memproses datanya, yaitu metode pencatatan, penilaian dan penyajian harus berpedoman pada standar yang berlaku, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK). CV. Hana Sejati Group merupakan perusahaan perdagangan batu bara. Kegiatan transaksi batu bara tersebut kebanyakan dilakukan secara kredit. Kredit yang diberikan biasanya paling lama 6 bulan dan paling sedikit satu minggu, tergantung dari kepercayaan atau berapa lama sudah perusahaan berhubungan dengan pembeli tersebut. Tidak ada perjanjian secara legal yang ada hanya kepercayaan antara perusahaan dengan pembeli batu bara tersebut, termasuk dalam hal pembayaran tagihan piutang. 196 Ketika melakukan pembayaran, pembeli atau pembeli biasanya akan membayar pembeliannya sesuai dengan jangka waktu yang menjadi kesepakatan. Namun sering kali pembayaran terjadi kebanyakan tidak sesuai dengan jumlah tagihan atau harga penjualannya. Sudah menjadi kebiasaan pembeli membayar sejumlah besar tagihan dan menyisakan sejumlah kecil menjadi utang atau dibayarkan kemudian. Begitu juga sebaliknya, sudah menjadi kebiasaan pembeli juga untuk membayarkan sisanya dalam jangka waktu yang tidak tentu. Sementara itu, pada tagihan selanjutnya, pembeli akan menyisakan lagi sebagian kecil tagihan yang dibayarkan, sehingga akhirnya piutang tersebut menjadi tertumpuk dan tidak jelas posisinya. Apakah menjadi diskon atau masih menjadi piutang. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak mempunyai sistem penagihan yang jelas karena langsung dikelola oleh pemilik atau direktur perusahaan. Piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya, jika sudah sampai waktu pembayarannya. Seharusnnya tagihan tersebut harus ada perjanjiannya, berapa lama harus dibayarkan, berapa jumlah pembayar-annya dan apa sangsinya apabila terjadi keterlambatan atau kekurangan pembayaran dari tagihan piutang yang ada. Pada kenyataannya perusahaan tidak melakukan hal tersebut, sehingga menyebabkan piutang tersebut tidak terjamin kemungkinan pelunasannya. Artinya piutang mempunyai resiko besar kemungkinan tidak tertagih. Sebagai bentuk kehatihatian akuntansi dan bentu antisipasi resiko kerugian piutang yang tidak tertagih, maka dalam pembukuan perkiraan piutang usaha selalu diikuti dengan perkiraan kontranya, yaitu rekening penyisihan piutang ragu-ragu atau KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014 rekening cadangan kerugian piutang usaha yang berfungsi mengeliminir resiko piutang yang tidak tertagih membebani performa keuangan perusahaan yang tergambar dalam laporan keuangannya. Hal ini sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang menyatakan: “Piutang dinyatakan sejumlah bruto tagihan dan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak tertagih”, (PAI, IAI, 1994: 9.4). Sementara itu, piutang usaha pada CV Hana Sejati Group Banjarmasin dalam neraca disajikan sebesar nilai piutang yang belum dibayarkan sesungguhnya tanpa memunculkan perkiraan kontra dari perkiraan piutang usaha, yaitu penyisihan piutang ragu-ragu atau cadangan kerugian piutang usaha. Piutang usaha tersebut disajikan apa adanya, sesuai dengan jumlah bruto dari piutang usaha. Ini berarti perusahaan tidak mengestimasikan kemungkinan adanya piutang usaha yang tidak tertagih. Padahal sesuai prinsip kehatian-hatian atau konservatisme, bahwa tidak ada yang bisa menjamin piutang usaha dapat tertagih seluruhnya. Pengaruhnya terhadap neraca adalah piutang dagang yang disajikan tersebut belum menunjukkan nilai yang wajar dan benar karena nilainya menjadi terlalu besar padahal banyak nilai piutang usaha yang sudah berumur bertahun-tahun belum dilunasi pelanggan. Sementara itu, pengaruhnya terhadap laporan laba rugi adalah belum diterapkannya dengan tepat prinsip matching antara pendapatan dan biaya-biaya yang terjadi dalam periode yang bersangkutan karena ada potensi biaya yang tidak terantisipasi sesuai periode yang bersangkutan. Akibat lainnya adalah apabila ternyata terdapat keyakinan bahwa suatu nilai piutang tidak dapat tertagih karena pelanggan yang ber- 197 sangkutan dianggap sudah tidak mampu lagi melunasi piutangnya, maka yang dibebani adalah laporan laba/rugi yang terakhir padahal mungkin saja piutang yang dihapus tersebut adalah piutang pada periode yang lalu-lalu, selain itu akan ada kemungkinan pembebanan kerugian piutang usaha yang tidak tertagih menjadi terlalu besar dan membebani laporan laba/rugi yang bersangkutan. Adanya kerancuan informasi ini, akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pihak manajemen yang menggunakan informasi laporan keuangan untuk pengembangan usaha dan juga bagi pemakai laporan keuangannya. Bila informasi yang disampaikan kemungkinan tidak benar, maka ada kemungkinan keputusan yang dihasilkan menjadi kurang tepat sehingga berakibat terhadap kelangsungan usaha perusahaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi permasalahan adalah di perusahaan yang menjadi objek penelitian ini (CV Hana Sejati Group) perlakuan terhadap piutang usaha tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia, sehingga mengakibatkan laporan laba/rugi yang disajikan perusahaan menjadi terlalu besar atau menjadi terlalu kecil. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penerapan akuntansi piutang usaha pada CV Hana Sejati Group Banjarmasin. 2. Analisa pengaruh yang ditimbulkan oleh perlakuan akuntansi piutang usaha yang diterapkan oleh perusahaan terhadap laporan keuangannya dengan cara membandingkan laporan keuangan yang diuraikan hasil penelitian berdaarkan SAK. 3. Menampilkan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK yang berlaku di tanah air. KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Piutang Pengertian piutang menurut SAK Indonesia adalah “Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan”, (IAI, 1994:9.4). Berikut ini beberapa pengertian piutang usaha menurut beberapa ahli: 1. Piutang dagang (piutang usaha) menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan oleh perusahaan (Baridwan, 1992: 136). 2. Piutang kepada langganan, yaitu yang berasal dari penjualan barang dan jasa secara kredit. Grup ini biasanya disebut dengan piutang dagang (trade receivable) (Soetedjo, 1992:94). Dari pengertian piutang dagang menurut para ahli dan IAI tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa piutang dagang adalah tagihan kepada pihak lain yang timbul akibat penjualan barang dan atau jasa secara kredit dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Jenis-jenis Piutang Menurut PSAK, piutang dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Piutang usaha, meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau menyerahkan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. 2. Piutang lain-lain, meliputi piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan normal perusahaan. 3. Piutang yang diperkuat dengan promes disebut dengan wesel (IAI, 1994:9.4). Menurut Soetedjo (1992), piutang dapat diklasifikasikan menjadi: 198 a. Piutang wesel (notes receivable), yaitu piutang yang didukung oleh dokumen formil, sehingga penagihan lebih terjamin. b. Piutang biasa (account receivable), yaitu piutang yang tidak didukung oleh dokumen formil. Piutang ini diklasifikasikan lagi menjadi : i. Piutang dagang (trade receivable), yaitu piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit. ii. Piutang bukan dagang (non-trade receivable), yaitu tagihan yang timbul bukan dari kegiatan perdagangan yang normal. iii. Piutang penghasilan (accrued receivable), yaitu pendapatan yang terjadi, tetapi sampai akhir periode, pendapatan tersebut belum diterima. Pencatatan dan Pengakuan Piutang Dagang Suatu piutang dagang, umumnya dicatat pada saat hak atas barang tersebut berpindah kepada pembeli. Piutang dagang dianggap sebagai hak perusahaan terhadap pihak lain sebagai tagihan yang akan dimintakan pembayarannya. Piutang tidak boleh dicatat dan diakui sebagai penjualan apabila terhadap barang dagangan yang telah dikirimkan kepada pelanggan, ternyata hak atas piutang tersebut masih ditahan oleh penjual. Dalam transaksi penjualan barang dagangan dikenal adanya syarat penjualan. Dalam kaitannya dengan adanya syarat penjualan tersebut terhadap pencatatan piutang dagang, Smith dan Skounsen (1994) menyatakan bahwa karena pemindahan hak itu dapat berbeda-beda menurut KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014 syarat penjualan-nya, maks sudah merupakan praktek yang umum untuk mencatat piutang pada saat barang dikirimkan kepada pelanggan”, (Hairul Aswandi, 1995:50). Penyajian Piutang dalam Laporan Keuangan Neraca Dalam hubungannya dengan nilai bersih piutang yang dapat direalisasikan, SAK menyatakan: “Piutang dinyatakan sebagai jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima. Jumlah bruto piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat diterima”, (IAI, 1994: 9.4) Penyisihan Piutang Tak Tertagih Pembentukan penyisihan piutang tak tertagih merupakan penerapan dari prinsip konservatisme dalam menghadapi ketidakpastian peristiwa dengan menggunakan pertimbangan yang sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam PSAK, dinyatakan “Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti tidak tertagihnya piutang,…. dst. Ketidakpastian semacam ini diakui dengan mengungkapkan hakekat yang sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan yang sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidakdinyatakan terlalu rendah”, (IAI, 1994:13). Dasar-dasar untuk Menaksir Kemungkinan Tidak Tertagihnya Piutang Ada dua alternatif pendekatan yang umumnya dipakai untuk menen- 199 tukan besarnya jumlah kerugian piutang dagang, yaitu: 1. Pendekatan Laba Rugi (Income Statement Approach). Dalam pendekatan ini, jumlah yang diperkirakan tidak tertagih diambil dari persentase tertentu dari penjualan kredit bersih, sehingga semakin besar jumlah penjualan kredit semakin besar pula kemungkinan piutang dagang yang mungkin tidak tertagih. 2. Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach), yaitu dilakukan dengan tiga cara: a. Jumlah cadangan dinaikan sampai prosentase tertentu dari saldo piutang dagang. b. cadangan ditambah dengan prosentase tertentu dari saldo piutang dagang. c. cadangan dinaikkan sampai suatu jumlah yang dihitung dengan analisa umur piutang dagang. Pengakuan Penghapusan Piutang Dagang pada saat Benar-benar Tidak Tertagih Dalam praktiknya sering kita jumpai adanya pengakuan terhadap kerugian piutang dagang yang timbul dari penjualan kredit tidak berdasaran pada taksiran, melainkan berdasarkan pada jumlah yang sesungguhnya terjadi. Kerugian piutang dagang baru diakui pada saat diketahui bahwa piutang dagang benar-benar dinyatakan tidak tertagih dari debitur langsung yang selanjutnya piutang dagang tersebut dihapuskan. Pembebanannya pada rekening piutang dagang. Oleh karena itu metode ini disebut metode penghapusan langsung (direct write off of bad debt). Dalam metode langsung ini, perusahaan tidak mencoba untuk membebankannya pada kerugian piutang dagang yang timbul sebagai biaya KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014 yang dibebankan pada periode akuntansi yang sesuai dengan piutang dagang yang dihapus tersebut. Sehingga dalam penggunaan metode ini akan berakibat pada kurang telitinya dalam proses penentuan laba atau rugi periode penghapusan piutang dagang langsung dilakukan dan tidak dapat menunjukkan jumlah piutang dagang yang diharapkan akan tertagih dalam neraca, karena hanya menunjukkan jumlah piutang bruto. Penerimaan Kembali Piutang Dagang yang Telah Dihapuskan Perlakuan akuntansi terhadap pernyataan dan pembayaran yang akan diterima dari piutang dagang yang telah dihapuskan tergantung pada: 1. Metode pengakuan adanya kerugian piutang dagang, 2. Kepastian tahun buku di mana akan diterima pelunasan atas piutang dagang yang sudah dihapuskan tersebut. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Baridwan (1992:19) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksitransaksi keuangan yang terjadi selama setahun atau tahun buku yang bersangkutan. Tujuan laporan Keuangan. Standar Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan (IAI, 2002:1). Mengenai tujuan kualitatif dari laporan keuangan, Standar Akuntansi Keuangan juga memuatnya dalam bentuk karakteristik laporan keu- 200 angan. Karakteristik merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakainya. Ada empat karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan, yaitu : 1. Dapat Dipahami Hal ini menyangkut bahwa informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja penting tapi juga harus informasi yang dapat dimengerti oleh para pemakai laporan keuangan yang bersangkutan. 2. Relevan Maksudnya adalah bahwa informasi yang dipilih merupakan informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan sehingga dapat digunakan untuk pengembangan perusahaan yang sesuai dengan tujuannya. 3. Keandalan Agar dapat bermanfaat maksimal. Informasi harus dapat diandalkan. Informasi yang memiliki kualitas dapat diandalkan adalah informasi yang bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat Dibandingkan Pemakai laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk dapat mengidentifikasikan kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transksi dan peristiwa lainnya yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan yang bersangkutan. (IAI, 2002:1) KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisa Kelemahan Perlakuan Akuntansi Piutang Dagang Perusahaan 1. CV Hana Sejati Banjarmasin Perlakuan akuntansi terhadap suatu pos laporan keuangan meliputi beberapa hal, antara lain bukti-bukti transaksi yang berhubungan dengan pos tersebut yang digunakan sebagai dasar pencatatan, pembuatan jurnal yang dilanjutkan dengan posting ke buku besar dan buku pembantu masing-masing pos dan penyajiannya dalam bentuk laporan keuangan. Demikian halnya dengan perlakuan akuntansi piutang dagang yang meliputi penjualan kredit, jurnal pen-jualan, buku besar dan buku pembantu piutang dagang serta penyajiaannya dalam bentuk laporan keuangan. Pada dasarnya perlakuan akuntansi piutang dagang pada CV Hana Sejati Banjarmasin hampir sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia. Terutama pencatataannya ke buku besar dan buku pembantu piutang dagang sudah berdasrkan faktur penjualannya, pencatatan piutang dagang menggunakan jurnal penjualan yang kemudian di posting ke buku besar dan buku pembantu piutang dagangnya dan untuk pembayaran piutang dicatat ke dalam jurnal penerimaan kas. Akan tetapi kelemahan perlakuan akuntansi piutang dagang yang dijalankan perusahaan adalah pada penyajian piutang dagang pada neraca yang masih belum sesuai dengan SAK Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pa- 201 da laporan keuangan posisi keuangan atau laporan neraca. Piutang dagang disajikan sebesar nilai kotornya saja. Sedangkan menurut SAK Indonesia, piutang dagang dinyatakan sebesar jumlah kotor (bruto) tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah piutang dagang yang tidak dapat ditagih. Melihat hal tersebut, maka sudah selayaknya perlu untuk diadakan suatu pengkajian kembali terhadap perlakuan dan penyajian piutang dagang pada CV Hana Sejati Banjarmasin agar laporan keuangan yang disajikan dapat disesuaikan dengan SAK. Risiko kerugian piutang dagang pada perusahaan dapat disebabkan karena beberapa faktor, antara lain pailit atau meninggalnya debitur yang dapat mengakibatkan penjualan kredit belum terjamin pelunasannya. Karena adanya faktor waktu yang memungkinkan debitur tidak mampu membayar penuh seluruh utangnya, ini merupakan akibat yang harus ditanggung perusahaan. Melihat risiko tersebut, maka penyajian piutang dagang yang dilakukan oleh perusahaan perlu berdasarkan prinsip kenati-hatian (konservatif) sebagai suatu bagian dari pertimbangan yang sehat dalam kondisi ketidak pastian penerimaan piutang dagang di masa yang akan datang. Berkaitan dengan masalah ini, perlu ditaksir berapa jumlah piutang dagang yang tidak dapat tertagih sbagai risiko atas penjualan secara kredit. Oleh karena itu, cadangan kerugian piutang dagang pada CV Hana Sejati Banjarmasin perlu dibentuk. Agar dapat menyajikan nilai piutang dagang yang wajar dan menghasilkan informasi yang dapat dipercaya se- KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014 bagai bahan pertimbangan bagi pemakai laporan keuangannya. 2. PT Terang Jaya Banjarmasin Pada dasarnya perlakuan akuntansi pada PT Terang Jaya Banjarmasin sama dengan perlakuan akuntansi yang digunakan oleh CV Hana Sejati Banjarmasin. Oleh sebab itu dapat diperoleh kesimpulan yang sama, yaitu penyajian piutang dagang pada laporan keuangan neraca PT Terang Jaya Banjarmasin disajikan sesuai nilai brutonya tanpa diikuti perkiraan kontranya. Sehingga PT Terang Jaya Banjarmasin perlu melakukan koreksi penyajian akun piutang dagang pada laporan keuangan neraca dengan membentuk akun cadangan kerugian piutang dagang. Dengan penyajian yang sesuai dengan PSAK dapat dihasilkan informasi yang dapat diandalkan oleh pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan agar tujuan perusahaan dapat terkenang. 3. PT Alur jaya Banjarmasin. Perlakuan yang sama akan dilakukan pada penyajian akun piutang dagang pada laporan keuangan PT Akur Jaya Banjarmasin, karena melakukan hal yang sama dengan CV Hana Sejati Banjarmasin dan PT Terang Jaya Banjarmasin. Penyajian Piutang dagang yang Disarankan Berdasarkan permasalahan yang ada pada ketiga perusahaan tersebut, maka perlu diberikan telaah dengan berpedoman pada SAK dan landasan teoritis yang telah dikemukakan serta memberikan saran-saran 202 guna perbaikan penyajian piutang dagang pada kaporan keuangan neraca. Karena ketiga perusahaan dimiliki dan dijalankan oleh orang yng sama dengan permasalahan yang sama pula, maka dalam telaah dan penyelesaiannya akan dilakukan secara bersama-sama dan sekaligus sehingga hasil tulisan ini menjadi efektif dan efisien. Dengan adanya ketidakpastian pelunasan piutang dagang di masa yang akan datang, mengekibatkan perlunya suatu estimasi terhadap kerugian yang mungkin terjadi. Jumlah kerugian yang ditaksir tersebut merupakan beban yang ditanggung oleh perusahaan dan harus di-matchingkan dengan penjualannya. Sebagai jalan keluar dari kelemahan tersebut, maka penyajian piutang dagang dalam laporan keuangan harusnya bersifat konservatif. Untuk itu perlu dipilih alternatif penyajian akuntansi yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. Konsekuensi dari prinsip konseravatif adalah piutang dagang perusahaan yang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (nett reliazable value), hal ini sesuai dengan SAK di Indonesia. Untuk mengadakan suatu penilaian yang wajar terhadap kemungkinan tidak tertagihnya piutang dagang, maka penulis menggunakan metode penyisihan berdasarkan analisis umur piutang dagang dengan landasan pemikiran agar dapat dilakukan analisa secara benar dan tepat langganan/pembeli mana saja yang sering melakukan keterlambatan pembayaran sehingga manajemen dapat melakukan perlakuan atau tindakan khusus terhadap langganan/ pembeli yang menunggak tersebut. Selain itu manajemen dapat melakukan optimalisasi penagihan kepada langganan/pembeli yang tepat di ma- KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014 sa yang akan datang untuk mengurangi resiko kerugian piutang dagang yang tidak dapat direalisasikan. Penentuan cukup memadainya jumlah taksiran kerugian piutang dagang bukanlah suatu proses matematis saja, namun perlu juga mempertimbangkan faktor lainya seperti pengalaman pembayaran oleh pelanggan/pembeli di masa lalu, pengalaman pembayaran pelanggan/pembeli setelah ada tagihan dari perusahaan, kebijakan penagihan piutang dagang oleh perusahaan, tenaga kerja yang berhubungan dengan piutang, dokumentasi dan kelengkapan catatan serta bukti transaksi, bonafiditas pelanggan/pembeli dan lainnya yang dianggap mempengaruhi penentuan jumlah taksiran kerugian piutang dagang yang dianggap wajar dan mendekati kebenaran. Dengan metode tersebut di atas, penulis bersama-sama dengan pegawai bagian administrasi dan keuangan perusahaan, mencoba merumuskan kelompok umur piutang dan persentase yang dianggap wajar sebagai dasar penentuan kerugian piutang dagang. Berdasarkan analisa tersebut, maka piutang dagang disarankan untuk digolongkan ke dalam umur sebagai berikut: 1. Belum jatuh tempo, 2. Sudah jatuh tempo (menunggak), dengan umur tunggakan sebagai berikut: a. Menunggak 1 – 30 hari, b. Menunggak 31 – 60 hari, c. Menunggak 61 – 90 hari, d. Menunggak 90 – 180 hari, e. Menunggak 180 - 360 hari, dan f. Menunggak di atas 360 hari. Umur piutang tersebut dihitung dari tanggal faktur sampai dengan tanggal neraca, karena tanggal faktur merupakan tanggal yang disetujui se- 203 bagai tanggal penyerahan barang dagangan. Sementara itu, penentuan persentase yang digunakan sebagai dasar untuk menaksir cadangan kerugian piutang dagang yang akan diakui dan sajikan dilihat dari pengalaman perusahaan di masa yang lalu atas kemungkinan tertagih dan tidak tertagihnya piutang dagang. Berdasarkan perhitungan persentase rata-rata persentase kemungkinan tak tertagihnya piutang dagang perusahaan dapat ditentukan persentase kemungkinan tidak tertagih dan tidak tertagihnya piutang dagang pada CV Hana Group Banjarmasin dengan kesimpulan sebagai berikut. Tabel 1. Daftar Persentase Kemungkinan Tertagih dan Tidak Tertagih Piutang Dagang CV Hana Sejati Group Banjarmasin Umur (Hari) 1-30 31-60 61- 90 91- 180 180-360 >360 Kemungkinan Tertagih (%) 95 90 80 70 40 0 Kemungkinan Tak Tertagih (%) 5 10 20 30 60 100 Penyajian Akun Piutang Dagang untuk CV Hana Sejati Banjarmasin Pada tahun 2006, karena perkiraan cadangan kerugian piutang dagang belum ada, maka saldonya nol. Pada akhir tahun 2006, jum-lah kerugian piutang dagang yang dibebankan kepada perusahaan adalah sebesar Rp 59.623.500. Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp 1.680.000 menjadi saldo piutang dagang lewat waktu. Untuk tahun 2007, saldo perkiraan cadangan kerugian piutang dagang adalah sebesar Rp 61.303.500 sedangkan jumlah cadangan kerugian KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014 piutang dagang untuk tahun 2007 sebesar Rp 67.372.500, maka jumlah kerugian piutang dagang pada tahun 2007 yang dibebankan pada CV Hana Sejati Banjarmasin adalah sebe-sar Rp 6.069.000 (Rp 67.372.500 – Rp 61.303.500). Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp 10.000.000 menjadi tambahan pada saldo piutang dagang lewat waktu. Untuk tahun 2008, saldo perkiraan cadangan kerugian piutang dagang adalah sebesar Rp 67.372.500 sedangkan jumlah cadangan kerugian piutang dagang untuk tahun 2008 adalah sebesar Rp 57.790.000, maka jumlah kerugian piutang dagang yang dibebankan kepada perusahaan adalah sebesar Rp –9.582.500 (Rp 57.790.0000 – Rp 67.372.500). Sedangkan jumlah piutang dagang yang termasuk ke dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp 2.500.000 menjadi tambahan saldo bagi rekening piutang dagang lewat waktu. Berdasarkan perhitungan cadangan kerugian piutang dagang di atas dan adanya piutang dagang lewat waktu, maka disumsikan bahwa penyesuaian yang dilakukan adalah pada tanggal 31 Desember 2008, maka jurnal penyesuaiannya adalah: Kerugian piutang dagang Cadangan kerugian piutang dagang Rp-9.582.500 Piutang dagang lewat waktu Piutang dagang Rp 2.500.000 - - - Rp-9.582.500 - Rp 2.500.000 Sedangkan untuk tahun 2006, dengan asumsi telah tutup buku, maka jurnal penyesuaiannya adalah: Laba ditahan Cadangan kerugian piu- Rp 61.303.500 - Rp 61.303.500 tang dagang Piutang dagang lewat waktu Piutang dagang 204 Rp 1.680.000 - - Rp 1.680.000 Untuk tahun 2007, dengan asumsi yang sama, maka jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut: Laba ditahan Cadangan kerugian piutang dagang Rp 6.069.000 - Rp 6.069.000 Piutang dagang lewat waktu Piutang dagang Rp 10.000.000 - - Rp 10.000.000 Penyajian yang Disarankan untuk PT Terang Jaya Banjarmasin Pada tahun 2006, karena perkiraan cadangan kerugian piutang dagang belum ada, maka saldonya nol . Akhir tahun 2006, jumlah kerugian piutang dagang yang dibebankan kepada perusahaan adalah sebesar Rp 114.817.071,75. Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari adalah sebesar Rp 3.235.178 menjadi saldo piutang dagang lewat waktu. Untuk tahun 2007, saldo perkiraan cadangan kerugian piutang dagang adalah sebesar Rp 118.052.249,75, sedangkan jumlah cadangan kerugian piutang dagang yang dibebankan kepada perusahaan untuk tahun 2007 adalah sebesar Rp 107.189.204,80, maka jumlah kerugian piutang dagang yang dibebankan pada perusahaan tahun 2007 adalah Rp -7.627.866,95 (Rp107.189.204,80 – Rp 118.052.249,75). Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp11.313.612 menjadi tambahan pada saldo piutang dagang lewat waktu. Untuk tahun 2008, saldo perkiraan cadangan kerugian piutang dagang adalah sebesar Rp 107.189.204,80, KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014 sedangkan jumlah cadangan kerugian piutang dagang untuk tahun 2008 adalah sebesar Rp 261.525.467,25, maka jumlah kerugian piutang dagang yang dibebankan adalah sebesar Rp 154.336.262,45 (Rp 261.525.467,25 – Rp 107.189.204,80). Untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp11.313.612 menjadi saldo tambahan pada saldo piutang dagang lewat waktu. Berdasarkan perhitungan cadangan kerugian piutang dagang di atas dan adanya piutang dagang lewat waktu dan dengan asumsi bahwa penyesuaian yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2008, maka jurnal penyesuaian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: Kerugian piutang dagang Cadangan kerugian piutang dagang Rp154.336.262,45 Piutang dagang lewat waktu Piutang dagang Rp 11.313.612 - - Rp154.336.262,45 - Rp 11.313.612 Untuk tahun 2006 dengan asumsi telah dilakukan tutup buku, maka jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut: Laba ditahan Cadangan kerugian piutang dagang Rp118.052.249,75 - Rp118.052.249,75 Piutang dagang lewat waktu Piutang dagang Rp3.235.178 - - Rp3.235.178 Untuk tahun 2007, dengan asumsi yang sama dengan tahun 2006, maka jurnal penyesuaian yang digunakan adalah: Laba ditahan Cadangan kerugian piu- (Rp7.627.866,95) - (Rp7.627.866,95) 205 tang dagang Piutang dagang lewat waktu Piutang dagang Rp11.313.612 - - Rp11.313.612 Penyajian yang Disarankan untuk PT Alur Jaya Banjarmasin Pada tahun 2006, karena perkiraan cadangan kerugian piutang dagang belum ada, maka saldonya nol (kosong). Akhir tahun 2006, jumlah kerugian piutang dagang yang dibebankan kepada perusahaan adalah sebesar Rp.21.382.507 Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari adalah sebesar Rp.602.490 menjadi saldo piutang dagang lewat waktu. Untuk tahun 2007, saldo perkiraan cadangan kerugian piutang dagang adalah sebesar Rp 21.984.997. Sedangkan jumlah cadangan kerugian piutang dagang untuk tahun 2007 yang dibebankan kepada perusahaan adalah sebesar Rp74.784.771,25, maka jumlah kerugian piutang dagang yang dibebankan kepada perusahaan di tahun 2007 adalah sebesar Rp52.779.774,25 (Rp74.784.771,25 – Rp118.052.249,75). Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp 11.100.185 menjadi tambahan pada saldo piutang dagang lewat waktu. Untuk tahun 2008, saldo perkiraan cadangan kerugian piutang dagang adalah sebesar Rp 74.784.771,25, sedangkan jumlah cadangan kerugian piutang dagang untuk tahun 2008 adalah sebesar Rp 106.165.454,40, maka jumlah kerugian piutang dagang yang dibebankan adalah sebesar Rp31.380.683,15 dengan perincian (Rp106.165.454,40 – Rp74.784.771,25). Sedangkan untuk piutang dagang yang termasuk dalam kelompok umur >360 hari, yaitu sebesar Rp 4.592.726 KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014 menjadi saldo tambahan pada saldo piutang dagang lewat waktu. Berdasarkan perhitungan cadangan kerugian piutang dagang di atas dan adanya piutang dagang lewat waktu dan dengan asumsi bahwa penyesuaian yang dilakukan pada tanggal 31 Desember 2008, maka jurnal penyesuaian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: Kerugian piutang dagang Cadangan kerugian piutang dagang Rp31.380.683,15 Piutang dagang lewat waktu Piutang dagang Rp4.592.726 - - Rp31.380.683,15 - - Rp4.592.726 Untuk tahun 2006 dengan asumsi telah dilakukan tutup buku, maka jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut: Laba ditahan Cadangan kerugian piutang dagang Rp21.984.997 Rp21.984.997 Piutang dagang lewat waktu Piutang dagang Rp602.490 - Rp602.490 Untuk tahun 2007, dengan asumsi yang sama dengan tahun 2006, maka jurnal penyesuaian yang digunakan adalah: Laba ditahan Cadangan kerugian piutang dagang Rp52.799.774,25 Rp52.799.774,25 Piutang dagang lewat waktu Piutang dagang Rp11.100.185 - - Rp.11.100.185 206 PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut. 1. Piutang dagang yang ada di perusahaan dikelola langsung oleh bagian penjualan dan pemasaran dan dilaksanakan oleh satu orang saja. 2. Dokumentasi perusahaan sangat baik, termasuk yang berhubungan dengan piutang dagang, sehingga penulis dapat mengidentifikasikan umur piutang dengan tepat. 3. Perusahaan telah melakukan konfirmasi piutang kepada setiap pelanggan untuk memastikan jumlah piutang dagang yang akan digunakan dalam tulisan ini. 4. Sistem akuntansi piutang dagang sudah dicatat dengan baik. Pencatatan di jurnal, posting ke buku besar dan buku pembantu dilakukan bagian akuntansi berdasarkan faktur penjualan. 5. Catatan akuntansi yang digunakan dan berhubungan dengan piutang dagang adalah jurnal penjualan penjualan, penerimaan kas, buku besar piutang dagang dan buku pembantu piutang dagang. 6. Perusahaan menyajikan piutang dagang dalam jumlah bruto dan tidak menyajikan resiko kemungkinan tidak tertagih. 7. Informasi yang disampaikan tidak tepat waktu dan tidak tepat angka karena laporan keuangan disajikan perperusahaan, bukan disajikan secara konsolidasi. Saran Saran-saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Agar laporan keuangan yang disajikan perusahaan layak dan wajar, maka perusahaan harus disa- KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014 2. 3. 4. 5. 6. 7. jikan tepat waktu dan sesuai dengan SAK agar berguna dan dapat memberikan informasi yang tepat. Laporan keuangan dapat disajikan secara konsolidasi agar laporan keuangan dapat menyampaikan informasi secara komprehensif dan menyeluruh sehingga pemakai laporan keuangan dapat gambaran yang lebih jelas tentang harta, utang dan hasil usahanya dari semua perusahaannya. Agar laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan dapat disajikan dengan wajar, maka perusahaan harus memperlakukan piutang dagang dengan mengacu pada SAK di Indonesia. Untuk itu perusahaan perlu membuat perkiraan cadangan kerugian piutang dagang sebagai rekening kontra piutang dagang yang nantinya mengeliminir piutang dagang yang tidak tertagih. Perusahaan perlu memperhitungkan biaya kerugian piutang dagang yang tidak dapat tertagih setiap akhir periode. Dalam kasus CV Hana Sejati Group, penulis menyarankan agar perusahaan menggunakan analisa umur piutang dagang, di mana piutang dagang digolongkan dalam kelompok umur piutang dan ditentukan persentase taksiran kerugiannya sesuai dengan umur piutang yang telah ditentukan berdasarkan pengalaman penagihan piutang dagang perusahaan selama ini. Berdasarkan analisa perlakuan akuntansi terhadap piutang dagang tersebut, perusahaan dapat menentukan perusahaan mana saja yang mempunyai tunggakan piutang yang banyak sehingga dapat ditentukan strategi yang 207 bagaimana untuk menyelesaikan tunggakan tersebut. 8. Sebagai implementasi dari optimalisasi penanganan tunggakan piutang dagang dari langganan dapat di tambah personil khusus yang mengelola piutang dagang dengan tugas mencatat tunggakan piutang dagang dan mengirimkan tagihan secara periodik serta menentukan pembayaran pelanggan tersebut merupakan pembayaran atas tunggakan atau piutang dagang yang baru, sehingga tunggakan piutang tidak menumpuk dan tidak berumur terlalu lama yang akan membebani rekening piutang dagang di neraca. 9. Penyajian piutang dagang di neraca tahiun 2008 yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keiangan bagi CV Hana Sejati Banjarmasin adalah sebagai berikut. Piutang dagang Cadangan kerugian piutang dagang Nilai buku piutang dagang Rp 766.130.000 (Rp 57.790.000) Rp 708.340.000 10. Penyajian piutang dagang di neraca tahiun 2008 yang sesuai dengan SAK bagi PT Terang Jaya Banjarmasin adalah sebagai berikut. Piutang dagang Cadangan kerugian piutang dagang Nilai buku piutang dagang Rp 3.500.791.275 (Rp 261.525.468) Rp 3.239.265.808 11. Penyajian piutang dagang di neraca tahun 2008 yang sesuai dengan SAK bagi PT Alur Jaya Banjarmasin adalah sebagai berikut. Piutang dagang Cadangan kerugian piutang dagang Nilai buku piutang dagang Rp 1.417.204.599 (Rp 106.165.454) Rp 1.311.039.145 KINDAI Volume 10 Nomor 3, Juli – September 2014 12. Karena ketiga perusahaan dimiliki dan dijalankan oleh orang-orang yang sama, maka dapat dikatakan sebagai suatu group perusahaan sehingga laporan keuangan dapat disajikan lebih sederhana dan tepat waktu dengan penyajian laporan keuangan dengan system konsolidasi agat informasinya lebih lengkap dan komprehensif. DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Zaki. 1980. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE. Ikatan Akuntan Indonesia. 1984. Prinsip Akuntansi Indonesia. Rajawali. Ikatan Akuntansi Indonesia. 1994. Standar Akuntansi Indonesia. Jakarta: Erlangga. Smith, J.M., & K.F. Skousen. 1994. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga. Soetedjo, Soegeng. 1983. Akuntansi Intermediate. Surabaya: Airlangga University Press. 208