7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Bloom Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga
dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
2005). Secara garis besar Bloom membagi 6 tingkat pengetahuan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat banyak
mengandung vitamin c, tahu bahwa jamban adalah tempat membuang air besar,
dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya : apa tanda-tanda orang anak yang
kurang gizi? dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami sesuatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan
secara banar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang
7
8
memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar
menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat
menjelaskan mengapa harus mengubur, menutup, dan menguras tempat-tempat
penampungan air tersebut.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat
menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi
yang lain. Misalnya. Seseorang yang telah paham tenteng proses perencanaan, ia
harus dapat membuat perencanaan program kesehatan ditempat ia bekerja atau
dimana saja. Orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah
membuat proposal penelitian dimana saja, dan sebagainya.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam
suatu masalah atau objek yang diketahui.Indikasi bahwa pengetahuan seseorang
itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan membuat diagram (bagan)
terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara
nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart)
siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.
9
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk menerangkan atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponoen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
Misalnya, dapat membuata atau meringkasa dengan kata-kata atau kalimat sendiri
tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan
tentang artikel yang telah dibaca.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma- norma yang berlaku di
masyarakat. Miasalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak
menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga
berencana, dan sebagainya.
2.1.2 Ruang Lingkup Pendidikan Ibu
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yana mempunyai bentuk atau organisasi
tertentu seperti di sekolah atau di universitas. Adanya organisasi yang ketat dan
nyata. Misalnya tentang adanya penjenjangan cara atau metode mengajar di
sekolah (Kunaryo, 2005).
10
2. Pendidikan in Formal
Pendidikan in formal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di rumah dalam
bentuk lingkungan keluarga.Pendidikan ini berlangsung tanpa pendidik, tanpa
suatu program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu tanpa evaluasi
yang formal berbentuk ujian (Kunaryo, 2005).
3. Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal adalah usaha khusus yang diselenggarakan secara
terorganisir diutamakan bagi generasi muda dan orang dewasa yang tidak dapat
sepenuhnya mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan
keterampilan dasar yang mereka perlukan sebagai warga masyarakat produktif
(Kunaryo, 2005).
Seorang ibu yang memiliki pendidikan formal yang rendah belum tentu tidak
mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan
orang yang lebih tinggi pendidikan formalnya.Perlu menjadi pertimbangan bahwa
faktor tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya menyerap dan
memahami pengetahuan gizi yang ibu peroleh.
2.1.3 Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif
Pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif sangat penting agar ibu dapat
memberikan ASI eksklusif pada bayi dengan tepat.Kurangnya pengetahuan ibu
tentang pentingnya ASI eksklusif dipengaruhi oleh promosi produk-produk makanan
tambahan dan susu formula. Iklan tersebut bisa mengarahkan ibu untuk berpikir
bahwa ASI yang diberikannya kepada bayi belum cukup untuk memenuhi kebutuhan
11
bayi. Selain itu, kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya
promosi susu formula sebagai pengganti ASI, sehingga membuat masyarakat kurang
mempercayai kehebatan ASI, sehingga akhirnya memilih susu formula (Prasetyono,
2009).
Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media masa juga mempengaruhi
pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi pendidikan ibu semakin besar
peluang untuk memberikan ASI eksklusif. Sebaliknya akses terhadap media
berpengaruh negatif terhadap pemberian ASI, dimana semakin tinggi akses ibu pada
media semakin tinggi peluang untuk tidak memberikan ASI Eksklusif (Abdullah,
2004).
Pengetahuan sangat berhubungan dengan tingkat pendidikan, dengan demikian
pengetahuan ibu yang baik tentang keunggulan ASI eksklusif akan mempengaruhi
keberhasilan pemberian ASI eksklusif yang benar pada bayi. Menurut Rulina, bahwa
ibu dari semua tingkat ekonomi mempunyai pengetahuan yang baik tentang kegunaan
ASI dan mempunyai sikap yang positif terhadap usaha memberikan ASI, tetapi dalam
prakteknya tidak sejalan dengan pengetahuan mereka. Upaya untuk mengatasi
masalah ini dilakukan dengan pemberian informasi tentang pentingnya pemberian
ASI eksklusif pada bayi yang berusia 0 – 6 bulan pertama setelah kelahirannya
(Rahayuningsih, 2005).
12
2.2
Air Susu Ibu (ASI)
2.2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan
cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air, teh, dan air putih, serta tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim
(Kristiyansari, 2009).
2.2.2 Alasan Pemberian ASI Ekskusif Pada Bayi
Pemberian ASI kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan
kelebihan, diantaranya ialah menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya
infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan, dan infeksi telinga.ASI
juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit noninfeksi, seperti penyakit
alergi, obesitas, kurang gizi, dan asma.Selain itu, ASI dapat pula meningkatkan IQ
dan EQ anak.
Memberikan ASI pada anak bisa menciptakan ikatan psikologis dan kasih
sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi terasa terlindungi dalam dekapan ibunya,
mendengar langsung degup jantung ibu, serta merasakan sentuhan ibu saat disusui
oleh ibu. Hal itu tidak akan dirasakan bayi ketika minum susu lain selain ASI, karena
ia harus menggunakan botol.
Sebagian besar pertumbuhan dan perkembangan bayi ditentukan oleh
pemberian ASI eksklusif. ASI mengandung zat gizi yang tidak terdapat dalam susu
formula. Komposisi zat dalam ASI antara lain 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein,
13
7% laktosa, serta 0,2% zat lainnya yang berupa DHA, DAA, Shpynogelin, dan zat
gizi lainnya.
Akhir-akhir ini, sebuah analisis menerangkan bahwa memberikan ASI selama 6
bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termasuk 22% nyawa yang
melayang setelah kelahiran. Kematian anak balita di dunia setiap tahunnya dapat
dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sejak sejam pertama setelah
kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi
(Prasetyono, 2009).
2.2.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian ASI Pada
Bayi
1. Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya ini dapat dicontohkan misalnya ibu bekerja atau memiliki
kesibukan sosial lainnya. Selain itu budaya meniru teman, tetangga atau orang
terkemuka yang memberikan susu formula kepada anaknya.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis ini dapat dicontohkan seorang ibu takut kehilangan daya tarik
sebagai seorang wanita dan mungkin seorang ibu merasa tertekan batinnya.
3. Faktor Fisik Ibu
Ibu yang sedang sakit tidak dapat menyusui, apabila ibu menyusui bayinya maka
payudaranya akan terasa nyeri dan dapat mengakibatkan puting susu ibu lecet.
14
4. Kurangnya Petugas Kesehatan
Sedikitnya jumlah petugas kesehatan membuat masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang manfaat memberikan ASI.Karena petugas
kesehatan jarang melakukan pendidikan kesehatan.
5. Meningkatnya Promosi Susu Formula Sebagai Pengganti ASI Eksklusif
Kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya promosi susu
formula sebagai pengganti ASI, dapat membuat masyarakat kurang mempercayai
kehebatan ASI, sehingga akhirnya memilih susu formula (Prasetyono, 2009).
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Terkait Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi
Sungguh, ASI memang benar-benar penting bagi pertumbuhan, perkembangan,
dan kesehatan bayi. Mengenai hal ini, ibu perlu mengetahui berbagai aspek yang
mengharuskannya untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi sejak 6 bulan
pertama kelahirannya. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut :
1. Aspek Pemahaman dan Pola Pikir
ASI merupakan makanan utama bayi yang sangat baik dan tidak ada
bandingannya, meskipun susu formula termahal dan terbaik. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan. Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, terbukti
bahwa ASI eksklusif lebih unggul dari pada susu formula. Sebab ASI
mengandung zat-zat kekebalan yang tidak dimiliki oleh susu formula.
Meskipun pemberian ASI eksklusif telah banyak disosialisasikan, namun masih
ada ibu yang belum mengerti tentang manfaat dan pemberian ASI eksklusif, terutama
15
para ibu yang bekerja di luar rumah.Rendahnya tingkat pemahaman ibu tentang
pentingnya ASI selama 6 bulan dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan
yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang
terkandung dalam ASI. Hal-hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari pola
dasar pemberian ASI menjadi pemberian susu formula. (Prasetyono, 2009).
2. Aspek Gizi
ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi hingga 6 bulan
pertama kelahirannya.ASI pertama yang diberikan kepada bayi, yang sering
disebut kolostrum, banyak mengandung zat kekebalan, terutama IgA yang
berfungsi melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, seperti diare.Bila
kolostrum terlambat diberikan pada bayi, maka boleh jadi system kekebalan bayi
sedikit rapuh dan mudah terserang penyakit.
Kolostrum (cairan bening kekuningan) sungguh tak ternilai harganya.
Meskipun hanya diproduksi dalam jumlah yang sangat sedikit, yakni sekitar 7,4
sendok teh (36,23 ml) per hari, tetapi kandungan nutrisi yang ada dalam kolostrum
sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi pada hari-hari pertama masa
kehidupannya. Kolostrum juga mengandung vitamin, seperti vitamin A, B 6, B12, C, D,
dan K, serta mineral, terutama zat besi dan kalsium sebagai zat pembentukan tulang.
Selain memiliki konsentrasi nutrisi yang tinggi, kolostrum juga mengandung
banyak antibodi, atau yang disebut dengan immunoglobulin (Ig). Antibodi dibedakan
menjadi lima jenis (faktor imun), yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE (Prasetyono,
2009).
16
3. Aspek Pendidikan
Bagi semua ibu, menyusui bayi merupakan tindakan yang alamiah dan
naluriah.Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa menyusui tidak perlu
dipelajari.Sebenarnya, anggapan ini tidak sepenuhnya keliru, tetapi menyusui bisa
menjadi masalah manakala ibu menikah dini, atau melahirkan bayi yang pertama,
terutama dikalangan ibu yang bekerja.
Kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama
bayi.Mereka hanya mengetahui bahwa ASI adalah makanan yang diperlukan bayi
tanpa memperhatikan aspek lainnya.Waktu yang lama bersama bayi tidak
dimanfaatkan secara optimal, sehingga para ibu tidak memberikan ASI eksklusif
kepada bayi (Prasetyono, 2009).
4. Aspek Imunologi
Para ahli berpendapat bahwa ASI mengandung zat anti-infeksi yang bersih dan
bebas kontaminasi.Kadar Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum cukup
tinggi.Meskipun
IgA tidak diserap oleh tubuh bayi, tetapi zat ini berfungsi
melumpuhkan bakteri pathogen E.coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan
(Prasetyono, 2009).
5. Aspek Psikologis
Secara psikologis, menyusui mengandung tiga hal penting, yaitu :
1. Menyusui dapat membangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui
dengan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi. Bagi ibu, menyusui
tidak sekedar membeikan makanan kepada bayi, tetapi sangat dipengaruhi oleh
17
emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi. Kasih saying antara ibu dan bayi
dapa meningkatkan produksi hormon, terutama oksitosin yang akhirnya dapat
meningkatkan produksi ASI.
2. Interaksi antara ibu dan bayi. Secara psikologis, pertumbuhan dan
perkembangan bayi sangat tergantung pada integritas ibu dan bayi. Kasih
sayang ibu dapat memberikan rasa aman dan tenang, sehingga bayi bisa lebih
agresif menyusui. Dengan demikian, gizi yang diperoleh bayi pun semakin
banyak.
3. Kontak langsung ibu dan bayi melalui sentuhan kulit mampu memberikan rasa
aman dan puas, karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar
denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
Maka, dapat disimpulkan bahwa aktivitas menyusui bayi dapat membentuk
ikatan batin yang kuat antara ibu dan bayi, menghadirkan perasaan aman dan tenang,
merangsang produksi ASI dan memperlancar ASI, sehingga bayi bisa lebih
terpuaskan. Saat menyusui, terjadilah ikatan psikologis antara ibu dan bayi, yang
tidak dapat diberikan oleh susu formula. Proses ini disebut perlekatan atau bonding
(Prasetyono, 2009).
6. Aspek Kecerdasan
Para ahli gizi sependapat bahwa ASI mengandung DHA dan AA yang
dibutuhkan bagi perkembangan otak. Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan
pertama setelah kelahiran bayi mempunyai dampak positif, yaitu :
18
1. Proses pemberian ASI yang lancar memungkinkan asupan gizi menjadi lebih
maksimal. Hal ini dikarenakan adanya interaksi yang baik antara ibu dan bayi,
yang terjalin ketika menyusui. Dengan asupan gizi yang optimal, ASI dapat
membantu perkembangan sistem saraf otak yang berperan meningkatkan
kecerdasan bayi.
2. Berdasarkan hasil penelitian di Denmark, yang diungkapkan oleh seorang
konsultan neonatology RSCM di Jakarta, Prof. Rulina Suradi, Sp.A(K)
mengatakan bahwa bayi yang diberi ASI hingga lebih dari 6 bulan akan tumbuh
cerdas. Hal tersebut dikarenakan ASI mengandung DHA dan AA. Sementara itu,
bayi yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quotient) yang lebih
rendah tujuh sampai delapan poin dibandingkan bayi yang diberikan ASI secara
Eksklusif (Prasetyono, 2009).
7. Aspek Neurologis
Dengan minum ASI, koordinasi saraf pada bayi yang terkait aktivitas menelan,
menghisap, dan bernafas semakin sempurna. Hal ini akan mengurangi resiko
gangguan sesak nafas pada bayi yang baru lahir, atau terjadinya asma pada anak
prasekolah dan juga mencegah suara nafas yang tidak beraturan pada bayi, yang
mengarah pada gangguan di saluran pernafasan. Selain itu, bayi pun tidak mudah
batuk, dan mencegah terjadinya infeksi saluran pernafasan (Prasetyono, 2009).
19
8. Aspek Biaya
Ditinjau dari sudut biaya, maka dapat disimpulkan bahwa menyusui secara
eksklusif dapat mengurangi biaya tambahan, yang diperlukan untuk membeli susu
formula beserta peralatannya (Prasetyono, 2009).
9. Aspek Penundaan Kahamilan
Menyusui secara eksklusif dapat menunda datang bulan dan kehamilan, sehingga
dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang dikenal sebagai maetode
amenore laktasi (MAL) (Prasetyono, 2009).
2.2.5 Komposisi Gizi Dalam ASI
Air susu ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa, vitamin, dan mineral yang berfungsi sebagai makanan bagi bayi. Oleh karena
itu, ASI dalam jumlah cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan
pertama setelah kelahiran.Sebenarnya, banyak hal yang menyebabkan ibu enggan
menyusui bayinya. Diantaranya ialah ibu kurang memahami tentang keutamaan ASI
dibandingkan makanan pendamping ASI, yang sering
dikenal sebagai PASI
(Pengganti Air Susu Ibu). Kolostrum mengandung kadar protein yang sangat tinggi.
Meskipun memperoleh sedikit kolostrum, tetapi kolostrum itu sudah mencukupi
kebutuhan nutrisi pada minggu pertama kehidupannya (Prasetyono, 2009).
Komposisi zat gizi yang terdapat dalam ASI adalah sebagai berikut :
1. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang jumlahnya tidak terlalu
bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam PASI. Rasio
20
jumlah ASI dan PASI adalah 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan
PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik
cenderung tidak mau minum MPASI. Dengan demikian pemberian ASI semakin
berhasil (Prasetyono, 2009).
2. Protein
Protein dalam ASI terdiri dari protein yang susah dicerna dan protein yang mudah
dicerna. ASI lebih banyak mengandung protein yang mudah dicerna dibandingkan
dengan PASI. ASI mempunyai kadar protein rendah dibandingkan denga PASI.
Walaupun demikian, protein yang terkandung dalam ASI merupakan zat nutrisi
yang dibutuhkan oleh otot dan tulang bayi, agar dapat berkembang dengan baik
dan berfungsi optimal. Protein dalam ASI diciptakan dengan tepat sehingga sesuai
dengan tingkat metabolisme yang dijalankan oleh sistem organ tubuh bayi, dengan
demikian perkembangan bayi dapat berjalan dengan baik (Kodrat, 2010).
3. Lemak
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak yang
lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi ketimbang PASI.Hal ini dikarenakan
ASI lebih banyak mengandung enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total
lemak dalam ASI ibu bervariasi, dan berbeda-beda dari satu fase menyususi ke
fase berikutnaya. Pada mulanya kandungan lemak rendah, kemudian meningkat
jumlahnya. Kadar lemak pada hari pertama, kedua dan hari-hari berikutnya akan
terus berubah sesuai dengan kebutuhan
perkembangan tubuh bayi (Prasetyono, 2009).
energi yang diperlukan dalam
21
4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi
bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium
dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh dan
berjumlah sangat sedikit. Sekitar 75% dari zat besi yang terdapat dalam ASI dapat
diserap oleh usus. Lain halnya dengan zat besi yang bisa terserap dalam PASI,
hanya berjumlah sekitar 5-10%. ASI juga mengandung natrium, kalium, fosfor dan
klor yang lebih sedikit ketimbang PASI. Meskipun sedikit, ia tetap
dapat
memenuhi kebutuhan bayi (Prasetyono, 2009).
5. Vitamin
Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti semua vitamin yang
diperlukan bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI.
Sebenarnya, hanya ada sedikit vitamin D dalam lemak susu. Terkait itu, ibu perlu
mengetahui bahwa penyakit polio jarang menimpa bayi yang diberi ASI, bila
kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang larut air terdapat dalam
susu. Perlu diketahui bahwa vitamin tersebut bisa ditambahkan ke dalam vitamin
D yang larut lemak.Dan jumlah vitamin A, tiamin, dan vitamin C bervariasi sesuai
makanan yang dikonsumsi oleh ibu (Prasetyono, 2009).
2.2.6 Manfaat ASI Eksklusif
Menyusui bayi mendatangkan keuntungan bagi bayi, dan ibu.Sebagai makanan
bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung
enzim pencernaan. ASI juga dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi lantaran
22
mengandung zat penangkal penyakit, yakni immunoglobulin. ASI bersifat praktis,
mudah diberikan pada bayi, murah serta bersih (Prasetyono, 2009).
Memberikan ASI sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu minimal sampai
bayi berusia 2 tahun (Kristiyansari, 2009), karena ASI mengandung berbagai zat gizi
yang dibutuhkan bayi pada 6 bulan pertama setelah kelahiran. Dengam pemberian
ASI eksklusif, ibu bisa menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula yang
sebenarnya tidak lebih baik ketimbang ASI (Prasetyono, 2009).
Beberapa manfaat pemberian ASI, yaitu :
1. Manfaat pemberian ASI bagi bayi
a. Dengan mendapatkan ASI, bayi mempunyai kenaikkan berat badan yang
normal, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi
kemungkinan obesitas.
b. Bayi yang prematur lebih cepat tumbuh jika diberi ASI. Komposisi ASI akan
beradaptasi sesuai kebutuhan gizi bayi. ASI bermanfaat untuk menaikkan berat
badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.
c. Ketika bayi berusia 6-12 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi,
karena mengandung lebih dari 60 % kebutuhaan bayi. Setelah bayi berumur 1
tahun, perlu ditambah Makanan Pendamping ASI. Meskipun ASI hanya bisa
memenuhi 30 % dari kebutuhan bayi, pemberian ASI tetap dianjurkan karena
masih memberikan manfaat.
d. Para dokter menyepakati bahwa pemberian ASI dapat mengurangi resiko
infeksi lambung dan usus, sembelit, serta alergi.
23
e. Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit ketimbang bayi yang tidak
memperoleh ASI.
f. Bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning, karena
jumlah bilirubin dalam darah bayi berkurang seiring diberikannya kolostrum
yang dapat mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut selalu diberikan ASI
eksklusif.
g. Beberapa penyakit yang jarang menyerang bayi yang diberi ASI antara lain
kolik, kematian bayi secara mendadak.
h. IQ pada bayi yang memperoleh ASI lebih tinggi 7-9 poin ketimbang bayi yang
tidak memperoleh ASI (Prasetyono, 2009).
2. Manfaat ASI bagi ibu
1. Aspek Kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada puting susu ibu dapat membuat rahim menciut, sehingga
menjarangkan kehamilan dan mengurangi resiko pendarahan. Pemberian ASI
memberikan 98 % metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama
sesudah kelahiran dan hanya memberikan ASI eksklusif saja.
2. Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis, yang dapat menunda haid dan berkurangnya pendarahan pasca
persalinan, mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi, kejadian karsinoma
mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah daripada yang tidak menyusui.
24
3. Aspek penurunan berat badan
Ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi ternyata lebih mudah dan lebih
cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Lemak yang terdapat
dalam tubuh ibu disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI.
Maka, dengan menyusui tubuh ibu akan menghasilkan ASI lebih banyak sehingga
timbunan lemak berfungsi sebagai cadangan tenaga. Jika timbunan lemak
menyusut, maka berat badan ibu akan cepat kembali seperti sebelum hamil.
4. Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk
ibu.Ibu akan merasa bangga dan diperlukan karena dapat memberikan ASI pada
bayi. ASI dapat meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayi (Kristiyansari,
2009).
2.2.7 Masalah-Masalah Yang Dihadapi Ibu Pada Saat Menyusui
Pada dasarnya, ada berbagai hal yang menjadikan ibu sulit menyusui bayinya.
Banyak sekali masalah-masalah pada ibu menyusui yang timbul karena berbagai
sebab. Beberapa masalah yang dihadapi ibu pada saat menyusui, yaitu :
1. Puting susu rata atau masuk kedalam
Walaupun 87% ibu dapat menyusui, ada situasi tertentu yang membuat ibu sulit
menyusui. Sekitar 2% ibu memiliki puting susu yang masuk kedalam ketika
areolanya ditekan. Sedangkan 5-8% mempunyai puting susu rata yang tidak
mencuat keluar saat dingin atau distimulasi.
25
Menyusui bayi bukan tergantung pada besar kecilnya payudara ibu, tetapi
kelenturan kulit di sekelilingnya dan kemudian bayi menghisap puting payudara ibu.
Beberapa hal yang harus diperhatikan ibu terkait puting susu yang rata atau masuk ke
dalam :
a.
Mempelajari cara memijat payudara dengan tangan agar kolostrum yang
diperas dapat diberikan pada bayi.
b.
Bila ASI mulai mengalir dari penampungan air susu, hendaknya ibu
menggunakan pompa tangan sebelum menyusui untuk mendorong puting
payudara mencuat keluar.
c.
Ibu bisa menggunakan pelindung puting payudara untuk menarik puting
payudara agar mencuat keluar pada awal menyusui.
d.
Ibu meminta bantuan orang lain untuk meletakkan bayi pada posisi yang tepat
supaya bisa menyusui bayi dengan baik.
2. Puting susu lecet
Masalah puting susu lecat memang ada beberapa penyebabnya, diantarnya
adalah karena salah tarik pada saat menyusui, pembengkakan payudara, puting iritasi
karena bahan kimia, misalnya sabun, atau puting mengalami infeksi jamur. Setelah
anda tahu bahwa puting anda lecet, maka anda harus mengganti posisi bayi sewaktu
menyusui. Jika anda sudah memperbaiki posisi menyusui dan tetap saja masih lecet
maka cobalah menyusui bayi anda dengan lebih sering dibandingkan dengan
sebelumnya atau mengeluarkan air susu dengan massage atau pemijatan.
26
2.2.8 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Produksi ASI
Jumlah ASI dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. Makanan
Produksi ASI dapat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila ibu tidak
makan secara teratur dan tidak cukup mengandung gizi yang diperlukan akan
mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja
dengan sempurna tanpa makanan yang cukup dari ibu. Untuk memproduksi ASI
yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan
vitamin serta mineral yang cukup, selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak
yaitu lebih dari 8-12 gelas/hari. Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui,
yaitu :
a. Yang merangsang, seperti : cabe, merica, jahe, kopi, alkohol.
b. Yang membuat perut ibu gembung, seperti : ubi, singkong, kool, sawi, dan daun
bawang.
c. Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.
2. Ketenangan Jiwa dan Pikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan dan pikiran ibu, ibu yang
selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk
ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi
produksi ASI. Untuk memproduksi ASI harus dalam keadaan tenang.
27
3. Penggunaan Alat Kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu yang sedang menyusui, hendaknya
diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dan tidak cocok pada
ibu dapat mempengaruhi produksi ASI.
4. Perawatan Payudara
Dengan merangsang payudara akan mempengaruhi hypopise untuk mengeluarkan
hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan hormone oxytocin dalam
produksi ASI.
5. Faktor Istirahat Ibu
Bila ibu kurang istirahat akan mengalami kelemahan dan kelelahan dalam
menjalankan fungsinya dengan baik, dengan demikian pembentukan dan
pengeluaran ASI berkurang.
6. Faktor Isapan Bayi
Bila ibu selalu menyusui bayinya dan berlangsung lama, maka hisapan bayi dapat
merangsang produksi ASI sehingga pengeluaran ASI semakin bertambah.
7. Faktor Obat-obatan
Diperkirakan obat-obatan yang dikonsumsi ibu yang mengandung hormon dapat
mempengaruhi hormon prolaktin dan oxytocin yang berfungsi dalam pembentukan
dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu dengan sendirinya
akan mempengaruhi produksi pembentukan dan pengeluaran ASI (Ambarwati,
2010).
28
2.3 Tehnik Menyusui Yang Benar
2.3.1 Tehnik Menyusui Yang Benar
Adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan
bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2004). Memberi ASI dalam suasana yang santai
bagi ibu dan bayi.Buat kondisi ibu senyaman mungkin. Selama beberapa minggu
pertama, bayi perlu diberi ASI setiap 2,5 -3 jam sekali. Menjelang akhir minggu ke
enam, sebagian besar kebutuhan bayi akan ASI setiap 4 jam sekali. Jadwal ini baik
sampai bayi berumur antara 10-12 bulan. Pada usia ini sebagian besar bayi tidur
sepanjang malam sehingga tidak perlu lagi memberi makan di malam hari (Saryono,
2008; h. 30)
2.3.2 Posisi Menyusui
1. Posisi Dekapan
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini
membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar
kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala
badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya (Saryono
,2008; h. 34).
2. Posisi Football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki
payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil ukurannya atau
menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan.Sokong kepala bayi dengan
29
tangan, menggunakan bantal untuk menyokong belakang badan ibu (Saryono, 2008;
h; 35).
3. Posisi Berbaring
Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih.Jika baru pulih dari pembedahan
caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada beberapa hari
pertama.Sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas
(Saryono, 2008; h. 35).
2.3.3 Fungsi Menyusui Yang Benar
1. Puting susu tidak lecet
2. Perlekatan menyusu pada bayi kuat
3. Bayi menjadi tenang
4. Tidak terjadi gumoh
2.3.4Akibat Tidak Menyusui Dengan Benar
1. Puting susu menjadi lecet
2. ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
3. Bayi enggan menyusui
4. Bayi menjadi kembung
2.3.5Tanda Bayi Menyusui Dengan Benar
1. Bayi tampak tenang
2. Badan bayi menempel pada perut ibu
3. Mulut bayi terbuka lebar
4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
30
5. Sebagian areola masuk dalam mulut bayi, areola bawah masuk lebih banyak
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
7. Puting susu tidak terasa nyeri
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9. Kepala bayi agak menengadah.
2.3.6 Tanda bayi mendapat ASI dalam jumlah cukup
1.
Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
2.
Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu
3.
pertama (100-200 gr setiap minggu)
4.
Puting dan payudara tidak luka atau nyeri
5.
Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari dan
buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari
6.
Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan
dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya.
2.3.7 Langkah-langkah Menyusui yang benar
1.
Menjelaskan maksud dan tujuan pendkes
2.
Cuci tangan sebelum menyusui dan mengajari ibu
3.
Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik menggunakan
kursi yang rendah agar kaki ibu menggantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi).
4.
Mempersilahkan dan membantu ibu membuka pakaian bagian atas
31
5.
Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting
dan sekitar areola payudara (cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan
menjaga kelembaban puting susu).
6.
Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu
7.
Mengajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan
meletakkan satu tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala
bayi menghadap payudara
8.
Mengajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis
lurus
9.
Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang
lain menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan areolanya
10. Mengajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi : Menyentuh pipi dengan
puting susu atau menyentuh sudut mulut bayi
11. Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan cepat
kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu serta sebagian besar
areola ke mulut bayi)
12. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang atau
menyangga payudara lagi
13. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui
14. Mengajari ibu cara melepas isapan bayi (jari kelingking dimasukkan ke mulut
bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
32
15. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada
puting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya.
16. Mengajari ibu untuk menyendawakan bayi :
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung
ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa (bila tidak bersendawa tunggu 10 –
15 menit) atau bayi ditengkurapkan dipangkuan.
2.3.8 Upaya memperbanyak ASI
1)
a.
Untuk Bayi
Menyusui bayi setiap 2 jam siang dan malam dengan lama menyusui antra 10-15
menit disetiap payudara
b. Bangunkan bayi, lepas baju bayi yang menyebabkan rasa gerah
c.
Pastikan bayi menyusui dengan posisi menempel yang baik dan mendengarkan
suara menelan yang aktif.
d. Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali menyusui.
2)
Untuk Ibu
a. Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum
b. Makan makanan yang bergizi
c. Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi
setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan.
d. Susukan bayinya sesering mungkin (Anggraini, 2010; h. 22).
33
2.4 Kerangka Konsep
Variabel Independen
Pengetahuan ibu
tentang ASI
eksklusif
2.5
Variabel Dependen
Teknik Menyusui
Hipotesa Penelitian
Ada hubungan pengetahuan ibu post partum tentang pemberian ASI eksklusif
-
dengan teknik menyusui diruang kebidanan RSU Swadana Daerah Tarutung Tahun
2013.
Download