evaluasi sistem pengelolaan pendapatan rawat inap pada rumah

advertisement
 EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN PENDAPATAN RAWAT INAP
PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN
Ernawati
Dosen Tetap STIE Pancasetia Banjarmasin
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa sistem
pengelolaan pendapatan rawat inap yang dilakukan oleh Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin selama ini. Metode pengumpulan data yaitu dengan penelitian lapangan yang dilakukan pada instalasi rawat inap mengenai sistem pengelolaan pendapatan yang selama ini terjadi dan penerapan sistem informasi akuntansi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa selama ini dokumen yang digunakan cukup efektif
dan ada fungsi terkait beberapa didalamnya. Selain itu terdapat pemisahan fungsi yaitu pencatatan dan sistem otorisasi yang baik tetapi pada
penggunaan dokumen masih belum maksimal dalam entri billing sistem
pada tagihan biaya rawat inap.
Kata kunci: sistem pengelolaan pendapatan rawat inap
ABSTRACT
This study aims to identify and analyze inpatient revenue management
system undertaken by the Regional General Ulin Hospital Banjarmasin
far. The collecting data method was conducted by field research in inpatient of the revenue management system that has been happening and
application of accounting information systems. The results showed that
during these documents are used quite effectively and there are several
related functions therein. In addition there is the separation of the functions of recording and authorization system, but the using of document is
not maximized in the entry fee billing system on the bill hospitalization.
Keywords: inpatient revenue management system
269
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
270
PENDAHULUAN
Rumah Sakit adalah salah satu
tempat penyelenggaraan kegiatan
yang dimanfaatkan untuk memberikan
jasa pelayanan medis yang dibutuhkan bagi setiap pasien. Rumah sakit
merupakan suatu bentuk perusahaan
jasa yang dikelola oleh pemerintah
maupun pihak swasta (yayasan) yang
bertujuan memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Untuk
memberikan pelayanan pada masyarakat dengan baik, harus didukung
oleh penyelenggaraan sistem akuntansi rumah sakit yang baik pula.
Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Ulin Banjarmasin merupakan
salah satu instansi yang menangani
jasa kesehatan bagi masyarakat sehingga bisa dikategorikan sebagai badan usaha yang bergerak di sektor
publik. Pendapatan RSUD Ulin Banjarmasin berasal dari berbagai pelayanan antara lain penerimaan yang
berasal dari penerimaan rawat inap,
penerimaan dari rawat jalan, penjualan obat dan penerimaan dari jasa
laundry. Motivasi instansi ini bukan
pencapaian pada tingkat laba namun
lebih mengutamakan pelayanan jasa
kepada masyarakat, namun demikian
bukan berarti bahwa tingkat keuntungan dari jasa yang diberikan tidak
menjadi perhatian sama sekali.
Pengawasan dan pengendalian
terhadap penerimaan kas yang bersumber dari pelayanan terhadap pasien tetap mendapat perhatian dari manajemen. Mengingat pentingnya sumber pendapatan bagi penyediaan keuangan daerah, maka diperlukan pengelolaan terhadap sumber pendapatan daerah tersebut. RSUD Ulin Banjarmasin merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang mengelola penerimaan kas dari pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, diper-
lukan suatu sistem pengeolaan akuntansi yang dirancang khusus untuk
memenuhi kegiatan dari rumah sakit
sesuai kebutuhan. Penulis ingin menyampaikan bahwa sistem penerimaan kas pokok dalam rumah sakit terdiri
dari dua sumber yaitu penerimaan kas
rawat jalan dan penerimaan kas rawat
inap. Sistem pengelolaan penerimaan
kas menjadi sangat diperhatikan karena kas merupakan kekayaan sebuah
perusahaan yang sangat likuid. Penulis juga akan menyoroti bagaimana
proses pengelolaan penerimaan kas
pada RSUD Ulin yang berasal dari
instalasi rawat inap, karena sebagian
besar sumber penerimaan RSUD Ulin
berasal dari instalasi rawat inap selain
yang berasal dari pelayanan yang lain
seperti rawat jalan, Instansi Gawat
Darurat, dan jasa lainnya. Walaupun
selama ini pihak RSUD Ulin telah
mempunyai sistem dan prosedur
tersendiri guna mengamankan penerimaan kas yang berasal dari instalasi rawat inap, namun penulis
ingin mencoba menganalisis kelemahan-kelemahan yang perlu mendapat
pembenaran oleh pihak manajemen
serta kelebihan-kelebihan yang telah
diterapkan oleh pihak manajemen.
Setelah melakukan pengamatan
mendalam di beberapa tempat unit di
RSUD Ulin Banjarmasin maka penulis
memilih untuk mengangkat permasalahan yang ada di Instalasi rawat Inap
RSUD Ulin Banjarmasin. Berdasarkan
PP No. 23 tahun 2005, Permendagri
No. 61 tahun 2007 yang mengatur
tentang pengelolaan keuangan pada
Badan Layanan Umum (BLU) dan
Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan
No.
188.44/0464/Kum/2009
RSUD Ulin Banjarmasin ditetapkan
sebagai rumah sakit dengan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan
Umum daerah (PPK-BLUD Penuh)
dimana diberikannya fleksibilitas dalam pengelolaan keuangannya (tidak
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
271
melakukan penyetoran ke kas pemerintah daerah) maka secara fundamental akan mempengaruhi manajemen rumah sakit dalam hal kegiatan
operasional dan kesejahteraan karyawan.
Belajar dari pengalaman yang
telah lewat dimana RSUD Ulin Banjarmasin pernah mengalami kegagalan dalam hal pengelolaan keuangan
rumah sakit ketika berstatus sebagai
rumah sakit swadana, ke depan
RSUD Ulin tidak ingin hal tersebut terulang lagi. Maka momen RSUD Ulin
sebagai rumah sakit Pola Pengelolaan
Keuangan-Badan Layanan Umum Daerah ini harus benar-benar dilaksanakan sebaik dan semaksimal mungkin
oleh jajaran manajemen RSUD Ulin
Banjarmasin.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pendapatan
Pengertian pendapatan menurut
Indra Bastian (2006:106) adalah definisi pendapatan (income) meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan
(gains) pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa.
Sementara keuntungan mungkin timbul dan tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan
manfaat ekonomi dan pada hakikkatnya tidak berbeda dengan pendapatan. Oleh karena itu pos tersebut
tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini.
Mursyidi (2009:395) pendapatan
adalah semua penerimaan rekening
kas umum negara/daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali
oleh pemerintah. Sedangkan pengerti-
an pendapatan jasa pasien bagi rumah sakit menurut Beams, dkk. (2009:
95) adalah pendapatan jasa pasien
meliputi kamar dan ruangan, jasa perawat dan jasa profesional lainnya.
Pendapatan pasien dicatat pada jumlah penuh yang ditentukan ketika jasa/
layanan telah diberikan akan tetapi karena tujuan rumah sakit adalah melaporkan jumlah pendapatan yang akan
ditagih, penyesuaian dilakukan untuk
pengurangan dari pendapatan seperti
berikut ini.
1. Penyisihan diskon untuk dokter
dan karyawan
2. Penyesuaian kontraktual diskon
yang diatur dengan pembayar
pihak ketiga (misalnya medicare
dan blue cross) yang sering kali
memiliki perjanjian untuk memperoleh penggantian ada tingkat
yang lebih rendah dari yang
ditetapkan.
Pendapatan rumah sakit menurut Kaspi (2010:12) berdasarkan sifatnya terdiri atas: sewa ruangan, makanan untuk pasien, sewa alat, alat
habis pakai, obat, jasa sarana (termasuk hasil bagi jasa visitasi dan tindakan medis), pelayanan laboratorium
(khusus pemeriksaan laboratorium
rawat inap), administrasi dan eboser
(kartu pasien rawat inap).
Metode pencatatan atau pengelolaan pendapatan yang digunakan di
instalasi rawat inap adalah metode
akrual.
Pengertian Kas
Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari
maupun mengadakan investasi baru
dalam aktva tetap karena itu kas sangat penting dalam kelangsungan aktivitas perusahaan, sehingga memerlukan perhatian khusus, karena kas
yang kurang efektif dapat menyebab-
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
272
kan kelebihan dalam kas. Manajemen
harus mendayagunakan kas, khususnya kas uang yang sementara dan tidak digunakan untuk melaksanakan
kegiatan, hal ini diperlukan untuk
menghindari rugi.
Menurut Santoso (2011:2) kas
adalah uang tunai yang paling likuid
sehingga pos ini biasanya ditempatkan pada urutan aset. Yang termasuk
dalam kas adalah seluruh alat pembayaran yang dapat digunakan segera
seperti uang kertas, uang logam dan
saldo rekening giro di bank. Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Dapat
disimpulkan bahwa suatu perusahaan
memiliki anggaran kas untuk menjaga
posisi likuiditas dan untuk mengetahui
defisit dan surplus kas.
Pengelolaan Kas
Menurut Mursyidi (2009:375)
penerimaan kas adalah semua aliran
kas yang masuk dalam ke bendahara
umum negara/daerah. Pengelolaan
kas Badan Layanan Umum (BLU) diatur dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut.
1. Dalam rangka pengelolaan kas
Badan Layanan Umum (BLU)
menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut:
a. merencanakan penerimaan
dan pengeluaran kas,
b. melakukan pemungutan pendapatan atau tagihan,
c. menyimpan kas dan mengelola rekening bank,
d. melakukan pembayaran,
e. mendapatkan sumber dana
untuk menutup defisit jangka
jangka pendek, dan
f. memanfaatkan surplus kas
jangka pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan.
2. Pengelolaan
kas
BLU
dilaksanakan praktek bisnis yang
sehat
3. Penarikan dana yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
dilakukan dengan menerbitkan
Surat Perintah Membayar (SPM)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dan menurut Mursyidi (2009:
371) Prinsip-prinsip akuntansi untuk
Badan Layanan Umum (BLU) diatur
dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (BLU). BLU adalah
instansi di lingkungan pemerintah
yang dibentuk untuk memberikan pelayan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dan penerapan
praktik bisnis yang sehat.
Pola Tata Kelola Rumah Sakit
Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) memegang peran yang penting, karena disinilah dapat tercermin
pelaksanaan operasional dari RSUD
yang melaksanakan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD). Apakah telah
dilakukan dengan baik sesuai aturan
dan jiwa yang terkandung dalam maksud didirikan BLUD. Dalam modul ini
akan membahas mengenai pengertian
dan uraian pokok tentang penyusunan
dokumen Pola Tata Kelola Rumah
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
273
Sakit Daerah yang melaksanakan
PPK-BLUD, meliputi:
1. Pemahaman Tata Kelola,
2. Prinsip-Prinsip Dasar Tata Kelola
yang Baik (Good Corporate Governance),
3. Tata Kelola Klinik yang Baik
(Good Clinical Governance),
4. Aplikasi Konsep Tata Kelola
yang Baik,
5. Pola Tata Kelola Rumah Sakit
yang melaksanakan Pola Pengeloaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD),
6. Pola Tata Kelola Staf Medik,
Tahapan Penyusunan Dokumen
Pola Tata Kelola,
7. Peraturan Perundangan Pola Tata Kelola yang Baik Rumah Sakit
dengan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD),
8. Perancangan Penyusunan Hukum (Legal Drafting),
9. Outline Pola Tata Kelola Rumah
Sakit Daerah dengan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan layanan
Umum Daerah (PPK BLUD),
10. Tahapan Penyusunan Dokumen
Pola Tata Kelola, dan Latihan Penyusunan Dokumen Pola Tata
Kelola.
Dari berbagai definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa tata kelola
yang baik yaitu merupakan:
1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan yang harmonis tentang peran dewan komisaris,
direksi, rapat umum pemegang
saham dan para stakeholder lainnya.
2. Suatu sistem check and balance
mencakup perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang dapat membatasi
munculnya pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3. Suatu proses yang transparan
atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian dan pengukuran kinerja.
Prinsip-Prinsip Dasar Tata Kelola
yang Baik
Secara umum ada lima prinsip dasar yang terkandung dalam
good corporate governance atau tata
kelola yang baik menurut Daniri
(2005). Kelima prinsip tersebut adalah
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kesetaraan/
kewajaran. Namun dalam Permendagri No. 61 tahun 2007, prinsip yang dituntut untuk dilaksanakan hanya empat prinsip yang pertama. Secara lebih
rinci prinsip-prinsip dasar dalam tata
kelola yang baik adalah sebagai berikut:
1. Transparansi (transparancy), yaitu
keterbukaan informasi baik dalam
proses pengambilan keputusan
maupun dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Efek terpenting dari dilaksanakannya prinsip
transparansi ini adalah terhindarnya benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak
dalam manajemen.
2. Akuntabilitas (accountability), yaitu
kejelasan fungsi, struktur, sistem
dan pertanggungjawaban lembaga
sehingga pengelolaan lembaga
dapat terlaksana dengan baik.
Dengan terlaksananya prinsip ini,
lembaga akan terhindar dari konflik atau benturan kepentingan
peran.
3. Responsibilitas (responsibility), yaitu kesesuaian atau kepatuhan di
dalam pengelolaan lembaga terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan
yang berlaku, termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
274
lingkungan
hidup,
kesehatan/
keselamatan kerja, standar penggajian dan persaingan yang sehat.
4. Independensi (independency), yaitu suatu keadaan di mana lembaga dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kesetaraan dan kewajaran (fairness), yaitu perlakuan yang adil
dan setara didalam memenuhi
hak-hak stakeholder yang timbul
berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.
Aplikasi Konsep Tata Kelola yang
Baik
Selain bersaing untuk mendapatkan pengguna, lembaga pelayanan
publik juga bersaing dengan sektor
lain untuk memperoleh sumber daya
dari pemerintah, sehingga pelaksanaan pola tata kelola yang baik menjadi
sangat vital bagi lembaga. Aplikasi
Pola Tata Kelola ini terutama ditujukan
untuk:
1. Meningkatkan kemampuan bersaing mendapatkan sumber daya dari pemerintah maupun non
pemerintah
2. Mengurangi resiko perubahan
yang terjadi tiba-tiba dan mendorong penanaman modal jangka
panjang
3. Memperkuat sektor finansial
4. Memajukan manajemen yang bertanggung jawab dan kerja finansial yang solid.
Pola Tata Kelola Rumah Sakit
Tata Kelola Rumah Sakit Daerah dengan PPK BLUD disusun sesuai dengan falsafah BLUD yang tertuang di Peraturan Menteri Dalam
Negeri nomor 61 tahun 2007, sebagai
berikut.
1. Pelaksanaan reformasi di bidang
keuangan dan perkecualian dari
aturan negara sebelumnya.
2. Diberikan privilege dan tuntutan
khusus.
3. Penganggaran berbasis kinerja.
4. Orientasi pada output.
5. Mewiraswastakan
pemerintah
(enterprising the government).
6. Menerapkan pola pengelolaan
yang fleksibel.
7. Menonjolkan produktifitas, efektif
dan efisien.
8. Instansi yang dikelola secara
“business like“.
9. Tenaga yang profesional dan
kompeten.
10. Kontrak kinerja (a contractual performance agreement).
Pola Tata Kelola, yang merupakan peraturan dasar internal Rumah
Sakit Daerah dengan PPK-BLUD,
yang menggambarkan akuntabilitas,
transparansi, indepedensi, dan resposibilitas. Tata Kelola Rumah Sakit
Daerah dengan PPK-BLUD adalah
Tata kelola Rumah Sakit (Hospital by
laws) yang disesuaikan dengan tujuan pengelolaan BLUD yaitu meningkatkan pelayanan dengan praktek
bisnis yang sehat, yaitu pengelolaan
manajemen yang baik, bermutu dan
berkesinambungan.
Tahapan Menyusun Dokumen Pola
Tata Kelola
Langkah-langkah penyusunan
dokumen tata kelola meliputi:
1. Persiapan, yaitu menentukan
siapa yang akan menyusun
dokumen.
2. Pelaksanaan Penyusunan:
a. Melakukan legal audit: review
peraturan perundangan internal dan eksternal yang berlaku dan selama ini digunakan
sebagai landasan hukum.
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
275
b. Memberikan legal opinion,
menyusun draf, membahas
draft awal yang telah tersusun,
menyempurnakan
menjadi draft final.
3. Pengesahan & Sosialisasi
4. Evaluasi dan on going monitoring
Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRs)
Menurut Buyung Suwardi Umar
(2012) sistem informasi rumah sakit
merupakan sistem komputerisasi untuk kebutuhan rumah sakit, ruang
lingkup sistem aplikasi ini telah menyeluruh mulai dari pelayanan dalam
hal ini sistem informasi rumah sakit
serta saran manajemen dalam pengambilan keputusan.
Sistem informasi rumah sakit dibuat sebagai jawaban untuk memenuhi kebutuhan akan adanya sistem
informasi rumah sakit untuk RSUD
yang handal dan terintegrasi serta
menyeluruh dengan pendekatan pada
kebutuhan langsung di lapangan. Sehingga dengan adanya sistem informasi rumah sakit ini kebutuhan akan
informasi yang cepat, tepat, handal
serta murah dapat dilakukan baik informasi billing (keuangan) ataupun
riwayat medical record pasien, hal ini
akan sangat membantu para manajer
dalam menentukan kebijaksanaan
praktis maupun strategi dalam mengelola rumah sakit.
Sistem Pengelolaan Keuangan Rumah Sakit
Sistem keuangan rumah sakit
dimulai dari billing pasien, Penagihan
biaya rawat inap. Modul ini digunakan
untuk menghitung segala aktifitas pasien di rumah sakit yang berhubungan
dengan keuangan, modul ini bersifat
online di semua link/jaringan seperti
transaksi di setiap unit ruangan rawat
inap sehingga perhitungan biaya dapat dilakukan dengan cepat dan terpu-
sat. Menu billing dapat dimonitor setiap saat oleh petugas yang berwenang dan modul ini berakhir di
penagihan akhir pasien.
Modul ini juga on-line ke modul
Akuntansi khususnya di AR (account
Recevaible) sehingga untuk keperluan
administrasi keuangan tidak perlu ada
entri ulang, petugas keuangan tinggal
melakukan posting data.
Sistem Akuntansi Rumah Sakit
Menurut Buyung Suwardi Umar
(2012) modul ini akan dibagi menjadi
tujuh bagian sub modul yang terdiri
dari:
1. Modul pembelian barang, digunakan untuk mengelola proses pembelian item yang terdiri persediaan inventory dan jasa untuk rumah sakit, fixed asset, dan jasa.
2. Modul bank, digunakan untuk mengelola proses penerimaan dan
pengeluaran kas/bank termasuk
proses rekonsiliasi transaksi kas/
bank.
3. Modul account receivable, digunakan untuk mengelola pengawasan piutang rumah sakit.
4. Modul account payable, digunakan untuk mengelola transaksi
hutang rumah sakit.
5. Modul pixed asset, digunakan untuk mengelola proses perubahan
yang terjadi pada unit lain/
gabungan di rumah sakit.
6. Modul general ledger, digunakan
untuk mengelola dan mengkonsolidasikan data-data akuntansi
dari sub modul-modul lainnya di
dalam modul akuntansi dan keuangan agar dapat menghasilkan
laporan keuangan.
7. Modul laporan akuntansi dan keuangan digunakan untuk menghasilkan laporan akuntansi dan keuangan rumah sakit yang bersifat
manajerial untuk kepentingan
manajemen.
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
276
Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual penelitian
dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut.
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Masalah Pokok Sistem pengelolaan pendapatan rawat Inap Fenomena yang terjadi : 1. Dokumen yang digunakan masih belum maksimal, seperti pada Rincian Biaya Rawat Inap biaya yang muncul bisa kurang dari tagihan seharusnya, karena transferan billing tidak dimasukkan 24 jam oleh unit lain sehingga pendapatan berkurang. 2. Kesalahan Yang muncul biasanya dari segi karyawan yang kurang teliti (Human Error) Pemecahan Masalah 1. Menerapkan sistem sesuai konsep berlaku dengan 24 jam transferan billing sehingga tagihan tidak kurang. 2. Perabaikan/koreksi terhadap kesalahan pada dokumen rincian biaya rawat inap. 3. Perlu adanya pergiliran tugas agar karyawan tidak jenuh Hasil yang ingin dicapai Terlaksananya pengelolaan pendapatan rawat inap dengan baik sesuai konsep yang telah ditetapkan Gambar 1: Kerangka Konseptual
Sumber data: peneliti
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data Penelitian
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan kuantitatif
adalah sebagai berikut:
a. Data kuantitatif, merupakan
data yang didasarkan pada
nilai absolut dan nilai relatif
Misalnya dinyatakan dalam
jumlah rupiah dan presentase
perhitungan, berupa datadata keuangan seperti data
laporan keuangan.
b. Data kualitatif, merupakan
data yang dikumpulkan langsung yang terpilih melalui
wawancara, dokumen, arsip,
dan catatan-catatan yang relevan dengan permasalahan
penelitian, yaitu dari bagian
mobilisasi dana keuangan.
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan
adalah:
a. Data Primer adalah data yang
dikumpulkan langsung dari
pimpinan yang meliputi gambaran umum RSUD Ulin Banjarmasin.
b. Data sekunder yaitu data
yang diperoleh dari bagian
Mobilisasi Dana yang meliputi
laporan Pendapatan Rawat
Inap RSUD Ulin Banjarmasin
tahun 2013.
Teknik Pengumpulan data
1. Studi lapangan (field research),
yaitu pengumpulan data langsung
dari obyek yang diteliti untuk mengetahui kegiatan-kegiatan usaha
yang dilakukan Rumah Sakit tentang data informasi sistem pengelolaan pendapatan secara cermat
bagi kepentingan manajemen.
Studi lapangan dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
277
a. Interview, yaitu dengan melakukan wawancara atau tanya
jawab langsung dengan pimpinan rumah sakit serta para
karyawan lainnya yang dianggap mampu untuk memberikan keterangan secara jelas data yang berhubungan
dengan data yang berhubungan dengan laporan keuangan
b. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data berupa catatan,
laporan keuangan yang ada
ada dirumah sakit yang ada
hubunganya dengan penelitian antara lain data yang ada
hubungannya dengan penelitian antara lain berupa laporan keuangan.
2. Studi Pustaka (Library Research),
yaitu penulis membaca referensi
yang mendukung isi penelitian ini
berasal dari buku, website atau
artikel yang berkaitan dengan
obyek penelitian.
Teknik Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan mengacu pada permasalahan
yang dibahas sehingga diperoleh beberapa kesimpulan dan saran untuk
menjawab permasalahan penelitian
analisa data secara deskriptif yakni
memberikan gambaran yang jelas informasi sistem pengelolaan yang baik
bagi kepentingan RSUD Ulin Banjarmasin.
HASIL ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
Mekanisme Pelayanan di Instalasi
Rawat Inap
1. Jenis layanan yang diberikan
a. Pendaftaran pasien rawat inap dan mencarikan ruangan
bagi pasien yang opname
b. Verifikasi pelayanan pasien
yang akan pulang dari ruang
rawat inap sekaligus membantu tugas sebagai kasir
(untuk pasien yang pulang
jam kerja dengan kondisi pasien meninggal atau pulang
Atas Permintaan Sendiri)
2. Persyaratan pelayanan
a. Untuk pelayanan pasien yang
akan rawat inap harus ada
surat pemasukan pasien rawat inap (opname) dari Poliklinik atau IGD (Instalasi Gawat Darurat)
b. Diluar status pembayaran
pasien umum, harus menunjukan bukti berupa kartu/surat
sebagai identitas status pembayaran pasien (Askes, Pihak
Ke III, Jamkesmas, Jamkesprov atau Jamkesda). Untuk
pelayanan pasien pulang di
luar jam kerja dikarenakan
kondisi pasien meninggal dunia atau pasien menghendaki
pulang atas permintaan pasien sendiri (APS/Pulang Paksa), menunjukkan bukti blanko formulir pasien meninggal
dunia atau pulang Atas Permintaan sendiri/APS yang telah diisi dan ditanda tangani
oleh penanggung jawab petugas ruang rawat inap.
3. Prosedur pelayanan
a. Untuk alur pasien rawat inap/
opname, pasien yang datang
dari poliklinik atau IGD harus
membawa surat pemasukan
pasien rawat inap (opname)
kepada petugas TPPO, kemudian petugas TPPO berkoordinasi dengan pihak ruangan tempat atau ruang rawat inap untuk pasien sesuai
dengan penyakit dan diagnose pasien.Jika ruang rawat
inap yang dimaksud Jika ru-
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
278
ang rawat inap tersedia petugas TPPO membuatkan status pasien, memberikan nomor rekam medik/RMK dan
mendaftarkan data pasien pada billing sistem rawat inap.
Lalu pasien dapat menuju ke
ruang rawat inap yang dimaksud.
b. Untuk alur pasien pulang dari
ruang rawat inap di luar jam
kerja dikarenakan kondisi pasien meninggal dunia atau
pasien pulang atas permintaan sendiri (APS/pulang paksa) petugas TPPO dapat
membantu melakukan verifikasi mengenai kelengkapan
status pasien terutama formulir isian mengenai pasien pulang kaena meninggal dunia/
APS. Kemudian TPPO mencek billing sistem rawat inap
untuk memulangkan pasien
dan mencetak kwitansi pasien terutama pasien umum.
4. Waktu penyelesaian pelayanan
Waktu yang digunakan untuk melayani pasien yang akan opname
atau pulang antara 5 sampai 10
menit per pasien
5. Biaya pelayanan
a. Untuk pelayanan pasien yang
akan rawat inap/opname tidak ada dipungut biaya dan
untuk pelayanan pasien pulang sesuai dengan rincian
pasien rawat inap yang telah
dientri oleh petugas administrasi ruang rawat inap.
6. Produk Layanan
a. Ruangan untuk rawat inap
b. Kwitansi perincian pasien
c. Sarana dan prasaran: ruang
pelayanan TPPO, 2 meja
panjang, 9 kursi, 1 lemari kecil, 1 earphone, 4 komputer, 1
televisi, 1 AC, 1 brankas.
7. Jumlah dan Kompetensi Petugas
a. Jumlah petugas TPPO sebanyak 6 orang. Petugas TPPO
bekerja dengan cara shift 3
kali sehari selama 24 jam,
petugas setiap jaga shift
sebanyak 2 orang.
b. Kompetensi petugas: mengentri data pasien rawat inap,
memberikan nomor Rekam
Medik, menyiapkan buku status, berkoordinasi dengan petugas ruang rawat inap, memulangkan pasien dan tugas
sebagai kasir rawat inap.
c. Penerimaan Kas di Instalasi
Rawat Inap
i. Kasir pelayanan rawat
inap Petugas kasir rawat
inap menerima uang pasien yang telah pulang
oleh dokter sesuai dengan entri transaksi pelayanan rawat oleh administrasi ruangan. Sebagai bukti pembayaran
petugas kasir rawat inap
mencetak kwitansi pembayaran rawat inap. Setelah terkumpul pembayaran pasien pulang selama satu hari petugas
kasir rawat inap menyerahkan uang kepada petugas Bank Kalsel
ii. Kasir pelayanan Instalasi
Gawat Darurat (IGD) 24
jam. Petugas kasir IGD
menerima uang pendaftaran dan tindakan pasien
yang berobat jalan atau
rawat inap melalui IGD.
Sebagai bukti pendaftaran
yang sah petugas kasir
IGD mencetak kwitansi
billing rawat jalan atau rawat inap yang melalui
IGD. Petugas kasir IGD
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
279
menjalankan tugasnya selama 24 jam dengan cara
shift jaga 3 kali dalam
sehari. Setelah terkumpul
pembayaran pasien rawat
jalan dan rawat inap yang
melalui IGD selama shari
petugas kasir IGD menyerahkan
uang
kepada
petugas bank BPD Kalsel.
iii. Petugas kasir depo apotek menerima uang dari
pasien yang menebus
obat ke apotek. Untuk petugas kasir depo apotik rawat inap bertugas sampai
pukul 21.00 dan baru keesokan harinya menyerahkan uang penerimaan
apotik selama jam pelayanan ke petugas bank
BPD Kalsel. Untuk petugas kasir jaga malam dilakukan oleh petugas
apotek sendiri.
Manajemen Keuangan RSUD Ulin
Banjarmasin
Penerimaan RSUD Ulin melebihi
target dari yang telah ditentukan, hal
ini tidak terlepas dari proses pelayanan yang didukung dengan billing
system sehingga pelayanan bisa diakses dengan cepat. Program ekstensifikasi pendapatan setiap tahunnya juga meningkat namun kenyataannya di lapangan masih terdapat
hambatan dalam hal penagihan biaya
pelayanan kesehatan. Adanya fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
(pengadaan barang dan jasa). Biaya
promosi/pemasaran yang relative rendah menyebabkan pengelolaan unit
bisnis strategis belum optimal.
Manajemen Pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah Ulin Banjarmasin
Fasilitas, sarana & prasarana
unggulan terbaru adalah MS CT Scan
Multi Slice, Radiotheraphy, USG 3 dimension color, ECG & echocardiography, treadmill, EEG & EMG, mammography, panoramic, bone densitometry, fibroscan, MRI
Tabel 1. Jumlah Tempat Tidur Ruang
Rawat Inap Bedah RSUD Ulin Banjarmasin Bulan Juni 2013
Nama
Ruang
Nusa
Indah
Kenanga
Seroja
Kemuning
Cempaka
Asoka
Jumlah
Jumlah Tempat Tidur
Kelas Kelas Kelas
Jumlah
I
II
III
-
6
54
60
2
1
4
10
17
10
4
4
8
32
16
16
6
33
125
28
21
10
45
10
174
Sumber: RSUD Ulin Banjarmasin
Tabel 2. Jumlah Tempat Tidur Ruang
Rawat Inap Non Bedah RSUD Ulin
Banjarmasin Bulan Juni 2013
Nama
Ruang
Flamboyan
Tanjung
Seruni
Dahlia
Teratai
Sedap Malam
Alamanda
Melati
Anyelir
Jumlah
Jumlah Tempat Tidur
Kelas Kelas Kelas JumI
II
III
lah
6
30
36
1
4
30
35
6
12
18
9
14
23
35
2
9
40
51
1
7
6
14
4
12
16
2
2
8
12
10
55
140
240
Sumber: RSUD Ulin Banjarmasin
Tabel 3 Jumlah Tempat Tidur Ruang
Rawat Inap Kelas Utama dan Aster
RSUD Ulin Banjarmasin Bulan Juni
2013
Nama
Ruang
Mawar
Wijaya K
Anggrek
Aster
Edelweiss
Bougenville
Jumlah Tempat Tidur
Kelas
Kelas Kelas JumUtama
VIP
I
lah
12
12
7
7
14
24
24
44
44
10
10
63
44
7
144
Sumber: RSUD Ulin Banjarmasin
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
280
Tabel 4. Standar Operasional Pelayanan klaim Pelayanan Pasien TPPO
Sumber: RSUD Ulin Banjarmasin
Sumber Pendapatan di Instalasi
Rawat Inap
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis di instalasi Rawat
Inap RSUD Ulin Banjarmasin diperoleh keterangan mengenai sumbersumber pendapatannya sebagai berikut:
1. Biaya kamar perawatan atau
akomodasi adalah tarif kamar
yang berlaku sesuai ruangan, kelas, termasuk biaya laundry dan
penyediaan makanan untuk pasien rawat inap.
2. Biaya visit dokter adalah biaya
kunjungan dokter yang dilakukan
secara insentif di ruang rawat inap.
3. Biaya jasa ruangan dan jasa keperawatan adalah biaya atas jasa
penggunaan fasilitas keperawatan
4. Biaya Laboratorium dan Radiologi
adalah biaya dari tindakan yang
dilakukan pada laboratorium dan
5. Radiologi di Rumah Sakit Umum
Ulin Banjarmasin
6. Biaya Apotek
7. Adalah biaya yang dikenakan karena adanya pemakaian obatobatan di rumah sakit serta alat
kesehatan.
8. Biaya kamar Operasi
9. Adalah biaya yang dikenakan karena adanya tindakan Operasi
baik operasi besar atau operasi
kecil.
10. Biaya Unit Gawat Darurat
11. Biaya atas tindakan di Unit Gawat
Darurat termasuk segala macam
jenis perawatannya.
Adapun rincian dari pendapatan
Instalasi Rawat Inap dapat dilihat dari
tahun 2011 sampai dengan tahun
2013 berdasarkan pada Tabel 5 berikut ini.
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
281
Tabel 5. Rincian Laporan Penerimaan Pendapatan Instalasi Rawat Inap RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2011 s/d 2013
No
1
2
3
4
5
6
7
Uraian Penerimaan
Kamar Perawatan/Ruangan
Visite/Konsultasi Dokter
Jasa Keperawatan/Ruangan
Laboratorium dan Radiologi
Apotek
Kamar Operasi
IGD
Total Penerimaan
Jumlah Penerimaan (dalam Rp)
2011
2012
2013
5.987.730.455
5.932.779.810
6.233.657.055
545.322.450
766.980.225
987.886.520
998.732.345
987.665.300
934.523.348
750.931.250
500.643.298
634.980.725
864.768.253
522.660.428
403.267.709
1.933.710.190
2.506.577.825
2.891.455.789
472.345.000
433.708.600
515.306.586
11.553.549.943
11.651.015.486
12.601.077.732
Sumber: Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin
Tabel 6. Laporan Rekapitulasi Pendapatan Langsung Instalasi Rawat Inap
RSUD Ulin Banjarmasin
Pendapatan Langsung (dalam Rp)
Target
Realisasi
1
2011
12.634.200.000
11.553.549.943
2
2012
16.800.000.000
11.651.015.486
3
2013
24.450.000.000
12.601.077.732
Sumber: Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin
No
Tahun
Tabel 7. Laporan Rekapitulasi Pengeluaran Pendapatan Instalasi Rawat Inap RSUD
ulin Banjarmasin untuk Program kerja Tahun 2011 s/d 2013
No
Uraian Pengeluaran
Pelayanan administrasi. per1
kantoran
2
Peningkatan kapasitas SDM
Pengadaan peningkatan sa3
rana/prasarana rumah sakit
Standarisasi
pelayanan
4
kesehatan
Peningkatan kemitraan pela5
yanan pasien tidak mampu
Pengadaan biaya operasion6
al rumah sakit
TOTAL PENERIMAAN
2011
2013
1.352.018.762
1.425.320.620
1.563.008.990
950.325.445
955.488.500
960.320.789
2.763.455.200
22.986.547.709
3.250.455.756
2.057.997.506
2.235.470.250
2.500.432.055
1.997.654.255
2.004.560.950
2.257.065.042
2.432.098.775
2.043.627.457
2.069.795.100
11.553.549.943
11.651.015.486
12.601.077.732
Berdasarkan Tabel 7 mengenai
pengeluaran dari pendapatan instalasi
rawat inap dari tahun 2011 s/d 2013
data tersebut diatas pengeluaran berdasarkan dari program kerja yang telah ditetapkan oleh rumah sakit umum
daerah ulin Banjarmasin dilaksanakan
Jumlah Pengeluaran
2012
setiap tahun sesuai hasil pendapatan
di instalasi rawat inap. Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa
hasil penerimaan pendapatan instalasi
rawat inap dari tahun 2011 s/d 2013
digunakan untuk program kerja di
RSUD Ulin Banjarmasin di tahun 2013
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
282
mengalami peningkatan untuk pelayanan administrasi perkantoran dengan jumlah pengeluaran sebesar
Rp.1.563.008.990; untuk peningkatan
kapasitas
SDM
sebesar
Rp.960.320.789; untuk pengadaan peningkatan sarana/prasarana rumah
sakit sebesar Rp.3.250.455.756; biaya standarisasi pelayanan kesehatan
adalah sebesar Rp.2.500.432.055; untuk peningkatan kemitraan pelayanan
pasien
tidak
mampu
sebesar
Rp.2.257.065.042; dan untuk pengadaan biaya operasional rumah sakit
adalah sebesar Rp.2.069.795.100; dengan total keseluruhan pengeluaran
pendapatan Instalasi rawat inap tahun
2013
adalah
sebesar
Rp.12.601.077.732. Peningkatan yang
terjadi adalah karena bertambahnya
biaya operasioal sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap unit di RSUD Ulin Banjarmasin.
Pembahasan
1. Setiap kegiatan yang terjadi, diotorisasi oleh pejabat yang berwenang, keseluruhan prosedur
yang membentuk sistem telah dapat memberikan pelayanan yang
memadai dan semua prosedur
yang diterapkan telah terkoordinasi dengan baik sehingga dapat
memudahkan dalam membuat
laporan keuangan ke dalam jurnal
penerimaan kas rawat inap tetapi
dokumen yang masih belum
maksimal, seperti pada Rincian
Biaya rawat Inap, biaya yang
muncul kurang dari tagihan seharusnya, karena transferan billing
tidak dimasukkan 24 jam oleh unit
lain sehingga pendapatan berkurang. Kesalahan yang muncul biasanya dari segi karyawan yang
kurang teliti (Human Error), kurangnya disiplin kerja karyawan
dan tempat pembayaran pasien
rawat inap/IGD atau Kasir hanya
ada satu sehingga banyak pasien
yang mengantri terlalu lama.
Dokumen yang digunakan pada
Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
yaitu:
a) Perincian biaya perawatan,
merupakan biaya rekapitulasi biaya rawatan pasien
rawat inap yang terdiri dari
sewa ruang perawatan, visite dokter spesialis dan
umum, service medis,biaya
administrasi
dan
biaya
penunjang medis.
b) Bukti biaya penggunaan untuk penunjang medis, merupakan bukti penggunaan
penunjang medis oleh pasien rawat inap seperti laboratorium, Rontgen, USG,
ECG, dll.
c) Bukti pemakaian Farmasi,
merupakan bukti pemakaian
obat dan total biaya pengeluaran oleh pasien yang dikeluarkan oleh bagian farmasi atau apotik.
d) Kwitansi, merupakan bukti
tertulis total biaya pasien
selama dirawat inap di rumah sakit yang harus dibayar oleh pasien.
2. Untuk peningkatan mutu pelayanan klinik di rumah sakit dan
menjamin keselamatan pasien,
yang diharapkan menjadi kerangka kerja dalam maka diperlukan
pengelolaan pendapatan yang dikelola dengan baik seperti dalam
entri dokumen yang berkaitan dengan pembayaran pasien agar
pelayanan kesehatan dapat terselenggara dengan baik berdasarkan standar pelayanan yang tinggi
serta dilakukan pada lingkungan
kerja yang memiliki tingkat profesionalisme tinggi. Dengan demikian pada gilirannya akan mendukung dalam upaya mewujudkan
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
283
peningkatan derajat kesehatan
melalui upaya klinik yang maksimal dengan biaya yang paling
cost-effective. yang disesuaikan
dengan tujuan pengelolaan Badan
Layanan Unit Daerah yaitu me-
ningkatkan pelayanan dengan
praktek bisnis yang sehat, yaitu
pengelolaan manajemen yang
baik, bermutu dan berkesinambungan bagi Rumah Sakit Umum
Daerah Ulin Banjarmasin.
Gambar 2. Perincian Biaya pelayanan Pasien Rawat Inap
Sumber: Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin
Gambar 3. Kwitansi Tagihan Biaya Pelayanan Rawat Inap
Sumber: Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
284
Implikasi Hasil Penelitian
Dari sistem pengolaan pendapatan rawat inap yang selama ini dilakukan pada RSUD Ulin Banjarmasin
terdapat beberapa fakta bahwa:
1. Sudah mempunyai bagan susunan organisasi yang tertulis sehingga telah jelas adanya garis
wewenang dan tanggung jawab
serta pembagian kerja fungsional
atau adanya pemisahan fungsifungsi untuk memenuhi syarat
adanya suatu pengawasan yang
baik.
2. Sistem penerimaan kas dari Instalasi Rawat Inap pada RSUD.
Ulin sudah efektif karena sistem
dan prosedur penerimaan kas telah menggunakan perangkat keras yaitu komputer sebagai penunjang aktifitas penerimaan kas
seperti pengolahan data dari form
pendaftaran dan penggunaan dokumen menggunakan sistem billing.
3. Pencatatan penerimaan kas dilakukan secara berurutan dari register, laporan harian, merekap
dan membuat laporan realisasi
pendapatan serta penyetoran
uang kepada petugas bank BPD
Kalsel ke rekening RSUD Ulin
Banjarmasin.
4. Pencatatan dan pembuatan laporan keuangannya sudah sistem
komputer/billing system akan tetapi dokumen yang digunakan
masih belum maksimal, seperti
pada Rincian Biaya Rawat Inap
biaya yang muncul bisa kurang
dari tagihan seharusnya,karena
transferan billing tidak dimasukkan 24 jam oleh unit lain sehingga
pendapatan berkurang
5. Kesalahan yang muncul biasanya
dari segi karyawan yang kurang
teliti (human error) atau kurang
disiplin dalam pelaksanaan tugas
dan kewajibannya
6. Ada tempat pembayaran pasien
rawat inap hanya ada satu kasir
sehingga banyak pasien yang
menunggu terlalu lama dalam
melakukan pembayaran.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan
pembahasan yang dilakukan oleh penulis di RSUD Ulin Banjarmasin maka
dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sistem Pengelolaan Pendapatan
Rawat Inap yang selama ini dilakukan oleh RSUD Ulin Banjarmasin masih ada beberapa kelemahan. Dengan mempertimbangkan
berbagai kelemahan yang ditemukan, kelemahan tersebut antara
lain dokumen tagihan rawat inap
yang digunakan masih belum
maksimal, seperti pada Rincian
Biaya Rawat Inap biaya yang
muncul bisa kurang dari tagihan
seharusnya, karena transferan
billing tidak dimasukkan 24 jam
oleh unit lain sehingga pendapatan berkurang dari segi karyawan
yang kurang teliti atau karena kurang disiplin terhadap tugasnya,
pada tempat pembayaran pasien
rawat inap hanya ada satu kasir
sehingga banyak pasien yang
menunggu terlalu lama dalam
melakukan pembayaran.
2. Sistem Pengelolaan Pendapatan
Rawat Inap yang seharusnya dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin adalah sesuai dengan program kerja pendapatan yang dikelola dengan baik agar pelayanan
kesehatan dapat terselenggara
dengan baik berdasarkan standar
pelayanan yang tinggi serta dilakukan pada lingkungan kerja yang
memiliki tingkat profesionalisme
tinggi sesuai dengan standar
operasional pelayanan yang bermutu.
KINDAI Volume 10 Nomor 4, Oktober – Desember 2014
285
Saran
Saran-saran yang dapat membangun atas kelemahan-kelemahan
yang ada pada RSUD Ulin Banjarmasin adalah sebagai berikut:
1. Menerapkan sistem sesuai konsep yang berlaku dengan 24 jam
transferan sistem billing atau entri
setiap transaksi dari semua unit
sehingga tagihan tidak kurang/me-ngurangi
penerimaan
kas. Perbaikan dan koreksi terhadap kesalah-aan entri billing
sistem.
2. Diadakan pemeriksaan mendadak
agar karyawan bisa bertugas dengan baik dan perlu adanya pergiliran tugas agar karyawan tidak
tidak terjadi kesalahan yang sama
juga ditingkatkan ketelitian dalam
memberikan data yang akurat
agar tidak terjadi kerugian.
3. Perlu adanya penambahan kasir
untuk Rawat Inap yang bertujuan
untuk mempercepat proses pembayaran pasien rawat inap sesuai
dengan kebutuhan pelayanan di
Tempat Pendaftaran dan Pemulangan Pasien Opname (TPPO)
sehingga sesuai dengan konsep
yang telah diterapkan pada RSUD
Ulin Banjarmasin
4. Untuk mengurangi kerugian rumah sakit akibat biaya yang belum tertagih maka diperlukan suatu bagian penagihan atas biaya
rincian rawat inap sehingga keuntungan atas pendapatan dapat diperoleh kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor
Publik. Jakarta: Erlangga.
Daniri. 2005. Prinsip-prinsip Dasar Tata Kelola yang Baik (Good Governance). http://www.proskripsi.blogspot.com (diakses tanggal 2
Nopember 2012)
Mursyidi. 2009. Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Bandung: PT
Repika Aditama.
Beam,. Flyod A, dkk. 2009. Akuntansi
Lanjutan (Advanced Accounting). Jakarta: Erlangga.
Kaspi, Varin. 2010. Pendapatan Rumah Sakit berdasarkan Sifatnya. http://akuntansi.name/?p=1519
(diaksess tanggal 21 Desember
2012)
______. “Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan 079 tahun 2003
tentang Uraian Tugas Unsurunsur Organisasi Rumah Sakit
Umum Daerah Ulin Banjarmasin”.
______. “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23 tahun
2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 tahun 2007
tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum (BLU)”.
______. “Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No.188.44/
0464/Kum.2009 tentang Penetapan Rumah sakit Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah”.
Santoso, Lukman. 2011. Kas dan
Setara
Kas
http://santosolukman.blogspot.com /2011/01
kas-dan-setara-kas.html
(diakses tanggal 5 januari 2011)
Umar, Buyung Suwardi. 2012. Sistem
Informasi Manajemen Rumah
Sakit. http://buyungchem.wordpress.com (diakses tanggal 21
Desember 2012)
Download