BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Investasi dalam bentuk saham tahun 2015 diperkirakan akan semakin menarik
investor. Hal ini dapat dilihat pada potensi keuntungan investasi di Bursa Efek
Indonesia tergolong tinggi, terlihat dari rata-rata return per tahun sejak 2009
sampai dengan 2014 yang mencapai 28,08%, tertinggi dibandingkan dengan 8
bursa saham lain.
Tabel 1. Rata-rata Tingkat Hasil Investasi di sebagian Bursa Dunia
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rata-rata Tingkat Hasil Investasi tahun 2009-2014
Bursa Saham
Rata-rata Return
New York Stock Exchange
11,42%
Australia Stock Exchange
7,45%
Bursa Malaysia
15,60%
Hongkong Exchange
9,33%
Bursa Efek Indonesia
28,08%
Korea Stock Exchange
11,85%
Philiphine Stock Exchange
27,10%
Singapore Exchange
2,23%
Stock Exchange of Thailand
25,71%
Sumber: www.idx.co.id
Tabel tersebut menunjukkan bahwa return Bursa Efek Indonesia mengungguli
Bursa Saham New York, Australia, Malaysia, Hongkong, Korea, Philipina,
Singapura, dan Thailand. Rata-rata return tersebut akan dilihat oleh investor
sebagai potensi keuntungan di masa depan. Hal tersebut menjadi alasan kuat bagi
para investor untuk berinvestasi pada saham.
Investasi dalam bentuk saham memang memiliki risiko yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan investasi pada aktiva lainnya. Namun, investor tidak perlu
1
2
menghawatirkan tingginya risiko tersebut. Bagian dari risiko sekuritas ada yang
dapat dihilangkan yaitu risiko dapat di-diversifikasi dengan membentuk portofolio
yang well-diversified (Hartono, 2013:308) (a).
Portofolio juga mempunyai kepekaan terhadap populasi saham yang diambil.
Keuntungan membentuk portofolio dapat dicapai dengan sekuritas yang tidak
terlalu banyak. Namun, ada pula yang justru semakin banyak sekuritas yang
dimasukkan ke dalam portofolio, semakin kecil risiko portofolio. Oleh karena
itulah diperlukan suatu metoda dalam menentukan populasi saham yang akan
masuk dalam portofolio agar menghasilkan portofolio yang optimal.
Model Markowitz dianggap sebagai model terbaik dalam membentuk
portofolio optimal. Ticoh (2010) memaparkan bahwa portofolio optimal dengan
Model Markowitz bisa memberikan tingkat return maksimal sesuai dengan risiko
yang ditanggung oleh investor. Hal ini didukung dari pendapat Supriyadi dan
Hadmar (2009) bahwa Model Markowitz memberikan hasil yang efisien
disebabkan memiliki nilai return ekspektasian positif. Faktor penentu dalam
memilih anggota portofolio optimal terletak pada hasil bobot atau proporsi untuk
masing-masing saham. Suharto (2012) mengatakan bahwa portofolio optimal
dengan pendekatan Model Markowitz menjadi salah satu pendekatan yang dapat
dilakukan investor untuk dapat berinvestasi aman dalam jangka panjang di bursa
saham. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan Metoda Markowitz untuk
membentuk portofolio optimal.
Pasar modal merupakan tempat dimana perusahaan menjual surat berharga
untuk mendapatkan tambahan modal, sedangkan bagi investor untuk menanamkan
3
modalnya dan mendapatkan informasi mengenai sekuritas yang akan dibeli.
Fenomena yang terjadi pada salah satu indikator dalam bursa efek yaitu kinerja
saham-saham yang masuk dalam daftar 45 saham paling aktif ditransaksikan (LQ45) secara year to date mengalami kenaikan signifikan. Berdasarkan data World
Federation of Exchanges, hingga akhir Januari 2014 lalu kinerja indeks LQ-45
mencatat kenaikan tertinggi dibanding kinerja indeks saham unggulan di bursa
kawasan Asia Pasifik. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, kinerja LQ-45
secara year to date naik 9,18%. Kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan kinerja
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 7,58%. Sementara, dibandingkan
kinerja saham unggulan di bursa negara lain kawasan Asia Pasifik, kinerja indeks
LQ-45 naik paling tinggi sebesar 4,3% pada Januari 2014 (www.vivanews.com).
Kinerja LQ-45 melampaui kinerja saham unggulan di Bursa Jepang (TOPIX
Core 30) yang mencatat koreksi paling dalam sebesar 8,3%. Kemudian, kinerja
saham unggulan di Bursa Hong Kong (Hang Seng Index) terkoreksi 5,5%, Bursa
Shenzhen China (SZSE 100 Index) terkoreksi 4,8%, dan Bursa Singapura (Straits
Times Index) terkoreksi 4,4%.
Kinerja indeks LQ-45 juga melampaui kinerja saham unggulan di Bursa
Malaysia (Kuala Lumpur Composite) yang terkoreksi 3,4% dan Bursa Korea
Selatan (KRX 100) yang turun 4,2%. Begitu juga dengan Bursa India (S&P CNX
Nifty Index) yang turun 3,4%, dan Bursa Thailand (SET 50 Index) yang turun
1,9%.
Industri yang sesuai dengan prinsip syariah di Indonesia beberapa tahun
terakhir mulai menunjukkan perkembangannya dengan melihat indeks dan
4
kapitalisasinya di pasar modal. Hal ini tidak lepas dari Negara Indonesia yang
mayoritas penduduknya adalah muslim dan termasuk negara dengan penduduk
muslim terbesar di dunia. Masyarakat ingin berinvestasi aman dengan tidak
melanggar prinsip-prinsip syariah.
Sepanjang tahun 2012 lalu, Jakarta Islamic Index (JII) memiliki pertumbuhan
indeks sebesar 10,76%. Pertumbuhan ini lebih besar daripada pertumbuhan indeks
LQ-45 yaitu sebesar 9,14% (www.okezone.com, 2013).
Tanggal 8 Agustus 2012, JII mempunyai kapitalisasi pasar terbesar ditutup
pada 569,35 poin atau meningkat sebesar 6,02% dibandingkan pada akhir tahun
2011 sebesar 537,03 poin. Sementara itu, kapitalisasi pasar untuk saham-saham
yang tergabung dalam JII pada 8 Agustus 2012 sebesar Rp 1.567,26 triliun atau
40,54% dari total kapitalisasi pasar seluruh saham yaitu Rp 3.865,56 triliun.
Selanjutnya, kapitalisasi pasar saham yang tergabung dalam JII pada 8 Agustus
2012 tersebut mengalami peningkatan sebesar 10,76% jika dibandingkan
kapitalisasi saham JII pada akhir tahun 2011 sebesar Rp 1.414,98 triliun (siaran
pers bapepam-lk tahun 2012).
Tanggal 13 Agustus 2014, JII ditutup pada 707,38 poin atau meningkat
sebesar 20,90% dibandingkan pada akhir tahun 2013 sebesar 585,11 poin. Nilai
kapitalisasi pasar saham yang tergabung dalam JII pada 13 Agustus 2014 tersebut
mengalami peningkatan sebesar 23,43% jika dibandingkan kapitalisasi pasar
saham JII pada akhir tahun 2013 yaitu sebesar Rp 1.672,10 triliun
(www.ojk.go.id). Fenomena yang terjadi pada Jakarta Islamic Index (JII) ini
membuat investor ingin mengukur kinerja portofolio saham kedua indeks tersebut
5
untuk mengetahui indeks manakah yang lebih baik antara LQ-45 atau JII. Oleh
karena itu, penelitian ini menggunakan saham-saham yang terdapat dalam indeks
LQ-45 dan Jakarta Islamic Index (JII).
Portofolio optimal selanjutnya diukur untuk mengetahui kinerja portofolio.
Pengukur tersebut adalah reward to diversification (RDIV). RDIV ini dibuat oleh
Hartono (2013). Pengukur kinerja ini merupakan suatu pengukur kinerja
portofolio yang dapat menunjukkan besarnya diversifikasi yang seharusnya
dilakukan yang kenyataannya tidak dilakukan oleh portofolio. Pengukur kinerja
RDIV belum pernah digunakan dalam penelitian sebelumnya.
Penelitian terdahulu yaitu oleh Putra (2009) untuk mengetahui perbandingan
kinerja antara reksadana saham syariah dan konvensional dengan menggunakan
metoda Sharpe, Treynor dan Jensen pada periode 10 september 2007 sampai
dengan 30 Januari 2009. Penelitian ini menggunakan 4 reksadana syariah dan 4
reksadana konvensional. Secara rata-rata kinerja 4 reksadana konvensional berada
sedikit di atas 4 reksadana syariah. Namun, demikian hasil uji beda dua rata-rata
z-test antara return 4 reksadana syariah dengan return 4 reksadana konvensional
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada uji z-test
two tails dengan tingkat signifikansi 5%.
Selain itu penelitian oleh Abidin (2010) untuk mengetahui kinerja portofolio
saham-saham LQ-45 dan JII dengan menggunakan Sharpe, Treynor dan Jensen.
Berdasarkan uji statistik z-test tidak terdapat perbedaan signifikan antara return
portofolio saham JII dengan return portofolio saham LQ-45. Nilai rata-rata
RVAR, RVOL, dan ALPHA pada portofolio saham LQ-45 sedikit lebih tinggi
6
jika dibandingkan nilai ukuran yang sama pada portofolio saham JII. Serta hasil
uji terhadap seluruh nilai RVAR, RVOL dan ALPHA pada portofolio saham JII
maupun LQ-45 menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan.
Kedua penelitian tersebut menggunakan ukuran kinerja Sharpe, Treynor dan
Jensen. Oleh karena itu penelitian ini akan membuat portofolio optimal dan
mengukur kembali kinerja portofolio dengan metoda yang berbeda yaitu
menggunakan reward to diversification (RDIV) pada saham-saham LQ-45 dan
Jakarta Islamic Index (JII).
1.2.
Rumusan Permasalahan Studi Kasus
Fenomena yang terjadi pada Jakarta Islamic Index (JII) ini membuat investor
ingin mengukur kinerja portofolio saham kedua indeks tersebut. Untuk
mengetahuinya, portofolio optimal akan dibuat untuk saham-saham pada LQ-45
dan Jakarta Islamic Index (JII) dengan metoda Markowitz. Kinerja akan diukur
menggunakan reward to diversification (RDIV) yang dapat menjelaskan seberapa
besar diversifikasi yang seharusnya dicapai oleh portofolio. Hasil pengukuran
RDIV masing-masing portofolio kemudian diuji menggunakan uji statistik t-test.
1.3.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, pertanyaan dalam penelitian ini
adalah apakah kinerja portofolio saham berdasarkan ukuran kinerja reward to
diversification (RDIV) pada saham LQ-45 dan Jakarta Islamic Index (JII)
memiliki perbedaan yang signifikan?
7
1.4.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu menguji kinerja portofolio saham
berdasarkan ukuran kinerja reward to diversification (RDIV) pada saham LQ-45
dan Jakarta Islamic Index (JII).
1.5.
Motivasi Penelitian
Fenomena yang terjadi pada indeks LQ-45 yang menunjukkan kinerja
melebihi IHSG dan indeks JII yang memiliki kinerja yang terus membaik
membuat investor ingin mengukur kinerja portofolio saham kedua indeks tersebut.
Melalui penelitian ini maka dapat diketahui kinerja portofolio saham-saham mana
yang lebih baik antara indeks LQ-45 dan JII.
1.6.
Kontribusi Penelitian
Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini meliputi kontribusi teori dan
kontribusi praktek, diantaranya sebagai berikut.
a. Menerapkan teori portofolio optimal oleh Markowitz (1952) untuk
membuktikan bahwa pengukur kinerja portofolio reward to diversification
(RDIV) dapat menjelaskan seberapa besar diversifikasi yang seharusnya
dicapai oleh portofolio.
b. Kontribusi praktek dari hasil penelitian ini bahwa hasil portofolio saham
optimal dapat digunakan dalam praktek sebagai informasi yang akurat
mengenai indeks saham yang mewakili pasar antara LQ-45 atau Jakarta
Islamic Index (JII).
8
1.7.
Proses Penelitian
Berikut ini adalah proses yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
Gambar 1. Tahap-tahap Penelitian
Tahap membuat portofolio optimal
Metoda Markowitz (1 bulanan)
Tahap Menentukan
Nilai RDIV (2 bulanan)
Data historis harga saham harian
1. Return eksp.portofolio
2. Return market
3. SBI
Return Realisasian
1.
INPUT
1. Return ekspektasian
2. Deviasi standar
3. Koefisien variasi
Pilih Return Ekspektasian Positif
1. Membuat matrik variankovarian
2. Membuat matriks korelasi
3. Membuat vektor identitas
2.
3.
4.
5.
Rata-rata return aktiva
bebas risiko
Rata-rata return total
portofolio
Deviasi standar
Beta portofolio
Risiko pasar (risiko
sistematik)
Diperoleh 59 Nilai RDIV
untuk masing-masing indeks
OUTPUT
Uji Beda statistik t-test
1.
2.
3.
4.
Menentukan nilai A,B,C,D
Menggambar set efisien
Mencari portofolio optimal
risiko terkecil
Diperoleh return ekspektasian
dengan risiko terkecil
Hasil Uji
(Kinerja kedua indeks
berbeda Signifikan
atau tidak)
Diperoleh 60 portofolio bulanan
untuk masing-masing indeks
Kesimpulan
Download