a a wa Jurn h Mah sis lmia lI Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP Proses Komunikasi Terapeutik dalam Kegiatan Rehabilitasi Pecandu Narkoba (Studi Kasus di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh) (Teurapeutic Communication Process to Drug Addicts Rehabilitation (Case Study at Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh) Lissa Febrina1), Martunis Yahya2) 1) Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas FISIP, Universitas Syiah Kuala ABSTRAK - Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses komunikasi terapeutik yang dilakukan konselor di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh dalam rangka rehabilitasi pecandu narkoba dan mengetahui hambatan yang dihadapi tenaga konselor dalam melakukan proses komunikasi terapeutik serta usaha penanggulangannya dan mengetahui keberhasilan yang dicapai dalam merehabilitasi pecandu narkoba. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yang menjadi informan adalah sebanyak 5 orang terdiri dari 3 orang konselor dan 2 orang klien. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara, observasi dan studi dokumen. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori behavioral. Hasil penelitian menunjukkan proses komunikasi terapeutik konselor YAKITA Aceh terdiri dari empat tahapan yaitu tahapan Pra-Interaksi, tahapan Orientasi, tahapan Kerja, dan tahapan Terminasi/Evaluasi dengan menggunakan metode terapi 12 Langkah NA (Narcotics Anonymous). Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh konselor yaitu, ketidaksediaan beberapa klien, dan ketidakterbukaan beberapa klien untuk ditolong ini juga dikarenakan keterbatasan kemampuan konselor di bidang konseling. Indikator-indikator yang dapat dilihat bahwa komunikasi terapeutik yang dilakukan YAKITA Aceh telah berhasil yaitu, dari segi fisik klien terlihat lebih sehat, perubahan perilaku menjadi positif, secara emosional klien juga sudah mulai stabil. Sejauh ini komunikasi terapeutik dalam kegiatan rehabilitasi pecandu narkoba yang dilakukan konselor YAKITA Aceh dinilai cukup berhasil. Kata Kunci: Komunikasi Terapeutik, Pecandu Narkoba ABSTRACT - The purpose of this study are, first to know therapeutic communication process from counselor at Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh in order to drug addicts rehabilitation, second to know the obstacles faced counselor and mitigation efforts in communication therapeutic process, and finally is to know success achieved in drug addicts rehabilitation. The approach used in the research are qualitative descriptive methods. Subject of this study are 5 person ( 3 counselors and 2 clients). The instrument of data collection in this study is interview, observation and documentation study. The theory used is Behavioral theory. The result of the study shows the teurapetic Corresponding Author : [email protected] JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 1. №. 1, Januari 2017: 1-12 1 a a wa Jurn h Mah sis lmia lI Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP communication process of YAKITA’s Aceh conseulors have four steps are preinteraction phase, orientation phase, working phase and termination or evaluation phase with 12 NA (Narcotics Anonymous) Therapy Methods.The problems of conseulors are unwillingness of some clients, in ability of the counselor in counseling process. Indicators which can be seen that the YAKITA’s therapeutic communication has been succesfully are : from physicly the clients more healthy, the behavior changes to be more positive, from emotional the clients more stable. Therefore therapeutic communication process in drug addicts rehabilitation from YAKITA Aceh’s counselor rated enough succesfully. Keyword: Therapeutic Communication, Drug Addicts PENDAHULUAN Penyalahgunaan narkoba yang terjadi di Aceh terus meningkat dengan cepat meskipun pemerintah dan masyarakat telah melakukan berbagai upaya untuk menanganinya. Survei Nasional yang dilakukan BNN mengantongi data pada tahun 2008 sebanyak 1.61% pengguna narkoba dari jumlah penduduk Aceh. Prevalensi itu naik menjadi 2.03% dari jumlah penduduk pada tahun 2011. Pada tahun 2014, estimasi penyalahgunaan narkoba sudah mencapai 2.08% atau setara dengan 73.201 penduduk. Adapun jumlah narapidana di Aceh bedasarkan kasus pengguna narkoba pada tahun 2013 terdapat 451 orang dan terus meningkat di tahun 2014 menjadi 484 orang. Dalam undang-undang Nomor 35 tahun 2009 disebutkan bahwa setiap pengguna narkoba yang setelah vonis pengadilan terbukti tidak mengedarkan atau memproduksi narkoba, dalam hal ini mereka hanya sebatas pengguna saja maka mereka berhak mengajukan untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi. Sasaran atau obyek yang menjadi fokus rehabilitasi adalah manusia (insan) secara utuh, yakni yang berkaitan atau menyangkut dengan gangguan pada Mental, Spiritual, Moral (akhlak), dan Fisik (jasmaniah) (Darajat, 1998: 16). Perlu juga di pahami bahwa upaya rehabilitasi seorang pecandu bukan sekedar memulihkan kesehatan secara fisik korban, melainkan pemulihan secara utuh dan dilakukan oleh tim yang solid dan profesional mulai dari tahap perencanaan hingga tahap evaluasi. Biasanya berbagai terapi yang di lakukan di panti rehabilitasi antara lain mencakup terapi fisiologis dan medik, terapi mental dan psikiatrik, terapi pendalaman batin dan spiritual, terapi minat dan rekreasional, terapi kebersamaan dan sosial, dan akhirnya terapi kerja dan vokasional (Tim Visimedia, 2006: 8). Ada beberapa panti rehabilitasi yang ada di Banda Aceh, salah satunya Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh. Yayasan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh berdiri pada tahun 2006 oleh David Gordon tepatnya di Kota Banda Aceh. YAKITA adalah salah satu Organisasi Non-profit berbasis Proses Komunikasi Terapeutik dalam Kegiatan Rehabilitasi Pecandu Narkoba (Studi 2 Kasus di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh) (Lissa Febrina, Martunis Yahya) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11 a a wa Jurn h Mah sis lmia lI Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP Komunitas, didirikan untuk menanggapi keprihatinan yang tulus dalam meningkatnya masalah penyalahgunaan narkoba dan kecanduan di seluruh Indonesia dan kurangnya bantuan yang tulus di daerah-daerah. YAKITA Aceh memiliki beberapa konselor yang berperan penting dalam program pemulihan klien (residen) pecandu narkoba. Komunikasi yang disampaikan konselor sangat berpengaruh bagi klien. Komunikasi diperlukan untuk menciptakan hubungan diantara konselor dan klien, untuk mengenal kebutuhan klien dan untuk menentukan rencana tindakan dan kerja sama diantara keduanya dalam memenuhi kebutuhan tersebut yang bertujuan untuk pemulihan, maka komunikasi yang terjadi pada konselor inilah yang disebut komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik pada prinsipnya merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan. Dapat menjalankan proses komunikasi terapeutik secara efektif, konselor perlu menguasai teknik-teknik komunikasi. Konselor perlu memahami bahwa keterampilan komunikasi tidak hanya dalam bentuk verbal tapi juga non-verbal, karena keduanya saling berkaitan dan saling memperkuat pesan yang disampaikan (Jurnal Kajian Komunikasi, volume 3, No.2, Desember 2015: 204). Dari latar belakang permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses komunikasi terapeutik yang dilaksanakan konselor dalam rangka rehabilitasi terhadap pecandu narkoba di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh, untuk mengetahui Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi tenaga konselor dalam melakukan proses komunikasi terapeutik di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) dan usaha penanggulangannya, untuk mengetahui keberhasilan yang dicapai Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh dalam merehabilitasi pecandu narkoba. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana proses komunikasi terapeutik yang dilaksanakan konselor dalam rangka/kegiatan rehabilitasi terhadap pecandu narkoba di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh? 2) Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi tenaga konselor dalam melakukan proses komunikasi terapeutik di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) dan bagaimana usaha penanggulangannya? 3) Bagaimana keberhasilan yang dicapai Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh dalam merehabilitasi pecandu narkoba? TINJAUAN PUSTAKA Proses Komunikasi Terapeutik dalam Kegiatan Rehabilitasi Pecandu Narkoba (Studi 3 Kasus di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh) (Lissa Febrina, Martunis Yahya) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11 a a wa Jurn h Mah sis lmia lI Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP Penelitian ini menggunakan teori behavioral berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B.F. Skinner. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk menanggulangi (treatment) neurosis. Neurosis dapat dijelaskan dengan mempelajari perilaku yang tidak adaptif (pantas) melalui proses belajar. Dengan perkataan lain bahwa perilaku yang menyimpang bersumber dari hasil belajar di lingkungan. Perilaku dipandang sebagai respon terhadap stimulus atau perangsangan eksternal dan internal. Karena itu tujuan terapi adalah untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode Stimulus-Respon (S-R) sedapat mungkin. Kontribusi terbesar dari konseling behavioral (perilaku) adalah diperkenalkannya metode ilmiah dibidang psikoterapi. Yaitu bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku. Dasar teori terapi behavioral adalah bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombinasi: (1) belajar waktu lalu dalam hubungannya dengan keadaan yang serupa, (2) keadaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap kepekaan terhadap lingkungan, (3) perbedaan-perbedaan biologik baik secara genetik atau karena gangguan fisiologik. Dengan eksperimen-eksperimen terkontrol secara seksama maka menghasilkan hukum-hukum yang mengontrol perilaku tersebut. Dalam hal ini Skinner walaupun dipengaruhi teori S-R, tetapi dia punya pandangan tersendiri mengenai perilaku, yaitu: (1) Respon tidak perlu selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh pengaruh reinforcement (penguatan), (2) Lebih menekankan pada studi subjek individual ketimbang generalisasi kecenderungan kelompok, (3) Menekankan pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku ketimbang motivasi didalam diri (Willis, 2011: 69). Didalam bagan di bawah ini terlihat bagaimana terbentuknya perilaku individu dan hewan. Lingkungan perilaku terkontrol Dimanipulasi Bagan: Terjadinya perilaku Menurut Skinner Proses Komunikasi Terapeutik dalam Kegiatan Rehabilitasi Pecandu Narkoba (Studi 4 Kasus di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh) (Lissa Febrina, Martunis Yahya) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11 a wa Jurn a h Mah sis lmia lI Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP Para konselor behavioral memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan yang dipelajari. Karena itu dapat diubah dengan mengganti situasi positif yang direkayasa sehingga kelainan perilaku berubah menjadi positif (Willis, 2011: 70). Pendekatan behavioral merupakan pilihan untuk membantu klien mempunyai masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan disfungsi psikoseksual. Juga bermanfaat untuk membantu gangguan yang diasosiasikan dengan anxietas, stres, asertivitas, berfungsi sebagai orangtua dan interaksi sosial (Gladding, 2004 dlm Lesmana, 2013: 28). METODE PENELITIAN Penelitian ini mengambil lokasi di Banda Aceh pada Yayasan Harapan Permata Hati Kita, yang dikenal sebagai Yayasan KITA. YAKITA didirikan pada Mei 1999 oleh David Gordon, orang yang hidupnya terkena dampak langsung kecanduan narkoba dalam keluarga mereka sendiri. YAKITA adalah Organisasi Non-profit Berbasis Komunitas, didirikan untuk menanggapi keprihatinan yang tulus dalam meningkatnya masalah penyalahgunaan narkoba dan kecanduan di seluruh Indonesia, dan kurangnya bantuan yang tulus di daerah-daerah. Selain itu, menanggapi kecanduan obat masalah terkait dibidang Sex, HIV/AIDS dan Hepatitis, Uang / Ekonomi, Kejahatan, dan Kekerasan serta kurangnya sarana pemulihan. Subjek penelitian yang dimaksud adalah sejumlah informan yang mendukung dalam penelitian ini, yaitu bagian dari Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh. Objek penelitian yang dimaksud adalah proses komunikasi terapeutik yang dilaksanakan konselor dalam rangka rehabilitasi terhadap pecandu narkoba di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh. INFORMAN PENELITIAN Informan pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti yang peneliti anggap mengetahui informasi terkait permasalahan yang diteliti. Kriterianya adalah staf dan klien Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh, terlibat dalam penerapan komunikasi terapeutik saat kegiatan rehabilitasi pecandu narkoba di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh. Adapun nama-nama informan pada tabel di bawah: Tabel 3.1 Informan Penelitian No. Nama Informan Jabatan 1 M. Ichsan Konselor 2 M. Ramadhana Konselor 3 Safrizal Konselor Proses Komunikasi Terapeutik dalam Kegiatan Rehabilitasi Pecandu Narkoba (Studi 5 Kasus di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh) (Lissa Febrina, Martunis Yahya) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11 a wa Jurn a h Mah sis lmia lI Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP 4 MI Klien/Residen 5 ME Klien/Residen Sumber: Dikembangkan oleh peneliti SUMBER DATA Dalam penelitian ini, sumber data yaang digunakan ada 2, yaitu: data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer diperoleh langsung dari informan yang bersangkutan dengan melakukan wawancara. Sumber data dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat dalam penerapan komunikasi terapeutik saat kegiatan rehabilitasi pecandu narkoba, yaitu konselor dan klien YAKITA Aceh. 2. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen yaitu mempelajari berbagai literatur yang bersumber dari buku-buku (tinjauan teoretis) yang berkaitan dengan relasi pertolongan dan proses rehabilitasi pengguna narkoba dan pencatatan dokumen antara lain dengan mengumpulkan data dari buku-buku, literatur, suratkabar, dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti untuk melengkapi data primer. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk penelitian ini, diperlukan teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yaitu: 1. Wawancara (Berger, 2000:111) wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara semistruktur (Semistructured interview). Jenis wawancara inilah yang lebih sesuai dalam penelitian kualitatif sebab jenis wawancara tidak terstruktur ini memberi peluang kepada peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan penelitian. 2. Observasi Dilakukan untuk meninjau langsung proses komunikasi terapeutik dalam rangka rehabilitasi terhadap pecandu narkoba di YAKITA Aceh untuk memperoleh data penelitian. Observasi yang digunakan adalah observasi terlibat (participant observation) dengan cara melibatkan diri atau menjadi bagian lingkungan sosial (organisasi) tengah diamati melalui teknik partisipasi dapat memperoleh data relatif lebih akurat dan lebih banyak, karena peneliti secara langsung mengamati perilaku dan kejadian atau peristiwa dalam lingkungan sosial tertentu (Ruslan, 2010: 35). 3. Studi Dokumen Metode ini adalah metode dengan mengumpulkan dan menggali data tertulis seperti studi literature maupun dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan Proses Komunikasi Terapeutik dalam Kegiatan Rehabilitasi Pecandu Narkoba (Studi 6 Kasus di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh) (Lissa Febrina, Martunis Yahya) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11 a a wa Jurn h Mah sis lmia lI Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP penelitian ini. Data tertulis yang mungkin dikumpul adalah surat-surat, memo randum, pengumuman resmi, agenda kegiatan, kesimpulan rapat, berbagai laporan peristiwa, dokumen administrative organisasi, serta kliping artikel yang muncul di media massa (Moleong, 1998: 196). Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Riset kualitatif merupakan suatu penelitian mendalam (in-depth), berorientasi pada kasus dari sejumlah kecil kasus, termasuk satu studi kasus. Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi sosial tertentu (Morissan, 2012: 27). Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2010: 248). Proses-proses analisis data dapat dijelaskan ke dalam tiga langkah yaitu: (1) Tahap Reduksi data, proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan, (2) Tahap Penyajian Data,sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, dan (3) Tahap Penarikan Kesimpulan, Penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan aktivitas pengulangan (review) dengan tujuan untuk pemantapan data dan peninjauan data kembali untuk memastikan bahwa data valid. TEKNIK ANALISIS DATA Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2010: 248). 1. Reduksi Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. 2. Penyajian Data Data yang telah dipilih, disusun, dianalisa dan disajikan guna merakit informasi secara teratur untuk memperoleh gambaran yang lebih sistematis tentang kondisi dan situasi yang ada. Data-data tersebut diolah dan dieksplorasi secara mendalam kedalam bentuk narasi, bagan, hubungan antar kategori dan lainnya. 3. Penarikan Kesimpulan Setelah sajian data terkumpul, selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan akhir. Penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan aktivitas pengulangan (review) dengan tujuan untuk pemantapan data dan peninjauan data Proses Komunikasi Terapeutik dalam Kegiatan Rehabilitasi Pecandu Narkoba (Studi 7 Kasus di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh) (Lissa Febrina, Martunis Yahya) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11 a a wa Jurn h Mah sis lmia lI Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP kembali untuk memastikan bahwa data valid. Sehingga menghasilkan kesimpulan yang dapat menjelaskan permasalahan penelitiaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN YAKITA Aceh memiliki beberapa konselor yang berperan penting dalam program penyembuhan pasien pecandu narkoba. Komunikasi yang disampaikan konselor sangat berpengaruh bagi pasien. Komunikasi dibutuhkan untuk menciptakan hubungan diantara konselor dan pasien, untuk mengenal kebutuhan pasien, dan untuk menentukan rencana tindakan dan kerja sama diantara keduanya dalam memenuhi kebutuhan tersebut yang pada akhirnya bertujuan untuk penyembuhan, maka komunikasi yang terjadi pada konselor inilah yang disebut komunikasi terapeutik. Teori behavioral (Willis, 2011: 70) mengatakan para konselor behavioral memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan yang dipelajari. Karena itu dapat diubah dengan mengganti situasi positif yang direkayasa sehingga kelainan perilaku berubah menjadi positif. Berkaitan dengan teori tersebut, situasi positif/bentuk rekayasa yang dilakukan oleh konselor YAKITA Aceh melalui empat tahapan komunikasi terapeutik dengan menggunakan metode terapi 12 langkah narcotics anonymous. Adapun tahapan yang dilakukan tersebut yaitu tahapan Pra-Interaksi. Tahap awal yang harus dilakukan oleh konselor ialah tahapan persiapan sebelum memulai hubungan. Dalam membina hubungan baik dengan klien, konselor YAKITA Aceh menunjukkan sikap yang positif terhadap klien. Dimana konselor menunjukkan sikap ramah dan bersahabat. Kemudian konselor juga membina hubungan yang saling percaya dengan klien, hingga membuat klien merasa nyaman. Selain itu konselor juga menerima klien dengan ikhlas dan apa adanya, dengan begitu klien akan percaya bahwa konselor dapat membantu permasalahan adiksi mereka. Tahap kedua yaitu tahapan orientasi, dimana tahap ini menjadi tahap konselor selanjutnya setelah membangun hubungan baik dengan klien. Di tahap ini konselor menggali informasi yang melatarbelakangi keterlibatan klien dengan narkoba, sejauh mana pemakaian dan tingkat keparahan klien. Menurut konselor terdapat tiga cara dalam menggali informasi klien yaitu dengan belajar bahasa junkie, waktu, dan bahasa. Setiap pecandu memiliki bahasa atau simbol-simbol tertentu dalam berinteraksi dengan sesama pecandu. Hal tersebut yang dapat konselor lakukan untuk mempermudah menggali informasi kliennya. Selain itu waktu, seorang konselor dalam menggali informasi tentang klien memakan waktu yang lumayan lama agar klien mau terbuka dan menceritakan permasalahan pemakain mereka. Yang terakhir adalah bahasa, dalam menggali informasi konselor harus bisa menggunakan bahasa yang mudah difahami oleh klien. Bertujuan untuk meminimalisis kesalahfahaman yang terjadi. Menurut pengakuan klien kepada konselor keterlibatan mereka dengan narkoba awalnya karena cobacoba dan pengaruh teman. Proses Komunikasi Terapeutik dalam Kegiatan Rehabilitasi Pecandu Narkoba (Studi 8 Kasus di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh) (Lissa Febrina, Martunis Yahya) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11 a a wa Jurn h Mah sis lmia lI Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP Kemudian tahapan Kerja. Setelah konselor memperoleh informasi permasalahan pemakain klien, selanjutnya konselor membantu memecahkan permasalahan adiksi klien. Konselor YAKITA Aceh mengatakan terapi yang digunakan untuk program pemulihan klien menggunakan metode 12 langkah narcotics anonymous. NA adalah persaudaraan masyarakat yang terdiri dari pria dan wanita yang mempunyai masalah yang besar terhadap narkoba. 12 langkah secara garis besar memuat tentang prinsip-prinsip spiritual yang dapat membantu pecandu untuk menjalankan pemulihan. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti selama sebulan di panti rehabilitasi YAKITA Aceh, pemulihan pecandu dilaksanakan melalui NA Meeting. NA Meeting adalah pertemuan atau perkumpulan para pecandu yang disebut circle, dimana dalam NA Meeting itu mereka membacakan materi kemudian menerjemahkan maksud dari setiap materinya kemudian materi tersebut dikaitkan dengan pengalaman mereka selama menjadi pecandu narkoba. Selain itu konselor juga memberikan terapi dengan individual counseling, program religi, dan program sesi. Yang menjadi tahapan terakhir adalah tahap terminasi/evaluasi. Ini menjadi langkah terakhir yang harus dilakukan oleh konselor yaitu peninjauan kembali atas capaian dan rencana lanjutan. Di sini konselor YAKITA Aceh melihat sejauh mana pencapaian 12 langkah narcotics anonymous yang telah dikerjakan oleh klien. Menurut pengakuan klien kepada konselor pencapain 12 langkah NA mereka baru di langkah delapan. Di samping itu konselor juga memiliki hambatan dalam proses komunikasi terapeutik pada klien YAKITA Aceh antara lain ketidaksediaan beberapa klien untuk ditolong/berubah, ketidakterbukaan pikiran beberapa klien yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan konselor dibidang konseling, dan keterbatasan fasilitas panti rehabilitasi YAKITA Aceh. Untuk menanggulangi hambatan tersebut, konselor YAKITA Aceh mengajak kerjasama keluarga klien tujuannya agar klien bisa belajar bagaimana bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan, selain itu agar klien lebih fokus menjalani program pemulihan. Membangun hubungan dan rapport, tidak membuat tembok/jarak dengan klien dan membangun keakraban seperti keluarga dengan klien, dan menjadi pendengar yang baik setiap kali klien ingin konseling tentang permasalahan yang sedang mereka rasakan. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan konselor juga mengatakan adapun ciri-ciri yang dapat dilihat bahwa klien tidak terlibat kembali dengan narkoba yaitu, tingkah laku yang kembali positif, pola hidup klien yang kembali normal dan cara bicara klien yang sudah kembali waras, pergaulan klien yang sudah mulai terbuka dengan orang lain dan lebih cerdas dalam memilih teman yang baik dengan yang tidak baik di ajak berteman, dan yang terakhir mereka mampu bertahan bersih dari narkoba. Untuk bertahan bersih dari narkoba atau biasa disebut dengan program aftercare klien setelah masa rehabilitasi selesai, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh klien. Pertama, klien bisa menghadiri pertemuan-pertemuan yang Proses Komunikasi Terapeutik dalam Kegiatan Rehabilitasi Pecandu Narkoba (Studi 9 Kasus di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh) (Lissa Febrina, Martunis Yahya) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11 a a wa Jurn h Mah sis lmia lI Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP ada di panti rehabilitasi baik panti rehabilitasi YAKITA Aceh maupun panti rehabilitasi lain. Kedua, hindari teman-teman yang masih aktif menggunakan narkoba. Ketiga, langkah 1 tetap harus dan terus diterapkan baik masih dalam proses pemulihan di panti rehabilitasi YAKITA Aceh maupun saat selesai program pemulihan yaitu, klien mengakui ketidakberdayaan terhadap adiksi sehingga hidup menjadi tidak terkendali. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya mengenai, proses komunikasi terapeutik yang dilaksanakan konselor dalam rangka rehabilitasi terhadap pecandu narkoba di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Dalam proses komunikasi, pertama sekali yang di lakukan konselor YAKITA Aceh adalah menjelaskan tentang program pemulihan yang ada di Panti Rehabilitasi YAKITA Aceh secara langsung atau tatap muka, kepada seluruh klien mereka yang bertujuan untuk membantu pemulihan adiksi klien yang ada di YAKITA Aceh. b. komunikasi terapeutik yang dilakukan Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh menggunakan 4 tahapan komunikasi yaitu pertama, tahapan Pra-Interaksi. Kedua, tahapan Orientasi. Ketiga, tahapan Kerja. Tahap ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Pada tahap ini konselor memberikan jalan keluar untuk menyelesikan masalah adiksi klien. Program pemulihan yang di berikan kepada klien YAKITA Aceh adalah dengan menggunakan metode 12 Langkah NA (Narcotics Anonymous) sebagai alat komunikasi terapeutik. Yang terakhir tahapan Terminasi/Evaluasi. c. Hambatan yang dialami oleh konselor YAKITA Aceh adalah, ketidaksediaan beberapa klien untuk ditolong/pulih, ketidakterbukaan pikiran beberapa klien, dan yang terakhir keterbatasan fasilitas. Cara penanggulangan hambatan tersebut yaitu dengan mengajak kerjasama keluarga klien, membangun hubungan dan rapport, tidak membuat tembok/jarak dengan klien, mendukung keinginan klien yang bersifat positif, dan menjadi pendengar yang baik saat klien membutuhkan tempat untuk menceritakan permasalahan yang sedang di hadapi. d. Keberhasilan yang di capai konselor YAKITA Aceh dalam kegiatan rehabilitasi pecandu narkoba bisa dilihat dari keseharian klien selama di panti, kebiasaan klien yang sudah bisa bangun pagi dan bicara klien yang sudah kembali waras. Selain itu juga dari fisik klien yang terlihat lebih sehat dan perubahan perilaku klien menjadi lebih positif, dari segi mental, emosional, dan spritual klien. SARAN Proses Komunikasi Terapeutik dalam Kegiatan Rehabilitasi Pecandu Narkoba (Studi 1 Kasus di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh) (Lissa Febrina, 0 Martunis Yahya) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11 a a wa Jurn h Mah sis lmia lI Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1, Januari 2017 www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP FISIP a. Diharapkan agar YAKITA Aceh dapat terus mempertahankan program NA (Narcotics Anonymous) dalam membantu pemulihan klien. b. Perlu ada dukungan tambahan tenaga yang lebih profesional dalam bidang konseling yaitu sarjana bimbingan konseling dan psikologi. c. Diharapkan kepada pihak YAKITA Pusat di Ciawi untuk membuka panti rehabilitasi YAKITA Aceh bagi korban penyalahgunaan narkoba yang wanita. d. Kepada masyarakat diharapkan untuk dapat menghilangkan stigmanya bagi para mantan pecandu narkoba yang telah menjalani rehabilitasi. dan kembali menjalin hubungan yang baik dengan mereka, mengajak mereka untuk berbaur dan berinteraksi di dalam masyarakat tanpa ada pembedaan. e. Bagi keluarga untuk tetap terus mendukung anaknya yang sedang berjuang untuk pulih dari belenggu narkoba. dan tidak lagi memberikan stigmastigma negatif kepada mereka melainkan beri kesempatan dan kepercayaan untuk mereka, agar mereka bisa semakin termotivasi untuk pulih. DAFTAR PUSTAKA Berger, Athur Asa. 2000. Media and Communication Research Methods. London: Sage Publication. Daradjat, Zakiyah. 1998. Kesehatan Psikologi Islam. jakarta: Hajimas Agung, hlm. 16 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 3, No 2, Desember 2015 Jurnal Data Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Tahun 2014 Edisi Tahun 2015. Lexy J, Moelong. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. _____________. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Morissan, M. A, dkk. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana. Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tim Visimedia. 2006. Rehabilitasi Korban Narkoba. [E-book]. PT. Visimedia. Tersedia:http://books.google.co.id/books/about/Rehabilitasi_Korban_Nar koba. Html. [Diakses pada 2 februari 2016]. Undang-Undang Republik indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Willis, Sofyan S. 2011. Konseling Invidual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. www.bnn.go.id Proses Komunikasi Terapeutik dalam Kegiatan Rehabilitasi Pecandu Narkoba (Studi 1 Kasus di Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Aceh) (Lissa Febrina, 1 Martunis Yahya) Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 1. №. 1. Januari 2017 1-11