PENGARUH PEMBERIAN HORMON “ OVAPRIM ” DENGAN DOSIS 0,2 ml dan 0,4 ml PER KILOGRAM BIOMASSA TERHADAP LAJU PEMIJAHAN INDUK BETINA IKAN LELE DUMBO (Clarias glaripienus) Oleh Muzahar1* 1 Dosen Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang ABSTRACT Jumbo cat fish has some superiorities than other living in the river such as fast growth, good taste, high nutrition and strong in the lack quality of water. The seed will be successful if the good quality ang mature mother is available. The way of gonad maturing can be in a natural and unnatural. The unnatural can be done by injecting the ovaprim hormone. The experiment uses the complete random plan with two treatment and three repetitions. The treatment can be seen by giving 0,2 doze and 0,4 doze per kilogram mother biomass for ovaprim hormone. In order to measure the quality water in the link of requirement can be done by measuring the main parameter of oxygen proportion dissolved during the spawning and it is analyzed descriptively. The use of ovaprim hormone with the difference doze of 0,2 ml and 0,4 ml per kilogram og female biomass of dumbo cat fish has no much influence significantly. Economocally, this is more effective and more efficient in using 0,2 ml per kilogram biomass of ovaprim hormone. As the progress previously strengthened by Izzudin Assubki’s statement (9793001) Dept of Animal Husbandry, it can be summarized that the use of ovaprim hormone with difference doze in the spawning duration of Jumbo cat fish (Clarias glaripienus) is lack of difference that low doze is suggested economically. The data of water quality of oxygen proportion dissolved in the time of research is 3,5-8,3 mg/l in the minimum limitation of 3,5 mg/l offering. Keywords : ovaprim, Jumbo cat fish breeding dan prospek bidang perikanan (tangkap/laut) dan kelautan yang sangat besar namun tidak berarti peluang budidaya ikan air tawar tidak menjanjikan. Di pasar-pasar tradisional yang terdapat dibeberapa ibukota kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau dapat ditemukan cukup banyak pedagang ikan-ikan air tawar. Salah satu ikan air tawar yang banyak diminati oleh PENDAHULUAN Meski secara geografis Provinsi Kepulauan Riau yang terletak pada 04o 15’ Lintang Utara dan 0o 45’ Lintang Selatan serta antara 103o 11’ sampai dengan 109o 10’ Bujur Timur merupakan wilayah kepulauan dengan luas lautan 242.823 km2 (96,13 %) jauh melebihi luas daratan yang hanya 9.776,6 Km2 (3,87 %) dengan potensi 16 masyarakat adalah ikan lele dumbo ( Clarias glariepinus). Lele Dumbo memiliki beberapa keunggulan dibanding ikan air tawar berupa pertumbuhan cepat, rasanya enak, kandungan gizinya tinggi dan relatife tahan terhadap kualitas air yang kurang optimal. Pembenihan akan berhasil bila tersedia induk-induk yang berkualitas baik dan matang gonad. Cara pematangan gonad ini bisa secara alami atau buatan. Secara buatan misalnya dengan penyuntikan hormon. Untuk merangsang pemijahan sekarang dapat digunakan hormon buatan atau hormon sintesis yang banyak diproduksi di luar negeri. Beberapa jenis hormon sintesis tersebut misalnya Ovaprim, HCG, LHRH. Hormon Ovaprim relative mudah di peroleh di toko-toko yang menjual berbagai macam kebutuhan budidaya perikanan atau toko-toko suplai obat perikanan Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada minggu kedua bulan Juli sampai dengan minggu keempat bulan Agustus 2009 ( sekitar 1,5 bulan ) mulai dari penyiapan usulan penelitian sampai dengan pengesahan laporan hasil penelitian. Lokasi penelitian pengaruh pemberian hormon ini bertempat di kolam-kolam produksi milik Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Masyarakat Kampung Bugis, Cikolek, Desa Wisma Sari Rejeki, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan Lingkup Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hormone ovaprim dan induk ikan Lele Dumbo (Clarias glaripienus) dengan biomassa sekitar 1 kg/ekor. Banyaknya (ml) ovaprim yang dipakai sesuai dengan ukuran biomassa induk yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. METODE Tabel 1. Dosis hormon ovaprim aktual yang diberikan pada induk betina DOSIS AKTUAL YANG DIBERIKAN KEPADA INDUK BETINA IKAN LELE BERDASARKAN BIOMASSA BIOMASSA 0,2 ml/Kg 0,4 ml/Kg 1. I 0,96 Kg 0,384 ml/Kg 2. II 1,86 Kg 0,372 ml/Kg 3. III 1,66 Kg 0,332 ml/Kg 4. IV 1,36 Kg 0,544 ml/Kg 5. V 0,86 Kg 0,344 ml/Kg 6. VI 1,08 Kg 0,216 ml/Kg Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan berupa pemberian hormon ovaprim dengan dosis 0,2 dan 0,4 ml per kilogram biomassa induk. Untuk mengetahui apakah kondisi mutu air memenuhi persyaratan yang ditentukan, dilakukan pengukuran parameter pokok yaitu kadar oksigen terlarut selama pemijahan lalu dianalisis secara deskriptif. 17 Pengamatan yang dilakukan adalah lamanya waktu induk memijah, yang dihitung dari sesaat setelah disuntik/diberikan hormon ovaprim. diperoleh data sebagaimana disajikan pada Tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Laju pemijahan induk betina Lele Dumbo (Clarias glaripienus) yang diberi hormon Ovaprim dengan dosis 0,2 dan 0,4 ml per kilogram biomassa. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan langsung terhadap laju waktu pemijahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. I II III IV V VI Jumlah Rata – rata Laju Pemijahan Berdasarkan Pemberian Dosis Ovaprim Dosis aktual Laju Pemijahan berdasarkan biomassa (selang waktu ikan disuntik – waktu ikan induk memijah) 0,2 ml/kg 0,4 ml/kg 0,2 ml/kg 0,4 ml/kg 0,384 ml 16:24 – 00:50 WIB 0,372 ml 16:31 – 00:50 WIB 0,332 ml 16:35 – 00:52 WIB 0,544 ml 16:39 – 01:21 WIB 0,344 ml 16:43 – 02:10 WIB 0,216 ml 16:48 – 02:09 WIB 0,92 ml 1,272 ml 0,3067 ml 0,424 ml Tabel 3. Data hasil sidik ragam single factor, Summary/ringkasan Groups Count Sum Average Column 1 3 0,92 Column 2 3 1,272 0,424 Variance 0,306667 0,006565 0,0112 Menggunakan microsoft excel dg Rancangan Acak Lengkap satu faktor Model : Yij = μ + Τi + εij ; I = 1,2 …p j= 1,2……n Tabel 4. Analyze of Varians (ANOVA) Source of SS df MS F P-Value F crit Variation Between Groups Within Groups 0,020651 1 0,020651 2,324827 0,20201 0,035531 4 0,008883 Total 0,056181 5 18 7,708647 F Hit < F Tab Tidak berbeda nyata Jika diteliti lagi dengan UJI BNT (Beda Nyata Terkecil) karena sampel < 30 Diperoleh BNT = 0,21366, lihat Tabel 5 di bawah ini : Tabel 5. Data hasil Uji Beda Nyata Terkecil (Uji BNT) Perlakuan (dosis) 0,2 ml 0,4 ml Rata-rata 0,3067 0,424 Perbandingan dosis 0,2 dan 0,4 diperoleh : 0,1173 < 0,21366 (Nilai BNT) Tabel 6. Data kadar oksigen terlarut (DO= mg/l) saat penelitian berlangsung Kolam Pukul Pukul No Percobaan ke : 16 : 10 WIB 06:18 WIB 1 1 5,5 4,9 2 2 3,5 6,1 3 3 8,0 6,6 4 4 8,3 6,8 5 5 8,2 6,3 6 6 8,2 6,3 Berdasarkan hasil Analisis Sidik Ragam dan Uji Beda Nyata Terkecil yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa perlakuan pemberian hormon ovaprim dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap laju waktu pemijahan yang tercepat sampai terlama adalah sebagai berikut: kolam ketiga, dengan dosis 0,2 ml/kg (497 menit; 8.17 jam), diikuti kolam kedua, dosis 0,2 ml/kg (499 menit; 8.19 jam), kolam pertama, dosis 0,4 ml/kg (502 menit; 8.22 jam), kolam keempat, dosis 0,4 ml/kg (562 menit; 8.82 jam), kolam keenam, dengan dosis 0,2 ml/kg (601 menit; 9.61 jam) dan yang terakhir pada kolam kelima, dengan dosis 0,4 ml/kg (607 menit; 9.67 jam). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan hormon ovaprim dengan dosis yang berbeda, yaitu antara 0,2 ml dan 0,4 ml per kilogram biomassa induk betina Ikan Lele Dumbo, tidak memiliki pengaruh yang berbeda nyata. Secara perhitungan ekonomi, tentu lebih efektif serta efisien dengan menggunakan hormon ovaprim dengan dosis 0,2 ml per kilogram biomassa. Sejalan dengan hasil yang diperoleh di atas, diperkuat dengan pernyataan Izudin Assubki (9793001), Dept. of Animal Husbandry, menyimpulkan bahwa penggunaan hormon ovaprim dengan dosis yang berbeda terhadap waktu latensi pemijahan Ikan Lele Dumbo (Clarias glariepinus) adalah tidak mengalami perbedaan yang signifikan, sehingga untuk sebuah tindakan ekonomis maka dianjurkan penggunaan dosis dalam jumlah yang kecil. Data kualitas air berupa kadar oksigen terlarut selama penelitian adalah 3,5-8,3 mg/l, berada di atas batas minimal yang disarankan 3,5 mg/l. 19 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan hasil pengamatan dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1) Pemberian hormon ovaprim dengan dosis yang berbeda yaitu 0,2 ml dan 0,4 ml per kilogram biomassa memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata/disimpulkan sama/tidak ada pengaruh. 2) Kualitas air khususnya kadar oksigen terlarut selama penelitian berlangsung berkategori baik (3,5-8,3 mg/l) dan mendukung kelangsungan proses pemijahan yaitu semuanya di atas nilai minimal 3,5 mg/l. Najiyati, S. 2008. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya. Depok. 49 hal. Prihartono, R.E. dkk. 2008. Mengatasi Permasalahan Budidaya Lele Dumbo. Penebar Swadaya. Depok. 86 hal. Sujionohadi, K dan E. Suhedi. 2007. Budidaya Lele di Kolam Karpet. Penebar Swadaya. Depok. 40 hal http://www.Budidaya IkanLele Dumbo Ristantra Martin blog. Htm http://www.Bagus72’s Blog.htm http://www.gdl.php.htm 20