1 PROFIL ANTIBAKTERIAL SERUM AYAM BROILER (Gallus domesticus) YANG MEMPEROLEH EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP Escherichia coli Mora Ramadhan Harahap1, Min Rahminiwati2, Oom Komala3 1 Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan Alam, Universitas Pakuan. 2 Laboratorium Toksikologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. 3 Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu yang efektif setelah pemberian ekstrak daun sirih sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli. Daun sirih yang diperoleh sebanyak 3 kg diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 60 %. Sampel utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu serum ayam broiler yang telah terpisah dari sel darah merah. Pengujian dilakukan terhadap 6 ekor ayam, 3 ayam diberikan ekstrak daun sirih secara oral dengan dosis 0,1 g/800 g BB dan 3 ayam diberikan enrofloxacin sebagai kontrol positif (+) dengan dosis 0,1 g/800 g BB. Darah ayam diambil pada jam ke 0 sebagai kontrol negatif (-) sebelum ayam diberikan ekstrak sirih ataupun enrofloxacin, kemudian diambil lagi darahnya setiap 1, 2, 5 dan 8 jam setelah pemberian ekstrak daun sirih dan kontrol positif (enrofloxacin). Pengujian antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi kertas cakram (berisi serum ayam) dengan mengukur Lebar Daerah Hambat (LDH) terhadap pertumbuhan bakteri pada waktu 0, 1, 2, 5 dan 8 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu yang paling efektif setelah pemberian ekstrak daun sirih dalam menghambat aktivitas bakteri Escherichia coli yaitu pada jam ke 8 dengan nilai Lebar Daerah Hambat (LDH) sebesar 2,5 mm. Kata Kunci : Daun sirih, Antibakteri, Serum, Kolibasilosis, Escherichia coli, Enrofloxacin ABSTRACT The research is to determine the effective time of giving the betel leaf extract as antibacterial to fight against Eschericha coli. 3 kg betel leaves are extracted using maceration method which use 60 % ethanol solvent. The main sample used in this research is broiler chicken serum that has been separated from the red blood cells. The test in conducted with 6 chickens, 3 chickens are given betel leaf extract orally, and the dosage is 0,1 g/800 g BW. Another 3 chickens are given enrofloxacin as a positive control (+), and the dosage is also 0,1 g/800 g BW. A 2 zero time chicken blood sample is drawn as a negative control (-) before the chicken is given betel leaf extract or enrofloxacin. And then, the chicken blood is drawn after 1, 2, 5 and 8 hours after given the betel leaf extract and enrofloxacin as the positive control. The antibacterial test is done using agar diffusion method (containing chicken serum) to determine the growth inhibition area toward the bacterial growth in a zero time, after 1, 2, 5 and 8 hours. The result of the research shows that the most effective time after giving the betel leaf extract to prevent the activities of Escherichia coli is 8 hours after the treatment, and the growth inhibition area is 2,5 mm. Keywords : Betel leaf, Antibacterial, Serum, Colibasilosis, Escherichia coli, Enrofloxacin. Dewasa ini peternakan peternakan unggas, khususnya ayam unggas khususnya peternakan ayam broiler. Agen penyebab munculnya pedaging (Broiler) merupakan salah penyakit ini adalah bakteri satu sektor yang mempunyai peranan Escherihia coli strain patogen baik sangat penting dalam perekonomian secara primer maupun sekunder. nasional, terkait dengan pemenuhan Secara umum Escherichia coli kebutuhan masyarakat akan protein merupakan mikroflora normal pada hewani. Hal ini dikarenakan usus manusia dan hewan, tetapi permintaan terhadap daging ayam beberapa galur bersifat patogenik terus meningkat seiring dengan (Gyles, 1983). Terkait dengan meningkatnya penghasilan dan dampaknya pada industri kesadaran penduduk akan pentingnya perunggasan, infeksi Escherichia protein hewani (Ahmad dan coli menyebabkan kematian embrio Elfawati, 2008). pada telur tetas, infeksi kuning telur, Dalam mengelola peternakan koliseptisemia, peradangan kantung broiler, para peternak harus udara, radang usus, infeksi saluran menghadapi berbagai macam reproduksi, radang persendian dan kendala yang sangat merugikan, bahkan menyebabkan kematian. mulai dari masalah manajemen Penularan kolibasilosis kandang sampai masalah penyakit. biasanya terjadi secara oral melalui Ada banyak penyakit yang pakan, air minum atau debu yang menyerang ayam pedaging seperti tercemar oleh Escherichia coli. penyakit yang disebabkan oleh virus, Bakteri Echerichia coli juga mampu jamur, parasit dan bakteri. Salah satu menyebar melalui peredaran darah, penyakit yang disebabkan oleh sehingga dapat menyebabkan bakteri adalah infeksi bakteri kerusakan pada berbagai organ yang Eschericia coli (E.coli) yang akhirnya mengganggu pertumbuhan merupakan infeksi bakteri paling dari ayam tersebut (Tabbu, 2000). umum dijumpai pada peternakan Salah satu usaha untuk broiler yaitu penyakit Kolibasilosis menanggulangi infeksi penyakit yang (Bisping dan Amtsberg, 1988). ditimbulkan oleh bakteri Escherichia Kolibasilosis merupakan coli adalah dengan pemberian penyakit yang sering dibahas dalam 3 antibiotik, namun seiring dengan munculnya kasus resistensi yang cukup tinggi mendorong dilakukannya berbagai upaya untuk mencari obat alternatif. Hermawan (2007), meneliti potensi ekstrak daun sirih sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli. Berdasarkan laporan hasil penelitian tersebut diketahui ekstrak daun sirih bersifat bakterisidal terhadap Escherichia coli secara in vitro, namun efeknya secara in vivo belum diketahui. Serum sebagai bagian dari unsur darah yang mengandung protein berperan penting dalam proses eliminasi agen penyakit, karena selain terkait respon imunitas serum juga bisa bersifat sebagai salah satu tempat deposit obat. Hanya obat yang bebas tidak terikat protein serum atau darah yang akan bekerja pada sasarannya. Sirih mengandung senyawa kimia kavikol dan betlephenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Kedua zat tersebut merupakan kandungan terbesar minyak atsiri yang ada didalam daun sirih. Kavikol inilah yang memberikan bau khas daun sirih dan memilki daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari phenol biasa (Moeljanto dan Mulyono, 2003). Aktivitas antibakteri dari ekstrak daun sirih yang dilakukan secara in vivo akan dikaji melalui aktivitas antibakterial serum hewan percobaan, dalam hal ini ayam broiler yang memperoleh ekstrak daun sirih secara oral. METODOLOGI Uji fitokimia dilakukan secara kualitatif terhadap ekstrak daun sirih meliputi uji kandungan senyawa flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin. Pengujian dilakukan terhadap 6 ekor ayam, 3 ayam diberikan ekstrak daun sirih secara peroral dengan dosis 0,1 g/800 g BB dan 3 ayam diberikan enrofloxacin sebagai kontrol positif (+) dengan dosis 0,1 g/800 g BB. Darah ayam diambil pada jam ke 0 sebagai kontrol negative (-) sebelum ayam diberikan ekstrak sirih ataupun enrofloxacin, kemudian diambil lagi darahnya setiap 1,2,5, dan 8 jam setelah pemberian ekstrak daun sirih dan kontrol positif (enrofloxacin). Pengujian antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi kertas cakram (berisi serum ayam) dengan mengukur Lebar Daerah Hambat (LDH) terhadap pertumbuhan bakteri pada waktu 0,1,2,5 dan 8 jam. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Daun sirih segar yang sudah terkumpul sebanyak 3 kg dicuci dengan aquadest, kemudian dirajang menggunakan pisau menjadi potongan daun yang kecil berukuran 2x3 cm. Rajangan daun sirih sebanyak 200 g dimasukkan ke dalam 15 botol coklat yang telah berisi etanol 60 % sebanyak 1 L per botol. Maserasi dilakukan selama 3 hari, sambil dikocok sesekali. Pergantian pelarut dilakukan setiap hari, filtrat yang diperoleh dari setiap penyaringan sirih diambil menggunakan penyaring yang dialasi kain batis dan dimasukkan ke dalam jerigen. Filtrat yang diperoleh dari proses maserasi selama tiga hari diuapkan menggunakan Rotary Vacum Evaporator untuk mendapatkan ekstrak kering. Proses Rotary Vacum Evaporator dilakukan 4 di PAU SEAFAST Institut Pertanian Bogor (IPB). serum di oven dengan suhu ± 37o C sampai kering. Pemisahan Serum Dari Darah Untuk mendapatkan serum darah, harus dilakukan pemisahan agar serum dan butir darah serta fibrinogen menjadi terpisah. Darah diambil menggunakan spuit steril 1 cc, dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi, kemudian dilakukan pemisahan serum dengan cara sentrifugasi pada kecepatan 5000 – 10.000 rpm selama 5 menit. Hasil sentrifugasi yaitu lapisan yang berada di bagian atas tabung berupa serum yang memiliki bobot jenis lebih rendah dan warnanya kuningjernih, sedangkan pada bagian bawah tabung berupa sel darah merah dan fibrinogen yang memiliki bobot jenis lebih besar. Serum yang dihasilkan kemudian diambil dengan cara dipipet dan ditampung dalam tabung penampung, setelah itu tabung yang berisi serum disimpan dalam refrigerator dengan suhu – 4o C. Selanjutnya serum siap digunakan. Prosedur Penentuan Kemampuan Lebar Daerah Hambat (LDH) Pada Pertumbuhan Bakteri Escherchia coli Cara Mengisi Kertas Cakram Kertas cakram disterilkan dalam autoclave pada suhu 121o C selama 5 menit. Kemudian kertas cakram dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 50o C sampai keadaan kertas cakram kering. Kertas cakram diletakkan di atas cawan petri yang sudah steril dan ditetesi serum sebanyak 3 tetes menggunakan spuit steril. Setelah itu didiamkan selama 1 jam agar serum terserap sempurna ke dalam kertas cakram. Selanjutnya cawan petri yang sudah berisi kertas cakram yang di dalamnya terdapat HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak kering yang didapatkan berwarna hitam pekat dengan berat 87,24 g. Hasil rendemen ekstrak adalah 2,908 %. Penentuan rendemen berfungsi untuk mengetahui berapa besar kadar senyawa yang terbawa oleh pelarut yang digunakan. Bakteri sebanyak 0,2 mL dengan konsentrasi 10-1 hasil pengenceran dituangkan pada cawan petri yang berisi Nutrient Agar suhu 40 o C, kemudian digerakkan melingkar untuk menyebarkan bakteri secara merata. Setelah agar memadat di atasnya diletakkan kertas cakram yang mengandung serum ekstrak daun sirih. Cawan petri tersebut diinkubasi dengan suhu 37o C selama 1 x 24 jam. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri dapat dilihat dengan timbulnya zona hambat yaitu daerah bening/terang disekitar kertas cakram yang menunjukkan pertumbuhan bakteri dihambat oleh serum. Selanjutnya diamati dan diukur lebar daerah hambat yang terbentuk di sekeliling kertas cakram dengan menggunakan penggaris. Hasil Penetapan Kadar Air dan Kadar Abu Penetapan kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada didalam bahan yang dilakukan dengan cara yang tepat. 5 Penetapan kadar air dilakukan untuk memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air dalam suatu bahan dikarenakan air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi bakteri dan jamur. Penetapan kadar air dilakukan duplo, hasil rata – rata penetapan kadar air ekstrak kering daun sirih yaitu 5,18 %. Hasil tersebut memenuhi syarat, karena syarat kadar air ekstrak daun sirih yakni tidak lebih dari 10 % (DepKes RI, 1980). Prinsip penetapan kadar abu yaitu bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdekstruksi kemudian menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik. Senyawa anorganik adalah unsur mineral yang merupakan komposisi tanaman obat serta bahan pangan selain air dan bahan organik. Penetapan kadar abu dilakukan triplo, hasil rata-rata penetapan kadar abu ekstrak kering daun sirih yaitu 8,41 %, hasil tersebut memenuhi syarat karena syarat kadar abu ekstrak daun sirih yaitu tidak lebih dari 14 % (DepKes RI, 1980). Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia No Identifikasi Senyawa Paramater Hasil Pengamatan 1 Flavonoid Warna jingga (+) Larutan berwarna jingga 2 Alkaloid Pereaksi Dragen dorff Endapan merah (+) Terbentuk endapan merah Pereaksi Wagner Endapan coklat (+) Terbentuk endapan coklat Pereaksi Mayer Endapan putih (+) Terbentuk endapan putih 3 Saponin Terbentuk emulsi (+) Terbentuk emulsi 4 Tanin Endapan putih (+) Terbentuk endapan putih Uji fitokimia dilakukan karena merupakan salah satu metode untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada suatu tanaman. Hasil uji fitokimia pada Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak kering daun sirih mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, dan tannin. Pengujian Aktivitas Antibakteri Serum darah ayam yang diberi ekstrak sirih secara peroral dengan dosis 0,1 g/800 g bobot ayam dan kontrol positif (enrofloxacin) dosis 0,1 g/800 g bobot ayam, setelah diuji aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli menunjukkan hasil yang positif. Hasil ini ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar kertas cakram. Lebar Daerah Hambat (LDH) zona bening serum yang memperoleh ekstrak dapat dilihat pada Gambar 6. Dengan betambahnya waktu setiap pengambilan darah pada ayam ekstrak sirih maka semakin besar lebar daerah hambat yang terlihat. Puncaknya lebar daerah hambat maksimal terlihat pada jam ke 8. Sementara lebar daerah hambat yang paling kecil yaitu pada jam ke 1. 6 Pengujian Aktivitas Antibakteri Serum darah ayam yang diberi ekstrak sirih secara peroral dengan dosis 0,1 g/800 g bobot ayam dan kontrol positif (enrofloxacin) dosis 0,1 g/800 g bobot ayam, setelah diuji aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli menunjukkan hasil yang positif. Hasil ini ditunjukkan dengan adanya zona bening di sekitar kertas cakram. Lebar Daerah Hambat (LDH) zona bening serum yang memperoleh ekstrak dapat dilihat pada Gambar 1. Dengan betambahnya waktu setiap pengambilan darah pada ayam ekstrak sirih maka semakin besar lebar daerah hambat yang terlihat. Puncaknya lebar daerah hambat maksimal terlihat pada jam ke 8. Sementara lebar daerah hambat yang paling kecil yaitu pada jam ke 1. 5 = Pada jam ke yang dihasilkan 1,5 mm 8 = Pada jam ke yang dihasilkan 2,5 mm 5 LDH sebesar 8 LDH sebesar Selanjutnya pada Gambar 8 terlihat bahwa kontrol positif (enrofloxacin) memberikan lebar daerah hambat yang puncaknya paling besar pada jam ke 1. Sementara lebar daerah hambat paling kecil dihasilkan pada jam ke 8. AYAM 2 0 1 5 2 8 AYAM 1 0 1 5 2 8 Gambar 2. Zona hambat yang dihasilkan oleh kontrol positif (enrofloxacin). Keterangan : Gambar 1. Zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak sirih. Keterangan : 0 (kontrol negatif) = Pada jam ke 0 ≠ zona hambat 1 = Pada jam ke 1 LDH yang dihasilkan sebesar 0,5 mm 2 = Pada jam ke 2 LDH yang dihasilkan sebesar 0,5 mm 0 (kontrol negatif) = Pada jam ke 0 LDH yang dihasilkan sebesar 0,5 mm 1 = Pada jam ke 1 LDH yang dihasilkan sebesar 2,25 mm 2 = Pada jam ke 2 LDH yang dihasilkan sebesar 2 mm 5 = Pada jam ke 5 LDH yang dihasilkan sebesar 1,5 mm 8 = Pada jam ke 8 LDH yang dihasilkan sebesar 1,25 mm Terbentuknya zona hambat di sekitar kertas cakram karena ekstrak 7 daun sirih mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, dan alkaloid. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang bersifat polar dan umumnya terdapat dalam bentuk bentuk campuran sebagai glikosida pada jaringan tumbuhan. Senyawa ini dapat bekerja sebagai antibakteri karena dapat mendenaturasi dan mengkoagulasi protein sel bakteri sehingga sel bakteri mati (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Selain flavonoid, senyawa yang berkhasiat sebagai antibakteri yang dikandung dalam ekstrak daun sirih adalah tanin. Tanin merupakan salah satu antimikroba yang berasal dari tumbuhan dan bekerja dengan cara membentuk ikatan yang stabil dengan protein sehingga terjadi koagulasi protoplasma bakteri (Robinson, 1991). Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada konsentrasi rendah terbentuk komplek protein-fenol dengan ikatan lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan koagulasi dan sel membran mengalami lisis. Selain itu turunan fenol juga dapat merubah permeabilitas membran sel, sehingga dapat menimbulkan kebocoran konstituen sel yang esensial, sehingga sel bakteri mengalami kematian (Siswanodo dan Soekardjo, 1995). Saponin dapat berperan sebagai antibakteri, mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri yaitu dapat menyebabkan kebocoran potein dan enzim dari dalam sel (Madduluri et al., 2013). Saponin berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang rentan kemudian mengikat membran sitoplasma sehingga menggangu dan mengurangi kestabilan membran sel. Hal ini menyebakan sitoplasma bocor keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel. Agen antimikroba yang mengganggu membran sitoplasma bersifat bakterisidal (Cavaleiri et al., 2005). Selain senyawa flavonoid, tanin, dan saponin, alkaloid juga dapat menghambat aktivitas antibakteri, mekanisme kerja alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan cara menggangu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Darsana et al., 2012). Hasil Nilai AUC Under Curve) (Area Selanjutnya dilihat nilai AUC (Area Under Curve) atau area di bawah kurva yang dihasilkan oleh kontrol negatif (pada waktu 0 jam), dan ayam yang diberikan ekstrak sirih serta ayam yang diberikan enrofloxacin (kontrol positif). AUC (Area Under Curve) adalah permukaan di bawah kurva (grafik) yang menggambarkan naik turunnya kurva obat sebagai fungsi dari waktu. AUC dapat dihitung secara matematis AUC dapat digunakan untuk membandingkan kadar masing-masing obat secara keseluruhan. Nilai AUC yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 3. 8 Nilai Rata-Rata AUC Nilai AUC (Area Under Curve) Ekstrak Sirih dan Kontrol 14 Positif (Enrofloxacin) 13 * 12 11 12,562 5 11,75 10 ekstrak sirih kontrol positif Perlakuan Gambar 3. Nilai AUC (Area Under Curve) Ekstrak Sirih dan Kontrol Positif (Enrofloxacin). Berdasarkan dari hasil rata-rata nilai AUC yang diperoleh antara ekstrak sirih dengan kontrol positif (enrofloxacin) nilai AUC dari kontrol positif yaitu sebesar 12,5625 dan nilai AUC dari ekstrak sirih yaitu sebesar 11,75. Hasil ini menunjukkan bahwa kontrol positif memberikan nilai AUC lebih besar dibandingkan dengan ekstrak sirih. Artinya antibiotik enrofloxacin lebih cepat terserap oleh tubuh ayam dibandingkan dengan ekstrak sirih. Hasil Rata=Rata Lebar Daerah Hambat (mm) 3 2,5 2.16 2,5 2 1,5 1 0,5 0 1.83 1,75 1,5 1.41 0.83 0.83 0,5 0 y = 0,6x - 0,6 R² = 0,9474 0 1 2 5 8 jam jam jam jam jam Perlakuan (Jam) Gambar 4. Grafik Rata-Rata Lebar Daerah Hambat (mm) ES K+ Dari hasil grafik rata-rata pada setiap perlakuan (0 jam (kontrol negatif), 1, 2, 5, dan 8 jam) terhadap ekstrak sirih ataupun kontrol positif (enrofloxacin) memperlihatkan ada perbedaan pada setiap perlakuannya. Proses absorpsi obat merupakan hal yang penting dalam memberikan reaksi daerah hambat. Absorpsi obat adalah perpindahan obat dari tempat pemberian menuju ke darah dan target aksinya. Untuk melintasi aliran sitemik (darah), obat harus dapat melintasi membran (barrier) yang merupakan faktor terpenting bagi obat untuk mencapai tempat aksinya (missal otak, jantung, dan anggota badan yang lain). Pengambilan serum dari darah ayam karena serum merupakan tempat terdepositnya suatu obat. Pada ekstrak sirih dari waktu 1, 2, 5, dan 8 jam lebar daerah hambat yang ditimbulkan meningkat dari setiap waktunya pasca pemberian ekstrak sirih secara peroral. Hal ini dapat terlihat setelah ditarik garis lurus linear menghasilkan nilai y= 0,6x-0,6 dengan nilai regresi R2 = 0,947. Dari hasil tersebut menunjukkan proses absorpsi ekstrak semakin lama ekstrak ada di dalam tubuh ayam (waktu) maka semakin besar lebar daerah hambat yang dihasilkan oleh serum ekstrak sirih. Nilai rata-rata lebar daerah hambat yang ditimbulkan oleh ekstrak sirih paling besar yaitu pada jam ke 8 sebesar 2,5 mm. Pada kontrol positif (enrofloxacin) proses absorpsi obat antibakteri enrofloxacin berjalan cepat, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama sampai obat di dalam serum memberikan lebar daerah hambat yang dihasilkan besar. 9 Lebar daerah hambat yang ditimbulkan cepat yaitu pada jam ke 1 pasca pemberian enrofloxacin, rata-rata lebar daerah hambat yang dihasilkan sebesar 2,16 mm. Semakin lama waktu pengambilan darah pada kontrol positif lebar daerah hambat menurun, meskipun menurun tetapi lebar daerah hambat yang dihasilkan tetap besar. Dari hasil ini memperlihatkan bahwa proses absorpsi ekstrak sirih di dalam tubuh ayam berjalan lambat, memerlukan waktu sampai jam ke 8 hingga lebar daerah hambat terhadap bakteri yang dihasilkan besar. Sementara berbeda dengan hasil kontrol positif yang cepat menimbulkan lebar daerah hambat pada jam ke 1. Hal ini membuktikan baik ekstrak sirih ataupun kontrol positif (enrofloxacin) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Ekstrak daun sirih dalam serum ayam mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dengan membentuk zona hambat yang semakin besar sesuai lamanya ekstrak dalam serum. Semakin lama waktu pengambilan serum darah ayam ekstrak sirih semakin besar pula zona hambat yang dihasilkan. Waktu yang paling efektif pasca pemberian ekstrak daun sirih dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli yaitu pada jam ke 8. Nilai AUC ekstrak sirih sebesar 11,75 dan nilai AUC kontrol positif sebesar 12,5625. Dari hasil uji fitokimia ekstrak daun sirih mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin. Saran Perlu dilakukan uji aktivitas zona hambat lebih lanjut dengan memberikan waktu pengamatan yang lebih lama untuk mengetahui sampai berapa lama khasiat ekstrak daun sirih berada dalam tubuh ayam. Perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri Escherichia coli terhadap serum ayam broiler dengan menggunakan jenis daun sirih yang lain. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, dan Elfawati. 2008. Performans Ayam Broiler yang Diberi Sari Buah Mengkudu (Morind Citrifolia). Jurnal Peternakan Vol 5 No.1. Jakarta. Halaman 10 – 13. Bisping, W. and Amtsberg G.A. 1988. Color Atlas for The Diagnosis of Nacterial Pathogen in Animals. Berlin. Paul Parey Scientific Publisher. Germany. Cavaleiri, S.J., Rankin, I.D., Harbeck, R.J., Sautter, R.S., Mc 10 Carter, Y.S., S.E. Sharp, S.E., Ortez, J.H., and Spiegel, C.A. 2005. Manual Of Antimicrobial Susceptibility Testing. American Society For Microbiology, USA. DepKes RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Darsana, I., Besung, I., and Mahatmi, H. 2012. Potensi Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Secara In Vitro. Indonesia Medicus Veterinus. Gyles, C.L. 1983. Escherichia coli. Dalam Pathogenesis of Bacterial Infection in Animal. Gyles, C.L.and. Thoen, C. O (eda). Second Edition. Ames ; Iowa State University Press. Halaman 164-187. Hermawan, A. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Dengan Metode Difusi Disk. Universitas Airlangga, Surabaya. Madduluri., Suresh., Rao, K., Babu., and Sitaram, B. 2013. In Vitro Evalution Of Antibacterial Activity Of Five Indigenous Plants Extract Against Five Bacterial Pathogens Of Human. International Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical Sciences. 5 (4) : Halaman 679684 Moeljanto, R.D. dan Mulyono. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih, Obat Mujarab dari Masa Ke Masa. Penebar Swadaya, Jakarta. Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Terjemahan Padmawinata, K. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Siswandono, dan Soekardjo, B. 1995. Kimia Medisinal. Airlangga Press, Surabaya, halam 257-259. Tabbu, C.R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Kanisius, Yogyakarta.