PENGARUH ELEKTROLIT Na2SO4 dan NaCl TERHADAP RECOVERY LOGAM Cu DENGAN KOMBINASI TRANSPOR MEMBRAN CAIR DAN ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN ASAM p-t-BUTILKALIKS[4]ARENA-TETRAKARBOKSILAT SEBAGAI ION CARRIER Andi Putri Ayuningtias, Maming dan Muhammad Zakir Jurusan Kimia FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. ABSTRAK Penelitian tentang pengaruh elektrolit Na2SO4 dan NaCl terhadap recovery logam Cu telah dilakukan dengan kombinasi transpor membran cair dan elektroplating menggunakan asam p-t-butilkaliks[4]arenatetrakarboksilat sebagai pengemban ion. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh konsentrasi elektrolit Na2SO4 dan NaCl, konsentrasi ion logam, waktu, jenis elektrolit serta menentukan kondisi optimum dan efisiensi pengendapan Cu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi elektrolit, konsentrasi ion Cu 2+ di fasa sumber, waktu dan jenis elektrolit sangat berpengaruh terhadap proses recovery logam Cu. Kondisi optimum recovery Cu untuk elektrolit Na2SO4 dicapai pada konsentrasi 0,5% untuk konsentrasi ion Cu2+ 0,01 M, konsentrasi 1,0% untuk konsentrasi ion Cu2+ 0,05 M masing-masing dengan waktu transpor 120 menit. Sedangkan konsentrasi ion Cu2+ 0,10 M dicapai pada konsentrasi 2,0% dengan waktu trasnpor 100 menit. Sedangkan untuk elektrolit NaCl dicapai pada konsentrasi 0,05% untuk konsentrasi ion Cu 2+ 0,01 M dengan waktu transpor 120 menit dan konsentrasi ion Cu2+ 0,05 M dan 0,10 M masing-masing dicapai pada konsentrasi 0,10% dan 0,01% dengan waktu transpor 120 menit. Efisiensi pengendapan tertinggi pada kondisi optimum sebesar 31,5% untuk elektrolit NaCl dan 21,0% untuk elektrolit Na 2SO4. Kata kunci: asam p-t-butilkaliks[4]arena-tetrakarboksilat, Cu, elektroplating, transpor membran cair, elektrolit. PENDAHULUAN Proses pemisahan logam memainkan peran yang penting terhadap pencemaran oleh limbah industri. Proses pemisahan logam dari limbah dilakukan untuk mengurangi pencemaran dan memanfaatkan logam sisa, terutama logam berat [68]. Teknik pemisahan ion logam berat dengan membran cair merupakan salah satu pengembangan metode ekstraksi pelarut yang dapat digunakan untuk recovery ion logam berat dari limbah cair. Keuntungan metode dengan sistem membran cair adalah mempunyai selektivitas dan efisiensi sistem tinggi, penggunaan pelarut relatif sedikit, pemisahan ion dapat dilakukan secara kontinu dalam satu unit operasi, pengoperasian sederhana dan murah [2][5]. Kaliks[n]arena merupakan senyawa makrosiklik yang potensial digunakan sebagai pengemban ion logam karena strukturnya menyerupai keranjang sehingga dapat berperan sebagai molekul inang. Kaliks[n]arena dengan gugus karboksil dapat berperan sebagai pengemban ion logam berat dalam transpor membran cair. Senyawa kaliks[n]arena dapat digunakan sebagai pengemban ion Cu berdasarkan kesesuaian dari sifat gugus fungsi, ukuran cincin, konformasi serta sifat sistem[3]. Untuk memperoleh hasil pemisahan ion logam yang maksimal, metode transpor membran cair dikombinasikan dengan elektroplating (pengendapan) agar proses pemisahan logam berat dapat berlangsung irreversibel [3][4]. Elektroplating atau penyepuhan merupakan salah satu proses pelapisan bahan padat dengan lapisan logam menggunakan arus listrik melalui suatu larutan elektrolit [4]. Larutan elektrolit dapat berupa asam, basa dan garam [9]. Proses recovery logam dengan kombinasi metode transpor membran cair dan elektroplating menggunakan elektolit asam telah banyak dilakukan, namun penggunaan garam sebagai elektrolit jarang dilaporkan. Dalam tulisan ini dilaporkan hasil penelitian mengenai pengaruh larutan elektrolit lainnya seperti Na2SO4 dan NaCl terhadap recovery logam Cu dengan kombinasi metode transpor membran cair dan elektroplating, menggunakan asam p-tbutilkaliks[4]arena-tetrakarboksilat sebagai ion carrier. Beberapa variabel yang ditinjau meliputi: proses transpor membran cair dan elektroplating dengan variasi elektrolit di fasa target, variasi konsentrasi elektrolit di fasa target, variasi konsentrasi logam di fasa sumber dan variasi waktu. METODE PENELITIAN Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan CuSO4 anhidrat (Merck), senyawa asam p-t-butilkaliks[4]arenatetrakarboksilat, lempeng tembaga, kawat platina, kloroform p.a (Merck), H2SO4 (Merck), Na2SO4 dan NaCl (Merck). Alat Sel transpor pipa gelas berbentuk U ( = 1,5 cm, volume = 50 mL), timbangan analitik, pengaduk magnet 1 cm, adaptor, dan peralatan gelas yang biasa digunakan dalam laboratorium. Prosedur Kerja Pembuatan Larutan Membran Senyawa pengemban ion asam p-tbutilkaliks[4]arena-tetrakarboksilat sebanyak 0,0884 gram dilarutkan dalam CHCl3 sebanyak 250 mL sehingga diperoleh larutan membran dengan konsentrasi pengemban ion sebesar 4,0 × 10-4 M. Pembuatan Larutan CuSO4 Larutan induk CuSO4 1,0 M dibuat dengan cara melarutkan 7,975 gram padatan CuSO4 dalam 50 mL akuades. Selanjutnya, larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,10, 0,05 dan 0,01 M dibuat dengan cara mengencerkan masing-masing 10, 5 dan 1 mL larutan CuSO4 0,10 M sampai volume 100 mL. Pembuatan Larutan elektrolit Na2SO4 Larutan elektrolit Na2SO4 konsentrasi 10% dibuat dengan cara melarutkan 10 g Na2SO4 ke dalam 100 mL akuades. Kemudian dibuat larutan Na2SO4 dengan konsentrasi 0,5, 1,0, 1,5 dan 2,0%, masing-masing dibuat dengan cara mengencerkan 5, 10, 15 dan 20 mL larutan Na2SO4 10% dengan akuades sampai volume 100 mL. Pembuatan Larutan Elektrolit NaCl Larutan elektrolit NaCl konsentrasi 1% dibuat dengan cara melarutkan 1 g NaCl ke dalam 100 mL akuades. Kemudian dibuat larutan NaCl dengan konsentrasi 0,01, 0,05 dan 0,10%, masingmasing dibuat dengan cara mengencerkan 1, 5 dan 10 mL larutan NaCl 1% dengan akuades sampai volume 100 mL. Proses Transpor Fasa membran sebanyak 6 mL dimasukkan ke dalam sel transpor yang sebelumnya sudah dimasukkan pengaduk magnet. Pada salah satu ujung sel dimasukkan fasa sumber (larutan ion) sebanyak 6 mL dan fasa target (NaCl atau Na2SO4) dengan konsentrasi tertentu sebanyak 6 mL pada ujung yang lain. Sistem diaduk pada kecepatan 150 rpm. Proses Elektroplating Lempeng tembaga yang digunakan sebagai katoda diberikan perlakuan awal meliputi butting (proses penghalusan permukaan bahan yang akan dielektroplating), degrading (proses pembersihan dari kotoran, minyak dan cat ataupun lemak dengan menggunakan basa), dan pickling (bahan dicelupkan ke dalam larutan H2SO4 encer). Setelah perlakuan awal tersebut, lempeng tembaga ditimbang. Anoda (kawat platina) dan katoda (lempeng tembaga) dicelupkan ke dalam fasa target pada sel transpor, kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah. Proses transpor-elektroplating dilakukan dengan variasi waktu, konsentrasi fasa sumber dan konsentrasi larutan elektrolit. Variasi waktu 20 – 120 menit dengan rentang 20 menit; variasi konsentrasi logam pada fasa sumber 0,01, 0,05 dan 0,10 M, variasi konsentrasi elektrolit Na2SO4 yaitu 0,5 – 2,0% dan NaCl 0,01 - 0,10%,. Semua percobaan dilakukan pada suhu kamar. Setelah proses transpor-elektroplating selesai, lempeng tembaga tersebut ditimbang untuk mengetahui jumlah logam yang terendapkan pada katoda. Hasil dan Pembahasan Recovery ion logam dengan kombinasi transpor membran cair dan elektroplating ditentukan berdasarkan jumlah ion logam Cu yang terplating pada katoda dibandingkan dengan berat awal dari fasa sumber. Recovery (%) = bobot endapan Cu ×100 % [Cu] × volume larutan × Ar Cu Pengaruh Konsentrasi Elektrolit Na2SO4 dan NaCl Terhadap Pengendapan Logam Cu Gambar 1 menunjukkan pengaruh konsentrasi elektrolit pada proses transpor membran-elektroplating. Pola perubahan endapan Cu (Gambar 1a) cenderung meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi elektrolit hingga menit ke-60. Sedangkan pada waktu transpor yang lebih lama, pola endapan Cu cenderung menurun atau tetap. Gambar 1b, pada rentang 20 – 60 menit secara umum menunjukkan pola perubahan jumlah endapan Cu yang cenderung meningkat hingga konsentrasi Na2SO4 1,5%, sedangkan pada menit ke 80 – 120 menit, endapan Cu meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi elektrolit dan cenderung menurun setelah mencapai kondisi optimum. Selanjutnya pola perubahan endapan Cu (Gambar 1c), secara umum menurun pada konsentrasi Na2SO4 0,10% dan mengalami peningkatan pada konsentrasi Na2SO4 1,5 - 2%. Kondisi pola perubahan Cu tersebut terjadi hingga menit ke-120. Fenomena peningkatan endapan Cu yang seiring dengan peningkatan konsentrasi elektrolit disebabkan oleh rapat dan daya hantar membentuk kompleks pengemban ion. 0.8 0.6 0.4 0.2 efektif dengan 1.5 1.0 0.5 0.0 0.0 0.5 (a) secara 2.0 Endapan Cu (mg) Endapan Cu (mg) ion-ion. Sebaliknya kecenderungan menurunnya berat endapan Cu pada waktu transpor yang lebih lama disebabkan karena ion logam tidak dapat 1.0 1.0 1.5 0.5 2.0 (a) Konsentrasi Na2SO4 (%) (b) Endapan Cu (mg) 1.5 1.0 1.5 2.0 Konsentrasi Na2SO4 (%) Ket. Waktu (menit) : 20 1.0 40 60 0.5 80 100 0.0 0.5 (c) 1.0 1.5 2.0 120 Konsentrasi Na2SO4 (%) Gambar 1. Grafik pengaruh konsentrasi elektrolit Na2SO4 terhadap jumlah endapan Cu. Kondisi percobaan konsentrasi logam (a) 0,01 M, (b) 0,05 M, (c) 0,1 M, variasi konsentrasi elektrolit yaitu 0,5%; 1%; 1,5%; 2%, variasi waktu yaitu 20 - 120 menit. Endapan Cu (mg) Endapan Cu (mg) 1.5 1.0 0.5 1.0 0.5 0.0 0.0 0.01 (a) 1.5 0.05 0.01 0.10 (b) Konsentrasi NaCl (%) 0.10 Konsentrasi NaCl (%) Ket. Waktu (menit) : 1.5 Endapan Cu (mg) 0.05 20 1.0 40 60 0.5 80 100 0.0 0.01 0.05 0.10 (c) 120 Konsentrasi NaCl (%) Gambar 2. Grafik pengaruh konsentrasi elektrolit NaCl terhadap jumlah endapan Cu. Kondisi percobaan konsentrasi logam (a) 0,01 M, (b) 0,05 M, (c) 0,1 M, variasi konsentrasi elektrolit yaitu 0,01%; 0,05%; 0,10%, variasi waktu yaitu 20 - 120 menit. Kesimpulan Jumlah endapan Cu yang terbentuk di katoda secara umum berbanding lurus terhadap peningkatan konsentrasi elektrolit, konsentrasi logam dan waktu pengendapan dalam rentang tertentu hingga keadaan optimum. Pengendapan optimum Cu pada katoda menggunakan elektrolit NaCl lebih tinggi daripada elektrolit Na2SO4 dengan 31,5% dan 21,0%. Daftar Pustaka 1. Bird, 1993, Kimia Fisik Untuk Universitas, Penerbit Erlangga, Jakarta. 2. Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta. 3. Maming, Jumina, Siswanta, D., and Sastrohamidjojo, H., 2007, Transport of Cr3+, Cd2+, Pb2+, and Ag+ Ions Trough Bulk Liquid Membrane Containing p-tertButylcalix[4]Arene-Tetracarboxilic Acid as Ion Carrier, Indo. J. Chem, 7(1), 172179. 4. Marwati, S., Padmaningrum, R. T., dan Marfuatun, 2009, Pemanfaatan Ion Logam Berat Tembaga(II), Kromium(III), Timbal(II), dan Seng(II) dalam Limbah Cair Industri Elektroplating Untuk Pelapisan Logam Besi, Jurnal Penelitian Saintek, 1(18), 17-40. 5. Misra, B. M., and Gill, J.S., 1996, Supported Liquid Membranes In Metal Separation, J. Am. Chem. Soc, 17(2), 361-368. 6. Sardjono, R. E., 2007, Sintesis dan Penggunaan Tetramer Siklik Seri Kaliksresorsinarena, Alkoksikaliksarena dan Alkenilkaliksarena untuk Adsorpsi Kation Logam Berat, Ringkasan tidak diterbitkan, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 7. Supriyanto, C., Samin, dan Kamal, Z., 2007, Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, dan Cd pada Ikan Aair Tawar dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA), Makalah disajikan dalam Seminar Nasional III, SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta, 21-22 November. 8. Ulumudin, I., Djunaidi, M. C., dan Khabibi, 2008, Pemisahan Kation Cu2+, Cd2+ dan Cr3+ Menggunakan Senyawa Carrier Poli(Metil Tiazol Etil Eugenoksi Asetat) Hasil Sintesis dengan Teknik BLM (Bulk Liquid Membrane), Jurusan Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang 9. Yaswir, R., dan Ferawati, I., 2012, Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium, Jurnal Kesehatan Andalas, 1(2).