JKA vol.2 no.1 Juni 2015 - Hubungan Status Gizi dengan Kejadian

advertisement
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Wanita Lanjut Usia
Lisna Anisa Fitriana
Hubungan Pengetahuan Sains Remaja di Bandung Terhadap Perilaku Sehatnya
Afianti Sulastri
Hubungan Masa Kerja, Motivasi, dan Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai di Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Yankes Kecamatan Kutawaringin Kabupaten
Bandung Tahun 2014
Diah Nur Indah Sari, Ruhyandi, Susilowati
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Depresi pada Lansia di Balai Perlindungan
Sosial Tresna Werdha Ciparay Bandung
Septian Andriani
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih
Kota Cimahi
Budi Somantri
Perbedaan Faktor Perilaku pada Keluarga Balita Pneumonia dan Tidak Pneumonia di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Sri Sumartini
Motivasi Kader Komunitas dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis ‘Aisyiyah
Kabupaten Bandung
Hendra Gunawan, Yayat Hidayat
Efektifitas Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post
Operasi Sectio Caesarea di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
Atun Raudotul Ma’rifah, Rahmaya Nova Handayani, Pramesti Dewi
Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Intensitas
Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Rutin
di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Santy Sanusi
Faktor-Faktor yang Mendukung Perilaku Merokok Mahasiswi
Fanny Adistie, Tuti Pahria, Ayu Prawesti, Triana Dewi Safariah
Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
DEWAN REDAKSI
JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA)
Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
Pelindung:
Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung
Penanggung Jawab:
Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid.
Ketua:
Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.
Sekretaris/Setting/Layout:
Aef Herosandiana, S.T., M.Kom.
Bendahara:
Riza Garini, A.Md.
Penyunting/Editor :
Perla Yualita, S.Pd., M.Pd.
Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep
Pemasaran dan Sirkulasi :
Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.
Mitra Bestari :
Dewi Irawati, MA., Ph.D.
Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D.
DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes.
Iyus Yusep, S.Kp., M.Si., MN.
Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat.
Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD.
Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN.
Alamat Redaksi:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung
Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
E-mail: [email protected]
DAFTAR ISI
1.
Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Wanita Lanjut Usia
Lisna Anisa Fitriana ……….......................……………………………………………....…………..……….
1-7
2.
Hubungan Pengetahuan Sains Remaja di Bandung Terhadap Perilaku Sehatnya
Afianti Sulastri ...……………………………………………………....…………………............................…. 9 - 15
3.
Hubungan Masa Kerja, Motivasi, dan Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai di Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Yankes Kecamatan Kutawaringin Kabupaten
Bandung Tahun 2014
Diah Nur Indah Sari, Ruhyandi, Susilowati …………………………………………………….… 17 - 26
4.
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Depresi pada Lansia di Balai Perlindungan
Sosial Tresna Werdha Ciparay Bandung
Septian Andriani ……………….......……………………………………....………………………............…. 27 - 36
5.
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih
Kota Cimahi
Budi Somantri ……….....…...…………………………………………....................…………....…….....…… 37 - 43
6.
Perbedaan Faktor Perilaku pada Keluarga Balita Pneumonia dan Tidak Pneumonia
di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Sri Sumartini ………….............................……………………………………………………....……………… 45 - 51
7.
Motivasi Kader Komunitas dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis ‘Aisyiyah
Kabupaten Bandung
Hendra Gunawan, Yayat Hidayat ………….....………………………………………....……………… 53 - 61
8.
Efektifitas Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post
Operasi Sectio Caesarea di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
Atun Raudotul Ma’rifah, Rahmaya Nova Handayani, Pramesti Dewi ...……………… 63 - 67
9.
Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Intensitas
Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Rutin
di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Santy Sanusi …………...……............................………………………………………………....……………… 69 - 79
10.
Faktor-Faktor yang Mendukung Perilaku Merokok Mahasiswi
Fanny Adistie, Tuti Pahria, Ayu Prawesti, Triana Dewi Safariah ………....….............… 81 - 93
JKA.2015;2(1): 37-43
ARTIKEL PENELITIAN
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS
MELONG ASIH KOTA CIMAHI
ABSTRAK
Budi Somantri
Usia balita merupakan usia yang sangat rentan terhadap semua penyakit, salah satunya
penyebab kesakitan dan kematian balita dikarenakan oleh penyakit ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut). Status gizi merupakan faktor resiko yang berpengaruh dalam kejadian
ISPA pada balita. Status gizi yang buruk akan lebih mudah terserang ISPA, balita yang
menderita ISPA dapat menyebabkan gangguan status gizi akibat gangguan metabolisme
tubuh. Tingkat keparahan ISPA sangat mempengaruhi terjadinya gangguan status gizi
pada balita, penyakit ISPA pada balita yang menimbulkan bermacam-macam tanda dan
gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga, dan demam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Status gizi dengan kejadian ISPA di
Puskesmas Melong Asih. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini analitik
dengan desain Cross Sectional. jumlah sampel 94 responden. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan yaitu purposive sampling. Data status gizi diperoleh dari menimbang berat
badan sedangkan data ISPA diperoleh dari rekam medik dan lembar observasi. Sebagian
besar balita ISPA memiliki status gizi baik sebanyak 80,9% Sebagian besar balita ISPA yang
memiliki ISPA ringan sebanyak 66,0% hal ini bisa dipengaruhi oleh daya tahan tubuh yang
sedang menurun, sehingga akan lebih mudah terserang infeksi. Terdapat hubungan yang
signifikan antara hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas
Melong Asih Kota Cimahi dengan nilai p-value = 0,000. Dari penelitian ini diharapkan agar
status gizi yang baik tidak akan terkena infeksi ISPA.
Kata kunci: Status Gizi, ISPA, Balita
Abstract
Toddlers is extremely vulnerable to all disease, one of which causes morbidity and mortality due
to respiratory disease toddlers. Nutritional status is a risk factor that affects the incidence of
respiratory infection in toddlers. Poor nutritional status will be more susceptible to respiratory
infection. Toddlers with incidence of respiratory infection can cause nutritional status due to
metabolic disorders. incidence of respiratory infection severity affect the nutritional status
of infants disorder that cause a variety of signs and symptoms such as coughing, difficulty
breathing, sore throat, runny nose, ear pain and fever. The purpose of this research was to
determine the relationship of nutritional status with the incidence of Acute respiratory
infection at Puskesmas Melong Asih. The methods in this study used research method with
cross sectional design. There were 94 respondents. The sampling technique used purposive
sampling. Nutritional status data obtained from the weigh while the acute respiratory infetion
obtained from medical records and observation sheets. Most toddlers incidence of respiratory
infection has a good nutritional status as much as 80,9%. Most of the toddlers who had mild
respiratory infection as much as 66,0% this can be influenced by the immune system that is
being dropped so it will be more suspectible to infection. There is a significant relationship of
nutritional status with the incidence of respiratory infection in toddlers in Puskesmas Melong
Asih Cimahi with p-value=0,000. From this study are expected to be good nutritional status
will not be affected by respiratory infection.
Key word: Nutritional Status, Acute Respiratory Infection, Toddler
Program Studi D-III Keperawatan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung
37
38
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
PENDAHULUAN
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas
penyakit menular didunia. Hampir empat juta
orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan
bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada
bayi, anak- anak, dan orang usia lanjut, terutama
di negara- negara dengan pendapatan per
kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA
merupakan salah satu penyebab utama konsultasi
atau rawat inap difasilitas pelayanan kesehatan
terutama pada bagian perawatan anak (WHO
,2007).
Penyakit saluran pernapasan merupakan
sumber yang paling penting pada status kesehatan
yang buruk dan mortalitas dikalangan anakanak kecil. Penyebab utama penyakit ini adalah
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) atau Acute
Respiratory Infection (ARI), baik yang disebabkan
oleh bakteri maupun oleh virus (WHO, 2003).
Usia anak balita (bawah lima tahun)
merupakan usia yang sangat menentukan
perkembangan anak di masa depan. Pada masa
balita ini menetapkan dasar perkembangan
emosional, sosial pertumbuhan fisik serta keingin
tahuan yang tinggi dan kesehatannya. Namun
usia balita ini merupakan usia yang sangat
rentan terhadap penyakit yang tidak jarang
mengakibatkan kematian. Salah satunya penyebab
kesakitan dan kematian balita ini dikarenakan
penyakit ISPA
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kejadian ISPA pada balita yakni faktor lingkungan
(pencemaran udara dalam rumah, ventilasi
rumah, kepadatan hunian rumah,) faktor individu
anak (umur anak, berat badan lahir, status gizi,
vitamin A), dan faktor prilaku.
Status gizi merupakan faktor resiko yang
paling berpengaruh dalam kejadian ISPA pada
balita. Status gizi yang buruk akan lebih mudah
terserang ISPA dan balita yang menderita ISPA
dapat menyebabkan balita mengalami gangguan
status gizi akibat gangguan metabolisme tubuh.
Tingkat keparahan ISPA sangat mempengaruhi
terjadinya gangguan status gizi pada balita,
semakin parah ISPA yang diderita balita maka
akan dapat mengakibatkan status gizi yang buruk
pada balita dan sebaliknya balita yang mengalami
gizi buruk maka ISPA yang diderita akan semakin
parah (Sihotang, 2009).
JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
Menurut Efendi dkk, 2009 Peran perawat
keperawatan komunitas sebagai perawat
kesehatan, dapat berperan sebagai pemberi
pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan.
Dalam peran perawat kesehatan komunitas, yaitu
pendidik dan penyuluh kesehatan serta pelaksana
konseling keperawatan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat merupakan bagian
dari lingkup promosi kesehatan. Sehingga
kita sebagai perawat komunitas cara untuk
penanganan status gizi dengan kejadian ISPA
pada balita dapat memberikan penyuluhan atau
promosi kesehatan agar tidak banyak terjadi
angka kesakitan dan kejadian yang tinggi sehingga
kita dapat merubah perilaku untuk hidup bersih
dan sehat dan memberikan penyuluhan gizi yang
baik dan seimbang.
ISPA merupakan penyakit yang sering
dilaporkan sebagai 10 penyakit utama di negara
berkembang. Gejala yang sering dijumpai adalah
batuk, pilek dan kesukaran bernapas. Episode
atau serangan batuk pada anak khususnya balita
adalah 6 sampai 8 kali per tahun. Kematian akibat
ISPA pada anak khususnya balita, terutama
disebabkan oleh ISPA. Menurut Survey Kesehatan
Rumah Tangga 1995, proporsi kematian ISPA pada
bayi adalah 29,5%. Artinya dari setiap 100 orang
bayi yang meninggal sekitar 30 orang meninggal
karena ISPA. Survey ini juga menggungkapkan
bahwa penyebab kematian terbesar pada bayi dan
balita adalah ISPA (Maryunani, 2010).
World Health Organization (WHO)
memperkirakan
insidens
Infeksi
Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang
dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000
kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada
golongan usia balita. Menurut WHO ± 13 juta
anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan
sebagian besar kematian tersebut terdapat di
negara berkembang. (Depkes, 2000 dalam Asrun,
2006). Dilaporkan pula, tiga per empat kasus
ISPA pada balita di dunia berada di 15 negara,
dan Indonesia salah satu diantara ke 15 negara
tersebut menduduki peringkat ke 6.
Kejadian ISPA pada balita di Indonesia
diperkirakan sebesar 10-20%. Berdasarkan
hasil SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga),
penyakit ISPA pada tahun 1986 berada di urutan
ke-4 (12,4%) sebagai penyebab kematian bayi.
Sedangkan pada tahun 1992 dan 1995 menjadi
penyebab kematian bayi yang utama yaitu 37,7%
dan 33,5%. Hasil SKRT pada tahun 1998 juga
menunjukkan bahwa penyakit ISPA merupakan
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi
penyebab kematian utama pada bayi (36%). Dan
hasil SKRT pada tahun 2001 menunjukkan bahwa
prevalensi tinggi ISPA yaitu sebesar 39% pada
bayi dan 42% pada balita (Anonymous,2008).
Angka kejadian ISPA di Indonesia. ISPA
merupakan salah satu penyebab dari 4 juta
kematian pada balita di negara berkembang,
khususnya pada bayi. Kejadian ISPA pada bayi
dan balita di Indonesia diperkirakan antara 1020% per tahun. Secara teoritis diperkirakan
bahwa 10% dari ISPA akan meninggal bila tidak
diberi pengobatan. Perkiraan angka kematian
ISPA secara nasional adalah 6 per 1000 balita atau
150.000 balita per tahun.
Berdasarkan data indeks penyakit pasien
yang berobat di Wilayah kerja Puskesmas Melong
pada tahun 2012 dengan penyakit ISPA usia 1-5
laki- laki dan perempuan tahun 2012 sebanyak
3211 jiwa . pada tiga bulan terakhir dari bulan
desember 2012- febuari 2013 berjumlah 927
jiwa yang dialami balita laki- laki dan perempuan.
Penyakit ISPA berada dalam urutan pertama
penyakit yang ada di wilyah kerja Puskesmas
Melong Asih
Berdasarkan survei pendahuluan yang
dilakukan pada bulan Maret 2013, di Puskesmas
Melong Asih dengan hasil pengukuran terhadap
anak balita usia 12 – 60 bulan data 5 anak balita
penderita ISPA didapatkan penurunan berat
badan. Sedangkan 2 orang anak balita yang tidak
terdiagnosa ISPA tidak didapatkan penurunan
berat badan . Didapatkan kesimpulan, bahwa
berat badan anak balita yang mempunyai
penyakit ISPA mengalami penurunan berat badan.
Puskesmas Melong Asih merupakan salah satu
daerah yang banyak angka kejadian ISPA pada
balita. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti
tertarik melakukan penelitian untuk melihat
apakah ada Hubungan antara Status Gizi dengan
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Melong
Asih Kota Cimahi
Puskesmas Melong Asih terletak di RW
31 Kelurahan Melong yang berada dalam wilayah
Kecamatan Cimahi Selatan. Kelurahan Melong
mempunyai luas 313.060 Ha, terletak pada
ketinggian 500 s/d 700 m diatas permukaan laut.
Kelurahan Melong terdiri atas 36 RW (Rukun
Warga) dan 191 RT (Rukun Tetangga), berbatasan
dengan Kel. Cibeureum di Utara, Desa Marga Asih
di Selatan, Kel. Utama di Barat dan Kota Bandung
di Timur, serta memiliki jumlah penduduk di
akhir tahun 2010 sekitar 67.109 jiwa, namun
39
per Oktober 2011 jumlah penduduknya telah
mencapai sekitar 67.491 jiwa (Sumber data :
Puskesmas Melong Kelurahan Melong 2011 ).
Penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto
tahun 2012, tentang hubungan status gizi
terhadap terjadinya penyakit infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) pada balita. Hasil
penelitian menyebutkan mempunyai hubungan
bermakna dengan penyakit ISPA pada balita.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sukmawati,
Sri Dara Ayu tahun 2010, tentang hubungan status
gizi, berat badan lahir, imunisasi dengan kejadian
ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas
tunikamaseang kecamatan bontoa kabupaten
maros. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
hubungan antara status gizi dengan kejadian
ISPA pada balita. Penelitian selanjutnya dilakukan
oleh Sri Hananto Ponco Nugroho tahun 2009,
tentang hubungan antara status gizi balita dengan
kejadian ISPA di desa wonoboyo wilayah kerja
Puskesmas Wonoboyo kabupaten temanggung.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kejadian
ISPA sebagian besar positif terdapat hubungan
antara status gizi balita dengan kejadian ISPA,
tetapi mempunyai derajat hubungan yang kecil.
Penelitian selanjutnya dilakukan Dewi Rahmawati
tahun 2008 tentang hubungan antara status gizi
dengan kejadian ISPA pada balita di URG anak RSU
Dr. Sutomo Surabaya penelitian ini menunjukan
bahwa ada hubungan antara status gizi dengan
kejadian ISPA pada balita dengan tingkat signifikan
dan mempunyai arah positif yang artinya semakin
baik status gizi balita maka semakin besar peluang
tidak menderita ISPA.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada
balita di Puskesmas Melong Asih.
METODOLOGI
Rancangan Penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analitik dengan desain
Cross Sectional. Studi Cross Sectional adalah
desain penelitian analitik yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antar variabel dimana
variabel independen dan variabel dependen
diidentifikasi pada satu satuan waktu (Dharma,
2011). Formulasi pertanyaan adalah “ada
hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada
balita”.
Populasi yang digunakan dalam penelitian
JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
40
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
ini semua balita 12- 60 bulan yang datang ke
puskesmas melong asih dan semua balita yang
terdiagnosa ISPA. pada tiga bulan terakhir dari
bulan desember 2012- febuari 2013 berjumlah
927 jiwa yang dialami balita laki- laki dan
perempuan. Penyakit ISPA berada dalam urutan
pertama penyakit yang ada di wilyah kerja
Puskesmas Melong Asih. Lalu diambil sampel
melalui rumus yaitu sejumlah 94 responden
dengan sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Teknik
sampling dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling. Purposive sampling adalah
suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan
berdasarkan maksud dan tujuan yang ditentukan
oleh peneliti. Kriteria inklusi adalah kriteria
atau ciri- ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai
sampel. Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota
populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2010). Balita 12- 60 bulan yang
terdiagnosa ISPA, balita yang pertama kali datang
ke Puskesmas Melong Asih.
ukur yang digunakan ISPA dengan data sekunder
dengan melihat data rekam medik atau diagnosa
dokter, menimbang berat badan dan mengisi
lembar observasi dengan kriteria (1) ISPA Ringan
(2) ISPA Sedang.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Status Gizi
di Puskesmas Melong Asih Kota
Cimahi bulan Agustus Tahun 2013
Status Gizi
Frekuensi
%
1
Baik
76
80,9
Total
94
100
2
Kurang
18
19,1
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa
dari 94 balita sebagian besar terdapat 76 balita
memiliki status gizi baik (80,9%), tetapi masih ada
balita yang memiliki status gizi kurang sebanyak
18 balita (19,1%).
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan teknik pengisian instrument
berupa lembar observasi dan menimbang berat
badan dan umur dengan melihat tabel NCHS.
Dalam pengumpulan diperlukan juga instrumen
penelitian. Instrumen penelitian adalah alatalat yang akan digunakan untuk mengumpulan
data (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini
instrumen penelitian menggunakan instrument
fisiologis. Instrumen fisiologis adalah instrumen
yang digunakan untuk mengukur atribut fisik
dengan suatu alat ukur terstandarisasi. Melakukan
pengumpulan, perlu dilihat alat ukur pengumpulan
data agar memperkuat hasil penelitian. Alat ukur
status gizi yang digunakan berupa timbangan
dengan ketelitian 0,1 kg dan melihat tabel NCHS
dengan kriteria 1.Gizi Baik 2.Gizi Sedang. Alat
Tabel 3.
No.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi ISPA pada
Balita di Puskesmas Melong Asih
Kota Cimahi Bulan Agustus Tahun
2013
No.
ISPA
Frekuensi
%
1
ISPA Ringan
62
66,0
2
ISPA Sedang
32
Total
94
34,0
100
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa
dari 94 balita sebagian besar terdapat 62 balita
memiliki ISPA Ringan (66,0%), tetapi masih ada
balita yang memiliki ISPA Sedang sebanyak 32
balita (34,0%).
Distribusi Frekuensi Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas
Melong Asih Kota Cimahi Bulan Agustus Tahun 2013
ISPA
ISPA Ringan
ISPA Sedang
Total
N
%
n
%
N
%
Gizi Baik
60
78,9%
16
11,1%
76
80,9%
Total
62
65,2%
32
34,0%
94
100,0%
Gizi Kurang
JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
2
11,1%
16
88,9%
18
19,1%
P-value
0,000
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi
Berdasarkan tabel 3 hasil penelitian
menunjukan bahwa hubungan status gizi dengan
kejadian ISPA pada balita sebanyak 94 balita. Yang
menderita gizi baik sebanyak 76 balita (80,9%)
dan yang mengalami ISPA ringan sebanyak
60 balita (78,9%) dan yang mengalami ISPA
sedang sebanyak 16 balita (11,1%). Sedangkan
yang mengalami gizi kurang sebanyak 18 balita
(19,1%) dan yang mengalami ISPA ringan
sebanyak 2 balita (11,1%) dan yang mengalami
ISPA sedang sebanyak 16 balita (88,9%). Dari
hasil uji chi-square, nilai significancy-nya adalah
0,000. Artinya hasil uji statistik dengan metode
chi-square diperoleh p value 0,000 lebih kecil
dari nilai alpha (0,05), ini berarti ada hubungan
yang signifikan antara status gizi dengan kejadian
ISPA pada balita di Puskesmas Melong Asih Kota
Cimahi.
PEMBAHASAN
Menyebutkan bahwa sebagian besar
balita mengalami ISPA ringan 66,0% dengan gizi
baik dengan persentase 80,9%. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p-value = 0,000 (p < 0,05), maka
H0 di tolak yang artinya ada hubungan yang
bermakna antara status gizi dengan kejadian ISPA
pada balita.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sukmawati, Dara Ayu di
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tunikamaseang
Kabupaten Maros bahwa tahun 2010 Ada
hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA
pada anak balita (p = 0,031).
Pada penelitian ini didapatkan hubungan
antara status gizi dengan ISPA, hasil didapatkan
ISPA ringan 66,0% dan gizi baik 80,9%. Salah satu
yang mempengaruhi ISPA tidak hanya status gizi.
Faktor yang mempengaruhi ISPA salah satunya
status gizi, masukan zat-zat gizi yang diperoleh
pada tahan pertumbuhan dan perkembangan
kesehatan fisik, dan serta kondisi kesehatannya,
fisiologi pencernaannya, tersedianya makanan
(Maryunani,2010).
Pada penelitian ini gizi baik berhubungan
dengan ISPA ringan, hal ini bisa dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh yang sedang menurun, sehingga,
dapat lebih gampang untuk terserang infeksi.
Hal ini berbeda dengan teori yang menyebutkan
bahwa tanpa asupan gizi yang cukup, maka tubuh
akan mudah terkena penyakit- penyakit infeksi.
41
Gizi sangat penting untuk pertumbuhan,
perkembangan dan pemeliharaan aktifitas tubuh.
Tanpa asupan gizi yang cukup, maka tubuh
akan mudah terkena penyakit-penyakit infeksi.
Menurut Almatsier (2003), timbulnya gizi kurang
tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang
kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat
cukup makanan tetapi sering menderita sakit,
pada akhirnya dapat menderita gizi kurang.
Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh
cukup makanan, maka daya tahan tubuhnya akan
melemah sehingga mudah terserang penyakit
salah satunya ISPA.
Salah satu faktor yang mempengaruhi
status gizi anak adalah makanan dan penyakit
infeksi yang mungkin diderita oleh anak. Anak
yang mendapat makanan baik tetapi sering
diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh
terhadap status gizinya. Begitu juga sebaliknya
anak yang makanannya tidak cukup baik, daya
tahan tubuhnya pasti lemah dan akhirnya
mempengaruhi status gizinya (Soekirman, 2000
dalam Sihotang 2012).
Usia rentan dalam kehidupan manusia
adalah usia balita. Sistem imun (kekebalan)
pada rentang usia tersebut masih relatif rendah
dibandingkan dengan usia-usia selanjutnya,
sistem imun anak balita sedang proses menuju
kesempurnaan. Oleh sebab itu, anak balita
menjadi rentan terhadap gangguan kesehatan.
Jika anak sering sakit nafsu makan juga akan turun
sehingga berdampak pada pertumbuhan secara
keseluruhan.
SIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian tentang
hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada
balita di Puskesmas Melong Asih kota Cimahi
pada bulan Agustus 2013 dengan jumlah sampel
94 balita, maka dapat disimpulkan, Sebagian
besar balita ISPA di Puskesmas Melong Asih Kota
Cimahi.
Hasil penelitian ini diharapkan kepada
tenaga kesehatan agar dapat memberikan dan
melakukan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu
balita dengan bahasa yang dimengerti sehingga
dapat mencegah terjadinya infeksi menular, dan
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
balita. Bagi para peneliti selanjutnya disarankan
dapat mengembangkan variabel status imunisasi
JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
42
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
dengan kejadian ISPA pada balita sehingga
penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta; 2006.
Dahlan, M. Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara
Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika; 2010.
Efendy Ferry, Makhfudli. Keperawatan Kesehatan
Komunitas: teori dan praktek dalam
keperawatan Jakarta: Salemba Medika;
2009.
Hidayat, Aziz Alimun. Metode Penelitian
Keperawatan dan Tehnik Analisa Data.
Edisi 1. Jakarta. Salemba medika; 2011.
Hariyani Sulistyoningsih, Redi Rustandi Staff
Pengajar StiKes Respati Tasikmalaya
http://journal.unsil.ac.id/jurnal/
prosiding/9/9Hariyani_Stikes%20
Respati%20TSM(18).pdf.pdf FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Dtp Jamanis Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2010. Hariyani
Sulistyoningsih, Redi Rustandi Staff
Pengajar StiKes Respati Tasikmalaya
(diakes pada tanggal 25 Februari 2013).
Maryunani, A. Ilmu Kesehatan Anak dalam
Kebidanan. Jakarta: TIM; 2010
Meadow, Roy , Newell, Simon. Editor Amalia
Safitri, S.TP, M.Si. Lecture Notes:
Pediatrika. Edisi ke tujuh. Jakarta:
Erlangga; 2003.
Muaris, H. Sarapan Sehat untuk Anak balita.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Anggota IKAPI. Jakarta, 2006.
Muttaqin, A. Buku ajar: asuhan keperawatan klien
dengan gangguan sistem pernapasan.
Jakarta: Penerbit salemba medika; 2008.
Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Ed.2. Jakarta:
EGC; 2005.
Notoatmodjo, S. Metode Penelitian Kesehatan.
JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
Jakarta: Rineka Cipta; 2008.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodelogi
Penelitian Ilmu Keperawatan: pedomen
skripsi, tesis dan instrumen penelitian
keperawatan. Jakarata: Salemba Medika;
2008.
Primasasiki, R.J. Balitaku Sehat. Jakarta: PT Sunda
Kelapa Pustaka; 2007.
Pohan, Imbalo S. MPH, MHA, Dr. Jaminan Mutu
Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar
Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC;
2006.
Prabowo, G. Setyo. 2012. Hubungan Antara Status
Gizi Dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Desa Cepokomulyo Wilayah Kerja
Puskesmas Gemuh I Kabupaten Kendal.
[Skripsi]. Fakultas Ilmu Keperawatan Dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang. Dari: http://digilib.unimus.
ac.id [27 Februari 2013].
Sastroasmoro. S, Sofyan I. Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Agung Seto; 2008.
Saydam, G. Memahami Berbagai Penyakit: Peyakit
Pernapasan dan Gangguan Pencernaan.
Bandung: IKAPI; 2011.
Supariasa et al. Penelitian Status Gizi . Jakarta:
EGC; 2012.
Somantri, I. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika; 2008.
Sri Hananto Ponco Nugroho. 2006. Hubungan
Antara Status Gizi Balita dengan
Kejadian ISPA di Desa Wonoboyo
Wilayah Kerja Puskesmas: Wonoboyo
Kabupaten Temanggung. Fakultas Ilmu
Keperawatan Dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang. Dari: http://
digilib.unimus.ac.id [27 Februari 2013].
Uripi, V. Menu Sehat untuk Balita: Mencetak
Balita Berkualitas dengan Gizi dan Menu
Seimbang. Jakarta: Puspa Swara; 2004.
WHO. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah
Sakit Kecil Negara Berkembang: Pedoman
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi
Untuk Dokter dan Petugas Kesehatan
Senior. Jakarta: EGC; 2002.
WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Yang
Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan:
43
Pedoman Intermitin WHO; 2007.
Wong, Donna L . Pedoman Klinis Keperawatan
Pediatrik. Ed.4. Jakarta: EGC; 2003.
Puskesmas Melong Asih.2012. Puskesmas Melong
Asih Kota Cimahi.
JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
Download