PERSEPSI TERHADAP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN Emilia, Adi Heryadi Sekolah Tinggi Psikologi Yogyakarta Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan komitmen karyawan. Komitmen karyawan didefinisikan sebagai suatu hubungan antara karyawan dengan perusahaan yang merupakan orientasi karyawan pada perusahaan sehingga bersedia menyumbangkan energinya dan mengikatkan diri melalui aktifitas dan keterlibatan dalam perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan pandangan karyawan terhadap apa yang diberikan perusahaan yang bertujuan supaya karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 30 orang karyawan di PT. Rahayu Trade & Contractor Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random sampling atau acak. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisa koefisien pearson product moment dan alat ukur yang digunakan adalah skala persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) (r=0,917) dan skala komitmen karyawan (r=0,446). Berdasarkan hasil analisa data diperoleh nilai rxy = 0,013 (p<0,05), yang berarti ada hubungan positif antara kedua variabel sebesar 13,1%. Kata Kunci : komitmen karyawan, persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) PENDAHULUAN Suatu perusahaan berkewajiban mengusahakan agar karyawan memiliki kesadaran turut dalam bertanggung jawab atas kelancaran, kemajuan, dan kelangsungan hidup perusahaan. Disamping itu pemerintah bertanggung jawab menciptakan dan memelihara terbinanya hubungan yang serasi antara pengusaha dan karyawan yang pada akhirnya akan mendorong terwujudnya kelancaran, efisiensi, dan kesinambungan perkembangan perusahaan, dan dapat memenuhi kebutuhan kesejahteraan karyawan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan perusahaan. Masalah perlindungan tenaga kerja akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya industrialisasi dan teknologi. Keselamatan kerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh sebuah perusahaan. Hal ini disebabkan karena keselamatan kerja berkaitan erat dengan kelangsungan hidup karyawan . Menjamin kondisi kesehatan dan keselamatan kerja 1 adalah menjadi tanggung jawab bagi perusahaan. Perusahaan yang ingin maju tidak cukup memiliki karyawan yang potensial saja. Untuk mencapai tujuan dan mempertahankan kelangsungan perusahaannya, perusahaan membutuhkan adanya kemauan, kesediaan dan keterlibatan secara penuh dari karyawan dalam upaya mencapai tujuan dan mempertahankan kelangsungan perusahaannya. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa tingkat komitmen dan loyalitas karyawan Indonesia masih relatif rendah. Akibatnya dua dari tiga karyawan Indonesia berencana pindah ke perusahaan lain jika tawaran jabatan dan bidang pekerjaan serta kompensasi lebih tinggi dari perusahaan tempat individu tersebut bekerja sekarang. (Sari dan Widiastuti, 2013). Sikap karyawan yang tetap bertahan dalam organisasi dan terlibat mendalam dalam upaya – upaya mencapai misi, nilai dan tujuan organisasi dikatakan sebagai komitmen. Komitmen dikembangkan pada bentuk hubungan yang bersifat exchange theory yaitu melihat adanya hubungan timbal balik antara pemenuhan kebutuhan karyawan yang diterima dari tempat kerja dengan kontribusi yang telah diberikan kepada perusahaan. Bila karyawan bersikap loyal terhadap perusahaan, maka perusahaan wajib memberikan reward yang sesuai. Kesesuaian reward dengan konstribusi membuat karyawan termotivasi untuk tetap memelihara kinerja kerja yang positif. Faktor komitmen ini sangatlah penting karena semakin tinggi komitmen yang dimiliki oleh karyawan terhadap perusahaan, maka karyawan tersebut akan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah disepakati dalam perusahaan. Kendala yang sering mencuat ke permukaan dewasa ini adalah pemogokan yang menuntut kesejahteraan, unjuk rasa dengan berbagai latar belakang dan tujuan, ketidak disiplinan dan bolos kerja, karyawan tidak punya motivasi dalam bekerja sampai turn over. Hal ini merupakan indikasi yang menandakan bahwa perusahaan belum dapat memenuhi harapan yang diinginkan karyawan. Dengan kondisi seperti ini maka sulit bagi karyawan untuk mempertahankan komitmennya saat dihadapkan pada alternatif pekerjaan yang lebih menjanjikan harapan yang lebih tinggi. Rendahnya komitmen pada perusahaan merupakan kerugian bagi perusahaan itu sendiri, terutama bila terjadi pada karyawan yang telah di didik dan telah berpengalaman. Keselamatan kerja masih menjadi pusat perhatian dan penelitian-penelitian keselamatan kerja terus berlanjut untuk menemukan anitseden yang memungkinkan terjadinya perilaku keselamatan dalam rangka meningkatkan intervensi yang tepat. Diantara anteseden yang masuk akal, persepsi pekerja mengenai resiko cedera cenderung mempengaruhi terjadinya cedera dalam tempat kerja. (Zhou, Fang, & Wang, 2007). Komitmen yang tinggi akan memberikan dampak positif terhadap perusahaan, sehingga kemungkinan terjadinya, keterlambatan, absensi, turn over akan berkurang. Sebaliknya produktifitas, kualitas 2 kerja dan kepuasan kerja akan meningkat. Pentingnya dilakukan usaha-usaha untuk melindungi keselamatan karyawan di dalam menjalankan pekerjaannya telah mendapat perhatian dari pemerintah dengan dikeluarkannya Undangundang Keselamatan Kerja Nomor 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Dengan adanya undang-undang ini pemerintah berusaha untuk menanggulangi masalah keselamatan dan kesehatan kerja, baik yang menyangkut peraturan perundangan kelembagaan, pengawasan dan aturan penegakan hukumnya. Bahkan di dalam usaha untuk menggugah semua pihak untuk menyadari bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan sesuatu yang mutlak dilaksanakan di dalam proses produksi barang dan jasa. Suma’mur (1992) mengatakan keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sedangkan definisi kesehatan kerja adalah merupakan spesialisasi dalam ilmu esehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun social, dengan usaha yang preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguangangguan kesehatan yang diakibatkan factor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada sebabnya. Kecelakaan kerja pada umumnya disebabkan oleh dua factor utama, yaitu (1) tindakan yang tidak aman dari manusia itu sendiri (unsafe action) dan (2) lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe condition). Synder, dkk (2008) menjelaskan bahwa iklim keselamatan adalah persepsi pekerja terhadap praktek keselamatan, peraturan dan prosedur sehingga mereka bertindak aman dalam lingkungan kerja dikaitkan dengan prioritas-prioritas lainnya seperti produktivitas. Selain itu keselamatan kerja erat berhubungan dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Produktivitas adalah pebandingan diantara hasil kerja (output) dan upaya yang dipergunakan (input). (Suma’mur, 1981). Akan tetapi untuk mencapai tingkat produktifitas yang tinggi tidak mudah, karena perusahaan menghadapi berbagai kendala yang antara lain berkaitan dengan sumber daya manusia, yang merupakan faktor amat penting dalam proses produksi. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Suma’mur (1992) adalah: 1. Agar setiap karyawan mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis. 2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaikbaiknya dan seefektif mungkin. 3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. 3 4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan perlindungan kesehatan gizi karyawan. 5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja. 6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. 7. Agar setiap karyawan merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. Dari survey sebelumnya juga diketahui bahwa program keselamatan kerja sudah di sosialisasikan dengan baik. Maka berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti hubungan persepsi karyawan terhadap penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan komitmen karyawan pada perusahaan. Sarwono (1992) persepsi adalah proses penerimaan informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh persepsi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran atau peraba), sedangkan alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Menurut Walgito (1994) persepsi merupakan suatu proses yang didahului penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Individu kemudian melakukan pengorganisasian dan interprestasi terhadap stimulus yang di indera tersebut, sehingga dapat disadari dan dimengerti. Aspek-aspek persepsi menurut Mc Dowwel & Newel (1996) adalah : a. Kognisi : cara berfikir, mengenali, memaknai dan memberi arti suatu rangsangan yaitu pandangan individu berdasarkan informasi yang diterima oleh panca indera , pengalaman atau hal yang pernah dilihat dalam kehidupan seharihari. b. Afeksi : cara individu dalam merasakan, mengekspresikan emosi terhadap rangsang berdasarkan nilai-nilai dalam dirinya yang kemudian mempengaruhi persepsinya. Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat menentukan bagi perusahaan, tenaga kerja juga merupakan faktor produksi yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. Dalam melaksanakan pekerjaannya tenaga kerja ini akan menghadapi ancaman bagi keselamatan dan kesehatannya yang akan datang dari pelaksanaan tugas mereka tersebut. Karena itu dalam rangka menjalankan usaha yang aman (safe business) maka program pelindungan bagi karyawan melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undangundang No. 13 tahun 2003, tentang ketenagakerjaan, yang menyatakan kewajiban pengusaha melindungi tenaga kerja dari potensi bahaya yang dihadapinya. Walaupun namanya undang-undang tentang keselamatan kerja, namun cakupan materinya termasuk pula masalah kesehatan kerja, karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Jika keselamatan kerja sudah terlaksana dengan baik, maka kesehatan kerjapun akan tercapai. Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha 4 mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditempat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan dilaksanakan di tempat kerja. Tempat kerja adalah, setiap tempat yang didalamnya mengandung 3 unsur, yaitu : 1. Adanya suatu usaha, baik usaha yang bersifat ekonomis maupun usaha yang bersifat sosial. 2. Adanya sumber bahaya. 3. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus maupun sewaktuwaktu. Persepsi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pandangan karyawan terhadap apa yang diberikan oleh perusahaan yang bertujuan supaya karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Persepsi disini tidak lepas dari respon kognitif yaitu suatu bentuk usaha untuk memahami pertama apa yang dipikirkan orang sewaktu mereka dihadapakan kepada stimulus persuasif, dan kedua bagaimana pikiran serta proses kognitif yang berkaitan menentukan apakah mereka mengalami perubahan sikap dan sejauh mana perubahan itu terjadi. (Greenwald, 1968; Petty, Ostrom & Brock, 1981: Baron & Byne) dalam (Azwar, 2002). Hipotesa Dalam penelitian ini diajukan sebuah hipotesa sebagai jawaban sementara. Adapun hipotesa dalam penelitian ini yaitu : ada hubungan positif antara persepsi terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terhadap komitmen karyawan, yaitu bila karyawan memiliki persepsi positif terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3) maka komitmennya juga akan tinggi METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasi, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Pembahasan dalam penelitian ini meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi variabel penelitian, populasi penelitian, sample penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisa data. A. Identifikasi Variabel Penelitian Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa penelitian. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu : a. Variabel Terikat : Komitmen kerja karyawan b. Variabel Bebas : Persepsi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) B. Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Komitmen Kerja Karyawan Adalah hubungan antara karyawan dengan perusahaan yang merupakan orientasi karyawan pada perusahaan sehingga bersedia menyumbangkan energinya dan mengikatkan diri melalui aktifitas dan keterlibatan dalam perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. (Mowday, Porter, dan Steers ,dalam Oktorita, Rosyid, & Lestari, 2004). Jadi komitmen karyawan dapat diartikan 5 sebagai penerimaan penuh karyawan atas nilai-nilai dan tujuan perusahaan, sehingga ada keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan tersebut. b. Persepsi terhadap K3 Persepsi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pandangan karyawan terhadap apa yang diberikan perusahaan yang bertujuan supaya karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Persepsi disini tidak lepas dari respon kognitif dimana suatu bentuk usaha untuk memahami pertama apa yang dipikirkan orang sewaktu mereka dihadapkan pada stimulus persuasif, kedua bagaimana pikiran serta proses kognitif yang berkaitan menentukan apakah mereka mengalami perubahan sikap dan sejauh mana perubahan itu terjadi. (Baron & Byne, dalam Azwar, 2002). c. Subyek Penelitian Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik random sampling atau acak, yang mana dalam penelitian ini peneliti mengambil 50 subyek dari 85 orang subyek di PT. Rahayu Trade & Contractor. Sehingga ada 50 subyek yang akan di teliti. d. Metode Analisa Data Metode pengumpulan data yang dipergunkan dalam penelitian ini adalah metode skala yang disebarkan kemudian dikumpulkan dan diolah dimana skala ini terdiri dari skala persepsi terhadap penerapan K3 dan skala komitmen kerja karyawan. Pernyataan dalam skala berisi tentang indikator-indikator dari aspek persepsi terhadap penerapan K3 dan aspek komitmen kerja karyawan. Skala yang digunakan dalam uji coba aitem adalah skala Komitemen karyawan dan Skala Persepsi terhadap K3. Pada uji coba ini peneliti menyebarkan kuisioner kepada 50 orang subyek yang telah dipilih secara acak. Skala ini dibuat oleh peneliti dan di uji cobakan kepada 50 subyek dengan tujuan untuk mengetahui aitem-aitem yang sahih dan gugur. Dari 50 butir aitem yang ada 16 butir aitem mewakili aspek keterikatan emosional karyawan dengan perusahaan, 16 butir aitem mewakili aspek perkembangan rasional dalam keputusan untuk bertahan atau tidak dalam perusahaan, dan 16 butir aitem mewakili aspek keyakinan dan penerimaan norma-norma nilainilai di perusahaan. Sedangkan pada Skala Persepsi terhadap K3, terdapat 48 butir aitem yang terdiri dari 23 butir aitem favourable dan 25 butir aitem unfavourable. Dari 50 butir aitem yang ada 10 butir aitem mewakili aspek pelatihan K3, 10 butir aitem mewakili publisitas, 10 butir aitem mewakili aspek pengontrolan kerja, 10 butir aitem mewakili aspek inspeksi & disiplin, dan 10 6 butir aitem mewakili aspek program kesehatan. Setelah kedua skala disebar kepada subyek dan setelah proses peghitungan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for Windows, maka peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut : - Skala Persepsi karyawan terhadap pelaksanaan program K3. Dari 50 butir aitem yang disebar terdapat 8 butir aitem yang gugur dan 42 butir aitem yang sahih. - Skala Komitmen karyawan Dari 48 butir aitem yang disebar terdapat 22 butir aitem yang gugur dan 26 butir aitem yang sahih. e. Metode Analisis Data Hadi (2004) menyatakan bahwa analisis data adalah cara yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh sehingga didapatkan suatu kesimpulan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik. Penelitian ini bertujuan untuk mencari arah hubungan antar variabel. Asumsi yang harus dipenuhi untuk melakukan analisis data dengan teknik analisis regresi linier sederhana adalah : 1. Uji normalitas, dipakai untuk menguji apakah data subjek penelitian mengikuti suatu distribusi normal statistik. Uji normalitas dilakukan apabila data memiliki distribusi normal, maka dapat dilakukan analisis dengan menggunakan teknik statistik parametrik, namun apabila data yang dianalisis tidak normal, maka analisis dilakukan dengan menggunakan teknik statistik nonparametrik (Sugiyono, 2009). Uji normalitas menggunakan teknik statistik uji Kolomogorov-Smirnov Goodness of Fit Test. 2. Uji linieritas, merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk mengetahui status linear tidaknya suatu distribusi data penelitian. Apabila harga F empirik lebih kecil daripada F teoritik, berarti distribusi data yang diteliti berbentuk linear (Winarsunu, 2004). 3. Uji Hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari analisa data, baik dari percobaan yang terkontrol maupun dari observasi (tidak terkontrol). Penghitungan uji hipotesis menggunakan program SPSS versi 16.0 for Windows. 7 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Deskriptif Tabel 4.4 Deskripsi Data Penelitian (Hipotetik) Variabel Persepsi Terhadap K3 Komitmen Karyawan X Min 42 X Max 168 Mean SDH 105 31,5 26 104 78 19,5 Tabel 4.2 Deskripsi Data Penelitian (Empirik) Mean SDE Min 105 Max 167 2,684 ,556 66 77 3,083 ,601 Variabel Persepsi Terhadap K3 Komitmen Karyawan Keterangan : Hipotetik X min = jumlah item x skor minimal X max = jumlah item x skor maksimal Mean = X min + X max 2 Empirik Nilai Y min dan Y max, mean dan SD empirik dapat dilihat pada output hasil olah data SPSS 16.00 for Windows. Berdasarkan deskripsi data penelitian diatas dapat diketahui kategori masing-masing variabel yaitu persepsi terhadap K3 dan komitmen karyawan pada subjek. Deskripsi yang digunakan untuk membuat kategori pada masingmasing variabel penelitian yaitu : Sangat Tinggi, Tinggi, Rendah, Sangat Rendah. Kategori ini dapat dilihat berdasarkan empat kategorisasi. Penetuan kategorisasi tersebut didasarkan pada tingkat diferensiasi yang dikehendaki.Untuk memperoleh kategori perlu ditentukan terlebih dahulu batasan yang akan digunakan berdasarkan nilai deviasi standar dengan memperhitungkan rentangan nilai maksimum dan minimum teoritisnya. Kategori ini ditentukan dengan sebaran empirik. Deskripsi data penelitian diatas selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui kategorisasi kelompok subjek pada variabelvariabel yang diteliti. Kategorisasi ini dimaksudkan untuk menempatkan individu ke dalam kelompokkelompok yang terpisah secara berjenjang, dimana jenjang ini seperti contohnya dari rendah ke tinggi. Azwar (2005) juga menyatakan karena kategori ini bersifat relatif, maka peneliti boleh menetapkan secara subjektif luas intervalnya yang mencakup setiap kategori yang diinginkan, selama penetapan tersebut masih berada dalam batasan kewajaran dan dapat diterima akal. Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus kategorisasi yang dibuat oleh Azwar (2005) dimana terdapat lima kategori berikut ini : Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah. Tabel 4.5 Penelitian Responden terhadap Variabel Persepsi Terhadap K3 Jumlah aitem : 42 Pilihan jawaban terendah 1 Pilihan jawaban tertinggi 4 Skor min : Pilihan jawaban terendah X jumlah aitem : 1 X 42 = 42 Skor max : Pilihan jawaban tertinggi X jumlah aitem : 4 X 42 = 168 8 Mean µ : (Min + Max) : 2 : (42 + 168) : 2 = 105 SD α : (Max – Min) : 4 : (168 – 42) : 4 = 31,5 Kategori Tinggi Sedang Rendah Norma x>µ+1 α µ-1α< x≤µ+1 α x≤µ-1α Skor x> 136,5 73,5 < x≤ 136,5 x≤ 73,5 Total Σ 20 % 66 10 33 0 30 100 Penelitian Responden terhadap Variabel Komitmen Karyawan Variabel Komitmen Karyawan Jumlah aitem : 26 Skor min : 1 X 26 = 26 Skor max : 4 X 26 = 104 Mean µ : (Min + Max) : 2 : (26 + 104) : 2 = 78 SD α : (Max – Min) : 4 : (104 – 26) : 4 = 19,5 Tabel 4.7 Kategori Tinggi Sedang Rendah Total Norma x>µ+1 α µ-1α<x ≤µ+1α x≤µ-1α Skor x> 97,5 58,5 < x≤ 97,5 x≤ 58,5 Σ 0 % 0 30 100 0 0 30 100 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubunganantara persepsi terhadap K3 dengan komitmen organisasi karyawan proyek pembangunan di PT. Rahayu Trade & Contractor. Pengujian hipotesis daripenelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan positif antara persepsiterhadap K3 dengan komitmen organisasi karyawan di PT. Rahayu Trade & Contractor. Hasil analisa Korelasi Product Moment Pearson menunjukan bahwa nilai prx 0,013) <Level of Significant (0,05). Hal ini berarti variabel komitmen karyawan PT. Rahayu Trade & Contractor mempunyai hubungan yang signifikan dengan persepsi terhadap K3 dengan nilai sumbangan efektif 20%, sedangkan sisanya sebesar 80% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model, misalnya kompensasi non finansial, kompensasi finansial, lingkungan kerja, dan lain-lain. Hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap K3 dengan komitmen organisasi memiliki arti bahwa artinya semakin positif persepsi terhadap K3 maka semakin tinggi komitmen organisasinya. Begitu juga sebaliknya, semakin negatif persepsi terhadap K3 maka semakin rendah komitmen organisasinya. Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara persepsi terhadap K3 dengan komitmen organisasi dapat diterima. Terujinya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki persepsi terhadap K3 yang positif baik berupa aspek kognisi dan afeksi mengenai aktivitas mental, kekuatan fisik dan waktu memegang peranan dalam munculnya komitmen organisasi. Komitmen organisasi merupakan faktor penting dalam suatu organisasi, karena dengan karyawan yang memiliki komitmen organisasi akan meningkatkan kinerja dan nantinya juga akan meningkatkan efektivitas perusahaan secara keseluruhan sehingga visi, misi dan tujuan organisasi tercapai. 9 K3 tidak hanya memberi keuntungan bagi perusahaan, tetapi juga bagi karyawannya. Menurut Allen & Meyer (1990) komitmen organisasi merupakan perwujudan psikologis yang mengkarakteristikan hubungan pekerja dengan organisasi dan memiliki implikasi terhadap keputusan untuk melanjutkan keanggotaannya dalam organisasi. (Prihartiningsih, Sugiyanto, 2010) Persepsi terhadap K3 mempunyai hubungan yang signifikan dengan komitmen karyawan, dimana menurut Baron & Byne (2005) persepsi terhadap K3 merupakan cara pandang karyawan terhadap apa yang diberikan oleh perusahaan yang bertujuan supaya karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya. Persepsi disini tidak lepas dari respon kognitif dimana suatu bentuk usaha untuk memahami apa yang dipikirkan orang sewaktu mereka dihadapkan pada stimulus persuasif dan bagaimana pikiran serta proses kognitif yang berkaitan menentukan apakah mereka mengalami perubahan sikap atau sejauh mana perubahan itu terjadi. Proses persepsi seseorang dapat dipengaruhi oleh motivasi , kebutuhan, pengalaman masa lalu, sikap dan kepribadian orang tersebut. (Yohanes Budiarto, Selly, 2004) Berdasarkan hasil wawamcara dengan kepala K3 pada proyek ini, perusahaan telah melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan persepsi karyawan terhadap K3, misalnya dengan mengadakan morning talk. Morning talk adalah program untuk meningkatkan persepsi karyawan terhadap K3 dengan cara memberi pengarahan tentang keselamatan kerja yang diadakan setiap pagi sebelum pekerjaan di mulai. Selain itu perusahaan juga memberikan sosialisasi mengenai peraturan dan fasilitas-fasilitas keselamatan. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan perkerja dapat memiliki pemahaman atau persepsi yang positif terhadap K3. Sesuai dengan penelitian Riyadi (dalam Prihartiningsih & Sugiyanto, 2010), tingkat pengetahuan pekerja akan memperngaruhi tingkat komitmen mereka terhadap perusahaan. Perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu, cakap dan terampil, namun yang lebih penting adalah mereka yang bersedia bekerja dengan giat dan mempunyai komitmen yang tinggi dalam mencapai keberhasil. Kemampuan, kecakapan, keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan jika kayawan tidak mempunyai komitmen dalam bekerja. Pernyataan ini menjelaskan bahwa komitmen karyawan sangat penting dalam menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Meski demikian pengaruh komitmen karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan terjadi secara tidak langsung. Persepsi terhadap penerapan program K3 dan komitmen karyawan terhadap perusahaan merupakan suatu yang penting dalam pengelolaan karyawan. Komitmen tumbuh di dahului dengan adanya niat untuk bekerja dalam organisasi. Karyawan yang mempunyai komitmen yang tinggi ditanda dengan tingkat kehadiran yang tinggi, keterlibatan aktif, keterikatan 10 yang kuat dan berorientasi pada pencapaian tujuan. Penerapan program K3 ini sangat penting, bukan hanya untuk mengendalikan resiko kecelakaan kerja, terlebih lagi jika dikaitkan dengan kondisi perekonomian, yang mana jika terjadi kecelakaan kerja akan menyebabkan kerugian material, aset pada perusahaan maupun karyawan. (Zulyanti, 2013). Dita Artaningtyas (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa permasalahan promotif adalah perilaku karyawan yang tidak terbiasa makan pagi, istirahat teratur, dan kurangnya pengetahuan tentang K3. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iqlima Sari dan Widyastuti (2013), dikatakan bahwa ketika karyawan merasa bahwa keselamatan dan kesehatannya diperhatikan oleh perusahaan, maka akan tumbuh kepercayaan terhadap perusahaan. Selanjutnya kepercayaan tersebut menyebabkan seorang karyawan berusaha untuk memberikan komitmen dari dirinya demi kepentingan perusahaan dan berusaha untuk menjadi anggota dalam perusahaan tersebut KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran ini merupakan hasil dari penelitian untuk mengetahui hubungan antaran persepsi terhadap K3 dengan komitmen karyawan di PT. Rahayu Trade & Contractor. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan dan disarankan akan diuraikan sebagai berikut : A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap K3 berpengaruh positif terhadap komitmen karyawan. Hal ini menunjukan bahwa semakin positif persepsi seorang karyawan terhadap K3, maka semakin tinggi komitmen karyawan terhadap perusahaan. Seorang karyawan berusaha memberikan komitmen dari dirinya demi kepentingan perusahaan dan berusaha untuk tetap menjadi anggota dalam perusahaan tersebut. B. Saran Beberapa saran yang dapat peneliti kemukan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi subyek penelitian Penelitian ini menunjukan bahwa komitmen subyek penelitian cenderung tinggi. Berdasarkan hal ini diharapkan subyek penelitian di PT. Rahayu Trade & Contractor dapat mempertahankan komitmennya terhadap perusahaan dengan cara lebih memahami persepsi terhadap K3. 2. Bagi perusahaan Perusahaan hendaknya selalu menerapkan K3 sehingga tercipta suasana yang kondusif, yang dapat membuat karyawan merasa aman, nyaman dalam menjalani pekerjaannya yang pada akhirnya akan mempertahankan tingkat komitmen karyawan. Perusahaan juga dapat mempertimbangkan faktor-faktor psikologis yang dapat berperan dalam mempengaruhi kinerja karyawan, terutama dalam ranah psikologi positif seperti halnya dalam penelitian ini yaitu persepsi K3. 11 3. Bagi Peneliti selanjutnya Penelitian ini hanya meninjau sebagia hubungan saja, sehingga disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji lebih lanjut faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi komitmen, seperti : fasilitas kerja, tunjangan kesejahteraan, suasana kerja, serta upah yang diterima dari perusahaan. Sebaiknya jika peneliti ingin mengambil data maka diharapkan pengambilan data dilakukan tidak saat para pekerja selesai menjalani libur panjang. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Ambar. Azwar, S. 2004. Penyusunan Skala Psikologi Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. ------------. 2002. Sikap Manusia dan Pengukurannya.Yogyakarta:p ustaka Pelajar Hadi, S. 1992 Metodelogi Penelitian Jilid I. Yogyakarta: Andi Offset. Iqlima. S., Widyastuti. 2013: Loyalitas Karyawan Ditinjau dari Persepsi tehadap PenerapanK3. Jurnal Psikologi : Universitas Setia Budi. Minner, J. B. 1992: Industrial Organization Psychology. Singapore: McGraw-Hill. Sikap Terhadap Penerapan Program K3 dengan Komitmen Karyawan Pada Perusahaan. Jurnal. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Silalahi, B. N. B. dan Silalahi, R. B. 1995. Manajemen Keselamatan dan KesehatanKerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Snyder, C. R., dkk (2002). The Role of Hope in Academic And Sport Achievement. Journal of Personality and Social Psychology 73: 1257-1267. Sugiyono. 2009 Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Suma’mur, P. K. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Jakarta: Gunung Agung. Suma’mur, P. K. 1992. Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV. Haji Mas Agung. Suryabrata, S. 2008 Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi Offset Winahyu, L. 2007: Perbedaan Persepsi terhadap Gaya Kepemimpinan Atasan Berdasarkan Komitmen pada Organisasi. Jurnal Psikologi : Universitas Tarumanegara, 9, (2), 138-139. Oktorita. B., Rosyid, dan Lestari, 2004: Hubungan Antara 12 Walgito,B.1994 Psikologi Umum. Pustaka Pelajar Zhou, Q., Fang, D., & Wang, X. 2007. A Method to Identify Strategies for the Improvement of Human Safety Behavior by Considering Safety Climate and Personal Experience. Safety Science, 46. 13