1 PERSEPSI TERHADAP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

advertisement
PERSEPSI TERHADAP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(K3) TERHADAP KOMITMEN KARYAWAN
Emilia, Adi Heryadi
Sekolah Tinggi Psikologi Yogyakarta
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan komitmen
karyawan. Komitmen karyawan didefinisikan sebagai suatu hubungan antara
karyawan dengan perusahaan yang merupakan orientasi karyawan pada
perusahaan sehingga bersedia menyumbangkan energinya dan mengikatkan diri
melalui aktifitas dan keterlibatan dalam perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
pandangan karyawan terhadap apa yang diberikan perusahaan yang bertujuan
supaya karyawan terjaga dan terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya.
Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 30 orang karyawan di PT.
Rahayu Trade & Contractor Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah teknik random sampling atau acak. Data yang diperoleh diolah
dengan menggunakan analisa koefisien pearson product moment dan alat ukur
yang digunakan adalah skala persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) (r=0,917) dan skala komitmen karyawan (r=0,446).
Berdasarkan hasil analisa data diperoleh nilai rxy = 0,013 (p<0,05), yang
berarti ada hubungan positif antara kedua variabel sebesar 13,1%.
Kata Kunci : komitmen karyawan, persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja (K3)
PENDAHULUAN
Suatu perusahaan berkewajiban
mengusahakan
agar
karyawan
memiliki kesadaran turut dalam
bertanggung jawab atas kelancaran,
kemajuan, dan kelangsungan hidup
perusahaan.
Disamping
itu
pemerintah
bertanggung
jawab
menciptakan
dan
memelihara
terbinanya hubungan yang serasi
antara pengusaha dan karyawan yang
pada akhirnya akan mendorong
terwujudnya kelancaran, efisiensi,
dan kesinambungan perkembangan
perusahaan, dan dapat memenuhi
kebutuhan kesejahteraan karyawan
sesuai dengan perkembangan dan
kemajuan perusahaan.
Masalah perlindungan tenaga
kerja akan semakin meningkat
sejalan
dengan
meningkatnya
industrialisasi
dan
teknologi.
Keselamatan kerja merupakan hal
penting yang harus diperhatikan oleh
sebuah
perusahaan.
Hal
ini
disebabkan karena keselamatan kerja
berkaitan erat dengan kelangsungan
hidup karyawan . Menjamin kondisi
kesehatan dan keselamatan kerja
1
adalah menjadi tanggung jawab bagi
perusahaan.
Perusahaan yang ingin maju
tidak cukup memiliki karyawan yang
potensial saja. Untuk mencapai
tujuan
dan
mempertahankan
kelangsungan
perusahaannya,
perusahaan membutuhkan adanya
kemauan, kesediaan dan keterlibatan
secara penuh dari karyawan dalam
upaya
mencapai
tujuan
dan
mempertahankan
kelangsungan
perusahaannya.
Berdasarkan
penelitian diketahui bahwa tingkat
komitmen dan loyalitas karyawan
Indonesia masih relatif rendah.
Akibatnya dua dari tiga karyawan
Indonesia berencana pindah ke
perusahaan lain jika tawaran jabatan
dan
bidang
pekerjaan
serta
kompensasi lebih tinggi dari
perusahaan tempat individu tersebut
bekerja
sekarang.
(Sari
dan
Widiastuti, 2013).
Sikap karyawan yang tetap
bertahan dalam organisasi dan
terlibat mendalam dalam upaya –
upaya mencapai misi, nilai dan
tujuan organisasi dikatakan sebagai
komitmen. Komitmen dikembangkan
pada bentuk hubungan yang bersifat
exchange theory yaitu melihat
adanya hubungan timbal balik antara
pemenuhan kebutuhan karyawan
yang diterima dari tempat kerja
dengan kontribusi yang telah
diberikan kepada perusahaan. Bila
karyawan bersikap loyal terhadap
perusahaan, maka perusahaan wajib
memberikan reward yang sesuai.
Kesesuaian
reward
dengan
konstribusi
membuat
karyawan
termotivasi untuk tetap memelihara
kinerja kerja yang positif. Faktor
komitmen ini sangatlah penting
karena semakin tinggi komitmen
yang dimiliki oleh karyawan
terhadap perusahaan, maka karyawan
tersebut akan menjunjung tinggi
nilai-nilai yang telah disepakati
dalam perusahaan.
Kendala yang sering mencuat
ke permukaan dewasa ini adalah
pemogokan
yang
menuntut
kesejahteraan, unjuk rasa dengan
berbagai latar belakang dan tujuan,
ketidak disiplinan dan bolos kerja,
karyawan tidak punya motivasi
dalam bekerja sampai turn over. Hal
ini merupakan indikasi yang
menandakan bahwa perusahaan
belum dapat memenuhi harapan yang
diinginkan
karyawan.
Dengan
kondisi seperti ini maka sulit bagi
karyawan untuk mempertahankan
komitmennya saat dihadapkan pada
alternatif pekerjaan yang lebih
menjanjikan harapan yang lebih
tinggi. Rendahnya komitmen pada
perusahaan merupakan kerugian bagi
perusahaan itu sendiri, terutama bila
terjadi pada karyawan yang telah di
didik dan telah berpengalaman.
Keselamatan
kerja
masih
menjadi
pusat
perhatian
dan
penelitian-penelitian
keselamatan
kerja
terus
berlanjut
untuk
menemukan
anitseden
yang
memungkinkan terjadinya perilaku
keselamatan
dalam
rangka
meningkatkan intervensi yang tepat.
Diantara anteseden yang masuk akal,
persepsi pekerja mengenai resiko
cedera cenderung mempengaruhi
terjadinya cedera dalam tempat kerja.
(Zhou, Fang, & Wang, 2007).
Komitmen yang tinggi akan
memberikan dampak positif terhadap
perusahaan, sehingga kemungkinan
terjadinya, keterlambatan, absensi,
turn
over
akan
berkurang.
Sebaliknya produktifitas, kualitas
2
kerja dan kepuasan kerja akan
meningkat. Pentingnya dilakukan
usaha-usaha
untuk
melindungi
keselamatan karyawan di dalam
menjalankan pekerjaannya telah
mendapat perhatian dari pemerintah
dengan dikeluarkannya Undangundang Keselamatan Kerja Nomor 1
tahun 1970. Undang-undang ini
merupakan sarana utama untuk
pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian akibat kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja. Dengan
adanya
undang-undang
ini
pemerintah
berusaha
untuk
menanggulangi masalah keselamatan
dan kesehatan kerja, baik yang
menyangkut peraturan perundangan
kelembagaan,
pengawasan
dan
aturan penegakan hukumnya. Bahkan
di dalam usaha untuk menggugah
semua pihak untuk menyadari bahwa
program keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) merupakan sesuatu yang
mutlak dilaksanakan di dalam proses
produksi barang dan jasa.
Suma’mur (1992) mengatakan
keselamatan
kerja
adalah
keselamatan yang bertalian dengan
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungan serta
cara-cara melakukan pekerjaan.
Sedangkan definisi kesehatan kerja
adalah merupakan spesialisasi dalam
ilmu esehatan beserta prakteknya
yang
bertujuan
agar
pekerja
memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya baik fisik, mental
maupun social, dengan usaha yang
preventif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit atau gangguangangguan
kesehatan
yang
diakibatkan factor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit umum.
Kecelakaan kerja tidak terjadi
secara kebetulan, melainkan ada
sebabnya. Kecelakaan kerja pada
umumnya disebabkan oleh dua factor
utama, yaitu (1) tindakan yang tidak
aman dari manusia itu sendiri
(unsafe action) dan (2) lingkungan
kerja yang tidak aman (unsafe
condition).
Synder,
dkk
(2008)
menjelaskan
bahwa
iklim
keselamatan adalah persepsi pekerja
terhadap
praktek
keselamatan,
peraturan dan prosedur sehingga
mereka bertindak aman dalam
lingkungan kerja dikaitkan dengan
prioritas-prioritas lainnya seperti
produktivitas.
Selain itu keselamatan kerja
erat
berhubungan
dengan
peningkatan
produksi
dan
produktivitas. Produktivitas adalah
pebandingan diantara hasil kerja
(output)
dan
upaya
yang
dipergunakan (input). (Suma’mur,
1981). Akan tetapi untuk mencapai
tingkat produktifitas yang tinggi
tidak mudah, karena perusahaan
menghadapi berbagai kendala yang
antara lain berkaitan dengan sumber
daya manusia, yang merupakan
faktor amat penting dalam proses
produksi.
Tujuan
Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja menurut Suma’mur
(1992) adalah:
1. Agar setiap karyawan mendapat
jaminan
keselamatan
dan
kesehatan kerja baik secara fisik,
sosial dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan
peralatan kerja digunakan sebaikbaiknya dan seefektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi
dipelihara keamanannya.
3
4. Agar adanya jaminan atas
pemeliharaan dan perlindungan
kesehatan gizi karyawan.
5. Agar meningkatkan kegairahan,
keserasian dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
7. Agar setiap karyawan merasa
aman dan terlindungi dalam
bekerja.
Dari survey sebelumnya juga
diketahui
bahwa
program
keselamatan
kerja
sudah
di
sosialisasikan dengan baik. Maka
berdasarkan hal tersebut penulis
tertarik untuk meneliti hubungan
persepsi
karyawan
terhadap
penerapan program keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) dengan
komitmen
karyawan
pada
perusahaan.
Sarwono (1992)
persepsi
adalah proses penerimaan informasi
untuk
dipahami.
Alat
untuk
memperoleh persepsi tersebut adalah
pengindraan
(penglihatan,
pendengaran atau peraba), sedangkan
alat untuk memahaminya adalah
kesadaran atau kognisi. Menurut
Walgito (1994) persepsi merupakan
suatu
proses
yang
didahului
penginderaan,
yaitu
proses
diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat reseptornya. Individu
kemudian
melakukan
pengorganisasian dan interprestasi
terhadap stimulus yang di indera
tersebut, sehingga dapat disadari dan
dimengerti.
Aspek-aspek persepsi menurut Mc
Dowwel & Newel (1996) adalah :
a. Kognisi
:
cara
berfikir,
mengenali,
memaknai
dan
memberi arti suatu rangsangan
yaitu
pandangan
individu
berdasarkan informasi yang
diterima oleh panca indera ,
pengalaman atau hal yang pernah
dilihat dalam kehidupan seharihari.
b. Afeksi : cara individu dalam
merasakan,
mengekspresikan
emosi
terhadap
rangsang
berdasarkan nilai-nilai dalam
dirinya
yang
kemudian
mempengaruhi persepsinya.
Tenaga kerja merupakan
faktor yang sangat menentukan bagi
perusahaan, tenaga kerja juga
merupakan faktor produksi yang
memiliki peran penting dalam
kegiatan
perusahaan.
Dalam
melaksanakan pekerjaannya tenaga
kerja ini akan menghadapi ancaman
bagi keselamatan dan kesehatannya
yang akan datang dari pelaksanaan
tugas mereka tersebut. Karena itu
dalam rangka menjalankan usaha
yang aman (safe business) maka
program pelindungan bagi karyawan
melalui
penerapan
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja dan Undang-undang
No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan Undangundang No. 13 tahun 2003, tentang
ketenagakerjaan, yang menyatakan
kewajiban pengusaha melindungi
tenaga kerja dari potensi bahaya
yang
dihadapinya.
Walaupun
namanya undang-undang tentang
keselamatan kerja, namun cakupan
materinya termasuk pula masalah
kesehatan kerja, karena keduanya
tidak
dapat
dipisahkan.
Jika
keselamatan kerja sudah terlaksana
dengan baik, maka kesehatan
kerjapun akan tercapai.
Keselamatan dan kesehatan
kerja sebagai ilmu pengetahuan dan
penerapannya
dalam
usaha
4
mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
ditempat kerja. Keselamatan dan
kesehatan kerja harus diterapkan dan
dilaksanakan di tempat kerja. Tempat
kerja adalah, setiap tempat yang
didalamnya mengandung 3 unsur,
yaitu :
1. Adanya suatu usaha, baik usaha
yang bersifat ekonomis maupun
usaha yang bersifat sosial.
2. Adanya sumber bahaya.
3. Adanya tenaga kerja yang
bekerja di dalamnya, baik secara
terus menerus maupun sewaktuwaktu.
Persepsi
terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah pandangan karyawan
terhadap apa yang diberikan oleh
perusahaan yang bertujuan supaya
karyawan terjaga dan terjamin
keselamatan dan kesehatan kerjanya.
Persepsi disini tidak lepas dari
respon kognitif yaitu suatu bentuk
usaha untuk memahami pertama apa
yang dipikirkan orang sewaktu
mereka dihadapakan kepada stimulus
persuasif, dan kedua bagaimana
pikiran serta proses kognitif yang
berkaitan
menentukan
apakah
mereka mengalami perubahan sikap
dan sejauh mana perubahan itu
terjadi. (Greenwald, 1968; Petty,
Ostrom & Brock, 1981: Baron &
Byne) dalam (Azwar, 2002).
Hipotesa
Dalam penelitian ini diajukan
sebuah hipotesa sebagai jawaban
sementara. Adapun hipotesa dalam
penelitian ini yaitu : ada hubungan
positif antara persepsi terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) terhadap komitmen karyawan,
yaitu bila karyawan memiliki
persepsi positif terhadap kesehatan
dan keselamatan kerja (K3) maka
komitmennya juga akan tinggi
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif yang bersifat korelasi,
yang bertujuan untuk melihat
hubungan antara satu variabel
dengan variabel lain. Pembahasan
dalam penelitian ini meliputi
identifikasi
variabel
penelitian,
definisi variabel penelitian, populasi
penelitian, sample penelitian, metode
pengumpulan data dan metode
analisa data.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Identifikasi variabel penelitian
digunakan untuk menguji hipotesa
penelitian. Dalam penelitian ini,
variabel-variabel yang digunakan
yaitu :
a. Variabel Terikat : Komitmen
kerja karyawan
b. Variabel Bebas : Persepsi
terhadap
Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja (K3)
B. Definisi Operasional Variabel
Penelitian
a. Komitmen Kerja Karyawan
Adalah
hubungan
antara karyawan dengan
perusahaan yang merupakan
orientasi karyawan pada
perusahaan sehingga bersedia
menyumbangkan energinya
dan mengikatkan diri melalui
aktifitas dan keterlibatan
dalam perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan.
(Mowday, Porter, dan Steers
,dalam Oktorita, Rosyid, &
Lestari, 2004). Jadi komitmen
karyawan dapat diartikan
5
sebagai penerimaan penuh
karyawan
atas nilai-nilai
dan tujuan
perusahaan,
sehingga ada keinginan kuat
untuk tetap menjadi anggota
perusahaan tersebut.
b. Persepsi terhadap K3
Persepsi
terhadap
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) adalah pandangan
karyawan terhadap apa yang
diberikan perusahaan yang
bertujuan supaya karyawan
terjaga
dan
terjamin
keselamatan dan kesehatan
kerjanya. Persepsi disini tidak
lepas dari respon kognitif
dimana suatu bentuk usaha
untuk memahami pertama
apa yang dipikirkan orang
sewaktu mereka dihadapkan
pada stimulus persuasif,
kedua bagaimana pikiran
serta proses kognitif yang
berkaitan menentukan apakah
mereka mengalami perubahan
sikap dan sejauh mana
perubahan itu terjadi. (Baron
& Byne, dalam Azwar,
2002).
c. Subyek Penelitian
Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan
teknik random sampling atau
acak, yang mana dalam
penelitian
ini
peneliti
mengambil 50 subyek dari 85
orang subyek di PT. Rahayu
Trade
&
Contractor.
Sehingga ada 50 subyek yang
akan di teliti.
d. Metode Analisa Data
Metode pengumpulan
data yang dipergunkan dalam
penelitian ini adalah metode
skala
yang
disebarkan
kemudian dikumpulkan dan
diolah dimana skala ini terdiri
dari skala persepsi terhadap
penerapan K3 dan skala
komitmen kerja karyawan.
Pernyataan dalam skala berisi
tentang
indikator-indikator
dari aspek persepsi terhadap
penerapan K3 dan aspek
komitmen kerja karyawan.
Skala yang digunakan dalam
uji coba aitem adalah skala
Komitemen karyawan dan Skala
Persepsi terhadap K3. Pada uji
coba ini peneliti menyebarkan
kuisioner kepada 50 orang subyek
yang telah dipilih secara acak.
Skala ini dibuat oleh peneliti dan
di uji cobakan kepada 50 subyek
dengan tujuan untuk mengetahui
aitem-aitem yang sahih dan gugur.
Dari 50 butir aitem yang ada
16 butir aitem mewakili aspek
keterikatan emosional karyawan
dengan perusahaan, 16 butir aitem
mewakili aspek perkembangan
rasional dalam keputusan untuk
bertahan atau tidak dalam
perusahaan, dan 16 butir aitem
mewakili aspek keyakinan dan
penerimaan norma-norma nilainilai di perusahaan.
Sedangkan
pada
Skala
Persepsi terhadap K3, terdapat 48
butir aitem yang terdiri dari 23
butir aitem favourable dan 25
butir aitem unfavourable. Dari 50
butir aitem yang ada 10 butir
aitem mewakili aspek pelatihan
K3, 10 butir aitem mewakili
publisitas,
10
butir
aitem
mewakili aspek pengontrolan
kerja, 10 butir aitem mewakili
aspek inspeksi & disiplin, dan 10
6
butir aitem mewakili aspek
program kesehatan.
Setelah kedua skala disebar
kepada subyek dan setelah proses
peghitungan
dengan
menggunakan program SPSS versi
16.0 for Windows, maka peneliti
mendapatkan
hasil
sebagai
berikut :
- Skala Persepsi karyawan
terhadap pelaksanaan program
K3.
Dari 50 butir aitem yang
disebar terdapat 8 butir aitem
yang gugur dan 42 butir aitem
yang sahih.
- Skala Komitmen karyawan
Dari 48 butir aitem yang
disebar terdapat 22 butir aitem
yang gugur dan 26 butir aitem
yang sahih.
e. Metode Analisis Data
Hadi
(2004)
menyatakan bahwa analisis
data adalah cara yang
digunakan untuk mengolah
data yang diperoleh sehingga
didapatkan suatu kesimpulan.
Metode analisis data yang
digunakan adalah analisis
statistik.
Penelitian
ini
bertujuan untuk mencari arah
hubungan antar variabel.
Asumsi yang harus
dipenuhi untuk melakukan
analisis data dengan teknik
analisis
regresi
linier
sederhana adalah :
1. Uji normalitas, dipakai
untuk menguji apakah
data subjek penelitian
mengikuti suatu distribusi
normal
statistik.
Uji
normalitas
dilakukan
apabila data memiliki
distribusi normal, maka
dapat dilakukan analisis
dengan
menggunakan
teknik
statistik
parametrik,
namun
apabila
data
yang
dianalisis tidak normal,
maka analisis dilakukan
dengan
menggunakan
teknik
statistik
nonparametrik
(Sugiyono,
2009). Uji normalitas
menggunakan
teknik
statistik
uji
Kolomogorov-Smirnov
Goodness of Fit Test.
2. Uji linieritas, merupakan
suatu prosedur
yang
digunakan
untuk
mengetahui status linear
tidaknya suatu distribusi
data penelitian. Apabila
harga F empirik lebih
kecil daripada F teoritik,
berarti distribusi data
yang diteliti berbentuk
linear (Winarsunu, 2004).
3. Uji Hipotesis adalah
metode
pengambilan
keputusan
yang
didasarkan dari analisa
data, baik dari percobaan
yang terkontrol maupun
dari observasi (tidak
terkontrol). Penghitungan
uji
hipotesis
menggunakan
program
SPSS versi 16.0 for
Windows.
7
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1.
Analisis Deskriptif
Tabel 4.4
Deskripsi Data Penelitian
(Hipotetik)
Variabel
Persepsi
Terhadap K3
Komitmen
Karyawan
X
Min
42
X
Max
168
Mean
SDH
105
31,5
26
104
78
19,5
Tabel 4.2
Deskripsi Data Penelitian
(Empirik)
Mean
SDE
Min
105
Max
167
2,684
,556
66
77
3,083
,601
Variabel
Persepsi
Terhadap K3
Komitmen
Karyawan
Keterangan :
 Hipotetik
X min = jumlah item x skor
minimal
X max = jumlah item x skor
maksimal
Mean = X min + X max
2
 Empirik
Nilai Y min dan Y max, mean
dan SD empirik dapat dilihat
pada output hasil olah data SPSS
16.00 for Windows.
Berdasarkan deskripsi data
penelitian diatas dapat diketahui
kategori masing-masing variabel
yaitu persepsi terhadap K3 dan
komitmen karyawan pada subjek.
Deskripsi yang digunakan untuk
membuat kategori pada masingmasing variabel penelitian yaitu :
Sangat Tinggi, Tinggi, Rendah,
Sangat Rendah. Kategori ini dapat
dilihat
berdasarkan
empat
kategorisasi. Penetuan kategorisasi
tersebut didasarkan pada tingkat
diferensiasi yang dikehendaki.Untuk
memperoleh
kategori
perlu
ditentukan terlebih dahulu batasan
yang akan digunakan berdasarkan
nilai
deviasi
standar
dengan
memperhitungkan rentangan nilai
maksimum dan minimum teoritisnya.
Kategori ini ditentukan dengan
sebaran empirik.
Deskripsi data penelitian
diatas selanjutnya akan digunakan
untuk
mengetahui
kategorisasi
kelompok subjek pada variabelvariabel yang diteliti. Kategorisasi
ini dimaksudkan untuk menempatkan
individu ke dalam kelompokkelompok yang terpisah secara
berjenjang, dimana jenjang ini
seperti contohnya dari rendah ke
tinggi.
Azwar
(2005)
juga
menyatakan karena kategori ini
bersifat relatif, maka peneliti boleh
menetapkan secara subjektif luas
intervalnya yang mencakup setiap
kategori yang diinginkan, selama
penetapan tersebut masih berada
dalam batasan kewajaran dan dapat
diterima akal. Dalam hal ini peneliti
menggunakan rumus kategorisasi
yang dibuat oleh Azwar (2005)
dimana terdapat lima kategori berikut
ini : Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang,
Rendah, Sangat Rendah.
Tabel 4.5
Penelitian Responden terhadap
Variabel Persepsi Terhadap K3
Jumlah aitem
: 42
Pilihan jawaban terendah 1
Pilihan jawaban tertinggi 4
Skor min
: Pilihan jawaban terendah
X jumlah aitem
: 1 X 42 = 42
Skor max
: Pilihan jawaban tertinggi
X jumlah aitem
: 4 X 42 = 168
8
Mean µ : (Min + Max) : 2
: (42 + 168) : 2 = 105
SD α
: (Max – Min) : 4
: (168 – 42) : 4 = 31,5
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
Norma
x>µ+1
α
µ-1α<
x≤µ+1
α
x≤µ-1α
Skor
x>
136,5
73,5 <
x≤
136,5
x≤
73,5
Total
Σ
20
%
66
10
33
0
30
100
Penelitian Responden terhadap
Variabel Komitmen Karyawan
Variabel Komitmen Karyawan
Jumlah aitem
: 26
Skor min
: 1 X 26 = 26
Skor max
: 4 X 26 = 104
Mean µ : (Min + Max) : 2
: (26 + 104) : 2 = 78
SD α
: (Max – Min) : 4
: (104 – 26) : 4 = 19,5
Tabel 4.7
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
Total
Norma
x>µ+1
α
µ-1α<x
≤µ+1α
x≤µ-1α
Skor
x>
97,5
58,5 <
x≤
97,5
x≤
58,5
Σ
0
%
0
30
100
0
0
30
100
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya
hubunganantara persepsi terhadap
K3 dengan komitmen organisasi
karyawan proyek pembangunan di
PT. Rahayu Trade & Contractor.
Pengujian hipotesis daripenelitian ini
menunjukkan hasil bahwa terdapat
hubungan
positif
antara
persepsiterhadap
K3
dengan
komitmen organisasi karyawan di
PT. Rahayu Trade & Contractor.
Hasil analisa Korelasi Product
Moment Pearson menunjukan bahwa
nilai prx 0,013) <Level of Significant
(0,05). Hal ini berarti variabel
komitmen karyawan PT. Rahayu
Trade & Contractor mempunyai
hubungan yang signifikan dengan
persepsi terhadap K3 dengan nilai
sumbangan efektif 20%, sedangkan
sisanya sebesar 80% dipengaruhi
oleh variabel lain di luar model,
misalnya kompensasi non finansial,
kompensasi finansial, lingkungan
kerja, dan lain-lain. Hubungan positif
yang signifikan antara persepsi
terhadap K3 dengan komitmen
organisasi memiliki arti bahwa
artinya semakin positif persepsi
terhadap K3 maka semakin tinggi
komitmen organisasinya. Begitu juga
sebaliknya, semakin negatif persepsi
terhadap K3 maka semakin rendah
komitmen
organisasinya.
Berdasarkan hasil tersebut, hipotesis
yang menyatakan ada hubungan
positif antara persepsi terhadap K3
dengan komitmen organisasi dapat
diterima. Terujinya hipotesis dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa
individu yang memiliki persepsi
terhadap K3
yang positif baik
berupa aspek kognisi dan afeksi
mengenai aktivitas mental, kekuatan
fisik dan waktu memegang peranan
dalam
munculnya
komitmen
organisasi.
Komitmen
organisasi
merupakan faktor penting dalam
suatu organisasi, karena dengan
karyawan yang memiliki komitmen
organisasi
akan
meningkatkan
kinerja dan nantinya juga akan
meningkatkan efektivitas perusahaan
secara keseluruhan sehingga visi,
misi dan tujuan organisasi tercapai.
9
K3 tidak hanya memberi keuntungan
bagi perusahaan, tetapi juga bagi
karyawannya. Menurut Allen &
Meyer (1990) komitmen organisasi
merupakan perwujudan psikologis
yang mengkarakteristikan hubungan
pekerja dengan organisasi dan
memiliki
implikasi
terhadap
keputusan
untuk
melanjutkan
keanggotaannya dalam organisasi.
(Prihartiningsih, Sugiyanto, 2010)
Persepsi
terhadap
K3
mempunyai
hubungan
yang
signifikan
dengan
komitmen
karyawan, dimana menurut Baron &
Byne (2005) persepsi terhadap K3
merupakan cara pandang karyawan
terhadap apa yang diberikan oleh
perusahaan yang bertujuan supaya
karyawan terjaga dan terjamin
keselamatan dan kesehatan kerjanya.
Persepsi disini tidak lepas dari
respon kognitif dimana suatu bentuk
usaha untuk memahami apa yang
dipikirkan orang sewaktu mereka
dihadapkan pada stimulus persuasif
dan bagaimana pikiran serta proses
kognitif yang berkaitan menentukan
apakah
mereka
mengalami
perubahan sikap atau sejauh mana
perubahan itu terjadi.
Proses
persepsi seseorang dapat dipengaruhi
oleh
motivasi
,
kebutuhan,
pengalaman masa lalu, sikap dan
kepribadian orang tersebut. (Yohanes
Budiarto, Selly, 2004)
Berdasarkan
hasil
wawamcara dengan kepala K3 pada
proyek
ini,
perusahaan
telah
melakukan
usaha-usaha
untuk
meningkatkan persepsi karyawan
terhadap K3, misalnya dengan
mengadakan morning talk. Morning
talk
adalah
program
untuk
meningkatkan persepsi karyawan
terhadap K3 dengan cara memberi
pengarahan tentang keselamatan
kerja yang diadakan setiap pagi
sebelum pekerjaan di mulai. Selain
itu perusahaan juga memberikan
sosialisasi mengenai peraturan dan
fasilitas-fasilitas
keselamatan.
Dengan adanya sosialisasi ini
diharapkan perkerja dapat memiliki
pemahaman atau persepsi yang
positif terhadap K3. Sesuai dengan
penelitian
Riyadi
(dalam
Prihartiningsih & Sugiyanto, 2010),
tingkat pengetahuan pekerja akan
memperngaruhi tingkat komitmen
mereka terhadap perusahaan.
Perusahaan
bukan
saja
mengharapkan
karyawan
yang
mampu, cakap dan terampil, namun
yang lebih penting adalah mereka
yang bersedia bekerja dengan giat
dan mempunyai komitmen yang
tinggi dalam mencapai keberhasil.
Kemampuan,
kecakapan,
keterampilan karyawan tidak ada
artinya bagi perusahaan jika kayawan
tidak mempunyai komitmen dalam
bekerja. Pernyataan ini menjelaskan
bahwa komitmen karyawan sangat
penting
dalam
menunjang
tercapainya
tujuan
perusahaan.
Meski demikian pengaruh komitmen
karyawan
terhadap
pencapaian
tujuan perusahaan terjadi secara tidak
langsung.
Persepsi terhadap penerapan
program K3 dan komitmen karyawan
terhadap perusahaan merupakan
suatu
yang
penting
dalam
pengelolaan karyawan. Komitmen
tumbuh di dahului dengan adanya
niat untuk bekerja dalam organisasi.
Karyawan
yang
mempunyai
komitmen yang tinggi ditanda
dengan tingkat kehadiran yang
tinggi, keterlibatan aktif, keterikatan
10
yang kuat dan berorientasi pada
pencapaian tujuan.
Penerapan program K3 ini
sangat penting, bukan hanya untuk
mengendalikan resiko kecelakaan
kerja, terlebih lagi jika dikaitkan
dengan kondisi perekonomian, yang
mana jika terjadi kecelakaan kerja
akan
menyebabkan
kerugian
material, aset pada perusahaan
maupun karyawan. (Zulyanti, 2013).
Dita Artaningtyas (2007) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa
permasalahan
promotif
adalah
perilaku karyawan yang tidak
terbiasa makan pagi, istirahat teratur,
dan kurangnya pengetahuan tentang
K3.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Iqlima Sari dan Widyastuti
(2013), dikatakan bahwa ketika
karyawan merasa bahwa keselamatan
dan kesehatannya diperhatikan oleh
perusahaan, maka akan tumbuh
kepercayaan terhadap perusahaan.
Selanjutnya kepercayaan tersebut
menyebabkan seorang karyawan
berusaha
untuk
memberikan
komitmen
dari
dirinya
demi
kepentingan
perusahaan
dan
berusaha untuk menjadi anggota
dalam perusahaan tersebut
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran ini merupakan
hasil
dari
penelitian
untuk
mengetahui
hubungan
antaran
persepsi terhadap K3 dengan
komitmen karyawan di PT. Rahayu
Trade & Contractor. Kesimpulan
yang diperoleh dari hasil penelitian
yang dilakukan dan disarankan akan
diuraikan sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang
telah
dilakukan
dapat
disimpulkan bahwa persepsi terhadap
K3 berpengaruh positif terhadap
komitmen karyawan. Hal ini
menunjukan bahwa semakin positif
persepsi seorang karyawan terhadap
K3, maka semakin tinggi komitmen
karyawan terhadap perusahaan.
Seorang
karyawan
berusaha
memberikan komitmen dari dirinya
demi kepentingan perusahaan dan
berusaha untuk tetap menjadi
anggota dalam perusahaan tersebut.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat
peneliti kemukan dari penelitian ini
adalah :
1. Bagi subyek penelitian
Penelitian ini menunjukan
bahwa komitmen subyek penelitian
cenderung tinggi. Berdasarkan hal ini
diharapkan subyek penelitian di PT.
Rahayu Trade & Contractor dapat
mempertahankan
komitmennya
terhadap perusahaan dengan cara
lebih memahami persepsi terhadap
K3.
2. Bagi perusahaan
Perusahaan hendaknya selalu
menerapkan K3 sehingga tercipta
suasana yang kondusif, yang dapat
membuat karyawan merasa aman,
nyaman
dalam
menjalani
pekerjaannya yang pada akhirnya
akan
mempertahankan
tingkat
komitmen karyawan.
Perusahaan
juga
dapat
mempertimbangkan
faktor-faktor
psikologis yang dapat berperan
dalam
mempengaruhi
kinerja
karyawan, terutama dalam ranah
psikologi positif seperti halnya dalam
penelitian ini yaitu persepsi K3.
11
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini hanya meninjau
sebagia hubungan saja, sehingga
disarankan bagi peneliti selanjutnya
untuk mengkaji lebih lanjut faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi
komitmen, seperti : fasilitas kerja,
tunjangan kesejahteraan, suasana
kerja, serta upah yang diterima dari
perusahaan. Sebaiknya jika peneliti
ingin
mengambil
data
maka
diharapkan
pengambilan
data
dilakukan tidak saat para pekerja
selesai menjalani libur panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta Ambar.
Azwar, S. 2004. Penyusunan Skala
Psikologi
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
------------. 2002. Sikap Manusia dan
Pengukurannya.Yogyakarta:p
ustaka Pelajar
Hadi, S. 1992 Metodelogi Penelitian
Jilid I. Yogyakarta: Andi
Offset.
Iqlima.
S., Widyastuti. 2013:
Loyalitas Karyawan Ditinjau
dari
Persepsi
tehadap
PenerapanK3. Jurnal
Psikologi
:
Universitas Setia Budi.
Minner, J. B. 1992: Industrial
Organization
Psychology.
Singapore: McGraw-Hill.
Sikap Terhadap Penerapan
Program
K3
dengan
Komitmen Karyawan Pada
Perusahaan.
Jurnal.
Yogyakarta:
Fakultas
Psikologi
Universitas
Gadjah Mada.
Silalahi, B. N. B. dan Silalahi, R. B.
1995.
Manajemen
Keselamatan
dan
KesehatanKerja. Jakarta: PT.
Pustaka Binaman Pressindo.
Snyder, C. R., dkk (2002). The Role
of Hope in Academic And
Sport Achievement. Journal
of Personality and Social
Psychology 73: 1257-1267.
Sugiyono. 2009 Metode Penelitian
Kualitatif, Kuantitatif dan R
& D. Bandung : Alfabeta.
Suma’mur, P. K. 1981. Keselamatan
Kerja
dan
Pencegahan
Kecelakaan Jakarta: Gunung
Agung.
Suma’mur, P. K. 1992. Higine
Perusahaan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta: CV. Haji Mas
Agung.
Suryabrata, S. 2008 Pengembangan
Alat
Ukur
Psikologis.
Yogyakarta: Andi Offset
Winahyu, L. 2007: Perbedaan
Persepsi
terhadap
Gaya
Kepemimpinan
Atasan
Berdasarkan Komitmen pada
Organisasi. Jurnal Psikologi :
Universitas Tarumanegara, 9,
(2), 138-139.
Oktorita. B., Rosyid, dan Lestari,
2004: Hubungan Antara
12
Walgito,B.1994 Psikologi Umum.
Pustaka Pelajar
Zhou, Q., Fang, D., & Wang, X.
2007. A Method to Identify
Strategies
for
the
Improvement of Human
Safety
Behavior
by
Considering Safety Climate
and Personal Experience.
Safety Science, 46.
13
Download