KERANGKA ACUAN KERJA (TERMS OF REFERENCE) KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017 INOVASI TEKNOLOGI RISET PERIKANAN BALAI RISET PEMULIAAN IKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2017 KERANGKA ACUAN KERJA (TERMS OF REFERENCE) TAHUN 2017 INOVASI TEKNOLOGI RISET PERIKANAN PEMBENTUKAN VARIETAS IKAN UNGGUL AIR TAWAR Kementerian Negara/Lembaga Unit Eselon I/II : : Program : Hasil (Outcome) : Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan : : Jenis Keluaran Volume Keluaran (Output) Satuan Ukuran Keluaran (Output) : : : Mendukung Kegiatan Nasional/Bidang/KKP Prioritas Nasional : [ √] Prioritas Prioritas Bidang [ : [ [ ] ] ] : [ ] [ ] [ √] Prioritas KKP A. Kementerian Kelautan dan Perikanan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan/ Pusat Riset Perikanan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Meningkatnya hasil dan layanan riset yang mendukung kesejahteraan masyarakat KP Riset Perikanan Jumlah paket Inovasi Teknologi Inovasi Riset Perikanan Inovasi Teknologi Inovasi Riset Perikanan 1 (satu) Paket Kesejahteraan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam Industri Perikanan dan Hasil Laut Program Anggaran Responsif Gender (ARG) Program terkait Mitigasi Perubahan Iklim/Adaptasi Perubahan Iklim (MPI/API) Kedaulatan (Sovereignty) Keberlanjutan (Sustainability) Kesejahteraan (Prosperity) Latar Belakang 1. Dasar Hukum, Tugas Fungsi/Kebijakan Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.33/MEN/2011 tanggal 26 September 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja, Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berada dibawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan (dulu bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya), BPPI berkewajiban untuk mendukung pencapaian kegiatan penelitian dan pengembangan perikanan. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah penelitian pemuliaan ikan budidaya melalui seleksi, hibridisasi maupun rekayasa genetika untuk menghasilkan benih ikan unggul. Sebagai lembaga penelitian di bidang pemuliaan ikan, salah satu amanah yang diemban Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) adalah merakit varietas atau strain ikan unggul untuk kegiatan budidaya. Pemenfaatan benih ikan unggul dalam kegiatan budidaya memegang peranan yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan usaha selain faktor pakan atau nutrisi dan lingkungan. Untuk itu diperlukan upaya perakitan strain unggul untuk menyediakan induk atau benih unggul yang terjamin kualitasnya. 2. Gambaran Umum Beberapa tahun terakhir, pertumbuhan produksi budidaya perikanan meningkat cukup signifikan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, yaitu sebesar 37%. Produksi perikanan didukung oleh penyediaan lahan, benih, input budidaya seperti pakan, pupuk, obat-obatan, pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan, serta sistem usaha budidaya. Dalam rangka peningkatan komersialisasi perikanan budidaya secara berkelanjutan maka perikanan budidaya di Indonesia membutuhkan teknologi yang inovatif dari hulu hingga hilir sehingga terjadi peningkatan efisiensi dalam suatu usaha atau industri perikanan budidaya. Inovasi teknologi yang efektif dan efisien, berdaya saing tinggi serta berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk meningkatan produksi perikanan budidaya. Teknologi yang inovatif ini perlu didiseminasikan secara cepat dan tepat kepada masyarakat untuk segera diaplikasikan dalam usaha yang riil sebagai upaya peningkatan effisiensinya. Salah satu inovasi yang perlu disediakan adalah ketersediaan varietas unggul ikan budidaya. Disamping itu, beberapa aspek yang diharapkan dukungannya adalah infrastruktur, permodalan dan kelembagaan yang efektif. Penyediaan varietas ikan unggul dapat ditempuh dengan perbaikan kualitas genetik varietas ikan yakni dengan program pemuliaan yang meliputi program seleksi (selective breeding), persilangan (hibridisasi), dan rekayasa genetika. Penerapan teknik rekayasa genetika ikan di BPPI sejak tahun 2009 telah menunjukkan kemajuan sehingga dapat terus dikembangkan untuk mendukung pelaksanaan program pemuliaan ikan. Keunggulan program pemuliaan adalah pada peningkatan produktivitas dan efisiensi yang sudah sering kali dibuktikan termasuk pada sektor perikanan (Doupe dan Lymbery, 2003; Fjalestad et al., 2003). Pemuliaan merupakan pendekatan mendasar sebagai upaya untuk meningkatkan karakter komersial penting dari spesies budidaya, sehingga pemuliaan mampu meningkatkan hasil produksi, kelangsungan hidup dan kualitas produk (Wang et al., 2006). Program pemuliaan pada prinsipnya adalah untuk memilih hewan unggul sebagai induk pembentuk generasi berikutnya (Rye, 2012). Pelaksanaan kegiatan penelitian pemuliaan yang dikembangkan di BPPI dibagi berdasarkan komoditas ikan air tawar, yaitu Komoditas Ikan Patin, Komoditas Ikan Nila, Komoditas Ikan Mas, Komoditas Ikan Lele, Komoditas Ikan Gurami dan Komoditas Udang Galah. Pada kegiatan penelitian tahun 2017 ini, masing-masing komoditas melaksanakan satu kegiatan yang merupakan bagian dari kegiatan utama Penelitian Pembentukan Varietas Ikan Unggul Air Tawar. B. Penerima Manfaat Penerima manfaat utama dari keberhasilan kegiatan ini adalah pembudidaya ikan yang tersebar di berbagai daerah baik di perairan tawar maupun perairan payau dan laut. Berkembangnya usaha budidaya ikan melalui ketersediaan induk atau benih unggul akan berdampak pada peningkatan produksi ikan nasional. Ketersediaan produk biologi unggul juga akan bermanfaat terhadap usaha perkonomian masyarakat yang terlibat seperti pemasok pakan ikan dan pedagang ikan serta akan meningkatkan konsumsi ikan masyarakat secara umum. C. Strategi Pencapaian Keluaran 1. Metode Pelaksanaan a. Sub Kegiatan : Evaluasi Performa Ikan Patin Siam F2 Hasil Seleksi Pada tahun 2017, kegiatan yang akan dilakukan adalah produksi masal Ikan Patin Siam F3 dan evaluasi keragaannya sebagai satu bagian dari rangkaian rilis ikan patin siam hasil seleksi. Sebagai populasi induk yang akan dipijahkan untuk membentuk F3 adalah populasi induk ikan patin siam F2 terseleksi yang telah diperoleh pada tahun 2014. Produksi massal ikan patin siam F3 dilakukan dengan cara memijahkan beberapa ekor induk betina dan jantan yang kemudian telur dan spermanya dicampur dan dipijahkan. 1) Pengamatan Pertumbuhan - Larva hasil pemijahan dipelihara dalam bak fiber (hatchery) selama ±1 bulan (sampai ukuran 1 inchi). - Setelah benih berumur 1 bulan dipelihara dalam waring berukuran 2 x 2 x 1 m di kolam ukuran 3000 m2 (pendederan 2). Dan setelah umur 5 bulan dipindahkan ke dalam jaring ukuran 3x3x1,5 m2 yang ditempatkan dikolam 6000m2 (pembesaran). - Pakan yang digunakan untuk pemeliharaan larva dan benih adalah naupli Artemia sp., kutu air beku larva umur, Tubifex sp. dan pakan buatan dalam bentuk remah dengan kandungan protein kasar 40%. - Pakan buatan diberikan secara at satiation dengan waktu pemberian 3 kali per-hari, pakan buatan dalam bentuk serbuk dengan kadar protein pakan 38-40% dan pellet dengan kadar protein pakan 30% - Pakan pembesaran yang diberikan berupa pelet komersial dengan kadar protein 28% sebanyak 2% bobot biomas per hari atau pakan dengan kadar protein 36% sebanyak 0,9% bobot biomas per hari. Pengamatan pertumbuhan dilakukan setiap 1bulan. - Parameter yang diamati adalah: pertumbuhan patin siam meliputi panjang total, panjang standar dan bobot rata-rata individu dan FCR. 2) Pengamatan Keragaan Reproduksi Pengamatan keragaan reproduksi ikan patin siam F3 dimulai pada saat ikan berumur 6 bulan. Sampel ikan yang diamati sebanyak 10 ekor betina dan 10 ekor jantan. Pengamatan dilakukan setiap bulan. 3) Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan pada ikan patin siam F3 yang masih hidup dan yang sudah matang. Sebagai pembandingnya digunakan ikan patin pasupati dan jambal. Ikan yang digunakan adalah ikan ukuran konsumsi 500-700 g masing-masing sebanyak 25 ekor. Parameter yang diamati adalah uji mutu hedonik, uji pembeda atribut, edible portion dan analisa proksimat. 4) Uji Multilokasi Lokasi yang akan digunakan untuk uji multilokasi adalah Waduk Jatiluhur-Purwakarta dengan menggunakan keramba jaring apung, Waduk Darma-Kuningan dengan menggunakan keramba jaring apung dan di Balai Penelitian Ikan Sukamandi dengan menggunakan kolam tembok ukuran 50 m2. Ikan uji yang digunakan adalah ikan patin siam F3 dengan ukuran 4-5 inchi (±20 g). Sebagai pembanding digunakan ikan patin siam yang berasal dari masyarakat. Ikan diberi pakan berupa pelet komersial dengan kadar protein 28% sebanyak 3-5% bobot biomas per hari atau pakan dengan kadar protein 36% sebanyak 0,9% bobot biomas per hari. Pengamatan dilakukan pada pertumbuhan panjang total, panjang standar dan bobot rata-rata individu FCR dan SR yang dilakukan setiap bulan. 5) Uji Ketahanan Penyakit Ikan uji yang digunakan adalah ikan patin siam F3 ukuran 1 – 2 inci untuk uji tantang secara perendaman dan berukuran 3 – 4 inci uji tantang melalui penyuntikan. Sebagai pembanding digunakan ikan patin siam yang berasal dari masyarakat. Bahan uji: sebagai bahan uji adalah biakan bakteri Aeromonas hydrophila, sedangkan untuk parasit Ichtiyophtirius multifiliis, berasal dari ikan yang terserang penyakit “ich” dengan infestasi berat (parah). Pada uji tantang dengan cara perendaman, perlakuan yang dicobakan adalah bakteri Aeromonas hydrophylla dengan kepadatan : A. Kontrol (plasebo), B. 104, C.106, D.108 cfu/ mL. Perlakuan kedua adalah padat tebar: A. 5 ekor/l, B. 15 ekor/l. Sedangkan pada uji tantang dengan cara penyuntikan, perlakuan yang dicobakan adalah biakan bakteri Aeromonas hydrophylla dengan kepadatan : A. Kontrol (placebo), B.104, C.106, D.108 cfu/ mL melalui penyuntikan secara intraperitonial. Pemeliharaan dilakukan dalam wadah akuarium berukuran 25 liter air. Selama penelitian ikan diberi pakan secara ad libitum. Parameter yang diamati adalah tingkat serangan penyakit (gejala klinis yang ditimbulkan) pada ikan uji dan sintasannya. 6) Analisa data Data yang diperoleh dianalisis dengan Anova yang dilanjutkan dengan uji Duncan. b. Sub Kegiatan : Evaluasi Pertumbuhan Ikan Nila Srikandi dengan Menggunakan Ikan Nila Biru F4 Kegiatan akan dilakukan selama 12 bulan dari bulan Januari sampai Desember 2017. Persiapan dan pengujian dilaksanakan di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi, sedangkan pembesaran dilakukan di tambak di wilayah Kabupaten Cirebon. Populasi yang digunakan adalah : Nw x AuF4 Srikandi 1 Nw x Nw Nirwana(kontrol internal) AuF4 x AuF4 Aureus (kontrol internal) Rn x Rn (Pembanding) 1) Persiapan Induk Induk yang digunakan adalah hasil seleksi famili yang dilakukan tahun 2016 yaitu induk nila Biru F4 serta induk Nirwana dan Nila merah NIFI. Induk dipilih yang sudah matang gonad dengan melihat performa fisiknya. Perbandingan induk yang akan digunakan adalah 10 jantan dan 30 betina. 2) Resting dan Pemijahan Diperlukan enam kolam berukuran 25 m2 untuk resting seluruh induk yang digunakan. Resting dilakukan selama 2-3 minggu dengan melihat kesiapan ikan. Selama resting induk diberi pakan berprotein tinggi (Hi provite, 40 %) dengan penambahan vitamin C dan vitamin E. Selanjutnya dilakukan ploting dan pemijahan dengan rasio 1:3 atau 10 jantan dan 30 betina. Ploting dilakukan dengan menempatkan ikan pada bak pemijahan selama 10 hari. 3) Koleksi Benih dan Pemeliharaan Pemijahan dilakukan selama +10 hari dan dilakukan panen larva dari ketiga populasi. Jumlah larva yang dibutuhkan pada setiap populasi minimal 5.000 ekor. Larva ditempatkan dalam bak pemeliharaan indoor selama satu minggu. Telur yang diperoleh ditempatkan dalam corong penetasan hingga menetas. 4) Pendederan pertama dan kedua Pendederan dilakukan di dalam hapa berukuran 2x2 m2 yang dipasang pada kolam 2.000 m2. Dibutuhkan 3 ulangan hapa untuk setiap populasi sehingga jumlah total hapa yang digunakan adalah 12 buah. Pendederan pertama dilakukan selama satu bulan dengan kepadatan 250 ekor/m2. Sedangkan pendederan kedua dilakukan hingga benih berukuran 5-7 cm dengan kepadatan 125 ekor/m2. 5) Aklimatisasi dan packing benih Aklimatisasi dilakukan pada bak indoor berukuran 1x2 m2 dengan kepadatan 2.000 ekor/m2 dengan aerasi kuat. Aklimatisasi dimulai dengan menyiapkan media bersalinitas 10 ppt. Selanjutnya benih dimasukkan pada pagi hari untuk menghindari stress. Penambahan salinitas dilakukan 5 ppt per hari hingga mencapai salinitas 30 ppt dan dibiarkan selama satu minggu. 6) Persiapan kerangka bambu dan pemasangan jaring Kerangka bambu disiapan dengan membuat jembatan bambu dan kerangka bambu untuk jaring tancap sebanyak 12 buah. Selanjutnya jaring berukuran 3x5x1 m3 dipasang pada kerangka bambu. Pemasangan jaring dilakukan seminggu sebelum penebaran benih. 7) Penebaran dan pemeliharaan pada Salinitas 25-30 ppt Penebaran dilakukan dengan padat tebar 10 ekor/m2 atau 150 ekor per jaring. Masing-masing populasi diulang dengan tiga ulangan. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali sehari sebanyak 3-5 % biomassa. Pakan yang diberikan adalah pakan komersil dengan kandungan protein + 30 %. Pemeliharaan dilakukan selama 5 bulan. 8) Sampling dan analisa data Sampling dilakukan secara rutin setiap bulan sebanyak 10 % dari populasi meliputi karakter panjang total, panjang standar, bobot dan parameter kualitas air. Data dianalisa secara statistik dengan software minitab-16. Analisa statistik yang digunakan adalah One-way Annova pada tingkat kepercayaan 95 %. Apabila signifikan dilanjutkan dengan uji pembanding Tukey’s Pairwise Comparison untuk melihat populasi mana yang berbeda nyata. c. Sub Kegiatan : Evaluasi Performa Benih Hasil Seleksi Populasi Sintetik Ikan Mas Tumbuh Cepat 1) Evaluasi Performa Pertumbuhan Populasi Sintetik Ikan Mas Tumbuh Cepat Populasi sintetik Populasi sintetik merupakan populasi hasil persilangan empat strain ikan mas hasil koleksi pada kegiatan sebelumnya, yaitu Majalaya (Bandung), Rajadanu dan Sutisna (Kuningan) serta Wildan (Cianjur). Persilangan dilakukan secara resiprokal 4x4 sehingga diperoleh 16 kombinasi persilangan (Tabel 1). Tabel 1. Skema 16 kombinasi pemijahan pembentukan populasi dasar (F0) komposit ikan mas tumbuh cepat. Jantan (♂) Populasi Majalaya (MJ) MJxMJ Rajadanu (RD) MJxRD Rajadanu (RD) RDxMJ RDxRD RDxST RDxWI Sutisna (ST) STxMJ STxRD STxST STxWI Wildan (WI) WixMJ WIxRD WIxST WIxWI Majalaya (MJ) Betina (♀) Sutisna (ST) MJxST Wildan (WI) MJxWI Keterangan : MJ (Majalaya), RD (Rajadanu), ST (Sutisna), WI (Wildan) Pengujian Karakter Pertumbuhan Sebanyak 25 ekor individu dari setiap kombinasi persilangan diambil secara acak sebagai ikan uji. Selanjutnya total ikan uji sebanyak 400 ekor dipelihara secara komunal di kolam tanah ukuran 200 m2. Percobaan dilakukan dengan tiga kali ulangan. Selama tiga bulan pemeliharaan, ikan diberi pakan buatan komersial dengan kandungan protein kasar sebesar 28-30%. Pakan diberikan sebanyak dua persen berat badan per hari dan diberikan dua kali sehari setiap pagi dan sore. Evaluasi pertumbuhan dengan mengukur panjang (L) dan bobot (W) semua individu. Sebagai pembanding digunakan populasi tetua yang digunakan dalam pembentukan populasi sintetik. Jumlah individu yang hidup pada akhir kegiatan pemeliharaan dihitung untuk menganalisis nilai sintasan masing-masing populasi. Parameter dan Analisis Data Data panjang dan bobot rata-rata individu benih ikan mas diukur pada akhir kegiatan pembesaran. Jumlah sampel individu pada masingmasing persilangan sebanyak 100 ekor. Sebagai pembanding adalah populasi keempat strain ikan mas yang digunakan sebagai tetua. 2) Evaluasi Penurunan Sifat Karakter Pertumbuhan Populasi Sintetik Ikan Mas Tumbuh Cepat Sebanyak 30 ekor individu jantan dan 30 ekor individu betina dari setiap kombinasi persilangan diambil secara acak sebagai ikan uji. Masing-masing individu calon ikan uji tanda (marking) dengan memotong / mencabut salah satu duri punggung. Individu dalam populasi yang sama diberi tanda yang sama. Percobaan dilakukan dengan tiga kali ulangan. Selama enam bulan pemeliharaan, ikan diberi pakan buatan komersial dengan kandungan protein kasar sebesar 2830%. Pakan diberikan sebanyak dua persen berat badan per hari dan diberikan dua kali sehari setiap pagi dan sore. Evaluasi penurunan ragam aditif karakter pertumbuhan dilakukan dengan mengukur panjang (L), tinggi (H), tebal (T) dan bobot (W) semua individu. Pengukuran dilakukan dengan mistar hingga ketelitian 1 mm dan penimbangan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 g. Pengukuran dan penimbangan dilakuan 3 kali yaitu pada awal penebaran (L0, H0, T0 dan W0), pada pemeliharaan 3 bulan (L1, H1, T1 dan W1) dan pada waktu panen (6 bulan) (L2, H2, T2 dan W2). Jumlah individu yang hidup pada akhir kegiatan pemeliharaan dihitung untuk menganalisis nilai sintasan masing-masing populasi. 3) Evaluasi Keragaman Genetik (Molekuler) Populasi Sintetik Ikan Mas Tumbuh Cepat Evaluasi keragaan genetik molekuler dilakukan untuk mengetahui keragaman genetik populasi sintetik hasil penggabungan ragam genetik dari semua tetaua yang digunakan. Pada kegiatan ini, sebanyak 50 ekor individu benih diambil secara acak dari populasi sintetik sebagai ikan uji. Analisis keragaan genetik dilakukan dengan menggunakan metode microsatellite. Primer yang akan digunakan sebanyak 5 jenis yaitu: Lokus MFW6 MFW7 MFW9 CCA30 CCA04 Primer (5’-3’) F13:ACCTGATCAATCCCTGGCTC R:GTTTGGGACTTTTAAATCACGTTG F13:TACTTTGCTCAGGACGGATGC R:GTTTATCACCTGCACATCGCCACTC F13:GATCTGCAAGCATATCTGTCG R:GTTTATCTGAACCTGCAGCTCCTC F:CTGCCTTCTTCTACTCTACAC R:TTGCCTCTAAGCTTGATTTT F:ATCCCTTACCGCCCTGTGT R:AGCTGAAAAACGCTGTCACG Ukuran 130-219 Annealing 62 Referensi A 192-262 62 A 92-144 60 A 260-318 50 B 224-258 50 C Ket: A: (Crooijmans et al.,1997 dalam Yue, et al., 2004) B: (Aliah et al.,1999 dalam Thai et al., 2007) C: (Yue, et al., 2004) Parameter dan Analisis Data Data yang diperoleh pada pemeliharaan populasi sintetik digunakan untuk menganalisis beberapa parameter antara lain (1) laju pertumbuhan, (2) Ragam aditif dari tetua kepada turunanan, (3) Nilai heritabilitas karakter pertumbuhan populasi sintetik ikan mas, (4) nilai sintasan populasi sintetik ikan mas dan (5) keragaman genetik populasi sintetik. d. Sub Kegiatan : Pembentukan Populasi Generasi Kedua Ikan Lele Tumbuh Cepat dan Tahan Penyakit Melalui Seleksi Perakitan strain unggul ikan lele tumbuh cepat dan tahan penyakit yang dimulai pada tahun 2015 dengan pembentukan populasi dasar (G0) dan dilanjutkan pada tahun 2016 dengan pembentukan populasi generasi pertama (G1) telah menghasilkan individu-individu ikan lele tumbuh cepat dan tahan penyakit hasil seleksi dalam famili (within family selection). Individu-individu tersebut selanjutnya pada tahun 2017 akan dipijahkan dan hasil benihnya diuji tantang ketahanannya terhadap penyakit bakterial menggunakan bakteri Aeromonas hydrophila. Populasi-populasi (famili) hasil uji tantang yang memiliki daya tahan tinggi dan memiliki keragaan pertumbuhan yang tinggi selanjutnya diseleksi untuk digunakan sebagai populasi generasi kedua (G2) ikan lele tumbuh cepat dan tahan penyakit. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan di unit pembenihan, perkolaman penelitian dan laboratorium Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi. 1) Seleksi Populasi Generasi Pertama Ikan Lele Tumbuh Cepat dan Tahan Penyakit Individu-individu dalam populasi generasi pertama ikan lele tumbuh cepat hasil dan tahan penyakit hasil seleksi yang pada tahun 2016 diseleksi berdasarkan keberadaan gen MHC (major histocompatibility complex). Deteksi marka MHC pada individu-individu populasi generasi pertama ikan lele tumbuh cepat dilakukan untuk membentuk populasi induk pembentuk populasi generasi kedua ikan lele tumbuh cepat dan tahan penyakit. Individu-individu dari populasi generasi pertama yang tidak memiliki gen MHC digunakan sebagai populasi pembanding (kontrol). Deteksi keberadaan gen MHC dilakukan dengan menggunakan metode PCR. Ekstraksi DNA genom dilakukan dengan menggunakan kit ekstraksi komersial (GeneJet Genomic DNA Purification, Thermo Scientific). DNA genom hasil ekstraksi selanjutnya diamplifikasi menggunakan mesin PCR (mycycler, Biorad) dan kit amplifikasi (faststart PCR master, Roche). Komposisi bahan yang digunakan untuk proses amplifikasi berupa 10 μL master kit PCR, 1,5 μL primer (30 pmol/ μL), 2 μL DNA genom dan ditambahkan water free RNAse hingga mencapai total volume 25 μL. Primer yang digunakan adalah primer spesifik gen MHC class I alel nomor 7 untuk ikan lele Afrika Clarias gariepinus (kode akses GenBank EU714308), dengan panjang fragmen 1.000 bp. Proses amplifikasi dilakukan sebanyak 35 siklus dengan denaturasi pada suhu 94oC selama 30 detik, penempelan primer pada suhu 53oC selama 30 detik dan pemanjangan pada suhu 72oC selama 1 menit. Hasil amplifikasi dipisahkan dengan menggunakan gel agarose (vivantis) 2,0% dalam larutan TBE 1x selama 60 menit pada tegangan 70 volt. Sebanyak 3 μL volume hasil amplifikasi (amplikon) yang akan dimigrasikan dicampur dengan loading dye 1,0 μL. Gel diwarnai dengan gelred (biotium) dengan konsentrasi 1 µg/mL. Hasil elektroforesis DNA divisualisasikan dengan UV transiluminator. Masing-masing induk populasi generasi pertama terseleksi (memiliki marka MHC) sebanyak 60 pasang dan sebanyak tiga pasang populasi kontrol dipijahkan. Pemijahan dilakukan dengan perbandingan antara jantan dengan betina 2:2, dengan target terbentuk 120 famili. Proses pemijahan dilakukan secara buatan dengan stimulasi secara hormonal melalui penyuntikan kombinasi gonadotrophine releasing hormone analogue dengan domperidone (ovaprim, Syndell Laboratories Inc., Kanada) sebanyak 0,2 mL/kg induk betina dan 0,1 mL/kg induk jantan. Pengambilan sperma dan telur mulai dilakukan depalan jam setelah penyuntikan hormon. Telur dari satu ekor induk betina difertilisasi dengan sperma dari dua ekor induk jantan, dan sperma dari setiap induk jantan digunakan untuk membuahi telur dari dua ekor induk betina. Sebanyak 50 g telur hasil fertilisasi ditetaskan dalam dasar hapa berukuran 1x0,5x0,5 m (kepadatan telur sekitar 75.000 butir/m2) yang ditempatkan dalam bak beton di dalam hatchery dengan air media inkubasi yang tersirkulasi. Sebanyak 1.000 ekor larva hasil penetasan yang berumur dua hari dari masing-masing pasangan induk (famili) dipelihara dalam akuarium berukuran 60x40x40 cm (padat tebar sebesar 30 ekor larva/liter) selama tiga minggu. Pakan yang diberikan pada saat larva berumur 2-4 hari berupa nauplii Artemia sp. (Supreme Plus, Golden West, Amerika Serikat), selanjutnya secara bertahap diganti dengan pakan komersial dengan kadar protein 60% berbentuk butiran kecil berukuran 0,2-0,3 mm (Nori, BERNAQUA NV, Belgia), kemudian dilanjutkan dengan yang berukuran 0,3-0,5 mm (MeM, BERNAQUA NV). Pakan diberikan pada pagi, siang, sore dan malam hari secara ad libitum. Sebanyak 500 ekor benih berukuran 2-3 cm hasil pemeliharaan dalam akuarium dari masing-masing famili selanjutnya dipelihara selama satu bulan dalam waring-waring berukuran 1x1x1 m. Pakan yang diberikan selama tahap pendederan berupa pakan komersial dengan kadar protein 40% berbentuk butiran berukuran 0,7-0,9 mm (PRIMAFEED PF500, PT Matahari Sakti, Mojokerto), dilanjutkan yang berukuran 0,9-1 mm (PRIMAFEED PF800) dan yang berukuran 1,2-1,6 mm (PRIMAFEED PF1000). Pakan-pakan tersebut diberikan pada pagi, siang dan sore hari secara ad libitum. 2) Pengujian Keragaan Ketahanan Penyakit Pengujian ketahanan (uji tantang) terhadap penyakit Aeromonas sp. dilakukan pada benih-benih masing-masing famili populasi terseleksi yang telah berumur dua bulan. Sebagai pembanding benih-benih populasi kontrol juga diuji keragaan ketahanan penyakitnya. Pengujian keragaan ketahanan penyakit tersebut dilakukan melalui uji tantang skala laboratorium untuk mengetahui keragaan daya tahannya terhadap bakteri Aeromonas hydrophila. Hasil pengujian ini digunakan sebagai salah satu dasar penentuan dalam pemilihan famili-famili yang akan digunakan sebagai populasi generasi kedua. Individu-individu dalam famili-famili yang menunjukkan keragaan ketahanan penyakit yang tinggi dipilih sebagai populasi generasi kedua ikan lele tumbuh cepat dan tahan penyakit pembentuk generasi berikutnya. Uji tantang ketahanan populasi generasi kedua ikan lele tumbuh cepat dan tahan penyakit terhadap penyakit Aeromonas hydrophila dilakukan pada benih masing-masing famili hasil pendederan, dengan ukuran 6-8 cm. Sebanyak 10 ekor benih uji dari masing-masing famili diinfeksi dengan penyuntikan bakteri Aeromonas hydrophila secara intraperitoneal, dengan dosis 108 CFU/mL. Pengamatan tingkah laku, gejala klinis dan jumlah kematian ikan diamati setiap enam jam selama satu minggu pengujian. Benih-benih yang mati segera diambil untuk dilakukan analisis molekuler deteksi keberadaan marka gen MHC class I alel nomor 7. Pada akhir pengujian, keberadaan marka gen MHC class I alel nomor 7 pada benih-benih populasi generasi kedua ikan lele tumbuh cepat dan tahan penyakit yang masih hidup juga dilakukan. Berdasarkan hasil uji tantang, famili-famili yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila yang ditunjukkan dengan sintasan yang tinggi dipilih sebagai famili-famili yang digunakan dalam seleksi pembentukan populasi generasi kedua ikan lele tumbuh cepat dan tahan penyakit. Seleksi tersebut dilakukan melalui pengujian keragaan pertumbuhan dalam tahap pembesaran. 3) Pengujian Keragaan Pertumbuhan Famili-famili yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila digunakan dalam seleksi pembentukan populasi generasi kedua ikan lele tumbuh cepat dan tahan penyakit. Pembentukan populasi generasi kedua ikan lele tumbuh cepat dan tahan penyakit yang akan digunakan sebagai pembentuk populasi generasi berikutnya dilakukan melalui proses seleksi famili pada akhir masa pembesaran berdasarkan keragaan karakter pertumbuhannya. Sebanyak 200 ekor benih berukuran 6-8 cm hasil pendederan dari masing-masing famili terseleksi berdasarkan hasil uji tantang dipelihara selama dua bulan dalam waring-waring berukuran 1x1x1 m. Pakan yang diberikan selama tahap pembesaran berupa pakan komersial dengan kadar protein 30% (HI-PRO-VITE 781-1, 781-2 dan 781, PT Centralpangan Pertiwi, Karawang), diberikan pada pagi dan sore hari secara ad libitum. Pertumbuhan diamati melalui pengukuran bobot setiap 20 hari sekali, sebanyak 10% dari jumlah awal penebaran. 4) Seleksi individu dalam famili Berdasarkan data hasil pengujian keragaan ketahanan penyakit dan pengujian keragaan pertumbuhan dari masing-masing famili yang telah diperoleh kemudian dilakukan seleksi terhadap individu-individu dalam famili-famili yang memiliki kombinasi keragaan pertumbuhan dan ketahanan penyakit yang bagus (within family selection). Sebanyak 5% individu-individu dalam famili-famili yang memiliki keragaan tumbuh cepat dan tahan terhadap penyakit Aeromonas hydrophila dipilih sebagai populasi generasi kedua yang nantinya akan digunakan sebagai pembentuk populasi generasi berikutnya. Seleksi tersebut dilakukan terhadap individu-individu dalam famili-famili populasi terseleksi yang digunakan pada pengujian keragaan pertumbuhan dan dilakukan pada akhir masa pembesaran. Populasi generasi kedua ikan lele tumbuh cepat dan tahan penyakit hasil seleksi famili selanjutnya diberi penanda (tagging) dan dipelihara dalam kolam dengan padat tebar 10 ekor/m2 hingga matang gonad. Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan kadar protein 30% (HI-PRO-VITE 781), diberikan secara ad libitum pada pagi dan sore hari. e. Sub Kegiatan : Pembentukan Strain Unggul Ikan Gurami Osphronemus gouramy Tumbuh Cepat 1) Pembentukan Populasi F0 Ikan Gurami Tumbuh Cepat Kegiatan pemuliaan ikan gurami dilakukan di Balai Penelitian Pemuliaan ikan Sukamandi dimulai tahun 2014. Pada tahun 2014 telah diperoleh informasi sementara keragaan reproduksi 4 populasi ikan gurami:Kalimantan Selatan, Jambi, Tasikmalaya, dan Majalengka sebagai pembentuk populasi dasar sintesis. Ke-4 populasi tersebut telah diyakini memiliki potensi pertumbuhan yang baik. Hasil Tahun 2014 diperoleh 12 famili sebagai induk pembentuk F0, yaitu famili KK, JJ, MM, TT, KJ, KM, KT, JK, JM, MK, MJ, dan TJ. Hasil Tahun 2015 diperoleh 7 famili, yaitu: KK, JJ, KM, JK, MK, MT, dan TJ. Hasil Tahun 2016, diperoleh informasi bahwa ikan gurami jantan maupun betina telah matang gonad pada umur 23 bulan. Hal itu ditandai dengan perut ikan gurami betina agak gemuk, tanda berisi telur dan dibuktikan dengan hasil histologi ikan gurami betina menunjukkan gonad membesar mencapai ukuran maksimal, inti sel sudah terlihat jelas dan banyak yang terlihat matang, serta mulai terlihat rongga-rongga tempat pelepasan telur. Hasil histologi pada jantan ikan gurami yang matang gonad menunjukkan ukuran sel tampak besar, alur-alur pada testis semakin jelas dan nyata dan ukurannya mencapai maksimal. 2) Pembentukan Populasi Dasar Sintetik Ikan Gurami Pembentukan populasi dasar sintetik ikan gurami dilakukan dengan memijahkan dengan mempersilangkan dari ke-4 populasi (dialel crossing), yaitu: Tasikmalaya. Kalimantan Selatan, Jambi, Majalengka, dan Dari persilangan tersebut diperoleh total 13 famili. Sembilan famili hibrida dan empat famili galur murni. Ke tiga belas famili tersebut adalah: KK, JJ, MM, TT, KT, KJ, KM, JK, JM, MK, MJ, MT, dan TJ. Setiap induk ditag dengan menggunakan “microchip tag’. Sebelum dipijahkan semua induk dipelihara dalam kolam yang berbeda antara jantan dan betina untuk tujuan pematangan gonad, sehingga proses pemijahan dapat terjadi secara serentak. Induk yang digunakan untuk pemijahan massal adalah induk dari famili hibrida, yaitu: KT, KJ, KM, JK, JM, MK, MJ, MT, dan TJ. Penggunaan induk famili hibrida dikarenakan famili hibrida memiliki diferensial seleksi yang lebih tinggi rata-rata 40,30% dibandingkan famili galur murni yang rata-ratanya 30,80% (Sularto et al. 2016). Pemijahan massal dilakukan pada kolam tanah berukuran 200 m3 dengan perbandingan induk 1:2 (betina: jantan) dengan jumlah ikan sebanyak 30 ekor per kolam. Pemijahan massal dilakukan pada dua kohort dan satu kontrol. Ikan gurami sulit untuk memijah serempak. Oleh karena itu, batas toleransi untuk mendapatkan satu kohort adalah jeda waktu satu minggu. Satu kohort terdiri dari tujuh sampai sepuluh sarang. Setiap kolam pada pemijahan massal harus memiliki unsur keempat populasi ikan gurami koleksi, seperti Kalimantan, Jambi, Majalengka, dan Tasikmalaya. Untuk pemijahan massal control, induk yang digunakan adalah induk family galur murni hasil seleksi. Berikut ini adalah persilangan (diallel crossing) dari pemijahan massal, yaitu: Tabel 1. Pola Persilangan untuk pemijahan massal untuk pembentukan F0 ♂ KJ KM KT JK JM MK MJ MT TJ ♀ KJ KM KT JK JM MK MJ MT TJ KJX MT KMX TJ KTXJM JKX MT JMXKT MKXTJ MJX KT MTXKJ MTXJK TJXMK TJXKM Pemijahan massal dikategorikan dalam satu kohort ketika pemijahannya dalam rentang waktu satu minggu. Dalam satu kohort diharapkan ada tujuh sampai 10 sarang. Setiap sarang yang dihasilkan dalam satu minggu dipelihara. Sarang pemijahan dihitung jumlah telur yang mati, jumlah telur yang hidup, derajat pembuahan, derajat penetasan, dan kelangsungan hidup setelah 8 hari lepas kuning telur. Setelah itu diambil sebanyak 3000 telur untuk dipelihara selama dua minggu di hatchery lalu dihitung kelangsungan hidupnya. Setelah itu didederkan ke kolam beton ukuran 25m2 dengan kepadatan telur 100 ekor/m sampai umur 3 bulan. Tahap pembesaran dilakukan di kolam tanah berukuran 2000 m dengan mengambil sebanyak 500 ekor setiap sarang dilakukan secara acak. Diharapkan satu kohort ada 10 sarang, sehingga ada sekitar 5000 ekor benih pada tiap kohort. Benih tersebut dinamakan populasi F0 yang akan dipelihara sampai pembesaran. Seleksi yang akan dilakukan pada tahap ini adalah seleksi individu pada umur 9 dan umur 14 bulan. Tabel 2. Tahapan Seleksi 3000 ekor Larva di akuarium 2500 ekor benih Di kolam tembok 2500 ekor ukuran 0,5 g 10 g 2 Di kolam tembok ukuran 25 m (umur 3 bulan) 500 ekor (secara acak) Ukuran 10 g - 250 g di kolam tanah sampai umur 9 bulan (seleksi individu) 200 ekor 75 g – 250 g Di kolam tanah (sampai umur 14 bulan) 60 ekor 250 g– 500 g Di kolam tanah Seleksi Pertumbuhan 5% terbaik 50% ♀ 50%♂ Seleksi individu akan dilakukan pada umur 9 bulan (sebelum proses dimorfisme seksual) dan 14 bulan (setelah diketahui jenis kelamin). 500 g (ukuran konsumsi), dan pada ukuran tersebut ikan gurami sudah dapat dibedakan antara jantan dan betinanya. Seleksi akan dilakukan dengan menetapkan sekitar 5% individu terbaik dari kohort tersebut secara proforsional berdasarkan pertimbangan kecepatan pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Target kegiatan seleksi ini akan menghasilkan 100 ekor jantan dan 200 ekor betina dengan pertumbuhan terbaik. Selain itu juga diambil 50 ekor jantan dan 50 ekor betina dari populasi kontrol yang diambil dari kisaran nilai tengah populasi. Semua calon induk ditag dan dipelihara hingga berukuran 2-3 kg/ ekor dalam 2 kolam yang berbeda dengan padat tebar 1-3 ekor/m2. Untuk mengetahui keberhasilan seleksi melalui uji respon terhadap seleksi dengan cara memijahkan ikan seleksi dan ikan kontrol. 3) Parameter dan Analisis data Selama masa pemeliharaan, dilakukan pengukuran terhadap parameter pertumbuhan ikan gurami meliputi panjang total dan bobot rata-rata individu tiap populasi serta parameter genetik meliputi komponen keragaman, koefisien variasi dan estimasi nilai heritabilitas berdasarkan komponen keragaman. Sebagai data pendukung adalah data kualitas air media pemeliharaan meliputi suhu, pH, amonia, nitrit dan kandungan oksigen terlarut. a) Derajat Pembuahan Telur/Fertilization Rate (FR) Derajat Pembuahan telur dihitung berdasarkan hasil panen telur/ sarang. Td FR = ------------------- x 100 % Nt Keterangan : FR = Derajat Pembuahan telur (%) Td = Jumlah telur yang terbuahi (butir) Nt = Jumlah telur total (butir) b) Derajat Penetasan / Hatching Rate (HR) Tingkat penetasan telur setelah terbuahi / sarang, Nl HR = ------------------ x 100 % Nt Keterangan: HR = Derajat Penetasan / Hatching Rate (%) Nl = Jumlah larva yang dihasilkan (menetas) Nt = Jumlah telur terbuahi (butir) c) Sintasan Larva /Survival Rate (SR) Pemeliharaan Kelangsungan hidup larva masa pemeliharaan Nt SR = ------------------ x 100 % No Keterangan : SR = Sintasan larva (%) Nt = Jumlah benih akhir pemeliharaan No = Jumlah larva awal tebar d) Koefisien keragaman (CV) menggunakan rumus : CV= ................... Singh dan Chaudary (1977) Keterangan : SD = standar deviasi X = rataan populasi e) Estimasi nilai heritabilitas dalam arti luas (h2) Estimasi heritabilitas dalam arti luas dilakukan menggunakan metode analysis of variance (ANOVA) berdasarkan bobot individu ikan dalam setiap populasi. Varian genotip merupakan nilai keragaman fenotipik individu dalam populasi yang disebabkan oleh faktor genetik, sedangkan varian fenotip merupakan keragaman fenotipik individu dalam populasi yang disebabkan oleh adanya interaksi antara faktor genetik, faktor lingkungan serta interaksi antara keduanya. Untuk mengestimasi nilai heritabilitas dalam arti luas, diperlukan estimasi nilai varian genotip (σ2s) dan varian fenotip (σ2w) sebagai berikut : 2 s2 h 2 w s2 2 f) Estimasi respon seleksi (R) Merupakan nilai prediksi perbaikan genetik yang diharapkan terjadi pada generasi berikutnya sebagai akibat kegiatan seleksi yang dilakukan pada generasi sebelumnya. Nilai respon seleksi diestimasi menggunakan formula sebagai berikut: R= Keterangan: R = respon seleksi S = diferensial seleksi h2 = heritabilitas Falconer (1981) g) Standard error (SE) untuk heritabilitas (h2±SE) Dianalisis dengan metode Becker (1984) SE =2(1-t)[1+(n-1)t] Dimana : t = korelasi intraklas n = jumlah individu N = jumlah famili h) Karakter Morfometrik F0 Analisis keragaman morfologi antar populasi dilakukan melalui pengukuran secara morfometrik pada umur 9 dan 14 bulan. Umur 9 bulan dipilih karena ikan gurami belum memperlihatkan dimorfisme seksual, sedangkan umur 14 bulan sudah memperlihatkan dimorfisme seksual. Sampel diletakkan di atas kertas tahan air dengan bagian kepala berada di sebelah kiri. Titik-titik patokan yang jelas, konsisten dan homolog dari satu sampel ke sampel lain dipilih di sekitar garis bentuk (outline) tubuh ikan. Delapan buah titik patokan yang dipilih membagi garis bentuk tubuh ikan menjadi 3 bidang dan menghasilkan 16 karakter truss. Ikan difoto kemudian diukur mengunakan program Analysis. Pengukuran jarak antara titik-titik patokan tersebut, dilakukan menggunakan program Analysis dengan ketelitian 0,5 mm. Secara lebih jelas titik-titik outliner pada tubuh ikan disajikan pada Gambar 1. A2 B1 A5 A1 A3 A6 A4 C1 B4 B2 B5 B3 C5 C4 C2 C3 Gambar 1. Lokasi 16 titik yang ditentukan pada garis luar tubuh ikan untuk memperoleh data truss morfometrik. Titik-titik landmark mengacu kepada (1) ujung mulut, (2) dahi, (3) pangkal sirip punggung, (4) pangkal sirip perut, (5) ujung sirip punggung, (6) ujung sirip anal, (7) pangkal atas sirip ekor, (8) pangkal bawah sirip ekor. Berdasarkan titik-titik pada outliner tubuh ikan tersebut, kemudian dilakukan pengukuran pada 16 karakter truss yang dibentuk. Deskripsi lebih detail mengenai karakter truss yang dianalisis disajikan pada Tabel 1. Tabel 1.Deskripsi 16 karakter truss morphometrik untuk analisis keragaman antar varietas ikan gurami. No No 1 Karakter truss Truss character Kepala Head Kode Code A1 2 A2 3 A3 4 A4 5 A5 6 A6 5 Badan Body B1 6 B2 7 B3 8 B4 9 B5 10 Batang Ekor Caudal fin C1 11 C2 12 C3 13 C4 14 C5 Deskripsi Description Ujung mulut- dahi End of upper mouth – forehead Dahi - pangkal sirip punggung Forehead - origin of dorsal fin Pangkal sirip punggung- pangkal sirip perut origin of dorsal fin - origin of abdominal fin Ujung mulut- pangkal sirip perut End of upper mouth - origin of abdominal fin Dahi - pangkal sirip perut Forehead - origin of abdominal fin Ujung mulut- pangkal sirip punggung End of upper mouth - origin of dorsal fin Pangkal sirip punggung- ujung sirip punggung Origin of abdominal fin - end of dorsal fin Ujung sirip punggung- ujung sirip anal end of dorsal fin- end of anal fin Pangkal sirip perut - ujung sirip anal Origin of abdominal fin -end of anal fin Pangkal sirip punggung- ujung sirip anal Origin of dorsal fin -end of anal fin Pangkal sirip perut - ujung sirip punggung Origin of abdominal fin- end of dorsal fin Ujung sirip punggung - pangkal atas sirip ekor end of dorsal fin- End of upper tail Pangkal atas ,sirip ekor - pangkal bawah sirip ekor End of upper tail- End of under tail Ujung sirip anal - pangkal bawah sirip ekor end of anal fin- End of under tail Ujung sirip punggung - pangkal bawah sirip ekor end of dorsal fin- End of under tail Ujung sirip anal - pangkal atas sirip ekor end of dorsal fin- End of upper tail Parameter yang diamati adalah: koefisien keragaman (KK), proporsi keragaman, diagram pencar, indeks kesamaan menggunakan analisis diskriminan, dan dendogram. Identifikasi keragaman bentuk antar populasi harus bebas dari bias yang disebabkan oleh perbedaan ukuran (Imron et al., 2000). Upaya meminimalkan pengaruh keragaman ukuran mengikuti prosedur Edge et al. (1991). Analisis komponen utama (Principal Component Analysis/PCA) atau diagram pencar bertujuan untuk mengidentifikasi pola keragaman antar varietas (Strauss dan Bond, 1990). Analisis pengelompokan atau cluster analysis dilakukan sebagai analisis lanjutan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengelompokan masing-masing populasi dan melihat seberapa jauh perbedaan dan kemiripan morfologi antar populasi. Analisis komponen utama dan pengelompokan (clustering) atau dendogram dilakukan dengan program Ky plot dan SYSTATT 11. Untuk melihat penyebaran karakter dilakukan dengan Analisis Kanonical, untuk melihat keeratan korelasi dengan Analisis Diskriminan. Untuk melihat jarak genetik antar populasi digunakan program SAS. i) Karakter Genetik F0 Ekstraksi DNA Ekstraksi DNA genom sampel sirip ekor ikan gurami populasi generasi pertama hasil seleksi. DNA genomik dari masing-masing sampel individu diekstraksi menggunakan kit GenejetTM Genomic DNA Purification (Fermentas) secara singkat protokol terdiri dari serangkaian langkah termasuk lisis jaringan, presipitasi DNA, pengikatan DNA di column, pencucian dan elusi. Lisis jaringan dilakukan dengan menimbang sekitar 20 mg sampel jaringan dan memotong dengan pisau bedah menjadi potongan-potongan kecil. Tambahkan 180 µl Digestion Solution dan 20 µl Proteinase K setelah itu di vortex selama beberapa detik. Inkubasi sampel pada suhu 56oC selama 3 jam atau sampai sampel lisis. Setelah itu tambahkan 20µl Rnase Solution,mix dengan vortex lalu inkubasi 10 menit pada suhu ruang. Tambahkan 200 µl Lysis Solution lalu vortex selama 15 detik. Tambahkan 400 µl ethanol 50% lalu vortex. Masukan sampel ke dalam Column lalu sentrifus selama 1 menit dengan kecepatan 6000 x g. Buang supernatant. Tambahkan 500 µl Wash Buffer I lalu sentrifus selama 1 menit dengan kecepatan 8000 x g. Buang supernatant. Tambahkan 500 µl Wash Buffer II lalu sentrifus selama 3 menit dengan kecepatan 12,000 x g. Buang supernatant. Tambahkan 200µl Elution Buffer , lalu inkubasi selama 2 menit pada suhu ruang setelah itu sentrifus selama 1 menit dengan kecepatan 8,000 x g. Pindahkan supernatant ke tube 1,5 ml lalu simpan di freezer -20oC. Pengecekan hasil ekstraksi dilakukan dengan elektroforesis menggunakan gel agarose 1%. Amplifikasi DNA dengan metode PCR Reaksi PCR dilakukan dalam tube PCR 0,2 ml. Untuk menjaga konsistensi, mastermix PCR yang digunakan adalah khusus untuk amplifikasi mikrosatelit (Type-It™ Microsatellite, Qiagen). Amplifikasi 1 µL DNA genom hasil ekstraksi bersama dengan masing-masing 1 µL dari 10 pmol primer mikrosatelit (tabel 1), 6µL mastermix dan 6 µL akuades. Proses amplifikasi dilakukan dengan menggunakan MyCycler™ Thermal Cycler (BioRAD, USA) dengan siklus amplifikasi berupa inisiasi denaturasi pada suhu 94 o C selama 3 menit, dilanjutkan masing-masing sebanyak 30 siklus denaturasi pada suhu 94 oC selama 30 detik, annealing pada suhu yang direkomendasikan pada tabel 1 selama 30 detik dan ekstensi pada suhu 72 oC selama 30 detik Perpanjangan terakhir adalah pada 72 ˚ C selama 10 menit dan 4oC selama tak terhingga. Pengecekan hasil amplifikasi PCR dilakukan dengan elektroforesis menggunakan gel agarose 1,5%. j) Kualitas Air Selama pemeliharaan ikan dilakukan pengukuran kualitas air. Parameter kualitas air yang diamati adalah: suhu, oksigen terlarut (DO), dan pH yang diukur menggunakan alat Water Quality Checker (WQC). Parameter lainnya diukur dengan metode standar seperti: kadar amoniak (SNI 06-6989.30-2005), nitrit (SNI 06-6989.9-2004), dan nitrat (SNI 06-2480-1991). 4) Analisis data Produk PCR diskor dan diberi skor 1 dan 0, angka satu menunjukkan adanya pita DNA sedangkan angka 0 menunjukkan tidak adanya pita DNA pada tiap marker untuk membuat matrik biner. Parameter-parameter variabilitas genetik intra dan interpopulasi, termasuk jumlah allele yang dideteksi (A), observed(O), dan heterozygositas (HE), Hardy-Weinberg equilibrium (HW) dan fixation index within population (FIS) yang dihitung menggunakan software statistical genetic Fstat version 2.9.3. (Goudet, 2001). Jumlah dari identifikasi alel antara populasi sangat tergantung dari ukuran sampel. Untuk mengurangi bias dari jumlah alel per populasi sesuai dengan ukuran sampel, parameter ini disebut dengan allelic richness (RS) (El Mousadik and Petit, 1996). Perkiraan ini diperoleh dari Genepop (Raymond and Rousset, 1995). Bagian jumlah variasi genetik di dalam dan antar populasi dianalisis analysis of molecular variance (AMOVA) menggunakan software Arlequin (Schneider et al., 2000). Data-data yang diperoleh dianalisa GLM univariate dengan menggunakan program SPSS 17. f. Sub Kegiatan : Perbaikan Mutu Genetik Udang Galah untuk Meningkatkan Produktivitas 1) Pembentukan Populasi Generasi F2 Udang Galah Tumbuh Cepat dan Matang Kelamin Yang Lambat Induk jantan dan betina yang digunakan adalah induk populasi F1 terseleksi, pembanding dan control.Pemijahan untuk mendapatkan populasi F2 dilakukan secara komunal pada masing-masing populasi dengan perbandingan 1:1 (1 ekor jantan dan 1 ekor betina) di kolam pemijahan. Udang diberi pakan komersial (kandungan protein kasar minimal 26%) sebanyak 2% biomassa dengan 3 kali waktu pemberian.Pengecekan induk-induk yang telah memijah dilakukan dengan pemanenan dan pengamatan secara visual setelah 20 hari pemijahan. Induk-Induk betina yang telah memijah dan mengerami telur berwarna kecoklatan dipindahkan ke corong penetasan sampai telur dilepaskan dari kantung pengeraman (brood chamber). Induk dengan telur berwarna coklat keabu-abuan dipindahkan ke dalam bak penetasan berupa bak fiberglas kerucut bervolume 50 liter air. Larva yang diperoleh disterilkan dengan cara perendaman dalam larutan formaldehide 200 ppm selama 30 detik. Larva udang galah baik populasi kontrol maupun populasi seleksi dipelihara dengan kepadatan 50 ekor/liter dalam wadah corong pemeliharaan volume 60 liter pada media air payau bersalinitas 12 ppt selama 35 hari atau semua larva telah menjadi PL. Pemberian pakan berupa nauplii Artemia sp. dimulai dari hari ke dua sampai panen Pasca Larva (PL) dengan frekuensi dua kali/hari, yaitu pada pukul 08.00 dan 16.00 WIB, sedangkan egg custard diberikan setelah larva mencapai stadia 7. Egg custard diberikan 3 kali/hari, yakni pada pukul 10.00, 12.00 dan 14.00 WIB. Pasca larva yang diperoleh dari hasil pembenihan didederkan di bak pendederan. Proses pendederan dilakukan selama 30 hari dengan kepadatan 350 ekor/m2. Pakan yang diberikan selama pendederan adalah pakan pembesaran udang galah (komersial).Pemberian pakan dengan kandungan protein kasar 38-40%. Pakan diberikan empat kali sehari dengan feeding rate sebesar 20%. Proses pembesaran dilakukan selama tiga bulan. Benih berupa tokolan 2 ditebar dengan kepadatan 10 ekor/m2. Guna memperoleh data respons seleksi, benih keturunan induk terseleksi dan keturunan induk kontrol dipelihara pada lingkungan yang sama, yaitu kolam 25 m2. Pakan komersial dengan kandungan protein kasar minimal 26% diberikan sebanyak 7% dari bobot biomas per hari dengan tingkat menurun sejalan dengan peningkatan bobot rata-rata udang.Frekuensi pemberian diberikan sebanyak 3 kali per hari.Penyesuaian persentase tingkat pemberian pakan dilakukan secara periodik (tiap bulan) melalui sampling.Parameter yang diamati pada pendederan dan pembesaran yaitu FCR (Feed Convertion Ratio), SGR (Specific Growth Rate) dan SR (Survival Rate). Setelah masa pemeliharaan, dilakukan pemanenan dan proses seleksi berdasar pada karakter panjang standar. Proses seleksi dibedakan antara jantan dan betina. Dari setiap kelompok, diambil sampel secara acak kemudian dilakukan pengukuran terhadap panjang standar sehingga diperoleh data distribusi ukuran yang selanjutnya diurutkan dari nilai terkecil hingga terbesar.Panjang standar udang galah merupakan jarak antara pangkal mata hingga batas anterior abdomen (Imron dan Suprapto 2009), seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Ilustasi pengukuran panjang standar udang galah Berdasarakan data distribusi ukuran yang telah diurutkan, ditetapkan batas minimum ukuran udang terseleksi, yaitu 10% individu jantan dengan keragaan fenotip terbaik dari populasi. Prosedur yang sama diterapkan untuk memilih calon induk pada individu betina, namun pada populasi betina diseleksi pada 20% Panjang standar terbaik kemudian dilanjutkan dengan membagi 2 populasi berdasarkan kelas kematangan kelamin. Berdasarakan ukuran batas minimum yang telah diperoleh, dilakukan seleksi terhadap seluruh populasi. a b c Gambar 2. Pelaksanaan pemilihan individu-individu terseleksi dan kontrol berdasar pada distribusi panjang standar udang galah pada total populasi. (a) data distribusi ukuran panjang standar, (b) alat bantu atau stik untuk menentukan populasi kontrol dan populasi terseleksi, (c) pelaksanaan seleksi berdasarkan karakter panjang standar Karakter kematangan kelamin betina di kelompokkan menjadi lima tipe yaitu : belum matang/Immature Females (IF), betina matang/mature female(MF), betina bertelur dengan warna telur orange/orange egg carrying females (OE), betina bertelur dengan warna telur abu-abu/grey egg carrying females (GE), dan betina yang telah merontokkan telurnya/open brood chamber (spent) females (OP) (Gambar 3). Gambar 3.Lima tipe karakter kematangan kelamin betina Populasi udang galah betina yang telah diseleksi berdasarkan panjang standar, kemudian diseleksi lebih lanjut berdasarkan pengkelasan berdasarkan kematangannya. Individu-individu terseleksi tersebut kemudian dipersiapakan sebagai induk untuk membentuk generasi berikutnya (populasi F1 udang galah tumbuh cepat dan matang lambat). Ilustrasi seleksi berdasar panjang standar dan tingkat kematangan udang galah betina seperti terlihat pada gambar 4. Gambar 4.Skema seleksi individu untuk menghasilkan populasi udang galah tumbuh cepat dan matang lambat (dimodifikasi dari Tave. 1995) Pengujian Bebas MrNV Skrining akan dilakukan pada induk dan larva udang galah menggunakan metode RT-PCR protocol untuk menjamin seluruh prosedur seleksi berjalan dengan biota yang bebas dari MrNV seperti terlihat pada Gambar5. Gambar 5. Proses skrining larva dan induk udang galah bebas MrNV Organ target yang akan dijadikan sampel adalah pleopod, insang, daging dan hepatopankreas. Sampel selanjutnya diekstraksi dengan kit komersial Tri Reagent guna memperoleh RNA, melalui tahapan PCR dan elekstroforesis diperoleh data secara kualitatif dapat dibaca apakah sampel tersebut positif atau negatif terinfeksi MrNV. Pengambilan sampel pada indukan udang galah adalah dengan cara membuat blok berdasarkan sex sebanyak 9 (sembilan) buah blok untuk betina dan 3 buah blok jantan, masing-masing blok berisi 100 ekor. Setiap blok diambil 10% untuk dijadikan sampel. Sampel diambil dari organ target yaitu kaki renang (pleopod) yang selanjutnya dicampur menjadi satu sampel. Sedangkan pengambilan sampel pada larva udang galah adalah dengan cara mengambil sampel acak dari dalam bak pemeliharaan larva untuk kemudian dicampur menjadi satu sampel. Tingkat ekspresi RNA MrNV dianalisis menggunakan metode RT– PCR. Total RNA diekstraksi dari organ target yaitu: pleopod, insang, hepatopankreas. Ekstraksi RNA dari sampel induk udang galah dengan menggunakan paket ekstraksi komersial TRI Reagent (Molekuler Research Center, Inc.) dan sintesis cDNA dilakukan dengan menggunakan paket komersial Ready-To-Go You-Prime First Strand Beads (GE Healtcare), sedangkan ekstraksi RNA dari sampel dengan menggunakan paket ekstraksi komersial TRI Reagent dilanjutkan dengan PCR dengan menggunakan paket komersial. Deteksi RNA MrNV diditeksi dengan menggunakan teknik RT-PCR menggunakan primer MrNV Forward: 5’-GCG-TTA-TAG-ATG-GCA-CAA-GG-3’ dan primer MrNV Reverse: 5’-AGC-TGT-GAA-ACT-TCC-ACT-GG-3’. Adapun untuk mendeteksi RNA XSV dideteksi dengan menggunakan teknik RT-PCR menggunakan primer XSV Forward: 5’-CGC-GGA-TCCGAT-GAA-TAA-GCG-CAT-TAA-TAA-3’ dan primer reverse: 5’-CCGGAA-TTC-CGT-TAC-TGT-TCG-GAG-TCC-CAA-3’. PCR baik MrNV maupun XSV dilakukan dengan program: 52°C selama 30 menit, denaturasi 95°C selama 2 menit, diikuti 30 siklus denaturasi 94°C selama 40 detik, annealing 55°C selama 40 detik dan ekstensi 68°C selama 1 menit, terakhir dengan perpanjangan ekstensi 68°C selama 10 menit. Pengecekan hasil amplifikasi PCR dilakukan dengan elektroforesis menggunakan gel agarose 2%. Perkembangan Larva Udang Galah Pengamatan perkembangan larva udang galah dilakukan dengan menghitung indek stadia larva (Larval Stage Indeks/LSI). Pengamatan stadia larva dilakukan setiap 3 hari sekali,dengan cara mengambil 20 ekor larva pada setiap wadah pemeliharaan untuk diamati. Penentuan stadia larva berdasarkan morfologi larva sesuai dengan kunci identifikasi stadia larva udang galah(Gambar 6), (New & Valenti, 2010) Gambar 6. Perkembangan stadia larva pada udang galah (Macrobrachium rosenbergii) Uji Toleransi Benih Udang Galah Terhadap Lingkungan Pengujian ketahanan Pasca Larva (PL) udang galah dilakukan dengan rosenbergii De Man) kelas benih sebar.Pengujian dilakukan pada stoples 10 liter yang diisi air sebanyak 5 liter dengan kepadatan 4 ekor/liter. Pengujian ketahanan benih dilakukan dengan cara memberikan perubahan yang mendadak, meliputi parameter salinitas, suhu dan pH air serta pemaparan benih dengan formalin. Benih mengacu pada SNI Nomor: 01- 6486.2 - 2000 tentang benih udang galah (Macrobrachium yang sehat mempunyai ketahanan tubuh yang kuat atau tahan terhadap perubahan tersebut.Metode toleransi benih terhadap media pH rendah dilakukan dengan menambahkan asam cuka, sedangkan es digunakan untuk menurunkan suhu media pengujian. Pengujian ketahanan benih terhadap salinitas dilakukan dengan cara memindahkan benih dari air bersalinitas 0 ke salinitas 10, 20, dan 30 ppt secara mendadak, selanjutnya dilakukan pengamatan selama 15 menit. Benih dengan kematian kurang dari 20% dinyatakan toleran. Pengujian ketahanan terhadap suhu dilakukan o dengan o memindahkan benih dari media dengan suhu 28 C–30 C ke media 20 o C secara mendadak. Pengamatan dilakukan selama 1 jam untuk menghitung persentase kematian benih. Benih dengan tingkat kematian kurang dari 20% dinyatakan toleran. Pengujian ketahanan terhadap pH dilakukan dengan memindahkan benih dari media dengan tingkat kematian kurang dari 20% dinyatakan toleran. Pengujian ketahanan benih terhadap formalin dilakukan dengan cara merendam benih ke dalam larutan formalin 250, 500 dan 750 ppm selama 15 menit, untuk menghitung persentase kematian benih. Benih dengan tingkat kematian kurang dari 20% dinyatakan tolerandengan pH 7-8 ke media dengan pH 6,5; 5,5 dan 4,5 secara mendadak. Pengamatan dilakukan selama 15 menit, untuk menghitung prosentase kematian benih.Benih. 2) Karakterisasi Populasi F2 Udang Galah Tumbuh Cepat dan Matang Kelamin Lambat Pada Fase Pembesaran Analisis Keragaman (Heterozigositas) dan Konfirmasi Marka Terkait Karakter Resistensi Berdasarkan Respons Imun Non Spesifik Sampel udang galah yang akan dianalisis adalah GI Macro II dan induk F2 populasi resisten vibriosis masing-masing sebanyak 60 ekor. Sampel diawetkan dengan alkohol 70%. Ekstraksi DNA DNA genomik dari masing-masing sampel individu diekstraksi menggunakan kit GenejetTM Genomic DNA Purification (Fermentas) secara singkat protokol terdiri dari serangkaian langkah termasuk lisis jaringan, presipitasi DNA, pengikatan DNA di column, pencucian dan elusi. Lisis jaringan dilakukan dengan menimbang sekitar 20 mg sampel jaringan dan memotong dengan pisau bedah menjadi potonganpotongan kecil. Sebanyak 180 µl Digestion Solution dan 20µl Proteinase Kditambahkan setelah itu di vortex selama beberapa detik. Inkubasi sampel pada suhu 56oC selama 3 jam atau sampai sampel lisis. Setelah itu tambahkan 20µl Rnase Solution,mix dengan vortex lalu inkubasi 10 menit pada suhu ruang. Sebanyak 200 µl Lysis Solution ditambahkan lalu vortex selama 15 detik. Sebanyak 400 µl ditambahkan lalu vortex. ethanol 50% Sampel dimasukkan kedalam Column lalu sentrifus selama 1 menit dengan kecepatan 6000 x g. Supernatant dibuang. Sebanyak 500 µl Wash Buffer I ditambahkan lalu sentrifus selama 1 menit dengan kecepatan 8000 x g kemudian supernatant dibuang. Sebanyak 500 µl Wash Buffer II ditambahkan lalu sentrifus selama 3 menit dengan kecepatan 12,000 x g kemudian supernatant dibuang. Sebanyak 200µl Elution Bufferditambahkan, lalu inkubasi selama 2 menit pada suhu ruang setelah itu sentrifus selama 1 menit dengan kecepatan 8,000 x g. Supernatant dipindahkan ke tube 1,5 ml lalu simpan di freezer -20oC. Pengecekan hasil ekstraksi dilakukan dengan elektroforesis menggunakan gel agarose 1%. Amplifikasi DNA dengan Metode PCR Reaksi PCR dilakukan dalam tube PCR 0,2 ml. Untuk menjaga konsistensi, mastermix PCR yang digunakan adalah khusus untuk amplifikasi mikrosatelit (Type-It™ Microsatellite, Qiagen). Amplifikasi 1 µL DNA genom hasil ekstraksi bersama dengan masing-masing 1 µL dari 10 pmol primer mikrosatelit (tabel 1), 6µL mastermix dan 6 µL akuades. Proses amplifikasi dilakukan dengan menggunakan MyCycler™ Thermal Cycler (BioRAD, USA) dengan siklus amplifikasi berupa inisiasi denaturasi pada suhu 94 oC selama 3 menit, dilanjutkan masing-masing sebanyak 30 siklus denaturasi pada suhu 94 oC selama 30 detik, annealing pada suhu yang direkomendasikan pada tabel 1 selama 30 detik dan ekstensi pada suhu 72 o C selama 30 detik Perpanjangan terakhir adalah pada 72 ˚ C selama 10 menit dan 4oC selama tak terhingga.Pengecekan hasil amplifikasi PCR dilakukan dengan elektroforesis menggunakan gel agarose 1,5%. Sebanyak 8 primer yang digunakan untuk mengamplifikasi alel-alel yang polymorphik (Tabel 1). Tabel 1. Primer mikrosatelit dan suhu annaeling yang digunakan untuk mengamplifikasi alel-alel mikrosatelit yang polymorphik pada populasi Macrobrachium rosenbergii (Charoentawee et al, 2006) No 1 Primer Mbr 1 2 Mbr 2 3 Mbr 3 4 Mbr 4 5 Mbr 5 6 Mbr 7 7 Mbr 8 8 Mbr 9 9 MRMB 11 Sequence (5'-3') F:TCCTTTTCACATCGTTTCCAGTC R: CCCACCATCAATTCTCACTTACC F: TTCCCGACCAATTTCTCTTTCTC R: GGCAAAAATGATCTTGGATTCAC F: CAACTCTATGTTTCGGCATTTGG R: GGGGAATTTTACCGATGTTTCTG F: CCACCTACCGTACATTCCCAAAC R: CGGGGCGACTTTTAGTATCGAC F: CAAGGCTCGTGTCTTGTTTC R: GCTTGTACTTGTTCAGCTTTTGC F: ATAAAAGAGTCGCCAAATGAGCA R: ATTGGGAATTGTTGACCTCCAAG F: CGCCATTTGCGTCTATCTCTTAC R: AACCAGCCGACTTAGACTGTG F: TTGTTTGCTTGTTTAGTGTCAAGG R: CTCCAAAACCGAAAAATCCTCAC F: GACGCTGCCAAAAAGAAAAG R: ACCGTGCCATTAACTTCCAA GB DQ019863.1 TM (˚C) 54 DQ019864.1 54 DQ019865.1 54 DQ019866.1 57 DQ019867.1 52 DQ019869.1 53 DQ019870.1 55 DQ019873.1 52 10 11 12 MRMB 13 MRMB 15 MRMB 16 F: AGGTCGGCCACTTCATTACA R: CCCCTAAGGACCCAATGAAT F: GAAAGAGAATAAAGTGGGGAAGAA R: GGATGTTGATACATTAGAGGCATAGA F: CTCTTGGACAACCCAAAATCA R: AATGGGCCACCTCTCCTTAT Skoring Alel Produk PCR di analisis dengan QIAxcel multicapilary electroforesis sistem (Qiagen). Reaksi menggunakan kit QIAxcel DNA hight resolution kit (Cat No. 929002) dan produk PCR diseparasi menggunakan metodeOM 750 12-channel Sieving-gel cartridge (GCK 5000). Berdasarkan pada alignment Marker 50 bp-800 bp(cat No. 925256), dimana alignment Marker berfungsi untuk membatasipembacaan nilai aleldan Qx DNA size marker 50 bp- 1 kb (Cat No. 929526) untuk pembacaan nilai alel, ukuran alel diolah dan secara otomatis dihitung dalam base pair dengan software BioCalculatorTM, terdapat pada QIAxcel sistem dan ditunjukkan sebagai gambar gel dan elektroforegram. Analisis Data Produk PCR diskor dan diberi skor 1 dan 0, angka satu menunjukkan adanya pita DNA sedangkan angka 0 menunjukkan tidak adanya pita DNApada tiap marker untuk membuat matrik biner. Parameter-parameter termasuk variabilitas jumlahallele yang genetik dideteksi intra dan interpopulasi, (A), observed(O), dan heterozygositas (HE), Hardy-Weinberg equilibrium (HW) dan fixation index within population (FIS) yang dihitung menggunakan software statistical genetic Fstat version 2.9.3. (Goudet, 2001).Jumlah dari identifikasi alel antara populasi sangat tergantung dari ukuran sampel. Untuk mengurangi bias dari jumlah alel per populasi sesuai dengan ukuran sampel, parameter ini disebut dengan allelic richness (RS) (El Mousadik and Petit, 1996). Perkiraan ini diperoleh dari Genepop (Raymond and Rousset, 1995). Bagian jumlah variasi genetik di dalam dan antar populasi dianalisis dengan analysis of molecular variance (AMOVA) menggunakan software Arlequin (Schneider et al., 2000). Uji Multilokasi Kegiatan uji multilokasi akan dilakukan untuk melihat performa budidaya pada fase pembesaran di beberapa lokasi yang berbeda berdasarkan tingkat ketinggian. Kegiatan uji multilokasi direncanakan akan dilakukan di BPPI Sukamandi dan BBUG Samas, Jogjakarta. Analisis data Analisa terhadaprespons seleksi dan diferensial seleksi pada karakter bobot dilakukan berdasarkan data pengukuran panjang standar udang galah pada populasi terseleksi dan populasi kontrol Diferensial seleksi dihitung berdasarkan perbedaan antara ratarata udang galah yang telah terpilih sebagai induk, dan rata-rata dari populasi umum. Respons seleksi, dihitung berdasarkan nilai selisih rata-rata populasi keturunan induk terseleksi dengan rata-rata populasi induk kontrol. (Doyle 1980; Hardjosubroto 1994; Tave 1995; Gjedrem 2005; Lewer 2005). S = Xs – X S : Differensial seleksi X : Rerata fenotip populasi sebelum seleksi Xs : Rerata fenotip induk seleksi (10% top) h2 = h2 : Heritabilitas R : Respons seleksi S : Differensial seleksi Perhitungan perkembangan stadia larva (LSI) sesuai dengan rumus berikut (Nhan. 2009; Mallasen and Vallenti. 2005) : a,b........k : Stadia larva, yaitu 1- 11 n1,n2.....nn : Jumlah larva yang terlihat pada stadium yang sama N : Jumlah total larva yang diamati Tingkat kelangsungan hidup udang galah diamati pada saat akhir pemeliharaan larva udang galah dan dihitung berdasarkan rumus berikut : SR : Tingkat kelangsungan Hidup/Survival Rate (SR) No : Jumlah awal pemeliharaan (ekor) Nt :Jumlah akhir pemeliharaan (ekor) Menurut Ponce-Palafoxa (2015) laju pertumbuhan harian dan rasio konfersi pakan dapat dihitungberdasarkan rumus berikut ini : SGR = Laju Pertumbuhan Harian/Specific growth rate (%) Wt = Bobot rata-rata ikan di akhir pemeliharaan (ekor) W0 = Bobot rata-rata ikan di awal pemeliharaan (ekor) t = Lama waktu pemeliharaan (hari) FCR = Food Convertion Ratio Wo = Berat hewan uji pada awal penelitian . Wt = Berat hewan uji pada akhir penelitian . D= Jumlah ikan yang mati F= Jumlah pakan yang dikonsumsi. 2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan a. Sub Kegiatan : Evaluasi Performa Ikan Patin Siam F2 Hasil Seleksi No JADWAL RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN 1. 2. Persiapan Pengadaan bahan dan peralatan Kegiatan penelitian Evaluasi dan Validasi Analisis data dan sintesis Lokakarya/seminar Laporan 3. 4. 5. 6. 7. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 b. Sub Kegiatan : Evaluasi Pertumbuhan Ikan Nila Srikandi dengan Menggunakan Ikan Nila Biru F4 JADWAL RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN Persiapan NO 1. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 - Persiapan proposal - Survey dan perijinan - Konsultasi dan studi pustaka -Persiapan alat dan bahan -Persiapan tambak dan kolam -Persiapan induk dan pakan 2. Pelaksanaan -Seleksi induk matang gonad -Resting dan pemijahan -Pemeliharaan larva -Pendederan pertama -Pembesaran di tambak -Sampling bulanan 3. Pelaporan -Analisa data -Pelaporan bulanan -Pelaporan akhir -Seminar hasil c. Sub Kegiatan : Evaluasi Performa Benih Hasil Seleksi Populasi Sintetik Ikan Mas Tumbuh Cepat NO 1. JADWAL RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN Persiapan - Pengadaan bahan - Persiapan kolam 2. Pelaksanaan - Evaluasi pertumbuhan - Evaluasi pola pewarisan sifat karakter pertumbuhan - Evaluasi keragaman genetik - Pemeliharaan calon induk 3. Pelaporan - Bulanan - Triwulan - Semester - Akhir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 d. Sub Kegiatan : Pembentukan Populasi Generasi Kedua Ikan Lele Tumbuh Cepat dan Tahan Penyakit Melalui Seleksi No 1. 2. Bulan ke- JADWAL RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Persiapan Seleksi induk populasi generasi pertama Pematangan gonad induk Pengujian keragaan ketahanan penyakit Pengujian keragaan pertumbuhan Seleksi individu dalam famili terpilih Pembesaran lanjutan populasi generasi kedua hasil seleksi 3. Analisis data 4. Laporan e. Sub Kegiatan : Pembentukan Strain Unggul Ikan Gurami Osphronemus gouramy Tumbuh Cepat NO 1 JADWAL RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN Persiapan - Persiapan proposal - Survey dan perijinan - Konsultasi dan studi pustaka -Persiapan alat dan bahan -Persiapan kolam -Persiapan induk dan pakan 2 Pelaksanaan Seleksi induk -Pemijahan -Pembenihan, Pendederan, dan Pembesaran -Sampling kualitas air -Karakterisasi benih secara morfometrik - Ekstraksi DNA 3 Pelaporan -Analisa data -Pelaporan bulanan -Pelaporan akhir -Seminar hasil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 f. Sub Kegiatan : Perbaikan Mutu Genetik Udang Galah untuk Meningkatkan Produktivitas No. 1 2 JADWAL RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN Target/ Realisasi *) Persiapan Studi Pustaka Dokumen perencanaan Pengadaan bahan (wadah, pakan, dll) Pelaksanaan a. Pembentukan F2 udang galah tumbuh cepat dan matang lambat Deteksi MrNV calon induk/benih F2 Plotting induk pemijahan Pemeliharaan larva ch 1,2,3 Pendederan ch 1,2,3 Uji respon F2 Pembesaran kolam 200 dan 1000 m2 (3:3 buah ; seleksi:kontrol) Seleksi pembentukan populasi F2 terseleksi dan kontrol Pembentukan induk di kolam 200 m2 Uji toleransi lingkungan Uji multilokasi Bulan Bobot (%) 1 2 3 4 5 20 25 40 75 60 100 80 100 40 60 65 70 6 7 8 9 10 11 75 80 85 90 95 100 20 60 50 50 100 30 60 100 30 60 100 15 15 30 30 b. Karakterisasi induk Analisis keragaman induk 30 60 100 45 45 60 60 75 75 100 100 75 25 25 50 25 25 50 75 25 50 25 50 100 3 100 100 c. Peremajaan Induk Udang Galah Asahan, Bone dan Berau Ppemeliharaan larva Pendederan Pembesaran kolam Pelaporan Laporan (bulanan dan Teknis) 12 50 100 30 60 100 80 90 100 10 5 10 15 20 30 40 50 60 70 D. Waktu Pencapaian Keluaran Waktu yang diperlukan untuk mencapai keluaran yang diharapkan adalah 12 (dua belas) bulan. E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah Rp. 1.364.784.000,- (Satu milyar tiga ratus enam puluh empat juta tujuh ratus delapan puluh empat ribu rupiah), dengan rincian per sub kegiatan sebagai berikut : a. Sub Kegiatan : Evaluasi Performa Ikan Patin Siam F2 Hasil Seleksi No Jenis Belanja/Akun *) 521211 Belanja Bahan 521213 Honor Output Kegiatan 521811 Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi 522141 Biaya (Rp.) % 247.832.000 45,16 12.500.000 2,28 152.238.000 27,74 Belanja Sewa 14.600.000 2,66 522191 Belanja Jasa Lainnya 49.830.000 9,08 524111 Belanja Perjalanan Biasa 71.760.000 13,08 548.760.000 100 JUMLAH b. Sub Kegiatan : Evaluasi Pertumbuhan Ikan Nila Srikandi dengan Menggunakan Ikan Nila Biru F4 No Jenis Belanja/Akun *) 521211 Belanja Bahan 521213 Honor Output Kegiatan 521811 Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi 522191 Belanja Jasa Lainnya 524111 Belanja Perjalanan Biasa JUMLAH Biaya (Rp.) % 49.360.000 40,27 5.000.000 4,08 50.200.000 40,96 6.000.000 4,90 12.000.000 9,79 122.560.000 100 c. Sub Kegiatan : Evaluasi Performa Benih Hasil Seleksi Populasi Sintetik Ikan Mas Tumbuh Cepat No Jenis Belanja/Akun *) 521211 Belanja Bahan 521213 Honor Output Kegiatan 521811 Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi 522141 522191 Biaya (Rp.) % 104.750.000 40,13 9.000.000 3,45 103.250.000 39,56 Belanja Sewa 10.000.000 3,83 Belanja Jasa Lainnya 14.000.000 5,36 524111 Belanja Perjalanan Biasa JUMLAH 20.000.000 7,66 261.000.000 100 d. Sub Kegiatan : Pembentukan Populasi Generasi Kedua Ikan Lele Tumbuh Cepat dan Tahan Penyakit Melalui Seleksi No Jenis Belanja/Akun *) Biaya (Rp.) % 521211 Belanja Bahan 41.532.000 26,40 521213 Honor Output Kegiatan 12.500.000 7,94 521811 Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi 83.312.000 52,95 522191 Belanja Jasa Lainnya 8.000.000 5,08 524111 Belanja Perjalanan Biasa 12.000.000 7,63 157.344.000 100 JUMLAH e. Sub Kegiatan : Pembentukan Strain Unggul Ikan Gurami Osphronemus gouramy Tumbuh Cepat No Jenis Belanja/Akun *) Biaya (Rp.) % 521211 Belanja Bahan 36.460.000 28,58 521213 Honor Output Kegiatan 10.000.000 7,84 521811 Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi 59.100.000 46,33 522191 Belanja Jasa Lainnya 10.000.000 7,84 524111 Belanja Perjalanan Biasa 12.000.000 9,41 127.560.000 100 JUMLAH f. Sub Kegiatan : Perbaikan Mutu Genetik Udang Galah Meningkatkan Produktivitas No Jenis Belanja/Akun 521211 Belanja Bahan 521213 Honor Output Kegiatan 521811 *) Biaya (Rp.) % 72.360.000 49,04 8.000.000 5,42 Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi 44.000.000 29,82 522191 Belanja Jasa Lainnya 11.200.000 7,59 524111 Belanja Perjalanan Biasa 12.000.000 8,13 JUMLAH 100 untuk F. Justifikasi Kebutuhan Pakan Penelitian Kegiatan penelitian memerlukan jenis pakan dengan konsistensi kualitas nutrien yang baik, agar performa pertumbuhan ikan yang dihasilkan dapat lebih optimal. Spesifikasi/syarat umum pakan yang baik antara lain adalah berbentuk normal sebagaimana dikehendaki dalam proses pabrikasi, tidak hancur jika diproses kembali dalam bentuk pelet atau butiran, tidak menggumpal, tidak berbau (sebagai indikasi terjadi kerusakan/pembusukan), tidak tumbuh jamur, serta tidak mengandung zat atau bahan berbahaya bagi kehidupan ikan dan manusia. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan merek pakan sesuai dengan yang telah digunakan pada penelitian tahun sebelumnya karena pakan-pakan tersebut telah menunjukkan hasil yang konsisten terhadap performa pertumbuhan ikan. Daftar kebutuhan pakan – pakan yang dimaksud adalah sebagai berikut : No Jenis Pakan Kadar Protein (%) Kadar Lemak (%) Kadar Serat (%) Kadar Abu (%) Kadar Air (%) Sifat Bentuk Ukuran (mm) 1 Pakan Benih Udang Galah Min 30 Min 6 Maks 3 Maks 12 Crumble ± 0,4 x 0,7 2 Pakan Pendederan Udang Galah (A) Pakan Pembesaran Udang Galah (A) Min 40 Min 6 Maks 3 Maks 12 Crumble ± 0,7 x 1 Min 30 Min 4 Maks 6 Maks 12 Crumble ±1 4 Pakan Pembesaran Udang Galah (B) Min 26 Min 4 Maks 6 Maks 12 Pelet 5 Pakan Larva Ikan Min 40 Min 10 Maks 8 Maks 12 Serbuk/ Tepung 3 2x3 - Merek Acuan Pakan Udang Bintang 581-L Pakan Udang Bintang 582/Feng Li 2A Pakan Udang Galah UG- 801/Irawan 681/ SGH II-P2 Pakan Udang Galah UG- 802/Irawan 684S/SGH II-P2 Hi-Pro-Vite PS-P 6 Pakan Pendederan Ikan Lele (A) Min 33 Min 4 Maks 5 Maks 13 Maks 10 Apung Pelet ±2 Prima Feed LP1/ Hi Pro Vite 781-1/ SPLA12-2 7 Min 31 Min 4 Maks 5 Maks 13 Maks 12 Apung Pelet ±4 Min 28 Min 4 Maks 5 Maks 13 Maks 12 Apung Pelet 3-5 9 Pakan Pembesaran Ikan Lele (A) Pakan pembesaran Ikan Lele (B) Pakan Benih Ikan (B) Min 37 Min 5 Maks 6 Maks 16 Maks 11 Apung Pelet ±1 10 11 12 13 14 Pakan Pembesaran Ikan (A) Pakan Pembesaran Ikan (B) Pakan Induk (A) Pakan Induk (B) Pakan Pembesaran/Calin Min 28 Min 28 Min 36 Min 36 Min 28 Min 4 Min 4 Min 5 Min 5 Min 4 Maks 5 Maks 5 Maks 6 Maks 6 Maks 5 Maks 13 Maks 13 Maks 16 Maks 16 Maks 13 Maks 12 Maks 12 Maks 11 Maks 11 Maks 12 Apung Apung Apung Apung Tenggelam Pelet Pelet Pelet Pelet Pelet ±1 ±3 ±10 ±10 ±10 15 Pakan Induk jambal Min 36 Min 5 Maks 6 Maks 16 Maks 11 Tenggelam Pelet ±10 16 Pakan Pembesaran Ikan Mas Min 31 Min 4 Maks 5 Maks 13 Maks 12 Apung ±4 Prima Feed LP 3/ SPLA12-3 Hi-Pro-Vite 782/ Prima Feed PI MP3 Prima Feed PF-800/ FF-999-2 Hi-Pro-Vite 779-2 SP Hi-Pro-Vite 779-3 Prima Feed PF 128 Vitality SN-3 (Sinta)/ Bintang 888-3 Megami (Protein 3638%) PN07 Hi-Pro-Vite 781/SPLA 12-3 8 Pelet Subang, Agustus 2017 Kepala Balai Riset Pemuliaan Ikan Dr. Imron, S.Pi., M.Si. NIP. 19681022 199903 1 001