Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1 Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/ STATUS LINGKUNGAN HIDUP BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN (Studi Kasus : Kota Surakarta) Hapsari Wahyuningsih,S.T,M.Sc Prodi Arsitektur Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Email : [email protected] ABSTRAK Lingkungan hidup mempunyai keterbatasan yang menyebabkan penurunan, baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya,begitu pula kualitas lingkungan perkotaan. Penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan ini menyebabkan kondisi lingkungan kurang atau tidak dapat berfungsi lagi untuk mendukung kehidupan makhluk hidup yang ada di dalamnya.Batas kemampuan tersebut disebut dengan Daya Dukung Lingkungan. Adanya pertambahan jumlah penduduk dalam memanfaatkan lingkungan akan membawa dampak bagi mata rantai sekosistem dalam suatu lingkungan perkotaan. Penelitian ini bertujun untuk mengidentifikasi kondisi dan permasalahan lingkungan hidup di Kota Surakarta, mengidentifikasinya kemampuan kota (daya dukung) dalam menampung perkembangan kegiatan perkotaan, dan merumuskan Status Lingkungan Hidup Kota Surakarta yang nantinya dapat dijadikan landasan untuk melakukan program-program lingkungan hidup guna meningkatkan kualitas lingkungan Kota Surakarta.Variabel Penelitian meliputi (1) Kondisi Lingkungan Hidup yaitu aspek Air, Udara, Iklim, Bencana Alam, Lahan dan Hutan; (2)Tekanan terhadap Lingkungan yaitu Kependudukan, Permukiman, Pertanian dan Peternakan, Kesehatan , Industri, Energi, Transportasi, Pariwisata dan Limbah. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Pressure – State – Response. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Status Lingkungan Hidup Di Kota Surakarta untuk Variabel Kondisi Lingkungan Hidup dan Variabel Tekanan terhadap Lingkungan mengalami pressure pada tiap aspek yang ada. Sehingga dari Pressure yang terjadi terhadap variabel tersebut di atas, muncul kondisi State dan Response pada tiap aspek yang ada. Kata Kunci : Kondisi Lingkungan Hidup; Tekanan Lingkungan Hidup; Pressure-State-Response ©2017 Proceeding Health Architecture. All rights reserved PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lingkungan hidup mempunyai keterbatasan, baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya. Dengan kata lain, lingkungan hidup dapat mengalami penurunan kualitas dan penurunan kuantitas. Penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan ini menyebabkan kondisi lingkungan kurang atau tidak dapat berfungsi lagi untuk mendukung kehidupan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Kerusakan lingkungan hidup dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pencemaran disebut juga dengan polusi, terjadi karena masuknya bahan-bahan pencemar (polutan) yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Bahan-bahan pencemar tersebut pada umumnya merupakan efek samping dari aktivitas manusia dalam pembangunan. Berdasarkan jenisnya, pencemaran dapat dibagi menjadi empat, yaitu pencemaran udara, pencemaran tanah, pencemaran air, dan pencemaran suara. Tahapan yang diperlukan dilakukan adalah memperhatikan kondisi lingkungan hidup sekitar yang berhubungan dengan mutu hidup. Kualitas hidup dapat ditentukan oleh tiga komponen utama yaitu terpenuhinya kebutuhan untuk kelangsungan hidup hayati, terpenuhinya kebutuhan untuk kelangsungan hidup manusiawi dan terpenuhinya kebebasan untuk memilih. Lingkungan harus dijaga agar dapat mendukung terhadap kualitas berupa tingkat hidup masyarakat yang lebih tinggi. Lingkungan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sumber daya serta mengurangi zat pencemaran dan ketegangan sosial terbatas. Batas kemampuan itu disebut daya dukung. Dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup, daya dukung lingkungan ialah kemampuan suatu lingkungan untuk mendukung peri kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Page | 102 Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1 Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/ Disimpulkan bahwa kepesatan pertumbuhan kota dewasa ini menunjukkan tingkat perkembangan yang sangat tinggi. Perkembangan kota merupakan tuntutan sekaligus jawaban dari perkembangan penduduk maupun kegiatan masyarakat perkotaan semakin sulit dikontrol sehingga sering menimbulkan persoalan-persoalan yang menyangkut persoalan terhadap kota itu sendiri (fasilitas, sistem dan area), maupun terhadap penduduk atau penghuninya. Perubahan ekosistem lingkungan yang paling utama disebabkan oleh perilaku masyarakatyang kurang baik dalam pemanfaatan sumber-sumber daya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan adanya perubahan ekosistem. Perubahan ekosistem suatu lingkungan terjadi dengan adanya kegiatan masyarakat seperti pemanfaatan lahan yang dijadikan sebagai daerah pertanian sehingga dapat mengurangi luas lahan lainnya. Adanya pertambahan jumlah penduduk dalam memanfaatkan lingkungan akan membawa dampak bagi mata rantai yang ada dalam suatu ekosistem. Dengan demikian perlu diketahui Status Lingkungan Hidup Perkotaan yang berisikan segala potensi dan permasalahan lingkungan hidup perkotaan yang berkelanjutan terutama pada Aspek Lingkungan Hidup yang meliputi Air, Udara, Iklim, Keanekaragaman Hayati, Bencana Alam, Lahan dan Hutan serta diketahui Tekanan Terhadap Lingkungan yang meliputi Kependudukan, Permukiman, Pertanian dan Peternakan, Kesehatan , Industri, Energi, Transportasi, Pariwisata dan Limbah. B. TUJUAN Memberikan gambaran realitas kondisi lingkungan beserta dampak kegiatan manusia dan pengaruhnya terhadap komponen kependudukan, lingkungan hidup, sosial, ekonomi di tahun 2015 serta Mendokumentasikan perubahan dan kecenderungan kondisi lingkungan hidup berkelanjutan di lingkungan perkotaan, khususnya lingkungan Kota Surakarta pada tahun 2015. C. WILAYAH AMATAN Wilayah Amatan penelitian ini adalah Kota Surakarta yang memiliki letak Astronomis di antara 110º 45`15” s/d 110º 45`35” Bujur Timur dan antara 7º 36` 00” s/d 7º 56` 00” Lintang Selatan, dengan luas kurang lebih 4.404,0593 Ha serta terdiri dari wilayah administratif sebagai berikut : 1) Kecamatan Pasar Kliwon, meliputi 9 Kelurahan 2) Kecamatan Jebres, meliputi 11 kelurahan 3) Kecamatan Banjarsari, meliputi 13 kelurahan 4) Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan), meliputi 11 kelurahan 5) Kecamatan Serengan, meliputi 7 kelurahan METODOLOGI 1) Variabel Penelitian Variabel penelitian menggunakan kerangka konsep Status Lingkungan Hidup Perkotaan yang meliputi 2 Aspek yaitu : a) Aspek Lingkungan Hidup yang dapat dilihat dari indikator Status Air, Status b) Udara, Status Iklim, , Status Bencana Alam, serta Status Lahan dan Hutan. Aspek Tekanan terhadap Lingkungan yang dapat dilihat dari Status Kependudukan, Status Permukiman, Status Pertanian dan Peternakan, Status Kesehatan , Status Industri, Status Energi, Status Transportasi, Status Pariwisata dan Limbah. 2) Metode Analisis Data Penelitian kali ini menggunakan metode analisis Pressure-State-Response yang dilakukan terhadap tiap indikator terkait dalam variabel penelitian yaitu variabel Lingkungan Hidup dan variabel Tekanan Terhadap Lingkungan. 3) Jenis dan Metode Perolehan Data Jenis data yang diperlukan adalah data tahun 2015 pada tiap indikator yang berada di kedua aspek yaitu data pendukung jenis sekunder tanpa pengamatan dan survei pada data primer. Metode perolehan data dilakukan dengan kajian pustaka dan survei instansi. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1) Terjadi kondisi Pressure di tiap indikator pada variabel Tekanan Terhadap Lingkungan sebagai berikut ini : a) Status Kependudukan Terjadi pressure sebagai berikut : penambahan jumlah penduduk sebesar 0,21% dibanding tahun sebelumnya Kepadatan penduduk tertinggi terjadi pada wilayah yang berbeda,begitu pula dengan rasio jenis kelamin mengalami perubahan lokasi. Angka Ketergantungan di tahun 2015 adalah 38 dengan jumlah bayi lahir terbanyak di kecamatan Banjarsari. Tenaga kerja didominasi dengan lulusan SMK yaitu 24% pada sektor terbanyak yaitu perdagangan sebesar 40%. Tenaga kerja lakilaki lebih banyak dibandingkan perempuan. Indeks Pembangunan Manusia di Kota Surakarta tahun 2015 meningkat menjadi 80,14 b) Status Permukiman Page | 103 Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1 Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/ Terjadi pressure sebagai berikut : Jumlah pendistribusian air minum mengalami penurunan dengan jenis pelanggan terbanyak yaitu Kategori Rumah Tangga 2 Akses sanitasi dasar bagi masyarakat miskin menurun, akan tetapi akses air bersih bagi masyarakat miskin meningkat Jumlah rumah tangga ber- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat mengalami peningkatan yang juga berdampak pada peningkatan jumlah jamban sehat Jumlah rumah sehat terbanyak di Kecamatan Jebres dan Banjarsari. c) Status Pertanian dan Peternakan Terjadi pressure sebagai berikut : Lahan pertanian yang ada73% lahan irigasi dan 27% lahan non irigasi, Kecenderungan pemakaian Pupuk bersubsidi tertinggi adalah jenis Urea Kecenderungan produksi daging sapi naik, produksi daging kambing turun, produksi daging domba turun, produksi daging ayam buras naik dan daging ayam broiler turun. Produksi telur dan susu sapi serta perikanan menurun dibanding tahun sebelumnya. e) Status Kesehatan Terjadi pressure sebagai berikut : Total bayi lahir mati menurun , Jumlah ibu hamil Fe meningkat namunn angka ibu hamil KEK menurun, sehingga terjadi pengurangan risiko kematian ibu hamil. Penyakit terbanyak dari hasil rawat jalan di Puskesmas adalah influenza sebanyak. Jumlah Rumah Sakit bertambah 1 unit RS dan jumlah tenaga medis dokter bertambah. Angka Harapan Hidup termasuk tinggi dan menduduki peringkat 4 Jateng. f) Status Industri dan Energi Terjadi pressure sebagai berikut: Terjadi Peningkatan pada industri tekstil dan makanan sehingga terjadi kenaikan jumlah serapan tenaga kerja Kecenderungan penambahan penyerapan tenaga kerja pada Industri Besar (IB) di tiap tahunnya dikarenakan penambahan jumlah IB tiap tahunnya Kecenderungan Penambahan Industri Menengah (IM) tiapp tahunnya di wilayah Jebres Terjadi kenaikan penggunaan energi listrik disebabkan pertambahan jumlah penduduk dan penggunaan lahan permukiman yang meningkat. Kecenderungan pemakaian BBM terbesar di Surakarta adalah jenis Premium Kecenderungan penggunaan LPG didominasi 92% untuk keperluan Rumah Tangga dan 8% sisanya untuk keperluan Industri. g) Status Transportasi Terjadi pressure sebagai berikut: Terjadi kenaikan jumlah kendaraan bermotor jenis motor Kecenderungan Kinerja Ruas Jalan di Kota Surakarta terutama di 12 ruas jalan utama adalah 10 ruas jalan berstatus D dan 2 ruas jalan utama berstatus C Hasil Uji Emisi 91% lulus uji emisi untuk kendaraan berbahan bakar bensin dan 68% lulus uji emisi untuk kendaraaan dengan bahan bakar solar. Kondisi tersebut di atas mengakibatkan Jumlah kendaraan uji emisi mengalami kenaikan h) Status pariwisata Terjadi pressure sebagai berikut: jumlah unit kamar bertambah sehingga response peningkatan pendapatan daerah dari pajak, peluang lapangan kerja Dampak negatif penambahan unit kamar pencemaran/limbah yang ditimbulkan hingga kemacetan pada waktu dan lokasi tertentu terutama pada saat high season penjualan unit kamar hotel Kecenderungan obyek wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan di Kota Surakarta adalah Taman Balekambang, Taman Satwa Taru Jurug dan Taman Sriwedari. Hal tersebut berdampak pada jumlah limbah padat yang dihasilkan /sampah dari aktivitas wisatawan yang datang, serta keseimbangan pemanfaatn dan pelestarian yangberkelanjutan harus dilakukan i) Status Limbah Terjadi pressure sebagai berikut: Limbah B3 yang dihasilkan oleh sebagian besar perusahaan ,hl ini merupakan damak keberadaan industri kecil dan menengah serta besar sehingga response adalah pemantauan Proper. Produksi Sampah cenderung meningkat seiring peningkatan permukiman di tiap tahunnya 2) Terjadi kondisi State sebagai akibat dari kondisi Pressure di tiap indikator pada variabel Lingkungan Hidup , yaitu : a) Status Air Terjadi Kondisi State Air Sungai di Surakarta yaitu di Sungai Gajah Putih, Sungai Pepe, Sungai Anyar, Sungai Brojo dan Sungai Bhayangkara untuk kandungan CN, PH, temperature, NH₂, Mn,COD, Page | 104 Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1 Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/ dan Flouride, Fe total, Sulfat,PO₄ dan Nitrat serta Cu. Terjadi kondisi State pada Air Tanah yaitu Pedaringan , Manahan 1 dan 2 dan Tirtonadi. Terjadi kondisi State pada Air Reservoir di titik reservoir Manahan. b) Status Udara Terjadi State terutama kandungan NO2 di wilayah jalan ringroad. Terjadi State terutama kandungan SO2 di wilayah ringroad mojosongo dan industri iskandartex. Terjadi State terutama kandungan 03 pada wilayah iskandarte dan jalan adisucipto. c) Status Iklim Terjadi State pada tekanan udara di bulan Oktober,dan kecepatan angin tertinggi di bulan september. Terjadi State pada suhu udara di bulan Oktober dan Kelembaban udara rata-rata tertinggi di bulan Februari, Maret, April. Terjadi Pressure pada Curah hujan di bulan April , November – Desember. d) Status Bencana Alam Terjadi State di 5 wilayah kecamatan terutama untuk bencana alam banjir dan longsor. e) Status Lahan dan Hutan Kondisi status dilihat dari prosentase penggunaan lahan di kota surakarta sebagai berikut : Gambar 1. Penggunaan lahan di Kota Surakarta tahun 2015 (sumber : SIPD Kota Surakarta tahun 2016) KESIMPULAN Skema Pressure – State – Response yang terjadi adalah sebagai berikut : Terjadi kondisi PRESSURE dari kegiatan manusia, yaitu pada indikator Kependudukan, indikator Permukiman, indikator Pertanian dan Peternakan, Indikator Kesehatan , indikator Industri, Indikator Energi, indikator Transportasi, indikator Pariwisata dan Limbah sehingga kondisi STATE yang muncul adalah pada indikator Air, indikator Udara, indikator Iklim, indikator Bencana Alam, serta indikator Lahan dan Hutan.Dengan demikian reaksi yang terjadi dari kondisi pressure dan State tersebut di atas memunculkan RESPONSE pada Program kegiatan yang dilakukan , peraturan kebijakan yang muncul, peran serta masyarakat hingga pada SDM dan anggaran yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. SARAN DAN REKOMENDASI Arahan Saran dan Rekomedasi yang dapat diterapkan untuk meminimalisisr kondisi Pressure pada indikator Tekanan terhadap lingkungan diantaranya sebagai berikut : 1) Sektor Pertanian dan Peternakan Peningkatan sektor Pertanian dan Peternakan menjadi sektor Andalan di luar Sektor Jasa dan Industri sebagai perwujudan pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat Kota Surakarta dan keberlanjutan sumber daya Kehati Peningkatan Produksi Pangan Alami yang tidak berbahaya baik bagi Lingkungan maupun Konsumen Pengguna secara jangka panjang 2) Sektor Perindustrian Pembentukan Industri Ramah Lingkungan (minim dampak lingkungan) bagi Industri lama dan baru secara bertahap dan konsisten demi keberlanjutan ekosistem sumber daya alam sekitar Penggunaan Daya Informasi dan Teknologi yang mampu memberikan keuntungan baik secara ekonomi, kepada lingkungan maupun sosial masyarakat 3) Sektor Transportasi Pengadaan transportasi massal yang efektif, efisien dan sesuai dengan kapasitas kebutuhan transportasi masyarakat umum Pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi secara bertahap dan konsisten untuk meminimalkan desakan sarana transportasi terhadap kapasitas jalan yang ada 4) Sektor Permukiman Peningkatan Kesadaran dan Kapasitas Masyarakat melalui penanaman pemahaman terhadap pelestarian alam sebagai bagian dari tanggung jawab moral sebagai mahkluk ciptaan Tuhan Pembentukan Perilaku Ramah Lingkungan baik secara Individu Page | 105 Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1 Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/ 1) 2) 3) 4) maupun Kelompok Masyarakat secara konsisten dan berkelanjutan Pengembangan Bangunan Publik Privat dengan penggunaan sumber daya secara efisien dan ramah lingkungan sebagai satu upaya pencegahan pemanasan global DAFTAR PUSTAKA Aca Sugandhy dan Rustam Hakim. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara. Bandung Heinz Frick dan Tri Hesti Mulyani. 2006. Arsitektur Ekologis – Konsep arsitektur ekologis di iklim tropis, penghijauan kota dan kota ekologis serta energi terbarukan. Penerbit Kanisius dan Soegijapranata University Press. Heinz Frick. 1988. Arsitektur Dan Lingkungan. Kanisius. Semarang Otto Soemarwoto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta Page | 106