1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang mengemban visi menyiapkan sumber daya manusia (SDM) atau
tenaga kerja yang terlatih dan terdidik sehingga memiliki kualifikasi baik
pengetahuan, sikap maupun keterampilan kejuruan yang dibutuhkan untuk
berbagai macam jabatan dalam industri perdagangan dan jasa serta mampu
membuka lapangan kerja atau usaha baru. Dalam rangka membentuk SDM yang
bermutu, siswa SMK dibekali dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
(IPTEKS). Dalam upaya mendukung penguasaan IPTEKS, secara dini peserta
didik harus dibekali dengan ilmu dasar yaitu matematika. Pembelajaran
matematika di SMK disesuaikan dengan sprektrum kompetensi keahlian yang
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kelompok: (1) Teknologi, Kesehatan dan
Pertanian, (2) Seni, Pariwisata dan Teknologi Kerumahtanggaan, dan (3) Sosial,
Administrasi Perkantoran dan Akuntansi.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi Mata Pelajaran Matematika menyatakan bahwa pelajaran matematika
SMK bertujuan agar para siswa mempunyai kemampuan, yaitu: (1) memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
1
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah; dan (6)
menalar secara logis dan kritis serta mengembangkan aktivitas kreatif dalam
memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide serta mampu menerapkan
matematika pada setiap program keahlian. Dengan memperhatikan tujuan
pembelajaran matematika tersebut, maka pembelajaran matematika difokuskan
pada kecakapan: (1) pemecahan masalah (problem solving), (2) penalaran dan
pembuktian (reasoning and proof), (3) keterkaitan (connections), (4) komunikasi
(communication), dan (5) representasi (representation). Lima elemen ini dikenal
dengan standar proses daya matematika atau mathematical power process
standards (NCTM, 2000).
Rumusan tujuan pembelajaran matematika di atas, masih merupakan
harapan (das sollen) belum menjadi kenyataan (das sein). Dengan kata lain
pernyataan ini menunjukkan bahwa masih rendahnya prestasi belajar matematika
di SMK. Hasil studi di Kabupaten Karangasem menunjukkan bahwa rata-rata nilai
matematika siswa pada laporan hasil belajar (raport) selama tiga tahun terakhir
belum mencapai 7,50 (Arsip Nilai Matematika Siswa SMK di Kabupaten
2
Karangasem dari tahun pelajaran 2008/2009 sampai dengan 2010/2011). Kondisi
tersebut belum sesuai dengan harapan kurikulum yaitu siswa diharapkan dapat
menguasai setiap mata pelajaran minimal 75% sehingga dapat dikatakan
kompeten. Guru-guru kejuruan (produktif) juga mengeluhkan dan membenarkan
lemahnya penguasaan matematika siswa. Padahal penguasaan matematika bagi
siswa SMK sangat penting yaitu berfungsi untuk membentuk kompetensi program
keahlian. Dengan mengajarkan matematika diharapkan peserta didik dapat
mengembangkan diri di bidang keahlian dan pendidikan pada tingkat yang lebih
tinggi serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi siswa
seperti itu pada akhirnya akan berdampak pada rendahnya mutu tamatan SMK.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran
matematika pada jenjang SMK agar menghasilkan lulusan dengan prestasi yang
membanggakan dan sesuai dengan harapan dunia usaha/industri (DU/DI) sebagai
penyerap tenaga kerja.
Namun, sudah diyakini oleh banyak pihak bahwa untuk meningkatkan
prestasi tidaklah segampang membalik telapak tangan, banyak faktor yang
berkontribusi di dalamnya. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal berkaitan dengan penyebab atau dorongan yang muncul
dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Clark seperti dikutif
Sudjana (2000) mengatakan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah 70%
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Di
samping kemampuan, terdapat faktor internal lainnya yang berkontribusi terhadap
3
prestasi belajar antara lain tingkat kecerdasan, motivasi belajar, minat, sikap,
kebiasaan belajar, ketekunan, kesehatan baik fisik maupun psikis. Berbagai
penelitian pun dilakukan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh atau
kontribusi faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan faktor
eksternal berkaitan dengan faktor penyebab yang datang dari luar diri siswa antara
lain: kualitas pembelajaran, sarana-prasarana, kurikulum, lingkungan sosial
budaya dan keadaan ekonomi keluarga.
Kualitas pembelajaran merupakan faktor yang mempunyai peranan yang
penting untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Kualitas pembelajaran
adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran dalam
mencapai tujuan yang diharapkan (Sudjana, 2000). Kualitas pembelajaran sangat
ditentukan oleh rencana pembelajaran guru. Dalam merencanakan pembelajaran,
guru harus mampu memilih model, strategi, pendekatan, metode dan atau teknik
pembelajaran yang sesuai dengan perspektif baru pembelajaran matematika, yaitu
pembelajaran matematika yang mampu memberikan ruang seluas-luasnya bagi
peserta didik dalam membangun pengetahuan dan pengalaman mulai dari
kompetensi dasar atau basic skills sampai kompetensi matematika tingkat tinggi
atau higher order competency (Sudiarta, 2008).
Dalam kenyataannya, pembelajaran matematika di Indonesia bahkan di
banyak negara masih terhenti pada aktivitas latihan-latihan untuk pencapaian
mathematical basics skills semata yang terbatas pada penggunaan strategi
kognitif. Akibatya siswa sering berhasil memecahkan masalah matematika
tertentu, tetapi gagal jika konteks masalah tersebut sedikit diubah. Menurut
4
Sudiarta (2006), munculnya permasalahan seperti itu disebabkan karena siswa
belum terbiasa berpikir tingkat metakognitif. Kondisi tersebut akan menyebabkan
rendahnya prestasi belajar matematika. Aryasuta (2010), Artagama (2010)
menemukan faktor lainnya yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar
matematika yaitu keterampilan algoritmik dan apresiasi siswa terhadap
matematika. Temuan ini sesuai dengan pendapat Gagne bahwa keterampilan
merupakan aspek penting dalam pembelajaran matematika. Terbentuknya
keterampilan pada diri siswa lebih lanjut akan membangun sikap positif pada diri
siswa untuk menghargai kegunaan matematika sehingga meningkatkan motivasi
mereka dalam proses pembelajaran matematika. Oleh karena itu, aspek dimensi
keterampilan dan sikap yang menarik untuk dikaji lebih mendalam, khususnya
dalam pembelajaran matematika adalah keterampilan algoritmik, keterampilan
metakognitif dan apresiasi matematika.
Menurut Aryasuta (2010), keterampilan yang menentukan suksesnya
belajar matematika pada setiap jenjang pendidikan adalah keterampilan algoritmik
(algorithmic skills). Keterampilan algoritmik adalah keterampilan yang berkaitan
dengan kemampuan untuk menerapkan sejumlah aturan untuk penyelesaian suatu
masalah, langkah demi langkah secara terurut atau metode yang diulang secara
terus menerus pada beberapa proses dasar matematika (Hatfield et.al., 2006).
Keterampilan algoritmik merupakan keterampilan dasar dalam matematika yang
sangat diperlukan untuk melakukan kerja atau manipulasi matematik. National
Council of Teacher of Mathematics (NCTM) melalui bukunya “The Teaching and
Learning of Algorithms in School Mathematics” telah menguraikan tentang peran
5
penting dari keterampilan algoritmik untuk matematika sekolah (Hatfield et.al.,
2006). Lebih lanjut penelitian yang telah dilakukan Fuson (2003), Thompson dan
Saldhanha (2003) dan Gravemeijer dan Galen (2003) menyimpulkan bahwa ketika
siswa tidak berhasil dalam penggunaan algoritma maka ia akan mempunyai
kemampuan yang kurang untuk merepresentasikan atau memodelkan suatu
masalah matematika (dalam Hatfield et.al., 2006). Oleh karena itulah, menurut
Ebbutt dan Straker (dalam Depdiknas, 2006) materi pembelajaran matematika
pada setiap jenjang pendidikan memuat keterampilan algoritmik.
Salah satu keterampilan yang harus dikuasai untuk mencapai pemahaman
yang mendalam terhadap konsep-konsep yang dipelajari adalah keterampilan
metakognitif.
Keterampilan
metakognitif
berkaitan
dengan
keterampilan
perencanaan diri, pemantauan diri, dan evaluasi diri (Livingston, 1997).
Keterampilan metakognitif memegang peranan penting terhadap kesuksesan siswa
dalam belajar. Dengan keterampilan metakognitif siswa mempunyai kemampuan
berpikir untuk merencanakan, memantau dan mengevaluasi seluruh aktivitas
kognitif dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal ini memungkinkan karena
matematika dipandang sebagai aktivitas manusia berpikir (thinking human
activity), yang menempatkan pemecahan masalah sebagai fokus dalam aktivitas
belajar matematika. Menurut Keiichi (2000), siswa lebih terampil memecahkan
masalah jika mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan metakognitif.
Sudiarta (2006) menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan metakognitif berpotensi
untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi berpikir tingkat
tinggi.
6
Apresiasi matematika adalah sikap siswa dalam memandang, menilai atau
menghargai, dan mengartikan matematika sebagai sesuatu yang dapat dikuasai
serta meyakini bila ditekuni secara sungguh-sungguh akan bermanfaat bagi
dirinya. Dalam standar isi matematika (Depdiknas, 2006), standar evaluasi
(NCTM, 1989) dan rumusan lima kemahiran dalam belajar matematika
(Kilpatrick et.al., 2001) menguraikan apresiasi sebagai bagian dari lima tujuan
pembelajaran matematika. Mengembangkan apresiasi matematika menjadi sangat
penting, karena apresiasi matematika bertalian dan mempengaruhi prestasi siswa
dalam matematika (NCTM, 2000).
Aspek keterampilan dan sikap yang diuraikan di atas sesuai dengan
rumusan Kilpatrick et.al. (2001) tentang lima kemampuan matematika dalam
pembelajaran matematika yaitu pemahaman konsep (conceptual understanding),
kelancaran menggunakan prosedur (procedural fluency), kemampuan memilih
dan menggunakan strategi (strategic competence), melakukan penalaran secara
adaptif (adaptive reasoning) dan sikap produktif (productive disposition). Dengan
demikian, pembelajaran matematika diharapkan dapat mengembangkan berbagai
keterampilan antara lain keterampilan algoritmik dan keterampilan metakognitif
serta apresiasi matematika. Untuk mengetahui lebih ilmiah kontribusi ketiga
faktor tersebut dan mengingat belum adanya penelitian yang mengkaji kontribusi
ketiga faktor tersebut terhadap prestasi belajar matematika, maka perlu dilakukan
penelitian tentang “Kontribusi Keterampilan Algoritmik dan Keterampilan
Metakognitif serta Apresiasi Matematika terhadap Prestasi Belajar Matematika
Siswa”.
7
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah utama dalam pendidikan matematika adalah rendahnya prestasi
belajar matematika siswa pada berbagai jenjang pendidikan khususnya di SMK.
Rendahnya prestasi belajar yang dimaksud tidak hanya pada aspek kemampuan
mengerti matematika sebagai pengetahuan tetapi juga aspek sikap terhadap
matematika. Aspek penguasaan matematika dapat dilihat dari nilai rata-rata
matematika yang nilai pencapaiannya masih di bawah tuntutan kurikulum, yaitu
75%. Aspek sikap siswa terhadap matematika di sekolah dapat diketahui tidak
hanya dari publikasi penelitian, tetapi dapat diamati dari opini murid di sekolah
bahwa kebanyakan mereka tidak suka pada pelajaran matematika.
Rendahnya prestasi belajar ini akhirnya berdampak pula pada rendahnya
mutu tamatan SMK. Hal ini disadari karena matematika baik aspek terapan
maupun aspek penalarannya memegang peranan yang penting sebagai ilmu dasar
dalam mempelajari atau menguasai teori dan praktik kejuruan di SMK. Sidi
(dalam Nuryata, 2006) mengatakan bahwa tamatan SMK sering dikritik kurang
mampu mengikuti perubahan karena mereka kurang dibekali beberapa hal, salah
satunya adalah keterampilan berpikir (berpikir kreatif, pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, belajar cara belajar dan mampu mengemukakan alasan).
Orientasi siswa SMK yang lebih memusatkan diri mereka untuk belajar ilmu-ilmu
terapan atau kejuruan seperti otomotif, bangunan, komputer dan sebagainya tanpa
menyadari bahwa matematika memegang peranan penting dalam ilmu-ilmu
terapan tersebut merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya prestasi belajar
matematika. Akibatnya beberapa guru produktif/kejuruan mengeluhkan rendahnya
8
kemampuan matematika siswa, karena disaat mereka menjelaskan teori kejuruan
memerlukan penguasaan matematika baik tingkat dasar maupun tingkat lanjut.
Berbagai usaha khususnya penelitian sudah dilakukan untuk mengatasi
rendahnya
mutu
pembelajaran
matematika.
Menjadikan
mata
pelajaran
matematika sebagai mata pelajaran nonproduktif dengan alokasi waktu yang lebih
banyak dari mata pelajaran nonproduktif lainnya. Usaha lainnya yang sudah
dilakukan adalah dengan memberi pembelajaran tambahan baik untuk tujuan
pengayaan maupun remedial yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah.
Antusias para orang tua juga cukup tinggi dalam mendukung peningkatan prestasi
belajar matematika siswa diantaranya dengan menyediakan pembiayaan untuk
bimbingan belajar tambahan di sekolah atau membeli fasilitas pendukung belajar.
Usaha dalam upaya mengakomodir faktor internal dan eksternal yang
berpengaruh terhadap proses pembelajaran di kelas juga sudah banyak dilakukan
dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika (Candiasa, 2008). Faktor
internal berkaitan dengan penyebab atau dorongan yang muncul dari dalam diri
siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Clark seperti dikutif Sudjana
(2000) mengatakan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Di samping
kemampuan, terdapat faktor internal lainnya yang berkontribusi terhadap prestasi
belajar antara lain tingkat kecerdasan, motivasi belajar, minat, sikap, kebiasaan
belajar, ketekunan, kesehatan baik fisik maupun psikis. Berbagai penelitian pun
sudah dilakukan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh atau kontribusi
faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan faktor eksternal
9
berkaitan dengan faktor penyebab yang datang dari luar diri siswa antara lain:
kualitas pembelajaran, sarana-prasarana, kurikulum, lingkungan sosial budaya dan
keadaan ekonomi keluarga.
Faktor yang selama ini belum pernah dikaji atau diteliti adalah kontribusi
keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika.
Keterampilan algoritmik merupakan aspek penting dalam pengembangan skill
atau keterampilan matematis, sedangkan keterampilan metakognitif merupakan
aspek penting dalam penguasaan konsep-konsep matematis secara mendalam.
Keterampilan dan konsep merupakan teori dikotomi yang menentukan mutu
pembelajaran matematika. Apresiasi matematika tidak hanya sebagai aspek sikap
positif siswa dalam memandang, menilai atau menghargai, dan mengartikan
matematika sebagai sesuatu logis yang dapat dikuasai tetapi juga sikap untuk
meyakini bahwa jika ditekuni secara sungguh-sungguh akan berguna bagi dirinya.
Identifikasi lebih jauh tentang permasalahan dalam pembelajaran
matematika menunjukkan keterkaitan faktor-faktor tersebut, yaitu keterampilan
algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika. Masalahmasalah yang perlu mendapat penanganan antara lain: (1) kendala-kendala
pembelajaran apa sajakah yang terdapat dalam pembelajaran matematika? (2)
seberapa besarkah kontribusi keterampilan algoritmik terhadap prestasi belajar
matematika? (3) bagaimana mengembangkan keterampilan algoritmik siswa
dalam pembelajaran matematika? (4) apakah keterampilan metakognitif
berkontribusi terhadap prestasi belajar siswa? (5) bagaimanakah pembelajaran
yang dapat mengembangkan keterampilan metakognitif? (8) bagaimanakah
10
mengembangkan
keterampilan
metakognitif
siswa
dalam
pembelajaran
matematika? 4) apakah apresiasi matematika berkontribusi terhadap prestasi
belajar siswa? (5) upaya-upaya apa sajakah yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan apresiasi matematika? (9) apakah ada kontribusi antara
keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika
terhadap prestasi belajar matematika?
Sejumlah masalah yang teridentifikasi di atas menunjukkan bahwa perlu
adanya upaya kajian dan penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pembelajaran
matematika di SMK akan memberikan andil yang sangat mendalam untuk
menjadikan siswa mempunyai kemampuan penalaran, pemecahan masalah dan
komunikasi matematik merupakan kecakapan yang diperlukan untuk abad ke-21
Oleh karena itu, faktor yang terkait dengan kemampuan matematika siswa seperti
keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif
dan apresiasi matematika
tidak boleh diabaikan dalam pembelajaran matematika. Guru sebagai agen
pembelajaran matematika diharapkan dapat mengakomodasi pengembangan
ketiga faktor tersebut dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Sejalan dengan hal tersebut, dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2006
tentang standar proses dinyatakan bahwa dalam proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik diperlukan guru yang memberikan keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan potensi serta kreativitas peserta
didik. Implikasinya adalah adanya pergeseran paradigma pengajaran ke paradigma
pembelajaran. Pada konsep pengajaran, guru menjadi pusat kegiatan belajar
mengajar. Guru menjadi sumber belajar bagi siswa sehingga terjadi komunikasi
11
satu arah, yaitu siswa bertanya dan guru menjawab atau guru menjelaskan dan
siswa mendengarkan. Sedangkan
pembelajaran adalah proses interaksi siswa
dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Siswa dan guru
merupakan bagian dari masyarakat belajar (learning community) di mana siswa
secara aktif membangun pengetahuan baru melalui pengalaman dan interaksi
dengan lingkungannya. Dalam pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator
atau mediator, sehingga pembelajaran terpusat pada siswa.
Oleh karena itu, proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan,
dinilai dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efesien. Proses pembelajaran
pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Semua itu
tidak akan dapat diwujudkan jika tidak didukung oleh faktor keterampilan dan
sikap yang terkait dengan matematika seperti keterampilan algoritmik,
keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika.
1.3 Pembatasan Masalah
Banyak faktor berkontribusi terhadap prestasi belajar matematika. Usaha
untuk mengkaji atau meneliti faktor-faktor yang berkontribusi terhadap prestasi
belajar matematika merupakan isu yang tak henti-hentinya untuk dilakukan.
Karena keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian maka tidak mungkin
menangani seluruh permasalahan yang dipaparkan di atas. Namun perlu juga
12
dilakukan penelitian yang mendalam terhadap aspek-aspek tersebut. Oleh karena
itu, penelitian ini dibatasi pada penelitian tentang kontribusi keterampilan
algoritmik dan keterampilan metakognitif serta apresiasi matematika terhadap
prestasi belajar matematika siswa SMK di Kabupaten Karangasem.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1.4.1 Apakah keterampilan algoritmik berkontribusi secara langsung dan
signifikan terhadap apresiasi matematika?
1.4.2 Apakah keterampilan metakognitif berkontribusi secara langsung
dan signifikan terhadap apresiasi matematika?
1.4.3 Apakah keterampilan algoritmik dan keterampilan metakognitif
berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap apresiasi
matematika?
1.4.4 Apakah keterampilan algoritmik berkontribusi secara langsung dan
signifikan terhadap prestasi belajar matematika?
1.4.5 Apakah keterampilan metakognitif berkontribusi secara langsung
dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika?
1.4.6 Apakah apresiasi matematika berkontribusi secara langsung dan
signifikan terhadap prestasi belajar matematika?
13
1.4.7 Apakah keterampilan algoritmik berkontribusi secara tidak
langsung dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika
melalui apresiasi matematika?
1.4.8 Apakah keterampilan metakognitif berkontribusi secara tidak
langsung dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika
melalui apresiasi matematika?
1.4.9 Apakah keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan
apresiasi matematika berkontribusi secara simultan serta signifikan
terhadap prestasi belajar matematika?
1.5 Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1.5.1 kontribusi langsung keterampilan algoritmik terhadap apresiasi
matematika,
1.5.2 kontribusi langsung keterampilan metakognitif terhadap apresiasi
matematika,
1.5.3 kontribusi keterampilan algoritmik dan keterampilan metakognitif
secara simultan terhadap apresiasi matematika,
1.5.4 kontribusi langsung keterampilan algoritmik terhadap prestasi
belajar matematika,
1.5.5 kontribusi langsung keterampilan metakognitif terhadap prestasi
belajar matematika,
14
1.5.6 kontribusi secara langsung apresiasi matematika terhadap prestasi
belajar matematika
1.5.7 kontribusi secara tidak langsung keterampilan algoritmik terhadap
prestasi belajar matematika melalui apresiasi matematika,
1.5.8 kontribusi secara tidak langsung keterampilan metakognitif
terhadap prestasi belajar matematika apresiasi matematika, dan
1.5.9 kontribusi keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan
apresiasi matematika secara simultan terhadap prestasi belajar
matematika.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan mutu
pendidikan, pengembangan sekolah tempat penelitian maupun pengembangan
IPTEKS. Pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang kontribusi keterampilan
algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika akan sangat
bermanfaat bagi guru matematika, orang tua siswa dan bagi siswa itu sendiri.
Secara umum, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis sebagai berikut.
1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan berupa sumbangan teoritis tentang kontribusi keterampilan
15
algoritmik dan keterampilan metakognitif serta apresiasi matematika terhadap
prestasi belajar matematika siswa SMK.
1.6.2 Manfaat Praktis
Berbagai informasi yang digali dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat
bagi guru dan siswa. Guru dapat merancang dan merencanakan pembelajaran
yang dapat mengembangkan berbagai keterampilan antara lain: keterampilan
algoritmik dan keterampilan metakognitif serta apresiasi matematika siswa. Siswa
dapat memahami bahwa untuk mahir matematika, ia harus menguasai atau
mengembangkan berbagai keterampilan antara lain keterampilan algoritmik,
keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika. Keterampilan dan apresiasi
sangat penting dalam belajar matematika karena merupakan salah satu obyek yang
dipelajari dalam matematika.
16
Download