BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mengemban visi menyiapkan sumber daya manusia (SDM) atau tenaga kerja yang terlatih dan terdidik sehingga memiliki kualifikasi baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan kejuruan yang dibutuhkan untuk berbagai macam jabatan dalam industri perdagangan dan jasa serta mampu membuka lapangan kerja atau usaha baru. Dalam rangka membentuk SDM yang bermutu, siswa SMK dibekali dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Dalam upaya mendukung penguasaan IPTEKS, secara dini peserta didik harus dibekali dengan ilmu dasar yaitu matematika. Pembelajaran matematika di SMK disesuaikan dengan sprektrum kompetensi keahlian yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kelompok: (1) Teknologi, Kesehatan dan Pertanian, (2) Seni, Pariwisata dan Teknologi Kerumahtanggaan, dan (3) Sosial, Administrasi Perkantoran dan Akuntansi. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika menyatakan bahwa pelajaran matematika SMK bertujuan agar para siswa mempunyai kemampuan, yaitu: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi 1 matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah; dan (6) menalar secara logis dan kritis serta mengembangkan aktivitas kreatif dalam memecahkan masalah dan mengkomunikasikan ide serta mampu menerapkan matematika pada setiap program keahlian. Dengan memperhatikan tujuan pembelajaran matematika tersebut, maka pembelajaran matematika difokuskan pada kecakapan: (1) pemecahan masalah (problem solving), (2) penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), (3) keterkaitan (connections), (4) komunikasi (communication), dan (5) representasi (representation). Lima elemen ini dikenal dengan standar proses daya matematika atau mathematical power process standards (NCTM, 2000). Rumusan tujuan pembelajaran matematika di atas, masih merupakan harapan (das sollen) belum menjadi kenyataan (das sein). Dengan kata lain pernyataan ini menunjukkan bahwa masih rendahnya prestasi belajar matematika di SMK. Hasil studi di Kabupaten Karangasem menunjukkan bahwa rata-rata nilai matematika siswa pada laporan hasil belajar (raport) selama tiga tahun terakhir belum mencapai 7,50 (Arsip Nilai Matematika Siswa SMK di Kabupaten 2 Karangasem dari tahun pelajaran 2008/2009 sampai dengan 2010/2011). Kondisi tersebut belum sesuai dengan harapan kurikulum yaitu siswa diharapkan dapat menguasai setiap mata pelajaran minimal 75% sehingga dapat dikatakan kompeten. Guru-guru kejuruan (produktif) juga mengeluhkan dan membenarkan lemahnya penguasaan matematika siswa. Padahal penguasaan matematika bagi siswa SMK sangat penting yaitu berfungsi untuk membentuk kompetensi program keahlian. Dengan mengajarkan matematika diharapkan peserta didik dapat mengembangkan diri di bidang keahlian dan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi siswa seperti itu pada akhirnya akan berdampak pada rendahnya mutu tamatan SMK. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika pada jenjang SMK agar menghasilkan lulusan dengan prestasi yang membanggakan dan sesuai dengan harapan dunia usaha/industri (DU/DI) sebagai penyerap tenaga kerja. Namun, sudah diyakini oleh banyak pihak bahwa untuk meningkatkan prestasi tidaklah segampang membalik telapak tangan, banyak faktor yang berkontribusi di dalamnya. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan penyebab atau dorongan yang muncul dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Clark seperti dikutif Sudjana (2000) mengatakan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Di samping kemampuan, terdapat faktor internal lainnya yang berkontribusi terhadap 3 prestasi belajar antara lain tingkat kecerdasan, motivasi belajar, minat, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kesehatan baik fisik maupun psikis. Berbagai penelitian pun dilakukan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh atau kontribusi faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan faktor penyebab yang datang dari luar diri siswa antara lain: kualitas pembelajaran, sarana-prasarana, kurikulum, lingkungan sosial budaya dan keadaan ekonomi keluarga. Kualitas pembelajaran merupakan faktor yang mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Kualitas pembelajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan (Sudjana, 2000). Kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh rencana pembelajaran guru. Dalam merencanakan pembelajaran, guru harus mampu memilih model, strategi, pendekatan, metode dan atau teknik pembelajaran yang sesuai dengan perspektif baru pembelajaran matematika, yaitu pembelajaran matematika yang mampu memberikan ruang seluas-luasnya bagi peserta didik dalam membangun pengetahuan dan pengalaman mulai dari kompetensi dasar atau basic skills sampai kompetensi matematika tingkat tinggi atau higher order competency (Sudiarta, 2008). Dalam kenyataannya, pembelajaran matematika di Indonesia bahkan di banyak negara masih terhenti pada aktivitas latihan-latihan untuk pencapaian mathematical basics skills semata yang terbatas pada penggunaan strategi kognitif. Akibatya siswa sering berhasil memecahkan masalah matematika tertentu, tetapi gagal jika konteks masalah tersebut sedikit diubah. Menurut 4 Sudiarta (2006), munculnya permasalahan seperti itu disebabkan karena siswa belum terbiasa berpikir tingkat metakognitif. Kondisi tersebut akan menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika. Aryasuta (2010), Artagama (2010) menemukan faktor lainnya yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika yaitu keterampilan algoritmik dan apresiasi siswa terhadap matematika. Temuan ini sesuai dengan pendapat Gagne bahwa keterampilan merupakan aspek penting dalam pembelajaran matematika. Terbentuknya keterampilan pada diri siswa lebih lanjut akan membangun sikap positif pada diri siswa untuk menghargai kegunaan matematika sehingga meningkatkan motivasi mereka dalam proses pembelajaran matematika. Oleh karena itu, aspek dimensi keterampilan dan sikap yang menarik untuk dikaji lebih mendalam, khususnya dalam pembelajaran matematika adalah keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika. Menurut Aryasuta (2010), keterampilan yang menentukan suksesnya belajar matematika pada setiap jenjang pendidikan adalah keterampilan algoritmik (algorithmic skills). Keterampilan algoritmik adalah keterampilan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerapkan sejumlah aturan untuk penyelesaian suatu masalah, langkah demi langkah secara terurut atau metode yang diulang secara terus menerus pada beberapa proses dasar matematika (Hatfield et.al., 2006). Keterampilan algoritmik merupakan keterampilan dasar dalam matematika yang sangat diperlukan untuk melakukan kerja atau manipulasi matematik. National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) melalui bukunya “The Teaching and Learning of Algorithms in School Mathematics” telah menguraikan tentang peran 5 penting dari keterampilan algoritmik untuk matematika sekolah (Hatfield et.al., 2006). Lebih lanjut penelitian yang telah dilakukan Fuson (2003), Thompson dan Saldhanha (2003) dan Gravemeijer dan Galen (2003) menyimpulkan bahwa ketika siswa tidak berhasil dalam penggunaan algoritma maka ia akan mempunyai kemampuan yang kurang untuk merepresentasikan atau memodelkan suatu masalah matematika (dalam Hatfield et.al., 2006). Oleh karena itulah, menurut Ebbutt dan Straker (dalam Depdiknas, 2006) materi pembelajaran matematika pada setiap jenjang pendidikan memuat keterampilan algoritmik. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai untuk mencapai pemahaman yang mendalam terhadap konsep-konsep yang dipelajari adalah keterampilan metakognitif. Keterampilan metakognitif berkaitan dengan keterampilan perencanaan diri, pemantauan diri, dan evaluasi diri (Livingston, 1997). Keterampilan metakognitif memegang peranan penting terhadap kesuksesan siswa dalam belajar. Dengan keterampilan metakognitif siswa mempunyai kemampuan berpikir untuk merencanakan, memantau dan mengevaluasi seluruh aktivitas kognitif dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal ini memungkinkan karena matematika dipandang sebagai aktivitas manusia berpikir (thinking human activity), yang menempatkan pemecahan masalah sebagai fokus dalam aktivitas belajar matematika. Menurut Keiichi (2000), siswa lebih terampil memecahkan masalah jika mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan metakognitif. Sudiarta (2006) menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan metakognitif berpotensi untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi berpikir tingkat tinggi. 6 Apresiasi matematika adalah sikap siswa dalam memandang, menilai atau menghargai, dan mengartikan matematika sebagai sesuatu yang dapat dikuasai serta meyakini bila ditekuni secara sungguh-sungguh akan bermanfaat bagi dirinya. Dalam standar isi matematika (Depdiknas, 2006), standar evaluasi (NCTM, 1989) dan rumusan lima kemahiran dalam belajar matematika (Kilpatrick et.al., 2001) menguraikan apresiasi sebagai bagian dari lima tujuan pembelajaran matematika. Mengembangkan apresiasi matematika menjadi sangat penting, karena apresiasi matematika bertalian dan mempengaruhi prestasi siswa dalam matematika (NCTM, 2000). Aspek keterampilan dan sikap yang diuraikan di atas sesuai dengan rumusan Kilpatrick et.al. (2001) tentang lima kemampuan matematika dalam pembelajaran matematika yaitu pemahaman konsep (conceptual understanding), kelancaran menggunakan prosedur (procedural fluency), kemampuan memilih dan menggunakan strategi (strategic competence), melakukan penalaran secara adaptif (adaptive reasoning) dan sikap produktif (productive disposition). Dengan demikian, pembelajaran matematika diharapkan dapat mengembangkan berbagai keterampilan antara lain keterampilan algoritmik dan keterampilan metakognitif serta apresiasi matematika. Untuk mengetahui lebih ilmiah kontribusi ketiga faktor tersebut dan mengingat belum adanya penelitian yang mengkaji kontribusi ketiga faktor tersebut terhadap prestasi belajar matematika, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Kontribusi Keterampilan Algoritmik dan Keterampilan Metakognitif serta Apresiasi Matematika terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa”. 7 1.2 Identifikasi Masalah Masalah utama dalam pendidikan matematika adalah rendahnya prestasi belajar matematika siswa pada berbagai jenjang pendidikan khususnya di SMK. Rendahnya prestasi belajar yang dimaksud tidak hanya pada aspek kemampuan mengerti matematika sebagai pengetahuan tetapi juga aspek sikap terhadap matematika. Aspek penguasaan matematika dapat dilihat dari nilai rata-rata matematika yang nilai pencapaiannya masih di bawah tuntutan kurikulum, yaitu 75%. Aspek sikap siswa terhadap matematika di sekolah dapat diketahui tidak hanya dari publikasi penelitian, tetapi dapat diamati dari opini murid di sekolah bahwa kebanyakan mereka tidak suka pada pelajaran matematika. Rendahnya prestasi belajar ini akhirnya berdampak pula pada rendahnya mutu tamatan SMK. Hal ini disadari karena matematika baik aspek terapan maupun aspek penalarannya memegang peranan yang penting sebagai ilmu dasar dalam mempelajari atau menguasai teori dan praktik kejuruan di SMK. Sidi (dalam Nuryata, 2006) mengatakan bahwa tamatan SMK sering dikritik kurang mampu mengikuti perubahan karena mereka kurang dibekali beberapa hal, salah satunya adalah keterampilan berpikir (berpikir kreatif, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, belajar cara belajar dan mampu mengemukakan alasan). Orientasi siswa SMK yang lebih memusatkan diri mereka untuk belajar ilmu-ilmu terapan atau kejuruan seperti otomotif, bangunan, komputer dan sebagainya tanpa menyadari bahwa matematika memegang peranan penting dalam ilmu-ilmu terapan tersebut merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya prestasi belajar matematika. Akibatnya beberapa guru produktif/kejuruan mengeluhkan rendahnya 8 kemampuan matematika siswa, karena disaat mereka menjelaskan teori kejuruan memerlukan penguasaan matematika baik tingkat dasar maupun tingkat lanjut. Berbagai usaha khususnya penelitian sudah dilakukan untuk mengatasi rendahnya mutu pembelajaran matematika. Menjadikan mata pelajaran matematika sebagai mata pelajaran nonproduktif dengan alokasi waktu yang lebih banyak dari mata pelajaran nonproduktif lainnya. Usaha lainnya yang sudah dilakukan adalah dengan memberi pembelajaran tambahan baik untuk tujuan pengayaan maupun remedial yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah. Antusias para orang tua juga cukup tinggi dalam mendukung peningkatan prestasi belajar matematika siswa diantaranya dengan menyediakan pembiayaan untuk bimbingan belajar tambahan di sekolah atau membeli fasilitas pendukung belajar. Usaha dalam upaya mengakomodir faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran di kelas juga sudah banyak dilakukan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika (Candiasa, 2008). Faktor internal berkaitan dengan penyebab atau dorongan yang muncul dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Clark seperti dikutif Sudjana (2000) mengatakan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Di samping kemampuan, terdapat faktor internal lainnya yang berkontribusi terhadap prestasi belajar antara lain tingkat kecerdasan, motivasi belajar, minat, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kesehatan baik fisik maupun psikis. Berbagai penelitian pun sudah dilakukan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh atau kontribusi faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan faktor eksternal 9 berkaitan dengan faktor penyebab yang datang dari luar diri siswa antara lain: kualitas pembelajaran, sarana-prasarana, kurikulum, lingkungan sosial budaya dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor yang selama ini belum pernah dikaji atau diteliti adalah kontribusi keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika. Keterampilan algoritmik merupakan aspek penting dalam pengembangan skill atau keterampilan matematis, sedangkan keterampilan metakognitif merupakan aspek penting dalam penguasaan konsep-konsep matematis secara mendalam. Keterampilan dan konsep merupakan teori dikotomi yang menentukan mutu pembelajaran matematika. Apresiasi matematika tidak hanya sebagai aspek sikap positif siswa dalam memandang, menilai atau menghargai, dan mengartikan matematika sebagai sesuatu logis yang dapat dikuasai tetapi juga sikap untuk meyakini bahwa jika ditekuni secara sungguh-sungguh akan berguna bagi dirinya. Identifikasi lebih jauh tentang permasalahan dalam pembelajaran matematika menunjukkan keterkaitan faktor-faktor tersebut, yaitu keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika. Masalahmasalah yang perlu mendapat penanganan antara lain: (1) kendala-kendala pembelajaran apa sajakah yang terdapat dalam pembelajaran matematika? (2) seberapa besarkah kontribusi keterampilan algoritmik terhadap prestasi belajar matematika? (3) bagaimana mengembangkan keterampilan algoritmik siswa dalam pembelajaran matematika? (4) apakah keterampilan metakognitif berkontribusi terhadap prestasi belajar siswa? (5) bagaimanakah pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan metakognitif? (8) bagaimanakah 10 mengembangkan keterampilan metakognitif siswa dalam pembelajaran matematika? 4) apakah apresiasi matematika berkontribusi terhadap prestasi belajar siswa? (5) upaya-upaya apa sajakah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan apresiasi matematika? (9) apakah ada kontribusi antara keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika terhadap prestasi belajar matematika? Sejumlah masalah yang teridentifikasi di atas menunjukkan bahwa perlu adanya upaya kajian dan penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pembelajaran matematika di SMK akan memberikan andil yang sangat mendalam untuk menjadikan siswa mempunyai kemampuan penalaran, pemecahan masalah dan komunikasi matematik merupakan kecakapan yang diperlukan untuk abad ke-21 Oleh karena itu, faktor yang terkait dengan kemampuan matematika siswa seperti keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika tidak boleh diabaikan dalam pembelajaran matematika. Guru sebagai agen pembelajaran matematika diharapkan dapat mengakomodasi pengembangan ketiga faktor tersebut dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sejalan dengan hal tersebut, dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2006 tentang standar proses dinyatakan bahwa dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi serta kreativitas peserta didik. Implikasinya adalah adanya pergeseran paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pada konsep pengajaran, guru menjadi pusat kegiatan belajar mengajar. Guru menjadi sumber belajar bagi siswa sehingga terjadi komunikasi 11 satu arah, yaitu siswa bertanya dan guru menjawab atau guru menjelaskan dan siswa mendengarkan. Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Siswa dan guru merupakan bagian dari masyarakat belajar (learning community) di mana siswa secara aktif membangun pengetahuan baru melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Dalam pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator atau mediator, sehingga pembelajaran terpusat pada siswa. Oleh karena itu, proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efesien. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Semua itu tidak akan dapat diwujudkan jika tidak didukung oleh faktor keterampilan dan sikap yang terkait dengan matematika seperti keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika. 1.3 Pembatasan Masalah Banyak faktor berkontribusi terhadap prestasi belajar matematika. Usaha untuk mengkaji atau meneliti faktor-faktor yang berkontribusi terhadap prestasi belajar matematika merupakan isu yang tak henti-hentinya untuk dilakukan. Karena keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian maka tidak mungkin menangani seluruh permasalahan yang dipaparkan di atas. Namun perlu juga 12 dilakukan penelitian yang mendalam terhadap aspek-aspek tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada penelitian tentang kontribusi keterampilan algoritmik dan keterampilan metakognitif serta apresiasi matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa SMK di Kabupaten Karangasem. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1.4.1 Apakah keterampilan algoritmik berkontribusi secara langsung dan signifikan terhadap apresiasi matematika? 1.4.2 Apakah keterampilan metakognitif berkontribusi secara langsung dan signifikan terhadap apresiasi matematika? 1.4.3 Apakah keterampilan algoritmik dan keterampilan metakognitif berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap apresiasi matematika? 1.4.4 Apakah keterampilan algoritmik berkontribusi secara langsung dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika? 1.4.5 Apakah keterampilan metakognitif berkontribusi secara langsung dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika? 1.4.6 Apakah apresiasi matematika berkontribusi secara langsung dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika? 13 1.4.7 Apakah keterampilan algoritmik berkontribusi secara tidak langsung dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika melalui apresiasi matematika? 1.4.8 Apakah keterampilan metakognitif berkontribusi secara tidak langsung dan signifikan terhadap prestasi belajar matematika melalui apresiasi matematika? 1.4.9 Apakah keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika berkontribusi secara simultan serta signifikan terhadap prestasi belajar matematika? 1.5 Tujuan Penelitian Dari permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1.5.1 kontribusi langsung keterampilan algoritmik terhadap apresiasi matematika, 1.5.2 kontribusi langsung keterampilan metakognitif terhadap apresiasi matematika, 1.5.3 kontribusi keterampilan algoritmik dan keterampilan metakognitif secara simultan terhadap apresiasi matematika, 1.5.4 kontribusi langsung keterampilan algoritmik terhadap prestasi belajar matematika, 1.5.5 kontribusi langsung keterampilan metakognitif terhadap prestasi belajar matematika, 14 1.5.6 kontribusi secara langsung apresiasi matematika terhadap prestasi belajar matematika 1.5.7 kontribusi secara tidak langsung keterampilan algoritmik terhadap prestasi belajar matematika melalui apresiasi matematika, 1.5.8 kontribusi secara tidak langsung keterampilan metakognitif terhadap prestasi belajar matematika apresiasi matematika, dan 1.5.9 kontribusi keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika secara simultan terhadap prestasi belajar matematika. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan mutu pendidikan, pengembangan sekolah tempat penelitian maupun pengembangan IPTEKS. Pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang kontribusi keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika akan sangat bermanfaat bagi guru matematika, orang tua siswa dan bagi siswa itu sendiri. Secara umum, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut. 1.6.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan berupa sumbangan teoritis tentang kontribusi keterampilan 15 algoritmik dan keterampilan metakognitif serta apresiasi matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa SMK. 1.6.2 Manfaat Praktis Berbagai informasi yang digali dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru dan siswa. Guru dapat merancang dan merencanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai keterampilan antara lain: keterampilan algoritmik dan keterampilan metakognitif serta apresiasi matematika siswa. Siswa dapat memahami bahwa untuk mahir matematika, ia harus menguasai atau mengembangkan berbagai keterampilan antara lain keterampilan algoritmik, keterampilan metakognitif dan apresiasi matematika. Keterampilan dan apresiasi sangat penting dalam belajar matematika karena merupakan salah satu obyek yang dipelajari dalam matematika. 16