EX-CC-AAJI-06-001 The Jakarta Pos – 21/06/2016, hal. 15 Insurer Commonwealth Life Plans To Venture Into Pension Funds Bisnis Indonesia – 21/06/2016, hal. 21 Asuransi Pasang Strategi Konservatif Harian Kontan – 21/06/2016, hal. 24 Layanan Digital Zurich Sriwijaya Post – 20/06/2016, hal. 5 Zurich Hadirkan Aplikasi TemanBaik Senin, 20 Juni 2016 | 08:06 WIB Asuransi Zurich Perkuat Transformasi Digital http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/06/20/080600626/Asuransi.Zurich.Perkuat.Transformasi. Digital Seiring maraknya perkembangan digital, Perusahaan asuransi jiwa PT Zurich Topas Life (Zurich) terus memperkuat upaya transformasi ke dunia digital. Berbagai layanan digital terus dikembangkan Zurich, salah satunya adalah peluncuran aplikasi digital “TemanBaik”. “Kehadiran aplikasi TemanBaik dilatarbelakangi pertumbuhan digital yang pesat di Indonesia. Pertumbuhan digital ini bisa dimanfaatkan untuk mendukung penjualan, membantu para agen saat bertemu nasabah, dan meningkatkan layanan kepada nasabah,” tutur Presiden Direktur Zurich Topas Life Peter Huber akhir pekan ini di Jakarta. Aplikasi yang bisa diunduh dari Apple App Store dan Google Play itu berisi informasi seputar produk proteksi Zurich, informasi terkini perusahaan, dan layanan customer care. Menurut Huber, peluncuran aplikasi ini merupakan salah satu bagian dari strategi transformasi digital yang sudah dicanangkan Zurich sejak awal 2016. Langkah ini juga kelanjutan kampanye digital yang digarap Zurich pada awal April 2016 lalu. “Perkembangan digital membuat masyarakat semakin cerdas. Pola hidup masyarakat juga berubah, selalu ingin serba cepat. Aplikasi TemanBaik diharapkan bisa menjawab kebutuhan masyarakat tersebut,” ujar Huber. Ia menambahkan, aplikasi TemanBaik yang diluncurkan saat ini merupakan generasi awal. Ke depan, aplikasi tersebut akan terus dikembangkan dengan menambahkan fitur-fitur lainnya seperti pengajuan klaim lewat aplikasi, profil agen Zurich, dan fitur yang bisa menampilkan lokasi agen yang terdekat dengan nasabah. Saat ini, jumlah agen Zurich mencapai sekitar 5.000 orang. Agency Principal Zurich Wira Arjuna menjelaskan, saat ini dunia sudah berubah. Mayoritas masyarakat Indonesia sudah menggunakan gadget untuk aktivitas sehari-hari, terutama generasi muda yang kerap disebut Generasi Y. “Aplikasi ini hadir untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap asuransi, termasuk sebagai branding Zurich kepada masyarakat. Sehingga, masyarakat semakin mengenal Zurich yang sudah hadir di Indonesia sejak 2010 lalu. Ini juga akan membantu para agen, sehingga mudah menjual produk kepada nasabah,” tutur dia. Dia menambahkan, pihaknya juga menyiapkan SDM agen agar siap mengaplikasikan digital untuk kemudahan kerja mereka. Menurut Wira, nantinya aplikasi ini juga akan diperkuat dengan hadirnya Zurich Mobility yang akan dikenalkan awal tahun depan. Ia melanjutkan, saat ini penetrasi asuransi di Indonesia masih sangat rendah, yakni di bawah 10 persen dari total populasi. Karena itu dengan berbagai terobosan, termasuk peluncuran aplikasi TemanBaik, diharapkan kesadaran masyarakat untuk berasuransi akan terus meningkat. Sementara itu, Head of Communication & Strategic Marketing Zurich Chiqita Winaring Hayu menjelaskan, aplikasi TemanBaik bisa diunduh siapa saja. Untuk mendorong masyarakat mengunduh aplikasi tersebut, Zurich akan memberikan produk asuransi gratis yaitu proteksi untuk kecelakaan dengan nilai perlindungan sampai Rp 25 juta. “Setiap pendaftar pertama aplikasi ini akan mendapatkan perlindungan gratis untuk risiko kecelakaan diri melalui produk Perisai Protection,” tutur Chiqita. Menurut dia, saat ini merupakan momen yang tepat untuk mengunduh aplikasi TemanBaik, terutama bagi pemudik. Dengan demikian, mereka mendapatkan perlindungan saat mudik ke kampung halaman. Harian Kontan – 21/06/2016, hal. 24 (Berita Photo) Layanan Digital Zurich Senin, 20/06/2016 11:10 WIB Bank Dunia: Lesunya Ekonomi Global Bisa Berimbas ke RI http://finance.detik.com/read/2016/06/20/111002/3237256/4/bank-dunia-lesunya-ekonomi-globalbisa-berimbas-ke-ri Ekonomi Indonesia tetap kuat dengan pertumbuhan PDB yang diproyeksikan mencapai 5,1% pada tahun 2016. Namun, pertumbuhan ekonomi dunia yang Iebih Iamban dari yang diperkirakan akan berdampak pada pulihnya pertumbuhan ekonomi indonesia. Bank Dunia (World Bank) baru-baru ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia sebesar setengah persen dari proyeksi sebelumnya, menjadi 2,4%. Konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah diproyeksikan akan menopang pertumbuhan Indonesia pada tahun 2016. Kelanjutan reformasi kebijakan dapat membantu mengatasi dampak meiambatnya permintaan dan gejoiak pasar keuangan dunia, menurut laporan Indonesia Economic Quarterly (IEQ), edisi Juni 2016. "Kebijakan keuangan yang penuh kehati-hatian, peningkatan investasi pemerintah di bidang infrastruktur dan reformasi kebijakan guna memperkuat iklim investasi, telah menopang Indonesia dalam mempertahankan pertumbuhannya di kisaran 5,1%," ujar Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Rodrigo Chaves saat acara Indonesia Economic Quarterly di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Senin (20/6/2016). "Namun, ekonomi dunia yang kurang cemerlang dapat membatasi investasi yang diperlukan dan keberlanjutan reformasi akan membantu Indonesia mendorong kepercayaan investor," tambahnya. Sejumlah reformasi kebijakan teIah diumumkan sejak bulan September 2015, dan beberapa sektor, khususnya perdagangan dan investasi, mulai mengalami deregulasi, menurut laporan triwulan IEQ berjudui Ketangguhan Berkat Reformasi. Namun, belum dapat dipastikan apakah kebijakaan dilaksanakan dengan baik, dan banyak sektor tetap tertutup atau sebagian tertutup untuk investor asing. Indonesia perlu meningkatkan investasi swasta, mengingat tekanan pada pendapatan pemerintah dapat membatasi rencana investasi pemerintah untuk pembangunan infrastruktur yang telah mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, walaupun dengan proyeksi penerimaan yang Iebih rendah dan defisit fiskal yang Iebih tinggi sebesar 2,8% dari PDB, menurut perhitungan Bank Dunia, 90% target investasi yang tercantum di APBN 2016 awal tetap akan terpenuhi. Pertumbuhan belanja sektor swasta tetap tangguh di 5% year on year. Perkembangan investasi tetap yang melambat, akibat menurunnya belanja pemerintah, berdampak pada tumbuhnya PDB Indonesia sebesar 4,9% tahun-per-tahun di kuartal pertama 2016. Melemahnya permintaan dunia juga akan terus menekan ekspor. Dengan melemahnya sektor komoditas, Indonesia sebaiknya meraih kesempatan memperiuas sektor manufaktur dan jasa. Peran Indonesia dalam sektor manufaktur dunia tidak banyak berubah dalam 15 tahun terakhir, berkembang rata-rata dii kisaran 0,6%. "Ini adalah kesempatan besar untuk terus melaksanakan reformasi, yang dapat memperkuat daya saing sektor manufaktur dan jasa, khususnya pariwisata. Selain reformasi yang terus berjalan, penting juga adanya strategi yang berpusat pada pengaiihan teknologi atau pembangunan kapas'itas terkait disain produk, perencanaan dan pembangunan industri yang penuh prospek. Kemitraan yang kuta dengan sektor swasta juga sangat penting guna meremajakan industri dan naik keias di bidang teknologi," ujar Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia, Ndiame Diop. Saat ini, ekspor manufaktur Indonesia didominasi oleh produk teknologi rendah, peleburan materi (blending) dan perakitan. Akibatnya, Indonesia rentan terhadap perpindahan Iokasi perusahanperusahaan multi-nasional. Selain rangkuman tantangan bidang manufaktur, laporan IEQ juga menganalisa berkembangnya deregulasi perdagangan dan dampak liberalisasi perdagangan pada biaya hidup, terutama harga pangan. Laporan ini juga menjelaskan bagaimana pendapatan dan pengeluaran bank, pasar keuangan yang terbatas, serta persaingan dari pemerintah untuk mendapat sumber pembiayaan, berdampak pada tingginya suku bunga di Indonesia. (ang/ang) Senin, 20 Juni 2016 | 13:03 WIB Bank Dunia Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi RI 5,1 Persen http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/06/20/130300126/Bank.Dunia.Proyeksikan.Pertumbuha n.Ekonomi.RI.5.1.Persen Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 mencapai 5,1 persen. Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Rodrigo Chaves mengatakan, angka itu lebih baik dibandingkan Brazil dan Meksiko. "Pemulihan ini bukan karena sumber daya alam, tetapi reformasi kebijakan," kata Rodrigo dalam laporan Bank Dunia, Indonesia Economic Quarterly Juni, di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (20/6/2016). Konsumsi swasta diperkirakan akan sedikit meningkat karena inflasi yang moderat, Rupiah yang relatif stabil, lebih rendahnya harga energi, perkiraan kenaikan PTKP dan gaji ke-14 untuk pegawai negeri. Bank Dunia mengestimasikan inflasi 2016 cukup rendah di level 3,9 persen. Meski begitu, Rodrigo mewanti-wanti pemerintah akan potensi harga bergejolak, utamanya dari komoditas pangan, apalagi pada bulan-bulan perayaan hari raya. Pengeluaran pemerintah diproyeksikan akan meningkat pada tiga kuartal-I berikut sejalan dengan tren historis. Perhitungan Bank Dunia menunjukkan bahwa 90 persen dari sasaran investasi APBN 2016 dapat dicapai dengan proyeksi penerimaan yang bahkan lebih rendah dari APBN Perubahan 2016. “Kebijakan keuangan yang penuh kehati-hatian, peningkatan investasi pemerintah di bidang infrastruktur dan reformasi kebijakan guna memperkuat iklim investasi, telah menopang Indonesia dalam mempertahankan pertumbuhannya di kisaran 5,1 persen," kata Rodrigo. Bank Dunia terjadi peningkatan defisit fiskal dari -2,6 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi -2,8 persen terhadap PDB. Sementara itu, defisit neraca transaksi berjalan juga melebar dari -2,1 persen terhadap PDB menjadi -2,3 persen terhadap PDB. Reformasi Kebijakan Rodrigo menuturkan, Bank Dunia telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2016 sebesar setengah persen, dari 2,9 persen menjadi 2,4 persen. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan berdampak terhadap pemulihan ekonomi Indonesia. Namun, kata dia, sebagaimana disampaikan Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong pemerintah Indonesia perlu melanjutkan reformasi kebijakan yang sudah dimulai sejak kuartal-III 2015. Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia Ndiame Diop menambahkan, dengan melemahnya sektor komoditas, Indonesia sebaiknya meraih kesempatan memperluas sektor manufaktur dan jasa. Sebab, catatan Bank Dunia, peran Indonesia dalam sektor manufaktur dunia tidak banyak berubah 15 tahun terakhir, berkembang rata-rata di kisaran 0,6 persen. "Ini adalah kesempatan besar untuk terus melaksanakan reformasi, yang dapat memperkuat daya saing sektor manufaktur dan jasa, khususnya pariwisata," ujar Diop. Selain reformasi yang terus berjalan, penting juga adanya strategi yang berpusat pada pengaiihan teknologi atau pembangunan kapas’itas terkait disain produk, perencanaan dan pembangunan industri yang penuh prospek. "Kemitraan yang kuat dengan sektor swasta juga sangat penting guna meremajakan industri dan naik kelas di bidang teknologi," pungkas Diop.