BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam

advertisement
BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1 Biaya
2.1.1 Pengertian Biaya
Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk
membuat perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Untuk itu
manajemen harus mempunyai informasi yang lengkap mengenai perusahaan.
Diantara informasi tersebut salah satunya adalah informasi biaya yang lebih
dikenal dengan istilah cost dan expenses.
Pada kenyatannya, istilah tersebut sulit dibedakan padahal membedakan
cost dan expenses adalah hal yang penting. Biaya yang melekat pada operasi
perusahaan selama satu periode disebut dengan biaya operasi. Biaya operasi yang
dianggap melekat pada atau berkaitan dengan produk yang telah terjual (dan
menimbulkan pendapatan) akan menjadi pengukur beban (expenses). Jadi dalam
suatu periode operasi, angka beban diukur dengan biaya yang melekat pada beban
tersebut.
Itulah sebabnya pengertian biaya (cost) harus dibedakan dengan beban
(expenses). Beban merupakan wadah atau objek sedangkan biaya merupakan
pengukur.
Pengertian cost menurut Mulyadi (2005:8) adalah sebagai berikut :
“Dalam arti luas, cost adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur
dengan satuan uang, yang telah terjadi maupun kemungkinan akan terjadi
untuk mencapai tujuan tertentu”.
7
8
Menurut Carter dan Usry (2006:29) menyatakan bahwa :
“Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh
manfaat.”
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa biaya itu sesuatu
yang berkaitan dengan pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh manfaat
yang dihasilkannya.
Sementara menurut Mursyidi (2008:14) menyatakan bahwa pengertian
biaya (cost) sebagai berikut:
“Sebagai suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya
untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun
pada saat yang akan datang.”
Pada dasarnya, manajer harus memutuskan bagaimana memperoleh dan
mendayagunakan sumber-sumber ekonomi sesuai dengan tujuan organisasi.
Pada saat perolehan, biaya yang diukur adalah manfaat (benefit) sekarang
dan di masa yang akan datang. Manakala manfaat (benefit) ini diterima, maka
biaya menjadi expenses.
Sedangkan pengertian expenses menurut Kusnadi (1999:8) adalah sebagai
berikut :
“Expenses didefinisikan sebagai biaya yang telah memberikan suatu
manfaat (benefit) dan sekarang telah berakhir (expired)”.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tahun 2004 bahwa beban
(expenses) merupakan penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal.
9
Definisi beban ini mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul
dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan. Beban tersebut berbentuk arus keluar
atau berkurangnya aktivitas seperti kas, persediaan, dan aktiva tetap.
2.1.2 Klasifikasi Biaya
Istilah klasifikasi (penggolongan) merupakan proses pengelompokan
secara sistematis atas keseluruhan elemen-elemen yang ada ke dalam golongan
tertentu yang lebih ringkas, untuk dapat memberikan informasi yang lebih
bermanfaat. Penggolongan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan dari
informasi biaya yang disajikan menurut sesuai dengan konsep dalam akuntansi
biaya “different cost for different purpose” yang mengandung pengertian bahwa
penggolongan biaya yang berbeda mempunyai tujuan yang berbeda pula terhadap
tujuan yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan.
Menurut Mulyadi (2005:13) biaya dapat digolongkan menurut :
1. Objek pengeluaran
2. Fungsi pokok dalam perusahaan
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
5. Jangka waktu manfaatnya.
Berdasarkan pertimbangan apakah manfaat informasinya melebihi biaya
untuk mengumpulkan biaya tertentu. Jika biaya suatu unsur relatif menjadi tidak
signifikan, maka biaya tersebut tidak efektif lagi.
Sedangkan
menurut
Usry,
Hammer
dan
Carter
(2002:18)
mengelompokan biaya dengan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan :
1. The product ;
2. The volume of production ;
10
3. The manufacturing departemen, processes cost centers, or other
subdivisions ;
4. The accounting period;
Berdasarkan pemikiran bahwa perhitungan biaya produksi merupakan titik
tolak dalam harga pokok produksi, maka biaya tersebut kemudian menjadi dasar
penentuan harga jual produk. Misalkan proses produksi dalam suatu periode tidak
selalu dapat menyelesaikan semua bahan baku yang masuk pada periode itu
menjadi produk selesai, sehingga produk yang sampai akhir periode belum selesai
merupakan persedian barang dalam proses akhir periode dan akan menjadi
persediaan barang dalam proses awal periode berikutnya. Hal ini akan
menentukan harga jual dalam setiap periode.
Menurut Mulyadi (2005:13) terdapat berbagai macam biaya dalam suatu
perusahaan, yaitu :
1. Biaya Produk
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang telah terjadi dalam hubungannya dengan
proses pengolahan bahan baku menjadi produk barang jadi.
Biaya produksi dibagi menjadi tiga elemen:
a. Biaya Bahan Baku
b. Biaya Tenaga Kerja
c. Biaya Overhead
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja disebut juga dengan istilah prime cost,
sedangkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik disebut pula dengan
istilah conversion cost.
11
2. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum dalam hal ini dimaksudkan sebagai biaya-biaya
yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan-kegiatan yang tidak dapat
diidentifikasikan dengan aktifitas produksi maupun pemasaran. Biaya administrasi
dan umum adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan
penyusunan kebijakan dan pengarahan perusahaan secara keseluruhan. Contoh :
gaji direksi, biaya-biaya bagian akuntansi dan personalia, biaya rapat pemegang
saham, dan lain-lain.
Ada dua macam perlakuan terhadap biaya administrasi dan umum.
a. Biaya administrasi dan umum dialokasikan kepada dua fungsi pokok dalam
perusahaan : fungsi produksi dan fungsi pemasaran.
b. Memisahkan biaya administrasi dan umum sebagai kelompok biaya tersendiri
dan tidak mengalokasikan ke dalam fungsi produk dan pemasaran.
3. Biaya pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam hubungannya
dengan usaha untuk memperoleh pesanan (order getting) dan memenuhi pesanan
(order filling).
4. Biaya keuangan
Biaya keuangan adalah biaya yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keuangan,
misalnya biaya bunga.
Penggolongan biaya dalam hal ini adalah untuk memudahkan para karyawan
dalam penyusunan laporan keuangan.
12
2.2 Harga
2.2.1 Pengertian Harga
Menurut Swasta (2000:52) pada bidang ekonomi, harga, dan faedah
merupakan istilah-istilah yang saling berhubungan. Faedah adalah atribut suatu
barang yang dapat memuaskan kebutuhan. Sedangkan nilai adalah ungkapan
secara kuantitatif tentang kekuatan barang untuk dapat menarik barang lain dalam
pertukaran. Tetapi perekonomian kita bukan sistem barter, maka untuk
mengadakan atau untuk mengukur nilai suatu barang kita menggunakan uang, dan
istilah yang dipakai adalah harga. Jadi harga adalah nilai yang dinyatakan dalam
rupiah.
Biasanya penjual menetapkan harga berdasarkan suatu kombinasi barang
secara fisik ditambah beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan.
Memang sulit untuk mendefinisikan harga. Pada sebuah mobil misalnya, harga
yang ditetapkan termasuk pula harga radio, kaset, atau alat pendingin udara (A.C)
dan sebagainya. Tetapi dalam keadaan yang lain harga dapat didefinisikan sebagai
jumlah yang dibayarkan oleh pembeli. Menurut Swasta (2000:52) secara singkat
harga dapat dikatakan bahwa :
“Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau
mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari
barang beserta pelayanannya”.
Untuk menetapkan tingkat harga biasanya perusahaan melakukan percobaan
terhadap pasarnya. Pengujian tersebut untuk mengetahui apakah pasar menerima
atau menolak harga yang ditetapkan oleh perusahaan. Keputusan tentang
penetapan harga tersebut perlu diintegrasikan dengan keputusan tentang produk.
Hal ini disebabkan karena harga merupakan bagian dari penawaran sebuah
produk, seperti juga pada kemasan dan merek.
13
2.2.2. Metode Penetapan Harga
Menurut Swasta (2000:54-56) ada beberapa metode penerapan harga :

Metode Penetapan Harga Berdasarkan Biaya
A.Cost-Plus Pricing
Penjual atau produsen menetapkan harga jual untuk satu unit barang yang
besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah dengan suatu jumlah
tertentu untuk menutup laba yang diinginkan (disebut marjin) pada unit tersebut,
formulanya dapat dilihat berikut ini :
Biaya Total + Marjin = Harga Jual
B. Mark-Up Pricing Method
Variasi lain dari metode cost-plus adalah mark-up pricing method yang
banyak dipakai oleh para pedagang. Pedagang yang membeli barang-barang
dagangan akan menentukan harga jualnya setelah menambah harga beli dengan
sejumlah mark-up.
Harga Beli + Mark Up = Harga Jual
Mark-Up merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Keuntungan
bisa diperoleh dari sebagian mark-up tersebut. Jadi, mark-up terdiri dari laba yang
diinginkan ditambah dengan biaya marketing.
Secara singkat komponen - komponen harga dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Biaya tetap total
Biaya tetap total (total fixed cost) adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh hasil
produksi atau untuk setiap tingkat hasil (output).
14
b. Biaya variabel
Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang berubah-ubah disebabkan oleh
adanya perubahan jumlah hasil. Semakin tinggi tingkat hasil maka semakin besar
biaya variabel yang dikeluarkan.
c. Biaya Total
Biaya total (total cost) adalah biaya keseluruhan, meliputi biaya tetap dan biaya
variabel. Untuk masing-masing barang, biaya ini disebut biaya total rata-rata
(average total cost).
d. Biaya Marjinal
Biaya marjinal (marginal cost) adalah biaya untuk memproduksi dan menjual
tambahan satu unit produk yang terakhir.

Metode Penetapan Harga Permintaan
Metode Penetapan harga ini adalah dengan “Analisa Break Event Point”
yang dapat dilihat pada formulasi di bawah ini;
Titik break event point dalam unit = biaya tetap total
Kontribusi per unit pada overhead
Kontribusi per unit pada overhead dapat diartikan sebagai kelebihan harga
jual per unit atas biaya variabel rata-rata yang dipakai untuk menutup biaya tetap.
Jadi, kontribusi per unit produk pada overhead ini dapat diperoleh dengan
menggunakan formula, sebagai berikut :
Kontibusi per unit produk pada overhead = harga jual per unit – biaya variabel
rata
15

Metode Penetapan Harga Berdasarkan Keseimbangan Permintaan dan
Penawaran
Metode penetapan harga yang didasarkan pada keseimbangan antara
penawaran dan permintaan adalah penetapan “Analisis Marjinal”. Marginal
Analysis yaitu analisis informasi ekonomi dengan cara menguji hasil nilai tambah
ketika suatu variabel meningkat akibat meningkatnya variabel lain.

Metode Penetapan Harga Dalam Hubungannya Dengan Pasar
Penetapan harga ini dapat dikelompokan ke dalam 3 jenis yaitu :
1.Penetapan harga sama dengan harga pesaing
2. Penetapan harga dibawah harga pesaing
3. Penetapan harga diatas harga pesaing
2.3
Harga Pokok
2.3.1
Pengertian Harga Pokok
Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya
produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya yang
dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, sedangkan biaya
non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
administrasi dan umum. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang
digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga produk yang
pada akhir periode akuntansi masih dalam proses.
Menurut Mursyidi (2008:14) pengertian harga pokok adalah :
“Biaya yang telah terjadi (expired cost) yang belum dibebankan atau dikurangkan
dari penghasilan.”
16
2.3.2
Pengertian Harga Pokok Produksi.
Perusahaan industri baik kecil maupun besar sebelum menentukan harga
jual terlebih dahulu harus menetapkan harga pokok produksi. Hal ini dilakukan
untuk memperkirakan laba yang diperoleh dari hasil penjualan produk tersebut
maupun untuk pengendalian biaya. Pengertian harga pokok menurut para ahli
yang satu dengan yang lainnya berbeda
Pengertian harga pokok produksi menurut Sunarto (2003:30) : bahwa
harga pokok adalah nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa
yang diukur dengan nilai mata uang.
Pengertian harga pokok produksi menurut Horngren (2006:42) adalah:
“.....Is the sum of the cost assigned to a product for a spesific purpose”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi:
“....adalah jumlah harga yang ditetapkan pada produk untuk menuju tujuan
khusus”
Perhitungan harga pokok produksi dalam suatu perusahaan sangat penting
oleh karena itu harus dilakukan seteliti mungkin supaya tidak terjadi kesalahan
yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
2.3.3
Unsur-unsur Biaya Harga Pokok Produksi
Seperti yang telah dituliskan di atas, bahwa unsur yang dimasukan dalam
menentukan harga pokok produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik.
Berikut ini dijelaskan secaran singkat mengenai unsur harga pokok
produksi :
17

Biaya Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian integral produk
jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperleh dari
pembelian lokal, pembelian import atau dari pengolahan sendiri. Didalam
pembelian bahan baku, perusahaan tidak hanya mengeluarkan uang sejumlah
harga beli bahan baku saja tetapi mengeluarkan biaya-biaya pembelian,
pergudangan dan biaya-biaya perolehan lain
Mengenai penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam
produksi perlu adanya penilaian terhadap bahan baku yang tersedia di gudang.
Karena dalam satu periode akuntansi sering terjadi flukutuasi harga, maka harga
beli bahan baku juga berbeda dari pembelian yang satu dengan pembelian yang
lain.

Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja adalah semua bahan jasa yang diberikan oleh
perusahaan kepada semua karyawan sesuai dengan fungsi dimana karyawan
bekerja. Biaya tenaga kerja dapat digolongkan kedalam biaya tenaga kerja pabrik
atau produksi, biaya tenaga kerja pemasaran, biaya tenaga kerja administrasi dan
umum.
Menurut Jayaatmaja (2003:7), biaya tenaga kerja digolongkan :
1. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour)
Adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan yang manfaatnya dapat
diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan
perusahaan.
18
2. Biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labour)
Adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan yang manfaatnya tidak
dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu yang
dihasilkan perusahaan.

Biaya Overhead
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung. Menurut Mulyadi (2005:68) biaya-biaya produksi
yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokan menjadi beberapa
golongan yaitu:
a.
Biaya Bahan Baku Penolong
Adalah bahan yang tidak menjadi bagian daripada produk jadi atau bahan
yang meskipun bagian daripada produk jadi tetapi nilainya kecil.
b.
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Berupa pemakaian sparepart dan factory supplies atau persediaan yang
lain serta pembelian jasa pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan
dan pemeliharaan perumahan, bangunan pabrik, mesin- mesin, kendaraan,
perkakas laboratorium, dan aktiva lain yang digunakan untuk keperluan
pabrik.
c.
Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung
Biaya tenaga kerja tak langsung dikeluarkan untuk kegiatan produksi
secara umum.
d.
Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain biaya-biaya asuransi
gedung, asuransi mesin dan perlengkapan, asuransi kendaraan dan asuransi
kecelakaan karyawan.
19
e.
Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain biaya-biaya
penyusutan, bangunan, dan aktiva tetap lain yang digunakan di
perusahaan.
f.
Biaya overhead lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang
tunai
Biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain biaya reparasi yang
diserahkan kepada pihak luar perusahaan. Biaya listrik PLN dan
sebagainya.
2.3.4. Harga Pokok Penjualan
Menurut Mulyadi (2005:70) Harga pokok penjualan merupakan harga
perolehan dari barang yang dijual oleh perusahaan, yang dihitung dengan cara
sebagai berikut :
Contoh perhitungan harga pokok penjualan dari perusahaan.
Persediaan awal, 1 Jan
xx
Ditambah : Biaya Produksi
xx
(bahan langsung yang digunakan,
Tenaga kerja langsung, overhead)
Harga pokok yang tersedia untuk dijual
xx
Dikurangi : Persediaan Akhir, 31 Des
xx
Harga Pokok Penjualan
xx
20
Sedangkan menurut Jusup (2003:342) : harga pokok penjualan adalah
Persediaan awal ditambah dengan harga pokok barang yang dibeli sama dengan
harga pokok barang yang tersedia dijual, dan harga pokok barang yang tersedia
dijual dikurangi persediaan akhir sama dengan harga pokok penjualan.
2.4.
Metode-Metode Harga Pokok Penjualan
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2007:48) mengenai penentuan
harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau
pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya
variable saja.
Menurut Mulyadi (2005:17-22) dalam menentukan unsur-unsur biaya ke
cost produksi terdapat dua pendekatan:
1.
Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi,
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik, baik yang berperilaku variable maupun tetap. Dengan demikian
harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya
produksi berikut ini :
Biaya bahan baku
xx
Biaya tenaga kerja langsung
xx
Biaya overhead pabrik variabel
xx
Biaya overhead pabrik tetap
xx
Harga pokok produksi
xx
21
2.
Variable Costing
Variable Costing merupakan penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berlaku variable ke dalam harga pokok
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik variable. Dengan demikian harga pokok produksi menurut
metode variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini ;
3.
Biaya bahan baku
xx
Biaya tenaga kerja langsung
xx
Biaya overhead pabrik variabel
xx
Harga pokok produksi
xx
Activity Based Costing
Menurut Mursyidi (2008:25) klasifikasi biaya ini dihubungkan dengan
jenis kegiatan yang menimbulkan biaya. Hal ini sangat diperlukan dalam
rangka perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing).
Dalam satu jalur produksi terdapat beberapa aktivitas misalnya : persiapan
produksi, pemotongan, peleburan, pencetakan, perakitan, penyelesaian,
pengepakan, dan pengapaian, maka jenis-jenis biaya akan diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas tersebut.
Menurut Horngren, Foster, Datar (2000:140) bahwa:
“ Activity Based Costing (ABC) system refine costing systems by
focusing on invidual activities asthe fundamental cost object. An
activity is an event, task or unit of work with a specified puspose: for
example; design product, setting of machines, operating machines,
and distributing product. ABC systems calculate the costs of
individual activities and assign cost to cost object such as product
and services on the basic of the activities undertaken to produce
each product each product or service.
22
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Activity Based Costing
(ABC) sistem penghargaan mendasar yang difokuskan pada aktifitas
perorangan sebagai harga objek yang mendasar. Aktifitas adalah sebuah
acara, tugas atau unit kerja dengan tujuan tertentu : contoh ; desain produk,
pengaturan mesin, pengoperasian mesin, dan pendistribusian produk.
Sistem ABC menghitung harga aktifitas individu dan menetapkan dari
harga ke harga seperti hasil produksi dan jasa.
2.5.
Perbandingan Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur dengan
Laporan Laba Rugi Perusahaan Dagang
Menurut Mursyidi (2008:11) Laporan keuangan merupakan hasil proses
akuntansi. Untuk memahami bagaimana pengolahan data biaya dalam akuntansi
biaya, ada baiknya dipahami lebih dahulu perbedaan laporan laba rugi yang
disajikan perusahaan dagang dengan laporan laba rugi yang dihasilkan oleh
perusahaan manufaktur.
Kegiatan perusahaan dagang berupa pembelian barang dagangan dari
perusahaan lain dan penjualan barang dagangan tersebut kepada konsumen atau
perusahaan manufaktur. Perusahaan dagang tidak melakukan pemrosesan
terhadap barang dagangan yang dibeli. Untuk menjalankan usaha dagangnya,
perusahaan dagang mengeluarkan sumber ekonomi untuk memperoleh barang
dagangnya, mengeluarkan biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran.
Pengorbanan ini disajikan dalam laporan rugi laba yang dikelompokan dalam 3
golongan :
1.
Pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang dagangan dari
perusahaan lain. Pengorbanan ini dikelompokan dengan judul “harga
pokok penjualan”
2.
Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan pemasaran barang
dagangan. Pengorbanan ini dikelompokan dengan judul “biaya pemasaran”
23
3.
Pengorbanan sumber ekonomi untuk kegiatan selain perolehan barang
dagangan dan pemasaran barang dagangan. Pengorbanan ini dikelompokan
dengan judul “biaya administrasi dan umum”
Kegiatan perusahaan manufaktur terdiri dari pengolahan bahan baku
menjadi produk jadi dan penjualan produk jadi tersebut kepada konsumen atau
perusahaan manufaktur lain. Kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk
jadi tersebut memerlukan 3 kelompok pengorbanan sumber ekonomi (1)
Pengorbanan bahan baku, (2) Pengorbanan jasa tenaga kerja, dan (3) Pengorbanan
jasa fasilitas. Untuk memasarkan produk jadi yang dihasilkan, perusahaan
manufaktur memerlukan pengorbanan sumber ekonomi.
2.6. Proses Akuntansi Biaya
Menurut Mursyidi (2008:13) Akuntansi biaya tidak menambah tahap
proses dalam akuntansi keuangan (Akuntansi Umum). Proses akuntansi biaya
sama dengan proses akuntansi yang dibahas dalam dasar akuntansi, hanya dalam
akuntansi biaya akan menambah rekening buku besar berupa rekening Persediaan
Bahan, Upah dan Gaji, Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya, Biaya overhead
pabrik dibebankan, Barang dalam proses, Persediaan barang jadi daan rekeningrekening lain yang berhubungan dengan selisih biaya produksi.
Dalam proses akuntansi biaya objek yang menjadi perhatian adalah biaya
dikhususkan biaya produksi karena dianggap paling kompleks. Gambaran
sederhana proses akuntansi biaya untuk setiap tipe perusahaan adalah sebagai
berikut :
24
Gambar 2.1
Proses Akuntansi Biaya untuk Perusahaan Jasa
Sumber biaya
Harga pokok
jasa
bia
Sumber : Mursyidi, Akuntansi Biaya, 2008
Gambar 2.2
Proses Akuntansi Biaya untuk Perusahaan Dagang
Pembelian
barang
Harga
pokok
penjualan
Persediaan
barang dagang
Sumber : Mursyidi, Akuntansi Biaya, 2008
Gambar 2.3
Proses Akuntansi Biaya untuk Perusahaan Industri Manufaktur
Biaya bahan
Pembelian
bahan
Tenaga kerja
Persediaan
barang jadi
Harga pokok
penjualan
Overhead
Sumber : Mursyidi, Akuntansi Biaya, 2008
Berikut ini disajikan hubungan antara akun umum (yaitu akun yang
dipergunakan untuk mencatat perubahan harta, utang, ekuitas,pendapatan, beban
operasional) dengan akun biaya produksi (akun yang dipergunakan untuk
25
mencatat perubahan biaya yang berkaitan dengan proses pembuatan produk dan
atau jasa).
Hubungan akun-akun tersebut hanya merupakan gambaran dan bukan
merupakan proses akuntansi yang terpisah. Semua akun-akun yang dipergunakan
untuk mencatat transaksi keuangan baik yang terkait dengan aktiva, utang,
ekuitas, pendapatan, beban dan biaya (termasuk yang terkait dengan proses
produksi) merupakan aktivitas yang dilakukan dalam akuntansi keuangan.
Aktivitas akuntansi biaya yang terkait dengan perhitungan, rincian dan pelaporan
internal merupakan kegiatan akuntansi manajemen.
2.7.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Jual
Penentuan harga jual merupakan masalah yang rumit bagi manajemen
perusahaan. Selain harus mempertimbangkan tujuan perusahaan yang hendak
dicapai, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbankan dalam penentuan harga
jual.
Secara garis besar Horngren (2006:398) menyatakan faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan harga jual adalah :
“ There are three major influences on pricing decision : costumers, competitors,
and costs”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan harga jual adalah:
“ Ada 3 pengaruh utama dalam menentukan harga : pelanggan, pesaing, dan
harga”.
Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan harga jual
adalah biaya. Harga jual tersebut dapat menutupi biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi produk tersebut. Bila tidak, maka perusahaan
akan mengalami kerugian.
26
Pendapat tersebut di dukung oleh Usry, Hammer dan Carter (2004:765)
yang menyatakan sebagai berikut :
“Usually costs are considered to be starting point in a pricing situation, even
when a rigid relationship does not exist”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa :
“ Biasanya harga dianggap sebagai poin awal dalam menentukan harga pasar
walaupun pada saat situasi yang sukar itu tidak berlaku”.
Dengan demikian dikatakan bahwa biaya merupakan faktor penting yang
perlu diperhatikan dalam penetapan harga jual.
Informasi taksiran biaya produksi pesanan tertentu, dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu dasar untuk menetapkan harga jual produk yang akan
dibebankan kepada pemesan. Informasi taksiran biaya produksi juga bermanfaat
sebagai salah satu dasar untuk mempertimbangkan diterima tidaknya suatu
pesanan. Jika pesanan telah diputuskan untuk diterima, manajemen memerlukan
informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam memenuhi
pesanan tertentu. Oleh karena itu, harga jual yang dibebankan kepada pemesan
sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk
memproduksi pesanan tertentu.
2.8.
Keputusan Penetapan Harga Jual
Keputusan penetapan harga jual produk merupakan salah satu tugas
penting yang dilaksanakan oleh manajemen perusahaan. Penetapan harga jual
produk merupakan tugas yang sulit, karena memerlukan pertimbanganpertimbangan dari berbagai aspek.
Umumnya biaya dianggap sebagai suatu titik mula dalam menetukan
harga jual. Biaya yang dimaksud adalah biaya untuk memproduksi produk dan
menjual produk. Harga jual yang ditetapkan biasanya harus melebihi biaya untuk
27
memproduksi produk dan menjual produk tersebut. Perusahaan biasanya
menambah markup tertentu terhadap biaya dalam penentuan harga jual.
Ada beberapa cara untuk menentukan harga jual yang biasa digunakan
Menurut Dinas Kesehatan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.03.01/Menkes/146/1/2010 Tentang Harga Obat Generik
yang menetapkan bahwa pada keputusan yang kelima : Dalam rangka menjamin
ketersediaan dan pemerataan obat generik pabrik obat dan/atau Pedagang Besar
Farmasi dalam menyalurkan Obat Generik kepada Pemerintah, Rumah Sakit,
Apotek dan Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya dapat menambahkan biaya
distibusi maksimum sebesar 1,25% untuk regional-II.
Menurut Usry, Hammer dan Carter (2004:767) adalah sebagai berikut :
1.
“Pricing to maxximize profit
2.
Pricing to achieve a desire return on capital employed
3.
Pricing based on diffrential cost
4.
Pricing based on standart cost
5.
Target pricing”
Menurut Hammer (2004:767) adapun penjelasan dari penentuan harga jual
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1.
Pricing to maximize profit
Merupakan suatu cara penetuan harga jual yang membandingkan total
pendapatan yang diharapkan dengan total biaya pada volume penjualan
yang berbeda-beda. Biaya rata-rata per unit akan menurun seiring dangan
kenaikan output, karena biaya tetap akan tersebar pada unit yang lebih
banyak harga yang menghasilkan total profit yang tersebar dan akan
dipilih sebagai harga jual.
28
2.
Pricing to achieve a desire return on capital employed
Merupakan suatu cara penentuan harga jual yang dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Pricing = Total cost + (Desire rate of return X Total Capacity employed)
Sales volume in unit
3.
Pricing based on different cost
Merupakan cara penentuan harga jual yang menggunakan different cost
sebagai dasar untuk menentukan harga jual. Different cost dijadikan
sebagai dasar untuk menentukan harga jual, karena setiap harga yang
melebihi atau diatas tarif different cost dianggap akan menghasilkan suatu
profit. Pendekatan ini hanya digunakan untuk menentukan harga jual
jangka pendek dan biasanya digunakan dalam menentukan harga jual
pesanan khusus.
4.
Pricing based on standart cost
Merupakan suatu penentuan harga jual yang menggunakan biaya standar
sebagai dasar perhitungan harga jual. Biaya standar yang dimaksud adalah
untuk bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Penggunaan biaya standar dalam menentukan harga jual mempercepat
perhitungan dan mengurangi pekerjaan yang terlalu rinci.
5.
Target pricing
Target pricing didefinisikan oleh Horngren (2006:403) adalah sebagai
berikut :
“.....the estimated price for a product (or service that potencial costumers
will be willing to pay)”.
29
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa target pricing adalah :
“.....perkiraan harga produk (atau pelayanan yang memungkinkan
para pelanggan bersedia untuk membayar)”.
Harga jual ditaksir atau estimasi berdasarkan pada pengetahuan akan
dinilai produk yang diterima konsumen dan harga yang ditawarkan
pesaing. Target pricing merupakan competitive advantage (keuntungan
bersaing), karena merupakan dasar penentuan target cost yang dihitung
dengan mengurangi target operating income per unit dari target price.
Strategi ini akan berhasil jika biaya dikurangi sampai di bawah harga jual
dan menghasilkan profit yang memadai. Untuk itu, diperlukan peningkatan
efisiensi perusahaan secara berkesinambungan atau mengurangi biaya
input.
Pengendalian dalam suatu perusahaan sangat diperlukan demikian pula
dalam perusahaan manufaktur ataupun perusahaan dagang, karena suksesnya
suatu perusahaan tidak kurang dari kegiatan pengendalian internalnya yang
konsisten dijalankan oleh perusahaan tersebut. Dalam perusahaan dagang harga
jual pun harus dikendalikan oleh bagian penjualan suatu perusahaan tersebut
karena itu dapat berpengaruh dalam permintaan dan penawaran masyarakat.
Dengan adanya pengendalian internal pada perusahaan dalam penjualan
barang maka keputusan harga jual pun akan terkendali dengan baik sehingga akan
berpengaruh pula pada operasional perusahaan. Dan berikut adalah pengertian
dari pengendalian internal adalah :
Menurut George H. Bodnar (2006:129) pengertian pengendalian internal
adalah :
“Pengendalian internal merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh
dewan direksi perusahaan manajemen, dan personel lain yang dirancang
untuk memberikan jaminan yang masuk akal terkait dengan tercapainya
tujuan berikut :
30
1. Reliabilitas pelaporan keuangan
2. Efektivitas dan efisiensi operasi
3. Kesesuaian dengan perturan dan regulasi yang berlaku”
Sedangkan menurut Sunarto (2003:138) terdapat beberapa konsep dasar
pengendalian internal, yaitu :
1. Pengendalian Internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu, bukan tujuan itu sendiri, pengendalian internal merupakan
suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan menjadi bagian tidak
terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan dari infrastruktur.
2. Pengendalian internal dijalankan oleh orang. Pengendalian internal
bukan hanya terdiri dari pedoman dan formulir, namun dijalankan oleh
orang dari setiap jenjang organisasi yang mencakup dewan komirasis,
manajemen dan personel lain.
3. Pengendalian internal dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan
memadai, bahkan mutlak bagi menejemen dan dewan komisaris entitas.
Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian internal
dan pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan
pengendalian menyebabkan pengendalian tidak dapat memberikan
keyakinan mutlak.
4. Pengendalian internal adalah alat untuk mencapai tujuan yaitu pelaporan
keuangan, kesesuaian, dan operasi.
Dari definisi-definisi yang telah dirangkai di atas dapat disimpulkan
bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses yang dirancang untuk
menyediakan keyakinan yang rasional atas tercapainya tujuan reabilitas pelaporan
keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kesesuaian dengan peraturan dan
regulasi yang berlaku.
Download