Muhammad Ibn Abdul Wahhab - Adz

advertisement
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Kata Pengantar Penterjemah
S
egala puji kembali kepada Allah, Penerang hati, Penunjuk kepada
Jalan yang Lurus. Siapa saja yang diberi petunjuk oleh-Nya maka
kebaikanlah baginya dan siapa saja yang dibiarkan-Nya tersesat maka
kerugian yang sangatlah bagiannya. Saya bersaksi bahwasannya tiada Tuhan yang
patut diibadahi kecuali Allah dan saya bersaksi bahwasannya Muhammad (‫)ﷺ‬
adalah hamba dan utusan-Nya.
Pertama kali saya menemukan buku karya Jamaal Zarabozo ini adalah dari
sebuah blog yang berasal dari India dalam format PDF. Awalnya saya tak memiliki
niat untuk menterjemahkannya, hanya membaca. Namun demikian, literatur
tentang Muhammad ibn Abdul Wahhab, meskipun gerakannya telah banyak
dikenal dan disandarkan kepadanya, sangatlah sulit didapat dalam bahasa
Indonesia. Dan benarlah, saya mencoba mencari literatur lain mengenai
Muhammad ibn Abdul Wahhab ini di beberapa toko buku di Bandung sehingga
hasilnya kurang memuaskan. Bahkan ketika menggali informasi dari orang-orang
yang dianggap dan dituduh sebagai “Wahhabi”.
Di Sosial Media, pembahasan-pembahasan berkenaan dengan Muhammad
ibn Abdul Wahhab ini seringkali tidak positif dan terdistorsi. Dia lebih sering
dihubungkan kepada puritanisme, ekstrimisme dan fundamentalisme Islam
terlebih yang sekarang sedang menjadi berita panas dunia, ISIS, bahkan
menghubungkannya sebagai skenario Yahudi untuk menghancurkan Islam dari
dalam. Seandainya itu benar, sebagai seorang Muslim, tentu sangat baik bagi kita
untuk menilai seseorang secara adil dan fair. Saya sepakat dengan penulis buku ini
yang berkata, “Dalam setiap hal, imparsialitas (ketidakberpihakan), objektifitas,
integritas seorang ilmuwan dan keadilan sungguh diharapkan datang dari setiap
muslim. Hal tersebut harus tetap dijalankan bahkan ketika dihadapkan dengan
musuh ataupun para penentang.”
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 1
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Bagi saya, buku ini menyajikan informasi yang cukup baik dan banyak
berkenaan dengan asal-usul, ajaran-ajaran dan pengaruh Muhammad ibn Abdul
Wahhab, juga serangan-serangan dan pertentangan-pertentangan yang ditujukan
kepadanya. Sehingga, mudah-mudahan dapat membuka pikiran dan hati kita untuk
dapat menilai saudara Muslim kita sebagaimana mestinya.
Saya ucapkan terimakasih kepada istri saya tercinta yang telah merelakan
malam-malam kami saya pergunakan untuk betatap muka dengan layar monitor
alih-alih bersamanya, putera cikal saya Jafits yang seringkali saya rampas meja
belajarnya untuk saya pergunakan mengetik, si bungsu Geulis yang cerewet namun
seringkali permintaannya untuk saya “ninabobokan” tidak dapat saya kabulkan.
Kepada teman-teman adz-Dzikro saya ucapkan terimakasih untuk mesin
cetaknya serta diskusi-diskusi kami yang menarik dan membuka cakrawala. Ustadz
Hanhan Subhana, Ahmad Taufik Nurdin, Rahmat Hidayat, Ikhsan Khaerudin,
Ajengan Hasan dan teman-teman yang lain, teruskan perjuangan kalian, saya dan
ummat Muslim sangat membutuhkan perjuangan kalian dan darma bakti kalian
terhadap ilmu. Bapak dan Umi, ini adalah sebagian darma bakti ananda untuk
Islam, semoga Allah menetapkan ananda menjadi anak yang shaleh sebagaimana
kalian rencanakan.
Akhirnya, karya terjemahan ini bisa jadi masih menyisakan kesalahan dan
kekeliruan. Kesalahan dan kekeliruan itu adalah kembali kepada saya sebagai
penterjemahnya. Sementara kesempurnaan murni hanya milik Allah yang Maha
Sempurna dan semoga Allah tetap membuka hati saya untuk dapat memperbaiki
kesalahan dan kekeliruan itu.
Bandung, Jumadil Awwal 1436 H / Maret 2015 M
Gungun Mulyawan Nawari
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 2
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Penterjemah … 1
Daftar Isi … 3
Tentang Pengarang … 9
Kata Pengantar … 11
BAB I Motivasi di Balik Karya Ini … 13
BAB II Kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 17
Situasi politik sejak zaman Nabi (‫ … )ﷺ‬17
Keadaan Ekonomi … 22
Keluarga Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 22
Perjalanan-perjalanan untuk Mencari Ilmu … 26
Kembali ke al-Uyainah dan Perjalanan ke Basra dan al-Ahsa … 30
Huraimila dan Dimulainya Da’wah … 36
Kediaman di al-Uyainah … 39
Kepindahan ke al-Diriyyah … 45
Sebuah Tahapan Baru dalam Da’wah: Jihad … 50
Musuh-musuh dari Luar … 56
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 3
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Wafatnya Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 63
Kepribadian Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 64
Hasil-hasil dari Upaya-upaya yang Telah Dilakukan ibn AbdulWahhab … 68
BAB III Ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab
yang Penting dan bersifat Pembaharu … 73
Islam Sejak Masa Nabi (‫ … )ﷺ‬73
Situasi Keagamaan di Najd … 78
Ibn Abdul-Wahhab dan Aqidah … 87
Metodologi Ibn Abdul-Wahhab … 88
Keyakinan ibn Abdul-Wahhab Kepada Allah … 94
Tauhid Ibadah … 97
Ibn Abdul-Wahhab dan Pertanyaan Siapakah Seorang Muslim …
106
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Fiqih Islam, Pertimbangan
Hukum dan Taqlid … 110
Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan Da’wah, Amar Ma’ruf Nahyi
Munkar … 120
Pentingnya Amar Ma’ruf Nahyi Munkar … 121
Metodologi Da’wah dan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar Muhammad
ibn Abdul- Wahhab … 125
Masalah-masalah yang Menjadi Prioritas … 136
Ibn Abdul-Wahhab dan Kualitas-kualitas
Mengamalkan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar … 139
Orang
yang
Kelengkapan Pendekatan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar ibn AbdulWahhab … 145
Ringkasan … 151
BAB IV Peninggalan & Pengaruh Muhammad ibn AbdulWahhab … 153
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 4
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Tulisan-tulisan Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 153
Karya dalam Bidang Aqidah atau Iman Islam … 155
Karya-karya di Bidang Fiqih atau Hukum Islam … 160
Karya-karya yang berhubungan dengan Kehidupan Nabi … 162
Karya-karya dalam bidang Hadits … 163
Karya-karya yang Berhubungan dengan Tafsir … 164
Kumpulan Tulisan ibn Abdul-Wahhab … 165
Murid-muridnya … 165
Catatan Mengenai
“Wahhabisme” … 167
Penggunaan
Kata
“Wahhabi”
dan
Pengaruh Ibn Abdul-Wahhab di Luar Najd … 171
Penjelasan-penjelasan Pengantar … 172
Yaman … 179
Iraq … 179
Al-Syaam (“Suriah Besar”) … 181
Mesir … 182
Afrika Utara … 183
Afrika Sub-Sahara … 185
Anak Benua Indo-Pak … 187
Indonesia … 193
Thailand … 195
Turkistan … 195
Faktor-faktor yang Mendukung Hebatnya Pengaruh ibn AbdulWahhab … 196
Konklusi … 199
BAB V Para penentang dan Kritik yang ditujukan kepada
Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 201
Alam dan Pentingnya Cobaan serta Godaan … 201
Sebuah Catatan Mengenai Metodologi … 202
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 5
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Motivasi di balik Penentangan terhadap Muhammad ibn AbdulWahhab … 207
Para Penentang dan Kritik … 219
Karya-karya Pembantah Kritik … 229
Tinjauan Luas Terhadap Kritik dan Tudingan-tudingan Tanpa
Bukti yang Dibuat untuk Menyerang ibn Abdul-Wahhab, Ajaranajarannya serta Da’wahnya … 232
I. Pemalsuan-pemalsuan mencolok mengenai da’wah ibn
Abdul-Wahhab … 233
II. Kesalahan-kesalahan Konsepsi mengenai da’wah ibn
Abdul-Wahhab … 234
III. Keberatan-keberatan terhadap beberapa masalah
yang berhubungan dengan Da’wah … 235
Tudingan Bahwa ibn Abdul-Wahhab Mengklaim Kenabian … 236
Tudingan bahwa ibn Abdul-Wahhab Merendahkan Nabi … 238
Persoalan Mendeklarasikan Orang Di luar Lipatan Islam dan
Berperang Melawan Mereka … 242
Klaim bahwa “Wahhabi” Adalah Khawarij … 246
Tudingan Bahwa Tanduk Syetan Muncul dari Najd - ibn AbdulWahhab … 248
Tudingan Tanpa Bukti bahwa ibn Abdul-Wahhab Menganggap
Beberapa Hal Kufur Padahal Tidak … 251
Tudingan Tanpa Bukti bahwa ibn Abdul-Wahhab memberontak
kepada Kekhalifahan Utsmaniyyah … 257
Masalah Tawassul (Mencari Perantara Kedekatan kepada Allah)
dan Mencari Pertolongan dari Selain Allah … 260
Persoalan Tentang Memohon Syafaat Nabi … 268
Masalah-masalah Penghancuran Makam-makam dan Ziarah
Kubur … 273
Kesimpulan … 275
BAB VI Literatur Berbahasa Inggris Akhir-akhir Ini Tentang
Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 283
Studi-studi Umum tentang Islam … 283
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 6
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Para Pelancong Barat … 287
Burckhardt … 289
Tulisan-tulisan yang Ada Baru-baru Ini … 294
Algar … 295
Schwartz … 310
Attar, Abdul-Aziz ibn Baaz dan al-Huqail … 321
Konklusi … 323
BAB VII Pelajaran-pelajaran untuk Dunia Sekarang dari
Kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab … 324
Pentingnya Memulai Dengan Cara Mengoreksi Aqidah Seseorang
Baik Secara Teori Maupun Praktik … 326
Tidak Putus Asa Meski Begitu Besarnya Kebodohan dan
Pelanggaran … 331
Pentingnya “Pendidikan Edukasional dan Spiritual” yang Tepat …
334
Pentingnya “Pendidikan” Untuk Semua … 337
Mengikuti “Sebab dan Akibat” dalam Dunia Ini Sambil Menaruh
Kepercayaan Penuh kepada Allah … 342
Perlunya Memiliki Dukungan untuk Da’wah … 344
Memiliki Keyakinan Penuh tentang Betapa Pentingnya Mengikuti
Kebenaran … 350
Pentingnya Berpaling kepada Allah … 354
Menolak Berkompromi
Fundamental … 355
dalam
Hal
Keyakinan-keyakinan
Sang Da’i dan Mereka yang Bersamanya Harus Mengaplikasikan
Prinsip-prinsip Da’wah … 360
Pentingnya Membantah Keragu-raguan dan Tudingan-Tudingan
tanpa Bukti Mengenai Da’wah yang Benar … 362
Menyadari Cara-cara Apa Saja yang Diambil Musuh-musuh
Kebenaran … 365
Kebenaran dan Kekeliruan Tidak Ditegaskan berdasarkan Jumlah
… 370
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 7
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Pentingnya Memahami Kenyataan Mutakhir … 375
Menyekutukan Allah (Syirik) adalah Kemungkaran yang Sangat
Besar dan Segala Cara Mesti Dilakukan untuk Menghindarinya … 377
Tabel 1. Ringkasan Studi al-Khamis Mengenai Amalan-amalan
Terlarang yang Mengarah kepada Syirik … 387
Bab VIII Kesimpulan … 389
Pentingnya dan Perlunya Kembali kepada Ajaran Islam yang
Murni dan Aseli … 389
Konsep Tajdid (“Pembaharuan”) … 391
Motivasi Ibn Abdul-Wahhab … 393
Kata-kata Akhir … 397
Glossarium … 399
Daftar Pustaka … 405
Karya-karya Berbahasa Inggris … 405
Karya-karya Berbahasa Arab … 408
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 8
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Tentang Pengarang
S
ebelum membaca lebih jauh karya ini, disini dikupas sedikit mengenai
biografi penulisnya. Pria keturunan Spanyol berkebangsaan Amerika ini
adalah seorang mualaf dengan agama sebelumnya adalah Katolik. Beliau
masuk islam sejak tahun 1976. Nama lengkap beliau adalah Sheykh Jamaal al-Din
M. Zarabozo, lahir pada tahun 1960, di Perancis.
Pria ini sekarang tinggal di Berkeley, Colorado, AS. Beliau mendapatkan gelar
Bachelor dalam bidang Ekonomi dari University of California di Berkley dan Davis,
serta gelar Master dalam bidang Ekonomi dari UC di Davis. Banyak orang
menyayangkan keputusannya untuk meninggalkan studi Ph.D.-nya kemudian
mengejar studi-studi Islam. Beliau belajar Bahasa Arab secara otodidak dan belajar
ilmu-ilmu Islam dengan Dr. Mustafa Azami, seorang ulama hadits terkenal di
Boulder, Colorado.
Sekarang, beliau berprofesi sebagai ulama, dosen, editor, dan penulis banyak buku
Islam. Aktivitas yang selalu dijalaninya adalah sebagai imam Islamic Center of
Boulder, Colorado; mengajar kelas-kelas Islam dan bahasa Arab dari Muslim
Community Association of the San Francisco Bay Area dan dari Masjid An-Nur
Islamic Center (dapat diakses melalui live streaming dari website-nya
http://www.jamaalzarabozo.com); beliau juga adalah tamu regular untuk Chanel
Islam, dan pendiri serta editor majalah al-Basheer.
Karya-karya tulis beliau termasuk:

A Commentary on the Forty Hadith of Nawawi,

Towards Understanding Islam – Part I,
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 9
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo

How to Approach and Understand the Quran,

The Authority and Importance of the Sunnah,

Purification of the Soul,

He Came to Teach you your Religion,

The Fiqh of the Friday Prayer,

The Friday Prayer – Khutbas I-II,

Easy Fiqh, dan

Jihad and Western Attitude toward War.
Sementara karya terjemahannya dari kitab-kitab berbahasa Arab, termasuk:

If The World of The Jinn and The Devils karya Omar Al-Ashqar,

Words of Remembrance and Words of Reminder ( Salih al-Sadlaan),

The Fiqh of Marriage (Salih al-Sadlaan),

Marital Discordn (Salih al-Sadlaan),

The Concise Presentation of The Fiqh,

Fiqh al-Sunnah (Syed Sabiq), dan

Religious Extremism in the Lives of Contemporary Muslims.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 10
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Kata Pengantar
D
engan nama Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji
hanya kepada Allah; kami memuji-Nya; kami berlindung kepada-Nya; kami
memohon ampunan kepada-Nya; dan kami memohon petunjuk-Nya. Kami
memohon perlindungan kepada Allah dari godaan Syaitan dan sifat-sifat buruk.
Siapa saja yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada sesuatu pun yang dapat
menyesatkannya. Dan siapa saja yang dibiarkan Allah tersesat, tak ada sesuatu pun
yang dapat membawanya pada jalan yang benar. Saya bersaksi bahwa tiada
sesuatu pun yang patut diibadahi kecuali Allah yang tiada sesuatu pun yang setara
dengan-Nya. Dan saya bersaksi bahwasannya Muhammad adalah pesuruh dan
rasul-Nya.
Sesungguhnya, perkataan paling sejati adalah perkataan Kitab Allah. Petunjuk
terbaik adalah petunjuk Muhammad. Urusan yang paling buruk adalah urusan
yang diada-adakan. Setiap yang diada-adakan adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah
adalah sesat. Dan setiap kesesatan tempatnya di neraka. Saya akan menggunakan
kesempatan ini untuk memuji dan bersyukur kepada Allah karena telah
memberikan saya kesempatan untuk menulis buku ini berkenaan dengan seorang
tokoh yang sangat penting dalam sejarah Islam.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 11
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Saya juga mengucapkan terimakasih yang sangat dalam kepada yang terhormat
Syeikh Saleh bin Abdulaziz Ali-Syeikh (Menteri urusan Amal, Da’wah dan Petunjuk
Keislaman) atas dukungan dan dorongannya, bukan hanya dalam proyek ini saja
melainkan juga pada setiap kesempatan kami bertemu. Dr. Hamad ibn Muhammad
juga patut mendapatkan sebutan khusus atas dukungan dan dorongan yang
diberikannya. Di antara orang yang bekerja dalam wilayah publikasi dalam
Kementerian, terimakasih yang khusus juga patut ditujukan kepada Dr.
Muhammad al-Suhaim dan Abdul-Rahman Ali-Syeikh.
Ada begitu banyak orang yang ingin saya ucapkan terimakasih atas bantuan
mereka dalam karya ini yang telah bersedia mereview, mengoreksi dan
menyediakan referensi yang sangat bernilai. Pertama, saya harus mengucapkan
terimakasih kepada istriku tercinta yang selalu menjadi sumber asistensi dan
bantuan. Terimakasih khusus juga saya tujukan kepada saudara dan saudariku Jalal
dan Zainab yang telah bersedia mereview dan mengomentari versi-versi awal
naskah karya ini.
Terdapat juga sejumlah orang lain yang selalu membantu dalam buku-buku saya.
Untuk karya istimewa ini, juga, saya secara khusus mengucapkan terimakasih
kepada saudara Abdulkarim al-Said dan saudara Nahar al-Rasyid atas bantuan yang
selalu mereka sediakan dengan senang hati. Saudara-saudara Muhammad alOsimi, Ahmad al-Teraiqi, Khalid al-Jerayed dan lain-lainnya. Saya hanya dapat
memohon kepada Allah semoga Allah mengganjari pahala dan memberkahi
mereka di dunia pun di akhirat.
Saya berdoa semoga Allah menerima karya ini sebagai semata-mata karena-Nya.
Sebagaimana semua karya, segala kesalahan adalah tanggungjawab penulis. Saya
memohon kepada Allah agar mengampuni segala kekurangan dan memohon
kepada-Nya petunjuk kepada jalan yang lurus.
Jamaal Zarabozo
Boulder, CO
30 Januari 2003
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 12
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
BAB I
Motivasi di Balik Karya Ini
B
uku ini bukan sebuah agenda politis. Buku ini tidak bermaksud untuk
mendukung atau mengkritik rezim atau kebijakan manapun.1 Bahkan,
kekuatan yang menyetir di balik karya ini adalah lebih hebat dan lebih
1
Artinya bahwa begitu banyak isu yang menjadi buah bibir tentang apa-apa yang terjadi
sekarang mesti disadari berada di luar bidang karya ini. Namun demikian, sekali kritik
terhadap kebijakan-kebijakan tertentu yang terkait dengan Muhammad ibn Abdul Wahab
dan apa yang disebut sebagai “Wahabisme,” maka seseorang tidak lagi berbicara mengenai
kritik suatu negeri, orang atau kelompok tertentu hari ini. Sekarang orang berbicara
mengenai prinsip-prinsip yang berhubungan dengan agama. Seseorang kemudian harus
belajar apa-apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip islam sejati atau tidak. Jika nanti
dapat ditarik kesimpulan bahwa Muhammad ibn Abdul Wahhab benar-benar mengikuti
jalan Nabi (‫)ﷺ‬, maka serangan yang ditujukan kepada ibn Abdul Wahhab berarti juga
serangan yang ditujukan kepada Nabi (‫ )ﷺ‬dan jalan hidup yang diajarkannya. Bagi
seorang Muslim, cukup jelas, bahwa topik ini sangatlah penting. Kenyataan, sudah menjadi
kewajiban bagi orang-orang islam untuk mempertahankan kehormatan dan kebenaran
agama mereka, nabi mereka dan saudara-saudara mereka.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 13
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
penting dari itu semua. Hal itu mesti dilakukan dengan, pertama, agama Islam
sebagaimana yang telah diajarkan Nabi (‫ )ﷺ‬dan, kedua, dengan kehormatan
dan hak-hak seorang Muslim, Muhammad ibn Abdul Wahhab.
Nama Muhammad ibn Abdul Wahhab (dan hubungannya dengan “Wahhabi” dan
Wahabisme) telah seringkali terdengar oleh – baik di dunia Muslim bahkan di
dunia non-Muslim – selama dua abad terakhir. Fakta, ibn Abdul Wahhab bukanlah
seorang laki-laki “yang diselubungi misteri.” Karya tulisnya, sebagaimana karyakarya tulis murid-murid terdekatnya dan keturunannya, adalah karya-karya yang
terkenal dan benar-benar mudah didapat hari ini di bagian manapun di dunia.
Bahkan segala yang dikatakan mengenai dia tidak terselubungi misteri dalam
bentuk fakta ataupun fiksi.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah seorang manusia dan juga seorang muslim.
Oleh karenanya, dia memiliki hak untuk dipelajari dengan cara yang adil dan
objektif. Yaitu, dia memiliki hak untuk “diadili dengan adil.” Tidak masalah berapa
besar seseorang menentang pengajarannya, tapi dia tidak punya hak
menyalahkannya. Bahkan, Nabi (‫ )ﷺ‬mengingatkan,
‫ات يَ ْوَم الْ ِقيَ َام ِة‬
ٌ ‫اَلْظُّْل ُم ظُلُ َم‬
“Kedzaliman [akan berada] di kegelapan di hari kiamat.”(Riwayat al-Bukhari
dan Muslim.)
Saat membicarakan seseorang, seperti ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya,
seseorang seharusnya ingat bagaimana Nabi mengajarkan,
ِ
ِ
ِ
َ ‫ُك ُّل الْ ُمسلم َعلَى الْ ُم ْسلم َحَرام د َمهَ و َما ََلَ و َع‬
َ‫رضه‬
“Setiap muslim bagi muslim lainnya adalah haram baik darahnya, hartanya
dan kehormatannya." (Riwayat Muslim)
Orang juga harus berhati-hati dengan apa yang telah diperingatkan Nabi,
ِ ِ ‫اِتَّ ِق د ْعوَة الْمظْلُوِم فَِإنّه لَيس ب ي نَه و ب‬
‫اب‬
َ ْ َ َ ُ َْ َ ْ ُ ْ َ َ َ
ٌ ‫ْي اللّه ح َج‬
“Berhati-hatilah dengan doa orang yang teraniaya karena antara dia dan
Allah tak ada penghalang.” (HR. al-Bukhari dan Muslim.)
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 14
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Bahkan jika seseorang berkeinginan untuk membantah dan mengatakan bahwa ibn
Abdul Wahhaab dan pengikut-pengikutnya bukanlah muslim, dia harus berhati-hati
agar tidak berbicara bohong menganai dia. Sebuah riwayat dari Ahmad secara
spesifik menyatakan,
ِ‫اتَّ ُقوا دعوَة الْمظْلُوِم و إِ ْن َكا َن َكاف‬
ِ
َّ
‫س ُدونَ َها‬
‫ي‬
‫ل‬
‫ه‬
‫ن‬
‫إ‬
‫ف‬
‫ا‬
‫ر‬
َ
َ
َ ْ َ َْ َ
َ ْ ُ ً
ِ
‫اب‬
ٌ ‫ح َج‬
“Berhati-hatilah dengan doa orang yang teraniaya, bahkan jika dia kafir,
2
karena antaranya tak ada penghalang [yaitu antara doa dan Allah+.”
Dalam setiap hal, imparsialitas (ketidakberpihakan), objektifitas, integritas seorang
ilmuwan dan keadilan sungguh diharapkan datang dari setiap muslim. Hal tersebut
harus tetap dijalankan bahkan ketika dihadapkan dengan musuh ataupun para
penentang. Allah dengan tegas berfirman,
ِ َّ
ِ
‫ْي لِلَّ ِه ُش َه َداءَ بِالْ ِق ْس ِط َوال‬
َ ‫ين َآمنُوا ُكونُوا قَ َّوام‬
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
ٍ
ِ
ِ
‫ب‬
ُ ‫ََْي ِرَمنَّ ُك ْم َشنَآ ُن قَ ْوم َعلَى أَال تَ ْعدلُوا ْاعدلُوا ُه َو أَقْ َر‬
‫لِلتَّ ْق َوى َواتَّ ُقوا اللَّهَ إِ َّن اللَّهَ َخبِريٌ ِِبَا تَ ْع َملُو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Maaidah 8).
Allah juga berfirman,
2
Diriwayatkan oleh Ahmad. Menurut al-Albaani, hadits ini hasan. Menurut Hamzah Ahmad
al-Zain, jalur periwayatannya hasan. Namun demikian, mesti dicatat bahwa Syuaib alArnaut mengatakan bahwa jalur periwayatannya lemah. Lihat Muhammad Naashir al-Dien
al-Albaani, Shahih al-Jami al-Shaghir (Beirut: al-Maktab al-Islaami, 1988), vol. 1,hal. 84;
Hamzah Ahmad al-Zain, catatan kaki untuk Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad (Kairo: Dar alHadits, 1995), vol. 10, hal. 495; Syuaib al-Arnaut, et al., catatan kaki untuk Ahmad ibn
Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1997), vol. 20, hal. 22-23.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 15
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ َّ‫يا أَيُّها ال‬
ِ
‫ْي بِالْ ِق ْس ِط ُش َه َداءَ لِلَّ ِه َولَ ْو‬
‫ذ‬
َ ‫ين َآمنُوا ُكونُوا قَ َّوام‬
َ َ
َ
ِ
ِ
‫ْي إِ ْن يَ ُك ْن َغنِيِّا أ َْو فَِق ًريا‬
َ ِ‫َعلَى أَنْ ُفس ُك ْم أَ ِو الْ َوال َديْ ِن َواألقْ َرب‬
‫تََوى أَ ْن تَ ْع ِدلُوا َوإِ ْن تَ ْل ُووا أ َْو‬ْٛ ‫فَاللَّهُ أ َْوََل ِبِِ َما فَال تَتَّبِعُوا ا‬
‫ضوا فَِإ َّن اللَّهَ َكا َن ِِبَا تَ ْع َملُو َن َخبِ ًريا‬
ُ ‫تُ ْع ِر‬
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau pun miskin,
maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjaan.” (QS. an-Nisaa 135).
Hadits-hadits dan ayat-ayat Al-Qur’an di atas semestinya dapat membuat orangorang yang benar-benar beriman bergetar hatinya dari membicarakan orang lain
dengan perkataan yang berdasarkan dusta atau dibubuhi dengan pernyataanpernyataan yang tidak fair dan tidak adil. Dalam karya ini, sebuah upaya telah
dibuat untuk membeberkan paparan yang fair dan akurat berkenaan dengan
kehidupan dan ajaran Muhammad ibn Abdul Wahhaab. Untuk menyempurnakan
tujuan ini, kesimpulan-kesimpulan diambil hanya berdasarkan apa yang paling
historis dan secara logis dapat dipercaya, akurat, substantif dan sumber-sumber
yang benar-benar terbukti baik dari sumber Muslim ataupun non-Muslim.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 16
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
BAB II
Kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab
N
ajd dari masa Nabi (‫ )ﷺ‬sampai masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab3
terdiri dari dataran yang terkenal dengan Najd al-Yamamah. Terdapat
perbedaan pendapat berkenaan dengan batas-batas yang pasti
mengenai Najd ini. Yang paling terkenal adalah yang menggambarkan
bahwa Najd ini dibatasi oleh Gunung Shammar atau oleh Gurun Nafud di bagian
utara, Hijaaz di bagian sebelah barat, gurun yang dikenal dengan “Perempat
Kosong” di bagian sebelah selatan dan al-Dahnaa dan al-Ahsa di bagian timur.4
Dua terma lain berkenaan dengan daerah itu adalah al-Aaridh dan al-Yamamah. (1)
Terma al-Aaridh ﴾‫ ﴿ﺍﻠﻌﺎﺮﺾ‬memiliki arti yang baru dan lama mengenainya. Arti yang
lama mengacu pada pegunungan al-Yamamah yang terbentang dari utara Najd
sampai ke sebelah selatannya lebih dari seribu kilometer. Sedangkan arti yang
lebih modern mengenainya adalah daerah al-Syuaib di Huraimila ke utara sampai
3
Situasi keagamaan di Najd pada masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab akan dipaparkan
dalam bab berikutnya.
4
Abdul-Muhsin ibn Baaz, Rasaail al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab alSyakhshiyyah: Diraasah Daawiyyah (Riyadh: Daar Isybiliyaa,2000),vol.1,hal. 36.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 17
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
al-Kharaj atau Riyadh dan ini melingkupi daerah-daerah selatan. Ini adalah arti
yang digunakan pada masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Karenanya, yang
berikut ini nampak sebagai bagian dari Najd. (2) Al-Yamamah ﴾‫ ﴿ﺍﻠُﻤﺎﻤﺔ‬adalah
jantung dari keseluruhan semenanjung Arabia. Bentuk-bentuk Najd hanya bagian
dari ini. Ini juga termasuk apa yang biasa disebut Najd seperti negeri Sudair (yang
juga termasuk al-Ghaat dan al-Zilfi), negeri al-Washm, negeri al-Hautah dan alHariq, negeri al-Aflaj dan negeri Wadi al-Duwasir.5 (Pada masa sebelumnya dalam
sejarah islam, terma ini termasuk lebih daripada daerah itu).
Situasi politik sejak zaman Nabi (‫)ﷺ‬: Pada masa kemunculan Islam,
kepemimpinan al-Yamamah berada di tangan Hudhah ibn Ali al-Hanafi dan
Thumaamah ibn Athaal al-Hanafi. Nabi (‫ )ﷺ‬selain mengirim surat-surat yang
berbeda, juga mengutus Sulait ibn Amr pada kedua pemimpin ini agar memeluk
Islam. Kedua pemimpin ini justru memberi reaksi negatif yang sangat keras
terhadap undangan masuk islam itu. Kenyataan, Hudhah terus menolak seruan itu
dan mati dalam keadaan kafir. Di lain pihak, Thumaamah kelihatannya telah masuk
Islam dengan bersungguh-sungguh.
Selama “Tahun Delegasi”, delegasi dari bani Hanifah datang kepada Rasulullah
(‫ )ﷺ‬dan masuk Islam. Dengan kekayaan dan rakyatnya, mereka adalah salah
satu sumber kekuatan Islam.
Namun demikian, Musailamah al-Hanafi membelot dan menyatakan dirinya
sebagai nabi. Abu Bakar mengirimkan pasukan untuk memerangi mereka, dipimpin
oleh Khalid ibn al-Walid. Mereka mampu menundukkan Musailamah dan para
pengikutnya dan mengembalikan negeri itu pada kekuasaan Negara Muslim.
Islam menyebar di negeri itu. Pemerintahan Islam memberikan perhatian yang
layak pada negeri ini selama pemerintahan Khulafa al-Rasyidin, Umayyah dan pada
permulaan khalifah Abbasiyyah.6
Generasi Abbasiyyah berikutnya memberikan perhatian yang sangat kecil pada
negeri ini, barangkali oleh karena sumber ekonominya yang kecil. Selama
bertahun-tahun, negeri ini menjadi bagian dari kekhalifahan Abbasiyyah hanya
dalam nama saja, namun tak ada usaha sungguh-sungguh yang diberikan
kekhalifahan kepada Najd. Fenomena ini juga terjadi kepada bagian-bagian dunia
Muslim lainnya. Hal ini menimbulkan gerakan politik separatis dan bahkan revolusi.
Pada tahun 252 H, Ismail ibn Yusuf melakukan revolusi di Hijaaz. Para pengikut
Ismail dan saudaranya yang bernama Muhammad al-Ukhaidhir yang dikenal
5
6
Lihat, Abdul-Muhsin al-Baaz, vol. 1, hal. 39-40.
Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 50-51.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 18
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dengan nama Ukhaidhiriyuun (‫)ﺍمﺃﺧﻲﺿﺮﻳٌﻦ‬. Mereka adalah penganut “Syiah
Moderat”, dikenal dengan Zaidiyyah.7 Mereka memerintah Najd sampai mereka
dikalahkan oleh kaum ekstrimis Baatiniyah Qaraamitah pada tahun 317 H.
Setelah kekalahan Ukhaidhiriyuun sampai masa Muhammad ibn Abdul Wahhab,
disana tidak hadir kekuatan yang dapat menyatukan di Najd, sehingga jarang sekali
mendapat perhatian sejarawan. Selama abad Sembilan dan sepuluh masehi, Bani
Jabar, penguasa di bagian sebelah timur jazirah, secara terusmenerus memerangi
suku-suku Badwi Najd, banyak terjadi penyergapan pada suku-suku yang setia
pada Bani Najar atau penyerangan kabilah-kabilah dagang.
Bani Jabar mengupayakan kontrol yang cukup kepada bagian-bagian Najd sehingga
sejarawan al-Samhudi menunjukkan mereka sebagai “Kepala” Najd.8 Namun
demkian, setelah terbunuhnya Muqrin ibn Zamil al-Jabari di tangan bangsa
Portugis pada tahun 928 H, masing-masing dari Amir lokal mereka berkuasa tanpa
memiliki kekuatan hebat untuk dapat meyatukan daerahnya.9 Jadi, pada masa
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Najd jatuh di bawah kontrol negara dan
pemerintahan kecil yang datang dari Bahrain atau keamiran daerah itu.
Utsmaniyyah sendiri telah menduduki Kekhalifahan Islam selama beberapa waktu
pada abad keduabelas hijriah. Pada tahun 923 H, saat Utsmaniyyah menundukkan
Mesir, Hijaz dimasukkan ke dalam kekuasaannya, karena sebelumnya berada di
bawah kekuasaan Mesir. Utsmaniyyah bermaksud menyebarkan kekuasaan
mereka lebih jauh, agar dapat menahan ekspansi bangsa Portugis. Mereka
menggabungkan kekuasaan Yaman dan al-Ahsa. Najd dengan demikian menjadi
benar-benar terkepung oleh daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan
Utsmaniyyah itu.
Dalam kenyataanya, Utsmaniyyah tidak pernah memberi perhatian kepada Najd
dan tidak juga pengaruh kepada Najd. Buktinya, sebuah dokumen pemerintah
Utsmaniyyah yang dicatat oleh Yamin Ali Effendi pada tahun 1018 H (1609 M)
memperlihatkan bahwa Negara Utsmaniyyah terbagi menjadi tigapuluhdua Negara
bagian atau propinsi. Di antara tigapuluhdua itu, empatbelasnya adalah “Negara”
7
Dalam adzan, mereka biasa menyebutkan, “Muhammad dan Ali adalah manusia terbaik,
Marilah berbuat kebaikan.” Lihat Mirfat bint Kaamil Usrah, Ihtisaab al-Syeikh Muhammad
ibn Abdil-Wahhaab (Riyadh: Dar al-Watan, 1998), hal. 24.
8
Lihat Abdullah al-Saalih Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab:
Hayaatuhu wa Fikruhu (Riyadh: Dar al-Ulum, tanpa tahun.), hal. 9. Karya ini berdasarkan
tesis Ph.D. al- Utsmanaimin dari Edinburgh University pada tahun 1972.
9
Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 51.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 19
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Arab; namun demikian, Najd tidak termasuk di dalamnya.10 Sejarahwan Amin Said
menulis, “Setiap Syeikh atau Amir (di Najd) memiliki kemerdekaan penuh untuk
menjalankan negerinya. Dia tak mengenal orang Turki demikian juga orang Turki
tak mengenali mereka.”11
Ini benar bahwa di beberapa bagian Najd, nama-nama khalifah Utsmaniyyah
dimintai pertolongannya dalam khutbah jumat, namun di balik itu tak ada kontak
yang sesungguhnya antara kedua belah pihak. Dalam kenyataanya, terhadap
masalah-masalah internal dan eksternal, Utsmaniyyah telah menyerahkan hakhaknya kepada Yaman dan al-Ahsa. (Di al-Ahsa, bani Khalid telah melakukan
pemberontakan melawan mereka pada tahun 1050 H.12) Singkatnya, sebagaimana
digambarkan Vassiliev, “Pusat dan bagian utara Arabia menjadi sungguh-sungguh
merdeka dari bangsa Turki pada permulaan abad ketujuhbelas saat kerusuhankerusuhan dan hasutan menyebar di seluruh kekaisaran Utsmaniyyah.”13
Memperhatikan intervensi dan kontrol asing (seperti Persia, Portugis, Inggris dan
Prancis), dia kemudian menyebutkan, “Jadi pada saat Wahhabisme muncul, Arabia
secara keseluruhan telah tertinggal ke dalam dirinya sendiri untuk beberapa
dekade.”14
Terdapat beberapa usaha lagi yang membawa Najd di bawah kekuasaan politis.
Secara teristimewa, syarif-syarif Hijaaz dan bani Khalid di al-Ahsa berusaha
mendominasi negeri itu. Mereka sewaktu-waktu mampu menggabungkan kontrol
terhadap beberapa bagian Najd. Secara teristimewa, bani Khalid memiliki kekuatan
di Gunung Shammar di bagian utara dan Amir al-Uyainah kelihatannya mengenali
otoritas mereka dalam sebuah cara yang kecil. Namun demikian, secara
kesuluruhan, usaha-usaha ini secara essensial tidak berhasil dan Najd terus
berlanjut dengan tanpa kekuatan pemerintahan yang benar-benar kuat.15
10
Saalih ibn Abdullah Al-Abud, Aqidah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab alSalafiyyah wa Atsaruhaa fi al-Alim al-Islaami (Madinah: Maktabah al-Ghurabaa alAthariyyah, 1996), vol. 1, hal. 41.
11
Dikutip dalam Abdul-Aziz al-Abdul-Latif, Daawaa al-Munawiin li-Da’wah al-Syeikh
Muhammad ibn Abdil-Wahhaab: Ardh wa Naqd (Riyadh: Dar al-Watan, 1412 A.H.), hal.
236.
12
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 11. Abu-Hakima menyebut tahunnya 1080 H.
dan menyatakan bahwa dalam kenyataannya pemerintahan Utsmaniyyah di al-Ahsaa
hanya sekedar nominal. Lihat Ahmad Mustafa Abu-Hakima, History of Eastern Arabia: The
Rise and Development of Bahrain, Kuwait and Wahhabi Saudi Arabia (London: Probsthain,
1988), hal. 39.
13
Alexei Vassiliev, The History of Saudi Arabia (New York: New York University Press, 2000),
hal. 59.
14
Vassiliev, hal. 60.
15
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 53-54.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 20
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Pada abad keduabelas hijriah, Najd terbagi menjadi banyak “Negara kota” yang
kecil dan merdeka, masing-masing memiliki Amir sendiri (melalui keluarga) dan
menjadi benar-benar merdeka dari negara-negara lain.16 Al-Uyainah berada di
bawah kontrol Keluarga Muammar (kemungkinan keluarga terkuat di daerah itu),
al-Diriyah di bawah Keluarga Saud, Riyadh di bawah Keluarga Dawaas, Haail di
bawah Keluarga Ali, al-Qasim di bawah Keluarga Hujailaan dan Najd utara di bawah
Keluarga Shubaib. Sebagai keseluruhan, Bani Tamim adalah suku terkuat sebagai
mana terlihat cabang-cabang keluarganya memerintah banyak kota. Sayangnya,
“negarakota-negarakota” yang berbeda ini seringkali terlibat dalam pertempuranpertempuran tanpa ampun, perampasan-perampasan yang menghancurkan,
penjarahan, peperangan dan pertempuran-pertempuran kecil, kebanyakan hanya
demi alasan-alasan sepele.17
Situasi Sosial: Masyarakat Najd terdiri dari penduduk kota dan Badwi, dengan
orang-orang badwi sebagai penduduk mayoritas.18 Kebanyakan penduduk itu
terdiri dari suku-suku Arab. Beberapa lagi asal-usulnya bukan Arab (datang dengan
cara perbudakan atau kabilah Haji). Najd masih sangat kental sebagai sebuah
masyarakat suku. Juga, lebih luas, sebuah masyarakat yang tidak mengenal hukum,
dimana pertempuran-pertempuran dan perampasan-perampasan berdarah adalah
hal yang biasa. Suku badwi memiliki kepala-kepala suku, yang seringkali dipilih
karena kemampuannya untuk memepertahankan sukunya di bawah kondisi gurun
yang kejam. Suku-suku ini, secara umumnya, akan melihat ke bawah kepada
penduduk kota. Orang kota memiliki Amir-Amir (atau penguasa). Meskipun secara
16
Sebagai tambahan, banyak dari kota-kota itu memiliki mutawwa ﴾‫ ﴿ﻤﻄىﻉ‬sendiri. Ini
adalah sebuah kata yang telah sedikit dibengkokkan dalam pers barat akhir-akhir ini,
khususnya sejak Perang Teluk. Ini adalah terma dan posisi umum yang telah ada sebelum
masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Kota-kota berbeda, seperti al-Diriyyah, Tharmadaa,
al-Majmaa dan lainnya dikenal memiliki mutawwa-mutawwa sendiri dan pada beberapa
kesempatan Muhammad ibn Abdul-Wahhab menulis surat kepada mereka. Kenyataannya,
Sulaiman ibn Suhaim, penentang ibn Abdul-Wahhab yang gigih adalah seorang mutawwa
Riyadh. Terma ini mengacu kepada orang yang terdidik atau yang semi terdidik yang
mengajar massa-massa umum dan orang-orang awam meskipun dirinya sendiri bisa jadi
bukanlah seorang ulama. Terma ini juga mengacu kepada siapa saja yang mencontohkan
kepatuhan kepada Allah dan mendapatkan posisi dalam ranah keagamaan, seperti imam,
muadzdzin, hakim dan lain sebagainya. Terma ini berasal dari akar kata “sukarela”, dimana
orang-orang yang secara sukarela mengambil tanggungjawab ini. Lihat Abdul-Muhsin ibn
Baaz, vol. 1, hal. 137.
17
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 13-15; Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 52;
Vassiliev, hal. 60-63.
18
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 56.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 21
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
turun temurun, posisi ini biasanya diambil alih dengan cara kekerasan atau
pembunuhan dan dijalankan dengan penuh kelaliman.19
Keadaan Ekonomi: Secara ekonomi daerah ini termasuk daerah yang sangat miskin
dibandingkan dengan beragam tempat dunia Muslim pada waktu itu. Negeri ini
sendiri sangat kecil sekali untuk ditawarkan (meskipun pertanian dan peternakan
adalah sumber pendapatan utama mereka). Lebih lagi, kekejaman yang terjadi di
daerah ini tidak menjadikannya rute perjalanan yang baik, meski beberapa rute
perdagangan melewatinya (seperti rute perjalanan dari Yaman menuju Irak).
Kondisi ekonomi yang sulit dapat menjadi kontribusi yang hebat bagi masalahmasalah stabilitas politik, seperti misalnya kelompok-kelompok yang berbeda
menggunakan bermacam arti untuk mendukung diri mereka sendiri, seperti
penyerobotan kepada suku-suku lain atau menyerang kabilah mana saja yang
melewati daerah itu. Situasinya bertambah buruk ketika dihadapkan dengan
jumlah curah hujan yang kecil atau tak seimbang yang membawa orang untuk
mencari sumber penghasilan lain.20
Keluarga Muhammad ibn Abdul-Wahhab
Muhammad ibn Abdul-Wahhab berasal dari keluarga yang dikenal dengan baik
dari bani Tamim, disebutkan dalam hadits:
‫ب بَِِن ّتِ ٍم ُمن ُذ ثََال ٍث‬
َ َ‫َِب ُهَريْ َرَة ق‬
ُّ ‫ت أُ ِح‬
ُ ْ‫ال َما ِزل‬
ْ ِ‫َع ْن أ‬
ِ ِ
ِ
‫للَّى اللَّهم َعلَْي ِه َو َسلّ َم يَ ُق ْو ُل فِ ِه ْم‬
ُ ‫َٖت ْع‬
َ ‫ت َم ْن َر ُسول الل‬
‫ت‬
َ َ‫َش ُّد أ َُّم ِِت َعلَى ال ّد َّج ِال ق‬
َ ‫َِٖت ْعتُهُ يَ ُق ْو ُل ُه ْم أ‬
ْ َ‫ال َو َجاء‬
ِ ‫الل للَّى اللّهم علَي ِه و سلَّم ه ِذ‬
ِ ‫ول‬
ُ ‫ال َر ُس‬
َ ‫ل َدقَاتُ ُه ْم فَ َق‬
َ َ َ َ َْ
َ
َ
19
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 11-12; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 41-42.
Al-Utsaimiin (hal. 15) menggambarkan suku Badwi yang memilih pemimpin-pemimpin
mereka berdasarkan kemampuan sebagai lebih “demokratis” dibanding penduduk kota.
Beliau juga mencatat bahwa, untuk beragam alas an, kepala-kepala suku Badwi berlaku
lebih adil dan bijaksana disbanding para amir kota. Satu alasan yang mungkin untuk itu
adalah fakta bahwa harta kekayaan penduduk kota terganjak dan oleh karenanya dia harus
dan memang mau berbuat tidak adil dibanding orang-orang Badwi, yang dapat berpindah
dengan sangat mudah bahkan dengan seluruh apa yang dimilikinya.
20
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 12-13; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 49.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 22
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
‫ال‬
َ ‫ات قَ ْوِمنَا و َكانَت َسبِيَّةٌ ِمْن ُه ْم ِعْن َد َعائِ َشةَ فَ َق‬
ُ َ‫ل َدق‬
َ
ِ ‫أتِِقي ها فَِإنَّها ِمن ولَ ِد إِ ْٖت‬
‫يل‬
‫اع‬
َ َ َ ْ َ َْ
Abu Hurairah berkata, “Aku terus menyayangi bani Tamim sejak aku
mendengar perkataan Rasulullah (‫ )ﷺ‬mengenai mereka. Aku mendengar
beliau berkata, ‘Mereka adalah yang terkuat dari umatku yang melawan
dajjal.’ Ketika zakat mereka tiba, Rasulullah (‫ )ﷺ‬berkata, ‘Ini adalah zakat
dari umatku.’ Aisyah memiliki seorang budak perempuan dari antara mereka
dan beliau (Nabi ‫ )ﷺ‬berkata, bebaskanlah ia karena ia adalah anak
keturunan Ismail.’” (Diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim.)
Kebanyakan penulis menelusuri silsilah Muhammad ibn Abdul-Wahhab kembali
kepada Arab Adnaan awal. Untuk tujuan disini, cukuplah dikatakan bahwa dia
adalah Muhammad ibn Abdul-Wahhab ibn Sulaiman ibn Ali.21 Muhammad ibn
Abdul-Wahhab dilahirkan di al-Uyainah pada tahun 1115 H (1703 atau 1704 M)22
dari keluarga Musharraf dari bani Tamim. Sejak abad ke-sepuluh hijriah, keluarga
ini dikenal karena ulama-ulama dan pemimpin-pemimpin keagamaan yang berasal
darinya.23
Kakek Muhammad yang bernama Sulaiman ibn Ali bisa jadi ulama terhebat di Najd
selama abad kesebelas. Dia adalah hakim al-Uyainah dan juga sumber rujukan
keagamaan berkenaan perselisihan masalah-masalah fiqih untuk ulama-ulama lain
di daerah itu. Murid-muridnya termasuk Abdul Wahhab, Ibrahim dan Ahmad.24
Ibrahim adalah seorang ulama dari kaumnya, menulis beberapa karya dan
mengunjungi beberapa tempat untuk memberikan keputusan-keputusan
keagamaan. Namun demikian, selama hidupnya dia lebih dekat dengan
21
Untuk pembahasan tentang kesalahan-kesalahan mengenai silsilah Muhammad ibn
Abdul-Wahhab, lihat Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 23.
22
Kebanyakan penulis, khususnya banyak penulis barat, membuat kesalahan berkenaan
tanggal dan tempat lahirnya Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Untuk melihat kembali
pernyataan-pernyataan mereka, lihat Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 25, catatan
kaki no. 3.
23
Untuk contoh-contoh beberapa ulama, lihat Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 24.
24
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 24-25. Lihat juga Abdullah al-Bassaam, Ulamaa
Najd Khilaal Sitta Quruun (Mekkah: Maktabah al-Nahdhah al-Haditsah, 1398 H.) vol. 1, hal.
26.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 23
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
saudaranya Abdul Wahhaab.25 Ahmad ibn Sulaiman dan putera Ibrahim yang
bernama Abdul Rahman juga dikenal sebagai ulama.26
Akhirnya, ayah Abdul-Wahhab juga seorang ulama dan hakim di al-Uyainah. Dia
memiliki spesialisasi dalam bidang fiqih dan menulis beberapa buku dalam
bermacam bahasan fiqih. Namun demikian, status keulamaannya tidak pernah
mencapai tahap selevel ayahnya, Sulaiman.27 Kakak Muhammad ibn AbdulWahhab yang bernama Sulaiman juga dikenal sebagai seorang pelajar yang serius.
Al-Utsaimiin mencatat bahwa tidak banyak disebutkan dalam penulisan awal
berkenaan dengan situasi ekonomi keluarga Muhammad. Beliau menyebutkan
bahwa sejak ayah dan kakek Muhammad menjadi hakim, mereka sewajarnya
menerima gaji yang pantas, kebanyakan sepertinya dari “kelas menengah atas,”
mendapatkan kekayaan yang cukup untuk kebutuhan Muhammad untuk
menemukan dan mengijinkannya berkonsentrasi belajar di usia mudanya.28 AbdulMuhsin ibn Baaz kemudian mencatat bahwa, karena Muhammad tumbuh dalam
keluarga dengan martabat keagamaan yang baik, dia bisa jadi mendapatkan
manfaat dari mereka-mereka yang datang ke rumahnya dari daerah-daerah luar
untuk membicarakan masalah-masalah keagamaan dan juga murid-murid yang
datang untuk belajar yang terdiri dari hakim-hakim lokal.29
Jadi Muhammad dilahirkan dari sebuah keluarga yang dikenal baik karena
pengabdiannya kepada ilmu pengetahuan dan pengajaran. Hal ini memberikan
fondasi yang kuat untuk kemajuan pengajaran dan dedikasinya kepada keimanan
di masa yang akan datang. Tambahan, sumber-sumber lain juga menyebutkan
bahwa beliau itu sangat cerdas dan memiliki ingatan yang kuat. Mereka
menggambarkannya sebagai orang yang tidak mau membuang-buang waktunya
untuk permainan yang dilakukan anak-anak lain. Beliau hafal al-Qur’an dalam usia
sepuluh tahun.30 Dia belajar dari ayahnya yang sangat terkesan dengan
25
Al-Bassaam, vol. 1, hal. 26
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 71.
27
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 25.
28
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 25.
29
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 72; Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 27.
30
Hussain Ibn Ghannaam, Tarikh Najd (Naasir al-Din al-Asad, ed., 1982), vol. 1, hal. 75.
Husain Ibn Ghannaam (meninggal tahun 1225 H./1810 M.) adalah seorang ulama Maliki
yang berasal dari al- Ahsaa. Beliau melakukan observasi perkembangan da’wah
Muhammad ibn Abdul Wahhab dari awalnya dan beliau juga adalah seorang pengikut ibn
Abdul-Wahhab. Volume pertama dari karyanya berkenaan dengan sejarah Najd, Raudhah
al-Afkaar wa al-Afhaam, mereproduksi begitu banyak karya tulis dan surat-surat ibn AbdulWahhaab. Yang keduanya merinci peperangan-peperangan sejak tahun 1159 H (1746 M)
s/d tahun 1797. Karya ini menyediakan informasi terbaik dari tangan pertama berkenaan
dengan hidup Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Edisi yang digunakan disini adalah karya
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 24
26
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kemampuannya, mengatakan bahwa beliau telah mendapatkan manfaat dari
anaknya, Muhammad, dalam beberapa hal.31 Beliau mencapai usia akil baligh pada
usia duabelas tahun dan ayahnya mendapati dirinya telah mampu menjadi imam
shalat dan menunjuk dirinya untuk menjadi imam. Ayahnya kemudian
menikahkannya pada usia duabelas tahun (bukan usia yang aneh pada masa itu di
tempat tersebut) dan mengizinkannya melakukan ibadah haji.32 (Beliau
menunaikan ibadah haji, pergi ke Madinah, dimana beliau menetap selama dua
bulan, dan kemudian kembali lagi ke al-Uyainah.)
Ibn Abdul-Wahhab mempelajari fiqih Hanbali dari ayahnya. Sebagai tambahan, dia
juga biasa mempelajari tafsir Qur’an, hadits, juga buku-buku tauhid.33 Selain
dikenal memiliki ingatan yang bagus, beliau juga dikenal karena kecepatannya
dalam hal menghapal dan membuat catatan.34 Teristimewa, dia memiliki kelebihan
dalam mempelajari kitab-kitab Ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim.35 Beliau secara
yang disunting oleh Naasir al-Din al-Asad, dimana dia telah memutakhirkan kata-kata
berbunga-bunga dari Ibn Ghannaam dan juga mengatur kembali bagian-bagian karya itu.
31
Pernyataan ayahanda Muhammad ini dilaporkan atas wewenang saudara Muhammad
yang bernama Sulaiman Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 75.
32
Mengenai surat yang ditulis ayahnya mengenai dirinya, lihat Ibn Ghannaam, vol.1, hal.75.
33
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 28.
34
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 76.
35
Sumber-sumber awal tidak menunjukkan secara jelas kapan ibn Abdul Wahhab pertama
terekspos dan terpengaruh ajaran ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim. Beberapa orang
mengatakan bahwa hal itu terjadi di awal kehidupannya di Najd sementara lainnya lagi
mengatakan bahwa hal ini terjadi setelah beliau pergi ke Hijaz atau Basra. Abu Sulaiman
membicarakan masalah ini secara terperinci dan berkesimpulan bahwa beliau pertama kali
terpengaruh oleh kedua ajaran itu di usia mudanya di Najd, sebagaimana mereka benarbenar menghormati ulama-ulama Hanbali sebelumnya dan ulama-ulama Najd memiliki
hubungan yang baik dengan ulama-ulama Hanbali dari Syria. Lihat, Abdul-Wahhab Abu
Sulaiman, “Khashais al-Tafkir al-Fiqhi ind Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab,” dalam
Buhuuts Nadwah Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab (Riyadh: Muhammad
ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 1, 383-390. Dalam beberapa kasus, pengaruh ibn
Taimiyyah terhadap ibn Abdul-Wahhab dapat terlihat dalam banyak cara, khususnya dalam
tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab. Kebanyakan ikhtisar ibn Abdul-Wahhab dalam al-Insaaf
sesungguhnya adalah kesimpulan-kesimpulan ibn Taimiyyah. Lebih lagi, dalam volume
tigabelas kumpulan tulisan ibn Abdul-Wahhab, yaitu keseluruhan karya (yang telah banyak
diterbitkan) konsisten dalam isu-isu yang dikumpulkan Muhammad ibn Abdul-Wahhab
berkenaan dengan pandangan-pandangan ibn Taimiyyah dari berbagai karya tulis ibn
Taimiyyah. Karya ini menyentuh topik-topik seperti tafsir, aqidah, fiqih dan sebagainya.
Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat al-Syeikh al-Imaam Muhammad ibn
Abdul-Wahhab (Dikumpulkan oleh Abdul-Aziz al-Rumi, et al. Maktabah ibn Taimiyyah), vol.
13, hal. 11-199. Catat meski anthology Muhammad ibn Abdul-Wahhab berikut ini tidak
dikumpulkan oleh beliau, namun dalam hal ini diacu sebagai karya Muhammad ibn AbdulWahhab, “Muallifaat.” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat,. Juga lihat Muhammad
ibn Abdul-Wahhab, 135 Faaidah Lakhasuhaa Syeikh al-Islaam Muhammad ibn AbdilMuhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 25
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
pribadi menulis catatan mengenai kitab-kitab ibn Taimiyyah, dan beberapa naskah
itu masih ada di British Museum.36 Pengaruh dua ulama ini terhadap ibn Abdul
Wahhab menjadi sangat terlihat jelas dalam karya-karya tulis dan surat-suratnya.
Sepertinya melalui karya-karya merekalah beliau membangun pandangannya yang
hebat berkenaan dengan pemahaman tauhid dan aspek-aspek keimanan lainnya,
sebuah pandangan sehingga orang yang sekedar mempelajari fiqih akan merasa
kekurangan. Studi ini membuatnya melihat dengan jelas bahwa hubunganhubungan orang-orang islam di sekitarnya tidaklah berada dalam pandangan
Qur’an dan Sunnah yang sepantasnya. Namun demikian, waktunya belum tepat
baginya untuk mencomeli apa-apa yang menurutnya salah secara terbuka.
Waktunya akan tiba nanti ketika beliau telah dewasa sebagai seorang ulama dan
seorang individu yang bebas. Karenanya, tak ada tanda yang jelas bahwa beliau
mengambil langkah-langkah penting untuk melakukan reformasi di al-Uyainah
pada tahun-tahun awal itu.37 Bahkan, beliau justru berkenan meningkatkan
pengetahuannya dengan cara mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang telah mapan
yaitu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan.
Perjalanan-perjalanan untuk Mencari Ilmu
Perjalanan untuk tujuan memperoleh pengetahuan telah menjadi kebiasaan ulama
Muslim sejak hari-hari permulaan Islam. Tak terkecuali Muhammad ibn AbdulWahhab. Perjalanan-perjalanan ini barangkali telah memberi dampak yang hebat
pada pemikiran dan perkembangan intelektual Muhammad. Kebiasaan ini
membuka pikirannya terhadap daerah lain, praktik-praktik lain, bahkan mungkin
cara berpikir yang lain. Pada saat yang sama, kebiasaan ini mengizinkannya untuk
menyaksikan secara luas dengan mata kepala sendiri bagaimana populasi Muslim
telah tersesat dari jalan Nabi (‫)ﷺ‬.38 Al-Utsaimiin mencatat terdapat dua
Wahhaab min Fataawa Syeikh al-Islaam ibn Taimiyyah (Riyadh: Daar al-Qaasim, 1421 A.H.),
passim.
36
Usrah, hal. 93.
37
Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 29.
38
Utsman Ibn Bisyr, Unwaan al-Majd fi Tarikh Najd (Riyadh: Daar al-Habib, 1999), vol. 1,
hal. 28, mencatat bahwa ibn Abdul-Wahhab telah mulai menunjukkan beberapa bid’ah dan
kesesatan yang dilihatnya namun tidak menimbulkan pengaruh apapun. Karenanya, beliau
memutuskan untuk melakukan perjalanan dan meningkatkan pengetahuannya dan
mendapatkan posisi yang lebih baik untuk mengkonter kejahatan-kejahatan di
masyarakatnya. Catat bahwa sebagaimana karya ibn Ghannaam, karya Ibn Bisyr
membentuk referensi awal dan langsung yang paling penting untuk kehidupan ibn AbdulWahhab. Penulis Utsman ibn Abdullah Ibn Bisyr (1210-1290 A.H./1793-1873 M.) adalah
seorang sarjana dan sejarawan penting yang berasal dari Julaajil. Guru-gurunya termasuk
Ibraahim ibn Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Dia adalah saksimata pada berbagai
peristiwa yang diliputnya setelah masa ibn Abdul-Wahhab. Vassiliev (hal. 13) yakin bahwa
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 26
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
pertanyaan yang belum terjawab berkenaan karya kesejarahan tentang
Muhammad ibn abdul-Wahhab. Yang pertama yaitu mengenai tahun yang pasti
kapan Muhammad memulai perjalanannya. Yang kedua yaitu mengenai berapa
lama Muhammad tinggal di setiap tempat yang berbeda-beda itu. Dia mencatat,
misalnya, bahwa tak ada sebuah karya pun yang menyebutkan umur Muhammad
saat meninggalkan al-Uyainah. Dalam beragam kasus, Al-Utsaimiin menyimpulkan
bahwa Muhammad mesti meninggalkan al-Uyainah sebelum usianya mencapai
duapuluh tahun.39
Setelah kembali dari ibadah Haji pertamanya dan kemudian belajar kepada ulamaulama di kotanya, Muhammad lalu pergi lagi ke Hijaaz.40 Barangkali, beliau masih
mengenang ziarah hajinya dan berharap dapat kembali kesana untuk
meningkatkan pengetahuannya. Beliau pergi lagi ke Mekkah dan melaksanakan
ibadah Haji. Disebutkan bahwa beliau belajar kepada ulama-ulama yang ada di
Mekkah.41 Namun demikian, disana tidak disebutkan kepada siapa saja beliau
menimba ilmu selama di Mekkah.42 Hal ini memberi kesan bahwa beliau tidak
belajar dalam waktu lama disana dan, bahkan, dia kemudian pindah ke Madinah.
Di Madinah, beliau dihadapkan dengan sebuah lingkungan akademik yang berbeda
dengan yang dihadapinya di al-Uyainah. Sebagai contoh, di al-Uyainah, penekanan
belajarnya pada fiqih Hanbali. Sementara di Madinah, ulama dan murid berasal
dari seluruh dunia. Beragam madzhab fiqih dan juga cabang-cabang ilmu islam
diajarkan disana.
Ibn Bisyr kemungkinan tidak pernah melihat kronik Ibn Ghannaam, meskipun dia sendiri
cukup memperhatikan Ibn Ghannaam. Juka konklusi ini benar, artinya Ibn Ghannaam dan
Ibn Bisyr menyediakan dua hal yang independen, secara kesejarahan-sumber-sumber
dekat untuk kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab.
39
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 29.
40
Terdapat ketidakcocokan yang mencolok antara apa yang ditulis oleh cucu Muhammad
ibn Abdul-Wahhab yang bernama Abdul-Rahman ibn Hasan dengan apa yang ditulis oleh
Ibn Bisyr dan ibn Ghanaam berkenaan dengan rute perjalanan Muhammad ibn AbdulWahhab. Menurut cucunya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab pertama-tama pergi ke Basra,
kemudian ke al-Ahsaa, kemudian kembali ke Basra dan lalu ke Madinah, dan menjadikan
Madinah sebagai pemberhentiannya yang terakhir. Ibn Ghanaam dan Ibn Bisyr menyatakan
bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab pertama-tama pergi ke Hijaaz. Pendapat ini
kelihatannya sebagai pendapat yang terkuat dan pendapat ini diikuti oleh mayoritas ulama.
Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 29-30.
41
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 20-21; Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 30.
42
Kelihatannya beliau belajar kepada Abdullah ibn Salim al-Basri. Beliau adalah ulama
Shafi’i yang merupakan pemuka ulama hadits dari Hijaaz pada masa itu. Bandingkan,
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 75.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 27
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Muhammad belajar di bawah sejumlah ulama yang ada di Madinah pada saat itu.
Ulama-ulama ini termasuk di dalamnya Ali al-Daaghistaani dan Ismail al-Ajaluni.43
Namun demikian, para ulama yang dimana ibn Abdul-Wahhab benar-benar dekat
pertama adalah Abdullah ibn Ibrahim ibn Saif44 lalu kemudian Muhammad Hayaat
al-Sindi45 (yang, menurut Al-Utsaimiin, memiliki pengaruh yang hebat terhadap
Muhammad ibn Abdul-Wahhab). Al-Utsaimiin mencatat bahwa dua orang ini
memiliki pengaruh yang hebat terhadap pemikiran Muhammad ibn Abdul-Wahhab
pada saat dia masih sangat terkesan. Dua orang ini bukan hanya menyampaikan
pengetahuannya kepada Muhammad tapi mereka juga mengarahkannya untuk
merintis jalannya sebagai seorang reformer.46
Orang pertama yang disebutkan di atas, Abdullah ibn Ibrahim, adalah seorang ahli
hukum Hanbali dan seorang ulama Hadits. Dia mewariskan seluruh karyanya yang
diterima dari al-Bali kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab, termasuk seluruh
43
Penulis-penulis yang kemudian juga menyebutkan Muhammad belajar dengan seorang
ahli hukum madzhab Hanbali yang bernama Abu al-Muwaahib al-Baali. Namun demikian,
menurut Al-Utsaimiin (Syeikh, hal.31) hal demikian kelihatannya tidak benar sampai
meninggalnya al-Baali pada tahun 1126 H. Lebih lagi, al-Nadwi dan lainnya meragukan
kalau Abdul-Wahhab belajar kepada al-Daaghistaani, disebabkan al-Daaghistaani
cenderung masih sangat muda pada saat ibn Abdul-Wahhab berada di Madinah. Namun
demikian, diduga ibn Abdul-Wahhab bertemu dengannya dalam perjalanannya ke
Madinah, dimana belum terjadi sebelumnya. Bandingkan, Masud al-Nadwi, Muhammad
ibn Abdil-Wahhaab Muslih Madhlum wa Muftara alaih (1977), hal. 39. Lainnya, Abud (vol.
1, hal. 163-164) berpendapat dengan bukti bahwa pertemuan itu mungkin saja terjadi
antara al-Daaghistaani dan ibn Abdul-Wahhab. Wallahu a’laam.
44
Abdullah berasal dari bani Shamari. Ayahnya telah pindah dari al-Majmah ke al-Madinah
dimana Abdullah tumbuh dan belajar di bawah ulama-ulama yang ada disana. Abdullah
juga melakukan perjalanan ke Damaskus untuk belajar disana dan kemudian kembali lagi
untuk mengajar di Madinah. Dia memiliki sebuah perpustakaan yang besar dan
bermanfaat, dimana dari sanalah Muhammad ibn Abdul-Wahhab mengambil manfaat.
Beliau meninggal di Madinah pada tahun 1140 H. Lihat al-Bassaam,vol.2,hal.505.
45
Muhammad Hayaat ibn Ibraahim al-Sindi dilahirkan di Sind sebuah propinsi anak benua
Indo-Pak. Setelah belajar di Sind, dia pindah ke Madinah untuk melanjutkan belajar, lalu
mengajar disana. Dia adalah ulama yang hebat dalam bidang hadits. Dia juga merupakan
ahli hukum madzhab Hanafi. Beliau menulis beberapa kitab, termasuk didalamnya adalah
Syarh al-Targhib wa al-Tarhib sebagai penjelasan terhadap Hadits Arbain al-Nawawi. Beliau
meninggal di Madinah pada tahun 1163 H. Lihat Khair al-Din al-Zirkili, al-Alaam: Qaamus
Taraajim li-Asyhur al-Rijaal wa al-Nisaa min al-Arab wa al-Mustamarin wa al-Mustasyriqin
(Beirut: Dar al-Ilm al-Malayin), vol. 6, hal. 111. Al-Sindi memiliki sejumlah murid yang
nantinya akan menjadi ulama-ulama islam para penyeru yang memanggil agar masuk
kepada Islam di seluruh dunia Muslim (Al-Utsaimiin, Syeikh, hal. 34). (Catat bahwa
beberapa penulis menyatakan bahwa beliau adalah penulis sejumlah penjelasan Shahih alBukhari. Sebenarnya, karya tersebut dikumpulkan oleh gurunya yang bernama Muhammad
ibn Abdul-Haadi al-Sindi.)
46
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 31.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 28
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
karya-karya standar hadits dan syarah hadits yang menelusuri jalur
periwayatannya sampai kepada penulis aslinya.47 Abdullah dan al-Bali adalah dua
orang yang terkesan dengan Ibn Taimiyyah dan kemudian Abdullah mendorong
Muhammad ibn Abdul-Wahhab untuk membaca karya-karya ibn Taimiyyah. Lebih
lagi, Abdullah sangat peduli dengan keadaan yang ada di Najd, karena dia aslinya
berasal dari daerah tersebut. Dia dapat membincangkan dengan Muhammad
beragam praktik-praktik kemungkaran yang dimana orang-orang disana telah jatuh
ke dalamnya. Buktinya, suatu waktu dia bertanya kepada ibn Abdul-Wahhab,
“Apakah engkau ingin tahu senjata apa yang telah kupersiapkan untuk al-Majmaa
(tempat asal keluarganya)?” Ketika Abdul-Wahhab menjawab, “Ya,” Abdullah
membawanya kepada sebuah rumah dimana terdapat begitu banyak buku yang
telah disimpannya dan dia berkata, “Inilah senjata-senjata yang telah aku
persiapkan.”48 Kejadian ini memperlihatkan bahwa Abdullah, guru masa awal ibn
Abdul-Wahhab, tahu bahwa “senjata-senjata” itu dibutuhkan untuk orang-orang
al-Majmaa di Najd, artinya bahwa mereka telah tersesat dan sebuah perangkat
yang kuat dibutuhkan untuk meluruskan mereka. Dalam suatu cara, dia
memperlihatkan kepada Abdul-Wahhab bahwa perangkat yang kuat untuk
melawan praktik-praktik kemungkaran adalah ilmu pengetahuan yang benar yang
akan menjelaskan kepada mereka kesalahan yang mereka lakukan dan
memperlihatkan kepada mereka jalan yang lurus.
Adalah Abdullah yang memperkenalkan ibn Abdul-Wahhab kepada al-Sindi dan
merekomendasikannya untuk menjadi muridnya. Ibn Abdul-Wahhab dan al-Sindi
mejadi sangat dekat dan ibn Abdul-Wahhab tinggal bersamanya untuk beberapa
waktu. Al-Sindi adalah seorang ulama hadits yang hebat. Dia juga dikenal sebagai
orang yang telah menanggalkan bid’ah-bid’ah, menunjukkan praktik-praktik syirik
dan menyeru untuk melakukan ijtihaad49 yang semuanya nanti akan menjadi
bentuk ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang menonjol.50
Kenyataannya, cicit ibn Abdul-Wahhab yang bernama Abdul-Latif ibn AbdulRahmaan mengatakan bahwa al-Sindi memiliki pengaruh yang besar kepada ibn
Abdul-Wahhab dengan penghargaan kepada tauhid ubudiyyah, membebaskan
47
Ahmad ibn Hajar Ali-Butaami, Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab: Aqidatuhu alSalafiyyah wa Da’watuhu al-Islahiyyah wa Tsana al-Ulamaa alaih (Kuwait: al-Daar alSalafiyyah, 1983), hal. 16.
48
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 28-29.
49
Sebagai contoh, dia merasa sedih bahwa orang-orang telah meninggalkan hadits shahih
yang tak tercabut yang disetujui madzhab-madzhab fiqih yang tak memiliki sanad demi
pandangan-pandangan mereka. Dia disebutkan dalam Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal.
78.
50
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 31-32; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 77.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 29
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
seseorang dari kepatuhan yang buta (taqlid) dan mengikat perhatian seseorang
dengan mempelajari al-Qur’an dan as-Sunnah.51
Ibn Bisyr mencatat bahwa suatu ketika Muhammad ibn Abdul-Wahhab berada di
makam Nabi (‫)ﷺ‬, dan menyaksikan orang-orang memohon dan meminta
perlindungan dari Nabi (‫)ﷺ‬. Dia kemudian melihat al-Sindi datang dan dia
berkata padanya, “Apa menurutmu mengenai orang-orang ini?” Al-Sindi
menjawabnya dengan firman Allah,
ِ
ِ ‫الء متَبَّ ر ما هم فِ ِيه وب‬
ِ
‫اط ٌل َما َكانُوا يَ ْع َملُو َن‬
َ َ ْ ُ َ ٌ ُ ‫إ َّن َه ُؤ‬
“Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya
52
dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.” (al-A’raaf 139).
Kembali ke al-Uyainah dan Perjalanan ke Basra dan al-Ahsa
Setelah menghabiskan beberapa waktu di Hijaz, memperoleh pengetahuan dari
kaki para ulama besar, ibn Abdul-Wahhab kembali ke al-Uyainah. Pada saat itu, dia
mestinya masih cukup muda (mungkin antara awal dan pertengah usia
duapuluhan) dan dia masih belum memiliki sebuah posisi yang berpengaruh dan
mandiri dimana dia mampu untuk menyingkirkan kemungkaran-kemungkaran
yang ada di sekitarnya. Dia biasa menyampaikan pandangannya dalam beberapa
kesempatan namun kesempatannya tidak lebih dari itu. Bahkan dia lebih
konsentrasi belajarnya, khususnya karya-karya tulis ibn Taimiyyah. (Kelihatannya
51
Abdul-Latif disebutkan dalam Ismail Muhamamd Al-Anshari, “Hayaat Al-Syeikh
Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Atsaaruhu al-Ilmiyyah,” dalam Buhuuts Nadwah
Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic
University, 1991), vol. 1, hal. 127.
52
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 29. Kataganti-kataganti yang seharusnya digunakan, kedua orang
ulama tersebut disebut dengan “Syeikh” dan kedua ulama tersebut juga bernama
Muhammad, siapa yang mengutip ayat tersebut dalam kejadian ini tidak benar-benar jelas.
Kebanyakan penulis hanya mencatat laporan ini dalam bentuk yang samar-samar. Namun
demikian, beberapa penulis memahami kata-kata ini dikatakan oleh Muhammad ibn AbdulWahhab dan lainnya oleh al-Sindi. Sebagai contoh, Nasir secara eksplisit menyatakan
bahwa al-Sindi lah yang menjawab dengan ayat al-Qur’an itu sementara al-Umar dan alRuwaishid menyatakan bahwa ayat tersebut diucapkan oleh ibn Abdul-Wahhab. Lihat
Aminah Muhammad Nusair, Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Minhajuhu fi
Mubaahits al-Aqidah (Beirut: Daar al-Syuruq, 1983), hal. 35; Abdul-Rahmaan al-Umar,
Haqiqah Da’wah al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab (Riyadh: Daar al-Aasimah,
2001), hal. 13; Abdullah al-Ruwaishid, al-Imaam al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab
fi Tarikh (Kairo: Rabitah al-Adab al-Hadits, 1984), vol. 1, hal. 34.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 30
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ibn Abdul-Wahhab sangat tertarik untuk membaca-kembali, khususnya karyakarya ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim. Al-Ajilaani bahkan mengatakan
kebanyakan dari pengetahuannya adalah apa yang dipelajarinya sendiri, langsung
dari Qur’an, Sunnah dan beberapa karya tulis.53 Namun demikian, tidak dapat
dibantah bahwa dia juga belajar di bawah pengajaran beberapa ulama dan sangat
dekat dan benar-benar terpengaruh oleh kebanyakan dari mereka, seperti
misalnya ayahnya sendiri.) Menurut satu laporan, dia menetap di al-Uyainah untuk
beberapa tahun sebelum pergi lagi dengan tujuan untuk belajar, mungkin karena
dia sadar bahwa dia butuh untuk belajar lagi dan mendewasakan diri sebelum
benar-benar mampu mereformasi masyarakatnya.54 Damaskus adalah pusat
madzhab Hanbali. Dengan latar belakang fiqih Hanbali-nya dan gairahnya untuk
belajar lebih karya-karya ibn Taimiyyah (yang banyak menghabiskan waktunya di
Damaskus), wajarlah jika ibn Abdul-Wahhab sangat bergairah untuk pergi ke
Damaskus. Namun demikian, sebelum sampai ke Damaskus dia pergi dulu ke
Basra, dimana dia menetap untuk beberapa lama.55
Basra adalah sebuah kota metropolitan, pusat perdagangan yang makmur. Sebagai
tambahan, kota ini adalah rumah bagi banyak kaum syiah. Hal ini barangkali yang
menyingkapkan beragam hal yang tidak ditemuinya di kota asalnya (Meski dia
mungkin telah menyaksikan beberapa aspek di Hijaaz).
Di Basra, beliau mempelajari Fiqih, hadits dan bahasa Arab. Beliau belajar dengan
Syeikh Muhammad al-Majmu’i. Di Basra inilah Muhammad ibn Abdul-Wahhab
mulai menujukan kajiannya pada beberapa bid’ah, klenik dan amalan-amalan syirik
yang dilihatnya di sekitarnya. Teristimewa, beliau menekankan bahwa semua
pemujaan mestinya hanya ditujukan kepada Allah saja. (kenyataanya, menurut
satu laporan, beliau menulis Kitaab al-Tauhid selama beliau menetap di Basra).
Sepertinya, al-Majmu’i mendukungnya dalam upaya itu. Namun demikian, mereka
yang mendukungnya jumlahnya sangat melebihi daripada mereka yang
menentangnya dan seringkali debat-debat antara mereka menjadi panas.56
Ibn Ghannaam meriwayatkan bahwa pada suatu kesempatan seorang lelaki
menyebutkan permohonan-permohonan kepada orang alim dan orang suci dan
Muhammad ibn Abdul-Wahhab menunjukkan apa yang dikatakannya, menjelaskan
posisi yang benar. Lelaki itu menjawab dengan mengatakan, “Jika apa yang
53
Lihat Nusair, hal. 36.
Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 33.
55
Al-Utsaimiin (al-Syeikh, hal. 33) mengatakan bahwa mungkin karena dia tidak dapat
menemukan kabilah yang membawanya ke Damaskus tapi ke Basra. Dari Basra, sebuah
kota pusat perdagangan, akan menjadi tidak susah untuk mendapatkan sebuah kabilah
yang dapat membawanya ke Damaskus.
56
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 34.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 31
54
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dikatakan orang ini benar, bangsa ini berarti belum pernah mencapai sesuatu
untuk beberapa waktu.” Banyak orang di Basra tidak menyukai apa yang diajarkan
ibn Abdul-Wahhab dan mencoba mengacaukannya di masjid. Ibn Ghannaam
meriwayatkan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab menyatakan, “Beberapa
orang musyrik di Basra mendatangiku dan melemparkan keraguan dan pertanyaan
kepadaku. Aku mengatakan kepada mereka ketika mereka duduk di hadapanku,
‘Segala pemujaan hanya patut ditujukan kepada Allah.’ Kata-kata ini mengacaukan
mereka dan kemudian mereka tidak mengatakan sepatah kata pun.”57
Muhammad ibn Abdul-Wahhab mencoba menasehati orang-orang dengan
lemahlembut dan kebaikan namun hal demikian tidak berhasil. Al-Nadwi mencatat
bahwa di Basra inilah benar-benar beliau mulai menolak kemungkaran dengan
tanpa rasa takut kecuali hanya kepada Allah. Oleh karenanya dia menemui
penentangan yang hebat dan bahkan gurunya Muahmmad al-Majmu’i mengalami
kesulitan karena hubungan dan dukungannya kepada Muhammad ibn AbdulWahhab ini.58
Tidaklah jelas berapa lama ibn Abdul-Wahhab menetap di Basra namun Ibn
Ghannaam menyebutkan bahwa beliau menetap di sana lebih lama daripada di
tempat lain yang dia kunjungi juga.59 Barangkali, hal inilah yang memberinya
kepercayaan diri untuk mulai berbicara melawan klenik dan bid’ah yang dilihatnya.
Bahkan, upaya-upaya dan da’wahnya dirasakannya belum cukup memiliki basis
yang cukup untuk menciptakan perubahan yang sesungguhnya di Basra.
57
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 76.
Al-Nadwi, hal. 42.
59
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 77. Juga terdapat bukti yang menunjukkan bahwa selama dia
menetap di Basra, ibn Abdul-Wahhab pernah mengunjungi Mosul di sebelah Utara.
Khattaab berargumen bahwa perjalanannya ke Mosul ini kebanyakannya tidak dilaporkan
karena karya yang mencatat perjalanan ini (Gharaaib al-Atsar) diterbitkan relative
terlambat dan tidak diketahui oleh kebanyakan penulis bioghraphi ibn Abdul-Wahhab.
Pada saat itu, terdapat dua kelompok muslim yang penting di Mosul: Kelompk Sufi yang
dibanjiri dengan kultus pemujaan kuburan dan Kelompok Salafi yang menentang praktikpraktik itu. Pertentangan dan pertarungan kelihatannya begitu hebat antara dua kelompok
ini. Adalah mungkin ibn Abdul-Wahhab menyaksikan apa yang terjadi ini dan hal ini secara
jelas di kemudian hari mendorongnya untuk merubah cara-cara orang Musim – seperti
membuatnya menyadari apa arti sesungguhnya dengan jihad dan perjuangan. Lihat
Mahmud Shait Khattaab, “Al-Imaam Muhammad ibn Abdul-Wahhab fi Madinah al-Mausil,”
dalam Bahuuts Nadwah Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab (Riyadh: Jaamiah
al-Imaam Muhammad ibn Saud al-Islaamiyyah, 1991), vol. 1, hal. 73-90. Seolah-olah, mesti
dikatakan bahwa bukti Khattab yang menyatakan perjalanan abn Abdul-Wahhab ke Mosul
ini tidak benar-benar meyakinkan. Wallahu a’lam.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 32
58
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Al-Utsaimiin mencatat bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab benar-benar
mendapat manfaat yang besar dari kediamannya di Basra dalam tiga cara: (1)
Beliau meningkatkan level pengetahuannya, terutama dalam bidang fiqih, hadits
dan bahasa Arab; (2) Beliau melihat dengan jarak yang sangat dekat pada
kepercayaan-kepercayaan dan praktik-praktik orang-orang Syiah; (3)
Pertentangan-pertentangan dan argumen-argumen yang dihadapinya memberinya
beberapa latihan bagaimana menjawab dan memukul mundur orang-orang yang
ragu dan para penanya.
Ibn Abdul-Wahhab bertemu dengan begitu banyak pertentangan, yang
memaksanya meninggalkan Basra di tengah panasnya siang hari, dengan
60
keadaan telanjang kaki. Sementara dalam perjalanan antara Basra dan alZubair, ibn Abdul-Wahhab hampir saja mati karena kehausan. Seorang
penduduk al-Zubair, yang bernama Abu Humaidaan, menemukannya.
Merasakan bahwa ibn Abdul-Wahhab adalah seorang yang nampak seperti
orang yang sangat bertanggungjawab, dia lalu memberi ibn Abdul-Wahhab
air dan membawanya ke al-Zubair. Muhammad tinggal disana beberapa hari
namun ingin berangkat ke Syria. Namun demikian, dia kehilangan uang
bahkan hanya untuk melakukan satu kali perjalanan (mungkin dicuri darinya).
Oleh karenanya, dia memutuskan untuk kembali ke Najd melalui sebelah
61
timur provinsi al-Ahsa. Pada saat itu, al-Ahsa adalah sebuah pusat belajar
untuk empat madzhab fiqih. Banyak pelajar berkumpul di daerah itu.
Ibn Abdul-Wahhab belajar disana bersama dengan ulama-ulama dari madzhab
yang berbeda-beda. Dia belajar dan menetap dengan Abdullah ibn Muhammad ibn
Abdul-Latif al-Shafie’i (berdiskusi dengannya beberapa masalah kepercayaan
Ashariyah seperti ditemukan dalam penjelasan ibn Hajar terhadap Shahih al-
60
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 30. Al-Utsaimiin (Al-Syeikh, hal. 35) meragukan autentisitas cerita
mengenai cerita yang membuat ibn Abdul-Wahhab keluar dari Basra. Dia meragukannya
dalam dua cerita. Pertama, Ibn Ghannaam, yang hidup lebih awal daripada Ibn Bisyr (dan,
mengacu pada cerita Al-Utsaimiin yang merupakan dasar dari karya Ibn Bisyr), tidak
menyebutkan insiden ini. Kedua, Abdul-Rahmaan ibn Hasan, cucu dari ibn Abdul-Wahhab,
menyebutkan bahwa setelah pergi ke al-Ahsaa, ibn Abdul-Wahhab kembali ke Basra dalam
perjalanannya menuju ke Madinah. Jadi, keberangkatannya dari Basra mestilah dengan
keadaan normal. Menurut penulis ini, argumen-argumen Al-Utsaimiin tidak meyakinkan.
Pertama, Ibn Ghannaam tidak menyebutkan insiden ini karena dia tidak insaf dengnnya
atau dia benar-benar mengabaikannya sementara Ibn Bisyr memiliki laporan ini melalui
sumber-sumber lain yang dapat dipercaya. Kedua, catatan-catatan Abdul-Rahmaan ibn
Hasan tentang perjalanan ibn Abdul-Wahhab tidak dibenarkan oleh sumber lain yang
dikenal. (Dia mungkin mengetahuinya dari seseorang yang ingatannya rusak.) Dalam hal ini
ini, cerita perjalanan ibn Abdul-Wahhab nya ini tidak cukup kuat untuk menolak apa yang
dicatat oleh Ibn Bisyr.
61
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 30; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 83.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 33
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Bukhari).62 Dia juga belajar dengan Muhammad ibn Afaliq63 dan Abdullah ibn Fairuz
al-Kafif.64 Setelah menghabiskan beberapa waktu di al-Ahsa, ibn Abdul-Wahhab
pergi menuju Huraimilaa di Najd, dimana ayahnya saat itu telah pindah kesana.
Sebelum membicarakan Huraimilaa, penting untuk dicatat bahwa kebanyakan
karya yang dapat dipercaya dan dapat menjadi sandaran berkenaan dengan
Muhammad ibn Abdul-Wahhab menyatakan bahwa dia hanya bepergian ke Hijaz,
Basra, al-Zubair dan al-Ahsa (semuanya diperlihatkan dalam gambar 1).65 Terdapat
beberapa karya yang kurang bisa menjadi sandaran66 yang menyatakan bahwa ibn
Abdul-Wahhab juga mengunjungi tempat-tempat lain. Misalnya, seorang
pengelana Eropa, Niehbur, yang menyatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab
berkunjung ke Baghdad dan Persia. Al-Shashtari mengatakan bahwa dia juga
berkunjung ke Isfahan.67
Seorang penulis yang tak teridentifikasi dari buku Lam’ al-Shihaab fi Sirah
Muhammad ibn Abdul-Wahhab (“Kecemerlangan Bintang Jatuh dalam Hidup
Muhammad ibn Abdul-Wahhab”)68 mengatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab juga
62
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 30. Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 250.
Dalam surat ini, ibn Abdul-Wahhab memuji Muhammad karena mengambil pendapat
bertalian dengan iman yang bertentangan dengan pemikiran-pemikiran Ashari tradisional.
63
Muhammad ibn Afaaliq pernah belajar beberapa lama di Madinah dengan Abdullah ibn
Ibraahim ibn Saif. Kemudian, dia menjadi salah satu penentang ibn Abdul-Wahhab,
menantang ibn Abdul-Wahhab dalam sebuah surat dengan memintanya untuk
menjelaskan sejumlah poin-poin gaya dan gramatika dalam surat al-Aadiyaat. Dia juga aktif
mendorong Utsman ibn Muammar untuk mengabaikan dukungannya kepada ibn AbdulWahhab. Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 86; al-Bassaam, vol. 3, hal. 818.
64
Al-Kafif berasal dari Najd dan seorang salafi dalam keyakinannya, tertarik dengan ajaran
Ahmad ibn Hanbal dan ibn Taimiyyah. Dia sangat suka kepada Muhammad ibn AbdulWahhab. Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 86; al-Bassaam, vol. 2, hal. 627.
65
Mengunjungi berbagai tempat berbeda untuk meningkatkan pengetahuan disadari
sebagai sebuah tindakan berbudi luhur. Oleh karenanya, diharapkan para penulis yang
dekat dengan Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya senang untuk
mencatat semua perjalanannya. Sampai mereka menunjukkan empat daerah ini, cukup
aman untuk menyimpulkan bahwa hanya tempat-tempat tersebut yang dikunjungi oleh ibn
Abdul-Wahhab.
66
Karya ini kurang bisa menjadi sandaran karena karya-karya ini bersandar pada informasi
kedua atau rumor-rumor tentang Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang bertentangan
dengan karya-karya dari Ibn Bisyr dan Ibn Ghannaam. Lebihlagi, beberapa karya ini
mengandung indormasi benar-benar keliru. Misalnya, Niebuhr mengatakan bahwa
Muhammad ibn Abdul-Wahhab tidak mengakui Nabi Muhammad (‫ )ﷺ‬bukanlah seorang
nabi melainkan hanya seorang guru yang bijaksana.
67
Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 36-37.
68
Ini adalah karya cukup terkenal yang ditulis oleh, menurut beberapa sarjana, penulis
anonim. (Menurut al-Ajlaani, manuskrip ini berhubungan dengan Hasan al-Ribki, yang
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 34
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mengunjungi Baghdad (dimana dia menikahi seorang perempuan yang kaya yang
mungkin adalah penulisnya.) Karya ini meliput sejarah “Wahhabi” dari permulaannya
sampai tahun 1233 H. (1817 M.). Nasir (hal. 30-31) mencatat bahwa karya ini adalah karya
referensi utama untuk mayoritas orientalis yang menulis tentang ibn Abdul-Wahhab. Dia
mengatakan bahwa kebanyakan orang Arab yang menulis tentang ibn Abdul-Wahhab
mempercayai apa yang ditulis oleh para orientalis itu dan secara tidak langsung mengambil
sumber dari karya ini. Dia menyimpulkan bahwa meski para orientalis dimaafkan
menggunakan karya-karya itu, karena mereka tidak memiliki akses pada karya yang lebih
baik dari museum-museum dan universitas dunia barat (pada era awal (saat itu)), namun
hal itu tidak berlaku bagi para penulis Arab yang hanya mengikuti kesalahan-kesalahan
mereka. Abu Hakimah (hal. 9-11) memiliki kata-kata yang ramah mengenai karya ini. Dia
mengatakan bahwa si penulis melakukan pekerjaan yang bagus dalam hal menganalisa
kejadian-kejadian, tidak memiliki prasangka melawan Wahhabisme dan kelihatannya
memiliki saksimata terhadap ekspedisi di suatu tempat di sekitar Basra. Dalam pandangan
penulis, meskipun demikian, masalah yang terdapat pada karya ini adalah tiga hal.
Pertama, si penulis tidak dikenal. Karenanya, seseorang tidak dapat mengetahui sampai
sejauh mana kejujurannya dan apa prasangkanya yang bisa saja bias. Meskipun tidak
secara jelas berbuat kasar terhadap ibn Abdul-Wahhab, dia berpikiran bahwa ajaran-ajaran
ibn Abdul-Wahhab itu adalah bid’ah. Kedua, karya ini mengandung sejumlah besar
informasi yang bertentangan dengan sumber-sumber lain yang jauh lebih kuat (seperti
silsilah Muhammad ibn Abdul-Wahhab, perjalannya dan lainnya). Karenanya, jika informasi
dalam karya ini tidak dikuatkan melalui beberapa sumber yang dikenal dan terpercaya, dia
harus diperlakukan secara skeptik. Ketiga, terlihat dengan jelas dari karyanya bahwa si
penulis tidak menghabiskan waktunya di Najd sendiri. Jadi, sumber-sumber informasinya
berasal dari luar daerah para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Seperti diketahui,
banyak informasi palsu dan rumor-rumor yang menyebar berkenaan dengan Muhammad
ibn Abdul-Wahhab di daerah-daerah itu dan penulis tak dikenal ini menggunakan informasi
seperti itu, setidak-tidaknya sebagian, sebagai dasar karyanya. Karenanya, Vassiliev (hal.
14) menyatakan karya ini sebagai “sebuah rentetan sketsa-sketsa, berdasar kepada ceritacerita partisipan dalam kejadian-kejadian yang dipertanyakan, bercampur dengan rumorrumor dan legenda-legenda.” Kemudian (hal. 66), dia menyebutkan, “Penulis The Brilliance
of the Meteor adalah musuh bagi para Wahhabi.”
Sayangnya, beberapa penulis yang datang kemudian, seperti seorang Orientalis,
Margoliouth (dalam menulis artikel untuk edisi pertama Encyclopedia of Islam), sangat
menyandarkan diri pada karya dengan penulis yang tak dikenal ini. (Edisi berikutnya dari
Encyclopedia of Islam kembali lagi menempatkan artikel Margoliouth dengan artikel yang
ditulis oleh orientalis Perancis bernama Laoust.) Bahkan Vassiliev yang mencatat beberapa
syarat mengenai karya ini bersandar pada karya ini untuk beberapa pernyataan yang tidak
dibenarkan dan asing mengenai ibn Abdul-Wahhab. Misalnya, berdasarkan karya ini,
Vassiliev (hal. 90) menyebutkan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab, “mencintai banyak
wanita, memiliki 20 isteri dan memiliki 18 anak.” Vassiliev hanya mencatat bahwa hal ini
bisa jadi sesuatu yang dibesar-besarkan. Dalam kenyataanya, seorang pencatat kronik yang
teliti dalam mencatat kejadian per kejadian secara rinci kehidupan ibn Abdul-Wahhab,
termasuk siapa yang dinikahi dan anak-anaknya, sama sekali tidak menyebutkan apapun
yang menyerupai. Hal yang sama adalah benar untuk pernyataan-pernyataan yang dibuat
Vassiliev berdasarkan Lam’ al-Shihaab.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 35
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kemudian meninggal dan meninggalkan untuknya harta yang banyak), Kurdistan,
Hamadhan, Isfahan, Rayy, Qum, Aleppo, Damaskus, Yerusalem dan Mesir, kembali
melalui Suez menuju Yanbu, Madinah dan Mekkah. Karya ini juga mengatakan
bahwa ibn Abdul-Wahhab juga mempelajari filsafat Aristotelian dan Sufisme di
Isfahan dan bahwa dia juga cakap berbahasa Turki dan mungkin juga Parsi. Dia
kemudian pergi ke Qum dimana dia menjadi pengikut madzhab Hanbali. Lebih jauh
lagi, karya ini mengatakan bahwa dia tidak memulai perjalanannya sampai dia
berumur tigapuluhtujuh tahun. Karya ini juga mengklaim bahwa Muhammad ibn
Abdul-Wahhab berganti-ganti nama selama melakukan perjalanan-perjalanan itu
(Abdullah di Basra, Ahmad di Baghdad dan lain sebagainya).69
Al-Utsaimiin menyebutkan bahwa hal ini berarti ibn Abdul-Wahhab tidak
meninggalkan Najd sebelum tahun 1152 H sementara karya ini menegaskan bahwa
ibn Abdul-Wahhab telah melengkapkan perjalanannya jauh sebelum saat itu. Lebih
jauh, sang Penulis Anonim ini membayangkiaskan bahwa ibn Abdul-Wahhab
menjalani perjalanannya sekitar duapuluhlima tahun. Sehingga dengan demikian
ibn Abdul-Wahhab tak akan bisa kembali ke Najd sebelum tahun 1177 H.—namun
kenyataannya, si penulis secara aktual membayangkiaskan bahwa ibn AbdulWahhab kembali ke Najd pada tahun 1186 H ketika Syarif Surur memerintah
Mekkah. Ini adalah fakta yang mapan bahwa negara baru di al-Diriyyah didirikan
oleh Muhammad ibn Saud dan ibn Abdul-Wahhab tiga puluh tahun sebelum tahun
1187 H itu. Lebih jauh lagi, tak seorang pun dapat menunjukkan bahwa ibn AbdulWahhab mengetahui bahasa Turki atau Parsi. Sama juga, tak seorang pun dari
mereka menunjukkan bahwa beliau pernah belajar Filsafat dan sufisme.70
Sejumlah orang yang berwibawa menunjukkan bahwa ibn Abdul-Wahhab
mengunjungi Baghdad. Al-Utsaimiin mencatat pengelana dan penulis Eropa
Niebuhr, Waring, Rouseau, Hogarth dan Rehatsek yang menunjukkan hal ini.
Tambahan, al-Haidari mengatakan bahwa ayahnya mengatakan padanya bahwa
ibn Abdul-Wahhab berkunjung ke Baghdad dan belajar kepada fadil Sibghatullah
al-Haidari. Lagi, kelihatannya perjalanan ini tidak dapat ditegaskan dari sumber
terdekat manapun meskipun terdapat alasan yang menunjukkan ibn Abdul
Wahhab belajar kepada seorang ulama yang utama.71
Huraimila dan Dimulainya Da’wah
69
Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 37. Sangkalan dalam bahasa Inggris
untuk klaim-klaim seperti ini dapat ditemukan dalam Vassiliev, hal. 65-66.
70
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 37-38.
71
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 38. Al-Utsaimiin (hal. 39) membuat poin yang
sama berkaitan dengan kemungkinan ibn Abdul-Wahhab melakukan perjalanan ke
Damaskus. Al-Zirkily dalam al-Alaam adalah bagian dari orang yang menunjukkan bahwa
ibn Abdul-Wahhab melakukan perjalanan ke Syria.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 36
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Selama perjalanan Muhammad, ayahnya, Abdul-Wahhab, bertugas sebagai hakim
di al-Uyainah dicopot karena perselisihan dengan Amir baru yang bernama
Muhammad ibn Hamad ibn Muammar. Karenanya, dia meninggalkan al-Uyainah
dan menjadi hakim di Huraimila.72 Jadi, ketika dia kembali dari perjalanannya, dia
pulang ke rumah baru ayahnya. Kepulangan ini terjadi antara tahun 1144 dan 1149
H.73
Ibn Bisyr menunjukkan bahwa setelah kepulangannya, Muhammad belajar di
bawah bimbingan ayahnya.74 Al-Utsaimiin mengatakan bahwa hal itu mungkin saja
benar namun pada saat itu level pengetahuan Muhammad bisa jadi melebihi level
ayahnya.75 Jika demikian, dia melakukan ini adalah untuk menghormati orang
tuanya. Dalam berbagai kasus, di Huraimila inilah Muhammad memulai aktifitas
da’awahnya. Dia mulai mengajar di masjid. Juga termasuk kuliah hadits, fiqih dan
tafsir Qur’an. Banyak orang yang menghadiri kuliahnya dan menjadi penambah
yang besar untuk prestisenya.76 Ini adalah praktek yang akan terus dilanjutkan oleh
ibn Abdul-Wahhab seumur hidupnya, bahkan ketika dia adalah salah satu
pemimpin dari sebuh negara. Dia juga mulai menunjukkan apa yang dimaksud
dengan praktik-praktik bid’ah dan klenik yang ada di sekitarnya. Dari sejak awal,
dia sudah memiliki pendukung (yang kelihatannya relative kecil pada
permulaannya) dan penentang. Hal ini akan menjadi pola yang akan terus berlanjut
di sepanjang hidupnya – dan masih berlanjut sampai hari ini.
Selama masa ini beberapa kata berubah atau sebuah perselisihan terjadi antara
Muhammad dan ayahnya.77 Sayangnya, tak ada satu pun sumber yang dapat
menyatakan secara pasti apa penyebab perselisihan ini. Al-Utsaimiin mencatat
bahwa hal ini barangkali bukan berkenaan dengan masalah aqidah (kepercayaan)
Abdul-Wahhab, ayah Muhammad, karena dia tidak mendukung pengkultusan
orang suci atau praktik-praktik keliru yang terjadi saat itu di tempat itu.78 Satu
penjelasan yang diberikan adalah hal ini berkenaan dengan bayaran yang diterima
beberapa hakim karena menyelesaikan perselisihan. Meskipun tidak diketahui
bahwa Abdul-Wahhab pernah menerima bayaran seperti itu, jelas dia tidak
menyalahkan hakim lain yang menerima bayaran seperti itu. Namun demikian,
72
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 87.
Lihat Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 39-40, untuk pandangan yang berbeda
tentang tahun dia dating ke al-Ahsaa dan kenapa pandangan ini menjadi pandangan yang
lebih kuat.
74
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 31.
75
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 40-41.
76
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 77.
77
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 31.
78
Sebagai contoh pemikiran Abdul-Wahhab, lihat Majmuah al-Rasaail wa al-Masaail alNajdiyyah li-bad Ulamaa Najd al-Alaam (Riyadh: Daar al-Aasimah, 1409 H.), vol. 1, hal. 523525. Penekanan dan isinya sangat mirip dengan pendapat anaknya.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 37
73
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
anaknya Muhammad sadar bahwa hal ini termasuk ke dalam suap dan tidak
diperbolehkan dalam Islam.79 Barangkali perbedaan pendapat yang lebih kuat
antara mereka adalah berkenaan dengan cara berda’wah dan menyebarkan
ajaran-ajaran yang benar (dan bukan konten ajaran itu sendiri). Dalam beberapa
kasus, apa yang pasti adalah ketika ayahnya masih hidup, Muhammad, di luar dari
perbedaannya dengan sang ayah, tidak terlalu aktif dan maju ke hadapan publik
dalam upaya-upaya da’wahnya dibanding ketika setelah ayahnya meninggal di
tahun 1153 H.80
Muhammad menghabiskan waktunya untuk berkonsentrasi belajar fiqih, hadits
and tafsir. Dia menulis Kitaab al-Tauhid dalam kurun waktu itu81 (atau dia mungkin
“menulis kembali atau merevisi”–nya jika laporan bahwa dia menulis kitab itu di
Basra adalah benar).
Ketika Abdul-Wahhab meninggal, usia Muahmmad sekitar tigapuluhdelapan tahun.
Dengan kematian ayahnya, dia menjadi ulama utama di daerah itu. Dia menjadi
lebih terbuka dalam ajaran dan da’wahnya kepada orang lain agar menempuh
jalan yang lurus. Dia secara terbuka melakukan kritik terhadap bid’ah-bid’ah dan
klenik-klenik yang berlebihan. Dia mulai melakukan amar ma’ruf nahyi munkar.
Reputasinya menyebar ke daerah sekitarnya. Pelajar mulai bergerombol menuju
Huraimila untuk belajar kepadanya. Bahkan beberapa Amir yang berada di
sekitarnya mulai terpengaruh atau tertarik kepadanya, termasuk Utsman ibn
Muammar, Amir dari al-Uyainah.82
Ibn Bisyr mengatakan bahwa Huraimila berada di bawah kekuasaan dua suku yang
secara asal usul adalah satu. Budak-budak83 dari salah satu dari dua suku itu
berencana untuk membunuh Muhammad ibn Abdul-Wahhab pada suatu malam
namun salah satu tetangganya mampu memberi peringatan kepada ibn Abdul-
79
Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 41.
Ahmad ibn Hajar Ali-Buthami mengatakan bahwa ayahnya nantinya mendekati jalan
pemikiran ibn Abdul-Wahhab. Lihat Ahmad ibn Hajar Ali-Buthami, Al-Syeikh Muhammad
ibn Abdil-Wahhaab: Aqidatuhu al-Salafiyyah wa Da’watuhu al-Islahiyyah wa Tsana alUlamaa alaih (Kuwait: al-Daar al-Salafiyyah, 1983), hal. 26. Lebih lagi, seorang penulis
Perancis Jean Raymond menulis bahwa ayah ibn Abdul-Wahhab sependapat dengan
anaknya itu namun dia hanya menyingkapkan fakta itu pada orang-orang terdekatnya yang
dapat benar-benar dia percaya. Wallahu a’lam bi ashshawab. Raymond dikutip dalam
Muhammad Kaamil Dhaahir, Al-Da’wah al-Wahhaabiyyah wa Atsaruhaa fi al-Fikr al-Islaami
al-Hadits (Beirut: Daar al-Salaam, 1993), hal. 47.
81
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 77.
82
Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 78.
83
Untuk diskusi berkenaan dengan kekuatan potensial budak-budak di beberapa kota
Arabia, lihat Vassiliev, hal. 49-50.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 38
80
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Wahhab dan dia mengatur diri untuk pergi.84 Mereka mau melakukan hal ini
karena ibn Abdul-Wahhab mencoba mengakhiri penyelewengan dan
kemungkaran-kemungkaran yang biasa mereka lakukan.85
Al-Utsaimiin mengatakan bahwa meskipun cerita tersebut mungkin saja benar,
namun bisa jadi bukanlah satu-satunya alasan kenapa Muhammad ibn AbdulWahhab memutuskan meninggalkan al-Uyainah. Sebagaimana disebutkan di atas,
Amir al-Uyainah sudah mulai tertarik dan terkesan oleh apa yang diajarkan oleh ibn
Abdul-Wahhab. Lebih jauh, dukungan Utsman ini menyediakan begitu banyak
bantuan untuk da’wah, dan posisi al-Uyainah lebih kuat dibanding Huraimila.86
Lebih lagi, ini adalah tempat kelahiran Abdul-Wahhab dan keluarganya yang
memiliki posisi prestisius dan terhormat di sana.87 Sebagai tambahan, karena
kekuatan dua suku yang bersaingan di tempat itu, situasi di Huraimila lebih dekat
kepada kekerasan dan akan menjadi tempat yang tidak nyaman untuk mengatur
misi yang diimpikan ibn Abdul-Wahhab.88 Karenanya, ketika al-Uyainah menjadi
tersedia untuknya (setelah Amir kota ini menerima ajaran-ajarannya), adalah
pilihan yang logis baginya untuk pindah kesana untuk berda’wah, untuk
menumbuhkan kekuatan dan jumlah pengikut.89
Para penulis tarikh yang lebih awal tidak menyebutkan tahun pasti kapan
Muhammad ibn Abdul-Wahhab pindah ke al-Uyainah. Rupanya, hal ini tidak segera
setelah ayahnya meninggal namun sekitar setelah satu atau dua tahun kepergian
ayahnya, atau sekitar tahun 1155 H.90
Kediaman di al-Uyainah
Pada saat kedatangannya di al-Uyainah, Muhammad ibn Abdul- Wahhaab
disambut dan dihormati pemimpin kota ini. Ketika bertemu dengannya,
Muhammad ibn Abdul-Wahhab menjelaskan prinsip-prinsip dasar ajarannya. Dia
menjelaskan kepadanya bahwa keyakinan ini adalah kunci sukses dunia dan
akhirat. Dia lebih jauh menjelaskan kepada mereka bahwa kunci hubungan mereka
84
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 78.
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 78; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 31.
86
Abu Hakimah (hal. 130) states bahwa ibn Muammar “dengan kebajikan menjadi ketua
‘Uyayna, adalah yang terkuat di kota Najd. Jadi, tidak ada ketua lain yang mampu
menyerang” ibn Abdul-Wahhab di bawah perlindungannya.
87
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 42.
88
Bandingkan, Al-Nadwi, hal. 44.
89
Al-Abud (vol. 2, hal. 143) juga menekankan bahwa alasan ibn Abdul-Wahhab
meninggalkan Huraimilaa dan menuju al-Uyainah bukan karena takut dan ingin kembali ke
tempat kelahirannya. Hal ini lebih kepada strategi pergerakan: apa yang terbaik untuk misi
dan tujuan yang telah diaturnya untuk disempurnakan.
90
Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 42.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 39
85
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
adalah dukungan pada pernyataan “Tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah.”
Ibn Abdul-Wahhab berkata kepada Amir, “Saya berharap, jika anda benar-benar
bekerja untuk mendukung keyakinan bahwa, ‘Tiada yang berhak diibadahi kecuali
Allah,’ Allah akan membuatmu kuat dan memberimu kekuasaan di Najd dan orangorang badwi-nya.”91 Prinsip-prinsip ini diterima oleh Amir Utsman dan Muhammad
diberikan kebebasan untuk mengajarkan Islam yang murni. Hubungan antara
keduanya bertumbuh dan, faktanya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab akhirnya
menikahi bibi Utsman, al-Jauharah binti Abdullah binti Muammar, seorang wanita
berpengaruh di daerah itu.92
Dengan prestise pribadi yang baik sebaik dukungan politik yang dibutuhkan,
Muhammad ibn Abdul-Wahhab mulai mentranformasikan ajaran-ajaran Islam
menjadi kenyataan di al-Uyainah. Para pengikut dan pendukungnya tumbuh
menjadi jumlah yang besar di al-Uyainah dan daerah sekitarnya. Memberinya
otoritas dan posisi yang baru, seseorang bisa saja mengatakan bahwa dalam
kenyataan dia tidak memiliki alasan namun secara fisik menyingkirkan banyak
kelakuan syirik dan klenik yang dia saksikan di sekitarnya. Dan ini adalah apa yang
dia mulai untuk dilaksanakan.
Pada masa itu, penduduk al-Uyainah biasa memuja dan meminta berkah dari
sejumlah pohon dan semak-semak di daerah itu. Lebih jauh, di sekitar daerah alJubail terdapat sebuah kuburan yang diperkirakan kuburan Zaid ibn al-Khattaab
(saudara Umar ibn al-Khattaab), yang meninggal disana ketika bertarung melawan
munafikun Musailamah. Orang datang ke kuburan itu untuk mencari berkah,
menyembelih hewan atas namanya, bersumpah dan lain sebagainya. Dengan
waktu yang sangat singkat, Muhammad ibn Abdul-Wahhab mampu menyingkirkan
sumber-sumber polytheism ini dari negeri itu.
91
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 33.
Lihat Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 33. Menurut Hamad al-Jaasir, ini adalah pernikahan pertama
ibn Abdul-Wahhab dimana para pencatat tarikh tidak menyebut pernikahan manapun
sebelum pernikahan ini. Kelihatannya keliru jika Ibn Ghannaam (vol. 1, hal. 26)
menunjukkan bahwa dia menikah sebelum menunaikan haji sementara Abdul-Rahmaan
Aali-Syeikh (dalam Ulamaa al-Da’wah, disebutkan dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 28)
menunjukkan bahwa pernikahannya ditunaikan setelah ibadah haji. Untuk perbincangan
dari al-Jaasir, lihat Hamad al-Jaasir, “al-Mar`ah fi Hayaat Imaam al-Da’wah al-Syeikh
Muhammad ibn Abdul-Wahaab,” Bahuuts Nadwah Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn
Abdul-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 1, hal. 169. Di
lain pihak, Ahmad ibn Abdul-Aziz al-Husain mengatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab menikah
dengan Jauharah pada usia duabelas tahun. Dengan kata lain, pernikahannya pada usia
mudanya itu adalah kepada bibinya Utsman. Ini juga tidak Nampak benar. Wallahu a’lam.
Lihat Ahmad ibn Abdul-Aziz al-Husain, Da’wah al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab
Salafiyyah laa Wahhaabiyyah (Riyadh: Daar Alim al-Kutub, 1999), hal. 53.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 40
92
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Muhammad ibn Abdul-Wahhab mengerahkan enamratus orang bersenjata dan
dipimpin oleh pemimpin mereka Amir Utsman untuk mengakhiri kebiasaan tempat
ziarah di kuburan Zaid ibn al-Khattaab itu. Dia meminta Utsman bergabung dengan
mereka dalam ekspedisi ini karena khawatir penduduk al-Jubailah akan melakukan
perlawanan kepada mereka. Bahkan, penduduk oasis daerah tersebut mencoba
mempertahankan tempat pemujaan itu. Ketika mereka melihat jumlah yang sangat
besar dan orang-orang Utsman yang telah siap sedia untuk berperang, mereka
tidak melawan lalu ibn Abdul-Wahhab sendiri mengambil kampak dan mulai
menghancurkan kuburan itu.93
Al-Utsaimiin mengatakan bahwa tidak diragukan lagi bahwa Muhammad ibn
Abdul-Wahhab menghancurkan kuburan Zaid ibn al-Khattab tanpa “kutukan”
apapun yang mencelakainya mestilah meyakinkan orang-orang bodoh disana
bahwa kuburan-kuburan itu tak bisa memberi manfaat ataupun mencelakai orang.
Lebih jauh, tindakan-tindakan tersebut juga menaikkan kemasyhuran dan prestise
ibn Abdul-Wahhab di daerah tersebut. Essensinya, Al-Utsaimiin berkata, tindakantindakan ini dapat disadari sebagai dimulainya da’wah pada tahapan praktik.
Bahkan, ibn Abdul-Wahhab telah masuk ke adalam tahapan baru.94 Tahapan baru
ini salah satunya, secara umum, banyak orang yang memutuskan untuk menjadi
para pendukung yang kuat atau para penentang yang juga kuat.
Dengan berjalan baiknya usaha penyingkiran praktik-praktik syirik yang sederhana,
ibn Abdul-Wahhab berusaha menciptakan sebuah masyarakat Islam yang sejati di
al-Uyainah. Hukum syariah diimplementasikan dalam setiap aspek kehidupan –
menggantikan adat kebiasaan atau praktik-praktik yang berseberangan dengan
hukum itu. Khusunya, dia menekankan pada penampilan orang-orang yang shalat –
sebenarnya bukan hanya penampilan orang-orang yang shalat namun penampilan
mereka dalam kerumunan di masjid.
Pada masa ini, seorang perempuan datang ke hadapan Muhammad ibn AbdulWahhab untuk mengakui dosa perzinahannya. Wanita ini ingin dibersihkan
dosanya – seperti seorang wanita yang datang ke hadapan Rasulullah (‫ )ﷺ‬yang
dibersihkan dirinya dari dosa serupa. Ibn Abdul-Wahhab bertindak seperti apa
yang dilakukan Rasulullah (‫)ﷺ‬. Dia meyakinkan wanita itu bahwa dia tidak gila,
93
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 31-32.
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, pp. 43-44. Al-Utsaimiin (hal. 44) juga membicarakan
cerita ibn Abdul-Wahhab yang mendengar sais unta yang mencari pertolongan dari “orang
suci” Saad. Ibn Abdul-Wahhab mengatakan pada sais itu untuk mencari perlindungan pada
Tuhannya Saad. Hal ini menyebabkan kegemparan dan orang-orang terbagi pada dua
perkemahan. Cerita ini disebutkan oleh Palgrave, Rehatsek da al-Batrik. Al-Utsaimiin
menyimpulkan bahwa tidak ada kebenaran pada cerita ini.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 41
94
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
tidak dipaksa dan dia melakukan pengakuan atas kehendaknya sendiri. Setelah
menemukan kondisi-kondisi yang diperlukan, ibn Abdul Wahhab mengharuskan
wanita itu agar dirajam, dengan Utsman sendiri yang melemparkan batu
pertamanya. Kemudian ibn Abdul-Wahhab memerintahkan mayit wanita itu agar
dimandikan, dibungkus dengan kain kafan dan dishalatkan. Ini adalah permintaan
wanita itu dan sesuai dengan hukum Islam.95
Al-Utsaimiin mencatat bahwa bagian tindakan pada wanita ini merefleksikan
bagaimana hebatnya da’wah ibn Abdul-Wahhab telah menembus hati orang-orang
pada masyarakat itu. Bahkan, masyarakat ini menjadi sebuah masyarakat baru
dimana sebelum masa ibn Abdul-Wahhab, tak terdapat kegelisahan yang hebat
akan adanya praktik-praktik kemungkaran seperti perzinahan. Namun demikian,
wanita ini merasakan begitu banyak penderitaan karena perzinahannya itu
sehingga mengharuskannya untuk membersihkan dosanya itu.96
Seperti apa yang terjadi pada setiap da’wah atau ajaran pemurnian yang sejati,
mereka yang menjadi bagian dari orang-orang yang melakukan kemungkaran
melihat tahapan-tahapan pemurnian ini dengan kegelisahan dan rasa takut yang
hebat. Tak ada yang lebih menggelisahkan orang-orang mungkar daripada hal yang
akan mengancam perbuatan-perbuatan jahat mereka.97 Kenyataannya, salah satu
bagian kitab Abu Hakima ini memperlihatkan bagaimana gelisah dan bagaimana
berbahayanya kejadian ini bagi orang-orang di sekitar Uyainah:
Syeikh Muhammad b. ‘Abd al-Wahhab dan para pengikutnya di Uyainah
memerintahkan wanita pezina untuk dihukum rajam sampai mati.
98
Konsekuensinya para musuh gerakan ini mencoba untuk menekannya
sebelum gerakan ini menyebar ke bagian Najd lainnya. Namun karena Syeikh
Muhammad b. ‘Abd al-Wahhab berada di bawah proteksi ‘Utsman b.
95
Lihat Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 79-80; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 32.
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 44.
97
Mesti juga dicatat bahwa mereka yang menunjuk kepada ibn Abdul-Wahhab bahkan
mencoba untuk memberikan argumen-argumen islamis kenapa hukuman semisal itu tidak
seharusnya diberikan, menuntut bahwa ibn Abdul-Wahhab tidak dapat memberikan
hukuman itu tanpa adanya izin dari “penguasa yang lebih tinggi” atau khalifah. Ibn AbdulWahhab menolak tuntutan mereka dengan memperlihatkan bahwa tuntutan mereka itu
kontradiktif dengan persetujuan dan praktik para ulama pada masa Imam Ahmad ketika
otoritas pemerintah pusat dibubarkan. Bandingkan, Al-Abud, vol. 2, hal. 153.
98
Ajaran-ajaran dan para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab diacu oleh para peneliti
sebagai sebuah “gerakan”. Namun demikian, kebanyakan menunjuk pada terma ini dalam
hubungan kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan da’wahnya untuk kembali pada
ajaran-ajaran sejati dari Qur’an dan Sunnah. Karenanya, melalui karya ini, dipelihara
melalui kutipan-kutipan yang lainnya itu, ajaran-ajaran, para pengikut dan pengaruh
Muhammad ibn Abdul-Wahhab seharusnya diacu sebagai “panggilan” atau da’wah, yang
merupakan terma yang lebih akurat.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 42
96
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Mu’ammar, ketua ‘Uyayna, para ketua dari kota-kota tetangga yang lebih
lemah menemui Syeikh dari Bani Khalid, yang memiliki kekuatan untuk
memerintah Ibn Mu’ammar agar melakukan apa saja yang diingini para ketua
itu. Kekuatan Syeikh Sulayman [ketua bani Khalid] begitu besar sehingga Ibn
99
Mu’ammar menyerah dengan segera pada perintah-perintahnya.
Bani Khalid adalah penguasa al-Hasaa. Selama musim kemarau, orang-orang Badwi
akan pergi ke timur ke al-Hasa, menyandarkan kebutuhan pada
keramahtamahannya. Karenanya terdapat hubungan yang kuat antara keduanya.
Lebih jauh, terdapat perjanjian yang besar dalam hal keuangan. Abu Hakimah
menggambarkan sumber uang yang mengancam ini:
Banyak orang Najd memiliki kebun-kebun di kota-kota al-Hasa yang lebih
subur, yang banyak menyulitkan gubernur-gubernur daerah itu. Contohnya,
Utsman b. Mu’ammar, Syeikh ‘Uyayna di propinsi al-Arid, memiliki sebuah
hutan pohon kurma kecil di al-Hasa yang memberikan keuntungan tahunan
sebesar 60,000 emas rial. Ketika dia melindungi Muhammad b. Abd alWahhaab, Sulayman b. Muhammad Al-Hamid, penguasa Bani Khalid,
mengancam akan mencegah sang Syeikh dari menerima keuntungannya jika
dia terus melindungi ibn Abdul-Wahhab. Hal ini menghasilkan pengusiran
100
Muhammad ibn Abd al-Wahhab.
Di lain tempat, Abu Hakima juga mencatat bahaya terhebat dari ketersinggungan
para penguasa bani Khalid:
Syeikh Bani Khalid telah lama dikenal oleh penduduk Najd ketua yang paling
kuat di lungkungan mereka, seorang laki-laki yang harus mereka senangkan
dengan hadiah-hadiah dan penghormatan. Ini adalah keadaan di Najd pada
abad ketujuhbelas dan awal delapanbelas. Jika para ketua suku-suku Arab
menyembunyikan hadiah-hadiah mereka dari Bani Khalid, sang Syeikh Bani
Khalid akan menyatroni kota-kota Najd itu sehingga kembali dengan barang
101
rampasan ke pusat-puat kota mereka di al-Hasa.
Akhirnya, perdagangan al-Uyainah juga sebagian dibawa keluar melalui pelabuhanpelabuhan al-Ahsa.102 Disebabkan ancaman tendensi moral baru ini dan keluhankeluahan yang dia terima, Sulaiman, sang syeikh dari Bani Khalid, memerintahkan
Utsman untuk membunuh Muhammad ibn Abdul-Wahhab atau mengusirnya dari
negerinya.103 Utsman menyetujuinya. Ibn Abdul-Wahhab mencoba meyakinkannya
untuk bersabar dan mengingatkannya bahwa pertolongan Allah akan datang pada
99
Abu Hakima, hal. 130 (tekanan ditambahkan).
Abu Hakima, hal. 39.
101
Abu Hakima, hal. 128.
102
Vassiliev, hal. 81.
103
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 80.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 43
100
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mereka jika mereka benar-benar beriman. Ibn Abdul-Wahhab mengatakan
padanya, “Apa yang telah aku bangun dan seruanku kepada orang-orang adalah
kalimat, ‘Tak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah,’ rukun-rukun Islam, amar
ma’ruf dan nahyi munkar. Jika engkau setia dan mendukungnya, Allah akan
memberikanmu kekuasaan terhadap musuh-musuhmu. Jangan biarkan Sulaiman
membuatmu khawatir dan merasa takut. Aku harap engkau akan melihat tegaknya
negeri dan kekuatan yang akan membuatmu dapat mengkontrol negerinya dan
apa yang melebihi dan yang mendahuluinya.” Utsman merasa malu, namun orang
jahat yang berada di sekitarnya meyakinkannya untuk menyetujui tawarantawaran para pemimpin al-Ahsa.104
Akhirnya, demi alasan apapun (takut kehilangan kekayaannya, sifat pengecut,
takut kecelakaan mendatangi rakyatnya karena serangan Bani Khalid), Utsman
berkata kepada ibn Abdul-Wahhab bahwa dia tidak bisa lagi memberikan
perlindungan. Dengan demikian, Utsman berkata kepada ibn Abdul-Wahhab
bahwa ibn Abdul-Wahhab harus meninggalkan kotanya. Kejadian ini membawa ibn
Abdul-Wahhab berpindah ke al-Diriyyah pada tahun 1157 H105 dan perjanjiannya
dengan Amir kota ini, sebuah kejadian dalam sejarah yang percabanganpercabangannya masih dialami hari ini.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab tinggal di al-Uyayna, meski diakhiri dengan
pengusirannya, sebenarnya tidaklah gagal. Usaha-usahanya diapresiasi dan ketika
beliau pergi, Utsman menyertakannya beberapa penunggang kuda untuk
menjaganya selama di perjalanan sehingga sampai di rumah barunya.106 Lebih lagi,
sebagaimana disebutkan oleh Ibn Ghannaam, tak ada berhala yang tersisa di
104
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 33.
Ini adalah pendapat terkuat berkenaan dengan tanggal beliau pindah ke al-Diriyyah. For
review pandangan-pandangan lain, lihat Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 54.
106
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 33-34. Ibn Bisyr semula mencatat beberapa pengkhianatan Utsman.
Dia mengatakan bahwa Utsman mengirim seorang penjaga untuk menemani ibn AbdulWahhab namun kenyataannya Utsman memerintahkan penjaga itu untuk membunuh ibn
Abdul-Wahhab. Di “edisi-edisi” berikutnya, Ibn Bisyr menghapus kisah ini dari karyanya,
dan berkata, “Ketahuilah, semoga Allah mengampunimu, bahwa pada edisi pertama saya
menyebutkan hal-hal berkenaan dengan Utsman dan penjaga-penjaga kudanya…Kemudian
saya memverifikasi bahwa cerita itu benar-benar tidak diketemukan dan karenanya saya
menghapuskannya dari edisi sekarang.” (Ini disebutkan sebagai catatan kaki, vol. 1, hal.
33.) Keraguan berkenaan dengan kisah ini juga dapat dicari dengan kenyataan bahwa kisah
ini tidak disebutkan oleh Ibn Ghannaam. Kenyataannya, banyak sarjana kontemporer,
seperti Ahmad al-Jaasir dan Munir al-Ajilaani, menolak autentisitas kisah ini. Bandingkan,
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 54; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 91.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 44
105
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
negeri Utsman dan agama sejati telah diterima dengan baik dan jelas bagi semua
orang disana.107
(Sekali-kali, mesti juga disebutkan bahwa selama ibn Abdul-Wahhab berada di alUyayna, beliau memulai kebiasaannya menulis surat kepada pemimpin dan ulama
lain berkenaan dengan misi dan tujuannya. Ini adalah salah satu jalan penting
dimana beliau mampu meyakinkan orang lain untuk mengikuti seruannya—
sebagaimana juga salah satu tahapan yang membuat orang menentang dia dan
apa yang dia tulis. Tambahan, selama di al -Uyayna, beliau memulai kebiasaannya
mengirimkan guru-guru ke tempat-tempat berbeda untuk mengajari mereka pesan
dasar Islam.)
Kepindahan ke al-Diriyyah
Setelah diusir dari al-Uyayna, sebuah tempat yang logis bagi Muhammad ibn
Abdul-Wahhab untuk pindah adalah al-Diriyyah. Meskipun ini adalah kota yang
terbilang kecil, yang hanya memiliki seribu penduduk dan sekitar tujuhpuluh
rumah108, al-Diriyyah adalah sebuah negara yang stabil di bawah kepemimpinan
Muhammad ibn Saud, yang telah mempertahankan posisinya sebagai Amir selama
duapuluh tahun saat Muhammad ibn Abdul-Wahhab datang dan reputasinya
terbilang cukup bagus.
Lebih lagi, kota ini tidak berada di bawah pengaruh Bani Khalid; kenyataannya,
hubungan antara keduanya tidaklah bagus, keduanya seringkali berperang pada
tahun 1133 H. Karenanya, wargakotanya akan menjadi orang yang bersedia
melindungi seseorang dari ancaman dan serangan bani Khalid.109
Barangkali, juga, alasan yang paling penting mengenai kepindahannya ke alDiriyyah adalah bahwa da’wah Muhammad ibn Abdul-Wahhab telah diterima oleh
beberapa orang berpengaruh di al-Diriyyah, seperti Keluarga Suwailim. Kenyataan,
beberapa anggota keluarga Saud juga tenggelam ke dalam pesan yang dibawa ibn
Abdul-Wahhab, seperti kedua saudara sang Amir, Thunayaan dan Mashaari, juga
putera sang Amir, Abdul-Aziz.110
Ibn Bisyr dan Ibn Ghannaam memberikan cerita yang sedikit berbeda berkenaan
dengan apa yang terjadi segera setelah kedatangan ibn Abdul-Wahhab tiba di al107
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 78.
Bandingkan, Ahmad al-Qataan dan Muhammad al-Zain, Imaam al-Tauhid al-Syeikh
Muhammad ibn Abdil-Wahhaab al-Da’wah wa al-Daulah (Kuwait: Maktabah al-Sundus,
1988), hal. 57.
109
Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 53.
110
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 53.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 45
108
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Diriyyah. Ibn Bisyr meriwayatkan bahwa Abdullah ibn Suwailim menampung
Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan merasa takut dengan apa yang akan terjadi
karena menampung orang semasyhur ibn Abdul-Wahhab di rumahnya. Sejumlah
tetua kota datang ke rumahnya untuk bertemu dengan Muhammad ibn AbdulWahhab. Mereka akhirnya mendekati istri sang Amir, Mudzi, yang terkesan dengan
ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab, agar meyakinkan sang Amir untuk menyambut
dan menerima ibn Abdul-Wahhab. Istri sang Amir berkata kepada suaminya,
“Lelaki yang datang padamu ini adalah anugerah yang dikirimkan Allah, maka
terimalah ia, dan hormatilah dia dengan mendukungnya.”111 Munir al-Ajilaani,
seorang spesialis sejarah Saudi, mengabaikan kisah ini. Dia berargumen bahwa
tidaklah meyakinkan jika seorang yang terkenal sebagaimana ibn Abdul-Wahhab
memasuki kota tanpa sang Amir mengetahui kedatangannya dan dia didatangi
beberapa tetua kota dengan cara rahasia. Kenyataan, al-Ajilaani menyimpulkan
bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab pindah ke al-Diriyyah atas dasar undangan
Muhammad ibn Saud.112 Lebih lagi, Al-Utsaimiin menguraikan sebuah monograph
yang ditulis oleh sejarahwan Kota Najd, ibn Labun yang menyatakan secara
eksplisit bahwa ibn Abdul-Wahhab pindah ke al-Diriyyah atas undangan Amir kota
ini, Muhammad ibn Saud.113
Al-Utsaimiin menyatakan bahwa, tanpa memperhatikan apakah kedatangan ibn
Abdul-Wahhab atas dasar undangan atau tidak, kisah yang diberikan Bishr adalah
benar-benar lemah, dengan kecenderungan apa yang diketahui tentang lingkungan
yang terjadi pada masa itu. Namun demikian, dia mencatat bahwa Ibn Bisyr dan
Ibn Ghannaam akhirnya sepakat bahwa sang Amir Muhammad ibn Saud pergi ke
rumah ibn Suwailim dan menyambut ibn Abdul-Wahhab disana, berjanji akan
mendukung dan melindunginya. Ibn Saud berkata kepada ibn Abdul-Wahhab,
“Terimalah kabar gembira dari negeri yang lebih baik dari negeri asalmu. Terimalah
kabar gembira dengan rasa hormat dan kekuatan.” Ibn Abdul-Wahhab
menjawabnya, “Dan aku memberimu kabar gembira dengan rasa hormat dan telah
diterima di negerimu. Dan untuk pernyataan, ‘Tak ada yang berhak diibadahi
kecuali Allah,’ siapa saja yang melekat padanya, mematuhi dan mendukungnya
akan memiliki otoritas atas negeri dan rakyatnya.“114 Pada titik itu, ibn AbdulWahhab menjelaskan kepada sang Amir prinsip-prinsip ajarannya. Ibn AbdulWahhab menjelaskan kepada sang Amir apa yang diikuti Nabi (‫ )ﷺ‬dan para
Sahabat (RA), bahwa setiap bid’ah adalah sesat, bahwa Allah menghormati orangorang beriman yang melaksanakan jihad dan bahwa apa yang diikuti oleh orangorang Najd pada waktu itu tidak lain kecuali syirik, klenik, aniaya dan
111
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 34.
Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 54; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2,
hal. 691.
113
Untuk rincian laporan ini, lihat al-Husain, hal. 187.
114
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 35.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 46
112
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kesalhkaprahan. Dua orang itu sepakat untuk bekerjasama menyebarkan prinsipprinsip terhormat itu.115
Ibn Ghannaam dan Ibn Bisyr sepakat bahwa ibn Saud meletakkan sebuah syarat
dalam kesepakatan di antara mereka ini. Dia meminta ibn Abdul-Wahhab berjanji
tidak akan meninggalkan negeri Diriyyah ke negeri lain setelah mereka bersamasama berjuang di jalan Allah. Ibn Abdul-Wahhab sepakat dengan syarat ini, dan
menggunakan ungkapan yang biasa diungkapkan Nabi (‫ )ﷺ‬dalam perjanjian
serupa.116 Maka, dibuatlah sebuah persekutuan yang berdasar pada prinsip-prinsip
agama Allah dan Rasu-Nya, jihad di jalan Allah, mengimplementasikan prinsipprinsip Islam, amar ma’ruf nahyi munkar.117
Namun Ibn Saud juga meminta ibn Abdul-Wahhab untuk tidak keberatan dengan
pajak yang dia ambil dari rakyatnya pada waktu panen. Untuk hal ini, ibn AbdulWahhab tidak sepakat namun dengan sungguh-sungguh mengatakan padanya
semoga Allah memberinya kekayaan agar dia tidak membutuhkan hal seperti
itu.118 Maka, terhadap keadaan ini, menurut al-Utsaimin, ibn Abdul-Wahhab tidak
memberikan jawaban yang tegas. Dia dengan sungguh-sungguh mengatakan
bahwa dia berharap mengganti apa yang menjadi bagian harta rampasannya
dengan sesuatu yang dapat mencukupinya. Al-Utsaimiin menyimpulkan dengan
mengatakan bahwa jika ini diterima, syarat kedua ini benar, maka ini
memperlihatkan bahwa ibn Abdul Wahhab memberikan pilihan terhadap
perhatian umum dari pesannya melawan sebuah isu utama dan dia benar-benar
percaya diri bahwa dia akan mampu menyelesaikan masalah itu lebih mudah di
masa yang akan datang.119
Attar, di lain pihak, memiliki pemahaman yang berbeda berkenaan dengan syarat
kedua ini. Dia meriwayatkan kejadian ini dalam cara berikut,
Sang Syeikh tidak akan mempertimbangkan syarat-syarat yang diajukan sang
amir: dia mengizinkan apa yang Allah iznkan; dia larang apa yang Allah
larang. Posisinya dan kebutuhannya untuk menyenangkan penguasa tidak
menghalanginya untuk mendeklarasikan apa yang diyakininya benar. Dia
sepakat dengan syarat pertama namun menolak yang keduanya,
115
Burckhardt dan Palgrave menyatakan bahwa Muhammad ibn Saud adalah orang
pertama yang menerima da’wah Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Hal ini jelas sebuah
kekeliruan namun kekeliruan-kekeliruan typical yang biasa dapat ditemukan seseorang dari
kebanyakan tulisan barat mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Bandingkan, AlUtsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 55.
116
Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 81; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 35.
117
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 35.
118
Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 81; ibn Baaz, vol. 1, hal. 35.
119
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 55.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 47
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
menggabungkannya dalam bahasa yang jelas: “Terhadap syarat pertama,
ulurkan tanganmu: kita bersatu dalam keadaan senang dan susah (darah
untuk darah, kehancuran untuk kehancuran), dan untuk syarat yang kedua
semoga Allah memberimu taklukan-taklukan yang dapat meningkatkan upeti
yang engkau perlukan.” Sikap-sikap Syeikh al-Islam [ibn Abdul-Wahhab]
memperlihatkan dengan jelas bagaimana berhati-hatinya dia bertahan
120
dengan Qur’an dan Sunnah.
Penulis anonim dari kitab Lam’ al-Shihaab fi Sirah Muhammad ibn Abdul-Wahhab
mengatakan bahwa ibn Saud juga membuat ajuan dimana aturan itu dapat
mengingatkan anak keturunannya bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan anak
keturunannya diizinkan untuk menjaga masalah-masalah keagamaan. Al-Utsaimiin
mengatakan bahwa jelas tak ada ajuan seperti itu, meskipun akhirnya memang
terajdi. Keadaan yang sebenarnya, ini alamiah bahwa keadaan dan kemampuan
yang ada di lingkungan itu pada saat itu: keluarga Saud adalah keluarga yang cukup
mapan sebagai para pemimpin Diriyyah dan keluarga ibn Abdul-Wahhab memiliki
bekal dan kemampuan untuk menjadi para pemimpin keagamaan.121
Sekarang dengan kebebasan untuk menyebarkan pesannya, ibn Abdul-Wahhab
berkonsentrasi mengajar dan memberikan kuliah di masjid. Kebanyakan diambil
manfaat dari penjelasan-penjelasannya mengenai beberapa konsep-konep dasar
Islam – konsep-konsep yang orang-orang disana tidak familiar dengannya (dan
sayangnya sampai hari ini banyak umat muslim yang masih tidak familiar
dengannya). Sebagai tambahan pada tempat-tempat al-Diriyyah, banyak
pendukung, para pelajar dan lainnya yang mendengar da’wah ibn Abdul-Wahhab
berkumpul di al-Diriyyah. Kebanyakan mereka berasal dari keluarga-keluarga
penguasa di tempat masing-masing. Yang lainnya cukup miskin dan terpaksa harus
bekerja pada malam hari dan menghadiri kuliah-kuliah yang diberikan ibn AbdulWahhab pada siang harinya, demikian seperti dicatat Ibn Bisyr.122 Muhammad ibn
Abdul-Wahhab diberitahukan mengenai kesukaran yang mereka hadapi dan dia
mulai meminjam uang dari orang yang lebih makmur untuk membantu membayar
120
Ahmad Abdol Ghafour Attar, Muhammad ibn Abdel Wahhab (Mecca Printing and
Information, 1979), hal. 51. Ini juga cara yang digunakan Vassiliev memahami tindakan ini.
Vassiliev (hal. 82) menulis, “Meski Ibn Abd al-Wahhab tidak keberatan dengan syarat
pertama, dia menolak syarat yang kedua, menjanjikan Muhammad ibn Saud bahwa
bagiannya dari setiap kembalinya dia dari penggerebekan dan jihad akan jauh melampaui
pendapatannya dari pajak.”
121
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 55.
122
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 37. Ibn Bisyr mencatat bahwa situasi seperti itu segera berubah,
sebagaimana Nabi (‫ )ﷺ‬berkata kepada ibn Abbaas, “Ketahuilah bahwasannya
kemenangan itu datang dengan kesabaran, keselamatan datang dengan kesusahan dan
keadaan sulit datang dengan mudah.” Diriwayatkan oleh Ahmad.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 48
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
biaya murid-mudid miskin.123 Untuk membayar beberapa kebutuhan mereka,
bahkan diriwayatkan bahwa ibn Abdul-Wahhab membangun semacam
“persaudaraan” di antara mereka yang pindah ke al-Diriyyah dan para penduduk
asli al-Diriyyah, seperti yang dilakukan Nabi (‫ )ﷺ‬antara para Sahabat yang hijrah
ke Madinah dengan penduduk asli Madinah.124
Di seputar murid-murid yang tekun ini, Muhammad ibn Abdul-Wahhab
membangun sebuah negara dan masyarakat Islam yang baru. Hukum islam adalah
hukum yang berlaku di negeri itu. Orang mempunyai rasa hormat terhadap Qur’an
dan Sunnah dengan cara yang baharu. Shalat-shalat dihadiri, zakat ditunaikan dan
lain sebagainya. Kenyataannya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab menyadari bahwa
membangun masyarakat seperti itu adalah bagian dari tanggungjawabnya sebagai
orang yang kata-kata dan petunjuk-petunjuknya didengarkan. Setelah menetapkan
bahwa dia adalah orang yang petunjuknya-petunjuknya diindahkan, dia menulis
surat, “Aku wajibkan mereka yang berada di bawah otoritasku agar mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan melaksanakan kewajiban-kewajiban lain kepada
Allah. Dan aku larang mereka dari riba, alkohol dan lain-lain kelakuan yang
terlarang.”125
Setelah beberapa lama, menjadi jelas bagi Utsman ibn Muammar bahwa dia
membuat kesalahan karena telah meminta ibn Abdul-Wahhab meninggalkan alUyaina. Dia pergi dengan sejumlah orang terhormat dari klannya untuk bertemu
ibn Abdul-Wahhab di al-Diriyyah dan memintanya agar kembali ke al-Uyayna.
Jawaban ibn Abdul-Wahhab adalah bahwa masalah tersebut berada dalam
kekuasaan Muhammad ibn Saud yang dengan bijaksana menolak permintaan
Utsman.126
123
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 39.
Bandingkan, al-Husain, hal. 194.
125
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 150.
126
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 82; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 36. Ibn Ghannaam memiliki kata-kata
yang cukup kasar untuk Utsman, menyatakan setelah dia ditolak, secara sembunyisembunyi dia pergi menyembunyikan dendamnya terhadap keadaan ini yang nanti akan
tampak dengan sendirinya. Setelah kejadian itu, Utsman sekali lagi mendukung da’wah ibn
Abdul-Wahhab. Bahkan, ia menjadi pemimpin dalam sejumlah ekspedisi. (Lihat Ibn
Ghannaam, vol. 1, hal. 95-96.) Namun demikian, segera menjadi jelas bahwa dia melakukan
makar melawan ibn Abdul-Wahhab dan penguasa baru al-Diriyyah. Dalam sebuah
pertempuran awal, dia tidak mematuhi perintah untuk menghadiri pertempuran dengan
pasukannya. Kemudian dia datang memohon maaf dan permohonan maafnya itu diterima.
Namun demikian, setelah itu Utsman menulis surat kepada Ibraahim ibn Sulaiman, sang
Amir Tharmudaa, dan berkata padanya agar menggabungkan kekuatan dengan musuh ibn
Abdul-Wahhab, Dahhaam di Riyadh. (Lihat Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 93-94). Permohonan
maafnya selalu diterima dan kemudian diikuti lagi dengan pengkhianatan. Ibn Bisyr (vol. 1,
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 49
124
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Selama dua tahun pertamanya di al-Diriyyah, disamping memberikan kuliah dan
mengajar, ibn Abdul-Wahhab meningkatkan kampanyenya dengan menulis kepada
ulama-ulama dan penguasa-penguasa yang lain untuk bergabung dengan
da’wahnya dan negara baru. Beberapa suratnya mendapatkan balasan yang cukup
baik dan ramah. Huraimila dan Manfuuhah (dari sebelah selatan Riyadh)
nampaknya siap bergabung dengan al-Diriyyah. Akan tetapi, negara-kota lainnya
menolak. Pada saat itu, orang-orang mulai memanggilnya sebagai penyihir,
menuduhnya berdusta dan lain sebagainya, sebagaimana perlakuan kaum
musyrikin Quraisy terhadap Nabi (‫)ﷺ‬.127
Al-Utsaimiin mencatat bahwa isi da’wah keagamaan telah memainkan peran
penting kepada siapa saja yang menolaknya ataupun mereka yang menerima
da’wahnya itu. Tidak dapat dipungkiri, banyak dari antara mereka yang dapat
diyakinkan dengan ajarannya dan kerenanya siap bergabung. Lainnya lagi tidak
menerima pesannya dan oleh karenanya menolak berpartisipasi dengannya.128
Namun demikian, mestilah terdapat alasan-alasan penting lain yang mengarahkan
seseorang untuk menolak atau menerima seruannya itu. Seseorang tidak dapat
mengabaikan daya pikat kekuasaan dan kekayaan dalam beberapa diskusi. Banyak
yang menolak itu mungkin melihat bahwa jika bergabung dengan al-Diriyyah di
bawah kepemimpinan ibn Abdul-Wahhab dan ibn Saud bisa jadi berimplikasi
terhadap hilangnya kekuasaan, kemerdekaan dan prestise seseorang.
Sebuah Tahapan Baru dalam Da’wah: Jihad
hal. 55) menyatakan bahwa Utsman juga dipengaruhi oleh surat-surat dari ibn Afaaliq di alAhsaa, negeri Bani Khalid, yang mendorongnya untuk menghentikan dukungannya kepada
ibn Abdul-Wahhab. Akhirnya, setelah berbagai macam intrik yang dilakukannya, pada
tahun 1163 H. (1750 M.), setelah Shalat Jum’at, Utsman terbunuh di al-Uyainah. Sesegera
setelah ibn Abdul-Wahhab mendengar berita itu, beliau segera mengunjungi al-Uyainah
untuk menenangkan keadaan dan menunjuk seorang gubernur baru. Beliau tiba tiga hari
setelah kematian Utsman. Beliau berkonsultasi dengan orang-orang berkenaan dengan
gubernur baru. Mereka yang benar-benar insaf dengan intrik-intrik Utsman benar-benar
menolak gubernur baru yang berasal dari keluarga Muammar. Namun demikian, ibn AbdulWahhab meyakinkan mereka bahwa hal itu adalah yang terbaik kemudian menunjuk
Mushaari ibn Muammar sebagai gubernur. Lihat Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 97-98; Ibn
Bisyr, vol. 1, hal. 55-56. Menurut Abdullah ibn Khamis dalam karyanya Mujam alYamaamah, ibn Abdul-Wahhab sendiri tidak senang sama sekali dengan pembunuhan
terhadap Utsman dan ini dilakukan tanpa sepengetahuannya terlebih dahulu. Lebihlagi, alJaasir berusaha memperlihatkan bahwa banyak dari tindakan-tindakan Utsman yang
disalahpahami oleh sejarahwan dan bahwa posisinya terhadap da’wah ibn Abdul-Wahhab
bisa jadi bukanlah sebagai cara untuk menipu seperti yang digambarkan. Lihat, al-Jaasir,
vol. 1, hal. 172-181.
127
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 38.
128
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 57.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 50
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Tahun 1159 H. menandai sebuah penentuan dalam da’wah. Setelah mencoba
meyakinkan orang Najd dengan cara damai untuk meninggalkan amalan-amalan
syirik dan klenik-kleniknya, sekarang datanglah saatnya untuk menggunakan
kekuatan. Ibn Ghannaam menggambarkan suasana di balik momentum perubahan
ini:
[ibn Abdul-Wahhab] terus menyeru pada jalan Tuhannya dengan bukti-bukti
yang jelas dan nasihat-nasihat yang baik. Dia pertama-tama tidak menyebut
seseorang kafir dan tidak memulai agresi. Bahkan, pada poin-poin tersebut
dia dibuat ragu-ragu apakah dia telah berbuat kesalehan dan berharap Allah
akan memandu mereka yang tersesat. [Hal ini berlanjut] sampai mereka
semua melawannya dengan rasa permusuhan. Mereka berteriak-teriak
lantang di seluruh negeri, menyatakan [ibn Abdul-Wahhab] dan para
pengikutnya kafir dan mereka dihalalkan menumpahkan darah mereka.
Mereka tidak mensahkan klaim-klaim keliru mereka dengan bukti-bukti dari
Kitabullah dan Sunnah rasul-Nya (‫)ﷺ‬. Mereka tidak kuatir dengan
kejahatan-kejahatan kedzaliman dan fitnah yang mereka lakukan terhadap
ibn Abdul-Wahhab. Mereka juga tidak kuatir dengan konsekuensikonsekuensi semua itu dalam bentuk hukuman dan pembuangan untuk para
pengikutnya. Sungguhpun demikian, dia (ibn Abdul-Wahhab), semoga Allah
merahmatinya, tidak memerintahkan menumpahkan darah dan melawan
mereka yang tersesat dan penghamba hawa nafsu itu sampai mereka mulai
membuat keputusan untuk melawannya serta para pengikutnya, ketika itulah
mereka harus diperangi dan karena mereka itu kafir. Pada ketika itu, sang
Syeikh memberikan komando jihad kepada kelompoknya dan mendorong
para pengikutnya untuk memenuhi seruan itu. Dan para pengikutnya
129
memenuhi komandonya itu.
Pada masa itu, para pengikut Ibn Abdul-Wahhab benar-benar meningkat
jumlahnya (kebanyakan dari mereka tidak memiliki kemampuan untuk berpindah
ke al-Diriyyah) dan ketakutan menyebar ke seluruh negeri itu karena kaum
mukminin yang baru ini. Di al-Diriyyah, syariah dan ajaran-ajaran tauhid telah
memiliki dampak yang kuat dan ini adalah saat yang benar-benar tepat untuk
menyebarkan ajaran ini ke daerah-daerah sekitarnya – kepada para penguasa yang
akan menerimanya sebagaimana kepada mereka yang akan melawannya. Para
pengikut ibn Abdul-Wahhab sadar bahwa kewajiban mereka adalah untuk
menyebarkan pesan sejati yang berasal dari Islam. Karenanya, kaum muslim alDiriyyah telah siap berperang, tanpa memperhatikan apakah mereka penduduk
asli al-Diriyyah atau mereka yang berpindah ke al-Diriyyah. Ini adalah ikatan yang
menggantikan kesetiaan terhadap suku, negarakota dan keluarga, yaitu sebuah
ikatan yang didasarkan atas keimanan. Negeri Najd telah sangat terbiasa dengan
penyatronan-penyatronan dan pertempuran-pertempuran kecil di antara suku129
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 83.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 51
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
suku, para badwi dan para penghuni kota.130 Tak ada hal yang baru. Bahkan, itu
adalah cara untuk memperluas dan memperkokoh kekuasaan suku. Namun
demikian, di masa lalu, ekspedisi-ekspedisi itu pada dasarnya hanya untuk tujuan
keduniawian. Mereka tidak melakukannya atas nama Islam, dengan harapan
bahwa mereka akan membantu menyebarkan negara dan membawa lebih banyak
pengikut pada lipatannya. Maka, meskipun metode-metode negara baru itu
memiliki banyak kesamaan dengan apa yang akrab di Najd, tujuan dan sasaran di
balik peperangan ini cenderung banyak perbedaan.131 Berbicara mengenai
latarbelakang ini, Ibn Abdul-Wahhab menulis kepada beberapa orang yang biasa
berperang dan sekarang ketika seruan jihad itu telah datang mereka justru mejadi
ragu-ragu,
Ya Allah, betapa anehnya!… Kalian dulu biasa bertarung melawan Ibraahim
ibn Sulaiman [Amir Tharmadaa] karena sebuah kata yang dia katakan
mengenai tetanggamu atau karena harga seekor keledai sekitar duapuluh
dollar yang akan diambilnya dari kalian. Karenanya, kalian akan
mengorbankan kekayaan kalian dan orang-orang kalian…Hari ini, Allah telah
memberi kalian agama para nabi-Nya yang harganya senilai dengan surga
132
dan terbebas dari api neraka, dan sekarang kalian bersikap pengecut?
Lebih lagi, negara baru ini benar-benar di bawah kepemimpinan seorang ulama
dan reformer. Meskipun Muhammad ibn Saud (dan kemudian Abdul-Aziz ibn
Muhammad) secara resmi adalah pemimpin politis, Muhammad ibn AbdulWahhab masih memiliki pengaruh besar terhadap urusan-urusan Negara.133 Secara
130
Untuk yang lebih rinci mengenai penyatronan-penyatronan ini, lihat Vassiliev, hal. 45-
47.
131
Beberapa sumber menggambarkan cekcok pertama antara para pengikut Muhammad
ibn Abdul-Wahhab dan yang lain sebagai sebuah kabilah kecil penyatron yang berjumlah
sekitar tujuh orang yang mengejutkan sebuah kabilah namun ketika tak ada satupun dari
mereka yang dapat mengendarai unta, mereka tak bisa menangkap rampasan mereka. AlUtsmanaimin (Al-Syeikh, hal. 58-59) memperlihatkan bahwa tidak terlihat substansi apapun
dari laporan ini. Al-Utsaimiin juga memperbincangkan bagaimana beberapa penulis yang
datang kemudian melakukan apa yang terbaik untuk memperlihatkan bagaimana da’wah
ini sangat lemah pada permulaannya untuk menekankan kehebatan kemenangankemenangan mereka yang akan datang.
132
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 207.
133
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 70-71, memperlihatkan bahwa pengaruh
Muhammad ibn Abdul-Wahhab sekomplit dan setotal apa yang diperlihatkan beberapa
penulis. Lebih lagi, sebagai Negara yang terus membesar, Muhammad ibn Abdul-Wahhab
menyerahkan lebih banyak urusan-urusan Negara kepada para pemimpin politik dan dia
lebih berkonsentrasi pada pengajaran agama. Dengan demikian, ibn Abdul-Wahhab selalu
menjadi pemimpin urusan keagamaan negara. Dia adalah sumber aturan dan panduan
agama, dia mengirimkan guru-guru ke negeri-negeri yang lain dan bahkan menunjuk
hakim.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 52
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
umum, semua masalah-masalah penting dibawa ke hadapannya untuk diputuskan.
Termasuk, seperti yang dicatat oleh Ibn Ghannaam dan Ibn Bisyr, masalah-masalah
yang berhubungan dengan zakat, keuangan, penyelesaian perjanjian-perjanjian
perdamaian, pengiriman tentara dan lain-lain.134 Muhammad ibn Abdul-Wahhab
juga mengirimkan duta-duta kepada para pemimpin lain sebaik menemui dan
menerima delegasi-delegasi dari negeri lain. Karenanya, keseluruhan maksud dan
kendali negara ini berada di bawah kepemimpinan ulama ini dan makanya benarbenar berbeda dengan apa yang disaksikan orang-orang Najd sebelumnya.
Ibn Ghannaam, seorang perawi yang paling dekat dan paling awal, menyatakan
bahwa cekcok pertama antara para pengikut dan para penentang Muhammad ibn
Abdul-Wahhab datang ketika Dahhaam ibn Dawwaas135, seorang pemimpin
134
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 83-84; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 39.
Pada tahun 1140-an atau 1150-an, seperti yang dicatat oleh Vassiliev (hal. 62), “Dahham
ibn Dawwas merebut kekuasaan di Riyadh—dia menjadi musuh al-Diriyyah yang paling
bandel dan tanpa ampun untuk beberapa dekade.” Bahkan, pertarungan antara para
pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan Dahham berlangsung selama
duapuluhdelapan tahun. (Faisal dan Saud, dua putera Muhammad ibn Saud, kehilangan
nyawa mereka dalam salah satu peperangan mereka melawan Riyadh. Lihat Ibn
Ghannaam, vol. 1, hal. 92.) Ayah Dahhaam adalah penguasa Manfuhah. Setelah ayahnya
meninggal, Dahham dan saudara-saudaranya dipaksa meninggalkan Manfuhah karena
rakyatnya memberontak melawan mereka. Mereka datang ke Riyadh, sebuah kota yang
edang berubah namun tak memiliki penguasa yang kuat. Setelah beberapa lama, Dahhaam
menjadi penguasa kota ini. Namun demikian, rakyat Riyadh membencinya dan
menginginkan kematiannya. Dia meminta Muhammad ibn Saud, sang Amir al-Diriyyah,
untuk membantunya. Ibn Saud mengirim saudaranya Mishaari dengan beberapa tentara
dan bertarung melawan para pemberontak. Mishaari tinggal dengan Dahhaam untuk
beberapa bulan namun tidak kuat dengan kekejaman Dahham. Dahhaam menjahit mulut
seorang perempuan, dia juga memaksa seorang laki-laki untuk memotong pahanya sendiri
dan memakannya dengan perlahan dan sebagainya. Ibn Ghannaam menyatakan, “Contohcontoh seperti itu berlimpah-limpah.” Bandingkan, Vassiliev, hal. 62-63. Lamanya
peperangan antara Dahhaam dan ibn Abdul-Wahhab dapat dilihat dengan kenyataan
bahwa Dahhaam disebutkan berulang kali dalam karya Ibn Ghannaam dari vol. 1, hal. 89
sampai vol. 1, hal. 136. Kelihatannya Dahhaam ini adalah seorang munafik sejati. Ibn AbdulWahhab menulis kepadanya dan menasihatinya untuk mengikuti Qur’an dan Sunnah.
Karena bantuan yang pada awalnya dia terima dari Muhammad ibn Saud, dia awalnya
terlihat tulus dan membantu. Namun demikian, ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab menyebar
di Riyadh dan ini membuat Dahhaam merasa khawatir. Dia mulai sebuah kampanye yang
massif dan kejam untuk melawan para pengikut itu. Kenyataannya terdapat beberapa kali
dia menghancurkan perjanjian-perjanjian dan janji-janji kepada pemerintah al- Diriyyah,
yang menyebabkan para pengikut ibn Abdul-Wahhab sejumlah besar gangguan dan
penderitaan. Dia bertarung melawan mereka dalam banyak kesempatan, membuat
persekutuan dengan ejumlah penentang ibn Abdul-Wahhab, dan kemudian dia akan
kembali berikrar untuk bersekutu dengan ibn Abdul- Wahhaab dan para penguasa alDiriyyah. Dalam satu kesempatan, Ibn Ghannaam (vol. 1, hal. 119) bahkan menulis bahwa
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 53
135
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Riyadh, menyerang Manfuuhah (selatan Riyadh), yang merupakan sekutu alDiriyyah. Kelihatannya, satu-satunya alasan dia menyerang Manfuuhah adalah
karena kota ini bersekutu dengan al- Diriyyah.136 Karena persekutuan itu, alDiriyyah tidak punya pilihan lain kecuali ikut mempertahankan mitranya. Maka,
sebagaimana yang dicatat Ibn Ghannaam, pertarungan pertama adalah untuk
mempertahankan diri, membantu mitra da’wah. Bahkan, Muhammad ibn AbdulWahhab sendiri mengatakan dalam sebuah surat kepada Abdul-Rahmaan alSuwaidi, “Untuk peperangan, sampai hari ini kami tidak pernah memerangi
siapapun kecuali untuk mempertahankan hidup dan kehormatan.”137
Pada saat itu, al-Diriyyah menjadi sebuah kekuatan yang kuat dan unik di Najd.
Orang dari berbagai tempat, beragam suku, datang untuk bergabung dengan
ikrarnya itu diterima meski diketahui bahwa dia akan mengingkarinya namun mereka tidak
mau menghentikan siapapun dari menerima jalan kebenaran. Untuk kejadian-kejadian
yang berkenaan dengan Dahhaam, lihat, untuk contoh, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 89, 90,
92, 104, 106, 119-124, 126, 133, 135, 136. Lihat juga Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 43ff.
136
Karena terbentang antara al-Diriyyah dan Manfuhah (lihat Gambar 2), Dahhaam
menganggap persekutuan itu sebagai ancaman terhadap kemerdekaannya. Alasan lain
kenapa dia menyerang Manfuhah adalah balas dendam kepada mereka karena telah
menggeser keluarganya sebagai penguasa kota itu.
137
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 38. Catat bahwa jihad dimana
ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya berpartisipasi di dalamnya telah menggiring pada
klaim bahwa penyebaran da’wah hanya dilakukan dengan kekuatan dan kekerasan. Ini
adalah tipe dugaan yang serupa dengan apa yang dibuat oleh madzhab orientalis lama
bahwa Islam disebarkan hanya dengan cara kekerasan. Padahal kenyataannya, Islam
adalah agama yang berbicara kepada pikiran dan hati manusia, memberikan bukti-bukti
yang jelas tentang kebenarannya. Mereka yang tidak berharap menyaksikan tersebarnya
kebenaran ini tak akan memiliki upaya untuk melawannya dengan cara yang jujur, logis dan
rasional. Karenanya, mereka harus menggunakan upaya-upaya yang lain. Upaya-upaya ini
termasuk menciptakan kebohongan-kebohongan mengenai agama dan menyerangnya
secara fisik. Ini telah menjadi pola yang terus berulang dalam sejarah Islam, termasuk
dalam kehidupan ibn Abdul-Wahhab. Ummat Islam tidak punya pilihan lain kecuali
mempertahankan keyakinan mereka dengan argumen-argumen rasional sebanding dengan
penggunaan kekuatan. Sebaliknya, kekuasaan-kekuasaan duniawi tidak akan membiarkan
kebenaran ini menyebar, umumnya, ini bukanlah sesuatu yang menarik bagi mereka.
Sebagaimana Allah telah berfirman, “Seandainya Allah tidak menolak (keganasan)
sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah
mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (al-Baqarah 2;251). Jihad,
kemudian, serupa dengan klaim-klaim mereka yang lain yang mengklaim bahwa mereka
memiliki hak untuk menyebarkan kebenaran, keadilan dan demokrasi ke seluruh dunia,
karena mereka yakin – demikian mereka mengklaim – bahwa dengan cara demikian
manusia akan benar-benar bebas. Jika mereka memiliki hak untuk membuat klaim itu dan
menyebarkan pesan mereka itu dengan cara yang telah mereka lakukan, maka Ummat
Islam juga semestinya memiliki hak yang sama untuk menyebarkan agama Tuhan yang
sebenarnya ke seluruh dunia.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 54
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kelompok muslim di bawah panduan Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Moral
mereka sangat tinggi dan mereka siap bertarung untuk tujuan mulia mereka yang
baru. Tak diragukan bahwa kehadiran sebuah negara kota seperti itu di daerah itu
akan menumbuhkan rasa takut “kekuatan-kekuatan yang telah ada” pada saat itu.
Bahkan, pada saat kejadian Manfuuhah, para penentang Muhammad ibn AbdulWahhab sebenarnya telah menabuh genderang perang. Mereka mendeklarasikan
bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya adalah kafir yang
darahnya boleh ditumpahkan. Karenanya, hidup Muhammad ibn Abdul-Wahhab
dan para pengikutnya benar-benar berada dalam bahaya.138 Sebuah perang
bersenjata dengan al-Diriyyah bisa jadi dilatarbelakangi hal-hal seperti itu, maka
mereka berupaya melakukan upaya-upaya lain untuk mencoba memerangi dan
menghancurkan kumpulan orang beriman baru. Bahkan, para penentang da’wah
itu pergi keluar dari Najd untuk mencari bantuan dan pertolongan dalam usaha
untuk menghentikan da’wah yang menyebar.
Kenyataan, di Huraimila sendiri, pada tahun 1165 H., terdapat sebuah revolusi
melawan Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Revolusi ini dihasut oleh hakim kota ini,
Sulaiman ibn Abdul-Wahhab, saudara dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri.
Sulaiman bahkan mencoba meyakinkan penduduk al- Diriyyah untuk
memberontak. Dia menulis sebuah buku yang berusaha untuk menolak ibn AbdulWahhaab, terkhusus dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan
pernyataan seorang muslim menjadi kafir dan isu-isu pertarungan, dan
mengirimkannya kepada penduduk al-Diriyyah.139 Muhammad ibn Abdul-Wahhab
dengan cepat menjawabnya dengan menulis sebuah bantahan terhadap buku
Sulaiman.140 Abdul-Aziz ibn Muhammad ibn Saud memimpin sebuah pasukan yang
bejumlah sekitar delapan ratus orang untuk menumpas sisanya di Huraimila.
Sulaiman lari ke al-Sudair.141 Hal serupa juga tumbuh dengan jumlah kecil di
Manfuuhah dan Durma, namun di kedua tempat itu dapat diredam. Di bawah
Najd, maka, bisa dikatakan bahwa semua upaya itu—penggunaan kekuatan dan
138
Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 92.
Karya yang kemudian diterbitkan dengan judul al-Sawaaiq al-Ilahiyah fi al-Radd ala alWahaabiyyah, meskipun rupanya aslinya berjudul Fasl al-Khitaab fi al-Radd ala
Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Demikian pula, Murbad ibn Ahmad al-Tamimi, dari
Huraimila, pada tahun 1170 H. berkunjung ke Yaman menyebarkan laporan-laporan palsu
mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab kepada ulama-ulama yang ada disana, seperti
Muhammad ibn Ismail al-Sanaani. Pada mulanya, al-Sanaani dibodohi oleh laporan-laporan
tidak benar itu namun kemudian ketika dia menemukan kenyataannya, beliau mengirimi
ibn Abdul-Wahhab sebuah puisi yang mengapresiasi usaha-usahanya itu.
140
Karya ini berjudul Mufid al-Mustafid fi Kufr Taarik al-Tauhid. Bandingkan, Al-Utsaimiin,
Al- Syeikh Muhammad, hal. 61-62. Karya ini ditemukan dalam kitab Muallifaat, vol. 1, hal.
279-329.
141
Untuk lebih rinci mengenai perang-perang yang ada di Huraimila, lihat Ibn Ghannaam,
vol. 1, hal. 100-101, 103-104, 110-111.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 55
139
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
penggunaan argumen-argumen—gagal menghentikan pertumbuhan dan kekuatan
kumpulan muslim ini.
Musuh-musuh dari Luar
Untuk sekitar tigabelas tahun, satu-satunya penentang yang dihadapi al-Diriyyah
dalam perang adalah sama-sama berasal dari sekitar Najd. Tentara-tentara alDiriyyah menjadi lebih kuat daripada tentara-tentara dari negarakota-negarakota
yang ada di sekitarnya. Sejumlah faktor berkontribusi terhadap hal tersebut,
sebagaimana telah disebutkan, seperti tujuan persatuan, tujuan yang mulia, moral
yang kuat dan lain sebagainya. Namun demikian, terdapat dua musuh asing yang
lebih besar yang nampak samar-samar di kakilangit. Kedua musuh itu, yaitu Bani
Khalid di al-Ahsa dan syarif-syarif di Mekkah, keduanya memiliki alasan berkenaan
dengan da’wah baru dan Negara baru. Mereka memiliki ketertarikan-ketertarikan
langsung di Najd, meski ikatan Bani Khalid lebih dekat dan lebih kuat.142
Dari awal, Bani Khalid memperlihatkan rasa permusuhan terhadap da’wah.
Bahkan, merekalah yang mendorong Utsman mengusir ibn Abdul-Wahhab dari alUyainah. Namun demikian, perelisihan internal dalam kepemimpinan Bani Khalid
menunda mereka membuat serangan yang menentukan terhadap al-Diriyyah
dalam tahun-tahun awalan itu.143 Ketika Sulaiman (pemimpin Bani Khalid yang
mengusir Muhammad ibn Abdul-Wahhab dari al-Uyainah) diusir dari al-Ahsa pada
tahun 1166 H. (1752 M.), Urai’ir ﴾‫ ﴿ﻋﺮﻋٍﺮ‬ibn Dujayn menggantikannya dan
mengambil langkah-langkah pertama melawan al-Diriyyah. Pemerintahannya
bertahan sampai lebih duapuluh tahun dan selama waktu itu mereka terus
melakukan perang dengan Najd.144
Rakyat al-Diriyyah mendengar kabar bahwa Urai’ir bersiap untuk perang. Para
pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab mulai membangun benteng al-Diriyyah
dan kota-kota mereka yang lain. Kekuatan-kekuatan pertama Bani Khalid, dengan
dukungan suku-suku Najd, muncul pada tahun 1172 H. (1758 M.). Pasukan ini
ditaklukkan oleh para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab di kota al- Jubailah,
sekitar 6.5 kilometer sebelah timur al-Uyayna. Pasukan kuat dipaksa mundur.
Moral dan kepercayaan diri orang-orang Muhammad ibn Abdul-Wahhab
142
Antara tahun 1126 H. (1714 M.) dan 1140 H. (1727 M.), bani Khalid melakukan
serangan-serangan utama pada bagian-bagian daerah Najd setidaknya dalam tiga kali
kesempatan. Lihat Abu-Hakima, hal. 128.
143
Untuk detil-detil perselisihan internal, lihat Abu-Hakima, hal. 129-131.
144
Abu-Hakima, hal. 131. Abu-Hakima (hal. 42) juga menulis, “Wahhabis bertahan untuk
waktu lebih dari duapuluh tahun (1745-1765), namun berubah menjadi menyerang Bani
Khalid sampai akhirnya berhasil menaklukkan mereka pada tahun 1208 H/1793 M dan
1210 H/1795 M.”
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 56
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mendapatkan dorongan, ketika mereka mampu menahan pasukan yang lebih kuat
di daerah itu. Kenyataan, hal ini menghasilkan banyak suku-suku datang untuk
berdamai dengan kepemimpinan di al-Diriyyah dan membayar upeti kepada
pemerintah pusat yang baru ini. Al-Diriyyah memperoleh kontrol al-Kharj,
Tharmida, Ushaiqir, Sudair dan suku-suku badwi yang lain. Kenyataan, kepercayaan
diri mereka begitu besar sampai mereka sendiri menyatroni al-Ahsa pada tahun
1176. Meskipun ini adalah sebuah “urusan yang sangat minor,”145 tujuannya
kelihatannya untuk memperlihatkan kekuatan dan kepercayaan diri mereka.
Sebagai hasilnya, salah satu musuh terbesar mereka, Dahhaam ibn Dawwaas maju
ke depan untuk membuat penyelesaian perdamaian dengan al-Diriyyah.146
Namun demikian, pada tahun 1178 H. (1764 M.), satu penentang yang tak
disangka-sangka menyerang Negara yang sedang tumbuh ini. Seorang syiah Hasan
ibn Hibatullah al- Makrami, ketua Najraan, jauh ke selatan, barangkali atas
permintaan Badwi Ajman yang takut mendekatnya para pengikut ibn AbdulWahhaab, menyerang dan menggiring pasukan-pasukan Muhammad ibn AbdulWahhab di dekat al-Diriyyah, membunuh lima ratus orang dan mengambil dua
ratus orang sebagai tawanan. Hal ini cukup menjadi pukulan tepat ketika
kepercayaan diri mereka benar-benar tumbuh. Namun demikian, sebuah
perjanjian perdamaian dihasilkan antara kedua belah pihak, dimana ibn AbdulWahhab memperlihatkan kemampuan diplomatiknya, setuju untuk memberikan
bayaran dan pertukaran tawanan.147
Menurut penulis anonim dari kitab Lama al-Shihaab, Urai’ir mencoba masuk ke
dalam perjanjian dengan al-Makrami dari Najraan untuk menghancurkan alDiriyyah. Namun demikian, al-Makrami yakin pada perjanjian damainya dengan alDiriyyah, dan membiarkan pasukan Urai’ir bertarung sendirian. Sekali lagi,
kekuatan Bani Khalid ditaklukkan.148 Abu-Hakima menulis, “Mekipun ‘Uray’ir gagal
merebut al-Dir’iyya, pertempuran ini membuktikan kepada orang-orang Wahhabi
bahwa Bani Khalid akan menggunakan berbagai kesempatan untuk
menghancurkan mereka. Karenanya mereka tidak mempercayai janji-janji
gencatan senjata apapun yang Bani Khalid tawarkan. ‘Uray’ir telah melanggar
gencatan senjata yang ada ketika mereka melihat Dir’iyya diserang Dahham.”149
Lebih lagi, selama pertempuran ini, Dahham, yang juga pada awalnya diduga
145
Sebagaimana digambarkan oleh Abu-Hakima, hal. 131.
Bandingkan, Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 90.
147
Bandingkan, Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 93f.
148
Bandingkan, Abu-Hakima, hal. 132.
149
Abu-Hakima, hal. 76.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 57
146
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
berdamai dengan al-Diriyyah, menggabungkan kekuatannya dengan Urai’ir dan dia
sekali lagi dipaksa meminta damai dari para penguasa al-Diriyyah.150
Sang Amir Muhammad ibn Saud wafat pada tahun 1179 H. (1765 M.).151
Muhammad ibn Saud telah menjadi pemimpin rakyatnya sekitar lebih tigapuluh
tahun. Memberikan syarat-syarat pada saat itu, meindikasikan dirinya sebagai
orang yang cerdas dan bijaksana. Dia dikenal karena karakternya yang baik dan
keimanannya yang kuat. Dia adalah orang yang benar-benar mendukung ibn
Abdul-Wahhab ketika dalam keadaan suram dan ketika hidup ibn Abdul-Wahhab
berada di bawah ancaman. Dukungannya dan kesetiaannya kepada ibn AbdulWahhab terlihat utuh dan jelas. Di bawah kepemimpinannya, da’wah
termanifestasikan dan sejumlah besar orang menjadi bagiannya.
Bahkan penulis kitab Lam’ al-Shihaab tidak memiliki apapun kecuali hal-hal baik
yang dapat dikatakan tentangnya, menyatakan bahwa sumber-sumber yang
memberitahukan dan terpercaya mengatakan tentang karakternya, keimanan dan
kedermawanannya yang baik.152
Rakyat al-Diriyyah, menurut Mengin, kemudian “memilih” Abdul-Aziz ibn
Muhammad ibn Saud untuk menjadi Amir baru.153 Negara baru al-Diriyyah terus
menyebar di bawah kekuasaan Abdul-Aziz, menundukkan Washm dan Sudair dan
bahkan mencapai al-Zilfi di sebelah utara. Pada tahun 1183 H. (1769/70 M.),
mayoritas penduduk propinsi al-Qasim di sebelah utara berikrar bersekutu dengan
Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan akan, untuk banyak bagian, menyediakan para
pendukungnya yang fanatik untuk tahun-tahun berikutnya.
Pada tahun 1187 H. (1773 M.), Dahhaam ibn Dawwaas akhirnya menghadapi
sesuatu yang tak dapat dihindari—bahwa dia tidak sebanding dengan kekuatan alDiriyyah. Karenanya, dia melarikan diri dari Riyadh dan Abdul-Aziz ibn Muhammad
ibn Saud memasuki kota tanpa pertentangan apapun.154 Ini jelas sebuah
150
Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 122f. Kali ini, Ibn Ghannaam menyatakan (vol. 1,
hal. 123) bahwa bertahan pada perjanjiannya untuk waktu hampir sepuluh tahun sebelum
akhirnya menghancurkannya lagi.
151
Mengenai tahun yang sama, sang Amir mengirim sebuah delegasi ke Mekkah dengan
izin untuk menunaikan ibadah haji. Namun demikian, delegasi itu dipenjarakan dan hanya
beberapa orang yang mampu melarikan diri. Sebelum waktu itu kejadian yang sama terjadi.
Lihat al-Nadwi, hal. 90.
152
Lihat Sulaiman al-Huqail, Muhammad Bin Abdulwahhab: His Life and the Essence of His
Call (Riyadh: Ministry of Islamic Affairs, Endowments, Da’wah and Guidance, 2001), hal. 8286.
153
Vassiliev, hal. 85. “Pemilihan,” terkhusus di antara suku Badwi, adalah salah satu cara
untuk menentukan seseorang menjadi ketua atau amir.
154
Bandingkan, Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 112.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 58
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kemenangan yang besar dan penting. Membaca deskripsi kemenangan dan barisbaris puisi Ibn Ghannaam menjadi bukti yang cukup untuk memperlihatkan bahwa
ini adalah penaklukan yang hebat.155 Musuh terhebat yang berada di Najd telah
ditaklukkan. Di antara hal-hal yang lain, hal ini berarti bahwa pasukan-pasukan
dapat dikirimkan ke tempat-tempat jauh tanpa khawatir mendapat serangan dari
sesama orang Najd. Lebih lagi, uang yang datang sebagai rampasan besar sekali.
Ibn Bisyr menyatakan bahwa harta rampasan ini dapat digunakan ibn AbdulWahhab untuk membayar semua hutang-hutangnya yang pernah dia pinjam untuk
diberikan kepada murid-muridnya dan para pendukungnya yang miskin.156 Pada
saat itu, situasi negara sudah mulai tertata rapih dan urusan-urusan baik adanya.
Maka, ibn Abdul-Wahhab menyerahkan urusan-urusan negara kepada Abdul-Aziz
dan kemudian “pensiun” agar bisa beribadah dan mengajar, meskipun Abdul-Aziz
masih meminta nasihat dan persetujuannya untuk keputusan-keputusannya.157
Para pemimpin Bani Khalid benar-benar insaf dengan signifikansi kemenangannya
terhadap Riyadh. Karenanya, Urai’ir sekali lagi memutuskan untuk menyerang alDiriyyah. Dalam kampanye ini, dia mampu menundukkan Buraidah (jauh ke
sebelah utara al-Diriyyah) pada tahun 1188 H. (1774 M.). Namun dia tidak lama
setelah itu di al-Khaabiyah.158 Butain, anak tertua dari Urai’ir, mengambil komando
dan berusaha melanjutkan menuju al-Diriyyah namun “sukunya tidak
kooperatif.”159 Maka, mereka dapat dipukul mundur lagi ke al-Ahsa.160
Gelar kekuatan para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang terus berlanjut
membawa banyak kota menyadari bahwa perhatian mereka terbaik adalah
bergabung dengan negara baru itu. Karenanya, sejumlah delegasi mengalir ke alDiriyyah untuk menyatakan ikrar persekutuan mereka kepada Muhammad ibn
Abdul-Wahhab dan Abdul-Aziz ibn Muhammad ibn Saud. Delegasi-delegasi ini
termasuk juga rakyat Hurmah, al-Majmaah dan al-Hariq.161
Pada saat itu, para pemimpin negara baru mengalihkan perhatian mereka ke
daerah selatan Riyadh. Zaid ibn Zaamil, pemimpin Bani Dalim, mencoba
bekerjasama dengan penguasa Najraan untuk menyerang al-Diriyyah pada tahun
1189. Rencana mereka gagal karena beberapa alasan. Pertama, al-Diriyyah telah
155
Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 136.
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 38.
157
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 84.
158
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 137-138; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 113-114.
159
Abu-Hakima, hal. 132.
160
Dujain dan Sadun,saudara-saudara dari Butayn, akhirnya mencekiknya. Kemudian Sadun
meracuni Dujain agar bisa menjadi pemimpin suku. Namun demikian, Sadun tidak pernah
benar-benar didukung oleh sukunya dan kelemahan ini memainkan peran besar dalam
kampanye dia berikutnya melawan al-Ahsaa oleh para pengikut Muhammad ibn AbdulWahhab. bandingkan, Abu-Hakima, hal. 132-133.
161
Bandingkan., Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 138; Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 114-115.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 59
156
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
menjadi terlalu kuat untuk mereka dan kedua karena tak ada saling kepercayaan
antara Zaid dan pemimpin Najraan. Lebihlagi, pemimpin Najran menderita sakit
selama kampanye itu, hal itu melemahkan ketetapan hatinya. Kegagalan ini sekali
lagi membawa sejumlah delegasi untuk datang mengikrarkan persekutuan mereka.
Kali ini termasuk juga para pemimpin dari al-Zilfi dan Munaikh, termasuk saudara
Muhammad ibn Abdul-Wahhab pribadi yang juga merupakan musuhnya
sebelumnya, Sulaiman.162 (Pada tahun 1190 H. (1786 M.), negeri-negeri di bagian
selatan, yang merupakan negeri Aflaaj dan al-Dawaasir, berada di bawah otoritas
al-Diriyyah, meskipun “pemberontakan-pemberontakan anti-Wahhabi terus
berlanjut dalam waktu yang lama di propinsi terakhir.”163)
Pada permulaan abad ketigabelas hijriah, Najd telah menjadi sebuah negara
kesatuan yang kuat. Bahkan, dengan pertarungan-pertarungan internal di antara
Bani Khalid, barangkali ini adalah kekuatan terkuat di daerah itu. Ini, sekali lagi
akan menghadapi para penguasa al-Ahsa.164 Pada saat kemangkatan Muhammad
ibn Abdul-Wahhab, sebenarnya seluruh al-Ahsa sudah berada di bawah kontrol
negara baru.
Ancaman penting lainnya di Jazirah Arabia adalah syarif-syarif Mekkah, para
penguasa Hijaz. Ahmad al-Qabbaani menyatakan bahwa Muhammad ibn AbdulWahhab mengirimkan sepucuk surat ke Mekkah sekitar tahun 1155 H., menyeru
orang-orang disana agar memeluk Islam. Ahmad Dahlaan mengklaim bahwa
Muhammad ibn Abdul-Wahhab mengirimkan tigapuluh orang ulama ke Mekkah
pada masa Mas’ud ibn Said (1146-1165 H.). Ketika para ulama, yang telah
mendengar Muhammad ibn Abdul-Wahhab, menyelidiki masalah, mereka
menemukan bahwa delegasi ulama itu adalah orang dungu dan memutuskan
mereka sebagai kafir, dan memenjarakan mereka. Karenanya, para penguasa
Mekkah menolak izin bagi para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab untuk
melaksanakan ibadah haji. Laporan-laporan ini tampaknya harus dipertanyakan,
demi kemaslahatan.
162
Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 65. Zaid ibn Zaamil
“mendeklarasikan persekutuannya kepada orang-orang Wahhabi, hanya untuk
mengkhianati mereka segera setelahnya” (Vassiliev, hal. 86). Bahkan, dia kemudian
bergabung dengan Bani Khalid dalam serangan mereka di Buraidah di al-Qasim pada tahun
1196 H. (1782 M.). Serangan di Buraidah sendiri tidak berhasil dan Zaid sendiri terbunuh
pada tahun 1197 H.
163
Vassiliev, hal. 87.
164
Bahkan, pada tahun 1200, pemimpin Bani Khalid, Sadun, yang telah secara effektif
menahan para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab melakukan penetrasi ke al-Ahsaa,
telah lari dari al-Ahsaa karena perselisihan internal, mencari perlindungan dari muuhnya
yang paling sengit Abdul-Aziz ibn Saud di al-Diriyyah. Bandingkan, Abu-Hakima, hal. 134.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 60
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Al-Utsaimiin mencatat bahwa klaim tanggal yang diberikan Dahlan adalah ketika
reformasi da’wah berada pada saat permulaan sekali. Lebih-lebih, tak ada alasan
untuk mengirimkan begitu banyak ulama. Akhirnya, tidaklah meyakinkan karena
peristiwa itu sama sekali tidak disebutkan Ibn Ghannaam yang mencatat rincianrincian hebat mengenai sejarah Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Al-Utsaimiin
menyimpulkan bahwa apa yang dicatat sejarahwan Turki Sulaiman Izzi lebih
mendekati kenyataan. Dia mencatat bahwa pada tahun 1163 H. Syarif Mekkah
memberitahukan Sultan Utsmaniyyah tentang keberadaan Muhammad ibn AbdulWahhab di Najd. Dia memberitahukan bahwa para ulama Najd mulai mengikuti ibn
Abdul-Wahhab. Dia berunding dengan para ulama Mekkah yang menyimpulkan
bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab harus diyakinkan agar merubah
pandangan-pandangannya, jika tidak, maka dia harus dibuat mati. Berdasarkan itu,
Syarif Mekkah mengirimkan sepucuk surat kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab.
Terdapat penundaan jawaban dari ibn Abdul-Wahhab. Karenanya, penguasa
Mekkah menangkap enampuluh pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang
sedang melaksanakan ibadah haji; dia menghukum dan kemudian mengusir
mereka.165
Jelas, kata Al-Utsaimiin, dari gambaran bahwa informasi yang dimiliki Syarif
Mekkah tentang Muhammad ibn Abdul-Wahhab kebanyakan hanya berdasarkan
rumor. Ini lebih jauh didukung oleh apa yang dinyatakan Dahlaan sendiri. Ibn
Ghannaam melaporkan bahwa pada saat itu, para penentang ibn Abdul-Wahhab di
Najd telah menyebarkan laporan-laporan keliru tentangnya di Hijaaz.166 Maka,
berita pertama mengenai ibn Abdul-Wahhab yang mencapai Hijaz adalah beritaberita yang terdistorsi.167
Al-Utsaimiin melanjutkan dengan mencatat bahwa laporan Izzi itu memberi kesan
bahwa mereka yang ditangkap Syarif itu bukanlah ulama. Mereka hanyalah orangorang yang melaksanakan ibadah haji. Hal ini konsisten dengan apa yang dicatat
oleh Ibn Bisyr untuk tahun 1162 H. Benar, mereka mungkin bersikap vocal
mengenai keyakinan-keyakinan dan pesan mereka namun mereka mungkin
bukanlah satu tingkat yang mampu membantah klaim-klaim yang melawan
mereka. Dalam berbagai kasus, tak dapat dibantah bahwa tindakan Syarif Mas’ud
tehadap para peziarah itu dianggap sebagai sebuah agresi. Pengganti Mas’ud yang
juga saudaranya, Musaad, mengambil pendirian yang sama. Selama pemerintahan
Ahmad ibn Said, yang mengambil alih kekuasaan pada tahun 1184 H., hubungan
antara Mekkah dan al-Diriyyah diperbaiki. Satu alasan untuk itu barangkali karena
beberapa pendukung negara baru ini menangkap sejumlah orang Hijaz, termasuk
Syarif Mansur, dan membawa mereka ke al-Diriyyah. Namun demikian, Abdul-Aziz
165
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 66.
Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 160-161.
167
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 67.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 61
166
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ibn Muhammad membebaskan mereka tanpa syarat tebusan apapun. Maka, ketika
sang Syarif itu kembali ke Mekkah, dia mengizinkan para pengikut Muhammad ibn
Abdul-Wahhab untuk melaksanakan ziarah.168
Pada tahun 1185 H. Syarif Ahmad meminta para penguasa al-Diriyyah agar
mengirimkan kepada mereka seorang ulama untuk menjelaskan da’wah mereka
yang sesungguhnya. Mereka mengirimkan Abdul-Aziz al-Husayyin yang juga
membawa sepucuk surat dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Ulama ini
menjelaskan kepada ulama-ulama Mekkah tentang pesan-pesan mereka. Dia
mendebat ulama-ulama itu di hadapan Syarif Ahmad dan juga maju membawakan
kitab fiqih Hanbali al-Iqnaa untuk memperlihatkan bahwa ajaran-ajaran mereka
betul-betul konsisten dengan madzhab Hanbali. Al-Husayyin berdebat dengan
mereka mengenai isu-isu seorang muslim dianggap murtad, tentang penghancuran
pusara-pusara kuburan, dan berdoa (memohon) kepada orang yang sudah
meninggal. Dia mampu menghadirkan bukti yang relevan yang berhubungan
dengan isu-isu ini dan mendapat penghargaan yang baik dari para ulama Mekkah.
Buktinya, tak ada celaan yang datang dari ulama-ulama Mekkah pada saat itu.169
Namun demikian, Syarif Ahmad dilengserkan dari kekuasaan pada tahun 1186 H.
dan digantikan oleh saudaranya Surur, dan hal ini mengakhiri hubungan yang baik
antara Mekkah dan al-Diriyyah. Surur tidak mengizinkan para pengikut ibn AbdulWahhab melaksanakan ibadah haji, pada tahun 1197, meski setelah hadiah-hadiah
yang mahal ditawarkan kepadanya.170
Pada tahun 1202 H., Surur meninggal dan digantikan oleh Ghalib, dan memulai
sebuah hubungan yang mungkin merupakan hubungan paling tegang antara para
syarif dan al-Diriyyah. Pada dua tahun pertama pemerintahannya, Ghalib
mengkonsolidasikan kekuatan internalnya. Setelah itu, dia meminta al-Diriyyah
mengirimkan seorang ulama untuk melakukan dialog dengan ulama-ulama
Mekkah. Lagi-lagi Abdul-Aziz al-Husayyin lah yang dikirimkan. Kali ini, sebaliknya,
ulama-ulama Mekkah menolak bertemu dengannya.171 Menurut Al-Utsaimiin,
sepertinya hal ini dilakukan atas permintaan Ghalib sendiri. Hal ini mungkin bukan
apa-apa kecuali sebuah cara bersenang-senang sebelum dia merencanakan
melakukan serangan militer pada tahun berikutnya.172
168
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 67.
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 131-133. Ibn Ghannaam menyebutkan ulama-ulma dari
beragam madzhab fiqih yang menyetujui presentasi al-Husayyin. Juga lihat Ibn Bisyr, vol. 1,
hal. 154-156.
170
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 157.
171
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 173.
172
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 68.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 62
169
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Para penguasa Utsmaniyyah telah lama melakukan pembiaran dan sekarang
saatnya mereka mengakhiri negara baru yang kecil namun menyusahkan ini.
Menurut Al-Utsaimiin, para Syarif Mekkah tetap menangguhkan serangan
terhadap al-Diriyyah karena sejumlah alasan. Pertama, mereka mungkin tidak
menyadari negara baru atau pesan-pesannya ini sebagai sesuatu yang “terlalu
membahayakan.” Kedua, mereka juga barangkali berharap ada penentang yang
berada di internal Najd yang akan dapat mengakhiri negara baru itu. Ketiga,
mereka mungkin berpikir bahwa dengan menghentikan pelaksanaan haji mereka
akan dapat memberikan pukulan moral terhadap para pengikut Negara baru dan
akhirnya dapat menciptakan kerusakan yang hebat terhadap da’wah mereka.
Terakhir, mereka pastilah berpikir bahwa Bani Khalid di al-Ahsa, yang memiliki
pendukung terbesar untuk mengakhiri negara baru itu, akan mampu
menyelesaikan masalah.173
Pada saat negara baru ini memperoleh kekuasaan terhadap keseluruhan Najd,
hampir menguasai seluruh al-Ahsa dan memiliki kemungkinan mempengaruhi
suku-suku yang berada antara Mekkah dan Najd namun berada di bawah otoritas
syarif, tak ada keraguan bagi para penguasa Mekkah untuk mengambil jalan
militer. Karenanya, pada tahun 1205 H. pasukan pertama sang Syarif dikirimkan
untuk melawan para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Namun demikian,
para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab mampu menundukkan mereka.
Wafatnya Muhammad ibn Abdul-Wahhab
Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab meninggal pada bulan Syawwal tahun 1206
H. (1791/1792 M.). Beliau hidup selama sembilanpuluhdua tahun. Ketika beliau
meninggal, sekalipun demikian, beliau tidak meninggalkan harta kekayaan apapun.
Tak ada yang dibagikan untuk para ahli warisnya. Bahkan meskipun diketahui
bahwa jihad yang dilakukannya seluruhnya dapat memberinya harta rampasan
yang sangat banyak bagi para pengikutnya, semua harta yang diterimanya
disimpan untuk kepentingan da’wah dan membantu orang lain.
Pada saat kemangkatannya, beliau telah menyaksikan ajaran-ajarannya menyebar
ke seluruh Najd dan al-Ahsa. Ibn Abdul-Wahhab juga telah melihat tanda-tanda
pertama potensinya melawan para penguasa Hijaaz. Setelah kemangkatan
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, da’wah dan ajaran-ajarannya terus menyebar dan
kekuatan negara baru terus tumbuh untuk beberapa lama. Pada tahun 1793 M.
seluruh al-Ahsa berada di bawah kekuasaan Saud ibn Abdul-Aziz. Di akhir tahun
1790-an, perjanjian-perjanjian militer dimulai dengan Pasha Baghdad dan Negara
Saudi cukup sukses dalam pergulatan-pergulatan itu. Pada tahun 1803 M., mereka
menaklukkan Mekkah dengan damai. Namun demikian, setelah menderita
173
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh Muhammad, hal. 69.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 63
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
beberapa penyakit, mereka jatuh pada kekuasaan Utsmaniyyah pada bulan Juli
tahun 1803 M. Pada akhir tahun itu, Abdul-Aziz dibunuh di al-Diriyyah. Tidak jelas
siapa yang membunuhnya, meski ada banyak teori yang dihadirkan. Saud, anaknya
dan pemimpin militer, kembali ke al-Diriyyah dan menerima ikrar persekutuan dari
rakyat al-Diriyyah. Pada tahun 1805 dan tahun 1806 M., Kekuatan Saud sekali lagi
dapat menaklukkan Hijaz. Negara baru ini juga menyebarkan pengaruhnya ke
Oman, menempatkannya pada sebuah benturan langsung dengan kepentingankepentingan kolonial Inggris di daerah itu. Tahun-tahun kelaparan, kekeringan dan
penyakit menular kolera yang menyebar di Arabia pada tahun 1809 M. benarbenar melemahkan negara baru ini dan membuatnya terbuka untuk mendapat
serangan. Saud meninggal pada tahun 1814 M. dan diteruskan oleh anaknya
Abdullah, meskipun pilihan ini menemui beberapa pertentangan internal di dalam
al-Diriyyah. Pada saat itu, orang Albania bernama Muhammad Ali Pasha, penguasa
Utsmaniyyah dari Mesir, bersiap-siap untuk mengambil kembali negeri-negeri yang
telah dikuasai negara baru ini di al-Diriyyah. Pada tahun 1811 M., Muhammad Ali
mulai maju menuju Hijaz, menaklukkan para pengikut ibn Abdul-Wahhab. Pada
bulan April 1818 M., Putera dari Muhammad, Ibraahim telah mencapai al-Diriyyah.
Abdullah memohon perdamaian dan akhirnya menyerah di bulan September,
setelah perang sengit selama enam bulan. Al-Diriyyah dirampok.174 Beberapa anak
cucu ibn Abdul-Wahhab diambil sebagai tahanan dan dikirimkan ke Mesir,
beberapa lainnya akhirnya dikirimkan ke Turki untuk dieksekusi. Kejadian ini
mengakhiri apa yang digambarkan sebagai “Negara Saudi Pertama.”175
Kepribadian Muhammad ibn Abdul-Wahhab
Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah orang yang benar-benar tekun beribadah.
Beliau menyebut nama Allah secara terus menerus. Beliau seringkali terdengar
membacakan ayat Qur’an,
174
Moral dan praktik yang dilakukan orang kebanyakan yang berada di bawah otoritas
Negara baru yang lebih besar ini tidaklah sama seperti ketika masa ibn Abdul-Wahhab,
Muhammad ibn Saud and Abdul-Aziz. Maka, Ibn Bisyr menyatakan kenapa orang-orang
Mesir itu dapat menaklukkan mereka adalah karena dosa-dosa yang mereka lakukan.
Bandingkan, Al-Abud, vol. 2, hal. 252.
175
Untuk rincian mengenai kejadian-kejadian di atas, lihat Vassiliev, hal. 89-160. “Negara
Saudi kedua” bertahan dari tahun 1843-1865 M. “Negara Saudi ketiga,” adalah apa yang
sekarang dikenal dengan Saudi Arabia dimualai sekitar tahun 1902 M.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 64
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
‫ت َعلَ َّي َو َعلَى‬
ّْ ‫َر‬
َ َ‫ب أ َْوِز ْع ِِن أَ ْن أَ ْش ُكَر نِ ْع َمت‬
َ ‫ك الَِِّت أَنْ َع ْم‬
ِ ‫ي وأَ ْن أَعمل‬
ِ
‫َللِ ْح ِِل ِِف ذُّْريَِِّت إِ ِّّْن‬
َ ‫لا٘تًا تَ ْر‬
ْ ‫ضا ُ َوأ‬
َ َ َ ْ َ َّ ‫َوال َد‬
ِ
ِِ
‫ْي‬
َ ‫ت إِلَْي‬
َ ‫ك َوإِ ِّّْن م َن الْ ُم ْسلم‬
ُ ‫تُْب‬
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah
Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri." (QS. al-Ahqaaf 15).
Ibn Bisyr mencatat bahwa sekumpulan orang akan mengetahui dia datang
menghampiri ketika mendengar ayat-ayat yang terus menerus dia bacakan. Beliau
melaksanakan shalat malam. Bahkan ketika dia sudah tua dan lemah, dia tetap
memaksakan diri (meski harus dibantu orang lain) pergi ke mesjid untuk
mendirikan shalat berjamaah.176 Beliau juga adalah seorang yang berani
mempertahankan keyakinan-keyakinannya yang berkenaan dengan agama Allah.
Tanpa pertolongan Allah dan kemudian kualitas yang tinggi ini, akan tidak
meyakinkan memikirkan dia dapat menyelesaikan prestasi yang telah
diselesaikannya itu. Vassiliev menggambarkannya sebagai berikut,
Seorang tokoh utama pada masanya dan masyarakatnya, dia [Muhammad
ibn Abdul- Wahhaab] adalah seorang lelaki dengan keberanian dan keinginan
yang besar. Sebuah keberanian luarbiasa dibutuhkan untuk menantang
seluruh sistem keagamaan di Arabia pada saat itu dan menghadapi para
penganjur kaum kolot. Hidupnya terus menerus berada di bawah ancaman
dan dia dikirim ke pembuangan tiga kali, namun ini tidak menghancurkan
keinginannya. Dengan ceramahnya yang penuh gairah dan kepandaiannya
berbicara, Ibn Abd al-Wahhab membuat sebuah kontribusi utama terhadap
keberhasilan gerakan keagamaan yang telah dimulainya dan perluasan
Negara Saudi. Menurut Ibn Bisyr, Ibn Abd al-Wahhab ‘meninggikan bendera
jihad, meski tak ada sesuatu pun kecuali pemberontakan-pemberontakan
dan pembunuhan-pembunuhan sebelum dia.’ Mengin mencatat bahwa ‘dia
benar-benar meyakinkan dan memenangi hati orang-orang dengan ceramah177
ceramahnya.’
176
177
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 162 and 164. Bandingkan., Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 84.
Vassiliev, hal. 89.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 65
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Beliau dikenal sebagai orang yang sangat rendah hati dan mencintai orang-orang.
Ibn Bisyr mengatakan, “Kami tak pernah mendengar seseorang yang lebih lembut
dan lebih baik daripada dia kepada para penuntut ilmu, kepada para penanya,
kepada orang yang mebutuhkan…”178 Beliau juga sangat dermawan dan
sederhana, tidak pernah takut kemiskinan dan tidak pernah tertarik pada kekayaan
duniawi. Meskipun setelah beberapa lama al-Diriyyah mulai memiliki kekayaan
yang hebat dan meskipun dia adalah tokoh pemimpin spiritual dan guru, beliau
tidak memungut upah dari kekayaan publik.179 Beliau mendistribusikan harta yang
diterimanya dan seringkali menghutang karena memelihara murud-muridnya, para
tetamu dan para musafir.180 Ketika dia wafat, dia tindak meninggalkan harta
kekayaan – buktinya, dia justru memiliki hutang yang dibayar orang lain atas
namanya.181
Beliau tidak memaksakan pendapat-pendapatnya. Ketika beliau tidak mengetahui
suatu hal, beliau siap mengakuinya. Beliau akan membuat pernyataan seperti,
“Saya tidak mengetahui apapun berkenaan dengan masalah itu.”182 Dalam sepucuk
surat yang ditulisnya kepada sekelompok ulama, dia berkata mengenai dirinya,
“Saya tidak mengklaim diri saya terbebas dari segala kekeliruan.”183 Beliau tidak
akan tidak merubah pendapat-pendapat pribadinya atau tetap membuta pada
ulama ataupun madzhab manapun. Dalam surat yang sama, ibn Abdul-Wahhab
juga menyatakan, “Jika saya memfatwakan atau memperlihatkan tindakan dan
anda tahu bahwa saya keliru, adalah wajib bagi anda untuk menjelaskan
kebenaran kepada saudara muslim anda.”184 Dalam kesempatan yang lain beliau
menulis, “Saya menemukan pada diri saya bahwa saya mencintai seseorang yang
mau menasehati saya ketika saya melakukan kesalahan.”185 Lagi, dalam surat yang
lain, beliau menulis, “Jika kebenaran bersama mereka (yaitu para penentangnya)
atau jika kami memiliki beberapa kebenaran dan beberapa kesalahan atau kami
menjadi sebegitu ekstrim dalam beberapa masalah, maka adalah kewajiban bagi
anda untuk menunjukkannya dan menasihati kami dan memperlihatkan kepada
178
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 162.
Bandingkan, Abdul-Mushin ibn Baaz, vol. 1, hal. 506, dikutip dari Abdul-Rahmaan ibn
Abdul-Latif ali-Syeikh.
180
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 163.
181
bandingkan, Abdul-Mushin ibn Baaz, vol. 1, hal. 507, dikutip dari Abdul-Rahmaan ibn
Abdul-Latif ali-Syeikh; Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 84.
182
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 213. Untuk contoh-contohnya, lihat Al-Abud, vol. 1, hal. 319.
183
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 241.
184
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 240.
185
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 289.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 66
179
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kami pernyataan-pernyataan orang-orang yang berilmu. Barangkali, melalui anda,
Allah akan memandu kita kembali kepada kebenaran.”186
Salah satu karakternya yang paling terkenal adalah bahwa dia selalu berusaha
bersikap bijaksana dan adil bahkan kepada para penentangnya yang paling sengit.
Sekali beliau mengutip ayat,
‫َوال ََْي ِرَمنَّ ُك ْم َشنَآ ُن قَ ْوٍم َعلَى أَال تَ ْع ِدلُوا‬
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil” (QS. al-Maaidah 8),
Dan menyatakan bahwa yang demikian itu mengungkapkan tentang kebencian
yang harus dimiliki seseorang kepada orang-orang kafir (yaitu, mekipun seseorang
membenci sesuatu, hal itu tidak berarti dia bisa melencong dari berbuat adil).
Beliau berkata jika hal itu terjadi terhadap orang-orang kafir, seseorang harus lebih
berhati-hati dan berusaha sekuat tenaga berlaku adil dengan orang muslim yang
memiliki pemahaman keliru, salah paham atau bahkan orang-orang fasik.187 Lebih
lagi, dia seringkali menunjukkan kualitas-kualitas bagus para penentangnya sambil
membatasi kritiknya pada isu-isu yang relevan. Sebagai contoh, tentang ahl alkalaam atau “para scholastic theologian”, dia menyatakan, “Ahl al-kalaam dan
para pengikut mereka adalah orang-orang yang pandai dan cerdas. Buktinya,
mereka memiliki kecerdasan, daya ingat dan pemahaman yang benar-benar
mengejutkan.”188 Beliau juga berharap perlakuan yang sama diberikan kepadanya.
Beliau berkata bahkan jika dia membuat kekeliruan dalam sebuah masalah, seratus
atau duaratus masalah, yang lain juga berbuat kekeliruan-kekeliruan dan kebaikankebaikannya seharusnya tidak diabaikan hanya karena beberapa kekeliruan.189
Ibn Baaz mencatat bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab selalu mencoba
bertemu para penentangnya. Alasan dia begitu adalah untuk memastikan mereka
saling memahami satu sama lain secara pantas, yang mungkin tidak bisa dilakukan
hanya dengan saling membaca kata-kata (tulisan) masing-masing.190
186
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 301. Lihat, dalam volume yang
sama, hal. 42, 289 dan 318.
187
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 13, hal. 52.
188
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 164.
189
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 240.
190
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 135-136.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 67
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Bahkan, dia selalu berharap bahkan musuh-musuhnya akan datang menuju
kebenaran dan secara tulus mengikuti agama Nabi Muhammad (‫)ﷺ‬. Abdullah
ibn Muhammad ibn Abdul-Latif adalah guru dari ibn Abdul-Wahhab di al-Ahsa
namun menulis sebuah bantahan kepada ibn Abdul-Wahhab yang berjudul Saif alJihaad li-Mudda’an al-Ijtihaad (“Pedang Jihad bagi Orang yang Menyatakan
Ijtihaad”). Ibn Abdul-Wahhab menulis padanya dan mengatakan, “Saya mencintai
anda dan akan selalu mendoakan anda dalam shalat-shalat saya. Saya berharap
dari tulisan pendek anda ini Allah akan memandu anda pada agama-Nya yang
lurus. Alangkah baiknya bagi anda untuk menjadi seorang faruq demi kepentingan
Allah.”191 Beliau juga menulis kepada Abdul-Wahhab ibn Abdullah ibn Isa, dimana
dia dan ayahnya sangat menyusahkan ibn Abdul-Wahhab, “Saya akan
memohonkan untukmu dalam sujudku. Anda dan ayah anda adalah orang yang
paling penting bagi saya dan yang paling saya kasihi…”192
Buktinya, segera setelah menyebutkan keadaan yang menuntun ibn AbdulWahhab mendeklarasikan jihad, Ibn Ghannaam menulis,
Dia selalu memohon kepada Allah, yang telah memberinya anugerah yang
besar ini, agar membukakan dada bangsanya kepada kebenaran, agar
melindunginya dengan kekuasaan-Nya dari kejahatan mereka dan
menjauhkan bahaya yang mereka sebabkan bagi dirinya. Dia akan selalu
berlaku baik dan memaafkan mereka. Tak ada yang lebih dicintainya
daripada salah seorang (musuhnya) yang datang padanya dengan penyesalan
yang dengan cepat akan segera dia ampuni orang itu. Dia tidak pernah
mengancam siapapun dengan cara kekerasan setelah dia memperoleh
kemenangan, bahkan jika orang itu memiliki kekuasaan yang akan
memutuskan hubungan mereka dan membuatnya menderita dengan
hukuman yang paling memilukan dan memutilasinya. Dia tahu bahwa hal
demikian pernah diberlakukan kepadanya namun dia tak pernah membalas
dendam setelah dia berkembang dan mendapatkan kemenangan dan ketika
delegasi-delegasi datang padanya, dengan enggan ataupun atas dasar
keinginan sendiri. Dia akan selalu bermurah hati. Dia akan melupakan apa
yang pernah mereka lakukan kepadanya, seakan mereka tak pernah
melakukan apapun. Dia akan tersenyum kepada mereka dan memperlihatkan
wajah cerianya kepeda mereka. Dia akan berlaku dermawan dan memberi
kepada mereka. Sikap ini biasa di antara orang-orang saleh yang terhormat
dan para ulama yang telah Allah berkati dengan ketaqwaan, pengetahuan
193
dan petunjuk.
191
Dikutip dari al-Abdul-Latif, hal. 36.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 280. Untuk contoh-contoh lain
tentang hal ini, lihat al-Abdul-Latif, hal. 36-38.
193
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 83.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 68
192
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Singkatnya, seseorang dapat mengatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab bukan hanya
seorang ulama. Pengetahuannya yang mendalam mengenai Qur’an dan Sunnah
adalah penting dalam menghadirkan argumen-argumen logis untuk meyakinkan
orang kepada kebenaran. Namun demikian, lebih dari itu, dia adalah seorang
penyeru kepada keimanan yang bijaksana yang menempatkan keimanan dalam
tindakan hidupnya sendiri dan dalam hidup orang-orang yang dekat dengannya.
Karenanya, beliau mampu memenangi hati orang-orang, mempengaruhi dan
memandu orang banyak kepada jalan yang lurus. Ini adalah apa yang
dipersembahkannya dalam seluruh kehidupannya. Ini adalah sesuatu yang dapat
dikatakan sebagai hidupnya secara keseluruhan.
Harus juga disebutkan bahwa tulisan-tulisannya, ceramah-ceramahnya, tindakantindakannya dan da’wahnya adalah semuanya mengenai agama Islam yang
dipraktikkan dan diajarkan oleh Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri, yang diriwayatkan para
Sahabat dan para penerusnya. Inilah islam sejati—islam yang dibawa oleh Nabi
(‫)ﷺ‬. Ibn Abdul-Wahhab tidaklah menyimpang—yang barangkali karena
kesalahan manusia yang rentan dilakukan semua orang—dari islam yang sejati
bahkan dalam masalah-masalah amalan dan keyakinan yang enteng-enteng.
Hasil-hasil dari Upaya-upaya yang Telah Dilakukan ibn Abdul-Wahhab
Allah berfirman dalam Qur’an,
ِ
ِ ِ ‫من ع ِمل‬
ُ‫لا٘تًا م ْن ذَ َك ٍر أ َْو أُنْثَى َوُه َو ُم ْؤم ٌن فَلَنُ ْحيِيَ نَّه‬
َ َ َ َْ
‫َح َس ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُو َن‬
ْ ‫َجَرُه ْم بِأ‬
ْ ‫َّه ْم أ‬
ُ ‫َحيَا ًة طَيّْبَةً َولَنَ ْج ِزيَن‬
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan” (QS. al-Nahl 97).
Dari semua bukti-bukti yang jelas, ini adalah cita-cita Muhammad ibn AbdulWahhab dan para pengikutnya. Kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. AbuHakima nampaknya telah menembak sasaran saat dia menggambarkan ibn AbdulWahhab dan para pengikutnya, mengatakan, “Sang Syeikh dan para pengikutnya,
Muwahhidin194, percaya bahwa jika mereka membasmi syirik195 dan bid’ah196’,
194
Yaitu, para penegak monoteisme Islami.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 69
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
maka dia telah masuk Islam secara keseluruhan dengan hanya mengakui satu
Tuhan dan manusia menapaki jalan yang telah ditentukan Tuhan untuk mereka,
semua Muslim menjadi bersaudara, kedamaian akan menang dan dunia akan
sejahtera.”197 Bahkan, kehidupan di bawah kepemimpinan ibn Abdul-Wahhab
benar-benar berubah di Najd. Jameelah mencatat,
Di bawah kekuasaan Amir Muhammad ibn Saud, cara hidup, keyakinan dan
karakter rakyatnya benar-benar berubah. Sebelumnya kebanyakan orang ini,
bahkan di kota-kota suci, orang-orang Muslim itu hanyalah nama saja, tak
banyak mengetahui kecuali mengucapkan kalimat syahadat dan banyak
kekeliruan. Sekarang semua orang wajib melaksanakan shalat-shalatnya
secara berjamaah, shaum ramadhan dan membayar zakat. Tembakau, sutera
dan semua simbol-simbol kemewahan dihapuskan. Semua pajak-pajak yang
tak islami dibatalkan. Untuk pertama kalinya setelah berabad-abad terdapat
kedamaian dan kesejahteraan di dunia dimana orang badwi dapat tidur di
malam hari tanpa rasa takut ternak dan hartanya dicuri. Bahkan dan
membawa keluhan-keluhannya di hadapan suku-suku yang lebih hebat dan
menyerunya untuk menghitung kesalahan-kesalahannya. Konflik-konflik
sektarian berhenti karena ulama dari setiap madzhab mendapat giliran
masing-masing untuk mengimami shalat-shalat berjamaah. Syeikh
Muhammad bin Abdul Wahab membuktikan dirinya sebagai Mujadid di shaf
pertama dan seorang yang pantas menjadi pengganti Imam Ahmad ibn
198
Hanbal dan Ibn Taimiya.
Akhirnya, Ibn Bisyr menulis, “Keunggulan dan kebaikan [Ibn Abdul-Wahhab] terlalu
banyak untuk dihitung dan lebih masyhur daripada apa yang perlu disebutkan. Jika
saya merinci semuanya, halamannya tidak akan cukup … cukuplah untuk kebaikankebaikannya bahwa hasilnya adalah klenik-klenik dihapuskan, muslim-muslim
dipersatukan, shalat-shalat berjamaah dan shalat jum’at didirikan, agama
195
Yaitu, polytheisme.
Yaitu, tambahan-tambahan, pengurangan-pengurangan, inovasi dan klenik-klenik.
197
Abu-Hakima, hal. 127.
198
Maryam Jameelah, Islam in Theory and Practice (Lahore, Pakistan: Mohammad Yusuf
Khan,1976), hal. 118. Sayangnya, Jameelah sendiri secara jelas terpengaruh oleh kitab Lam’
al-Shihaab atau seseorang yang menggunakan kitab itu sebagai referensi, sebagai
beberapa informasi (seperti pada hal. 119 dimana beliau menyatakan bahwa ibn AbdulWahhab belajar Tashawwuf di Iran) adalah keliru. Namun demikian, pemahaman
umumnya terhadap da’wah ibn Abdul-Wahhab adalah bagus. Apa yang paling luarbiasa
adalah, setelah menilai ibn Abdul-Wahhab dalam terma-terma yang sangat menyala-nyala,
196
dia mengakhiri bukunya dengan sebuah doa kepada Nabi (‫)ﷺ‬, memohonnya agar
menyelamatkan bangsa Muslim dari keadaan buruk yang sedang berlangsung.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 70
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dibangkitkan kembali setelah hilang dan akar-akar syirik ditebas setelah mereka
tertanam.”199
Gambar 1. Peta jazirah yang memperlihatkan dimana Muhammad ibn AbdulWahhab bepergian: Dari al-Uyainah beliau pergi ke Mekkah, al-Madinah,
Basra, al-Zubair dan al-Ahsa (juga dikenal dengan al-Hasa).
Gambar 2. Peta kota-kota yang saling berhubungan pada masa hidup
Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Memperlihatkan jarak kira-kira (bukan rute
perjalanan): Riyadh (‫ )ﺽﺎــﻳﺮﻟ‬ke Manfuuhah (‫ )ﻔﻨﻣﺔﺣﻮ‬adalah sekitar 4.5
kilometer. Riyadh ke al-Diriyyah (‫ )ﺔـﻴﻋﺭﺪﻟﺍ‬sekitar 17.8 kilometer. Al-Diriyyah
ke al-Uyainah (‫ )ﺔﻨﻴﻴﻌﻟﺍ‬sekitar 27.5 kilometer. Al-Jubailah (‫ )ﺍﻠﺠﺔﻠﻴﺒ‬sekitar 6.5
kilometer ke timur al-Uyainah. Huraimila (‫ )ذﺮﻴًﻼﺀ‬sekitar 34.1 kilometer
barat laut al-Uyainah.
199
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 164.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 71
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 72
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
BAB III
Ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang Penting dan
bersifat Pembaharu
Islam Sejak Masa Nabi (‫)ﷺ‬
E
ra “Keemasan” Islam sejati adalah masa hidup Nabi (‫ )ﷺ‬dan para
sahabatnya. Pada masa itu negara dan perseorangan benar-benar dipandu
dengan cahaya wahyu Allah. Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri berkata,
‫َخْي ُر أ َُّم ِِت ْقرِِّن ُّتَّ الَّ ِذيْ َن يَلُ ْونَ ُه ْم ُّتَّ الَّ ِذيْ َن يَلُ ْونَ ُه ْم‬
“Sebaik-baik ummatku adalah generasiku. Kemudian yang sesudahnya,
kemudian yang sesudahnya lagi’.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Pada saat yang sama, Nabi (‫ )ﷺ‬memberitahukan umatnya bahwa akan terjadi
juga perpecahan dan perelisihan. Maka, beliau bersabda, contohnya,
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 73
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ
ِ
ِ
ِ ْ َ‫اب افْ تَ رقُوا َعلَى ثِْنت‬
‫ْي َو‬
ْ َ َ َ‫أََال إ َّن َم ْن قَ ْب لَ ُك ْم م ْن أ َْه ِل الْكت‬
ٍ
ِ
ِ ِ‫سبع‬
ِ ِِ
‫ْي‬
َ ‫ْي ملَّةً َو إِ َّن َهذ الْملَّةَ َستَ ْف ََِت ُق َعلَى ثََالث َو َسْبع‬
َ َْ
ِ ‫ان و سب عو َن ِِف النَّا ِر و و‬
ِ ِ
ْ ‫اٗتَن َِّة َو ِه َي‬
ْ ‫اح َدةٌ ِِف‬
ُ‫اعة‬
َ ‫اٗتَ َم‬
ْ ُ ْ َ َ َ‫ثْنت‬
ََ
“Sesungguhnya, ahli kitab sebelum kamu terbagi menjadi 72 golongan. Dan
ummat ini akan terbagi menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka
200
kecuali satu yaitu al-jama’ah (kelompok yang mentaati kebenaran)
Penyimpangan dari jalan lurus Nabi (‫)ﷺ‬, digambarkan dalam golongan-golongan
kecil pada masyarakat Muslim, dimulai pada masa yang cukup awal dalam sejarah
Islam. Pertama dengan kehadiran kelompok ekstrimis Khawarij. Kelompok ini
terpisah dari tubuh utama umat Muslim karena pertanyaan siapakah yang
termasuk dan tidak termasuk sebagai muslim. Mereka mengambil kesimpulan
bahwa siapa saja yang melakukan dosa besar adalah seorang yang kafir dan
seorang yang ingkar, yang darah dan hartanya menjadi halal. Segera setelah itu
muncullah kelompok-kelompok Syiah, yang pada awalnya tidak lebih dari para
partisan pro-Ali. Setelah masa itu, sebagaimana yang diprediksi oleh Nabi (‫)ﷺ‬,
muncul berbagai kelompok sektarian lainnya, seperti Qadariyyah (yang meyakini
adanya kehendak bebas absolute), Jabariyyah (yang meyakini adanya paksaan
absolute), beragam ordo Sufi (dengan keyakinannya masing-masing, kebanyakan
diambil dari budaya dan agama-agama non-islam, Mutazilah (dengan tekanannya
pada nalar manusia) dan Asyaariah (dengan upaya mereka menjembatani gap
antara nalar manusia dan teks wahyu). Semua kelompok ini, satu sama lain, cukup
memperlihatkan suatu jarak lebih jauh dari ajaran-ajaran sejati dan original yang
diajarkan oleh Nabi (‫ )ﷺ‬dan para Sahabat. Meskipun pada beberapa waktu
kelompok-kelompok ini dimulai dengan ikhtilaf-ikhtilaf “minor”, selebihnya mereka
berkembang ke dalam teori-teori independen penuh tentang agama dan
kehidupan.
Pada tataran politik, masalah-masalah juga menyimpang dari pola sebenarnya
yang dibangun oleh Nabi (‫ )ﷺ‬dan para Khulafa al-Rasyidin. Dari masa
200
Riwayat Abu Dawud yang menurut al-Albaani haditsnya hasan. Menurut Abdul-Qaadir
Al-Arnaut, sanadnya shahih. Lihat Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih Sunan Abi
Dawud (Riyadh: Maktabah al-Maarif, 2000), vol. 3, hal. 115-116; Abdul-Qaadir Al-Arnaut,
catatan kaki terhadap al-Mubaarak ibn al-Atsir, Jaami al-Usul fi al-Ahadits al-Rasul
(Maktaba al-Hilwaani, 1971), vol. 10, hal. 32.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 74
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Muawiyyah, dinasti Umayyah dibangun, yang mana dirinya menyimbolkan sebuah
keterpecahan dari pemerintah Islam sebelumnya. Dinasti Umayyah memerintah
dari tahun 40 sampai 132 H. (658 sampai 750 M.). Kemudian, apa yang disebut
sebagai “kekhalifahan resmi” terbentang di tangan dinasti Abbasyiah, yang
memerintah dari tahun 750 sampai tahun 1258 M. Jelas, selama periode yang
panjang itu, kekuasaan mereka atas bagian-bagian dunia islam itu hanya nominal
saja. Tentu, momentum penting yang nampak selama masa itu yang mengejutkan
seluruh dunia Muslim adalah jatuhnya Baghdad, pusat kekhalifahan, ke tangan
bangsa Mongol pada tahun 656 H. (1258 M.). Kejutan ini membawa sebuah bentuk
konservatisme yang menjalar ke negeri-negeri Muslim, membawa secara khusus
tertutupnya pintu ijtihaad (sebuah topik yang akan dibincangkan secara lebih
terperinci di bawah).
Pusat kekhalifahan penting berikutnya adalah kekaisaran Utsmaniyyah, yang masih
dominan namun kekuatannya benar-benar lemah pada masa ibn Abdul-Wahhab.
Namun demikian, “pusat-pusat” kekhalifahan tidak mencegah hadirnya
pemerintahan-pemerintahan yang kecil di berbagai negeri. Maka, bersamaan
dengan pemerintahan-pemerintahan Utsmaniyyah ini, selama masa ibn AbdulWahhab, orang menemukan juga dinasti saffawi di Persia dan Kekaisaran Moghul
di India.
Beberapa orang menyatakan bahwa negara-negara muslim mulai terus-menerus
mengalami kemunduran setelah abad ketujuh hijriah (setelah kejatuhan Baghdad).
Pada masa ibn Abdul-Wahhab, Islam mencapai negara terrendah dalam sejarah
pada beberapa bidang. Bicara politis, Kekaisaran Utsmaniyyah telah kehilangan
banyak otoritas dan prestisenya. Banyak tempat telah menjadi semi-independent.
Pembangkang menyebar di berbagai negeri. Lebih lagi, bangsa-bangsa Eropa
menjadi penentang-penentang yang hebat dan mendapatkan banyak keuntungan
besar dengan cara menekan para Sultan.
Bicara masalah agama, sejak masa Abbasyah, saat “ilmu-ilmu pengetahuan” asing
dan filsafat-filsafat diterjemahkan ke dalam bahasa arab, ikhtilaf dari ajaran-ajaran
islam menjadi terus membesar. Pengaruh pemikiran Yunani, India dan Persia
menjadi begitu hebat, berdampak pada keyakinan-keyakinan dan amalan-amalan
muslim awam. Karenanya, madzhab-madzhab teologi berkembang, klenik
menyebar dan praktik-praktik mistik non-islami mulai berpengaruh. Pada saat yang
sama, madzhab-madzhab fiqih sejati mulai terbengkalai dan tidak effektif, karena
para ulama menyatakan bahwa pintu ijtihaad telah tertutup.
Seseorang dapat melihat uraian urusan-urusan itu dalam kata-kata Vassiliev yang
berbicara tentang masa setelah wafatnya ibn Abdul-Wahhab mengenai urusanurusan di negeri-negeri Utsmaniyyah: “Sejak tahun 1803 orang-orang Wahhabi
telah memasang berbagai rintangan dalam tatacara haji mereka yang berasal dari
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 75
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kekaisaran Utsmaniyyah, khususnya mereka yang berasal dari Syria dan Mesir …
Para peziarah itu ditemani oleh pemusik, memainkan tamborin, gendang dan alat
musik lain (seperti seruling). Banyak dari para peziarah itu membawa alkohol dan
bukanlah hal yang tidak biasa jika kita menemukan kelompok-kelompok para
pelacur dalam kabilah-kabilah itu. Semua ini tidak diragukan memprovokasi rasa
permusuhan orang-orang wahhabi karena ketidaknyamannya dengan standarstandar moral dan relijius mereka.”201 Kemudian, dia menjelaskan, “Menurut Bazili,
‘orang-orang Wahhabi meminta—bukan tanpa alasan—bahwa di sana seharusnya
tidak ada anak-anak ataupun orang-orang tak berjenggot dalam kabilahkabilah.’”202
Lebih jauh, Vassiliev menulis mengenai reformasi-reformasi yang dibawa ke
Mekkah sebagai hasil penaklukkan yang dilakukan oleh para pengikut ibn AbdulWahhab,
Akhlak-akhlak keras yang diperkenalkan di Mekkah berlawanan dengan adat
dan kebiasaan orang-orang disana. Status kota suci membuat penduduknya
merasa superior terhadap umat muslim yang lain dan membuat mereka
memaafkan beberapa kebiasaan cabul. Seluruh blok Mekkah dimiliki oleh
para pelacur, yang bahkan membayar pajak karena pekerjaannya itu.
Homoseksualitas menyebar. Alkohol juga dijual hampir di gerbang Ka’bah
203
dan orang-orang yang mabuk tidaklah tidak biasa.
Aturan-aturan baru
mungkin mendapat persetujuan ulama yang saleh dan mukmin-mukmin yang
tulus, namun mereka diberatkan demi bagian lebih besar populasi kota itu.
Tidak kurang memberatkannya adalah penghinaan karena ketundukan
kepada orang-orang Najd untuk pertama kalinya setelah berabad-abad.
Semua fakta ini, apakah karena sifat dasar ekonomis, politis atau pun
204
psikologis, menciptakan iklim anti-Wahhadi di Hijaz.
Al-Jabarti, dari al-Azhar, menggambarkan pasukan Mesir yang berperang melawan
orang-orang “Wahhabi” pada dekade pertama 1800-an:
Beberapa orang komandan yang saleh dan taat beribadah, berkata padaku,
‘Bagaimana bisa kita menang saat prajurit-prajurit kita berasal dari keyakinan
yang berbeda-beda dan beberapa dari mereka tidak mengimani apapun dan
menyatakan tidak beragama? Kita membawa kotak-kotak berisi minuman
beralkohol, adzan tidak pernah terdengar di kemah kita, aturan-aturan islam
tidak dipenuhi atau bahkan diingatkan, orang-orang kita tidak memiliki
gagasan ritus-ritus relijius. Sementara musuh kita (orang-orang Wahhabi),
segera setelah mendengar suara muadzin, mereka berwudlu dan berbaris di
201
Vassiliev, hal. 105.
Vassiliev, hal. 105.
203
Orsevasi-observasi ini didasarkan pada pengalaman perjalanan Burckhardt.
204
Vassiliev, pp. 138-139.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 76
202
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
belakang satu imam dengan rendah hati dan taat. Ketika waktu shalat datang
pada saat perang, mereka dengan penuh ketaatan melaksanakan “shalat
khauf” – satu detasemen maju berperang sementara lainnya shalat di
belakang mereka. Para prajurit kita aneh; mereka tak pernah mendengarnya,
205
apalagi melihatnya.
Seorang Amerika, Lothrop Stoddard menulis tentang Islam pada abad ke-18 M.
(Abad ke-12H.),
Agama ini, sedekaden sebagaimana yang lainnya. Monoteisme keras
Muhammad (‫ )ﷺ‬telah dimuati dengan sebuah barisan pertumbuhan
takhyul dan mistisisme. Masjid-masjid berdiri dengan jarang dan
terbengkalai, ditinggalkan oleh orang-orang dungu yang, memakai ajimat,
anting-anting dan tasbih, mendengarkan para faqir dan darwis yang jorok
dan pergi menziarahi kuburan-kuburan “orang suci” yang dipuja sebagai para
wali dan perantara. Sementara persepsi-persepi moral Qur’an, mereka
abaikan dan tak mereka indahkan. Bahkan kota-kota suci adalah lubanglubang ketidaksusilaan. Kenyataan, kehidupan rupanya telah keluar dari
Islam. Jika saja Muhammad kembali ke bumi, beliau tak diragukan lagi akan
melaknat para pengikutnya karena menjadi orang-orang yang ingkar dan
206
penyembah berhala.
Pada masa ibn Abdul-Wahhab, ketaatan yang keras dan buta kepada madzhabmadzhab fiqih yang berbeda telah berurat akar di dunia muslim. Situasi menjadi
begitu buruk di daerah-daerah dimana terdapat lebih dari satu madzhab, setiap
madzhab shalat secara terpisah-pisah di masjid, dengan imamnya sendiri-sendiri.
Ini bahkan terjadi di Ka’bah, symbol pusat kesatuan umat islam. Tambahan,
madzhab-madzhab itu menjadi “kultus” dan benar-benar melarang siapapun untuk
keluar dari batas-batas madzhab.207
Lebih lagi, para sufi, yang selalu mengklaim diri sebagai orang-orang yang taat
terhadap agama, mempraktikkan hal-hal yang hanya dapat didukung jika
seseorang benar-benar mengabaikan Qur’an dan Sunnah. Lagi, Vassiliev
menyatakan, “Para sufi menyanyi dan memainkan alat-alat musik, dan beberapa
dari mereka minum alkohol, menghisap tembakau dan hashish dan menghidupi
205
Al-Jabarti dikutip dalam berbagai karya, terjemahan inggris ini dari Vassiliev, hal. 144.
The New World of Islam, hal. 25-26. Dikutip dari Jameelah, hal. 116. Sarjana Amir Shakib
Arsalan menyatakan bahwa seorang Muslim tak dapat menghadirkan semacam deskripsi
akurat tentang sunia Muslim pada masa itu.
207
Bandingkan, Usrah, hal. 77.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 77
206
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
hidup mereka dengan dongeng-dongeng nasib yang didasarkan pada astrologi dan
sihir.”208
Satu poin akhir ditulis oleh seorang sarjana India, al-Nadwi, bahwa dominasi
bangsa Turki membawa satu situasi dimana bahasa yang lebih penting dan resmi
umat Islam bukan lagi bahasa Arab. Bahasa Qur’an menjadi bahasa penting nomor
dua. Hal ini tak diragukan lagi menambah jarak umat islam (kebanyakan) dari
sumber ajaran islam yang sejati.209
Situasi Keagamaan di Najd
Ketika dihadapkan pada agama Islam, terdapat begitu banyak kedunguan
menyebar di Najd. Orang-orang Badwi merupakan mayoritas populasi di Najd dan
jarak mereka dengan Islam sejadi sangat kentara. Maka Ibn Ghannaam
menggambarkan situasi sebelum adanya pengaruh ibn Abdul-Wahhab,
“Kebanyakan orang muslim jatuh pada syirik dan kembali pada masa jahiliyyah.
Mereka memadamkan dalam jiwa-jiwa mereka cahaya petunjuk dan digantikan
oleh kedunguan. Orang-orang fasik dan tersesat memerintah mereka. Mereka
membuang kitab Allah di belakang punggung mereka. Mereka mengikuti orangorang yang tersesat yang mereka dapati leluhur mereka ikuti. Mereka kira leluhur
mereka mengetahui lebih baik mengenai kebenaran dan mereka kira leluhur
mereka mengetahui jalan yang lurus.”210
Ibn Ghannaam menyatakan bahwa pada mulanya Muhammad ibn Abdul-Wahhab
tidak menyatakan bahwa orang-orang Badwi itu telah kafir. Hanya setelah beliau
menentukan bahwa mereka bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar keimanan
maka beliau tidak lagi punya pilihan, menurut prinsip-prinsip syariah, untuk
menyatakan bahwa mereka bukanlah muslim.211 Dalam suratnya kepada Ahmad
ibn Ibraahim beliau menyatakan,
Anda tahu bahwa orang-orang Badwi telah mengingkari Kitabullah dalam
totalitasnya dan mereka memisahkan diri mereka sendiri dari agama secara
komplit. Mereka juga menertawakan penduduk kota yang percaya akan
adanya hari kebangkitan. Mereka memberi pilihan pada aturan taghut
(“tuhan-tuhan palsu”) daripada hukum Allah dan mereka mentertawakan
[hukum Allah]. Meskipun mereka mengiyakan bahwa Muhammad adalah
Rasulullah dan bahwa Kitab Allah bersama dengan penduduk kota, mereka
tetap saja mengingkarinya, tidak mengimaninya dan menertawakannya.
208
Vassiliev, hal. 69-70.
Al-Nadwi, hal. 30.
210
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 10.
211
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 83.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 78
209
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Dengan itu semua, anda masih berkeberatan kami untuk menyatakan
212
mereka adalah orang-orang kafir.
Penelitian paling dekat tentang adat istiadat orang-orang Badwi sebelum
datangnya pengaruh ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan bahwa gambaran mereka
berada di luar Islam tampaknya cukup terjamin. Seorang pelancong barat generasi
pertama, Volney, menulis,
Badwi yang hidup di perbatasan Turki berpura-pura sebagai orang Islam demi
alasan politik namun mereka sangat sembrono dalam beragama dan
kealiman mereka sangat lemah bahwa mereka biasanya dianggap tidak setia
(kafir) kepada orang yang seharusnya ditaati atau seorang nabi. Mereka
dengan mudah mengakui bahwa agama Muhammad tidak diciptakan untuk
mereka. Mereka menambahkan, “Bagaimana bisa kami berwudlu jika tidak
213
ada air? Bagaimana kami berzakat, jika tidak kaya?…”
Pelancong Finlandia pertengahan abad Sembilanbelas yang bernama Wallin
menyatakan tentang beberapa suku yang tidak menerima seruan Muhammad ibn
Abdul-Wahhab,
Maazeh [sebuah suku di bagian barat arabia] adalah, secara umum, nyata
sekali mereka bodoh dalam agama yang mereka akui, dan saya hampir tidak
ingat pernah bertemu dengan satu orang pun dari suku itu yang menjalankan
ritual islam apapun, atau yang keranjingan paling tidak gagasan dogmadogmanya yang fundamental dan utama.; sementara sebaliknya, dengan
tingkat yang sangat kentara, apa yang disebut oleh orang-orang Badwi itu,
214
atau umumnya, Wahhabiye.
Laporan-laporan Burckhardt dan Palgrave juga sangat mirip.215 Kebiasaan di antara
suku Badwi, sebagaimana digambarkan Vassiliev didasarkan pada laporan-laporan
orang Barat, adalah: pengkultusan pada matahari, bulan dan bintang-bintang;
ritus-ritus dan legenda merintangi ajaran-ajaran Islam; kultus pada nenek moyang;
melakukan pengorbanan di atas kuburan nenek moyang; animisme; fetishisme dan
lain sebagainya.216
212
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 209. Dalam surat lainnya
(Muallifaat, vol. 7, hal. 25), beliau menyatakan, “Jika wudlu memiliki delapan hal yang
meniadakannya, mereka memiliki apa yang meniadakan islam lebih dari seratus watak
yang menghapuskan.”
213
Dikutip dalam Vassiliev, hal. 72.
214
Dikutid dalam Vassiliev, hal. 73.
215
Lihat Vassiliev, hal. 72.
216
Vassiliev, hal. 72-73.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 79
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Kelihatan dari semua laporan bahwa praktik-praktik syirik (seperti kultus pada
ibadah di kuburan) menyebar. Perantara-perantara diibadahi baik pada masa
susah maupun pada masa senang. Sebagaimana ditulis Ibn Bisyr, sesungguhnya
setiap suku atau oasis memiliki pohon, semak belukar dan kuburan-kuburan yang
mereka mintai berkah dan pertolongannya. Kenyataan, Muhammad ibn AbdulWahhab sendiri seringkali memberikan penjelasan dalam tataran negara tentang
urusan-urusan itu—bahkan kebanyakan tulisan-tulisan aslinya ditujukan untuk
mengakhiri berbagai macam polytheisme yang ada. Beliau menekankan bahwa
para penganut polytheisme yang ada itu bahkan melebihi keadaan penganut
polytheisme pada zaman Nabi (‫)ﷺ‬. Beliau menulis,
Orang-orang musyrik pada masa kita adalah lebih hebat kemusyrikannya
daripada orang-orang musyrik sebelumnya. Kenapa begitu karena orangorang musyrik sebelum mereka akan menyekutukan Allah ketika mereka
dalam keadaan senang dan akan kembali hanya kepada Allah ketika mereka
mengalami kesusahan sementara orang-orang musyrik masa kita selalu
musyrik, baik dalam keadaan senang maupun susah. Bukti untuk ini adalah
firman Allah,
ِ
ِِ
ِ
‫ّْين فَلَ َّما‬
َ ‫تُْلص‬ٞ َ‫فَِإ َذا َركبُوا ِِف الْ ُفْلك َد َع ُوا اللَّه‬
َ ‫ْي لَهُ الد‬
‫اه ْم إِ ََل الْبَ ّْر إِ َذا ُه ْم يُ ْش ِرُكو َن‬
ُ ََّ‫ت‬٠
“Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan
mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan
217
(Allah)” (QS. al-Ankabut 29:65).
Pendeknya, bentuk-bentuk penyimpangan agama yang hebat dapat diringkas
sebagai berikut:
(1) Kultus kepada kuburan dan pemujaan pada kuburan-kuburan. Memelihara
daerah al-Qasim218, praktik ini utama di seluruh Najd. Kuburan-kuburan bersama
yang dibuat orang untuk diziarahi, berdoa dan umumnya ditakuti dan dipuja
termasuk kuburan Zaid ibn al-Khattaab (saudara Umar ibn al-Khattaab) di alJubailah, yang diduga kuburan Sahabat Dziraar ibn al-Azwar219, dan kuburan217
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 202.
Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 322.
219
Ibn Ghannaam (vol. 1, hal. 12) mengatakan tanpa rasa ragu bahwa kuburan itu bukanlah
kuburan Sahabat melainkan syaitan telah membodohi orang-orang agar mempercayainya
sebagai kuburan Sahabat.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 80
218
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kuburan lain yang diklaim sebagai kuburan para Sahabat di al-Diriyyah. Ibn
Ghannaam mengatakan bahwa orang dungu akan lebih takut kepada kuburankuburan itu daripada kepada Allah. Kebiasaan mereka di dekat kuburan-kuburan
itu akan kelihatan jauh lebih relijius dibanding ketika mereka berada di masjidmasjid Allah. Mereka akan menangis dan memperlihatkan perasaan yang bahkan
tak akan mereka perlihatkan dalam shalat atau ketika membaca Qur’an.220 Ketika
dikatakan bahwa hal-hal demikian itu adalah kekeliruan jawaban mereka akan
sama bahwa mereka melihat leluhur mereka juga melakukannya.221 Dia kemudian
menulis bahwa mereka akan melakukan perjalanan ke kuburan-kuburan itu dan
melakukan ritus-ritus tertentu di kuburan-kuburan itu, bahkan dengan kitab-kitab
yang ditulis sebagai acuan bagaimana melaksanakan ritus-ritus itu.222 Dia
mengatakan bahwa meskipun mereka melaksanakan ibadah haji, pada intinya
mereka tetaplah sama.223 Dia juga mencatat bahwa masjid-masjid yang dibangun
di sekitar kuburan-kuburan itu akan didekor dengan sangat baik sekali sementara
masjid-masjid lainnya akan seperti daerah-daerah yang terbengkalai.224 Bahkan,
kelakuan mereka itu sebagaimana Allah gambarkan tentang mereka,
ِ َّ ُ‫اْشأَزَّت قُل‬
ِ
‫ين ال يُ ْؤِمنُو َن‬
ْ َْ ُ ‫َوإِ َذا ذُكَر اللَّهُ َو ْح َد‬
ُ
َ ‫وب الذ‬
ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ين ِم ْن ُدونِِه إِ َذا ُه ْم يَ ْستَْب ِشُرو َن‬
َ ‫باآلخَرة َوإ َذا ذُكَر الذ‬
“Dan apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati orang-orang yang
tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahansembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.” ( QS.
az-Zumar 45).
Jelas terlihat, keadaan di atas tidak hanya berlaku di Najd namun juga berlaku di
kebanyakan dunia Islam pada masa itu, terkhusus di Hijaz, dimana terdapat
kuburan Nabi, utama dan terutama. Untuk kebanyakan orang, menurut Ibn
Ghannaam, melakukan perjalanan untuk menziarahi kuburan Nabi dianggap lebih
penting daripada melakukan ibadah haji.225
220
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 60. Dia juga mencatat bahwa ketika mereka mendengar
beberapa “syair relijius,” mereka akan memasukkan perasaannya namun ketika membaca
Qur’an, tidak ada keadaan seperti itu yang nampak pada mereka.
221
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 11 dan hal. 52.
222
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 67.
223
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 52.
224
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 59.
225
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 52. Haji adalah ziarah ke Mekkah yang dilakukan seorang
muslim sekali dalam hidupnya jika dia bermaksud melakukannya.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 81
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Namun demikian, Mekkah juga memiliki sebuah mausoleum di kuburan Abu Talib,
kuburan Maymunah dan kuburan Khadijah (dua yang terakhir adalah istri-istri Nabi
(‫)ﷺ‬. Ibn Ghannaam mengatakan bahwa banyak Setan yang masuk ke dalam
kuburan-kuburan ini, seperti berbaurnya antara laki-laki dan perempuan,
berhubungan tidak sah antara mereka, meninggikan suara ketika berdoa
memohon pertolongan dari mereka, memberikan uang sebagai tebusan dan lain
sebagainya. Dia mengatakan bahwa kelakuan-kelakuan seperti itu tak dapat
diperbolehkan, meskipun mereka berlaku begitu dengan alasan untuk
mendekatkan diri kepada Allah.226 Mereka bahkan memiliki sebuah kuburan di
Jeddah yang dianggap sebagai kuburan siti Hawa. Praktik-praktik yang sama
nampak juga di Mesir di kuburan al-Badawi dan lain-lain tempat di seluruh negerinegeri Muslim.227
(2) Kultus kepada orang suci dan pemujaan terhadap orang-orang suci. Pada
sejarah umum kultus orang-orang suci, Vassiliev menulis,
Salah satu bid’ah dalam Islam adalah kultus terhadap orang-orang suci.
Bangsa Romawi biasanya memasukkan dewa-dewa lokal ke dalam pantheon
untuk meningkatkan dampak ideologis orang-orang yang beriman di daerahdaerah yang baru dikuasainya, namun kristianitas memperkenalkan kultus
orang-orang suci ‘regional’. Pemujaan terhadap dewa-dewa lokal digantikan
dengan pemujaan terhadap santo-santo Kristen, yang menyangga kultuskultus lebih awal setelah sebuah proses transformasi yang tepat. Islam
[penulis seharusnya menyebut ‘orang-orang islam’) mengikuti jalan yang
sama. Kultus terhadap orang-orang suci dalam dunia muslim terutama lokal,
asal-usulnya dari keadaan pra-islam; namun berhala-berhala yang ada
sebelumnya dan santo-santo Kristen digantikan oleh para pengkhotbah
Islam, para Sahabat Nabi dan ulama utama … Penyebaran kultus terhadap
orang-orang suci ini sangat berhubungan dengan aktifitas-aktifitas para Sufi,
atau mistik-mistik Islam. Untuk menarik orang-orang beriman, mereka
menggambarkan orang-orang suci mereka itu memiliki kemampuan
228
melakukan hal-hal yang ajaib.
Masalah ini barangkali menjadi sumber permusuhan terbesar terhadap
Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Dia acapkali berbicara tentang Shamsaan dan
putera-puteranya Shamsaan, Idris dan putera-puteranya Idris, dan Taaj di Najd,
Yusuf dan al-Ashari di Kuwait, dan al-Idris dan Abu Hadidah (terkenal di kalangan
226
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 14.
Lihat Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 13-19. Ibn Ghannaam juga membicarakan berbagai
bagian Dunia Muslim yang lain.
228
Vassiliev, hal. 68.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 82
227
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
orang-orang Sufi).229 Muhammad ibn Abdul-Wahhab menyebut mereka sebagai
tawaaghiit atau objek-objek palsu pemujaan. Orang-orang yang sudah meninggal
ini, mereka berdoa kepadanya, dimohonkan pengampunannya dan lain
sebagaianya. Orang biasanya akan berkata hal-hal seperti, “Wahai begini dan
begitu, engkau tahu dosa-dosaku, maka ampunilah dan kasihanilah aku.”230 Orang
akan mempersembahkan korban berupa binatang-binatang untuk mereka dan
percaya bahwa mereka dapat membawa celaka dan keuntungan. (Kultus-kultus
orang-orang suci sangat penting dan popular di kekaisaran Utsmaniyyah pada
masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Berusaha mengoreksi praktik Setan ini
bukanlah sebuah langkah yang sederhana. Vassiliev menulis, “Ulama sunni juga
mendukung pemujaan orang-orang suci ini; setiap orang yang menentangnya akan
mendapatkan resiko dibunuh.”231)
(3) Pemujaan terhadap pepohonan dan objek-objek mati lainnya. Khususnya,
orang-orang memuja fuhhaal, sebuah pohon kurma jantan yang istimewa.
Perempuan-perempuan akan datang dan memeluk pohon ini dan berkata (dalam
sebuah pernyataan yang berirama dalam bahasa arab), “Wahai tunggak dari para
tunggak, aku ingin seorang suami sebelum tahun ini berakhir.” Ibn Ghannaam
mengatakan, mereka mau melakukan tindakan-tindakan asusila di sekitar itu.232 AlTarfiyyah adalah pohon lainnya yang mereka mintai berkah. Ketika seseorang akan
melahirkan seorang bayi laki-laki, dia akan menggantungkan kain-kain buruk di
sekitar pohon itu dan meyakini bahwa pohon ini akan melindungi si bayi.233
Terdapat juga sebuah gua di luar al-Diriyyah yang biasa mereka persembahi
daging, roti dan hadiah-hadiah. Dipercayai bahwa beberapa orang jahat telah
mencoba memperkosa seorang anak perempuan seorang Amir di sana lalu anak
perempuan sang Amir itu berdoa kepada Allah dan maka gua ini terbuka dan
229
Untuk informasi berkenaan dengan tokoh-tokoh ini, lihat Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1,
hal. 60-61.
230
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 64.
231
Vassiliev, hal. 69. Vassiliev (hal. 79) juga menulis alasan-alasan penting “keduniawian”
kenapa pertentangan terhadap kultus-kultus ini diperlakukan begitu dahsyat. Dia menulis,
“Menentang kultus orang-orang suci, menghancurkan kuburan orang shaleh dan
menebang pohon-pohon keramat yang berarti bagi orang-orang Arab, mengahancurkan
dasar ideologis dan spiritual perpecahan politis. Menghancurkan satu orang suci yang
mereka miliki, kemuliaan sebuah oasis dapat menghilangkan eksklusifitasnya dan
menghilangkan pendapatan dari kebiasaan ziarah pada kuburan-kuburan orang-orang suci
itu.” Di antara lain-lain hal, kutipan ini memperlihatkan bahwa jika orang-orang Islam
menginginkan kesatuan islam yang sejati, harus menghapuskan santo-santo local itu yang
telah merampas tenaga dan hati orang dari ajaran monoteistik islam yang sejati dan
menyatukan.
232
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 12.
233
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 12.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 83
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
menyelamatkan anak perempuan sang Amir itu dari orang-orang jahat itu.234
Tambahan pada aspek-aspek yang berhubungan dengan kepercayaan-kepercayaan
ini, penyakit-penyakit sosial yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam juga
menyebar. Khususnya, tansaksi bunga dan riba juga biasa dilakukan. Vassiliev
mencatat,
Doughty menulis tentang para petani *Najd+, “Diri mereka dan bagian-bagian
pasir milik mereka di dunia ini ditelan (hampir tak sebanyak dibanding yang
ada di Mesir dan Syria) oleh para tengkulak yang kaya uang: yaitu dengan
sesuatu yang terus menerus meningkat mengangkangi kepala mereka dari
riba yang tak dapat mencair.” Fenomena ini barangkali menyebar pada
malam munculnya gerakan Wahhabi dan dapat menjelaskan mengenai
adanya pengutukan hebat-hebatan orang-orang Wahhabi terhadap pungutan
235
bunga pinjaman.
Kenyataan, di banyak bagian Najd, khususnya di tempat mana orang-orang Badwi
memerintah, hukum negeri bukanlah Syariah namun adat kebiasaan lokal (yang
dikenal sebagai urf atau salifah).236
Bahkan meski masalah-masalah ini menyebar, tidak berarti bahwa orang telah
meninggalkan Islam secara keseluruhan atau disana tidak terdapat ulama atau
tidak mempelajari masalah-masalah agama di Najd. Al-Utsaimiin mencatat bahwa
beberapa orang penulis237 memberikan kesan bahwa jejak-jejak Islam telah
terhapuskan di Najd. Bahkan, Ibn Bisyr, yang menyatakan kebanyakan orang hidup
dalam ketidaktahuan, justru menggambarkan Najd sebagai negeri ilmu
pengetahuan, ulama dan orang saleh, terlibat dalam debat-debat kegamaan dan
penulisan buku-buku.238
234
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 12. Ibn Ghannaam lalu menyatakan, “Mereka lupa pada
firman Allah,
)=:( ‫=) َواللَّهُ َخلَ َق ُك ْم َوَما تَ ْع َملُو َن‬9( ‫ال أَتَ ْعبُ ُدو َن َما تَْن ِحتُو َن‬
َ َ‫ق‬
“Ibrahim berkata: "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu ?
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu."” (QS. ashShaaffaat 37:95-96).
235
Vassiliev, hal. 38.
236
Rupanya, situasi di sekitar Kuwait tidak lebih baik. Abu-Hakima (hal. 58) menulis, “Dua
orang sejarahwan Kuwait yang menangani masalah ini, al-Qina’i dan al-Rasyid, menulis
bahwa hukum syariah tidak dipergunakan di Kuwait pada masa sekitar abad kedelapanbelas dan bahkan sesudahnya.”
237
Dia menyebutkan Abdul Rahmaan Ali-Syeikh (Ulamaa al-Da’wah) dan W. G. Palgrave
(Narrative of a Year’s Journey Through Central and Eastern Arabia).
238
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 22 dan 47. Juga lihat Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 63.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 84
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Sebenarnya, madzhab fiqih Hanbali telah berurat berakar di Najd selama berabadabad. Lebih lagi, kebiasaan orang Najd untuk bepergian ke Damaskus, Baghdad dan
Kairo, pusat-pusat fiqih Hanbali, untuk meningkatkan pengetahuan mereka. Muridmurid ini memiliki hubungan yang baik dengan ulama-ulama yang ada di negerinegeri itu. Ketika Mara’i ibn Yusuf menyusun karyanya Ghaayah al-Muntahaa fi
Jama al-Iqnaa wa al-Muntahaa, dia mengirimkan salah satu dari dua salinannya ke
Najd dengan sambutan pada dua orang ulamanya di akhir karya itu.239
Kenyataannya, Al-Utsaimiin mencatat sejumlah ulama yang hidup di Najd sebelum
masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab.240
Al-Utsaimiin namun demikian menulis bahwa pelajaran-pelajaran di sana
dikonsentrasikan pada masalah fiqih saja, barangkali karena tujuan utamanya
adalah untuk membuat murid-murid itu menjadi hakim. Karenanya, topik-topik
lain seperti aqidah atau “keimanan” tidak ditekankan.241 Terbukti, dalam sebuah
surat yang penuh makna, ibn Abdul-Wahhab membantah bahwa ulama-ulama di
negeri itu memiliki pemahaman yang betul mengenai makna dasar kalimat “Tak
ada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah.”242 (Al-Atram juga menulis bahwa
disana terdapat para ulama namun ulama-ulama itu sibuk dengan ilmu hukum
daripada masalah-masalah akidah dan keimanan. Kesalahan pada bagian ini
membuat bid’ah sangat digemari dan pikiran orang mulai tersesat.243)
Bagaimanapun juga, al-Utsaimin berpendapat bahwa kebodohan yang komplit
sebagaimana digambarkan di atas terbatas hanya pada satu bagian penduduk. Dia
bahkan mengatakan bahwa bagian itu adalah bagian yang kecil. Dia mengatakan
bahwa banyak, terutama di kalangan orang-orang Badwi, tidak taat menjalankan
kewajiban-kewajiban yang ada dalam Islam sebagai sebuah hasil kebodohan
mereka namun terdapat banyak orang yang taat pada keimanan.244 (Bahkan, dia
telah menulis bahwa orang-orang Badwi tidak memiliki ulama atau hakim islam di
antara mereka. Mereka menyelesaikan perelisihan mereka berdasarkan adat
kebiasaan suku.245) Secara keseluruhan, dia menyimpulkan bahwa negeri ini adalah
239
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 17.
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 17.
241
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 18.
242
Lihat suratnya dalam Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 186.
243
Saalih al-Atraam, “Itimaad Fiqh Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab ala alKitaab wa al-Sunnah,” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn AbdilWahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 1, hal. 265.
244
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 20-21. Dia juga menyimpulkan bahwa bagaimanapun negeri
itu adalah sebuah tempat yang benar-benar membutuhkan seorang reformer dan
seseorang yang dapat membangkitkan kembali keimanan. Dia juga menulis bahwa negeri
ini adalah sebuah tempat yang sangat membutuhkan reformasi politis, yang dapat
mempersatukan orang-orang dan membawa mereka pada keamanan dan kedamaian.
245
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 19.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 85
240
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
sebuah “masyarakat relijius” yang memiliki beberapa kebodohan dikarenakan
beberapa masalah keimanan.
Abdul-Muhsin ibn Baaz, di lain pihak, menyatakan meskipun praktik-praktik tidak
islami seperti yang digambarkan di atas hanya ada di antara orang bebal Najd,
klaim bahwa orang bebal kecil dalam jumlah tidaklah dapat dibenarkan, terutama
jika dilihat dari surat yang ditulis Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri. Praktikpraktik seperti itu benar-benar berlimpah-limpah di kalangan orang-orang Badwi,
yang merupakan mayoritas penduduk, dan mereka juga ada di antara para
penduduk perkotaan. Dia menulis bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab
menggambarkan kebanyakan mereka telah keluar dari Islam, tidak melaksanakan
satupun rukun-rukunnya, dan bahkan beberapa di antara mereka tidak mengimani
adanya hari akhir.246 Ibn Baaz menyimpulkan bahwa terdapat ulama-ulama, muridmurid yang mencari ilmu pengetahuan dan hakim-hakim yang berada di antara
minoritas yang tidak terlibat dalam praktik-praktik bebal semacam itu. Akhirnya,
ibn Baaz mendamaikan pandangan Al-Utsaimiin dengan pandangan yang dominan
dengan cara berikut: Jika apa yang dimaksud dengan penyeleweng dari Islam
adalah penyelewengan dalam arti yang sesunggunya dari tauhid, pengabaian dari
kewajiban untuk hanya menyembah kepada Allah dan kegagalan untuk mendirikan
shalat lima waktu dan rukun-rukun Islam lainnya, maka itu adalah benar-benar
terjadi pada mayoritas orang-orang pada masa itu; jika, namun demikian, apa yang
dimaksud dengan penyelewengan dari Islam adalah benar-benar mengingkari
Islam dan seluruh penjelmaannya, maka pada tingkat itu sepertinya hanya di
antara minoritas penduduknya. Kebanyakan orang masih memiliki rasa kasih
sayang dan bangga kepada Islam dan beberapa praktik yang memperlihatkan kasih
sayang pada Islam, bahkan meski mereka tidak mengetahui ajaran-ajarannya.247
Gambaran mengenai Najd ini membawa pertanyaan penting: Bagaimana bisa
disana terdapat para ulama dan ilmu agama sementara praktik-praktik keliru juga
begitu menyebar? Ini adalah pertanyaan yang sangat relevan dengan apa yang
terjadi saat ini di antara umat muslim – hal lain yang berhubungan juga dimana
umat muslim saat ini dapat belajar dari kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab.
Umumnya, sedikit ulama dan orang-orang berpengetahuan yang ada dapat
menghentikan orang-orang untuk mengikuti adat kebiasaan dan praktik-praktik
yang mereka sukai, bahkan jika pun mereka berseberangan dengan hukum islam.
(Buktinya, saya mengenal banyak imam di Amerika Serikat yang mengeluh bahwa
mereka tidak mampu merubah praktik-praktik keliru orang-orang.) Di satu pihak,
banyak orang yang tidak tahu kebiasaan praktik-praktik ini dan, di lain pihak,
246
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh (hal. 20) juga menunjukkan fakta-fakta ini.
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 63-67. Pandangan Abdullah al-Ajilaan sangat mirip
dengan pandangan Abdul-Muhsin ibn Baaz. Lihat Abdullah al-Ajilaan, Harakah al-Tajdid wa
al-Islaah fi Najd fi al-Ashr al-Hadits (Riyadh 1989), hal. 28-35.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 86
247
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
tekanan-tekanan sosial untuk terlibat dalam praktik-praktik ini dari kawan-kawan
yang beragama islam juga seringkali begitu besar. Hal ini membutuhkan ulamaulama terpandang yang dapat menunjukkan kebenaran dan meyakinkan yang
lainnya agar mengikuti apa yang benar. Namun sesuatu yang lebih benar-benar
dibutuhkan. Banyak masjid mungkin telah memiliki orang-orang berpengetahuan
namun masih tidak mampu menghentikan praktik-praktik keliru atau keyakinankeyakinan yang salah, seberapapun banyaknya khutbah dan kuliah yang mereka
berikan dalam masalah tersebut. Seseorang juga membutuhkan kekuatan dan
pengaruh untuk dapat “membujuk” orang-orang agar berubah. Dengan kata lain,
seseorang membutuhkan orang-orang yang berilmu yang juga memiliki
pengetahuan mengenali kekeliruan yang ada dan keinginan untuk merubahnya.
Maka, al-Fauzaan mencatat bahwa di Najd saat itu terdapat banyak ulama namun
mereka juga menerima dan menyetujui situasi jahat pada saat itu atau mereka
tidak memiliki keberanian untuk menentangnya.248
Nusair menambahkan hal lain yang sangat penting. Dia mencatat bahwa sebelum
pengaruh ibn Abdul-Wahhab, kebiasaan pelajaran para ulama adalah sesuatu yang
tidak membawa mereka berpikir tentang perubahan-perubahan yang dibutuhkan.
Pengetahuan mereka terpaku pada pernyataan ulama-ulama sebelumnya, tanpa
pertanyaan atau bantahan bagaimana itu bisa menjadi atau bagaimana itu
dipraktikkan pada masa itu.249 Tanpa ulama-ulama yang kapabel untuk memimpin,
menuntun dan menasehati orang, dapatlah diduga orang-orang jahil dan yang
berkeinginan kuat kemudian maju ke depan dan menggiring orang pada praktikpraktik yang mungkin tidak konsisten dengan Qur’an dan Sunnah.
Untuk mereformasi dan merubah masyarakat dibutuhkan sebuah pemahaman
yang dalam mengenai cara Nabi (‫)ﷺ‬, sebuah dedikasi yang kuat pada keimanan,
sebuah kemauan untuk berkorban di jalan Allah dan kemampuan untuk menahan
serangan yang gencar atas kritik-kritik dan serangan dari mereka yang tidak
berharap untuk merubah cara-cara mereka yang tak berdasarkan apa yang
dikatakan oleh Qur’an dan Sunnah. Hal ini membuat seseorang dengan
pemahaman keimanan sekaliber ibn Abdul-Wahhab harus merubah seluruh
fondasi dan bangunan besar masyarakat. Kenyataan ini selayaknya memberikan
apresiasi yang lebih besar atas apa yang telah diselesaikan oleh orang seperti
Muhammad ibn Abdul-Wahhab sebesar apresiasi untuk tugas yang dihadapi umat
Islam hari ini.
Ibn Abdul-Wahhab dan Aqidah
248
Saalih al-Fauzaan, Min Masyaahiir al-Mujaddidien fi al-Islaam (Riyadh: Al-Riaasah alAamah li-Idaaraat al-Bahuuts al-Ilmiyyah wa al-Iftaa wa al-Da’wah wa al-Arsyaad, 1408),
hal. 72-73.
249
Nusair, hal. 59.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 87
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Aqidah—yang mana adalah sebuah terma untuk bahasa Qur’ani al-iman atau
keimanan—adalah dasar bagi kehidupan dan tindakan seseorang. Tersesat dalam
masalah-masalah kepercayaan dan keimanan akan melahirkan percabanganpercabangan bagi seluruh pandangan, cita-cita, tujuan dan kelakuan seseorang.250
Metodologi Ibn Abdul-Wahhab
Sebelum memperbincangkan aspek-aspek utama aqidah ibn Abdul-Wahhab,
penting sebelumnya mencatat Metodologinya berkenaan dengan masalahmasalah aqidah. Bahkan, sesuatu yang terpenting dalam menemukan keyakinankeyakinan yang tepat adalah Metodologi yang diikuti seseorang ketika masuk pada
masalah-masalah keimanan. Prinsip-prinsip dasar berkenaan dengan masalah ini
dapat dengan mudah diperoleh dari Qur’an dan Sunnah. Namun demikian, selama
bertahun-tahun, banyak umat Islam yang kedapatan mengabaikan Metodologi
yang murni ini dan justru mengikuti cara-cara para filsuf, ahli-ahli mistik, orangorang Yahudi, Nasrani dan lain sebagainya. Hal inilah yang ditentang oleh
Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Kebanyakan ajaran-ajaran pembaharuannya
adalah berkenaan dengan pertanyaan bagaimana membuat orang memahami
dasar keyakinan-keyakinan apa yang harus dibangun seseorang.
Metodologi Ibn Abdul-Wahhab dalam masalah-masalah aqidah dapat diringkas
dalam poin-poin berikut:251
(1)
Sumber dan fondasi semua kepercayaan haruslah wahyu yang datang dari
Allah sebagaimana ditemukan dalam Qur’an dan Sunnah: Qur’an dan Sunnah
cukup untuk memandu umat manusia pada esensi-esensi keimanan. Karenanya,
Qur’an dan Sunnah harus lebih diutamakan daripada “sumber” pengetahuan
lainnya. Qur’an dan Sunnah harus diutamakan daripada nalar manusia ketika nalar
manusia benar-benar bertentangan dengan Qur’an atau Sunnah.252 Prinsip ini jelas
diperlihatkan dalam tulisan-tulisan dan ajaran-ajaran Muhammad ibn AbdulWahhab. Contohnya, beliau menulis, “Hati kalian harus yakin bahwa Kitab Allah
250
Perbincangan berikut mesti tetap ringkas. Untuk rincian mengenai seluruh aspek aqidah
atau keyakinan ibn Abdul-Wahhab, lihat Al-Abud, vol. 1, hal. 247-687 dan vol. 2, hal. 1-114.
251
Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 271-286.
252
Ini tidak berarti bahwa ibn Abdul-Wahhab menyadari bahwa nalar manusia tidak
memiliki peran positip untuk dijalankan. Akan tetapi, ketika datang masalah-masalah yang
melampaui pengetahuan dan pemahaman manusia, seseorang harus bersikeras pada apa
yang telah datang dari Allah melalui jalan wahyu. Lebih lagi, sebagaimana yang
didemonstrasikan ibn Taimiyyah sebelum dia, tak ada sesuatu pun dalam system
keyakinannya yang bertentangan dengan nalar manusia. Maka, ibn Abdul- Wahhaab
berkata, “Kami tidak datang membawa sesuatu yang bertentangan (dengan teks wahyu)
yang telah diturunkan ataupun dengan sesuatu yang ditolak oleh akal.” Ibn Abdul-Wahhab,
Muallifaat, vol. 7, hal. 98. Untuk lebih rincinya, lihat Al-Abud, vol. 1, hal. 334f.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 88
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
adalah kitab terbaik dan lebih hebat daripada kitab-kitab lain dalam menjelaskan
(kebenaran), menyembuhkan penyakit-penyakit kebodohan dan lebih hebat
diibanding kitab-kitab lain dalam membedakan mana yang benar dan mana yang
salah.”253
Untuk mencari kebenaran setiap masalah, kepercayaan harus ditempatkan pada
teks-teks Qur’an dan Sunnah dan jika kedua sumber ini menyatakan suatu masalah
dengan cara yang jelas, tak perlu dan tak tepat jika pindah pada sumber lain yang
bertentangan dengannya. Lebih jauh, ibn Abdul-Wahhab menjelaskan bahwa
mengabaikan teks Qur’an dan Sunnah dengan cara mengikuti pandanganpandangan dan pendapat-pendapat perseorangan—bahkan pun para ulama—
menempatkan keimanan seseorang pada posisi yang berbahaya. Beliau memberi
contoh Imam Ahmad yang menaruh hormat yang sangat besar terhadap Sufyaan
al-Tsauri. Suatu saat Imam Ahmad terkejut mendapati orang mengetahui hadits
Nabi (‫ )ﷺ‬tapi tetap mengikuti pendapat Sufyan daripada hadits. Ahmad
mengutip ayat,
ِ ُ‫فَ ْليح َذ ِر الَّ ِذين ُِيَالُِفو َن عن أَم ِرِ أَ ْن ت‬
‫صيبَ ُه ْم فِْت نَةٌ أ َْو‬
ْ َْ
َْ
َ
ِ‫صيب هم ع َذاب أَل‬
ِ
‫يم‬
ٌ ٌ َ ْ ُ َ ُ‫ي‬
“maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan
ditimpa cobaan (fitnah) atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. al-Nur 24:63).
Imam Ahmad berkata, “Tahukah kalian apa fitnah (cobaan) itu? fitnah adalah syirik
[menyekutukan Allah+.”254
(2)
Menegaskan kedudukan Sunnah dalam masalah-masalah aqidah: Dalam
sejarah Islam, dikembangkan konsep masalah-masalah keimanan ini, berlawanan
dengan masalah-masalah hukum, telah didasarkan pada bukti “definitive” dan
beberapa kategori hadits tidak memenuhi syarat ini.255 Hal ini membawa pada
penolakan terhadap beberapa hadits Nabi (‫ )ﷺ‬yang shahih.256 Ibn Abdul253
Dikutip dalam Nusair, hal. 105.
Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 267.
255
Kebanyakan, maksudnya adalah konklusi-konklusi yang diperoleh para filsuf, yang pada
kenyataannya, hampir selalu jauh dari kata “definitive”.
256
Hadits-hadits itu dikenal sebagai hadits ahaad (artinya hadits yang tidak mencapai
derajat mutawaatir atau suatu kesinambungan periwayatan yang definitive). Meski para
ulama hadits menyatakan hadits-hadits itu shahih, jika tidak banyak orang yang
meriwayatkannya, madzhab-mazhad yang kemudian akan menyatakan bahwa haditsMuhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 89
254
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Wahhab menentang pendekatan ini, bersandar pada contoh yang telah diberikan
para ulama sebelumnya, dan menegaskan bahwa semua hadits Nabi (‫ )ﷺ‬yang
shahih harus diyakini tanpa menghiraukan topiknya.
(3)
Menggunakan pernyataan para Sahabat dan ijma dan penjelasan ulamaulama sebelumnya sebagai bukti-bukti pendukung: Para Sahabat telah belajar dan
tumbuh dalam Islam secara langsung di bawah bimbingan Nabi (‫)ﷺ‬. Tak ada lagi
keraguan bahwa pemahaman dan ketaatan mereka pada keimanan adalah lebih
hebat dibanding dengan generasi yang datang berikutnya. Nyatanya, Nabi (‫)ﷺ‬
sendiri menyatakan,
‫َخْي ُر أ َُّم ِِت ْقرِِّن ُّتَّ الَّ ِذيْ َن يَلُ ْونَ ُه ْم ُّتَّ الَّ ِذيْ َن يَلُ ْونَ ُه ْم‬
“Sebaik-baik kamu adalah generasiku, kemudian yang sesudahnya, kemudian yang
sesudahnya lagi.” (HR al-Bukhari dan Muslim.) Bahkan, tiga generasi pertama ini,
menurut pernyataan Nabi (‫)ﷺ‬, memainkan peran yang khusus dalam Islam.
Pemahaman dan apa yang mereka aplikasikan dalam Islam harus diyakini sebagai
pemahaman dan aplikasi yang tepat dan benar atas agama ini yang berarti bagi
seluruh umat manusia sampai kiamat. Karenanya, sejumlah tulisannya bersikeras
untuk mengikuti jalan yang telah dilakukan salafus saleh.
(4)
Taat pada semua teks-teks yang relevan mengenai sebuah masalah,
berusaha menyelesaikan setiap kontradiksi yang nyata kelihatan antara keduanya
tanpa menghapuskan salah satunya: Ini adalah masalah yang sangat penting
berhubungan dengan aqidah (keimanan). Mengabaikan prinsip ini membawa
kelompok-kelompok sebelumnya tersesat. Buktinya, ketika menafsirkan ayat
berikut,
ِ
‫ك َج َعْلنَا ُك ْم أ َُّمةً َو َسطًا‬
َ ‫َوَك َذل‬
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang
adil dan pilihan” (QS. al-Baqarah 2:143),
Ibn Abdul-Wahhab mencatat percabangan-percabangan teks-teks tersebut dalam
masalah-masalah aqidah. Beliau mengatakan, “Kelompok yang selamat adalah
yang berada di tengah-tengah: berada antara mereka yang percaya adanya
tekanan dari Allah dan mereka yang percaya adanya kehendak bebas manusia
ketika tiba ketentuan Allah; berada antara para Murjiah dan Waidiyyah ketika tiba
janji-janji Allah; berada antara Haruriyyah dan Mutazilah dan Murjiah dan
Jahamiyyah ketika sampai pada keimanan dan agama; dan berada di antara
hadits itu tidaklah “definitive” dan karenanya tidak layak untuk masalah-masalah aqidah.
Pendekatan ini jelas bertentangan dengan praktik para Sahabat dan para penerusnya
namun disini ruangnya tidak mencukupi untuk memperbincangkan masalah ini.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 90
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Rafidhah dan Khawarij ketika datang pada Para Sahabat Nabi (‫)ﷺ‬.”257 Jika
seseorang ingin meringkas secara singkat kesalahan-kesalahan yang membuat
terciptanya kelompok-kelompok bid’ah yang bermacam-macam ini, itu adalah
kegagalan mengkombinasikan semua teks-teks yang relevan itu terhadap sebuah
masalah dan kegagalan memahaminya secara konsisten, relevan seluruhnya.
(5) Tak ada kesetiaan dan kepatuhan sempurna pada manusia manapun kecuali
kepada Rasulullah(‫)ﷺ‬: Sebagai akibat wajar dari poin pertama, terlihat bahwa
setiap manusia pasti berbuat salah dan tak seorang pun benar-benar bisa diikuti
ucapannya kecuali Rasulullah (‫)ﷺ‬. Muhammad ibn Abdul-Wahhab sekali
menulis,
Saya—dan segala puji hanya bagi Allah—tidak menyeru untuk menjadi
seorang sufi, madzhab fiqih atau madzhab teologi manapun. Tidak juga saya
menyeru untuk mengikuti imam-imam terhormat, seperti ibn al-Qayyim, alDzahabi, ibn Katsier dan lainnya. Malahan, saya menyeru kepada Allah saja,
yang tak ada sekutu bagi-Nya, dan saya menyeru kepada Sunnah Rasulullah
(‫ )ﷺ‬yang menasehati kita agar mengikuti umatnya yang pertama,
kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya lagi. Dan saya
berharap bahwa saya tidak pernah menolak segala kebenaran yang datang
pada saya. Kenyataannya, saya bersaksi kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya
258
dan seluruh makhluk-Nya bahwa jika kebenaran datang padaku darinya
259
saya harus menerimanya dengan ketaatan yang sempurna dan saya harus
menghapus setiap pernyataan para imam saya yang bertentangan
dengannya—kecuali untuk [imam saya] Rasulullah (‫ )ﷺ‬yang hanya berkata
260
kebenaran.
Dalam berbagai kesempatan, ibn Abdul-Wahhab juga mengutip ayat,
257
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 8.
Menunjuk pada Abdullah ibn Isa, seorang mutawwa al-Diriyyah. Muhammad ibn AbdulWahhab benar-benar dijahati oleh Abdullah dan puteranya Abdul-Wahhab.
259
Secara literal, “dengan kepala dan mata,” ekspresi dalam bahasa arab yang menyiratkan
penerimaan dan kepatuhan yang sempurna.
260
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 252.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 91
258
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ ِ ِ ِ
‫يح ابْ َن‬
ْ ‫َّاِتَ ُذوا أ‬
َ ‫َحبَ َارُه ْم َوُرْهبَانَ ُه ْم أ َْربَابًا م ْن ُدون اللَّه َوالْ َمس‬
ِ
ِ
ِ
ُ‫تًا َواح ًدا ال إِلَهَ إِال ُه َو ُسْب َحانَه‬َٛ ِ‫َمْرَََي َوَما أُمُروا إِال ليَ ْعبُ ُدوا إ‬
‫َع َّما يُ ْش ِرُكو َن‬
“Mereka (Yahudi dan Nasrani) menjadikan orang-orang alimnya dan rahibrahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan)
Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan
yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain Dia. Maha suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan” (QS. al- Taubah 9:31).
Tambahan, beliau juga mengutip hadits dari mantan Kristen Adi ibn Haatim yang
berkata pada Nabi (‫)ﷺ‬, “Kami tidak menyembah mereka.” Nabi (‫ )ﷺ‬lalu
menjelaskan bahwa penyembahan mereka kepada mereka adalah ketika mereka
mengizinkan sesuatu yang dilarang, mereka mengikutinya dan ketika mereka
melarang sesuatu yang diizinkan, mereka mengikuti petunjuk-petunjuk mereka.261
Dengan kata lain, mereka menempatkan mereka sebagai penentu utama atas
segalanya, sebuah posisi yang seharusnya hanya untuk sang Pencipta.
(5) Menjauhi segala bentuk bid’ah dalam agama. Nabi Muhammad (‫)ﷺ‬
mengatakan,
ِ
ٍ
ٌ‫ض َاللَة‬
َ ‫ت َدثَات ْاأل ُُم ْوِر فَِإ َّن ُك َّل بِ ْد َعة‬ُْٝ ‫َو إِيَّا ُك ْم َو‬
“Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena sesungguhnya semua
bid'ah itu sesat.”262
261
Diriwayatkan al-Tirmidzi. Meski sanadnya memiliki kelemahan, al-Albaani
memasukkannya ke dalam hadits hasan. Lihat Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani,
Shahih Sunan al-Tirmidzi (Riyadh: Maktabah al-Tarbiyyah al-Arabi li-Duwal al-Khalij, 1988),
vol. 3, hal. 56.
262
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan al-Tirmidzi. Hadits ini shahih. Perbincangan yang
lebih rinci mengenai keshahihannya dapat ditemukan dalam buku Jamaal Zarabozo,
Commentary on the Forty Hadits of al- Nawawi (Boulder, CO: Al-Basheer Company, 1999),
vol. 2, hal. 1043-1045. Dapat juga ditemukan dalam Syarah Hadits Arba’in An-Nawawi,
hadits ke-28. (pent)
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 92
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Sebagaimana ditulis oleh ibn Taimiyyah, “Agama itu dibangun dengan dua fondasi:
yaitu dengan hanya menyembah kepada Allah dan bahwa Dia tidak diibadahi
kecuali dengan cara yang disetujui [dalam syariat+.”263 Muhammad ibn AbdulWahhab sendiri menyatakan, “Kalian [para ahli bid’ah] menyebut [bid’ah-bid’ah]
‘bid’ah hasanah,’ sementara Nabi (‫ )ﷺ‬berkata, ‘Tiap-tiap bid’ah adalah sesat dan
tiap-tiap kesesatan tempatnya di neraka.’ Beliau tidak menunjukkan pengecualian
untuk kita.”264 Ibn Abdul-Wahhab hidup di dalam masa dimana bid’ah dan sesuatu
yang diada-adakan begitu popular dan menyebar di antara orang-orang—dan
sunnah menjadi sesuatu yang asing dan sulit diikuti orang-orang sebagai jalan
keimanan yang tepat. Karenanya, dalam upaya untuk menghapuskan bid’ah dan
sesuatu yang diada-adakan itu, ibn Abdul-Wahhab bertarung dengan sebuah
perjuangan keras yang meminta dukungan yang besar dan kuat.265 Namun dengan
jelas beliau menulis bahwa salah satu prinsipnya adalah, “Kewajiban mengikuti
Sunnah Rasulullah (‫ )ﷺ‬dan menolak bid’ah, bahkan jika pun kebiasaankebiasaan itu telah menyebar di antara orang-orang.”266
Pada titik ini, ibn Abdul-Wahhab mengacu pada masalah-masalah keagamaan,
dengan kata lain, amalan-amalan atau keyakinan-keyakinan yang dianggap orang
dapat mendekatkan diri kepada Allah, seperti bagaimana seseorang menyembah
Allah, shalat, puasa dan lain sebagainya. Namun, untuk amalan-amalan yang tidak
berhubungan dengan ritual “keagamaan” dan memang diperbolehkan oleh hukum
maka hal itu tidak termasuk sebagai bid’ah.267
(6) Menolak pembahasan para filsuf dan para ahli dialektika dalam masalahmasalah keimanan (aqidah)—lagi-lagi, menyandarkan diri hanya kepada ajaranajaran yang murni datang dari Qur’an dan Sunnah.268 Ketika ingin mengetahui
masalah-masalah keimanan yang sebenarnya, ilmu-ilmu filsafat, theology dan lain
sebagainya itu tidaklah bermanfaat menurut Muhammad ibn Abdul-Wahhab.
Beliau mengetengahkan kutipan-kutipan dari berbagi ulama sebelumnya yang
menemukan bahwa ilmu-ilmu itu penuh dengan kekeliruan. Kenyataan, beliau
263
Dikutip dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 129.
Dikutip dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 129.
265
Untuk perbincangan yang rinci mengenai perjuangan ibn Abdul-Wahhab’s melawan
bid’ah dan klenik seperti terhadap kelompok-kelompok klenik, lihat Abdul-Muhsin ibn
Baaz, vol. 1, hal. 360-393.
266
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 72.
267
Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 129. Al-Utsaimiin menunjukkan bahwa
beberapa orang mengatakan bahwa “Wahhabis” melarang tembakau karena ini adalah
sebuah bid’ah. Hal tersebut tidaklah benar. Mereka melarangnya karena alasan-alasan
yang lain.
268
Untuk perbincangan pendirian ibn Abdul-Wahhab terhadap ilm al-kalaam
(scholastikisme), lihat Nusair, hal. 102-104.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 93
264
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mengatakan bahwa terdapat kesepakatan mengenai hal ini. Dia menulis bahwa
sering kali para sarjana membicarakan konsep-konsep yang bahkan tidak
ditemukan dalam Qur’an atau Sunnah (“tubuh,” “kebenaran,” “bimbingan” dan
sebagainya) yang membawa kepada semacam tauhid (monoteisme) yang sangat
berbeda dengan tauhid Islam yang jelas dan ringkas.269 Beliau juga menyebutkan
sebuah fenomena yang umum dalam karya-karya yang ada hari ini, “Ketika
seseorang membaca sebuah buku dari buku-buku teologi dialektika … orang akan
menemukan bahwa dalam buku itu, dari awal hingga akhir, tidak menggunakan
satu pun ayat Qur’an atau pun satu hadits Nabi (‫ )ﷺ‬untuk membuktikan
sesuatu.”270 Dalam kenyataan, ketika diskusi tentang keimanan menjadi begitu
abstrak, keimanan itu sendiri menjadi sebuah diskusi akademik dimana orang
melupakan cita-cita dan tujuan sesungguhnya dari pengetahuan tersebut: yaitu
untuk menjadikannya (keimanan) sebagai tuntunan hidup seseorang.271
Keyakinan ibn Abdul-Wahhab Kepada Allah
Aspek yang ditekankan Muhammad ibn Abdul-Wahhab seumur hidupnya adalah
keyakinan yang pantas atau keimanan (iman) terhadap Allah. Keyakinan yang patut
ini mengharuskan mengenal apa yang diyakininya dan kepantasan memerankan
pengetahuan itu dalam kehidupan seseorang. Jika seseorang bahkan tidak
mengetahui apa yang diyakininya, maka itu tidak akan bermanfaat baginya.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab mengatakan, “Menyatakan kesaksian keimanan
sementara abai pada artinya maka itu tidak bermanfaat. Orang-orang munafik
menyatakan diri mereka iman sementara mereka di bawah orang-orang kafir
berada di jurang yang paling rendah api neraka.”272
Keimanan yang patut dalam tauhid terdiri dari tiga komponen yang saling
berhubungan: (1) Keimanan kepada Allah sebagai Tuhan dan Pencipta semua
ciptaan (tauhid al-rubuubiyah); (2) Keimanan pada keunikan yang absolute namanama dan sifat-sifat Allah, yang tidak dibagikan-Nya pada sifat-sifat ciptaan-Nya
tidak juga ciptaan membagi sifat-sifatnya itu dengan sifat-sifat ilahiah (tauhid al-
269
Lihat, sebagai contoh, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 131-132.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 263.
271
Di antara umat Musim hari ini, para pembicara yang memberikan omongan-omongan
filosofis dan mistis yang ngawur memikat imajinasi para pendengarnya, sehingga omonganomongan mereka itu dianggap sebagai sesuatu yang bermakna “dalam.” Padahal,
kenyataannya, kata-kata mereka itu jarang sekali mengandung substansi dan kontradiktif
dengan apa yang dikatakan oleh Qur’an dan Sunnah, kata-kata mereka itu benar-benar
keliru, meskipun para pendengar mereka telah mereka pikat begitu rupa.
272
Dikutip dalam ibn Baaz, vol. 1, hal. 294-295.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 94
270
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
asma wa al-sifat)273; (3) Keimanan dan praktik mendedikasikan setiap ibadahnya
kepada Allah dan hanya Allah saja (tauhid al-uluuhiyah atau tauhid al-ibadah).274
Ketiganya itu essensial menjadikan seseorang muslim dan juga mu’min. Ketiga hal
tersebut ditekankan dan diajarkan oleh ibn Abdul-Wahhab.
Namun demikian, meski poin (1) itu sangat penting, namun tidak menduduki posisi
utama dalam pengajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab untuk alasan-alasan yang
sangat penting: ini adalah sesuatu yang dikenal oleh seluruh umat Muslim, dan
kenyataannya, ini adalah sesuatu yang diakui oleh orang-orang Musyrik pada masa
Nabi Muhammad (‫)ﷺ‬. Hal terakhir itu dibuktikan ibn Abdul-Wahhab melalui
ayat-ayat Qur’an yang sangat jelas dan eksplisit. Salah satu ayat-ayat tersebut
adalah:
ِ َّ ‫قُل من ي رزقُ ُكم ِمن‬
ِ
ِ ‫األر‬
‫الس ْم َع‬
َّ ‫ك‬
ُ ‫ض أ َْم َم ْن ّيَْل‬
ْ ‫الس َماء َو‬
َ ْ ُ َْ ْ َ ْ
ِ ّْ‫ا٘تي ِمن الْمي‬
‫ت ِم َن‬
‫ر‬
‫ِي‬
‫و‬
‫ت‬
ُ
ْ
َ ّْ‫ِج الْ َمي‬
َ ْ‫َواألب‬
ُ َ َ َ َّ َْ ‫ِج‬
ُ ‫ص َار َوَم ْن ُِيْر‬
‫األمَر فَ َسيَ ُقولُو َن اللَّهُ فَ ُق ْل أَفَال تَتَّ ُقو َن‬
ْ
ْ ‫ا٘تَ ّْي َوَم ْن يُ َدبُّْر‬
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi,
atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
273
Ibn Abdul-Wahhab mendefinisikan kategori ini dalam cara berikut: “Bagian keimanan
kepda Allah adalah iman pada apa yang disifatkan-Nya terhadap diri-Nya dengan apa yang
difirmankan-Nya dalam kitab-Nya melalui lidah rasul-Nya (‫)ﷺ‬. [Keiman pada sifat-sifatNya itu adalah] tanpa mendistorsi atau menolak makna-maknanya. Saya yakin
bahwasannya tak ada sesuatu pun yang sama dengan Allah dan Dialah yang Maha
Mendengar, Maha Melihat. Saya tidak menolak apa yang digambarkan-Nya mengenai diriNya dan tidak juga mendistorsi maknanya yang patut. Tidak juga saya negasikan nama-Nya
dan tanda-tanda-Nya. Tidak juga bagi saya sifat-sifat itu atau membandingkan setiap sifatsifat-Nya dengan sifat-sifat ciptaan-Nya, tak ada yang sebanding, mirip atau sekutu bagi
Allah. Seseorang tak bisa membuat sebuah analogi antara diri-Nya dan ciptaan-Nya.
Sessungguhnya, Allah adalah yang paling berpengetahuan mengenai diri-Nya daripada lainlainnya, Dia-lah yang paling mengandung kebenaran dalam berfirman dan paling fasih
dalam kata-kata.” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 8. Dalam hal ini,
ibn Abdul-Wahhab mengikuti jalan para ulama islam sebelumnya yang pendekatannya
paling aman, paling bijaksana dan berpengetahuan, seperti akan diutarakan dalam Bab 5.
274
Kenyataanya, keimanan (1) dan (2) secara logis menuntun pada keimanan (3). Yaitu,
Menjadikan Allah satu-satunya Pencipta dan menyerahkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya
hanya kepada-Nya hal ini membawa konsekuansi bahwa tak ada satupun makhluk yang
pantas disembah kecuali Dia. Karenanya, orang yang logis dan cerdas akan menujukan
semua ibadahnya hanya kepada Allah, yaitu seperti diungkapkan (3) di atas.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 95
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?"
Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah: "Mengapa kamu
tidak bertakwa (kepada-Nya)?"” (QS. Yunus 10:31).
ِ‫قُل ل‬
ِ
)<8( ‫ض َوَم ْن فِ َيها إِ ْن ُكْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن‬
‫ن‬
‫م‬
ُ ‫األر‬
ْ َ ْ
‫ب‬
ُّ ‫<) قُ ْل َم ْن َر‬9( ‫َسيَ ُقولُو َن لِلَّ ِه قُ ْل أَفَال تَ َذ َّكُرو َن‬
ِ ‫السماو‬
‫<) َسيَ ُقولُو َن لِلَّ ِه‬:( ‫ب الْ َعْر ِش الْ َع ِظي ِم‬
ُّ ‫السْب ِع َوَر‬
َّ ‫ات‬
َ َ َّ
ِِ
‫وت ُك ّْل َش ْي ٍء‬
ُ ‫قُ ْل أَفَال تَتَّ ُقو َن (;<) قُ ْل َم ْن بِيَد َملَ ُك‬
‫َوُه َو َُِيريُ َوال َُيَ ُار َعلَْي ِه إِ ْن ُكْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن (<<) َسيَ ُقولُو َن‬
‫ا٘تَ ّْق َوإِنَّ ُه ْم‬
ْ ِ‫اه ْم ب‬
َّ ‫لِلَّ ِه قُ ْل فَأ‬
ُ َ‫ََّن تُ ْس َحُرو َن (=<) بَ ْل أَتَْي ن‬
)=9( ‫لَ َك ِاذبُو َن‬
“Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya,
jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah."
Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah Yang
Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka
akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak
bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas
segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi
dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab:
"Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah
kamu ditipu?" Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka,
dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.” (QS. alMuminuun 23:84-90).
‫ض َّل َم ْن تَ ْدعُو َن إِال إِيَّا ُ فَلَ َّما‬
َ ‫َوإِ َذا َم َّس ُك ُم الضُُّّر ِِف الْبَ ْح ِر‬
‫ضتُ ْم َوَكا َن اإلنْ َسا ُن َك ُف ًورا‬
ْ ‫تََّا ُك ْم إِ ََل الْبَ ّْر أ َْعَر‬٠
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang
kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke daratan,
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 96
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (QS. alIsraa’ 17:67).
Maka, ibn Abdul-Wahhab menulis, “Makna uluuhiyah adalah bukan hanya
mengakui bahwa tak ada yang mencipta, yang memberi makan, mengatur urusanurusan, menghidupkan dan mematikan kecuali Allah. Orang-orang kafir yang
menentang Rasulullah (‫ )ﷺ‬juga mengakui itu semua.”275 Karenanya, sebagai
akibat wajarnya, ini bukanlah garis pemisah sebenarnya antara islam dan nonislam dan ini bukanlah poin utama yang para nabi sendiri tekankan. Ibn AbdulWahhab mengatakan, “Hal yang memasukkan seseorang ke dalam Islam adalah
tauhid al-uluuhiyah. Dimana seseorang tidak menyembah sesuatu lain kecuali
Allah—bahkan tidak juga malaikat yang dekat dengan Allah atau seorang nabi yang
diutus oleh Allah.”276
Tauhid Ibadah
Maka, Ibn Abdul-Wahhab berkonsentrasi pada masalah yang paling penting dan
relevan di masanya dan sepanjang masa: tauhid al-ibadah atau mencurahkan
seluruh laku-laku ibadahnya hanya kepada Allah saja. Kenyataan, saat
mendefinisikan tauhid, para ulama cukup menunjuk pada tauhid al-ibadah ini.
Makna ilah (“Tuhan”) adalah sesuatu yang diibadahi. Karenanya, tauhid adalah
dimana seseorang menujukan semua laku ibadahnya kepada Allah dan hanya
kepada Allah.277 Ini adalah tujuan di balik penciptaan manusia dan ini adalah inti
ajaran semua rasul yang diutus kepada manusia. Allah berfirman,
ِ ‫اٗتِ َّن واإلنْس إِال لِي عب ُد‬
‫ون‬
ُ ‫َوَما َخلَ ْق‬
ُْ َ َ َ ْ ‫ت‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. ” (QS. adz-Dzaariyaat 51:56).
Allah juga berfirman,
275
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 187. Ibn Abdul-Wahhab (vol. 7,
hal. 17) juga menjelaskan terma rabb (“Lord”) juga menyatakan secara tidak langsung
terma ilaah (“God”) dan sebaliknya juga ketika dua kata tersebut dinyatakan secara tidak
langsung dalam konsep yang berbeda. Beliau mendemonstrasikan, sebagai contoh, ketika
seseorang ditanya di dalam kubur, “Siapakah rabb (lord)-mu?” itu sebenarnya membawa
arti , “Siapakah ilaah (god)-mu?”
276
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 150.
277
Lihat ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 166. Meskipun tanpa mengatakan
bahwa jika seseorang tidak beriman secara benar dalam tauhid al-rububiyyah, seseorang
itu tak mungkin bisa memiliki tauhid yang benar.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 97
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ٍ
ِ
‫اجتَنِبُوا‬
ْ ‫َولََق ْد بَ َعثْ نَا ِِف ُك ّْل أ َُّمة َر ُسوال أَن ْاعبُ ُدوا اللَّهَ َو‬
‫وت‬
َ ُ‫الطَّاغ‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu",” (QS. alNahl 16:36).
Kemungkinan karena dasar yang jelas dari Qur’an inilah ibn Abdul-Wahhab
memulai misinya dengan pesan dan tekanan ini pada sepanjang hidupnya. Ibn
Abdul-Wahhab mengatakan, “Jika seseorang bertanya padamu, ‘Apa beda antara
tauhid al-rububiyyah dan tauhid al-uluuhiyah?’ Katakanlah: Tauhid al-rububiyyah
memusatkan perhatiannya pada tindakan-tindakan Tuhan, misalnya, mencipta,
memelihara, menghidupkan, mematikan, menurunkan hujan, menumbuhkan
tanaman dan mengatur segala urusan. [Semua itu hanya disifatkan kepada Allah
saja.] Tauhid al-uluuhiyah memusatkan perhatiannya pada apa yang engkau
lakukan sebagai hamba dan pelayan Allah, seperti memohon, takut, berharap,
percaya, tobat, rindu, kagum, bersumpah, mencari pertolongan dan bentukbentuk lain ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah saja.”278
Tauhid al-uluuhiyah adalah aspek yang diperhatikan dimana Ibn Abdul-Wahhab
menyebutkan bahwa kebanyakan orang mengabaikannya, padahal aspek ini bisa
disebut sebagai esensi tauhid. Orang-orang dan para pemimpin mereka juga abai
pada masalah ini atau mereka tidak memenuhi tanggungjawab mereka dalam
mengimplementasikannya secara patut. Ketika berbicara kepada beberapa
pemimpin, ibn Abdul-Wahhab menulis, “Apakah yang lebih menakjubkan
dibanding dengan bahwa kalian tidak mengerti pernyataan ‘tiada Tuhan yang
patut diibadahi kecuali Allah’ dan bahwa kalian tidak keberatan dengan berhalaberhala yang disembah di al-Kharj dan tempat-tempat lainnya yang merupakan
bentuk syirik terbesar menurut ijma para ulama.”279
Pertanyaan penting berkenaan dengan konsep ibadah atau menyembah Allah ini
sebenarnya terdiri dari, khususnya, pada poin yang memisahkan antara Ibn AbdulWahhab dan para penentangnya adalah bahwa ibadah itu termasuk amalanamalan seperti permohonan, mencari pertolongan, mencari keselamatan280,
278
Dikutip dalam Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 301-302.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 278.
280
Tiga terma yang sangat dekat berhubungan dengan ini adalah: ‫ ﺓﺫﺎﻌﺘـﺴﻻﺍ‬yang berarti
meminta Allah agar terhindar dari godaan syetan; ‫ ﺔﻨﺎﻌﺘـﺴﻻﺍ‬yang berarti mencari
pertolongan Allah pada saat senang ataupun susah; dan ‫ ﺔﺜﺎﻐﺘﺴﻻﺍ‬yang berarti mencari
pertolongan Allah pada saat mengalami kesusahan dan bahaya.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 98
279
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
bersumpah, bersujud, melakukan pengorbanan, dan menaruh keyakinan dan
menggantungkan kepercayaan terhadap sesuatu. Semua amalan ini seharusnya
hanya ditujukan kepada Allah saja. Ibn Abdul-Wahhab merasa heran orang-orang
di sekitarnya tidak benar-benar memahami makna dari kalimat “tak ada Tuhan
yang patut diibadahi kecuali Allah.” Beliau menulis,
Orang-orang kafir jahiliyyah memahami apa yang dimaksud oleh Nabi (‫)ﷺ‬
dengan pernyataan ini. Artinya adalah untuk setia kepada Allah secara murni
dan menolak serta membebaskan diri sendiri dari segala yang diibadahi
disamping Dia. Saat beliau [Nabi (‫ ])ﷺ‬berkata kepada mereka,
“Katakanlah: Bahwasannya tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah,”
mereka menjawabnya dengan,
ِ
ِ
‫اب‬
ٌ ‫تًا َواح ًدا إِ َّن َه َذا لَ َش ْيءٌ عُ َج‬َٛ ِ‫تَةَ إ‬ٛ‫َج َع َل اآل‬
َ‫أ‬
“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang satu saja?
Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS.
Shaad 38:5).
Jika kalian sadar bahwa orang-orang kafir jahiliyyah mengerti itu, maka
sungguh sangat menakjubkan bahwa orang yang mengakui dirinya Islam
tidak mengerti arti ungkapan ini padahal seluruh orang-orang kafir jahiliyyah
memahaminya. Kenyataan, beberapa di antara mereka berpikir bahwa ini
hanyalah masalah mengatakan hal ini dengan lidahnya tanpa keyakinan di
dalam hati berkenaan dengan artinya. Orang-orang pintar di antara mereka
berpikir bahwa artinya (hanya) bahwa tak ada pencipta atau pemberi rezeki
kecuali Allah, dan tak ada pengurus segala urusan kecuali Allah. Tak ada
kebaikan pada seorang laki-laki ketika orang-orang jahiliyyah lebih
mengetahui makna kalimat “Tak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah”
281
dibandingkan dia.
Posisi Ibn Abdul-Wahhab terhadap masalah ini dapat dijastifikasi dengan mudah
melalui teks-teks Qur’an dan Sunnah. Contohnya, seorang Muslim membaca pada
setiap shalatnya,
ِ َ َّ‫اك نَعب ُد وإِي‬
ِ
‫ْي‬
ُ ‫اك نَ ْستَع‬
َ ُ ْ َ َّ‫إي‬
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah
kami mohon pertolongan.” (QS. Al-faatihah 1:5)
281
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 157-158.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 99
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ayat lainnya mengatakan,
ِ ‫َن الْمس‬
ِ َّ‫اج َد لِلَّ ِه فَال تَ ْدعوا مع الل‬
‫َح ًدا‬
‫أ‬
‫ه‬
ُ
َ
ََ
َ َ َّ ‫َوأ‬
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka
janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah.” (QS. Al-Jin 72:18).
Nabi juga berkata,
ِ ِ‫إِ َذا سأَلْت فَاسأ َِل الل و إِ َذا استَ عْنت فَاستَعِن ب‬
‫الل‬
ْ َ َ
ْ ْ َ َ ْ
ََ
“Jika engkau bertanya, bertanyalah kepada Allah. Dan jika engkau mencari
282
pertolongan, carilah pertolongan Allah.”
Nabi (‫ )ﷺ‬juga berkata,
‫الد َعاء ُه َو العِبَ َادة‬
ُ
“Doa adalah [esensi] ibadah.”
283
Nabi (‫ )ﷺ‬juga berkata,
ِِ ِ ِ
‫َّار‬
َ ‫َم ْن َم‬
َ ‫ات َوْه َو يَ ْدعُ ْو م ْن ُد ْون الل ن ِّدا َر َخ َل الن‬
282
HR Ahmad, al-Tirmidzi dan lainnya. Hadits ini telah dinilai shahih oleh al-Albaani, Ahmad
Syaakir, ibn Muhammad, al-Hilaali dan Syuaib Al-Arnaut. Untuk perbincangan yang panjang
lebar berkenaan dengan status hadits ini, lihat karya penulis, Commentary on the Forty
Hadits of al-Nawawi, vol. 2, hal. 731-734.
283
HR Abu Dawud, al-Nasaai, al-Tirmidzi dan lainnnya. Hadits ini telah dinilai shanih oleh alAlbaani. Lihat Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih al-Jami al-Shaghir (Beirut: alMaktab al-Islaami, 1988), vol. 1, hal. 641. Pembahasan yang baik mengenai hubungan
antara doa dan tauhid dapat ditemukan dalam buku Jailaan al-Urusi, Al-Duaa wa
Manzalatuhu min al-Aqidah al-Islaamiyah (Riyadh: Maktabah al-Rusydi, 1996), vol. 1, hal.
237-307.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 100
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
“Barang siapa mati dalam keadaan menyekutukan Allah maka dia masuk
neraka.” (HR al-Bukhari.)
Dalam proses menolak argumen-argumen lemah para penentangnya, Muhammad
ibn Abdul-Wahhab membedakan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi sendiri,
antara permintaan yang diperbolehkan dan permintaan yang tidak diperbolehkan
– yaitu syirik (menyekutukan Allah). Intinya, seorang muslim bisa meminta orang
lain untuk melakukan sesuatu ketika tindakan itu adalah kebiasaan yang biasa
dilakukan manusia (sebagaimana diberikan Allah). Tetapi, adalah benar-benar
terlarang untuk meminta seorang manusia melakukan sesuatu yang sebenarnya
bukan typical kemampuan manusia. Kenyataan, hal ini dapat dikategorikan syirik
atau menyekutukan Allah pada sesuatu dan hal ini benar-benar menyinggung
Allah. Ini termasuk juga meminta mereka perlindungan, dalam pengertian
menanamkan keimanan pada hati seseorang, atau meminta dari mereka hal-hal
yang berhubungan dengan yang tak terlihat dan yang tak diketahui, seperti
tentang kejadian-kejadian yang akan datang, meminta mereka menyembuhkan
penyakit seseorang dan lain sebagainya. Kategori berikut ini juga termasuk yaitu
memohon pada orang-orang yang sudah mati dan di kuburan-kuburan mereka,
dengan keyakinan bahwa orang-orang mati itu dapat memberi berkah pada orangorang yang masih hidup di dunia.
Pada masalah berdoa kepada yang lain dan mencari pertolongan yang bersifat
ilahiyyah dari mereka, Muhammad ibn Abdul-Wahhab mencatat bahwa tak ada
bedanya antara berdoa kepada berhala-berhala, pohon-pohon atau semak belukar
dan berdoa kepada para nabi dan “orang-orang suci”. Semua amalan itu adalah
syirik (menyekutukan Allah). Tak ada dasar dalam Qur’an atau Sunnah untuk
amalan-amalan itu. Nabi (‫ )ﷺ‬dan para Sahabatnya, contohnya, tak pernah
bermohon kepada Ibrahim atau Musa ketika kedua nabi ini berada di kuburannya
masing-masing, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Muslim berikutnya yang
berdoa kepada Nabi Muhammad (‫ )ﷺ‬dan semua orang-orang suci mereka,
seperti Abdul-Qaadir al-Jaelaani. Ibn Abdul-Wahhab memberikan poin bahwa
orang Jaahiliyyah tidak hanya berdoa kepada berhala-berhala. Namun mereka dan
orang-orang musyrik lainnya memohon kepada para malaikat, orang-orang saleh,
Yesus dan lainnya. Semua amalan itu adalah syirik dan bentuk-bentuk ibadah
kepada selain Allah.
Namun demikian, konsep ibadah atau menyembah Allah yang benar dan komplit
terdiri dari lebih daripada amalan-amalan yang digambarkan di atas. Termasuk ke
dalamnya adalah mencintai Allah. Ibn Abdul-Wahhab membincangkan empat tipe
cinta. Satu tipe adalah bentuk syirik, dimana seseorang mencintai yang lainnya
sebesar atau bahkan lebih besar daripada cintanya kepada Allah. Allah di dalam
Qur’an menyebutkan ini,
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 101
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ ‫َّاس من ي ت‬
ِ
ِ ‫َّخ ُذ ِمن د‬
‫ب‬
ّْ ‫ون اللَّ ِه أَنْ َد ًادا ُُِيبُّونَ ُه ْم َك ُح‬
ُ ْ
َ ْ َ ِ ‫َوم َن الن‬
ِ َّ
ِ َّ ِ َّ
ِ َِّ
‫ين ظَلَ ُموا إِ ْذ‬
َ ‫ين َآمنُوا أ‬
َ ‫َش ُّد ُحبِّا لله َولَ ْو يََرى الذ‬
َ ‫الله َوالذ‬
ِ
َِ ‫َن الْ ُق َّوَة لِلَّ ِه‬
ِ ‫يد الْع َذ‬
َّ ‫ٓت ًيعا َوأ‬
َّ ‫اب أ‬
‫اب‬
َ ُ ‫َن اللَّهَ َشد‬
َ ‫يََرْو َن الْ َع َذ‬
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal).” (QS. al-Baqarah 2:165).
Ibn Abdul-Wahhab mencatat bahwa ayat ini mengindikasikan bahwa orang-orang
ini memiliki rasa cinta kepada Allah, namun masih belum cukup memasukkan
mereka ke dalam Islam. Jika demikian, apa yang terjadi pada orang yang mencintai
sesuatu yang lain selain Allah sebagai bentuk ibadah lebih daripada cintanya
kepada Allah dan orang yang tidak mencintai Allah sama sekali?284
Allah juga berfirman,
ِ َّ
‫ف يَأِِْت‬
َ ‫ين َآمنُوا َم ْن يَ ْرتَ َّد ِمْن ُك ْم َع ْن ِدينِ ِه فَ َس ْو‬
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
ِ ‫اللَّه بَِقوٍم ُُِيبُّ هم وُُِيبُّونَه أ َِذلٍَّة علَى الْم ْؤِمنِْي أ‬
‫َعَّزٍة َعلَى‬
َ ُ َ
ُ َ ُْ ْ ُ
ِ ‫الْ َكافِ ِرين َُي‬
‫اه ُدو َن ِِف َسبِ ِيل اللَّ ِه َوال َِيَافُو َن لَْوَمةَ الئِ ٍم‬
َ َ
ِ‫ضل اللَّ ِه ي ؤتِ ِيه من يشاء واللَّه و ِاسع عل‬
ِ‫َذل‬
‫يم‬
‫ف‬
‫ك‬
َ
ْ
َ
ْ
َ
َ
ُ
ٌ
ٌ
َ َُ َ َْ ُ ُ
“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad
dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah
lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orangorang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa
284
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 25.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 102
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS. al-Maaidah 5:54).
Di lain pihak, mereka yang kuat keimanan dan rasa cintanya kepada Allah dan
mencintai orang-orang yang benar, mereka yang membenci kemusyrikan
(polytheisme) dan orang-orang musyrik.285 Lebih lagi, perasaan cinta kepada Allah
dengan cara yang benar ini membawa perasaan di dalam hati kekaguman dan
ketundukan yang sempurna kepada Allah. Pada gilirannya, akan membawa
keinginan yang sempurna untuk berserah diri kepada Allah. Ganjarannya adalah
akan mendapatkan kasih sayang Allah. Maka, Allah berfirman,
‫قُ ْل إِ ْن ُكْنتُ ْم ُُِتبُّو َن اللَّهَ فَاتَّبِعُوِِّن ُُْيبِْب ُك ُم اللَّهُ َويَ ْغ ِفْر لَ ُك ْم‬
ِ‫ذُنُوب ُكم واللَّه َغ ُفور ر‬
‫يم‬
‫ح‬
ٌ ٌَ ُ َْ َ
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-‘Imran 3:31).
Hubungan dengan poin sebelumnya adalah keraguan atas kesetiaan dan tidak
menyekutukan. Seseorang tidak bisa menjadi seorang Muslim sejati sampai dia
benar-benar hanya beriman kepada Allah sebagai satu-satunya yang wajib
diibadahi dan menolak semua bentuk-bentuk ibadah yang keliru. Makanya,
seseorang harus meninggalkan polytheism (syirik). Bahkan, seseorang harus
menentang dan membenci syirik dan mereka yang mempertahankan kemusyrikan,
ini seharusnya menjadi konsekuensi wajar dari perasaan cinta kepada Allah dalam
hati seseorang. Maka, Allah berfirman,
ِ ‫ال ََِت ُد قَوما ي ْؤِمنُو َن بِاللَّ ِه والْي وِم‬
‫اد‬
َّ ‫اآلخ ِر يُ َو ُّادو َن َم ْن َح‬
ُ ًْ
َْ َ
‫اللَّهَ َوَر ُسولَهُ َولَ ْو َكانُوا آبَاءَ ُه ْم أ َْو أَبْنَاءَ ُه ْم أ َْو إِ ْخ َوانَ ُه ْم أ َْو‬
ِ ٍ ‫ك َكتَب ِِف قُلُوِبِِم اإلّيَا َن وأَيَّ َدهم بِر‬
ِ
ِ
ُ‫وح مْنه‬
َ َ ‫َعش َريتَ ُه ْم أُولَئ‬
ُ ُْ َ
ُ
285
Bandingkan, Nusair, hal. 177. Pada situasi kontemporer, barangkali penting mencatat
bahwa kebencian kepada orang-orang musyrik tidak berarti bertindak tidak adil dan
bersikap tidak sepantasnya kepada mereka. Seseorang dapat membenci orang lain karena
keyakinan dan jalan hidupnya dan masih tetap memperlakukan orang itu dalam suatu cara
yang lebih adil dibanding orang yang menyatakan bahwa dia mencintai orang itu.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 103
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ ِ‫َّات ََت ِري ِمن َُتتِها األنْهار خال‬
ٍ ‫وي ْد ِخلُهم جن‬
‫ين فِ َيها‬
‫د‬
ْ
ْ
َ ْ ُ َُ
َ َ َُ َ ْ
ِ َ ِ‫ر ِضي اللَّه عْن هم ورضوا عْنه أُولَئ‬
‫ب اللَّ ِه أَال إِ َّن‬
ُ َ ُ ََ ْ ُ َ ُ َ َ
ُ ‫ك حْز‬
ِ
‫ب اللَّ ِه ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن‬
َ ‫حْز‬
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak
atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang
yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya
mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas
terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS.
al-Mujaadilah 58:22).
Allah juga berfirman,
ِ َّ‫قَ ْد َكانَت لَ ُكم أُسوةٌ حسنةٌ ِِف إِب ر ِاهيم وال‬
‫ين َم َعهُ إِ ْذ قَالُوا‬
‫ذ‬
ََ َ َ ْ ْ ْ
َ َ َ َْ
ِ ‫تَّا تَعب ُدو َن ِمن د‬ِٟ‫لَِقوِم ِهم إِنَّا ب رآء ِمْن ُكم و‬
‫ون اللَّ ِه َك َفْرنَا‬
ُ ْ
ُ ْ َ ْ ُ َُ ْ ْ
‫ضاءُ أَبَ ًدا َح ََّّت تُ ْؤِمنُوا‬
َ ‫بِ ُك ْم َوبَ َدا بَْي نَ نَا َوبَْي نَ ُك ُم الْ َع َد َاوةُ َوالْبَ ْغ‬
ِ
ُ ‫بِاللَّه َو ْح َد‬
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum
mereka: ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu
sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami
dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu
286
beriman kepada Allah saja.’” (QS. al-Mumtahinah 60:4).
Rasa takut, rasa kagum dan takjim juga bentuk bagian dari tauhid yang benar.
Seseorang bisa saja memiliki suatu “perasaan takut alamiah” di dalam hatinya
286
Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 44, 46 dan 124.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 104
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
pada saat-saat tertentu dalam kehidupannya namun dia harus sadar tak ada
sesuatu pun bisa terjadi tanpa izin Allah. Karenanya, seorang yang benar-benar
beriman tidak takut apapun karena dia tahu, dalam kenyataan, tak ada seorang
pun yang dapat melukai atau memberinya manfaat kecuali Allah mengizinkannya.
Karenanya, Allah berfirman,
‫اخ َش ْوِِّن‬
ْ ‫فَال َِتْ َش ْوُه ْم َو‬
“Maka janganlah kamu, takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.” (QS.
al-Baqarah 2:150).
Ketaatan juga adalah aspek esensil dalam tauhid. Seseorang harus taat kepada
Allah dan ketaatan itu harus berada di atas bentuk-bentuk ketaatan yang lain.
Dalam beberapa kesempatan, ibn Abdul-Wahhab mengutip ayat ini,
ِ ِ ِ ِ
‫يح ابْ َن‬
ْ ‫َّاِتَ ُذوا أ‬
َ ‫َحبَ َارُه ْم َوُرْهبَانَ ُه ْم أ َْربَابًا م ْن ُدون اللَّه َوالْ َمس‬
ِ
ِ
ِ
ُ‫تًا َواح ًدا ال إِلَهَ إِال ُه َو ُسْب َحانَه‬َٛ ِ‫َمْرَََي َوَما أُمُروا إِال ليَ ْعبُ ُدوا إ‬
‫َع َّما يُ ْش ِرُكو َن‬
“Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) menjadikan orang-orang alimnya,
dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka
mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi)
selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. alTaubah 9:31).
Pada penjelasan terhadap ayat ini, sebagaimana dikutip sebelumnya, ibn AbdulWahhab menceritakan bagaimana Adi ibn Haatim, seorang mantan kristen,
berkata kepada Nabi (‫ )ﷺ‬bahwa mereka (orang-orang Kristen) sebenarnya
tidaklah menyembah orang-orang suci itu. Nabi (‫ )ﷺ‬berkata padanya bahwa
penyembahan mereka terhadap rahib dan orang-orang alim mereka adalah bahwa
kapan saja mereka mengizinkan sesuatu yang dilarang, mereka akan mengikuti
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 105
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mereka dan saat mereka melarang sesuatu yang diizinkan, mereka akan mengikuti
petunjuk-petunjuk mereka.287
Kenyataannya, pengamalan monoteisme (tauhid) islam adalah penentangan
terhadap pengamalan menyekutukan Allah atau syirik. Orang yang mendengarkan,
memahami dan patuh pada kata-kata Allah tidak butuh klenik-klenik,
menyekutukan Allah dan lain sebagainya. Orang yang mengenal Allah akan
memenuhi hatinya dengan rasa cinta kepada Allah, mempercayai-Nya, berharap
pada-Nya, menggantungkan nasibnya pada-Nya dan lain sebagainya. Hatinya tidak
membutuhkan sumber-sumber kebahagiaan lain. Namun demikian, orang yang
jauh dari kata-kata Allah dan tauhid sejati akan mencari sesuatu yang dapat
memenuhi kekosongan dalam hidupnya. Maka, Ibn Ghannaam mencatat bahwa
orang yang kosong tauhid akan beralih kepada syirik, mau tak mau. Sama juga,
orang yang kosong dalam mengikuti Sunnah akan jatuh pada bid’ah, mau tidak
mau.288
Ibn Abdul-Wahhab dan Pertanyaan Siapakah Seorang Muslim
Keyakinan yang biasa pada masa ibn Abdul-Wahhab dan, sayangnya, masih
menjadi keyakinan hari ini adalah bahwa jika seseorang shalat dan membayar
zakat, tak ada cara bahwa dia dianggap seorang yang tidak beriman, bahkan jika
dia berbuat atau percaya hal-hal yang digambarkan dalam syariat sebagai kufur
atau perbuatan yang menghina Tuhan. Ibn Abdul-Wahhab menggambarkan
pandangan ini dalam salah satu suratnya dimana dia berkata bahwa meski mereka
yang berpengetahuan berkata, “Siapa saja yang berkata, ‘Tak ada Tuhan kecuali
Allah,’ tidak bisa disebut kafir, bahkan jika dia menolak hari kebangkitan atau
menolak semua syariat”289
Ibn Abdul-Wahhab, juga, menyodorkan sebuah konsep yang mestilah sangat aneh
bagi orang-orang pada saat itu dan masih aneh bagi kebanyakan orang saat ini.
Beliau menegaskan bahwa tidak semua orang yang mengklaim dirinya seorang
Muslim dan membuat pernyataan keimanan adalah benar-benar seorang Muslim
dan memuaskan Allah. Beliau juga mendemonstrasikan melalui hadits Nabi (‫)ﷺ‬
bahwa terdapat syarat-syarat pernyataan keimanan.290 Lebih jauh, beliau
287
Diriwayatkan oleh al-Tirmidzi. Meski terdapat kelemahan dalam sanadnya, al-Albaani
menilai hadits ini hasan. Lihat Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih Sunan alTirmidzi (Riyadh: Maktabah al-Tarbiyyah al-Arabi li-Duwal al-Khalij, 1988), vol. 3, hal. 56.
288
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 70.
289
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 41.
290
Ibn Abdul-Wahhab menulis, “Adanya pernyataan ini *yaitu, pernyataan keimanan+
tidaklah bermanfaat sampai seseorang itu melakukan apa yang diperlukan, dan ini
termasuk meninggalkan syirik.” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 137.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 106
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
menunjukkan melalui Qur’an dan hadits amalan-amalan yang dapat mengeluarkan
seseorang dari Islam, bahkan jika dia shalat, shaum dan menyatakan diri sebagai
Muslim.291 Beliau mengacu pada tindakan-tindakan para Sahabat Nabi (‫)ﷺ‬
untuk memperlihatkan bahwa keimanan juga memiliki implikasi-implikasi praktis
minimum yang harus ditemui. Beliau mengutip Abu Bakar yang berkata,
“Sesungguhnya, zakat adalah bagian dari haknya,” yaitu bagian dari pernyataan,
“Tak ada yang berhak diibadahi kecuali.”292 Ibn Abdul-Wahhab juga menunjuk pada
Bani Hanifah yang “menerima Islam” tapi mereka juga menerima Musailamah
sebagai seorang nabi dan, makanya, para Sahabat memerangi mereka karena
kekafirannya. Lebih lagi, orang-orang munafik pada masa Nabi (‫ )ﷺ‬melakukan
shalat, shaum bahkan berperang bersama Nabi (‫ )ﷺ‬namun Allah menyatakan
bahwa mereka akan berada di jurang paling rendah di neraka.
Kenyataannya, pertanyaan bagaimana mendefinisikan siapakah seorang Muslim
itu diuraikan dalam setiap karya fiqih Islam utama, dalam bagian yang
menguraikan masalah kemurtadan (riddah). Sayangnya, kebanyakan, hal ini hanya
menjadi diskusi akademik atau teoritis. Maka, orang akan jatuh pada amalanamalan yang menghina Tuhan, barangkali karena kebodohan, dan tak seorang pun,
bahkan para ulama, yang keberatan. Ibn Abdul-Wahhab kembali mengulang
mencatat bagaimana para ulama tetap diam ketika orang-orang jatuh pada
kekufuran atau syirik. Bahkan jika hal ini dilakukan karena kebodohan, para ulama
wajib untuk membuat benar apa yang salah. Beliau berkata jika seseorang
Di antara syarat-syarat itu beliau menyatakan berkenaan pernyataan keimanan yang
pantas itu adalah pengetahuan, kemurnian iman, ketentuan dan meninggal dengan
keimanan itu. Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 13, hal. 70-71.
Lihat perbincangannya yang lebih panjang dalam vol. 1, hal. 363-364.
291
Ibn Abdul-Wahhab menyebutkan sepuluh aspek berikut yang menegasikan keimanan
seseorang: (1) menyekutukan Allah; (2) menempatkan seseorang sebagai perantara antara
manusia dan Allah; (3) tidak yakin bahwa orang para penganut polytheisme adalah orangorang kafir atau meragukannya; (4) meyakini adanya petunjuk yang lebih baik apa yang
dibawa oleh Nabi (‫( ;)ﷺ‬5) membenci apa yang dibawa oleh Nabi (‫( ;)ﷺ‬6)
mentertawakan sesuatu yang berhubungan dengan keimanan; (7) mempraktekan ilmu
sihirpracticin; (8) mendukung para penganut polytheisme melawan ummat Muslim; (9)
meyakini bahwa ada beberapa orang yang tidak wajib mengikuti syariat; (10) memalingkan
diri dari agama dengan cara tidak mempelajari dan tidak mempraktikkannya. Lihat
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 385-387. Aspek-aspek yang
dinyatakan ibn Abdul-Wahhab ini memperlihatkan bahwa kekafiran dapat berbentuk
keyakinan di dalam hati, pembicaraan atau omongan atau tindakan yang dilakukan
seseorang. Saat sepuluh aspek ini dipelajari dalam pengertian apa yang disebut
kemurtadan dalam kitab-kitab fiqih, akan diketemukan bahwa kesepuluh aspek itu
konsisten dengan apa yang diungkapkan oleh ulama-ulama sebelumnya.
292
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 138.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 107
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mengawini puteri atau bibinya sendiri karena ketidaktahuan, para ulama tidak
akan tetap diam namun akan segera mengkoreksi apa yang keliru itu. Namun
demikian, ketika masuk pada kekeliruan yang paling besar yaitu syirik, mereka
membiarkan orang-orang mengikuti cara-cara jahil mereka itu.293
Ini adalah titik-titik pertikaian terbesar antara ibn Abdul-Wahhab dan para
penentangnya. Beliau sendiri menyebutkan bahwa para penentangnya sebenarnya
sepakat dengannya berkenaan dengan masalah yang berhubungan dengan tauhid
dan syirik namun mereka menolak pandangan-pandangannya mengenai
menyatakan seseorang kafir dan berperang melawan mereka.294 Pada kesempatan
lain, beliau menyatakan bahwa kecuali untuk dua masalah ini, para penentangnya
menyadari kebenaran penjelasannya mengenai agama. Namun demikian, beliau
juga menjelasakan bahwa tujuannya bukanlah untuk menyatakan orang lain kafir
atau berperang melawan mereka. Tujuannya adalah agar mereka melaksanakan
praktik-praktik yang disadari sebagai kebenaran.295 (Al-Utsaimiin mencatat bahwa
semua orang mungkin sepakat dengan ibn Abdul Wahhab bahwa tauhid adalah
kewajiban dan seseorang harus menjauhi syirik. Namun demikian, mereka
mungkin tidak sepakat dengannya berkenaan apa yang termasuk syirik itu. Ibn
Abdul-Wahhab sendiri mencatat bahwa beberapa penentangnya menganggap
definisinya tentang tauhid sebagai bid’ah. Dengan jelas, keraguan berperang pada
beberapa orang berhubungan dengan apa yang dianggap syirik itu sendiri.
Terdapat tiga proses yang harus disepakati. Para penentang pertama-tama harus
sepakat apa itu syirik. Setelah itu, bagian lain harus sepakat syarat-syarat
menyatakan seseorang itu kafir. Setelah itu maka dapat disepakati memerangi
orang yang telah dinyatakan kafir itu.296 Meskipun apa yang disebutkan AlUtsaimiin itu mungkin benar, masalah utama berkenaan dengan masalah ibn
Abdul-Wahhab adalah masalah-masalah yang disepakati dalam perbedaan
madzhab fiqih.297 Karenanya, meski seseorang menerima alasan Al-Utsaimiin
kenapa orang menentang Muhammad ibn Abdul-Wahhab, kenyataannya, para
penentang tidak banyak berdiri bahkan dari perspektif madzhab-madzhab
mereka.)
293
Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 126.
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 117.
295
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 118.
296
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 118.
297
Ketika memperbincangkan mereka yang tidak shalat, shaum, membayar zakat atau
melaksanakan haji, ibn Abdul-Wahhab mencatat bahwa terdapat perbedaan pendapat
bahwa kelakuan-kelakuan tersebut bisa disebut sebagai kekafiran. Kemudian beliau
menyatakan, “Kami tidak menyebut orang-orang seperti itu orang-orang yang tidak
beriman … Kami hanya menyatakan seseorang beriman pada masalah-masalah yang telah
benar-benar disepakati di anatara para ulama.” Dikutip dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal.
122.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 108
294
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ibn Abdul-Wahhab sangat memperhatikan syarat-syarat yang harus ditemukan
sebelum seseorang dapat dinyatakan sebagai orang yang tidak beriman.298
Baginya, hal pertama yang harus diketahui atau dipikirkan semua orang adalah arti
seseungguhnya dari (tauhid). Tak seorang pun dapat dinyatakan tidak beriman
sampai tauhid dijelaskan kepadanya dan barulah jika, setelah penjelasan itu,
seseorang keras kepala bersikeras mengikuti kelakuan-kelakuan polytheism (syirik)
dan kekafiran (kufur).299 Ibn Abdul-Wahhab menyatakan, “Kami nyatakan orangorang tidak beriman mereka yang menyekutukan Allah dalam ketuhanan-Nya
setelah bukti-bukti kekeliruan syirik dijelaskan kepada mereka.”300 Juga, tak
seorang pun dapat dinyatakan tidak beriman hanya karena dugaan. Ibn AbdulWahhab mengatakan, “Siapa pun yang nampak memperlihatkan [sebuah alat
pelengkap] terhadap Islam dan kita menduga dia telah mengingkari Islam, kami
tidak menyatakan dia sebagai tidak beriman karena berdasarkan dugaan, karena
apa yang nyata kelihatan tidak bisa disangsikan oleh dugaan. Seperti juga, kami
tidak menyatakan tidak beriman seseorang yang darinya kami tidak mengetahui
ketidakberimannya berdasarkan faktor apa yang disangsikannya sehingga dapat
menunjukkan padanya yang tidak dapat kami buktikan.”301 Lebih jauh, tak seorang
pun dapat disebut seorang kafir kecuali Qur’an dan Sunnah dengan jelas
menyatakan demikian. Contohnya, seseorang yang melakukan dosa besar, seperti
perzinahan, tidak berarti orang tersebut telah jatuh pada kekafiran, sebagai
pertentangan terhadap apa yang diyakini kaum Khawarij dan kelompok-kelompok
ekstrim lainnya. Maka ibn Abdul-Wahhab menyatakan, “Kami tidak nyatakan
muslim manapun telah murtad hanya karena dosa yang dilakukannya.”302
Akhirnya, beliau hanya akan menyatakan seseorang telah murtad berdasar
298
Dalam jawaban beliau kepada Sulaiman ibn Suhaim, ibn Abdul-Wahhab
menyalahkannya karena membuat sebuah pernyataan umum (men-generalisir) yang
menyatakan bahwa semua penganut Qadariyyah itu orang-orang yang tidak beriman. Lihat
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 88.
299
Bagi mereka yang meninggal sebelum disampaikan ajarang yang benar tentang tauhid,
ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya menahan diri untuk menyatakan orang seperti itu
sebagai orang kafir. Kenyataan, putera ibn Abdul-Wahhab, Abdullah menyatakan bahwa
tidak hanya orang bodoh yang harus dimaafkan karena kebodohan mereka itu namun
behkan para ulama juga harus dimaafkan sebelum masa mereka – sebelum datangnya ibn
Abdul-Wahhab – sejak, di kebanyakan tempat, tak ada seorang pun yang berdiri
mempertahankan kebenaran dengan kata-kata dan tindakannya. Bandingkan., AlUtsaimiin, Al-Syeikh, hal. 124.
300
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 60.
301
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 24. Beliau juga mengatakan (vol.
7, hal. 25), “Mereka musuh-musuh yang mengatakan bahwa saya menyatakan seseorang
tidak beriman hanya karena dugaan telah berkata dusta. Mereka berbuat begitu dengan
maksud untuk membuat orang-orang menjauh dari agama Allah dan rasul-Nya.”
302
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 11. Untuk rincian mengenai
perspektifnya, lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 233.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 109
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
masalah-masalah yang telah disepakati di antara para ulama. Karenanya, beliau
menulis,
Rukun Islam itu ada lima. Yang pertama adalah dua kalimat syahadat.
Kemudian keempat rukun [yang tersisa]. Jika seseorang mengiyakan
semuanya itu namun tidak melaksanakannya karena kemalasan, kami,
meskipun kami harus memeranginya karena apa yang telah dilakukannya,
tidak menyatakannya telah murtad karena meninggalkan kewajibankewajibannya itu. Para ulama berbeda tentang seseorang yang meninggalkan
kewajiban-kewajibannya itu karena kemalasan, tanpa menolak kewajibankewajiban itu. Dan kami tidak menyatakan siapapun sebagai tidak beriman
berdasar apa yang disepakati para ulama tentang itu, yaitu dua kalimat
303
syahadat.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Fiqih Islam, Pertimbangan Hukum dan Taqlid
Abu Sulaiman menyatakan jika koreksi keyakinan dan keimanan adalah aspek yang
terpenting dari misi ibn Abdul-Wahhab, yang terpenting dari keduanya adalah
mengoreksi metodologi hukum umat Islam.304
Sebagaimana disebutkan di atas, Muhammad ibn Abdul-Wahhab benar-benar
yakin bahwa Allah telah mewajibkan seluruh umat manusia untuk mentaati Allah
dan mentaati Rasulullah (‫)ﷺ‬. Tak ada ketaatan absolute kepada seseorang
dibanding kepada Nabi (‫ )ﷺ‬dalam apa yang disampaikannya dari Allah melalui
wahyu Qur’an atau Sunnahnya. Qur’an diwahyukan kepada Nabi (‫ )ﷺ‬untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Berpaling dari wahyu ini
tidak lain kecuali kekafiran. Allah berfirman,
ِ ‫قُل أ‬
‫ب‬
َ ‫الر ُس‬
ُّ ‫ول فَِإ ْن تَ َولَّْوا فَِإ َّن اللَّهَ ال ُُِي‬
َّ ‫َطيعُوا اللَّهَ َو‬
ْ
ِ
‫ين‬
َ ‫الْ َكاف ِر‬
“Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS. Ali-‘Imran 3:32).
Sunnah Nabi adalah bagian dari wahyu dan “menyempurnakan”-nya dengan
memberikan rincian lebih jauh tentang wahyu Allah.
303
304
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 4, bab Fataawa, hal. 9.
Abu Sulaiman, vol. 1, hal. 379.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 110
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ibn Abdul-Wahhab menulis, “Jika sebuah sunnah Rasulullah (‫ )ﷺ‬yang shahih
telah jelas kepada kami, kami berbuat berdasarkan itu. Kami tidak menempatkan
perkataan seseorang mendahuluinya, tanpa memperhatikan siapapun itu yang
membuat pernyataan. Bahkan, kami menerimanya dengan peneriman dan
kepatuhan yang sempurna. Ini karena di dalam hati kami, Rasulullah (‫ )ﷺ‬adalah
lebih baik dan lebih penting dibanding memberikan keutamaan terhadap
pernyataan orang lain. Inilah yang kami yakini dan beginilah cara kami menyembah
Allah.”305
Artinya Qur’an dan Sunnah adalah pemegang kekuasaan utama. Jika sesuatu
benar-benar dinyatakan dalam Qur’an atau Sunnah, tak ada lagi ruang untuk
pendapat personal seseorang atau mengikuti pandangan lainnya. Jika harus timbul
perbedaan pendapat, perbedaan itu harus diselesaikan dengan mengacu pada
otoritas utama. Yaitu, apa yang telah Allah perintahkan dalam Qur’an,
ِ ‫َطيعوا اللَّه وأ‬
ِ ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا أ‬
ِ ‫ول َوأ‬
‫األم ِر‬
َ ‫الر ُس‬
َّ ‫َطيعُوا‬
ْ ‫ُوِل‬
َ
ُ
َ َ
َ َ
َ
ِ َّ‫ِمْن ُكم فَِإ ْن تَنَاز ْعتُم ِِف َشي ٍء فَرُّدو إِ ََل الل‬
ِ ‫الرس‬
‫ول إِ ْن‬
‫و‬
‫ه‬
َّ
ُ ُ ْ
ُ َ
ْ َ
ْ
ِ‫اآلخ ِر َذل‬
ِ ‫ُكْنتُم تُ ْؤِمنُو َن بِاللَّ ِه والْي وِم‬
‫َح َس ُن تَأْ ِويال‬
‫أ‬
‫و‬
‫ر‬
‫ي‬
‫خ‬
‫ك‬
َ
ْ َ ٌَْ
َْ َ
ْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(QS. an-Nisaa 4:59).
Dari ayat ini Ibn Abdul-Wahhab menyimpulkan, “Kami mengetahui secara
definitive bahwa siapa saja yang berikhtilaf di antara orang-orang lalu dia kembali
kepada Qur’an dan Sunnah maka dia akan menemukan bahwa Qur’an dan Sunnah
itu menyelesaikan ikhtilaf itu.”306 Pendekatan lain atau mengambil seseorang atau
sesuatu yang lain sebagai otoritas akhir adalah menyimpang dari jalan Allah. Lebih
jauh, ibn Abdul-Wahhab menekankan bahwa Allah memberikan Nabi (‫)ﷺ‬
305
306
Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 252.
Dikutip dalam Nusair, hal. 70-71.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 111
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ucapan yang paling komprehensip. Satu kalimatnya sebenarnya menyentuh
beberapa masalah bagi orang yang cukup cerdas memahami kata-katanya itu.307
Ibn Abdul-Wahhab menulis, “Tak terdapat perbedaan pendapat antara kami dan
anda bahwa jika orang-orang yang berpengetahuan sependapat tentang sesuatu,
maka wajib untuk mengikuti mereka. Pertanyaannya adalah kapan mereka
berbeda. Adalah kewajiban bagi saya untuk menerima kebenaran dari manapun
dia datang dan mengacukan masalah itu kepada Allah dan rasul-Nya, mengikuti
contoh yang diberikan oleh orang yang berpengetahuan, atau haruskah saya
mengadopsi pendangan mereka (para ulama) tanpa bukti? Anda mengikuti
pandangan yang datang kemudian … sementara saya mengikuti yang
sebelumnya.”308
Secara umum, ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya yang terdekat adalah para
penganut madzhab Hanbali namun tidak secara absolute mengikuti madzhab yang
mereka ikuti. Ibn Abdul-Wahhab menulis, “Kami, segala puji hanya bagi Allah,
adalah para pengikut dan bukan para ahli bid’ah, madzhab Imam Ahmad ibn
Hanbal.”309 Bahkan meski beliau mengikuti madzhab itu sejak masa mudanya,
beliau benar-benar tidak buta, pengikut yang keras kepala yang mendukung
madzhab ini melawan pandangan-pandangan yang lain. Beliau akan mengikuti
madzhab Ahmad ketika madzhab ini didukung dengan bukti.310 Pada saat yang lain,
beliau akan mengikuti madzhab lainnya jika pandangan-pandangan mereka lebih
kuat dengan disertai bukti. Maka, beliau menyatakan, “Kami adalah para pengikut
Qur’an, Sunnah, dan generasi terdahulu yang saleh dan apa yang didukung oleh
pendapat imam empat, Abu Hanifah al-Numaan ibn Tsaabit, Malik ibn Anas,
Muhammad ibn Idris [al-Shafi’i] dan Ahmad ibn Hanbal, Rahimallahuanhum.”311
Bahkan dengan dua ulama yang mungkin paling mengasihinya, ibn Abdul-Wahhab
tetap mengambil pendekatan yang sama. Beliau menulis, “Dalam pendapat kami,
Imam ibn al-Qayyim dan gurunya [ibn Taimiyyah] adalah imam-imam Ahl alSunnah dan kitab-kitab mereka adalah kitab-kitab yang paling berharga. Namun
demikian, kami tidak mengikuti mereka dengan cara buta dalam setiap masalah.
Setiap orang mengambil atau meninggalkan pernyataan-pernyataannya karena
Nabi (‫)ﷺ‬.”312
307
Bandingkan, Nusair, hal. 70.
Dikutip dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 132.
309
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 40.
310
Lihat Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 34.
311
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 96.
312
Dikutip dalam Nusair, hal. 79. Dia (hal. 79) mencatat masalah-masalah berikut dimana
ibn Abdul-Wahhab berbeda dengan ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim: pertanyaan tentang
talak tiga yang dinyatakan dalam satu waktu, masalah amal-amal keagamaan, pertanyaan
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 112
308
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Lebih jauh, beliau akan menerima hak orang untuk mengikuti pendapat-pendapat
madzhab-madzhab lain. Beliau berkata, “Bagi madzhab kami, yaitu madzhab Imam
Ahmad ibn Hanbal, Imam Ahl al-Sunnah. Kami tidak keberatan dengan orang-orang
dari madzhab yang empat sepanjang mereka tidak bertentangan dengan Qur’an,
Sunnah, Ijma dan pernyataan-pernyataan mayoritas mereka”313 Beliau
memperjelasnya, dengan, bahwa tujuan seseorang dalam kasus-kasus perbedaan
pendapat haruslah untuk mentaati Allah. Beliau berkata,
Dalam masalah-masalah yang terdapat perbedaan pendapat, apa yang harus
dilakukan orang beriman adalah menjadikan perhatian dan tujuannya untuk
mengetahui perintah Allah dan rasul-Nya dan berbuat sesuai dengannya. Dia
harus menghormati para ulama, bahkan jika mereka membuat kekeliruan.
Namun demikian, dia tak dapat mengambil mereka sebagai tuhan disamping
Allah. Yang demikian adalah jalan orang-orang yang telah (Allah) beri nikmat.
Mengabaikan pernyataan-pernyataan mereka dan tidak menghormati
mereka adalah jalan mereka yang dimurkai (Allah). Dan mengambil mereka
sebagai tuhan selain Allah – yang demikian itu, jika dikatakan kepada mereka
perkataan Allah atau perkataan rasul-Nya, mereka berkata, “Orang-orang ini
[yaitu, para ulama] lebih berpengetahuan dibanding kami”—adalah jalan
314
orang-orang yang sesat.
Kenyataan, ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya benar-benar mengikuti ajaran
para ulama pendiri madzhab yang melarang kesetiaan buta pada pendapattentang izin untuk bersumpah dan kewajiban untuk memenuhinya. Abu Sulaiman (vol. 1,
hal. 392) mencatat bahwa ibn Abdul-Wahhab biasanya sependapat dengan kesimpulan ibn
Taimiyyah saat mendiskusikan fiqih.
313
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 107. Dalam bagian lain, ibn
Abdul-Wahhab secara eksplisit menyatakan bahwa beliau tidak keberatan pada siapapun
yang mengikuti madzhab fiqih Sunni manapun namun beliau tidak mengizinkan untuk
mengikuti madzhab-madzhab syiah atau zaidiyah karena, katanya, mereka tidak
diriwayatkan secara akurat dan tidak diterima secara patut. Al-Ruwaishid mencatat bahwa
kesimpulan ini karena ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya tidak memiliki
pengetahuan yang patut mengenai kedua madzhab tersebut, sebagaimana madzhabmadzhab fiqih yang diriwayatkan dan sah. Lihat Abdullah al-Ruwaishid, Al-Imam al-Syeikh
Muhammad ibn Abdil-Wahhab fi al-Tarikh (Rabitah al-Adab al-Hadits, 1984), vol. 1, hal.
131.
314
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 3, bab Fataawa, hal. 97. Ibn AbdulWahhab juga sangat memperhatikan beberapa penyebab perbedaan pendapat di antara
para ulama. Contohnya, beliau menulis, “Bukti-bukti tidak saling bertentangan satu sama
lain. Kenyataan, apa yang benar membuktikan pernyataan-pernyataan yang benar lainnya.
Namun demikian, seseorang bisa saja salah dalam bukti yang digunakannya. Dia bisa saja
menggunakan sebuah hadits yang tidak shahih atau dia bisa saja salah memahami
pernyataan yang shahih.” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 3, bab Fataawa,
hal. 32. Ibn Abdul-Wahhab juga sangat memperhatikan teori undang-undang Islam,
sebagaimana dapat dilihat dalam diskusi oleh Abu Sulaiman, vol. 1, hal. 392ff.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 113
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
pendapat mereka atau kesetiaan pada pendapat yang bertentangan dengan
Qur’an atau Sunnah.315
Ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya menerima otoritas ijmaa atau konsensus
(meskipun McDonald, Bethmann dan Zweimer mengatakan berbeda316).
Tambahan pada kutipan di atas dimana ibn Abdul-Wahhab mengatakan wajib
untuk mengikuti para ulama saat mereka sepakat terhadap sesuatu, beliau
mengatakan, “Apa yang disepakati para ulama adalah kebenaran.”317 Namun
demikian, ibn Abdul-Wahhab tidak mempertimbangkan “mayoritas” sebagai ijmaa
(konsensus), khususnya ketika “mayoritas” berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan Qur’an dan Sunnah. Bahkan jika para ulama diam atau mendukung
perbuatan itu, mereka tak dipertimbangkan sebagai ijmaa karena ijmaa tak boleh
bertentangan dengan Qur’an dan Sunnah. Umat Islam tak bisa semuanya sepakat
pada kesalahan dan jika ijmaa andaikata ada, itu artinya bahwa Qur’an atau
Sunnah keliru atau ijmaa itu sendiri yang tidak benar. Maka, ijmaa seperti itu tak
mungkin bisa ada.
Maka, orang dapat melihat bahwa metodologi Muhammad ibn Abdul-Wahhab
ketika masuk pada tataran fiqih hal pertama yang dilakukannya adalah mengambil
jalan Qur’an dan Sunnah. Jika sebuah keputusan jelas berasal dari dua sumber itu,
maka keputusan itu harus diikuti. Jika tak ada yang tegas yang dapat ditemukan
maka, ijmaa para ulama, khususnya pendapat para Sahabat dan para penerusnya,
yang harus dicari. Setelah itu barulah ijtihaad, dimana ulama harus mendasarkan
keputusannya pada pemahamannya atas wahyu Allah.
Berdasarkan metodologi ini, para penentangnya mengklaim bahwa ibn AbdulWahhab dan para pengikutnya menuntut hak penuh untuk melakukan ijtihaad
ketika menolak setiap bentuk “ketaatan buta” (taqlid) atau tidak menghormati
madzhab fiqih yang empat. Tidaklah sama sekali. Akan tetapi, sebagaimana
dinyatakan oleh Al-Utsaimiin, mereka menolak konsep umum bahwa tak seorang
pun memiliki kemampuan untuk mengambil aturan-aturan langsung dari Qur’an
dan Sunnah dan bahwa semua orang harus mengikuti pendapat para ulama tanpa
membuat ijtihaad apapun.318 Dalam kenyataannya, orang umumnya menerima
pandangan taqlid secara penuh yang terputus hubungannya antara para ulama
dan wahyu dari Allah. Ulama tidak memperbolehkan berpaling pada sumber
petunjuk sesungguhnya kecuali apa yang mereka kehendaki yaitu berpaling pada
315
Lihat beberapa kutipan dari imam-imam empat madzhab dalam Usrah, hal. 94-96.
Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 132. Namun demikian, apa yang dimaksud ibn
Abdul-Wahhab dengan konsensus bukanlah kesepakatan empat madzhab. Lihat Nusair,
hal. 74.
317
Dikutip dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 133.
318
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 133.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 114
316
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kitab-kitab fiqih, yang mana tidak lebih dari upaya ilmiah yang dapat berbuat salah
sebagai mana manusia biasa. Intinya, pendekatan ini membuat Qur’an dan Sunnah
tidak berarti. Dan pendekatan inilah yang ditolak oleh ibn Abdul-Wahhab dan para
pengikutnya.319
Putera Ibn Abdul-Wahhab, Abdullah, menjelaskan posisi mereka ketika dia
mengatakan, “Kami tidak pantas menerima level ijtihaad mutlak 320 dan tidak juga
salah satu dari kami yang mengklaimnya. Namun berkenaan beberapa masalah
[pada madzhab Hanbali kami], jika terdapat teks yang definitive dari Qur’an dan
Sunnah yang tidak dibatalkan, tidak menyendiri atau tidak bertentangan dengan
dalil yang lebih kuat dan diikuti oleh salah satu imam yang empat, maka kami
mengikutinya dan meninggalkan pandangan yang diberikan madzhab Hanbali.”321
Maka, Al-Utsaimiin menulis, ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya menghindari
dua pandangan ekstrim mengenai ijtihaad. Mereka menghindari pandangan
ekstrim yang menyatakan bahwa ijtihaad selalu dan di bawah keadaan yang
diperbolehkan bagi semua orang. Mereka juga menghindari pandangan ekstrim
yang mengatakan bahwa pintu ijtihaad telah tertutup dan tidak diizinkan bagi
siapapun.322 Harus juga dicatat bahwa mereka menolak pandangan ekstrim yang
menempatkan begitu banyak syarat bagi seseorang yang boleh membuat ijtihaad
319
Kenyataannya, salah seorang penentang ibn Abdul-Wahhab yang paling kukuh,
Sulaiman ibn Suhaim, menolak dalil-dalil Qur’an dan Sunnah yang diajukan ibn AbdulWahhab karena dia (Sulaiman) tidak dapat memahami dalil-dalil yang langsung berasal dari
Qur’an dan Sunnah tersebut. Dia tidak mampu memahami apa yang ditulis para ulama
terakhir dalam kitab-kitab fiqih mereka. Lebih dari satu kali kesempatan, mengutip para
penentangnya yang mengatakan, “kami tidak diizinkan untuk bertindak sesuai dengan
Qur’an, tidak juga dengan perkataan Rasul tidak juga dengan para ulama terdahulu. Kami
tidak mengikuti apapun kecuali apa yang dinyatakan oleh ulama yang terakhir.” (Lihat
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 38 dan hal. 157.) Lainnya lagi, beliau
mengutip mereka yang berkata, “Siapa saja yang bertindak berdasar Qur’an telah
melakukan kekafiran dan Qur’an tidak boleh ditafsirkan.” (Lihat ibn Abdul-Wahhab,
Muallifaat, vol. 7, hal. 89.) Karenanya, mengacu pada kitab yang dihormati Sulaiman, alIqnaa, untuk memperlihatkan bahwa tindakan seperti itu adalah syirik dan musyrik. Ibn
Abdul-Wahhab mengakhiri jawabannya dengan kata-kata, “Kitab anda ini mengatakan
bahwa anda termasuk orang-orang musyrik.” Namun demikian, bahkan hal itu tidak
merubah pendirian Sulaiman. Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 350-351;
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 126.
320
Level “ijtihaad mutlak” yaitu keempat imam madzhab (Malik, Abu Hanifah, al-Shafi’i dan
Ahmad). Ulama lain yang tidak mencapai level itu masih bisa melakukan ijtihaad pada
beberapa bagian, seperti beberapa masalah sekunder yang tidak tersentuh oleh ulamaulama terdahulu.
321
Dikutip dalam, Al-Syeikh, hal. 134.
322
Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 134.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 115
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
yang sebagaimana dikatakan oleh ibn Abdul Wahhab sendiri, “seseorang yang
bahkan kualitasnya tak akan ditemukan pada diri Abu Bakar atau Umar.”323
Juga pada pertanyaan mengenai taqlid (“ketaatan buta”), ibn Abdul-Wahhab
menghindari pandangan ekstrim yang umum berlaku pada masanya sebagaimana
oposisi ekstrim yang menjadi lazim pada masa kini. Umumnya, ibn Abdul-Wahhab
dan para pengikutnya mencantelkan diri mereka pada madzhab fiqih Hanbali. Akan
tetapi, tidaklah wajib, ibn Abdul-Wahhab berargumen, bagi seseorang untuk
secara komplit mengikuti manusia lain kecuali mengikuti Rasulullah (‫)ﷺ‬.
Buktinya, beliau mencatat bahwa empat imam memperingatkan para pengikut
mereka mengenai ketaatan buta dan mendorong mereka untuk mengikuti
kebenaran yang datang dari Qur’an dan Sunnah ketika hal itu menjadi jelas bagi
mereka.324 Ibn Abdul-Wahhab, juga, mengakui bahkan seorang ulama bisa saja
berbuat taqlid, jika dia tak memiliki waktu, sumber-sumber atau kemampuan
untuk berijtihaad mengenai sebuah masalah.
Berdasarkan ajaran ibn Abdul-Wahhab, para pengikutnya membagi taqlid ke
dalam tiga kategori. Kategori pertama adalah tipe taqlid yang terlarang dimana
seseorang mengikuti seorang imam padahal pendapatnya bertentangan dengan
Qur’an atau Sunnah. Dalam mengikuti sang imam dalam kasus ini, para
pengikutnya dalam praktiknya menjadikan sang Imam sebagai tuhannya atau
seorang nabi. Jenis taqlid seperti ini di hadapan wahyu Tuhan yang jelas benarbenar dikecam oleh ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya. (Kenyataannya, jenis
taqlid seperti ini mengarahkan banyak orang untuk berbuat syirik. Maka ibn AbdulWahhab mencatat mengenai mereka yang berbuat taqlid, “Agama mereka
dibangun di atas beberapa prinsip, yang terbesarnya adalah taqlid. Ini adalah
pepatah terhebat bagi semua orang tak beriman, dari yang terawal sampai yang
terakhir mereka.”325) Tambahan, bentuk taqlid yang terlarang lainnya adalah taqlid
berkenaan dengan esensi-esensi keimanan. Yaitu, menurut Nusair, ibn Abdul323
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 396.
Untuk perbincangan dalil-dalil yang dikemukakan ibn Abdul-Wahhab untuk menentang
ketaatan buta pada empat madzhab, lihat al-Atram, vol. 1, hal. 294-303.
325
Dikutip dalam Nusair, hal. 82. Ibn Abdul-Wahhab mestilah telah menyinggung faktafakta yang dinyatakan dalam berbagai ayat-ayat Qur’an. Seperti, “Dan apabila dikatakan
kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak),
tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?"” (QS. al-Baqarah 2:170); “Dan
apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab:
"(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun
setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?” (QS. Luqmaan
31:21).
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 116
324
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Wahhab meyakini bahwa menjadi kewajiban bagi setiap orang untuk mengenal
Allah, Rasulullah dan esensi-esensi keimanan. Pada masalah-masalah ini, taqlid
tidak diperbolehkan.326
Kategori taqlid kedua adalah keliru namun bukan kategori yang terlarang. Yakni
dimana seseorang yang telah bermaksud meneliti sebuah masalah yang
menyandarkan diri pada taqlid daripada menetapkan kebenaran untuk dirinya
sendiri. Meski hal ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak benar-benar terlarang,
ibn Abdul-Wahhab masih memberikan beberapa syarat untuk mengambil praktik
ini.327
Kategori ketiga adalah tipe taqlid yang diperbolehkan. Tipe taqlid ini terbuka bagi
orang awam dan bagi mereka yang pengetahuannya terbatas, seperti mereka
hanya memperhatikan satu madzhab fiqih saja. Untuk orang-orang seperti ini,
mereka tak memilki pilihan kecuali taqlid dan mengikuti pendapat-pendapat ulama
yang sesungguhnya.328 Ibn Abdul-Wahhab menyarankan, “Jika kebenaran menjadi
jelas bagi anda, ikutilah dia. Jika ia tidak jelas bagi anda dan anda butuh untuk
berbuat sesuatu, ikutilah seseorang yang agama dan pengetahuannya anda
percayai.”329
Maka, orang dapat melihat bahwa ibn Abdul-Wahhab adalah orang yang benarbenar setuju untuk membangkitkan kembali konsep ijtihaad dan mencari solusi
mengenai masalah-masalah kontemporer dari Qur’an dan Sunnah. Dalam
pengertian ini, beliau sebenarnya tidak berbuat “bid’ah” namun berusaha
mengembalikan umat Muslim kepada pemahaman yang telah dimiliki generasi
awal. Seperti yang dicatat Nusair, “Generasi pertama umat Muslim telah pergi dan
mereka sepakat dengan ijmaa bahwa ijtihaad adalah sebuah kewajiban. Ini adalah
kewajiban komunal bagi seluruh umat Muslim. Jika mereka benar-benar
meninggalkannya, maka mereka berdosa. Namun cukup jika beberapa ulama yang
memiliki kapabilitas memenuhi kewajiban ini.”330 Ini adalah implementasi dari
perintah Allah,
326
Bandingkan, Nusair, hal. 84-85. Pada poin ini, ibn Abdul-Wahhab mengutip hadits yang
menyatakan bahwa orang-oranga munafik akan ditanya mengenai Nabi (‫ )ﷺ‬dan mereka
akan menjawab, “Oh, oh, Saya tidak kenal. Saya mendengar orang-orang mengatakan
sesuatu dan saya berkata sama seperti mereka.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari.)
327
Lihat Nusair, hal. 85-86; al-Atram, vol. 1, hal. 290.
328
Bandingkan, Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 135.
329
Dikutip dalam Nusair, hal. 83.
330
Nusair, hal. 82.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 117
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
‫َوَما َكا َن الْ ُم ْؤِمنُو َن لِيَ ْن ِفُروا َكافَّةً فَلَ ْوال نَ َفَر ِم ْن ُك ّْل فِْرقٍَة‬
‫ِمْن ُه ْم طَائَِفةٌ لِيَتَ َف َّق ُهوا ِِف الدّْي ِن َولِيُ ْن ِذ ُروا قَ ْوَم ُه ْم إِ َذا َر َجعُوا‬
‫إِلَْي ِه ْم لَ َعلَّ ُه ْم َُْي َذ ُرو َن‬
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. alTaubah 9:122).
Meskipun perbincangan tentang ijtihaad dan taqlid seringkali terlihat dalam
cahaya fiqih, percabangannya berkembang dengan baik melebihi fiqih. Gagasan
bahwa pintu ijtihaad telah tertutup sebenarnya menutup pikiran orang-orang
dengan banyak cara. Hal itu menjadi penghalang terakhir antara manusia dengan
wahyu, seperti dalam masalah-masalah aqidah dan “spiritualitas” (mysticisme,
sufisme) dimana banyak orang yang telah mulai meragukan relevansi kata-kata
wahyu. Karenanya, untuk membangkitkan kembali proses berpikir, diperlukan
untuk membangun kembali hubungan antara individu Muslim, khususnya para
ulama, dengan Qur’an dan Sunnah. Ketika hal itu terjadi, kekurangan dalam fiqih
seperti juga kekurangan-kekurangan dalam bidang keimanan (aqidah) dan
spiritualitas dapat diatasi. Sebagaimana dicatat oleh Nusair, ini adalah satusatunya cara untuk membuat jembatan yang baik antara tempat yang baik pikiran
manusia dengan otoritas wahyu. Dia menyatakan bahwa tak seorang pun mampu
untuk menghancurkan penghalang seperti itu sampai datangnya membakar
jalannya. Monoteisme yang benar (tauhid) telah hilang digantikan dengan
anggapan bahwa Allah punya sekutu (syirik) dengan jelas karena kurangnya
pengetahuan mengenai jalan yang ditempuh salafus saleh. Bahkan untuk menuju
pada sumber-sumber petunjuk, secara buta melekat pada tulisan-tulisan yang
kemudian. Adalah Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang membawa para
pengikutnya kembali kepada Qur’an dan Sunnah.331
Pengaruh dan dampak pendekatan ini benar-benar hebat. Siddiqi menulis,
Para pemimpin pemikiran mulai mengganti seluruh literatur Islam yang telah
diwariskan kepada mereka oleh leluhur mereka dan dengan kemampuan
yang mengagumkan memurnikan islam dari semua praktik yang tak islami
331
Nusair, hal. 10-11.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 118
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan ajaran-ajaran islam yang
sayangnya telah menjadi bagian kebudayaan islam. Maka, sebagai hasil dari
upaya-upaya yang telah dilakukan Muhammad ibn Abd al-Wahhab sebuah
sikap kritis dikembangkan di antara ulama-ulama Muslim; mereka akan
menolak apapun yang datang dari masa lalu tanpa menguji validitasnya yang
berdasar dari Qur’an dan Sunnah. Maka, perubahan pertama yang terlihat di
masyarakat adalah dorongan untuk inventarisasi Fiqih. Dirasakan bahwa
kesederhanaan murni dan kelayakan shariah telah hampir terkubur di dalam
hutan deduksi-deduksi subjektif yang diajukan para ulama beberapa tahun
sebelumnya. Deduksi-deduksi ini, bagaimanapun berharganya, tak dapat
terus dipegang terus menerus. Masalah-masalah baru telah dipotong dengan
berjalannya waktu, dan hal ini meminta solusi baru yang berasal dari Qur’an
dan Sunnah. Maka, dengan berkembangnya sikap kritis, yang merupakan
hasil langsung dari kebangkitan Islam, pintu gerbang ijtihad yang telah
terselubung selama ratusan tahun kembali dibuka. Seluruh masyarakat
Muslim dibangunkan akan kebutuhan sebuah pendekatan yang segar
332
mengenai Fiqih.
Bahkan, ini adalah salah satu keberhasilan terhebat ibn Abdul- Wahhaab yang tak
pernah dianggapnya sebagai otoritas pokok – di atas otoritas-otoritas pokok
Qur’an dan Sunnah yang dia ajak orang-orang kepadanya. Para pengikutnya
mewujudkan semangat ijtihaad ini dan terus mencari kebenaran melalui wahyuwahyu Qur’an. Maka, Idris mencatat,
Apa yang sering disebut dengan ulama Wahhabi tidak benar-benar mengikuti
setiap ajaran Ibn ‘Abd al-Wahhab, namun hanya seruannya untuk kembali
kepada sumber-sumber fundamental dari agama Islam. Ini cukup
memperlihatkan sikap mereka terhadap tulisan-tulisan beliau. Mereka
membaca tulisan-tulisan itu, namun tidak memandang perlu membaca
semuanya, namun langsung menuju sumber asli dimana beliau mendapatkan
ajaran-ajarannya, dan kepada para ulama lebih awal yang membantunya
memperjelas pandangan dan ajarannya; mereka tidak membatasi diri mereka
pada masalah-masalah yang telah beliau tangani, namun berurusan dengan
masalah-masalah yang mereka hadapi sendiri, masing-masing dengan sikap
dan gayanya sendiri-sendiri. Ketika memiliki perbedaan yang sangat dengan
beliau, mereka tidak ragu untuk berbeda dengan beliau pada beberapa hal.
Namun inilah kadar keberhasilan yang baik tentang gerakan Ibn ‘Abd al333
Wahhab.
332
Abdul Hamid Siddiqi, “Renaissance in Arabia, Yemen, Iraq, Syria and Lebanon:
Muhammad Bin ‘Abd al-Wahhab and His Movement,” dalam M. M. Sharif, ed., A History of
Muslim Philosophy (Wiesbaden, Germany: Otto Harrassowitz, 1966), vol. 2, hal. 1449.
333
Jaafar Idris. “The Islamic Fundamentalism of the Wahhabi Movement.” pada
www.jaafaridris.com/English/Books/Wahhabism.htm, hal. 11.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 119
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ringkasnya, orang bisa mengatakan bahwa pendekatan ibn Abdul-Wahhab
terhadap fiqih adalah sebuah pendekatan yang didasarkan pada maksud asli
Syariah, kembali kepada sumber aslinya, membebaskannya dari pembatasanpembatasan konklusi-konklusi manusiawi para ulama mutaakhirun dan
mengembalikannya kepada fleksibilitas yang dibutuhkan manusia kapanpun dan
dimanapun dia berada.334
Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan Da’wah, Amar Ma’ruf Nahyi Munkar
Dalam pandangan Muhammad ibn Abdul-Wahhab, aktifitas paling terhormat –
setelah menegaskan tauhid dan menolak menyekutukan Allah dalam kehidupan
seseorang – adalah menyeru orang lain kepada jalan yang diridlai Allah. Beliau
menyatakan bahwa tempat terbaik dan terhormat di sisi Allah adalah menyeru
orang lain kepada-Nya. Beliau mengutip ayat,
ِ ‫تَّن دعا إِ ََل اللَّ ِه وع ِمل ل‬ِٟ ‫ومن أَحسن قَوال‬
‫ال إِنَِِّن‬
َ َ‫ا٘تًا َوق‬
َ َ ْ ْ ُ َ ْ ْ ََ
َ َ ََ
ِ
ِِ
‫ْي‬
َ ‫م َن الْ ُم ْسلم‬
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri?"” (QS. al-Fushshilat 41:33),
Dan hadits,
ِ ‫ك رجل و‬
ِ
ِ
‫ك ِم ْن ُٔتْ ِر‬
َ َ‫اح ٌد َخْي ٌر ل‬
َ ٌ ُ َ َ ‫فَ َو الل َألَ ْن يُ ْه َدى ب‬
‫َّع ِم‬
َ ‫الن‬
“Demi Allah, orang yang engkau beri petunjuk itu lebih baik bagimu daripada
335
unta kualitas terbaik.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.)
Ibn Abdul-Wahhab, karenanya, menekankan ajaran dan da’wah agama ini. Beliau
menekankan bahwa agama ini harus dipikirkan oleh semua orang, para ulama,
334
335
Bandingkan, Abu Sulaiman, vol. 1, hal. 413.
Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 48. Unta terbaik adalah
kekayaan yang paling berharga di mata orang-orang yang diajak bicara oleh Nabi (‫)ﷺ‬.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 120
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
orang awam, laki-laki, perempuan, tua dan muda.336 Contohnya, beliau
menyatakan tentang dasar-dasar agama dan bahaya-bahaya syirik, “Adalah
kewajiban untuk menyebarkan [kebenaran] ini di antara orang-orang, wanita dan
laki-laki. Dan semoga Allah mengasihi orang-orang yang memenuhi
kewajibannya.”337 Bahkan, dalam mempelajari kehidupan dan ajaran ibn AbdulWahhab orang dapat menyatakan bahwa beliau telah membawa orang pada jalan
yang patut dalam menyembah Allah – makanya bermanfaat bagi orang itu,
masyarakat secara keseluruhan dan seluruh umat manusia. Beliau itu bukan
tentang kekuatan, kekayaan atau kekuasaan melainkan tentang menasihati orang
lain di jalan Allah, sebagaimana apa yang ditulisnya dalam sebuah surat,
“Janganlah berpikir bahwa kata-kata dari saya ini adalah kata-kata yang
menyalahkan anda atau menentang anda. Demi Allah, Satu-satunya Tuhan selain
Dia tak ada tuhan yang patut diibadahi, ini adalah [kata-kata] nasehat yang
tulus.”338
Pentingnya Amar Ma’ruf Nahyi Munkar
Menurut Ibn Bisyr, tak ada seorang pun di Najd sebelum ibn Abdul-Wahhab yang
benar-benar memenuhi posisi amar ma’ruf nahyi munkar ini. Maka Najd mencapai
tahap yang dicapainya.339
Muhammad ibn Abdul-Wahhab dengan jelas menyadari pentingnya masyarakat
secara keseluruhan mengamalkan amar ma’ruf nahyi munkar. Sebagaimana dicatat
oleh Jameelah, “*Beliau] tidak puas hanya mengajarkan Islam namun bermaksud
membangun sebuah masyarakat dimana Islam yang kemurniannya tak ditambahtambahi akan diwujudkan sebagai sebuah skema praktis kehidupan.”340 Dalam
upaya mencapai tujuan itu, tidak sederhana sesederhana memurnikan jiwa
seseorang. Bahkan, seseorang harus menyebarkan ajarannya dan mendorong
orang lain untuk memurnikan jiwa-jiwa mereka. Akan tetapi, ketika hal itu datang
kepada masyarakat, ini juga harus termasuk langkah selanjutnya yaitu amar ma’ruf
nahyi munkar.
336
Dalam salah satu suratnya, beliau mencatat bahwa penentangnya al-Muwais
menganggap ajaran dari arti, “Tiada yang berhak disembah kecuali Allah,” adalah bid’ah.
Al-Muwais mengklaim bahwa gadis-gadis muda Hirmah dan keluarga mereka, tidak
menyatakan laki-laki mereka, mengetahui makna ekspresi ini. Lihat Muhammad ibn AbdulWahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 173.
337
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 127.
338
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 20.
339
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 169.
340
Jameelah, hal. 117-118.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 121
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ibn Abdul-Wahhab sadar bahwa sesungguhnya semua pertentangan yang beliau
hadapi bukan karena beliau mencoba memurnikan hidupnya sendiri melainkan
karena, masya Allah, beliau berusaha memurnikan masyarakat yang ada di sekitar
beliau. Contohnya, dalam masalah penghancuran mausoleum-mausoleum, beliau
berkata, “Pengadilan-pengadilan yang kami lakukan yang kalian juga lainnya
dengar tentang itu adalah hasil dari pengrusakan kuil-kuil yang dibangun di sekitar
kuburan orang-orang saleh di negeri kita.”341
Lebih jauh, Ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan rasa jijiknya kepada orang-orang
yang dalam keadaan berkuasa yang tidak keberatan bahkan kepada dosa-dosa
besar dan syirik. Beliau menulis kepada orang-orang seperti itu, “Apa yang salah
dengan kalian kenapa tidak menjelaskan kepada orang-orang bahwa praktikpraktik seperti itu adalah tidak percaya kepada Allah dan membuat mereka keluar
dari Islam? … Bagaimana ini diizinkan bagi anda untuk menyembunyikannya dan
berpaling darinya sementara Allah telah meminta sumpah dari mereka yang telah
diberi Kitab bahwa mereka akan menjelaskan Kitab itu dan bukannya
menyembunyikannya?”342 Seringkali beliau mengutip firman Allah,
ِ ْ‫اق الَّ ِذين أُوتُوا ال‬
ِ ‫وإِ ْذ أَخ َذ اللَّه‬
ِ ‫اب لَتُبَ يّْ نُنَّهُ لِلن‬
‫َّاس َوال‬
‫ت‬
‫ك‬
‫يث‬
‫م‬
َ
َ
َ
ُ َ َ
َ
َ
ِ‫تَ ْكتُمونَهُ فَنَبَ ُذوُ وراء ظُ ُهوِرِهم وا ْشتَ رْوا بِِه َْتَنًا قَلِيال فَب‬
‫س‬
‫ئ‬
ْ
ُ
َ ََ
َ َْ
َ
‫َما يَ ْشتَ ُرو َن‬
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah
diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada
manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya." Lalu mereka
melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka
menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka
terima.” (QS. Ali-‘Imran 3:187).
Pada kesempatan lain beliau menulis, “Terkutuklah mereka para hakim dan
penguasa yang tak merubah ini (praktik-praktik setan) sementara mereka memiliki
kemampuan untuk melakukannya.”343
341
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 40.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 126.
343
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 178. Salah satu cara yang penting
ibn Abdul-Wahhab yang mempengaruhi perubahan yaitu dikirimkannya pubernurgubernur dan para hakim ke berbagai suku-suku dan kota-kota yang berbeda-beda untuk
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 122
342
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Kenyataannya, bagi ibn Abdul-Wahhab, amar ma’ruf nahyi munkar adalah sebuah
kewajiban bahwa seseorang harus bergerak ke arah Allah dan menerima setiap
permintaan yang melarang kelakuan itu adalah serupa dengan tidak mentaati
Allah. Beliau menyatakan, “Jika anda maksud bahwa anda inginkan saya tetap
diam di hadapan orang kafir dan orang munafik … sebaiknya anda tak usah
memiliki permintaan seperti itu. Dan tak ada ketaatan kepada siapapun dalam
sebuah masalah ketidaktaatan kepada Allah.”344
Sampai seseorang memahami bahwa ketaatan mutlak semestinya hanya diberikan
kepada Allah, akan sulit bagi seorang individu untuk menjalankan amar ma’ruf
nahyi munkar. Hal itu karena tugas ini seringkali mengharuskannya melawan adat,
praktik-praktik dan keinginan orang-orang. Lebih jauh sebuah masyarakat yang
telah menyimpang dari Islam, tugas terbesar akan terjadi dan pertentangan yang
lebih hebat juga akan dihadapi seseorang itu. Akan tetapi, ini adalah hal yang harus
diadakan jika mencintai Allah. Orang tak bisa digoyang dengan hasrat-hasrat
manusia. Kesenangan Allah harus didahulukan daripada kesenangan umat
manusia. Inilah poin yang sangat dipahami oleh ibn Abdul-Wahhab. Dalam salah
satu suratnya beliau menulis,
Jika anda berpikir sulit melawan manusia, maka pikirkanlah apa firman Allah,
ٍِ
‫األم ِر فَاتَّبِ ْع َها َوال تَتَّبِ ْع أ َْه َو َاء‬
َ َ‫ُّتَّ َج َعْلن‬
ْ ‫اك َعلَى َش ِر َيعة م َن‬
ِ َّ‫ال‬
‫ك ِم َن اللَّ ِه َشْيئًا‬
‫ذ‬
َ ‫) إِنَّ ُه ْم لَ ْن يُ ْغنُوا َعْن‬8<( ‫ين ال يَ ْعلَ ُمو َن‬
َ
ِ‫وإِ َّن الظَّالِ ِمْي ب عضهم أَول‬
ِ ‫ِل الْمت‬
َّ
ِ
ٍ
‫ْي‬
‫َّق‬
‫و‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ال‬
‫و‬
‫ض‬
‫ع‬
‫ب‬
‫اء‬
‫ي‬
ُّ
َ ُ َ ُ َ َْ ُ َ ْ ْ ُُ َْ َ
َ
)8=(
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
menjalankan kebenaran dan menjaga apa yang benar. Karenanya, Burckhardt (vol. 1, hal.
288-289) mencatat, “Saud, ketua Wahabi, mengetahui kejujuran dan ketidakadilan
terbesar pada keputusan-keputusan mereka [hakim-hakim Badwi], dan kesediaan mereka
untuk menerima uang suap, menghapuskan mereka semua dari dominasinya, dan
mengirimkan kepada suku-suku Badwi itu, di tempat mereka, para qadi [hakim] dari
Derayeh, laki-laki yang cukup yang diberitahu dengan baik, dibayar dengan
perbendaharaan publik, dan cukup dikenal bahkan oleh para musuh sebagai orang-orang
yang keadilannya tak dapat disuap.”
344
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 319.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 123
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali
tidak akan dapat menolak dari kamu Sedikit pun dari (siksaan) Allah. Dan
sesungguhnya orang-orang yang lalim itu sebagian mereka menjadi penolong
bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang
bertakwa.” *QS. al-Jaatsiyah 45:18-19],
dan,
ِ
ِ‫ضي‬
‫وك َع ْن َسبِ ِيل اللَّ ِه إِ ْن‬
َ ُّ‫ضل‬
ْ ‫َوإِ ْن تُط ْع أَ ْكثَ َر َم ْن ِِف‬
ُ ِ ‫األر‬
‫لو َن‬
ُ ‫يَتَّبِعُو َن إِال الظَّ َّن َوإِ ْن ُه ْم إِال َِيُْر‬
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah).” [al-Ana’am 6:116].
Dan pertimbangkan apa yang dinyatakan Nabi (‫ )ﷺ‬dalam haditsnya,
‫بَ َدأ ا ِإل ْس َال ُم َغ ِريْبًا َو َسيَ عُ ْوُد َك َما بَ َدأَ َغ ِريْبًا‬
“Islam dimulai sebagai sesuatu yang asing dan akan kembali asing seperti
345
semula.” *Diriwayatkan oleh Muslim.]
Ibn Abdul-Wahhab juga memiliki pengertian yang baik kenapa hal ini sulit bagi
banyak orang, khususnya mereka yang nampaknya memiliki kekuasaan dan
pengetahuan, untuk mengikuti kebenaran sedangkan mereka telah tersesat di
masa lalu. Maka beliau paham kenapa bahkan sambil memperlihatkan kebenaran
yang jelas dari Qur’an dan Sunnah, orang akan tetap tidak mendengar dan akan
terus setia pada jalan hidup yang telah mereka jalani. Beliau memberikan empat
alasan untuk sikap ini (1) Mereka tidak menyadari kebenaran meski di antara
mereka mengklaim diri sebagai ulama; (2) kebenaran menentang apa yang
menumbuhkan mereka dan apa yang telah menjadi kebiasaan mereka, dan
sangatlah sulit untuk melawan adat kebiasaan seseorang; (3) kebenaran
bertentangan dengan “pengetahuan” yang mereka miliki dan yang mereka cintai
dalam pertumbuhannya mirip dengan bani Israel yang tumbuh mencintai sapi
345
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 57.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 124
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
emas; dan (4) agama ini berusaha memisahkan antara mereka dengan apa yang
terlarang, kekayaan yang telah mereka peroleh.346
Metodologi Da’wah dan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar Muhammad ibn AbdulWahhab
Orang yang menda’wahkan Islam memiliki banyak kesempatan terbuka kepadanya
untuk melakukannya, kesempatan-kesempatan ini terbagi kepada dua kategori
utama: yaitu ceramah dan penyampaian serta tindakan. Dalam kategori pertama,
orang dapat menemukan khutbah347, ceramah, kuliah, tanggapan keagamaan,
nasihat pribadi, surat, debat, kitab-kitab dan teguran. Dalam kategori selanjutnya,
orang akan menemukan jihad, merubah kemungkaran dengan tangan seseorang,
mendistribusikan kitab-kitab, memberi hadiah, melembutkan hati orang-orang
dengan kekayaan, melatih para pelajar dan mengirimkan mereka dengan bantuan
finansial ke tempat-tempat lain, membangun pusat kegiatan Islam dan masjidmasjid.348 Orang mendapati Muhammad ibn Abdul-Wahhab menggunakan
kesempatan dari masing-masingnya dan setiap orang dalam makna-makna yang
memungkinkan. Contohnya, pada tahun 1167 H., beliau mengirimkan muridnya
dan ulama Isa ibn Qaasim ke Riyadh untuk mengajari mereka tentang keimanan.
Isa menarik beberapa orang yang tekun untuk mengikutinya di Riyadh dan ketika
Dahhaam ibn Dawwaas menghancurkan perjanjian antara dia dan Muhammad ibn
Abdul-Wahhab, para pelajar ini ikut mengungsi dengan Isa ibn Qaasim dari Riyadh,
meninggalkan kekayaan dan barang-barang milik mereka demi mempertahankan
keimanan mereka.349
Dalam mempelajari pendekatan Muhammad ibn Abdul-Wahhab untuk amar
ma’ruf nahyi munkar, jelas bahwa beliau mempertahankan hal-hal yang sangat
prinsip yang harus memandu konsep ini. Contohnya, beliau akan bergerak dari satu
tahap ke tahap berikutnya tergantung apa yang paling tepat yang bisa diberikan
terhadap suatu keadaan dan apa yang sesuai dengat syariat. Satu prinsip yang
penting yang beliau tekankan adalah bahwa jika sebuah tindakan menghilangkan
kerusakan menimbulkan kerusakan yang lebih besar, maka tindakan itu tidak
diambil. Dalam sebuah surat yang beliau tulis untuk mencoba menyelesaikan
perselisihan antara orang-orang al-Sudair, ibn Abdul-Wahhab menyatakan,
346
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 464, dikutip dari Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 185.
Dalam volume sebelas Muallifaat, terdapat sebuah kumpulan yang terdiri dari
tigapuluhdelapan khutbah-khutbah Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Umumnya, khutbahkhutbah itu sangat singkat dan penuh dengan ayat-ayat Qur’an dan hadits.
348
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 103.
349
Ibn Ghannaam, vol. 2, hal. 19; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 118.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 125
347
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Para ulama menyebutkan bahwa jika tindakan melarang kemungkaran
menyebabkan perpecahan, tidak diizinkan untuk melarang kemungkaran itu.
Ingatlah Allah dan bertindaklah sesuai dengan apa yang saya katakan kepada
kalian dan pahamilah ia dengan baik. Jika kalian tidak melakukannya, maka
tindakan kalian melarang kemungkaran akan menyebabkan kerusakan yang
lebih terhadap agama. Dan seorang Muslim tak pernah bekerja kecuali untuk
350
membuat lebih baik agamanya dan kehidupan duniawinya.
Sebelum mengambil suatu tindakan melawan kemungkaran, beliau akan lebih dulu
memverifikasi keberadaan kemungkaran itu. Suatu kali beliau menasihati para
pengikutnya dua prinsip: “Pertama, jangan bertindak tergesa-gesa. Jangan
berbicara kecuali setelah memverifikasi karena berbohong itu berlebih-lebihan.
Kedua, Nabi (‫ )ﷺ‬mengetahui siapa-siapa orang munafik namun beliau
menerima amalan-amalan dzahir mereka dan mengembalikan apa yang
tersembunyi dalam hati mereka kepada Allah.”351
Pada permulaan misinya, ketika orang-orang tidak tahu kemusyrikan-kemusyrikan
yang mereka lakukan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab akan mencoba
menggunakan kata-kata yang baik dan secara tidak langsung mengambil
kesimpulan membiarkan orang memahami kejahiliyahan mereka. Abdul-Rahmaan
ibn Hasan, cucu ibn Abdul-Wahhab, mengatakan, “Di awal da’wahnya, ketika
Syeikh kami mendengar seseorang memohon kepada Zaid ibn al-Khattaab, beliau
akan berkata, ‘Allah lebih baik daripada Zaid,’ membuat mereka menolak syirik
dengan kata-kata lembut – membawa kepada kesadaran apa yang paling berharga
dan menjaga mereka agar tidak lari darinya.”352 Ibn Abdul-Wahhab mengatakan
bahwa orang-orang Basra yang jatuh pada praktik-praktik syirik akan datang
padanya membawa argumen-argumen mereka dan kemudian beliau akan
mengatakan kepada mereka, “Ibadah itu tidak pantas kecuali hanya ditujukan
kepada Allah,” dan mereka semua akan mengacaukannya.353 Sejak ibn AbdulWahhab mengetahui bahwa orang-orang itu sangat bodoh mengenai agama dan
apa yang dia da’wahkan ternyata dirasakan aneh oleh mereka, beliau tahu bahwa
beliau harus mengambil pendekatan yang sesuai dengan level pemahaman mereka
waktu itu. Ibn Abdul-Wahhab membuat poin ini sangat jelas ketika dia mengatakan
dalam sepucuk suratnya, “Jika bukan karena orang-orang yang sampai saat ini
tidak mengetahui agama Rasul dan jika bukan karena mereka masih keberatan
pada masalah yang tidak familiar dengan mereka, masalahnya akan menjadi sangat
berbeda. Aku bersumpah demi Allah, yang tak ada sekutu bagi-Nya, jika orangorang memahami masalahnya dengan benar, saya akan berfatwa bahwa darah ibn
350
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 296-297.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 285.
352
Dikutip dalam Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 125.
353
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 28.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 126
351
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Suhaim dan orang-orang yang seperti dia adalah halal [karena keingkaran mereka
yang sangat jelas] dan saya akan perintahkan mereka agar dibunuh.”354
Ibn Baaz menyatakan bahwa pendekatan seperti itu paling pantas pada saat ibn
Abdul-Wahhab berada di Basra sejak dia berurusan dengan orang-orang yang
menjadi sangat aneh dan berjarak dari pesannya. Karenanya, beliau bersikap
lembut kepada mereka dan membawa mereka selangkah demi selangkah menjauh
dari apa yang membuat mereka terpikat. Akan tetapi, meski dengan pendekatan
itu, beliau tidak berhasil dan orang-orang Basra menuduhnya sebagai penyebab
masalah dan beliau dipaksa pergi.355
Apa yang ibn Baaz katakan mengenai waktu itu dan lingkungannya barangkali
benar namun dalam kenyataannya Muhammad ibn Abdul-Wahhaab
memperlihatkan kelembutan dan kebaikan sebagai sebuah karakteristik dasar
dalam amar ma’ruf nahyi munkar dan menyeru orang lain kepada jalan Allah.
Beliau sekali menulis, “Sebaiknya para penyeru kepada jalan Allah melakukannya
dengan cara yang baik – menghormati orang-orang yang melewati batas. Allah
bahkan memerintahkan kepada kedua utusan-Nya Musa dan Harun untuk
mengatakan kata-kata yang baik kepada Firaun sehingga dia bisa merendah atau
merasa takut kepada Allah.”356 Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada
saudara-saudaranya, ibn Abdul- Wahhaab menulis,
Beberapa orang dalam agama ini keberatan pada kemungkaran – dan
sementara mereka benar dengan melakukan itu mereka juga berbuat keliru
dengan sikap mereka yang kasar yang menyebabkan perpecahan diantara
saudara sendiri. Allah berfirman,
ِ َّ‫يا أَيُّها ال‬
‫ين َآمنُوا اتَّ ُقوا اللَّهَ َح َّق تُ َقاتِِه َوال َّتُوتُ َّن إِال َوأَنْتُ ْم‬
‫ذ‬
َ َ
َ
ِ
َِ ‫صموا ِِبب ِل اللَّ ِه‬
ِ
‫ٓت ًيعا َوال تَ َفَّرقُوا‬
َْ ُ َ‫) َو ْاعت‬891( ‫ُم ْسل ُمو َن‬
ِ
ِ
‫ْي‬
َ َّ‫َواذْ ُكُروا ن ْع َمةَ اللَّه َعلَْي ُك ْم إِ ْذ ُكْنتُ ْم أ َْع َداءً فَأَل‬
َ ْ َ‫ف ب‬
354
Dikutip dari Ibn Ghannaam oleh Abdullah Al-Utsaimiin, “al-Rasaail al-Syakhshiyyah li-lSyeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh
Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol.
1, hal. 108.
355
Abdul-Mushin ibn Baaz, vol. 1, hal. 125-126. Bandingkan, Al-Utsaimiin, “Rasaail”, vol. 1,
hal. 107-108.
356
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 250-251.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 127
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
‫َلبَ ْحتُ ْم بِنِ ْع َمتِ ِه إِ ْخ َوانًا َوُكْنتُ ْم َعلَى َش َفا ُح ْفَرٍة‬
ْ ‫قُلُوبِ ُك ْم فَأ‬
ِ
‫ْي اللَّهُ لَ ُك ْم آيَاتِِه لَ َعلَّ ُك ْم‬
َ ‫ِم َن النَّا ِر فَأَنْ َق َذ ُك ْم ِمْن َها َك َذل‬
ُ ّْ َ‫ك يُب‬
)891( ‫تَ ْهتَ ُدو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
(QS. Ali-‘Imran 3:102-103).
Orang-orang berilmu mengatakan bahwa orang yang melaksanakan amar
ma’ruf nahyi munkar memerlukan tiga [kualitas]: Dia harus memiliki
pengetahuan tentang apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang; dia
harus lembut ketika dia memerintahkan sesuatu atau saat dia melarang
sesuatu; dan dia harus memiliki kesabaran menghadapi kejahatan yang
357
datang [kepadanya karena tindakannya yang mulia itu].
Tambahan, ibn Abdul-Wahhab seringkali mengingatkan orang kepada Allah dan
surga atau neraka yang menunggu mereka. Dalam suratnya kepada Ahmad ibn
Ibraahim beliau menulis, “Apakah yang bernilai dari agama ini bagi anda? Apakah
ridla Allah dan Surga bernilai bagi anda? Apakah neraka dan murka Allah bernilai
bagi anda?” Beliau menulis kepada Abdullah ibn Isa dan mengatakan, “Larilah
dengan agamamu demi surga dan neraka yang berada di depanmu.”358
Meski kelembutan adalah prinsip umum dalam amar ma’ruf nahyi munkar, namun
bukanlah satu-satunya prinsip yang digunakan dalam setiap keadaan.359 Langkah
selanjutnya yang digunakan adalah kata-kata kasar saat menegur orang lain.
Contoh dalam langkah ini dapat ditemukan dalam kata-kata Nabi Ibrahim (AS) yang
berkata kepada umatnya,
357
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Mualllifaat, vol. 7, hal. 296.
Bandingkan, Abdul-Mushin ibn Baaz, vol. 1, hal. 126-127.
359
Untuk yang lebih jelas dalam hal ini, lihat Fadhl Ilaahi, Min Sifaat al-Daaiyyah: Al-Lin wa
al-Rifq (Pakistan: Idaarah Tarjumaan al-Islaam, 1991), hal. 34-60.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 128
358
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ ‫ُف لَ ُكم ولِما تَعب ُدو َن ِمن د‬
‫ون اللَّ ِه أَفَال تَ ْع ِقلُو َن‬
ُ ْ
ُ ْ َ َ ْ ٍّ ‫أ‬
“Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah
kamu tidak memahami?” (QS. al-Anbiyaa 21:67).
Ibn Abdul-Wahhab menyatakan bahwa dia tidak akan menggunakan langkah ini
kecuali dia mendapati bahwa kebaikan tidak berhasil.360 Namun demikian, ibn Baaz
mencatat, ibn Abdul-Wahhab jarang menggunakan tahap ini. Beliau hanya akan
berbuat begitu kepada mereka yang benar-benar keras kepala dan
memperlihatkan penolakan meski sudah diberikan segala macam diskursus yang
rasional. Ketika menulis kepada penentangnya yang sengit, Sulaiman ibn Suhaim,
beliau menulis, “Anda adalah orang yang bodoh, seorang musyrik yang membenci
agama Allah.”361 Pada kesempatan yang lain, beliau mengatakan, “Seorang iblis tak
dapat memahami makna ibadah.”362 Beliau sendiri sadar dengan kekasarannya dan
memohon maaf karenanya. Dalam satu kesempatan beliau menulis, “Jangan
biarkan kekasaran kata-kata ini menguasai pikiranmu karena Allah mengetahui
maksudku dengan kata-kata itu.”363
Barangkali ini karena rasa cintanya yang berlimpah kepada kebenaran di depan
orang yang benar-benar menolaknya agar mendengar sehingga beliau
menggunakan kata-kata kasar. Orang dapat menyadari orang macam apa yang
berurusan dengan ibn Abdul-Wahhab. Sebagaimana dinyatakan ketika
membicarakan ijtihaad, seringkali ibn Abdul-Wahhab berurusan dengan orang
yang bahkan tak mau mendengar ayat-ayat Qur’an atau hadits Nabi (‫)ﷺ‬. Maka,
sekali beliau menulis, “Salah satu hal yang menakjubkan yang terjadi dari para
pemimpin penentang adalah ketika saya menjelaskan kepada mereka kata-kata
Allah dan apa yang dinyatakan para ulama tafsir, mereka menjawab, ‘Tidak
diizinkan bagi orang-orang seperti kami atau anda bertindak menurut Qur’an, katakata Nabi (‫ )ﷺ‬atau pernyataan-pernyataan ulama-ulama pertama. Kami tidak
mematuhi kecuali apa-apa yang dikatakan ulama yang terakhir.’”364 Dan bahkan
ketika ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan pernyataan-pernyataan para ulama
yang terakhir itu, seringkali penentangnya itu tidak merubah jalannya. Ketika
berbuat demikian, maka diizinkan untuk menggunakan ucapan kasar dan tidak
membiarkan kebenaran dikalahkan atau dikecilkan oleh kekeraskepalaan dan
kebiasaan yang keliru. Allah berfirman dalam Qur’an,
360
Abdul-Mushin ibn Baaz, vol. 1, hal. 128.
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 128-129.
362
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 90.
363
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 242.
364
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 218.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 129
361
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ َّ‫اب إِال بِالَِِّت ِهي أَحسن إِال ال‬
ِ ْ‫وال َُت ِادلُوا أَهل ال‬
ِ
‫ين‬
‫ذ‬
‫ت‬
‫ك‬
َ
َ َ
َ
َُ ْ َ
َْ
‫ظَلَ ُموا ِمْن ُه ْم َوقُولُوا َآمنَّا بِالَّ ِذي أُنْ ِزَل إِلَْي نَا َوأُنْ ِزَل إِلَْي ُك ْم‬
ِ ‫ت ُكم و‬َٛ ِ‫تنَا وإ‬َٛ ِ‫وإ‬
‫ت ُن لَهُ ُم ْسلِ ُمو َن‬١َْ‫اح ٌد َو‬
َْ ُ َ ُ َ
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara
yang paling baik, kecuali dengan orang-orang lalim di antara mereka, dan
katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu
adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri".” (QS. al-Ankabuut
29:46).
Maka, ada kalanya orang harus bersikap kasar dan juga termasuk mengekspos
kekeliruan argumen seseorang dalam cahaya Qur’an dan Sunnah.
Langkah selanjutnya, setelah semua itu gagal, adalah dengan mengancam
seseorang itu dengan beberapa tindakan jika dia tidak merubah cara-caranya.
Untuk beberapa orang, mereka tak memberikan respon kecuali sampai seseorang
mengancam kepentingan-kepentingan mereka dalam beberapa cara. Jika ada
kesempatan, ibn Abdul-Wahhab akan mengancam orang yang jika mereka tidak
merubah cara-cara mereka, beliau akan memerintahkan orang-orang agar tidak
shalat di belakang mereka, tidak boleh menerima kesaksiannya dan mereka harus
menentangnya.365
Cepat atau lambat, ancaman dan kata-kata tidak lagi berfaedah. JIka orang melihat
bahwa kebanyakan di antara mereka berada dalam ancaman, maka mereka tak
akan merubah cara-cara mereka. Karenanya, tindakan dalam arti positif dan
korektif benar-benar dibutuhkan. Bahkan, hal ini ditunjukkan secara langsung di
dalam hadits Nabi (‫)ﷺ‬,
‫َم ْن َرأَى ِمْن ُك ْم ُمْن َكًرا فَ ْليُغَيّْ ْرُ بِيَ ِد ِ فَِإ ْن ََلْ يَ ْستَ ِط ْع فَبِلِ َسانِِه‬
ِ
ِ َ‫َضعف ا ِإلّْي‬
‫ان‬
َ ‫فَِإ ْن ََلْ يَ ْستَ ِط ْع فَبِ َقْلبِ ِه َو َذل‬
ُ َْ ‫ك أ‬
“Barang siapa di antara kalian melihat perkara yang mungkar, maka
hendaklah diubahnya dengan tangannya; jika ia tidak kuasa, hendaklah
365
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 130.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 130
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dengan lidahnya; dan jika tidak kuasa juga, hendaklah dengan hatinya; dan
366
inilah yang selemah-lemah iman.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim.)
Karena syirik dan kekafiran adalah kemungkaran terbesar, ibn Abdul-Wahhab
menggunakan perkakas-perkakas yang telah diberikan Allah kepadanya untuk
menghapus sumber-sumber syirik yang ada. Dalam versi ikhtisar Zaad al-Maadnya, ibn Abdul-Wahhab menceritakan beberapa poin penting yang berhubungan
dengan masjid al-dzaraar, sebuah “masjid perlawanan” yang diatur oleh orangorang munafik pada masa Nabi (‫ )ﷺ‬untuk membuat orang-orang menjauh dari
masjid Nabi. Dalam narasi ibn Hishaam, Masjid ini dihancurkan. Ibn Abdul-Wahhab
kemudian mengatakan jika hal seperti itu terjadi pada masjid, “Lebih baik dan
wajib melakukan hal yang sama dengan situs-situs syirik. Hal yang sama juga harus
dilakukan pada bar-bar, pub-pub dan lokasi-lokasi kemungkaran.”367 Dalam satu
suratnya, beliau menulis, “Tidak diizinkan untuk tempat-tempat syirik dan thagut
tersisa bahkan satu hari pun jika seseorang bermaksud menghancurkan dan
mengakhirinya … Ini adalah aturan untuk makam-makam yang dibangun di sekitar
kuburan-kuburan yang dijadikan sebagai penyembahan berhala disamping Allah
dan batu-batu yang dijadikan orang untuk memohon berkah, bersumpah, dicium
[dan sebagainya]. Tak diizinkan bagi siapapun dari mereka untuk tetap
menghadapi bumi ketika seseorang memiliki kekuatan untuk menghapusnya.”368
Karenanya, ketika ibn Abdul-Wahhab memiliki otoritas politik untuk
mengenyahkan kubah-kubah dan situs-situs syirik lainnya, seperti kubah di
kuburan Zaid di al-Jubailah, beliau melakukannya dengan segera, tanpa rasa takut
kepada siapapun kecuali kepada Allah.
Perlunya menggunakan “tangan seseorang” dalam mengenyahkan kemungkaran
bisa meningkat pada poin menggunakan kekuatan untuk memerintahkan apa yang
benar, untuk membawakan keadilan dan mengakhiri kejahatan dan immoralitas.369
366
Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan di atas, ibn Abdul-Wahhab juga berbicara
tentang pentingnya menghapus kemungkaran dengan “hati seseorang” jika terdapat
kemampuan seseorang. Dalam suratnya kepada al-Suwaidi, beliau menulis, “Saya harap
Allah akan meninggikanmu dengan menolong agama-Nya dan nabi-Nya berkenaan dengan
kemampuanmu, bahkan jika hanya dengan hati dan doa. Sessungguhnya, Nabi (‫ )ﷺ‬telah
berkata, ‘Jika aku memerintahkanmu untuk melakukan sesuatu, lakukanlah sesuai
kemampuanmu.’ *Riwayat al Bukhari.+” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7,
hal. 37.
367
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 6, hal. 287.
368
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 73.
369
Mesti dicatat bahwa kadangkala seseorang berusaha untuk mendorong dan berperang
sementara pada saat yang sama hal ini tidak berarti bahwa penentang disadari sebagai
orang yang tidak beriman. Ketika membincangkan umat Muslim yang tidak melaksanakan
empat rukun Islam (selain syahadat), ibn Abdul-Wahhab berkata, “Untuk empat rukun, jika
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 131
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Tahap selanjutnya ini dalam karir ibn Abdul-Wahhab adalah yang sangat kelihatan
setelah beliau pindah dari Huraimila ke al-Uyainah dan beliau mendapat dukungan
dari penguasa setempat, Utsman ibn Muammar. Ini adalah poin yang sangat
penting karena seseorang tak dapat mengambil sebuah langkah fisik jika
menciptakan kerusakan alih-alih kebaikan. Hal seperti itu akan terjadi dengan
tindakan-tindakan yang dilakukan ibn Abdul-Wahhab jika dia tidak memiliki
dukungan dari orang-orang yang memiliki kekuasaan. Karenanya, di al-Uyainah,
beliau bergerak secara fisik dan menghapuskan serta menghancurkan mausoleummausoleum dan makam-makam yang dijadikan orang untuk berdoa dan pohonpohon serta semak-semak belukar yang diyakini orang-orang memiliki kekuatan
dan sebagainya. Situs-situs yang terkenal ini harus dihancurkan karena situs-situs
itu sangat berbenturan dengan konsep monoteisme. Namun demikian, situs-situs
itu sangat popular di antara orang-orang. Orang hanya wajib dan diperintahkan
bergerak melawan mereka ketika dia memiliki “kemampuan untuk
melakukannya,” sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas. Artinya, lagi-lagi,
bahwa kebaikan yang diharapkan akan menjadi lebih banyak daripada kerusakan
yang diperkirakan. Ibn Abdul-Wahhab menjaga prinsip ini dalam pikirannya dan
tidak mengambil langkah ini sampai benar-benar jelas bahwa dia telah siap dan
menjadi kewajiban baginya ketika dia mendapatkan dukungan dan kemampuan
yang baru.
Termasuk ke dalam kategori ini “merubah dengan tangan” memiliki kemampuan
untuk melakukannya adalah pelaksanaan hukum Islam. Sekali lagi, ini adalah
sesuatu yang pertama-tama dilaksanakan ibn Abdul-Wahhab di al-Uyainah ketika
beliau memiliki kekuatan dan kemampuan untuk melakukannya menurut aturan
syariah. Tentu saja, kasus yang sangat terkenal pada saat itu – seperti kasus yang
juga sangat terkenal saat ini di antara orang-orang yang yakin pada “kebebasan
dan ketidakbermoralan” – adalah hukum rajam bagi wanita pezinah yang datang
untuk mensucikan dirinya atas kejahatan yang telah dilakukannya itu.
Aspek selanjutnya pada amar ma’ruf nahyi munkar adalah apa yang terkenal
dengan jihad—tujuan utama yang sesungguhnya yang tak lain dari
mengimplementasikan kebaikan dan mengakhiri kemungkaran. Muhammad ibn
Abdul-Wahhab juga bergerak pada level ini ketika waktunya benar-benar pas. Jihad
dan mengambil risiko hidup jelas bukanlah masalah yang ringan. Ini harus
diupayakan hanya ketika dibutuhkan dan ketika kondisinya memungkinkan.
seseorang mengakuinya namun tidak taat melaksanakannya karena kemalasan, maka,
meskipun kami memeranginya agar dia melaksanakan empat rukun itu, kami tidak
mengatakan dia tidak beriman hanya karena tidak melaksanakan empat rukun itu. Para
ulama memiliki perbedaan berkenaan mereka yang meninggalkan perbuatan-perbuatan ini
karena kemalasan sementara tidak menolak [kewajibannya+.” Dikutip dalam Al-Utsaimiin,
Al-Syeikh, hal. 122.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 132
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Meskipun Muhammad ibn Abdul-Wahhab telah diancam dan hidupnya berada
dalam risiko dalam beberapa kesempatan, beliau tak pernah mengambil jalan jihad
sampai kepindahannya ke al-Diriyyah dan membuat perjanjian dengan
Muhammad ibn Saud. Bahkan kemudian, beliau hanya mengambil jalan ini ketika
musuh-musuh da’wahnya tidak memberinya pilihan lain kecuali berperang dan
mempertahankan kehormatan misinya. Beliau sendiri menyatakan, “Kami tidak
memerangi siapapun sampai hari ini kecuali untuk mempertahankan hidup dan
kehormatan. Kami harus bertarung melawan mereka yang telah menyerang kami
di negeri kami dan mereka tidak meninggalkan kami.”370 Lebih jauh, beliau tak
akan berperang sampai “buktinya terbangun untuk memerangi” sebuah bangsa,
yaitu, hanya setelah kekeliruan tentang anggapan bahwa Allah memiliki sekutu
(syirik) disampaikan kepada mereka dan mereka masih mengikuti syirik dan
menolak monoteisme sejati (tauhid). Maka, ibn Abdul-Wahhab menulis setelah
menunjukkan beberapa praktik keberhalaan,
Ini adalah masalah-masalah yang telah menciptakan konflik antara kami dan
orang-orang. Masalah yang membuat mereka menyatakan bahwa kami telah
kafir, memerangi kami dan menyatakan bahwa darah dan harta kami halal
bagi mereka untuk ditumpahkan, sampai Allah memberikan kami dukungan
dan kemenangan atas mereka. Tauhidlah yang kami serukan kepada orangorang dan dengannya kami memerangi mereka – setelah kami menetapkan
bukti-bukti untuk memerangi mereka berdasarkan Kitab Allah, Sunnah RasulNya dan ijma imam-imam terdahulu yang saleh. [Kami melakukan itu semua]
untuk mengimplementasikan firman Allah,
ِ
ِ
‫ّْين ُكلُّهُ لِلَّ ِه فَِإ ِن‬
ُ ُ‫َوقَاتل‬
ُ ‫وه ْم َح ََّّت ال تَ ُكو َن فْت نَةٌ َويَ ُكو َن الد‬
ِ ‫انْتَ هوا فَِإ َّن اللَّه ِِبَا ي عملُو َن ب‬
‫ص ٌري‬
َ َ َْ َ
َْ
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu
semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka
sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (al-Anfaal
371
8:39).
Serangan-serangan kepada orang dan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab adalah
“normal” sebagai syarat moral kepada orang-orang di sekitar beliau. Mereka
meninggalkan ibn Abdul-Wahhab, seperti Nabi (‫ )ﷺ‬sebelum beliau, dengan
tanpa pilihan penuh kedamaian. Seringkali, orang mengharapkan ini sebagai
370
371
Dikutip dalam Al-Utsaimiin, Al-Syeikh, hal. 121.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 114.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 133
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
perkaranya. Di bawah keadaan seperti itu, tanpa mengambil jalan jihad,
diharapkan da’wah dan ajaran-ajarannya bisa diakhiri. Maka Allah berfirman,
ِ َّ
ٍ ‫ض ُه ْم بِبَ ْع‬
‫ل َو ِام ُع َوبِيَ ٌع‬
َ ‫َّاس بَ ْع‬
ْ ‫ّْم‬
َ ‫ت‬
َ ‫تُد‬َٛ ‫ض‬
َ ‫َولَ ْوال َدفْ ُع الله الن‬
ِ
ِ
ِ ِ
ٌ ‫للَ َو‬
ُ‫صَر َّن اللَّه‬
ْ ‫ات َوَم َساج ُد يُ ْذ َكُر ف َيها‬
ُ ‫اس ُم اللَّه َكث ًريا َولَيَ ْن‬
َ ‫َو‬
‫ي َع ِز ٌيز‬
ّّ ‫صُرُ إِ َّن اللَّهَ لََق ِو‬
ُ ‫َم ْن يَْن‬
“Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan
sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gerejagereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang di
dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong
orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. al-Hajj 22:40).
Mesti dicatat, sebagaimana dinyatakan al-Fauzaan dalam sangkalannya kepada
orang yang mengkritik ibn Abdul-Wahhab dalam hal ini, jihad, jika bertemu dengan
kondisi seperti ini, tak dapat dianggap sebagai perkara yang kasar atau ekstrim. AlFauzaan menyatakan bahwa dalam cara yang sama yaitu dalam hal mencari
dukungan politik adalah juga termasuk kepada Sunnah Nabi (‫)ﷺ‬, mengambil
jalan jihad ketika diperlukan juga termasuk kepada Sunnah Nabi (‫)ﷺ‬. Lagi-lagi,
jika ini dilakukan dengan batas-batas yang diatur dalam Syariat, hal ini tidak bisa
disebut sebagai kekasaran atau tindakan yang harus dikritik.372
Menurut Ibn Bisyr, ibn Abdul-Wahhab mengambil peran aktif dalam berjihad.
Secara umum, khususnya di tahun-tahun pertamanya di al-Diriyyah, beliau adalah
orang yang mempersiapkan pasukan dan mengirimkan ekspedisi-ekspedisi. Beliau
akan menasehati serdadu-serdadunya untuk hanya takut kepada Allah dan
menetapkannya dalam misi mereka, mengharapkan pertolongan dan ganjaran dari
Allah.373 Beliau akan mengingatkan mereka untuk bertobat kepada Allah, selalu
memiliki maksud yang tulus dan setia pada keimanan, yang demikian itu akan
menjadi kunci kemenangan.374 Kenyataannya, dalam setiap kemenangan atau
penaklukan, beliau selalu menjadi pemandu spiritual pasukan, mengingatkan
372
Bandingkan, Saalih al-Fauzaan, “Taqiibaat ala ma Dzakarahu al-Ustaadz Abdul-Kariim alKhatiib fi Kitaabihi al-Da’wah al-Wahhaabiyyah wa Muhammad ibn Abdil-Wahhaab” dalam
[Majallah] Kulliyah Ushul al-Din (Muhammad ibn Saud Islamic University, Vol. 1, 1397-1398
A.H.), hal. 86.
373
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 165.
374
Bandingkan, Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 102.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 134
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mereka pada kenyataan yang mereka hadapi. Setelah penaklukan hebat terhadap
al-Haayir pada tahun 1178, dimana lima ratus pengikutnya terbunuh dan banyak
dari mereka yang menjadi tawanan, Amir Abdul Aziz datang langsung kepada ibn
Abdul-Wahhab dan mendapati sang Syeikh berkata padanya,
ِ
ِِ
)81=( ‫ْي‬
ْ ‫َوال ََتنُوا َوال َُْتَزنُوا َوأَنْتُ ُم‬
َ ‫األعلَ ْو َن إِ ْن ُكْنتُ ْم ُم ْؤمن‬
‫ك األيَّ ُام‬
َّ ‫إِ ْن ّيَْ َس ْس ُك ْم قَ ْر ٌح فَ َق ْد َم‬
َ ‫س الْ َق ْوَم قَ ْر ٌح ِمثْ لُهُ َوتِْل‬
ِ ‫َّاس ولِي علَم اللَّه الَّ ِذين آمنُوا وي ت‬
‫َّخ َذ ِمْن ُك ْم‬
َ ْ َ‫تَا ب‬ُٛ‫نُ َدا ِو‬
َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ ِ ‫ْي الن‬
ِ
ِ ِ ُّ ‫ُشه َداء واللَّه ال ُُِي‬
َ ‫ب الظَّالم‬
ُ ََ َ
ُ‫ص اللَّه‬
َ ‫) َوليُ َم ّْح‬889( ‫ْي‬
ِ‫الَّ ِذين آمنوا وّيَْحق الْ َكاف‬
ِ
)888( ‫ين‬
‫ر‬
َ َ َ َُ َ
َ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka,
maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka
yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di
antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah
membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan
supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah
tidak menyukai orang-orang yang lalim, dan agar Allah membersihkan orangorang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang
375
yang kafir.” (QS. Ali-‘Imran 3:139-141).
Catat bahwa sangat jelas dengan sikapnya bahwa tujuan jihad ibn Abdul-Wahhab
tidak pernah tentang masalah kekuatan personal, prestise ataupun dendam.
Kelihatannya – dan hanya Allah yang mengetahui rahasia terdalam – bahwa
sungguh hanya untuk mendirikan agama Allah secara keseluruhan. Maka,
sebagaimana digambarkan Ibn Ghannaam, tak ada yang lebih dicintainya daripada
musuhnya yang mendatanginya dengan penyesalan dan memohon maaf. Beliau
tak pernah mengancam seseorang dengan sikap kasar setelah beliau mendapatkan
kemenangan atas mereka, bahkan jika pun mereka telah berlaku kasar,
menghukum dan memutilasi dalam perlakukan mereka kepada para pengikut ibn
375
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 92.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 135
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Abdul-Wahhab.376 Dalam cara ini, kelihatan bahwa beliau benar-benar
mengaplikasikan perintah Allah,
َّ ‫الصال َة َوآتَ ُوا‬
‫الزَكا َة فَِإ ْخ َوانُ ُك ْم ِِف الدّْي ِن‬
َّ ‫فَِإ ْن تَابُوا َوأَقَ ُاموا‬
“Jika mereka bertobat, mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka
(mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. al-Taubah 9:11).
Masalah-masalah yang Menjadi Prioritas
Karakteristik penting dalam pendekatan da’wah ibn Abdul-Wahhab adalah
memberikan prioritas pada masalah-masalah yang lebih penting. Sebagaimana
yang telah jelas sekarang, masalah yang paling penting dari semuanya adalah
kepercayaan yang benar tentang Allah. Beliau mendasarkan pendekatan ini pada
sebuah hadits terkenal yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dimana Nabi
(‫ )ﷺ‬mengirimkan Muaadz ke Yaman sebagai guru. Nabi berkata kepada Muaadz,
ِ ‫ك تَ ْق َد ُم َعلَى قَ ْوٍم أ‬
‫َهل كِتَاب فَ ْليَ ُك ْن أ ََّوَل َما تَ ْدعُ ْوُه ْم‬
َ َّ‫إِن‬
ِ
ِ ِ
َّ ‫َخِ ِْبُه ْم أ‬
‫ض‬
ْ ‫إِلَْيه عبَ َادةُ اللّه فَِإ َذا َعَرفُ ْوا اَللَ فَأ‬
َ ‫َن اللَ قَ ْد فَ َر‬
ٍ ‫علَي ِهم ٕتَْس للَو‬
‫ات ِِف يَ ْوِم ِه ْم و لَْي لَتِ ِه ْم‬
ََ َ ْ َْ
“Engkau pergi mendatangi Ahli Kitab. Pertama-tama yang harus engkau seru
kepada mereka adalah agar mereka menyembah Allah. Jika mereka telah
mengenal Allah, beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan
mereka untuk melaksanakan shalat lima waktu siang dan malam..”
Ibn Abdul-Wahhab menjelaskan, “Maka, seseorang tidak disuruh shalat lima waktu
dalam sehari kecuali setelah dia mengenal monoteisme sejati (tauhid) dan dia
tunduk padanya. [Jika hal itu saja terjadi pada shalat,] apa yang seharusnya terjadi
dengan masalah-masalah sekunder dimana terdapat perbedaan pendapat?”377
Beliau juga menulis,
Ketahuilah bahwa kewajiban yang paling penting bagi manusia adalah untuk
mengenal bahwa Allah adalah Tuhan bagi semuanya dan pemilik dan
376
377
Lihat Nusair, hal. 217.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 166.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 136
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
pemelihara sesuai dengan keinginan-Nya. Jika engkau mengetahuinya, maka
engkau harus memepertimbangkan apa yang benar menurut
kebijaksanaanmu – seperti beribadah dengan penuh cinta, penghargaan, rasa
kagum, takut, harapan dan mengenal-Nya sebagai Tuhan, yang meliputi
ketundukan yang rendah hati terhadap semua perintah-perintah dan
larangan-larangan-Nya. Hal ini datang sebelum kewajiban-kewajiban shalat
378
dan zakat.
Sementara menjelaskan ayat,
ِ َ ِ‫ك وإِ ََل الَّ ِذين ِمن قَبل‬
ِ ‫ولََق ْد أ‬
ِ‫ُوحي إ‬
‫ت‬
‫ي‬
‫ل‬
َ
َ
َ ‫ك لَئ ْن أَ ْشَرْك‬
ْ ْ َ
ْ
َ
َ
َ
ِ ‫ت‬ٙ‫ا‬
ِ ‫ك ولَتَ ُكونَ َّن‬
ِ
‫ين‬
‫ر‬
‫اس‬
‫ن‬
‫م‬
ْ
َ
َ َ ُ‫لَيَ ْحبَطَ َّن َع َمل‬
َ
َ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan
hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’”
(QS. az-Zumar 39:65),
Ibn Abdul-Wahhab mencatat, “Ini memperlihatkan kebutuhan yang hebat akan
pelajaran mengenai monoteisme sejati. Jika nabi-nabi saja membutuhkannya dan
berhasrat untuk mendapatkan pengetahuan itu, bagiamana dengan yang lainnya?
Ini menolak klaim orang-orang bodoh yang percaya bahwa mereka tahu apa itu
[tauhid] dan tidak perlu mempelajarinya.”379
Dalam berbagai kesempatan, ibn Abdul-Wahhab menekankan pentingnya
mengetahui dasar-dasar yang benar tentang Islam, yaitu system keimanannya.
Beliau berulang-ulang menekankan bahaya-bahaya jatuh kepada polytheisme
(syirik) dan fakta bahwa Allah tak akan mengampuni dosa seperti itu.380 Lebih jauh,
ibn Abdul-Wahhab menggambarkan amalan-amalan yang membawa seseorang
keluar dari Islam. Beliau menekankan pentingnya mengetahui masalah-masalah
seperti ini. Dalam sepucuk suratnya yang ditujukan kepada dua orang muridnya,
beliau mengatakan, “Ini adalah kewajiban bagi laki-laki untuk mengajarkan ini
kepada istrinya dan anggota keluarganya – dan ini adalah kewajiban yang lebih
besar daripada mengajarkan wudlu dan shalat.”381 Ini bahkan lebih penting
daripada amalan-amalan keliru berkenaan dengan kekayaan. Beliau menulis
tentang beberapa orang mutawwa yang mengajarkan bahwa lebih penting
378
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 174.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 5, hal. 345.
380
Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 44 dan hal. 95.
381
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 323.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 137
379
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
berbicara kepada orang-orang tentang menyalahkan orang lain mengenai
kekayaan mereka daripada berbicara kepada mereka tentang amalan-amalan yang
sungguh-sungguh berseberangan dengan keimanan mereka. Ibn Abdul-Wahhab
menulis,
Ini adalah bagian dari tingkat hebat kebodohan mereka. Mereka tidak
mengetahui sesuatu kecuali kekeliruan-kekeliruan yang berkenaan dengan
kekayaan. Sedangkan terhadap kekeliruan-kekeliruan syirik, mereka tidak
tahu. Allah telah berfirman, “sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kelaliman yang besar” (QS. Luqmaan 31:13). Apakah kedudukan
dari kemungkaran – jika seseorang membicarakannya, atau memuji tuhan
palsu atau mempertahankannya – yang membuat seseorang keluar dari
Islam, bahkan jika pun dia berpuasa dan shalat, berkenaan dengan
kemungkaran itu yang tak membuatnya keluar dari Islam? [Untuk yang
belakangan,] tiap-tiap orang akan mendapatkan balasannya atau Allah akan
mengampuninya. Terdapat perbedaan yang hebat antara keduanya [tipe-tipe
382
kemungkaran itu].
Di lain tempat beliau menulis, “Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, bahwa
kewajiban mengetahui syahadat ‘bahwasannya tak ada yang berhak diibadahi
kecuali Allah,’ adalah sebelum kewajiban shalat dan shaum. Kewajiban bagi setiap
insan untuk mempelajari maknanya. Yaitu lebih penting baginya daripada
mempelajari shalat dan shaum. Dilarangnya syirik dan mengimani thagut adalah
lebih hebat pelarangannya daripada menikahi ibu atau bibinya sendiri.”383
Faktanya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab menolak untuk merespon beberapa
pertanyaan tentang fiqih sampai beliau merasa pasti bahwa orang yang
mengajukan pertanyaan itu mengerti lebih dulu konsep tentang tauhid, dan
mengatakan, intinya, bahwa jika seseorang tidak benar dalam mengikuti konsep
monoteisme (tauhid), masalah-masalah lainnya tidak akan bermanfaat.384
Lebih jauh, menurut Shalih Ali-Syeikh, dalam da’wah-nya, beliau dengan jelas
membedakan antara amalan-amalan syirik dan amalan-amalan terlarang yang
dapat membawa seseorang kepada syirik. Kemudian beliau tidak akan
membicarakan atau mengulanginya sampai konsep syirik dipahami dan amalanamalan syirik yang ada benar-benar dihentikan. Hanya setelah itu, beliau akan
bergerak membicarakan dan menghentikan amalan-amalan terlarang yang akan
382
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 190. Lihat juga vol. 7, hal. 75 dan
hal. 200.
383
Abdul Rahmaan ibn Muhammad ibn Qaasim al-Najdi. Al-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwabah
al-Najdiyyah (Beirut: Daar al-Arabiyyah, 1982), vol. 2, hal. 79.
384
Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, 167.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 138
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
membawa kepada syirik, seperti mencari harta kekayaan kepada Allah dengan cara
memohon dalam shalat seseorang hak Nabi (‫ )ﷺ‬dan kedudukan Nabi (‫)ﷺ‬.385
Ibn Abdul-Wahhab dan Kualitas-kualitas Orang yang Mengamalkan Amar Ma’ruf
Nahyi Munkar
Seperti telah dijelaskan di atas, meski diberikan kepentingan menyeluruh
mengenai amar ma’ruf nahyi munkar, ibn Anbdul-Wahhab benar-benar menegerti
bahwa hal itu tidak bisa dilakukan dengan sembarangan dan tidak semua orang
qualified untuk memenuhi peran penting ini. Terdapat prinsip-prinsip tertentu
yang harus diikuti dalam amar ma’ruf nahyi munkar. Atau, terdapat kualitaskualitas tertentu yang harus dimiliki seseorang dalam mengambil pekerjaan
penting ini.
Melalui tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab seseorang dapat mengutip kualitaskualitas yang paling penting yang beliau tekankan bagi orang yang mengambil
peran penting ini.386 Kualitas-kualitas ini termasuk, di antara yang lainnya, sebagai
berikut:
(1) Ikhlaas atau kualitas amalan yang murni dan semata-mata hanya demi Allah:
Ini adalah kualitas yang ditekankan ibn Abdul-Wahhab untuk semua amalan.
Bahkan, beliau menyatakan bahwa salah satu syarat diterimanya syahadat
seseorang di sisi Allah adalah seseorang itu harus menyatakan syahadat itu murni
demi kepentingan Allah. Ketika mengambil poin-poin dari cerita Adam dan iblis,
ibn Abdul-Wahhab mencatat bahwa satu poin adalah poin yang sangat terkenal
bahwa setiap amalan yang tidak menjadikan perkenanan Allah sebagai tujuan
adalah amalan yang sia-sia dan kosong.387 Dalam suratnya kepada Syarif Mekkah
Ahmad ibn Said, dalam masa delegasi pertamanya al-Husayyin, ibn Abdul-Wahhab
menulis, “Kewajiban atas kami dan anda bahwa dia memaksudkan dengan
pengetahuannya perkenan Allah.”388 Hal ini teristimewa sekali benar bagi
seseorang yang menyadari dirinya seorang pekerja demi kepentingan Allah –
menyeru orang lain kepada Islam, menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran,
mengajar dan lain sebagainya. Dalam masa sekarang, hal ini seringkali dilupakan
sebagai umat Muslim yang tulus hati yang bergabung dengan kelompok-kelompok
atau organisasi-organisasi dimana mereka mulai bekerja dan menyeru orang
kepada kelompok atau syeikh mereka daripada demi kepentingan Allah. Dalam
Kitaab al-Tauhid, ibn Abdul-Wahhab menyinggung penyakit-penyakit ini ketika,
dalam bab menyeru kepada syahadat sementara tak mementingkan ikhlaas, beliau
385
Saalih Aali-Syeikh, Haadha Mafaahimunaa (1406 A.H.), hal. 90-91.
Untuk detilnya, lihat Usrah, hal. 131-181.
387
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 5, hal. 93.
388
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 312.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 139
386
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
menulis, “Banyak terdapat orang yang, meskipun mereka menyeru kepada
kebenaran, sebenarnya menyeru kepada diri mereka sendiri.”389 Tambahan, ibn
Abdul-Wahhab memperingatkan para pengikutnya tentang siapa saja yang
barangkali belum benar-benar tulus dalam amalan-amalannya dan beliau
menasehati mereka bagaimana berurusan dengan mereka. Dalam salah satu
suratnya, beliau menyatakan, “Jika salah satu dari kalian takut saudaranya
bertindak dengan maksud pamrih, dia harus menasehatinya dengan lembut,
menasehatinya agar memurnikan niatnya untuk agama Allah, menasehatinya agar
meninggalkan amalan-amalan untuk pamer dan kemungkaran. Dia tidak
seharusnya melemahkan ketetapan hatinya untuk berjuangan di jalan Allah. Dia
juga seharusnya tidak berbicara mengenai dirinya berdasarkan kecurigaan atau
menyematkan sesuatu kepadanya yang tidak layak.”390 (Usrah mencatat bahwa
maksud pamrih adalah sesuatu yang tersembunyi dan diketahui hanya oleh Allah.
Maka, dalam kutipan terakhir ini, ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan prinsip
bagaimana berurusan dengan orang lain. Seseorang tak dapat menghukumi
maksud mereka karena hanya Allah-lah yang mengetahui.391)
(2) Pengetahuan: Ibn Abdul-Wahhab dengan jelas melihat kurangnya ilmu
pengetahuan – atau kebodohan – sebagai salah satu alasan utama kenapa umat
Muslim mencapai keadaan sedemikian itu. Karenanya, beliau menekankan
pentingnya memperolah pengetahuan. Sebagaimana disebutkan di atas, beliau
menekankan pentingnya mengajari semua orang dasar-dasar keimanan. Namun
demikian, ketika hal ini datang pada seseorang yang berharap menyeru kepada
iman kepada Allah atau memerintahkan kebaikan dan menghapuskan
kemungkaran, beliau menekankan bahwa tak seorang pun dapat melakukannya
dengan tepat kecuali amalan-amalannya didasarkan kepada pengetahuan sejati
yang datang dari Qur’an dan Sunnah. Barangkali ini adalah sesuatu yang dia
pelajari langsung dari gurunya di Madinah, Abdullah ibn Ibraahim ibn Saif, yang
memperlihatkan kepadanya buku-buku dan menggambarkan buku-buku itu
sebagai senjata yang dia persiapkan untuk penduduk kota Majmah. Kenyataannya,
dalam sepucuk suratnya, beliau menasehati,
Barangkali musuh-musuh tauhid memiliki banyak pengetahuan, banyak
buku-buku dan bukti-bukti, sebagaimana Allah berfirman,
389
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 21.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 289.
391
Usrah, hal. 140.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 140
390
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ َ‫فَلَ َّما جاءتْ هم رسلُهم بِالْب يّْ ن‬
‫ات فَ ِر ُحوا ِِبَا ِعْن َد ُه ْم ِم َن الْعِْل ِم‬
َ ُْ ُُ ُْ َ َ
‫اق ِبِِ ْم َما َكانُوا بِِه يَ ْستَ ْه ِزئُو َن‬
َ ‫َو َح‬
“Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada)
mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang
dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab
Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu.” (QS. al-Mu’min/Ghaafir
40:83).
Jika engkau mengenali fakta itu dan jika engkau mengenali bahwa jalan
menuju Allah pastilah ada musuh-musuh yang duduk disana dengan
kefasihan berbicara, pengetahuan dan argumenasi, sebagaimana Allah
berfirman,
ِ ٍ ِ
‫صدُّو َن َع ْن َسبِ ِيل اللَّ ِه‬
ُ َ‫َوال تَ ْقعُ ُدوا بِ ُك ّْل لَراط تُوع ُدو َن َوت‬
"Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan
menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah” (QS. al-A’raaf
392
7:86),
Maka menjadi kewajiban bagimu untuk belajar agama Allah yang akan
menjadi senjata bagimu yang dapat engkau pergunakan untuk menghadapi
393
iblis-iblis seperti itu.
Pada saat yang sama, beliau juga memahami bahwa jika seseorang menyandarkan
diri pada wahyu Allah, seseorang itu benar-benar tak akan dapat ditaklukkan oleh
argumen macam apapun. Karenanya, seseorang benar-benar harus mempelajari
kebenaran dan mempersembahkannya tanpa rasa takut akan apapun. Maka beliau
menulis, “Namun jika engkau berpaling kepada Allah dan menyampaikan argumenargumen Allah dan penjelasannya, maka engkau tak seharusnya merasa takut dan
bersedih hati. Sesungguhnya, rencana setan itu lemah. Seorang awam dari
kalangan monotheist dapat mengatasi ribuan ulama polytheist, sebagaimana Allah
berfirman, ‘Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang’ (QS. ash
392
Keseluruhan terjemahan ayat ini adalah, “Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan
dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan
menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu
berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.”
393
Muhammad ibn Abdul-Wahhab , Muallifaat, vol. 7, hal. 156.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 141
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Shaaffaat 37:173). Tentara-tentara Allah mengatasi yang lainnya dengan dalil-dalil
dan pembicaraan sama seperti mereka mengatasi musuh-musuhnya dengan
pedang …”394
Dalam kenyataannya, seorang bodoh yang mengira melakukan amar ma’ruf nahyi
munkar justru menyebabkan kerusakan yang parah daripada kebaikan. Karenanya,
ibn Abdul-Wahhab bersikeras dengan pendiriannya dan benar-benar menekankan
syarat pengetahuan. Contohnya, beliau menulis, “Tak diizinkan bagi seseorang
untuk berkeberatan pada suatu amalan sampai dia memiliki pengetahuan. Langkah
pertama menolak sebuah amalan adalah pengtahuanmu yang mengatakan bahwa
amalan itu bertentangan dengan perintah Allah.”395 Dalam suratnya kepada
mutawwa al-Diriyyah, beliau menjelaskan kepada mereka, “Ketika sebuah masalah
tidak jelas bagi anda, tak diizinkan bagi anda untuk berkeberatan pada seseorang
yang memerintahkan atau melakukan amalan itu sampai kekeliruannya telah
menjadi jelas bagi anda. Sebaliknya, anda harus tetap diam atau tidak
melakukannya. Jika anda dapat membuktikan kekeliruan yang telah dibuat, maka
anda harus menjelaskannya kepada mereka.”396
Tentu saja, dalam mengambil posisi yang berkenaan dengan pengetahuan ini, ibn
Abdul-Wahhab mengikuti ulama-ulama besar yang telah datang sebelum dia.397
Karenanya, saat mencoba menyelesaikan perselisihan di antara saudarasaudaranya dari Hautah di Sudair, beliau menulis, “Orang-orang berilmu
mengatakan siapa saja yang melakukan amar ma’ruf nahyi munkar membutuhkan
tiga karakteristik: (1) Dia harus tahu apa yang diharuskan dan apa yang dilarang;
(2) Dia harus bersikap lembut dalam apa yang diperintahkannya dan apa yang
dilarangnya; dan (3) dia harus sabar dalam menghadapi kejahatan yang akan
dihadapinya. Anda perlu untuk benar-benar mempelajarinya dan bertindak
dengannya karena kelemahan orang beragama adalah akibat dari kurangnya
bertindak menurut prinsip-prinsip ini atau karena kurangnya pemahaman
mereka.”398
(3) Hikmah399: Berkenaan dengan amar ma’ruf nahyi munkar, hikmah
(“kebijaksanaan”) mengimplikasikan pengetahuan pendekatan apa yang bisa
394
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 156. Juga lihat vol. 1, hal. 159.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 284.
396
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 240.
397
Contohnnya, Sufyaan al-Tsauri dan ibn Taimiyyah menyatakan prinsip-prinsip ini. Lihat
Usrah, hal. 144-145.
398
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, vol. 13, hal. 125.
399
Hikmah bisa didefinisikan dengan beragam cara. Sayangnya, banyak orang salah
memahami hikmah yang diartikan sebagai “bijaksana,” yang hampir memiliki pengertian
seseorang yang pintar berurusan dengan orang lain. Akan tetapi, ulama Islam di masa awal
mendefinisikannya sebagai pemahaman – pemahaman terhadap Qur’an, Sunnah dan dasar
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 142
395
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
digunakan pada waktu yang tepat. Contohnya, seseorang harus mengerti kapan
kelembutan bisa melawan kekasaran diperlukan atau kapan pendekatan yang lebih
keras digunakan dan lain sebagainya. Sebagaimana telah disebutkan bagaimana
ibn Abdul-Wahhab mengambil manfaat dari setiap bentuk pendekatan dan
argumenasi – dari pembicaraan yang lembut sampai jihad. Beliau juga mengajari
para pengikutnya bahwa mereka harus mengetahui sikap yang pantas dalam
melakukan nahyi munkar. Maka, beliau sekali menulis “Beberapa orang dari agama
ini melakukan nahyi munkar – dan mereka benar dalam hal ini – namun mereka
keliru dalam kekerasan yang mereka lakukan yang membawa perpecahan di antara
saudara-saudara sendiri.”400
Tentu saja, hikmah juga mengimplikasikan pemahaman topik paling penting apa
yang harus dilaksanakan. Hal ini telah dibincangkan di atas, menunjukkan bahwa
ibn Abdul-Wahhab menangani topik-topik yang paling penting dulu (keyakinan
tentang Allah dan syirik) dan kemudian bergerak kepada topik penting berikutnya,
menurut keadaan orang-orang. Sebagai tambahan dalam perbincangan tentang
karakteristik di atas, ibn Abdul-Wahhab juga menggambarkan beberapa prinsipprinsip yang sangat penting yang berkenaan dengan amar ma’ruf nahyi munkar.401
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Ibn Abdul-Wahhab menekankan bahwa kemungkaran yang harus disingkirkan
adalah sesuatu yang sudah tegas dan nyata. Maka beliau menulis kepada
Muhammad ibn Suwailim dan Tsuniyaan ibn Saud, “Beritahukan kepada mereka
tentang dua hal. Pertama, mereka seharusnya tidak tergesa-gesa dan mereka
seharusnya tidak berbicara tanpa memastikan masalahnya, karena terdapat begitu
banyak kepalsuan [dan dusta hari ini]. Keduanya, Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri mengetahui
orang-orang yang munafik namun beliau menerima tindakan-tindakan dzahir
mereka dan menyerahkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka kepada
Allah. Jika sesuatu yang nyata nampak dari mereka yang harus diperangi, maka
perangilah mereka.”402 Dengan kata lain, kemungkaran perlu dilihat, didengar atau
dilaporkan dari saksi yang bisa dipercaya. Orang tidak boleh bertindak atas dasar
dugaan atau membuat asumsi mengenai niatan orang lain. Dalam pendekatan ini,
ibn Abdul-Wahhab mengikuti apa yang diperintahkan oleh Imam Ahmad.403
(2) Muhammad ibn Abdul-Wahhab juga menyinggung prinsip yang tak diizinkan
untuk menyingkirkan kemungkaran jika hal itu justru akan menyebabkan
ilmu pengetahuan – seperti seseorang tahu bagaimana mengaplikasikan pengajaran secara
tepat di dalam keadaan yang berbeda.
400
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 296.
401
Untuk lebih rincinya, lihat Usrah, hal. 182-209.
402
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 284.
403
Lihat Usrah, hal. 183-184.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 143
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kerusakan yang lebih hebat. Maka beliau menulis, “Para ulama menyebutkan jika
keberatan kepada suatu kemungkaran dapat menyebabkan perpecahan, maka tak
diizinkan untuk berkeberatan dengannya. Demi Allah, anda harus bertindak
berdasar prinsip ini dan memahaminya karena bisa saja keberatanmu terhadap
kemungkaran itu sebenarnya bisa saja membahayan agama.”404 Di lain tempat,
beliau menyebutkan prinsip penting yang harus dimiliki seseorang agar
membiarkan kemungkaran kecil untuk menghindari kemungkaran yang lebih besar
atau mengorbankan kebaikan kecil untuk mendapatkan kebaikan yang lebih
besar.405 Pada poin ini, nampaknya beliau terinspirasi oleh ibn Taimiyyah dan ibn
al-Qayyim yang menekankan prinsip ini dalam sejumlah karya tulis mereka. 406
Maka, orang dapat menemukan penekanan ibn Abdul-Wahhab bahwa para
penguasa harus diperingatkan dan dinasehati secara pribadi, bukan secara publik,
dan mereka harus dipatuhi atas setiap perintah mereka yang sesuai dengan
syariat. Prinsip-prinsip ini berhubungan dengan mengesampingkan prinsip
menerima kerusakan kecil untuk menolak kerusakan yang lebih besar.407
(3) Prinsip penting ketiga adalah bahwa seseorang tidak seharusnya keberatan
dengan tindakan orang lain yang berdasarkan pada ijtihaad yang diperbolehkan
atau alasan fiqih. Karenanya, beliau mengomeli mereka yang berkeberatan untuk
mencium tangan ulama. Beliau mengatakan bahwa hal seperti itu seharusnya tidak
dijadikan dasar keberatan karena para ulama telah berbeda pendapat dalam hal
itu dan bahkan diriwayatkan bahwa Zaid ibn Tsaabit mencium tangan ibn Abbas
dan dia berkata, “Ini adalah cara yang telah diperintahkan kepada kita bagaimana
kita memperlakukan ahlul bait Nabi.”408 Akan tetapi, hal ini tidak dipergunakan
kepada semua masalah dimana di dalamnya terdapat perbedaan pendapat. Orang
perlu membedakan antara perintah yang berdasarkan nash-nash yang jelas dan
pasti, yang tak terbuka pada beragam macam pendapat dan perintah-perintah
yang berdasar kepada nash-nash yang tidak pasti yang terbuka pada berbagai
macam pendapat. Ibn Abdul-Wahhab menyebutkan secara eksplisit hal ini dalam
sejumlah suratnya dan jawabannya, beliau menulis: “Jika masalahnya termasuk ke
dalam ijtihaad, maka anda tahu bahwa tak ada keberatan dalam masalah ijtihaad.
Siapa saja yang bertindak menurut madzhabnya yang berada di bawah
kekuasaannya maka tak ada keberatan.”409 Dalam bagian berikut, beliau
memberikan rincian yang lebih detil mengenai makna pasti konsep ini,
404
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 296.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 5, hal. 23.
406
Bandingkan, Usrah, hal. 189-191.
407
Bandingkan, Usrah, hal. 192-199.
408
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 284.
409
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 41.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 144
405
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
[Pertanyaan] bahwa tak ada keberatan dalam hal yang berkenaan dengan
ijtihaad … jika seseorang membuat pernyataan ini berarti setiap masalah
yang terdapat perbedaan pendapat, maka pernyataan ini adalah keliru dan
bertentangan dengan Ummah. Para Sahabat dan mereka yang datang
setelahnya terus berkeberatan kepada mereka dengan pendapat yang
berbeda-beda atau mereka yang keliru, siapa saja mereka, bahkan jika
mereka adalah orang-orang yang paling berpengetahuan ataupun yang
paling saleh. Allah mengutus Muhammad (‫ )ﷺ‬dengan petunjuk dan agama
kebenaran dan Dia memerintahkan kita agar mematuhinya dan menolak apa
saja yang bertentangan dengan ajaran-ajarannya. Hal ini termasuk menunjuk
kepada kekeliruan yang dibuat seorang ulama ketika bertentangan dengan
Nabi (‫ )ﷺ‬dan menolak pendapatnya. Jika seseorang yang membuat
pernyataan [tentang tidak menolak dalam masalah-masalah ijtihaad]
mengacu kepada masalah-masalah ijtihaad dimana terdapat perbedaan
pendapat dimana pandangan mana yang benar tidak jelas, maka pernyataan
itu adalah benar. Tak diperbolehkan untuk seseorang berkeberatan pada
sesuatu hanya karena berbeda dengan pendapatnya atau kebiasaan orangorang. Sama halnya, tidak diperbolehkan bagi seseorang memerintahkan
sesuatu kecuali berdasarkan pada ilmu pengetahuan, dan orang tidak boleh
410
keberatan pada sesuatu yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan.
Kelengkapan Pendekatan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar ibn Abdul-Wahhab
Agama Islam seringkali disebut sebagai “jalan hidup yang sempurna.” Hal ini
karena ajarannya menyentuh setiap aspek kehidupan. Dengan kata lain, Tuhan
menurunkan sebuah kitab dan mengutus seorang Nabi untuk memberi contoh dan
memberikan petunjuk untuk semua phase bagian kehidupan yang berbeda-beda.
Maka, kapan saja terdapat petunjuk atas suatu masalah, penolakan untuk
mengikuti petunjuk atau menolak petunjuk itu sama saja dengan kemungkaran.
Kemungkaran ini harus dikoreksi dan diubah menurut prinsip-prinsip yang
digambarkan di atas. Maka, Nabi (‫ )ﷺ‬mengajarkan dan memberi petunjuk
orang-orang berkenaan dengan masalah-masalah keimanan, ibadah, sikap,
karakter, moral dan lain sebagainya.
Aspek yang sangat penting dari kehidupan dan ajaran ibn Abdul-Wahhab yaitu
beliau tidak membatasi dirinya untuk mengubah hanya bagian kehidupan
seseorang atau masyarakat. Kebanyakan pemimpin atau gerakan hanya
menekankan pada satu aspek – seperti ibadah – sementara alpa pada berbagai
aspek kehidupan yang penting lainnya. Upaya-upaya reformasi itu bisa jadi
membawa hasil yang positif namun hasil-hasil itu sepertinya menyebabkannya
sangat parsial ketika dilihat dalam gambaran yang lebih besar. Maka, ibn Abdul410
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 4, bagian Fataawa, hal. 33-34.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 145
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Wahhab, sebagaimana Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri, tidak membatasi diri pada salah satu
aspek keislaman. Bahkan, dia berusaha mengubah seluruh bangunan masyarakat,
dari hal-hal pribadi dan sikapnya sampai pemerintahan dan prinsip-prinsip yang
memandunya.
Cakupan karya ini adalah untuk merinci arena-arena berbeda dimana ibn AbdulWahhab menghapuskan kemungkaran dan membawa hasil-hasil positif.
Sebenarnya, semua itu telah disentuh di sini dan di bab sebelumnya. Setidaknya
garis besar aspek-aspek reformasi ibn Abdul-Wahhab yang berbeda-beda, amar
ma’ruf nahyi munkar-nya, perubahan yang dilakukannya terhadap masyarakat,
adalah benar.411
(1) Bidang aqidah (“keimanan”): Jika seseorang ingin meringkaskan aspek-aspek
paling penting dari perjuangan ibn Abdul-Wahhab dapat diistilahkan perjuangan
untuk mengoreksi keyakinan dan praktik yang disebabkan dari konsep tauhid aluluuhiyah (keyakinan bahwa hanya ada satu Tuhan). Menyatakan misi esensinya,
beliau menulis,
Atas apa yang kami larang orang dari sessuatu, kami larang mereka dari syirik
dimana Allah berfirman,
ِ ‫إِنَّه من ي ْش ِرْك بِاللَّ ِه فَ َق ْد حَّرم اللَّه علَي‬
ْ
‫َّار‬
‫ن‬
‫ال‬
‫ا‬
‫و‬
‫أ‬
‫م‬
‫و‬
‫ة‬
َّ
‫ن‬
‫اٗت‬
‫ه‬
ْ
َ
ُ َُْ
ُ ُ َ ََ َ ْ َ ُ َ َ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,”
(QS. al-Maaidah 5:72).
Dan Allah berkata kepada nabi-Nya (‫)ﷺ‬, dengan peringatan keras bahwa
dia (Nabi ‫ )ﷺ‬dan saudara-saudaranya (para nabi) adalah bebas dari syirik,
ِ َ ِ‫ك وإِ ََل الَّ ِذين ِمن قَبل‬
ِ ‫ولََق ْد أ‬
ِ‫ُوحي إ‬
‫ت‬
‫ي‬
‫ل‬
َ
َ
َ ‫ك لَئ ْن أَ ْشَرْك‬
ْ ْ َ
ْ
َ
َ
َ
ِ ‫ت‬ٙ‫ا‬
ِ ‫ك ولَتَ ُكونَ َّن‬
ِ
‫ر‬
‫اس‬
‫ن‬
‫م‬
ْ
َ
َ‫) بَ ِل اللَّه‬:9( ‫ين‬
َ َ ُ‫لَيَ ْحبَطَ َّن َع َمل‬
َ
َ
ِ‫اعب ْد وُكن ِمن الشَّاك‬
ِ
)::( ‫ين‬
‫ر‬
َ
َ ْ َ ُ ْ َ‫ف‬
411
Untuk rincian mengenai setiap topik yang disebutkan, lihat Usrah, hal. 229-405.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 146
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi)
yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan
hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.
Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu
412
termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. az-Zumar 39:65-66).
Sebagai tambahan untuk mengoreksi keyakinan Tauhid al-uluuhiyah, dia juga
mengoreksi keyakinan-keyakinan yang berhubungan dengan tauhid al-asma wa alsifat (nama-nama dan sifat-sifat Allah)413 dan tauhid al-rubuubiyah (keyakinan
bahwa hanya ada satu Yang Maha Pemelihara).
Ibn Abdul-Wahhab juga menghancurkan secara fisik dan menjelaskan secara logis
kekeliruan berhala-berhala dan objek-objek yang disandingkan dengan Allah.
Tentu saja menghancurkan berhala-berhala secara fisik ini dilakukannya hanya
setelah dia memiliki otoritas dan kekuatan secara politis untuk melakukannya.
Namun demikian, gerakan ini sendiri adalah hal penting yang tersendiri. Setelah
menghancurkan objek-objek ibadah palsu, tak ada kecelakaan yang menghampiri
ibn Abdul-Wahhab. Hal ini membuat beberapa suku Badwi menyadari kebodohan
jalan hidup mereka dan ketidakmampuan objek-objek sesembahan mereka. Ini
juga menambah penghargaan dan reputasinya bermil-mil di sekitarnya. Lebih jauh,
penghancuran situs-situs itu secara fisik membuat generasi selanjutnya tidak bisa
lagi menghidupkan kembali ibadah keliru itu. Maka, sampai hari ini di Najd, orang
tidak dapat menemukan kuburan-kuburan atau pohon-pohon yang dijadikan
mausoleum, “situs suci” dan tempat-tempat peribadatan lainnya padahal sebelum
masa ibn Abdul-Wahhab negeri ini dipenuhi dengan situs-situs seperti itu. Dalam
melakukan hal itu, ibn Abdul-Wahhab mengikuti contoh yang diberikan Nabi (‫)ﷺ‬
yang menghancurkan berhala-berhala Ka’bah dan yang mengutus Ali untuk
membongkar makam-makam di sekitar kuburan-kuburan.414
412
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 95.
Khususnya, ibn Abdul-Wahhab merekomendasikan agar lebih baik menghentikan
membaca kitab-kitab ahli teologi dan ahl al-Kalaam, dan lebih baik mengikuti saran para
ulama salaf. Bahkan, dia berkata, seseorang harusnya mengambil keyakinan dari bukubuku ulama salaf yang di dalamnya berisi nash-nash yang berasal dari Qur’an dan Sunnah.
Lihat Usrah, hal. 265-268.
414
Juga diriwayatkan bahwa Khulafa al-Rasyidin Umar ibn al-Khattaab memotong pohon
413
tempat dimana terjadi ikrar kepada Nabi (‫ )ﷺ‬ketika dia mendengar bahwa orang-orang
menjadikan tempat itu dan mengunjungi tempat itu sebagai tempat yang istimewa. Namun
demikian, riwayat lain menyebutkan bahwa Allah mencabut pengetahuan dari para
Sahabat sehingga mereka tidak dapat lagi mengenali pohon mana yang sebenarnya.
Wallahu a’lam. Lihat Usrah, hal. 279-281.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 147
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ibn Abdul-Wahhab juga menolak iman palsu dari kelompok bid’ah berbeda, seperti
syiah. Beliau menyebutkan bahwa ulama sebelumnya menganggap bid’ah lebih
berbahaya daripada dosa besar dan mereka yakin bahwa bid’ah itu membawa
kepada kekafiran.415 Umumnya, Sunnah dan bid’ah tak dapat hadir di saat yang
sama. Jika seseorang memiliki salah satunya, maka dia tak akan menginginkan
yang satunya lagi. Maka, ibn Abdul-Wahhab mengatakan, “Menyuruh
mengimplementasikan Sunnah dan melarang bid’ah adalah bagian daripada amar
ma’ruf nahyi munkar dan bagian dari amalan yang paling saleh.”416 Di antara bid’ah
yang dihapuskan ibn Abdul-Wahhab adalah bangunan kubah di kuburan-kuburan,
berkumpul dalam maulid Nabi dan bid’ah-bid’ah di kalangan ordo Sufi yang
mengklaim suatu cara yang mengharap ridla Allah padahal tak sesuai dengan
Sunnah.417
Ibn Abdul-Wahhab juga mengoreksi pandangan orang-orang mengenai kesetian
dan pengkhianatan – beliau mencatat apa yang menjadi pusat konsep ini berada
dalam keimanan seorang muslim. Akhirnya, ibn Abdul-Wahhab juga berbicara dan
berkeberatan tentang menyebarnya praktik-praktik ilmu sihir, ramalan nasib dan
astrologi. Beliau juga mengoreksi pandangan orang-orang tentang azimat dan
guna-guna. Kitabnya, Kitaab al-Tauhid memiliki bab-bab yang ditujukan pada
setiap topik-topik tersebut.
(2) Bagian ibadaah (“ritual peribadahan”): Seorang pemimpin relijius di kalangan
umat Muslim berusaha menyebarkan keimanan – hal ini mengimplikasikan
keimanan dan praktik-praktiknya. Segi-segi yang paling mendasar dalam agama
Islam adalah ritual peribadahan. Hal-hal ini tidaklah opsional, seperti seseorang,
misalnya, shalat hanya jika dia mau shalat. Bahkan, mereka mempraktikkan bentuk
peribadahan itu sebagai dasar sebuah masyarakat dan melakukannya secara
komunal. Yaitu praktik-praktik ini meletakkan dasar untuk segala hal yang Islam
usahakan untuk diimplementasikan dalam masyarakat. Fakta penting ini tidak
hilang dalam diri ibn Abdul-Wahhab. Karenanya, memastikan orang-orang untuk
shalat, shaum, memberikan zakat dan sebagainya benar-benar menjadi bagian dari
415
Lihat Usrah, hal. 309-310.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 13, hal. 125. Lihat juga vol. 7, hal. 85.
417
Dalam menunjuk apa yang biasa diyakini kaum Sufi, ibn Abdul-Wahhab menulis, “Jika
seseorang percaya bahwa siapa pun memiliki jalan menuju Allah yang berbeda dengan
416
jalan mengikuti Muhammad (‫ )ﷺ‬dan bahwa tidak diwajibkan mengikutinya atau
seseorang mengklaim bahwa dia hanya membutuhkan Nabi (‫ )ﷺ‬hanya untuk
pengetahuan exoteric tapi tidak untuk pengetahuan esoteric atau untuk pengetahuan
syariah sebagaimana dia menentang pengetahuan tentang dunia nyata dan mengatakan
bahwa beberapa orang ulama membolehkan meninggalkan syariatnya sebagaimana Khidhr
meninggalkan syariat Nabi Musa, maka, untuk orang dengan kepercayaan ini, dia telah
melakukan kekafiran.” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 68.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 148
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
pemahaman amar ma’ruf nahyi munkar. Maka, sebagai contoh, di al-Uyainah
beliau memastikan orang-orang melaksanakan shalat secara berjamaah di masjid.
Beliau menulis, “Saya wajibkan hal itu di bawah kekuasaan saya untuk mendirikan
shalat, memberikan zakat dan melaksanakan semua hal yang telah diwajibkan
Allah.”418 Beliau juga menulis, “Saya seru orang-orang untuk mendirikan shalat
secara berjamaah dengan cara yang patut, memberikan zakat, shaum Ramadhan
dan melaksanakan Haji ke Bayt Allah. Dan kami melaksanakan amar ma’ruf nahyi
munkar sebagaimana Allah berfirman,
ِ َّ
َّ ‫الصال َة َوآتَ ُوا‬
ِ ‫األر‬
‫الزَكا َة‬
َّ ‫ض أَقَ ُاموا‬
ُ ‫ين إِ ْن َم َّكن‬
ْ ‫َّاه ْم ِِف‬
َ ‫ا لذ‬
ِ ِِ
ِ
ِ
‫األموِر‬
ُ ُ‫َوأ ََمُروا بالْ َم ْعُروف َونَ َه ْوا َع ِن الْ ُمْن َك ِر َوللَّه َعاقبَة‬
‘(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka
bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar;
419
dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.’ (QS. al-Hajj 22:41).”
Bahkan beliau mengatakan, “Kita harus memerangi mereka yang meninggalkan
shalat dan mereka yang menolak memberikan zakat sebagaimana orang yang
selalu berkata jujur dalam Ummah, Abu Bakar al- Siddiq, memerangi mereka yang
menolak memberikan zakat.”420
Sebagai tambahan untuk melihat bahwa para pengikutnya melaksanakan
peribadahan, ibn Abdul-Wahhab juga berusaha keras menghapuskan aspek-aspek
bid’ah yang timbul secara pelan-pelan kedalam peribadahan. Beliau mengikuti
pandangan – yang benar-benar didukung oleh hadits Nabi (‫ )ﷺ‬yang jelas –
bahwa setiap bid’ah adalah sesat dan keliru. Maka, ibn Abdul-Wahhab
418
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 36.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 114.
420
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 98. Sebagaimana telah dikutip
sebelumnya, ibn Abdul-Wahhab juga menulis, “Rukun Islam itu ada lima. Yang pertama
adalah dua kalimat syahadat. Kemudian keempat rukun [yang tersisa]. Jika seseorang
mengiyakan semuanya itu namun tidak melaksanakannya karena kemalasan, kami,
meskipun kami harus memeranginya karena apa yang telah dilakukannya, tidak
menyatakannya telah murtad karena meninggalkan kewajiban-kewajibannya itu. Para
ulama berbeda tentang seseorang yang meninggalkan kewajiban-kewajibannya itu karena
kemalasan, tanpa menolak kewajiban-kewajiban itu. Dan kami tidak menyatakan siapapun
sebagai tidak beriman berdasar apa yang disepakati para ulama tentang itu, yaitu dua
kalimat syahadat.” Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 4, bagian Fataawa, hal.
9.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 149
419
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
berkeberatan dengan praktik yang membuat adzan tambahan, sang muadzin
mendoakan Nabi (‫ )ﷺ‬dengan suara keras setelah adzan dan hal-hal serupa
lainnya.421
(3) Bagian muamalaat (“bisnis dan interaksi keduniawian”): Ibn Abdul-Wahhab
keberatan dengan kemungkaran yang meninggalkan hibah dengan tujuan
menghalangi beberapa ahli waris yang berhak, khususnya perempuan, dari
menerima hak bagian mereka. Meskipun hibah relijius secara keseluruhan disetujui
dalam syariah, terdapat beberapa prinsip dasar yang harus dipatuhi. Khususnya,
terdapat perbedaan pendapat apakah diperbolehkan meninggalkan hibah yang
menguntungkan beberapa orang anak seseorang dan tidak yang lainnya,
khususnya jika anak-anak yang tadi bukanlah orang yang dinyatakan
membutuhkan. Ketika melakukan itu, seseorang mengurangi warisan dan
pendapatan yang akan datang anak-anak yang tidak menerima dana dari hibah
itu.422 Akan tetapi, pada masa ibn Abdul-Wahhab, tindakan meninggalkan hibah ini
dilakukan dalam berbagai cara yang nyata bahwa maksud dari semua itu adalah:
bermaksud untuk menghalangi perempuan menerima hak bagian dari harta
warisan itu. Karenanya, ibn Abdul-Wahhab berjuang melawan kemungkaran ini.
Pada poin ini ibn Abdul-Wahhab sekali lagi menemui pertentangan, khususnya
karena praktik ini disetujui oleh beberapa ulama di daerah ini. Ibn Abdul-Wahhab
menulis sebuah risalah kecil dan sebuah surat panjang yang menjelaskan posisi
dan argumen-argumennya menentang kemungkaran yang umum berlaku.423 Beliau
menyatakan bahwa meskipun beberapa ulama memberikan dukungan mereka
pada praktik ini, yaitu, kenyataannya, sebagaimana katanya, “Salah satu yang
paling mengerikan dari semua kemungkaran dan lebih besar dari dosa besar
adalah mengubah hukum Allah dan agama-Nya dan mencari jalan menerobos
dengan mengklaim bahwa cara amalan seperti itu adalah cara untuk lebih dekat
kepada Allah. Yaitu jelas bahwa hibah-hibah ini yang telah kita lakukan ketika
seseorang mencoba menghalangi seseorang yang telah Allah berikan bagiannya
[dari hak bagiannya], menjadi istri …”424
Ibn Abdul-Wahhab juga bertarung melawan bentuk-bentuk berbeda dari riba
(“bunga, renten”).425 Beliau juga keberatan kepada praktik memberi hadiah kepada
hakim, yang tidak lain hanya daripada suap menurut pendapatnya.426 Hal ini,
kenyataannya, menjadi masalah yang menyebabkan terjadinya ketegangan hebat
421
Bandingkan, Usrah, hal. 350-351.
Untuk detilnya, lihat Usrah, hal. 355-357.
423
Untuk rinciannya, lihat Usrah, hal. 357-367. Untuk surat ibn Abdul-Wahhab dalam
pembahasan ini, lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 78-85.
424
Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 78-79.
425
Lihat Usrah, hal. 368-369.
426
Lihat Usrah, hal. 370-377.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 150
422
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
antara dia dengan ayahnya. Akhirnya, keberatan dan mengakhiri kekeliruan, pajakpajak yang tak islami dan bea dimana orang dipaksa untuk membayarnya,
mengganti itu semua dengan hanya zakat dan bentuk-bentuk lain yang halal untuk
menghasilkan pendapatan bagi Negara.427 Pada poin ini, orang dapat mengingat
kembali perjanjiannya dengan Muhammad ibn Saud dimana ibn Abdul-Wahhab
menolak untuk menyetujui syarat kedua yang diberikan ibn Saud untuk
melanjutkan pajak-pajak yang dilancarkannya kepada orang-orang.
(4) Bagian hudud (“hukuman secara Islam”): Dalam bagian ini, ibn Abdul-Wahhab
melembagakan kembali hukuman untuk hubungan seksual yang tidak sah –
hukuman yang sebelumnya menjadi hukuman yang cukup aneh dan tak biasa di
kalangan umat Islam. Beliau juga, tentu saja, membangkitkan kembali konsep jihad
dan berperang, bukan demi kekayaan dan kekuasaan, namun untuk
mengimplementasikan iman dan hukum islam secara pantas.
(5) Bagian adat dan kebiasaan: Pada bagian ini, orang dapat menemukan ibn
Abdul-Wahhab mengoreksi kebiasaan orang-orang berkenaan dengan keturunan
Nabi (‫)ﷺ‬.428 Orang juga dapat menemukan ibn Abdul-Wahhab berurusan
dengan masalah-masalah nyanyian dan musik yang bertentangan dengan petunjuk
Syariah.429
Ringkasan
Secara ringkas, orang dapat melihat bahwa yang mencolok dan “yang
membangkitkan kembali” ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab sebenarnya bukan
hanya kembali kepada kemurnian dan ajaran-ajaran Qur’an dan Sunnah yang tidak
dipalsukan. Akan tetapi, tentu saja, ibn Abdul-Wahhab menyoroti masalahmasalah yang memerlukan perhatian besar pada masa dan lingkungannya. Beliau
memulai pembahasan yang paling penting: membebaskan peribadahan seseorang
dari kotoran syirik. Namun demikian, beliau tidak menekankan pembahasan itu
sambil mengorbankan pembahasan-pembahasan yang lain. Bahkan, beliau tidaklah
uni-dimensional. Da’wah dan ajarannya meliputi pendidikan, politik, khutbah,
amar ma’ruf, nahyi munkar dan berjihad. Ini semua adalah aspek-aspek yang
mencolok yang dapat ditemukan orang dalam kehidupan Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri.
Tambahan, beliau membuka pintu ijtihaad dan pemikiran tentang masalahmasalah keagamaan. Beliau mengembalikan perhatian orang-orang kepada Qur’an
dan Sunnah, akar sesungguhnya dari ajaran Islami. Dengan melakukan itu, beliau
sekali lagi membuka pintu bagi umat Islam untuk memasuki Islam secara
427
Lihat Usrah, hal. 378-380.
Lihat Usrah, hal. 297-402.
429
Lihat Usrah, hal. 403-405.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 151
428
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
keseluruhan, alih-alih mengikuti cara-cara yang menjauh dari Jalan Yang Lurus.
Bahkan, jika orang ingin berusaha meringkas usaha reformasi dan
pembaharuannya, orang dapat kembali kepada firman Allah dalam al-Qur’an,
ِ َّ‫يا أَيُّها ال‬
‫السْل ِم َكافَّةً َوال تَتَّبِعُوا‬
‫ذ‬
ّْ ‫ين َآمنُوا ْاد ُخلُوا ِِف‬
َ َ
َ
ِ ‫خطُو‬
ِ َ‫ات الشَّيط‬
‫ْي‬
ٌ ِ‫ان إِنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ّّو ُمب‬
ْ
َ ُ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. al-Baqarah 2:208).
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 152
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
BAB IV
Peninggalan dan Pengaruh Muhammad ibn Abdul-Wahhab
Tulisan-tulisan Muhammad ibn Abdul-Wahhab430
S
ebelum membicarakan karya-karya tulisnya, mestilah dicatat bahwa ketika
tiba saatnya beliau menyebarkan pesan-pesannya, Muhammad ibn AbdulWahhab menggunakan dengan sungguh-sungguh semua alat media dan
komunikasi yang tersedia pada zamannya. Ini termasuk khutbah jum’at, ceramah,
mengajar, menulis buku, menulis laporan dan surat, mengirimkan instruktur ke
daerah-daerah lain dan lain sebagainya. Maka, beliau memang tidak konsentrasi
hanya untuk menulis. Bahkan, keulamaannya yang sesungguhnya barangkali tidak
diperlihatkan dengan cara yang baik dalam apa yang disebut dengan “kitab-kitab”
atau “pamphlet-pamphlet.” Keulamaannya yang sesungguhnya ditemukan dengan
cara terbaik dalam beberapa surat-surat dan risalah-risalahnya yang beliau
kirimkan pada para pendukung dan juga musuh-musuhnya.431
430
Barangkali diskusi yang paling rinci mengenai tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab,
termasuk perbincangan karya-karya ulama-ulama sebelumnya dan setelahnya
kemungkinan tercecer atau hilang, adalah Al-Abud, vol. 1, hal. 191-235.
431
Surat-surat ini telah diterbitkan sebagai volume terpisah (volume 7 dengan 323
halaman) dalam kumpulan karya Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Beberapa suratnya
bahkan lebih panjang daripada buklet-bukletnya yang terkecil. Lebih jauh, Abdul Muhsin
ibn Utsman ibn Baaz menyempurnakan dua volume thesis master pada surat-surat
Muhammad ibn Abdul-Wahhab (gaya, konten, dampak, pengaruh dan sebagainya). Lihat
Abdul Muhsin ibn Utsman ibn Baaz, Rasaail al-Imaam Muhammad ibn Abdil Wahhaab alSyakhshiyyah: Diraasah Daawiyyah (Riyadh: Daar Ishbiliyah, 2000). Ibn Baaz (vol. 1, hal. 8)
mencatat bahwa dengan menulis surat-surat itu adalah alat yang sangat effektif dalam
berda’wah dan mengajarkan keimanan seperti digunakan oleh Nabi (‫ )ﷺ‬dan para
penerusnya. Mesti juga dicatat bahwa ibn Baaz (vol. 1, hal. 21) menyimpulkan bahwa surat
nomor tujuhbelas dalam koleksi itu, berjudul, “(Surat kepada Bangsa Maghrib *barat laut
Afrika+),” tidaklah ditulis oleh Muhammad ibn Abdul- Wahhaab. Sepertinya surat ini ditulis
oleh Abdullah, putera Muhammad ibn Abdul-Wahhab, pada tahun 1218 H. Abdullah AlMuhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 153
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Bahkan, sebagaimana dicatat oleh Abdul Muhsin, surat-surat ini memperlihatkan
bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab bukan hanya seorang ulama sejati namun
juga seorang penda’wah keimanan yang bijaksana. Beliau memahami kepribadian
dan tingkat pemahaman orang. Beliau mampu berkomunikasi dengan mereka
dalam cara-cara yang tepat dan meyakinkan, kepada para ulama, surat-suratnya
penuh dengan dalil-dalil yang sah, atau kepada orang-orang awam, Muhammad
ibn Abdul-Wahhab bahkan berupaya dengan menggunakan bahasa percakapan
sehari-hari.432
Lebih jauh, dapat juga dikatakan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab
menghabiskan kebanyakan waktunya dalam aspek-aspek praktis untuk
menyebarkan keimanan. Beliau mengajar, memberi nasihat, berjihad, membuat
keputusan-keputusan untuk Negara yang baru dibangun, amar ma’ruf nahyi
munkar. Aktifitas seperti itu benar-benar menjadi perhatian terbesarnya. Pada saat
yang sama, juga, tidak mencegahnya dari kegiatan menulis, khususnya dalam
bidang-bidang aqidah, fiqih, hadits dan tauhid.
Gayanya dalam menulis adalah sederhana dan jelas, lebih banyak menyandarkan
diri pada Qur’an dan hadits. Beliau menghindari “diskusi-diskusi filosofis” (dimana,
bagaimanapun juga, biasanya jauh dari nada Qur’an sehingga justru lebih
membingungkan dan lebih berbahaya alih-alih bermanfaat).433 Namun demikian,
gayanya akan berubah tergantung tipe tujuan karya tulisnya (contohnya, karya
fiqih Islam berbeda dengan karya yang membahas masalah-masalah keimanan).434
Utsaimiin (“Rasaail,” vol. 1, hal. 93-97) juga menyangsikan tiga dari surat-surat itu (no. 7,
16 kepada Abdullah al-Sanaani dan 25). Namun, alasan yang diberikannya tidak terlalu
kuat. Konklusinya ditolak oleh ibn Baaz (vol. 2, hal. 787-791). Di lain pihak, al-Abbud
mengiyakan semua surat-surat itu dan bahkan menolak argumen bahwa surat kepada
Bangsa Maghrib bukanlah dari ibn Abdul-Wahhab. Lihat al-Abbud, vol. 1, hal. 225-231.
Bagaimanapun juga, penelitian ini memperlihatkan beberapa rincian yang dilakukan para
sarjana untuk menentukan kepastian karya-karya tulis ibn Abdul-Wahhab. Ini adalah poin
penting yang akan dibahas nanti: Karya-karya tulis dan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab
adalah, untuk sebagian besar, sangat dikenal, shahih dan terrekam. Apa yang diajarkan dan
dikatakannya bukanlah sebuah misteri.
432
Bandingkan, Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 8. Al-Ajilaani juga mengatakan bahwa
sejak waktunya banyak dihabiskan untuk mengajar dan mengimplementasikan keimanan,
beliau tidak memiliki waktu untuk menulis karya-karya yang panjang dan banyak karyakaryanya dengan demikian, adalah ikhtisar atau pemendekan karya-karya yang lain. Lihat
Nusair, hal. 93.
433
Orang dapat mengatakan bahwa beliau “bebas” dari pengaruh yang berbahaya dari
filosofi-filosofi asing, seperti filsafat Yunani, yang seringkali menutupi pikiran para penulis
Muslim meski mereka menentukan untuk kembali Qur’an dan Sunnah. Karya-karya tulis
beliau juga bebas dari terminology khusus para sufi. Bandingkan, al-Nadwi, hal. 163-4.
434
Sebuah komparasi dua karya tulisnya tersedia dalam bahasa Inggris (Kitaab al-Tauhid
dan Kasyf al-Syubuhaat) merefleksikan dua gayanya yang berbeda.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 154
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Umumnya, beliau akan selalu menggunakan bahasa Arab yang baik dan pantas,
kecuali kalau karyanya ditujukan untuk orang-orang khusus dimana, sebagaimana
telah disebutkan, beliau menggunakan bahasa sehari-hari mereka.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, ibn Abdul-Wahhab meninggalkan sejumlah
karya tulis. Di bawah ini adalah review dari beberapa karya-karyanya yang penting:
Karya dalam Bidang Aqidah atau Iman Islam
Tak ada kesangsian bahwa karya-karya ibn Abdul-Wahhab yang paling penting
adalah karya-karya yang berhubungan dengan konsep aqidah. Ini adalah
perhatiannya yang pertama dan utama (namun, tidak berarti bahwa beliau pernah
mengabaikan topik-topik penting lainnya seperti fiqih, seperti akan kita lihat nanti).
Di antara karya-karya penting yang beliau tulis dalam bidang aqidah adalah sebagai
berikut:
(i) Kitaab al-Tauhid alladzi Huwa Haqq Allah ala al-Abid (“Kitab Tauhid yang mana
Hak Allah terhadap Hamba”)435: Menurut cucunya, Abdul-Rahmaan ibn Hasan, ibn
Abdul-Wahhab menulis karya ini ketika beliau berada di Basra. Namun, menurut
Ibn Ghannaam, beliau menulis karya ini ketika berada di Huraimila, setelah kembali
dari perjalanan-perjalanannya.436 Meskipun begitu, telah disepakati bahwa karya
ini adalah karya tulisnya yang pertama.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri mengajarkan dan menjelaskan karya ini
pada sejumlah besar muridnya. Bahkan, dari keringkasan karya ini sendiri (misal,
beberapa kali ayat-ayat Qur’an tidak dikutip secara lengkap), nampaknya hal ini
dimaksudkan sebagai sesuatu yang pertama dan paling utama untuk diajarkan.
Namun, caranya yang baik dalam meringkas topik-topik paling penting yang
berhubungan dengan keesaan Tuhan dan ayat-ayat dan Hadits pilihannya
menunjukkan kedalaman pengetahuan sang penulis dalam hal ini.437 Al-Husain
435
Karya ini telah diterbitkan beberapa kali dan bisa ditemukan dalam berbagai antologi,
seperti Muallifaat, vol. 1, hal. 7-151.
436
Bandingkan, Al-Utsaimiin, al-Syeikh, hal. 74; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 82.
437
Dalam bahasa Arab, berbagai penjelasan telah ditulis terhadap kitab ini, termasuk Taisir
al-Aziz al-Hamid oleh Sulaiman ibn Abdullah, Ibtaal al-Tandid oleh ibn Atiq, Fath al-Majid
oleh Abdul-Rahmaan ibn Hasan dan al-Qaul al-Sadid oleh al-Saadi. Muhamamd ibn Saalih
Al-Utsaimiin juga memiliki sebuah penjelasan dengan tiga-volume terhadap karya ini, AlQaul al-Mufid ala Kitaab al-Tauhid. Terjemahan-terjemahan (dalam bahasa Inggris-pent)
termasuk terjemahan (dalam bahasa Inggris-pent) asli oleh Ismail al-Faruqi, diterjemahkan
beberapa tahun yang lalu dan diterbitkan oleh berbagai perusahaan. Lebih sering, sebuah
terjemahan (dalam bahasa Inggris-pent) baru dari Darussalam di Riyadh yang terbit pada
tahun 1996. Penjelasan paling penting oleh cucu Muhammad ibn Abdul-Wahhab, AbdulRahmaan ibn Hasan, Fath al-Majid, telah diterjemahkan (dalam bahasa Inggris-pent)
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 155
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mencatat bahwa gaya kitab ini sendiri mengindikasikan ajaran utama ibn AbdulWahhab: pentingnya kembali kepada kesederhanaan dan kemurnian Islam
sebagaimana telah diwahyukan dengan jelas. Karya ini adalah seruan yang jelas
kepada seluruh umat Muslim untuk memurnikan pikiran-pikiran mereka mengenai
Allah dan agama dengan membebaskan mereka dari ikhtilaf-ikhtilaf teologis,
filosofis dan mistis yang telah menjangkiti agama ini.438
Dalam karya ini, Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab benar-benar menyerang
ikhtilaf-ikhtilaf dan praktik-praktik syirik yang beliau saksikan di Najd dan di luar
Najd. Pandangan sepintas pada beberapa bab dari enampuluhtujuh judul bab yang
ada memberikan gambaran yang baik mengenai bagaimana sebenarnya kitab ini:
“Kebajikan-kebajikan Tauhid439 dan berbagai dosa yang diampuni karenanya,”
“Theurgy, Azimat dan Perdukunan,” “Minta berkah kepada pepohonan,
bebatuan atau yang sejenisnya,” “Berkurban untuk yang selain Allah,” “Mencari
Perlindungan kepada Selain Allah adalah Syirik440,” “Penyebab utama kekafiran
adalah berlebih-lebihan dalam mengagungkan orang-orang saleh,” “Upaya
Rasulullah dalam menjaga tauhid dan menutup setiap jalan yang menuju
kepada syirik,” “Kahin, dukun, tukang ramal dan sejenisnya,” “Bersenda gurau
dengan menyebut nama Allah, Al Qur’an atau Rasulullah,” dan lainnya.441
(ii) Kasyf al-Syubuhat (“Klarifikasi Kesalahpahaman-kesalahpahaman”)442: Ini
adalah karya yang cukup pendek dalam bidang polemik, gayanya banyak berbeda
dengan judul Divine Triumph: Explanatory Notes on the Book of Tawheed (Kemenangan
Ilahiah: Catatan-catatan Penjelasan Kitab Tauhid) (Ali as-Sayed al-Halawani, terj., ElMansourah, Egypt: Dar al-Manarah, 2002). Sameh Strauch juga menterjemahkan dan
membuat penjelasan berdasarkan kitab aslinya [Sameh Strauch, Kitab at-Tawheed
Explained (Riyadh: International Islamic Publishing House, 2000]. Sayangnya, dalam karya
Strauch tidak ada yang membedakan antara karya asli ibn Abdul-Wahhab dengan
penjelasannya. Akhirnya, di antara karya-karya yang berhubungan dengan Kitaab al-Tauhid
adalah karya Saalih ibn Abdullah al-Ushaimi, Al-Durr al-Nadhid fi Takhrij Kitaab al-Tauhid
(Daar ibn Khuzaimah, 1413 H.). Karya terakhir ini adalah diskusi yang rinci tentang hadits
yang digunakan ibn Abdul-Wahhab dalam karya penting ini. Terdapat beberapa hadits
dalam karya ibn Abdul-Wahhab ini yang, meskipun diterima oleh ulama-ulama terdahulu,
dengan penelitian yang lebih dekat kelihatannya lemah. Lihat pendahuluan al-Ushaimi, hal.
11-13.
438
Al-Husain, hal. 87.
439
Tauhid adalah keyakinan mengenai keesaan Tuhan atau monotheism.
440
Syirik adalah menyekutukan Tuhan.
441
Bandingkan, Muhammad ibn Abd al-Wahhab, Kitab al-Tawhid (Ismail al-Faruqi, terj., AlAin, United Arab Emirates: Zayed Welfare Centre for the New Muslims, tak bertanggal.),
hal. viii-xiv.
442
Karya pendek ini juga telah diterbitkan beberapa kali. Karya ini juga bisa ditemukan
dalam Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 153-181. Sebuah terjemahan
(dalam bahasa Inggris – pent) dalam karya Muhammad ibn Abd al Wahhab, Three Essays on
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 156
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dengan Kitaab al-Tauhid. Namun demikian, argumen-argumennya sangat kuat
dalam menolak klaim-klaim keliru dari mereka yang berusaha menolak ajaranajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Al-Nadwi menyebut karya ini sebagai
“penyempurna” Kitaab al-Tauhid.443 Meski tidak diketahui kapan sebenarnya ibn
Abdul- Wahhaab menulis karya ini, nyata kelihatan bahwa beliau menulis karya ini
setelah beberapa sangkalan terhadap ajaran-ajarannya mulai nampak, barangkali
ketika beliau berada di al-Uyainah atau tidak lama setelah beliau pindah ke alDiriyyah.444 Dalam karya ini, ibn Abdul-Wahhab menganggap bahwa tauhid alibadah, artinya beribadah hanya kepada Allah, adalah esensi perselisihan antara
para rasul dan mereka yang menolak mengikuti dan mentaatinya. Beliau
memperlihatkan dalil tak terbantahkan langsung dari Qur’an bahwa orang-orang
musyrik Arab sebenarnya percaya bahwa Allah sebagai “Yang Maha Kuasa” dan
pada saat yang sama mereka menolak untuk tidak memohon kepada selain Allah
dan mencari perantaraan yang lainnya. Di antara pernyataan-pernyataan penting
yang dibuat ibn Abdul-Wahhab dalam karya ini adalah, “Tauhid harus dengan hati,
lidah dan tindakan. Jika salah satunya tidak terpenuhi, orang itu bukanlah seorang
Muslim.”445
(iii) Mufid al-Mustafid fi Kufr Taarik al-Tauhid446: Karya ini ditulis Muhammad ibn
Abdul-Wahhab pada tahun 1167 H. Karya ini ditulis sebagai bantahan terhadap
karya saudaranya sendiri, Sulaiman ibn Abdul-Wahhab, Fasl al-Khitaab fi al-Radd
ala Muhammad ibn Abdil-Wahhaab. Masalah utama yang ditulis Sulaiman adalah
mengenai pertanyaan masalah menyatakan seseorang – muslim – dinyatakan
murtad. Tujuan karya Sulaiman adalah untuk memperlihatkan bahwa pandangan
Muhammad ibn Abdul-Wahhab pada masalah ini berbeda dengan pandangan ibn
Taimiyyah. Dalam karya ini, Muhammad ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan
bahwa pemikiran-pemikirannya adalah konsisten dengan pemikiran-pemikiran ibn
Taimiyyah. Beliau juga menyatakan bahwa meski ibn Taimiyyah melakukan
kesalahan pada masalah itu, orang masih wajib untuk mengikuti apa yang dapat
dilihat langsung dari Qur’an dan Sunnah. Muhammad ibn Abdul-Wahhab lebih
lanjut memperlihatkan bahwa para ulama selain ibn Taimiyyah benar-benar
sepakat dengan pendapat-pendapatnya. Beliau akhirnya membincangkan fakta
bahwa kebanyakan orang mencoba mempertahankan amalan-amalan syirik di
antara umat Muslim, padahal, tak terdapat justifikasi atas alasan-alasan mereka.
Tawhid (Ismail Al Faruqi, terj. North American Trust Publications, 1979), hal. 25-40. Sebuah
penjelasan oleh Muhammad ibn Saalih Al-Utsaimiin, al-Taliqaat ala Kasyf al-Shuhuhaat,
telah sering diterbitkan.
443
Al-Nadwi, hal. 168.
444
Bandingkan, Al-Utsaimiin, al-Syeikh, hal. 77.
445
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 189.
446
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 279-329.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 157
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
(iv) Al-Ushul al-Tsalaatsah wa Adillatuhaa (“Tiga Prinsip dan Dalil-dalilnya”)447:
Dikatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab menulis karya ini atas permintaan Amir
Abdul-Aziz yang memintanya sebuah karya ringkas yang dapat digunakan sebagai
bahan pengajaran untuk semua orang.448 Dalam karya yang pedas ini, Muhammad
ibn Abdul-Wahhab menjelaskan bagaimana setiap Muslim harus mengetahui
Tuhannya, dien (“agama”)-nya dan nabinya, Muhammad (‫)ﷺ‬. Beliau memulai
karya ini dengan dua bab pendahuluan, yang pertama mengenai pentingnya ilmu
pengetahuan, berbuat berdasarkan ilmu pengetahuan itu, menyeru orang
kepadanya dan bersabar ketika melakukannya; dan yang kedua mengenai
kebijaksanaan dibalik penciptaan manusia. Adalah tujuan Muhammad ibn AbdulWahhab agar orang menghapal karya ini, maka dari itu beliau menulis karya ini
dalam gaya yang sederhana. Bahkan, para pengikut mengajarkan karya ini di
masjid dan setelah shalat shubuh akan ada orang yang sudah menghapalnya di luar
kepala.449
(v) Al-Qawaaid al-Arbaah (“Empat Prinsip”)450: Dalam karya ini, Muhammad ibn
Abdul-Wahhab membangun empat prinsip dasar: (1) Orang-orang yang
diperjuangkan Nabi (‫ )ﷺ‬agar menerima Keesaan Tuhan dan Keesaan Pencipta,
namun masih tidak cukup untuk menyebut mereka sebagai Muslim. (2) Orangorang Musyrik yang mengklaim bahwa tuhan-tuhan perantara dan palsu mereka
dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. (3) Rasul (‫ )ﷺ‬berhubungan
dengan orang-orang Musyrik dengan cara yang sama, tanpa menghiraukan apakah
mereka menyembah malaikat, Nabi Isa atau yang lainnya. (4) Orang-orang Musyrik
pada masa Muhammad ibn Abdul-Wahhab bahkan lebih buruk dalam
kesalahannya karena orang-orang Musyrik yang ada sebelumnya beribadah
dengan murni dalam keadaan bahaya sementara orang-orang musyrik
kontemporer menyekutukan Allah pada saat mudah maupun bahaya.
447
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 183-196. Terjemahan bahasa
Inggris tersedia dalam Muhammad ibn Abd al Wahhab, Three Essays on Tawhid (Ismail Al
Faruqi, terj. North American Trust Publications, 1979), hal. 12-21. Sejumlah penjelasan
telah ditulis untuk karya ini, termasuk: Haashiyah Tsalaatsat al-Ushul oleh Abdul-Rahmaan
ibn Muhammad ibn Qaasim al-Najdi dan Syarh Tsalaatsat al-Ushul oleh Muhammad ibn
Saalih Al-Utsaimiin. Karya terdahulu yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris
adalah Notes to the Three Tenets (Farid Abdulwahid Haibatan, terj., Jeddah: Dar al-Khair,
2001) sementara karya kemudian yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris adalah
Explanation of the Three Fundamental Principles of Islam (Dawud Burbank, terj.
Birmingham, United Kingdom: Al-Hidaayah Publishing and Distribution, 1997).
448
Al-Abud, vol. 2, hal. 184.
449
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 90.
450
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 197-202. Terjemahan dalam
Bahasa Inggris tersedia dalam Muhammad ibn Abd al Wahhab, Three Essays on Tawhid
(Ismail Al Faruqi, terj. North American Trust Publications, 1979), hal. 22-24.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 158
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
(vi) Syarh Sittah Mawaadzi min al-Sirah (“Penjelasan atas Enam Sirah Kehidupan
Nabi (‫)”)ﷺ‬451: Dalam karya ini, ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan kepada
pembaca perbedaan antara agama Nabi (‫ )ﷺ‬dan agama orang-orang musyrik.
Beliau menyatakan bahwa para pengikut Islam tidak benar-benar memahami hal
ini. Enam aspek kehidupan Nabi yang beliau sentuh adalah sebagai berikut: (1)
Pertama ayat-ayat Qur’an yang langsung menyerang orang-orang Musyrik. Hal ini
memperlihatkan bahwa masalah keimanan ini adalah masalah yang paling penting.
(2) Orang-orang musyrik tidak memerangi Rasulullah (‫ )ﷺ‬sampai Nabi dengan
jelas memperlihatkan kekeliruan iman mereka. Hal ini memperlihatkan keimanan
seorang Muslim tak dapat sempurna sampai dia menyatakan pertentangannya
pada amalan-amalan syirik. (3) Setan membuat orang percaya ada ruang untuk
membuat kompromi dengan Rasulullah (‫)ﷺ‬. Akan tetapi, Nabi (‫ )ﷺ‬menolak
berkompromi dengan musuh-musuh tauhid murni. (4) Allah menyalahkan Nabi
(‫ )ﷺ‬karena memohon ampunan untuk Abu Thalib. Meskipun Abu Thalib
mengenal kebenaran Islam dan melindungi Nabi (‫)ﷺ‬, dia gagal menolak iman
orang-orang Musyrik. (5) Allah mengkritik mereka yang tidak hijrah dari Mekkah
meskipun mereka mampu melakukannya. Mereka tidak hijrah karena kecintaan
mereka kepada keluarga, kekayaan dan tanah air mereka. Ini memperlihatkan
bahwa keimanan sejati harus diikuti dengan tindakan; kalau tidak, keimanannya
lemah atau dusta. (6) Akhirnya, ibn Abdul-Wahhab mempersembahkan kisah
mereka yang ingkar setelah wafatnya Nabi (‫)ﷺ‬. Para Sahabat yang terhormat
tidak membuat perbedaan apapun di antara mereka, memperlihatkan bahwa
orang yang menyatakan keimanan dapat tetap dikatakan seorang yang kafir jika
dia meniadakan keislamannya.
(vii) Masail al-Jahiliyyah (“Masalah-masalah Masa Jahiliyyah”)452: Dalam karya ini,
Muhammad ibn Abdul-Wahhab mendaftar 129 masalah yang membedakan Islam
dengannya dan menolak kebiasaan-kebiasaan jahiliyyah. Kebanyakan masalahmasalah yang beliau sebutkan, orang-orang Muslim telah kembali melakukannya,
seperti membuat kuburan nabi-nabi sebagai tempat beribadah.453
(viii) Risaalah fi al-Radd ala al-Raafidhah (“Risalah untuk Menolak Raafidhah
(Syiah)”)454: Dalam karya ini, ibn Abdul-Wahhab berurusan dengan sejumlah
451
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 353-362.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 333-352.
453
Karya-karya ibn Abdul-Wahhab yang tersisa yang berhubungan dengan aqidah
barangkali dapat ditemukan dalam volume satu karya Muhammad ibn Abdul-Wahhab,
Muallifaat.
454
Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 13, karya ketiga, hal. 1-56.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 159
452
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
keyakinan dan kedudukan fiqih Syiah yang jelas-jelas bertentangan dengan Qur’an,
Sunnah dan pemahaman para Sahabat. Beliau mendiskusikan, di antara beragam
topik, penolakan mereka untuk menerima empat Khalifah al-rasyidin, klaim
mereka bahwa mayoritas Sahabat ingkar setelah wafatnya Nabi (‫)ﷺ‬, klaim
mereka yang menyatakan bahwa Qur’an yang ada sekarang tidaklah sempurna,
fitnah mereka terhadap Aisyah (RA) dan Sahabat-Sahabat yang lain, klaim mereka
atas kesempurnaan (kemaksuman) imam-imam mereka dan lain sebagainya.
Meskipun karya ini tidak benar-benar detail, karya ini mengambil kutipan-kutipan
dari sumber-sumber syiah sendiri dengan bantahan-bantahan dari Qur’an dan
Sunnah.
Karya-karya di Bidang Fiqih atau Hukum Islam
Meskipun kebanyakan karya Muhammad ibn Abdul-Wahhab didedikasikan untuk
mengoreksi iman dan ibadah umat Muslim pada masanya, beliau juga
menghabiskan banyak waktunya dalam urusan-urusan yang berhubungan dengan
masalah fiqih. Aspek ini dapat dilihat dalam sejumlah kitab-kitabnya, suratsuratnya sebagai sejumlah fatwa yang baik. Kitab-kitab dalam bidang ini termasuk:
(i) Mukhtasar al-Insaaf wa al-Syarh al-Kabir455. Menjadi salah satu karyanya yang
terbesar, kaya ini adalah sebuah upaya untuk membuat dua dari karya-karya fiqih
Hanbali yang dapat diakses lebih banyak orang. Karenanya, beliau menjembatani
karya-karya itu ke dalam sebuah karya yang lebih kecil. Dua buah karya yang beliau
pilih adalah karya al-Mardaawi, al-Insaaf fi Marifah al-Raajih min al-Khilaaf dan
karya Shams al-Dien ibn Qudaamah, al-Syarh al-Kabir (kedua karya itu diberi
penjelasan dalam karya Muwafaq al-Dien ibn Qudaamah, al-Muqni.) Dalam setiap
babnya, ibn Abdul-Wahhab pertama-tama mengikhtisarkan poin-poin penting dari
al-Syarh al-Kabir dan kemudian biasanya mengakhirinya dengan bagian dari alInsaaf. Umumnya, bagian-bagian al-Insaaf termasuk konklusi ibn Taimiyyah dalam
berbagai topik. Mesti dicatat bahwa karya ini secara khusus memperlihatkan
kepastian bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab tidak membangun madzhab baru
dalam Islam. Bahkan, beliau, dalam kebanyakan bagian, adalah pengikut madzhab
Hanafi dan hanya akan berselisih darinya ketika bukti yang datang dari Qur’an dan
Sunnah jelas-jelas bertentangan dengan kedudukan madzhab itu. Namun
demikian, mungkin terdapat banyak pilihan ibn Abdul-Wahhab dari dua karya ini
yang pertama-tama ditangkap oleh mata. Al-Syarh al-Kabir adalah sebuah kitab
yang menyentuh berbagai perbedaan pendapat fiqih di antara madzhab-madzhab
fiqih yang berbeda-beda dan kemudian meringkasnya dengan memilih pendapat
yang paling kuat. Inilah sesungguhnya sebuah karya yang berhubungan dengan
455
Kitab ini diterbitkan di Kairo dan lebih sering sebagai volume dua dari Mualiffaat alSyeikh al-Imaam Muhammad ibn Abdul-Wahhab, terdiri dari 780 halaman.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 160
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ijtihaad dan membuka pikiran pembaca tentang proses pemikiran fiqih. Di lain
pihak, al-Insaaf diisi dengan pendapat-pendapat berbeda dalam madzhab Hanbali
dan mencoba memperlihatkan pendapat yang terkuat di antara mereka. Karya
yang terakhir ini lebih merefleksikan pemikir fiqih yang terakhir dimana
penekanannya lebih kepada mengikuti satu madzhab. Namun demikian, kedua
kitab ini membawa pembacanya untuk memikirkan tentang fiqih dalam arti
menentukan pendapat mana yang lebih kuat dan lebih patut untuk diikuti.
Karenanya, Abu Sulaiman menyimpulkan bahwa pilihan ibn Abdul-Wahhab dan
tujuan di balik dua karya ini adalah untuk membuka pikiran murid-muridnya pada
bidang pemikiran fiqih dan membebaskan diri mereka dari ikatan-ikatan taqlid.456
(ii) Kitaab al-Kabaa`ir (“Kitab Dosa-dosa Besar”)457: Disini Muhammad ibn AbdulWahhab membicarakan sejumlah dosa-dosa besar, dimulai dengan dosa-dosa hati
dan kemudian dosa-dosa lidah, termasuk dengan masing-masing beberapa hadits
atau ayat-ayat Qur’an. Selebih dari ayat-ayat dan hadits-hadits, terdapat bagian
yang sangat kecil perbincangan aktual dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab.
(iii) Kitaab al-Thahaarah (“Kitap Ritual Penyucian”)458: Dalam karya ini,
Muhammad ibn Abdul-Wahhab berurusan dengan masalah-masalah utama ritual
penyucian. Disini, beliau sangat ringkas namun kesimpulan-kesimpulannya
merefleksikan pengetahuan yang dalam mengenai topik yang dibahasnya.
Meskipun beliau seringkali mempersembahkan pendapat-pendapat yang bebeda
(seperti pendapat-pendapat dari empat madzhab fiqih) pada sebuah masalah
khusus, beliau menolak pandangan-pandangan yang lemah dengan dalil kuat
dalam pernyataan-pernyataan yang singkat. Ketangkasannya seperti itu
memperlihatkan bahwa karya ini tidak ditujukan untuk seorang awam melainkan
untuk guru atau sebuah ikhtisar untuk murid yang baik dasarnya. Contohnya,
beliau menulis, “Tidak diperbolehkan menggunakan perkakas-perkakas emas atau
silver dalam amalan-amalan penyucian atau amalan lainnya, berdasar hadits
Hudzaifah yang disepakati [oleh al-Bukhari dan Muslim+.”459 Orang awam mungkin
tidak familiar dengan yang dikatakan hadits itu bisa merasa semacam kehilangan,
tidak tahu apa yang sebenarnya diacu oleh ibn Abdul-Wahhab. Sekali lagi dalam
karya ini beliau seringkali mengacu pada kesimpulan yang dibuat oleh ibn
Taimiyyah.
456
Abu Sulaiman, vol. 1, hal. 408. Juga lihat Abu Sulaiman, vol. 1, hal. 409-410 untuk
methodologi yang digunakan ibn Abdul-Wahhab dalam menjembatani dua karya fiqih yang
penting itu.
457
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, di akhir volume satu, hal. 1-67.
458
Karya ini adalah karya ketiga dalam volume tiga dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab,
Muallifaat. Karya ini terdiri dari empatpuluhtiga halaman. (Setiap karya dalam volume ini
memiliki halaman-halaman tersendiri yang terpisah.)
459
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Kitaab al-Tahaarah, hal. 8 (dalam volume 3
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat).
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 161
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Beliau juga mengompilasikan, karya-karya yang sangat spesifik seperti Syurut alSalaat wa Arkaanuhaa wa Waajibaatuhaa (“Prasyarat, rukun-rukun dan
kewajiban dalam shalat”), Adaab al-Maasyi ila al-Salaat (“Adab berjalan untuk
Shalat,”) yang meliput sejumlah topik yang berbeda, seperti adab bagaimana orang
sakit shalat, shalat jumat, shalat minta hujan dan lainnya460 dan Ahkaam al-Salaat
(“Hukum-hukum Shalat,”) dua halaman mendaftar aspek-aspek penting dalam
shalat, dalam format, “Prasyarat-prasyarat untuk shalat adalah Sembilan,” diikuti
oleh daftarnya, “Amalan-amalan essensial shalat adalah empatbelas,” diikuti
daftarnya dan seterusnya.461
Karena status yang diperolehnya, cukup wajar jika orang-orang mengajukan
pertanyaan kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Maka, sebagai tambahan pada
karya-karya tulis di atas yang berkenaan dengan fiqih, sejumlah besar fatwa ibn
Abdul-Wahhab telah juga dicatat dan dijaga.462
Karya-karya yang berhubungan dengan Kehidupan Nabi (‫)ﷺ‬
(i) Mukhtasar Sirah al-Rasul (“Ringkasan Biografi Rasul”)463: Menyadari pentingnya
memiliki sebuah karya yang dapat diperoleh umum mengenai kehidupan Nabi
(‫)ﷺ‬, ibn Abdul-Wahhab menyiapkan karya ringkas ini. Meskipun karya ini pada
dasarnya sebuah ikhtisar biografi Nabi (‫ )ﷺ‬ibn Hisham, ibn Abdul-Wahhab
menggunakan sumber-sumber lain seperti kitab-kitab hadits. Juga, karya ini tidak
460
Ibn Bisyr (vol. 1, hal. 92) menyatakan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab menulis
karya ini untuk menolak mereka yang mengklaim bahwa beliau abai pada empat madzhab
fiqih dan membangun madzhab fiqih-nya sendiri. Karenanya, karya ini sangat dipengaruhi
madzhab Hanbali.
461
Semua karya ini ditemukan dalam volume tiga Muhammad ibn Abdul-Wahhab,
Muallifaat. Catat bahwa salah satu karya ini yang ditemukan dalam volume yang sama ini
adalah Ahkaam Tamanna al-Maut (“Hukum yang berkenaan dengan mendoakan orang
mati”). (Ini kebanyakan sebuah kumpulan hadits dan pernyataan-pernyataan ulama
sebelumnya yang meliputi sebagian besar topik, dari berdoa untuk orang mati sampai
hukuman di alam kubur dan urusan-urusan roh.) Saalih al-Fauzaan mempelajari karya ini
dan memperlihatkan bahwa ini bukanlah salah satu karya tulis ibn Abdul-Wahhab. Al-Abud
juga berkesimpulan sama dengan al-Fauzaan. Lihat Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 172175; Al-Abud, vol. 1, hal. 231-232. Tambahan, Al-Abud (vol. 1, hal. 233-235) mencatat
bahwa tiga karya lainnya yang berjudul, Nasihah al-Muslimin bi-Ahaadits Khaatim alMursalin, Risaalah fi Anwaa al-Tauhid dan Autsaq Urwa al-Imaan, yang telah dilekatkan
kepada ibn Abdul-Wahhab oleh beberapa orang penulis namun bukan bagian dari
Muallifaat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, bukanlah karya tulis ibn Abdul-Wahhab.
462
Lihat, sebagai contoh, bagian kedua volume empat karya Muhammad ibn AbdulWahhab, Muallifaat.
463
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 5, bagian 1, hal. 1-338.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 162
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
diakhiri dengan wafatnya Nabi (‫ ;)ﷺ‬beliau membicarakan sejumlah kejadian
setelahnya, terus melaju ke tahun-tahun 42 H. sampai tahun 60 H. dan kemudian
menyentuh pemerintahan Abbasiah. Ketika membicarakan kehidupan Nabi, ibn
Abdul-Wahhab menggarisbawahi beberapa poin, pelajaran-pelajaran dan aturanaturan yang dapat diperoleh.
(ii) Mukhtasar Zaad al-Maad (“Ikhtisar Zaad al-Ma’aad)464: Dalam karya ini, ibn
Abdul-Wahhab meringkas karya terkenal ibn al-Qayyim berkenaan dengan sunnah
and tatakrama Nabi (‫)ﷺ‬. Lagi-lagi, tujuannya adalah agar karya original dapat
diperoleh oleh audien yang lebih besar. Contohnya, ibn Abdul-Wahhab menghapus
semua pembahasan-pembahasan panjang lebar dimana terdapat perbedaanperbedaan pendapat dalam karya ibn al-Qayyim dan hanya memasukkan
kesimpulan-kesimpulan yang lebih kuat.
Karya-karya dalam bidang Hadits
Karya paling penting Ibn Abdul-Wahhab yang berhubungan dengan hadits adalah
karyanya Majmu al-Hadits ala Abwaab al-Fiqh (“Kompilasi Hadits Menurut Topik
Fiqih”).465 Karya ini mirip dengan kompilasi “hadits shahih” ulama-ulama
sebelumnya, seperti karya ibn Hajar Bulugh al-Maraam dan karya kakek Ibn
Taimiyya al-Muntaqa. Karya ini berisi 4600 hadits. Namun demikian, tidak seperti
karya-karya lainnya yang serupa, ibn Abdul-Wahhab juga memasukkan sejumlah
pernyataan-pernyataan para Sahabat, dan para penerusnya. Beliau juga mencatat
ketika terdapat sebuah ijmaa dalam masalah-masalah tertentu, dan kadang
mencatat apakah hadits itu shahih ataukah dhaif.466 Kadangkala beliau akan juga
menjelaskan mengenai kualitas perawi.467 Dalam mengkompilasi karya ini, ibn
Abdul-Wahhab mengumpulkan hadits dari karya-karya standar yang terkenal dan
juga beberapa karya yang kurang terkenal, seperti karya-karya al-Daaraqutni, alBaihaqi, al-Haakim, ibn Hibbaan, Said ibn Mansur, al-Athram dan lainnya. Beliau
juga mengambil manfaat yang sangat besar dari karya klasik fiqih Islam ibn
Qudaamah, al-Mughni.468
Muhammad ibn Abdul-Wahhab juga mengkompilasi beberapa kumpulan kecil
hadits pada topik-topik khusus. Meskipun beliau tidak memberikan penjelasan
pada hadits dan pada waktu-waktunya bahkan memasukkan hadits lemah dalam
464
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 6, hal. 3-328.
Karya ini telah diterbitkan dalam lima volume, meliputi volume delapan sampai
duabelas dalam Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat.
466
Lihat, sebagai contoh, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 8, hal. 14.
467
Lihat, sebagai contoh, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 8, hal. 16.
468
Lihat pendahuluan karya ini oleh Abdul Aziz al-Rumi, et al., vol. 8, hal. 4.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 163
465
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
karya-karya ini, nilainya disandarkan dalam membawakan beragam hadits pada
topik yang spesifik. Kategori ini termasuk Fadhl al-Islam (“Kebajikan Islam”) yang
berisi hadits-hadits yang berhubungan dengan kewajiban taat kepada Islam,
kebajikan agama ini, kewajiban mengikuti Nabi (‫)ﷺ‬, peringatan-peringatan
mengenai bid’ah-bid’ah dan lain sebagainya. Karya-karya serupa termasuk juga
Ushul al-Iman (“Dasar Keimanan”), Kitaab Fadhaail al-Quraan (“Kitab Kebajikan
Qur’an”) dan Ahaadits fi al-Fitan wa al-Hawaadits (“Hadits tentang Godaangodaan dan Kejadian-kejadian”).
Karya-karya yang Berhubungan dengan Tafsir
Ibn Abdul-Wahhab memiliki gaya yang unik dalam karya tafsir-nya. Contohnya,
demi keringkasan, seringkali beliau tidak akan mereproduksi keseluruhan ayat.
Kemudian beliau akan menjelaskan makna beberapa katanya. Kemudian beliau
membuat sebuah daftar poin-poin penting yang dapat disimpulkan dari ayat itu,
yang dapat digunakan oleh seorang ulama atau pelajar untuk membentangkan
ayat itu lebih jauh. Ibn Baaz menyatakan bahwa poin-poin yang disinggung ibn
Abdul-Wahhab memperlihatkan kekuatan pemahamannya terhadap Qur’an,
kebenaran pemikirannya dan ketaatannya pada prinsip-prinsip derivasi aturanaturan.469
Sebuah contoh pendekatan ibn Abdul-Wahhab bisa bermanfaat. Ketika membahas
al-Baqarah ayat 102470, ibn Abdul-Wahhab mempersembahkan satu bagian ayat
itu dan kemudian pada daftar berisi limapuluhsatu poin yang dapat ditarik dari
ayat itu, termasuk: “(4) Hal-hal keliru dapat dilekatkan kepada para nabi (dengan
469
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 167. Kitab tafsir Ibn Abdul-Wahhab membentuk
volume lima dari Muallifaat, terdiri dari 396 halaman. Beliau juga memiliki sebuah karya
terpisah yang berjudul Mukhtasar Tasif Surah al-Anfaal (“Ikhtisar Penjelasan Surah alAnfaal”) yang telah diterbitkan pertama kali dalam volume 13 Muallifaat.
470
Ayat tersebut artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada
masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan
kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak
mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami
hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari
kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang
(suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya
kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang
memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka
telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah
baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya
dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 164
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
cara dusta).” “(11) Tak masalah level pengetahuan yang dicapai seseorang, dia tak
dapat keluar dari rencana Allah.” “(12) Seseorang seharusnya tak membuka dirinya
pada usaha-usaha dan godaan-godaan karena benar-benar percaya pada dirinya
sendiri. Padahal, orang seharusnya memohon pertolongan Allah.” “(18)
Pernyataan syirik, bahkan jika hanya satu pernyataan, tidak dibutuhkan untuk
kekafiran seseorang yang membuat pernyataan bahwa hatinya meyakininya atau
dia harus tidak menyukai kemusyrikan.” “(20) Membunuh sebuah jiwa adalah dosa
yang lebih besar daripada perbuatan zinah.” “(23) Hukuman untuk sebuah dosa
bisa lebih besar daripada yang dipikirkan ulama.” “(25) Adalah berkah jika
seseorang dihukum di kehidupan ini karena dosa yang diperbuatnya [daripada
dihukum nanti di Akhirat+.” “(29) *Sihir] tidak memiliki effek sebagaimana Allah
berfirman, ‘mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya.
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang
pun kecuali dengan izin Allah.’” “(46) Penyebab syirik ini adalah pembelian sesuatu
yang sepele dan meninggalnya dari kehidupan duniawi ini.”471
Kumpulan Tulisan ibn Abdul-Wahhab
Muhammad ibn Saud Islamic University di Riyadh, Saudi Arabia mengadakan
sebuah proyek untuk mengumpulkan tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab. Hasilnya
adalah sebuah kumpulan berisi tigabelas volume. Kebanyakan volume dan
kebanyakan kontennya telah diperbincangkan di atas. Namun demikian, sebelum
karya ini, antologi-antologi lain dikumpulkan yang terdiri dari tulisan-tulisan ibn
Abdul-Wahhab juga tulisan-tulisan anak keturunan dan para pengikut terpenting.
Dua karya berikut adalah penting: (1) Majmuah al-Rasaail wa al-Masaail alNajdiyyah li-Bad Ulamaa Najd al-Alaam: Ini adalah kumpulan dengan lima volume
yang dikumpulkan oleh beberapa orang. Karya ini diterbitkan pertama kali pada
tahun 1349 H. Karya ini berisi sejumlah surat, tulisan dan fatwa dari keturunan
Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan ulama-ulama lain di Najd. (2) Al-Durar alSaniyyah fi al-Ajwabah al-Najdiyyah dikumpulkan dan disusun oleh Abdul
Rahmaan ibn Muhammad ibn Qaasim al-Najdi: Karya ini terdiri dari sebelas volume
dan meliput seluruh spektrum keimanan (dari keimanan, praktik peribadahan,
transaksi bisnis, jihad dan penjelasan dari ayat-ayat Qur’an). Lagi-lagi, karya ini
berisi tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab, keturunannya dan ulama-ulama utama.
Murid-muridnya472
Sejumlah murid beliau—banyak yang mencapai kedudukan ulama utama dan
hakim—barangkali mencapai ratusan. Mereka termasuk:
471
472
Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 5, hal. 21-25.
Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 93-95.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 165
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
(1) Putera beliau, Husain (w. 1224 H.). Dia masih terhalang dikenal sebagai ulama
ulung. Dia belajar kepada ayahnya dan ulama-ulama lainnya. Dia menjadi
pengganti ayahnya. Dia adalah hakim di al-Diriyyah. Dia memiliki kelas untuk para
ahli hukum dan ulama-ulama hadits. Dia membaktikan diri untuk beribadah. Dia
wafat dalam wabah al-Diriyyah. Dia memiliki sejumlah anak yang menjadi ulama,
seperti Ali, Hasan dan Abdul-Rahmaan.
(2) Putera beliau Abdullah, lahir pada tahun 1165 H. di al-Diriyyah dan tumbuh di
sana. Dia memiliki spesialisasi dalam fiqih Hanbali, Penjelasan Qur’an, aqidah dan
bahasa Arab. Dia menemani Saud ibn Abdul-Aziz ketika mereka memasuki Mekkah
pada tahun 1218 H. Dia dikenal karena keberaniannya dan bertarung dengan
gagah berani ketika pasukan Ibraahim Pasha menyerang al-Diriyyah. Dia dijadikan
tahanan pada tahun 1233 H. dan dikirimkan, bersama puteranya Abdul-Rahmaan
dan juga anggota keluarganya yang lain, ke Mesir dimana dia tetap dijadikan
tahanan dan wafat pada tahun 1242 H. Puteranya Sulaiman meninggal di alDiriyyah ketika bertarung melawan pasukan Ibraahim.473
(3) Puteranya yang tertua, Ali (diperkirakan w. 1245 H.). Dia mungkin adalah ulama
dan ahli hukum terhebat dari kalangan putera ibn Abdul-Wahhab. Dia dikenal
karena kesalehannya. Dia ditawari posisi hakim namun ditolaknya. Dia juga
dikirimkan ke Mesir pada tahun 1233 H. oleh tentara Ibraahim. Namun demikian,
dikatakan bahwa dia kembali ke Najd pada tahun 1241 H.
(4) Puteranya, Ibraahim. Dia juga meninggal di Mesir. Dia dikenal karena
pengetahuannya namun tak pernah mendapatkan kedudukan sebagai hakim.474
(5) Cucunya, Abdul-Rahmaan ibn Hasan. Dia hakim untuk Turki ibn Abdullah dan
Faisal di Riyadh. Dikenal untuk sejumlah karya tulisnya yang unggul.
Murid-muridnya yang terkemuka lainnya termasuk Abdul-Aziz ibn Abdullah alHusayyin, Hamad ibn Naasir ibn Utsman ibn Muammar, Muhammad ibn Suwailam,
Abdul-Rahmaan ibn Khamis, Husain Ibn Ghannaam dan lain-lainnya.
Tentu saja, orang tak bisa lupa pemimpin-pemimpin pertama Negara Saudi. Yaitu,
contohnya, Abdul-Aziz, putera Amir al-Diriyyah Muhammad ibn Saud (1132
H./1720-1218 H./1803 M.). Ketika dia berusia sangat muda, beliau menulis kepada
ibn Abdul-Wahhab sementara ibn Abdul-Wahhab masih berada di Huraimila,
memintanya untuk mengirimkan penjelasan surah al-Faatihah. Dia menjadi
pemimpin Negara setelah ayahnya meninggal pada tahun 1179 H. Ukuran Negara
473
Contoh tulisannya dapat ditemukan dalam al-Ruwaishid, vol. 1, hal. 127ff.
Untuk informasi yang lebih banyak mengenai putera-putera dan cucu-cucu Muhammad
ibn Abdul-Wahhab, lihat al-Nadwi, hal. 70-86.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 166
474
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
bertambah besar di bawah kekuasaannya. Dia dibunuh pada tahun 1218 H. AlShaukaani memuji surat yang ditulis Abdul-Aziz yang diisi dengan dalil dari Qur’an
dan hadits menekankan tauhid dan menghindari syirik, peribadahan - di
kuburan.475
Saud ibn Abdul-Aziz ibn Muhammad ibn Saud, pemimpin ketiga Negara baru (1163
H./1750 M.-1229 H./1814 M.), belajar selama dua tahun kepada Muhammad ibn
Abdul- Wahhaab. Dia dikenal sangat cerdas dan murid dalam bidang fiqih dan
hadits. Dia menulis kepada gubernur dan para pekerjanya untuk mengajari mereka
tentang Islam. Ikrar persekutuan diberikan padanya pada hari wafat ayahnya di alDiriyyah. Tentang Saud ibn Abdul-Aziz ibn Muhammad, Lothrop Stoddard menulis,
“Meskipun memiliki kekuatan militer yang hebat, Saud selalu menganggap dirinya
bertanggungjawab pada pendapat publik dan tak pernah melewati batas legitimasi
kebebasan warganegaranya. Pemerintahannya, meskipun tegang, tapi
berwewenang dan adil. Hakim-hakim Wahhabi adalah kompeten dan jujur.
Perampokan menjadi hampir tidak dikenal, dengan demikian kedamaian umum
terpelihara.”476
Thuniyaan dan Mushaari, saudara-saudara Muhammad ibn Saud, menjadi muridmurid ibn Abdul-Wahhab ketika beliau masih berada di al-Uyainah, dimulai dengan
korespondensi dan kemudian pergi ke al-Uyainah untuk bekerja secara langsung
dengan ibn Abdul-Wahhab.
Catatan Mengenai Penggunaan Kata “Wahhabi” dan “Wahhabisme”
Para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab tidak pernah menggunakan terma
“Wahhabi” atau “Wahhabisme” dalam menunjukkan dirinya atau keyakinannya.
Umumnya, mereka akan menggunakan terma-terma seperti “umat Muslim”,
Muwahhidien (“penganut monoteisme”) dan mereka menyebut seruan mereka,
“seruan monoteisme sejati (tauhid),” “agama Islam,” “da’wah Salaf” (mengacu
kepada generasi-generasi awal umat muslim yang saleh) atau hanya “da’wah.”477
Muwahhidien adalah terma favorit mereka untuk digunakan kepada diri mereka,
475
Contoh tulisannya ditemukan dalam al-Ruwaishid, vol. 1, hal. 96-126.
Dikutip dari Siddiqi, vol. 2, hal. 1447.
477
Kenyataan, Membicarakan referensi pada abad 20, Muhammad Haamid al-Fiqi
menyatakan bahwa orang-orang Najd tak pernah menyebut terma “Wahhabi.” Dia
mengatakan bahwa mereka semua, termasuk para pemimpin keagamaan mereka,
kebanyakannya adalah anak keturunan Muhammad ibn Abdul-Wahhab, yang menyebut
diri mereka dengan orang Najd, untuk menghormati asal-usul mereka, dan Hanbali, untuk
menghormati agama dan keyakinan mereka. Al-Fiqi dikutip dalam Dhaahir, hal. 29.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 167
476
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
sebagai cara membedakan mereka dari umat Muslim lain yang terlibat dalam
praktik-praktik yang berbenturan dengan akar agama tauhid sejati.478
Sangat jelas bahwa ibn Abdul-Wahhab tidak lebih daripada seorang pengikut Nabi
(‫)ﷺ‬, para Sahabatnya, tabi’in, tabi’i tabi’in, dan beberapa ulama besar
mutaakhirun, seperti Imam Ahmad, ibn Taimiyyah, ibn al-Qayyim, ibn Katsier dan
lain-lain. Namun demikian, untuk memberikan ibn Abdul-Wahhab sebuah nama
yang akan memperlihatkan pendekatannya dengan benar - seperti salafi (berarti
orang yang mengikuti cara-cara para pendahulu yang saleh) – tak akan mendapati
gol dan tujuan yang sama dengan mereka yang datang dengan nama “Wahhabi”.479
Al-Utsaimiin menyatakan bahwa tak diragukan bahwa orang pertama yang
menggunakan terma ini adalah para penentang da’wahnya, meskipun tidak jelas
apakah mereka yang ada di dalam Najd atau mereka yang ada di luar Najd yang
pertama kali menggunakan terma ini. Apa yang jelas, bagaimanapun, adalah pada
waktu tidak lama setelah penyerangan Muhammad Ali Pasha kepada al-Diriyyah,
terma itu mulai menjadi biasa.480
Di lain pihak, tak ada kesangsikan bahwa terma ini aselinya digunakan untuk
membuat “orang-orang menjauh” dari ajaran-ajaran Muhammad ibn AbdulWahhab. Diklaim bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab menyeru kepada sebuah
agama baru atau kepada madzhab kelima. Tentu saja, dalam tambahan menyebut
mereka “Wahhabi,” mereka juga disebut bid’ah, kafir dan Khawarij.481
478
Bandingkan, Al-Utsaimiin, al-Syeikh, hal. 102. Al-Utsaimiin lebih jauh mencatat bahwa
Winder, dalam bukunya Saudi Arabia in the Nineteenth Century, mengatakan bahwa ketika
para pengikut ibn Abdul-Wahhab menggunakan terma, “da’wah Muhammad,” mereka
mengacu kepada Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Al-Utsaimiin mengatakan bahwa yang
seperti itu adalah tidak benar. Terma “da’wah Muhammad” dalam tulisan-tulisan para
pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab sebenarnya mengacu kepada Nabi Muhammad
(‫)ﷺ‬.
479
Sejumlah penulis menekankan poin yang salah untuk menyebut mereka Wahhabi
karena nama itu didapat dari nama ayah ibn Abdul-Wahhab dan bukan namanya. AlUtsaimiin (al-Syeikh, hal. 101) mengetengahkan kontroversi ini dan menyatakan bahwa
sebenarnya tak ada perbedaan dari terma Hanbali, yang berhubungan pada kakeknya
Ahmad. Tak diharapkan mereka disebut “Muhammadans” sebagai cara membedakan
mereka dari sebagian ummat Muslim lainnya. Namun demikian, pada saat yang sama,
terdapat banyak, termasuk Neibhur, yang salah berpikir bahwa nama itu berasal dari guru
asal da’wah itu, yaitu ayah Muhammad.
480
Al-Utsaimiin, al-Syeikh, hal. 101. Lihat juga al-Nadwi, hal. 203.
481
Missionaris Zweimer mencatat bahwa ibn al-Qayyim memiliki pandangan-pandangan
yang mirip dengan pandangan-pandangan ibn Abdul-Wahhab dan menyimpulkan meskipun
ibn al-Qayyim menyadari dirinya sebagai seorang Hanbali, dia sebenarnya seorang
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 168
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Selama abad yang telah berlalu, terbangun sebuah perbedaan pendapat di antara
para pengikut ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab apakah menerima atau tidak
menerima terma “Wahabi” yang ditujukan kepada mereka. Bagi mereka yang
menerimanya, mereka merasa bahwa ajaran-ajaran Muhammad ibn AbdulWahhab telah menjadi sangat jelas bagi semua dan bermacam terma “Wahhabi”
adalah mirip dengan terma lain untuk mengikuti jalan generasi-generasi awal Islam
yang saleh. Karenanya, mereka melihat tidak ada masalah dalam penggunaan
terma itu. Maka, Abdul-Aziz ibn Muhammad ibn Ibrahim, seorang anak keturunan
ibn Abdul-Wahhab, menulis akhir-akhir ini (barangkali terlalu optimis),
Terma Wahhabisme di zaman kita tidak menciptakan masalah bagi kita. Di
zaman kecepatan ini, hasil-hasil penemuan mempersempit jarak…*orangorang] sekarang tahu untuk dirinya sendiri apa yang biasa mereka ketahui
melalui alat-alat yang merubah kenyataan … Kebenaran sekarang terang dan
terbukti bagi orang-orang yang melihat kenyataan. Orang-orang sekarang
tahu bahwa Wahhabisme hanya berarti orang-orang yang menjalankan
Sunnah, orang-orang Sunni, berpegang teguh pada doktrin para pendahulu
yang saleh dan mempertahankannya untuk melawan segala macam
482
serangan.
Bahkan, Ali-Buthami mengatakan (juga barangkali terlalu optimistik) bahwa
rencana jahat musuh-musuh ibn Abdul-Wahhab pada hal ini benar-benar
menyerang balik. Apa yang sebenarnya dimaksudkan untuk meremehkan sekarang
menjadi papan penunjuk untuk mengikuti jalan Nabi (‫ )ﷺ‬yang sebenarnya.
Sekali orang mendengar kata “Wahhabi” sekarang, dia tahu bahwa kata ini
mengacu kepada seseorang yang menyeru untuk mengikuti Qur’an dan Sunnah,
mengikuti dalil, amar ma’ruf nahyi munkar, mengeliminir bid’ah-bid’ah dan takhyul
dan ketaatan pada jalan yang telah ditempuh salafu shalih. Kenyataannya, para
“Wahhabi” ini terus tumbuh menyebarkan kebenaran sementara negara-negara
Utsmaniyyah dan Syarif telah kehilangan eksistensinya.483
Wahhabi. Kenyataannya bahwa ibn al-Qayyim hidup berabad-abad sebelum ibn AbdulWahhab nampaknya hilang pada Zweimer. Lihat al-Nadwi, hal. 201. Sebenarnya, telah
menjadi sangat digemari bahwa siapa saja yang mengikuti Qur’an dan Sunnah dan
menentang syirik disebut seorang “Wahhabi.” Al-Saabiq, pada awal abad ini, menulis
bahwa dia menemukan banyak orang yang menyebut bahwa Imam Ahmad, ibn Taimiyyah
dan yang lain-lainnya yang seperti mereka sebagai “Wahhabi.” Dia menyatakan jika saja
Sahabat Abu Bakar nampak di antara orang-orang ini, mereka juga akan menyebutnya
seorang “Wahhabi” juga. Lihat Fauzaan al-Saabiq, Al-Bayaan wa al-Isyhaar li-Kasyf Zaig alMulhid al-Haaj al-Mukhtaar (N.c. N.p. 2001), hal. 60.
482
Dikutip dalam al-Huqail, hal. 98.
483
Ali-Butaami, hal. 65-66.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 169
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Mereka yang tidak keberatan dengan terma ini termasuk ibn Sahmaan,
Muhammad Haamid al-Faqi, Muhammad Rasyid Ridha dan al-Nadwi. Sementara
mereka yang terus keberatan pada terma ini termasuk Shalih al-Fauzaan484dan ibn
Jibrin.485
Akan tetapi, dalam situasi mutakhir, sekali lagi, terma ini digunakan untuk
menggiring orang agar menjauh dari Islam yang sejati, digunakan dalam cara yang
sama dengan penggunaan terma “fundamentalis” yang digunakan untuk
mengkerdilkan mereka yang mempraktikkan Islam yang sebenarnya. Khususnya
sekarang dan zaman ini, banyak orang yang mulutnya kurang besar (pengecut)
atau sebaliknya menganggap tidak bijaksana dan tidak hati-hati jika keluar dan
menyerang Islam secara terbuka. Karenanya, mereka mencoba perkakas lain yang
dapat digunakan untuk menyerang Islam – sementara pada saat yang sama
menampakkan diri sebagai orang yang simpatik kepada umat Muslim dan
beberapa bentuk Islam. Harus ada layar berasap. Upaya itu adalah dengan
mencoba melawan setiap penerapan Islam yang akan memiliki makna dan
signifikansi yang nyata dalam kehidupan umat Muslim. Barat takut pada tantangan
yang diberikan oleh Islam dan satu-satunya cara mereka dapat menundukkan
Islam – cara yang telah mereka ikuti selama berabad-abad – adalah dengan
mencoba menjelek-jelekkannya dengan cara paling buruk yang mungkin bisa
dilakukan.
Saat ini, perkakas yang dapat digunakan untuk melukiskan umat Muslim yang
benar-benar mengikuti Qur’an dan Sunnah tiada lain daripada fundamentalis,
ekstrimis, terbelakang dan teroris. Kenyataannya, salah satu metode yang
digunakan oleh orang-orang yang “anti-Wahhaabi” adalah bahwa mereka
menjejaki aspek-aspek yang mereka anggap tanpa diduga kembali kepada orangorang “Wahhaabi” sementara tidak pernah menyebutkan bahwa hal-hal itu secara
eksplisit disebutkan dalam Qur’an dan Sunnah. Karenanya, masalah mereka
sebenarnya bukanlah dengan orang-orang “Wahhaabi”, namun sebenarnya
dengan makna Qur’an dan Sunnah yang jelas dan tegas.
Poin penting terakhir adalah bahwa “para pengikut” bisa jadi tidak selalu
merefleksikan pendirian guru atau ajaran-ajaran aselinya. Ini benar terjadi kepada
setiap pemimpin. Setiap ajaran, seruan atau gerakan bisa memiliki para pengikut
yang menempel pada dirinya yang tidak benar-benar memahami pesannya, yang
bodoh dalam dirinya atau yang tidak benar-benar tulus dalam kecintaannya pada
seruan itu. Bahkan, berkenaan dengan semua ajaran, orang harus membedakan
para pengikut yang berpengetahuan yang benar-benar menjaga pesan dengan
kata-kata dan tindakannya dengan para pengikut yang tak terdidik. Karenanya,
484
485
al-Fauzaan, “Taqibaat ala ma Dzakarahu al-Ustadz Abdul-Karim al-Khatib” hal. 68-69.
Untuk pandangan ibn Jibrin, lihat al-Abdul-Latif, hal. 76.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 170
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
tindakan-tindakan yang diambil guru dan ajaran-ajaran aseli tidak bisa disalahkan.
Sebagaimana dicatat Al-Utsaimiin, masalah ini dimulai pada masa cukup awal dari
da’wah ibn Abdul-Wahhab.486 Selama hidup Muhammad ibn Abdul-Wahhab,
beberapa pengikutnya keberatan pada anak-anak keturunan Nabi (‫)ﷺ‬, yang
memakai pakaian yang berbeda untuk menandai diri mereka sendiri dari yang lain.
Namun demikian, Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri tidak keberatan terhadap
hal itu dan beliau telah mengoreksi “para pengikutnya.” Kedua, lebih penting,
contoh yang diberikan oleh Al-Utsaimiin mengenai tahun 1217 H. (setelah
wafatnya ibn Abdul-Wahhab), ketika para pengikut ibn Abdul-Wahhab
menaklukkan Taif. “Para pengikut” dengan penuh semangat menghancurkan bukubuku keagamaan di kota itu. Adalah putera Muhammad ibn Abdul-Wahhab, yang
telah mengecam amalan itu dan mencoba mengoreksi cara-cara mereka.487
Di masa kontemporer, dua hal terjadi: setiap orang yang diberi label “Wahhabi”
atau “Wahhabis” disalahkan atas segala hal. Banyak orang yang menyebut dirinya
“Wahhabis” melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
Muhammad ibn Abdul-Wahhab atau, jika tidak bisa diperoleh secara langsung,
cara para salaf darimana ibn Abdul-Wahhab memperoleh ajaran-ajarannya. Maka,
sekali lagi, barangkali inilah waktunya untuk bersiap-siap untuk tidak menggunakan
terma “Wahhabi” dan “Wahhabisme” dan, malahan, mendorong semua untuk
menjejak klaim-klaim mereka kembali kepada Qur’an dan Sunnah.
Pengaruh Ibn Abdul-Wahhab di Luar Najd
Dalam bab berikut, terdapat pembahasan mengenai negara dunia Islam pada
zaman ibn Abdul-Wahhab. Gambaran menyedihkan itu memang benar untuk
seluruh dunia Muslim yang sebenarnya. Dalam keadaan itulah ibn Abdul-Wahhab
hadir dan merubah jalan sejarah. Di Najd, khususnya, da’wahnya dimulai dan terus
berbuah sampai hari ini. Bahkan. Anak keturunan ibn Abdul-Wahhab sendiri yang
terus membawa bendera tauhid sejati. Dia daerah-daerah lain kedatangan ibn
Abdul-Wahhab juga berkontribusi dan kadangkala menyulut kembalinya ajaranajaran Islam yang sejati atau suatu kebangkitan Islam yang masih terus
berpengaruh sampai hari ini. Kenyataan, pengaruh ajaran-ajaran ibn AbdulWahhab, dengan satu cara dan lainnya, telah mencapai setiap sudut dunia Muslim.
486
Orang mestilah tidak pernah lupa kenyataan bahwa banyak yang akhirnya jatuh di
bawah payung kepemimpinan Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah orang-orang Badwi
yang bodoh yang pengetahuannya kurang tentang Islam. Meskipun ibn Abdul-Wahhab
secara konstan mengrimkan guru-guru kepada daerah-daerah yang berbeda-beda, namun
tidak cukup untuk menghilangkan tahun-tahun kebodohan dan mindset yang
mendatangkan keinginan untuk belajar. Dengan jelas, tindakan-tindakan orang-orang
seperti ini tidak bisa merefleksikan ajaran-ajaran sang pemimpin.
487
Al-Utsaimiin, al-Syeikh, hal. 103.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 171
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Orang-orang dan komunitas-komunitas relijius muncul menentang kebiadaban,
bid’ah-bid’ah dan takhyul sambil mengajarkan orang-orang ajaran-ajaran yang
autentik tentang keimanan. Maka, pada tahun 1896, Thomas Arnold menulis
mengenai “reformasi Wahhabi,” dan pada akhirnya dia menekankan beberapa
cara yang betul-betul berharga dimana ibn Abdul-Wahhab pengaruhi dunia
Muslim,
Melalui kedatangan baru ini telah menghilangkan semua signifikansi politis di
luar batas-batas Najd, sebagai sebuah kebangkitan relijius dia jatuh
melampaui Afrika, India dan Kepulauan Melayu bahkan sampai sekarang, dan
telah melahirkan berbagai gerakan yang mengambil barisan di antara
pengaruh-pengaruh paling berkekuatan di dunia Islam. Dalam halamanhalaman pendahuluan [buku Arnold] telah diperlihatkan bagaimana
kedekatan hubungan kebanyakan misi dunia Muslim modern adalah dengan
persebaran kebangkitan ini: ketekunan telah dikobarkan, kehidupan baru
telah dipompakan ke dalam institusi-institusi relijius yang ada, dorongan
telah diberikan pada studi teologis dan pada organisasi latihan-latihan
devitional, semua dijalankan untuk membangunkan dan menjaga agar
488
semangat Islam yang berkarakter menarik tetap hidup.
Penjelasan-penjelasan Pengantar
Setelah mengutip pernyataan Arnold, masih saja sulit untuk menulis kesimpulan
tentang derajat pengaruh Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Hal itu karena beberapa
alasan berikut:
(1) Mereka yang merupakan murid-murid sebenarnya dan “terpengaruh” telah
berbeda dari mereka yang merupakan para pendukung dan dengan jalan yang
sama, menempuh jalan yang independen dari pengaruh ibn Abdul-Wahhab.
Kategori ini termasuk orang-orang seperti Muhammad ibn Ismail al-Sanaani dan
Muhammad ibn Ali al-Shaukaani, keduanya orang Yaman, sebagaimana juga guruguru langsung ibn Abdul-Wahhab, seperti al-Sindi, Ibrahim ibn Saif dan lain-lainn.
Orang-orang ini masih sangat penting karena mereka sepakat dengan ibn AbdulWahhab, jika tidak secara verbal maka dalam ajaran-ajaran mereka, bahwa jalan
ini adalah satu jalan yang benar.
(2) Mereka yang menyukai beberapa aspek reformasi ibn Abdul-Wahhab namun
sebenarnya bukanlah para pengikut yang sesungguhnya, dalam pengertian jika
hanya satu aspek yang diambil maka tidak bisa menjadikan seseorang disebut
“terpengaruh” khususnya ketika keseluruhan bagian dari ajaran seseorang justru
melawan apa yang dikatakannya. Khususnya, apa yang nanti ditunjukkan oleh Iqbal
dan Muhammad Abduh.
488
T. W. Arnold, The Preaching of Islam (Lahore: Sh. Muhammad Ashraf, 1975), hal. 431.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 172
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
(3) Kapan saja seseorang, organisasi atau kelompok muslim hadir mereka tidak
senang pada kekuatan kolonial atau beberapa sektor umat Muslim, mereka akan
dicap orang-orang “Wahhabi,” bahkan jika mereka tidak ada kontak dengan
ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab atau sangat kecil sekali mengenal ibn AbdulWahhab. Hal ini adalah sebuah propaganda yang digunakan untuk menjauhkan
umat Muslim dari gerakan itu. Dalam beberapa kasus, barangkali tak ada substansi
dari klaim yang dikatakan. Di lain kasus, gerakan itu bisa saja memiliki kesamaan
dengan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab, yaitu membawa orang untuk kembali
kepada Qur’an dan Sunnah. Pertanyaan yang kemudian timbul: Bagaimana bisa
orang-orang bersiap diri tertarik pada sebuah seruan yang konsisten dengan
wahyu-wahyu yang jelas yang tak diragukan lagi dengannya banyak orang akan
menerima gerakan itu? Jawabannya: Berikan gerakan itu sebuah nama yang justru
akan membuat orang-orang menjauh darinya. Di masa lalu, nama untuk banyak
orang lokal adalah “Wahhabisme,” yang telah menghadapi begitu banyak
propaganda negatif dan keliru yang hanya dengan menunjukkkan nama itu saja
akan menahan banyak orang bahkan hanya untuk mencari tahu apa yang diajarkan
gerakan itu sebenarnya. (Hari ini, terma “Wahhabisme” masih tetap digunakan
untuk memberikan kesan bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan para
pengikutnya tidak lain hanya semacam “gerakan” pinggiran. Namun demikian,
label-label lain yang terdengar menghinakan juga diaplikasikan kepada mereka
yang mengikuti Qur’an and Sunnah. Terma-terma itu termasuk “fundamentalis”
dan “extremis.”)
(4) Serangan-serangan terusmenerus kepada orang-orang “Wahhabi” menciptakan
sebuah keadaan dimana menjadi berbahaya bagi orang untuk memperlihatkan
apapun yang menyerupai atau berhubungan dengan mereka. Karenanya, bahkan
jika seseorang benar-benar mengagumi ibn Abdul-Wahhab dan secara dekat
mengikuti ajaran-ajarannya, dia barangkali tidak memiliki kemampuan untuk
mengekspresikannya secara publik atau akan tidak bijaksana dan bermanfaat
untuk mengekspresikannya secara publik. Contohnya, pada tahun 1908,
Muhammad Rasyid Ridha, ketika mengunjungi Damaskus, dia memberikan kuliah
di sebuah mesjid. Sebuah keributan pecah ketika Ridha mulai membahas konsep
syirik dan berdoa kepada perantara alih-alih kepada Tuhan. Shalih al-Tunisi berdiri
di dalam masjid dan memperingatkan orang-orang tentang mengikuti cara-cara
“Wahhabi.” Keributan ini sebenarnya telah direncanakan sebelumnya.
Ridha lalu meninggalkan Damaskus, meninggalkan dua ulama salafi, Bitaar dan
Jamaal al-Dien al-Qaasimi, menghadapi tuduhan karena punya pandangan
“Wahhabi”. Commins menggambarkan buntut dari kejadian itu,
Ulama anti-salafi menuduh Qasimi dan Bitar menyebarkan pandangan
Wahhabi Ridha, dan mereka menghasut orang banyak untuk melawan dua
orang itu. Musuh-musuh Qasimi bahkan mencoba menggantikan tugasMuhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 173
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
tugasnya di mesjid Sinaniyyah. Dalam atmospir yang mengintimidasi ini,
kedua syekh salafi ini mengucilkan diri mereka di dalam rumah, dan selama
tiga bulan Jamal al-Din meninggalkan tugas-tugasnya. Selama waktu itu dia
hanya keluar untuk melaksanakan shalat jum’at berjamaah di masjid dekat
rumahnya. Sepuluh hari setelah kejadian itu, Qasimi menulis dalam buku
hariannya: “Sejak hari kisah al-Syekh Rasyid Rida pada tanggal 29 Syaban
sampai hari ini, saudara-saudaraku dan aku diganggu dan ditekan, tinggal di
rumah karena orang-orang kota berencana melawan kami dan menuduh
saudaraku Id menyebabkan keributan.” Tiga bulan berlalu sebelum Jamal alDin pergi kembali pada kewajiban-kewajibannya di masjid, dan Bitar tetap
489
berada di rumahnya lima minggu lebih lama.
Contoh lain, saat orang Iraq al-Alusi menulis bukunya untuk menolak dugaan alNabahaani mengenai ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya, al-Alusi tidak
mampu menuliskan nama aslinya pada jilid bukunya karena takut seranganserangan yang biasa diterima orang-orang salafi pada saat itu. Alasan untuk
ketakutan itu adalah bahwa Sultan Utsmaniyyah, Abdul-Hamid, yang menguasai
Baghdad, Hijaz dan Turki, memiliki aliansi dengan orang-orang Sufi dan kelompokkelompok lain.
Bahkan penerbitnya, Faraj-Allah Zaki hanya menulis inisialnya dalam jilid buku itu.
Hal ini terjadi sampai pemerintah Istanbul mensahkan hukum-hukum gaya Barat
berkenaan kebebasan pers yang dengan demikian mereka bisa mengeluarkan
terbitan dengan nama penuh penulis dan penerbitnya.490
Tambahan, Abdul-Alim al-Bastawi, menulis tentang anak benua Indo-Pak selama
masa Sidiq Hasan Khan, yang hidup dari tahun 1248-1307 H., menyatakan bahwa
pada masa itu, Najd mendekati dan kebohongan-kebohongan dan kekeliruankekeliruan tentang orang-orang Najd menyebar ke seluruh dunia muslim, sehingga
sangat sulit bagi siapapun untuk membela mereka secara publik. Dia mengatakan
bahwa dampak kekalahan mujahidiin491 di Balakot, India pada tahun 1246 H. masih
kuat. Orang-orang masih diancam dan dihukum karena mengikuti cara-cara
489
David Dean Commins, “The Salafi Islamic Reform Movement in Damascus, 1885-1914:
Religious Intellectuals, Politics, and Social Change in Late Ottoman Syria,” (Disertasi Ph.D.,
University of Michigan, 1985), hal. 357-358. Keseluruhan kejadian itu dibahas pada hal.
354-358.
490
Muhammad ibn Subail, pendahuluan pada Mahmud Syukri al-Alusi, Ghaayah al-Amaani
fi al-Radd ala al-Nabahaani (Daar Ihyaa al-Sunnah al-Nabawiyyah, Tanpa tahun.), vol. 1,
hal. 8-9.
491
Yaitu, mereka yang berpartisipasi dalam jihad atau berjuang untuk membangun agama
Allah.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 174
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Sunnah, seperti jika seseorang mengucapkan aamiin keras-keras dalam shalat, dia
akan dihukum dengan hebat.492
(5) Tambahan, mereka yang menulis pada pertanyaan ini bergerak pada sesuatu
yang ekstrim. Beberapa di antara mereka mencoba meliputi setiap gerakan
sebenarnya sejak masa ibn Abdul-Wahhab sebagai hasil langsung dari ajaranajaran dan upaya-upayanya. Contohnya, Abdul-Halim al-Jandi menulis, “Setiap
gerakan reformasi dalam dua abad setelah kematian ibn Abdul-Wahhab adalah
murid-muridnya dalam pemikiran dan hidup dengan ajaran-ajarannya secara
umum dan secara detil.”493 Al-Abud mencatat bahwa banyak gerakan ditempelkan
kepada pengaruh ibn Abdul-Wahhab bahkan meski metoda dan tujuan mereka
sangat berbeda dari metoda dan tujuan ibn Abdul-Wahhab.494 Kemudian, setelah
mendaftar sejumlah gerakan yang diduga terpengaruh oleh ibn Abdul-Wahhab, AlAbud mencatat bahwa tanpa bukti substansial, tak dapat diklaim bahwa gerakangerakan ini terpengaruh oleh ibn Abdul-Wahhab. Dalam kebanyakan kasus, dia
berkata, klaim untuk dugaan pengaruh itu didasari oleh laporan “westerner” yang
bersandar pada praduga.
Dia mengatakan bahwa dalam kenyataannya kebanyakan gerakan-gerakan itu
adalah home-grown (tumbuh di dalam lingkungannya sendiri), sebagai hasil
lingkungannya sendiri dan tidak mengklaim sebagai para pengikut ibn AbdulWahhab atau ajaran-ajarannya. Dia bahkan mengatakan bahwa beberapa orang
pemimpin seperti itu mungkin saja belum pernah mendengar siapa itu ibn AbdulWahhab kecuali melalui propaganda palsu yang menyebar mengenai dia.495
Di lain pihak, yang lainnya mencoba menyangkal pengaruh atau dampak
sebenarnya dari pengaruh ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab di luar Najd.496
Contohnya, Abdul-Karim al-Khatib menyatakan bahwa gerakan-gerakan itu hanya
492
Al-Bastawi, hal. 211-213.
Dikutip oleh Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 711, dari Abdul-Halim al-Jandi, al-Imaam
Muhammad Abdul-Wahhab wa Intisaar al-Minhaj al-Salafi.
494
Al-Abud, vol. 2, hal. 373.
495
Al-Abud, vol. 2, hal. 463-464. Di antara kelompok-kelompok atau individu-individu yang
dia sebutkan secara khusus sebagai yang memiliki hubungan meragukan dengan ibn AbdulWahhab adalah gerakan Sannusi, gerakan Ahmad ibn Ifraan, gerakan Faraid, gerakan
Nazaar Ali, gerakan Padri di Indonesia, Ikhwanul Muslimin, Muhammad Abduh, Jamaal alDin al-Afghaani, gerakan Mahdi, Ish Muhammad Kul dan beberapa lainnya. Dia juga
mengatakan (vol. 2, hal. 465) bahwa kebanyakan individu-individu dan gerakan-gerakan ini
sebenarnya tidak memiliki keyakinan salafi sama sekali. Dia kemudian (vol. 2, hal. 465-473)
membahas secara rinci gerakan Sannusi, gerakan Mahdi di Sudan dan Muhammad Abduh.
496
Lihat Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 711.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 175
493
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
hasil atau kejadian-kejadian alamiah dan tak ada alasan atau klaim pengaruh ibn
Abdul-Wahhab apapun terhadap gerakan-gerakan reformasi manapun.497
Alasan untuk penilaian ekstrim pertama, sebagaimana disinggung di atas, adalah
bahwa seseorang dapat menemukan kebanyakan yang datang setelah ibn AbdulWahhab yang tertarik pada beberapa aspek dari ajaran-ajarannya atau yang
mengembangkan satu atau dua aspek yang sangat mirip dengan apa yang
dikembangkan oleh ibn Abdul-Wahhab. Hal ini menggiring beberapa orang penulis
untuk mengklaim bahwa orang-orang itu telah dipengaruhi ibn Abdul-Wahhab
atau dari para pengikut ibn Abdul-Wahhab. Contoh untuk keadaan itu adalah
Muhammad Abduh, yang berjuang melawan takhyul, Sufisme dan ikhtilaf-ikhtilaf
lain yang dominan pada masanya. Dia juga menekankan untuk kembali kepada
sumber-sumber asli Islam. Hal ini membuat beberapa orang penulis
memasukkannnya (Abduh) di antara orang yang dipengaruhi oleh ibn AbdulWahhab. Kenyataannya, meskipun begitu, pendekatan dan pemahaman Islam
Muhammad Abduh benar-benar berbeda dengan yang dimiliki ibn Abdul-Wahhab.
Ibn Baaz menjelaskan latar belakang di balik beragam konklusi berkenaan dengan
pengaruh Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Perbedaan yang sangat jelas terlihat,
dia menulis, disingkat pada dua sebab. Pertama adalah kegagalan untuk
mendefinisikan “pengaruh” yang sebenarnya. Apakah ini berarti seseorang yang
mengikuti metologinya, mempelajari kitab-kitabnya, belajar dari murid-murid ibn
Abdul-Wahhab dan lain-lainnya? Atau apakah hanya menyatakan secara langsung
kemiripan dalam pendekatan dan metologi sementara ibn Abdul-Wahhab adalah
orang pertama yang pertama dengan pendekatan yang dikatakan pada masa
mutakhir? Alasan kedua adalah upaya untuk mengaplikaskan satu konklusi pada
sejumlah gerakan dan orang-orang yang berbeda meskipun mereka bisa saja
sangat berbeda dalam bagaimana mereka sebenarnnya, dalam lingkungan dan
metode mereka. Contohnya, sulit untuk memberikan penghukuman yang sama
terhadap Utsman Dan Fodio (dari Nigeria pada masa sekarang) dan Mahdi di Sudan
Utara. Yang pertama belajar langsung dari murid-murid ajaran dan upaya ibn
Abdul-Wahhab, hidup untuk beberapa lama di Hijaz dan mempelajari karya-karya
ibn Abdul-Wahhab sementara yang terakhir memiliki latar belakang yang sangat
berbeda dan meyakini dirinya sebagai seorang Mahdi, meskipun dia tidak cocok
deskripsinya sebagaimana ditemukan dalam hadits.498 Lebih jauh, Mahdi tidak
497
Abdul-Karim al-Khatib, al-Da’wah al-Wahhaabiyyah (Beirut: Dar al-Syuruq, tanpa
tahun.), hal. 5.
498
Kenyataannya, saat para ulama Najd mendengar tentang Mahdi di Sudan, mereka
mengirimkan Ali ibn Naasir ibn Waadi ke Sudan pada tahun 1299 H. untuk memverifikasi
apakah dia itu benar-benar seorang Mahdi. Ali ibn Naasir ibn Waadi kembali dan
melaporkan bahwa Mahdi Sudan ini bukanlah Mahdi yang ditunggu yang disebutkan dalam
hadits. Lihat Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 716.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 176
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mengunjungi Hijaz ataupun tidak terdapat bukti bahwa dia mempelajari karyakarya ibn Abdul-Wahhab.
Maka, jika dengan pengaruh seseorang memakai seluruh yang dia terima dan
mengikuti ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab, benarlah bahwa kebanyakan gerakangerakan yang datang sejak ibn Abdul-Wahhab tidaklah dipengaruhi dalam
pengertian itu. Jika, namun demikian, dengan pengaruh seseorang menggunakan
semacam dampak umum atau pengaruh spiritual, dimana ibn Abdul-Wahhab
membangkitkan kembali spirit Islam, konsep persaudaraan Islam, konsep
mengimplementasikan Islam secara keseluruhan dari sumbernya yang
sesungguhnya, maka tentu gerakan-gerakan lain yang mendengar tentang ibn
Abdul-Wahhab terdampak oleh hasil dan karya-karyanya. Yang, meski, dapat benar
untuk setiap gerakan effektif di dunia Muslim: saat beritanya mencapai bagianbagian lain dunia Muslim, hal ini membangkitkan kembali harapan mereka
terhadap Islam dan menyegarkan kembali upaya-upaya mereka untuk
membawakan Islam yang sesungguhnya. Lebih jauh, saat mereka menerima berita
yang benar apa yang ibn Abdul-Wahhab pertahankan, maka tentu ini akan
menimbulkan semacam kecintaan dan dukungan kepada seorang saudara Muslim
yang berdiri dan berkorban demi Allah. Jika ini adalah apa yang dimaksud dengan
“pengaruh,” maka benarlah bahwa ibn Abdul-Wahhab berpengaruh – atau lebih
tepatnya dinyatakan mempengaruhi – mayoritas gerakan-gerakan yang datang
setelah masanya.499
Lebih jauh, tidaklah penting bahwa semua orang yang membuat seruan yang sama
dengan apa yang dibuat ibn Abdul-Wahhab adalah sebenarnya terpengaruh oleh
ibn Abdul-Wahhab. Dalam kenyataan, setiap dan semua yang kembali pada jalan
sesungguhnya dari Qur’an dan Sunnah sebagaimana yang dilaksanakan dan
diajarkan oleh Nabi (‫ )ﷺ‬dan Sahabat-Sahabatnya akan benar-benar sama
dengan konklusi yang didapat ibn Abdul-Wahhab. Ibn Abdul-Wahhab seringkali
mengatakan bahwa beliau tidaklah datang dengan sesuatu yang baru. Dan itu
benar. Maka, seseorang yang lain bisa saja datang pada konklusi-konklusi dan
ajaran-ajaran yang sama dengan konklusi-konklusi dan ajaran-ajaran ibn AbdulWahhab yang cukup independen. Maka, dalam dirinya, tidak mengurangi nilai
karya ibn Abdul-Wahhab. Tentu saja, ini memperlihatkan sekali lagi bahwa ibn
Abdul-Wahhab mengikuti Islam yang sesungguhnya yang dibawa oleh Nabi (‫)ﷺ‬
dan sebagaimana yang dikenali oleh banyak ulama sebelum dan sesudah
masanya.500
499
Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 713-718.
Maka, dalam studi Jumuah, dia membagi kategori-kategori orang-orang dan kelompok
yang terpengaruh ke dalam kategori-kategori berikut: (1) Gerakan-gerakan Islam yang
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 177
500
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Akhirnya, mesti dicatat bahwa pembahasan bab ini akan terkonsentrasi pada
gerakan-gerakan dan para pendukung sebelum pertengahan 1900-an. Alasan
untuk ini adalah untuk memperlihatkan bahwa meski alat-alat komunikasi dan
media tidaklah sekuat itu, ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab telah menjadi terkenal
dan beberapa peneriman luas jauh sebelum “oil money” mulai mengalir ke Saudi
Arabia. Tentu saja, dengan kekayaan-kekayaan baru dan dengan mendobrak
komunikasi, menjadi mungkin bagi ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab untuk
menyebar ke daerah yang lebih luas. Maka, jika seseorang ingin mereview
pengaruh ibn Abdul-Wahhab hari ini, akan terlalu besar untuk ditangkap.
Sebenarnya, setiap Negara dan komunitas Muslim akrab dengan ajaran-ajarannya.
Lebih jauh, ajaran-ajarannya adalah begitu – konsisten dengan Qur’an dan Sunnah
– yang sesegera ketika banyak Muslim mendengarnya, ajaran-ajaran itu
menggema dalam telinga dan pikiran mereka. Mereka siap sedia menerima ajaranajaran itu dengan terlepas apakah ajaran-ajaran itu dida’wahkan oleh ibn AbdulWahhab atau bukan.501
Di bawah adalah pembahasan tentang beberapa kelompok dan individu yang
dikatakan terpengaruh oleh Muhammad ibn Abdul-Wahhab atau para
pendukungnya.502
membangun Negara di atas prinsip-prinsip yang benar-benar sama dengan prinsip-prinsip
ibn Abdul-Wahhab; (2) Para penyeru yang mendukung ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab; (3)
Gerakan-gerakan yang membangun negara yang dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ibn AbdulWahhab; (4) “Revolusi” keagamaan yang dipengaruhi oleh da’wah ibn Abdul-Wahhab; (5)
Para reformer keagamaan yang terpengaruh oleh ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Lihat
Muhammad Kamaal Jumuah, Intisyaar Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab
Khaarij al-Jazirah al-Arabiyyah (Riyadh: Matbuaat Daarah al-Malik Abdul-Aziz, 1981),
passim.
501
Mesti dicatat bahwa orang-orang relijius Saudi Arabia mendapati diri mereka dalam
situasi yang rumit. Saat mereka mengambil kekayaan yang disediakan Allah untuk mereka
dan mempergunakannya untuk membangun masjid-masjid, sekolah-sekolah dan pusatpusat kegiatan di seluruh dunia, mereka dituduh “menda’wahkan Islam jenis mereka.”
Akan tetapi, jika mereka tidak menggunakan uang itu dalam semangat seperti itu, orang
akan tanpa diragukan mendengar jeritan-jeritan tentang betapa kekayaan yang telah Allah
berikan kepada orang-orang ini tidak digunakan untuk membantu saudara-saudara Muslim
mereka.
502
Biasanya dalam karya biografi untuk mencatat pujian-pujian individu yang dibincangkan.
Namun, barangkali karena semua pertentangan dan propaganda keliru mengenai ibn
Abdul-Wahhab, beberapa penulis telah merekam kata-kata para ulama dan para peneliti
yang memuji Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Maka, sebagai contoh, Usrah (hal. 115-125)
merekam Muhammad ibn Ismail al-Sanaani, Ibn Bisyr, Muhammad ibn Ali al-Shaukaani,
Muhammad ibn Ahmad al-Hifidzi (seorang ulama dari al-Asir di selatan), Mahmud Syukri alAlusi, Umraan ibn Ridhwaan dari Persia, Sulaiman ibn Sahmaan dan lain-lain. Al-Ruwaishid
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 178
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Yaman
Muhammad ibn Ismail al-Sanaani503 (1099-1182 H.) dan Muhammad ibn Ali alShaukaani (1173-1250 H.) adalah dua orang ulama Yaman yang meyakini dalam
pesan yang sama dengan ibn Abdul-Wahhab. Kenyataannya, al-Sanaani dan alShaukaani menulis ode-ode yang panjang kepada Muhammad ibn AbdulWahhab.504 Lebih jauh, tulisan-tulisan mereka cukup mirip dengan karya-karya tulis
ibn Abdul-Wahhab, menekankan keyakinan-keyakinan yang murni, berjuang
melawan amalan-amalan syirik dan membuka pintu itjihaad.
Karenanya, orang tak bisa benar-benar mengatakan bahwa mereka dipengaruhi
olehnya kecuali mereka nyata-nyata para pendukung. Logisnya, mereka juga akan
mendorong keberanian murid-muridnya untuk belajar dan bersentuhan dengan
para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Kenyataannya, Muhammad ibn
Naasir al-Syarif al-Tuhaami adalah seorang murid al-Shaukaani yang menulis
sebuah buku yang membantah Daawud ibn Jarjis yang menyerang Muhammad ibn
Abdul-Wahhab.505
Iraq
memiliki delapanpuluhlima halaman (vol. 2, hal. 275-360) pendapat keulamaan mengenai
ibn Abdul-Wahhab, mengutip sekitar limapuluh ulama Muslim, penulis, Orientalis dan
sejarahwan.
503
Ini secara autentik diriwiyatkan dan tidak diragukan bahwa al-Sanaani menulis sebuah
ode yang memuji ibn Abdul-Wahhab. Namun, ode lainnya hadir dimana al-Sanaani
mengecam ibn Abdul-Wahhab. Diklaim bahwa ode kedua ini datang setelah al-Sanaani
mempelajari kenyataan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab dan tidak menyetujuinya pada
akhirnya. Ode kedua ini diberi penjelasan oleh Yusuf ibn Ibraahim, cucu dari al-Sanaani. Ini
membangun fakta bahwa Yusuf ini menentang keyakinan-keyakinan ibn Abdul-Wahhab
dan hanya melalui dialah ode ini diketahui. Lebih jauh, ode kedua ini memiliki banyak
bagian yang bertentangan secara nyata dengan keyakinan-keyakinan al-Sanaani.
Karenanya, dapat disimpulkan bahwa ode kedua ini tidak lain kecuali sesuatu yang dibuatbuat. Barangkali benar bahwa pada awalnya al-Sanaani tidak menyukai ibn Abdul-Wahhab
berdasarkan laporan-laporan yang didengarnya dari para penentang ibn Abdul-Wahhab
yang datang dari Najd, seperti Murbad ibn Ahmad al-Wuhaibi al-Tamimi dari Huraimila.
Setelah dia mempelajari kebenaran tentang da’wahnya, al-Sanaani memuji ibn AbdulWahhab dalam terma yag menyala-nyala. Sulaiman ibn Sahmaan menulis sebuah karya
berjudul Tabri`ah al-Syeikhain al-Imaamain min Tazwir Ahl al-Kadzib wa al-Main
membuktikan bahwa ibn Abdul-Wahhab dan al-Sanaani terbebas dari klaim-klaim keliru
yang dibuat untuk menentang mereka dan bahwa keduanya menggenggam keyakinankeyakinan yang sama. Bandingkan al-Abdul-Latif, hal. 39; al-Husain, hal. 422.
504
Teks ode al-Shaukaani dapat ditemukan dalam al-Husain, hal. 70-78.
505
Untuk lebih rincinya dalam pengaruh ibn Abdul-Wahhab di Yaman, lihat Al-Abud, vol. 2,
hal. 382-395.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 179
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Di mata ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya, makam-makam dan
mausoleum-mausoleum yang didirikan khususnya oleh orang-orang Syiah di Iraq
adalah bagian dan paket ke-syrik-an yang harus dienyahkan. Maka, Abdul-Aziz ibn
Muhammad ibn Saud mengirimkan sepucuk surat kepada Sulaiman Pasha al-Kabir,
gubernur Baghdad, dengan sebuah salinan Kitaab al-Tauhid karya ibn AbdulWahhab, agar ulama-ulama Iraq dapat mempelajari kitab ini dan meyakini apa
yang terkandung di dalamnya. Sayangnya, meskipun begitu, responnya tidak
positif dari ulama-ulama Baghdad pada saat itu.506
Akan tetapi, seorang ulama Iraq Abdul-Aziz Bik al-Shaadi saat melaksanakan Haji
dan bertemu para pemimpin dari keluarga Saud. Dia bahkan melewati al-Diriyyah
saat perjalanan pulangnya ke Iraq. Dia diyakinkan tentang kebenaran da’wah
mereka dan kembali ke Iraq dan menjadi penda’wah yang aktif menyebarkan
pesan itu. Bertahun-tahun, dia mampu mengajari banyak orang tentang keyakinan
yang benar mengenai Islam.507
Ali ibn Muhammad ibn Said al-Suwaidi al-Baghdaadi al-Abbasi adalah seorang
ulama hadits dan sejarah. Dilahirkan di Baghdad, dia meninggal di Damaskus pada
tahun 1232 H. Dia memiliki sejumlah karya tulis dan melakukan korespondensi
dengan ibn Abdul-Wahhab. Dia mencoba meyakinkan gubernur Baghdad, Sulaiman
Pasha al-Saghir, untuk mengikuti da’wah ibn Abdul-Wahhab. Metodologinya
benar-benar sama dengan metodologi ibn Abdul-Wahhab.508 Dia mencekok
muridnya Shihaab al-Dien al-Alusi (1802-1854 M.) dengan ajaran-ajaran ibn AbdulWahhab dan mengatur keluarga ulama al-Alusi pada jalan berdasarkan ibn AbdulWahhab.509
Barangkali pengaruh terpenting yang mendukung dan menda’wahkan ajaranajaran ibn Abdul-Wahhab di Iraq adalah anggota keluarga Alusi ini. Mahmud alAlusi (meninggal tahun 1835 M.) adalah seorang penyusun sebuah penjelasan
Qur’an yang terkenal. Numaan (meninggal tahun 1899 M.) orang yang kukuh
mempertahankan ibn Taimiyyah, belajar di Mesir dan Mekkah, dan orang yang
terus berhubungan dengan Sidiq Hasan Khan dari India (mengirimkan puteranya,
Ali, ke India untuk belajar kepada Sidiq Hasan Khan).510
Mahmud Shukri (1857-1924 H.) adalah seorang yang sangat membela ibn AbdulWahhab, penulis Tarikh Najd (“Sejarah Najd”), sebuah penjelasan untuk karya ibn
Abdul-Wahhab, Masail al-Jahiliyyah, dan dua buah kitab yang membantah para
506
Bandingkan, Jumuah, hal. 181.
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 25; Jumuah, hal. 182.
508
Lihat al-Abdul-Latif, hal. 25; Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 688.
509
Bandingkan, Commins, p. 59.
510
Lihat Commins, hal. 60-63.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 180
507
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
penentang ibn Abdul-Wahhab (satu di antaranya membantah ibn Jarjis dan
satunya lagu membantah al-Nabahaani).511
Al-Syaam (“Suriah Besar”)512
Pada tahun 1793, pasukan Abdul-Aziz ibn Muhammad ibn Saud mampu
menaklukkan sebagian “Suriah Besar”. Pada tahun 1791, beberapa suku Badwi
menerima pemerintahan para pengikut ibn Abdul-Wahhab. Beberapa suku ini
adalah suku-suku yang nanti dikunjungi Burckhardt dan mengulas pengaruh guruguru, hakim-hakim dan para pemimpin “Wahhabi.” Setelah tahun 1806, menurut
Jumuah, para pengikut ibn Abdul-Wahhab memiliki para pengkhotbah dan ulamaulama yang memasuki pusat-pusat kota Suriah dan menda’wahkan pesan-pesan
mereka.513
Salah satu ulama Salafi yang berpengaruh di Suriah adalah Jamaal al-Dien alQaasimi (1283 H./1866 M.-1332 H./1914 M.). Dia telah menjadi Imam dan ulama
utama pada saat dia mengunjungi Mesir dan Madinah. (Tambahan pada saat
mengunjungi Madinah, dia dan ulama-ulama Suriah yang lain berhubungan dengan
ulama-ulama dan para pendukung kuat ibn Abdul-Wahhab di Iraq dari keluarga alAlusi.514) Pada saat dia kembali ke Suriah, dia dituduh berusaha memulai sebuah
madzhab baru, al-Madzhab al-Jamaali, dan ditahan pada tahun 1313 H. Tuduhan
utama yang menyerangnya adalah karena kecenderungannya melakukan ijtihaad,
mendukung orang-orang “Wahhabi” dan keanggotaannya di Arab Nationalist
Assembly. Namun, dituduh sebagai seorang “Wahhabi” adalah tuduhan terbesar
yang dihadapi seseorang di hadapan otoritas Utsmaniyyah/Turki.
Pemimpin-pemimpin relijius lain yang memberikan dukungannya dan
menyebarkan ajaran-ajaran salafi dan “Wahhabi” pada saat itu adalah AbdulRazzaaq al-Bitaar, Taahir al-Jazaairi, Muhammad Kaamil al-Qasaab, Amir Shakib
Arsalaan dan Muhammad Kurd Ali. Keadaan politik dan sosial dirasakan sangat
sulit di Suriah bagi setiap orang yang mendukung pandangan-pandangan ibn
Abdul-Wahhab secara terbuka namun kebanyakan orang yang telah disebutkan
tadi (seperti Arsalaan dan Kurd Ali) jelas-jelas menunjukkan seorang “Wahhabi”
dengan namanya dan dinyatakan bahwa mereka menyerukan pada jalan Qur’an
dan Sunnah.515 Ulama lain yang paling terbuka dalam dukungannya pada doktrin511
Untuk lebih banyaknya mengenai keluarga Alusi, lihat al-Zuhaili, vol. 3, hal. 335-336;
Jumuah, hal. 183-193.
512
“Suriah Besar” termasuk bagian-bagian yang hari ini disebut Palestina, Jordania, Libanon
dan Syria.
513
Jumuah, hal. 124.
514
Lihat Jumuah, hal. 131; Commins, hal. 53.
515
Lihat Al-Abud, vol. 2, hal. 410-411.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 181
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
doktrin Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah Muhammad al-Attar (1763-1827
M.). Namun, karena dia “hidup dalam pengasingan dan hanya memiliki sedikit
murid karena orang-orang menjauhkan diri darinya.”516 Ulama-ulama salafi pada
saat itu, termasuk al-Qaasimi, juga memiliki hubungan yang baik dengan
Muhammad Rasyid Ridha, yang menonjol dalam menyebarkan tulisan-tulisan ibn
Taimiyyah dan ibn Abdul-Wahhab.517
Mesir
Sejarahwan dan ulama al-Azhar Abdul-Rahmaan al-Jabarti (1167-1237 H.) adalah
sangat terpengaruh dan terkesan oleh para pengikut ibn Abdul-Wahhab dan dia
menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka di Mesir. Dia melihat dalam diri
mereka potensi besar untuk membangkitkan kembali dunia Muslim.518
Salah satu yang paling berpengaruh dan kontroversial di dunia Muslim pada awal
abad ke-20 adalah Muhammad Abduh. Dia barangkali akrab dengan ajaran-ajaran
ibn Abdul-Wahhab. Sebenarnya, Fauzaan al-Saabiq, “duta besar Saudi” pertama
untuk Mesir, memujinya. Dia yakin dengan menentang bid’ah-bid’ah dan takhyultakhyul dengan demikian juga membuka pintu ijtihaad dan kebebasan berpikir.
Dalam prosesnya, dia menentang Sufisme. Yaitu barangkali pada level dimana
terdapat kesepakatan antara dua ajaran. Sebaliknya, meskipun disebut sebagai
seorang salafi (“seorang pengikut salafu shalih”) oleh banyak orang, Abduh tidak
memiliki ketertarikan untuk kembali pada jalan Islam yang dipahami dan
dipraktikkan oleh para Sahabat Nabi (‫)ﷺ‬. Bahkan, dia ingin maju sedikit demi
sedikit pada sebuah pemahaman baru Islam yang lebih cocok dengan Barat Eropa
pada masanya.
Muhammad Rasyid Ridha (1282 H./1865 M. – 1354 H./1935 M.) sebenarnya
berasal dari Suriah namun pindah ke Mesir pada tahun 1891 M. Setelah pindah ke
Mesir, dia menjadi sangat dekat dengan Muhammad Abduh dan untuk beberapa
tahun adalah pendukung utama pandangan-pandangannya. Namun demikian,
dalam beberapa cara, dia sangat berbeda dari syeikh-nya, Muhammad Abduh,
terutama ketika datang pada penyandaran salaf. Dia adalah seorang yang sangat
mendukung ibn Taimiyyah – menerbitkan karya-karyanya – juga ulama-ulama Najd
– menerbitkan karya-karya mereka dalam majalahnya dan dalam sebuah
anthology terpisah berjudul Majmuah al-Rasaail wa al-Masaail al-Najdiyyah.
Dalam pendahuluannya pada bantahan al-Sahwasaani terhadap Dahlaan, Ridha,
dalam sebuah bagian yang panjang, menggambarkan ibn Abdul-Wahhab sebagai
516
Commins, hal. 59.
Untuk aspek lain dari pengaruh ibn Abdul-Wahhab di “Suriah Besar,” lihat Al-Abud, vol.
2, hal. 395-412.
518
Lihat al-Zuhaili, vol. 2, hal. 334.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 182
517
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
seorang mujaddid, menolak bid’ah-bid’ah dan ikhtilaf-ikhtilaf dalam kehidupan
Muslim.519 Melalui majalahnya, al-Manaar, Muhammad Rasyid Ridha benar-benar
memberi sumbangan terhadap penyebaran ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab di
seluruh dunia Muslim. Kenyataannya, dia menerbitkan beberapa artikelnya dari
majalah itu dalam sebuah karya berjudul al-Wahhaabiyun wa al-Hijaaz (“Orangorang Wahhabi dan Hijaz”). Majalahnya sangat unik dalam pemikiran dan
popularitasnya. Sebagai hasil dari banyaknya pelajar yang datang untuk belajar di
al-Azhar, Kairo, popularitas majalah ini menyebar ke Afrika Utara, Suriah Besar dan
bahkan ke anak benua Indo-Pak dan Kepulauan Melayu.520
Lantas, Muhammad Haamid al-Faqi adalah salah satu pendukung terkuat ajaranajaran ibn Abdul-Wahhab di Mesir. Dia adalah pendiri “asosiasi para pendukung
Sunnah Muhammad.”
Afrika Utara
Mengenai Aljazair, Uwais membuat penilaian bahwa selalu terdapat gerakangerakan “reformasi” di Aljazair yang mencoba membawa orang-orang untuk
kembali kepada Qur’an dan Sunnah, dalam kata-kata seruan-seruan dan ajaranajaran yang mirip dengan keadaan ibn Abdul-Wahhab. Namun, orang pertama
yang secara eksplisit menyebarkan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab di Aljazair
adalah sejarahwan Abu Rawaas al-Naasiri. Dia dan yang lain-lainnya dari Afrika
Utara telah bertemu dengan beberapa murid ibn Abdul-Wahhab di Mekkah dan
diyakinkan dengan ajaran-ajarannya.
Namun, ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab baru membuat dampak yang lebih kuat,
selama paruh pertama abad ketigabelas hijriah. Meskipun penjajah Perancis
mencoba dengan berani menyerang kehadiran Islam, mereka tidak mampu
mengakhiri kebiasaan ziarah Haji, yang memberikan kesempatan bagi banyak
orang Aljazair untuk pergi ke Hijaz dan mempelajari ajaran-ajaran ibn AbdulWahhab.
Ulama-ulama salafi521 Aljazair yang paling banyak dicatat dan terkenal adalah
Abdul-Hamid ibn Badis (1305-1359 H.). Pada tahun 1908 M., dia pergi
menyempurnakan studinya di Universitas Zaitunah di Tunisia, Dimana dia sangat
terpengaruh oleh dua orang ulama salafi, Muhammad al-Nakhli (W. 1924 M.) dan
Muhammad al-Taahir ibn Ashur. Dua ulama ini, sebagaimana dinyatakan oleh ibn
519
Muhammad Rasyid Ridha, pendahuluan pada Muhammad Basyir al-Sahsawaani,
Shayaanah al-Insaan an Waswaswah al-Syeikh Dahlaan (edisi ketiga, tak ada informasi
penerbitan yang diberikan), hal. 6-7.
520
Untuk lebih rinci mengenai Muhammad Rasyid Ridha, lihat Jumuah, hal. 159-170.
521
Yaitu, ulama-ulama yang menyerukan jalan salafu Shalih.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 183
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Baadis, adalah yang menyadarkannya tentang perbedaan antara Sunnah dan
bid’ah. Dia melakukan ibadah Haji dan tinggal beberapa lama di Madinah, belajar
dari ulama-ulama Salafi disana. Dia kembali ke Aljazair dan membangun
“Organisasi Ulama-ulama Muslim Aljazair.” Mereka mencoba mengoreksi
keimanan, berusaha melawan bid’ah-bid’ah dan membuka pintu ijtihaad. Slogan
mereka adalah, “Iman Islam dari ayat-ayat Qur’an dan hadits Nabi (‫)ﷺ‬.” Bin
Baadis meyakinkan bahwa kunci reformasi adalah membangkitkan kembali Iman
Islam yang benar. Dia menyatakan, “Kita harus memulai keimanan, dengan
memurnikan keimanan kita dari syirik, kebiasaan kita dari kekotoran dan amalanamalan kita dari amalan-amalan yang bertentangan [dengan syariat+.”522 Tentu
saja, hal ini membuatnya harus bertarung melawan orang-orang Sufi Afrika Utara,
yang praktik-praktiknya bertentangan dengan apa yang diserukannya. Untuk
menambah buruk masalahnya, orang-orang Sufi bergabung dengan orang-orang
Perancis dalam perjuangan mereka melawan orang-orang Salafi Afrika Utara.
Akhirnya organisasi ini menjadi sangat berpengaruh dalam pertarungan melawan
Perancis sampai Aljazair mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1382 H.523
Di Maroko, menurut sejarahwan Perancis, Julian, Sidi Muhammad ibn Abdulllah alAlawi (1757-1790 M.) sangat dipengaruhi oleh para peziarah yang kembali dari
Mekkah yang belajar pada ulama-ulama “Wahhabi”. Dia mengatakan tentang
dirinya sendiri, “Saya bermadzhab Maliki dalam Fiqih, Wahhabi dalam
keyakinanku.” Dia mulai menghancurkan kitab-kitab yang memiliki keyakinankeyakinan yang keliru dan beberapa zaawiyah (biara-biara Sufi). Dia menyeru
orang-orang pada ijtihaad dan Sunnah.524
Lalu ada Maula Sulaiman ibn Muhammad ibn Abdullah (1792-1822 M.). Al-Zirikili
dan banyak referensi Barat yang menyebut bahwa dia sangat dipengaruhi oleh
orang-orang “Wahhabi” setelah tahun 1225 H. (1810 M.) dan kemudian
menentang bid’ah-bid’ah berbagai ordo Sufi. Dia berhubungan langsung dengan
Abdullah ibn Saud dan mengirimkan utusan-utusan ke Mekkah untuk
melaksanakan ibadah Haji dan belajar kepada ulama-ulama yang ada disana.
Namun, dia tak menemui banyak keberhasilan dalam upayanya menyebarkan
ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.525
522
Dikutip dalam Uwais, hal. 23.
Untuk lebihnya mengenai pengaruh ibn Abdul-Wahhab di Aljazair, lihat Abdul-Halim
Uwais, Atsar Da’wah al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab fi al-Fikr al-Islaami alIslaahi bil-Jazaair (Bahrain: Maktabah ibn Taimiyyah, 1985), passim.
524
Lihat al-Husain, hal. 425; al-Zuhaili, vol. 2, hal. 323; Jumuah, hal. 235; Muhammad alSyuwair, Tashhih Khata Tarikhi Haul al-Wahhaabiyyah (Riyadh: Daar al-Habib, 2000), hal.
24-34.
525
Lihat al-Husain, hal. 426; al-Zuhaili, vol. 2, hal. 324; Jumuah, hal. 235-237.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 184
523
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Di Marakesh, ada juga Abu al-Abbas al-Tijaani yang menentang praktik-praktik
klenik dan juga mencegah orang dari mengunjungi kuburan-kuburan. Dikatakan
bahwa para pengikutnya mencapai ratusan sampai ribuan.526
Abu Syuaib al-Dakali adalah seorang ulama besar hadits yang hidup di Mekkah
untuk beberapa tahun. Dia kembali ke Afrika Utara (Maroko) dan menjadi
pemimpin ustadz-ustadz Salafi selama lebih dari seperempat abad.
Gerakan yang sangat penting di Afrika Utara adalah gerakan Sannusi, yang untuk
alasan-alasan yang jelas sangat dekat berhubungan dengan sejarah Libya.
Muhammad ibn Ali al-Sannusi (L. 1202 H./1887 M. – W. 1959 M.), sebenarnya
berasal dari Aljazair, melakukan ibadah Haji pada tahun 1829, saat Mekkah berada
di bawah kekuasaan para pengikut of ibn Abdul-Wahhab. Dia barangkali begitu
terpengaruh, sehingga dia mampu memurnikan gerakannya dari aspek-aspek
ekstrim ordo Shaadzili. Dia menekankan untuk kembali kepada Qur’an dan Sunnah
dan juga menekankan pentingnya sebuah struktur politik dan kekuatan militer.
Namun demikian, terdapat beberapa hal yang membedakan ajaran-ajaran Sannusi
dari ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab, sehingga membuat banyak orang
meragukan adanya terpengaruhnya yang terakhir oleh yang sebelumnya.
Gerakannya menjadi begitu kuat sehingga penjajah di Afrika Utara mengeluhkan
bahwa semua masalah yang mereka hadapi dengan orang-orang lokal adalah hasil
dari gerakannya.527
Afrika Sub-Sahara
Utsman Dan Fodio (L. 1169 A.H./1754 M.) adalah dari suku Fulani. Selama tahuntahun pertamanya, kebanyakan rakyatnya belum masuk Islam dalam pengertian
utuh. Banyak penyembah berhala masih ada; mereka tidak melaksanakan shalat
dan shaum; mereka masih minum alkohol; mereka berkeliaran, jalan dan berlari
dalam kedaan hampir telanjang dan lain sebagainya.528 Pada masa awal, Utsman
belajar Qur’an dan bahasa Arab. Saat bepergian untuk mengejar studinya, dia
belajar di bawah bimbingan Syeikh Jibril ibn Umar di negeri Tawaariq. Syeikh Jibril
mengarahkan perhatiannya untuk mempelajari Qur’an dan Sunnah dengan serius.
Sebelumnya, Syeikh Jibril telah melaksanakan ibadah Haji dan sangat terpengaruh
oleh para pengikut ibn Abdul-Wahhab di Mekkah. Utsman sendiri memutuskan
untuk melaksanakan ibadah Haji dan dalam pelaksanaannya dia bertemu dengan
banyak ulama di Hijaz yang menjadi pengikut ibn Abdul-Wahhab. Di Hijaz, dia
526
Al-Zuhaili, vol. 2, hal. 324.
Bandingkan, al-Husain, hal. 426; al-Zuhaili, vol. 2, hal. 326-328; Jumuah, hal. 213-219.
528
Al-Ghunaimi, vol. 2, hal. 350.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 185
527
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mempelajari tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab dan secara pribadi menyalinnya
untuk dirinya sendiri.529
Setelah tinggal selama satu tahun di Hijaz, dia kembali ke tanah airnya dan
bersungguh-sungguh memulai gerakan reformasinya. Dia memberikan ceramah,
menulis buku-buku dan menjadi sangat populer. Dia berjuang melawan praktikpraktik klenik yang biasa dilakukan sukunya. Dia berjuang menyingkirkan sisa-sisa
polytheisme, animisme dan penyembahan leluhur dari daerahnya. Dia
menyebarkan ajaran-ajaran keimanan yang benar. Dia memulai gerakannya
dengan nasihat-nasihat yang lembut, peringatan-peringatan, amar ma’ruf nahyi
munkar. Saat para pengikutnya bertambah jumlahnya, dia, sebagaimana ibn
Abdul-Wahhab sebelum dia, berpaling kepada salah satu penguasa lokal untuk
memperolah kekuatan politis. Dia pergi kepada Raja Nafta, yang terkuat dari para
penguasa Hausah, dan menjelaskan padanya tentang Islam dan prinsip-prinsip
yang dia harap dapat dilaksanakan. Dua orang masuk bersekutu, meski masih ada
orang-orang yang menentang Utsman. Dia akhirnya mampu menyatukan
bangsanya di bawah otoritas politiknya. Dia ambil bagian dalam sejumlah jihad
untuk menyebarkan keyakinannya, dimulai pada tahun 1802 M. Pada tahun 1804,
dia membangun Kesultanan Sokono, sebuah kekaisaran yang cukup besar, yang
terus berlanjut setelah wafatnya Utsman Dan Fodio.
Dari sekian gerakan-gerakan yang digambarkan memiliki keterpengaruhan ibn
Abdul-Wahhab, Utsman Dan Fodio nyata-nyata paling dekat dengan ajaran-ajaran
dan pendekatan ibn Abdul-Wahhab, hanya meninggalkan sedikit sekali keraguan
bahwa pengaruh itu cukup kuat. Buktinya, saudara Utsman, Abdullah ibn
Muhammad secara eksplisit menyatakan bahwa Utsman memulai gerakannya
setelah kembali dari melaksanakan ibadah Haji dan meninggalkan praktik-praktik
bangsanya yang bertentangan dengan syariat.530
Gerakan lain yang terkenal di dekat daerah itu adalah gerakan Mahdi di Sudan,
didirikan oleh Muhammad Ahmad ibn Abdullah (L. sekitar 1260 H. – 1302 H./1885
M.). Dia berharap untuk menghilangkan ordo-ordo Sufi dan madzhab-madzhab
529
Terdapat orang yang menyangkal bahwa Utsman mengunjungi Hijaz. Bagaimanapun
juga, jelas bahwa dia belajar di bawah bimbingan Syaikh Jibril yang merupakan pengikut
ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.
530
Dia dikutip dalam Jumuah, hal. 114. Untuk lebih rincinya mengenai Utsman Dan Fodio
dan pengaruh ibn Abdul-Wahhab terhadapnya, lihat Abdul-Fattaah al-Ghunaimi, “Atsar
Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab fi Gharb Afriqiya” dalam Buhuuts
Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud
Islamic University, 1991), vol. 2, hal. 343-368. Mustafa Masad, “Atsar Da’wah al-Syeikh
Muhammad ibn Abdil-Wahhaab fi Harakah Utsman ibn Faudi al-Islaahiyyah fi Gharb
Ifriqiyaa” in Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh:
Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 2, hal. 423-444; Jumuah, hal.103-116.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 186
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
fiqih yang berbeda serta menyatukan semua orang di sekitar Qur’an dan Sunnah.
Dia ambil bagian dalam jihad dan membangun sebuah pemerintahan, berusaha
untuk benar-benar membebaskan negerinya dari penjajahan. Caranya
menjalankan pemerintahan sangat mirip dengan pemerintahan al-Diriyyah dan
prioritasnya untuk menghilangkan ekses-ekses Sufisme juga mirip dengan ibn
Abdul-Wahhab, membuat Hasan Ahmad Mahmud menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang jelas di sana.531 Al-Zuhaili, juga, menyimpulkan bahwa meski
terdapat beberapa perbedaan penting dua ajaran itu, gerakan Mahdi ini nyatanyata terpengaruh oleh ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.532
Anak Benua Indo-Pak
Al-Sayyid Ahmad ibn Irfaan al-Bareli (1201-1246 H.) adalah dari Rae Bareli dan
berasal dari ordo sufi Naqshabandi. Namun demikian, kemudian dia menjadi
aktivis salafi yang aktif. Dia aktif mencari ilmu pengetahuan dan menyeru yang
lainnya kepada jalan Allah. Pada tahun 1219 H., setelah belajar di Lucknow, yang
diperintah oleh penguasa Syiah, dia pindah ke Delhi. Di Delhi, dia belajar di bawah
bimbingan Syah Abdul-Aziz, putera tertua dari Syah Waliullah. Ulama-ulama India
pada saat itu sangat gemar menggunakan filsafat dalam pembahasan-pembahasan
keagamaannya. Adalah sekolah Syah Waliullah yang mengesankan kepada mereka
studi Qur’an, hadits dan fiqih untuk memahami agama mereka. Dikatakan bahwa
Al-Sayyid Ahmad melaksanakan haji pada tahun 1236 H. (1822 M.) dan
terpengaruh oleh ulama-ulama yang ada di sana. Dia kembali dan membangun
negaranya sendiri yang menguasai Kabul dan Peshawar, memerintah berdasarkan
Syariat. Pada tahun 1826 M., dia mengumumkan jihad melawan para penganut
Sikh dan juga melawan Inggris. Setelah lebih dari empat tahun berperang, dia
menjadi syuhada ketika terbunuh oleh Sher Singh di Balakot pada tahun 1831 M.
Para pengikutnya bertahan untuk beberapa waktu, mendirikan otoritas di Sattana.
Inggris dalam Perang Umbeyla pada tahun 1863 M. akhirnya menundukkan
mereka.533 Negaranya kemudian bubar, meskipun pengaruh gerakannya terus
berlanjut untuk beberapa lama, memainkan peranan kuat dalam gerakan
kemerdekaan yang kemudian.
Ajaran-ajaran Al-Bareli sangat dekat dengan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab,
menekankan tauhid dan bersikeras bahwa negara harus diatur menurut syariat.
Namun demikian, terdapat perbedaan pendapat apakah dia benar-benar
dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Meskipun terdapat beberapa
perbedaan ajaran di antara dua pemimpin ini, jumlah kemiripannya masih sangat
531
Dikutip dalam Jumuah, hal. 221.
Lihat al-Zuhaili, vol. 2, hal. 329-331; Jumuah, hal. 221-226.
533
Bandingkan, T. P. Hughes, Dictionary of Islam (Lahore: Premier Book House, Tanpa
tahun.),hal. 661.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 187
532
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
besar. Karenanya, banyak penulis, seperti Ahmad Amin, Muhammad Abdullah
Maadzi, Abbas Mahmud al-Aqaad, Abdullah al-Ruwaishid, Muhammad al-Shayaal,
Brockelmann dan Margoliouth adalah yang berpendapat bahwa gerakan di India
ini benar-benar dipengaruhi oleh ajaran-jaran ibn Abdul-Wahhab. Di lain pihak, ada
banyak yang menyangkal pengaruh-pengaruh itu. Maka, Abdul-Karim Utsman
menyimpulkan bahwa gerakan ini disebut “Wahhabi” oleh Inggris hanya untuk
mencoba menaklukkan setiap renaisan gerakan Islam dan untuk menodai
namanya. Muhammad Ismail al-Nadwi mencatat bahwa Ahmad dan mitranya alSyahid Ismail masih sangat dipengaruhi oleh sufisme, yang menghalangi kedekatan
dan hubungan langsungnya kepada ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.534
Nadwi mencatat bahwa dia melihat banyaknya dusta dan pernyataan palsu yang
dinyatakan mengenai ibn Abdul-Wahhab. Di antara mereka dia memasukkan
dugaan bahwa gerakan Al-Syahid Ahmad adalah semacam cabang ajaran-ajaran
Wahhabi di Najd. Dia menyatakan bahwa sumber-sumber dan tujuan dua
penekanan itu adalah satu, diambil dari ajaran-ajaran Qur’an and Sunnah. Dia juga
mencatat bahwa Ahmad dan ibn Abdul-Wahhab adalah mujaahid yang berjuang
demi kepentingan Allah. Namun itu tidak berarti bahwa diantara keduanya
terdapat hubungan. Dalam banyak cara, dia menyatakan, tak ada kemiripan di
antara keduanya meski pondasi dari dua seruan ini adalah sama.535
Lebih jauh, Mas’ud al-Nadwi menyatakan bahwa menurut Sulaiman al-Nadwi, Syah
Waliullah dari Delhi dan ibn Abdul-Wahhaab belajar dari sumber mata air
pengetahuan yang sama di Madinah. Barangkali, Sulaiman al-Nadwi mencoba
menyatakan secara tidak langsung beberapa kelaziman di antara keduanya.
Mas’ud al-Nadwi mencatat bahwa tak ada keraguan bahwa mereka belajar di
“sekolah” yang sama (Masjid Nabawi) dan bahwa sumber pengetahuan mereka
(Qur’an dan Sunnah) adalah juga sama, namun tak ada bukti bahwa mereka belajar
dari orang yang sama.536
Qeyamuddin Ahmad, dalam karyanya yang luas mengenai gerakan ini di India, juga
meragukan bahwa ada koneksi yang kuat antara ibn Abdul-Wahhab dari Najd
dengan mereka yang disebut Wahhabi India. Bareli dan ibn Abdul-Wahhab
memperoleh ajaran-ajaran mereka dari wahyu yang sama dan terdapat beberapa
kelaziman antara keduanya namun juga terdapat perbedaan-perbedaan khas di
antara keduanya, seperti pengaruh-pengaruh pemikiran Sufi yang ada pada Bareli.
534
Bandingkan, Jumuah, hal. 63-81.
Al-Nadwi, hal. 20.
536
Al-Nadwi, hal. 40.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 188
535
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Qeyamuddin Ahmad juga nampaknya menerima kesimpulan bahwa sulit untuk
menerima atau menolak adanya kebenaran koneksi antara dua seruan ini.537
Tokoh penting lain di Anak Benua Indo-Pak yang biasa dikaitkan dengan
Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah Sidiq Hasan Khan (L. 1307 H./1890 M.).538
Dia tinggal lama di Hijaz dan Yaman. Dia sangat terpengaruh oleh pemikiranpemikiran ibn Taimiyyah dan gurunya al-Shaukaani. Dia adalah pendiri gerakan ahl
al-hadits di India. Menurut al-Nadwi, Sidiq Hasan Khan tak pernah mencapai
sebuah keputusan yang definitif mengenai “Wahhabi.” Yang paling mendekati
kebenaran bahwa dia menulis tentang mereka dalam Itihaaf al-Nubalaa, bahkan
lebih dulu menyatakan bahwa mereka tidak dibenarkan menyatakan orang-orang
Islam itu kafir ditetapkan dengannya.539 Dalam catatan-catatan kakinya pada karya
al-Nadwi, Abdul-Alim al-Bastawi menambahkan penjelasan yang panjang lebar. Dia
mencatat bahwa Khan hidup antara 1248-1307. Sebagaimana disebutkan
sebelumnya, pada masa itu, Najd dikeroyok dan orang-orang “Wahhabi”
dikalahkan. Dusta-dusta dan kekeliruan-kekeliruan mengenai orang-orang Najd
menyebar ke seluruh dunia Muslim, sehingga sulit bagi siapapun untuk
mempertahankan mereka secara publik. Lebih jauh, efek-efek kekalahan mujahidin
di Balakot, India pada tahun 1246 masih sangat kuat. Orang-orang masih merasa
terancam dan dihukum karena mengikuti jalan-jalan Sunnah, seperti jika seseorang
mengucapkan aamiin keras-keras dalam shalat, dia akan dihukum dengan berat.
Sidiq Hasan Khan meraih satu kedudukan tinggi dalam otoritas politik juga
keulamaan hebat. Musuh-musuhnya, bersekongkol dengan para penjajah, selalu
mencari kesempatan untuk menyerangnya. Dalam pandangan mereka, kejahatan
terbesar yang dilakukannya adalah menyebarkan doktrin Wahhabi. Maka, Khan,
tidak seperti mereka yang datang setelahnya, tidak pernah dalam posisi
mempertahankan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Namun demikian, perhatian
terbesarnya adalah untuk melindungi para penganut tauhid sejati di India, mereka
yang dituduh orang-orang “Wahhabi”, dengan mempertahankan hidup, kekayaan
dan kehormatan mereka. Maka, dia dan yang lainnya pada masanya ahli-hadits540
menghabiskan kebanyakan upaya mereka mencoba memperlihatkan bahwa orangorang ini tidak memiliki koneksi nyata dengan orang-orang Najd. Dalam cara ini,
apa yang mereka katakan adalah benar karena para penganut tauhid di India ini
537
Qeyamuddin Ahmad, The Wahhabi Movement in India (New Delhi, India: Manohar
Publishers, 1994), hal. 31-32.
538
Untuk pembahasan rinci mengenai Sidiq Hasan Khan dan beberapa pernyataanpernyataannya yang positif mengenai ibn Abdul-Wahhab dan ajaran-ajarannya, lihat AbdulJalil, hal. 44-58.
539
Al-Nadwi, hal. 210-211.
540
Dalam pengertian, ahli-hadits anak benua India adalah mereka yang menyerukan
kekukuhan mengikuti hadits Nabi (‫ )ﷺ‬dan cara yang ditempuh salafu shalih generasi
pertama ummat Islam.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 189
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
tidak mengambil keyakinan-keyakinan mereka dari ulama-ulama yang ada di Najd,
melainkan mengambilnya langsung dari Qur’an dan Sunnah. Dengan demikian,
Khan mampu menggambarkan orang-orang “Wahhabi” secara adil. Dia menyebut
mereka dalam banyak buku-bukunya dan pendekatannya adalah dengan
menyebut klaim-klaim para pengumpat dulu kemudian menyebut pernyataanpernyataan para pendukung, maka memperlihatkan kebenaran dari masalahnya.
Pernyataan Al-Nadwi, menyinggung hal di atas, bahwa Khan masih memiliki
beberapa keraguan mengenai orang-orang “Wahhabi” yang menyatakan orang
kafir adalah sebuah contoh pada bagian ini. Khan menyebutkan fakta yang
dikiranya itu sementara mengutip kritik Muhammad al-Haazimi terhadap orangorang “Wahhabi” namun kemudian Khan mengikuti jawaban Muhammad ibn
Abdul-Wahhab atas klaim itu. Itu adalah bagaimana dia mampu mengekspresikan
kebenaran dalam masanya yang sulit. Sebaliknya, bagaimana seseorang
menjelaskan bahwa Khan ditunjuk penulis Shayaanah al-Insaan direktur studi-studi
keagamaan di negerinya dan memberi Ishaaq, cicit ibn Abdul-Wahhab, izin untuk
meceritakan pengetahuannya dari dia?541
Terdapat yang lainnya, barangkali ulama yang kurang terkenal di luar anak benua
Indo-Pak, yang merupakan pengikut-pengikut dan para pendukung ibn AbdulWahhab dan bagian dari apa yang dikenal sebagai gerakan ahli-hadits. Mereka
termasuk yang sezaman dengan Sidiq Hasan Khan, Basyir al-Dien al-Qanuji (12341296 H., yang berasal dari tanah air yang sama dengan Sidiq Hasan Khan), Abdullah
al-Ghaznawi (1245-1326 H.), Muhammad Basyir al-Sahsawaani, Abdul-Halim alLaknawi (1272-1345 H., yang pertama kali menterjemahkan Kitaab al-Tauhid ke
dalam bahasa Urdu) dan juga beberapa orang lainnya.542 Masih terdapat gerakangerakan lain di daerah itu yang terpengaruh oleh ibn Abdul-Wahhab. Khususnya,
terdapat beberapa gerakan yang menentang pendudukan Inggris. Salah satu dari
mereka didirikan pada tahun 1804 M. di bawah kepemimpinan al-Hajj Syariatullah
(1178-1256 H.). Dia berasal dari Bengal. Dia tinggal lama di Mekkah, dari tahun
1799 sampai tahun 1818 M, pada saat gerakan “Wahhabi” memperoleh kekuatan.
Gerakannya lebih mirip kepada memerangi praktik-praktik klenik dan takhyul dan
memerangi para penjajah Inggris. Dia mendeklarasikan tanah airnya daar al-harb
(“negeri dimana perang dideklarasikan”) sejak negeri itu berada di bawah hukum
Inggris alih-alih di bawah hukum Islam. Setelah wafatnya Syariatullah, Dudzu
Miyan memimpin gerakan itu sampai akhirnya dia ditundukkan pada tahun 1860.
Banyak sarjana yang yakin bahwa gerakan ini benar-benar dipengaruhi oleh ajaranajaran ibn Abdul-Wahhab. Syariatullah berusaha memurnikan Islam dari
pemikiran-pemikiran Hindu dan Sufi ekstrim. Dia bahkan menghindari penggunaan
541
542
Al-Bastawi, hal. 211-213.
Lihat Abdul-Jalil, hal. 59-127.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 190
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
terma-terma Sufi, seperti Pir (“Syeikh”), dan lebih memilih menggunakan termaterma seperti muallim (“guru”).543
Al-Zuhaili544 memasukkan al-Sayyid Amir Ali dari Kalkuta sebagai seorang reformer
yang terpengaruh oleh ibn Abdul-Wahhab. Dia sedikit berbeda dengan al-Sayyid
Ahmad (di atas), dikatakan bahwa dia lebih banyak menyandarkan diri pada
pendidikan. Dia ingin membangkitkan kembali aqidah orang-orang. Menurut alZuhaili, salah satu “karya besarnya” adalah The Spirit of Islam, yang berbicara
mengenai evolusi dan pembangunan agama. Sangat mungkin bahwa versi bahasa
Arabnya The Spirit of Islam berbeda dari edisi bahasa Inggris yang akhir-akhir ini
tersedia. Bahkan pembacaan sepintas The Spirit of Islam akan memperlihatkan
bahwa ibn Abdul-Wahhab dan al-Sayyid Amir Ali sangat kecil yang berbarengan –
tidak untuk mengatakan bahwa yang terakhir hasil pengaruh dari yang lebih
dahulu. Karya Ali penuh dengan pernyataan-pernyataan hujatan bahwa ibn AbdulWahhab dan para pendukungnya benar-benar dianggap kafir murni. Demi
keringkasan, disini hanya dikutip satu kutipan karya Ali. Kutipan ini
memperlihatkan bahwa Ali menyebutkan bahwa Nabi (‫ )ﷺ‬adalah penulis
Qur’an. Ali menulis,
Tak diragukan bahwa dalam surat-surat pada periode lanjutan sebelum
pikiran sang Guru [Nabi (‫ ])ﷺ‬telah mencapai pembangunan penuh
kesadaran keagamaan dan saat diperlukan untuk memformulasikannya
dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh orang-orang gurun pasir,
gambaran-gambaran yang realistis tentang surga dan neraka, dipinjam dari
khayalan-khayalan Zoroaster, Sabean dan Talmud yahudi, menarik perhatian
sebagai gambar pinggir dan kemudian menjadi esensi nyata, rasa cinta
545
kepada tuhan dengan penuh kerendahan hati dan cinta …
Lebih jauh, dalam karya yang sama, Ali menulis bahwa orang-orang “Wahhabi”
sebagai tidak lebih daripada anak keturunan Khawarij sebelumnya yang menunjuk
“semua umat Muslim lain sebagai kafir.”546
Tambahan, Muhammad al-Said Jamaal-al-Dien menulis sebuah artikel yang
mencoba memperlihatkan pengaruh ibn Abdul-Wahhab terhadap Muhammad
Iqbal. Dia berkata bahwa tak diragukan bahwa Iqbal mengagumi ibn AbdulWahhab dan upaya-upaya reformasinya. Kenyataannya, Iqbal menggambarkan ibn
Abdul-Wahhab sebagai, “Muhammad ibn Abdul Wahhaab sang Reformer Puritan
yang Hebat.” Jamaal-al-Dien kemudian mengutip al-Nadwi, sebagaimana telah
543
Jumuah, hal. 82-86.
Al-Zuhaili, vol. 2, hal. 321.
545
Amir Ali, The Spirit of Islam (New York: Humanities Press, 1974), hal. 197.
546
Lihat Ali, hal. 356-357.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 191
544
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dikutip di atas, bahwa sangat sulit bagi siapapun saat itu untuk mengatakan secara
terbuka bahwa dia adalah seorang “Wahhabi.” Dia kemudian berargumen bahwa
konsep-konsep Iqbal tentang monoteisme dan syirik sangat dekat dengan konsepkonsep ibn Abdul-Wahhab. Dia kemudian menyatakan, “Kita tak bisa mengatakan
dengan pasti, bahkan memberikan semua bukti yang tersedia, bahwa pemikiranpemikiran dan tujuan-tujuan adalah satu antara da’wah Syeikh [ibn AbdulWahhab] dan metodologi Iqbal.” Dia mengatakan bahwa dia tak dapat membuat
kesimpulan karena jalan ibn Abdul-Wahhab bukanlah sesuatu yang baru dan
keduanya mengambilnya dari sumber-sumber yang sama. Namun kemudian dia
menyimpulkan bahwa “kita tak bisa mengatakan, pada saat yang sama, bahwa dia
tidak dipengaruhi secara langsung oleh gerakan [ibn Abdul-Wahhab+.”547 Al-Zuhaili
juga memasukkan Iqbal memiliki pemikiran-pemikiran yang mirip dengan
pemikiran-pemikiran orang-orang “Wahhabi”.548
Adalah benar bahwa Muhammad Iqbal memiliki beberapa pemikiran yang sepakat
dengan ibn Abdul-Wahhab dan bahwa dia juga mengagumi ibn Taimiyyah. Namun
demikian, beranjak dari situ dan bersikeras bahwa ibn Abdul-Wahhab memiliki
pengaruh yang besar terhadap pemikiran Iqbal nampaknya sedikit dibuat-buat –
dan hal ini mirip dengan klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab berpengaruh besar
terhadap Muhammad Abduh atau Jamaal al-Dien al-Afghani. Hanya karena satu
atau dua gagasan yang sama tidak berarti terdapat pengaruh yang sesungguhnya.
Yang dibutuhkan seseorang adalah membaca keseluruhan bagian yang ditulis Iqbal
mengenai ibn Abdul-Wahhab untuk melihat bahwa dia tidak benar-benar
menangkap makna reformasi ibn Abdul-Wahhab. Benar bahwa dia mengagumi ibn
Abdul-Wahhab namun untuk mengagumi seseorang sementara tidak benar-benar
memahami apa yang dipertahankan orang itu akan barangkali menghalangi
pengaruh apapun. Sebagaimana telah disebutkan, ibn Abdul-Wahhab tentang
“perubahan” atau “reformasi demi untuk reformasi,” dia adalah tentang
membawa Islam kembali kepada apa itu Islam yang semestinya – jalannya Nabi
(‫)ﷺ‬. Ini adalah apa yang ditulis Iqbal,
Namun ajaran ibn Taimiyyah menemukan ekpresi penuhnya dalam sebuah
gerakan dengan kemampuan-kemampuan luas yang berkembang dalam
abad ke-delapanbelas dari Negeri Najd, digambarkan oleh MacDonald
sebagai “spot terbersih dalam dekadensi dunia Islam.” Ini adalah benarbenar denyut kehidupan pertama dalam Islam modern. Inspirasi gerakan ini
dapat ditelusuri, langsung atau tidak langsung, hampir semua gerakan547
Muhammad al-Said Jamaal-al-Din, “Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab
wa Ashdaauhaa fi Fikr Muhammad Iqbaal” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh
Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol.
2, hal. 459.
548
Al-Zuhaili, vol. 2, hal. 322.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 192
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
gerakan modern Muslim Asia dan Afrika, misalnya gerakan Sennusi, gerakan
Pan-Islam dan gerakan Babi, yang mana hanya sebuah refleksi bangsa Persia
atas Protestanisme Arab. Seorang reformer puritan yang hebat, Mohammad
ibn Abdul Wahab, yang lahir pada tahun 1700 … Kita, namun demikian, tidak
menaruh perhatian dengan karir politis gerakan ini yang disudahi oleh
pasukan tentara Mohammad Ali Pasha. Hal essensil yang harus dicatat adalah
spirit kebebasan yang dimanifestasikannya: meskipun dalam batin gerakan
ini, terlalu, konservatif dalam caranya. Sementara dia bangkit dalam
pemberontakan melawan finalitas madzhab-madzhab, dan dengan giat
menuntut hak penghakiman pribadi, visinya terhadap masa lalu secara
keseluruhan tidak kritis, dan dalam masalah-masalah hukum dia utamanya
549
jatuh kembali pada tradisi-tradisi Nabi.
Bagian ini barangkali tidak butuh banyak komentar untuk memperlihatkan bahwa,
paling tidak, Iqbal tidak memahami pesan ibn Abdul-Wahhab: satu-satunya Islam
sejati adalah Nabi (‫)ﷺ‬. Maka, kekaguman bisa jadi hanya satu hal – bahkan
orang-orang kafir pun mengagumi ibn Abdul-Wahhab – namun nampaknya sangat
sulit membantah bahwa ibn Abdul-Wahhab mempengaruhi Iqbal ketika ini
hanyalah bagian dimana Iqbal secara langsung menyinggung ibn Abdul-Wahhab.
Wallahu a’lam.
Indonesia
Di Sumatra, setelah tiga orang kembali dari melaksanakan ibadah Haji pada tahun
1218 H. (1802 M.), mereka memulai sebuah gerakan Salafi (“Wahhabi”). Pemimpin
mereka adalah Haji Miskin. Mereka berjuang untuk mereformasi cara-cara umat
Muslim di Indonesia. Mereka juga berjuang memerangi Belanda. Belanda melihat
gerakan ini sebagai sebuah ancaman nyata terhadap kekuatan penjajahan mereka
dan mereka bekerja dengan cepat untuk menghancurkannya. Sayangnya, Belanda
mampu untuk mengambil keuntungan dari pertarungan internal antara Muslim
Salafi yang berpikiran reformis dengan umat Muslim yang senang mengikuti
klenik-klenik dan bid’ah-bid’ah yang telah timbul pelan-pelan ke dalam agama
mereka. Gerakan ini akhirnya ditundukkan pada tahun 1837 M. setelah enambelas
tahun pertarungan. Meskipun banyak pemimpin pertarungan ini syahid dalam
peperangan itu, para pengikut mereka terus menyebarkan pesan mereka secara
damai setelah itu. Setelah itu, gerakan ini juga mampu menyebar ke pulau-pulau
lain di Indonesia.550
Di Pulau Jawa, pada tahun 1910-an dan 1920-an, sejumlah organisasi tumbuh
menda’wahkan, umumnya, ajaran-ajaran yang sama dengan ajaran-ajaran ibn
549
Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought in Islam (Lahore: Sh.
Muhammad Ashraf, 1977), hal. 152-153.
550
Bandingkan, Arnold, hal. 410; al-Zuhaili vol. 2, hal. 323; Jumuah, hal. 88-103.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 193
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Abdul-Wahhab. Salah satu di antara mereka dipimpin oleh al-Haaj Ahmad Dahlan.
Dia menghabiskan beberapa lama di sekitar tahun 1902 M. di Hijaz dan sangat
dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Dia adalah khatib Masjid Sultan
di Jakarta551 dan menggunakan kedudukan itu untuk menyebarkan ajaran-ajaran
itu dan menghapus beberapa bid’ah yang telah berkembang di pulau itu. Dia
berhenti dari tugasnya sebagai khatib552 dan terus menyebarkan pesannya secara
sendiri, sampai kematiannya pada tahun 1923. Namun organisasinya, Jamiyyah
Muhammadiyyah, terus menyebar ke semua pulau. Bahkan, organisasi ini memiliki
cabang, masjid, rumah sakit atau rumah yatim di setiap kota di Indonesia.
Organisasi ini menjadi organisasi da’wah terbesar di Indonesia. Organisasi lainnya,
Jamiyyah al-Wahdah al-Islaamiyyah553 juga sangat aktif membawakan pesan yang
551
Penulis rupanya keliru menyebut kota Yogyakarta dengan Jakarta (Pent.).
Yaitu, orang yang memberikan khutbah dalam Shalat Jum’at.
553
Kemungkinan yang dimaksud penulis ini adalah Jamiyyah Persatuan Islam (Pent.) Di
Indonesia sendiri terdapat sebuah Ormas yang bernama Wahdah Islamiyah. Organisasi ini
pertama kali didirikan pada tanggal 18 juni 1988 M dengan nama Yayasan Fathul Muin
(YFM),
berdasarkan
akta
notaris
Abdullah
Ashal,
SH
No.20.
Untuk menghindari kesan kultus individu terhadap KH.Fathul Muin Dg.Mangading (Seorang
ulama kharismatik Sulsel yang di masa hidupnya menjadi Pembina para pendiri YFM) dan
agar dapat menjadi Lembaga Persatuan Ummat, pada tanggal 19 Februari 1998 M nama
YFM berubah menjadi Yayasan Wahdah Islamiyah (YWI) yang berarti “Persatuan Islam”
perubahan nama tersebut diresmikan berdasarkan akta notaris Sulprian, SH No.059.
Sehubungan dengan adanya rencana untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi islam, YWI
menambah sebuah kata dalam identitasnya menjadi Yayasan Pesantren Wahdah Islamiyah
(YPWI) yang dimaksudkan agar dapat juga menaungi lembaga-lembaga pendidikan
tingginya, berdasarkan Akta Notaris Sulprian, SH No.055 tanggal 25 Mei 2000.
Perkembangan Da’wah Wahdah Islamiyah yang sangat pesat dirasa tidak memungkinkan
lagi lembaga Islam ini bergerak dalam bentuk Yayasan, maka dalam Musyawarah YPWI ke2, tanggal 1 Shafar 1422 H (bertepatan dengan 14 April 2002 M) disepakati mendirikan
organisasi massa (ormas) dengan nama yang sama, yaitu Wahdah Islamiyah (WI). Sejak
saat itulah, YPWI yang merupakan cikal bakal berdirinya ormas WI disederhanakan
fungsinya sebagai lembaga yang mengelola pendidikan formal milik Wahdah Islamiyah.
(untuk selengkapnya baca buku :Sejarah Wahdah Islamiyah)
Manhaj Wahdah Islamiyah
Wahdah Islamiyah adalah sebuah Organisasi Massa (Ormas) Islam yang mendasarkan
pemahaman dan amaliyahnya pada Al Qur’an dan As Sunnah sesuai pemahaman As Salaf
Ash-Shalih (Manhaj Ahlussunnah Wal Jamaah). Organisasi ini bergerak di bidang da’wah,
pendidikan, sosial, kewanitaan, informasi, kesehatan dan lingkungan hidup. (Lihat:
http://wahdah.or.id/sejarah-berdiri-manhaj/ )
Sedangkan yang dimaksud Jamiyyah al-Wahdah al-Islaamiyyah oleh penulis buku ini
kemungkinan besar adalah Jamiyyah Persatuan Islam yang didirikan pada tanggal 12
September 1923 di Bandung yang gagasannya bermula dari seorang alumnus Dâr al-‘Ulûm
Mekkah bernama H. Zamzam yang sejak tahun 1910-1912 menjadi guru agama di sekolah
agama Dâr al-Muta’alimîn. Ia bersama teman dekatnya, H. Muhammad Yunus, seorang
pedagang sukses yang sama-sama kelahiran Palembang, yang di masa mudanya
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 194
552
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
sama. Meskipun banyak propaganda negatif yang tersebar mengenai orang-orang
“Wahhabi,” karena beberapa orang Indonesia yang melaksanakan Haji, mereka
mempelajari apa yang sesungguhnya tentang ibn Abdul-Wahhab dan karenanya
gerakan ini terus menyebar ke seluruh Indonesia.554
Thailand
Pada tahun 1919 M., seorang pemuda dari Indonesia, Ahmad Wahhaab,
mengunjungi masjid-masjid dan komunitas-komunitas Muslim di Bangkok. Dia
lambat laun mulai mengajarkan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Dia menantang
ulama-ulama pribumi untuk mendukung bid’ah-bid’ah mereka. Dia mulai gerakan
reformasinya dan menerbitkan sebuah majalah, al-Bidaayah, yang dibuatnya
untuk menentang klenik-klenik dan takhyul-takhyul penduduk Muslim. Hal ini
menciptakan terbelahnya masyarakat Muslim, beberapa orang mengikuti cara-cara
lama yang diisi dengan bid’ah-bid’ah dan yang lainnya mengikuti gerakan baru
yang mengikuti ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Nampaknya friksi di antara dua
kelompok ini tumbuh cukup intens. Untuk beberapa tahun, gerakan ini cukup kuat,
menerbitkan sejumlah buku dan brosur-brosur.
Di selatan Thailand, sebuah gerakan yang terpisah dari yang terjadi di Bangkok
hadir. Meskipun dari momen-momen sebelumnya, gerakan reformasi (“Wahhabi”)
diserang sebagai sebuah “agama baru” dan lain-lain, di selatan Thailand sebuah
gerakan reformasi dimulai sekitar tahun 1943 M. di bawah kepemimpinan Ismail
Ahmad. Ini terjadi setelah dia belajar di Nadwat al-Ulamaa di Lucknow, India, di
bawah bimbingan Abul Hasan al-Nadwi. Seruan pesannya betul-betul da’wah salafi
ibn Abdul-Wahhab.555
Turkistan
Jumuah menulis bahwa seorang penulis dengan nama Shuyler menulis dalam
sebuah karya berjudul Turkistan, diterbitkan di London pada tahun 1867 M.,
memperoleh pendidikan agama secara tradisional dan menguasai bahasa Arab. (Lihat:
Howard M. Federspiel. 2006. Labirin Ideologi Muslim: Pencarian dan Pergulatan Persis di
Era Kemunculan Negara Indonesia (1923-1957). Jakarta: Serambi.)
554
Untuk lebih rincinya mengenai pengaruh ibn Abdul-Wahhab di Indonesia, lihat Najih
Abdullah, “Tatsar al-Da’waat al-Islaahiyyah fi Aindooneesiya bi-Da’wah al-Syeikh
Muhammad ibn Abdil-Wahhaab” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad
ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 2, hal. 391422; Jumuah, hal. 202-212.
555
Untuk lebih rincinya mengenai pengaruh ibn Abdul-Wahhab di Thailand, lihat Ismail
Ahmad, “Tatsur al-Dawaat al-Islaahiyyah al-Islaamiyyah fi Tailaand bi-Da’wah Al-Syeikh
Muhammad ibn Abdil-Wahhab” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn
Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 2, hal. 369-390.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 195
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
bahwa Ish Muhammad Kul adalah seorang pemimpin Muslim melawan bangsa
Rusia, berusaha menciptakan sebuah pemerintahan Islam. Dia mengatakan bahwa
orang ini adalah seorang murid dari pengajar “Wahhabi”.556 Wallahu a’lam.
Faktor-faktor yang Mendukung Hebatnya Pengaruh ibn Abdul-Wahhab
Sebagaimana telah disinggung dalam berbagai kesempatan, pesan ibn AbdulWahhab bukanlah sebuah pesan baru. Ini adalah upaya untuk kembali kepada
Qur’an dan Sunnah. Karenanya, sumber inspirasi yang dengan demikian juga
pemikiran-pemikirannya adalah konsisten dengan banyak “reformer” yang datang
sebelum atau sesudahnya. Bahkan, Utsman ibn Ahmad al-Najdi, dari Najd,
mendahulukan ibn Abdul-Wahhab dalam menyeru orang-orang kepada tauhid
sejati dan memerangi syirik. Dia bahkan menulis sebuah buku yang judulnya
bermakna, “Pertolongan generasi-generasi terakhir dibangun dalam keyakinankeyakinan generasi-generasi sebelumnya (al-salaf).” Dia meninggal pada tahun
1096 H. Kenyataannya, sebelum ibn Abdul-Wahhab memulai da’wahnya,
Muhammad ibn Ismail al-Sanaani telah aktif di Yaman, memerangi penyembahan
kuburan, pemujaan pohon-pohon dan lain sebagainya, sama seperti yang
diserukan ibn Abdul-Wahhab.557 Namun demikian, pengaruh dan dampak dua
ulama ini – juga banyak lainnya di berbagai bagian dunia yang menyerukan ajaranajaran fundamental Islam yang sama – tak bisa dibandingkan dengan ibn AbdulWahhab. Meskipun hanya Allah sajalah yang tahu alasan-alasan dan sebab-sebab
di balik fenomena ini, adalah benar-benar berharga jika mencoba menunjukkan
dengan cermat beberapa alasan di balik sukses besar ibn Abdul-Wahhab ini.
Faktor-faktor itu termasuk:558
(1)
Berkah dan Petunjuk Allah. Allah benar-benar menolong mereka yang
menolong maksud-Nya. Allah berfirman,
ِ َّ‫يا أَيُّها ال‬
‫ت‬
‫ذ‬
ْ ّْ‫صْرُك ْم َويُثَب‬
ُ ‫صُروا اللَّهَ يَْن‬
ُ ‫ين َآمنُوا إِ ْن تَْن‬
َ َ
َ
‫أَقْ َد َام ُك ْم‬
556
Jumuah, hal. 227.
Bandingkan, Jumuah, hal. 56-57.
558
Dalam mempersiapkan bagian ini, meskipun pembahasannya sangat berbeda, penulis
mengambil manfaat dari Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 666-683.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 196
557
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya
Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S Muhammad
47:7).
(2) Keadaan dan kebersikerasan Ibn Abdul-Wahhab dalam memurnikan niatnya
dan juga niat yang lainnya. Hanya Allah saja yang mengetahui apa yang ada di
dalam hati seseorang dan apa yang menjadi niat seseorang yang sesungguhnya.
Namun demikian, apa yang bisa dikatakan mengenai ibn Abdul-Wahhab adalah
bahwa sikapnya yang nampak dan perlakuannya terhadap orang-orang, bahkan
para penentangnya yang terhebat, melihat bahwa dia benar dengan seruannya:
berjuang semata-mata hanya demi Allah.
(3) Pengetahuan yang luas dan kekuatan argumenasi ibn Abdul-Wahhab.
Khususnya, ibn Abdul-Wahhab memiliki sejumlah pengetahuan mengenai Qur’an,
hadits dan pernyataan-pernyataan para ulama. Hal ini membuat argumenargumennya sulit untuk diatasi.
(4) Kemurnian da’wahnya – ini telah jadi da’wah yang sesungguhnya, benar-benar
konsisten dengan keadaan manusia, jelas dan dapat dipahami semua orang,
terbebas dari cara berpikir yang menyesatkan dan bid’ah-bid’ah. Hal ini lagi-lagi
membuat da’wah ibn Abdul-Wahhab sangat sulit untuk ditolak. Da’wahnya
“sederhana dan jelas,” langsung lurus dari Qur’an dan Sunnah. Saat seseorang
yakin, sebagaimana hampir setiap Muslim juga, bahwa dia telah mengikuti Qur’an
dan Sunnah dan inilah apa yang telah dipersembahkan ibn Abdul-Wahhab, maka
seseorang itu akan, jika dia benar-benar tulus di dalam hatinya, akhirnya akan
menerima seruan seperti itu.
(5) Kekuatan politik dan perubahan menyeluruh dalam masyarakat – membiarkan
pintu terbuka untuk mengajarkan kebenaran, mengimplementasikan kebenaran
itu dan menyingkirkan kekuatan-kekuatan yang menentang kebenaran itu. Lebih
jauh, orang akan dapat melihat dampak-dampak sebenarnya dari syariat yang
telah diimplementasikan itu. Pertarungan internal, penjarahan dan penyerangan
terhadap individu-individu yang tak bersalah, pencurian dan kejahatan benarbenar berakhir saat gerakan itu menyebar dan mendominasi daerah itu. Pajakpajak dan ketidakadilan dari para penguasa berakhir. Harta publik dipelihara
setelah kebutuhan warga negara terpenuhi. Bahkan negeri antara Hijaz dan Najd
terbebas dari kejahatan selama masa itu. Kecantikan ajaran-ajaran Islam, ketika dia
diizinkan untuk benar-benar diimplementasikan, selalu menjadi salah satu jalan
terbaik yang dengan cara itu Islam tersebar.
(6) Memerintah Mekkah dan Madinah untuk suatu periode – para pengikut ibn
Abdul-Wahhab mampu memerintah Mekkah pada tahun-tahun 1217-1226 H. Hal
ini memberikan sebuah kesempatan yang sangat baik bagi mereka untuk bertemu
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 197
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dan mempengaruhi umat-umat Muslim yang datang dari seluruh dunia. Mereka
mengambil keuntungan yang penuh dari kesempatan yang baik ini dengan cara
memberikan ceramah, berdebat dan mendistribusikan literatur. Maka banyak
orang dari seluruh dunia Muslim dapat melakukan kontak langsung dengan da’wah
ini dan secara langsung dipengaruhi atau diyakinkan oleh ulama-ulamanya. Mereka
mampu mendengar dan melihat ajaran-ajaran yang diimplementasikan pada diri
mereka sendiri, terbebas dari propaganda negatif yang telah menyebar mengenai
da’wah ini. Saat pintu ini dibukakan, banyak orang dengan tak sabar menganut
ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.
(7) Ibn Abdul-Wahhab menyebarkan pengetahuannya kepada banyak pelajar yang
memiliki kualitas yang baik. Banyak dari mereka, termasuk anaknya sendiri,
menjadi ulama-ulama atas kehendak sendiri.
(8) Mengambil keuntungan dari berbagai “bentuk” media, khususnya, penulisan
surat dan kontak-kontak selama masa haji ketika Mekkah di bawah kontrol para
pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab pada tahun 1217-1226.
(9) Perjalanan-perjalanan dan kontak dengan negeri-negeri yang lain – khususnya
di antara para pelajar: Setelah jatuhnya al-Diriyyah, beberapa anak keturunan ibn
Abdul-Wahhab dibuang ke Mesir. Meski beberapa di antara mereka dieksekusi,
yang lainnya bisa hidup sebagai warga tahanan, bahkan cucu ibn Abdul-Wahhab,
Abdul-Rahmaan ibn Abdullah mengajar madzhab Fiqih Hanbali di al-Azhar.559
Tambahan, anak-anak keturunan dan para pengikutnya yang kemudian juga
belajar dan berinteraksi dengan para ulama Suriah dan anak benua Indo-Pak.
(10) Dampak dari para penentangnya yang membuat orang-orang justru
mengalihkan perhatian mereka pada da’wah ini – publisitas yang buruk kadang
kala masih tetap publisitas. Tentu saja, serangan-serangan mereka terhadap
ajaran-ajaran dan da’wah ini membawa pada ranah jihad yang benar-benar
membantu menyebarkan ajaran-ajarannya.
(11) Hasil-hasil dari studi objektif mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab dari
orang-orang yang memiliki beragam pekerjaan, termasuk para Orientalis dan para
pelancong.
Seseorang dapat dengan cepat mencatat beberapa faktor yang dapat
mencegahnya mendapatkan suatu pengaruh yang lebih hebat ke seluruh dunia:
(1) Peran para penentangnya dalam menyebarkan propaganda negatif dan keliru.
Hal ini akan dibahas lebih rinci dalam bab berikutnya. Sering kali, tulisan-tulisan
559
Vassiliev, hal. 158.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 198
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
para penentangnya akan mencapai sebuah negeri sebelum surat-surat, tulisantulisan ibn Abdul-Wahhab mencapai negeri itu. Karenanya, terdapat purbasangka
yang tersedia.
(2) Waktu yang panjang, kebodohan yang berurat akar: Ini bukanlah sesuatu yang
dapat dihapuskan secara cepat dan mudah.
(3) Waktu yang panjang, bid’ah-bid’ah dan adat istiadat yang telah berurat akar
yang telah diambil orang-orang sebagai bagian dari agama: Lagi pula, orang-orang
menjadi terbiasa pada jalan hidup dan mengambilnya sebagai agama mereka. Hal
ini menjadi sangat sulit bagi banyak orang untuk menyerah, sebagai contoh, apa
yang mereka lihat dari kehidupan yang mereka anggap sebagai “leluhur-leluhur
yang saleh.”
(4) Motivasi dan ketertarikan personal: Mengenali kebenaran tidak selalu cukup.
Harus juga terdapat hasrat dalam hati seseorang untuk hidup dengan kebenaran
itu. Hasrat itu harus mengatasi banyak rintangan, karena seringkali hidup dengan
kebenaran membutuhkan pengorbanan dan kerugian yang mungkin terjadi. Hidup
dengan kebenaran bisa juga berarti meninggalkan dosa-dosa dan kelakuankelakuan tak bermoral yang dilakukan seseorang. Ketakukan akan akibatakibatnya, seperti kehilangan harta kekayaan, pekerjaan, kedudukan, reputasi dan
menurutkan hasrat seseorang, dapat seringkali berdiri di antara seseorang dan
mengikuti apa yang dia kenali sebagai kebenaran. Sederhananya, “kekuasaan,”
seperti para penguasa, imam-imam dan ulama-ulama yang menyimpang, takut
pada kebangkitan relijius yang berasal dari sumber-sumber sejati keimanan ini
akan menghilangkan orang yang bermanfaat bagi mereka karena memiliki maksud
baik tapi bodoh. Mereka tidak tunduk pada kebenaran itu tidak hanya untuk
mereka saja tapi juga menggunakan cara-cara apa saja yang dapat membantu
mengecilkan atau menggoyahkan hati orang lain agar tidak menerima atau
mengikuti kebenaran.
Konklusi
Dapatlah dinyatakan tanpa ragu bahwa ibn Abdul-Wahhab berdampak bukan saja
di tanah kelahirannya tapi juga di banyak bagian dunia Muslim. Setidaknya, dia
tertanam dalam pikiran seorang Muslim sebuah gagasan bahwa dengan kembali
kepada ajaran-ajaran orisinil Islam, agama ini dapat dibangkitkan kembali dan
diberkati Allah. Hari ini, di tanah kelahirannya, seseorang masih dapat merasakan
pengaruh da’wah ibn Abdul-Wahhab kepada tauhid murni. Sebagaimana ditulis
Idris, “Dan terimakasih kembali kepada gerakan ini, masyarakat Saudi, meski bukan
masyarakat Islam yang ideal, adalah satu masyarakat yang lebih kebal dibanding
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 199
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
masyarakat Islam lainnya terhadap bentuk-bentuk syirik populer yang dikutuk
pendiri gerakan ini.”560
Tentu saja, ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab – karena mereka merefleksikan
pendirian syariat yang sesungguhnya – masih memiliki peran yang dapat
dimainkan hari ini. Kata Vassiliev pada poin ini penting. Dia menyatakan,
Dalam mengevaluasi tempat gerakan Wahhabi dalam sejarah perkembangan
Islam, dia bisa nampak sebagai pelopor reformasi Muslim, misalnya, ‘proses
adaptasi relijius, filosofis dan norma-norma legal Islam terhadap kondisikondisi historis baru, yang dimulai pada pertengahan abad kesembilanbelas
dan terus berlanjut sampai hari ini.’ Fakta bahwa tokoh ulama Muslim
menganggap Wahhabisme sebagai sebuah trend keagamaan alih-alih sebagai
sebuah sekte Islam menciptakan sebuah preseden yang baik untuk
kemunculan, beberapa dekade kemudian, kelompok-kelompok reformis
lainnya yang dalil-dalilnya memiliki kesamaan dengan dalil-dalil
561
Wahhabisme.
560
561
Idris, hal. 6.
Vassiliev, hal. 157.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 200
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
BAB V
Para penentang dan Kritik yang ditujukan kepada Muhammad
ibn Abdul-Wahhab
Alam dan Pentingnya Cobaan serta Godaan
D
alam berbagai tempat dalam Qur’an, Allah telah menjelaskan bahwa orang
beriman seharusnya berharap keimanannya akan diuji dan dicoba.
Contohnya, Allah berfirman,
ِ ‫أَح‬
‫َّاس أَ ْن يُْت َرُكوا أَ ْن يَ ُقولُوا َآمنَّا َوُه ْم ال يُ ْفتَ نُو َن‬
‫ن‬
‫ال‬
‫ب‬
‫س‬
ُ َ َ
ِ َّ‫) ولََق ْد فَت نَّا الَّ ِذين ِمن قَبلِ ِهم فَلَي علَم َّن اللَّه ال‬1(
‫ين‬
‫ذ‬
َ َ
َ ُ َ َْ ْ ْ ْ َ
ِ ‫ل َدقُوا ولَي علَم َّن الْ َك‬
ِ
)1( ‫ْي‬
‫ب‬
‫اذ‬
َ
َ َْ َ َ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya
kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya
Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. al-Ankabuut 29:2-3).
Allah juga berfirman,
ِ َّ
ِ
‫ين َخلَ ْوا‬
ْ ‫أ َْم َح ِسْبتُ ْم أَ ْن تَ ْد ُخلُوا‬
َ ‫اٗتَنَّةَ َولَ َّما يَأْت ُك ْم َمثَ ُل الذ‬
‫ول‬
َ ‫ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم َم َّسْت ُه ُم الْبَأْ َساءُ َوالضََّّراءُ َوُزلْ ِزلُوا َح ََّّت يَ ُق‬
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 201
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ َّ‫ول والَّ ِذين آمنُوا معه مَّت نَصر الل‬
ِ
َّ
‫صَر اللَّ ِه‬
‫ن‬
‫ن‬
‫إ‬
‫َال‬
‫أ‬
‫ه‬
َّ
َ
ْ
ُ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ ُ ‫الر ُس‬
‫يب‬
ٌ ‫قَ ِر‬
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul
dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan
Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS, alBaqarah 2:214).
Ibn Abdul-Wahhab sendiri mengenal “hukum alam’ yang telah Allah ciptakan untuk
manusia ini. Suatu kali beliau menulis, “Seorang [ulama] bertanya, ‘Apakah yang
lebih disukai, dicoba dan diuji atau ditegakkan dan diberikan kekuatan?’ Dia
menjawab, ‘Dicoba dulu dan kemudian ditegakkan.’ Imam al-Syafi’i,
rahimallahuanhu, juga ditanya, ‘Apakah yang lebih baik bagi seseorang, apakah dia
ditegakkan dan diberikan kekuatan atau dia diuji dan dicoba?’ Dia menjawab, ‘Tak
ada penegakkan untuknya sampai dia diuji. Allah juga tentu saja menguji rasulrasul-Nya. Ketika mereka memperlihatkan kesabaran, Dia menguatkan
mereka.’”562
Catatlah bahwa perjuangan ibn Abdul-Wahhab mengambil bagian perjuangan yang
paling hebat dari seseorang. Lebih mudah mengidentifikasi seorang penentang
yang datang dari luar dan menyeru orang-orang untuk menolak atau
memberontak melawan orang-orang luar. Akan tetapi, perjuangan ibn AbdulWahhab lebih banyak ditujukan untuk menentang orang-orang yang sebenarnya
Muslim namun telah kehilangan visi Islam yang sebenarnya. Kebanyakan yang
mereka lakukan, tidak mempermasalahkan bagaimana salah dan mungkarnya itu,
dikerjakan di dengan atas nama Islam dan dengan persetujuan “para ulama” dan
para penguasa. Tentu pembaca dapat membayangkan bagaimana jadinya
seseorang yang datang dan mengatakan bahwa jalan Islam yang diikuti orangorang ini bukanlah Islam yang sepatutnya. Inilah medan dimana ibn Abdul-Wahhab
berperang. Tak ada kesangsian bahwa akan banyak orang yang mencoba
mempertahankan “status quo” dan apa yang mereka lakukan.
Sebuah Catatan Mengenai Metodologi
562
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 3, Mukhtasar Zaad al-Maad, hal. 164.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 202
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Dalam mempelajari kehidupan dan ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab,
seseorang akan dengan cepat mendapati pernyataan tentang beliau yang saling
bertentangan satu sama lainnya secara ekstrim. Beberapa orang menganggapnya
sebagai seorang pemimpin Muslim yang hebat sementara lainnya mendeklarasikan
beliau sebagai seorang ahli bid’ah yang hebat atau bahkan kafir. Hal ini kemudian
memunculkan sebuah pertanyaan tentang Metodologi atau, dengan kata lain,
pendekatan yang enak didengar dan logis untuk menyelesaikan pandanganpandangan yang bertentangan itu. Dalam kasus ibn Abdul-Wahhab, orang
menemukan kontroversi yang berkenaan dengan masalah-masalah kesejarahan
dan keislaman.
Masalah-masalah kesejarahan dapat didasarkan pada beberapa prinsip yang
sangat mendasar dan jelas:
(1)
Setiap klaim harus memiliki beberapa ketelitian historis. Dia harus
dapat ditelusuri kembali sampai pada kejadian-kejadian yang sebenarnya,
apakah melalui saksi mata atau para penghubung yang dikenal dan dapat
diterima. Ketika mengambil langkah ini, seseorang dengan segera
menemukan banyak klaim yang sama sekali tidak memiliki dasar yang tidak
dapat diterima. Tidak dapat diterima untuk mempercayai atau untuk
mendasarkan pandangan seseorang pada informasi yang tidak diverifikasi
seseorang. Ini adalah prinsip Qur’an. Maka, setelah mengutip ayat,
ِ َ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا إِ ْن جاء ُكم ف‬
ِ ُ‫اسق بِنَبٍإ فَتَب يَّ نُوا أَ ْن ت‬
‫صيبُوا‬
ٌ
َ َ
َ َ
َ َ
ْ ََ
ِ ‫قَوما ِِبهالٍَة فَتُصبِحوا علَى ما فَعْلتُم نَ ِاد‬
‫ْي‬
‫م‬
َ
ََ ً ْ
ْ َ َ َ ُ ْ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. al-Hujuraat 49: 6)
Ibn Abdul-Wahhab menulis bahwa jika beberapa iblis menyatakan tentang
seseorang, wajib untuk tidak terburu-buru mempercayainya, tanpa
memverikasi kebenaran masalahnya. Beliau mengatakan yang penting
adalah “bahwa seseorang tidak terburu-buru dan seseorang tidak
seharusnya berbicara tanpa memverifikasi masalahnya, atau kebohongan
akan menyebar.”563
563
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, p. 284.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 203
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
(2)
Jika poin (1) tidak cukup menyelesaikan konflik dan masalah
nampaknya berada antara apa yang diceritakan para pendukung dan apa
yang diceritakan para penentang, seseorang kemudian bisa berpaling
kepada laporan-laporan lain yang kelihatannya dari
orang yang
berpengetahuan (jika memungkinkan, saksi mata), para reporter yang
tidak berat sebelah dan objektif. Akan tetapi, poin-poin berikut juga mesti
menjadi pertimbangan.
(3)
Tanda seorang reporter atau penulis itu berat sebelah dan tidak
objektif adalah ketika dia berulang-ulang membuat klaim-klaim yang tidak
bisa dikuatkan atau yang berlawanan dengan fakta yang terbangun. Jika
hal ini seringkali didapati dari sebuah sumber, sumber itu tak dapat
dipertimbangkan lagi sebagai sumber yang dapat diandalkan. Setiap
informasi yang datang dari sumber seperti itu seharusnya, setidaknya,
diperlakukan secara skeptik, jika tidak ditolak sama sekali.
(4)
Satu poin sangat penting yang memainkan sebuah peran kritis
disini adalah fakta bahwa tak ada satu pun penentang Muhammad ibn
Abdul-Wahhab pernah mengklaim bahwa mereka dipaksa atau terdapat
pernyataan-pernyataan, tulisan-tulisan atau literatur dari Muhammad ibn
Abdul-Wahhab, anak-anak keturunannya atau para pengikutnya yang lain
yang dikenal dan tersedia secara luas. Karenanya, analisis mengnai ajaranajaran “Wahhabi” harus didasarkan pada tulisan-tulisan dan pernyataanpernyataan ini. Karena itu, haruslah diakui bahwa setiap klaim mengenai
ajaran-ajaran atau kepercayaan-kepercayaan “Wahhabi” yang kontradiktif
dengan pernyataan-pernyataan dan tulisan-tulisan ini haruslah ditolak dan
dinyatakan sebagai keterangan yang keliru dan tidak benar. Tambahan,
diharapkan setiap sangkalan terhadap ibn Abdul-Wahhab diisi dengan
kutipan-kutipan yang berasal dari tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab yang
otentik (atau tulisan putera-puteranya dan lain sebagainya). Jika klaimklaim dibuat namun kutipan-kutipannya tak pernah diberikan, sudah
seharusnya dibunyikan bel peringatan.
Metodologi ini digunakan manakala berurusan dengan pandangan-pandangan
yang saling bertentangan dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan Islam
yang semestinya terang benderang. Poin-pon essensil itu termasuk:
1. Seseorang akan berharap bahwa semua umat Islam setidaknya sepakat
bahwa Qur’an adalah sumber petunjuk utama. Qur’an sendiri jelas-jelas
menyatakan prinsip pertama untuk menyelesaikan perselisihan. Allah
berfirman,
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 204
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ ‫َطيعوا اللَّه وأ‬
ِ ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا أ‬
ِ
‫األم ِر ِمْن ُك ْم‬
‫ُوِل‬
‫أ‬
‫و‬
‫ول‬
‫س‬
‫الر‬
‫ا‬
‫و‬
‫يع‬
‫َط‬
َ
َّ
ْ
َ َ
َ َ
َ ُ ُ ََ ُ
ٍ
ِ ِ
ِ ‫الرس‬
ِ
‫ول إِ ْن ُكْنتُ ْم تُ ْؤِمنُو َن‬
ُ َّ ‫فَإ ْن تَنَ َاز ْعتُ ْم ِِف َش ْيء فَ ُرُّدوُ إ ََل اللَّه َو‬
ِ ِ ‫بِاللَّ ِه والْي وِم‬
‫َح َس ُن تَأْ ِويال‬
َ ‫اآلخ ِر َذل‬
ْ ‫ك َخْي ٌر َوأ‬
َْ َ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benarbenar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisaa 4:59).
Dengan petunjuk ayat yang jelas dan gamblang ini, seseorang berharap setiap
klaim yang dikedepankan Muhammad ibn Abdul-Wahhab seharusnya
didukung oleh ayat-ayat Qur’an dan hadits Nabi (‫)ﷺ‬. Sama juga, orang akan
berharap bahwa setiap sangkalan terhadap Muhammad ibn Abdul-Wahhab
juga dipenuhi ayat-ayat Qur’an dan hadits Nabi (‫)ﷺ‬. Jika hal itu tak terjadi,
maka metode Qur’an tentang mendamaikan pendapat-pendapat yang
bertentangan itu tak pernah ditaati dan peneliti akan berada di satu sisi
bersama orang yang dapat mendukung pandanganya dengan teks-teks Qur’an
dan Sunnah yang jelas dan tidak samar-samar.
2. Poin lain yang seharusnya diterima oleh semua Muslim adalah bahwa
Muslim par excellence dan mutlak, tak diragukan lagi uswah bagi semuanya
adalah Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri dan hanyalah Nabi (‫)ﷺ‬. Allah berfirman,
ِ َّ‫ول الل‬
ِ ‫لََق ْد َكا َن لَ ُكم ِِف رس‬
‫ُس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكا َن يَ ْر ُجو اللَّ َه‬
‫أ‬
‫ه‬
ْ
َُ ْ
ِ ‫والْي وم‬
‫اآلخَر َوذَ َكَر اللَّهَ َكثِ ًريا‬
ََْ َ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzaab 33:21).
3. Masalah-masalah ibadah khususnya dimana seseorang harus dituntun oleh
wahyu. Hanya Allah-lah yang mengetahui bagaimana Dia harus diibadahi.
Dengan kata lain, pertanyaan bagaimana Allah harus diibadahi dalam cara yang
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 205
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
diridlai-Nya adalah diluar jangkauan pengalaman dan akal manusia. Karenanya,
seseorang tak memiliki jalan lain kecuali menyandarkan diri pada wahyu dan
mengendalikan tindakan dan keimanannya dengan batas-batas wahyu.
4. Hubungan yang dekat dengan poin sebelumnya atau akibat wajar dari poin
itu, jika demikian, adalah bahwa setiap peribadatan atau kepercayaan yang
baru dan dibuat-buat yang tidak diperkuat oleh Qur’an atau Sunnah adalah
bid’ah dan klenik dan tertolak. Dengan kata lain, amalan-amalan seperti itu tak
dapat diklaim sebagai ekpresi yang sesuai untuk menyembah Allah. Hal ini
sangat jelas dari kata-kata Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri—dan tak ada seorang Muslim
pun yang meragukan kejujuran apa yang dikatakan Nabi (‫)ﷺ‬. Dalam sebuah
hadits, Nabi (‫ )ﷺ‬berkata,
ِ‫فَِإنَّه من يع‬
ِ ‫ش ِمْن ُك ْم فَ َسيَ َرى اِ ْختِ َالفًا َكثِْي ًرا فَ َعلَْي ُك ْم بِ ُسن‬
‫َِّت و ُسن َِّة‬
ْ
َ َُْ
ْ
ِ
ِ ِ َّ ‫تلَ َفاء‬ٙ‫ا‬
‫ضوا َعلَْي َها بِانَّ َو ِاج ِد َو إِيَّا ُك ْم َو‬
ُ ‫ْي َع‬
َ ْ َ‫الراشديْ َن الْ َم ْهدي‬
َ ُْ
ِ
ٍِ
ٌ‫ض َاللَة‬
َ ‫ت َدثَات األ ُُم ْوِر فَِإ َّن ُك َّل بِ ْدعة‬ُْٝ
“Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal menyaksikan
banyak perselisihan. karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah
Khulafaur Rasyidin yang lurus (mendapat petunjuk) dan gigitlah dengan gigi geraham
kalian. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena sesungguhnya semua bid'ah itu
564
sesat." (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih)
Nabi (‫ )ﷺ‬juga berkata,
ِ ِ َ ‫َح َد‬
‫س ِمنهُ فَ ُه َو َرّّد‬
ْ ‫َم ْن أ‬
َ ‫ث ِْف أ َْمرنَا َه َذا َما لَْي‬
“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang
bukan dari kami, maka dia tertolak.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim.)
564
Hadits ini shahih. Diriwayatkan dengan kalimat berbeda, oleh Ahmad, Abu Daawud, alTirmidhi, ibn Hibbaan, ibn Abu Aasim, al-Baihaqi, al-Haakim dan yang lainnya. Untuk uraian
yang rinci mengenai derajat hadits ini, lihat Zarabozo, Commentary, vol. 2, hal. 1044-1046.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 206
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
5. Generasi Nabi (‫ )ﷺ‬adalah generasi terbaik. Mereka mengikuti petunjuk
yang datang kepada mereka langsung dari Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri. Pada gilirannya,
generasi-generasi selanjutnya menjadi generasi terbaik selanjutnya. Hal ini
dinyatakan oleh Nabi (‫ )ﷺ‬yang berkata,
ِ
‫ِّن ُّتَّ الَّ ِذيْ َن يَلُ ْونَ ُه ْم ُّتَّ الَّ ِذيْ َن يَلُ ْونَ ُه ْم‬
ْ ‫َخْي ُر أ َُّم ِ ِْت قَ ْر‬
“Sebaik-baik ummatku adalah generasiku. Kemudian yang sesudahnya, kemudian yang
sesudahnya lagi.” (Riwayat al- Bukhari.)
Karenanya, gagasan-gagasan, konsep-konsep dan cara-cara mengamalkan
Islam yang tidak ditemukan di antara generasi pertama atau yang jelas-jelas
bertentangan dengan cara berpikir mereka harus, setidaknya diragukan
sebagai jalan garis-garis petunjuk yang sejati.
6. Akhirnya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah seorang manusia biasa.
Karena itu dia tidaklah sempurna. Maka orang bisa saja menyimpulkan dalam
hal-hal tertentu bahwa pendekatan atau kesimpulan yang ditariknya adalah
keliru. Hal ini tidak segera berarti bahwa orang sekarang mengecilkan arti ibn
Abdul-Wahhaab atau bahwa dia tidak dianggap sebagai seorang ulama. Ini
adalah poin yang hilang pada kebanyakan pengikut yang lebih setia pada
ulama atau pemimpin. Sebagaimana dicatat oleh ibn Abdul-Wahhab sendiri,
setiap orang, kecuali Nabi (‫)ﷺ‬, terikat untuk memiliki beberapa pernyataan
yang tertolak. Pada saat yang sama, meskipun, ditemukan kekeliruan padanya,
tidak berarti orang bebas untuk menghina atau menyerangnya. Kenyataannya,
poin yang lebih penting adalah apakah metodologinya dapat dipercaya dan
apakah masalah-masalah utama, tonggak-tonggak sebenarnya dari misinya,
beliau didukung dengan kuat oleh Qur’an dan Sunnah.
Motivasi di balik Penentangan terhadap Muhammad ibn Abdul-Wahhab
(1)
Sebagaimana digambarkan pada Bab 3, pada masa ibn Abdul-Wahhab,
umat Muslim jatuh pada kebodohan yang besar dan telah banyak menyimpang
dari jalan lurus yang telah digariskan di dalam Qur’an dan Sunnah. Karenanya,
bid’ah-bid’ah dan praktik penyembahan berhala menjadi lumrah. Kenyataannya,
hal-hal ini lebih daripada lazim. Mereka menjadi adat istiadat dan budaya orangorang—kenyataanya, mereka menjadi agama itu sendiri. Maka, sebagaimana
ungkapan yang banyak digunakan, “kebenaran menjadi kekeliruan, kekeliruan
menjadi kebenaran, bid’ah menjadi Sunnah dan Sunnah menjadi bid’ah.”
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 207
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ketika ibn Abdul-Wahhab datang dengan ajaran yang jelas yang berasal dari Qur’an
dan Sunnah, hal itu menjadi sesuatu yang sangat asing bagi orang-orang dan
banyak yang merasa kesulitan untuk meninggalkan apa yang telah menjadi agama
mereka dan menggantinya dengan apa yang diajarkan orang ini. Hal ini bahkan
bisa terjadi pada orang yang memiliki akses pada kebenaran. Catatlah bagaimana
Allah menggambarkan Bani Israil ketika mereka mengambil jalan untuk
menyembah anak sapi meskipun ibadah itu bertentangan dengan apa yang telah
mereka pelajari sebelumnya. Allah menggambarkan begitu dalamnya rasa cinta
untuk idola palsu itu menyusup ke dalam hati-hati mereka dan membuat mereka
menyimpang dari jalan yang lurus.
Allah berfirman,
‫َخ ْذنَا ِميثَاقَ ُك ْم َوَرفَ ْعنَا فَ ْوقَ ُك ُم الطُّ َور ُخ ُذوا َما آتَْي نَا ُك ْم‬
َ ‫َوإِ ْذ أ‬
ِ
‫صْي نَا َوأُ ْش ِربُوا ِِف قُلُوِبِِ ُم الْعِ ْج َل‬
ْ ‫بِ ُق َّوٍة َو‬
َ ‫اٖتَعُوا قَالُوا َٖت ْعنَا َو َع‬
ِ
ِِ
ِ
‫ْي‬
َ ‫بِ ُك ْف ِره ْم قُ ْل بِْئ َس َما يَأْ ُمُرُك ْم بِه إِّيَانُ ُك ْم إِ ْن ُكْنتُ ْم ُم ْؤمن‬
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat
bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh
apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" Mereka menjawab:
"Kami mendengar tetapi tidak mentaati". Dan telah diresapkan ke dalam hati
mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya.
Katakanlah: "Amat jahat perbuatan yang telah diperintahkan imanmu
kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).’” (QS. al-Baqarah 2:93).
Apa yang sama anehnya adalah fenomena yang digambarkan Allah dalam Qur’an:
Kebanyakan orang hanya berhasrat menyembah lebih dari satu Tuhan,
sebagaimana dapat dilihat dalam praktiknya, mereka berhasrat menyembah
sesuatu yang lebih dekat atau sesuatu yang berbentuk. Maka, Allah berfirman,
‫َوَما يُ ْؤِم ُن أَ ْكثَ ُرُه ْم بِاللَّ ِه إِال َوُه ْم ُم ْش ِرُكو َن‬
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan
dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).”
(QS. Yusuf 12:106).
Ketika seseorang datang dan menentang sikap yang umum ini, yang hanya
memenuhi hasrat palsu manusia, tidaklah mengejutkan jika kemudian dia
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 208
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ditentang. Tentu saja, apa yang akan dia seru tidak lain kecuali mengejutkan dan
mencemaskan masyarakat biasa. Maka, Allah menggambarkan orang-orang kafir
pada masa Nabi (‫)ﷺ‬,
ِ ‫ال الْ َكافِرو َن ه َذا س‬
ِ ‫وع ِجبوا أَ ْن جاءهم مْن ِذر‬
‫احٌر‬
‫ق‬
‫و‬
‫م‬
‫ه‬
‫ن‬
‫م‬
َ
َ
ْ
ُ ََ
َ َ ُ
َ ْ ُ ٌ ُ ْ َُ َ
ِ ِ ِ ِ
ٌ ‫َك َّذ‬
َ ‫) أ‬8( ‫اب‬
ٌ‫تًا َواح ًدا إ َّن َه َذا لَ َش ْيء‬َٛ ‫تَةَ إ‬ٛ‫َج َع َل اآل‬
)9( ‫اب‬
ٌ ‫عُ َج‬
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan
(rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: ‘Ini adalah
seorang ahli sihir yang banyak berdusta.’ Mengapa ia menjadikan tuhantuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal
yang sangat mengherankan.’” (QS. Shaad 38:4-5).
Allah juga berfirman,
‫قَالُوا أ َِجْئتَ نَا لِنَ ْعبُ َد اللَّهَ َو ْح َد ُ َونَ َذ َر َما َكا َن يَ ْعبُ ُد آبَ ُاؤنَا‬
ِ ِ َّ ‫فَأْتِنا ِِبا تَعِدنَا إِ ْن ُكْنت ِمن‬
‫ْي‬
ُ َ َ
َ ‫الصادق‬
َ َ
“Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya
menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh
bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada
kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.’”(QS. al-A’raaf 7:70).
(2) Sejumlah besar ketidakbenaran dan kekeliruan menyebar mengenai ibn
Abdul-Wahhab dan ajaran-ajarannya – kebanyakannya adalah dari “ulamaulama” yang, sebagaimana digambarkan pada poin (1) di atas, yang tidak mau
menghentikan praktik-praktik klenik dan keberhalaan mereka. Dari
permulaannya, seruan ini telah menghadapi segunung klaim-klaim keliru,
rumor-rumor jahat dan propaganda berbahaya yang menyerangnya. Salah
satu surat pertama yang ditulis kepada para ulama yang ada di luar Najd,
sebuah surat yang ditulis oleh ibn Suhaim, dipenuhi dengan kekeliruan dan
klaim-klaim berbahaya yang menyerang ibn Abdul-Wahhab. Untuk kebanyakan
orang yang ada di luar Najd, ini adalah yang pertama kalinya dan satu-satunya
penjelasan yang mereka miliki tentang ibn Abdul-Wahhab dan ajaranajarannya. Sama halnya, Dahlan, yang hidup di Mekkah dan karenanya
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 209
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
memiliki akses kepada orang-orang Muslim yang datang dari seluruh dunia,
menulis sejumlah kebohongan dan tudingan-tudingan palsu yang menentang
ibn Abdul-Wahhab. Karyanya ini didistribusikan kepada para peziarah dan
menyebar ke seluruh dunia dengan bantuan penguasa Mekkah.565 Maka,
bahkan para ulama yang tulus dan bersungguh-sungguh juga orang-orang
Muslim secara perorangan telah tertipu dengan kebohongan-kebohongan ini
dan mengambil sikap negatif terhadap ibn Abdul-Wahhab. Sebagaimana akan
dicatat dalam bab yang akan datang, proses yang sama terjadi di masa
sekarang dimana beberapa dusta dan kepalsuan yang sama dengan tahuntahun pertama itu menyebar ke seluruh dunia dengan bentuk-bentuk media
yang bebeda. Maka kebanyakan orang yang tidak memiliki petunjuk yang
nyata kepada kebenaran ajaran-ajaran dan pesan ibn Abdul-Wahhab telah
memiliki opini negatif tentangnya karena pernyataan-pernyataan keliru ini
yang telah menyebar ke seluruh dunia muslim pun dunia non-muslim. Tentu
saja, seringkali para penulis yang tak bersalah dan objektif menyampaikan
kekeliruan ini tanpa menyadari apa yang mereka sampaikan itu sebenarnya tak
berdasarkan kebenaran.566
(3) Keadaan politik yang terbangun di sekitar da’wah dan ajaran ini juga
menjadi penyumbang pertentangan. Negara yang baru lahir di Najd ini
mendirikan dirinya sendiri dalam situasi dimana dia akan dikelilingi oleh sikap
permusuhan. Dimulai dengan Bani Khalid di al-Ahsa sampai orang-orang
Utsmaniyyah Turki dan Syarif-syarif Mekkah, terdapat sesuatu yang akan
terjadi perselisihan cepat atau lambat.567 Malang bagi para pengikut
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, kebanyakan orang di dunia Muslim melihat
565
Bandingkan, Ridha, hal. 8.
Kadangkala terdapat beberapa dasar untuk sesuatu namun kesimpulan umum yang
dibuat darinya tidaklah benar. Contoh dalam hal ini adalah apa yang dikenal dalam logika
sebagai “the fallacy of composition”, dimana seseorang membuat sebuah kesimpulan
tentang keseluruhan berdasarkan bukti yang hanya berhubungan dengan satu bagian dari
apa yang dibahasnya. Al-Abdul-Latif (hal. 73) menyatakan bahwa beberapa orang mencatat
kekasaran yang terjadi pada suatu waktu dalam interval pendek dimana beberapa orang
Badwi yang menjadi pengikut ibn Abdul-Wahhab dan Negara di al-Diriyyah, dan mereka
membuat kesimpulan bahwa yang demikian adalah gambaran da’wah secara keseluruhan
yang berasal dari ibn Abdul-Wahhab. Maka, mereka menyetir orang lain menjauh dari
seruan itu dengan mengklaim bahwa da’wah ini adalah da’wah yang ekstrim yang kasar
kepada yang lain. Hamud al-Tuwaijiri membantah klaim itu dengan mencatat bahwa orangorang Najd dan mayoritas orang Badwi tak sesuai dengan gambaran itu apapun.
567
Sumber lain penentangan adalah para penguasa picik dari utara Najd. Sejarahwan
Haafidz Wahbah menulis bahwa, karena penentangan mereka terhadap keluarga Saud,
orang-orang Najd utara menulis kepada Bangsa Turki bahwa slogan keluarga Saud adalah,
“Tak ada yang pantas diibadahi kecuali Allah dan ma-hadd adalah rasul Allah,” yang berarti
tak seorang pun adalah rasul Allah. Bahkan meski mereka tahu bahwa hal yang demikian
itu tidaklah benar, mereka menulis itu dengan tujuan untuk membuat bangsa Turki
menjadi musuh besar keluarga Saud. Lihat al-Abdul-Latif, hal. 99.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 210
566
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
para penguasa Utsmaniyyah sebagai khalifah resmi dan karenanya setiap
penentangan kepada mereka dianggap menentang spirit Hukum Islam.
Tambahan, para Syarif adalah, dianggap, anak keturunan Nabi (‫ )ﷺ‬dan
mereka memerintah Hijaz yang diakui oleh semua orang yang melaksanakan
ibadah Haji. Karenanya, dari permulaan, kedua penentang yang dicintai dan
terhormat itu ada di hati muslim seluruh dunia. Setiap penentangan terhadap
orang-orang Utsmaniyyah dan para Syarif dilihat sebagai bid’ah dan
penghinaan terhadap Tuhan tentu saja. Di lain pihak, ketika orang-orang
Utsmaniyyah dan para Syarif mengakui ancaman sesungguhnya yang diajukan
para pengikut ibn Abdul-Wahhab, mereka biasanya menggunakan semua
senjata yang mereka miliki untuk menghancurkan sekumpulan Muslim baru
yang sedang tumbuh ini. Tidak hanya menggunakan kekuatan militer namun
mereka juga menggunakan propaganda. Para penguasa dan para ulama yang
berteman dekat itu bekerjasama untuk melukiskan gambaran terburuk tentang
ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya. Seperti kekuatan media hari ini –
yang seringkali dikontrol oleh pemerintah-pemerintah dan korporasi-korporasi
besar – orang banyak dengan mudah dibodohi agar mempercayai dusta-dusta
dan klaim-klaim yang menentang ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya.568
Maka, sebagai contoh, sejumlah keputusan keagamaan diberikan di Istanbul
menyerang orang-orang “Wahhabi”, dan banyak pengikut serta anak
keturunan ibn Abdul-Wahhab kemudian dibawa ke Istanbul, diarak berkeliling
dan dieksekusi disana sebagai orang yang memberontak peran sah orangorang Utsmaniyyah.569
568
Proses seperti ini terus berlanjut di kemudian hari. Mengenai Negara Saudi Ketiga,
Muhammad Rasyid Ridha menulis bahwa Raja Hussein menggunakan surat kabar al-Qiblah
dalam perangnya menentang orang-orang “Wahhabi.” Dalam publikasi pemerintah itu
pada tahun 1336 dan 1337, Raja mencap orang-orang “Wahhabi” sebagai orang-orang kafir
dan yang menyatakan orang-orang Muslim sebagai orang-orang kafir. Dia juga mengklaim
bahwa mereka tidak menghormati Nabi (‫ )ﷺ‬dan lain sebagainya. Ridha mencatat bahwa
di balik motivasi serangan-serangan itu adalah politis, karena para penguasa lain menakuti
kekuatan Negara baru. Lihat al-Abdul-Latif, hal. 74.
569
Kedutaan Rusia menggambarkan pembunuhan terhadap Abdullah, anak keturunan Saud
pada akhir negara “Wahhabi” pertama di Najd pada tahun 1818: “Dijadikan tawanan di alDiriya dan kemudian dibawa ke ibu kota, pemimpin Wahabi, menterinya dan imamnya
dipenggal minggu kemarin. Untuk menambah keagungan kemenangannya terhadap
musuh-musuhnya yang bersumpah di kota-kota tempat-tempat lahirnya Islam, sultan
memerintahkan rakab (majelis orang-orang kelas atas kekaisaran) untuk bersidang di
istana tua di ibu kota. Ditemani oleh kerumunan orang-orang pemalas, tiga orang tahanan
dibawa dengan rantai-rantai yang berat … Pemimpinnya dipenggal di depan gerbang utama
St. Sophia, menterinya di pintu masuk ke istana dan imamnya di salah satu pasar utama.
Mayat-mayat mereka dipajang dengan kepala-kepala mereka di bawah tangan mereka …
dan dilemparkan ke laut tiga hari berikutnya. Seri Baginda memerintahkan untuk
melaksanakan shalat di seluruh kekaisaran sebagai rasa syukur kepada surga untuk
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 211
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
(4) Salah satu alasan terbesar untuk menentang ibn Abdul-Wahhab dan
keyakinan salafi-nya yang berdasar Qur’an dan Sunnah yang terus dilakukan
oleh kelompok-kelompok bid’ah yang ada adalah perhatian mereka untuk
mencegah orang mendapatkan petunjuk langsung dari Qur’an dan Sunnah,
karena petunjuk yang benar tidak cocok dengan ajaran-ajaran yang mereka
yakini. Karenanya, orang mendapati orang-orang sufi dan syiah memainkan
peran paling aktif dalam mencoba menolak dan demikian juga menghina dan
mengolok-olok Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Al-Abdul-Latif menyatakan
bahwa melalui studinya terhadap berbagai penolakan yang dilakukan terhadap
ibn Abdul-Wahhab, dia mendapati bahwa mayoritas mereka berasal dari
orang-orang Sufi dan Syiah yang secara terbuka mempertahankan bahwa caracara keyakinan mereka sendirilah yang merupakan kebenaran.570 Tentu saja,
jika seseorang menghapuskan penyembahan kuburan dan pengkultusan
orang-orang suci dan imam-imam, sebagaimana yang diupayakan ibn AbdulWahhab, orang dapat benar-benar langsung menunjuk bid’ah-bid’ah yang
dilakukan orang-orang Sufi dan Syiah.571
Pendeknya, orang dapat mengatakan bahwa mayoritas penentang ibn AbdulWahhab datang dari salah satu dari tiga kelompok ekstrimis – yaitu kelompokkelompok ekstrimis menurut definisi ektrimisme islam. Tiga kelompok itu
adalah:
Sufi, khususnya Naqshabandi dan Barelwi572, yang dulu juga yang sekarang
bersikukuh menentang ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Dalam sejarah
kehebatan senjata-senjata sultan dan pembinasaan sekte yang menghancurkan Mekkah
dan Madinah dan membuat para peziarah Muslim menjadi takut dan dalam bahaya. Para
debitur yang bangkrut dibebaskan dari penjara … Jumlah-jumlah besar didistribusikan ke
masjid-masjid dan madrasah-madrasah sebagai rasa syukur atas kasih sayang yang
diberikan…” Dikutip dalam Vassiliev, Hal. 155. Dengan propaganda seperti itu dan perayaan
seperti itu atas kematian pemimpin-pemimpin “Wahhabi”, tidaklah mengejutkan bahwa
mayoritas orang Turki berpikir buruk kepada orang-orang “Wahhabi.”
570
Al-Abdul-Latif, hal. 75.
571
Al-Abdul-Latif (hal. 75) mencatat bahwa ketika ulama-ulama Madinah pada tahun 1344
H. memberikan fatwa untuk merobohkan kuburan-kuburan dan mausoleum-mausoleum
yang dibangun di Madinah, orang-orang Syiah begitu besar rasa gelisahnya. Mereka
mencoba sekuat tenaga untuk menolak fatwa itu. Melaui proses inilah kebanyakan mereka
mengalihkan perhatian kepada orang-orang “Wahhabi” dan mencoba menolak mereka.
Maka hadirlah tulisan-tulisan yang menolak orang-orang “Wahhabi” oleh orang-orang
Syiah berikut: al-Aurdubaadi, Muhammad Husain, Hasan Sadr al-Din al-Kaadzimi dan lainlain.
572
Dua kelompok ini adalah dua kelompok yang memuliakan kuburan, pengikut Ahmad
Ridha Khan (1272-1340 H.) dari India. Mereka menyebut diri sebagai ahl al-Sunnah wa alJamaah dan mereka masih ada sampai sekarang di daerah anak benua Indo-Pak. Mereka
sangat gigih dalam kebencian dan penentangannya terhadap orang-orang “Wahhabi” dan
gerakan-gerakan ahl al-Hadits. Mereka tidak mengizinkan menikah, menghadiri
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 212
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mereka, khususnya Naqshabandi yang berhadapan dengan orang-orang
“Wahhabi”, karena dua kelompok ini tumbuh pada saat yang bersamaan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Abu-Hakima, Abad ke-18-lah yang menyaksikan
“penyebaran para pembangkit ordo Naqshabandi dan gagasan-gagasannya di
Hijaz, Syria dan Iraq.”573 Kelompok-kelompok ini adalah kelompok ekstrimis
karena perlakuan dan tindakan-tindakan mereka terhadap orang-orang saleh,
khsususnya yang telah meninggal di antara mereka. Ekstrimisme mereka
bahkan ditunjukkan terhadap Nabi (‫ )ﷺ‬dan justru jelas-jelas menentang
terhadap apa yang telah Nabi (‫ )ﷺ‬peringatkan, sebagaimana beliau (‫)ﷺ‬
bersabda,
ِ
ُ ‫َّص َارى ابْ َن َمْرَََي فَِإََّّنَا أَنَا َعْب ُد‬
َ ‫َال تُطُْرْوِِّن َك َما أطَْرت الن‬
ِ
ْ ‫فَ ُق ْولُُو‬
ُ‫اعب ُدالل َو َر ُس ْولُه‬
“Janganlah kamu sekalian menyanjung-nyanjungku sebagaimana orang
Nasrani menyanjung-nyanjung (Isa) Putera Maryam. Sesungguhnya saya
hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah: ‘Hamba Allah dan utusan-Nya.’”
(HR. al-Bukhari-Muslim.)
Lebih jauh, ketika seseorang menyadari bahwa orang Sufi menyandarkan diri
pada “pengalaman mistik, terawangan-terawangan” alih-alih kepada apa yang
sebenarnya dinyatakan dalam Qur’an dan Sunnah, tidaklah mengejutkan jika
terjadi konflik antara mereka dengan ibn Abdul-Wahhab.
Menarik mencatat bahwa meski reputasi ibn Abdul-Wahhab adalah orang
yang menolak Sufisme dalam totalitasnya574, dalam kenyataannya beliau
sebenarnya bahkan jarang menyebutkan atau membahas Sufisme.
Kenyataannya, dalam studinya mengenai pandangan-pandangan para
pemimpin ajaran-ajaran terhadap Sufisme, al-Makki hanya meliput ibn AbdulWahhab dalam empat halaman. Dia memulai pembahasannya dengan
mengacu pada tigabelas volume koleksi tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab yang
mana, dia menyatakan, tersedia bagi siapa pun untuk membelinya di pasaran.
Dia mengatakan bahwa dia telah membacanya dengan sangat teliti volumepemakaman, atau shalat di belakang orang-orang “Wahhabi.” Untuk lebih rincinya
mengenai sikap mereka terhadap orang-orang Wahhabi, lihat Abdul-Jalil, hal. 135-138.
573
Abu-Hakima hal. xvii.
574
Kebanyakan contoh pernyataan-pernyataan seperti itu dapat diberikan. Contohnya,
Sirriyeh menulis, “Gerakan Wahhabi memberikan sebuah contoh pengecualian penolakan
yang tegang dan total terhadap Sufisme dan ekspresi terorganisasinya dalam ordo-ordo.”
Elizabeth Sirriyeh, Sufis and Anti-Sufis: The Defence, Rethinking and Rejection of Sufism in
the Modern World (Richmond, England: Curzon Press, 1999), hal. 22.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 213
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
volume itu halaman demi halaman dan dia tidak menemukan pendirian,
serangan dan penolakan terhadap Sufisme atau Syeikh Sufi manapun dari ibn
Abdul-Wahhab.575 Nampaknya Sufisme tidak begitu kuat di Najd, meskipun ibn
Abdul-Wahhab menyebut beberapa orang yang mengikuti pandanganpandangan ekstrim ibn Arabi dan ibn al-Faaradhi.576 Dia juga menunjuk
bacaan-bacaan Dalaail al-Khairaat577 dan Raudh al-Riyaahin, kedua karya
tersebut dianggap sebagai teks-teks Sufi.578 Namun demikian, dan poin ini
mesti ditekankan, inilah alasan amalan-amalan utama itu yang dikritiknya
karena kemusyrikan adalah arus utama semua Sufi. Jameelah menulis,
Dengan pengetahuannya yang jelas dan tepat, Syeikh Muhammad ibn Abdul
Wahab mendiagnosa penyakit umat Muslim kontemporer, penempelan
mereka yang mengerikan terhadap Tashawwuf atau mistisisme … Syeikh
Arab ini benar-benar memahami bahwa umat Muslim hari ini telah menjadi
kecanduan Sufisme sebagai semacam candu yang membuatnya tertidur dan
membuang kekuatan dan vitalitas mereka. Maka berbuatlah sang Syeikh
mengadakan kampanyenya melawan semua ikhtilaf-ikhtilaf jalan mistik yang
berkonflik dengan doktrin Tauhid atau Keesaan Tuhan, elemen paling esensil
dari Islam. Beliau melakukan pertarungan yang tangguh melawan semua
bentuk bid’ah seperti penyembahan terhadap orang-orang suci,
penyembahan terhadap symbol dan penyembahan terhadap kuburan. Beliau
secara khusus mengutuk praktik yang umum berlaku – yang secara diametral
bertentangan dengan Sunnah Nabi – yaitu mendirikan masjid-masjid dan
mausoleum-mausoleum mengelilingi kuburan dan memerintahkan mereka
untuk menghancurkan semua itu suatu kali … beliau dengan penuh gairah
menentang praktik-praktik itu seperti penyembahan kepada leluhur, mencari
bantuan dari orang-orang yang dikubur di kuburan-kuburan dan memohon
579
perantaraan mereka dengan Tuhan.
Lagi, ibn Abdul-Wahhab menyerang amalan-amalan itu namun tak pernah
berbicara banyak tentang individu-individu atau syeikh-syeikh Sufi. Namun
demikian, akar kebencian mereka terhadapnya karena dia mengkritik, dengan
teks-teks yang jelas datangnya dari Qur’an dan Sunnah, praktik-praktik
575
Abdul-Hafidz al-Makki, Mauqaf Aimmah al-Harakah al-Salafiyyah min al-Tashawwuf wa
al-Sufiyyah (Kairo: Daar al-Salaam, 1988), hal. 15.
576
Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 189.
577
Keluhan terbesar Ibn Abdul-Wahhab mengenai karya ini adalah bahwa orang-orang
memperlakukan karya ini dengan penghormatan dan kekaguman yang lebih besar
dibanding terhadap Qur’an. Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal.
37.
578
Bandingkan, Abdullah Al-Utsaimiin, “al-Rasaail al-Syakhshiyyah li-l-Syeikh Muhammad
ibn Abdil-Wahhaab,” dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn AbdilWahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University, 1991), vol. 1, hal.102-103.
579
Jameelah, hal. 119-120.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 214
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mungkar dimana mereka telah jatuh ke dalamnya. Rafidhah dan Syiah adalah
kelompok lain yang selalu menentang “Wahhabi.” Kelompok ini bisa juga
dianggap “ekstremis,” karena mereka bersikap ekstrim dalam penghormatan
terhadap Ali ibn Abi Thalib, anggota keluarga Nabi (‫ )ﷺ‬dan imam-imam
mereka. Mereka menganggap imam-imam mereka, anak-anak keturunan Ali,
adalah kudus. Ibn Abdul-Wahhab memasukkan mereka sebagai yang pertama
memperkenalkan kunjungan-kunjungan ke makam. Kelompok-kelompok lain
yang menentang ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya adalah Ashariah
dan Maturidiah. Penulis telah mencatat bahwa terdapat pertentangan yang
lebih keras lagi. Barangkali karena perbedaan pandangan akademis atau
masalah-masalah teoritis mereka. Wallahu a’lam.
(5) Penjajahan di masa lalu dan juga dalam era globalisasi yang ada sekarang.
Vassiliev menulis, “Menurut sejarahwan Inggris W. Hunter, semua
pemerintahan Inggris di India menganggap Wahabbi sebagai sumber bahaya
yang permanen terhadap kerajaan India. Faktor yang bisa mendorong sikap
negatif terhadap Negara Saudi di antara pegawai-pegawai pemerintahan
Inggris pada “the Indian Civil Service” di abad ke-19.”580 Jameelah, membahas
kekalahan yang menghancurkan “Wahhabi” di tangan orang Albania
Muhammad Ali Pasha pada tahun 1814, dia menulis:
Biasanya pemerintah Inggris, gelisah tentang kebangkitan Islam, namun
sekarang mereka merasa senang mendengar apa yang dilakukan oleh
Muhammad Ali dan puteranya, Ibrahim, dan mengirimkan delegasi khusus
dari India yang dipimpin oleh Kapten George Forester Sadlier untuk
mengucapkan selamat kepada mereka. Pada tahun 1900 seorang missionaris
Kristen yang terkenal, Samuel Zweimer menulis: “Gerakan Wahhabi ini
berakhir dengan cara yang memalukan dan di tataran politik membuktikan
tak ada suatu apapun kecuali sebuah akrobat. Kekuatan orang-orang Saudi
mestilah sekarang dianggap sebagai masa lalu di Arabia.” Namun demikian,
prediksi-prediksi pesimistik ini terbukti salah kurang dari seperempat abad
581
berikutnya …
Menakjubkan bagaimana berbagai orang kafir – dan khususnya para penjajah
di masa lalu – mendorong orang untuk berbuat syirik. Nampaknya mereka
menganggap bahwa amalan-amalan seperti itu sebagai “opium of the people”
dan jika mereka dapat tetap dijauhkan dari kebenaran, mereka dapat
dimanipulasi. Al-Tuhaami Naqrah dari Tunisia memberikan contoh seperti itu
yang dilakukan bangsa Perancis di Tunisia dan bangsa Inggris di Mesir.582 AlAbud, menggambarkan pada tulisan seorang sejarahwan Perancis tentang
580
Vassiliev, hal. 156.
Jameelah, hal. 121-2. Juga lihat, al-Syuwair, hal. 63-71.
582
Al-Tuhaami Naqrah, “Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Dawatuhu ila al-Tauhid,”
dalam Buhuuts Nadwah Da’wah Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab, vol. 1, hal. 63-64.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 215
581
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Mesir, yang mencatat bahwa dari awal bangsa Inggris dan Perancis keduanya
mengerti bahaya da’wah yang menyeru orang untuk kembali kepada jalan
Qur’an dan Sunnah. Karenanya, mereka bekerjasama mencoba membuat
orang-orang Arab yang lain supaya menentang pengaruh ajaran-ajaran murni
ini.583 Ateyya Salem menulis,
Lebih jauh, terdapat beberapa orang yang ingat menetapnya Dr. Kamil Tawil
di Eropa untuk memberikan tesis doktoralnya. Dia menemukan beberapa
pertukaran dokumen antara Napoleon dan Paus mengenai missi dan
kepribadian Syeikh Muhammad Bin Abdul Wahhab. Dokumen-dokumen ini
menuntut tindakan agar melawan missinya yang mereka anggap mengancam
584
kepentingan mereka di Timur.
Nampaknya kebanyakan pemimpin politik Barat menganggap apa yang
diajarkan sebagai ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan Barat, khususnya,
selalu melihat Umat Muslim sebagai sebuah ancaman. Karenanya, mereka
akan melakukan apapun untuk membiarkan Islam yang benar tenggelam
sambil mempromosikan dan memberikan ruang sebisa mungkin pada bentuk
Islam yang lain, khususnya Sufisme. Khususnya, alasan terbesar Barat
membenci “Wahhabisme” adalah karena “Wahhabisme” adalah kekuatan
besar yang dapat menjaga Umat Muslim dari melakukan reinterpretasi
keyakinan mereka – yang sebenarnya berarti kehilangan keimanan mereka –
agar bisa benar-benar cocok dengan jalan hidup Wertern, kapitalisasi dan
globalisasi. Umat Muslim yang sebenarnya yang meyakini keutamaan dan
keabadian otoritas Qur’an dan Sunnah akan selamanya mempertahankan hakhak mereka. Mereka tak akan melupakan keadilan sosial atau apa yang Allah
perintahkan kepada mereka, hanya menjadi orang dengan kapitalisasi dan
mengeksploitasi sumber-sumber dunia sampai hanya mendapatkan kekayaan
yang lebih dan merugikan orang miskin. Lebih dari itu, mereka memiliki
sesuatu yang ditawarkan kepada seluruh dunia: ajaran-ajaran sebenarnya yang
datang dari Tuhan, juga menentang ketiadaan dan kekosongan spiritual
sebagaimana yang disebarkan oleh orang-orang materialistis.
(6) Hasrat-hasrat pribadi dan ketamakan. Menurut Ibn Ghannaam, yang hidup
pada masa ibn Abdul-Wahhab, terdapat banyak orang yang mengetahui
kebenaran da’wah ibn Abdul-Wahhab. Mereka tahu beda antara tauhid sejati
dengan menyekutukan Allah (syirik). Akan tetapi, mereka menolak
menyampaikan kebenaran. Mereka tak mau menyerahkan prestise dan
kedudukan mereka di antara orang-orang. Ibn Ghannaam menyatakan bahwa
dalam pertemuan-pertemuan pribadi mereka akan mengakui apa yang
dikatakan ibn Abdul-Wahhab dan di hadapan umum mereka akan menolaknya
583
Al-Abud, vol. 2, hal. 431.
Ateyya Muhammad Salem, “Lebih jauh,” dalam Abdul Aziz bin Baz, Imam Muhammad
Bin Abdul-Wahhab: His Life & Mission (Riyadh: Darussalam, 1997), hal. 10.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 216
584
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dan berpura-pura bahwa mereka mengenalinya sebagai kebenaran. Dia
mengatakan bahwa ulama-ulama Najd akan pergi kepada tetua-tetua Badwi
dan “memperingatkan” mereka dari mendirikan shalat di tempat-tempat
mereka dan medorong mereka agar meneruskan jalan-jalan kemungkaran
mereka.585 Ibn Abdul-Wahhab sendiri mencatat bahwa beberapa orang
“ulama” tak dapat bergabung dengan da’wahnya bahkan meski mereka
mengetahuinya sebagai kebenaran karena kemudian orang-orang akan
bertanya kepada mereka jika ini adalah kebenaran yang mencolok, kenapa
mereka sendiri tak pernah menunjukkannya sebelum datangnya ibn AbdulWahhab? Maka, untuk menyelamatkan reputasi mereka, mereka tak dapat
berdampingan dengan ibn Abdul-Wahhab.586
Lebih jauh, sebagaimana ditunjukkan oleh al-Nadwi, terdapat banyak orang di
Mekkah dan Madinah yang hidup dari praktik-praktik yang berhubungan
dengan makam-makam dan kuburan-kuburan. Pada tahun 1218 H., ketika para
pengikut ibn Abdul-Wahhab mengambil kontrol Mekkah dan saat mereka
kemudian memasuki Madinah, orang-orang ini kehilangan sumber pendapatan
mereka – pendapatan yang tak mendapat persetujuan Syariat. Hal ini
membuat mereka menentang orang-orang “Wahhabi” baru dan menyebarkan
klaim-klaim keliru untuk menentang mereka.587 Kekayaan, prestise,
kehormatan, ketersohoran dan popularitas selalu menjadi cobaan besar bagi
manusia. Benar-benar hanya orang-orang dengan keyakinan yang benar dan
keimanan yang kuat yang dapat mengatasi cobaan-cobaan ini, mereka
menempatkan Allah sebagai yang pertama di hati-hati mereka dan berkorban
hanya demi kepentingan Allah. Tak mengherankan mereka yang lemah
imannya dan mereka yang tujuan pertamanya adalah dunia ini akan
menentang kebenaran bahkan saat mereka mengetahuinya. Dan tidaklah
mengejutkan bahwa orang dengan keadaan seperti itu bisa mengambil jalan
setiap macam muslihat dan berbohong untuk mendorong orang lain menjauh
dari Jalan Lurus.
Sesuatu yang hubungannya dekat dengan aspek ini adalah fakta bahwa ibn
Abdul-Wahhab mengamalkan apa yang diajarkannya. Adalah satu hal untuk
mengajarkan sesuatu dan tak pernah membuat tangan seseorang untuk
menghentikan kesalahan yang dilakukan orang-orang. Pengajaran seperti ini
mungkin mendapatkan popularitas yang besar namun, dalam perjalanan
jauhnya, dia mungkin bisa saja tak memiliki dampak nyata dalam masyarakat.
Itulah kenapa semua, termasuk orang-orang mungkar, mau hidup dan
berdampingan dengan orang seperti itu. Akan tetapi, sekali kesadaran dan
tindakan seseorang mengetahui bahwa dia memiliki kewajiban tidak hanya
585
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 33-34.
Lihat surat ibn Abdul-Wahhab dalam Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7,
hal. 20.
587
Al-Nadwi, hal. 179. Sebagaimana telah dilaporkan oleh sejarhwan Mesir al-Jabarti.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 217
586
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kepada dirinya sendiri tapi juga kepada masyarakat, maka kebencian dan
pertentangan dimulai. Ibn Abdul-Wahhab mencatat hal ini dengan jelas ketika
menyatakan dalam jawaban kepada seorang ulama dari Madinah yang
bertanya mengenai friksi antara orang-orang Najd dengan yang lainnya, “Anda
telah bertanya tentang alasan perbedaan antara kami dan orang-orang. Kami
tidak berbeda tentang hukum-hukum Islam seperti shalat, zakat, shaum, haji
dan yang lainnya, tidak juga berkenaan dengan tindakan-tindakan yang
dilarang. Hal yang dipikirkan orang-orang baik, kami pikir baik dan apa yang
mereka pikir mungkar, kami pikir mungkar. Namun demikian, kami berbuat
sesuai kebaikan itu dan membenci demi kebaikan itu dan melarang
kemungkaran dan mendisiplinkan orang-orang sesuai dengan itu [dan itulah
sebabnya friksi+.”588
(7) Arogansi dan kecemburuan. Menakjubkan bahwa orang-orang sekarang
membicarakan ibn Abdul-Wahhab dengan sikap menghina. Mereka
membicarakan dia sebagai seorang yang kasar, tak tahu adat, Badwi yang tak
berperadaban dan lain lagi yang tak lebih dari itu. Penulis secara pribadi telah
mendengar orang-orang Muslim mengacu ibn Abdul-Wahhab dalam gaya
seperti ini. Ujian sebenarnya atas nilai seseorang adalah ketaqwaan dan
pengetahuannya tentang Allah. Bukanlah kekayaan atau “level of civilization”–
nya jika dia menghukumi sesuatu berdasarkan standar-standar Barat, sekular,
dan
kekafiran.
Muhammad
ibn
Abdul-Wahhab,
yang
hanya
mempersembahkan ajaran-ajaran sebenarnya yang datang dari Qur’an dan
Sunnah, adalah sebuah ujian bagi umat manusia. Apakah ajaran-ajarannya
yang harus dicintai, didukung dan diikuti tanpa menghiraukan darimana dia
datang atau apa latar belakangnya, sepanjang apa yang diajarkannya konsisten
dengan Qur’an dan Sunnah? Jika seorang Muslim manapun ragu menjawab
pertanyaan ini dengan tepat, dia seharusnya mengingat sikap orang-orang
kafir dan ujian yang Allah berikan kepada mereka. Allah berfirman,
ِ ‫ض لِي ُقولُوا أَهؤ‬
ِ
ِ َ ‫ك فَتَ نَّا ب ْع‬
‫الء َم َّن اللَّهُ َعلَْي ِه ْم‬
َ ‫َوَك َذل‬
َُ
َ ٍ ‫ض ُه ْم ببَ ْع‬
َ
ِ‫َعلَم بِالشَّاك‬
ِ‫ِمن ب ْينِنَا أَلَْيس اللَّهُ ب‬
ِ
‫ين‬
‫ر‬
‫أ‬
ْ
َْ
َ
َ
َ
”Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya)
dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang
kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi
anugerah Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih
mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?" (QS. alAna’am 6:53).
588
Dikutip dalam Nusair, hal. 95.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 218
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Para Penentang dan Kritik
Penentangan dimulai kadangkala berbau politis dan kadangkala keagamaan.
Seringkali juga, terdapat persekutuan politis dan relijius dalam menentang ibn
Abdul-Wahhab. Ini akan dikira bahwa setiap bagian memiliki alasan
mempertahankan perhatian masing-masing untuk melawan da’wah ibn AbdulWahhab. Maka, orang menemukan pertentangan yang terus berlangsung datang
dari Dahhaam ibn Dawaas589 di Riyadh, pemimpin politik, ditemani oleh penolakanpenolakan Sulaiman ibn Suhaim, mutawwa Riyadh. Hal yang sama, bersama
dengan penentangan pemimpin al-Ahsa, Syeikh Muhammad ibn Afaliq juga
mengirimkan surat-surat yang memperingatkan Amir Utsman mengenai ajaranajaran ibn Abdul-Wahhab.
Dalam pendahuluan karyanya yang menentang ibn Abdul-Wahhab, Abdul-Aziz alAbdul-Latif menyatakan bahwa dia mencatat begitu banyak penolakan terdapat
ibn Abdul-Wahhab dalam bibliographi dan index-index referensi-referensi
berbahasa Arab. Meskipun karya-karya ini dipenuhi dengan kekeliruan dan dusta,
karya-karya itu telah disebarkan ke seluruh negeri-negeri Muslim, khususnya
masa-masa sekarang (1990-an) dimana kaum-kaum Sufi, Syiah dan Ashariah
menyebarkan keyakinan mereka. Sayangnya, selama kebodohan dan bid’ah-bid’ah
berurat akar, tulisan-tulisan semacam ini mendapat peneriman di antara orangorang.590
Para penentang ibn Abdul-Wahhab pertama kali muncul pada masa hidup ibn
Abdul-Wahhab sendiri dan mereka muncul di negeri beliau sendiri, Najd. Jelas
terlihat dari surat-surat ibn Abdul-Wahhab, dimana beliau menyebutkan
setidaknya duapuluh ulama atau para pelajar yang mengambil posisi untuk
menyerangnya, kebanyakan mereka menolak secara langsung. Dari penentangpenentang ini, beberapa, seperti Abdullah al-Muwais, adalah para penentang dari
awal dan terus berlanjut demikian selama hidupnya. Lainnya, seperti ibn Suhaim,
pertamanya mengenali kebenaran da’wah ibn Abdul-Wahhab dan akhirnya justru
berbalik melawan beliau. Sisanya yang lain, seperti Abdullah ibn Isa, adalah
penentang pada awalnya dan berbalik mengikuti da’wah beliau pada akhirnya.591
Umumnya, upaya-upaya “ilmiah” untuk menolak ibn Abdul-Wahhab dibuat dalam
empat pendekatan: (1) menulis surat untuk melawan ibn Abdul-Wahhab; (2)
berdebat dengan para pengikut dan ulama-ulamanya, seperti debat ibn Suhaim
589
Aksi-aksi para penentang yang murni politis, seperti Dahhaam, dibahas dalam Bab 2,
ketika mempersembahkan kehidupan ibn Abdul-Wahhab.
590
Al-Abdul-Latif, hal. 7-8.
591
Bandingkan, Abdullah Al-Utsaimiin, “al-Rasaail al-Syakhshiyyah li-l-Syeikh Muhammad
ibn Abdil-Wahhaab,” Buhuuts Asbu al-Syeikh, vol. 1, hal. 108-109.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 219
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dengan ibn Shalih di hadapan para pemimpin masyarakat Riyadh; (3) menghubungi
ulama-ulama yang ada di luar Najd untuk memperingatkan mereka perihal ibn
Abdul-Wahhab dan untuk mendorong mereka agar bekerja melawannya; dan (4)
mensirkulasikan buku-buku dan risalah-risalah yang ditulis orang-orang di luar Najd
melawan ibn Abdul-Wahhab, seperti saat al-Muwais mendistribusikan buku-buku
al-Qabbaani dan ibn Afaliq di Najd.592
Para penentang ibn Abdul-Wahhab pada masa hidup beliau adalah termasuk593:
(i)
Sulaiman ibn Abdul-Wahaab, saudara dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab,
lahir di al-Uyainah dan seorang hakim di Huraimila. Kemudian dia hidup di alSudair dan meninggal di al-Diriyyah pada tahun 1208 H. Dia adalah salah satu
penentang saudaranya yang kukuh, mencoba membuktikan bahwa Muhammad
mengikuti pandangan-pandangan yang bertentangan dengan ibn Taimiyyah dan
ibn al-Qayyim. Dia tidak saja mencoba meyakinkan orang-orang Huraimila untuk
meninggalkan ibn Abdul-Wahhab namun juga mengirimkan buku ke al-Uyainah
dimana dia mencoba memperlihatkan kerusakan-kerusakan jalan saudaranya.
Khususnya, nampaknya dia tidak setuju dengan saudaranya ketika dalam masalah
berkorban dan bersumpah kepada selain Allah. Sulaiman menganggap ini adalah
bentuk syirik kecil yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam. Dia lebih
jauh mengklaim bahwa ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim justru sepakat dengan
pandangan-pandangannya.594 Terdapat perbedaan pendapat mengenai apakah
akhirnya Sulaiman mengakhiri pertentangannya dan bergabung dengan da’wah
saudaranya, Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Ibn Ghannaam, penulis tarikh paling
awal, secara spesifik menyatakan bahwa dia menyesali posisinya sebelumnya dan
bergabung dengan saudaranya di al-Diriyyah.595 Ibn Bisyr hanya menyatakan
bahwa dia pindah ke al- Diriyyah dengan keluarganya dan tetap berada di sana
sambil menerima upah tetap596, yang mana bisa jadi atau tidak menjadi sebuah
tanda bahwa dia mengubah pandangannya. Terdapat sebuah surat yang
kemungkinan ditulis oleh Sulaiman yang mana dia menyatakan bahwa dia
menyesali pandangan-pandangan dia yang sebelumnya.597 Al-Bassaam dalam
592
Bandingkan, Al-Utsaimiin, “al-Rasaail,” vol. 1, hal. 111-113. Lihat surat ibn AbdulWahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 20.
593
Di bawah ini adalah hanya beberapa individu penting. Untuk pembahasan yang lebih
komplit mengenai para penentang ibn Abdul-Wahhab dan tulisan-tulisan yang menentang
ajaran-ajaran selama masa hidupnya dan setelahnya, lihat al-Abdul-Latif, hal. 30-58.
594
Lihat al-Abdul-Latif, hal. 41.
595
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 142. Al-Abud, Abdul-Aziz ibn Baaz, ibn Sahmaan dan lainnya
diyakinkan bahwa Sulaiman merubah jalannya dan benar-benar bergabung dengan
saudaranya. Lihat Al-Abud, vol. 2, hal. 207-211.
596
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 120.
597
Teks surat itu dapat ditemukan dalam ibn Sahmaan, hal. 57-61; al-Saabiq, hal. 85-87; alHusain, hal. 406-409.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 220
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ulamaa Najd mempersembahkan bukti logis untuk memperlihatkan bahwa surat
itu adalah palsu dan Sulaiman sebenarnya tak pernah mengubah posisinya.598
Muhammad al-Sakaakir, dalam tesis Masternya, mencoba menolak pandangan alBassaam. Al-Abdullatif mempersembahkan bukti lebih lanjut untuk
memperlihatkan bahwa Sulaiman tak pernah bergabung dengan para pengikut
Muhammad, akhirnya mengutip hadits,
ِ
ِ
ُ‫َم ْن بَطَّأَبِه َع َملُهُ ََلْ يُ ْس ِر ْع بِه نَ َسبُه‬
“Barang siapa diperlambat oleh amalnya tidak akan dipercepat oleh garis
keturunanannya.” (HR. Muslim.)
Dia lebih lanjut menyebutkan tidaklah aneh jika ada seseorang yang dekat dengan
penyeru namun dirinya sendiri tidak percaya pada seruannya. Para nabi dan para
Sahabat memiliki kerabat dekat yang justru “keukeuh” menjadi musuh da’wahnya.
Anak kandung dan istri Nabi Nuh sendiri menolak percaya padanya. Kenyataannya,
orang hanya perlu berpikir bagaimana Nabi (‫ )ﷺ‬dan pamannya Abu Lahab
sebagai bukti yang cukup bahwa seorang kerabat dekat menolak da’wah seseorang
bukanlah suatu tanda bahwa seseorang itu adalah seorang pendusta atau
da’wahnya itu keliru.599 Bagaimanapun, pertentangan Sulaiman yang terus
berlanjut ataupun penerimannya yang kemudian pada da’wah itu tidaklah
mempengaruhi validitas ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab yang jelas-jelas kembali
pada Qur’an dan Sunnah.
(ii)
Sulaiman ibn Suhaim, mutawwa Riyadh, dan ayahnya Muhammad
digambarkan Ibn Ghannaam sebagai para penentang ibn Abdul-Wahhab yang
paling kukuh. Sulaiman menulis ke al-Ahsa, Mekkah, Madinah dan Basrah agar
menakut-nakuti orang supaya menjauh dari ibn Abdul-Wahhab dan ajaranajarannya. Dia tak menaruh rasa kasihan dalam upaya-upayanya dan seringkali
berdusta serta berbahasa kasar. Tulisan-tulisannya sangat memperdayakan dan
seringkali memelintir makna-makna Qur’an dan Sunnah.600 Dia menyebut para
pengikut ibn Abdul-Wahhab sebagai Khawarij. Dalam sebuah surat yang ditulis Ibn
Abdul-Wahhab kepada orang-orang al-Qasim, beliau menulis, “Telah disampaikan
kepada saya bahwa surat ibn Suhaim telah sampai kepada Anda dan bahwa orang
yang berpengetahuan disana telah menerima dan mempercayainya. Allah
mengetahui bahwa orang itu telah membuat pernyataan-pernyataan [yang
598
Lihat Usrah, hal. 88-89.
Lihat al-Abdul-Latif, hal. 41-42. Dia kemudian menyebutkan sejumlah ulama penting,
seperti Abdul-Rahmaan ibn Hasan, yang tidak menyebutkan adanya perubahan pandangan
Sulaiman.
600
Salah satu surat ibn Suhaim dalam bahasa Arab dan jawaban ibn Abdul-Wahhab dapat
ditemukan dalam Umair, vol. 2, hal. 79-91. Sebuah terjemahan bahasa Inggrisnya yang
komplit dua surat tersebut dapat ditemukan dalam al-Huqail, hal. 167-187.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 221
599
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
seakan-akan dari saya] yang tak pernah saya katakan, atau bahkan saya pikirkan
untuk mengucapkannya.”601
(iii)
Abdullah ibn Isa al-Muwais dilahirkan di Hurmah dan belajar di Najd
sebelum pergi ke al-Syaam. Dia kemudian kembali ke Hurmah dan menjadi hakim.
Dia adalah salah satu penentang paling awal terhadap ibn Abdul-Wahhab. Ibn
Abdul-Wahhab membantahnya dalam sejumlah tulisan-tulisannya. Dia meninggal
pada tahun 1175 H.602
(iv)
Muhammad ibn Abdul-Rahmaan ibn Afaliq (w. 1164 H.) adalah berasal dari
al-Ahsa dan juga menulis sebuah risalah yang menolak, “mujaddid agama,” yang
berarti ibn Abdul-Wahhab. Dalam risalah ini, dia mengajukan pertanyaanpertanyaan yang tak berarti kepada ibn Abdul-Wahhab untuk mencoba
membuktikan bahwa ibn Abdul-Wahhab bukanlah seorang ulama dan hanya untuk
mempermalukannya. Contohnya, dia bertanya kepada ibn Abdul-Wahhab
mengenai surah al-Aadiyaat dan apa kandungan-kandungan yang bernuansa
linguistik dari surah ini: berapa banyak terdapat kata-kata literal Syariat, kata-kata
literal kebahasaan, kata-kata yang dibuat literal oleh pemakaian, metaphorametaphora umum, metaphora-metaphora khusus, dan sekitar duapuluh konsep
lingustik seperti itu lainnya. Lebih jauh, ibn Afaliq yang sama ini menulis kepada
Utsman, Amir al-Uyainah, memberikan keraguan mengenai ibn Abdul-Wahhab dan
mendorongnya untuk berhenti mendukung ibn Abdul-Wahhab. Ibn Afaliq
mengklaim bahwa ibn Abdul-Wahhab memegang pandangan-pandangan tauhid
yang bertentangan dengan pandangan-pandangan ibn Taimiyyah dan ibn alQayyim. Utsman mengirimkan sebuah jawaban kepada ibn Afaliq, menolaknya dan
menyatakan kembali dukungannya kepada ibn Abdul-Wahhab. Sebaliknya, ibn
Afaliq mengirimkan jawaban yang lebih kasar, membuat klaim-klaim keliru
mengenai ibn Abdul-Wahhab, dan akhirnya meyakinkan Utsman untuk tidak
melanjutkan dukungannya kepada ibn Abdul-Wahhab.603
(v)
Muhammad ibn Abdullah ibn Fairuz, yang keluarganya berasal dari Najd,
dilahirkan di al-Ahsa pada tahun 1142 H. dan meninggal pada tahun 1216 H. Dia
memiliki sejumlah besar guru dan murid dan menulis sejumlah karya. Dia sangat
kuat pertentangannya terhadap ibn Abdul-Wahhab, menulis sebuah buklet
berjudul al-Risaalah al-Mardziyyah fi al-Radd ala al-Wahhaabiyyah (“Risalah yang
menyenangkan dalam penolakan terhadap Wahhabi”). Dia benar-benar dipuji oleh
al-Haddaad, yang juga menulis sebuah buku untuk melawan ibn Abdul-Wahhab.
Orang dapat melihat begitu rendahnya musuh-musuh ibn Abdul-Wahhab
menunduk ketika seseorang menyebutkan bahwa ibn Fairuz ini sebenarnya
mengklaim Muhammad ibn Abdul-Wahhab telah lupa bahwa Setan telah
berhubungan badan dengan ibunya dan ibunya itu kemudian melahirkan
601
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 11.
Bandingkan, Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 283.
603
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 42-43.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 222
602
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Muhammad ibn Abdul-Wahhab.604 Murid Ibn Fairuz, Abdullah ibn Dawud al-Zubairi
(w. 1225) menulis sebuah karya yang terkenal al-Sawaaiq al-Ruud fi al-Radd ala ibn
al-Saud menentang ibn Abdul-Wahhab dan Muhammad ibn Saud. Karya ini dipuji
tinggi-tinggi oleh para penentang ibn Abdul-Wahhab.605
(vi)
Di Iraq, Ahmad ibn Ali al-Basri al-Qabbaani menulis sejumlah besar buku
menolak ibn Abdul-Wahhab, berjudul Fasl al-Khitaab fi Radd Dhalaalaat ibn AbdilWahhaab. Karya ini adalah sebagai jawaban terhadap surat ibn Suhaim, yang
menyerukan para ulama Iraq untuk menulis penolakan terhadap ibn AbdulWahhab.606
Yang lainnya termasuk: Abdul-Aziz ibn Abdul-Rahmaan ibn Adwaan (w. 1179 H.)
menulis sebuah risalah kecil yang berjumlah delapanpuluh halaman dalam
penolakannya terhadap ibn Abdul-Wahhab.607 Abdullah ibn Ahmad ibn Suhaim (w.
1175) dari al-Majma dan Sudair adalah juga seorang penentang ibn Abdul-Wahhab
namun dia tidak terlalu kasar penentangannya dibanding yang lain. Murbad ibn
Ahmad al-Wuhaibi al-Tamimi adalah berasal dari Huramila dan, dalam
kebenciannya kepada ibn Abdul-Wahhab, pergi ke Sana di Yaman untuk
menyebarkan laporan-laporan palsu mengenai ibn Abdul-Wahhab.608 Abdullah ibn
Muhammad ibn Abdul-Latif adalah guru dari ibn Abdul-Wahhab di al-Ahsa namun
menulis surat penolakan terhadap ibn Abdul-Wahhab yang berjudul Saif al-Jihaad
li-Mudda’an al-Ijtihaad (“Pedang Jihad bagi Orang yang Mengklaim Ijtihaad”).
Mereka yang nampak setelah masa hidup ibn Abdul Wahhab termasuk609:
604
Dia dikutip dalam al-Nadwi, hal. 206. Bahkan meski, dia mengambil sudut pandang yang
mengerikan seperti itu terhadap ibn Abdul-Wahhab, ibn Abdul-Wahhab berbicara
kepadanya dengan kata-kata yang baik. Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat,
vol. 7, hal. 206.
605
Al-Abdul-Latif, hal. 44-46. Al-Abdul-Latif (hal. 46) menyatakan karena besarnya
penyambutan buku itu diterima di antara para penentang ibn Abdul-Wahhab, dia mencoba
sebisa mungkin untuk memperoleh salinannya namun tak tersedia.
606
Al-Abdul-Latif, hal. 44.
607
Al-Abdul-Latif, hal. 38-39.
608
Setidaknya seorang ulama, al-Bassaam, meyakini bahwa dia mampu mengubah
pandangan al-Sanaani mengenai ibn Abdul-Wahhab, dari seseorang yang memuji menjadi
orang yang tidak memujinya. Namun demikian, pandangan ini nampaknya menjadi
pandangan yang paling lemah dan yang benar adalah yang diperlihatkan dalam catatan
kaki bab sebelumnya. Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 39.
609
Faktanya begitu banyak orang dari begitu banyak bagian dunia Muslim yang berbedabeda berpikir penting untuk menentang ibn Abdul-Wahhab menandakan bahwa ajaranajaran ibn Abdul-Wahhab ini menyebar dan kemungkinan dianggap sebagai ancaman bagi
status quo, kalau tidak tak perlulah ulama-ulama dari berbagai tempat ini menulis
penolakan. Sebagaimana akan dicatat di bawah, terdapat mereka yang menulis untuk
mempertahankan ibn Abdul-Wahhab juga datang dari semua bagian dunia Muslim. Hal ini
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 223
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
(i)
Di Hadhramaut, Alawi ibn Ahmad al-Haddaad (w. 1232) menulis dua buku
untuk menolak ibn Abdul-Wahhab. Karya-karyanya ini sangat penting untuk para
penentang ibn Abdul-Wahhab.
(ii)
Di Tunisia, setelah menerima surat dari Amir Abdul- Aziz ibn Muhammad
ibn Saud yang menjelaskan keyakinan-keyakinan ibn Abdul-Wahhab dan para
pengikutnya, Umar al-Majub (w. 1222) juga menulis sebuah risalah yang menolak
“Wahhabi”.
(iii)
Di Maroko, setelah menerima dua surat dari Saud ibn Abdul-Aziz,
Muhammad ibn Abdul-Majid al-Faasi (w. 1227) menulis sebuah risalah menolak
keyakinan-keyakinan salafi ibn Abdul-Wahhab.
Beberapa orang yang lebih penting dari para penulis yang datang kemudian yang
menentang ibn Abdul-Wahhab termasuk secara berurutan:
(i)
Utsman ibn Mansur al-Naasiri (w. 1282) adalah penentang ajaran-ajaran
ibn Abdul-Wahhab yang kuat, menulis empat buku yang melawannya. Namun,
nampaknya dia kemudian menyesali pandangan-pandangannya.610
(ii)
Dawud ibn Sulaiman ibn Jarjis al-Baghdaadi al-Naqshabandi yang lahir di
Baghdad pada tahun 1231 H. dan meninggal disana pada tahun 1299 H. Dia pergi
ke Najd dan belajar kepada Abu Butain. Sekembalinya ke Iraq, dia menulis bukubuku penolakan terhadap keyakinan-keyakinan ibn Abdul- Wahhaab, khsususnya
mencoba memperlihatkan bahwa ibn Abdul-Wahhab bertentangan dengan ajaranajaran ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim. Sebuah karya yang ditulisnya berjudul AlMinha al-Wahabiyah fi Radd al-Wahhaabiyyah, dimana dia mencoba
membuktikan bahwa orang yang meninggal itu menjalani hidup yang sama dengan
orang yang hidup dan mereka mampu melakukan tindakan-tindakan yang sama
dengan yang hidup.611
(iii)
Di Hijaaz, Ahmad ibn Zaini Dahlaan (w. 1304), mufti madzhab syafii di
Mekkah, menulis sejumlah karya yang menyerang ibn Abdul-Wahhab dan
pengikut-pengikutnya, termasuk Al-Durar al-Saniyyah fi al-Radd ala alWahhaabiyyah. Buku ini telah diterbitkan beberapa kali dan juga bagian dari karya
al-Futuhaat al-Islaamiyyah. Kehadirannya di Mekkah memberinya kesempatan
yang baik untuk menyebarkan dusta dan keraguan ke seluruh dunia mengenai ibn
Abdul-Wahhab.612 Karya-karya Dahlaan adalah beberapa dari karya terburuk yang
membantah klaim-klaim hari ini (seperti Hamid Algar) yang mengatakan bahwa ajaranajaran ibn Abdul-Wahhab tak pernah memiliki daya tarik apapun atau menyebar kecuali
setelah adanya “oil money” yang mengalir ke Saudi Arabia dan mereka menggunakan uang
itu untuk menyebarkan propaganda “Wahhabi”.
610
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 50.
611
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 53-54.
612
Beberapa orang percaya bahwa Dahlaan kemungkinan adalah seorang Syiah namun dia
menyembunyikan keyakinannya dan mengklaim diri bahwa dia adalah penganut madzhab
syafi’i. Orang harus berhati-hati mengenai klaim-klaim seperti itu sebagaimana orang boleh
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 224
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
berkenaan dengan kepalsuan-kepalsuan dan miskonsepsi-miskonsepsi yang
disebarkannya. Muhammad Rasyid Ridha mencatat bahwa dengan kedudukan
yang diterima Dahlaan di Mekkah dan tersedianya karya-karya mengenai da’wah
disana, sulit untuk mempercayai bahwa Dahlaan tidaklah mengetahui kebenaran
ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya. Dia semestinya hanya
memilih untuk menulis yang sebaliknya. Dia lebih lanjut berargumen bahkan jika
dia tidak melihat tulisan-tulisan itu dan menyandarkan diri hanya pada apa yang
dia dengar dari orang-orang, adalah kewajiban baginya untuk memverifikasi
laporan-laporan itu dan mencari tahu tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab untuk
melihat apakah laporan-laporan itu memiliki kemungkinan untuk benar.613
(iv)
Yusuf al-Nabahaani (w. 1350) menjadi salah satu orang yang memimpin
penentangan terhadap ibn Abdul-Wahhab pada masanya. Dia menulis karya-karya
yang mengkritik ibn Abdul-Wahhab, ibn Taimiyyah dan yang lainnya. Khususnya,
dia tidak setuju dengan pandangan-pandangan mereka yang menyatakan bahwa
seseorang tidak seharusnya berdoa dan memohon pertolongan dari orang yang
sudah mati.614
(v)
Seorang Syiah, Muhsin al-Amin al-Aamili (w. 1371) dari Iraq menulis
sebuah karya yang menolak ibn Abdul-Wahhab.
(vi)
Al-Abdul-Latif mencatat bahwa kemungkinan musuh terbesar ibn AbdulWahhab hari ini adalah Sufi Naqshabandiyah di Istanbul, Huseyin Hilmi ibn Said Isik
(L. 1905 M.). Dia menjalankan sebuah perusahaan penerbitan dan
mendistribusikan buku-buku dalam berbagai bahasa yang bebeda-beda untuk
melawan Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan keyakinan-keyakinan salafi.615
Tambahan mengenai para penentang yang kukuh dan mereka yang telah menulis
penolakan kepada ibn Abdul-Wahhab, di masa lalu terdapat sejumlah ulama yang
sepintas lalu telah menulis bagian-bagian pendek mengenai ibn Abdul-Wahhab
dan para pengikutnya. Sepertinya, para penulis ini tidak benar-benar mempelajari
masalahnya secara rinci dan hanya menyandarkan diri pada informasi-informasi
keliru yang tersedia kepada mereka. Namun demikian, bahkan informasi keliru
semacam ini di masa lalu dapat memiliki dampak yang sangat merusak,
sebagaimana akan dicatat nanti. Al-Abdul-Latif menyebutkan sejumlah besar
berhenti mengikuti jalan yang sama yang dilakukan para penentang berkenaan dengan ibn
Abdul-Wahhab: membuat klaim-klaim berdasarkan pada perkiraan belaka dan kesimpulankesimpulan mengenai niat seseorang. Bagaimanapun juga, apa yang diketahui tentang
Dahlan ini adalah bahwa dia menulis sebuah risalah yang mengklaim dapat membuktikan
bahwa Abu Thalib, paman Nabi, akan diselamatkan di Surga. Risalah ini salah satu alasan
kenapa dia dituduh sebagai seorang Syiah, sebagaimana Abu Thalib, ayah Ali (RA), sangat
dikasihi oleh orang-orang Syiah. Bandingkan, al-Saabiq, hal. 56.
613
Ridha, hal. 9.
614
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 55-56.
615
Beberapa karya Isik telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, seperti Advice for the
Wahhabi dan The Religion Reformers in Islam.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 225
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
karya-karya seperti itu. Karya-karya dalam tataran ini termasuk karya ibn Abidiin
dalam Haashiyah, catatan-catatan al-Saawi terhadap penjelasan Qur’an yang
dibuat oleh “dua Jalaal,”616 karya Muhammad Labib al-Batnuni al-Rihlah alHijaaziyyah,617 karya Muhammad Abu Zahrah Tarikh al-Madzaahib alIslaamiyyah,618 Muhammad al-Bahi619 dan karya-karya lainnya. Al-Abdul-Latif juga
mencatat bahwa beberapa ensiklopedia berbahasa Arab mengandung informasi
keliru tentang ibn Abdul-Wahhab.620
Kasus ibn Abidiin layak mendapat perhatian lebih. Dalam buku fiqih Hanafinya
yang mendapatkan peneriman yang luas, biasanya disebut sebagai Haashiyah ibn
Abidiin, dia menulis, sambil berbicara mengenai Khawarji yang menyatakan bahwa
para Sahabat Nabi (‫ )ﷺ‬telah murtad,
[Menyatakan para Sahabat Nabi (‫ )ﷺ‬orang-orang kafir bukanlah sebuah
syarat yang diperlukan bagi seseorang dianggap sebagai salah seorang
616
Dalam karya ini, al-Saawi mengacu para Wahhabi sebagai Khawaarij.
Dalam karya ini, sang penulis mengklaim bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab
mencoba menyebarkan keyakinan-keyakinan baru di antara ummat Muslim dan menjadi
ekstrim.
618
Muhammad Abu Zahrah sangat dikenal sebagai teoritikus perundangan dan ahli hukum
Mesir abad ke-20. Dia membahas “Wahhabi” dalam dua karyanya. Dalam salah satu dari
dua karya itu, dalam sejarah madzhab-madzhab pemikiran dalam Islam, Tarikh alMadzaahib al-Islaamiyyah, dia memasukkan “Wahhabi” dalam bagiannya pada madzhabmadzhab keyakinan yang belakangan atau baru. Dalam kategori ini dia membahas
“Wahhabi,” Bahai dan Qadiani. Dalam karyanya ini, dia menganggap “Wahhabi” sebagai
sesuatu yang benar-benar berbeda dari gerakan Salafi. Dia juga membahas mereka
(wahhabi) dalam karyanya mengenai ibn Taimiyyah, menganggap mereka sebagai para
pengikut ibn Taimiyyah. Dalam kedua karyanya ini, dia menggunakan kata-kata yang sangat
kasar untuk mendeskripsikan “Wahhabi” dan hanya menekankan sikap-sikap mereka
kepada orang lain. Saalih al-Fauzaan telah membahas berbagai pernyataan yang dibuat
Abu Zahrah dan telah menulis sebuah jawaban terhadapnya. Bandingkan, Muhammad Abu
Zahrah, Tarikh al-Madzaahib al-Islaamiyyah fi al-Siyaasah wa al-Aqaaid wa Tarikh alMadzaahib al-Fiqhiyyah (Kairo: Daar al-Fikr al-Arabi, tanpa tahun), hal. 199-201;
Muhammad Abu Zahrah, Ibn Taimiyyah: Hayaatuhu wa Ashruhu wa Araauhu wa Fiqhuhu
(Kairo: Daar al-Fikr al-Arabi, tanpa tahun), hal. 529-531; Saalih al-Fauzaan, “Radd Auhaam
Abi Zahrah fi Haqq Syeikh al-Islaam ibn Taimiyyah wa Syeikh al-Islaam Muhammad ibn
Abdil-Wahhaab,” Majallah al-Bahuuts al-Islaamiyyah (No. 42, Rabi al-Awal 1409), hal. 137149.
619
Bandingkan, Muhammad Khalil Haraas, al-Harakah al-Wahhabiyyah: Radd ala Maqaal
li-l-Diktuur Muhammad al-Bahi fi Naqd al-Wahhaabiyyah (Madinah: Islamic University,
1396 H.), passim.
620
Khususnya, dia mencatat karya Muhammad Farid Wajdi Daairah al-Maarif al-Qarn alIshrin dan karya Muhammad Shafiq Gharbaal al-Mausuah al-Arabiyyah al-Maisirah. Lihat
al-Abdul-Latif, hal. 9.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 226
617
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Khawarij.] Keyakinan mereka bahwa orang-orang yang menentang mereka
adalah kafir adalah cukup. Hal seperti itu terjadi di zaman kita dengan adanya
para pengikut Abdul-Wahhab yang berasal dari Najd dan menguasai dua kota
suci [Mekkah dan Madinah] dan mengadopsi madzhab fiqih Hanbali. Namun
demikian, mereka percaya kalau mereka adalah Muslim sementara yang
menentang keyakinan mereka adalah orang-orang musyrik. Karena itu,
mereka mengizinkan pembunuhan terhadap ahl al-Sunnah dan ulamaulamanya. Allah akhirnya menghancurkan kekuatan mereka dan
menghancurkan negeri-negeri mereka dan memberikan kemenangan kepada
621
pasukan Muslim pada tahun 1233 H.
Mesti dicatat bahwa ibn Abidiin bahkan tidak mendapatkan nama “pendiri”
da’wah ini dengan benar. Nama itu, jelas-jelas ibn Abdul-Wahhab dan bukannya
Abdul-Wahhab. Lebih jauh, klaim-klaimnnya mengenai mereka tidaklah benar,
sebagaimana nanti akan dibahas, dan pasukan Muslim yang disebutkannya adalah
pasukannya Muhammad Ali Pasha yang telah digambarkan sebelumnya sebagai
sebuah pasukan tentara yang tidak familiar dengan shalat.
Sayangnya, karena status ibn Abidiin sebagai salah satu ulama Hanafi yang hebat,
nampaknya bagian tak signifikan dari sebuah karya berisi 12 volume ini benarbenar berpengaruh pada bagimana yang lain memandang Muhammad ibn AbdulWahhab. Khususnya, ulama-ulama Hanafi/Deobandi di anak benua Indo-Pak yang
dengan sepenuh hati menerima dan mempercayai apa yang dinyatakan ibn
Abidiin. Maka, sebagai contoh, ketika Syeikh Khaliil Ahmad al-Suhaarnfuri622
ditanya mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab dari Najd dan para pengikutnya,
dia menjawab bahwa mereka diperlakukan sama dengan Khawarij. Kemudian dia
mengutip bagian di atas dari al-Shaami, yang merupakan bagian dari karya ibn
Abidiin, dalam karyanya Haashiyah.623 Sama halnya, Muhammad al-Taanuwi,
dalam penjelasannya pada Sunan al-Nasaa`i, menjelaskan hadits berkenaan
dengan kemunculan Khawarij, mengutip seluruh bagian di atas yang berasal dari
621
Muhammad Amiin ibn Abidiin, Haashiyah ibn Abidiin: Radd al-Muhtaar ala al-Durr alMukhtaar Syarh Tanwiir al-Abshar (Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), vol. 6, hal. 413.
Jilid edisi ini menyebutkan, “Diraasah wa tahqiiq wa taliiq” (“study, editing dan penjelasanpenjelasan”) oleh Adil Ahmad Abdul-Mujud dan Ali Muhammad Muawwadz. Dua orang ini
tidak mau repot-repot mengoreksi nama dari Abdul-Wahhab menjadi ibn Abdul-Wahhab
dan mereka juga tidak mengoreksi pernyataan yang telah dibuat. Hal ini bisa
memperlihatkan ketidaktahuan mereka mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang
masih menyebar atau hasrat untuk terus memfitnah beliau masih sangat besar.
622
Dia merupakan ulama hadits yang mengajar di Deoband dan Mazaahir al-Ulum. Dia
menulis sebuah penjelasan yang panjang lebar mengenai Sunan Abi Dawud. Dia meninggal
di Madinah pada tahun 1346 H.
623
Lihat keseluruhan jawaban al-Suhaaranfuri dalam Sayid Taalib-ur-Rahmaan, AlDiywabandiyyah: Tareefuha wa Aqaaiduha (Karachi, Pakistan: Dar al-Kitaab wa al-Sunnah,
1995), hal. 247-248. Juga lihat Abdul-Jalil, hal. 189.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 227
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ibn Abidiin, dia menyatakan bahwa para pengikut Muhammad ibn Abdul-Wahhab
dan mereka yang berada di India dan dikenali sebagai “Wahhabi” adalah tidak lain
daripada Khawarij.624 Husain Ahmad al-Madani625 membuat kesimpulan yang sama
dengan pernyataan ibn Abidiin.626 Ulama lain yang menyandarkan diri pada
pernyataan ibn Abidiin adalah Syeikh Rasyid Ahmad al-Kankuhi.627
Banyak dari reaksi yang tidak baik ini adalah hasil dari bagian pendek yang seakan
tak berbahaya dalam sebuah kitab fiqih Hanafi. Hasil yang menghancurkan ini
menunjukkan pentingnya seorang ulama Muslim agar teliti secara akademis
mengenai segala sesuatu yang dia tulis atau ucapkan. Dia harus adil, dia harus
meneliti dan dia harus menimbang dengan berat setiap kata yang dia ucapkan.
Satu bagian kecil bisa jadi mencapai efek-efek yang panjang sementara sang
penulisnya sendiri mungkin berpikir bahwa yang dikatakannya itu tidaklah
signifikan oleh karenanya dia hanya mengandalkan pada apa yang didengarnya
dari perkataan orang lain tanpa melakukan verifikasi masalah untuk dirinya sendiri.
Barangkali setiap ulama, peneliti dan pembicara harus mengingat hadits yang
sangat baik digunakan disini:
ِ ‫إِ َّن الْعب َد لَيتَ َكلَّم بِالْ َكلِم ِة ِمن سخ ِط‬
ً‫تَا بَاال‬َٛ ‫الل ال يُ ِلقي‬
ََ ْ َ
ُ َ َْ
ِ ‫ي ه ِوي‬
ِ
‫َّم‬
‫ن‬
‫ه‬
‫ج‬
‫ِف‬
‫ا‬
‫ِب‬
َ َ َ َ َْ
“Seorang hamba [manusia] janganlah berkata dengan kalimat yang tidak
menyenangkan Allah sementara tidak memikirkan akibatnya dan karenanya
dia akan dilemparkan ke dalam neraka jahanam.” (HR. al-Bukhari.)
624
Lihat Abdul-Jalil, hal. 229; Taalib-ur-Rahmaan, hal. 251-252.
Al-Madani adalah seorang ulama hadits yang utama di antara orang-orang Deobandi
setelah Anwar Syah al-Kashmiiri. Dia mengambil peran aktif dalam membebaskan India dari
Inggris. Dia meninggal pada tahun 1957. Lihat Abdul-Jalil, hal. 144. Untuk bahasan yang
komplit mengenai sikapnya terhadap ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab, lihat
Abdul-Jalil, hal. 144-184.
626
Lihat Abdul-Jalil, hal. 170, 172, 177,178 dan 179; Taalib-ur-Rahmaan,hal.252-257.
627
Dia adalah direktur University of Deoband dan menulis sejumlah besar buku. Dia
meninggal pada tahun 1323 H. Penyandarannya pada ibn Abidiin dicatat dalam karya
Abdul-Jalil, hal. 225. Pertentangan terhadap para pengikut ibn Abdul-Wahhab mencapai
proporsi seperti itu di India yang pada tahun 1926 M. sebuah konferensi diselenggarakan
yang mana menghasilkan sebuah deklarasi yang menentang Raja Abdul-Aziz dan sebuah
telegram dikirimkan kepada Pemerintah Inggris yang meminta mereka atas nama ummat
Muslim India agar menggunakan kekuatan militer dan politiknya untuk melawan Raja
Abdul-Aziz di Hijaz. Lihat Abdul-Jalil, hal. 28.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 228
625
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Hadits lain dalam Shahih al-Bukhari menyatakan,
ِ ِ
‫ْي فِْي َها يَِزُّل ِِبَا ِ ِْف النَّا ِر‬
ُ َّ َ‫إِ َّن الْ َعْب َد لَيَتَ َكلَّ ُم بِالْ َكل َمة َما يَتَب‬
ِ
‫ْي الْ َم ْش ِرِق‬
َْ َ‫تَّا ب‬ٟ ‫أَبْ َع َد‬
“Seorang hamba [manusia] janganlah berkata dengan kalimat tanpa
bertabayun dan karenanya dia akan direndahkan di Neraka yang jauhnya itu
seperti antara timur.”
(Yang menarik lainnya namun sama halnya dengan kesalahpahaman atau karena
kurangnya penelitian ilmiah terjadi di Afrika Utara atau Afrika sub-Sahara. Di Abad
kedua Hijriah terdapat gerakan Abaadhi Kharajiah di Afrika Utara. Mereka dikenal
sebagai “Wahhabi,” karena pemimpinnya adalah Abdul-Wahhab ibn AbdulRahmaan ibn Rustum. Muhammad al-Syuwair mengunjungi Mauritania pada tahun
1408 H., sekitar empat belas tahun yang lalu, dan dia bertemu dengan pemimpin
umat Muslim disana yang mengatakan bahwa mereka menyukai orang Saudi
namun mereka berharap akan menghentikan madzhab “Wahhabi” yang membagibagi umat Muslim. Setelah bertanya apa sumber pandangan mereka, mereka
mengacu pada aturan-aturan yang diberikan oleh ulama-ulama Afrika Utara,
seperti al-Wanshirisi, yang hidup jauh sebelum Muhammad ibn Abdul-Wahhab. AlSyuwair menjelaskan kepada mereka bahwa “Wahhabi” itu tak ada hugungannya
sama sekali dengan para pengikut ibn Abdul-Wahhab.628)
Karya-karya Pembantah Kritik
Di hadapan serangan gencar yang melawan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab,
ulama-ulama dari berbagai dunia Muslim mempertahankan ibn Abdul-Wahhab dan
ajaran-ajarannya. Dengan jelas, ibn Abdul-Wahhab sendiri dan murid-muridnya
yang pertama mengambil sebab dan mempertahankan ajaran-ajaran itu.629
Ulama-ulama terakhir yang karya-karyanya sangat bermanfaat adalah:
628
Al-Syuwair menulis sebuah buku mengenai pengalamannya di Afrika ini. Dia juga
membahas (hal. 96) benar tidaknya kaum penjajah membantu gagasan ini bahwa
“Wahhabi” baru sama dengan “Wahhabi” lama. Lihat al-Syuwair, passim.
629
Untuk pembahasan beberapa murid itu, Lihat al-Abdul-Latif, Hal. 59-61. Sama halnya,
untuk pembahasan karya-karya yang membantah ibn Abdul-Wahhab dan ajaran-ajarannya,
lihat al-Abdul-Latif, hal. 59-69.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 229
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
(1) Tasis al-Taqdis fi al-Radd ala ibn Jarjis oleh Abdullah ibn Abdul-Rahmaan Abu
Butain dari Najd (1194-1282 H.), sebuah karya yang membantah ibn Jarjis. (Karya
ini dipublikasikan hanya satu kali, di Mesir pada tahun 1344 H.)
(2) Minhaaj al-Tasis wa al-Taqdis fi al-Radd ala Daawud ibn Jarjis, karya lain yang
membantah ibn Jarjis, oleh Abdul-Latif ibn Abdul-Rahmaan ibn Hasan ibn
Muhammad ibn Abdul-Wahhab dari al-Diriyyah (1225-1293 H.). (Karya ini
dipublikasikan dua kali, sekali di Bombay pada tahun 1309 H. dan sekali lagi di
Kairo pada tahun 1366 H.)
(3) Sulaiman ibn Sahmaan (1266-1349 H.) yang merupakan seorang penulis
produktif. Dia menulis beberapa karya individual untuk membantah al-Hadaad,
Mukhtar Ahmad al-Muayyad, Jamil al-Zahaawi dan lain-lainnya.
(4) Muhammad ibn Naasir al-Haazimi dari Yaman (w. 1283 H.).630
(5) Muhammad Basyir ibn Muhammad al-Sahsawaani dari India (1250-1326 H.).
Dia adalah ulama dari India yang pergi ke Mekkah dan bertemu dan berdebat
dengan Dahlaan. Di kemudian hari dia menulis sebuah volume besar yang
membantah kliam-klaim palsu dan kesalahan interpretasi Dahlaan, yang berjudul
Shayaanah al-Insaan an Waswasah al-Syeikh Dahlaan.
(6) Al-Haqq al-Mubin fi al-Radd ala al-Lahaabiyyah al-Mubtadiin oleh Abdul-Karim
ibn Fakhr al-Dien dari India, yang hidup sezaman dengan ibn Sahmaan. Karya ini
adalah karya yang membantah Dahlaan.
(7) Mahmud Syukri al-Alusi (1273-1342 H.) dari Iraq menulis dua karya vulome
besar untuk membantah al-Nabahaani, Ghaayah al-Amaani fi al-Radd ala alNabahaani. Dia juga mengkompliti bantahan Abdul-Latif terhadap ibn Jarjis.
(8) Al-Sayyib al-Hitaal fi Kasyf Shibh ibn Kamaal oleh Ahmad ibn Muhammad alKatlaani, sebuah karya dimana sang penulis membela ibn Abdul-Wahhab dan
memperlihatkan bahwa keyakinan ibn Abdul-Wahhab adalah keyakinan Islam yang
benar.
(9) Iqaadh al-Wisnaan fi Bayaan al-Khilal aladhi fi Sulh al-Ikhwaan, sebuah
bantahan terhadap ibn Jarjis oleh Muhammad ibn Naasir al-Tuhaami, seorang
murid dari ulama Yaman, Muhammad ibn Ali al-Shaukaani.631
630
631
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 14.
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 26.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 230
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
(10) Muhammad Rasyid Ridha dari Mesir (w. 1354 H.) menulis sejumlah artikel
untuk membela ajaran-ajaran Muhammad ibn Abdul-Wahhab dalam majalahnya
yang terkenal al-Manaar. Tambahan, dia memiliki sejumlah karya ulama-ulama
Najd yang dipublikasikan secara bersamaan dalam sebuah anthology.
(11) Dalam majalah al-Muqtataf, Shalih ibn Dakhil al-Jarullaah menulis sebuah
artikel yang membantah pandangan-pandangan missionaris Samuel Zweimer
mengenai ibn Abdul-Wahhab dan orang-orang “Wahhabi.” Dalam artikel ini, sang
penulis menyatakan bahwa terdapat banyak kebingungan mengenai ibn AbdulWahhab. Namun, dia sendiri bertemu dengan banyak pengikut ibn Abdul-Wahhab
di Suriah, Mesir dan Iraq pada tahun 1318 H. dan dia mendapati dirinya sendiri
sungguh-sungguh sepakat dengan keyakinan-keyakinan yang benar-benar
berdasarkan Qur’an dan Sunnah.632
(12) Al-Qaul al-Sadid fi Qama al-Hiraazi al-Anid oleh Mahmud Shuwail (1302-1372
H.) dari Madinah. Karya ini adalah bantahan atas karya seorang berkebangsaan
Sudan, Muhammad al-Bakri Abu Hiraaz.633
(13) Fauzaan al-Saabiq (w. 1373 H.) yang asal-usulnya dari Bani Dawaasir. Dia
pindah ke Najd dan belajar kepada Abdul-Latif ibn Abdul-Rahmaan ibn Hasan ibn
Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Dia kemudian pergi ke India dan belajar kepada
Sidiq Hasan Khan. Setelahnya, dia berjuang dengan pasukan Abdul-Aziz al-Saud.
Raja Abdul-Aziz kemudian mengirimnya sebagai wakilnya ke Damaskus, dimana dia
bertemu dan belajar kepada al-Qaasimi, al-Bitaar dan yang lainnya.634 Dia pindah
dari sana dan menuju Kairo dimana dia bertemu dan belajar kepada Muhammad
Rasyid Ridha dan yang lainnya.635 Dia menulis sebuah karya yang berjudul alBayaan al-Isyhaar li-Kasyf Zigh al-Mulhid al-Haaj Mukhtaar, dimana dia
membantah serangan-serangan seorang Haji Mukhtaar terhadap orang-orang
“Wahhabi.”
Banyak karya yang diterbitkan akhir-akhir ini juga ditulis untuk membela ibn AbdulWahhab, Namun karya-karya klasik di atas adalah karya-karya yang paling rinci
632
Lihat al-Abdul-Latif, hal.. 26-27.
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 27.
634
Al-Saabiq, datang dari Najd, menulis bahwa di Damaskus pada tahun 1329 H., dia
menulis beberapa “ulama” yang menyerang orang-orang Najd dan keyakinan mereka,
menyebut mereka “Wahhabi,” “madzhab kelima” dan para ekstrimis. Mengagumkan
bagaimana, dan hal ini terus berlanjut sampai sekarang, para penentang “Wahhabisme”
akan menyebut seseorang sebagai “Wahhabi” dan mendefinisikan apa yang diyakini dan
dipikirkan seseorang, bahkan tanpa menanyakan apakah ini benar-benar yang dia yakini
atau pikirkan. Bandingkan, al-Saabiq, hal. 13.
635
Lihat al-Bassaam, vol. 5, hal. 378-383.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 231
633
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dalam membantah buku-buku dan risalah-risalah yang khusus ditulis untuk
menyerang Muhammad ibn Abdul-Wahhab.636
Penting untuk dicatat, sebagaimana disinggung dalam bab pendahuluan, bahwa
serangan-serangan terhadap Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan ajaran-ajarannya
sebenarnya bukan hanya pada pribadi atau “madzhab pemikiran”-nya. Pada
kenyataannya, mereka menyerang terhadap kemurnian, agama dan keyakinan
Islam yang tidak terpalsukan – agama Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri dan Sahabat-Sahabatnya.
Karenanya, para ulama yang membantah serangan-serangan itu sebenarnya
membela keyakinan-keyakinan ahl al-sunnah wa al-jamaah637 yang sejati. Maka,
masalah ini adalah salah satu yang lebih penting daripada membela seorang
muslim yang telah difitnah dengan buruk. Tentu saja, ini adalah upaya untuk
membela Islam itu sendiri. (Begitulah benar terjadi pada masa ibn Abdul-Wahhab
dan begitu juga bahkan lebih pada masa sekarang dimana ajaran-ajaran ibn AbdulWahhab dan apa yang disebut “Wahhabi” sekali lagi berada di bawah serangan.)
Tinjauan Luas Terhadap Kritik dan Tudingan-tudingan Tanpa Bukti yang Dibuat
untuk Menyerang ibn Abdul-Wahhab, Ajaran-ajarannya serta Da’wahnya
Tidaklah mudah membahas, mengkritik atau membantah semua klaim-klaim dan
tudingan-tudingan tanpa bukti yang dibuat untuk menyerang ibn Abdul-Wahhab
dan ajaran-ajarannya dalam sebuah bab dari sebuah buku. Salah satu karya yang
lebih komprehensif dalam topik ini adalah karya al-Abdul-Latif, Da’aawa alMunawi`in li-Da’wah al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab: Ardh wa Naqd.
Topik-topik yang dia bahas menyediakan sebuah tinjauan luas yang bagus
636
Di antara karya-karya yang ada akhir-akhir ini, penulis benar-benar mengambil manfaat
dari karya Abdul-Aziz al-Abdul-Latif, Daawaa al-Munawieen li-Da’wah al-Syeikh
Muhammad ibn Abdil-Wahhaab: Ardh wa Naqd. Namun demikian, artike-artikel lain yang
direkomendasikan termasuk juga karya Abdul-Rahmaan Umairah, “al-Syubhuhaat allati
Utsiirat Haul Da’wah al-Syeikh al-Imaam ibn Abdil-Wahhaab,” Abdul-Karim al-Khatib, “alSyubuhaat allati Utsiirat Haul Da’wah al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa alRadd alaihaa,” dan karya Muhammad Yusuf, “al-Syubuhaat allati Utsiirat Haul Da’wah alSyeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhaab wa Mamaatsaltuha bi- Syubuhaat Haul Da’wah alSyeikh al-Maududi.” Karya-karya ini tersedia dalam volume 2 dari Buhuuts Nadwah Da’wah
Al-Syeikh Muhammad ibn Abdil-Wahhab (Riyadh: Muhammad ibn Saud Islamic University,
1991). Secara khusus, al-Khatib (vol. 2, hal. 182-211) memiliki sebuah bantahan terperinci
terhadap karya Dahlaan. Kita juga harus melihat karya Saalih al-Fauzaan, “Taqiibaat ala ma
Dzakarahu al-Ustaadz Abdul-Kariim al-Khatiib fi Kitaabihi al-Da’wah al-Wahhaabiyyah wa
Muhammad ibn Abdil-Wahhaab,” *Majallah] Kulliyah Ushul al-Deen (Muhammad ibn Saud
Islamic University, Vol. 1, 1397-1398 A.H.), hal. 67-87.
637
Yaitu, orang yang mengikuti sunnah dan jamaah Islam pertama.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 232
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mengenai tipe-tipe tudingan-tudingan tanpa bukti dan kitik-kritik yang dibuat.638
Al-Abdul-Latif menyentuh topik-topik berikut dengan rincian:
I. Pemalsuan-pemalsuan mencolok mengenai da’wah ibn Abdul-Wahhab
A. Klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab mengklaim kenabian dan merendahkan Nabi
(‫)ﷺ‬.
B. Klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab menda’wahkan anthropomorphisme.639
638
Karya lain yang bagus namun dalam presentasi yang singkat tentang poin-poin bahwa
ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya berbeda dapat ditemukan dalam al-Ajilaan, hal.
132-161.
639
Untuk bantahan terhadap tudingan tanpa bukti bahwa ibn Abdul-Wahhab adalah
seorang anthropomorphist, lihat ibn Sahmaan, hal. 214-277. Dalam bab 3, beberapa
keyakinan berkenaan dengan nama-nama dan sifat-sifat yang diberikan. Singkatnya, beliau
tak pernah menghubungkan sifat-sifat manusia apapun pada Allah, yang biasa disebut
anthropomorphisme. Tentu saja, beliau mensifati Allah dengan apa saja yang Allah dan
Rasul (‫ )ﷺ‬sifatkan pada-NYA. Ini termasuk semisalnya Allah memiliki tangan namun
tangan Allah benar-benar berbeda dengan tangan dalam pengertian tangan manusia,
karena ini adalah tangan yang hanya cocok dengan keagungan dan kebesaran-NYA.
Pandangan ibn Abdul-Wahhab ini sebenarnya adalah pandangan ulama-ulama terdahulu
dan utama sepanjang sejarah Islam. Hanya ulama-ulama akhir yang berselisih dengan
pendekatan ini. Al-Arnaut menulis dalam pendahuluan buku Zain al-Dien al-Maqdisi,
Aqawil al-Tsiqaat fi Tawil al-Asmaa wa al-Sifaat wa al-Ayaat al-Muhkamaat wa alMusytabihaat, sebuah buku yang mengutip ulama-ulama mutaqaddimin untuk
membuktikan bahwa pandangan tentang sifat-sifat Allah yang dikenal dengan pandangan
salafi adalah pandangan yang benar menurut Qur’an dan sunnah, “Saya yakin bahwa orang
yang membaca buku ini [buku al-Maqdisi] dengan penuh perhatian dan bersungguhsungguh akan mendapatkan hati dan pikirannya dipenuhi dengan pendirian cara
pendekatan salaf yang benar berkenaan dengan sifat-sifat Allah. Ini adalah pendekatan
yang terbaik, terkuat dan yang paling mendapat petunjuk. Dia [pembaca] akan menolak,
dengan kesenangan dan pendirian, yang telah ditulis dalam buku-buku ulama-ulama
mutaakhirin bahwa pendekatan salaf lebih aman namun pendekatan ulama-ulama
mutaakhirin lebih bijaksana dan lebih cerdas. [Pembaca] akan dengan jelas menyatakan
bahwa pandangan [ulama-ulama mutaakhirin] adalah keliru dan bertentangan dengan
petunjuk Sunnah dan Qur’an. Pernyataan yang benar yang berdasarkan Sunnah Nabi dan
Kitab Allah yaitu jalan salaf yang paling cerdas, paling bijaksana dan paling aman.” Syuaib
al-Arnaut, pendahuluan untuk karya Zain al-Dien al-Maqdisi, Aqawil al-Tsiqaat fi Tawil alAsmaa wa al-Sifaat wa al-Ayaat al-Muhkamaat wa al-Musytabihaat (Beirut: Muassasat alRisaalah, 1985), hal. 8. Salah satu contoh yang paling awal dari seseorang yang bertanya
tentang sifat-sifat ini dan meminta penjelasan mengenai sifat-sifat itu pada masa Imam
Malik. Seorang lelaki datang padanya dan berkata, “Wahai Abu Abdullah *Imam Malik+,
*mengenai ayat,+ ‘Allah bersemayam di atas Arsy,’ bagaimana bersemayamnya?” Jawaban
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 233
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
C. Klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab mengingkari pertalian keajaiban-keajaiban
orang saleh.640
II. Kesalahan-kesalahan Konsepsi mengenai da’wah ibn Abdul-Wahhab yang
membutuhkan sebuah pemahaman untuk melihat sifat dasar yang benar apa yang
dida’wahkan ibn Abdul-Wahhab dan bagaimana para penentangnya mencoba
menyimpangkannya.641
A. Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyebutan orang lain
non-Muslim dan berperang melawan mereka.
i. Pemalsuan-pemalsuan melawan ibn Abdul-Wahhab mengenai
pernyataannya Muslim menjadi non-Muslim.
ii. Klaim-klaim bahwa “Wahhabi” adalah Khawarij, bahwa tanduk
setan muncul dari Najd dan lain sebagainya.
iii. Klaim-klaim bahwa “Wahhabi” memasukkan di antara tindakantindakan yang meniadakan aspek-aspek Islam yang tak ada
seorang pun sebelum mereka memasukkannya.
Imam Malik adalah, “Pengandaian tindakan-NYA tidaklah diketahui. Namun
kebersemayaman-NYA di arsy tidaklah tidak diketahui. Mengimaninya adalah wajib.
Menanyakan tentang itu adalah sebuah bid’ah. Dan saya curiga kalau kamu adalah ahli
bid’ah.” Narasi ini dari Malik, dengan beragam kalimat yang berbeda, dapat ditemukan
dalam berbagai karya. Untuk pembahasan mengenai jalur periwayatan dan maknanya, lihat
Jamaal Baadi, Al-Atsaar al-Waarada an Aimmat al-Sunnah fi Abwaab al-Itiqaad min Kitaab
Siyar Alaam al-Nubalaa (Riyadh: Dar al-Watan, 1416 H.) vol. 1, hal. 226-231.
640
Isu ini dulu dan sekarang adalah isu yang sangat penting di kalangan Sufi dan lainnya
yang mempercayai keajaiban-keajaiban yang dimiliki orang shaleh dan “para wali” pada
masa hidup mereka pun demikian pula ketika mereka sudah meninggal. Hal ini ditegaskan
dalam Qur’an dan Sunnah bahwa hal-hal seperti itu dapat terjadi, karena Allah punya kuasa
atas segala sesuatu. Ibn Abdul-Wahhab menyatakan keyakinannya berkenaan dengan topik
ini, “Saya mengiyakan keajaiban-keajaiban orang shaleh dan apa yang mereka miliki
nampaknya benar. Akan tetapi, hal itu tidak memberi mereka hak dengan hak-hak yang
dimilki Allah. Lebih jauh, tak ada tindakan yang hanya dalam kemampuan Allah mesti dicari
dari mereka.” (Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 10-11.) Dua poin
terakhir yang beliau masukkan secara eksplisit, yang juga jelas berasal dari Qur’an dan
Sunnah, yang menyebabkan kegemparan mengenai keyakinan-keyakinan beliau.
641
Sebagaimana dijelaskan Abdul-Latif (hal. 157), kategori ini diletakkan antara menjadi
pemalsuan yang benar-benar pemalsuan dan kasus salah menggelar fakta-fakta atau
membuat konklusi-konklusi yang keliru.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 234
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
iv. Klaim-klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab bertentangan dengan
ajaran-ajaran ibn Taimiyyah dan ibn al-Qayyim pada persoalan
menyatakan seseorang telah kafir.642
v. Klaim bahwa syirik tak akan pernah muncul dalam Umat
Muslim.643
vi. Klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab mempergunakan ayat-ayat
yang mempercakapkan orang-orang musyrik untuk orang-orang
Islam.644
vii. Klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab memberontak melawan
penguasa-penguasa Utsmaniyyah.
B. Larangan al-tawassul (mencari alat untuk mendekati Allah)645.
C. Larangan mencari perantaraan Nabi (‫)ﷺ‬.
III. Keberatan-keberatan terhadap beberapa masalah yang berhubungan dengan
Da’wah.
A. Penghancuran makam-makam dan mausoleum-mausoleum dan juga larangan
menziarahinya.
B. Membagi tauhid menjadi tauhid al-rubuubiyah dan Tauhid al-uluuhiyah.646
642
Topik ini tak akan dibahas disini. Pembaca yang tertarik bisa memeriksa al-Abdul-Latif,
hal. 207-218.
643
Klaim ini akan dibahas dalam bab berikutnya.
644
Topik ini tak akan dibahas disini. Pembaca yang tetarik bisa memeriksa al-Abdul-Latif,
hal. 227-232.
645
Kata tawassul punya tiga arti. Para ulama Muslim telah sepakat tentang dua di
antaranya: pertama, yang merupakan dasar iman dan Islam, yaitu tawassul melalui iman
kepada beliau (Rasulullah) dan taat kepadanya; kedua, adalah doa dan syafaat beliau. Ini
adalah baik. Kedua makna ini telah disepakati kaum Muslimin. Barangsiapa menolak
tawassul dengan salah satu makna ini maka ia kafir murtad. Diampuni jika ia bertaubat, bila
tidak, ia harus dibunuh dalam keadaan murtad. Jadi tawassul dengan percaya dan taat
kepada Rasulullah adalah dasar agama. Kenyataan ini telah diketahui orang . Dengan
demikian, barangsiapa menolak doa, syafaat dan manfaatnya bagi kaum Muslimin, maka ia
kafir. Tapi, ini lebih ringan daripada yang pertama. Barangsiapa menolak karena
kebodohannya ia diampuni dari dosa, jika terus menerus ingkar maka ia murtad. (Ibnu
Taimiyah, At Tawassul wa al Wasilah, Darul Ifta’ 1984, Riyadh – dialihbahasakan ke dalam
bahasa Indonesia dengan judul Tawassul dan Wasilah oleh Su’adi Sa’ad, PUSTAKA
PANJIMAS, Jakarta, Cet. Pertama, 1987, hal. 1.) – Pent.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 235
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
C. Penolakan memohon kepada orang yang sudah mati.
Tambahan, pada poin-poin yang disebutkan dan dibahas oleh al-Abdul-Latif,
terdapat tudingan tanpa bukti lain yang dibuat untuk melawan ibn Abdul-Wahhab.
Contohnya, diklaim bahwa beliau merendahkan Imam Empat dari empat madzhab
fiqih Sunni,647 bahwa beliau memproklamirkan dibukanya pintu ijtihaad dan
memproklamirkan dirinya sendiri sebagai seorang mujtahid yang sesungguhnya.648
Barangkali apa yang diliput dalam Bab 3 cukup untuk membantah klaim-klaim tipe
ini. Disebutkan juga bahwa ibn Abdul-Wahhab menafsirkan Qur’an berdasarkan
pendapat pribadinya dan bahwa dia dan para pengikutnya hanya mentaati hadits
yang konsisten dengan pandangan-pandangan mereka. Al-Hadaad Alawi juga
mengklaim bahwa ibn Abdul-Wahhab tidak mempercayai hadits tapi hanya
mengimani Qur’an.649 Juga diklaim bahwa ibn Abdul-Wahhab dan para
pengikutnya benci mengucapkan shalawat untuk Nabi (‫)ﷺ‬.650
Karena pertimbangan-pertimbangan ruang, dalam karya ini beberapa topik di atas
akan dibahas dalam beberapa detail, yang lainnya akan dibahas secara singkat dan
lainnya lagi tidak akan dibahas melebihi beberapa poin yang telah dibuat.
Tudingan Bahwa ibn Abdul-Wahhab Mengklaim Kenabian
Ibn Abdul-Wahhab menulis, “Saya percaya bahwa nabi kita Muhammad (‫)ﷺ‬
adalah penutup para nabi dan para rasul. Keimanan seseorang belumlah berarti
sampai seseorang itu yakin akan kenabiannya (‫ )ﷺ‬dan bersaksi akan
kerasulannya (‫)ﷺ‬.”651 Dia juga menulis, “Yang terbesar [dari hak-hak seorang
646
Pandangan Ibn Abdul-Wahhab terhadap masalah ini dipaparkan dalam Bab 3. Mengenai
kritik-kritik beliau pada poin ini, pembaca yang tertarik bisa memeriksa al-Abdul-Latif, hal.
328-346.
647
Lihat Yusuf, vol. 2, hal. 273-276.
648
Saudaranya, Sulaiman, seorang penganut Syiah al-Amali, Dahlaan, Alawi Hadaad dan
lain-lainnya bersuara menentang karena poin-poin ini. Lihat Nusair, hal. 72. Juga lihat
Umairah, vol. 2, hal. 57-60.
649
Lihat al-Nadwi, hal. 208. Al-Nadwi mencatat bahwa bahkan pada abad ke-20, Abdullah
Yusuf Ali membuat klaim yang sama bahwa orang-orang “Wahhabi” tidak mengambil
hadits. Bahkan seorang missionaris, T.P. Hughes, mengetahui lebih daripada itu, menulis,
“Wahhabisme kadangkala menunjukkan Protestanisme Islam, dan benarlah demikian,
meskipun dengan perbedaan yang mencolok, bahwa sementara Protestanisme Kristen
adalah penonjolan otoritas tertinggi Kitab Injil yang kudus dengan penolakan ajaran-ajaran
tradisional, Wahhabisme adalah penonjolan ototritas tertinggi Qur’an dengan tradisi-tradisi
*yaitu hadits+” Lihat T. P. Hughes, hal. 661.
650
Lihat Umair, vol. 2, hal. 68-74.
651
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 10.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 236
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Muslim] adalah hak-hak Nabi (‫)ﷺ‬. Kesaksianmu akan keimanan membutuhkan
anda agar memberinya kedudukan Rasulullah dan penutup para nabi. Anda harus
tahu bahwa jika anda mengangkat salah seorang Sahabat pada kedudukan nabi,
dengan demikian anda menjadi kafir.”652 Keyakinan ini sangat jelas terlihat di
seluruh tulisan-tulisannya dan tulisan-tulisan anak-anak keturunannya, muridmuridnya dan para pengikutnya. Tak ada seorang pun dapat secara rasional
mengklaim sesuatu yang lain berkenaan dengan ibn Abdul-Wahhab.653
Sekarang apa yang dicontohkan memperlihatkan begitu meluasnya musuh-musuh
ibn Abdul-Wahhab akan berbuat. Beberapa orang di antara mereka berbuat
melebihi batas-batas yang dapat diterima logika dan juga integritas ilmiah.
Beberapa dari mereka tak memiliki rasa penyesalan dalam mengatakan hal-hal
tentang ibn Abdul-Wahhab yang tak memiliki dasar dalam kenyataan dan yang
mana tak dapat dibuktikan dengan cara apapun – kecuali sebuah ilham yang
dikiranya dari Tuhan.
Ibn Afaliq menyatakan bahwa Musailamah mengklaim kenabian dengan lidahnya
sementara ibn Abdul-Wahhab mengklaimnya dengan keadaan dan tindakantindakannya. Al-Qabbaani membuat tudingan tanpa bukti dengan tipe yang sama.
Al-Haddaad menulis, “Dia menyembunyikan klaim kenabian. Tanda-tandanya akan
menjadi nyata kelihatan melalui “lidah” pernyataannya daripada kata-katanya. Hal
ini dibuktikan kebenarannya oleh apa yang dikatakan para ulama: bahwa dari
permulaannya Abdul-Wahhab654 sangat bergairah suka membaca tentang mereka
yang keliru mengklaim kenabian, seperti sang pendusta Musailamah, Sajaah, alAswad al-Ansi, Tulaihah al-Asadi dan yang serupa dengan mereka.”655 Dahlaan
menyebutkan klaim yang sama dalam karyanya Khulaasah al-Kalaam dan al-Durar
al-Sanniyyah fi al-Radd ala al-Wahaabiyyah, menyatakan, “Ini keluar dari
pernyataan Muhammad ibn Abdul-Wahhab bahwa dia mengklaim kenabian.
Namun demikian, dia tak memiliki kemampuan untuk menyatakannya secara
terbuka”656 Banyak lainnya juga membuat klaim yang sama.657
Masalah pertama, tentu saja, adalah jika ini adalah sesuatu yang dia sembunyikan
dalam hatinya, bagaimana bisa seseorang membuat klaim seperti itu tentang
beliau, setidaknya, tentu saja, seseorang mengklaim pengetahuan yang tak terlihat
652
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 81.
Untuk lebih rinci, lihat al-Abdul-Latif, hal. 78-81.
654
Dia mengatakan Abdul-Wahhab bukannya ibn Abdul-Wahhab.
655
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 82-83.
656
Dikutip dalam al-Husain, hal. 267; Umairah, vol. 2, hal. 55; Yusuf, vol. 2, hal. 282.
657
Lihat al-Abdul-Latif, hal. 83; Umairah, vol. 2, hal. 54-57. Akan sangat panjang jika
mencatat semua klaim-klaim keliru mengenai ibn Abdul-Wahhab. Karenanya, hanya
beberapa pilihan yang dapat mewakili yang akan dipersembahkan dalam bab ini.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 237
653
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
atau mengklaim nabi untuk dirinya sendiri? Tentu saja, klaim ini benar-benar
melemparkan keraguan pada orang yang membuat klaim seperti itu. Lebih jauh,
apakah tanda-tanda bahwa ibn Abdul-Wahhab membuat klaim seperti itu pada
seseorang atau tindakan jika bukan dengan lidahnya? Para penulis yang disebutkan
di atas tidak memberikan tanda apapun. Kenyataannya, seluruh kehidupan dan
missi Ibn Abdul-Wahhab adalah tentang kembali kepada Qur’an dan Sunnah.
Beliau tak pernah, dalam setiap kata-katanya, mengklaim bahwa pernyataanpernyataannya atau kedudukannya lebih tingggi atau bahkan setara dengan Nabi
(‫)ﷺ‬. Tentu saja, sebagaimana dicatat dalam Bab 2, beliau dengan mudah
mengakui bahwa dia adalah manusia biasa, cenderung membuat kesalahankesalahan dan membutuhkan nasihat para ulama yang ada di sekitarnya. Pokoknya
telah dibuat sebelumnya bahwa tulisan-tulisannya dan tulisan-tulisan anak-anak
keturunannya, murid-murid dan para pengikutnya semuanya tersedia. Bahwa tak
ada bukti apapun yang mendukung klaim-klaim dusta dan palsu seperti yang satu
ini.
Akhirnya, diketahui mengenai ibn Abdul-Wahhab bahwa beliau tertarik pada kitabkitab tafsr Qur’an, hadits dan lain sebagainya. Tak ada catatan dari pencatat
sejarah manapun bahwa beliau tumbuh membaca tentang atau mengagumi nabinabi palsu kuno.
Ringkasnya, sebagaimana dicatat di atas, tuduhan palsu ini memberi sebuah
petunjuk mengenai kaliber orang yang berurusan dengannya sementera
membahas para penentang ibn Abdul-Wahhab.658
Tudingan bahwa ibn Abdul-Wahhab Merendahkan Nabi (‫)ﷺ‬
Ini adalah satu dari yang paling pertama dari tudingan-tudingan tanpa bukti yang
dibuat untuk melawan ibn Abdul-Wahhab. Ibn Suhaim membuat klaim-klaim
seperti itu berkenaan dengan ibn Abdul-Wahhab dan menyatakan tudingantudingan tanpa bukti itu dalam surat-surat yang dikirimkannya ke daerah-daerah
sekitarnya. Ibn Suhaim menulis, “Dia [ibn Abdul-Wahhab] membakar kitab Dalaail
al-Khairaat659 hanya karena memiliki kata-kata, ‘sayyidina,’ dan ‘maulaana’ *ketika
menyebut Nabi (‫ … ])ﷺ‬Juga benar bahwa dia mengatakan, ‘Jika aku dapat
menguasai kamar Nabi (‫ )ﷺ‬aku akan menghancurkannya.’”660 Dalam suratnya
658
Maka, untuk alasan yang bagus, al-Nadwi (hal. 40) menulis bahwa buku Dahlaan ini
begitu penuh dengan kekeliruan-kekeliruan dan pemalsuan-pemalsuan yang seseorang
bahkan tidak akan berharap dapat mengandalkannya meski bahkan hanya untuk masalah
yang sepele.
659
Kitab ini ditulis oleh Muhammad ibn Sulaiman al-Maghribi dari ordo Sufi Shaadzili.
660
Lihat al-Huqail, hal. 168-169.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 238
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kepada para ulama yang ada di Iraq, ibn Suhaim lebih lanjut mengatakan bahwa
ibn Abdul-Wahhab tidak menghormati Nabi (‫ )ﷺ‬dan kedudukannya. Al-Hadaad
kemudian menambahkan pemalsuan-pemalsuan ibn Suhaim. Dia menulis, “Dia
akan merendahkan Nabi (‫ )ﷺ‬seringkali dalam berbagai pernyataan yang
berbeda, contohnya, [diduga ibn Abdul-Wahhab mengatakan] dia [Nabi] benarbenar tuli yang berarti bahwa dalam menyebarkan missinya seperti seorang tuli
yang menyampaikan sebuah masalah dan kemudian pergi. Beberapa dari mereka
mengatakan bahwa tongkat mereka lebih baik daripada Muhammad karena
berguna untuk membunuh ular dan lain sebagainya sementara Muhammad telah
meninggal dan tak ada manfaat apapun yang ditinggalkannya … Sama halnya, dia
tidak suka doa-doa untuk Nabi (‫ )ﷺ‬dan akan menghasut kapan saja dia
mendengar doa-doa itu dan dia akan mencegah doa-doa itu di atas mimbar pada
malam jum’at661…”662 Dahlaan bahkan lebih jauh menulis, “*Ibn Abdul-Wahhab dan
para pengikutnya] mengatakan bahwa Allah mengutus Muhammad dan
mewahyukan Qur’an agar dia menyampaikannya pada manusia. Dia [Allah] tidak
mengizinkannya menyetujui orang apapun dari dirinya sendiri. Qur’an adalah
agama itu sendiri. Karenanya, semua yang datang dari hadits dan apa yang disebut
umat Muslim sunnah yang wajib adalah kekeliruan. Tidak dibolehkan untuk
beribadah atau bertindak berdasarkan itu.”663
Ibn Abdul-Wahhab sendiri secara eksplisit menyangkal tudingan-tudingan awal ibn
Suhaim yang menentangnya. Beliau menyatakan bahwa semua itu adalah benarbenar pemalsuan – kecuali untuk penentangannya pada kitab Dalaail al-Khairaat,
dimana beliau menjelaskan bahwa beliau menentangnya karena orang
menganggap membaca doa-doa itu lebih baik daripada membaca Qur’an.664
Sebenarnya, semua tulisan-tulisan dan upaya-upaya ibn Abdul-Wahhab
sebenarnya jelas-jelas menunjukkan kekeliruan klaim-klaim yang dibuat untuk
661
Tuduhan ini sebenarnya benar. Namun, hal ini menunjuk pada doa-doa seperti itu yang
diucapkan setelah seruan untuk mendirikan shalat (adzan) dari mimbar. Ini adalah bid’ah
yang mulai dilakukan orang yang tak pernah dipraktikkan oleh Nabi (‫)ﷺ‬, SahabatSahabatnya dan generasi salafu shaleh. Karena itu, ibn Abdul-Wahhab punya hak dan
kewajiban untuk keberatan pada bid’ah seperti itu.
662
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 96.
663
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 97. Tudingan-tudingan Dahlaan dan yang lainnya ini
menggelikan, al-Qaseemi sekali menulis, “Kami mohon mereka agar klaim-klaim itu
didukung oleh pernyataan yang dibuat ‘Wahhabi’ manapun. Kami bahkan tak meminta
mereka dapat mengasalkannya dari Syeikh Muhammad atau dari ulama-ulama mereka …
Kenyataannya, kami meminta dari mereka agar mampu mengasalkannya bahkan dari orang
awam dari kalangan mereka.” Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 107.
664
Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 37.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 239
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
menentangnya. (Tentu saja, hanya menyaring melalui tulisan-tulisannya akan
cukup meyakinkan orang yang tak memihak mengenai kekeliruan klaim-klaim ini –
dan bahwa para penentang ini, karenanya, yang disalahkan untuk ketidakjujuran,
dusta-dusta dan ketidakhormatan mereka pada seorang individu Muslim.) Dalam
sejumlah karya, ibn Abdul-Wahhab membuat keyakinannya pada Nabi (‫)ﷺ‬
sangat jelas. Tambahan atas apa yang telah dikutip di atas, ibn Abdul-Wahhab juga
menulis, “Dari sini kita mengetahui apa yang dibutuhkan dari semua yang
dibutuhkan: seorang individu mesti mengenal Rasul dan apa yang dibawanya. Tak
ada jalan pada keberhasilan kecuali dengan penjagaannya. Tidak juga cara
membedakan yang ma’ruf dari yang mungkar kecuali melalui cara-caranya
membedakan mereka. Kebutuhan seseorang untuk mengenal Rasul melebihi
kebutuhan lain yang dihipotesakan dan kebutuhan lain yang diperlihatkan.”665
Beliau juga menyatakan, “Makna persaksian bahwa Muhammad adalah Rasulullah
ialah bahwa seseorang mematuhi apa yang diperintahkannya, mempercayai apa
yang diucapkannya, menghindari apa yang dilarangnya dan tidak menyembah
Allah kecuali dengan cara yang dia setujui.”666 Beliau juga menulis, “Rasulullah
Muhammad (‫ )ﷺ‬adalah pemimpin para perantara, orang yang terpuji. Adam
dan semua yang datang setelahnya di bawah benderanya.”667
Lima volume kumpulan tulisan-tulisannya tidak lebih daripada hadits Nabi. Volume
lainnya adalah ringkasan biografi Nabi (‫)ﷺ‬. Sisa yang lainnya adalah ringkasan
karya ibn al-Qayyim, Zaad al-Maad yang mana adalah betul-betul tentang Sunnah
Nabi (‫)ﷺ‬. Bagaimana bisa orang mengklaim bahwa orang ini merendahkan Nabi
(‫ )ﷺ‬ketika dia menekankan untuk mempelajari perkataan-perkataan, kehidupan
dan amalan-amalan Nabi? Tentu saja, di balik itu, dia menekankan fakta bahwa jika
Nabi (‫ )ﷺ‬berkata apa saja, maka tak ada pernyataan siapapun dapat diambil
teladan melebihinya. Siapakah itu yang perduli lebih tentang Nabi (‫ )ﷺ‬dan
mengetahui lebih tentang dia daripada orang yang mempelajari kata-kata dan
kehidupannya dan berusaha sebisanya untuk menyamai atau bahkan melebihi
kata-kata dan kehidupannya dalam hidupnya sendiri?
Namun demikian, apa yang dilakukan dan tidak dilakukan ibn Abdul-Wahhab dan
para pengikutnya sangat sungguh-sungguh berkenaan dengan Nabi Muhammad
(‫)ﷺ‬. Namun sikap ini juga dalam rangka kepatuhan kepada perintah Nabi itu
sendiri. Maka, mereka tidak mengangkatnya pada posisi terhormat yang lebih
tinggi daripada yang telah Allah berikan. Ini adalah pendirian yang mengganggu
665
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 6, hal. 13.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 190.
667
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 90.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 240
666
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
para penentang ibn Abdul-Wahhab, kaum Sufi dan Syiah khususnya.668 Karenanya,
Muhammad ibn Utsman al-Shaawi menulis,
Mereka [para penentang] menuduh mereka [“Wahhabi”+ hal-hal
menghebohkan yang Allah tahu tak pernah datang dari mereka. Mereka
mengklaim bahwa mereka merendahkan Rasul dan tak bershalawat padanya.
Ini [klaim-klaim mereka] hanya karena mereka *“Wahhabi”+ tidak menjadi
ekstrim, karena mereka mempraktikkan pernyataan Nabi, “Janganlah kamu
sekalian menyanjung-nyanjungku sebagaimana orang Nasrani menyanjungnyanjung Isa Putera Maryam. Sesunggunya saya hanyalah seorang hamba.
Maka katakanlah: ‘Hamba Allah dan utusan-Nya.’” [HR. al-Bukhari-Muslim.]
Bagaimanapun, mereka, dengan memuji Allah, adalah kaum yang besar rasa
cintanya kepada Rasul, mengikutinya dan menghormati hak-haknya. Dia
begitu hebat dalam mata mereka, seakan mereka tak kan pernah dapat
menentang Sunnahnya atau pernyataan-pernyataannya hanya karena
menyukai beberapa kebiasaan salah atau analogi yang salah. Dalam hal ini,
mereka berbeda dari mereka yang melebihi batas-batas yang pantas.
Beberapa beranjak menjadi ekstrim dalam memujinya, seperti mereka
mengangkatnya dari level hamba kepada posisi rabbaniyyah dan ilahiyyah.
Pada saat yang sama, mereka juga menjadi [penentang] yang ekstrim, seperti
mereka membuang Sunnah-nya dan tidak memberikan perhatian pada
pernyataan-pernyataannya. Mereka menentang teks-teks yang jelas dan
autentik tanpa alasan yang dapat diterima. Kenyataannya, mereka tidak
berhenti di sana namun mereka bahkan menyalahkan mereka yang
bersungguh-sungguh dan mendesak diri mereka sendiri untuk mengikutinya
(‫)ﷺ‬, karena kebiasaan-kebiasaan keliru yang telah biasa mereka ikuti.
Mengenai Nabi (‫)ﷺ‬, hak-haknya adalah yang dia bantu, hormati, ikuti apa
yang dibawanya, mengikuti langkah-langkahnya, meyakini dan mencintainya
harus didahulukan daripada mencintai keluarga dan kekayaan. Mengenai
ibadah, hanya ditujukan kepada Allah. Tak ada malaikat yang terdekat atau
669
nabi yang diutus dapat berbagi bersama Dia dalam pengertian apapun.
668
Keyakinan orang-orang ini tidak benar-benar berdasar pada Qur’an dan Sunnah yang
autentik. Jika saja begitu, mereka tak akan berbuat seekstrim itu. Al-Abdul-Latif (hal. 109112) memberikan contoh-contoh apa yang dikatakan beberapa orang penentang ibn
Abdul-Wahhab mengenai Nabi Muhammad (‫)ﷺ‬, menunjukkan ekstrimiisme dan
ketidakmauan mereka untuk tetap berada pada batas-batas Qur’an dan Sunnah.
Contohnya, al-Hamadaani menyatakan, “Muhammad dan ahlul baytnya adalah cahayacahaya suci. Allah menciptakan makhluk hanya karena mereka.” Al-Haddaad menyatakan,
“Tak ada waktu atau ruang yang bebas dari tubuh mulia *dari Nabi (‫])ﷺ‬, tidak bahkan
Singgasana atau Penunjang Kaki atau bagian-bagian lain makhluk. Seluruh makhluk terpikat
padanya seperti makamnya meliputinya …”
669
Dikutip oleh al-Abdul-Latif, hal. 104.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 241
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Persoalan Mendeklarasikan Orang Di luar Lipatan Islam dan Berperang Melawan
Mereka
Pengetahuan mengenai masalah-masalah siapa atau apa yang bisa dijatuhi berada
di dalam atau di luar lipatan Islam adalah sangat penting untuk kesehatan spiritual
seorang individu Muslim dan juga untuk masyarakat Muslim. Tentu saja,
konsekuensinya sangat berdampak pada kehidupan sekarang pun juga akhirat
kelak. Juga, pandangan-pandangan yang salah mengenai masalah ini dapat
membawa seseorang pada dua keekstriman: keesktriman menyatakan seorang
Muslim menjadi murtad atau keekstriman menerima yang sebenarnya orang-orang
non-Muslim ke dalam lipatan Islam (karenanya, tidak berupaya mengakhiri
kemungkaran dan kemusyrikan yang seharusnya dihentikan). Maka, umumnya,
adalah penting tipe-tipe topik ini dipahami lebih dalam. Unutuk alasan-alasan ini –
dan dengan adanya praktik-praktik kemusyrikan yang telah meluas di seluruh
negeri-negeri Muslim pada masanya - ibn Abdul-Wahhab memberikan perhatian
yang besar pada tipe-tipe masalah ini dan membawa mereka ke permukaan
setelah mereka nampaknya diabaikan oleh ulama-ulama Muslim selama berabadabad.
Namun demikian, masalah-masalah dalam ranah ini juga penting ketika
membicarakan ibn Abdul-Wahhab karena mereka membentuk serangan-serangan
dan keraguan-keraguan terhebat yang dilemparkan kepada ibn Abdul-Wahhab dan
para pengikutnya. Tentu saja, ini dapat sah disebut sebuah topik dimana bahkan
mereka yang mengapresiasi atau mempercayai hal yang sama bahwa ibn AbdulWahhab memiliki beberapa hal yang membingungkan atau meragukan, tidak
berbicara sebagaimana mereka yang mencari alasan untuk menghukum dan
menyerangnya.670
670
Contohnya, al-Shaukaani menulis karya biografi, al-Badr al-Taali bi-Mahaasin min bad
al-Qarn al-Saba, “Namun demikian, mereka *‘Wahhabi’+ percaya bahwa siapa pun yang
jatuh di luar otoritas penguasa Najd dan tidak mematuhi perintah-perintahnya berada di
luar lipatan Islam.” Menurut al-Bistawi, al-Shaukaani menulis karya itu ketika pertempuran
berlangsung antara Abdul-Aziz dan Syarif Ghalib. Al-Abdul-Latif mencatat bahwa ini adalah
bagian dari ketidak-fair-an al-Shaukaani bahwa dia melaporkan apa yang didengarnya
tentang da’wah ibn Abdul-Wahhab. Dia berkata, “Beberapa kabar telah mencapai kita
tentang mereka dan hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui tentang apa yang terjadi
sesungguhnya.” Walau bagaimanapun, al-Shaukaani memuji surat Abdul-Aziz yang
menyatakan keyakinan-keyakinannya dan dia juga menulis sebuah ode yang memuji ibn
Abdul-Wahhab. Al-Abdul-Latif mencatat bahwa Muhammad ibn Naasir al-Haazimi, yang
memuji ibn Abdul-Wahhab, juga menggenggam kesalahkonsepsian seperti ini berkenaan
dengan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Al-Abdul-Latif kemudian menyatakan bahwa
rupanya al-Haazimi membuang kritik-kritik seperti itu setelah kebenaran menjadi jelas
baginya. Sama juga dengan kasus yang terjadi dengan Sidiiq Hasan Khaan. Dia suatu kali
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 242
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Tambahan, topik ini berbeda dari beberapa topik-topik lain yang berkenaan
dengannya, banyak penentangnya sepakat dengan ibn Abdul-Wahhab pada tahap
teoritis namun tidak demikian pada tahap praktisnya. Dengan kata lain,
sebagaimana ibn Abdul-Wahhab tuliskan dalam beberapa suratnya, mereka
mengenali bahwa apa yang ibn Abdul-Wahhab gambarkan sebagai kufur dan Syirik
adalah memang kufur dan Syirik. Namun demikian, mereka tidak sepakat
dengannya yang betul-betul melaksanakannya dalam tataran praktik dengan
berjuang memerangi ke-kufur-an dan syirik itu dan juga memerangi mereka yang
membela ke-kufur-an dan syirik itu.671 Nampak jelas dari tulisan-tulisan ibn AbdulWahhab bahwa beliau kecewa dengan kenyataan bahwa para ulama sepakat
bahwa kelakuan-kelakuan seperti itu adalah kesalahan yang sangat hebat dan
mencolok namun mereka tidak sepakat dengan kenyataan bahwa kelakuankelakuan seperti itu harus ditentang, diperangi dan dihapuskan.672
Pantaslah jika disini diberikan beberapa contoh apa yang dikatakan para
penentang itu berkenaan dengan masalah ini. Serangan terhadap ibn AbdulWahhab pertama hadir di awal-awal beliau memberikan pengajaran, ketika beliau
berada di al-Uyainah. Ibn Afaliq menulis kepada Amir ibn Muammar, “Orang ini
mengatakan Ummah [Muslim] itu kafir. Buktinya, Demi Allah, dia mengingkari para
rasul dan telah berfatwa bahwa mereka dan para pengikut mereka telah
melakukan syirik.”673 Dia juga menyatakan, “Anda telah meyatakan bahwa
keluarga Nabi itu Kufur, dan menghina serta mengutuk mereka, sebagai salah satu
dasar keyakinan anda.”674 Dalam pemalsuan lain, ibn Afaliq kemudian mengklaim,
“Dia [ibn Abdul-Wahhab] telah bersumpah palsu demi Allah bahwa orang-orang
Yahudi dan orang-orang Musyrik keadaannya lebih baik daripada Ummah ini.”675
Al-Qabbaani juga membuat klaim yang sama. Ibn Suhaim, dalam suratnya kepada
para ulama di negeri-negeri yang berbeda-beda di luar Najd, secara terbuka
berdusta dengan mengatakan, “Tegas bahwa dia telah mengatakan, ‘Selama enam
berkata bahwa ahl al-hadits di India tak ada hubungan apapun dengan orang-orang
“Wahhabi” karena orang-orang “Wahhabi” menumpahkan darah orang yang tak bersalah.
(Sidiiq Hasan Khaan telah dibahas secara rinci dalam bab sebelumnya.) Bandingkan, alAbdul-Latif, hal. 159-160.
671
Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 24-26.
672
Hanya Allah saja yang tahu apa niat para ulama itu. Sayangnya, pendirian seperti itu bisa
jadi hasil dari ketidakmauan membahayakan popularitas seseorang di antara orang-orang.
Sebab lainnya adalah pandangan yang keliru mengenai apa yang dimaksud dengan
“persatuan” dan “kebersamaan ” dalam perspektif Qur’an. Pada masa kontemporer,
pendirian seperti itu seringkali hasil dari sebuah keyakinan palsu dalam “kebebasan” dunia
sekular yang tidak disetujui Syariat.
673
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 163.
674
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 163.
675
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 163.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 243
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ratus tahun umat berada pada kekosongan [dari kebenaran+.”676 Al-Haddaad
memperluas pemalsuan-pemalsuan sebelumnya dengan menyatakan, “Jika
seseorang ingin masuk ke dalam agamanya [ibn Abdul-Wahhab], dikatakan
padanya, ‘Bersaksi melawan dirimu sendiri bahwa kamu sebelum ini adalah
seorang kafir. Dan bersaksi melawan orangtuamu bahwa mereka mati dalam
keadaan kafir. Dan bersaksi melawan para ulama begini begitu bahwa mereka
semuanya adalah orang-orang kafir,’ dan lain sebagainya. Jika orang itu mau
bersaksi seperti itu, maka mereka menerimanya. Jika dia tidak melakukannya,
mereka membunuhnya.”677 Dahlaan, yang secara menakjubkan datang dengan
cerita-cerita yang tak ada seorang pun yang lain yang meriwayatkannya, menulis,
“Mereka tidak dianggap sebagai orang-orang musyrik kecuali mereka yang
mengikuti mereka … Saudaranya [saudara ibn Abdul-Wahhab], Sulaiman suatu hari
berkata padanya, ‘Wahai Muhammad ibn Abdul-Wahhab, ada berapakah rukun
Islam?’ Dia menjawab, ‘Lima.’ Dia [saudaranya] kemudian berkata, ‘Kau
menjadikannya enam. Yang keenam adalah siapa saja yang tak mengikutimu
adalah bukan seorang Muslim. Bagimu, itulah rukun Islam keenam.’”678 Tudingantudingan yang sama terus berlanjut hari ini dalam tulisan-tulisan, contohnya,
seorang Syiah Muhammad Jawaad Mughniyah dan orang Turki penganut Sufi
Naqshabandi, Huseyin Hilmi Isik.679
Sebagaimana dicatat di atas, tudingan-tudingan itu pertama kali nampak pada
masa hidup ibn Abdul-Wahhab. Dia dengan segera menunjuk masalah-masalah ini
dalam sejumlah suratnya. Dalam suratnya kepada mutawwa Thurmadaa, beliau
menulis, “Untuk apa yang disebutkan oleh musuh-musuh tentang saya, bahwa
saya menyatakan kekufuran hanya berdasar dugaan atau bahwa saya menyatakan
kekafiran seorang awam tanpa bukti yang jelas mengenainya, itu semua adalah
dusta. Mereka hanya mencari cara untuk membuat orang-orang menjauh dari
agama Allah dan Rasul-Nya.”680 Dalam suratnya kepada orang-orang al-Qasim,
beliau menyebut dusta-dusta yang disebarkan ibn Suhaim tentang beliau, “Dan
Allah mengetahui bahwa orang ini memalsukan pernyataan-pernyataan saya yang
tak pernah saya katakan atau yang tak juga pernah terpikirkan dalam benak saya.
Termasuk pernyataannya bahwa saya mengatakan bahwa umat tak memegang
[kebenaran] apapun selama enam ratus tahun atau bahwa saya menyatakan
sebagai orang kafir mereka yang mencari kedekatan kepada Allah melalui orang
676
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 164.
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 165.
678
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 166-7.
679
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 168-169. Untuk kutipan yang lebih banyak mengenai
tudingan-tudingan tanpa bukti seperti itu, lihat al-Abdul-Latif, hal. 163-169; al-Husain, hal.
282-285; Umair, vol. 2, hal. 66.
680
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 25.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 244
677
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
saleh atau saya menyatakan al-Busairi681 seorang kafir atau bahwa saya
menyatakan orang yang bersumpah dengan selain Allah sebagai kafir … Jawaban
saya atas masalah-masalah itu yaitu saya katakan, ‘Maha Agung Engkau [Ya Allah]
ini adalah fitnah yang besar.’”682 Dalam kesempatan lain beliau menulis, ketika
membantah klaim-klaim palsu seperti itu, “Kenyataannya, saya menyebut Allah
untuk menjadi saksi atas apa yang Dia ketahui dalam hati kami bahwa siapapun
yang bertindak berdasarkan tauhid dan bersih dari syirik dan pengikut-pengikutnya
adalah seorang Muslim kapan pun dan dimana pun. Dan kami hanya menyatakan
kafir siapa saja yang menyekutukan Allah dalam keilahiahan-Nya sementara
kekeliruan syirik telah jelas baginya.”683 Beliau juga menulis, “Jika kami tidak
menyatakan kafir seseorang yang menyembah berhala di kuburan Abdul-Qaadir
atau berhala di kuburan Ahmad al-Badawi dan yang semacamnya karena
kebodohan mereka dan tak pernah dijelaskan tentang kebenaran kepada mereka,
bagaimana bisa kami menyatakan kafir orang yang tidak menyekutukan Allah atau
yang tidak berpindah kepada kami …?”684
Ibn Ghannaam juga menggambarkan bagaimana serangan-serangan yang datang
kepada ibn Abdul-Wahhab dan bagaimana musuh-musuh memperlihatkan kuatnya
kedekatan mereka kepada dosa-dosa dan keberhalaan. Namun dalam menghadapi
semua serangan mereka itu, ibn Abdul-Wahhab menahan lidahnya dan
menghadapi serangan-serangan mereka dengan sabar. Beliau tidak menyatakan
seseorang kafir sampai semua serangan-serangan itu lepas darinya dan beliau
sendiri dan para pengikutnya yang justru dinyatakan sebagai orang-orang kafir.685
Putera Muhammad, Abdullah juga menulis, setelah menyatakan bahwa semua
klaim-klaim itu adalah dusta, “Siapa saja yang menyaksikan urusan-urusan kami
dan bergabung dalam pertemuan-pertemuan kami dan membuktikan apa yang
kami miliki akan mengetahui dengan pasti bahwa semua hal-hal itu adalah
pemalsuan yang dibuat untuk menyerang kami oleh musuh-musuh agama dan
saudara-saudara setan, untuk menjauhkan umat dari ketundukkan dengan
kesucian kepada keesaan Allah dalam masalah-masalah ibadah dan meninggalkan
semua bentuk-bentuk syirik, yang telah Allah nyatakan secara eksplisit bahwa Dia
tak akan ampuni, meski Dia ampuni apa saja yang kurang dari [syirik] itu kepada
681
Al-Busairi telah menulis sebuah ode kepada Nabi (‫)ﷺ‬. Para ulama keberatan dengan
beberapa pernyataan yang dia buat dalam ode ini. Ode ini sangat popular di kalangan Sufi
dan akhir-akhir ini direkam dalam bentuk kaset dan CD. Bahkan dijual di seluruh wilayah
Amerika Serikat.
682
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 11-12.
683
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 60.
684
Muhammad ibn Abdul-Wahhab., Muallifaat, vol. 7, hal. 48.
685
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 172.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 245
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
siapa saja yang Dia inginkan.”686 Abdullah yang sama ini, putera Muhammad ibn
Abdul-Wahhab, juga menulis, “Untuk [al-Busairi] penulis Burdah dan yang lainnya
yang kata-katanya orang mendapati syirik dan ekstrimisme dalam agama dan
kepada orang-orang yang telah mati, beliau [ibn Abdul-Wahhab] tidak menyatakan
mereka orang-orang kafir. Namun, wajib untuk keberatan pada kata-kata mereka
dan menjelaskan bahwa siapa saja yang percaya makna nyata dari kata-kata itu
adalah seorang yang musyrik, kafir. Namun demikian, untuk orang yang
menyatakan ini urusannya diserahkan kepada Allah. Tidak perlu berbicara
mengenai orang mati dan orang tak tahu jika mereka menyesal atau tidak …”687
Sama halnya, Syeikh Abdul-Latif, cucu Muhammad ibn Abdul-Wahhab, menulis,
“Syeikh Muhammad [ibn Abdul-Wahhab], rahimallahuanhu, adalah salah seorang
yang sangat berhati-hati dan berpantang ketika harus mengatakan seseorang kafir
secara umum. Kenyataannya, beliau bahkan tidak secara definitif menyatakan
orang awam dari kalangan penyembah kuburan yang menyeru selain Allah adalah
orang-orang kafir. Beliau tidak juga menyatakan yang lainnya sebagai orang-orang
kafir jika dia tidak memiliki orang yang menasehati mereka dan menyampaikan
kepada mereka bukti bahwa amalan-amalan seperti itu menjadikan mereka
sebagai pelaku kekafiran.”688
Sama halnya, al-Sahsawaani menyatakan bahwa dia menemui lebih dari satu
ulama pengikut ibn Abdul-Wahhab dan dia membaca banyak buku-buku mereka
dan dia tidak menemukan bukti apapun untuk klaim keliru bahwa mereka
menyatakan bahwa orang-orang “non-Wahhabi” adalah orang-orang kafir.689
Ini tidak berarti bahwa mereka tak akan pernah menyatakan individu manapun
seorang kafir. Namun demikian, sebagaimana dinyatakan Muhammad Rasyid
Ridha, mereka hanya akan menyatakan sebagai orang-orang kafir mereka yang
ditemukan syarat-syarat kafir sebagaimana disepakati para ulama muslim.690
(Dalam membantah klaim Syiah bahwa ibn Abdul-Wahhab menyatakan umat
Muslim yang lain sebagai orang-orang kafir, al-Qasimi mencatat bahwa fakta ini
menggelikan justru datang dari para penganut syiah yang menyatakan bahwa
semua orang mukmin terhebat, para Sahabat terdekat Nabi (‫)ﷺ‬, adalah orangorang kafir.691)
Klaim bahwa “Wahhabi” Adalah Khawarij
686
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 172.
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 172.
688
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 173-174.
689
Al-Sahsawaani, hal. 419.
690
Muhammad Rasyid Ridah, catatan kaki untuk al-Sahsawaani, hal. 419.
691
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 176-177.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 246
687
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Berhubungan dekat pada klaim sebelumnya berkenaan dengan para pengikut ibn
Abdul-Wahhab adalah klaim bahwa orang-orang “Wahhabi” adalah, kenyataannya,
Khawarij. Khawarij (atau Kharajiah) pertama muncul pada abad pertama Islam dan
ditentang oleh para Sahabat dan murid-muridnya. Khawarij dikenal karena
pernyataan mereka bahwa non-Khawarij semuanya adalah orang-orang kafir.
Mereka juga menganggap siapa saja yang melakukan dosa besar adalah orang
kafir. Lebih jauh, karakteristik Khawarij adalah bahwa mereka mencukur kepala
mereka dan, akhirnya, digambarkan dalam hadits bahwa mereka akan muncul dari
negeri Najd.
Al-Haddaad adalah salah satu penentang ajaran ibn Abdul-Wahhab yang
mempergunakan semua karakteristik-karakteristik Kharaawij ini pada para
pengikut ibn Abdul-Wahhab.692 Dicatat sebelumnya bahwa al-Saawi dan ibn Abidiin
juga menghubungkan para pengikut ibn Abdul-Wahhab kepada Khawarij. Muhsin
ibn Abdul-Karim membuat klaim bahwa para pengikut ibn Abdul-Wahhab tak akan
menerima siapapun ke dalam barisan mereka kecuali dia mencukur kepalanya.693
Dahlaan dan seorang Syiah, al-Amali juga membuat klaim-klaim serupa.
Kenyataannya, al-Amali bahkan bergerak lebih jauh dan mengklaim bahwa ibn
Abdul-Wahhab adalah seorang anak keturunan dari Dzu al-Khuwaisarah.694 Bahkan
teoritikus hukum yang sangat terhormat abad duapuluh, Abu Zahrah, menyatakan
692
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 179.
Benar bahwa ini adalah kebiasaan orang-orang Badwi khususnya di Najd yang biasa
mencukur kepala-kepala mereka. Namun demikian, ini bukanlah sesuatu yang dianggap
bagian kepercayaan ibn Abdul-Wahhab atau anak keturunannya. Karenanya, mereka tidak
menyatakan sesiapapun kafir hanya berdasarkan itu tidak juga mereka memaksa orangorang untuk mencukur kepala mereka. Namun demikian, diriwayatkan dalam sebuah
693
hadits dari Abu Dawud karena masuk Islam, Nabi (‫ )ﷺ‬memerintahkan seorang lelaki
untuk membuang rambutnya dari [hari] kekafiran. Berdasarkan hadits ini, beberapa orang
mencukur kepala mereka setelah meninggalkan syirik. Menurut Abdul-Qaadir Al-Arnaut
sanad hadits ini lemah namun al-Albaani menyimpulkan bahwa hadits ini hasan. Lihat
Abdul-Qaadir Al-Arnaut, vol. 7, hal. 338-339; Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Irwaa
al-Ghalil fi Takhrij Ahaadits Manaar al-Sabil (Beirut: al-Maktab al-Islaami, 1979), vol. 1, hal.
120.
694
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 180-182; Umairah, vol. 2, hal. 61-66. Dzu al-Khuwaisarah
adalah orang yang mengatakan bahwa Nabi (‫ )ﷺ‬seharusnya adil dalam membagikan
harta rampasan perang. Nabi (‫ )ﷺ‬kemudian menggambarkan anak-anak keturunannya.
Para Sahabat sepakat bahwa gambaran ini cocok dengan kelompok yang disebut dengan
Khawaarij. Klaim bahwa “Wahhabi” adalah Khawaarij juga sampai kepada al-Shaukaani di
Yaman. Dia menulis, “Beberapa orang mengklaim bahwa beliau *ibn Abdul-Wahhab]
memiliki keyakinan Khawaarij. Saya tidak berpikir bahwa itu adalah benar.” Dikutip dalam
al-Abdul-Latif, hal.183.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 247
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
tentang “Wahhabi,” “Mereka menyerupai Khawarij dalam cara mereka
menyatakan seseorang kafir hanya karena dosa-dosa yang dilakukan.”695
Muhammad ibn Abdul-Wahhab sendiri menyatakan keyakinannya tentang dosadosa dan berada dalam barisan Islam. Beliau menulis, “Saya tak menyatakan
seorang Muslim manapun menjadi kafir hanya karena sebuah dosa tidak juga saya
mengeluarkannya dari barisan Islam.”696 Lebih jauh lagi, Khawarij dikenal karena
menyatakan diri mereka sendiri lepas dari khalifah al-Rasyidin Utsman dan Ali, dan
juga Sahabat-Sahabat Nabi (‫)ﷺ‬. Di lain pihak, Muhammad ibn Abdul-Wahhab
dan para pengikutnya dikenal karena peneriman mereka pada dua tokoh-tokoh ini
dan Sahabat-Sahabat Nabi (‫ )ﷺ‬yang lainnya dengan rasa hormat yang besar.697
Tudingan Bahwa Tanduk698 Setan Muncul dari Najd - ibn Abdul-Wahhab
Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi (‫ )ﷺ‬berkata,
‫ال اللَّ ُه َم بَا ِرْكلَنَا ِِف َش ِامنَا َو ِِف َّيَنِنَا‬
َ َ‫ال ق‬
َ َ‫َع ِن اب ِن عُ َمَر ق‬
‫ال اللَّ ُه َم بَا ِرْكلَنَا ِِف َش ِامنَا َو ِِف‬
َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ت ِدنَا ق‬٠َْ ‫ال قَالُوا َو ِِف‬
َ َ‫ق‬
ِ ْ‫الزال ِزُل و ال‬
ِ ‫ت‬٠َ ‫ال قَالُوا و ِِف‬
‫َت َو‬
‫ف‬
‫اك‬
‫ن‬
‫ه‬
‫ال‬
‫ق‬
‫ال‬
‫ق‬
‫ا‬
‫ن‬
‫د‬
َ
َ
َ َ‫َّيَنِنَا ق‬
َّ
َ
َ
َ
َ
ْ َ
َ
َُ
ُ
ِ
ِ َ‫الشيط‬
‫ان‬
ْ َّ ‫ِبَا يَطْلُ ُح قَ ْر ُن‬
Ibnu Umar berkata, "Nabi berdoa, 'Ya Allah, berkahilah kami pada negeri
699
Syam dan Yaman kami.' Mereka berkata, Terhadap Najd kami.' Beliau
695
Abu Zahrah, Tarikh, hal. 199.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 11.
697
Al-Utsaimiin (hal. 105-106) memberikan argumen-argumen lebih lanjut untuk
membantah klaim bahwa “Wahhabi” adalah sama dengan Khawaarij. Juga lihat al-Husain,
hal. 273-279.
698
Ini bisa juga berarti, “bagian dari kepala dimana sebuah tanduk biasanya ditemukan
pada binatang.”
699
Yakni dengan diturunkan hujan di sana. Saya (al-Albaani) berkata, "Lafal Najdina di situ
maksudnya adalah negeri Irak kami, sebagaimana dijelaskan dalam beberapa riwayat yang
shahih. Demikian pulalah penafsiran al-Khaththabi dan al-Asqalani sebagaimana telah saya
jelaskan di dalam risalah saya Fadhaailusy Syam (halaman 9-10, hadits nomor 8). Berbeda
dengan pendapat kebanyakan orang sekarang yang karena ketidaktahuannya, menganggap
bahwa yang dimaksud dengan Najd adalah Najd yang terkenal itu. Juga menganggap
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 248
696
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
berdoa, 'Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.' Mereka berkata, 'Dan
Najd kami.' Beliau berdoa, 'Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya
Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman.' Maka, saya mengira beliau
bersabda pada kali yang ketiga, 'Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan
(gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.'"
Ibn Afaliq adalah salah seorang yang menggunakan hadits ini untuk menyerang ibn
Abdul-Wahhab, menyatakan secara langsung bahwa dengan kedatangannya
berarti munculnya tanduk setan dan bahwa mereka adalah sisa-sisa pengikut
Musailamah al-Kadzdzab dan nabi palsu. Ibn Afaliq menulis suratnya kepada
Utsman ibn Muammar, mencoba meyakinkannya agar menarik dukungannya
kepada ibn Abdul-Wahhab, “Wahai anda sekalian orang al-Yamamah, dalam hadits
shahih, dinyatakan bahwa di antara kalian akan muncul tanduk setan. Kalian masih
saja hidup di bawah [naungan] kemungkaran pendusta kalian [yaitu, sang nabi
palsu Musailamah] sampai Hari Perhitungan. Demikianlah terdapat pelajaran bagi
mereka yang berpikir.”700
Kata najd dalam bahasa Arab mengacu kepada sebuah “pegunungan, dataran
tinggi”.701 Karenanya, kata yang sama digunakan untuk menunjukkan jurusan
negeri yang berbeda. Contohnya, najd dalam bahasa orang Mekkah mengacu
kepada Najd al-Yamamah (yang sekarang adalah pusat Saudi Arabia). Namun, najd
dalam bahasa orang Madinah mengacu pada stepa dan negeri-negeri semi-gurun
pasir Iraq. Pengertian hadits di atas, sebagaimana dinyatakan oleh ulama-ulama
hadits yang ada jauh sebelum adanya pengaruh “Wahhabi” adalah bahwa ini
mengacu pada Najd-nya orang-orang Madinah atau Iraq. Tentu saja, Iraq telah
dengan jelas menjadi tempat sumber kebanyakan fitnah-fitnah terhebat dalam
sejarah Islam.702
bahwa hadits itu menunjuk kepada Syekh Muhammad ibn Abdul Wahhab dan para
pengikutnya. Semoga Allah menyucikan mereka, karena merekalah yang mengibarkan
bendera tauhid di negeri Najd dan lain-lainnya. Mudah-mudahan Allah membalas mereka
dengan balasan yang sebaik-baiknya atas usahanya memperjuangkan Islam." (Ringkasan
Shahih Bukhari - M. Naashir al-Dien Al-Albaani - Gema Insani Press. Pent)
700
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 178.
701
Lane mendefinisikan najd sebagai, “Tanah atau negeri yang tinggi, atau ditinggikan; atau
keras, dan tidak datar, dan ditinggikan, atau tinggi, tanah yang seperti meja; hanya
bebatuan dan kasar, atau keras, tanah yang tinggi, seperti sebuah gunung, berdiri lebih dari
yang lainnya dan menghalangi pandangan apa yang ada di baliknya, namun tidak terlalu
tinggi …” E. W. Lane, Arabic-English Lexicon (Cambridge, England: The Islamic Texts Society,
1984), vol. 2, hal. 2767.
702
Disamping apa yang disebutkan secara singkat itu, lihat daftar panjang dalam al-Husain,
hal. 355-357.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 249
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Yang demikian adalah pemahaman Salim, putera Sahabat Abdullah ibn Umar, yang
berkata, “Wahai orang-orang Iraq, kenapa kalian bertanya tentang hal kecil
sementara kalian telah melakukan hal yang besar. Saya mendengar ayahku
berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah (‫ )ﷺ‬berkata, “Penderitaan akan datang
dari arah ini.” Dan beliau menunjuk ke arah timur darimana tanduk Setan
muncul.’”703 Ibn Hajar (w. 852 H.) juga mengutip (dengan bangga) al-Khattaabi
yang menyatakan bahwa Najd untuk orang Madinah adalah steppa-steppa dan
daerah semi-gurun pasir Iraq.704 Al-Aini (w. 855 H.) juga sepakat bahwa Timur yang
diacu adalah Iraq, menyebutkan fitnah-fitnah Perang Jamal, Perang Siffin,
kemunculan Khawarij.705 Dia juga dengan bangga mengutip al-Khattaabi.706 AlKarimani benar-benar berkomentar sama seperti al-Aini.707 Jelas, orang-orang ini
hidup jauh sebelum Muhammad ibn Abdul-Wahhab.
Interpretasi hadits ini juga didukung oleh kejadian-kejadian sejarah yang
berhubungan dengan Iraq. Di Iraq terjadi kemunculan kelompok bid’ah Khawarij,
pembunuhan al-Husain, peperangan antara Ali dan Muawiyah, peperangan antara
Ali dan Aisyah, munculnya al-Mukhtaar yang mengklaim kenabian, fitnah-fitnah
dan tertumpahnya darah oleh al-Hajaaj ibn Yusuf, berkembangnya Syiah,
kemunculan pertama kelompok-kelompok bid’ah Mutazilah dan Jahmiah dan lain
sebagainya.
Akhirnya, sebagaimana dicatat Abdul-Rahmaan ibn Hasan, cucu dari Muhammad
ibn Abdul-Wahhab, hadits yang dikutip di atas lebih mengacu kepada pernyataan
kejadian daripada tempat itu sendiri. Dengan kata lain, ini bisa digunakan pada
satu waktu dan tidak di lainnya, tergantung karakteristik orang yang hidup disana.
Nabi (‫ )ﷺ‬sangat memuji orang-orang Yaman dan kemudian sang nabi palsu alAswad al-Anasi muncul di antara mereka. Karenanya, hadits ini tidak berarti
sebagai lapisan persetujuan atau ketidaksetujuan. Hadits ini digunakan secara
umum namun masih dikhususkan dengan tindakan-tindakan aktual atau keyakinan
seseorang.708 Dengan kata lain, meski jika hadits di atas berarti Najd, tidak berarti
semua orang dari Najd layak disalahkan tanpa menghiraukan keyakinan
pribadinya.
703
Dikutip dalam Ahmad ibn Hajar, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhaari (Riyadh: Daar alSalaam, 2000), vol. 18, hal. 58-59.
704
Ibn Hajar, vol. 18, hal. 59.
705
Mahmud al-Aini, Mahmud, Umdah al-Qaari Syarh Shahih al-Bukhari (Beirut: Daar alTurats al-Arabi, tanpa tahun), vol. 24, hal. 199.
706
Al-Aini, vol. 24, hal. 200.
707
Al-Karimaani, Shahih al-Bukhari Syarh al-Karamaani (Beirut: Daar Ihyaa al-Turaats alArabi, 1981), vol. 24, hal. 168.
708
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 185-186.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 250
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ringkasannya, tudingan tanpa bukti yang melemparkan keraguan mengenai
integritas ibn Abdul-Wahhab karena beliau datang dari negeri Najd tempat
munculnya tanduk Setan adalah tidak lebih dari karena kekeliruan
menginterpretesikan hadits Nabi (‫)ﷺ‬. Jika seseorang melakukan kekeliruan itu
dengan sadar dan disengaja, maka dosanya melebihi dosa mencemarkan nama
baik seorang individu Muslim. Dosanya adalah dosa memutarbalikkan ajaranajaran Nabi (‫ )ﷺ‬dari makna yang sesungguhnya.
Tudingan Tanpa Bukti bahwa ibn Abdul-Wahhab Menganggap Beberapa Hal
Kufur Padahal Tidak Kufur
Ini barangkali ranah dimana terjadi perbedaan pendapat yang sangat hebat antara
ibn Abdul-Wahhab dan para penentangnya. Sebagaimana dicatat pada Bab 3, ibn
Abdul-Wahhab menekankan pentingnya keyakinan-keyakinan yang benar. Beliau
gambarkan berdasar Qur’an dan Sunnah tindakan-tindakan itu yang jelas-jelas dan
tidak samar-samar membawa seseorang keluar dari barisan Islam. Ibn AbdulWahhab dan ulama-ulama sahabatnya membedakan antara kufur besar, yang
membuat seseorang keluar dari barisan Islam, dan kufur kecil, yang mana adalah
dosa yang penting namun tidak membuat seseorang keluar dari Islam. Sama
halnya, mereka membedakan antara menyekutukan Allah (syirik) dengan syirik
kecil.
Namun demikian, keadaan di negeri-negeri Munslim – di antara para ulama dan
orang-orang awam – sampai pada sebuah level bahwa mereka tidak mengenal
fakta bahwa seseorang bisa diklaim sebagai seorang Muslim dan menyatakan
kesaksian keimanan kecuali keyakinannya sendiri, pernyataan-pernyataannya atau
tindakan-tindakannya mengingkari klaim itu dan mengeluarkannya dari barisan
Islam. Lebih jauh, definisi tauhid yang benar telah hilang pada orang-orang setelah
bertahun-tahun dipertengkarkan oleh ahli-ahli theology scholastic dan ajaranajaran mistik orang-orang Sufi. Orang-orang benar-benar menjadi buta pada hal
yang sangat menjadi essensi Islam itu sendiri. Mereka berpikir bahwa tauhid alrubuubiyah adalah keseluruhan dari tauhid; karenanya, mereka tidak melihat
bahaya apapun dalam mengarahkan amalan ibadah kepada selain Allah selama
seseorang mengakui bahwa Allah satu-satunya pencipta dan penopang. Mereka
gagal menyadari itu, sebagaimana digambarkan dalam Bab 3, bahkan orang-orang
musyrik Mekkah pada zaman Nabi (‫ )ﷺ‬sangat lazim menerimanya. Umat Muslim
telah lupa bahwa makna ilah (“Tuhan”) adalah yang diibadahi. Mereka telah lupa
bahwa makna syahadat adalah tak ada yang patut diibadahi – berarti tak ada satu
pun boleh diibadahi melalui ibadah apapun – kecuali Allah. Sebagaimana dicatat
sebelumnya, Ibn Abdul-Wahhab menggambarkan pandangan ini dalam salah satu
suratnya dimana dia berkata bahwa bahkan mereka yang mengklaim memiliki
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 251
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
pengetahuan akan berkata, “Siapa saja yang mengatakan, ‘Tak ada ilah kecuali
Allah,’ tidak dinyatakan kafir, bahkan jika dia menolak hari kebangkitan dan
menolak semua Syariat.”709
Membaca kritik-kritik yang ditujukan kepada ibn Abdul-Wahhab, dalam kata-kata
yang mengkritik mereka sendiri, ini menjadi bukti bahwa kritik-kritik ini berasal
dari orang yang tidak memahami ajaran-ajaran sebenarnya tentang iman atau
mereka berniat mendistorsi ajaran-ajaran yang sebenarnya. Sayangnya, tak ada
kemungkinan ketiganya.
Maka, salah seorang penentang paling awal, ibn Afaliq menulis, “Tauhid secara
unik memisahkan yang kuno dari kesatuan, untuk mengkhususkan-Nya dengan
ketuhanan dan keesaan, dan untuk memisahkan Dia dari semua ciptaan-Nya.”710
Sementara berbicara tentang para penyembah kuburan, al-Haddaad menulis,
“Mereka benar-benar memuja-muja para nabi dan para wali. Mereka tidak
mengimani apa yang mereka (para nabi dan para wali) itu imani mengenai
Kebenaran [Allah], memberkahi dan agung, yang datang pada seluruh makhluk
dengan benar dan menyeluruh. Mereka hanya percaya bahwa mereka memiliki
kedudukan terhormat di samping Allah mengenai sebuah masalah yang khusus dan
mereka menempelkan semacam [kekuatan] kepada mereka dalam sebuah
pengertian allegoris. Namun demikian, mereka percaya bahwa sumber dan amalan
hanya dengan Allah.”711 Dahlaan juga secara spesifik mengatakan bahwa syirik itu
hanya terjadi ketika seseorang yakin bahwa seseorang selain Allah sebenarnya
memiliki dampak yang nyata, dan dia mengatakan tak ada Muslim yang percaya
pada yang seperti itu.712 Sekali lagi, apa yang dia katakan adalah bahwa seseorang
dapat mengarahkan ibadahnya kepada selain Allah selama orang itu tidak percaya
bahwa objek peribadatan yang lain itu memiliki dampak yang nyata padanya.
Dengan konsep monoteisme seperti ini, mengorbankan binatang-binatang kepada
selain dari Allah atau mencari perlindungan kepada orang-orang yang sudah
meninggal adalah bukan amalan syirik yang dapat mengeluarkan seseorang dari
barisan Islam. Ibn Afaliq sebelumnya menyangkal bahwa amalan-amalan ini
dihukumi syirik, karena amalan-amalan itu hanya amalan-amalan yang dilarang
709
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 41. Ibn Abdul-Wahhab kemudian
mengatakan bahwa para ulama ini tahu jika siapapun menolak bahkan hanya satu bagian
dari Qur’an atau menolak sebuah tindakan yang disepakati oleh para ulama, dia telah
melakukan ke-kufur-an. Beliau mengatakan bahwa jika demikian pandangannnya pada
orang yang menolak praktik yang telah disepakati, lalu apa seharusnya aturan yang
diberikan berkenaan dengan orang yang menolak iman kepada Hari Akhir?
710
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 195.
711
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 195.
712
Lihat kutipan-kutipan darinya dalam al-Abdul-Latif, hal. 196. Pernyataan-pernyataan
serupa dapat ditemukan dari banyak penulis yang lain dalam al-Abdul-Latif, hal. 196-199.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 252
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
saja. Dalam suratnya untuk membantah ibn Abdul-Wahhab, dia mengatakan,
“Umat sepakat bahwa mengorbankan binatang atau bersumpah untuk selain Allah
hanya dilarang. Siapa pun yang melakukannya berarti telah tidak mentaati Allah
dan Rasul-Nya.”713 Bahkan Sulaiman ibn Abdul-Wahhab, saudara Muhammad ibn
Abdul-Wahhab, menolak gagasan bahwa tipe-tipe amalan ini dihukumi syirik besar
dan kufur. Dia menulis, “Dari mana anda mendapat gagasan bahwa Muslim yang
bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Muhammad
adalah hamba dan utusan-Nya dan bermohon kepada orang yang tak ada, atau
kepada orang yang telah meninggal atau bersumpah kepadanya atau berkorban
untuk selain Allah adalah melakukan syirik besar, sehingga amalan-amalannya
menjadi kosong dan harta dan darahnya menjadi halal?”714 Seorang Syiah al-Amali
menulis dalam bantahannya terhadap ibn Abdul-Wahhab, “Jika [seorang individu]
mengatakan dalam doanya atau dalam permintaan tolongnya kepada selain Allah,
‘Penuhilah hutangku,’ ‘Obati penyakitku,’ atau ‘Tolonglah aku melawan musuhku,’
dan dia tidak melakukan tindakan apapun yang dilarang atau yang dicegah—tidak
secara langsung dikatakan dia melakukan syirik atau kufur. Ini karena pengetahuan
bahwa penganut tauhid dari kalangan Muslim mengetahui bahwa siapa pun selain
Allah tak memiliki kekuatan untuk menolong atau pun mencelakainya atau hal-hal
lain-lainnya.”715
Disini tidak bermaksud merinci bantahan dari tipe-tipe klaim-klaim tidak logis ini.
Tambahan, pandangan ibn Abdul-Wahhab terhadap topik ini telah
dipersembahkan dalam Bab 3. Namun, pertanyaan paling sederhana dan paling
jelas adalah bagaimana klaim-klaim dari para penentang ini sedikit banyak cocok
dengan apa yang dikatakan Allah dan Nabi-Nya (‫ ?)ﷺ‬Tidakkah Allah katakan
dalam Qur’an,
713
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 197. Salah satu argumen yang seterusnya diberikan
para penentang adalah bahwa beberapa tindakan yang digambarkan ibn Abdul-Wahhab
sebagai syirik digambarkan dalam kitab-kitab fiqih sebagai haraam (dilarang). Ibn AbdulWahhab sendiri menunjuk klaim ini. Beliau memperlihatkan bahwa setiap tindakan yang
kufur atau syirik bisa juga digambarkan sebagai haraam. Buktinya, hal-hal seperti itu
ditemukan dalam Qur’an sendiri, sebagai, contohnya, QS. al-Araaf ayat 33 dimana Allah
memulai ayat itu dengan mengatakan, “Katakanlah: Sesungguhnya, Tuhanku telah
mengharamkan …” dan di antara hal-hal yang disebutkan adalah, “mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu.” Dengan kata lain, sebuah
tindakan bisa berarti haraam dan syirik, dan seorang ulama bisa mengacunya hanya
sebagai haraam. Bandingkan, Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 229
and vol. 3, hal. 66; al-Abdul-Latif, hal. 201-202.
714
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 198.
715
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 199.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 253
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ ‫َن الْمس‬
ِ َّ‫اج َد لِلَّ ِه فَال تَ ْدعوا مع الل‬
‫َح ًدا‬
‫أ‬
‫ه‬
ُ
َ
ََ
َ َ َّ ‫َوأ‬
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka
janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah.” (QS. Jinn 72:18).
ِ
ِ
‫ْي‬
َ ِ‫آخَر فَتَ ُكو َن م َن الْ ُم َع َّذب‬
َ ‫تًا‬َٛ ِ‫فَال تَ ْدعُ َم َع اللَّه إ‬
“Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan yang lain di samping
Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang di'azab.” (QS.
asy-Syu’araa’ 26:213).
Nabi (‫ )ﷺ‬juga berkata,
‫الد َعاءُ ُه َو العِبَ َادة‬
ُ
“Doa adalah [essensi] ibadah.”
716
Lebih jauh, jika seorang Muslim awam yang bukan ulama benar-benar yakin bahwa
orang-orang ini yang mereka ibadahi sebenarnya tak bisa memberikan pengaruh,
kenapa dia harus berdoa kepada mereka? Tidakkah benar bahwa Rasulullah (‫)ﷺ‬
dan Sahabat-Sahabatnya tak pernah berdoa kepada seseorang atau memohon
pertolongan dari siapapun di sebuah kuburan, tidak dari nabi-nabi sebelumnya
tidak juga dari Nabi Muhammad (‫ )ﷺ‬setelah kematiannya? Jika ini adalah
amalan yang bermanfaat yang benar-benar membantu doa-doa seseorang akan
dikabulkan oleh Allah, kenapa generasi terbaik dari umat ini tidak memberi contoh
untuk amalan ibadah yang dianggap indah dan penting itu? Jawaban-jawaban
untuk pertanyaan-pertanyaan ini jelas dan sangatlah mungkin, jika bukan sebuah
fakta, bahwa berdoa dengan cara-cara seperti itu benar-benar pelanggaran
terhadap tauhid seseorang, tidak akan berhati-hatikah bagi seorang Muslim untuk
menghindari amalan seperti itu untuk menyelamatkan fondasi keimanannya?
Namun demikian, para penentang ibn Abdul-Wahhab, yang lalu dan sekarang,
tidak berbeda dari gambaran yang telah diberikan Allah dalam ayat-ayat berikut
mengenai orang-orang musyrik Mekkah:
716
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Nasaai, al-Tirmidzi dan yang lain-lainnya. Dinilai shahih
oleh al-Albaani. Lihat Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih al-Jami al-Shaghir
(Beirut: al-Maktab al-Islaami, 1988), vol. 1, hal. 641.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 254
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ ‫تَّ ِن افْ ت رى علَى اللَّ ِه َك‬ِٟ ‫فَمن أَظْلَم‬
َّ
‫ب بِآيَاتِِه إِنَّ ُه‬
‫ذ‬
‫ك‬
‫َو‬
‫أ‬
‫ا‬
‫ب‬
‫ذ‬
َ
َ ََ
َ ْ ً
ُ َْ
ِ ‫) وي عب ُدو َن ِمن د‬8;( ‫ال ي ْفلِح الْمج ِرمو َن‬
‫ون اللَّ ِه َما ال‬
ُ ْ
ُْ َ َ
ُُْ ُ ُ
ِ ‫يضُّرهم وال ي ْن َفعهم وي ُقولُو َن هؤ‬
‫الء ُش َف َع ُاؤنَا ِعْن َد اللَّ ِه قُ ْل‬
َُ
ََ ْ ُُ َ َ ْ ُ ُ َ
ِ َّ ‫أَتُنَبّْئو َن اللَّه ِِبَا ال ي علَم ِِف‬
ِ ‫األر‬
‫ض‬
ُ
َ
ْ ‫الس َما َوات َوال ِِف‬
ُ َْ
)8<( ‫ُسْب َحانَهُ َوتَ َع َاَل َع َّما يُ ْش ِرُكو َن‬
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan
kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayatNya? Sesungguhnya,
tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa. Dan mereka menyembah
selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan
kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka
itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah
kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit
dan tidak (pula) dibumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang
717
mereka mempersekutukan (itu).” (QS. Yunus 10:17-18).
717
Dalam bantahannya terhadap ibn Abdul-Wahhab, al-Shati memberikan kisah dari
kakeknya ini yang diperkirakan kuburan Nabi Yahya: Dia masuk ke dalam Masjid Bani
Umayyah dan dia mendapati seorang wanita tua sedang berdoa, “Wahai sayyidina Yahya,
berilah puteriku kesehatan yang baik.” Dia berkata pada wanita itu, “Wahai saudariku,
katakan [mestinya] dengan kedudukan sayyidina Yahya, berilah puteriku kesehatan yang
baik.” Dia (wanita itu) menjawab, “Saya tahu, saya tahu. Namun dia lebih dekat padaku
untuk *sampai kepada+ Allah.” Maka wanita itu menjelaskan bahwa keyakinannya
berbunyi, bahwa hanya Allah saja yang memiliki kekuatan yang mampu memberi manfaat,
dan wanita itu hanya membuat pernyataan yang bermaksud mendekatkan diri kepada
Allah melalui tuannya Yahya. (Kisah itu dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 196.)
Menyedihkan untuk harus mengatakan dalam cara ini namun setelah membaca “dalil-dalil
dan argumen-argumen” seperti ini dari mereka yang penuh semangat mencoba
mempertahankan kebiasaan syirik, orang harus bertanya apakah orang-orang itu benarbenar membaca Qur’an. Sebenarnya, barangkali Muhammad Rasyid Ridha
menggambarkan keadaan terbaik ketika dia menulis, “Dari aspek-aspek menakjubkan
kebodohan Dahlaan dan yang sama dengannya adalah bahwa mereka berpikir bahwa apa
yang Allah gambarkan mengenali kekeliruan syirik orang-orang musyrik berlaku hanya
untuk mereka [yaitu, orang-orang musyrik pada zaman Nabi (‫])ﷺ‬. Mereka berpikir
bahwa hal itu bukanlah bukti yang menentang siapapun yang melakukan hal yang sama
dengan yang mereka lakukan. Ini seolah-olah diperbolehkan bagi seorang Muslim
melakukan syirik karena kewarganegaraan Islamnya, bahkan jika dia melakukan setiap
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 255
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ َّ‫تالِص وال‬ٙ‫ا‬
ِ َّ‫أَال لِل‬
‫ين َّاِتَ ُذوا ِم ْن ُدونِِه أ َْولِيَاءَ َما‬
‫ذ‬
‫ّْين‬
‫الد‬
‫ه‬
ْ
َ
َ َُ
ُ
‫نَ ْعبُ ُد ُه ْم إِال لِيُ َقّْربُونَا إِ ََل اللَّ ِه ُزلْ َفى إِ َّن اللَّهَ َُْي ُك ُم بَْي نَ ُه ْم ِِف‬
ِ
ِ ِِ
ِ
‫ب َك َّف ٌار‬
ٌ ‫َما ُه ْم فيه َِيْتَل ُفو َن إِ َّن اللَّهَ ال يَ ْهدي َم ْن ُه َو َكاذ‬
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada
Allah dengan sedekat-dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di
antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya
Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS.
az-Zumar 39:3).
Bukan itu saja, reaksi mereka pada da’wah ibn Abdul-Wahhab, yang berasal dari,
tak berbeda dengan reaksi orang-orang kafir di masa-masa sebelumnya.
Contohnya, mereka tidak boleh memanggil ibn Abdul-Wahhab seorang penyair
yang kerasukan namun reaksi mereka tak berbeda dengan apa yang ditemukan
dalam ayat,
ِ‫إِنَّهم َكانُوا إِ َذا ق‬
)19( ‫تُ ْم ال إِلَهَ إِال اللَّهُ يَ ْستَ ْكِِبُو َن‬َٛ ‫يل‬
ُْ
َ
ِ ‫تتِنَا لِ َش‬ٛ‫وي ُقولُو َن أَئِنَّا لَتَا ِرُكو ِآ‬
ٍ ُ‫تن‬َْٜ ‫اع ٍر‬
)1:( ‫ون‬
َ
ََ
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaha
illallah" (Tiada Tuhan yang berhak diibadahi melainkan Allah) mereka
menyombongkan diri, dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami
harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair
gila?"” (QS. ash Shaaffaat 37:35-36).
Atau reaksi mereka seperti yang ditemukan dalam ayat berikut:
macam menyekutukan Allah yang disebutkan dalam Qur’an. Berdasarkan itu, dia tak dapat
dipahami dalam bentuk kemurtadan apapun dari Islam karena siapapun yang disebut
Muslim mesti juga kufur dan syirik. Atau dianggap boleh baginya atau, setidaknya, dilarang.
Tentu saja, mereka menganggap ini disetujui berdasar pada reinterpretasi teks-teks.”
Rasyid Ridha, catatan kaki pada Siyaanah al-Insaan, hal. 479-480.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 256
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ ‫ال الْ َكافِرو َن ه َذا س‬
ِ ‫وع ِجبوا أَ ْن جاءهم مْن ِذر‬
‫احٌر‬
‫ق‬
‫و‬
‫م‬
‫ه‬
‫ن‬
‫م‬
َ
َ
ْ
ُ ََ
َ َ ُ
َ ْ ُ ٌ ُ ْ َُ َ
ِ ِ ِ ِ
ٌ ‫َك َّذ‬
َ ‫) أ‬8( ‫اب‬
ٌ‫تًا َواح ًدا إ َّن َه َذا لَ َش ْيء‬َٛ ‫تَةَ إ‬ٛ‫َج َع َل اآل‬
)9( ‫اب‬
ٌ ‫عُ َج‬
“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan
(rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini adalah
seorang ahli sihir yang banyak berdusta." Mengapa ia menjadikan tuhantuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal
yang sangat mengherankan.” (QS. Shaad 38:4-5).
‫قَالُوا أ َِجْئتَ نَا لِنَ ْعبُ َد اللَّهَ َو ْح َد ُ َونَ َذ َر َما َكا َن يَ ْعبُ ُد آبَ ُاؤنَا‬
ِ‫الص ِادق‬
ِ ‫فَأْتِنَا ِِبَا تَعِ ُدنَا إِ ْن ُكْن‬
‫ْي‬
َ َّ ‫ت م َن‬
َ
“Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya
menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh
bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada
kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar."” (QS. al-A’raaf 7:70).
Akhirnya, bahkan dalam kitab-kitab madzhab-madzhab fiqih yang berbeda-beda,
terdapat dukungan yang jelas kepada pandangan yang digenggam ibn AbdulWahhab. Karenanya beliau menulis dalam sebuah surat, “Merenungkan apa yang
terjadi antara kami dan musuh-musuh Allah. Kami meminta mereka agar mereka
kembali kepada kitab-kitab mereka yang ada di tangan mereka mengenai masalah
yang menyatakan seseorang kafir dan berperang melawan mereka. Namun
demikian, mereka tak pernah memberikan jawaban kecuali mengeluh kepada para
syeikh dan yang semacamnya.”718
Tudingan Tanpa Bukti bahwa ibn Abdul-Wahhab memberontak kepada
Kekhalifahan Utsmaniyyah
Sebagaimana disebutkan dalam Bab 2, Najd, pada masa ibn Abdul-Wahhab, tidak
benar-benar berada di bawah otoritas para penguasa Utsmaniyyah. Tentu saja,
daerah ini telah dibiarkan begitu saja terserah pada daerah itu sendiri untuk
beberapa lama. Daerah ini berkembang menjadi sebuah Negara yang tak memiliki
718
Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 20.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 257
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
hukum dengan setiap kampung kecil atau suku Badwi yang berada di dalamnya
memiliki penguasanya masing-masing. Penguasa-penguasa ini bermusuhan dan
berperang terus menerus dengan penguasa-penguasa yang ada di sekitarnya.
Lebih lagi, ketika ibn Abdul-Wahhab memulai da’wahnya secara bersungguhsungguh, setelah pindah ke al-Uyainah, beliau melakukannya dengan persetujuan
dan dalam persekutuan dengan Amir lokal atau otoritas yang telah terbangun.
Sama halnya, ketika beliau pindah ke al-Diriyyah, beliau membuat perjanjian
dengan Amir negeri itu yang telah berkuasa sekitar duapuluh tahun, Muhammad
ibn Saud. Karenanya, tak ada waktu ibn Abdul-Wahhab memberontak melawan
para penguasa di daerahnya. Lebih jauh, karena Najd tak pernah benar-benar
menjadi bagian kekuasaan Utsmaniyyah, beliau juga tak pernah memberontak
melawan para penguasa Utsmaniyyah.719
Meskipun hal itu adalah masalahnya dan meskipun hal yang demikian telah jelas
bagi mereka yang hidup pada masa itu, hal ini tidak mencegah para penentang
untuk membuat klaim palsu yang menyerang ibn Abdul-Wahhab dan para
pengikutnya bahwa mereka tidak lebih daripada para pembelot yang
memberontak kepada otoritas yang sah. Ibn Afaliq menulis, “Monoteisme (tauhid)
anda termasuk memberontak melawan orang-orang Muslim … Itu adalah fitnah
bukan tauhid.”720 Sebagaimana dicatat sebelumnya, ibn Abidiin juga menganggap
orang-orang “Wahhabi” sebagai pembelot. Dahlaan, al-Amali dan yang lainnya juga
membuat klaim-klaim serupa.721 Beberapa di antara mereka, seperti Abdul-Qadim
Zalum, bahkan menyalahkan orang-orang “Wahhabi” untuk runtuhnya Kekaisaran
Utsmaniyyah, mengklaim bahwa Inggris telah mensuplai Muhammad ibn Saud dan
anaknya Abdul-Aziz dengan senjata-senjata dan sejumlah uang.722
Pada poin ini, ibn Abdul-Wahhab membuat keyakinan-keyakinannya menjadi jelas.
Yaitu keyakinan-keyakinan yang sama dengan yang dipegang oleh ahl al-Sunnah
wa al-Jamaah sepanjang sejarahnya. Dalam suratnya kepada orang-orang alQasim, ibn Abdul-Wahhab menulis, “Saya percaya pada kewajiban mendengar dan
mematuhi para pemimpin umat Muslim, baik yang saleh dan yang tak beriman di
antara mereka, sepanjang mereka tidak memerintahkan tindakan yang tidak patuh
kepada Allah. Kepatuhan ini adalah bagi siapa saja yang menjadi khalifah, orang
yang disepakati dan diridlai rakyatnya. Bahkan jika dia menggagahi mereka dengan
kekuatan dan kekhalifahannya, wajib untuk mentaatinya dan dilarang untuk
719
Benar, Negara baru akhirnya berperang melawan suku-suku lain di Najd dan juga
melawan al-Ahsaa, Hijaz, Iraq dan yang lainnya, namun itu semua setelah diserang dan
ditempatkan pada situasi dimana para penguasa yang sah dipaksa untuk mempertahankan
diri.
720
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 233.
721
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 233.
722
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 233-234.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 258
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
memberontak padanya.”723 Deskripsi Muhammad Nasib al-Rifaa’i atas apa yang
benar-benar terjadi antara ibn Abdul-Wahhab dan para penguasa Utsmaniyyah
nampaknya cukup akurat. Dia menulis,
Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab tak pernah memberikan ajaran untuk
menggulingkan kekhalifahan Muslim … Namun demikian, orang-orang yang
berada di sekitar khalifah, yang adalah berasal dari ordo-ordo Sufi,
mendistorsi berita-berita dengan tujuan untuk mengerahkan khalifah agar
melawan mereka *“Wahhabi”+, membuatnya agar nampak sebagai sebuah
gerakan yang menentang kekhalifahan itu sendiri, yang berusaha
mengembalikan kekahlifahan kepada bangsa Arab … Namun demikian,
keyakinan-keyakinan sang Syeikh benar-benar keyakinan Islam yang tidak
menarik tangan dari ketaatan kepada khalifah yang sedang berkuasa sampai
dia memperlihatkan tindakan yang jelas-jelas kufur. Sang Syeikh tidak melihat
apapun dalam keadaan itu yang dapat membawanya untuk menyeru orangorang agar menggeser sang khalifah. Bahkan jika sang khalifah adalah
seorang pelaku kemungkaran untuk dirinya sendiri, sepanjang
kemungkarannya itu tidak mencapai tingkat kufur murni yang jelas, tidak
724
diizinkan untuk memberontak melawannya atau menentang perintahnya.
Ajil Nashmi menyimpulkan, “Kita tak bisa mengatakan secara pasti bahwa tulisantulisan Syeikh Muhammad ibn Abdul-Wahhab tidak menyatakan pendirian yang
jelas tentang pertentangannya kepada kekhalifahan.”725 Dia juga menulis, “Kita
belum melihat dengan jelas fatwa darinya yang menyatakan bahwa Negara
Utsmaniyyah itu kafir. Tentu saja, semua fatwa-fatwanya adalah hanya berkenaan
dengan orang-orang Badwi yang dekat dengannya, mereka yang dia ketahui pasti
mengikuti praktik-praktik keberhalaan.”726
Apa yang pasti, walaupun, adalah bahwa setelah meninggalnya ibn AbdulWahhab, telah terjadi sebuah masa ketika para pengikutnya di negara-negara
Saudi yang berbeda mengadu dalam perang melawan Utsmaniyyah. Pada
poin ini, al-Qataan dan al-Zain menulis setelah sebuah diskusi yang panjang.
Dari semua ini, jelas bahwa da’wah Wahhabi tidak memerangi kekhalifahan
Islam. Gerakan ini hanya berusaha menyatukan orang-orang yang berpencarpencar di jazirah Arabia di bawah bendera Islam. Satu-satunya yang memulai
peperangan adalah Negara Utsmaniyyah. Jika sang penganjur bersikeras
mengatakan da’wah Wahhabi memerangi kekhalifahan Islam, kami
mengatakan bahwa gerakan ini mencari posisi yang benar dalam masalah itu
dan gerakan ini melihat bahwa penjelmaan-penjelmaan syirik menyebar di
bawah kekuasaan [Utsmaniyyah] dan gerakan ini melihat bahwa kekuasaan
723
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 11. Lihat juga vol. 1, hal. 394.
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 237-238.
725
Dikutip dalam al-Husain, hal. 394.
726
Dikutip dalam al-Husain, hal. 394. Lihat juga al-Qataan dan al-Zain, hal. 146-150.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 259
724
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
[Utsmaniyyah] melindungi dan mengikuti Sufisme dan ordo-ordonya, yang
727
berarti membawa kepada syirik.
Masalah Tawassul (Mencari Perantara Kedekatan kepada Allah) dan Mencari
Pertolongan dari Selain Allah
Allah berfirman,
ِ ‫يا أَيُّها الَّ ِذين آمنوا اتَّ ُقوا اللَّه واب ت غوا إِلَي ِه الْو ِسيلَةَ وج‬
‫اه ُدوا‬
َُ َ
َ َ
َ َ َ ْ ُ َْ َ َ
‫ِِف َسبِيلِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan
yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya
kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-Maaidah 5:35).
Salah klaim yang diulang-ulang mengenai ibn Abdul-Wahhab adalah bahwa beliau
melarang segala macam tipe tawassul (cara-cara tertentu untuk memohon dan
mendekatkan diri kepada Allah). Kenyataannya, meskipun, pertanyaannya lebih
merinci mengenai apa yang dibolehkan dan apa yang dilarang, yang
kemungkinannya bahkan syirik.728 Para penentang ibn Abdul-Wahhab mengklaim
bahwa dibolehkan untuk mencari perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah
melalui orang yang telah meninggal. Dengan kata lain, mereka melihat tak ada
bedanya antara mereka yang masih hidup dengan mereka yang sudah meninggal
dunia—kedua kelompok itu memiliki kemampuan yang sama dan kedudukan yang
sama dalam pandangan Allah. Sebenarnya, mereka berangkat lebih jauh dan
memandang tak ada ruginya berdoa secara langsung pada orang yang telah
meninggal untuk pertolongan dan bantuan. Karenanya, para penentang menyeru
untuk sesuatu yang dipandang ibn Abdul-Wahhab dan para pendukungnya sebagai
syirik dan kufur. Dalam cahaya ini, orang dapat memahami kenapa perbedaan ini
menjadi salah satu kepentingan terbesar kedua belah pihak. Hal ini benar-benar—
727
Al-Qataan dan al-Zain, hal. 150.
Sebuah pembahasan yang komplit tentang pertanyaan ini melebihi bidang karya ini.
Khususnya, mereka yang tawassul melalui roh-roh orang-orang yang sudah meninggal
mengutip sejumlah hadits dan kejadian-kejadian untuk mendukung klaim-klaim mereka.
Pertanyaan autentisitas hadits itu membutuhkan sebuah pembahasan yang rinci melebihi
bidang karya ini. Untungnya, dua kitab tersedia dalam bahasa Inggris yang membahas
secara mendalam topik tersebut dengan cahaya Qur’an dan Sunnah. Kitab-kitab itu adalah:
Muhammad al-Albaanee, Tawassul: Its Types and Rulings (Birmingham, UK: Al-Hidaayah
Publikasi dan Distribusi Terbatas., 1995); Ahmad ibn Taimiyyah, Kitab al-Wasilah (Lahore,
Pakistan: Idarah Tarjuman al-Sunnah, tanpa tahun.).
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 260
728
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
sebagai satu jalan yang seringkali dilalui dalam kehidupan Muhammad ibn AbdulWahhab—sebuah persoalan keimanan dan kekafiran, tauhid dan syirik.
Al-Abdul-Latif meringkas pandangan-pandangan para penentang ibn AbdulWahhab dalam dua poin berikut: (1) Diperbolehkan untuk mencari alat untuk
mendekatkan diri pada Allah melalui bentuk-bentuk roh, hidup atau mati. Yang
paling terhormat, tentu saja, Nabi (‫)ﷺ‬. Dibolehkan untuk mendekat kepada
Allah melalui beliau ketika beliau masih hidup, setelah beliau wafat dan di Hari
Pembalasan. Kenyataannya, diperbolehkan untuk mencari alat untuk mendekatkan
diri kepada Allah melalui Nabi (‫ )ﷺ‬bahkan sebelum beliau hadir di bumi. Juga
diperbolehkan untuk memohon kepada Allah melalui siapapun yang dikasihi-Nya.
Dalam cara yang sama orang boleh mencari sebuah alat mendekatkan diri melalui
amalan seseorang, orang juga bisa mencari alat mendekatkan diri melalui individuindividu terhormat yang telah Allah ciptakan. (2) Diperbolehkan untuk mencari alat
melalui yang hidup atau yang telah meninggal. Ini karena, dalam kenyataan, tak
ada beda antara keduanya. Dalam cara yang sama bahwa yang hidup tak memiliki
pengaruh yang nyata—semuanya menjadi hanya karena Allah—yang telah
meninggal juga tak memiliki pengaruh yang nyata. Lebih jauh, yang telah
meninggal masih memiliki kehidupan di dalam kuburnya sama seperti sebelum dia
mati. Hal ini bisa juga disimpulkan bahwa tak ada beda antara mencari
pertolongan, perlindungan dan keselamatan dari orang yang telah meninggal dan
orang yang masih hidup.729
Mereka yang keberatan pada posisi ibn Abdul-Wahhab pada masalah ini termasuk
ibn Afaliq, Umar al-Mahjub, al-Haddaad, Ismail al-Tamimi, Ahmad Dahlaan dan
beberapa yang lainnya.730 Lagi pula, posisi kebanyakan para penulis ini adalah
bahwa jika seseorang percaya bahwa Allah adalah “pelaku” utama dan tak ada
seorang pun yang memiliki kekuatan sejati kecuali Allah, maka diperbolehkan
untuk memohon atau berdoa kepada semacam “wali” atau nabi sebagai alat untuk
mendekatkan diri kepada Allah atau untuk memohon kepada Allah atas nama nabi
atau “wali.” Contohnya, Dahlaan menulis, “Al-tawassul [mencari alat untuk
mendekatkan diri], mencari perantaraan dan mencari bantuan adalah bermakna
sama. Di hati-hati orang-orang beriman, hal itu hanya berarti mencari berkah
dengan menyebutkan mereka yang dicintai Allah, karena hal ini ditegaskan bahwa
Allah mengasihi hamba-hamba-Nya karena mereka, tanpa menghiraukan apakah
mereka masih hidup atau sudah meninggal. Satu-satunya yang memberikan
pengaruh dan esksistensi hanyalah Allah. Menyebutkan roh-roh mereka yang
mulia itu hanya sebuah alat biasa yang tercipta yang hasilnya seperti alat [material]
729
730
Al-Abdul-Latif, hal. 241-242.
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 242-256.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 261
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
biasa lainnya yang tak memiliki pengaruh nyata apapun.”731 Karenanya, dalam cara
yang sama bahwa mencari makanan dalam kehidupan ini tidak benar-benar
memproduksi makanan—karena Allah adalah pemelihara yang sejati dan satusatunya—orang hanya megikuti cara biasa yang dapat menghasilkan makanan itu.
Maka, mencari pertolongan dan kedekatan melalui orang yang telah meninggal
hanyalah cara lain yang tidak memiliki pengaruh nyata kecuali Allah mau
memberikannya. Al-Alawi kontemporer, al-Maliki menyatakan, “Roh-roh itu
memiliki kemampuan dan kebebasan yang membolehkan mereka untuk menjawab
ketika mereka dipanggil dan memberikan keselamatan kepada mereka yang
memohon keselamatan, sama persis seperti orang yang masih hidup—
kenyataannya, kemampuan mereka bahkan lebih besar dan lebih kuat.”732
Sebagaimana dicatat di atas, konsep atau terma tawassul atau wasilah diperoleh
langsung dari Qur’an. Namun, seiring berjalannya waktu konsep atau terma ini
pengertiannya menjadi berbeda dari aselinya yang dipahami oleh Nabi (‫)ﷺ‬
sendiri dan oleh Sahabat-sahabatnya. Maka, orang menemukan dalam tafsir
Qur’an al-Tabari, salah satu tafsir Qur’an pertama, bahwa dalam ayat yang dikutip
di atas (QS. al-Maaidah 5:35), “dan carilah jalan yang mendekatkan diri [alwasilah] kepada-Nya,” mengacu pada melakukan amalan-amalan yang baik yang
dicintai Allah. Dengan begitulah seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Kenyataan, itulah satu-satunya yang ditawarkan al-Tabari, meskipun ini adalah
praktiknya untuk mempersembahkan setiap pandangan yang telah lalu dari ulamaulama sebelumnya.733 Dengan kata lain, bahkan tak ada isyarat apapun untuk
semacam praktik-praktik yang dikembangkan dan diklaim orang-orang terakhir
yang dilindungi bidang ayat ini.
Cara-cara mendekatkan diri kepada Allah dibagi oleh ulama-ulama mutaakhirun
kedalam cara-cara yang diperbolehkan dan cara-cara yang bid’ah. Cara-cara yang
diperbolehkan, semuanya didukung oleh hadits, termasuk mencari cara
mendekatkan diri kepada Allah dengan memohonkan nama-nama dan sifat-sifat
Allah, dengan menyebutkan amalan baik yang telah dilakukan seseorang dan
dengan memiliki orang saleh yang masih hidup yang berdoa untuk
kepentingannya.734
Seiring berjalannya waktu, dikembangkan satu cara baru untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Dalam cara ini, orang memohon kepada Allah dengan memohonkan
kedudukan nama atau dengan menyebutkan kedudukan terhormat salah satu
731
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 249.
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 253.
733
Lihat Muhammad ibn Jareer al-Tabari, Jaami al-Bayaan an Taweel Ayi al-Quraan
(Amman, Jordan: Daar al-Alaam, 2002), vol. 4, hal. 293-294.
734
Lihat al-Albaani, Tawassul, hal. 22-38.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 262
732
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
hamba Allah. Karenanya, orang mengatakan, contohnya, “Ya Allah, Aku memohon
padamu dengan haknya atau kedudukan Muhammad (‫)ﷺ‬, berilah aku …” atau,
“Ya Allah, Aku memohon padamu dengan kedudukan ‘wali’ Abdul-Qaadir, berilah
aku…” Ibn Abdul-Wahhab menganggap tipe tawassul ini sebagai sebuah tipe bid’ah
yang harus dihindari. Namun demikian, beliau tak pernah menganggap tipe
tawassul ini sebuah amalan kufur, khususnya tidak ketika dilakukan atas nama
Nabi (‫)ﷺ‬, karena dalam hal ini orang sebenarnya berdoa kepada Allah. Bentuk
doa seperti itu dianggap bid’ah karena hal itu tak pernah dilakukan oleh Nabi
(‫)ﷺ‬, Sahabat-Sahabatnya dan tabiin. Contohnya, Nabi (‫ )ﷺ‬tak pernah
memohon kepada Allah dengan memohonkan kedudukan atau hak leluhurnya,
Ibrahim. Sama halnya, tak ada riwayat shahih yang melaporkan bahwa para
Sahabat memohon kepada Allah dengan hak atau kedudukan Nabi Muhammad
(‫)ﷺ‬. Karenanya, ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya menyimpulkan,
tindakat seperti itu sebagai sesuatu yang benar-benar bid’ah meskipun tak ada
dalil yang dapat menyimpulkan bahwa tindakan itu adalah kufur atau syirik.
Bahkan pun, dalam sebuah pemalsuan yang mencolok, Dahlaan menulis, “Dalam
setiap khutbah Jum’at di masjid di al-Diriyyah, Muhammad ibn Abdul-Wahhab
mengatakan, ‘Barang siapa ber-tawassul melalui Nabi telah melakukan sebuah
kekafiran.’”735 Menambahi dusta-dusta seperti itu, al-Amali menulis, “‘Wahhabi’
melarang setiap bentuk tawassul dan menganggapnya sebagai syirik.’”736 Dalam
suratnya kepada ibn Suhaim, ibn Abdul-Wahhab secara spesifik menyatakan
bahwa klaim ini—bahwa beliau menganggap orang yang ber-tawassul melalui
orang saleh adalah orang kafir—tiada lain kecuali pemalsuan.737 Kenyataannya,
beliau menganggap masalah mencari cara mendekatkan diri kepada Allah dengan
cara memohon nama-nama orang saleh ini sebagai masalah fiqih dimana disana
terdapat perbedaan pendapat. Karena terdapat perbedaan pendapat yang dapat
diterima, beliau tak akan bahkan untuk mencomeli mereka yang melaksanakan
tindakan seperti itu.738
Namun demikian, sebagaimana telah disinggung di atas, masalah-masalah yang
berkembang bahkan lebih dari itu. Atas nama tawassul, orang mulai berdoa secara
langsung kepada orang yang sudah meninggal, meminta mereka agar campur
tangan antara diri mereka [si pendoa] dengan Allah atau, bahkan lebih parah,
meminta mereka agar mengampuni dosa-dosanya, berpikir bahwa mereka
memiliki semacam dispensasi khusus dari Allah untuk tujuan itu. Mereka
735
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 255.
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 255.
737
Lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 64.
738
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 255-256.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 263
736
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mengklaim bahwa semua ini hanya sebuah tipe tawassul, yang diperbolehkan.
Dengan kata lain, diklaim bahwa istighatsah, atau memohon keselamatan dan
pertolongan, dari selain Allah adalah diperbolehkan karena hal ini tiada lain
daripada sebuah tipe tawassul. (Secara linguistik adalah berbicara dan dalam
terminology Qur’an dan Sunnah, tidak diterima untuk mengklaim bahwa
istighatsah dapat dianggap begitu saja sebagai bagian dari tawassul.739)
Mengenai masalah yang terakhir, ibn Abdul-Wahhab tidak berubah. Ini bukan
hanya sebuah perbedaan pendapat dalam masalah fiqih. Ini adalah masalah yang
menampar keimanan. Permohonan dan doa jatuh pada kategori ibadah dan hal
yang semacam itu mesti ditujukan secara eksklusif hanya pada Allah semata.
Seseorang tak bisa meminta seseorang atau sesuatu yang lain selain yang melebihi
makna nyata dan normalnya sebagai manusia. Karenanya, meminta orang yang
sudah meninggal untuk menyembuhkan penyakit, mengampuni dosa-dosa,
menyelamatkan seseorang dari sebuah masalah dan sebagainya, yang dihukumi
beberapa ulama dengan nama tawassul, tidak kurang daripada syirik murni.
Tambahan, terdapat klaim penuh bahwa orang yang sudah meninggal itu dapat
melakukan tindakan-tindakan yang disebutkan. Namun demikian, kemampuan
tentang fakta tersebut berasal dari sesuatu yang tak terlihat dan tak ada dalil
dalam Qur’an atau Sunnah bahwa orang yang sudah meninggal dapat melakukan
amalan apapun atas nama orang yang masih hidup. Kebalikannya, dalam Sunnah
Nabi (‫ )ﷺ‬orang menemukan bahwa orang yang meninggal adalah yang
membutuhkan doa dari orang yang masih hidup dan bukannya sebaliknya. Lebih
jauh, mereka mengklaim bahwa orang yang sudah meninggal dapat terus
melakukan amalan-amalan kesalehan yang menakjubkan ketika dalam kuburnya—
seperti memohon pengampunan atas nama individu miskin yang berdosa—
sementara Nabi (‫ )ﷺ‬dengan jelas menyatakan,
‫ات ا ِإلنْ َسا ُن انْ َقطَ َع َعْنهُ َع َملُهُ إَِّال ِم ْن ثََال ٍث إَِّال ِم ْن‬
َ ‫إِ َذا َم‬
ِ ‫لدقٍَة جا ِري ٍة أَو ِعْل ٍم ي ْنت َفع بِِه أَو ولَ ٍد‬
ُ‫لال ٍح يَ ْدعُ ْو لَه‬
َ َ ْ ُ َُ
ْ َ َ ََ
“Apabila manusia mati maka putuslah ‘amalannya kecuali tiga perkara
kecuali sedekah yang berkekalan (sedekah wakafnya), dan ilmu yang
memberi manfaat bagi orang, dan anak saleh yang mendoakan dia.” (Riwayat
Muslim)
739
Untuk lebihnya dalam hal ini, lihat al-Abdul-Latif, hal. 266f.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 264
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Abu Butain menjelaskan daya tarik di balik bentuk doa yang keliru ini. Dia
menyatakan, “Ketika setan menyadari bahwa semua orang yang membaca Qur’an
menjauh dari syirik dan ibadah kepada selain Allah, dia memasukkan ke dalam hati
orang-orang bodoh konsep bahwa ini hanyalah tawassul, mencari perantaraan
melalui mereka, beralih kepada mereka dan sebagainya. Maka dia merampas
nama-nama ibadah dan syirik dari hati-hati mereka dan membalut mereka dengan
nama-nama dimana hati-hati mereka tak akan menjauh darinya.”740 Namun
demikian, nama-nama itu sendiri tak dapat merubah realitas atau aturan inti dari
sesuatu. Ini tetap saja syirik dimana orang-orang bodoh jatuh padanya.
Hal yang sangat dekat berkenaan dengan masalah ini adalah persoalan umum
tentang berdoa dan memohon pada sesuatu selain dari Allah. Meskipun bagi
kebanyakan umat Muslim di Barat sekarang—barangkali sebagian karena
pengaruh murid-murid ibn Abdul-Wahhab yang telah berlangsung lama—hal ini
kelihatan seperti masalah yang sudah sangat jelas, ini masih menjadi masalah lain
yang dihadapi ibn Abdul-Wahhab dengan pertentangan yang sangat hebat. Maka,
sebagai contoh, al-Qabbaani menulis tentang doa memohon pertolongan dari
selain Allah, “Untuk yang dia klaim bahwa istighatsah (mencari pertolongan dan
penyelamatan) adalah sebuah tipe ibadah kepada selain Allah dan ini adalah
bagian dari syirik besar dari syirik orang-orang kafir, dia tidak memberikan bukti
atau dalil untuk itu.”741 Al-Qabbaani juga berkata, “Diperbolehkan untuk bertawassul, mencari perantaraan dan mencari pertolongan melalui Rasulullah (‫)ﷺ‬
begitu juga melalui yang lain dari para nabi atau ‘para wali.’”742 Al-Hadaad
membuat kata-kata yang sama dan mengatakan bahwa gagasan bahwa orang tak
dapat berdoa kepada “para wali” adalah salah satu perubahan “orang Najd,” yaitu,
ibn Abdul-Wahhab.743
Pandangan-pandangan para pengikut ibn Abdul-Wahhab sangat baik diekspresikan
oleh cucunya, Sulaiman yang menulis,
Sesungguhnya, doa adalah sebuah bentuk ibadah, bentuk paling baik dari
ibadah. Kenyataannya, ini adalah yang paling mulia dari semua ibadah
kepada Allah … Jika menujukannya kepada yang lain-lain bukan sebuah tipe
syirik, maka tak ada syirik di bumi ini. Jika ada syirik di bumi ini, maka syirik
berkenaan dengan doa mesti nyata-nyata dianggap lebih dari syirik daripada
menyekutukan Allah dalam tindak ibadah lain apapun. Kenyataannya, syirik
740
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 269.
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 349.
742
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 349.
743
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 349. Untuk pernyataan-pernyataan dari para penentang
yang lain, seperti ibn Jarjiis, Dahlaan, ibn Daawud dan yang lainnya, lihat al-Abdul-Latif, hal.
350-357.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 265
741
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
berkenaan dengan doa adalah bentuk syirik yang dipraktikkan orang-orang
musyrik dimana Rasulullah (‫ )ﷺ‬diutus kepadanya. Mereka berdoa kepada
para nabi, orang-orang saleh dan para malaikat. Mereka mendekatinya (para
nabi, orang-orang saleh dan para malaikat) agar dapat menjadikannya
perantara antara mereka dengan Allah. Pada masa sulit, mereka akan berdoa
dengan murni kepada Allah dan mereka akan melupakan sekutu-sekutu
mereka. Bahkan ini berhubungan bahwa jika mereka menghadapi kesulitan di
laut-laut, mereka akan melemparkan berhala-berhala mereka dan berkata,
“Ya Allah, Ya Allah,” karena mereka tahu bahwa “dewa-dewa” mereka tak
dapat menyingkirkan kejahatan atau menyelamatkan siapapun yang
744
membutuhkannya.
Hamid ibn Naasir ibn Muammar lebih lanjut menguatkan argumen di atas dengan
menulis,
Kita tahu dengan keperluan bahwa Nabi (‫ )ﷺ‬tak pernah menyuruh
umatnya agar berdoa kepada orang yang sudah meninggal manapun, tidak
kepada seorang nabi, seorang yang saleh atau siapapun yang lainnya. Doadoa seperti itu tidak boleh dilakukan dengan mengatakannya sebagai
mencari pertolongan atau kata-kata lainnya apapun. Kenyataannya, kita tahu
bahwa beliau (nabi ‫ )ﷺ‬melarang hal-hal seperti itu. Kita juga tahu bahwa
hal seperti itu adalah bentuk syirik besar yang dilarang Allah dan rasul-Nya …
Allah berfirman,
ِ
ِ َّ‫قُ ِل ادعوا ال‬
ِِ ِ
‫ف الضُّّْر‬
‫ذ‬
َ ‫ين َز َع ْمتُ ْم م ْن ُدونه فَال ّيَْل ُكو َن َك ْش‬
ُْ
َ
ِ َّ‫) أُولَئِك ال‬9:( ‫عْن ُكم وال َُت ِويال‬
‫ين يَ ْدعُو َن يَْبتَ غُو َن إِ ََل‬
‫ذ‬
ْ َْ َ
َ َ
ِ ِ
‫ب َويَ ْر ُجو َن َر ْٔتَتَهُ َوَِيَافُو َن َع َذابَهُ إِ َّن‬
ُ ‫َرِّْب ُم الْ َوسيلَةَ أَيُّ ُه ْم أَقْ َر‬
)9;( ‫ت ُذ ًورا‬َْٝ ‫ك َكا َن‬
َ ّْ‫اب َرب‬
َ ‫َع َذ‬
745
“Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah,
maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan
bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya." Orang-orang yang
744
Sulaiman ibn Abdullah ibn Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Taiseer al-Azeez al-Hameed
fi Syarh Kitaab al-Tauhid (Beirut: al-Maktab al-Islaami, 1400 H.), hal. 219.
745
Apa yang dikatakan mereka tuhan itu ialah, berhala, malaikat, jin dan sebagainya.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 266
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
746
mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa
di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmatNya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu
yang (harus) ditakuti.” (QS. al-Israa’ 17:56-57).
Dua ayat ini ditujukan kepada siapa saja yang berdoa kepada selain Allah.
Kenyataannya, orang itu yang berdoa kepada [malaikat, nabi atau orang
saleh] bagi dirinya adalah mencari alat untuk mendekatkan dirinya kepada
Allah, mengharap kemurahan-Nya dan takut akan hukuman-Nya. Dua ayat ini
diterapkan kepada siapa saja yang berdoa kepada orang yang sudah
meninggal atau orang ghaib dari kalangan para nabi dan orang-orang saleh.
Orang itu tentu saja berdoa kepada seseorang yang tak dapat
menyelamatkannya atau tidak memiliki kekuatan apapun untuk
747
menyingkirkan segala kejahatan apapun …
Akhirnya, Abu Butain membantah klaim Dawud yang mengatakan bahwa hal ini
sebenarnya disepakati bahwa seseorang boleh berdoa kepada Nabi (‫ )ﷺ‬untuk
menyelamatkan dan menolong, Abu Butain menyatakan,
Kemudian dia mengklaim bahwa meminta pertolongan Nabi (‫ )ﷺ‬dalam
keadaan sulit adalah sesuatu yang sangat dikenal dan dilakukan oleh para
Sahabat dan Salaf. Karenanya, dia menempelkan pada salafu saleh sesuatu
yang mereka, semuanya, sangat jauhi. Cukup untuk membantah semua
kesalahkonsepsian ini dengan mengutip kata-kata Allah [mengenai Nabi
(‫])ﷺ‬,
ِ ِ ُ ِ‫قُل ال أَمل‬
‫ضِّرا إِال َما َشاءَ اللَّهُ َولَ ْو‬
َ ‫ك لنَ ْفسي نَ ْف ًعا َوال‬
ْ ْ
ِ ‫ُكْنت أ َْعلَم الْغَيب الستَ ْكثَرت‬
ِ ‫تَِْري َوَما َم َّس‬ٙ‫ا‬
‫ن‬
‫م‬
ْ
ُّ ‫ِن‬
ُْ ْ َْ ُ ُ
َ
ُ‫السوء‬
َ
‫إِ ْن أَنَا إِال نَ ِذ ٌير َوبَ ِشريٌ لَِق ْوٍم يُ ْؤِمنُو َن‬
“Katakanlah (Wahai Muhammad): ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan
bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki
Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat
kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan.
Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira
bagi orang-orang yang beriman.’” (QS. al-A’raaf 7:188). Dan Allah berfirman,
746
Maksudnya: Nabi Isa a.s., para malaikat dan 'Uzair yang mereka sembah itu menyeru
dan mencari jalan mendekatkan diri kepada Allah.
747
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 358.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 267
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ
‫ضِّرا َوال َر َش ًدا‬
ُ ‫قُ ْل إِ ِّّْن ال أ َْمل‬
َ ‫ك لَ ُك ْم‬
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu
kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan.’” (QS. alJin 72:21).
Itu adalah keadaan pada saat Nabi (‫ )ﷺ‬masih hidup, lalu bagaimana
keadaan ketika beliau (‫ )ﷺ‬telah meninggal?
748
Persoalan Tentang Memohon Syafaat Nabi
Cara lain yang digunakan musuh-musuh ibn Abdul-Wahhab dan kebenaran untuk
mencoba membuat orang-orang menjauh dari ajaran-ajarannya adalah dengan
mengklaim bahwa beliau melarang memohon syafaat Nabi. Tak ada keraguan
bahwa Nabi (‫ )ﷺ‬adalah orang yang paling dicintai bagi orang-orang yang benarbenar beriman. Karenanya, setiap upaya mengkerdilkan Nabi (‫ )ﷺ‬dapat
menciptakan kemarahan bagi umat Muslim. Dengan cara ini, musuh-musuh
menemukan gerbang yang berguna yang dapat menodai ibn Abdul-Wahhab di
mata umat Muslim yang awam.749 Khususnya, al-Qabbaani, ibn Dawud, al-Haddaad
dan yang lainnya keberatan dengan pandangan ibn Abdul-Wahhab pada masalah
ini.750
Ibn Abdul-Wahhab menegur klaim-klaim yang melawannya dalam masalah ini
ketika beliau menulis,
Jika seseorang berkata, “Apakah anda menolak syafaat Rasulullah (‫ )ﷺ‬dan
berlepas diri darinya?” Katakan: Saya tidak menolaknya dan tidak juga
berlepas diri darinya. Kenyataannya, dia adalah syafaat, satu-satunya syafaat
748
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 362.
Menarik untuk mencatat bahwa al-Qabbaani dan yang lainnya mengklaim bahwa orangorang musyrik yang diacu dalam Qur’an bukan karena mereka menjadikan perantaraperantara antara mereka dengan Allah. Malahan, ini adalah hanya karena mereka percaya
bahwa para malaikat dan orang-orang shaleh adalah putera-puteri Allah atau karena
mereka melemahkan tamsilan-tamsilan mereka. Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 278-279.
Lihat pembahasan al-Abdul-Latif hal. 278-286.
750
Lihat al-Abdul-Latif, hal. 278-286.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 268
749
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
751
yang diterima. Saya mengharapkan syafaatnya. Namun demikian, semua
syafaat berasal dari Allah. Allah berfirman,
ِ َّ ‫ٓتيعا لَه مْلك‬
ِ ‫األر‬
‫ض ُّتَّ إِلَْي ِه‬
َّ ‫قُ ْل لِلَّ ِه‬
ُ ُ ُ ً َِ ُ‫اعة‬
َ ‫الش َف‬
ْ ‫الس َم َاوات َو‬
‫تُْر َجعُو َن‬
“Katakanlah: ‘Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya
kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.’”
(QS. az-Zumar 39:44).
Syafaat ini tak akan ada kecuali setelah Allah mengizinkannya, sebagaimana
Allah firmankan,
‫وم ال تَأْ ُخ ُذ ُ ِسنَةٌ َوال نَ ْوٌم لَهُ َما‬
ْ ‫اللَّهُ ال إِلَهَ إِال ُه َو‬
ُ ُّ‫ا٘تَ ُّي الْ َقي‬
ِ َّ ‫ِِف‬
ِ ‫األر‬
‫ض َم ْن َذا الَّ ِذي يَ ْش َف ُع ِعْن َد ُ إِال‬
ْ ‫الس َم َاوات َوَما ِِف‬
ِِ
‫ْي أَيْ ِدي ِه ْم َوَما َخْل َف ُه ْم َوال ُُِييطُو َن بِ َش ْي ٍء‬
َ ْ َ‫بِِإ ْذنه يَ ْعلَ ُم َما ب‬
ِ َّ ‫ِمن ِعْل ِم ِه إِال ِِبَا َشاء و ِسع ُكرِسيُّه‬
‫ض َوال‬
َ ‫األر‬
ُ ْ َ ََ
ْ ‫الس َم َاوات َو‬
ْ
ِ ‫ي ئُود ِح ْفظُهما وهو الْعلِي الْع‬
‫يم‬
‫ظ‬
ُُ َ
ُ َ ُّ َ َ ُ َ َ ُ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan
tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang
di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui
752
apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. al- Baqarah 2:255).
751
Kenyataannya, wasilah yang benar ini adalah berkah dari Allah yang dilimpahkan-Nya
kepada siapa saja yang diinginkan-Nya. Dalam cara ini, Allah menghormati orang-orang
yang shaleh dan memberi mereka tempat yang mulia. Bandingkan, Sulaiman ibn Abdullah
ibn Muhammad ibn Abdul-Wahhab, hal. 295.
752
Kursi dalam ayat ini oleh sebagian mufassirin diartikan dengan ilmu Allah dan ada pula
yang mengartikan dengan kekuasaan-Nya.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 269
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya, sebagaimana
Allah berfirman,
ِ ‫الم ِدينًا فَلَن ي ْقبل ِمْنه وهو ِِف‬
ِ ‫اإلس‬
‫اآلخَرِة‬
ْ ‫َوَم ْن يَْبتَ ِغ َغْي َر‬
َُ َ ُ َ َ ُ ْ
ِ ‫ت‬ٙ‫ا‬
ِ
ِ
‫ين‬
‫ر‬
‫اس‬
‫ن‬
‫م‬
ْ
َ
َ
َ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orangorang yang rugi.” (QS. Ali-‘Imran 3:85).
Maka, jika semua syafaat adalah milik Allah dan dia tak akan ada kecuali
dengan izin-Nya, maka tidaklah Nabi (‫ )ﷺ‬apalagi yang lainnya dapat
memberikan syafaat kecuali atas izin Allah. Dan Dia tidak memberikan izin itu
kecuali bagi orang-orang yang ber-tauhid. Maka, jika syafaat hanya berasal
dari Allah, dia seharusnya hanya dimohonkan kepada-Nya. Maka, seseorang
seharusnya berkata, contohnya, “Ya Allah, janganlah Engkau cegah
syafaatnya untukku,” atau, “Ya Allah, biarkan dia memberi syafaat untukku.”
Jika seseorang berkata, “Nabi (‫ )ﷺ‬telah diberi syafaat dan saya hanya
memohonnya dari orang yang telah Allah berikan padanya,” jawabannya
adalah: Allah memang telah memberinya syafaat dan Dia melarang anda
[dari doa seperti itu] sebagaimana Allah berfirman,
ِ
ِِ ِ
َّ ‫َوأ‬
‫َح ًدا‬
َ ‫َن الْ َم َساج َد للَّه فَال تَ ْدعُوا َم َع اللَّه أ‬
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka
janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah.” (QS. al-Jin 72:18).
Namun jika anda berdoa kepada Allah agar Nabi (‫ )ﷺ‬memberi syafaat
untuk anda, anda akan mentaati firman-Nya,
ِ
ِِ ِ
َّ ‫َوأ‬
‫َح ًدا‬
َ ‫َن الْ َم َساج َد للَّه فَال تَ ْدعُوا َم َع اللَّه أ‬
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka
janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah.” (QS. al-Jin 72:18).
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 270
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Lebih jauh, syafaat telah diberikan kepada yang lain selain Nabi (‫)ﷺ‬.
Adalah benar bahwa para malaikat mengetengahi, orang saleh
mengetengahi, anak kecil yang telah meninggal mengetengahi. Haruskah
anda kemudian berkata bahwa Allah memberi mereka syafaat, maka
haruskah anda memintanya dari mereka? Jika anda berkata demikian, maka
anda telah kembali menyembah orang saleh sebagaimana Allah telah
sebutkan dalam kitab-Nya. Jika anda katakan tidak [orang seharusnya tidak
memohon syafaat langsung dari mereka], maka anda telah membatalkan
argumen anda sendiri bahwa Allah telah memberinya (‫ ])ﷺ‬syafaat dan
753
saya memohonnya dari orang yang Allah telah berkahi hal itu kepadanya.
Dalam kitabnya Masail al-Jahiliyyah, ibn Abdul-Wahhab menulis,
Mereka [Orang-orang musyrik kafir] melakukan ibadah dengan
menghubungkan orang saleh sebagai sekutu-sekutu dalam doa-doa mereka
kepada Allah dan ibadah-Nya. Mereka menginginkan syafaat mereka dengan
Allah, berpikir bahwa Allah mencintainya dan orang-orang saleh
mencintainya. Hal ini sebagaimana Allah telah berfirman,
ِ ِ ‫وي عب ُدو َن ِمن د‬
‫ضُّرُه ْم َوال يَْن َفعُ ُه ْم َويَ ُقولُو َن‬
ُ َ‫ون اللَّه َما ال ي‬
ُ ْ
ُْ َ َ
ِ ‫هؤ‬
‫الء ُش َف َع ُاؤنَا ِعْن َد اللَّ ِه قُ ْل أَتُنَبّْئُو َن اللَّهَ ِِبَا ال يَ ْعلَ ُم ِِف‬
َُ
ِ َّ
ِ ‫األر‬
‫ض ُسْب َحانَهُ َوتَ َع َاَل َع َّما يُ ْش ِرُكو َن‬
ْ ‫الس َم َاوات َوال ِِف‬
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan,
dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi
Allah." Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak
754
diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan
Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).’” (QS. Yunus
10:18).
Allah juga berfirman,
753
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 165-166. Lihat juga Muhammad
ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 113.
754
Kalimat ini adalah ejekan terhadap orang-orang yang menyembah berhala, yang
menyangka bahwa berhala-berhala itu dapat memberi syafaat Allah.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 271
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ َّ‫تالِص وال‬ٙ‫ا‬
ِ َّ‫أَال لِل‬
‫ين َّاِتَ ُذوا ِم ْن ُدونِِه أ َْولِيَاءَ َما‬
‫ذ‬
‫ّْين‬
‫الد‬
‫ه‬
ْ
َ
َ َُ
ُ
‫نَ ْعبُ ُد ُه ْم إِال لِيُ َقّْربُونَا إِ ََل اللَّ ِه ُزلْ َفى إِ َّن اللَّهَ َُْي ُك ُم بَْي نَ ُه ْم ِِف‬
ِ
ِ ِِ
ِ
‫ب َك َّف ٌار‬
ٌ ‫َما ُه ْم فيه َِيْتَل ُفو َن إِ َّن اللَّهَ ال يَ ْهدي َم ْن ُه َو َكاذ‬
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada
Allah dengan sedekat-dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di
antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya
Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS.
az-Zumar 39:3).
Ini adalah masalah terbesar dimana mereka [orang-orang musyrik] berselisih
dengan Rasulullah (‫)ﷺ‬. Beliau (‫ )ﷺ‬datang dengan kemurnian [kepada
Allah semata]. Beliau (‫ )ﷺ‬menginformasikan bahwa yang demikian adalah
agama Allah yang mana para rasul diutus untuk itu. [Dan beliau (‫)ﷺ‬
memberitahukan kepada mereka] bahwa Allah tidak menerima amalan
apapun sampai hal itu dilakukan dengan kemurnian. Dan beliau (‫)ﷺ‬
memberitahukan kepada mereka bahwa seseorang yang melakukan amalanamalan yang lebih mereka sukai, Allah mengharamkan Surga dan
menibankan api Neraka sebagai tempat tinggal. Ini adalah masalah yang
memisahkan orang-orang antara Muslim dan orang-orang kafir. Karena
masalah inilah permusuhan berkembang. Dan untuk alasan inilah jihad
disetujui, sebagaimana Allah berfirman,
ِ
ِ
‫ّْين ُكلُّهُ لِلَّ ِه فَِإ ِن‬
ُ ُ‫َوقَاتل‬
ُ ‫وه ْم َح ََّّت ال تَ ُكو َن فْت نَةٌ َويَ ُكو َن الد‬
ِ
ِ
ِ
ٌ‫انْتَ َه ْوا فَإ َّن اللَّهَ ِبَا يَ ْع َملُو َن بَصري‬
755
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu
756
semata-mata untuk Allah . Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka
755
Maksudnya: gangguan-gangguan terhadap umat Islam dan agama Islam.
Maksudnya: Menurut An-Nasafi dan Al-Maraghi, tegaknya agama Islam dan sirnanya
agama-agama yang batil.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 272
756
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-Anfaal
757
8:39).
Sulaiman ibn Abdullah, cucu dari Muhammad ibn Abdul-Wahhab, memperlihatkan
bahwa seorang individu memilih untuk para perantara dan berpaling pada mereka
adalah sebenarnya sebuah tindakan merendahkan Allah. Dia menulis,
[Mengambil para perantara] memperlihatkan pemikiran-pemikiran keliru
tentang Tuhan Sekalian Alam. Orang yang mengambil para perantara dan
yang setara dengannya mestilah berpikir bahwa Allah membutuhkan assisten
atau pembantu untuk mengatur urusan-urusan dunia—dan itu adalah
penghinaan terbesar bagi Dzat yang sanggup mencukupi diri-Nya sendiri,
yang tak membutuhkan apapun selain daripada Diri-Nya sendiri dan justru
yang lainlah yang membutuhkan-Nya—atau dia berpikir bahwa kemampuan
Allah hanya dapat sempurna dengan kekuatan perantara. Atau, dia mungkin
percaya bahwa Allah tidak melakukan apapun sampai perantara
memberitahukannya atau bahwa Allah tak memiliki kasih sayang sampai
perantara itu memberikan kasih sayang [Penulis kemudian menyebutkan
banyak cara lain orang yang percaya pada para perantara yang merendahkan
758
Allah].
Abdul-Rahmaan ibn Hasan, cucunya yang lain, membuat poin yang sangat penting,
“Tak ada keraguan bahwa mencari perantaraan dari orang yang telah meninggal
melibatkan sejumlah aspek ibadah: orang meminta seseorang selain Allah, orang
memperlihatkan kebutuhan-kebutuhan kepada seseorang selain daripada Allah,
orang menyandarkan harapan-harapannya dan aspirasi-aspirasinya pada
seseorang selain daripada Allah, orang berpaling padanya dengan hati, wajah,
anggota badan dan lidahnya … Ini adalah syirik yang tak diampuni Allah.”759
Masalah-masalah Penghancuran Makam-makam dan Ziarah Kubur
Salah satu tindakan yang paling menghebohkan, menurut orang-orang Sufi dan
kaum Syiah, bahwa yang dilakukan ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya
adalah meruntuhkan makam-makam dan melarang ziarah ke kuburan-kuburan dan
mausoleum. Tentu saja, bagi mereka, ini benar-benar penghinaan besar yang
diberikan ibn Abdul-Wahhab kepada para nabi dan “para wali”. Ibn Suhaim, di
awal, menyebut penghancuran makam Zaid ibn al-Khattaab salah satu bid’ah dan
757
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 334. Tambahan untuk poin-poin
dan ayat-ayat yang dikutip ibn Abdul-Wahhab di atas, pembaca yang tertarik sebaiknya
membaca juga al-Najm ayat 26, al-Anbiyaa ayat 28 dan Yunus ayat 3.
758
Sulaiman ibn Abdullah ibn Muhammad ibn Abdul-Wahhab, hal. 275.
759
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 294. Ini adalah tambahan pada fakta bahwa pemohon
mesti percaya bahwa orang yang sudah meninggal memiliki kemampuan untuk mendengar
doa-doanya dan memiliki akses pada yang ghaib dan lain sebagainya.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 273
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
tindakan-tindakan salah kaprah orang-orang “Wahhabi.”760 Al-Mahjub, al-Hadaad,
Dahlaan dan sejumlah lainnya bergabung dalam serangan yang ditujukan kepada
orang-orang “Wahhabi” ini.761
Praktik yang dilakukan Muhammad ibn Abdul-Wahhab sebetulnya benar-benar
konsisten dengan ajaran-ajaran Nabi Muhammad (‫—)ﷺ‬namun demikian,
menolak orang-orang mungkin faktanya. Orang bisa mengatakan dengan pasti
bahwa tidaklah Nabi (‫ )ﷺ‬pun para Sahabat pernah membangun masjid,
mausoleum, makam atau bangunan di atas kuburan manapun—tidak pula secara
intens menggunakannya sebagai tempat beribadah tidak pula bahkan dengan
hanya menandai lokasinya. Abdullah ibn Muhammad ibn Abdul-Wahhab
menjelaskan posisi orang-orang “Wahhabi” dalam masalah ini. Dia menulis,
Membangun kubah di atas kuburan adalah salah satu tanda-tanda dan
isyarat yang jelas kekafiran. Allah mengutus Muhammad (‫ )ﷺ‬untuk
menghancurkan berhala-berhala, bahkan jika mereka berada di atas
762
kuburan-kuburan orang-orang saleh. Al-Lata adalah seorang lelaki saleh.
760
Dia dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 302.
Bandingkan, al-Abdul-Latif, hal. 302-311. Untuk deskripsi apa yang sebenarnya dilakukan
orang awam dan bodoh di kuburan-kuburan, seperti yang ada di Madinah, lihat al-AbdulLatif, hal. 325-326.
762
Berhala yang dikenal sebagai al-Laat adalah mengacu kepada ayat-ayat Qur’an berikut:
761
ِ
)19( ‫األخَرى‬
ْ َ‫) َوَمنَا َة الثَّالثَة‬8=( ‫الالت َوالْعَُّزى‬
َ ‫أَفَ َرأَيْتُ ُم‬
َّ ‫أَلَ ُكم‬
‫ك إِ ًذا قِ ْس َمةٌ ِض َيزى‬
َ ‫) تِْل‬18( ‫الذ َكُر َولَهُ األنْثَى‬
ُ
‫وها أَنْتُ ْم َوآبَا ُؤُك ْم َما أَنْ َزَل‬
ْ ‫) إِ ْن ِه َي إِال أ‬11(
َ ‫َٖتَاءٌ َٖتَّْيتُ ُم‬
ٍ َ‫اللَّه ِِبا ِمن سْلط‬
‫ان إِ ْن يَتَّبِعُو َن إِال الظَّ َّن َوَما تَ ْه َوى‬
ُ ْ َ ُ
)11( ‫تَُدى‬ْٛ ‫س َولََق ْد َجاءَ ُه ْم ِم ْن َرِّْبِ ُم ا‬
ُ ‫األنْ ُف‬
“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata
dan al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak
perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk
Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang
tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak
kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk
(menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaanMuhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 274
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ketika dia meninggal, mereka berkumpul di sekitar kuburannya, membangun
bangunan di atasnya dan menghormatinya. Ketika orang Taif masuk Islam,
mereka meminta agar makam Al-Lata itu jangan dihancurkan selama satu
bulan, agar kaum perempuan dan anak-anak mereka tidak merasa takut,
sampai mereka masuk agama ini. Permintaan itu ditolak dan beliau [Nabi
(‫ ])ﷺ‬mengutus al-Mughirah ibn Shubah dan Abu Sufyaan ibn Harb kepada
763
mereka dan memerintahkan mereka untuk menghancurkannya.
Lebih jauh, Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya bahwa Ali ibn Abu
Thalib berkata kepada al-Asadi, “Tak akankah aku kirim kalian pada misi yang sama
yang pernah Rasulullah kirimkan aku: Jangan tinggalkan berhala manapun tanpa
menghancurkannya dan jangan tinggalkan kuburan yang ditinggikan tanpa
meratakannya.”
Untuk mengunjungi kuburan-kuburan, terdapat dua hal: yang diperbolehkan dan
yang diharamkan, tergantung apakah sesuai dengan syariat ataukah tidak. Syariat
mengenal tiga alasan penting untuk mengunjungi kuburan: (1) mengingat hari
akhir, yang secara spesifik disebutkan dalam hadits; (2) bersikap baik kepada orang
yang telah meninggal, tidak memutus hubungan dengan mereka dan tidak pula
melupakan mereka; (3) memenuhi kata-kata Nabi (‫)ﷺ‬, yang mana beliau (‫)ﷺ‬
menyarankan agar melakukan ziarah kubur, membantu orang yang berziarah, dan
mendoakan orang yang sudah meninggal, yang juga membantu orang yang sudah
meninggal. Maka, orang dapat menyadari bahwa orang yang sudah meninggal
justru lebih membutuhkan kepada orang yang masih hidup, karena orang yang
masih hidup masih bisa mendoakan mereka. Para ahli bid’ah telah benar-benar
memutarbalikkan konsep ini dan mereka pergi kepada orang yang telah meninggal
dan meminta sesuatu padanya.
Lebih jauh, apa yang dilarang adalah membuat kuburan sebagai tempat beribadah,
masjid, tempat penyembelihan binatang, tempat ritual-ritual seperti thawaf dan
lain sebagainya. Inilah yang terjadi secara terus-menerus, dengan mausoleummausoleum yang dibangun di atasnya menyempurnakan ketidaktaatan kepada
Nabi (‫)ﷺ‬. Buktinya, banyak orang yang percaya bahwa dengan hanya
mengunjungi kuburan-kuburan itu sama dengan telah melaksanakan haji. Orang
dapat menemukan ribuan pengunjung tumpah ruah di kuburan-kuburan itu,
dengan bahkan buku-buku yang ditulis sebagai panduan melaksanakan ritus-ritus
tertentu untuk dilakukan di kuburan-kuburan itu, sementara masjid-masjid
sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya
telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.” (QS. al-Najm
53:19-23).
763
Dikutip dalam al-Abdul-Latif, hal. 315.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 275
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dibiarkan kosong. Bagaimanapun, para pengikut ibn Abdul-Wahhab tidak melihat
adanya kesalahan dalam hal ziarah kubur ini jika dilakukan dengan cara yang
pantas, bebas dari bid’ah, dosa-dosa dan keberhalaan.764
Terdapat perbedaan pendapat mengenai kebolehan melakukan perjalanan dengan
maksud tunggal mengunjungi kuburan seorang nabi atau orang saleh. Beberapa
ulama mutaakhirun Hanbali dan Syafi’i mengatakan bahwa hal itu diperbolehkan.
Namun, ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya sepakat dengan ibn Taimiyyah
dan ulama-ulama mutaqadimin yang mengatakan bahwa hal itu jelas terlarang
untuk melakukan perjalanan seperti itu, seperti ziarah, dengan maksud tunggal
mengunjungi sebuah kuburan. Konklusi ini didasarkan pada hadits Nabi (‫)ﷺ‬
yang berkata,
ِ ‫ال إَِّال إِ ََل ثََالثٍَة مس‬
‫ا٘تََرِام َو‬
ْ ‫اجد َم ْس ِج َد‬
ُ ‫الر َح‬
َّ ‫َال تُ َش ُّد‬
ََ
ِ
‫ص َو َم ْس ِج َدي‬
َ ْ‫َم ْسج َد األَق‬
“Jangan lakukan perjalanan kecuali ke (menuju) tiga masjid: masjid al-haram
[di Mekkah], masjid al-aqsa [di Yerusalem] dan masjidku [di Madinah+.”
(Riwayat al-Bukhari dan Muslim.)
Kesimpulan
Dalam bab ini orang dapat melihat kualitas kritik-kritik juga, orang dapat
membuktikan, sifat dasar kritik-kritik itu. Banyak kritik-kritik itu yang tidak lain
kecuali pemalsuan murni sementara lainnya hanya memutarbalikkan kebenaran.
Kritik-kritik ini tidak mengurangi semangat ibn Abdul-Wahhab dan tidak juga
menegaskannya bahwa beliau berada di jalan yang keliru. Sebaliknya, beliau tahu
bahwa fitnah seperti itu pastilah datang.
Beliau juga tahu sepanjang dia tetap meyakini firman Allah dan perkataan
Rasulullah, akhirnya, tiada yang lain kecuali kebaikan yang dihasilkan. Beliau
menulis dalam surat-suratnya, setelah menjelaskan bahwa beliau dan saudarasaudaranya melakukan kebaikan dan setelah mengekspresikan kebahagiaan bahwa
yang ditulisnya itu telah menjadi penyebab,
764
Menurut Bethmann, dalam Bridge to Islam, orang-orang “Wahhabi” melarang segala
bentuk ziarah kubur. Lihat Al-Utsaimiin, hal. 124-126. Pada halaman 126, dia juga
memberikan argumen orang-orang yang menyetujui ziarah-ziarah terlarang seperti itu.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 276
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Semoga Allah akan memberi kami dan kalian kebaikan dalam kehidupan ini
dan di akhirat. Dan Dia akan memberi kita ketabahan dalam masalah ini.
Namun, wahai saudara-saudaraku, janganlah lupa akan firman Allah,
ِ‫كب‬
ِ ْ َ‫ض فِْت نَةً أَت‬
ٍ ‫ض ُك ْم لِبَ ْع‬
‫ص ًريا‬
َ ‫َو َج َعْلنَا بَ ْع‬
َ َ ُّ‫صِبُو َن َوَكا َن َرب‬
“Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain.
Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat.” *QS. alFurqaan 25:20].
Allah juga berfirman,
ِ ‫أَح‬
‫َّاس أَ ْن يُْت َرُكوا أَ ْن يَ ُقولُوا َآمنَّا َوُه ْم ال يُ ْفتَ نُو َن‬
‫ن‬
‫ال‬
‫ب‬
‫س‬
ُ َ َ
ِ َّ‫) ولََق ْد فَت نَّا الَّ ِذين ِمن قَبلِ ِهم فَلَي علَم َّن اللَّه ال‬1(
‫ين‬
‫ذ‬
َ َ
َ ُ َ َْ ْ ْ ْ َ
ِ
)1( ‫ْي‬
َ ِ‫ل َدقُوا َولَيَ ْعلَ َم َّن الْ َكاذب‬
َ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya
kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya
Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.” *QS. al-Ankabut 29:2-3].
Karenanya, anda harus tahu dengan pasti bahwa siapapun yang mengikuti
agama ini pastilah akan diuji. Bersabarlah dan kemudian bergembiralah
karena kebaikan di kehidupan ini dan di Hari Akhir. Dan ingatlah kata-kata
Allah,
ِ ْ ‫إِنَّا لَن ْنصر رسلَنا والَّ ِذين آمنوا ِِف‬
‫وم‬
َُ َ َ َ ُ ُ ُُ َ
ُ ‫ا٘تَيَاة الدُّنْيَا َويَ ْوَم يَ ُق‬
‫اد‬
ُ ‫األ ْش َه‬
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang
beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari
kiamat),” *QS. Al-Mu’min/Ghaafir 40:51].
Dan firmannya,
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 277
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ
ِ ِ ِ ِ ‫ولََق ْد سب َق‬
‫تُ ُم‬َٛ ‫) إِنَّ ُه ْم‬8;8( ‫ْي‬
ْ ََ َ
َ ‫ت َكل َمتُنَا لعبَادنَا الْ ُمْر َسل‬
)8;1( ‫تُ ُم الْغَالِبُو َن‬َٛ ‫) َوإِ َّن ُجْن َدنَا‬8;1( ‫ورو َن‬
ُ ‫الْ َمْن‬
ُ‫ص‬
“Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang
menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat
765
pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang,”
[QS. ash Shaaffaat 37:171-173].
Dan firman-Nya,
ِ َّ ِ
)19( ‫ْي‬
ُّ َ‫ين ُُي‬
َ ِ‫ادو َن اللَّهَ َوَر ُسولَهُ أُولَئ‬
َ ّْ‫ك ِِف األ َذل‬
َ ‫إ َّن الذ‬
)18( ‫ي َع ِز ٌيز‬
َّ َ ِ‫ب اللَّهُ أل ْغل‬
ّّ ‫َب أَنَا َوُر ُسلِي إِ َّن اللَّهَ قَ ِو‬
َ َ‫َكت‬
“Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka
termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan: "Aku dan
rasul-rasul-Ku pasti menang." Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha
Perkasa.” *QS. al-Mujaadilah 58:20-21].
Jika Allah memberi kalian kesabaran dan karenanya kalian menjadi “orangorang asing” yang mentaati agama sementara yang lain meninggalkannya,
maka bergembiralah. Bergembiralah, karena kalian bagian dari mereka yang
dikatakan Nabi (‫)ﷺ‬,
‫وَب لِلغَُربَ ِاء‬
َ ُ‫بَ َدأ ا ِإل ْس َال ُم َغ ِريْبًا َو َسيَ عُ ْوُد َك َما بَ َدأَ َغ ِريْبًا فَط‬
“Islam dimulai sebagai sesuatu yang asing dan akan kembali asing seperti
semula. Maka kabar gembira dari Tuba [sebuah pohon di Surga] bagi orang766
orang asing itu.”
Para sahabat bertanya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, "Ya Rasulullah, apa yang
dimaksud orang asing (aneh) itu?" Lalu Rasulullah menjawab, "Orang yang
765
766
Yang dimaksud dengan tentara Kami disini ialah Rasul beserta pengikut-pengikutnya.
Bagian ini dari hadits tersebut diriwayatkan oleh Muslim.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 278
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
melakukan
kebaikan-kebaikan
767
pengrusakan."
di
saat
orang-orang
melakukan
Bukankah itu adalah berkah yang menakjubkan? Bukankah itu sebuah
masalah yang hebat? Semoga Allah menjadikan kami dan kalian bagian dari
orang-orang yang mengikuti Rasul dan menyatukan kita di bawah
benderanya dan memberi kita pada tempat persediaan airnya, yang mana
768
mereka yang mentaati jalannya di kehidupan ini akan diberikan.
Namun, sejarah menunjukkan bahwa amar ma’ruf nahyi munkar yang ditekankan
ibn Abdul-Wahhab (dan dibahas dalam Bab 3) adalah kunci untuk membawa umat
Muslim kepada jalan yang lurus. Tak ada kesangsian bahwa banyak yang perlu
dilakukan yang umat Muslim sendiri, sayangnya, mengabaikan nasihat-nasihat
Qur’an dan Sunnah dan lebih suka melakukan kebiasaan-kebiasaan dan adat
mereka sendiri, ajaran-ajaran “syeikh-syeikh” dan orang-orang suci mereka.
Mesti dicatat bahwa para penentang ibn Abdul-Wahhab mencoba menghancurkan
da’wahnya baik secara fisik pun secara intelektual (jika mau mengatakannya
begitu, meski argumen-argumen mereka secara intelektual sangatlah lemah).
Bahkan ketika mereka secara militer mampu mengungguli para pengikut ibn
Abdul-Wahhab, tidak berarti bahwa da’wah ini akan mati. Vassiliev menyatakan,
membahas hasil kejatuhan al-Diriyyah, “Orang-orang Mesir menjadi benar-benar
tuan di pusat Arabia dan mulai membasmi pengaruh orang-orang Saudi dan
Wahhabi dengan tembakan dan pedang. Para Emir, komandan-komandan militer
dan ulama disiksa, ditembak (secara sendiri dan dalam kelompok), diikat di
hadapan moncong-moncong senapan dan dicabik-cabik sampai berkeping-keping
… Kapten G. F. Sadlier menggambarkan kampanye-kampanye Ibrahim sebagai
serial-serial kekejaman barbar dan pelanggaran-pelanggaran pada kewajibankewajiban paling sakralnya …”769
Bahkan setelah negara itu hancur, ajaran-ajarannya masih hidup dan bangkit dua
kali. Buktinya, hari ini ajaran-ajarannya mendominasi banyak bagian dunia. Ini
karena Allah tidak menginginkan cahaya-Nya benar-benar padam, bahkan jika
orang-orang kafir menolak. Nyatanya, ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab dapat
dianggap bersanak pada “kebaikan” yang Allah gambarkan dalam ayat,
767
Bagian terakhir ini diriwayatkan oleh Ahmad. Dengan perkataan ini, hadits ini, menurut
Syuaib al-Arnaut, et al., adalah sangat lemah. Namun, dengan makna yang sama, hadits ini
diriwayatkan dengan sanad yang baik. Lihat Syuaib al-Arnaut, et al., catatan kaki untuk
Musnad, vol. 27, hal. 237-238.
768
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 308-309.
769
Vassiliev, hal. 158.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 279
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ‫السم ِاء ماء فَسالَت أَو‬
ِ
ِ
ِ
‫احتَ َم َل‬
‫ف‬
‫ا‬
‫ه‬
‫ر‬
‫د‬
‫ق‬
‫ب‬
‫ة‬
‫ي‬
‫د‬
ٌ
َ
َ
َ
ْ َ
َ ْ ْ َ ً َ َ َّ ‫أَنْ َزَل م َن‬
‫تَّا يُوقِ ُدو َن َعلَْي ِه ِِف النَّا ِر ابْتِغَاءَ ِحْليَ ٍة أ َْو‬ِٟ‫السْي ُل َزبَ ًدا َرابِيًا َو‬
َّ
ِ
ِ ‫ا٘ت َّق والْب‬
‫الزبَ ُد‬
َّ ‫اط َل فَأ ََّما‬
ْ َ‫ك ي‬
َ ‫َمتَ ٍاع َزبَ ٌد ِمثْ لُهُ َك َذل‬
ُ ‫ض ِر‬
َ َ َْ ُ‫ب اللَّه‬
ِ ‫األر‬
‫ض‬
ُ ‫َّاس فَيَ ْم ُك‬
ْ ‫ث ِِف‬
ُ ‫فَيَ ْذ َه‬
َ ‫ب ُج َفاءً َوأ ََّما َما يَْن َف ُع الن‬
ِ‫َك َذل‬
ِ
‫ال‬
‫ر‬
‫ض‬
‫ي‬
‫ك‬
َ َ‫األمث‬
ْ
َ
ْ ُ‫ب اللَّه‬
ُ َ
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di
lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang
mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk
membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang
bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya;
adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.
770
Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan .” (QS. al-Ra’d
13:17).
Terdapat poin lain yang secara konstan datang kepada benak penulis ketika
membaca karya-karya para penentang ibn Abdul-Wahhab. Bahwa sebenarnya
bukanlah ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab yang mereka tentang. Melainkan jelasjelas ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya (‫)ﷺ‬. Buktinya, sebagaimana akan
diperlihatkan dengan jelas dalam bab berikut, para penentang bahkan tidak
mengambil jalan pada ayat-ayat Qur’an atau hadits shahih untuk membantah ibn
Abdul-Wahhab. Tentu saja, orang secara langsung diingatkan semacam kata-kata
dukungan dan nasehat yang Allah berikan pada Nabi-Nya (‫)ﷺ‬,
ِ ُ‫قَ ْد نَعلَم إِنَّه لَيحزن‬
‫ك‬
َ َ‫ك الَّذي يَ ُقولُو َن فَِإنَّ ُه ْم ال يُ َك ّْذبُون‬
َ ُْ َ ُ ُ ْ
ِ ِ
ِ ِ‫ولَ ِك َّن الظَّال‬
‫ت‬
‫م‬
ْ َ‫) َولََق ْد ُك ّْذب‬11( ‫ْي بِآيَات اللَّه ََْي َح ُدو َن‬
َ
َ
770
Allah mengumpamakan yang benar dan yang bathil dengan air dan buih atau dengan
logam yang mencair dan buihnya. Yang benar sama dengan air atau logam murni yang
bathil sama dengan buih air atau tahi logam yang akan lenyap dan tidak ada gunanya bagi
manusia
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 280
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ‫رسل ِمن قَبل‬
ّْ
َ
‫اه ْم‬
‫ت‬
‫أ‬
‫َّت‬
‫ح‬
‫ا‬
‫و‬
‫ذ‬
‫ُو‬
‫أ‬
‫و‬
‫ا‬
‫و‬
‫ب‬
‫ذ‬
‫ك‬
‫ا‬
‫م‬
‫ى‬
‫ل‬
‫ع‬
‫ا‬
‫و‬
‫ر‬
‫ب‬
‫ص‬
‫ف‬
‫ك‬
َّ
َ
ُ
ُ
َ
َ
َ
َ
ُ
ْ ْ ٌُُ
َ
َ ُ َ
ُ ََ
ِ ‫ّْل لِ َكلِم‬
‫ات اللَّ ِه َولََق ْد َجاءَ َك ِم ْن نَبَِإ‬
ْ َ‫ن‬
َ َ ‫صُرنَا َوال ُمبَد‬
ِ
)18( ‫ْي‬
َ ‫الْ ُمْر َسل‬
“Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu
menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka
sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim
771
itu mengingkari ayat-ayat Allah . Dan sesungguhnya telah didustakan (pula)
rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan
dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang
pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah
kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu
sebahagian dari berita rasul-rasul itu.” (QS. al-Ana’am 6:33-34).
Tentu saja, dapat disimpulkan bahwa jalan ibn Abdul-Wahhab adalah jalannya Nabi
(‫ )ﷺ‬dan Sahabat-Sahabatnya. Mereka yang menentangnya hanya telah buta
akan kebenaran masalah ini, meskipun telah jelas dan terbuka bagi semua orang
untuk melihatnya. Bahkan Vassiliev mencatat, “Orang-orang Wahhabi nampak
ortodoks dari sudut pandang dogmatik. Ini adalah pendapat mereka sendiri, juga
pandangan mayoritas ahli-ahli yang objektif, baik di dunia Arab ataupun yang
berada di luar; ini juga pandangan orang-orang yang sezaman dengan gerakan
pertamanya dan ulama-ulama yang datang setelahnya.”772 Kemudian dia
menyatakan,
Burckhardt melaporkan bahwa ulama Kairo, yang secara umumnya
menentang orang-orang Wahhabi, menyatakan bahwa mereka menemukan
tak adanya bid’ah dalam ajaran mereka. Karena pernyataan ini dibuat
bertentangan dengan ‘keinginan pribadi’ ulama, sulit menyebabkan
kecurigaan apapun. Setelah membaca kitab Ibn Abd al-Wahhab, banyak
ulama Kairo menyatakan dengan suara bulat bahwa jika ini mengekspresikan
pendapat Wahhabi, mereka (ulama) juga dengan ikhlas merupakan bagian
dari keyakinan mereka. Abu Ras al-Nasiri, seorang alim dari Algeria,
menegaskan bahwa dogma Wahhabi secara keseluruhan adalah ortodoks.
771
Dalam ayat ini Allah menghibur Nabi Muhammad (‫ )ﷺ‬dengan menyatakan bahwa
orang-orang musyrikin yang mendustakan Nabi, pada hakekatnya adalah mendustakan
Allah sendiri, karena Nabi itu diutus untuk menyampaikan ayat-ayat Allah.
772
Vassiliev, hal. 75
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 281
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ibn Sanad, seorang penulis tarikh dari Basra, menulis bahwa Wahhabi adalah
773
Hanbali di masa lalu …
773
Vassiliev, hal. 75.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 282
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
BAB VI
Literatur Berbahasa Inggris Akhir-akhir Ini Tentang Muhammad
ibn Abdul-Wahhab
D
alam bab ini, sebuah upaya akan dibuat, survey ringkas pada beberapa
literatur berbahasa Inggris yang berkenaan dengan Muhammad ibn Abdulahhaab. Tekanannya akan ada pada karya-karya yang diterbitkan akhirakhir
ini774—atau
diperkirakan—yang
sifatnya
ilmiah.775
Karenanya,
sensasionalisme dan propaganda yang didengar seseorang dalam media biasa
mengenai “Wahhabisme” tak akan dibahas di sini, meskipun pantas dipelajari
secara tersendiri.
Studi-studi Umum tentang Islam
Dengan ketertarikan terhadap Islam yang mulai tumbuh sejak tahun 1970-an,
sejumlah karya pengantar atau survey-survey menyeluruh tentang Islam telah
diterbitkan. Beberapa di antara karya-karya itu tujuannya adalah sama dengan
karya-karya yang ada sebelumnya, sangat anti-Islam. Yang lain-lainnya lebih
“simpatik” dan objektif. Sejumlah karya-karya ini, juga karya-karya lain yang
774
Meskipun tidaklah tentu karya yang di tulis akhir-akhir ini.
Sebuah review dari kebanyakan literatur Barat yang menyentuh tentang ibn AbdulWahhab atau orang-orang “Wahhabi” dapat ditemukan dalam karya Aali-Butami, hal. 154157, al-Nadwi, hal. 235-249 dan al-Huqail, hal. 241-243. Maka bahan itu tak akan diulangi
disini.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 283
775
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
berhubungan dengan Timur Tengah atau kebangkitan Umat Muslim, menyentuh
ibn Abdul-Wahhab dan da’wahnya. Secara umum, orang dapat mengatakan bahwa
karena informasi mengenai ibn Abdul-Wahhab menjadi begitu banyak tersedia,
pandangan-pandangan mengenai dirinya pun terus menerus menjadi lebih positif.
Contohnya, Peter Mansfield menulis A History of the Middle East, membahas
sejarah akhir-akhir ini mengenai Timur Tengah. Sebuah pembahasan yang komplit
mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah di balik bidang karyanya karena
beliau hidup sebelum masa Mansfield berharap untuk menemukannya. Namun
demikian, Mansfield sangat familiar dengan Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan
menulis tentang beliau, “Di pertengahan abad kedelapanbelas di Najd di pusat
jazirah, seorang reformer keagamaan yang luarbiasa bernama Muhammad ibn Abd
al-Wahhab muncul menyebarkan doktrin essensial Tauhid atau keunikan Tuhan,
mencela kebiasaan lama dan keberhalaan, dan menyeru agar kembali kepada
kemurnian Islam awal.”776
Sayangnya, meski, para peneliti yang nampaknya serius dan juga objektif seringkali
bergerak pada tipe kebingungan yang sama yang selalu ditemukan seseorang
mengenai ibn Abdul-Wahhab. Tujuan disini adalah untuk meringkas dan bukan
untuk mengkritik semua yang telah dikatakan para penulis ini. Di akhir juga dapat
dikatakan bahwa para penulis ini nampaknya lebih objektif namun terus
melanjutkan menyandarkan diri pada sumber-sumber yang bukan merupakan
kualitas terbaik dalam memahami ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. (Hal ini dapat
ditegaskan hanya dengan melihat sumber-sumber yang mereka gunakan.
Umumnya, mereka tidak menggunakan tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab sendiri
bukan pula karya-karya para pengikutnya untuk memahami apa sebenarnya
ajaran-ajarannya.) Penting untuk mencatat bahwa nampaknya mereka mencoba
untuk sangat adil dan objektif dalam analisis-analisis mereka, tidak seperti
Orientalis-orientalis lain dan, sayangnya, bahkan orang-orang Muslim lainnya.
Contohnya, Karen Armstrong, seringkali dipresentasikan sebagai seorang yang ahli
tentang Islam, menulis dengan pencampuran pernyataan-pernyataan yang akurat
dan yang tidak akurat,
Di Jazirah Arabia, Muhammad ibn Abd al-Wahhab mengatur untuk
memecahkan diri dari Istanbul dan menciptakan sebuah negaranya sendiri di
pusat Arabia dan wilayah Teluk Persia. Abd al-Wahhab adalah seorang tipikal
reformer Islami. Dia menemukan krisis yang ada dengan kembali kepada
Qur’an dan Sunnah, dan dengan penuh gairah menolak fiqih abad
pertengahan, mistisisme dan filsafat. Karena mereka menyimpang dari ajaran
Islam, sebagaimana dia bayangkan, Abd al-Wahhab menyatakan sultan-
776
Peter Mansfield, A History of the Middle East (London: Penguin Books, 1992), hal. 40.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 284
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
sultan Utsmaniyyah sebagai orang-orang yang ingkar, tidak pantas untuk
ditaati dengan penuh keimanan dan pantas mati. Syariat mereka tidak
shahih. Malahan, Abd al-Wahhab mencoba menciptakan sebuah enclave
iman murni, didasarkan pada praktik masyarakat Muslim pertama pada abad
777
ketujuh …
Dalam An Introduction to Islam karya Frederick Denny, beliau membahas ibn
Abdul-Wahhab dan “Wahhabi” sekitar empat halaman.778 Sayangnya, sebagaimana
terlihat jelas dalam catatan-catatan kakinya, Denny tidak menyandarkannya pada
karya-karya yang dapat dianggap sebuah karya yang benar-benar dapat diandalkan
sebagai sumber mengenai kehidupan ibn Abdul-Wahhab. Dia memulai
pembahasannya dengan meninjau ulang pembahasannya sendiri tentang ibn
Taimiyyah, yang menyerukan untuk ber-ijtihaad dan berjuang melawan eksesekses orang-orang Sufi. Dia menyatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab bepergian
dengan luas “mempelajari theologi, filsafat, dan fiqih juga Sufisme. Di Iran dia
menjadi seorang Hanbali …”779 Disamping fakta bahwa Iran adalah sebuah tempat
yang sangat aneh untuk mengharapkan seseorang menjadi seorang Hanbali, jalan
pintas ini merefleksikan jenis sumber-sumber yang diandalkan Denny. Deskripsinya
tentang pesan ibn Abdul-Wahhab lebih dekat pada ciri-cirinya. Dia, contohnya,
menulis,
Ibn ‘Abd al-Wahhab mengikuti ibn Taimiyah dan kembali kepada Qur’an,
Sunnah dan kedudukan-kedudukan hukum Sunni yang bekerja dalam tiga
abad pertama, khususnya yang direpresentasikan dalam madzhab Hanbali.
780
Dia dan para pengikutnya mencela yang lain-lainnya sebagai bid’ah dan
bekerja untuk membersihkan Arabia darinya. Pemujaan Wali dikhususkan
untuk dibasmi, dan orang-orang Wahhabi awal berhasil meruntuhkan masjidmasjid, tempat-tempat keramat, dan makam-makam yang sebenarnya
didedikasikan untuk mengingat atau pusat kultus para wali yang berlangsung
terus menerus … Semua yang menyerupai syirik dihapuskan, seperti mencari
perantara kepada Tuhan melalui seseorang selain daripada Tuhan (dan dialah
781
satu-satunya di Hari Akhir, sebagaimana yang diizinkan Qur’an ),
782
bersumpah kepada sesuatu kecuali Tuhan …
777
Karen Armstrong, The Battle for God: A History of Fundamentalism (New York:
Ballantine Books, 2000), hal. 44. Untuk beberapa alasan, Armstrong pertama-tama
mengidentifikasi individu sebagai Muhammad ibn Abdul-Wahhab dan kemudian mengacu
beliau hanya sebagai Abd al-Wahhab.
778
Frederick Denny, An Introduction to Islam (New York: Macmillan Publishing Company,
1994), hal. 324-327
779
Denny, hal. 325.
780
Pernyataan ini jelas sekali sebagai sesuatu yang dilebih-lebihkan.
781
Ini adalah sebuah misinterpretasi terhadap masalah ini yang dibahas dalam Bab 5.
782
Denny, hal. 325-326.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 285
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Denny kemudian sedikit membahas pengaruh dan juga pertentangan terhadap
orang-orang “Wahhabi.” Dia kemudian menyimpulkan bahwa tak sebagaimana Ibn
Taimiyyah, orang-orang “Wahhabi” tidak mampu melaksanakan prinsip-prinsip
mereka ke dalam tataran praktik dan membentuk sebuah system pemerintahan
yang sesungguhnya yang mampu diterima secara universal dan reformatif. 783
Sebenarnya, pertentangan itu barangkali lebih dekat kepada kenyataan. Adalah ibn
Abdul-Wahhab dan para pengikutnya yang mampu melaksanakan ke dalam
tataran praktik apa yang tak pernah dapat dilakukan ibn Taimiyyah dalam tataran
praktik.
Dalam karya John Esposito, Islam: The Straight Path, dia menyinggung ibn AbdulWahhab dalam sejumlah kesempatan. Dia menggambarkan beliau bersama alGhazali, ibn Taimiyyah dan Syah Wali Allah sebagai “para pembaharu atau para
mujadid” yang menyeru orang-orang untuk ber-ijtihaad dan mengupayakan eksesekses yang baik dari orang Sufi.784 Pengaruh beberapa sumber yang lemah tentang
ibn Abdul-Wahhab dapat dilihat juga disini dimana Esposito menulis bahwa ibn
Abdul-Wahhab “mempelajari hukum, theologi, dan Sufisme di Mekkah dan
Madinah, dimana dia tenggelam dalam madzhab Hanbali …”785 Dia kemudian
menyatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab dikejutkan oleh masyarakatnya, yang dia
anggap tidak lebih baik dari masa jahiliyyah. Esposito menulis,
Dia dikejutkan oleh banyaknya praktik-praktik keagamaan yang umumnya,
seperti pemujaan para wali dan makam-makam mereka, yang dia kutuk
sebagai takhyul-takhyul pagan dan keberhalaan, dosa-dosa terburuk dalam
Islam. Ibn Abd al-Wahhab menyebut keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik
ini sebagai bid’ah-bid’ah yang tak beralasan. Mereka menyetujui kesatuan
Tuhan (akar Islam atau monoteisme absolut) dan masyarakat Islami,
sebagaimana dibuktikan dengan tribalisme dan peperangan tribal yang telah
kembali kepada … Diagnosa tentang ibn Abd al-Wahhab similar dengan para
mujadid lainnya. Kelemahan politis masyarakat dan kemunduran moral
adalah karena penyimpangan dari jalan lurus Islam. Obatnya sama-sama
jelas; tugasnya jelas. Umat Muslim harus kembali kepada praktik Islam yang
sesungguhnya. Hal ini hanya dapat dicapai dengan mengulang reformasi
hebat pertama dalam Islam, revolusi sosial dan moral yang dibawa oleh
Muhammad, kembali kepada sebuah kehidupan masyarakat yang lurus
786
berdasarkan Qur’an dan contoh Muhammad dan masyarakat Madinah.
Setelah pelukisan yang cukup akurat itu, Esposito kemudian menggambarkan
perjanjian ibn Abdul-Wahhab dengan Muhammad ibn Saud. Dia menggambarkan
783
Bandingkan, Denny, hal. 327.
John Esposito, Islam: The Straight Path (New York: Oxford University Press, 1998), hal.
117.
785
Esposito, hal. 118.
786
Esposito, hal. 118.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 286
784
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
da’wah ini sebagai “gerakan reformis militan” yang “mengibarkan perang suci
dengan komitmen tanpa kompromi yang mirip dengan kharajiah yang memandang
semua umat Muslim yang menolaknya sebagai orang-orang kafir, musuh-musuh
Tuhan yang harus diperangi.”787
Barangkali pembahasan tentang kehidupan ibn Abdul-Wahhab yang terbaik akhirakhir ini dalam sebuah karya “Barat” adalah sebuah artikel yang ditulis oleh Ayman
al-Yassini untuk The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World.788 Dalam
mempersiapkan artikel ini, al-Yassini menyandarkan pada sumber-sumber
berbahasa Arab lebih awal dan paling dapat diandalkan (khususnya karya Ibn
Bisyr). Al-Yassini memiliki deskripsi yang baik mengenai latar belakang ibn AbdulWahhab, secara singkat menyentuh perjalanan-perjalanan beliau, awal permulaan
da’wahnya dan keberhasilannya. Terdapat beberapa hal yang bisa dikritisi secara
terbuka namun secara keseluruhan, informasinya faktual dan akurat. Dalam
sebuah artikel yang terpisah, “Wahhabiyah,” al-Yassini lagi-lagi memberikan
deskripsi yang baik tentang beberapa ciri ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Dia
membahas masalah tauhid, tawassul, penghapusan makam-makam yang didirikan
di atas kuburan, tuduhan pada kekafiran, bid’ah-bid’ah dan ijtihad serta taqlid.789
Para Pelancong Barat
Beberapa laporan awal yang datang kepada Barat mengenai ibn Abdul-Wahhab
dan para pengikutnya diterima dari beberapa “pelancong” Barat. Umumnya, para
pelancong ini adalah orang-orang yang mengunjungi Timur Tengah untuk urusan
ilmu pengetahuan barat atau pemerintahan Barat berkenaan dengan proyekproyek.
Seorang pelancong yang berasal dari Denmark bernama Carsten Niebuhr (17331815 M.) adalah di antara orang pertama yang berbicara tentang orang-orang
“Wahhabi” dalam literatur Barat, berada di Teluk Persia pada tahun-tahun 17641765. Kenyataannya, dia tidak terlalu banyak menyentuh orang-orang “Wahhabi,”
lebih tertarik di negeri-negeri sebelah timur Najd. Parsons, pelancong lainnya, juga
berada di Timur Tengah di waktu yang hampir bersamaan, namun lagi-lagi tidak
berada di Najd. Sir Hartford Brydges pernah berada di Basra, Kuwait dan Baghdad
pada tahun 1790-an dan lebih banyak menawarkan pengertian kehidupan pada
masa itu. Catatan-catatan John Lewis Burckhardt tentang orang-orang Badwi dan
orang-orang Wahhabi (aselinya diterbitkan pada tahun 1830) memberikan
787
Esposito, hal. 118-119.
Ayman al-Yassini, “Muhammad ibn Abd al-Wahhab,” The Oxford Encyclopedia of the
Modern Islamic World (Oxford: Oxford University Press, 1995), vol. 2, hal. 159-160.
789
Ayman al-Yassini, “Wahhabiyah,” The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World
(Oxford: Oxford University Press, 1995), vol. 4, hal. 307-308.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 287
788
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
informasi yang banyak mengenai situasi sosial di Najd. Pada tahun 1860-an,
William Palmgrave, “seorang anggota Society of Jesus dan seorang agen Perancis,
menyusup ke pusat Najd dan mengunjungi Riyadh.”790 Bahkan meski dia benar
mengunjungi daerah itu, laporannya memiliki sejumlah kekeliruan tentang daerah
itu, sampai diragukan apakah dia benar-benar mengunjungi Najd.791
Umumnya, seseorang mesti sepakat dengan taksiran Abu-Hakima: “Tulisan-tulisan
kontemporer orang-orang Eropa dan Muslim tentang Syeikh sangat menyesatkan.
Pernyataan-pernyataan keliru mereka dikritik oleh para penulis Eropa mutaakhirun
seperti Burckhardt dalam catatan-catatannya tentang orang-orang Badwi dan
Wahabbi.”792 Contohnya, Niebuhr adalah orang pertama yang mengirim informasi
kepada bangsa Eropa tentang kemunculan Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Dia
mengaku bahwa dia berada di sebuah tempat dimana sulit mendapat informasi
yang akurat tentang keyakinan ibn Abdul-Wahhab. Dia menyebut bahwa ibn
Abdul-Wahhab menganggap Nabi Muhammad (‫ )ﷺ‬dan semua nabi-nabi lainnya
hanya sebagai orang-orang yang bijak, mengingkari bahwa kitab apapun
sebenarnya diwahyukan oleh Tuhan.793 Para penulis dan pelancong Eropa setelah
itu kemudian dipengaruhi oleh gagasan-gagasan keliru Niebuhr. Beberapa di
antara mereka (seperti Waring dan Rouseau) mengatakan bahwa ibn AbdulWahhab tidak percaya bahwa Allah mewahyukan Qur’an. Lainnya (seperti
Malcolm, Raymond dan Corancez) menyatakan bahwa beliau hanya menolak
hadits Nabi (‫)ﷺ‬.794 Barangkali informasi yang paling aneh mengenai ibn AbdulWahhab dicatat oleh Bidwell yang menyatakan bahwa “sebuah laporan telah
sampai kepada Bonaparte di Mesir bahwa pemimpin mereka [yaitu, Muhammad
ibn Abdul-Wahhab] adalah seorang pengkhianat Jesuit Perancis.”795
Dalam bab ini, dua buku permulaan yang telah diterbitkan akhir-akhir ini pertama
kali di Inggris atau diterbitkan ulang akan direview. Yaitu karya Louis Alexandre
790
Vassiliev, hal. 17.
Ibid., hal. 17. Untuk pembahasan sumber-sumber yang berhubungan dengan periode
sejarah ini dan wilayah khusus ini, baik dari sumber-sumber berbahasa Arab sampai kepada
sumber-sumber semi-resmi Inggris, lihat Vassiliev, hal. 12-19; Abu-Hakima, hal. 1-23.
792
Abu-Hakima hal. 127.
793
Lihat Al-Utsaimiin, hal. 104. Al-Utsaimiin menerbitkan sebuah artikel dalam jurnal kuliah
ilmu-ilmu sosial di Muhammad ibn Saud Islamic University yang merinci sejumlah
kekeliruan Niebuhr. Artikel itu, meskipun demikian, tidak didapatkan penulis.
794
Lihat Al-Utsaimiin, hal. 104.
795
Robin Bidwell, Introduction untuk karya John Lewis Burckhardt, Notes on the Bedouins
and Wahabys (Reading, England: Garnett Publishing, 1992), vol. 1, introduction, tanpa
nomor halaman.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 288
791
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Olivier de Corancez, The History of the Wahabis796 dan karya Burckhardt, Notes on
the Bedouins and Wahabys. Yang pertama dipilih karena ini adalah salah satu
buku yang ditulis dalam bahasa Barat secara keseluruhan membahas orang-orang
“Wahhabi.” Yang kedua dipilih untuk memperlihatkan bahwa beberapa informasi
yang akurat diterima dari suatu waktu yang lebih awal.
De Corancez
De Corancez adalah seorang Perancis. Dia ditunjuk sebagai konsul Perancis di
Aleppo pada tahun 1802. Dia pertama kali menerbitkan buku ini pada tahun 1810.
Apa yang membuat buku ini menarik adalah karena de Corancez sendiri tak pernah
mengunjungi Najd. Malahan, dia mengunjungi Syria. Sumber-sumber informasinya
tentang orang-orang “Wahhabi”, karenanya, terbatas pada apa yang telah tersebar
mengenai orang-orang “Wahhabi” di Utsmaniyyah Syria pada awal tahun 1800-an.
Kebanyakan informasinya bisa juga berasal dari penduduk Kristen Maronit di
Aleppo.797 Orang bisa, karenanya, kemungkinan memaafkan de Corancez untuk
pernyataan-pernyataan aneh yang dia buat karena dia hanya menyampaikan
kesalahan informasi yang bisa dia gabungkan dari sumbernya.
Untuk singkatnya, beberapa pernyataan de Corancez akan dipersembahkan disini.
Lebih jauh, kebanyakan dari buku ini berurusan dengan kejadian-kejadian historis
setelah wafatnya ibn Abdul-Wahhab dan diluar bidang karya ini. Maka, hanya
beberapa bagian yang berhubungan dengan ibn Abdul-Wahhab dan keyakinankeyakinannnya akan dicatat disini. Buku ini adalah sebuah kombinasi fakta yang
ganji dan fiksi yang aneh. Nilai kebenaran pernyataan-pernyataan ini mestinya,
sekarang, menjadi jelas dan, karenanya, tak perlu untuk dikritisi.
Pada permulaannya, dia menyatakan, “Jika, bagaimanapun, orang-orang Wahhabi
tetap terbatas di Arabia dimana mereka saat ini menjadi penguasa, capaiancapaian mereka telah cukup bermanfaat untuk menjamin diingat anak cucu.”798
Pada halaman 6 ditulis,
Syeikh Mohammed menolak ketetapan ibadah yang sama dengan Kristen,
Musa, atau nabi-nabi yang dikenal oleh umat Muslim. Dia memproklamirkan
bahwa Tuhan telah memungkiri bangsa Turki karena mereka menyembah
Mohammed … Maklumat pertamanya adalah membunuh mereka [bangsa
796
Louis Alexandre Olivier de Corancez, The History of the Wahabis from their Origin until
the end of 1809 (Eric Tabet, terj. Reading, England: Garnet Publishing, 1995).
797
Lihat pernyataan de Corancez, hal. xx.
798
De Corancez, hal. xvii.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 289
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Turki] karena mereka menggangu kemuliaan Tuhan dan mencemarkan
ibadah pada-Nya yang sebenarnya.
Doktrin ini didapati dimasukki orang-orang suku Muhammad, namun mereka
terlalu kecil dalam jumlah untuk menjadi sebuah ancaman; sebuah kekuatan
lebih besar dibutuhkan untuk mendorong ketaatan pada kredo yang sangat
intoleran. Dengan pemahamannya, Mohammed memisahkan diri dari
Yaman, menjelajah Suriah dan perbatasan-perbatasan Euphrat. Dia mengajak
pasha atau pangeran yang mungkin dapat menyediakannya kekayaan atau
senjata. Ditolak di Mekkah dan Damaskus, dan dibuang dari Baghdad dan
Basra, dia kembali ke Arabia, dimana dia menerima sambutan yang
799
menyenangkan dari Ibn Saud, penguasa Diriyah dan al-Hasa.
Tak lama setelah itu, dia menyatakan bahwa “keyakinan baru” mengatur dirinya
sendiri dan “para reformer mengadopsi nama Wahabi, dari nama pendirinya.”800
Mengenai keyakinan ibn Abdul-Wahhab, de Corancez menulis,
Doktrin ini mempertahankan sebuah prinsip: eksistensi dan keesaan Tuhan.
Juga para Wahhabi mengakui adanya sebuah wahyu, wahyu yang mengajari
tak lain daripada prinsip ini. Dalam mengadopsi pernyataan keimanan
Mohammedan—Tak ada Tuhan kecuali Allah, dan Muhammad adalah nabiNya—mereka menghapus bagian yang terakhir, mereduksinya dengan
mengatakan: Tak ada Tuhan kecuali Allah. Sebagai hasilnya mereka dinilai
hanya sebagai deist, dan beberapa pelancong [dengan begitu] telah
mengklaim secara keliru bahwa keyakinan mereka hanya sebuah agama
alami.
Perbedaan prinsip antara Mohammedan [yaitu, non-Wahhabi] dengan
Wahhabi berkenaan dengan pandangan-pandangan mereka tentang sifat
Nabi Muhammad: yang pertama memandangnya sebagai seorang nabi, yang
801
terakhir memandangnya sebagai seorang guru yang bijaksana.
Namun demikian, pada halaman-halaman berikutnya, dia nampaknya
bertentangan dengan apa yang baru saja diucapkannya, menulis, “Secara umum,
agama orang-orang Wahabi adalah yang Qur’an telah gunting semua takhyul yang
mana telah didistorsi orang-orang Mohammedan (non-Wahhabi). Hal itu maka
tidak banyak kredo baru kecuali kembali kepada Islam yang aseli dalam
kesederhanaannya.”802
799
De Corancez, hal. 6.
De Corancez, hal. 8.
801
De Corancez, hal. 11-12.
802
De Corancez, hal. 13.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 290
800
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Dia kemudian menulis,
Namun di tangan orang kasar ini, spirit partisan seringkali diperlakukan
melebihi alasan, dan kebenciannya kepada para Mohammedan membuatnya
melarang beberapa praktik-praktik mereka yang dianggap sebagai criminal.
Penggunaan-penggunaan yang ditemukan paling luas bisa jadi laknat bagi
orang-orang Wahabi sehingga tak ada alasan lain daripada orang-orang
803
Mohammedan untuk patuh kepada mereka.
De Corancez kemudian menggambarkan penghancuran tempat-tempat keramat,
makam-makam dan mausoleum-mausoleum yang dibangun di atas kuburankuburan. Catatan bahwa dalam bagian ini dia memiliki sebuah interpretasi yang
aneh untuk niatan ibn Abdul-Wahhab. Dia gagal untuk mencatat bahwa ibn AbdulWahhab sebenarnya memenuhi perintah Nabi (‫—)ﷺ‬namun, tentu saja, de
Corancez yang malang telah dengan jelas termakan propaganda bahwa ibn AbdulWahhab mengkerdilkan Nabi (‫ )ﷺ‬sedemikian rupa sehingga dia tidak pernah
menyadari bahwa ibn Abdul-Wahhab sebenarnya memenuhi perintah Nabi.
Dalam pendahuluan Burrell, ditulis pada tahun 1995, dia mengatakan bahwa de
Corancez mengacu orang-orang Wahhabi sebagai “Muslim-muslim yang
terreformasi” sementara mengacu kepada orang-orang non-Wahabi sebagai
“Muslim-muslim Mohammedan,” karena, Burrell menulis, “kedudukan terbaik
diberikan kepada nabi yang terakhir.”804 Tentu saja, tak ada yang dapat lebih maju
dari kebenaran untuk mengklaim bahwa Turki Utsmaniyyah, orang Sufi dan para
pengikut yang buta dari madzhab-madzhab fiqih yang berbeda yang memberikan
kedudukan Nabi (‫ )ﷺ‬yang lebih daripada para pengikut ibn Abdul-Wahhab.
Sesuatu yang menarik mengenai buku ini adalah bahwa buku ini diterjemahkan
kedalam bahasa Inggris dan diterbitkan akhir-akhir ini, tahun 1995, juga tak ada
upaya apapun dalam pendahuluan atau catatan-catatan kaki yang dapat
menunjukkan kekeliruan-kekeliruan yang dibuat penulisnya. Pembaca dibiarkan
begitu saja dengan kesan bahwa deskripsi de Corancez tentang keyakinankeyakinan “Wahhabi” adalah akurat. De Corancez sendiri dapat dimaafkan karena
dia terpaksa bekerja dengan apa yang tersedia untuknya pada masanya dan
tempatnya. Namun demikian, tak ada permaafan seperti itu bagi penterjemah atau
para penerbit yang memiliki begitu banyak informasi yang tersedia bagi mereka.
Burckhardt
803
804
De Corancez, hal. 14.
R. M. Burrell, “Introduction,” untuk karya de Corancez, hal. xi.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 291
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Burckhardt adalah orang yang sangat dekat dengan Muhammad Ali Pasha, orang
yang secara militer menundukkan dan menghancurkan al-Diriyyah. Dia
menghabiskan banyak waktunya di Hijaz, telah melaksanakan ziarah dibawah
penyamarannya sebagai seorang Muslim. Namun demikian, dia hidup bertahuntahun di antara suku Badwi di antara Hijaz dan Suriah. Meskipun laporanlaporannya tentang orang-orang Wahhabi dianggap tangan kedua, laporanlaporannya sungguh memiliki tingkat akurasi yang baik, barangkali karena dia
menghabiskan beberapa lama waktunya bersama orang-orang suku Badwi yang
dapat dianggap sebagai orang-orang “Wahhabi.” Disini hanya beberapa bagian dari
karyanya yang akan dikutip untuk memberikan sekilas pandangan-pandangannya
kepada pembaca.
Jelas bahwa Burckhardt benar-benar bermaksud objektif dalam studinya. Dia
memulai bagiannya tentang orang-orang Wahhabi dengan menulis,
Mengenai Wahhabi, beragam pernyataan kontradiktif dan keliru telah
diberikan dalam beberapa laporan yang diterbitkan sampai saat ini. Beberapa
anekdot dari mereka yang sangat picik, dikumpulkan dari sumber-sumber
informasi yang dapat saya peroleh dari bagian Timur, bisa menjadi bukti yang
menarik bagi banyak pembaca. Saya harus, bagaimanapun, menyesal, bahwa
selama tinggal di Hedjaz [Hijaz] negeri ini adalah, karena perang dengan
Mohammed Aly, akrab dengan orang-orang Nejd, yang, melebihi yang lainlainnya, layak memberikan kepercayaan dan detail-detail yang akurat
tentang orang-orang wahaby; sementara orang-orang suku Badwi dari kelas
biasa, yang telah mengadopsi keyakinan baru, secara umum, secara
805
keseluruhan awam tentang masukan dan doktrinnya yang sesungguhnya.
Untuk beberapa alasan, meski, Burckhardt terus mengacu guru aseli sebagai Abd el
Wahab bukannya ibn Abd el Wahab (sebagaimana digunakan Burckhardt dalam
menulis). Mengenai ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab, dia menulis,
Doktrin-doktrin Abd el Wahab bukanlah sebuah agama baru; upayaupayanya adalah ditujukan hanya untuk mereformasi penyalahgunaanpenyalahgunaan yang dilakukan para pengikut Islam, dan untuk menaburkan
iman murni di antara orang-orang Badwi; yang, meskipun secara nominal
adalah orang-orang Muselman (muslim-pent), sama-sama bodoh tentang
agama, seperti acuh tak acuh tentang kewajiban-kewajiban yang telah
ditentukan. Secara umumnya menjadi masalah dengan para reformer, dia
disalahpahami baik oleh kawan-kawannya ataupun oleh musuh-musuhnya.
Akhirnya, mendengar sebuah sekte baru, yang menuduh orang-orang Turki
melakukan bid’ah, dan menganggap nabi mereka, Muhammad, dalam
pemujaan yang kurang dari apa yang mereka lakukan, adalah cara yang
mudah untuk meyakinkan bahwa kredo baru itu sebagaimana dinyatakan,
805
Burckhardt, vol. 2, hal. 95-96.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 292
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dan bahwa orang-orang Wahaby konsekuensinya bukan hanya bid’ah, tapi
806
orang-orang kafir, atau infidel…
Dia mencatat bahwa ajaran-ajaran sejati orang-orang “Wahhabi” adalah tiada lain
daripada ajaran-ajaran Islam yang sudah sangat dikenal dan hanyalah propaganda
negatif tentang mereka yang membuat orang-rang percaya sebaliknya. Maka, dia
menulis,
Jika bukti lebih jauh diperlukan bahwa orang-orang Wahaby adalah orangorang Muselman (muslim-pent) yang sangat ortodoks, katekismus mereka
akan melengkapinya. Ketika Saoud menguasai Mekkah, dia mendistribusikan
salinan-salinan katekismus ini kepada penduduk setempat, dengan maksud
agar murid-murid di sekolah-sekolah umum harus mempelajarinya dengan
sepenuh hati. Isinya tiada lain daripada apa yang harus diakui orang Turki
yang paling ortodoks sebagai kebenaran … Doktrin-doktrin ketua tentang
orang-orang Wahaby, akan terlihat, cocok dengan pikiran-pikiran mereka
yang berada di bagian-bagian lain kekaisaran Muselman.
Koran (Qur’an) dan tradisi-tradisi Mohammed (Sunnah) diakui sebagai
sesuatu yang fundamental, terdiri dari hukum-hukum; dan pendapat para
807
ahli tafsir Koran (Qur’an) dihormati, meskipun tidak diikuti secara implisit.
Dia kemudian menggambarkan beberapa perbedaan mereka dengan orang-orang
“Turki.” Dia menyatakan,
“orang-orang Wahaby mencela orang-orang Turki dalam cara menghormati
nabi, dengan sikap yang jalannya cinta sejati, dan dengan melakukan hal yang
sama untuk mengingat para wali … Dengan sekali mengakui Koran (Qur,an)
sebagai hukum yang diwahyukan, orang-orang Turki wajib percaya secara
implisit berbagai bagian dimana secara ekspres menyatakan Mohammed
hanya seorang yang fana sebagaimana diri mereka. Namun orang yang
806
807
Burckhardt, vol. 2, hal. 99-100.
Burckhardt, vol. 2, hal. 104-105.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 293
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mencintai nabi secara fanatik
809
pernyataan seperti ini.”
808
tak dapat berkonten sama dengan
Burckhardt kemudian menggambarkan berbagai reformasi dan perubahan yang
dibawa oleh para pengikut ibn Abdul-Wahhab, khususnya oleh anggota keluarga
Saud, para penguasa Negara baru. Dia menggambarkan beberapa rincian
bagaimana pemerintah Saud bekerja, termasuk dalam kebijakan-kebijakan
keadilan dan sumber-sumber penghasilan. Dia juga membahas beberapa rincian
aspek-aspek militer di permulaan Negara. Dia juga menggambarkan bagaimana
orang-orang “Wahhabi” pertama bertarung melawan syarif-syarif Hijaz,
memperlihatkan bahwa hal ini sebenarnya sebuah tindakan agresi pada bagian
Syarif.810
Kebanyakan karya Burckhardt melebihi ranah karya ini dan yang di atas
memberikan sebuah laporan yang cukup tentang informasi mengenai bukunya.
Tulisan-tulisan yang Ada Baru-baru Ini
Sebagaimana dicatat di awal bab ini, “Wahhabisme” telah menerima begitu
banyak perhatian akhir-akhir ini. Dua buah buku telah diterbitkan akhir-akhir ini
yang diproklamirkan telah mempersembahkan cerita yang sebenarnya tentang
“Wahhabisme” dan, khususnya dalam salah satu dari dua buku itu, bahayabahayanya bagi seluruh dunia. Dua karya ini adalah karya Professor Hamid Algar,
Wahhabism: A Critical Essay811 dan karya Stephen Schwartz, The Two Faces of
Islam: The House of Sa’ud from Tradition to Terror.812 Dua karya ini membahas
berbagai topik yang melebihi bidang karya ini dan pembahasan yang terperinci
atas berbagai klaim-klaim mereka akan memakan sejumlah besar halaman; namun
808
Ini, apa yang Burckhardt sebut sebagai, “fanatic love” yang diklaim orang-orang Sufi dan
yang lainnya untuk Nabi (‫)ﷺ‬, dimana mereka melebihi apa yang diminta oleh Nabi (‫)ﷺ‬
dari mereka, bukanlah cinta apapun yang sebenarnya atau yang sepantasnya. Mereka
benar-benar mengabaikan apa yang Allah dan Nabi (‫ )ﷺ‬minta dari mereka.
Kenyataannya, untuk menempatkannya dalam terma-terma modern, “cinta” macam ini
lebih berhubungan darah dengan macam cinta yang diklaim “stalker” untuk “stalked”.
Cinta macam itu tidak diterima oleh “stalked” dan rupanya cinta yang terakhir tidaklah
ditegaskan atau diterima oleh Syariat.
809
Burckhardt, vol. 2, hal. 106.
810
Lihat Burckhardt, vol. 2, hal. 180ff.
811
Hamid Algar, Wahhabism: A Critical Essay (Oneonta, NY: Islamic Publications
International, 2002).
812
Stephen Schwartz, The Two Faces of Islam: The House of Sa’ud from Tradition to Terror
(New York: Doubleday, 2002).
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 294
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
demikian, mereka pantas menerima penelitian yang lebih cermat dibanding karyakarya yang telah direview sebelumnya, yang kebanyakannya bernilai historis.
Algar
Dr. Algar adalah seorang professor kawakan di University of California di Berkeley.
Dalam sebuah kuliah yang penulis hadiri di universitas itu, Professor Algar
memperkenalkan dirinya sebagai seorang Ashari untuk menghormati
keyakinannya, Hanafi untuk menghormati madzhab fiqih-nya dan Naqshabandi
untuk menghormati ordo Sufinya. Pada saat yang sama dia menikahi seorang istri
Turki dan terang-terangan bahwa dia pro-Syiah dan pro pendirian Khomeini.813
Akhirnya, setiap orang dengan karakteristik-karakteristik ini dapat membuat
seseorang dengan kualitas yang kurang lebih sama memiliki pendirian yang sangat
miring terhadap ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya. Tentu saja, Algar sendiri
menyatakan di akhir buku ini, “Akan sangat jelas sekali kepada pembaca yang
penuh perhatian sekarang bahwa penulis saat ini memiliki rasa suka atau simpati
813
Sulit bagi beberapa orang untuk memahami bagaimana Algar, yang seorang Sunni dan
Sufi, pro-Khomeini. Barangkali beberapa bagian dari karya Schwartz mesti mendapatkan
beberapa cahaya dalam hal ini. Schwartz menulis, “Penulis otoritatif biografi Khomeini,
Hamid Algar, pernah menulis, ‘Aspirasi “yang menembus selubung-selubung cahaya dan
mencapai sumber keajaiban” bisa … jadi dihargai sebagai elemen konstan dalam kehidupan
yang penuh ketaatan [Khomeini], dan hanya dengan menguatkannya dalam pikiran dapat
menjadikan totalitas perjuangan dan capaian-capaiannya, termasuk yang politis, dipahami
dengan benar.’ Khomeini telah dipelajari dan ditulis dalam Bezels of Wisdom by Ibn
Arabi…” (Schwartz hal. 148). Di lain tempat, sementara membahas al-Hallaj, yang
diperintahkan dibunuh karena bid’ah-bid’ahnya, Schwartz menulis, “Ayatollah Khomeini
adalah juga seorang mistikus yang unorthodox dalam tingkat tinggi yang menulis puisi
dimana dia berkata ‘Aku lupa akan diriku sendiri dan menyatakan, “Akulah kebenaran”;
dan seperti Mansur Hallaj Aku menyerahkan diriku sendiri untuk dieksekusi.’” Lihat
Schwartz, hal. 46. Schwartz (hal. 165) juga mencatat bahwa Khomeini suatu kali mengirim
surat kepada Gorbachev, “dimana dia menganalisa kelemahan masyarakat Russia sebagai
hasil dari atheisme dan merekomendasikan ilmuwan-ilmuwan Soviet agar datang ke Iran
dan mempelajari karya-karya filsuf Al-Farabi dan Ibn Sina (Avicenna) dan Sufi-sufi
Suhrawardi dan Ibn Arabi.” (Menarik bahwa tak ada maksud yang dibuat untuk
mempelajari Qur’an atau pernyataan-pernyataan Nabi (‫)ﷺ‬.) Fakta-fakta ini juga
memancarkan beberapa cahaya kenapa Schwartz juga nampaknya membenci semua
ummat Muslim kecuali kaum Sufi dan Syiah. Menarik juga untuk mencatat bahwa Schwartz
(hal. 56) berpendapat bahwa ibn Taimiyyah dipenjarakan dengan dukungan para ulama
pada saat itu karena “pandangan-pandangan ekstrimis”-nya sebaliknya dia tak pernah
menjelaskan bahwa Hallaj dihukum mati oleh para ulama pada masanya. Ini seharusnya
mengimplikasikan bahwa Hallaj adalah “supra-extreme”. Kenyataannya, orang-orang Syiah
dan Sufi selalu memiliki suatu hubungan yang kuat di antara keduanya. Pembaca yang
tertarik bisa memeriksa studi dua-volume dari Kaamil Mustafa al-Syaibi, al-Silah bain alTashawwuf wa al-Tasyayya (Beirut: Daar al-Andalus, 1982), passim.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 295
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
yang kecil untuk Wahhabisme.”814 Namun demikian, pertanyaan yang
sesungguhnya adalah benar tidaknya dia mampu meningkatkan dirinya melebihi
kecenderungan-kecenderungan di atas untuk dapat menciptakan sebuah karya
ilmiah dan objektif mengenai Muhammad ibn Abdul-Wahhab.
Algar memulai dengan menyatakan bahwa orang-orang “Wahhabi” menyebut diri
mereka sebagai Muwahhidun “orang-orang yang menyatakan keesaan tuhan.”
Berdasarkan itu, Algar membuat kesimpulan, “Namun jelas penghargaan yang
dilakukan diri sendiri ini bersumber dari hasrat untuk meletakkan klaim eksklusif
pada prinsip tauhid yang adalah dasar Islam itu sendiri; hal ini berimplikasi
pembubaran semua Muslim yang lain sebagai ternodai oleh syirik.”815 Tak ada
perlunya mengambil konklusi seperti itu dan membuat asumsi-asumsi yang mana
para pemimpin da’wah ini sendiri telah dengan jelas menyatakan bahwa mereka
tidak menganggap umat Muslim di luar mereka sebagai orang-orang non-Muslim
atau “ternodai oleh syirik.” Kutipan-kutipan yang relevan dengan topik ini telah
diberikan dan tak akan diulangi lagi disini.
Algar kemudian mencoba memperlihatkan pentingnya orang-orang “Wahhabi”
dalam pemikiran Islam. Dia menyebut mereka “intellectually marginal.” Jika bukan
karena mereka dekat dengan Mekkah dan Madinah dan bahwa mereka memiliki
Saudi oil money, “Wahhabisme mungkin telah berlalu dalam sejarah sebagai
sebuah gerakan sektarian yang marginal dan sebentar.”816
Pembahasan dalam Bab 4, yang menggarisbawahi pengaruh Muhammad ibn
Abdul-Wahhab sebelum datangnya harta kekayaan yang berasal dari minyak,
cukup membalas klaim ini. Seseorang tidak seharusnya mengacu pada (yang
disebut) “gerakan” yang membawa dibukanya kembali “pintu ijtihad” dan
membuat para ulama kembali mengakui posisi mereka dalam cahaya Qur’an dan
Sunnah sebagai “intellectually marginal.”
Algar kemudian menulis,
Wahhabisme secara keseluruhan adalah fenomena khusus, menyerukan
untuk dikenali sebagai sebuah madzhab pemikiran yang terpisah atau bahkan
sebuah sekte tersendiri. Kadangkala orang-orang Wahhabi dikategorikan,
khususnya oleh para peneliti non-Muslim, untuk mencari sebuah deskripsi
singkat, sebagai orang-orang Sunni yang “ekstrim” atau “konservatif” … Hal
tersebut, namun demikian, telah ditemukan oleh orang-orang Sunni yang
berpengetahuan sejak masa awal bahwa orang-orang Wahhabi tak dapat
dihitung sebagai bagian dari Ahl al-Sunna wa al-Jama’a, karena hampir semua
814
Algar, hal. 67.
Algar, hal. 1.
816
Algar, hal. 2.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 296
815
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
praktik-praktik, tradisi-tradisi dan keyakinan yang diumumkan oleh
Muhammad b. ‘Abd al-Wahhab pernah secara historis integral dengan Islam
Sunni, diabadikan dalam satu tubuh literatur yang sangat luas dan diterima
oleh mayoritas muslim. Jelas demi alasan itu, kebanyakan ‘ulama semasa
dengan kemunculan pertama Wahhabisme mengumumkan para pengikutnya
817
sebagai berada di luar batas Ahl al-Sunna wa al-Jama’a.
Sejumlah poin dapat dibuat disini namun tujuannya terlalu singkat. Pertama, fakta
bahwa orang-orang “Wahhabi”-lah yang membuat orang-orang shalat di belakang
satu Imam yang sebelumnya setiap madzhab masing-masing memiliki imam
sendiri-sendiri ketika shalat di Ka’bah mestinya menjadi tanda yang cukup bahwa
mereka bukanlah orang-orang yang sektarian yang membangun dirinya sendiri
sebagai sebuah entitas terpisah. Kedua, dia tidak menyebutkan siapakah yang
dimaksud dengan “orang-orang Sunni yang berpengetahuan” yang menyebutkan
“orang-orang Wahhabi” bukan bagian dari Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah. Orang
hanya dapat berharap bahwa dia tidak mengacu pada “para ulama” yang
dibicarakan di bab sebelumnya yang memalsukan dan mendistorsi realitas agar
mendapatkan konklusi-konklusi gadungan mereka, meskipun dari referensireferensi yang disebutkannya dalam karyanya orang dipaksa untuk membuat
kesimpulan itu. Walau bagaimanapun, ketika seseorang membaca bagian Algar
secara dekat, orang melihat bahwa “Sunnisme”- Algar, tidak ada urusan dengan
Qur’an, jalannya Nabi (‫ )ﷺ‬atau jalannya para Sahabat. Jika Sunnisme Algar
didasarkan kepada Qur’an dan Sunnah, dia akan menyebut bahwa ibn AbdulWahhab menolak tindakan-tindakan yang dibangun oleh Qur’an dan Sunnah. Dia
tak dapat mengatakannya karena akan menjadi dusta yang sangat kelihatan. Satusatunya argumen yang dapat dibuatnya adalah bahwa ibn Abdul-Wahhab
keberatan pada “praktik-praktik, tradisi-tradisi, dan keyakinan-keyakinan … *yang]
telah secara historis integral dengan Islam Sunni, diabadikan dalam sebuah tubuh
literatur yang luas dan diterima oleh mayoritas umat Muslim.” Ini adalah cara
indah yang tidak mengatakan apapun. Ini artinya seseorang mengikuti praktikpraktik yang dilakukan leluhurnya tanpa memperhatikan apakah hal tersebut
diizinkan oleh Qur’an dan Sunnah. Inilah Sunnisme menurut Algar. Jika itu memang
Sunnisme, ini sebenarnya berimplikasi bahwa Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri bukanlah seorang
Sunni. Jika itu masalahnya, maka tak ada nilainya menjadi seorang Sunni. Algar
tidak melakukan apapun kecuali salah merepresentasikan apa itu Sunnisme.
Algar kemudian bergerak pada kehidupam ibn Abdul-Wahhab. Dia sangat berhatihati dalam mengaplikasikan hadits mengenai “gangguan dan kekakacauan serta
generasi Setan”818 terhadap ibn Abdul-Wahhab dan Najd. Dia mengatakan bahwa
817
Algar, hal. 2-3.
Ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-Bukhari. Namun demikian, Algar (hal.
5), setelah mengutip hadits, dia menyatakan tentangnya, “Jika benar shahih …”
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 297
818
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dalam hadits tersebut, dengan berkat ilahi, “Najd dibagi ke dalam beberapa
wilayah seperti Syria dan Yaman.”819 Algar gagal untuk menyadari bahwa Najd yang
disebut dalam hadits bukanlah Najd yang sama dengan asal ibn Abdul-Wahhab,
sebagaimana telah dibahas dalam bab sebelumnya. Bagaimanapun, dia
menyatakan bahwa di akhir kemungkinan bahwa hadits ini tak ada hubungannya
dengan Wahhabisme. Namun kemudian dia berkata, “Kejadian dalam literatur
hadits tidak meyakinkan pikiran yang menjadi firasat terhadap bagian jazirah
Arabia ini dan menyarankan bahwa setiap gerakan yang berasal dari sana harus
dilihat dengan kewaspadaan yang besar.”820 Jika saja Algar akhirnya mengangkat
penjelasan Shahih al-Bukhari, dia akan mampu memahami bahwa dia membuat
sebuah klaim yang tak memiliki dasar.
Algar berbicara mengenai pengaruh ibn Taimiyyah terhadap ibn Abdul-Wahhab.
Kemudian, mengenai ibn Taimiyyah, dia menyatakan, “Bukanlah tanpa alasan jika
Donald P. Little suatu kali menulis sebuah artikel berjudul, ‘Did Ibn Taiymiyya have
a screw loose?’”821 Algar tidak segan-segan mendukung tembakan jarak dekatnya
terhadap ibn Taimiyyah dengan bukti apapun atau alasan logis. Algar benar-benar
tahu jika terbitan seperti itu pernah diacu dia perlu menawarkan setidaknya
beberapa yang dapat mendukung pernyataannya tentang ibn Taimiyyah. Hanya
karena ini adalah sebuah karya yang ditujukan untuk audien umum, tidakkah dia
memiliki standar akademis dan merasa bebas untuk menulis apapun yang
disukainya? Menurut seorang orientalis beragama Kristen bernama George
Makdisi, Algar juga mengklaim bahwa ibn Taimiyyah seorang “yang mentahbiskan
Tarekat Qadiriyah.” Dia mengatakan ini untuk mencoba menjauhkan ibn Taimiyyah
dari ibn Abdul-Wahhab, yang tak memiliki hubungan dengan Sufisme, dan
kemudian dia membuat konklusi, “Wahhabisme secara essensil adalah sebuah
gerakan yang tak punya silsilah; Wahhabisme berasal dari antah berantah dengan
pikiran bukan hanya muncul dari negeri-negeri kosong Najd, tapi juga kekurangan
preseden substansial dalam sejarah Islam.”822 Ini adalah deskripsi menarik yang
diberikan Algar. Dia mengatakan apa yang disebut dengan “gerakan” yang kembali
kepada hakikat semuanya – sebagaimana dapat dilihat dengan hanya membaca
sepintas lalu literaturnya – klaim-klaimnya yang berasal dari Qur’an, Sunnah,
pernyataan-pernyataan para Sahabat dan para ulama generasi awal, dan tulisantulisan dalam fiqih hanbali sebagai sebuah “gerakan tanpa silsilah.”
Algar kemudian menyatakan bahwa tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab sebagai
sesuatu yang tak memiliki nilai. Dia mengatakan bahwa “semua karya-karyanya
819
Algar, hal. 5.
Algar, hal. 6.
821
Algar, hal. 9.
822
Algar, hal. 10.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 298
820
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
sungguh sangat bercahaya, dalam terma isi dan jumlahnya yang banyak.”823
Kemudian Algar dalam sebuah penerbangan khayal yang sesungguhnya menulis
tentang Kitaab al-Tauhid yang diterjemahkan al-Faruqi,
Untuk menjastifikasi pujian berlebihannya terhadap Muhammad b. ‘Abd alWahhab, al-Faruqi menambahkan terhadap terjemahannya setiap bab dari
Kitab al-Tauhid sebuah daftar “masalah-masalah tambahan” yang dia
gambarkan sendiri, mengimplikasikan bahwa si penulis sebenarnya telah
membahas beberapa “masalah” yang muncul dari hadits dalam kitab itu;
824
padahal tidak.
Menyedihkan dan sulit untuk menulis ini, namun bagian ini jelas-jelas
memperlihatkan kebodohan dan arogansi Algar. Tentu saja, ini memperlihatkan
kejelasan ketidakhormatannya kepada kebenaran. Penulis adalah lulusan UC
Berkeley dan benar-benar tahu ada banyak salinan Kitaab al-Tauhid ibn AbdulWahhab, demikian juga penjelasannya, di the graduate library di UC Berkeley.
Kenyataannya, ada ribuan salinan kitab ini yang tersedia di seluruh dunia. Jika
Algar, yang mahir membaca huruf dan bahasa Arab, meluangkan waktu barang
sebentar saja untuk memeriksa salinan-salinan itu dia akan dapat melihat bahwa
apa yang dia sebut “masalah-masalah tambahan” yang didaftar oleh al-Faruqi
adalah benar-benar dari ibn Abdul-Wahhab dan bukannnya “digambarkan” oleh alFaruqi. Untuk membuat masalahnya lebih buruk, dengan pengetahuannya yang
sesungguhnya kecil mengenai tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab, dia memiliki
keberanian dan arogansi untuk berpikir bahwa dia mampu menilai apa yang
datang dari ibn Abdul-Wahhab dan apa yang bukan, dengan tanpa dasar ilmiah
untuk konklusinya. Tentu saja, dalam terjemahan al-Faruqi, tak terdapat apapun
yang disembunyikan yang al-Faruqi tambahkan “masalah-masalah” itu. Algar telah
memutuskan bahwa itulah masalahanya—dan tidak nampak baginya apakah itu
kenyataan atau bukan.
Sebenarnya, Algar mengetahui kumpulan karya ibn Abdul-Wahhab. Namun
demikian, dia tak pernah terganggu untuk memastikan bahwa dia memiliki semua
volume itu. Dia menyatakan, “Tidaklah jelas berapa banyak volume yang komplit
terdiri dari berapa seri.”825 Dia menulis kalau dia memiliki volume satu, dua dan
empat. Sebagaimana telah jelas dari pernyataannya sendiri, dia sebenarnya hanya
memiliki volume satu dan dua dari kumpulan hadits dari suatu dokumen hukum
oleh ibn Abdul-Wahhab dan volume lainnya dengan ini. Dengan sejumlah usaha
ini, Algar berpikir bahwa dirinya memiliki kemampuan dan layak menulis sebuah
essay kritik tentang Wahhabisme dan bahkan menyatakan apa yang termasuk dan
tidak termasuk bagian dari tulisan ibn Abdul-Wahhab.
823
Algar, hal. 14.
Algar, hal. 15-16.
825
Algar, hal. 16.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 299
824
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Setelah menyebutkan beberapa tulisan ibn Abdul-Wahhab di halaman 14 s/d 16,
Algar masih memiliki empedu untuk menulis di halaman 17, “Orang memiliki, tentu
saja, kesan bahwa Muhammad b. ‘Abd al-Wahhab dianggap dalam tindakan
kepenulisan sebagai satu bid’ah yang lebih tidak sah yang telah menjadi selubung
pikiran umat Muslim.”826 Adakah terdapat konklusi yang lebih tidak berdasar?
Lebih jauh, menulis sendiri bukanlah satu-satunya standar untuk menghukumi
benar tidaknya seseorang seorang ulama besar, reformer atau seorang yang
terpengaruh. Kenyataannya, Algar, yang menganggap dirinya sebagai seorang Sufi,
telah memutuskan untuk mengabaikan fakta bahwa terdapat banyak Sufi yang tak
banyak meninggalkan karya dalam bidang tulisan. Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya, keulamaan ibn Abdul-Wahhab nampak dalam surat-surat yang
ditulisnya. Algar nampaknya tak memiliki petunjuk terhadap pentingnya hal itu
ataupun ketersediaan bahan yang penting itu.
Bergerak pada kehidupan ibn Abdul-Wahhab, Algar mengklaim bahwa ibn AbdulWahhab membuat persekutuannya dengan Muhammad ibn Saud “menutupinya
dengan pernikahan yang lain.”827 Penulis tak dapat menemukan bukti apapun yang
dapat menyarankan bahwa ibn Abdul-Wahhab menikahi salah satu kerabat ibn
Saud.
Di halaman 20-21, Algar mengulang klaim-klaim yang telah dibuat sebelumnya
bahwa ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya menyatakan semua orang yang
non-Wahhabi adalah non-Muslim dan mereka sama dengan Khawarij. Tuduhan
seperti ini telah dibahas dalam bab sebelumnya.
Dalam bagian yang agak panjang, Algar menyebut pandangan “Wahhabi” yang ada
sekarang dan buru-buru membantah mereka. Karena pentingnya bagian ini, akan
diperlihatkan hampir seluruhnya. Algar membahas konsep tauhid al-ibadah atau
konsep bahwa semua amal mesti ditujukan hanya kepada Allah, jika sebaliknya
seseorang bisa saja jatuh kepada syirik. Algar kemudian menulis,
Pelanggaran seperti itu akan mendapatkan tempat manakala sebuah
tindakan pengabdian terlibat, dalam gaya apapun, sebuah entitas yang lain
daripada penyembah dan Tuhan. Contohnya banyak: doa yang mengandung
permohonan yang ditujukan kepada Nabi atau orang yang ditinggikan dengan
harapan mendapatkan penerimaan yang lebih besar atas permohonan
seseorang, dengan menggunakan formula seperti bi-hurmati…; isti’ana dan
istighasah, meminta pertolongan dari hal-hal yang duniawi dan spiritual
dengan sebuah bentuk kata-kata yang mengimplikasikan pengharapan atau
pertolongan dari orang yang diberkati, alih-alih dari Tuhan, bahkan jika orang
yang dimintai secara implisit dipandang sebagai saluran atau penyalur
826
827
Algar, hal. 17.
Algar, hal. 19
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 300
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
keilahian; tawassul, menghormati seorang individu, bagaimanapun
agungnya, sebagai alat memfasilitasi pendekatan seseorang pada kehadiran
ilahiah; mempertalikan kehidupan dan agensi kepada yang mati dengan
menyebut mereka dalam konteks pengabdian, bahkan jika bukan sebagai
objek pengabdian seseorang; pengaharapan terhadap, atau aspirasi untuk,
syafaat para nabi, para wali, para syuhada, dan orang-orang agung lainnya;
tabarruk (memohon rahmat) di makam-makam mereka; ziarah, mengunjungi
makam-makam mereka sebagai sebuah tindakan yang dilakukan dalam
haknya dan dengan karena maksud; dan pembangunan kubah-kubah atau
bangunan-bangunan yang ditinggikan di atas makam-makam itu. Semua ini
menghasilkan sebuah pelanggaran terhadap tauhid al-‘ibada dan membuat
orang bersalah karena musyrik. Untuk membuatnya secara berbeda, tauhid
al-‘ibada dapat didefinisikan hanya dengan menjawab tidak, dalam termaterma penghindaran praktik-praktik tertentu, tidak secara affirmatif; ini
menempatkan sebuah ketakutan ikhtilaf yang terasa pada setiap hati
Wahhabisme dan membantu untuk menjelaskan sifat penyensorannya
secara intrinsik. Semua praktik-praktik orang-orang yang diduga menyimpang
yang baru saja dirinci dapat, bagaimanapun, dipertahankan dengan rujukan
bukan saja tradisi dan konsensus tapi juga hadits, sebagaimana telah
dijelaskan oleh berbagai ulama, Sunni dan juga Syiah, yang telah
menunjukkan fenomena Wahhabisme. Bahkan jika itu bukanlah masalahnya,
dan keyakinan bahwa kemanfaatan ziarah dan tawassul yang valid adalah
keliru, tak ada alasan yang logis untuk mengutuk keyakinan ini agar
828
dikeluarkan dari Islam …
Sulit untuk mengetahui darimana memulai dengan bagian seperti ini yang begitu
banyak kekeliruannya. Pertama, dia mengklaim bahwa siapapun yang melakukan
setiap amalan yang disebutkan di atas adalah musyrik (polytheist, keluar dari
barisan Islam) menurut orang-orang “Wahhabi.” Hal ini benar-benar dan sangat
mencolok tidak benar. Tak sekali pun, contohnya, ibn Abdul-Wahhab atau para
pengikutnya menyatakan seseorang kafir hanya karena dia “berharap” atau
memiliki “aspirasi” untuk syafaat para nabi atau para syuhada. Sama juga, tak ada
tempat dimana ibn Abdul-Wahhab atau para pengikutnya menyatakan bahwa
mengunjungi sebuah makam atau bahkan bangunan sebuah mausoleum di atasnya
adalah sebuah amalan syirik. Yang terakhir, contohnya, hanya sebuah amalan yang
membawa kepada syirik dan memang, sebagai, dilarang oleh ibn Abdul-Wahhab
karena telah dilarang oleh Nabi (‫ )ﷺ‬sebelum dia. Apakah ibn Abdul-Wahhab
atau para pengikutnya menyatakan seseorang yang membuat tawassul dengan
menyebutkan Nabi (‫ )ﷺ‬seorang kafir? Atas dasar apa Algar membuat klaimklaim ini? Dia sendiri tidak mengajukan rujukan apapun. Dia tidak mengacu pada
tulisan manapun dari ibn Abdul-Wahhab atau pun berbagai pengikutnya untuk
mendukung klaim-klaim ini.
828
Algar, hal. 32-34.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 301
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Algar mengatakan dalam bagian di atas, “Semua praktik-praktik orang-orang yang
diduga menyimpang yang baru saja dirinci dapat, bagaimanapun, dipertahankan
dengan rujukan bukan saja tradisi dan konsensus829 tapi juga hadits.” Dia
mengklaim bahwa semua amalan-amalan itu dapat dijastifikasi dengan mengacu
kepada hadits. Tentu saja, dia tidak mengajukan dalil apapun untuk itu. Tak satu
hadits pun dikutip untuk mendukung klaim itu dan bahkan tak ada referensi satu
pun diberikan yang, dapat dianggap, menyediakan hadits itu. Apakah dia mencoba
mengimplikasikan bahwa terdapat sebuah hadits dimana Nabi (‫ )ﷺ‬atau salah
satu Sahabat yang mencari pertolongan dalam sebuah sikap spiritual dari
seseorang di sebuah kuburan? Jika seorang lelaki tidak berhati-hati mengenai apa
yang dia klaim ditemukan dalam sebuah hadits Nabi (‫)ﷺ‬, tidaklah mengagetkan
bahwa dia tidak berhati-hati dalam apa yang dia katakan mengenai ibn AbdulWahhab.
Dalam bagian di atas, Algar menyatakan, “Untuk membuatnya secara berbeda,
tauhid al-‘ibada dapat didefinisikan hanya dengan menjawab tidak, dalam termaterma penghindaran praktik-praktik tertentu, tidak secara affirmatif; ini
menempatkan sebuah ketakutan …” Jika saja Algar berbalik pada tulisan-tulisan
orang yang dikiranya menuliskan hal seperti itu, dia akan tahu bahwa pernyataan
itu tak lain kecuali sesuatu yang tidak benar. Muhammad ibn Abdul-Wahhab
sendiri menulis, “Jika ditanya: Apakah yang akan menjadi definisi mendalam dari
ibadah hanya kepada Allah? Saya katakan: Taat kepadanya dengan cara
mengimplementasikan perintah-perintah-Nya dan menghindari larangan-laranganNya. Jika dikatakan: Apakah bentuk-bentuk ibadah yang tidak layak kecuali hanya
untuk Allah? Saya katakan: Bentuk dari bentuk-bentuk permohonan, mencari
keselamatan, menyembelih seekor binatang korban, bersumpah, memiliki
ketakutan, memiliki harapan, memiliki kepercayaan dan menggantungkan nasib,
menyatakan penyesalan, cinta, kagum, hasrat, takut, penghargaan yang tinggi,
tunduk, bersujud, kepatuhan, penghormatan yang tinggi yang eksklusif kepada
Tuhan …”830 Jika Algar kecewa tentang negatif, dia seharusnya sadar rumus dengan
mana seseorang menjadi seorang Muslim. Yang pertama adalah penolakan
kemudian affirmasi/persetujuan. Apakah Algar tidak ridla dengan Allah dan RasulNya (‫ )ﷺ‬bahwa mereka telah menyatakan dan menggambarkan bahwa jalan
masuk kepada Islam “hanya dengan menjawab tidak.” Lebih jauh, tidakkah benar
bahwa apa yang dinyatakan ibn Abdul-Wahhab, “Bahwa tak ada shalat yang
disebutkan kecuali kepada Allah, tak ada shaum yang ditawarkan kecuali untuk
Allah, tak ada hewan yang dikorbankan kecuali dengan nama Allah …” adalah
hanya sebuah uraian baru dengan contoh-contoh praktis dari pernyataan
keimanan? Kenyataannya adalah orang itu telah menghapuskan apa yang keliru
829
830
Bagaimana dia membuat klaim pada konsensus masih menjadi keajaiban yang lain.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 279.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 302
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dan menghindari kemungkaran. Haruskah dia juga tidak menganggap apa yang
telah jelas-jelas dinyatakan oleh Allah—memulai dengan menjawab tidak—
‫الر ْش ُد ِم َن الْغَ ّْي فَ َم ْن يَ ْك ُفْر‬
ُّ ‫ْي‬
َ َّ َ‫ال إِ ْكَرا َ ِِف الدّْي ِن قَ ْد تَب‬
ِ ِ
ِ ِ
‫ك بِالْعُْرَوِة الْ ُوثْ َقى ال‬
َ ‫استَ ْم َس‬
ْ ‫بِالطَّاغُوت َويُ ْؤم ْن بِاللَّه فَ َقد‬
ِ‫تا واللَّه َِٖتيع عل‬َٛ ‫انْ ِفصام‬
‫يم‬
ٌ َ ٌ ُ ََ ََ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
831
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah 2:256).
Lagi, apakah masalah Prof. Algar dengan ibn Abdul-Wahhab atau sebenarnya
dengan Qur’an dan Islam itu sendiri?
Di akhir bagian yang di atas, Algar menyatakan, “Bahkan jika itu bukanlah
masalahnya, dan keyakinan bahwa kemanfaatan ziarah dan tawassul yang valid
adalah keliru, tak ada alasan yang logis untuk mengutuk keyakinan ini agar
dikeluarkan dari Islam.” Ini adalah sebuah contoh klasik dari buah pikir orangorang pengikat kepercayaan: Algar menanam klaim-klaim yang keliru dan
kemudian membantahnya. Tak sekalipun ibn Abdul-Wahhab atau para
pengikutnya mengatakan bahwa dengan hanya mengunjungi sebuah kuburan
(ziarah) atau bahkan tawassul (mengira bahwa dia dengan begitu maksudnya
adalah memohon hak Nabi (‫)ﷺ‬, sebagai contoh) adalah amalan-amalan yang
menyebabkannya “keluar dari Islam.”832 Lebih jauh, menarik untuk mencatat
bahwa dalam bagian ini Algar hanya menyebut ziarah dan tawassul. Mungkin dia
831
Thaghut ialah setan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
Al-Saabiq (hal. 286) menulis, “Para penentang orang-orang ‘Wahhabi’ dan saudarasaudara mereka mengklaim bahwa orang-orang ‘Wahhabi’ mengatakan bahwa tawassul
832
dengan kedudukan Rasul (‫ )ﷺ‬dan mengunjungi kuburannya yang mulia adalah tindakantindakan syirik dan berseberangan dengan tauhid. Itu adalah dusta dan pemalsuan dari
para penentang. Kenyataannya, orang-orang ‘Wahhabi’ dan saudara-saudara mereka
hanya mengatakan bahwa tawassul dengan kedudukan makhluk adalah sesuatu yang baik
Allah maupun Rasul-Nya (‫ )ﷺ‬tidakbolehkan dan para Sahabat dan Salafu Shaleh setelah
mereka tak pernah melakukannya … Karenanya, hal ini adalah sebuah tindakan yang
tertolak *dan semacam bid’ah+.”
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 303
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mengakui bahwa amalan-amalan yang lain yang telah disebutkannya, seperti
“isti’ana and istighasah, mencari pertolongan dari hal yang bersifat duniawi atau
spiritual sengan satu bentuk kata-kata yang mengimplikasikan pengharapan atau
pertolongan dari seseorang yang dianggap diberkati, alih-alih dari Tuhan,” dapat
tentu saja terlihat membuat seseorang keluar dari barisan Islam.
Di halaman berikutnya setelah bagian yang dia atas, Algar kemudian membahas
ajaran-ajaran Wahhabi mengenai bid’ah. Dia kelihatannya tidak peduli dengan
pendekatan “Wahhabi” bahwa semua bentuk bid’ah adalah tersesat. Tentu saja,
tak sekali pun dia mengutip hadits,
ِ
ٍ
ٌ‫ض َاللَة‬
َ ‫ت َدثَات األ ُُم ْوِر فَِإ َّن ُك َّل بِ ْدعة‬ُْٝ ‫َو إِيَّا ُك ْم َو‬
“Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena sesungguhnya semua bid’ah itu
833
sesat.”
Malahan, Algar menulis, “Pengertian-pengertian yang lebih luas dan lebih positif
adalah, bagaimanapun, untuk dihadapi. Ulama Syafii ‘Izz al-Din b. ‘Abd as-Salam,
contohnya, berpendapat bahwa hal tersebut diperbolehkan dan dianggap sebagai
sebuah bid’ah hasanah, ‘bid’ah yang baik,’ dan bahwa secara hukum semua bentuk
bid’ah jatuh ke dalam lima kelompok: wajib, sunnat, mubah, makruh dan
haram.”834
Pertanyaan yang muncul dari bagian ini adalah: Apakah yang dicoba Algar
implikasikan dengan pernyataan ini? Di halaman berikutnya, dia memberikan
contoh-contoh apa yang dianggap bid’ah yang tidak tercela di matanya: “Daftarnya
termasuk namun tidak terbatas pada berbagai bentuk-bentuk dzikir dan ritualritual lain yang dipraktikkan oleh ordo-ordo Sufi; adat-adat popular yang
dihubungkan dengan tanggal-tanggal yang ditandai secara keagamaan, seperti dua
Ied … peringatan maulid Nabi …”835 Apakah semua ini termasuk kepada “bid’ahbid’ah yang baik” yang akan dianggap disetujui ulama seperti ‘Izz al-Din ibn AbdulSalaam, juga ditentang oleh seseorang seperti ibn Abdul-Wahhab? Ini adalah cara
yang sangat tidak fair untuk mempertahankan praktik-praktik yang tak layak
dipertahankan. Hanya karena ada beberapa ulama yang menyetujui pembagian
bid’ah atau innovasi ke dalam lima kategori yang disebutkan di atas, hal itu tidak
833
Hadits ini shahih. Hadits ini diriwayatkan dengan kata-kata yang sedikit berbeda oleh
Ahmad, Abu Daawud, al-Tirmidzi, ibn Hibbaan, ibn Abu Aasim, al-Baihaqi, al-Haakim dan
yang lain-lainnya. Untuk rincian mengenai derajat hadits ini, lihat Zarabozo, Commentary,
vol. 2, hal. 1044-1046.
834
Algar, hal. 35.
835
Algar, hal. 36.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 304
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
berarti bahwa mereka akan menerima praktik-praktik yang digambarkan oleh
Algar. Ambil contoh ulama yang disebutkannya secara eksplisit, ‘Izz al-Din ibn
Abdul-Salaam.836 Dapatkah terdapat hubungan antara ibn Abdul-Salaam dan
bid’ah-bid’ah yang disebutkan Algar dalam halaman dia yang berikutnya?
Nampaknya pandangan ibn Abdul-Salaam, bahkan jika dia membagi bid’ah ke
dalam lima kategori yang disebutkan di atas, sebenarnya sangat dekat dengan
pandangan ibn Abdul-Wahhab. Maka, al-Izz ibn Abdul Salaam sekali menyatakan
bahwa seseorang seharusnya tidak menyatakan doa-doa kepada Nabi (‫ )ﷺ‬di
akhir qunut (permohonan khusus yang dilakukan dalam shalat Witr).837 Dia juga
secara eksplisit menyatakan amalan yang sederhana seperti berjabat tangan
setelah shalat Shubuh dan Ashar adalah sebuah bid’ah (innovasi).838 Lebih jauh, alIzz juga menyimpulkan bahwa melibatkan satu bagian makhluk sementara
bersumpah dengan Allah adalah benar-benar dilarang.839 Dia juga mengatakan
bahwa terlarang untuk membuat tawassul dengan ciptaan Allah.840 Terbukti,
bahwa keyakinan ibn Abdul-Wahhab sebenarnya sama seperti yang ditunjukkan alIzz ibn Abdul-Salaam. Ibn Abdul-Wahhab sekali menulis, “Kami menahan diri dari
setiap bid’ah kecuali untuk bid’ah yang memilki beberapa sumbernya dari hukum,
seperti mengumpulkan Qur’an ke dalam satu mushaf, Umar menyatukan para
Sahabat dalam sebuah jamaah untuk shalat tarawih (shalat malam di bulan
Ramadhaan)…”841 Ini adalah jenis-jenis “bid’ah” yang diterima oleh al-Izz. Akhirnya,
Abdullah, putera ibn Abdul-Wahhab, menyatakan bahwa jika seseorang ingin
menyebut “hal-hal baik” seperti itu sebagai bid’ah dalam sebuah pengertian
figuratif, maka tak ada salahnya dengan itu meskipun pendekatan yang lebih baik
dan benar digunakan yang termanya hanya ketika mengacu pada amalan-amalan
yang tak dapat diterima.842 Pilihan Algar terhadap al-Izz ibn Abdul-Salaam
nampaknya sebuah pilihan yang menyedihkan karena, meskipun al-Izz ibn AbdulSalaam membagi bid’ah ke dalam lima kategori, pemahamannya terhadap bid’ah
masih sama seperti yang dimiliki oleh ibn Abdul-Wahhab dan puteranya Abdullah.
836
Secara kebetulan, dalam mengacu kepada ‘Iz al-Din ibn Abdul-Salaam, Algar sebenarnya
tidak mengacu kepada karya ibn Abdul-Salaam manapun namun bersandar pada artikel
yang ditulis dalam bahasa Turki. Karenanya, mungkin sekali bahwa Algar bahkan tidak tahu
apa yang sebenarnya diyakini ibn Abdul-Salaam.
837
Dikutip dalam Fauzi ibn Muhammad al-Syabtah, Mausuah al-Shalaah al-Shahihah
(Riyadh: Maktabah al-Taubah, 2000), vol. 2, hal. 940.
838
Al-Izz ibn Abdil-Salaam, al-Fataawa al-Mausiliyyah (Beirut: Daar al-Fikr al-Muaasir, 1999),
hal. 34.
839
Lihat al-Ruwaishid, vol. 1, hal. 116.
840
Al-Ruwaishid, vol. 1, hal. 123.
841
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 107.
842
Al-Ruwaishid, vol. 1, hal. 140-141.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 305
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Di halaman 37, Algar mengulang klaim bahwa ibn Abdul-Wahhab menganggap
umat Muslim tak mendapat nilai apapun selama enam ratus tahun atau lebih.
Meskipun Algar tidak menyebut apapun atas pernyataan-pernyataan ini, salah satu
acuan yang relevan yang dia sebutkan dalam bibliografi-nya adalah Dahlaan dan
barangkali dari dialah Algar mendapatkan informasi yang tak berdasarnya itu.
Pada halaman 38 s/d 39, penghargaan untuknya, Algar menghilangkan prasangka
tentang klaim bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab adalah seorang mata-mata
Inggris. Dia membahas sebuah karya yang kemungkinan memoar-memoar seorang
agen Inggris di Timur Tengah, “Mr. Hempher.” Memoar-memoar ini mengklaim
bahwa “gerakan Wahhabi” tiada lain kecuali sebuah rencana jahat Inggris. Algar
menyimpulkan bahwa kemungkinan besar penulis karya ini adalah seorang Syiah.
Adalah baik bahwa Algar menghilangkan prasangka pemalsuan murni ini. Namun
demikian, menarik untuk mencatat sikap Algar terhadap pemalsu ini sebagai
menentang sikapnya terhadap ibn Abdul-Wahhab dan yang lain. Algar tak memiliki
kata-kata kasar untuk sang pemalsu. Malahan dalam menghukum pemalsu ini
untuk karya yang dia buat, Algar nampaknya lebih kecewa bahwa dia tidak
mengerjakan karyanya dalam sebuah sikap yang cukup baik. Maka, dia
menyimpulkan tentang si penulis, “Dia akan lebih baik meninggalkan tugasnya
membantah Wahhabisme pada ulama seperti Syeikh Ja’far Kasyif al-Ghita.”843 Hal
ini tentu saja sangat menyedihkan. Bahkan jika ibn Abdul-Wahhab lebih jahat dari
semua orang, tak memberikan hak bagi siapapun untuk berdusta dan
menyebarkan kepalsuan-kepalsuan tentangnya. Ini tiada lain kecuali kejahatan
terhadap konsep Islam tentang keadilan dan kebenaran.
Kebanyakan dari sisa karyanya melebihi bidang karya yang dipersembahkan ini.
Namun demikian, terdapat tiga lampiran yang menarik. Yang pertama adalah
sebuah bagian pendek dari karya ibn Abdul-Wahhab, Kasyf al-Syubuhat, yang
kedua adalah sebuah bagian pendek dari kritik Dahlaan terhadap “Wahhabisme,”
dan yang ketiga adalah sebuah bagian yang pendek dari seorang Syiah Ja’far Kasyif
al-Ghita.
Dia memperkenalkan tulisan ibn Abdul-Wahhab dengan sebuah bagian pendek
dimana dia sangat kecewa bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab mengklaim
bahwa kebodohan orang-orang Arab pada masanya memahami konsep Allah
sebagai satu-satunya Tuhan namun jatuh kepada mempercayai perantaraanperantaraan.844 Sekali lagi, meski, nampaknya masalah-masalah Algar yang
sebenarnya bersandar dengan pernyataan ayat-ayat Qur’an dan sangat kecil
hubungannya dengan ibn Abdul-Wahhab, yang hanya menyataulangkan apa yang
dinyatakan secara eksplisit dalam Qur’an.
843
844
Algar, hal. 39.
Bandingkan, Algar, hal. 71.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 306
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Algar mencoba memperlihatkan bahwa ibn Abdul-Wahhab bertentangan dengan
dirinya sendiri. Setelah mengutip bagian yang mengatakan bahwa orang-orang
musyrik menyeru Tuhan dan juga menyeru yang lainnya pada saat-saat
kemudahan, Algar menulis sebuah catatan kaki, “Kalimat ini nampaknya
bertentangan dengan pernyataan yang dimuat dalam pembukaan paragraf kedua
dari kutipan ini.”845 Dia mengacu pada bagian berikut—dan ini adalah terjemahan
Algar sendiri—“The first is that the ancients did not, in times of prosperity, assign
partners to God nor did they call on angels, sacred personages (al-awliya`), and
idols.”846 Alasan adanya pertentangan adalah karena Algar benar-benar salah
menterjemahkan bagian itu. Bagian itu dibaca,
‫تالئكة و األولياء‬ٚ‫أهدها أن األولْي ال يشركون و ال يدعون ا‬
‫واألوثان مع اللّه إال ِف الرخاء‬
Terjemahan yang benar, menggunakan terma Algar, seharusnya begini, “The first is
that the ancients did not commit shirk nor did they call upon the angels, sacred
personages or idols except during times of ease.” “Yang pertama adalah bahwa
orang-orang dulu tidak melakukan syirik ataupun menyeru malaikat-malaikat, para
wali atau berhala-berhala kecuali di kala waktu-waktu yang mudah.”847 Buktinya,
sisa dari bagian ini, khususnya ayat-ayat Qur’an yang dia kutip, membuatnya
sangat jelas bahwa inilah yang dikatakan ibn Abdul-Wahhab. Maka bahkan jika
terdapat sebuah kekeliruan dalam salinan Algar, artinya jelas dari sisa teks ini. Tak
dapat diketahui apakah ini benar-benar kesalahan terjemahan karena sebuah
kesalahan teks yang dia gunakan, niatan atau hanya sebuah kesalahan pada bagian
Algar. Diarahkan oleh karyanya, tak ada alasan, sayangnya, untuk mengasumsikan
niat baik apapaun pada bagiannya. Namun demikian, nampaknya Algar tak pernah
memberikan karya ini upayanya yang lebih ilmiah dan paling disukai dia hanya
salah menterjemahkan bagian ini (dia barangkali sangat gembira pada temuan
terakhir bahwa hal ini mengimplikasikan sebuah kontradiksi pada bagian ibn
Abdul-Wahhab). Wallahu a’lam.
845
Algar, hal. 75.
Algar, hal. 74. Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia kira-kira begini “Yang
pertama adalah bahwa orang-orang dulu tidak, di waktu-waktu yang tertentu, menetapkan
sekutu-sekutu kepada Tuhan maupun menyeru para malaikat, para wali, dan berhalaberhala.”
847
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, vol. 1, hal. 169; Al-Ruwaishid, vol. 1, hal. 283. Tekanan
ditambahkan.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 307
846
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Sangat menarik untuk mencatat bahwa dalam apendiksnya yang kedua, sebuah
bagian dari Dahlaan, Dahlaan nampaknya mengimplikasikan sebuah penyembahan
kuburan yang telah disangkal Algar terjadi di kalangan umat Muslim. Kebanyakan
bagian dari Dahlaan ini adalah propaganda keliru yang dibahas darinya dalam bab
sebelumnya. Dahlaan menulis,
[ibn Abdul-Wahhab] berangkat lebih jauh seperti menyatakan orang-orang
beriman sebagai orang-orang kafir. Dia mengklaim bahwa mengunjungi
makam Nabi—Shalallahu alaihi wa salam—juga memohon kepadanya atau
nabi-nabi yang lain dan orang saleh sebagai al-tawassul atau mengunjungi
makam-makam mereka merupakan syirik [menetapkan sekutu kepada
Tuhan]. Dia juga mengumumkan sebagai syirik menujukan para nabi, para
848
wali dan orang-orang saleh sementara memohon kepada mereka, dan
mempertalikan apapun kepada selain Tuhan, bahkan jika dengan cara
849
metaphora yang rasional.
Apendiks terakhir dan “bantahan” terhadap ibn Abdul-Wahhab datang dari
seorang Syiah bernama Ja’far Kasyif al-Ghita. Algar membuka bantahan ini dengan
sebuah bagian yang memuji penulisnya. Bagian ini kurang dari tiga halaman dan
sebenarnya tidak banyak yang ditawarkan dan bukti terhebat yang diperlihatkan
untuk dapat membantah ibn Abdul-Wahhab adalah yang berikut ini,
Akan pantas dikutip disini apa yang pernah diriwayatkan oleh al-Qutaybi. Dia
meriwayatkan bahwa dia suatu kali duduk di samping makam Rasullullah—
‫—ﷺ‬ketika seorang Badwi datang, menyatakan salamnya kepada Rasul,
dan kemudian membaca syair-syair ini: “Wahai yang terbaik dan terhebat
yang pernah dikubur di bumi, yang telah membuatnya harum semerbak
dengan wewangian mereka, Biarkan jiwaku menjadi tebusan untuk makam
yang engkau diami, dimana berbaring kemurnian, kedermawanan, dan
kemuliaan.” Orang Badwi itu kemudian berkata: “Disinilah aku, wahai
Rasulullah; Aku telah menyalahkan diriku. Aku memohon ampunan dari Allah
dan aku memintamu, wahai Rasulullah, agar engkau memohon ampunan
bagiku.” Al-Qutaybi meriwayatkan bahwa dia kemudian jatuh tertidur, dan
bermimpi bahwa Nabi berkata padanya: “Wahai Qutaybi, temui orang Badwi
itu, dan berikan padanya kabar gembira bahwa Tuhan telah
848
Tekanan ditambahkan. Sebelumnya Algar menulis (hal. 34, fn. 27), “Menarik untuk
mencatat sepintas lalu bahwa banyak omong kosong yang telah ditulis oleh sarjana-sarjana
Barat pada apa yang mereka nilai ‘penyembahan kuburan’ atau ‘penyembahan para wali’ di
dunia Muslim. Mereka secara implisit menerima tesis Wahhabi bahwa mengunjungi dan
berdiam di kuburan, meskipun tidak kepada penghuninya, bagaimanapun juga merupakan
sebuah bentuk penyembahan kuburan.” (Tekanan ditambahkan.)
849
Algar, hal. 78.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 308
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mengampuninya.” Maka dia bangkit dan memberikan orang Badwi itu kabar
850
gembira.
Inikah yang disebut “argumen syariah yang kuat” yang disukai Algar untuk
dipersembhakan sebagai satu-satunya bantahan dia terhadap ibn Abdul-Wahhab?
Ketika orang mulai menyandarkan diri pada mimpi-mimpi dan cerita-cerita dalam
keadaan ini dan melupakan apa yang ditawarkan Qur’an dan Sunnah, orang bisa
berpendapat bahwa ruang untuk diskusi telah secara praktik hilang.
Ini sebenarnya adalah tipikal apa yang orang dapati sebagai sebuah bantahan
terhadap ibn Abdul-Wahhab. Algar menyebut karyanya sebagai sebuah essay
kritik. Orang akan berharap bahwa dia mengkritik dan mengapresiasi keyakinankeyakinan dan ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab. Dari perspektif seorang Muslim,
orang akan berharap bahwa karya ini kemudian akan diisi dengan ayat-ayat Qur’an
dan hadits, mendemonstrasikan kebodohan cara ibn Abdul-Wahhab.
Kenyataannya, dalam seluruh karya Algar, dari 84 halaman yang ada, hanya
terdapat dua hadits. Satu adalah hadits yang disalahinterpretasikan Algar
mengenai Najd dan yang kedua adalah yang berhubungan dengan kedatangan
seorang mujadid setiap seratus tahun, yang Algar acu sebagai “sebuah hadits
tertentu.”851 Sebenarnya, barangkali lebih mengherankan, dalam karya dimana
Algar mengkritik orang-orang Wahhabi ini dan dimana dia mempersembahkan dua
lampiran untuk membantah orang-orang Wahhabi, tak ada satu pun ayat Qur’an
yang disebutkannya—kecuali dalam lampiran pertama, yang merupakan
terjemahan dari tulisan ibn Abdul-Wahhab. Buktinya, Algar barangkali seharusnya
berterimakasih untuk apa yang sebenarnya dia ungkap perbedaan antara ibn
Abdul-Wahhab dan para penentangnya: ibn Abdul-Wahhab menyandarkan diri
pada wahyu yang datang dari Allah (Qur’an dan Sunnah) sementara yang lain
menyandarkan diri pada mimpi-mimpi, praktik-praktik umat Muslim dan
sebagainya, apapun kecuali wahyu yang sebenarnya. Lebih jauh, jika seorang
pembaca non bahasa Arab memiliki keraguan mengenai jenis-jenis material yang
diterbitkan mengenai ibn Abdul-Wahhab bahkan dari umat Muslim, Algar telah
mempersembahkan sebuah contoh yang hebat dari propaganda seperti itu yang
telah berlalu sebagai sebuah “essay kritik.”
Ringkasnya, Algar barangkali tulus dengan keyakinan-keyakinannya namun dia
tidak melakukan upaya-upaya yang diperlukan untuk sebuah karya akademis. Ini
sangat tidak adil, khususnya dalam hal menghormati seorang saudara Muslim.
Pada akhirnya purbasangka-purbasangka Algar disebutkan. Disangsikan apakah dia
akan mampu memunculkan dirinya di atas purbasangka-purbasangka itu dan
850
851
Algar, hal. 83-84.
Algar, hal. 36-37.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 309
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
menghasilkan sebuah karya objektif dan ilmiah. Sayangnya, jelas bahwa karyanya
ini telah meninggalkan apa yang diinginkan—setidaknya.
Orang harus bertanya apa yang menjadi niat Algar di balik menulis buku seperti ini.
Dapatkah dia benar-benar mengklaim bahwa niat hatinya adalah untuk
menyenangkan Allah? Apakah upaya-upaya yang dia tampakkan telah disimpan
dalam karya ini—atau yang tidak dia simpan ke dalam karya ini—memberikan
kesaksian pada setiap klaim bahwa hal ini dilakukan dengan sebuah niat yang
tulus? Jika karya ini tidak ditulis dengan sebuah niat yang tulus, maka niat lain
apakah yang dia miliki? Hanya Allah saja yang mengetahui kebenaran di balik
pertanyaan-pertanyaan itu. Namun demikian, orang hanya dapat berharap semoga
Allah menuntun Prof. Algar kepada jalan tobat dan memohon ampunan untuk
kata-kata yang tidak adil dan tidak senonoh852 yang dia nyatakan berkenaan
dengan seorang saudara manusia dan seorang saudara Muslim.
Schwartz
Stephen Schwartz adalah seorang penulis Yahudi yang menggambarkan dirinya
sebagai semacam Sufi Naqshabandiyah.853 Perkaranya sama dengan Algar854, ini
bukanlah sebuah arti a priori bahwa dia tak dapat berdiri di atas kecenderungankecenderungannya untuk memproduksi sebuah karya yang objektif, ilmiah. Dia
telah menulis sebuah karya berjudul The Two Faces of Islam: The House of Sa’ud
from Tradition to Terror. Buku ini telah dipropagandakan secara luas di Amerika
Serikat. Penulis telah menemukan tujuh atau delapan salinan yang selalu tersedia
di toko-toko buku utama di Amerika Serikat. Lebih jauh, penulisnya telah membuat
beberapa penampilan dalam “show-show berita” di media Barat. Karenanya, meski
kebanyakan buku Schwartz melebihi bidang karya ini, bagian-bagian karyanya yang
paling langsung mengenai ibn Abdul-Wahhab “layak” untuk beberapa studi.855
852
Orang hanya dapat berharap bahwa Prof. Algar bukanlah salah seorang Sufi yang yakin
mencintai Allah dan tidak takut kepada Allah. Sayangnya, meski demikian, dapat dibantah
bahwa hanya seseorang yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah-lah yang dapat
menulis semacam kekeliruan yang ditemukan dalam karyanya.
853
Dalam pengakuan-pengakuannya, dia menulis (hal. 288-289), “Saya berhutang bahkan
lebih kepada Syeikh Muhammad Hisham Kabbani dari Ordo Sufi Naqshabandiyyah yang
Paling Terkenal, guru yang paling dicintai dan teman, yang persahabatannya membebaskan
hatiku, semoga berkat rahmat Allah (SWT) selalu tercurahkan kepadanya.”
854
Schwartz mengutip Algar dalam beberapa kesempatan. Buktinya, ketika membaca
“logika” dan argumen-argumen mereka, keduanya sebenarnya nampak dapat
dipertukarkan.
855
Bab 3 adalah bab dia yang paling ditujukan kepada ibn Abdul-Wahhab dan yang paling
relevan disini.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 310
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Schwartz mencoba memperlihatkan dirinya sebagai seseorang yang sangat
simpatik kepada Islam.856 Hipotesis utamanya, sebagaimana jelas dari judul
karyanya, adalah bahwa terdapat “dua wajah Islam.” Dalam sebuah pendekatan
yang begitu mengagetkan, dia menentukan kedua-duanya sebagai jalan kembali
kepada Nabi (‫)ﷺ‬, bahkan menggambarkan Nabi (‫ )ﷺ‬sebagai sedikit bingung
atau, lebih buruk, schizophrenic. Dia menggambarkan umat Muslim awal yang
mengasingkan diri ke Ethiopia untuk lepas dari penyiksaan di Mekkah. Kemudian
dia menulis,
Meski dia tertinggal di belakang, Muhammad mendukung usaha ini, yang
menandai contoh petama dari motif yang berulang-ulang dalam Islam:
emigrasi orang-orang beriman untuk melepaskan diri dari penyiksaan.
Disinilah bahwa kehidupan Nabi sendiri, dua wajah dari Islam pertama kali
terlihat: pemisahan, yang akan tak terelakkan mendorong purisme dan
ekstrimisme, versus masuk ke dalam dunia, bahkan di bawah kondisi-kondisi
857
sulit, menuju pluralisme dan toleransi.
Dalam karya ini, dia membuat jelas bahwa dia mendukung “versi Islam yang
pluralistik” yang dida’wahkan oleh teman-teman Sufi-nya. Namun demikian, catat
bahwa dalam bagian ini dia mengatakan bahwa gerak yang “didukung” Nabi (‫)ﷺ‬
adalah macam Islam yang menuju kepada “purisme dan ekstrimisme.” Maka, dari
permulaan, dia sudah meragukan keputusan Nabi sendiri. Dia mencoba
mengatakan bahwa terdapat dua versi Islam dan umat Muslim harus memilih salah
satunya. Baiklah, sekarang, nampaknya “versi” Islam yang benar bisa jadi bahkan
bertentangan dengan apa yang dudukung dan dilakukan oleh Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri.
Kenyataannya, hipotesis Schwartz ini keliru dan hanya terdapat satu Islam yang
sejati dan umat Muslim tidak memiliki pilihan lain kecuali mengikuti kebenaran itu.
Islam yang sejati ini adalah jalannya Nabi (‫)ﷺ‬, yang mana kebenaran dan
implementasi yang benar terhadap Qur’an. Allah berfirman,
ِ
ِ ِ
َّ ‫َوأ‬
‫السبُ َل فَتَ َفَّر َق‬
ُّ ‫يما فَاتَّبِعُوُ َوال تَتَّبِعُوا‬
ً ‫َن َه َذا لَراطي ُم ْستَق‬
‫لا ُك ْم بِِه لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّ ُقو َن‬
َّ ‫بِ ُك ْم َع ْن َسبِيلِ ِه َذلِ ُك ْم َو‬
856
Kenyataannya, dia tidak memiliki semacam kata-kata untuk tipe Muslim manapun,
mencap mereka semua orang-orang “Wahhabi,” kecuali untuk orang-orang Sufi dan Syiah.
857
Schwartz, hal. 11.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 311
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka
858
ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) , karena
jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. al-Ana’am 6:153).
Catat penjelasan Nabi untuk ayat ini,
ِ
‫للَّى اللّه‬
َ َ‫َع ْن َعْب ِد اللّ ِه بْ ِن َم ْسعُ ْوٍد ق‬
َ ‫ال َخطَّا لَنَا َر ُس ْو اللّه‬
ِ ‫علَي‬
َّ ‫ال َه َذا َسبِْيل اللّ ِه ُّتَّ َخ‬
‫ط ُخطُوطًا َع ْن َّيِْينِ ِه‬
‫ق‬
‫م‬
‫ل‬
‫س‬
‫و‬
‫ه‬
َ
ّ
َ
َ َ َ َْ
ُ
‫ال يَِزيْ ُد ُمتَ َفّْرقَةٌ َعلَى ُك ّْل‬
َ َ‫ال َه ِذ ِ ُسبُ ٌل ق‬
َ َ‫َو َع ْن ِْشَالِِه ُّتَّ ق‬
ِِ
ِ ِ
ِ ‫َن ه َذا ِلر‬
‫اطي‬
َ َ َّ ‫َسب ٍيل مْن َها َشْيطَا ٌن يَ ْدعُ ْو إلَْيه ُّتَّ قَ َرأَ ( َوأ‬
ِ
)‫السبُ َل فَتَ َفَّر َق بِ ُك ْم َع ْن َسبِيلِ ِه‬
ُّ ‫يما فَاتَّبِعُوُ َوال تَتَّبِعُوا‬
ً ‫ُم ْستَق‬
Abdullah Ibnu Mas'ud r.a., ia berkata, "Suatu hari, Rasulullah ‫ﷺ‬. Membuat
garis lurus di hadapan kami, kemudian beliau bersabda, 'Ini adalah jalan
Allah.' Setelah itu, beliau menggaris beberapa garis di samping kiri dan
samping kanan garis yang pertama tadi, dan bersabda, 'Jalan-jalan ini (Yazid
berkata - adalah selain jalan Allah), masing-masing didukung oleh setan yang
menggoda manusia untuk mengikuti jalan itu.' selanjutnya, beliau membaca
ayat, "Dan, bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus,
859
maka ikutilah dia...." (al-An'aam:153)”
Salah satu poin yang coba dibuat Schwartz dengan gagah berani adalah bahwa
umat Muslim yang moderat memahami Nabi (‫ )ﷺ‬dan melihat beliau (‫)ﷺ‬
sebagai orang yang “penuh perasaan, tenang, rendah hati, dan baik …” Sementara
di lain pihak, menurut dia,
Para ekstrimis Islam mencoba mengenyahkan Muhammad dari Islam sama
sekali. Bagi orang-orang Barat, hal ini nampaknya mustahil. Namun ini benar:
Para fundamentalis Islam mengabaikan kepribadian Nabi dan menentang
858
Maksudnya: janganlah kamu mengikuti agama-agama dan kepercayaan yang lain dari
Islam.
859
Diriwayatkan oleh Ahmad. Sanadnya hasan. Lihat pembahasannya dalam Syuaib alArnaut, et al., Musnad al-Imam Ahmad (Beirut: Muassasat al-Risaalah, 1996), vol. 7, hal.
207-209.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 312
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
rasa cinta dan kekaguman umat Muslim tradisional atas pencariannya untuk
rasa welas asihnya. Sebagaimana akan terlihat, keseluruhan upaya
membersihkan kepribadian Nabi dari agama Islam telah menjadi tujuan
essensil “akhir” kultus Wahhabisme, yang telah membuat sebuah upaya
860
serius untuk membentuk kembali Islam dalam kesannya yang intoleran.
Dari permulaan, Schwartz mengklaim bahwa orang-orang Wahhabi mencoba
menjauhkan Nabi (‫ )ﷺ‬dari Islam. Orang harus pertama-tama mengetahui Nabi
(‫ )ﷺ‬sebelum dia dapat menjauhnya dari Islam. Jika ada siapapun yang mengenal
Nabi (‫ )ﷺ‬itu adalah mereka orang-orang yang mempelajari kehidupan Nabi
(‫ )ﷺ‬dan pernyataan-pernyataannya yang shahih, seperti ibn Abdul-Wahhab dan
para pengikutnya. Bukan mereka yang bersandar pada hadits palsu, mimpi-mimpi
atau pertemuan-pertemuan untuk mencoba berhubungan dengan orang mati yang
mereka klaim dipelajari dari Nabi (‫( )ﷺ‬seperti orang-orang Sufi yang sangat
dicintai Schwartz). Maka jika ada orang yang membawa Nabi (‫ )ﷺ‬kembali ke
dalam Islam, itu adalah orang-orang “Wahhabi” atau orang-orang Salafi.
Sebenarnya, Schwartz sendiri membuat hal ini sangat jelas siapa yang mencoba
menceraikan Nabi (‫ )ﷺ‬dari Islam. Schwartz (hal. 157 s/d 158) menggambarkan apa yang
dia acu sebagai “sebuah penjelasan yang lupa daratan” dimana seseorang yang bernama
Amir Sulaiman mendaftar ganjaran-ganjaran yang dijanjikan kepada para syuhada di Surga.
Ujug-ujug dia menyebutkan bahwa delapan pernyataan yang dia kutip adalah langsung dari
hadits Nabi (‫)ﷺ‬, sangat terkenal bahkan di kalangan orang-orang Sufi masa lalu. Ini
menunjukkan bahwa masalah dia yang sebenarnya, sebagaimana Algar, bukanlah dengan
da’wah atau pemimpin manapun melainkan dengan Qur’an dan Sunnah. Maka, orang akan
menemukan dia mengutip, lagi-lagi seperti Algar, tidak ada satu pun ayat Qur’an untuk
mendukung versi Islamnya untuk menentang ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab.
Nampaknya Schwartz mencoba memperlihatkan dirinya sebagai seorang pencinta
kedamaian, pluralistik, Sufi garis batas. Belum lagi arogansi dan purbasangkanya
terhadap ras manusia yang lain dijelaskan dalam salah satu pernyataannya
mengenai ibn Abdul-Wahhab. Dia menulis, “Dia muncul dari kekosongan yang
bukan saja secara fisik dan ekonomi melainkan juga secara sosial, intelektual dan
spiritual … Juga disebutkan bahwa di awal kedewasaan Ibn Abd al-Wahhab
bepergian secara luas, ke Basrah dan Baghdad, ke Damaskus, dan melalui
Kurdistan, Iran, dan India, bermaksud untuk menjadi seorang saudagar. Namun
860
Schwartz, hal. 9.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 313
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
bagaimana bisa orang yang tak berpengalaman, berpikiran sempit berkelana dari
Najd melihat dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya …”861
Dia kemudian mengklaim bahwa ibn Abdul-Wahhab lari kepada seorang Inggris
yang “mendorongnya kepada ambisi pribadi.” “Segera, Arab intinerant dan
kerajaan Inggris berbagi sebuah tujuan: melikuidasi Kekaisaran Utsmaniyyah.”862
Dia kemudian mengatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab memberontak melawan
kekhalifahan Utsmaniyyah. Bahkan Algar punya kesopanan untuk mengakui bahwa
semua ini adalah murni khayalan dan omong kosong. Sebagaimana dibahas
sebelumnya, tak ada bukti dan tak ada alasan untuk memproklamirkan bahwa ibn
Abdul-Wahhab pernah memiliki maksud-maksud tertentu kepada Kekaisaran
Utsmaniyyah.
Pada halaman 69 s/d 71, dia lalu menggambarkan beberapa keyakinan dan praktikpraktik orang-orang Wahhabi. Terlalu panjang untuk mengutip kata demi kata
disini. Beberapa yang terpilih akan dipersembahkan disini. Pertama, dia mengklaim
bahwa menurut ibn Abdul-Wahhab, “ritual mengungguli niat.”863 Ini adalah klaim
yang tanpa dasar dan, tentu saja, Schwartz tidak mengajukan referensi apapun
untuknya, baik dari tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab maupun dari tulisan-tulisan
siapapun.
Dia menggambarkan poin utama ketiga ajaran Wahhabi sebagai, “Disana[ni] bisa
jadi tak ada doa perantaraan, ditujukan kepada Tuhan dengan alat Nabi atau para
wali … Doa-doa kepada Tuhan dengan alat seorang orang saleh atau bahkan
menghormati individu manapun selain dari Tuhan dikutuk sebagai keberhalaan,
meskipun diterima oleh semua generasi Muslim sebelumnya dan Nabi sendiri.”864
Pertama, sebagaimana dicatat sebelumnya, tidak semua amalan dalam hal ini
dikutuk sebagai keberhalaan. Beberapanya hanya dianggap dilarang dan beberapa
dilarang karena semua itu berarti akhirnya dapat membawa kepada keberhalaan.
Klaimnya bahwa semua umat Muslim generasi-generasi sebelumnya dan bahkan
Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri menyetujui klaim-klaim seperti itu tiada lain kecuali kepalsuan.
Sebaliknya, dia seharusnya menyediakan setidaknya satu hadits untuk
memperlihatkan bahwa Nabi (‫ )ﷺ‬menyetujui amalan-amalan seperti itu.
861
Schwartz, hal. 66-67.
Schwartz, hal. 67.
863
Schwartz, hal. 69.
864
Schwartz, hal. 69.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 314
862
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Dalam sebuah tindakan dusta yang mencolok, dia menyatakan bahwa ibn AbdulWahhab “mensifatkan manusia kepada Tuhan.”865 Pernyataan yang menggelikan
ini bahkan tidak pantas untuk dikomentari.
Dia kemudian menyatakan, “Ibn Abd al-Wahhab lebih jauh mengutuk sebagai
orang-orang kafir mereka yang tidak memperhatikan semua waktu tertentu shalat,
sebuah posisi yang tidak hadir dari Islam tradisional.”866 Sebagaimana dicatat
sebelumnya, ibn Abdul-Wahhab sendiri secara spesifik menahan diri dari membuat
penghukuman tentang mereka yang tidak melaksanakan shalat karena,
sebagaimana dia katakan, para ulama berbeda pada masalah itu. Pernyataannya,
“sebuah posisi yang tidak hadir dari Islam tradisional,” bisa membuat pembaca
percaya bahwa tak ada ulama sebelumnya yang mengangkat posisi itu.
Sebenarnya, beberapa ulama selalu mengangkat posisi itu. Namun apa yang dia
maksud dengan “Islam tradisional” sebenarnya hanya praktik-praktik tradisional
orang-orang Sufi, baik yang awam ataupun tidak.
Schwartz juga berkata, “Dia meminta pengakuan keimanan Muslim dibuat kali
kedua, sebagai penganut sekte Wahhabi.”867 Lagi-lagi, ini benar-benar kekeliruan
yang tidak Schwartz acu pada apapun.868
Schwartz kemudian menyebutkan beberapa tindakan, yang menurut pandangan
ibn Abdul-Wahhab sebagai bid’ah atau rekayasa, yang ditentang ibn AbdulWahhab, meskipun dia memiliki kecenderungan untuk membumbui gambaran
atau tidak memberikan gambaran secara keseluruhan. Contohnya, dia menyatakan
bahwa ibn Abdul-Wahhab “mengutuk kebiasaan mereka yang melaksanakan
ibadah Haji di Mekkah untuk mengunjungi makam Nabi di Madinah.”869
Kemudian Schwartz menulis,
Doktrin Ibn Abd al-Wahhab secara eksplisit merendahkan kedudukan
Muhammad. Belum lagi dia mengklaim menjalani kehidupan yang begitu
dekat dengan apa yang dicontohkan dalam Sirah Muhammad yang dia dapat
anggap sebagai kawan sebaya kepada Nabi sendiri. Nampak jelas bahwa Ibn
Abd al-Wahhab melihat dirinya sendiri sebagai setara dengan Nabi, sebuah
pandangan yang juga sepenuhnya bid’ah dalam Islam. Beberapa kritik
menegaskan bahwa dia bahkan melihat dirinya sendiri sebagai melebihi Nabi.
865
Schwartz, hal. 69.
Schwartz, hal. 69.
867
Schwartz, hal. 69.
868
Mudah untuk menulis tanpa memiliki rujukan material seseorang, seperti kemudian bisa
menulis apapun yang diinginkannya. Bahkan, dalam kasus itu, seseorang bahkan dapat
memasukkan bahan dari sumber-sumber yang paling tak dapat diandalkan.
869
Schwartz, hal. 70.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 315
866
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Namun, yang terpenting, bagi interpretasi Islam radikal Ibn Abd al-Wahhab
untuk memperoleh para pengikut, kepribadian Nabi, dan khususnya dedikasi
untuk perasaan welas dan asih, harus diamputasi dari tubuh doktrin
870
Muslim.
Ini adalah alasan jahat Schwartz yang klasik. Orang yang paling mempromosikan
agar mengikuti Nabi (‫ )ﷺ‬dalam setiap aspek mencoba merendahkan kedudukan
Muhammad (‫)ﷺ‬. Adalah Muhammad ibn Abdul-Wahhab yang menulis, “Dari
sini kita mengenali apa yang terpenting dari yang penting: seorang individu harus
mengenal Rasul dan apa yang beliau bawa. Tak ada jalan keberhasilan kecuali
dengan tangan-tangannya. Tidak juga ada cara untuk membedakan yang baik dari
yang jahat kecuali melalui cara-cara beliau membedakan mereka. Perlunya
seseorang mengenal Rasul benar-benar melebihi keperluan yang lain-lain yang
diperkirakan dan keperluan lain-lain yang diperlihatkan.”871 Apakah ini terdengar
seperti kata-kata seorang pria yang mencoba melampaui Nabi (‫ )ﷺ‬atau seorang
pria yang menyeru semua orang untuk tunduk kepada Nabi (‫?)ﷺ‬
Sisa bagian ini lagi-lagi tidak berharga untuk dikomentari. Namun demikian, aneh
untuk mencatat bahwa melalui karyanya, Schwartz mengklaim bahwa
“Wahhabisme” yang berbahaya menyapu dunia Muslim. Apakah ini benar-benar
mungkin dengan menghapus semua sisa-sisa welas dan asih dari pesan Islam?
Dalam paragraf berikutnya, Schwartz hanya mengulang beberapa propaganda
keliru yang melawan ibn Abdul-Wahhab yang telah dibahas dalam Bab 5. Dia
mengatakan bahwa ibn Abdul-Wahhab “mengajarkan pembebasan dari empat
tradisi,” yang berarti empat madzhab fiqih. Dia mengklaim bahwa ibn AbdulWahhab mengumumkan seluruh orang-orang non-Wahhabi sebagai orang-orang
non-Muslim. Dia bahkan menulis bahwa ibn Abdul-Wahhab “mengkhianati para
nabi, para ulama, para wali, dan orang-orang saleh di masa lalu.”872 Setiap penulis
yang mengharap dianggap serius akan setidaknya mempersembahkan satu kutipan
dari ibn Abdul-Wahhab untuk mendukung tuntutan liar ini. Namun, tentu saja,
Schwartz tidak. Dia kemudian mengutip beberapa pernyataan al-Zahawi yang telah
dibahas dalam bab sebelumnya.
Schwartz kemudian menulis, “seruan Wahhabi untuk ‘reformasi’ tak memiliki
dukungan dalam Sunnah. Dalam prediksi-prediksinya terhadap masa depan, yang
mana banyak, Muhammad tak pernah sekalipun meramalkan bahwa umat Muslim
akan kembali jatuh kepada kemusyrikan, seperti orang-orang Wahhabi tuduhkan
870
Schwartz, hal. 70.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 6, hal. 13.
872
Schwartz, hal. 71.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 316
871
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dengan kuat mereka lakukan sejak abad ke-18.”873 Pernahkah dia bahkan merujuk
kepada kumpulan Hadits yang tersedia dalam bahasa Inggris atau bahkan bukubuku mengenai tanda-tanda Hari Penghakiman yang tersedia dalam bahasa
Inggris, dia mungkin telah belajar dengan cara yang berbeda. Namun, aduh, tak
terdapat satu pun koleksi hadits yang disebutkan dalam bibliografi-nya. Dia juga
tidak mendaftar rujukan kitab utama dalam bahasa Arab manapun.
Menakjubkannya, dia bahkan tidak merujuk kitab yang ditulis oleh Muhammad ibn
Abdul-Wahhab atau pun keturunannya manapun—sekalipun dia mengklaim
menulis tentang mereka. Itulah kenapa tidak mengejutkan bahwa nampak dalam
setiap kesempatan dimana dia membuat pernyataan-pernyataan yang hanya tidak
benar.874 Karena kecenderungan aksesibilitasnya kepada sumber hadits yang
sangat terbatas, setidaknya, Schwartz semestinya berkata, “Saya tidak mengetahui
adanya hadits dimana Nabi (‫ )ﷺ‬mengatakan bahwa umat Muslim akan kembali
kepada kemusyrikan.”
Sebenarnya, apa yang harus dia lakukan adalah membaca Kitaab al-Tauhid-nya ibn
Abdul-Wahhab atau penjelasannya dan dia akan menemukan bab, “Apa yang
terjadi mengenai sebagian Umat yang menyembah berhala-berhala.” Bab ini
memperlihatkan bahwa bahkan diantara mereka yang berkata, “Tak ada yang
berhak diibadahi kecuali Allah,” akan ada beberapa orang yang kembali kepada
syirik. Thaubaan meriwayatkan bahwa Nabi (‫ )ﷺ‬berkata,
ِ
ِ
‫ْي َو إِ َذا ُو ِض َع ِ ِْف أ َُّم ِِت‬
ُ ‫َخ‬
َ ّْ‫اف َعلَى أ َُّم ِِت ْاألَئ َّمةَ الْ ُمضل‬
َ ‫إََِّّنَا أ‬
ِ ‫السيف ََل ي رفَع عْن هم إِ ََل ي وِم الْ ِقيام‬
‫الس‬
‫وم‬
‫ق‬
‫ت‬
‫ال‬
‫و‬
‫ة‬
َ
َّ
ُ
ُ‫اعة‬
َ
َ ُ
َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ ُْ ْ ُ ْ َّ
ِ
ِ ِ
‫ْي َح ََّّت تَ ْعبُ َد قَبَائِ ُل‬
َ ْ ‫َح ََّّت يَ ْل َح َق قَبَائ ُل م ْن أ َُّم ِِت بِالْ ُم ْش ِرك‬
‫ِم ْن أ َُّم ِِت األ َْوثَا َن‬
“Aku khawatir atas umatku adanya para pemimpin yang menyesatkan. Jika
pedang datang pada umatku, maka tak akan berakhir sampai hari kiamat.
Dan saat itu tidak akan kunjung tiba sampai umatku mengikuti orang-orang
875
musyrik dan sampai umatku menyembah berhala”
873
Schwartz, hal. 71.
Dia mendaftar 57 tulisan dan artikel-artikel kecilnya dalam bibliografi-nya.
875
Diriwayatkan oleh Abu Dawud, ibn Majah dan Ahmad. Hamzah Ahmad al-Zain berkata,
“Sanadnya shahih… Al-Haithami berkata, ‘Perawi Ahmad adalah rawi-rawi yang Shahih.’”
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 317
874
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Nabi (‫ )ﷺ‬juga berkata,
‫ات نِ َس ِاء َد ْو ٍس َعلَى‬
َّ ‫ال تَ ُق ْوُم‬
ْ َ‫اعةُ َح ََّّت ت‬
َ ‫الس‬
ُ َ‫ب أَلَي‬
َ ‫ضطَ ِر‬
ِ
ِ َ‫تلَص ِة ط‬ٙ‫ا‬
ِ َ‫تل‬ٙ‫ا‬
ٍ ‫اغيَةُ َد‬
‫وس الَِِّت َكانُوا يَ ْعبُ ُدو َن‬
َ َْ ‫صة َو ذُو‬
َ َْ ‫ذي‬
ِ ‫اٗت‬
‫اهلِيَّ ِة‬
َْ ‫ِِف‬
“Saat itu tak akan datang kecuali pinggul-pinggul wanita-wanita bani Daus
bergerak sambil mengitari Dzul-Khalasah [berhala bani Daus di Tabalah pada
876
Masa Jahiliyyah+.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.)
Kalimat berikutnya setelah kutipan dari Schwartz di atas terbaca, “Nabi yakin ‘di
setiap penghujung abad, Allah akan mengirimkan seseorang yang akan
membangkitkan kembali keimanan,’ juga menentang untuk mereformasinya.”877
Mengingat bagian sebelumnya, bagian ini hampir nampak seperti lelucon. Kata
tajdid atau “pembaharuan,” yang dia taruh dengan huruf-huruf miring, sebenarnya
mendukung pernyataan ibn Abdul-Wahhab. Seseorang tak bisa me-“perbaharui”
sesuatu kecuali kalau sesuatu itu hadir dan untuk sebagian besar bagiannya telah
hilang. Tauhid telah hadir dan telah hilang karena badai praktik-praktik
keberhalaan dimana umat Muslim telah jatuh ke dalamnya. Inilah sebenarnya yang
menjadi poin ibn Abdul-Wahhab. Dia tidak mereformasinya, dia hanya
“membangkitkannya kembali”. Barangkali, Tuan Schwartz seharusnya diberikan
ucapan terimakasih karena telah menunjukkannya.
Schwartz kembali meracau tentang penentangan orang-orang “Wahhabi” terhadap
musik. Ini benar-benar sesuatu yang membuat Schwartz patah hati. Ini bukanlah
tempat yang patut untuk membahas masalah ini secara rinci. Namun, dua
pernyataan Schwartz mestilah cukup untuk memperlihatkan bagaimana laki-laki ini
Menurut al-Albaani, hadits ini shahih. Lihat Hamzah Ahmad al-Zain, catatan kaki untuk
Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Al-Musnad (Kairo: Dar al-Hadits, 1995), vol. 16, hal.
294; Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih al-Jami al-Shaghir (Beirut: al-Maktab alIslaami, 1986), vol. 2, hal. 1236-1237.
876
Sesungguhnya Schwartz bukanlah orang pertama yang menentang ibn Abdul-Wahhab
dengan klaim seperti itu. Bahkan, ibn Afaaliq, Sulaiman ibn Abdul-Wahhab, al-Qabbani, alMuwais dan yang lain-lainnya mengklaim bahwa ummat Muslim terlindung dari jatuh dari
kekeliruan seperti itu dan, karenanya, adalah omong kosong untuk mengklaim bahwa syirik
telah menyebar di kalangan ummat Muslim. Lihat kutipan dari mereka dalam al-AbdulLatif, hal. 219-221.
877
Schwartz, hal. 70.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 318
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
cenderung membesar-besarkan tanpa banyak memperhatikan kebenaran. Dia
menulis, “Musik bisa jadi kemuliaan terhebat dari peradaban Islam … Islam tanpa
musik akan seperti Tuhan tanpa ciptaan-Nya, Bumi.”878
Schwartz kemudian membahas hadits tentang Najd, dibahas dalam bab terakhir.
Menarik bahwa ini adalah satu-satunya hadits yang pernah dikutip Schwartz. Juga
menarik untuk mencatat bahwa Schwartz memiliki keberanian untuk menulis, “Ibn
Abd al-Wahhab mungkin bukanlah seorang “Antichrist”, atau Dajjal, sebagaimana
gambarannya yang dikenal dalam Islam, namun dia adalah sesuatu yang samasama menakutkan.”879 Atas nama keadilan, dia mestinya setidaknya mencatat
bahwa Muhammad ibn Abdul-Wahhab berasal dari Bani Tamim yang terkenal,
disebutkan dalam hadits:
‫ب بَِِن َّتِي ٍم ُمْن ُذ ثََال ٍث‬
َ َ‫َع ْن أَِِب ُهَريْ َرَة ق‬
ُّ ‫ت أ ُِح‬
ُ ْ‫ال َما ِزل‬
ِ َ ‫َِٖتعت ِمن رس‬
‫ول فِي ِه ْم‬
ُ ‫للَّى اللَّ ُه َم َعلَْي ِه َو َسلّ َم يَ ُق‬
َ ‫ول اللّه‬
َُ ْ ُ ْ
‫ت‬
َ َ‫َّج ِال ق‬
َ ‫َِٖتعتُهُ يَ ُق ْو ُل ُه ْم أ‬
ْ ‫اع‬
َ ‫ال َو َج‬
َ ‫َش ُّد أ َُّم ِِت َعلَى الد‬
ِ ‫ول اللّ ِه للَّى اللَّهم علَي ِه و سلّم ه ِذ‬
َ ‫ال َر ُس‬
َ ‫ل َدقَاتُ ُه ْم فَ َق‬
َ َ َ َ َْ َُ
َ
َ
ِ
‫ال‬
َ ‫ت َسبِيَّةٌ ِمْن ُه ْم ِعْن َد َعائِ َشةَ فَ َق‬
ْ َ‫ات قَ ْومنَا َو َكان‬
ُ َ‫ل َدق‬
َ
ِ ‫أ َْعتِ ِقيها فَإنَّها ِمن ولَ ِد إِ ْٖتا‬
‫يل‬
‫ع‬
َ َ َْ َ َ
Abu Hurairah berkata, “Aku terus menyayangi bani Tamim sejak aku
mendengar perkataan Rasulullah (‫ )ﷺ‬mengenai mereka. Aku mendengar
beliau berkata, ‘Mereka adalah yang terkuat dari umatku yang melawan
dajjal.’ Ketika zakat mereka tiba, Rasulullah (‫ )ﷺ‬berkata, ‘Ini adalah zakat
dari umatku.’ Aisyah memiliki seorang budak perempuan dari antara mereka
dan beliau (Nabi ‫ )ﷺ‬berkata, bebaskanlah ia karena ia adalah anak
keturunan Ismail.’” (Diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim.)
Sementara membicarakan tentang persekutuan antara ibn Abdul-Wahhab dan
Muhammad ibn Saud, Schwartz menulis, “Maksud mereka yang sesungguhnya
adalah penaklukan dan dominasi dunia. Untuk bagiannya, Ibn Abd al-Wahhab
878
879
Schwartz, hal. 72-73.
Tekanan ditambahkan. Schwartz, hal. 74.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 319
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
membayangkan dirinya seorang Nabi baru yang akan menggantikan khalifah
Utsmaniyyah sebagai otoritas teologikal satu-satunya dalam umat Islam global.”880
Jika, entah bagaimana, Schwartz memiliki akses kepada dunia ghaib dan niat
terdalam seseorang, maka tak banyak yang bisa dibicarakan tentang ini.
Sebaliknya, laki-laki yang akhirnya pensiun dari dunia politik setelah penaklukan
Riyadh untuk konsentrasi menulis dan mengajar bisa sulit digambarkan dalam gaya
yang digambarkannya.
Sebenarnya, belakangan Schwartz mengklaim bahwa pada tahun 1787, “Ibn Abd
al-Wahhab menyatakan diri sebagai pemimpin umat seluruh dunia. Kegilaan ini
didukung oleh fatwa dimana Ibn Abd al-Wahhab memerintahkan ‘jihad’ melawan
orang-orang Utsmaniyyah.”881 Sebagaimana telah ditekankan di tempat lain dalam
buku ini, tulisan-tulisan ibn Abdul-Wahhab telah secara cermat terpelihara dan
mudah didapat. Dimana hal ini dapat ditemukan dan kenapa tak ada kutipan
langsung yang diperlihatkan dari ibn Abdul-Wahhab dimana dia membuat
pernyataan-pernyataan seperti itu?
Akhirnya, jelaslah tipe Islam Schwartz dan kebanyakan mereka yang seperti dia—
kebanyakan yang berada dalam masyarakat Muslim—hasrati. Ini bukanlah Islam
yang benar-benar berakar dalam Qur’an dan Sunnah—hal ini jelas dari karya
Schwartz yang tidak mengandung ayat-ayat dan hadits untuk mendukung “versi”
Islamnya. Malahan, sebagaimana dia nyatakan dalam prakatanya, dia
menginginkan Barat untuk “menyatukan orang-orang Muslim tradisional dalam
suatu cara yang berkontribusi kepada sebuah pluralisme baru dan stabilitas dalam
masyarakat global Islam.”882 Ya, “orang-orang Muslim tradisional”-lah yang dia cari.
Tidaklah penting apakah “tradisi-tradisi” itu benar menurut Qur’an dan Sunnah.
Dari ini dapat dipahami permusuhan dan kebencian besar yang telah mengisi hati
lelaki ini terhadap ibn Abdul-Wahhab dan terhadap setiap Muslim yang berusaha
mengaplikasikan Qur’an dan Sunnah. Hal ini, kenyataannya, orang seperti ini
dengan kekeliruan mereka dan presentasi-presentasi Islam yang berisi dusta yang
menciptakan lebih banyak kerusakan daripada kebaikan kepada seluruh dunia.883
880
Schwartz, hal. 74.
Schwartz, hal. 79.
882
Schwartz, hal. xxii.
883
Sayangnya, ini adalah pemikiran-pemikiran yang dipelintir dan dibuat-buat oleh orangorang seperti Schwartz bahwa beberapa orang Kristen sayap kanan—yang terkenal dengan
para penyebar “pesan cinta”—disebarkan dalam media mereka. Hal-hal seperti ini hanya
menciptakan kebencian: kebencian orang-orang Kristen untuk “orang-orang Muslim
terbelakang dan jahat” dan kebencian orang-orang Muslim untuk orang-orang Kristen yang
penuh dusta dan munafik. Kenyataannya, Schwartz dibuatkan acara yang penting dalam
stasiun Pat Robertson dalam sebuah program tentang Wahhabisme pada tanggal 18
Agustus 2002.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 320
881
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Tambahan untuk pernyataan-pernyataan keliru mengenai ibn Abdul-Wahhab di
atas, terdapat berbagai pernyataan dalam karya ini yang tak memiliki dasar dalam
kenyataan (banyak dari pernyataan ini di luar bidang karya ini). Barangkali
Schwartz berharap menyasar publik pembaca Amerika yang kemungkinan bodoh.
Ini adalah satu-satunya cara untuk menjelaskan klaim-klaim-nya yang benar-benar
asing dimana setiap orang-orang non-Sufi, non-Syiah adalah bagian dari beberapa
konspirasi Wahhabi di seluruh dunia (bahkan Hizb al-Tahrir dan Jamaah Tabligh884).
Bagi orang-orang Amerika yang tidak terlalu familiar dengan masalah-masalah
Islam, cukuplah bagi mereka membaca komentar-komentar Schwartz pada Marin
County. Bagian ini885, dimana dia mengatakan, di antara hal-hal lainnya, bahwa San
Francisco “menciptakan sedikit kepentingan yang abadi,” seharusnya cukup
memperlihatkan betapa puas diri dan dogmatisnya Schwartz. Bahkan Mahkamah
Agung tidak luput dari lidah penuh dendam laki-laki ini. Pada halaman 238, dia
benar-benar menyatakan, “Tahun-tahun keputusan-keputusan yang keras kepala
diteruskan oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat.”
Buktinya, bukunya dibaca lebih seperti sebuah novel atau sebuah opera sabun,
dimana Schwartz lebih bahagia untuk mempersembahkan pembacanya dengan
apa yang persis berlaku dalam pikiran dan hati orang-orang, dimana “para
pahlawan” adalah para santo yang sempurna dan “para bajingan” adalah orangorang yang benar-benar jahat. Contohnya, Schwartz886 memuji jihad militer Sufi
Shamil melawan imperialisme Rusia sebagai sebuah perwujudan dari jihad yang
“cantik, baik” sementara jihad (diperkirakan jihad Wahhabi) di Bengal melawan
imperialisme Inggris digambarkan sebagai sebuah jihad jahat yang memperlihatkan
wajah lain dari Islam.887
Attar, Abdul-Aziz ibn Baaz dan al-Huqail
Untuk mencapai “kekomplitan,” tiga karya lain mesti disebutkan disini. Sifat dan
subjek yang diliput dalam tiga karya ini, khususnya dua yang terbesar, kebanyakan
sama dengan karya mutakhir ini. Sayangnya, sebagaimana kasus yang sangat
884
Bandingkan, Schwartz, hal. 211-213 dan 253 secara berturut-turut.
Schwartz, hal. 250-252.
886
Schwartz, hal. 83-87.
887
Satu poin terakhir, pada hal. 134 Schwartz menyatakan bahwa rezim Nasser adalah
“represi brutal dari persaudaraan Muslim … yang penting dan dibenarkan.” Tentu saja, dia
tak pernah mencatat bahwa kebrutalan dan penyiksaan di dalam penjara Nasser inilah
yang sebenarnya menciptakan kembali munculnya ekstrimisme dalam dunia Muslim.
Banyak dari para ektrimis itu, ini mesti dicatat, mendapatkan jalan mereka ke Afghanistan.
Untuk lebih jauhnya mengenai perkembangan ektrimisme di bawah rezim Nasser ini, lihat
Abdul Rahmaan al-Luwaihiq, Religious Extremism in the Lives of Contemporary Muslims
(Denver, CO: Al-Basheer Company for Publications and Translations, 2001), hal. 95-123.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 321
885
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
sering terjadi dengan literatur autentik Islam, karya-karya ini cukup sangat sulit
didapat bagi orang dengan asal-usul penutur bahasa Inggris.
(1) Muhammad ibn Abdel Wahhab oleh Ahmad Abdul-Ghafur Attar.888
Diterjemahkan oleh Rashed al-Barrawi. Karya ini adalah sebuah terjemahan dari
sebuah buku yang sebenarnya diterbitkan pada tahun 1972.889 Nampaknya sebuah
terjemahan yang dapat dipercaya dan bahasa Inggisnya hanya butuh sedikt
perbaikan. Buku ini pada dasarnya meliput kehidupan ibn Abdul-Wahhab dengan
sedikit atau tak ada pembahasan mengenai topik lain yang diliput disini. Namun
demikian, banyak peperangan pada masa hidup ibn Abdul-Wahhab diliput secara
lebih detil dalam karya itu dibanding dalam karya ini. Sayangnya, baik dalam
terjemahan maupun dalam karya aslinya, penulis memiliki sebuah kecenderungan
tidak merujuk materialnya. Kadangkala dia memulai sebuah bagian dengan
menyebutkan sumbernya, terkhusus Ibn Ghannaam atau Ibn Bisyr. Dalam
kesempatan yang terbatas, Attar menggambarkan kejadian-kejadian yang penulis
tak dapat memverifikasinya dari sumber-sumber sebelumnya, tangan pertama
manapun. Laporan-laporan dalam bidang itu terabaikan sementara
mempersiapkan karya ini.
(2) Muhammad Bin Abdulwahhab: His Life and the Essence of His Call oleh
Sulaiman Bin Abdurrahman al-Huqail.890 Karya ini didasarkan pada Tesis Master alHuqail di Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir. Karya ini adalah sebuah karya yang
komprehensif. Karya ini meliputi aspek-aspek kehidupan ibn Abdul-Wahhab,
ajaran-ajarannya, keraguan-keraguan yang muncul yang menentang beliau dan
pengaruhnya kepada dunia. Salah satu fitur yang lebih terkenal dan berharga yakni
karya ini menyediakan terjemahan-terjemahan yang komplit untuk beberapa surat
ibn Abdul-Wahhab.
(3) Imam Muhammad bin Abdul Wahhab: His Life & Mission karya Abdul Aziz Bin
Baz891 (terjemahan dari al-Imaam Muhammad ibn Abdil-Wahhaab: Dawatuhu wa
Siratuhu oleh Abdul-Aziz ibn Baaz). Karya ini adalah sebuah karya yang sangat
pendek. Sebenarnya, ini adalah sebuah kuliah yang diberikan oleh ibn Baaz, yang
membawakan pada audiennya tentang aspek-aspek utama kehidupan dan pesan
ibn Abdul-Wahhab.
888
Attar, Ahmad Abdol Ghafour, Muhammad ibn Abdel Wahhab (Mecca Printing and
Information, 1979).
889
Lihat Ahmad Abdul-Ghafur Athaar, Muhammad ibn Abdil-Wahhaab (Mekkah: n.p.
1977).
890
Sulaiman Bin Abdurrahman al-Huqail, Muhammad Bin Abdulwahhab: His Life and the
Essence of His Call (Riyadh: Ministry of Islamic Affairs, Endowments, Da’wah and Guidance,
2001).
891
Abdul Aziz bin Baz, Imam Muhammad Bin Abdul-Wahhab: His Life & Mission (Riyadh:
Darussalam, 1997).
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 322
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Konklusi
Ringkasnya, kita dapat mengatakan bahwa telah banyak tulisan yang berkenaan
dengan ibn Abdul-Wahhab dari para peneliti Barat yang objektif yang menulis
tentang Islam telah mengalami peningkatan [kualitas]. Namun demikian, masih
terdapat ruang untuk perbaikan. Sayangnya, masih terdapat orang-orang yang
bersikeras mempropagandakan dusta-dusta dan kekeliruan-kekeliruan tahuntahun awal. Dalam kondisi kemudahan akses kepada informasi dan sumbersumber sejarah pada masa sekarang, benar-benar tak ada permakluman untuk hal
seperti itu. Kenyataannya, kita diingatkan dengan pernyataan al-Nadwi yang
menulis pada tahun 1942,
Bisa saja kita maklumi orang-orang yang menerima begitu saja dakwaandakwaan yang beredar di masa lalu. Hal itu karena kitab-kitab orang-orang
Najd kecuali sedikit saja yang tersebar. Para ulama dari Najd sendiri tidak
terlalu perduli untuk menyebarkan ajaran-ajaran mereka ke luar dari negeri
mereka. Karenanya, sangatlah mungkin bagi seseorang memiliki kepercayaan
yang keliru tentang mereka [orang-orang ‘Wahhabi’+ padahal dia memiliki
niat yang tulus dan murni. Namun demikian, hari ini, setelah kitab-kitab
Syeikh dan kitab-kitab murid-muridnya tersebar, orang tak bisa lagi
892
menerima permakluman untuk kebodohan dan kekurangan ilmu.
892
Al-Nadwi, Hal. 23.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 323
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
BAB VII
Pelajaran-pelajaran untuk Dunia Sekarang dari Kehidupan
Muhammad ibn Abdul-Wahhab
T
erdapat banyak pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman Muhammad
ibn Abdul-Wahhab. Buktinya, sangat penting bagi seorang Muslim untuk
melihat kembali pada jiwa-jiwa saleh yang telah berlalu dan menetapkan
contoh pengetahuan, praktik, kesabaran, perjuangan dan pengorbanan demi Allah.
Allah berkata kepada Nabi Muhammad (‫)ﷺ‬.
ِ ‫ص علَيك ِمن أَنْب‬
ِ
‫ت بِِه فُ َؤ َاد َك‬
‫ب‬
‫ث‬
‫ن‬
‫ا‬
‫م‬
‫ل‬
‫س‬
‫الر‬
‫اء‬
ّْ
ُّ
ُ
َ
ُ َ ُ َ ْ َ ْ َ ُّ ‫َوُكال نَ ُق‬
ِِ ِ ِ ِ
‫ْي‬
ْ ِ ‫َو َجاءَ َك ِِف َه ِذ‬
َ ‫ا٘تَ ُّق َوَم ْوعظَةٌ َوذ ْكَرى لْل ُم ْؤمن‬
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah
yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang
yang beriman.” (QS. Hud 11:120).
Namun demikian, mempelajari orang seperti ibn Abdul-Wahhab memberi
keuntungan lain. Bisa jadi sulit bagi kita menggambarkan beliau di antara orangorang seperti para nabi dan sahabat-sahabat dekat mereka. Tentu saja, orang bisa
bahkan meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidaklah mungkin seperti mereka.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 324
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Kemudian datanglah individu-individu dalam sejarah Islam yang banyak memiliki
karakteristik mulia yang sama namun mereka bukanlah nabi-nabi atau sahabatsahabat para nabi. Mereka adalah, dalam sebuah pengertian, “orang-orang biasa.”
Lebih jauh, masyarakat dan lingkungan dimana mereka hidup mungkin sangat
sama dengan masyarakat dan lingkungan orang yang mempelajari mereka.
Berkenaan dengan umat Muslim hari ini, ibn Abdul-Wahhab mencontohkan
cetakan ini dengan sangat baik. Terdapat banyak persamaan antara dunia Muslim
dimana beliau tumbuh dengan dunia Muslim hari ini. Dunia Muslim berada dalam
suatu keadaan yang sangat sulit pada masa beliau. Kekuatan-kekuatan bangsa
Eropa terus menerus memperoleh tumpuan khalifah dan orang-orang Turki
Utsmaniyyah. Di bagian-bagian dunia yang lain, orang-orang Eropa telah masuk
dan mulai mendominasi, seperti India, Afrika Utara dan Indonesia. Bahkan yang
lebih penting adalah situasi domestik. Orang-orang Muslim nampaknya telah
kehilangan semangat, pemahaman dan praktik Islam yang sesungguhnya. Banyak
dari mereka mulai kewalahan dengan kemajuan-kemajuan ilmu Barat. Syariat telah
menjadi sebuah bagian Islam yang terlupakan di banyak wilayah.893
Hari ini, banyak persamaan kembali terjadi. Metode-metode dan cara-caranya bisa
jadi berubah. Secara politik, negara-negara Muslim hampir secara keseluruhan
berada dalam keadaan yang sangat lemah. Di banyak Negara, hukum-hukum
buatan manusia telah menggantikan Syariat. Perpecahan dan kebencian hadir di
antara berbagai populasi Muslim. Beberapa orang Muslim, contohnya, jatuh pada
materialisme Barat. Hal ini tidak terjadi melalui “perusahaan-perusahaan dagang”
dan pemerintah-pemerintah kolonial. Hal ini terjadi melalui pengaruh-pengaruh
media internasional dan korporasi-korporasi transnasional. Lagi-lagi, pemahaman
Islam yang sebenarnya telah hilang di kebanyakan orang-orang Muslim. Di banyak
negeri Muslim, agama sulit diajarkan di sekolah-sekolah yang dijalankan
pemerintah. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat-masyarakat sekular lebih
diutamakan di atas kebutuhan-kebutuhan spiritual dan relijius orang-orang Islam.
Akhirnya, saat orang-orang kembali kepada Islam yang sebenarnya yang sesuai
dengan Qur’an dan Sunnah, mereka dengan segera “dilabeli,” sebagaimana ibn
Abdul-Wahhab dan para pengikutnya segera dilabeli. Pada masanya, mereka
dilabeli Khawarij, bid’ah atau kafir. Hari ini, mereka disebut fundamentalis atau,
lebih parah lagi, teroris.
893
Tentu saja, terdapat juga banyak ketidaksesuaian antara masa ibn Abdul-Wahhab
dengan masa sekarang, khususnya dalam situasi-situasi politik, terwujudnya negara-negara
bangsa, hukum internasional dan banyak lagi. Ulama dan pemimpin Muslim harus mampu
melihat dengan cermat kesesuaian-kesesuaian yang sesungguhnya dari ketidaksesuaianketidaksesuaian yang sesungguhnya dan bagaimana masing-masing situasi baru itu harus
ditangani.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 325
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ibn Abdul-Wahhab dan para pendukungnya telah mampu merubah keadaan
mereka. Setidaknya di bagian dunia mereka—dan dalam banyak cara untuk hampir
setiap bagian dunia—mereka mampu mengembalikan Islam. Tentunya dalam
perubahan penting yang telah terjadi terdapat banyak pelajaran yang didapat
umat Muslim hari ini yang menyaksikan situasi sulit yang sama dengan yang beliau
hadapi.
Ibn Abdul-Wahhab jelas-jelas bukanlah seorang nabi juga tidak dikoreksi dengan
wahyu ilahiyah. Beliau bisa saja berbuat kekeliruan demikian juga para
pengikutnya. Dengan jelas, pernyataan-pernyataan dan tindakannya tidak
memberikan semacam otoritas sebagaimana Qur’an atau Sunnah. Namun
demikian, adalah upaya-upayanya dengan panduan Qur’an dan Sunnah yang
menarik disini. Bagaimana dia mengaplikasikan ajaran-ajaran Qur’an dan Sunnah
pada situasi yang dihadapi adalah kuncinya. Dia tidak datang dengan sebuah
agama atau ajaran-ajaran baru. Malahan, dia kembali kepada Qur’an dan Sunnah,
memahami Qur’an dan Sunnah secara sepantasnya dan memiliki visi untuk
memahami bagaimana Qur’an dan Sunnah itu semestinya diaplikasikan pada masa
dan tempatnya. Itu adalah kunci untuk perubahan-perubahan yang datang sebagai
hasil dari karunia Allah dan kemudian upaya-upayanya. Itulah pelajaran-pelajaran
yang akan dieksplor dalam bab ini.
Akhirnya, penting untuk mencari pelajaran darinya dan ajaran-ajarannya karena
bisa benar-benar dikatakan bahwa dari semua seruan (dan “gerakan”) para
mujadid di beberapa negara masa lalu, dialah yang benar-benar berhasil di semua
front dan pengaruh gerakannya itu terus berlanjut sampai sekarang.894
Pentingnya Memulai Dengan Cara Mengoreksi Aqidah Seseorang Baik Secara
Teori Maupun Praktik
Meskipun topik ini telah disentuh ketika membahas pendekatan da’wah ibn AbdulWahhab dalam Bab 3, ada baiknya untuk menambahkan beberapa poin lagi. Nabi
(‫ )ﷺ‬menghabiskan tigabelas tahun pertama missinya, di Mekkah sebelum hijrah
ke Madinah, mengajar hampir semata-mata konsep tauhid dan aspek-aspek
aqidah lainnya. Allah menjelaskan bahwa setiap rasul diutus dengan sebuah pesan
utama—dan pesan itu adalah tauhid dan keimanan. Allah secara khusus
menyatakannya sambil menggambarkan kata-kata para nabi kepada kaum mereka:
894
Mesti dicatat bahwa dalam mempersiapkan bab ini, penulis mengambil manfaat dari
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 726-772—meskipun pembahasan akhirnya sangat
berbeda.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 326
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
‫يَا قَ ْوِم ْاعبُ ُدوا اللَّهَ َما لَ ُك ْم ِم ْن إِلٍَه َغْي ُُر‬
“Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selainNya” (QS. al-A’raaf 59, 65, 73, 85 dan Hud 50, 61, 84).
Ini mestinya menjadi sebuah pesan yang jelas bagi setiap generasi, gerakan dan
kelompok Muslim, bahwa keyakinan yang benar harus ditanamkan dengan kuat di
dalam hati sebelum mengharapkan buahnya. Iman yang tepat dan benarlah yang
mengizinkan seseorang untuk menginternalisasikan Qur’an dan mengaplikasikan
perintah-perintahnya dengan tulus dan tepat, semuanya dari mulai menghindari
syirik, mendirikan shalat, menghindari alkohol, mempertaruhkan kehidupan
seseorang demi kepentingan Allah. Semua ini adalah bagian dari buah pohon
keimanan dan monoteisme yang indah, sebagai penentang buah-buah
keberhalaan yang busuk dan kurangnya iman, digambarkan oleh Allah di dalam
Qur’an:
‫ب اللَّهُ َمثَال َكلِ َمةً طَيّْبَةً َك َش َجَرٍة طَيّْبَ ٍة‬
َ ‫ف‬
َ ‫أَ ََلْ تَ َر َكْي‬
َ ‫ضَر‬
‫) تُ ْؤِِت أُ ُكلَ َها ُك َّل‬18( ‫الس َم ِاء‬
َّ ‫ت َوفَ ْرعُ َها ِِف‬
ٌ ِ‫َللُ َها ثَاب‬
ْ‫أ‬
ِ
ِ ‫ْي بِِإ ْذ‬
ٍ
ِ
ِ ‫ال لِلن‬
‫َّاس لَ َعلَّ ُه ْم‬
‫ر‬
‫ض‬
‫ي‬
‫و‬
‫ا‬
‫ه‬
‫ب‬
‫ر‬
‫ن‬
‫ح‬
َ َ‫األمث‬
ّْ
ْ
ْ ُ‫ب اللَّه‬
ُ ََ َ َ
ٍَ‫) ومثَل َكلِم ٍة خبِيثٍَة َك َشجرٍة خبِيث‬19( ‫ي تَ َذ َّكرو َن‬
‫َّت‬
‫ة‬
ْ ‫اجتُث‬
َ ََ
َ َ ُ ََ
ْ
ُ َ
ِ َّ َّ ّْ‫) ي ثب‬1:( ‫تا ِمن قَرا ٍر‬َٛ ‫ض ما‬
ِ ِ
‫ين‬
ُ َُ
ْ ‫م ْن فَ ْوق‬
َ ‫ت اللهُ الذ‬
َ ْ َ َ ِ ‫األر‬
ِ ْ ‫ت ِِف‬
ِ
ِ
ِ ِ‫آمنُوا بِالْ َقوِل الثَّاب‬
ُ‫ا٘تَيَاة الدُّنْيَا َوِِف اآلخَرِة َويُض ُّل اللَّه‬
َ
ْ
ِِ
)1;( ُ‫ْي َويَ ْف َع ُل اللَّهُ َما يَ َشاء‬
َ ‫الظَّالم‬
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
895
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
895
Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala ucapan yang menyeru
kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat
tauhid seperti laa ilaa ha illallaah.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 327
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang
896
buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya
dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh
897
itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orangorang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim
14:24-27).
Diriwayatkan bahwa ibn Abbas berkata, “kalimat yang baik adalah kesaksian
bahwa tak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah.”898
Bukti yang penting ini juga ditunjukkan oleh para Sahabat. Contohnya, Abdullah
ibn Umar berkata, “Kami hidup pada masa dimana salah satu dari kami akan
menerima keimanan dulu sebelum menerima Qur’an dan ketika surah-surah
diwahyukan kami akan mempelajari apa yang diperbolehkan dan apa yang dicegah
dan apa yang dilarang dan apa yang diperintahkan dan bagaimana seharusnya
kami bersikap terhadap surah-surah itu. Namun aku telah melihat orang-orang
yang telah diberikan Qur’an oleh seseorang sebelum iman dan dia membacanya
dari pembukaan Kitab itu sampai penutupnya dan dia tak mengetahui apa yang
diperintahkan dan apa yang dilarang kitab ini dan bagaimana semestinya dia
bersikap terhadapnya. Dia itu bagaikan seseorang yang baru saja melemparkan
kurma [yaitu, dia tak mendapatkan manfaat apapun dari bacaannya+.”899 Jundub
ibn Abdullah al-Bajaly berkata, “Kami mempelajari keimanan kemudian
mempelajari Qur’an dan dengan demikian dapat meningkatkan keimanan kami.”
Dalam kenyataan, mengoreksi aqidah atau sistem keyakinan seseorang—tidak
hanya dalam pengertian teoritis melainkan juga dalam pengertian nyata—bukan
hanya permulaan dari setiap seruan Islam yang sebenarnya, tapi juga tujuan
seruan dan ajaran-ajarannya. Ketika pemahaman dan praktik aqidahnya benar,
individu itu telah memenuhi tujuannya yang diciptakannya dan dia ridla kepada
Allah dalam prosesnya. Dia menjadi hamba Allah yang sesungguhnya dan semua
berkah yang diakibatkannya jatuh kepadanya.
Ibn Abdul-Wahhab sangat faham bahwa dengan cara mengoreksi aqidahlah
seseorang kemudian dapat mengoreksi amalan-amalan ibadahnya, kelakuan dan
tatakrama, dan semua aspek kehidupan seseorang. Untuk mengoreksi “luaran”
tanpa pertama-tama mengoreksi apa yang ada dalam pikiran dan hati seseorang
896
Termasuk dalam kalimat yang buruk ialah kalimat kufur, syirik, segala perkataan yang
tidak benar dan perbuatan yang tidak baik.
897
Yang dimaksud ucapan-ucapan yang teguh di sini ialah kalimatun thayyibah yang
disebut dalam ayat 24 di atas.
898
Dikutip dalam ibn Katsir, Tafsir (Daar Taibah), vol. 4, hal. 491.
899
Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan al-Haakim.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 328
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
takkan mendapat manfaat jangka panjang yang sesungguhnya. Sebagaimana
dicatat sebelumnya, ini adalah aspek yang berbunyi melalui semua ajaran, tulisan
dan komunikasinya. Khususnya, beliau menekankan hal yang sangat mendasar dari
iman kepada Tuhan dan apa yang bertentangan dengan dasar itu. Tak ada
kesangsian bahwa pada masa ibn Abdul-Wahhab, menyebarkan keyakinan yang
benar mengenai sifat dasar ibadah kepada Tuhan adalah yang paling penting dan
juga tugas paling sulit yang harus beliau laksanakan.
Sebagaimana disinggung di atas, beberapa praktik essensil yang mengalir dari
aqidah yang sesuai ini terlihat dari para Sahabat Nabi (‫ )ﷺ‬juga para pengikut
terdekat ibn Abdul-Wahhab. Aspek-aspek ini termasuk yang berikut ini:
(1) Kewajiban mengaplikasikan hukum Allah dalam kehidupan seseorang dan
dalam lingkungan masyarakat seseorang. Shalat, shaum, hanya mengibadahi-Nya,
dapat dipercaya, hukum-hukum bisnis, warisan dan berbagai tindakan lain yang
menyentuh semua bidang kehidupan jatuh di bawah ranah ini. Prinsip-prinsip ini
diaplikasikan kepada semua lapisan masyarakat, dari pemerintah hingga yang
diperintah, dari yang kaya hingga yang miskin dan lain sebagainya.
(2) Pentingnya jihad atau kemauan untuk berkorban demi kepentingan Allah. Cinta
kepada Allah dan mengibadahi-Nya yang sebenarnya perlu menempatkan Allah di
atas hal apapun yang lain dalam kehidupan ini. Kecintaan melihat hukum Allah
diimplementasikan dan hanya Dia saja yang diibadahi, juga memerlukan hasrat
untuk berkorban untuk dapat mengimplementasikannya.
Allah telah menggambarkan cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan perjuangan untuk
kepentingan-Nya dalam ayat:
ِ
ِ
‫اج ُك ْم‬
ُ ‫قُ ْل إ ْن َكا َن آبَا ُؤُك ْم َوأَبْنَا ُؤُك ْم َوإ ْخ َوانُ ُك ْم َوأ َْزَو‬
ِ
‫وها َوَِتَ َارةٌ َِتْ َش ْو َن َك َس َاد َها‬
َ ‫َو َعش َريتُ ُك ْم َوأ َْم َو ٌال اقْ تَ َرفْ تُ ُم‬
ِ
‫ب إِلَْي ُك ْم ِم َن اللَّ ِه َوَر ُسولِِه َوِج َه ٍاد ِِف‬
َّ ‫َح‬
َ ‫َوَم َساك ُن تَ ْر‬
َ ‫ض ْونَ َها أ‬
ِ ِ‫سبِيل‬
‫صوا َح ََّّت يَأِِْتَ اللَّهُ بِأ َْم ِرِ َواللَّهُ ال يَ ْه ِدي الْ َق ْوَم‬
‫ب‬
‫ر‬
‫ت‬
‫ف‬
‫ه‬
َّ
َ
َ
ُ َ
َ
ِ ‫اس‬
ِ
‫ْي‬
‫ق‬
َ ‫الْ َف‬
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 329
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
“Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih
kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. al-Taubah 9:24).
(3) Konsep memiliki cinta dan kesetiaan semata-mata berdasarkan atas keyakinan
yang kokoh kepada Allah, Rasul dan ajaran-ajaran Islam. Mestilah ada yang lebih
besar daripada rasa cinta kepada kebenaran; mesti juga ada hasrat untuk
memisahkan dan membebaskan diri – kebencian, dalam kenyataan – dari
kekeliruan.900
Ibn Abdul-Wahhab sekali merancang Metodologinya dengan sangat jelas ketika dia
menulis,
Pertama-tama muncul pengetahuan – dan itu adalah pengetahuan Allah,
pengetahuan nabi-Nya dan pengetahuan agama Allah dengan buktinya yang
sesuai. Kedua muncul tindakan yang sesuai dengan (katakanlah
pengetahuan). Ketiga muncul seruan kepadanya. Keempat muncul sikap
sabar menghadapi kesulitan yang datang karenanya. Bukti untuk
[methodologi] ini adalah firman Allah,
ِ َّ ِ
ِ
ِ
‫ين َآمنُوا‬
ْ ‫َوالْ َع‬
َ ‫) إال الذ‬1( ‫) إ َّن اإلنْ َسا َن لَفي ُخ ْس ٍر‬8( ‫ص ِر‬
ِ ِ َّ ‫وع ِملُوا‬
)1( ‫الص ِِْب‬
ْ ِ‫ال ْوا ب‬
َّ ِ‫ال ْوا ب‬
ََ
َ ‫ا٘تَ ّْق َوتَ َو‬
َ ‫الصا٘تَات َوتَ َو‬
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
901
menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr 103: 1-3)
900
Sebagaimana dicatat sebelumnya, kebencian kepada kekeliruan dan penguat-penguat
kekeliruan tidak berarti bahwa dia berurusan secara pantas dengan mereka,
mempertahankan kebenaran dan keadilan. Seseorang bisa saja tidak memiliki rasa cinta
kepada seseorang namun dia akan berjuang dan memepertahankan keadilan, bahkan bagi
mereka yang menentang keyakinan-keyakinannya. Tentu saja, keajaiban konsep ini,
sebagaimana nampak pada contoh Nabi (‫)ﷺ‬, adalah bahwa pertentangan dan kebencian
diiringi dengan perasaan dan hasrat bahwa pengikut kekeliruan merangkul kebenaran. Ini
juga meliputi keadilan, dimana seseorang bersikap adil bahkan kepada musuh terbesarnya.
901
Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 185.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 330
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Maka Ibn Bisyr menulis bahwa ketika ibn Abdul-Wahhab datang ke al-Diriyyah, dia
mendapati orang-orang sangat bodoh dalam hal keimanan. Mereka tidak shalat
atau membayar zakat dan mereka menolak beragam aspek Islam. Ibn AbdulWahhab mengubah cara-cara mereka dengan pertama-tama memerintahkan
mereka untuk mempelajari makna sebenarnya dari kalimat “Tak ada yang berhak
diibadahi kecuali Allah.” Beliau mengajari mereka hal ini adalah peniadaan (negasi)
yang diikuti dengan pengakuan (affirmasi), yaitu, seseorang mengingkari
mengibadahi segala apapun kecuali Allah. Beliau mengajari mereka bahwa konsep
ilah (“tuhan”) adalah satu-satunya bahwa hati memuji dengan rasa cinta, rasa
takut dan harapan. Kemudian beliau mengajari mereka tiga hal yang fundamental.
Pertama mengenal Allah, dengan dalil-dalil dari Qur’an yang menunjukkan
rubuubiyah (Lordship) dan uluuhiyah (Godhood)-Nya. Kemudian pengetahuan
tentang apa itu Islam, yaitu ketundukan kepada Allah dengan mentaati perintahperintah-Nya dan menghindari apa yang Dia larang. Kemudian beliau mengajari
mereka tentang Nabi (‫)ﷺ‬, siapakah dia dan bagaimana kehidupannya. Beliau
mengajari mereka hal pertama bahwa Nabi (‫ )ﷺ‬menyeru mereka. Ibn Bisyr
menyatakan bahwa ketika orang-orang benar-benar mulai mempelajari indahnya
tauhid, hal ini mengembangkan rasa cinta untuk guru mereka yang telah
membawakan kepada mereka kebenaran itu dan mereka berkumpul dalam
komitmen baru pada keimanan.902
Tidak Putus Asa Meski Begitu Besarnya Kebodohan dan Pelanggaran
Ketika Nabi (‫ )ﷺ‬diutus kepada manusia, dalam hal keagamaan, dunia benarbenar berada dalam kegelapan.903
Malahan, dalam sebuah hadits, Nabi (‫ )ﷺ‬menyatakan,
ِ َ ‫َن رس‬
‫ت يَ ْوٍم ِِف‬
َ ‫للَّى اللَّ ُه َم َعلَْي ِه َو َسلّ َم‬
َ ‫قال َذ‬
َ ‫ول اللّه‬
ُ َ َّ ‫أ‬
‫تَّا َعلَّ َم ِ ِْن‬َٟ ‫ُخطْبَتِ ِه أَال إِ َّن َرِِب أ ََمَرِِّن أَ ْن أ َُعلَّ َم ُك ْم َما َج ِهْلتُ ْم‬
902
903
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 37-39.
Untuk keadaan buruk dunia pada saat datangnya Nabi Muhammad (‫ )ﷺ‬dan
perubahan yang diberikan Allah melalui Nabi (‫)ﷺ‬, lihat Jamaal al-Din Zarabozo, How to
Approach and Understand the Qur’an (Boulder, CO: Al-Basheer Company for Publications
and Translations, 1999), hal. 36-47.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 331
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ ‫ َو إِ َّن اللَ نَظََر إِ ََل أ َْه ِل ْاأل َْر‬.. ‫يَ ْوِمي‬
‫ض فَ َم َقتَ ُه ْم َعَربَ ُه ْم َو‬
ِ َ‫َعجمهم إَِّال ب َقايا ِمن أ َْه ِل الْ ِكت‬
‫ك‬
َ َ‫اب َو ق‬
َ ُ‫ال إََِّّنَا بَ َعثْت‬
ْ َ َ ْ ََُ
ِ
ِ
..‫ك‬
َ ِ‫ك َو أَبْتَل َي ب‬
َ َ‫ِألَبْتَلي‬
“Suatu hari, Nabi (‫ )ﷺ‬berkata dalam khutbahnya, ‘Lihatlah, Tuhan-ku
memerintahkan aku bahwa aku harus mengajari kalian apa yang kalian tidak
ketahui dan Dia telah mengajariku hari ini … Sesungguhnya, Allah melihat
kepada orang-orang di bumi dan Dia menunjukkan kebencian untuk orangorang Arab dan orang-orang non-Arab, dengan pengecualian beberapa
bekas-bekas ahli kitab. Dan Dia berkata, “Aku mengutusmu untuk mengujimu
dan untuk menguji *mereka+ melalui kamu”…’” (Diriwayatkan oleh Muslim.)
Namun dengan sebuah rentang waktu yang sangat pendek, satu bagian
kemanusian berkembang dari jurang kepada menuntun umat manusia kepada
sebuah era baru, dimana kesalehan sekali lagi menjadi kebajikan yang essensil.
Meskipun Nabi (‫ )ﷺ‬sudah tidak lagi hidup dan kepemimpinannya dalam bentuk
fisik di dunia ini sudah tidak lagi mungkin, petunjuk yang dia terima akan selalu
dilestarikan untuk menuntun umat manusia manakala mereka memalingkan diri
mereka kepada petunjuk itu.
Sebagaimana digambarkan dalam Bab 3, pada masa ibn Abdul-Wahhab, Islam, dan
karenanya seluruh kemanusiaan, sekali lagi mencapai keadaan yang sangat
menyedihkan. Melalui perjalanan-perjalanannya, ibn Abdul-Wahhab menjadi
sangat mengerti bahwa kegelapan yang menyelimuti Najd tidak terbatas kepada
Najd saja namun ternyata di seluruh negeri-negeri Muslim. Karena begitu
hebatnya kegelapan itu, ibn Abdul-Wahhab tahu bahwa jika orang-orang mau
mengoreksi keyakinan-keyakinan mereka dan merubah cara-cara mereka, hidup
mereka dapat benar-benar bertransformasi. Maka ibn Abdul-Wahhab berkata
kepada Muhammad ibn Saud pada saat perjanjian mereka yang bersejarah itu,
“Sesungguhnya, saya berikan kabar gembira kehormatan dan akan berdiri tegak di
negeri ini. Siapa pun yang kukuh pada kalimat ini, ‘Tak ada tuhan yang
sesungguhnya kecuali Allah,’ bertindak berdasarkan kalimat itu dan mendukung
kalimat itu akan menguasai negeri dan rakyatnya.”904
904
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 35.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 332
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Contoh yang diberikan beliau dan para pengikutnya sekali lagi dapat memberikan
harapan bagi umat manusia hari ini. Selama petunjuk itu ada—Qur’an Sunnah
sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi (‫)ﷺ‬, yang diikuti dan diimplementasikan
oleh ibn Abdul-Wahhab—akan selalu ada harapan bahwa umat manusia bisa
bangun dan kembali kepada ajaran-ajaran yang hebat itu. Bahwa wahyu memiliki
kemampuan untuk menyetir hati-hati umat manusia dan memperbaharui jiwa-jiwa
yang telah mati. Kenyataannya, terdapat sebuah ayat dalam Qur’an, tidak untuk
mengatakan seluruh Qur’an, yang telah mengubah hati banyak orang mungkar dan
bisa terus menerus memberikan pengaruh itu,
ِ َِّ ِ
‫ين َآمنُوا أَ ْن َِتْ َش َع قُلُوبُ ُه ْم لِ ِذ ْك ِر اللَّ ِه َوَما نََزَل‬
َ ‫أَ ََلْ يَأْن للذ‬
ِ َّ
ِ
‫ال‬
ْ ‫ِم َن‬
َ َ‫اب ِم ْن قَ ْب ُل فَط‬
َ َ‫ين أُوتُوا الْكت‬
َ ‫ا٘تَ ّْق َوال يَ ُكونُوا َكالذ‬
ِ َ‫علَي ِهم األم ُد فَ َقست قُلُوب هم وَكثِري ِمْن هم ف‬
‫اس ُقو َن‬
َ ُ َْ
ْ ُ ٌ َ ْ ُُ ْ َ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk
hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun
(kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang
sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa
yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di
antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. al-Hadid 57:16).
Jika orang-orang Muslim, dengan ulama-ulama agama yang bertindak sebagai
pemimpin-pemimpin mereka, kembali kepada wahyu itu, maka terdapat harapan
bagi Umat Muslim dan terdapat harapan bagi seluruh umat manusia. Namun
sebagaimana yang dikatakan Muhammad ibn Abdul-Wahhab kepada Muhammad
ibn Saud, terdapat beberapa syarat untuk perubahan dan dukungan serta
kemenangan paripurna dari Allah ini. Hanya dengan menyebut diri sendiri Muslim
sementara tidak mentaati dan tidak menganut agama-Nya, itu tak akan mengubah
keadaan sebuah bangsa. Bahkan, mereka mestinya berpaling kepada Allah,
memurnikan keyakinan-keyakinan mereka dan tunduk kepada-Nya secara kaffah.
Janji Allah kepada mereka digambarkan dalam ayat,
ِ َّ ‫وعد اللَّه الَّ ِذين آمنوا ِمْن ُكم وع ِملُوا‬
ِ ‫ا٘ت‬
‫ات‬
َُ َ ُ َ َ َ
ََ ْ
َ ‫الص‬
ِ َّ َ‫ض َكما استخل‬
ِ
‫ين ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم‬
َ ْ َ ْ َ ِ ‫األر‬
ُ ‫لَيَ ْستَ ْخل َفن‬
ْ ‫َّه ْم ِِف‬
َ ‫ف الذ‬
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 333
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ َّ‫تم ِدين هم ال‬َٛ ‫ولَيم ّْكن َّن‬
‫َّه ْم ِم ْن بَ ْع ِد‬
‫ن‬
‫ل‬
‫د‬
‫ب‬
‫ي‬
‫ل‬
‫و‬
‫م‬
‫ت‬ٛ
‫ى‬
‫ض‬
‫ت‬
‫ار‬
‫ي‬
‫ذ‬
ّْ
َ
َ
َ
َ
َ
ُ َُ َ ْ ُ
ْ
ُ ُ َ ُْ َ َ ُ َ
‫َخ ْوفِ ِه ْم أ َْمنًا يَ ْعبُ ُدونَِِن ال يُ ْش ِرُكو َن ِِب َشْيئًا َوَم ْن َك َفَر بَ ْع َد‬
ِ‫َذل‬
ِ ‫ك هم الْ َف‬
ِ‫ك فَأُولَئ‬
‫اس ُقو َن‬
َ
َ
ُ
ُ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.“
(QS. al-Nur 24:55).
Intinya adalah bahwa perubahan ini dapat terjadi dan telah terjadi lebih dari satu
kali dalam sejarah umat manusia. Hal ini dapat terjadi dalam satu generasi – tentu
saja, selama hidup seorang ulama sejati yang tulus kepada Allah, mempelajari
imannya secara benar dan berkemauan untuk berkorban untuk tujuan itu. Tak
masalah betapa buruknya keadaan orang-orang Muslim, selalu ada harapan;
seorang mukmin sejati mestinya tak pernah berputus asa. Seorang Muslim
seharusnya selalu bekerja untuk perubahan yang diinginkan. Allah berkehendak,
perubahan akan terjadi di dunia ini, dan dengan demikian upaya-upaya seseorang
tak akan pernah tidak diapresiasi oleh Allah.
Pentingnya “Pendidikan Edukasional dan Spiritual” yang Tepat
Dalam sebuah hadits Nabi (‫ )ﷺ‬yang terkenal, nabi mengajari seorang remaja
yang sangat muda namun berpikran dewasa, ibn Abbas, pelajaran-pelajaran yang
akan diingatnya selama hidupnya. Nabi (‫ )ﷺ‬mengajari dia kata-kata yang akan
dianggap “berat” untuk seorang pemuda namun jika dia mampu
menginternalisasikan pelajaran-pelajaran itu pada masa mudanya, hal ini akan
menjadi sumber petunjuk yang hebat. Nabi (‫ )ﷺ‬berkata kepada ibn Abbas
muda,
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 334
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ٍ ‫يا غُ َالم إِ ِّّْن أُعلّْمك َكلِم‬
ِ ‫ات اح َف‬
‫اح َف ِظ‬
‫ك‬
‫ظ‬
‫ف‬
‫ُي‬
‫الل‬
‫ظ‬
ْ
َ
َ
َ
ْ
ْ
ْ
ُ َ
َ
َ ََُ
ِ ِ َ‫ك إِ َذا سأَلْت ف‬
ِ
‫ت‬
َ ‫استَ َعْن‬
َ َ‫اللَ ََت ْد ُ َُت‬
ْ ‫اسأَل الل َو إِ َذا‬
ْ َ َ َ ‫اه‬
ِ ِ‫فَاستَعِن ب‬
َّ ‫الل َو ْاعلَ ْم أ‬
‫ت َعلَى أَ ْن‬
ْ ‫اجتَ َم َع‬
ْ ‫َن ْاأل َُّمةَ لَ ِو‬
ْ ْ
ٍ
‫ك َو‬
َ َ‫ضُّرْو َك قَ ْد َكتَبَهُ اللّهُ ل‬
ُ َ‫يَْن َفعُ ْو َك بِ َش ْيء ََلْ يَْن َفعُ ْو َك إَِّال ي‬
ٍ
‫ضُّرْو َك‬
ُ َ‫ضُّرْو َك إَِّال ي‬
ُ َ‫ضُّرْو َك بِ َش ْيء ََلْ ي‬
ُ َ‫اجتَ َمعُ ْوا َعلَى أَ ْن ي‬
ْ ‫إِ ْن‬
ِ ‫ت األَقْ َالم و ج َّف‬
ِ ‫ك رفِع‬
‫ف‬
‫ح‬
‫الص‬
‫ت‬
ُّ
ُ ُ
َ ُ َ ‫قَ ْد َكتَبَهُ اللُ َعلَْي‬
َ َُ
“Wahai anak muda, aku akan mengajarimu beberapa kata [nasihat]. Jagalah
Allah dan Allah akan melindungimu. Jagalah Allah, dan engkau akan
menemukan-Nya di hadapanmu. Jika engkau bertanya, bertanyalah kepada
Allah. Jika engkau mencari pertolongan, carilah pertolongan kepada Allah.
Ketahuilah bahwa jika suatu kaum bersatu bersama-sama menghadiahimu
dengan sesuatu, mereka tak akan memberikanmu keuntungan dengan
sesuatu apapun kecuali keuntungan itu yang telah Allah catatkan untukmu.
Jika mereka bersatu untuk melukaimu dengan sesuatu, mereka tak akan
mampu melukaimu dengan apapun kecuali Allah telah mecatatkannya
905
untukmu. Pena-pena telah diangkat dan halaman-halaman telah kering.”
Jika berharap seseorang dapat memperbaharui umat Muslim ini, mestilah disadari
bahwa banyak mujtahid seperti ibn Taimiyah dan ibn Abdul-Wahhab tidaklah
diciptakan dalam kekosongan. Bahkan, mereka dididik tentang pengetahuan
agama ini dengan tepat melalui orangtua dan kerabat mereka yang mengabdikan
diri untuk mempelajari keimanan ini dan menyampaikan pengabdian itu kepada
generasi mereka yang selanjutnya. Dengan demikian mereka mampu tumbuh dan
berkembang dengan sebuah wawasan yang jelas ke dalam dasar-dasar iman dan
apa yang dibutuhkan untuk memperbaharui iman di antara masyarakatmasyarakat Muslim. Hal ini juga melindungi mereka dari ketersesatan dan mampu
melihat aspek-aspek solutif yang ada dalam penyakit-penyakit yang nyata dalam
diri mereka. Contohnya, dalam kasus ibn Abdul-Wahhab, beliau mengenali
penyakit-penyakit dan masalah-masalah utama dimana umat Muslim telah jatuh
ke dalamnya. Tentu saja, umat Muslim telah menjadi lemah bukan hanya karena
revolusi industri Barat namun karena umat ini telah meninggalkan jalannya Nabi
905
Diriwayatkan oleh al-Tirmidzi. Hadits ini shahih. Untuk pembahasan keshahihan hadits
ini, lihat Zarabozo, Commentary, vol. 2, hal. 731-734.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 335
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Muhammad (‫)ﷺ‬. Umat ini meninggalkan jalan penyembahan hanya kepada
Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Inilah akar yang
menyebabkan kemungkaran yang membebani dunia Muslim. Berdasarkan
pengetahuannya yang tepat perihal Qur’an dan Sunnah, Ibn Abdul-Wahhab
mengenali fakta menyedihkan ini dan melakukan perencanaan untuk mereformasi
Umat.
Tambahan pada “latarbelakang edukasional,” adalah penting untuk mendidik
dalam kerangka spiritual yang benar. Yakni dimana seseorang mengabdikan diri
untuk melaksanakan shalat, shaum, mengingat Allah dan lain sebagainya, yang
sesuai dengan Sunnah Nabi (‫)ﷺ‬. Hal ini akan membangun hubungan yang tepat
dengan Allah dan pemahaman yang tepat terhadap kenyataan ciptaan ini. Pada
gilirannya, hal ini membangun kepercayaan kepada Allah, kesabaran, keberanian
dan ketabahan yang dibutuhkan manakala seseorang berupaya untuk menciptakan
perubahan dan berjuang melawan keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik yang
popular namun keliru. Dalam contoh ibn Abdul-Wahhab orang dapat sekali lagi
melihat pentingnya pengasuhan seperti ini. Beliau tidak pernah kehilangan
keimanannya kepada Allah dan keimanannya bahwa Allah akan mendukung orangorang yang beriman ketika mereka menganutnya dengan tepat. Maka, ketika
beliau dipaksa atau harus meninggalkan Basra, Huraimila dan al-Uyainah, beliau
tidak tersentak. Beliau sadar bahwa hal itu adalah bagian dari rencana Allah dan,
sebagai balasannya, seorang hamba harus memiliki hubungan yang tepat dengan
Allah dan kesabaran agar diberkahi Allah dengan kemenangan yang sempurna.
Kehidupan Ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan bahwa seorang penyeru kepada
agama Allah yang sejati – yang melaksanakan sebuah peran seperti para nabi yang
telah lalu – melompat untuk menghadapi ujian-ujian yang hebat. Ujian-ujian ini
termasuk ancaman-ancaman psikologis dan fisik terhadap kesejahteraannya.
Tanpa persiapan spiritual dan edukasional yang tepat, seseorang tak bisa
menyadari bahwa ini semua adalah bagian dari cara Allah dan dia tidak bisa
menyadari apa yang seharusnya menjadi jawaban dia. Contohnya, alih-alih
bersabar dan tetap tabah dalam batas-batas syariah, dia bisa saja mencari solusi
jalan pintas yang melanggar Syariat dan membawa bahaya yang lebih besar
daripada kebaikan. Dari awal, ibn Abdul-Wahhab dihadapkan dengan ujian-ujian
seperti itu – dari klaim-klaim keliru yang dibuat untuk melawannya, para ulama
yang membantah pandangan-pandangannya yang semua itu dapat mengancam
kehidupannya. Namun, itu tak pernah menghalanginya ataupun membuatnya
menyangsikan maksud dan tujuannya. Beliau menganggap semua itu sebagai cara
untuk membuatnya lebih baik, memurnikan niatnya dan menguatkan ketulusannya
dan demikian juga para pengikutnya.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 336
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ini adalah sebuah poin penting yang tak dapat terlalu ditekankan hari ini.
Sayangnya, banyak orang tua Muslim terlalu memperhatikan masa depan
kesejahteraan ekonomi anak-anak mereka (dan barangkali juga keadaan diri
mereka sendiri), yang membuat mereka mencurahkan upaya-upaya mereka, waktu
dan uang mereka kepada pembelajaran-pembelajaran sekular sementara
mengabaikan pendidikan spiritual dan pengetahuan keagamaan anak-anak
mereka. Jika seorang anak muda dalam dunia hari ini tidak memiliki kekuatan
spiritual dan pemahaman agama yang tepat, akan mudah baginya untuk
terombang-ambing ketika dia harus berhadap-hadapan dengan hawa nafsu dan
godaan-godaan dunia ini. Sama halnya, bahkan jika dia memiliki rasa cinta kepada
kebenaran, dia mungkin tidak memiliki ketabahan moral untuk mentaati
kebenaran manakala keimanan dan jalan hidupnya terancam bahkan dengan gaya
yang paling ringan. Fenomena penekanan pendidikan sekular dan masa depan
“money-making” ini tak bisa menjadi pertanda baik bagi sebuah masyarakat
dengan prinsip-prinsipnya yang sangat relijius yang ditantang siang dan malam.
Orangtua-orangtua dan masyarakat-masyarakat Muslim harus bangun dan
mempelajari sebuah pelajaran dari contoh yang telah diberikan oleh Nabi (‫)ﷺ‬
dalam mengajari para pemuda dan contoh yang banyak dari para reformer masa
lalu: pengasuhan spiritual yang tepat pada masa muda seseorang sangat
membantu dalam menganut keimanan tak masalah seberapa hebatnya cobaan.
Akhirnya, seseorang seharusnya menetapkan dalam benaknya tujuan sebenarnya
di balik pendidikan atau setiap karunia yang telah diberikan padanya oleh Allah.
Ibn Abdul-Wahhab sekali menulis, “Jika sebuah bangsa memiliki kecerdasan dan
ketajaman dan mereka memiliki kebiasaan yang saleh dan baik, yang tak butuh
untuk membayangkiaskan kebahagiaan sejati kecuali disertai dengan keyakinan
kepada Allah, Satu-satunya. Kekuatan kecerdasan adalah seperti kekuatan tubuh.
Orang yang berpikir dan berpengetahuan seperti para raja dan para penguasa. Tak
satu pun dari itu semua bermanfaat kecuali disertai dengan mengibadahi Allah
saja, tanpa menyekutukan-Nya.”906
Pentingnya “Pendidikan” Untuk Semua
Nabi (‫ )ﷺ‬berkata,
ِ َ‫طَل‬
‫يضةٌ َعلَى ُك ّْل ُم ْسلِ ٍم‬
َ ‫ب الْعْل ِم فَ ِر‬
ُ
906
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 223.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 337
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
“Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.”
907
Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri diutus kepada sebuah kaum yang mayoritasnya adalah buta
huruf. Namun pada saat beliau wafat, sejumlah besar dari masyarakatnya telah
mengetahui bagaimana caranya membaca dan menulis. Sebenarnya, meski,
kaumnya betapa dalam kebodohannya dalam segala hal, khususnya pada praktikpraktik keagamaan mereka. Maka, ajaran Nabi yang paling penting bukanlah pada
masalah melek huruf melainkan pada masalah keimanan. Dan pengetahuan yang
penting ini, beliau tanamkan kepada semua orang, dari kaum bangsawan sampai
gadis budak yang paling rendah. Selama kurun waktu yang panjang, hal ini menjadi
sesuatu yang hilang, di beberapa wilayah, pengetahuan keagamaan menjadi hak
istimewa beberapa kelas tertentu.908
Ibn Bisyr, ketika membicarakan pencapaian ibn Abdul-Wahhab menulis,
Beliau mengajarkan tauhid kepada anak muda dan orang tua sementara
sebelumnya hal ini hanya diketahui oleh kalangan elite. Beliau
mengumpulkan orang-orang bersama dalam shalat-shalat dan kuliah-kuliah.
Beliau akan bertanya mengenai dasar-dasar Islam, prasyarat-prasyarat shalat
… Beliau akan mengajarkan hal-hal ini kepada anak muda dan orang tua,
kepada mereka yang melek huruf juga mereka yang buta huruf, sementara
sebelumnya hanya kalangan elit saja yang bisa mengetahui hal-hal tersebut.
Semua orang di negeri itu mendapatkan manfaat dari beliau karena mereka
909
akan bertanya apa yang dia perintahkan dan apa yang dia larang.
Dalam masa-masa kontemporer, orang mendengar sejumlah besar pembahasan
mengenai pentingnya melek huruf bagi semua orang. Ibn Abdul-Wahhab
memahami dan mengimplementasikan sesuatu yang lebih penting daripada itu.
Beliau menekankan pendidikan bagi semua Muslim mengenai fundamenfundamen keimanan – Ini nyatanya adalah tipe pendidikan yang paling penting
yang pertama-tama dibutuhkan untuk disebarkan (dalam banyak kasus, hal ini
dapat disebarkan berdampingan dengan melek huruf ketika orang belajar
membaca Qur’an dan hadits). Beliau menulis, “Konklusinya adalah bahwa masalahmasalah tauhid bukanlah berasal dari masalah-masalah itu yang mana adalah
perhatian seorang mutawwa saja. Malahan, meneliti masalah-masalah ini dan
907
Diriwayatkan oleh sejumlah perawi, termasuk ibn Majah. Menurut al-Albaani, hadits ini
shahih. Lihat al-Albaani, Shahih al-Jami, vol. 2, hal. 727.
908
Bandingkan, al-Qataan dan al-Zain, hal. 17. Dua penulis ini berpendapat bahwa tidak
hanya para ulama sebuah kelas dimasuki dan atas mereka sendiri, namun mereka juga
sebuah kelas yang sangat konservatif, menentang segala jenis “reformasi” atau pun
“perubahan.”
909
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 163.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 338
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mempelajari itu semua adalah merupakan kewajiban yang perlu bagi ulama, orang
awam, laki-laki, perempuan …”910
Dasar-dasar keimanan tak bisa dibatasi hanya pada kelas-kelas tertentu. Jika hal itu
terjadi, praktik keimanan tak akan diserap semua kelas dan tingkatan masayarakat.
Masyarakat yang komplit tak dapat menjadi benar-benar islami. Dengan
kebodohan, orang-orang tak akan pernah mengembangkan rasa kasih dan rasa
cinta yang benar untuk keimanan ini. Namun demikian, jika semua orang – atau
sebanyak mungkin – diberikan pendidikan yang tepat, maka semua orang akan
mampu tumbuh dalam keimanan ini, memiliki keyakinan yang benar tentang Allah,
mengapresiasi dan mencintai keimanan, mempraktikannya dalam hidup mereka
dan diberkati oleh Allah karena pengetahuan, praktik dan kesetian mereka kepada
keimanan.
Ini jelas-jelas tipe masyarakat yang diimpikan dan diupayakan ibn Abdul-Wahhab.
Dia mewajibkan fundamen-fundamen keimanan itu diajarakan di dalam masjid –
dan dia bahkan mempersiapkan risalah-risalah pendek secara spesifik untuk
mengajarkan apa yang belum dikenal. Karenanya, karyanya, Al-Ushul alTsalaatsah, dipelajari di masjid-masjid dan dideklamasikan setelah Shalat-shalat
Fajr. Karya ini berisi pengetahuan yang didasarkan bukan pada pernyataanpernyataan ulama-ulama mutaakhirun atau “para wali” namun langsung dari
Qur’an dan Sunnah – sehingga menghubungkan seseorang dengan wahyu dari
Allah.
Tambahan, ibn Abdul-Wahhab mengirimkan guru-guru ke kampung-kampung yang
lebih kecil dan bahkan kepada suku-suku Badwi.911 Guru-guru ini mengajari orangorang tentang agama mereka: siapa tuhan mereka, siapa nabi mereka dan apakah
agama mereka. Mereka mengajarkan lima rukun Islam dan enam dasar rukun
iman. Mereka mengajarkan hak-hak Allah dan hak-hak Nabi (‫)ﷺ‬. Ibn Baaz
mencatat, “Maka, orang-orang awam di kalangan Muslim dan Badwi mulai
mengenal dasar-dasar dan fundamen-fundamen yang berkenaan dengan
keimanan yang mana banyak orang sekarang yang lambat laun mengetahui diri
mereka bodoh.”912 Dengan pengetahuan yang benar ini muncullah kasih sayang
910
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 189.
Upaya ini terus berlanjut hingga lama setelah masa ibn Abdul-Wahhab, meskipun di
beberapa negeri yang lebih jauh upaya ini tidak benar-benat effektif. Burckhardt (vol. 1,
hal. 249) mencatat, “Dalam hal baca tulis, semua orang Badwi di seluruh Arabia semuanya
bodoh. Pemimpin-pemimpin Wahabbi sangat berhati-hati untuk memerintahkan mereka;
mereka telah mengirimkan imam-imam di antara suku-suku yang berbeda untuk mengajari
anak-anak, namun upaya-upaya mereka hanya menghasilkan effek yang kecil dan orangorang Badwi, sebagaimana diperkirakan, adalah orang-orang yang paling buta huruf.”
912
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 729.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 339
911
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dan ketaatan kepada Qur’an dan Sunnah.913 Beliau menginstruksikan guru-guru
yang diutusnya untuk mengajarkan “hak Allah terhadap hamba-hamba-Nya, hakhak makhluk, seperti hak-hak Muslim terhadap Muslim yang lain, hak-hak
kekeluargaan dan hak-hak orangtua, dan yang paling penting, hak-hak Nabi
(‫)ﷺ‬.”914
Upaya-upaya ini diringkas oleh Siddiqi ketika dia menulis,
Agar gerakannya bergerak pada jalur-jalur yang benar dan untuk terus
menghidupkan pengaruh ajaran-ajarannya kepada generasi-generasi yang
akan datang, sang Syekh membuat sebuah program pendidikan yang teliti di
masyarakat. Sebagai hasil dari upaya-upayanya setiap oasis diberikan
maktabnya tersendiri, dan guru-guru yang dapat mengajar dan berceramah
kepada suku-suku Badwi. Murid-murid Syekh terus belajar dengan semangat
yang besar. Ibn Bisyr mengatakan bahwa begitu banyak murid yang tertarik
kepada kelas-kelasnya dimana jika seseorang berusaha menyebutkan jumlah
mereka maka tak ada seorang pun yang akan mempercayainya. Semua
putera-puteranya, Husain, Abdullah, Ali, dan Ibrahim, memiliki maktab
sendiri-sendiri di rumah-rumah mereka dimana murid-murid yang datang
915
dari tempat-tempat yang jauh datang kepada guru pengajaran Islam.
Beliau tidak hanya memperhatikan praktik-praktik lahiriah keimanan. Beliau juga
mengajari orang-orang mengenai zuhd (menahan nafsu dengan tepat dari
menginginkan barang-barang duniawi), memurnikan jiwa, pentingnya
meningkatkan amal ibadah seseorang, mengingat Allah secara terus menerus,
memohon petunjuk Allah, terus menerus berdoa kepada-Nya dan yang paling
penting dua syarat pemurnian dan mengikuti wahyu dalam setiap amal saleh.916
Beliau juga menekankan bahwa belajar tanpa aplikasi lanjutannya tidaklah berarti
apapun. Maka, beliau menulis, “Pengetahuan tak disebut pengetahuan sampai dia
melahirkan buahnya [yaitu, amal]. Jika pengetahuan itu tidak melahirkan buah
apapun, itu adalah kebodohan. Maka, Allah berfirman, ‘Sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama’ [QS. Faatir 35:28+.”917
Sebagaimana dicatat di atas, pendekatan ibn Abdul-Wahhab adalah: meraih
keyakinan dan pengetahun, mengimplementasikannya, menyebarkannya kepada
913
Ibn Baaz (vol. 2, hal. 729) mencatat bahwa hasil lain dari pendekatan ibn Abdul-Wahhab
adalah bahwa kematian ibn Abdul-Wahhab sama-sekali tidak melemahkan keimanan
orang-orang. Ini karena ibn Abdul-Wahhab membuat mereka mengasihi Qur’an dan uswah
Nabi (‫)ﷺ‬, dan bukan kepada dirinya dan pandangan-pandangan personal dirinya. Maka
da’wah berlanjut dengan kekuatan besar bahkan setelah kematiannya.
914
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 747.
915
Siddiqi, vol. 2, hal. 1448-1449.
916
Abdul-Muhsin ibn Baaz, vol. 2, hal. 747.
917
Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 162.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 340
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
yang lain kemudian tetap bersabar dalam jalan itu. Ibn Abdul-Wahhab mengutip
surah al-‘Ashr untuk mendukung pendekatannya ini.918
Ibn Abdul-Wahhab begitu memperhatikan pendidikan yang tepat dan essensial
kaum wanita sebagaimana beliau memperhatikan kaum laki-laki. Dalam
masyarakat manapun, kaum wanita dibatasi untuk memerankan sebauh peran
penting. Namun demikian, sepenuhnya penting dalam sebuah masyarakat Islam
dimana nilai-nilai keluarga dan moral ditekankan. Tidaklah bermanfaat kepada
masyarakat manakala penjaga terhebat generasi masa depan tidak memiliki
pengtahuan agama dan moral-moral masyarakat. Maka, dalam berbagai suratnya,
ibn Abdul-Wahhab menekankan bahwa agama mesti diajarkan kepada baik lakilaki maupun perempuan. Dalam sebuah surat yang dikutip di atas, beliau
menyatakan, “Kesimpulannya adalah bahwa masalah-masalah tauhid tidaklah dari
masalah-masalah yang hanya diperhatikan oleh para Mutawwa. Malahan, meneliti
masalah-masalah ini dan mempelajarinya adalah wajib bagi seorang ulama, orang
awam, laki-laki, perempuan …”919 Dalam sebuah kesempatan yang lain, beliau
menulis bahwa ajaran-ajaran keimanan “harus disebarkan di kalangan orangorang, para wanita dan para laki-laki.”920 Ketika berbicara tentang mencintai hanya
karena Allah, membenci hanya karena Allah, memiliki kesetiaan hanya karena Allah
dan tidak menyekutukan hanya karena Allah, beliau mengatakan bahwa orangorang lelaki mesti mempelajari ini dan “kewajiban kepada orang-orang lelaki untuk
mengajari istri-istri mereka dan semua anggota keluarganya mengenai aspek
ini.”921
Penyebaran pendidikan ini dimana orang-orang dapat memahami ajaran-ajarannya
dan mampu mempertahankannya sendiri mestilah memberi sumbangan atas
suksesnya da’wah reformasi itu sendiri. Idris mencatat aspek ini ketika dia menulis,
Para pemimpin gerakan-gerakan perubahan sosial biasanya datang dengan
gagasan-gagasan yang tidak familiar di tengah orang-orang, dan mereka
karenanya cenderung menghadapi tantangan, kritik dan pertentangan.
Sementara sang pemimpin dan orang-orang elit di sekitar beliau mungkin
mampu mempertahankan pemikiran baru mereka di hadapan pertentangan
ini, bawahan dan barisan tak dapat melakukan hal yang sama. Namun
gerakan terdiri utamanya dari orang-orang awam ini, dan penentang bisa
918
Bandingkan., Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 1, hal. 185.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 189.
920
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 127 dan hal. 323.
921
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 127. Muhammad ibn AbdulWahhab juga bekerja untuk menghapuskan beberapa kekeliruan yang telah dilakukan
kaum wanita dalam masyarakatnya. Tambahan untuk mendorong pendidikan mereka, dia
juga berjuang melawan praktik adat yang meninggalkan sokongan-sokongan yang secara
praktik mencegah kaum wanita dari menerima hak waris mereka.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 341
919
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mengadopsi sebuah strategi untuk menantang dan mempermalukan mereka
dengan menanyakan kepada mereka pertanyaan-pertanyaan yang tak
mampu mereka jawab, dengan harapan untuk melemahkan genggaman
mereka terhadap keyakinan-keyakinan baru itu, dan dengan demikian akan
melemahkan gerakannya. Hal ini terjadi pada para pengikut ‘Abd al-Wahhab,
dan dia menyadari pentingnya memberikan orang-orang ini kepercayaan diri
mereka dan mempersenjatai mereka dengan argumen-argumen sederhana
yang dapat mereka pahami dan gunakan secara effisien, bahkan melawan
orang yang lebih terpelajar dibandingkan mereka. Dia mendorong mereka
agar tak terintimidasi oleh orang-orang yang diketahui lebih terpelajar
dibanding mereka karena seorang yang terpelajar itu lemah selama dia
berada di sisi yang salah, dan seorang awam itu kuat sepanjang dia mentaati
kebenaran. Untuk tujuan ini dia membagi argumen-argumen untuk mereka
ke dalam dua kategori: argumen-argumen umum yang bahkan seorang awam
mampu menggunakannya untuk menjawab setiap sanggahan, dan jawaban922
jawaban spesifik untuk pertanyaan-pertanyaan yang sangat biasa diajukan.
Mengikuti “Sebab dan Akibat” dalam Dunia Ini Sambil Menaruh Kepercayaan
Penuh kepada Allah
Nabi Muhammad (‫ )ﷺ‬adalah contoh par excellence untuk memahami
bagaimana seseorang mesti setia kepada sebab-sebab nyata dan pokok dunia ini
sementara pada saat yang sama menaruh seluruh keyakinan dan kepercayaan
seseorang hanya kepada Allah. Contohnya, dalam peperangan-peperangan beliau
melawan orang-orang kafir, beliau mengambil semua langkah-langkah yang
diperlukan yang dapat beliau ambil dan perjuangkan, menyadari bahwa semua
hasil tergantung kepada sabda Allah. Saat memutuskan sebuah masalah, seperti
contoh yang lain, beliau akan berkonsultasi dengan Sahabat-Sahabatnya dan
kemudian sekali mereka menggunakan semua sumber-sumber yang mampu
mereka datangkan untuk konklusi yang tepat, mereka akan menaruh kepercayaan
dan keyakinan mereka kepada Allah untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Ini
adalah ketaatan kepada perintah Allah,
ِِ ٍِ
ِ ‫ت فَظِّا َغلِي َظ الْ َقْل‬
‫ب‬
َ ‫تُ ْم َولَ ْو ُكْن‬َٛ ‫ت‬
َ ‫فَبِ َما َر ْٔتَة م َن اللَّه لْن‬
ِ‫ضوا ِمن حول‬
‫تُ ْم َو َشا ِوْرُه ْم‬َٛ ‫استَ ْغ ِفْر‬
‫و‬
‫م‬
‫ه‬
‫ن‬
‫ع‬
‫ف‬
‫اع‬
‫ف‬
‫ك‬
َ
ْ
ْ
َ
َ
ُ
ْ َ ُْ
ْ َ ْ ُّ ‫النْ َف‬
922
Idris, hal. 5.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 342
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
‫ب‬
ُّ ‫ت فَتَ َوَّك ْل َعلَى اللَّ ِه إِ َّن اللَّهَ ُُِي‬
َ ‫األم ِر فَِإ َذا َعَزْم‬
ْ ‫ِِف‬
ِ
‫ْي‬
َ ‫الْ ُمتَ َوّْكل‬
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
923
dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali-‘Imran 3:159).
Kehidupan Ibn Abdul-Wahhab adalah sebuah contoh yang baik yang menyatukan
aspek-aspek ini yang beberapa orang nampaknya akan memiliki kesulitan untuk
menyatukan atau memahami.924 Dia menyatukan sebab-sebab ikutannya dan
berhati-hati serta teliti dengan kepercayaan yang kuat kepada Allah dan
menyandarkan diri hanya kepada Allah. Dia menyadari menaruh kepercayaan dan
penyandaran diri seseorang kepada Allah sebagai satu hal yang diperlukan dalam
keimanan.925 Namun demikian, mengabaikan “sebab-sebab yang nyata kelihatan”
dalam dunia fisik ini bertentangan dengan contoh yang diberikan oleh Nabi (‫)ﷺ‬
sementara benar-benar menyandarkan diri terhadap mereka – berpikir bahwa
mereka saja dapat memberikan manfaat, melupakan bahwa hanya jika Allah mau
sajalah mereka dapat menghasilkan manfaat – bisa jadi semacam syirik. Maka,
sebagaimana ibn Abdul-Wahhab nyatakan, dia berusaha “menyatukan
kepercayaan kepada Allah dengan sebab-sebab susulan, dalam kontradiksi
terhadap para ekstrimis di antara para ahli hukum [yang bersandar hanya kepada
sebab-sebab] dan para ekstrimis dari kalangan orang-orang Sufi [yang
menyandarkan diri hanya kepada konsep kepercayaan kepada Allah yang
keliru+.”926
923
Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik,
ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
924
Untuk beberapa penjelasan ibn Abdul-Wahhab terhadap kepentingan dan konsep
menaruh kepercayaan seseorang kepada Allah, lihat Muhammad ibn Abdul-Wahhab,
Muallifaat, vol. 7, hal. 163 dan 183.
925
Lihat Nusair, hal. 172.
926
Dikutip dalam Nusair, hal. 172. Ibn Abdul-Wahhab mengacu kepada cerita Musa dan
Khidhr dalam surah al-Kahf. Dia berkata bahwa dalam kisah ini adalah bantahan kepada
mereka yang tidak percaya pada sebab-sebab susulan, karena Allah memiliki kemampuan
untuk menyelamatkan perahu, menegaskan orang tua si anak dan membawakan harta
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 343
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Dari permulaan, tujuan beliau cukup jelas: reformasi masyarakat Muslim. Untuk
mencapai tujuan, dia pertama-tama mendapatkan pengetahuan yang diperlukan.
Kedua, dia mencari dukungan yang diperlukan yang bisa mengijinkan tujuan itu
diimplementasikan, seperti ketika Nabi (‫ )ﷺ‬hijrah ke Madinah. Di bawah
lingkungan dimana dia hidup, tanpa dukungan otoritas yang disegani, da’wahnya
akan mendapati kegagalan. Karena da’wahnya adalah semacam penghinaan
terhadap adat istiadat jahiliyyah bangsanya, tidaklah sulit untuk menyusun
rencana untuk membunuhnya, contohnya, sejak permulaan. Tentu saja, ketika ibn
Abdul-Wahhab pergi untuk menghancurkan makam Zaid ibn al-Khattaab, dia
berkata kepada Utsman, sang penguasa, “Saya khawatir orang-orang al-Jubailah
akan menyerang saya. Saya tak mampu menghancurkan ini tanpa kehadiran
anda.”927 Tambahan, kepindahan Ibn Abdul-Wahhab dari Huraimila ke al-Uyainah
dan kepindahannya yang berikutnya ke al-Diriyyah (dimana dia telah memiliki
pengikut yang merupakan para penentang Suku Khalid) merupakan contoh-contoh
lebih jauh dari mengikuti “sebab-sebab lahiriyah” yang bisa membawa kepada
keberhasilan dan tidak hanya menginginkan dan berharap bahwa Allah akan
merubah keadaan orang-orang.
Sekarang jelaslah bahwa banyak dari pelajaran-pelajaran ini dibahas dalam bab ini
berhubungan satu sama lain dan cenderung kembali kepada masalah originalnya:
bahwa dengan benar-benar mengoreksi sistem kepercayaan seseorang dan
memiliki keimanan yang tepat. Dengan kata lain, beberapa dari “sebab-sebab yang
nyata kelihatan” yang paling penting, meskipun bukan sebab-sebab fisik yang perlu
di mata orang-orang materialis, adalah: mengoreksi keyakinan seseorang,
meninggalkan segala hal kejahiliyyahan dan syirik di belakang juga segala hasrat
kepadanya, mengoreksi moral dan kebiasaan seseorang. Ini bisa jadi langkah
terbesar yang perlu diambil seseorang. Kenyataannya, secara umum, seseorang
seharusnya tidak pernah ambil bagian dalam sebuah perjuangan fisik, seperti jihad
secara militer (atau apa yang sebagian Muslim yang dengan bodohnya mengambil
jalan—terrorisme) dan mengharapkan kemenangan sampai seseorang cenderung
pada bentuk-bentuk sebab yang penting ini. Hal ini telah jelas terlihat dalam
kehidupan Nabi (‫ )ﷺ‬sebagaimana juga dalam kehidupan Muhammad ibn AbdulWahhab.
Perlunya Memiliki Dukungan untuk Da’wah
Barangkali apa yang dekat hubungannya kepada poin sebelumnya adalah
pelengkap lain yang orang dapati dipamerkan dalam metode ibn Abdul-Wahhab:
terpendam dua orang anak yatim tanpa mengambil jalan pada amalan-amalan itu. Lihat
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 5, bagian tafsir, hal. 259.
927
Ibn Bisyr, vol. 1, hal. 32.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 344
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
pentingnya memiliki dukungan politis untuk ajaran-ajaran dan da’wah. Dengan
dukungan “kekuatan-kekuatan yang ada,” da’wah bisa jadi salah satu dari ilmu dan
aksi, secara teoritis dan praktis. Pentingnya dukungan politik dan “kekuatan”
digarisbawahi di dalam Qur’an.
Contohnya, saat berbicara kepada kaumnya yang melampaui batas (homoseksual),
Nabi Luth menyinggung fakta bahwa dia tak memiliki power ataupun kekuatan
untuk menolak mereka dari memenuhi hasrat-hasrat mereka. Maka, Allah
mengutip dia dengan mengatakan,
ٍ ‫َن ِِل بِ ُكم قُ َّوًة أَو آ ِوي إِ ََل رْك ٍن ش ِد‬
َّ ‫ال لَ ْو أ‬
‫يد‬
َ َ‫ق‬
َ ُ
ْ
ْ
“Luth berkata: "Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk
menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat
(tentu aku lakukan).” (QS. Hud 11:80).
Allah juga berfirman dalam Qur’an,
ِ
ِ
ِ
‫اب َوالْ ِم َيزا َن‬
َ َ‫لََق ْد أ َْر َسْلنَا ُر ُسلَنَا بالْبَ يّْ نَات َوأَنْ َزلْنَا َم َع ُه ُم الْكت‬
ِ ِ َ ‫ا٘ت ِد‬
ِ ِ ِ ‫لِي ُقوم الن‬
‫س َش ِدي ٌد َوَمنَافِ ُع‬
َْ ‫َّاس بالْق ْسط َوأَنْ َزلْنَا‬
ٌ ْ‫يد فيه بَأ‬
ُ َ َ
ِ‫َّاس ول‬
ِ‫ل‬
ِ ‫صرُ ور ُسلَهُ بِالْغَْي‬
َّ
ِ
‫ي‬
‫ن‬
‫ي‬
‫ن‬
‫م‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ال‬
‫م‬
‫ل‬
‫ع‬
‫ي‬
‫ن‬
‫ل‬
َ
ّّ ‫ب إِ َّن اللَّهَ قَ ِو‬
ْ
ْ
ُ
ُ
ْ
َ
َ
َ
َُ ُ
َ َ
‫َع ِز ٌيز‬
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan
neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya
Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha
Perkasa.” (QS. al-Hadiid 57:25).
Ketika membahas ayat ini, Abdul Aziz bin Baz menulis,
Dalam ayat di atas, Allah menunjukkan bahwa Dia mengutus rasul-rasul
dengan bukti-bukti yang jelas. Ini adalah argumen-argumen yang
mengklarifikasi kebenaran dan mendorong ke belakang kekeliruan. Allah juga
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 345
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mewahyukan kepada para rasul Kitab yang berisi petunjuk dan juga
penjelasan. Dia juga mewahyukan Keseimbangan. Ini adalah keadilan yang
melindungi yang tertindas dari si penindas, memelihara kebenaran dan
menyebarkan petunjuk; Di dalam cahaya keadilanlah orang-orang bisa saling
memperlakukan dengan kebenaran dan keadilan. Allah juga memberikan
kekuatan tambahan yang sangat hebat. Yaitu, kekuatan, pencegahan dan
tekanan terhadap mereka yang menentang kebenaran. Jadi penggunaan
kekuatan ini adalah untuk mereka yang ketika diberikan bukti-bukti dan
penjelasan masih saja tidak berubah. Karenanya ini adalah pengikut
kebenaran dan penindas kekeliruan. Setiap orang yang cerdas dengan
pengertian biasa akan mendapatkan manfaat dari bukti-bukti yang jelas dan
menerima kebenaran dengan buktinya. Namun penindas atau orang fasik
928
yang mengikuti hawa nafsu tak bisa dihalangi kecuali dengan pedang.
Menyentuh ayat yang sama ini, al-Nadwi juga mencatat, “Ini seharusnya tidak
tersembunyi bagi orang yang bijaksana, orang yang melihat bahwa kekuatan
memiliki peran penting dalam menyebarkan pesan dan pemikiran-pemikiran,
tambahan terhadap kekuatan spiritual, dalil-dalil dan bukti. Jika da’wah atau
gerakan manapun tak memiliki kekuatan yang dapat melindungi dan
mempertahankannya, maka dia akan segera diganyang oleh kekuatan-kekuatan
jahat dan para tiran, sampai semua akar-akarnya tercerabut.”929
Allah juga berfirman,
ِ ّْ ‫وقُل ر‬
ٍ ِ
‫تَُْر َج ِل ْد ٍق‬ٞ ‫َخ ِر ْج ِِن‬
ْ ‫ب أ َْدخْل ِِن ُم ْد َخ َل ل ْدق َوأ‬
َْ َ
ِ
ِ َ‫ك سْلطَانًا ن‬
‫ص ًريا‬
ْ ‫َو‬
ُ َ ْ‫اج َع ْل ِِل م ْن لَ ُدن‬
“Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar
dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah
930
kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong .” (QS. al-Israa’ 17:80).
928
Abdulaziz bin Baz, hal. 37-38 (diterjemahkan oleh Atiyyeh).
Al-Nadwi, hal. 44.
930
Maksudnya: memohon kepada Allah supaya kita memasuki suatu ibadah dan selesai
daripadanya dengan niat yang baik dan penuh keikhlasan serta bersih dari ria dan dari
sesuatu yang merusakkan pahala. Ayat ini juga mengisyaratkan kepada Nabi supaya
berhijrah dari Mekah ke Madinah. Dan ada juga yang menafsirkan: memohon kepada Allah
s.w.t. supaya kita memasuki kubur dengan baik dan keluar daripadanya waktu hari-hari
berbangkit dengan baik pula.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 346
929
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Qatadah berkata, “Nabiyullah (‫ )ﷺ‬tak memiliki kemampuan untuk memenuhi
missinya kecuali dengan kekuasaan (sultaan). Jadi dia memohon suatu kekuasaan
yang akan menjadi pembantu untuk Kitab Allah, batas-batas Allah, kewajibankewajiban yang datang dari Allah dan mendirikan agama Allah. Kekuasaan adalah
kasih sayang Allah yang Dia simpan di hadapan hamba-hamba-Nya. Jika hal ini
bukan untuk itu, mereka akan saling menaklukkan dan yang kuat akan menindas
yang lemah.”931
Nabi (‫ )ﷺ‬juga mencari dukungan sebelum pindah ke Madinah, sebagaimana
dijelaskan dalam hadits berikut ini:
ِ
‫للَّى اللَّ ُه َم َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ َ‫َع ْن َجابِ ٍر ق‬
َ ‫ال َم َك‬
َ ‫ث َر ُس ْو ُل الل‬
ٍ ‫تِِم بِع َك‬ٛ‫ِِبَ َّكةَ ع ْشر ِسنِْي ي ْتبع النَّاس ِِف منَا ِز‬
‫تَنَّةَ َو‬َٜ ‫اظ َو‬
ُ ْ َ َ ُ َ َ َْ َ َ
ِِ ِ
‫صُرِِّن َح ََّّت أُبَلَّ َغ‬
ُ ‫ِِف الْ َم َواس ِم ِب ًًن يَ ُق ْو ُل َم ْن يُ ْؤِويِِْن َم ْن يَْن‬
ْ ُ‫ِر َسالَةَ َرِّْب َو لَه‬
ُ‫اٗتَنَّة‬
Jabir berkata, “Rasulullah (‫ )ﷺ‬menghabiskan sepuluh tahun di Mekkah
mengikuti orang-orang ke tempat-tempat mereka berkumpul di Ukad dan
Majinah dan ketika berkumpul di Mina. Beliau berkata, ‘Siapa yang akan
membantuku? Siapa yang akan mendukungku sehingga aku dapat
932
menyampaikan pesan Tuhanku dan baginya adalah Surga?’”
Khususnya selama dalam waktu-waktu seperti itu ibn Abdul-Wahhab dan mereka
yang sama hari ini, dimana bid’ah-bid’ah, keyakinan-keyakinan yang tidak benar
dan praktik-praktik kemungkaran telah menjadi begitu berurat akar tanpa
kekuatan dalam masyarakat, gerakan reformasi dan pemurnian seseorang akan
mudah dihancurkan. Al-Atram mencatat bahwa dalam lingkungan seperti yang
dihadapi ibn Abdul-Wahhab, adalah mustahil untuk dapat menghapus
kemungkaran-kemungkaran hanya dengan ceramah para ulama. Malahan,
dibutuhkan seseorang yang dapat mengancam mereka dan memiliki kekuasaan di
belakangnya yang berguna untuk memenuhi ancaman-ancamannya itu. Kemudian
931
Lihat ibn Katsir, vol. 5, hal. 111.
Diriwayatkan oleh Ahmad, al-Haakim dan yang lain-lainnya. Menurut Al-Arnaut, et al.,
sanadnya shahih menurut kriteria Muslim. Lihat Syuaib Al-Arnaut, et al., catatan kaki untuk
Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal (Beirut: Muassasat al-Risaalah,
1998), vol. 23, hal. 346-349.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 347
932
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
al-Atram mengutip ungkapan yang terkenal: Allah membersihkan melalui
pemerintah atau aturan apa yang Dia tak dapat bersihkan melalui Qur’an.933
Orang mendapati bahwa ibn Abdul-Wahhab sangat memahami pentingnya konsep
ini. Agama Islam menjadi alat untuk membangun juga petunjuk bagi semua aspek
masyarakat. Sebuah reformasi menyeluruh terhadap masyarakat berarti reformasi
kebiasaan personal sebagaimana juga kebiasaan umum. Tanpa dukungan
setidaknya “kekuatan-kekuatan yang akan menjadi,” dapatlah diperkirakan bahwa
musuh-musuh akan dapat menghancurkan seruan atau gerakan seperti itu. Bahkan
jika seseorang mungkin yakin akan sesuatu, dia tidak mungkin memiliki
kemampuan untuk mengimplementasikan apa-apa yang dia yakini—yaitu, dia bisa
jadi
mendapati
ada
baiknya
untuk
tidak
membicarakan
atau
mengimplementasikan segala yang dia ketahui sebagai kebenaran. Ibn AbdulWahhab menyentuh poin ini ketika membicarakan mengenai para ulama pada
masanya. Dalam sebuah surat dia menulis, “Untuk masalah yang membuat orangorang memarahiku, membenciku dan menentangku, jika seseorang bertanya pada
ulama dari al-Syam, Yaman atau tempat lainnya mengenai hal itu, mereka akan
berkata, ‘Ini adalah kebenaran. Ini adalah agama Allah dan Rasul-NYa. Namun
demikian, aku tak memiliki kemampuan untuk memperlihatkannya secara terbuka
di tempatku sebab pemerintah tak memiliki buktinya. Namun demikian, ibn AbdulWahhab mampu memperlihatkannya secara terbuka karena penguasa di negerinya
tidak keberatan dengan da’wahnya.’”934
Maka, ketika ibn Abdul-Wahhab pertama kali pindah ke al-Uyainah, dia
memperlihatkan kepercayaannya kepada Utsman dan menyeru dia untuk beriman
dengan tauhid yang pantas untuk mendukung agama Allah. Utsman menerima apa
yang dipikirkan ibn Abdul-Wahhab dan membantu beiau dalam mengajarkan dan
menyebarkan kebenaran. Oleh karenanya, da’wah ini mendapatkan tempat
berpijak yang teguh, menarik begitu banyak pengikut dan mampu melaksanakan
ajaran-ajarannya. Mampu untuk menghapus objek-objek ibadah yang keliru dan
bahkan melembagakan hukuman bagi perzinahan. Hal yang sama juga terjadi
ketika ibn Abdul-Wahhab dipaksa meninggalkan al-Uyainah dan pergi ke alDiriyyah. Lagi-lagi, di al-Diriyyah, sang Amir Muhammad ibn Saud menerima pesan
ibn Abdul-Wahhab dan mendukungnya secara penuh.
Barangkali untuk alasan ini ajaran-ajaran ibn Abdul-Wahhab dan para pengikutnya
memiliki pengaruh yang lebih besar bahkan dengan mentor intelektualnya ibn
Taimiyyah dan para reformer lainnya, Attar mencatat bahwa pengaruh mereka
sebagai “sebuah intelektual terbatas yang tidak melebihi yang terkesan oleh
933
934
Al-Atram, vol. 1, hal. 265.
Ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 32.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 348
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mereka dan terpengaruhi oleh gagasan-gagasan reformis mereka.”935 Ibn AbdulWahhab, di lain pihak, mampu menciptakan sebuah Negara Islam yang terus eskis
setelah kematiannya.
Orang seharusnya juga mencatat bagaimana Nabi (‫ )ﷺ‬mengirimkan surat-surat
kepada para pemimpin yang berbeda-beda dan orang yang memiliki kekuasaan.
Ibn Abdul-Wahhab juga melakukan hal yang benar-benar sama. Tidak bermaksud
mengatakan bahwa orang yang terpengaruh dapat memiliki pengaruh yang
lebih besar. Jika orang-orang ini dapat memenangi penyebab, maka da’wah itu
sendiri dapat dibantu dengan baik—tanpa, tentu saja, mengorbankan hak
siapapun untuk mempercayai dan diterima sebagai seorang anggota penuh dari
komunitas itu, sebagaimana Nabi (‫ )ﷺ‬menolak mengorbankan SahabatSahabatnya yang miskin untuk memenuhi nafsu-nafsu orang-orang kafir yang kaya.
Nabi (‫ )ﷺ‬bahkan berdoa kepada Allah dengan doa berikut sebelum Umar yang
sangat berpengaruh, kuat dan kharismatik itu menjadi seorang Muslim,
ِ
ِ
ِ ْ َ‫الر ُجل‬
‫ك بِأَِِب َج ْه ٍل‬
َّ ‫ب َه َذيْ ِن‬
ّْ ‫َح‬
َ ‫ْي إِلَْي‬
َ ‫اللّ ُه َّم أَعَز ا ِإل ْسالَ َم بأ‬
ِ َّ‫تَط‬ٙ‫ا‬
‫اب‬
ْ ‫أ َْو بِعُ َمَر بْ ِن‬
“Ya Allah, berikanlah kekuatan kepada Islam dengan rasa cintanya kepada936
Mu dua orang lelaki ini, Abu Jahal atau Umar ibn al-Khattaab.”
Ini adalah poin penting yang mesti diingat oleh para ulama dan organisasiorganisasi keagamaan saat ini. Setiap orang disambut oleh Islam dan diharapkan
bahwa semua orang, kaya atau miskin, memiliki kekuatan atau lemah, untuk
menjadi seorang Muslim. Namun demikian, setidaknya di Barat, kebanyakan upaya
da’wah didesakkan kepada “orang-orang biasa” dan bahkan para tahanan namun
tidak banyak upaya yang terlihat yang didesakkan kepada para pemimpin
masyarakat agar masuk Islam. Bahkan terbitan-terbitan yang memperkenalkan
orang kepada Islam ditulis dalam suatu sikap yang mungkin tak memiliki pengaruh
besar kepada mereka yang memiliki tingkat keilmuan yang berbeda. Nabi (‫)ﷺ‬
menciptakan contoh yang pertama dan ibn Abdul-Wahhab mengikuti contoh itu
935
Attar, hal. 92.
Diriwayatkan oleh Ahmad, al-Tirmidzi, ibn Hibbaan dan yang lainnya. Menurut alAlbaani, hadits ini shahih. Menurut al-Adawi, hadits ini shahih berdasarkan dalil
pendukungnya. Bandingkan, al-Albaani, Shahih Sunan al-Tirmidzi, vol. 3, hal. 204; Mustafa
al-Adawi, al-Shahih al-Musnad min Fadhaail al-Sahaabah (Al-Khobar, Saudi Arabia: Daar ibn
Affaan, 1995), hal. 81-82.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 349
936
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
dan mereka berdua memperlihatkan bagaimana pentingnya mencoba membawa
orang yang berpengaruh dan memiliki kekuatan ke dalam Islam, orang-orang yang
dapat bermanfaat bagi Islam ketika mereka telah masuk Islam.
Memiliki Keyakinan Penuh tentang Betapa Pentingnya Mengikuti Kebenaran
Allah berfirman dalam Qur’an,
ِ َّ ِ
َِّ
‫ين َآمنُوا بِاللَّ ِه َوَر ُسولِِه ُّتَّ ََلْ يَ ْرتَابُوا‬
َ ‫إَّنَا الْ ُم ْؤمنُو َن الذ‬
ِِ
‫ك ُه ُم‬
َ ِ‫ت ْم َوأَنْ ُف ِس ِه ْم ِِف َسبِ ِيل اللَّ ِه أُولَئ‬ٛ‫اه ُدوا بِأ َْم َوا‬
َ ‫َو َج‬
‫الص ِادقُو َن‬
َّ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka
itulah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hujuraat 49:15).
Allah juga berfirman,
ِ َّ‫إََِّّنَا يستأْ ِذنُك ال‬
ِ ِ ِ
ِ
‫ت‬
‫ذ‬
ْ َ‫ين ال يُ ْؤمنُو َن بِاللَّه َوالْيَ ْوم اآلخ ِر َو ْارتَاب‬
َ َ َْ َ
‫قُلُوبُ ُه ْم فَ ُه ْم ِِف َريْبِ ِه ْم يَتَ َرَّد ُدو َن‬
“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang
yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka raguragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.” (QS. al-Taubah
9:45).
Islam meminta kepastian bagian itu dari penganutnya. Karena kurangnya kepastian
inilah yang membuat orang-orang bimbang dalam komitmen mereka ketika
dihadapkan dengan godaan atau ujian dan kemauan mereka untuk berkorban
demi kepentingan Allah.
Kepastian ini datang melalui berbagai cara, yang paling penting daripada itu semua
menjadi sebuah pemahaman keyakinan Islam yang kuat. Ketika seseorang memiliki
pengetahuan yang benar dan keyakinan yang kuat, dia sadar, tanpa
memperhatikan penampakan artifisial yang terjadi di dunia ini, bahwa
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 350
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
keberhasilan dan kebahagiaan yang sejati hanya dapat bersandar dengan mereka
yang memiliki iman yang benar di dalam hati mereka. Kebahagiaan, ketenangan
dan keberhasilan sejati ini terjadi baik di dunia dan di akhirat. Allah berfirman,
ِ َّ‫ال‬
‫ين َآمنُوا َوتَطْ َمئِ ُّن قُلُوبُ ُه ْم بِ ِذ ْك ِر اللَّ ِه أَال بِ ِذ ْك ِر اللَّ ِه‬
‫ذ‬
َ
ِ‫تَطْمئ‬
‫وب‬
‫ل‬
‫ق‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ن‬
ْ
ُ
ُّ
ُ
ُ
َ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.” (QS. al-Ra’d 13:28).
Orang yang menerima dan mengikuti wahyu dari Tuhan dan sang Khalik mestinya
tak pernah berdukacita atau bersedih. Allah berfirman,
َِ ‫ال اهبِطَا ِمْن ها‬
ٍ ‫ض ُك ْم لِبَ ْع‬
‫ض َع ُد ّّو فَِإ َّما يَأْتِيَ نَّ ُك ْم‬
ُ ‫ٓت ًيعا بَ ْع‬
ْ َ َ‫ق‬
َ
ِ ‫ِم ِّْن ه ًدى فَم ِن اتَّبع ه َداي فَال ي‬
)811( ‫ض ُّل َوال يَ ْش َقى‬
ُ
َ َ ُ ََ َ
ِ
‫ت ُشُرُ يَ ْوَم‬١َْ‫ضْن ًكا َو‬
َ ِ‫ض َع ْن ذ ْك ِري فَِإ َّن لَهُ َمع‬
َ ً‫يشة‬
َ ‫َوَم ْن أ َْعَر‬
‫ب َِلَ َح َشْرتَِِن أ َْع َمى َوقَ ْد‬
َ َ‫) ق‬818( ‫الْ ِقيَ َام ِة أ َْع َمى‬
ّْ ‫ال َر‬
ِ َ َ‫) ق‬819( ‫صريا‬
ِ ‫ُكْن‬
‫ك آيَاتُنَا فَنَ ِسيتَ َها‬
َ ‫ك أَتَْت‬
َ ‫ال َك َذل‬
ُ
ً َ‫ت ب‬
ِ
ِ
‫ف‬
َ ‫َسَر‬
َ ‫) َوَك َذل‬81:( ‫ك الْيَ ْوَم تُْن َسى‬
َ ‫َوَك َذل‬
ْ ‫ت ِزي َم ْن أ‬٠َْ ‫ك‬
ِ ِ ِ
ِ ‫ات ربِّْه ولَع َذاب‬
)81;( ‫َش ُّد َوأَبْ َقى‬
َ ‫اآلخَرِة أ‬
ُ َ َ َ َ‫َوََلْ يُ ْؤم ْن بآي‬
“Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian
kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu
petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak
akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." Berkatalah ia:
"Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta,
padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman:
"Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 351
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan." Dan
demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya
kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat
dan lebih kekal.” (QS. Thaahaa 20:123-127).
Ini tidak berarti bahwa ujian-ujian, kesukaran-kesukaran dan kesulitan-kesulitan
dari satu pengertian materiil atau duniawiyah tak akan menyertai orang beriman.
Tentu saja ujian-ujian, kesukaran-kesukaran dan kesulitan-kesulitan akan
menyertai orang beriman itu, setidaknya untuk beberapa saat. Namun
keimanannya akan mengizinkannya untuk memahami ujian-ujian, kesukarankesukaran dan kesulitan-kesulitan itu secara patut dan tak merasa berduka cita
karenanya.
Maka, Muhammad ibn Abdul-Wahhab menulis, “Jangan berpikir bahwa keadaan
serba kurang itu datang karena agama Islam. Tidak, demi Allah! Buktinya, keadaan
serba kurang, keinginan, waktu yang keras, dan nasib buruk [yang sebenarnya]
menyertai kekeliruan dan menjauh dari agama Islam.”937
Ibn Abdul-Wahhab memperlihatkan kepastiannya dalam keyakinan ini ketika dia
membahas keyakinan-keyakinannya dan syarat-syaratnya yang diberikannya
kepada Utsman ibn Muammar dan Muhammad ibn Saud. Dia mengatakan kepada
mereka bahwa jika mereka benar-benar mau berjuang dan berkorban untuk kredo
ini, maka keberhasilan akan pasti menjadi milik mereka.
Poin yang berhubungan dengan ini adalah jangan terbodohi oleh orang yang
mendapatkan barang-barang materi duniawi. Barang-barang duniawi bukanlah,
dalam diri mereka, kunci kepada kebahagiaan atau kepada sebuah kehidupan yang
diisi dengan kesenangan dalam dunia fisik ini. Dan, di Akhirat, jaminannya, barangbarang duniawi itu bukanlah kunci-kunci kepada kesenangan dan kebahagiaan
sejati. Maka, Rasulullah (‫ )ﷺ‬berkata,
ِ
ِ
ِ ِ
ُ‫َم ْن َكانَت ْاالَخَرةُ ََهَّهُ َج َع َل اللُ غنَا ُ ِِف قَ ْلبِه َو َٓتَ َع لَه‬
ِ ِ
ِ
ُ‫َْشْلَهُ َو أَتَْتهُ الدُّنْيَا َو ه َي َراغ َمةٌ َو َم ْن َكانَت الدُّنْيَا ََهَّه‬
‫ْي َعْي نَ ْي ِه َو فَ َّر َق َعلَْي ِه َْشْلَهُ َو ََلْ يَأْتِِه ِم َن‬
َ ْ َ‫َج َع َل اللُ فَ ْقَرُ ب‬
ُ‫ّْر لَه‬
َ ‫الدُّنْيَا َّإال َما قُد‬
937
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 292.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 352
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
“Jika perhatian utama seseorang adalah akhirat, Allah memberikannya
kekayaan di dalam hatinya, membuat urusan-urusannya bersama untuknya
dan memberikan padanya dunia sementara dunia itu tak diinginkannya. Dan
jika perhatian utama seseorang adalah dunia ini, Allah menyimpan
kemelaratan di hadapannya, membuat urusan-urusannya tercecer dan tak
akan memberikannya dunia ini kecuali apa yang telah diputuskan
938
untuknya.”
Nabi (‫ )ﷺ‬juga berkata,
ِ ‫ض َو لَ ِك َّن الْغِ ًَن ِغ ًَن النَّ ْف‬
ِ ‫لَْيس الْغِ ًَن َع ْن َكثْ َرِة الْ َعَر‬
‫س‬
َ
“Yang dinamakan kekayaan bukanlah banyaknya harta-benda tetapi
kekayaan yang sebenarnya ialah kekayaan jiwa (hati).” (Riwayat al-Bukhari
dan Muslim.)
Akhirnya, Nabi (‫ )ﷺ‬juga berkata,
ِ ‫إِ َذا رأَيت الل ي ع ِطي الْعب َد ِمن الدُّنْيا علَى مع‬
‫ب‬
ُّ ‫الْي ِه َما ُُِي‬
ُْ َ َ ْ َ
َ َ َ َ َ َْ
ِ
ِ ‫فَِإََّّنَا هو‬
‫للَّى اللَّ ُه َم َعلَ ِيه َو‬
ْ َُ
َ ‫اج ُّتَّ تََال َر ُس ْو ُل الل‬
ٌ ‫است ْد َر‬
ِِ
‫اب ُك ّْل‬
َ ‫َسلَّ َم (فَلَ َّما نَ ُسوا َما ذُ ّْكُروا به فَتَ ْحنَا َعلَْي ِه ْم أَبْ َو‬
ٍ
ِ
‫اه ْم بَ ْغتَةً فَِإ َذا ُه ْم‬
ُ َ‫َخ ْذن‬
َ ‫َش ْيء َح ََّّت إِ َذا فَ ِر ُحوا ِبَا أُوتُوا أ‬
)‫ُمْبلِ ُسو َن‬
“Jika engkau melihat Allah memberi seorang manusia barang-barang duniawi
yang dia cintai padahal dia termasuk orang yang berdosa, [ketahuilah] bahwa
itu hanyalah [istidraj] selangkah demi selangkah *kepada kehancuran+.”
Kemudian Nabi (‫ )ﷺ‬membacakan ayat ini, “Maka tatkala mereka
melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami
938
Diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dan ibn Majah. Menurut al-Albaani, hadits ini shahih. Lihat
al-Albaani, Shahih al-Jaami, vol. 2, hal. 1110-1111.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 353
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam
939
berputus asa.” (QS. al-Ana’am 6:44).
Pentingnya Berpaling kepada Allah
Dalam berbagai kesempatan, ibn Abdul-Wahhab menekankan untuk berpaling
kepada Allah dan dengan tulus memohon petunjuk dan dukungan. Ini tentu saja
kunci menemukan kebenaran di hadapan semua pendapat dan keinginankeinginan yang dihadapi seseorang dalam kehidupannya. Dalam suratnya kepada
Abdullah ibn Muhammad ibn Abdul-Latif, beliau menulis, “Anda harus berpaling
dengan rendah hati kepada Allah dan bersujud di hadapan-Nya, khususnya pada
saat-saat adanya jawaban [dari Allah], seperti di akhir malam, setelah shalat dan
setelah adzan. [Anda mesti juga] berdoa sesuai dengan apa yang telah dicontohkan
[Nabi (‫])ﷺ‬, khususnya dengan doa yang telah diriwayatkan dalam hadits shahih
dimana Nabi biasa berkata, ‘Ya Allah, Tuhannya Jibril, Mikhail dan Israfil, Pencipta
Surga dan Bumi, Mengetahui apa yang tak terlihat dan apa-apa yang terlihat,
Engkau memutuskan di antara hamba-hamba-Mu pada masalah-masalah yang
mereka berselisih, Engkau membimbing siapa saja yang Engkau inginkan kepada
Jalan yang Lurus’940 … Juga berkata, ‘Wahai guru Ibrahim, ajarilah hamba’…”941
Dalam surat yang lain, dia menulis, “Memohon kepada Allah dengan hati yang
penuh perhatian, khususnya pada jam-jam sebelum fajar, agar Dia mau
menunjukkan anda kepada kebenaran dan mengizinkanmu untuk melihat
kekeliruan sebagai kekeliruan. Dan lari demi imanmu di hadapan anda adalah
Surga dan Api Neraka.”942
Keberpalingan kepada Allah ini sangat penting untuk meraih petunjuk dan untuk
membuat keputusan-keputusan yang benar mengenai suatu masalah. Namun ini
juga hal yang sangat penting dimana Allah telah mengisi hati seseorang dengan
iman yang benar. Muslim meriwayatkan hadits berikut ini yang bersumber dari
Sahabat Zaid ibn Arqam:
ِ
‫للَّى اللَّ ُه َم َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يَ ُق ْو ُل اللَّ ُه َّم إِ َِّّن‬
َ ‫َكا َن َر ُس ْو الل‬
ِ َ ِ‫أَعوذُب‬
ِ ُْ‫اٗت‬
‫ا٘تََرِم َو‬
ْ ‫َب َو الْبُ ْخ ِل َو‬
ْ ‫الع ْج ِز َو الْ َك َس ِل َو‬
ُ
َ ‫ك م َن‬
939
Diriwayatkan oleh Ahmad. Menurut Syuaib al-Arnaut, et al., hadits ini hasan. Lihat AlArnaut, et al., catatan kaki untuk Musnad, vol. 28, hal. 547.
940
Riwayat Muslim.
941
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 256.
942
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 305.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 354
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ ‫اب الْ َق ِِب اللَّه َّم اَ ِت نَ ْف‬
ِ ‫َع َذ‬
َّ
َ
‫ت َخْي ُر‬
‫ن‬
‫أ‬
‫ا‬
‫ه‬
‫ك‬
‫ز‬
‫و‬
‫ا‬
‫اه‬
‫و‬
‫ق‬
‫ت‬
‫ي‬
‫س‬
َ
ْ
ْ
َ
َ َ َ ََ ْ
ُ ْ
ِ ْ‫من َزَّكاها أَن‬
‫ك ِم ْن ِعْل ٍم‬
َ ِ‫ت َوليُّ َها َو َم ْوَال َها اللَّ ُه َّم إِ َِّّن أَعُوذُب‬
َ َ َْ
ٍ ‫َال يَْن َف ُع و ِم ْن قَ ْل‬
ٍ ‫ب َال َِيْ َش ُع َو ِم ْن نَ ْف‬
‫س َال تَ ْشبَ ُع َو ِم ْن‬
َ
ٍ
‫تَا‬َٛ ‫اب‬
ُ ‫َد ْع َوة َال يُ ْستَ َج‬
Nabi (‫ )ﷺ‬biasa mengatakan, “Ya Allah, Aku berlindung kepadamu dari
ketidakmampuan, kemalasan, sikap pengecut, kekikiran, kepikunan dan [aku
juga berlindung kepada-Mu] dari siksa kubur. Ya Allah, jadikan jiwaku taqwa
dan bersihkanlah jiwaku. Engkaulah yang Maha Baik yang dapat
membersihkannya. Engkaulah Penjaga dan Pelindung jiwaku. Ya Allah, aku
berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tak memiliki
rasa takut, jiwa yang tak dapat terpuaskan dan doa yang tak diijabah.”
Sebuah fenomena aneh yang cukup terbiasa adalah dimana seseorang yang telah
memilki kebencian kepada amalan dosa, seperti perzinahan dan persetubuhan di
luar nikah, namun tidak memiliki perasaan yang sama untuk amaliah-amaliah yang
biasa dilakukan di dalam kuburan yang jelas-jelas menyekutukan Allah. Ibn AbdulWahhab menunjukkan masalah ini. Dia menulis, sambil menunjukkan syirik,
“Terdapat dua sebab dimana anda akan mengenali ini [dan membicarakannya]
seperti anda mengenal [dan membicarakan] tindakan-tindakan tak bermoral dan
membencinya sebagaimana anda membenci itu semua: [Sebab] seseorang
berpaling kepada Allah dan berdoa seringkali untuk mencari petunjuk kepada Jalan
yang Lurus dengan hati yang penuh perhatian …”943
Menolak Berkompromi dalam Hal Keyakinan-keyakinan Fundamental
Allah berkata kepada Nabi (‫)ﷺ‬,
ِ
)=( ‫ْي (<) َوُّدوا لَ ْو تُ ْد ِه ُن فَيُ ْد ِهنُو َن‬
َ ِ‫فَال تُط ِع الْ ُم َك ّْذب‬
“Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat
Allah). Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka
bersikap lunak (pula kepadamu).” (QS. al-Qalam 68:8-9).
943
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 200.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 355
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Kenyataannya, orang-orang kafir menawarkan sebuah kompromi kepada
Rasulullah (‫)ﷺ‬. Mereka menawarkan agar dewa-dewa mereka diibadahi selama
satu tahun dan kemudian Tuhannya Muhammad akan diibadahi selama satu tahun
berikutnya. Nabi (‫ )ﷺ‬menolak tawaran ini dan kemudian Allah mewahyukan
kepada Nabi (‫ )ﷺ‬surah al-Kaafiruun,
‫) َوال‬1( ‫) ال أ َْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدو َن‬8( ‫قُ ْل يَا أَيُّ َها الْ َكافُِرو َن‬
‫) َوال‬8( ‫) َوال أَنَا َعابِ ٌد َما َعبَ ْد ُُْت‬1( ‫أَنْتُ ْم َعابِ ُدو َن َما أ َْعبُ ُد‬
ِ‫) لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َو‬9( ‫أَنْتُ ْم َعابِ ُدو َن َما أ َْعبُ ُد‬
):( ‫ِل ِدي ِن‬
َ
944
“Katakanlah: ‘Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu
945
agamamu, dan untukkulah, agamaku.’" (QS. al-Kaafiruun 109:1-6).
944
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi
‫ﷺ‬. dengan menawarkan kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota
Mekkah, dan akan dikawinkan dengan yang beliau kehendaki. Usaha ini disampaikan
dengan berkata: "Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad, dengan syarat agar
engkau jangan memaki-maki tuhan kami dan menjelekkannya, atau sembahlah tuhantuhan kami selama setahun." Nabi saw menjawab: "Aku akan menunggu wahyu dari
Tuhanku." Ayat ini (QS. Al-Kaafirun 109:1-6) turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai
perintah untuk menolak tawaran kaum kafir. Dan turun pula Surat Az Zumar ayat 64
sebagai perintah untuk menolak ajakan orang-orang bodoh yang menyembah berhala.
(Diriwayatkan oleh at-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum kafir Quraisy berkata kepada Nabi saw.:
"Sekiranya engkau tidak keberatan mengikuti kami (menyembah berhala) selama setahun,
kami akan mengikuti agamamu selama setahun pula." Maka turunlah Surat Al Kafirun
(S.109:1-6). (Diriwayatkan oleh Abdurrazaq yang bersumber dari Wahb dan Ibnul Mundzir
yang
bersumber
dari
Juraij.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa al-Walid bin al-Mughirah, al-'Ashi bin Wa-il, alAswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah saw dan berkata:
"Hai Muhammad! Mari kita bersama menyembah apa yang kami sembah dan kami akan
menyembah apa yang engkau sembah dan kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah
pemimpin
kami."
Maka
Allah
menurunkan
ayat
ini
(S.109:1-6)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa'id bin Mina.)
945
Lihat ibn Katsir, vol. 8, hal. 507.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 356
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Dalam kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab, orang dapat menemukan
seseorang yang diserang dari setiap sudut. Bahkan meski dia begitu membutuhkan
dukungan dan bantuan untuk menangkis semua musuh itu, tak sekali pun orang
dapat menemukan dia melakukan kompromi mengenai hal-hal yang fundamental
dalam ajaran-ajaran Islam. Khususnya, dia tidak membuat kompromi dengan
mereka yang dianggap “berpengetahuan” yang berselisih dengannya mengenai
pengertian syirik. Sekali dia menulis kepada penentangnya, Abdul-Wahhab ibn
Abdullah ibn Isa, “Jika anda berpikir dalam benak anda bahwa saya mau
melakukan kompromi dengan anda mengenai agama, bahkan jika anda lebih
penting bagi kami dibanding dirimu sendiri [Saya tak akan melakukannya+…”946
Bahkan, setelah kedatangannya ke al-Diriyyah dan membuat perjanjian bersejarah
dengan Muhammad ibn Saud, ibn Saud menawarinya dua syarat, sebagaimana
telah digambarkan sebelumnya.
Ibn Abdul-Wahhab secara eksplisit menerima syarat pertama dan secara implisit
menolak yang kedua, bahkan meski pada saat itu dia benar-benar membutuhkan
dukungan ibn Saud dan tempat untuk berlindung. Hal ini tidak berarti tak ada poin
yang dapat dikompromikan. Dalam proses perjanjian di Hudaibiyyah, Nabi (‫)ﷺ‬
berkompromi dalam poin-poin seperti penulisan kata al-Rahmaan (“Yang Maha
Pengasih”) atau “Rasulullah” ke dalam perjanjian. Namun demikian, hal yang
demikian tidak menyentuh inti keimanan. Jika sesuatu dalam keadaan ini diajukan
dan terdapat beberapa manfaat sampingan yang diharapkan, masalah-masalah ini
perlu untuk tidak dipersikerasi.
Ini adalah sebuah poin fundamental yang mestinya jelas dalam setiap benak umat
Muslim. Sebagaimana dalam contoh Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri dan sebagaimana dalam
contoh para ulama yang datang setelahnya, seperti ibn Abdul-Wahhab, terdapat
aspek-aspek tertentu dari agama ini yang tak dapat dikompromikan dengan cara
apapun. Malahan, mengkompromikan aspek-aspek tersebut akan sama dengan
membuang keimanan. Orang harus benar-benar ingat kepada Allah dan agamaNya dalam masalah-masalah seperti itu.
Menggunakan Alat-alat yang Diperbolehkan yang Tersedia demi Kepentingan
Da’wah
Orang yang bekerja demi kepentingan Allah seharusnya memanfaatkan dirinya—
atau setidaknya da’wah atau gerakannya—dengan semua alat-alat yang
diperbolehkan yang tersedia untuk menyebarkan pesan mulia ini. Berkonsentrasi
pada satu alat atau satu set alat yang sangat terbatas bisa memperlambat gerakan
dan menahannya dari potensinya yang sesungguhnya. Allah menunjukkan kepada
946
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. hal, 280.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 357
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Nabi Nuh yang dengan tanpa belas kasihan menghabiskan tenaganya sendiri dan
menggunakan semua cara untuk menyeru kaumnya kepada kebenaran. Qur’an
menyatakan,
‫) فَلَ ْم يَِزْد ُه ْم‬9( ‫ت قَ ْوِمي لَْيال َونَ َه ًارا‬
َ َ‫ق‬
ّْ ‫ال َر‬
ُ ‫ب إِ ِّّْن َد َع ْو‬
‫تُ ْم َج َعلُوا‬َٛ ‫) َوإِ ِّّْن ُكلَّ َما َد َع ْوتُ ُه ْم لِتَ ْغ ِفَر‬:( ‫ُد َعائِي إِال فَِر ًارا‬
ِ‫أَلابِعهم ِِف آ َذاِنِِم واستَ ْغ َشوا ث‬
‫استَ ْكبَ ُروا‬
‫و‬
‫ا‬
‫و‬
‫ر‬
‫َل‬
‫أ‬
‫و‬
‫م‬
‫ه‬
‫اب‬
‫ي‬
ُّ
ْ َ َ َ ْ َُ َ ْ ْ َ ْ
ْ َُ َ
ِ
ِ
‫ت‬
ُ ‫است ْكبَ ًارا (;) ُّتَّ إِ ِّّْن َد َع ْوتُ ُه ْم ج َه ًارا (<) ُّتَّ إِ ِّّْن أ َْعلَْن‬
ْ
)=( ‫تُ ْم إِ ْسَر ًارا‬َٛ ‫ت‬
ُ ‫َسَرْر‬
ْ ‫تُ ْم َوأ‬َٛ
“Nuh berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam
dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari
kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada
iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari
mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan
mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.
Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan
cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi)
dengan terang-terangan dan dengan diam-diam,” (QS. Nuh 71:5-9).
Orang mendapati Nabi Muhammad (‫ )ﷺ‬menggunakan alat-alat dan cara-cara
yang berbeda pada masanya. Beliau mengirimkan surat-surat pada penguasapenguasa asing, beliau bertemu dengan delegasi-delegasi dan lain sebagainya. Hal
yang sama juga dilakukan oleh Muhammad ibn Abdul-Wahhab. Dia memberikan
khutbah dan kuliah-kuliah. Dalam ceramah-ceramahnya, dia akan menggunakan
kata-kata yang mendorong dan juga intimidasi. Dia mengirimkan guru-guru kepada
daerah dan putusan-putusan masalah keagamaan yang berbeda-beda. Dia juga
bertemu dengan delegasi-delegasi dan secara pribadi dengan yang lainnya ketika
dibutuhkan. Dia berdebat dengan orang-orang. Dia mengirimkan surat-surat dan
menulis kitab-kitab. Dia akan menjawab tuduhan-tuduhan dan tudingan-tudingan
tak beralasan.
Allah memerintahkan Nabi (‫ )ﷺ‬untuk menggunakan pendekatan yang berbeda
tergantung kepada orang dimana pesannya itu disampaikan. Allah berkata kepada
Nabi (‫)ﷺ‬,
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 358
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
‫تُ ْم‬ْٛ ‫ا٘تَ َسنَ ِة َو َج ِاد‬
ْ ‫ا٘تِ ْك َم ِة َوالْ َم ْو ِعظَِة‬
ْ ِ‫ك ب‬
َ ّْ‫ْادعُ إِ ََل َسبِ ِيل َرب‬
ِ
ِ
‫ض َّل َع ْن َسبِيلِ ِه‬
َ َّ‫َح َس ُن إِ َّن َرب‬
َ ‫ك ُه َو أ َْعلَ ُم ِبَ ْن‬
ْ ‫بِالَِِّت ه َي أ‬
ِ ِ
‫ين‬
َ ‫َوُه َو أ َْعلَ ُم بالْ ُم ْهتَد‬
947
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. al-Nahl 16:125).
Allah juga berkata,
ِ َّ‫اب إِال بِالَِِّت ِهي أَحسن إِال ال‬
ِ َ‫وال َُتَ ِادلُوا أ َْهل الْ ِكت‬
‫ين‬
‫ذ‬
ْ
َ
َ
َُ َ
َ
‫ظَلَ ُموا ِمْن ُه ْم َوقُولُوا آ َمنَّا بِالَّ ِذي أُنْ ِزَل إِلَْي نَا َوأُنْ ِزَل إِلَْي ُك ْم‬
ِ ‫ت ُكم و‬َٛ ِ‫تنَا وإ‬َٛ ِ‫وإ‬
‫ت ُن لَهُ ُم ْسلِ ُمو َن‬١َْ‫اح ٌد َو‬
َْ ُ َ ُ َ
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara
948
yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka , dan
katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu
adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri.” (QS. al-Ankabut
29:46).
Orang mendapati ibn Abdul-Wahhab mengaplikasikan ajaran dari ayat-ayat ini.
Surat-surat dan ceramah-ceramahnya kepada orang-orang awam bebeda
bahasanya dengan gaya yang digunakannya kepada para ulama. Lebih jauh,
gayanya kepada mereka yang menjadi pengikutnya berbeda dengan kepada
mereka yang begitu keras menentangnya. Ketika membantah tuduhan-tuduhan
947
Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang
hak dengan yang bathil.
948
Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim ialah: orang-orang yang setelah
diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang
paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan
permusuhan.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 359
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
yang benar-benar keliru menentangnya, contohnya, dia akan menggunakan katakata yang kasar yang akan membuat penentangnya ingat kepada Allah dan kepada
dosa yang telah mereka lakukan. Dalam menulis mengenai penentangnya, alMuwais, ibn Abdul-Wahhab menyatakan, “Anda telah melihat saya menyeru dia
dengan lembut dan pada saat yang sama saya bersabar menghadapi hal-hal
tentang kuburan yang berasal darinya.”949 Setelah jelas kepada ibn Abdul-Wahhab
bahwa al-Muwais tidaklah lain daripada seorang yang arogan, penentang yang
keras kepala terhadap kebenaran, dia mengubah pendekatannya dan
menggunakan terma-terma yang layak untuk al-Muwais. Contohnya, suatu kali dia
menulis tentang kata-kata al-Muwais, “*Kata-kata seperti itu] hanya dapat datang
dari orang yang paling bodoh.”950 Di lain pihak, ketika berurusan dengan orang
yang dia rasa terbuka kepada kebenaran, kata-katanya akan diisi dengan
kebenaran-kebenaran yang jelas yang datang dari Qur’an dan Sunnah dan katakata dorongan untuk mengikuti kebenaran.
Aspek lain yang dapat ditemukan dari ibn Abdul-Wahhab adalah bahwa dia
menggunakan kekuasaan apa saja yang telah Allah berikan kepadanya. Hal ini
khususnya nampak di al-Uyainah, dimana dengan perlindungan penguasa dia
mempu menyingkirkan situs-situs syirik, juga setelah pindah ke al-Diriyyah. Dia
akan menggunakan kekuatan ketika dibutuhkan dan diizinkan oleh Hukum Islam
untuk lebih jauh menghapuskan kemungkaran dan mengimplementasikan apa
yang benar. Sangat mungkin sekali orang yang memiliki kekuasaan tidak
menggunakan kekuasaan mereka dalam sikap yang sepatutnya, dalam suatu cara
yang tersedia bagi mereka. Barangkali mereka takut kehilangan popularitas atau
mendapatkan kritik dan lain sebagainya. Namun demikian, tak seorang pun mesti
takut kepada manusia melebihi rasa takutnya kepada Allah. Setiap Muslim
mestinya lebih memperhatikan keridlaan Allah bahkan meski balasannya adalah
tidak disukai seseorang di dunia ini.
Sang Da’i dan Mereka yang Bersamanya Harus Mengaplikasikan Prinsip-prinsip
Da’wah
Allah berfirman,
ِ ِ
‫ُس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكا َن يَ ْر ُجو‬
ْ ‫لََق ْد َكا َن لَ ُك ْم ِِف َر ُسول اللَّه أ‬
ِ ‫اللَّه والْي وم‬
‫اآلخَر َوذَ َكَر اللَّهَ َكثِ ًريا‬
ََْ َ َ
949
950
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 141.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 140.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 360
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzaab 33:21).
Keimanan, sebagaimana sangat jelas melalui seluruh tulisan ibn Abdul-Wahhab,
bukanlah hanya sebuah masalah teoritis dan abstrak. Agar keimanan seseorang
terbukti, maka keimanan itu mestilah dipraktikkan. Makanya Al-Abud mencatat,
ibn Abdul-Wahhab berkonsentrasi pada dua aspek penting dalam diri seorang
manusia: kemampuan berpikir dan kemampuan untuk bertindak. Dia menekankan
bahwa salah satu dari dua aspek ini bisa saja salah. Maka, seseorang harus bekerja
untuk melindungi keduanya dari kerusakan. Ibn Abdul-Wahhab menyimpulkannya
ketika membahas ayat,
ِ َّ ‫وَكأَيّْن ِمن آي ٍة ِِف‬
ِ ‫األر‬
‫ض َّيُُّرو َن َعلَْي َها َوُه ْم‬
ْ ‫الس َم َاوات َو‬
َ ْ ْ َ
‫) َوَما يُ ْؤِم ُن أَ ْكثَ ُرُه ْم بِاللَّ ِه إِال َوُه ْم‬899( ‫ضو َن‬
ُ ‫َعْن َها ُم ْع ِر‬
)89:( ‫ُم ْش ِرُكو َن‬
“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang
mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. Dan sebahagian
besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf
12:105-106).
Ibn Abdul-Wahhab menyimpulkan dari ayat-ayat ini bahwa jika mayoritas orangorang adalah beriman, mereka akan tetap jatuh pada praktik-praktik syirik. Ini
adalah sebuah kelemahan atau cacat berkenaan dengan kemampuan untuk
bertindak; dengan kata lain, yakni menggunakan kemampuan ini dengan cara yang
salah. Namun dari bagian sebelum ayat yang terakhir, dia mencatat bahwa banyak
manusia bahkan tidak menggunakan pikiran mereka dengan cara-cara yang pantas
untuk memikirkan dan mengambil manfaat dari apa yang ada di sekitarnya. Ini
adalah sebuah cacat dalam penggunaan kemampuan berpikir mereka. Kedua
kemampuan ini mesti diarahkan kepada arah yang benar dan digunakan dengan
tepat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.951
Khususnya, sang pemimpin mestinya menjadi seorang pemimpin dalam praktinya
juga, tidak hanya dalam kata-kata dan gagasan-gagasan. Inilah yang terjadi dengan
951
Bandingkan, Al-Abud, vol. 2, hal. 9-10; Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol.
5, hal. 177.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 361
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Nabi (‫ )ﷺ‬dan ini juga terjadi dengan sang reformer ibn Abdul-Wahhab. Dia
benar-benar mengikuti contoh. Contohnya, dia tidak hanya mengatakan kepada
orang-orang bahwa kuburan yang telah menjadi tempat objek-objek peribadatan
harus dihancurkan dan kemudian berharap para pengikutnya saja yang pergi untuk
memenuhi ajarannya. Ketika datang saatnya untuk menghancurkan makam di atas
kuburan Zaid ibn al-Khattaab, adalah ibn Abdul-Wahhab yang mengambil pimpinan
dan memulai penghancuran. Lebih jauh, dia dengan kukuh mengikuti rukun-rukun
iman dan memastikan orang-orang yang berada di sekitarnya melakukan hal yang
sama. Suatu kali dia menulis, “Saya wajibkan mereka yang berada di bawah
kekuasaanku untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat dan melakukan semua
hal lain yang diperintahkan Allah dan saya juga melarang mereka dari riba,
meminum minuman keras dan amaliah-amaliah cabul lainnya.”952
Pentingnya contoh bagi da’wah atau gerakan secara keseluruhan tidaklah
semestinya direndahkan. Tanpa adanya contoh—seseorang yang memperlihatkan
kepada semua orang bahwa tujuan-tujuan dan ideal-ideal da’wah itu dapat benarbenar dipraktikkan—banyak orang bisa saja merasa bahwa apa yang dicita-citakan
da’wah atau gerakan itu tidaklah lebih daripada mimpi-mimpi dan upaya
menangkap awan di langit. Namun sekali orang melihat bahwa hal itu dapat benarbenar dipraktikkan oleh sang pemimpin dan pengikut-pengikut setia yang ada di
sekitarnya, mereka tidak lagi memiliki alasan ini dan mesti, jika mereka adalah
orang-orang beriman yang tulus, mendorong mereka untuk mencoba
menghidupkan ideal-ideal ajaran-ajaran keimanan.
Pentingnya Membantah Keragu-raguan dan Tudingan-Tudingan tanpa Bukti
Mengenai Da’wah yang Benar
Sebagaimana telah dicatat sebelumnya, da’wah atau ajaran-ajaran selalu
mendapati pertentangan. Sebuah pelajaran yang dapat diambil seseorang dari
pendekatan ibn Abdul-Wahhab adalah bahwa orang mestinya tidak membiarkan
tuduhan-tuduhan keliru itu dibiarkan menyebar tanpa ada jawaban. Tudingantudingan tanpa bukti itu dapat menjadi sangat berbahaya bagi da’wah atau
gerakan—bahkan ketika da’wah atau gerakan itu benar-benar berdasarkan
kebenaran. Tudingan-tudingan tanpa bukti itu mesti dibantah. Karenanya,
kebanyakan waktu ibn Abdul-Wahhab dihabiskan untuk membantah klaim-klaim
keliru dan miskonsepsi-miskonsepsi yang menyebar mengenai beliau, pesannya
dan para pengikutnya. Maka, semua orang, pengikut dan juga musuh, akan
mendapatkan kebenaran secara jelas di hadapan mereka. Mindset-mindset para
pengikut akan menjadi lebih jelas dan pikiran-pikiran mereka tak akan terbuka
pada keragu-raguan ketika masalah-masalah itu dengan jelas dijawab untuk
952
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 36.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 362
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mereka. Dan untuk para musuh, semoga Allah membukakan hati mereka melalui
argumen-argumen yang jelas atau semoga Allah memperlihatkan bukti yang jelas
untuk menyangkal mereka.
Dasar untuk pendekatan ini ditemukan dalam Qur’an. Contohnya, berkenaan
dengan Nabi Nuh, Allah berfirman,
ِ َ‫ال يا قَوِم لَيس ِِب ضاللَةٌ ول‬
ِ ّْ ‫ول ِمن ر‬
‫ْي‬
‫س‬
‫ر‬
‫ِن‬
‫ك‬
ٌ
ّْ
َ ‫ب الْ َعالَم‬
َ ْ َُ
َ َ َ ْ ْ َ َ َ‫ق‬
ِ
‫ص ُح لَ ُك ْم َوأ َْعلَ ُم ِم َن اللَّ ِه‬
َ ْ‫) أُبَلّْغُ ُك ْم ِر َساالت َرِّْب َوأَن‬:8(
):1( ‫َما ال تَ ْعلَ ُمو َن‬
“Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi
aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam." "Aku sampaikan kepadamu
amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku
953
mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui" ” (QS. al-A’raaf 7:6162).
Dan hal yang sama berkenaan dengan Nabi Hud, Allah berfirman,
ِ َ‫ال يا قَوِم لَيس ِِب س َفاهةٌ ول‬
ِ ّْ ‫ول ِمن ر‬
‫ْي‬
‫س‬
‫ر‬
‫ِن‬
‫ك‬
ٌ
ّْ
َ ‫ب الْ َعالَم‬
ْ
ُ
َ
َ
َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ‫ق‬
ِ ِ َ‫) أُب لّْغُ ُكم ِرساال ِت رِّْب وأَنَا لَ ُكم ن‬:;(
):<( ‫ْي‬
ٌ ‫ال ٌح أَم‬
َ ْ َ
ْ
َ َ
“Hud herkata "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun,
tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan
amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang
terpercaya bagimu."” (QS. al-A’raaf 7:67-68).
Orang dapat memasukkan di bawah subjudul ini pentingnya menunjukkan alat-alat
dan cara-cara musuh-musuh kebenaran. Allah telah menginstruksikan orang-orang
beriman di dalam al-Qur’an mengenai cara-cara para pengikut kemungkaran. Allah
berfirman,
953
Maksudnya: aku mengetahui hal-hal yang ghaib, yang tidak dapat diketahui hanyalah
dengan jalan wahyu dari Allah.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 363
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ‫وَك َذل‬
ِ ‫صل اآلي‬
ِ
ِ‫ْي َسب‬
ِ‫ات ولِتَستَب‬
‫ْي‬
‫ف‬
‫ن‬
‫ك‬
ّْ
َ
ُ
َ
َ ‫يل الْ ُم ْج ِرم‬
َ
ْ َ َ ُ
َ
ُ
“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an (supaya jelas jalan
orang-orang yang saleh), dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang
berdosa.” (QS. al-Ana’am 6:55).
Ini adalah penting untuk menjaga ketulusan dari kesesatan dan dibodohi oleh
orang-orang jahat. Maka, dalam Qur’an, Allah menjelaskan dalam gaya yang
sangat eksplisit rencana-rencana dan strategi Setan, orang-orang kafir, Yahudi,
Nashrani, orang-orang musyrik dan orang-orang munafik.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab memahami pentingnya topik ini. Dalam menulis
kepada Muhammad ibn Sultan, yang pergi berdebat dengan orang-orang al-Ahsa,
beliau mengatakan padanya, “Berhati-hatilah terhadap orang-orang al-Ahsa karena
mereka bisa saja mencoba menipumu dengan beberapa masalah yang tak
berhubungan dengan bahasan masalahnya atau mereka berusaha
membingungkanmu dengan kata-kata yang keliru.”954 Dalam sebuah surat kepada
hakim Abdullah ibn Muhammad al-Ahsa`i, ibn Abdul-Wahhab menasihatinya
mengenai bahaya-bahayanya mengambil kata-kata para penjahat begitu saja.
Dalam surat yang penting ini, beliau menjelaskan kepada sang hakim cara yang
biasa dilakukan para penjahat dan orang-orang munafik. Dia mengatakan padanya
agar tidak terburu-buru. Beliau menambahkan, “Allah telah menggambarkan
orang-orang munafik dalam kitab-Nya bagaimana karakter mereka, dan Dia juga
telah menjelaskan cabang-cabang kemunafikan, jadi begitulah mereka mungkin
menghindar dan demikianlah orang-orang ini dihindari. Allah menggambarkan
bagaimana mereka lihai berkata-kata dan baik kata-katanya. Allah bahkan
menyatakan bahwa mereka memiliki penampilan yang bagus.” Ibn Abdul-Wahhab
kemudian membahas tentang karakter-karakter dan cara-cara jahat mereka
sebagaimana dinyatakan Allah dalam Qur’an.955
Tentu saja, dalam banyak karya dan tulisannya, ibn Abdul-Wahhab telah
memperlihatkan cara-cara orang-orang kafir, orang-orang munafik dan para pelaku
kemungkaran. Khususnya, orang bisa mengacu kepada kitab Masail al-Jahiliyyah
(“Masalah-masalah pada Periode Jahiliyah”) dan Kasyf al-Syubuhat (“Klarifikasi
atas Keasalahpahaman-kesalahpahaman”).
Terdapat satu catatan penting terakhir untuk disebutkan. Sebagaimana akan
dicatat, para penentang Ibn Abdul-Wahhab mengambil jalan yang keliru dan salah
pakai. Namun demikian, dalam pembelaannya, dia tak pernah mengambil jalan
954
955
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 145.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 251.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 364
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
yang demikian itu. Dia hanya merepresentasikan kebenaran yang dibangun dalam
Qur’an and Sunnah. Dia mengizinkan kebenaran itu berdiri dengan sendirinya. Dia
menyadari itu, sebagaimana Nabi (‫)ﷺ‬, tak ada pernyataan atau alasan untuk
menengok kepada cara-cara yang tak disukai Allah.
Menyadari Cara-cara Apa Saja yang Diambil Musuh-musuh Kebenaran
Cara kekafiran dapat memiliki pegangan kuat bagi mereka yang hidupnya terpola
pada kesesatan dan hawa nafsu. Bukanlah tugas mudah meyakinkan orang agar
meninggalkan sebuah kehidupan yang telah mereka nikmati dalam jangka waktu
yang lama, yang telah diwariskan ayah-ayah mereka atau yang telah mereka
rasakan manfaatnya secara material. Maka Allah mengatakan dalam Qur’an
tentang orang-orang musyrik pada masa Rasulullah (‫)ﷺ‬,
ِ
ِِ َّ ‫َشرع لَ ُكم ِمن الدّْي ِن ما و‬
‫ك‬
َ ‫وحا َوالَّذي أ َْو َحْي نَا إِلَْي‬
ً ُ‫لى به ن‬
َ َ
َ ْ ََ
ِ‫لي نا بِِه إِب ر ِاهيم وموسى و ِعيسى أَ ْن أَق‬
‫ّْين َوال‬
‫الد‬
‫ا‬
‫و‬
‫يم‬
ُ
َ
َ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ْ َّ ‫َوَما َو‬
ِ
ِِ
‫وه ْم إِلَْي ِه اللَّهُ ََْيتَِب‬
َ ‫تَتَ َفَّرقُوا فيه َكبُ َر َعلَى الْ ُم ْش ِرك‬
ُ ُ‫ْي َما تَ ْدع‬
ِ‫إِلَي ِه من ي َشاء وي ه ِدي إِلَي ِه من ين‬
‫يب‬
ْ ََ ُ َ ْ َ ْ
ُ ُ َْ ْ
“Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu:
956
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. AsySyuura 42:13).
Hanya ketika orang memahami fakta inilah orang dapat mengerti bagaimana
orang-orang kafir pada masa Nabi (‫ )ﷺ‬mengambil berbagai cara untuk
menyerang pribadi Nabi (‫ )ﷺ‬untuk menghalang-halanginya, para pengikutnya
dan orang-orang yang dianggap mengikutinya. Nabi hidup di antara mereka
956
Yang dimaksud: agama di sini ialah meng-Esakan Allah S.W.T., beriman kepada-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhirat serta mentaati segala perintah dan
larangan-Nya.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 365
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
bertahun-tahun dan dikenal sebagai “al-Amin (orang yang dapat dipercaya).”
Namun sesegera ketika beliau mulai menyeru mereka kepada kebenaran dan
menunjukkan kekeliruan-kekeliruan cara-cara mereka, tak ada yang terlalu keji
bagi mereka untuk dilakukan. Mereka bahkan menyebut Nabi (‫ )ﷺ‬sebagai
pendusta meskipun mereka benar-benar tahu bahwa seorang lelaki seperti
Muhammad (‫ )ﷺ‬takkan pernah berdusta.
Kehidupan Muhammad ibn Abdul-Wahhab juga memperlihatkan bahwa tak ada
yang terlalu rendah untuk musuh-musuh mengambil jalan. Ketika membaca katakata para penentangnya, orang mendapati dusta-dusta dan pemalsuan-pemalsuan
yang mencolok, distorsi-distorsi atas pernyataan-pernyataan ibn Abdul-Wahhab,
distorsi-distorsi terhadap makna-makna Qur’an dan Sunnah. Semua hal itu terjadi
selama masa hidupnya sendiri. Namun demikian, semua hal itu tidaklah
mengejutkan. Orang-orang seperti ini, para penentang, tidak memiliki rasa hormat
kepada Qur’an, kata-kata Nabi (‫ )ﷺ‬atau jalannya para Sahabat. Karenanya,
tidaklah mengejutkan jika mereka kelihatan dan terus terlihat tiada memiliki
kesopanan ataupun rasa hormat ketika berurusan dengan seorang “Arab miskin
yang tak berbudaya dari Najd.”
Nabi (‫ )ﷺ‬telah menghadapi begitu banyak kerugian dari orang-orang munafik.
Namun demikian, banyak orang—tidak semuanya—dalam masyarakat Madinah
menyadari bahwa orang-orang seperti itu tiada lain kecuali orang-orang munafik
dan kata-kata mereka seharusnya sama sekali jangan dianggap. Pada masa ibn
Abdul-Wahhab dan juga sekarang, situasi menjadi semacam lebih sulit karena
orang yang dianggap para pemimpin dan ulama-ulama Islam hari ini adalah mereka
yang justru menentang jalan orang Muslim yang saleh sebelumnya. Beberapa di
antaranya, sebagai contoh, mendapatkan gelar-gelarnya di sekolah-sekolah Barat
dan memperoleh kehormatan baik dari orang-orang Muslim pun dari orang-orang
non-Muslim dan mereka tak menyesal ketika memperolok-olok atau mengkritik
jalannya para Sahabat—bahkan jalannya Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri.
Setiap aktivis Muslim yang berkeingininan menyeru orang-orang agar kembali
kepada jalannya Qur’an mesti menyadari bahwa orang-orang seperti itu ada. Dia
mungkin telah mendengar segala macam dakwaan-dakwaan palsu, dusta-dusta
dan sindiran-sindiran yang telah tersebar mengenai dia. Namun, sebagaimana Nabi
(‫ )ﷺ‬dan mereka yang mengikuti langkah-langkahnya, seperti ibn Abdul-Wahhab,
hal ini tidak seharusnya menghalangi siapapun untuk mengikuti dan menyeru
kepada jalan Allah, jalan yang dengannya kebenaran itu jelas dan tak disangsikan.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 366
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Akhirnya, orang mungkin menanyakan sebuah pertanyaan yang sangat sederhana:
Kenapa musuh-musuh Nabi (‫)ﷺ‬, musuh-musuh ibn Abdul-Wahhab (bahkan
mereka yang ada sekarang) dan musuh-musuh semua para aktivis Muslim yang
hanya memproklamirkan kebenaran yang nyata dari Qur’an dan Sunnah selalu
kelihatannya mengambil jalan dusta dan pemalsuan? Jawabannya, bagi saya
penulis, cukup jelas. Para penentang kebenaran ini benar-benar tidak memiliki
dasar berpijak ketika berhadapan dengan perintah-perintah yang jelas dan tegas
dari Qur’an dan Sunnah. Mereka tak mungkin berdebat melawan kebenaran
dengan gaya yang jujur dan berterusterang. Mereka tak dapat mendukung klaimklaim mereka dengan ayat-ayat yang jelas, hadits-hadits shahih atau bahkan logika.
Karenanya, mereka harus mengambil jalan tipu dan muslihat. Ini tidak lebih
daripada upaya nafas terakhir untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Dengan
kehendak Allah, sesering apapun mereka datang dengan kepalsuan, rencanarencana jahat dan dusta-dusta mereka akan ditundukkan dan dibantah pada
akhirnya.
Pentingnya Berserikat dengan Umat Muslim Kapanpun Dimungkinkan
Dalam sejumlah ayat Qur’an, terdapat nasihat untuk bersatu dan jangan terpisahpisah dalam agama. Contohnya, Allah berfirman,
َِ ‫صموا ِِبب ِل اللَّ ِه‬
ِ
‫ٓت ًيعا َوال تَ َفَّرقُوا َواذْ ُكُروا نِ ْع َمةَ اللَّ ِه‬
َْ ُ َ‫َو ْاعت‬
‫َلبَ ْحتُ ْم‬
َ َّ‫َعلَْي ُك ْم إِ ْذ ُكْنتُ ْم أ َْع َداءً فَأَل‬
َ ْ َ‫ف ب‬
ْ ‫ْي قُلُوبِ ُك ْم فَأ‬
‫بِنِ ْع َمتِ ِه إِ ْخ َوانًا َوُكْنتُ ْم َعلَى َش َفا ُح ْفَرٍة ِم َن النَّا ِر فَأَنْ َق َذ ُك ْم‬
ِ
‫ْي اللَّهُ لَ ُك ْم آيَاتِِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُدو َن‬
ُّْ َ‫ك يُب‬
َ ‫ِمْن َها َك َذل‬
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayatayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali-‘Imran 3:103).
Prinsip dasar dari ayat ini adalah keharusan untuk bersatu, namun kesatuan itu
mestilah didasarkan pada apa yang telah Allah wahyukan. Segala macam
“persatuan” yang menentang apa yang telah Allah wahyukan bukanlah persatuan
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 367
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
yang diinginkan, karena persatuan itu tak akan membuat semua orang bersatu
kepada tali Allah.
Sebagaimana telah dicatat di atas, Ibn Abdul-Wahhab tak akan pernah kompromi
tentang apapun jika itu telah ditentukan dalam Qur’an dan Sunnah. Namun
demikian, mengenai masalah-masalah yang mana terdapat ruang untuk ijtihaad,
beliau akan mengakomodasinya sebisa mungkin, mempersatukan umat Muslim
dan membuat hati mereka dalam kebersamaan. Di antara hal-hal lainnya, hal ini
mendemonstrasikan—dan hanya Allah sajalah yang mengetahui rahasia yang ada
di dalam hati—bahwa niat beliau bukanlah menguasai orang-orang atau berbuat
kasar terahadap orang-orang. Bahkan, nyata kelihatan bahwa niat beliau adalah
hanya demi kebaikan, mencoba membawa orang-orang pada jalan Allah.
Contohnya, sebagaimana dicatat pada Bab 3, dia akan membiarkan orang-orang
mengikuti madzhab fiqih-nya masing-masing, kecuali jika disana terdapat sesuatu
yang dibangun atas dasar bukti yang samar-samar dalam Qur’an atau Sunnah
(seperti diperlukannya keheningan dan ketenangan dalam setiap posisi shalat).
Lebih jauh, dalam dialog, ibn Abdul-Wahhab akan menekankan keyakinankeyakinan biasa yang dipegang peserta diskusi. Dalam berbagai surat, contohnya,
dia akan menekankan bahwa dia mempercayai perantaraan yang diberikan kepada
Nabi (‫ )ﷺ‬oleh Allah, pentingnya menghormati imam-imam dari empat madzhab
fiqih, pentingnya mencintai dan menghormati orang-orang saleh dan lain
sebagainya. Namun demikian, pada saat yang sama, dia akan menekankan apa
yang biasa dan berasal dari Qur’an dan Sunnah namun tak akan menerima apapun
yang melebihi itu. Dalam suratnya kepada orang-orang al-Qasim, contohnya,
beliau menulis, “Saya iyakan adanya keajaiban orang saleh dan apa yang mereka
miliki tentang kebenaran yang diperlihatkan kepada mereka. Namun demikian,
[dengan hal-hal yang demikian itu] mereka tidak berhak diibadahi sebagaimana
kepada Allah ataupun apapun yang hanya Allah saja yang dapat melakukan apa
yang mereka minta.”957 Dalam surat yang sama, beliau juga membahas
keyakinannnya mengenai perantaraan Rasul dan letak dimana beliau sepakat
dengan para penentangnya dan dimana letak beliau tidak sepakat dengan
mereka.958
Menyadari bahwa Aktivis Bisa Saja Tidak Menyaksikan Buah-buah dari Apa yang
Telah Diupayakannya pada Masa Hidupnya
Allah berfirman,
957
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 11.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 9-10. Bandingkan, Abdul-Muhsin
ibn Baaz, vol. 2, hal. 762-763.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 368
958
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ‫السم ِاء ماء فَسالَت أَو‬
ِ
ِ
ِ
‫احتَ َم َل‬
‫ف‬
‫ا‬
‫ه‬
‫ر‬
‫د‬
‫ق‬
‫ب‬
‫ة‬
‫ي‬
‫د‬
ٌ
َ
َ
َ
ْ َ
َ ْ ْ َ ً َ َ َّ ‫أَنْ َزَل م َن‬
‫تَّا يُوقِ ُدو َن َعلَْي ِه ِِف النَّا ِر ابْتِغَاءَ ِحْليَ ٍة أ َْو‬ِٟ‫السْي ُل َزبَ ًدا َرابِيًا َو‬
َّ
ِ
ِ ‫ا٘ت َّق والْب‬
‫الزبَ ُد‬
َّ ‫اط َل فَأ ََّما‬
ْ َ‫ك ي‬
َ ‫َمتَ ٍاع َزبَ ٌد ِمثْ لُهُ َك َذل‬
ُ ‫ض ِر‬
َ َ َْ ُ‫ب اللَّه‬
ِ ‫األر‬
‫ض‬
ُ ‫َّاس فَيَ ْم ُك‬
ْ ‫ث ِِف‬
ُ ‫فَيَ ْذ َه‬
َ ‫ب ُج َفاءً َوأ ََّما َما يَْن َف ُع الن‬
ِ‫َك َذل‬
ِ
‫ال‬
‫ر‬
‫ض‬
‫ي‬
‫ك‬
َ َ‫األمث‬
ْ
َ
ْ ُ‫ب اللَّه‬
ُ َ
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di
lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang
mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk
membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang
bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya;
adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.
959
Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan .” (QS. ar-Ra’ad
13:17).
Orang beriman hanya bertanggungjawab untuk tampil meletakkan upaya-upaya
yang sepantasnya. Hasil-hasil akhir dari amalan-amalannya terserah kepada Allah.
Seorang Muslim tak dapat membuat orang lain percaya, sebagaimana Allah
berkata kepada Nabi (‫)ﷺ‬,
ِ ‫إِنَّك ال تَه ِدي من أَحببت ولَ ِك َّن اللَّه ي ه‬
‫اء‬
‫ش‬
‫ي‬
‫ن‬
‫م‬
‫ي‬
‫د‬
َ
َ َ َْ ْ ْ َ ْ َ
ُ َ ْ َ َْ َ
ِ ِ
‫ين‬
َ ‫َوُه َو أ َْعلَ ُم بالْ ُم ْهتَد‬
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang
kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk.” (QS. al-Qashash 28:56).
959
Allah mengumpamakan yang benar dan yang bathil dengan air dan buih atau dengan
logam yang mencair dan buihnya. Yang benar sama dengan air atau logam murni yang
bathil sama dengan buih air atau tahi logam yang akan lenyap dan tidak ada gunanya bagi
manusia.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 369
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Tidak juga, dalam kebanyakan kasus, seorang individu memiliki kekuatan untuk
mengubah sebuah bangsa atau Negara. Namun demikian, setiap orang memiliki
beberapa alat yang tersedia baginya dan dia bertanggungjawab hanya sebatas
pada kemampuannya. Tanpa alat-alat itu, dia akan diganjar untuk apa yang telah
dilakukannya dan bertanggungjawab atas amalan-amalannya yang keliru. Allah
berkata,
‫ت َو َعلَْي َها َما‬
ْ َ‫تَا َما َك َسب‬َٛ ‫ف اللَّهُ نَ ْف ًسا إِال ُو ْس َع َها‬
ُ ّْ‫ال يُ َكل‬
‫ت‬
ْ َ‫ا ْكتَ َسب‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. al-Baqarah
2:286).
Dalam kasus ibn Abdul-Wahhab, dia mampu melihat banyak buah dari upayaupayanya. Sebuah Negara yang kuat dibangun berdasar pesan yang dia ajarkan.
Negara itu mampu memerintah seluruh Najd dan bagian-bagian lainnya dari
jazirah pada saat wafatnya ibn Abdul-Wahhab. Masyarakat dan, yang lebih
penting, keyakinan-keyakinan orang-orang benar-benar berubah karena ibn AbdulWahhab menda’wahkan pesan yang benar dari Islam.
Namun demikian, itu adalah hanya satu bagian kecil dari buah kerjanya. Anak-anak
keturunanannya dan para pengikutnya terus melanjutkan menda’wahkan pesan
sejati monoteisme (tauhid) jauh setelah beliau wafat. Karena pertolongan Allah
dan kemudian upaya-upaya ibn Abdul-Wahhab, pesan tauhid mencapai semua
sudut dunia hari ini. Bahkan di Amerika Serikat, contohnya, ketika seseorang
masuk Islam, dia lebih sering ditampakkan kepada Islam sejati yang berdasar pada
Qur’an dan Sunnah, bebas dari keberhalaan dan syirik. Seringkali pesan yang benar
itu datang kepada mualaf melalui orang-orang yang telah secara langsung atau
tidak langsung, secara diketahui atau tidak diketahui, terpengaruh oleh ajaranajaran atau pembaharuan yang dimulai oleh Muhammad ibn Abdul-Wahhab.
Kebenaran dan Kekeliruan Tidak Ditegaskan berdasarkan Jumlah
Satu poin yang telah Allah singgung dalam berbagai tempat dalam Qur’an adalah
bahwa jumlah penganut sebuah keyakinan saja tidak mengindikasikan kejelasan
keyakinan itu. Contohnya, Allah berfirman,
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 370
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ‫ولََق ْد لَّرفْ نا ل‬
ِ ‫َّاس ِِف ه َذا الْ ُقر‬
ِ
‫آن ِم ْن ُك ّْل َمثَ ٍل فَأ َََب أَ ْكثَ ُر‬
‫ن‬
‫ل‬
َ َ َ
ْ َ
ِ ‫الن‬
‫َّاس إِال ُك ُف ًورا‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al
Qur’an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak
menyukai kecuali mengingkari (nya).” (QS. al-Israa’ 17:89).
Allah juga berfirman,
ِ
ِ‫ضي‬
‫وك َع ْن َسبِ ِيل اللَّ ِه إِ ْن‬
َ ُّ‫ضل‬
ْ ‫َوإِ ْن تُط ْع أَ ْكثَ َر َم ْن ِِف‬
ُ ِ ‫األر‬
‫ك‬
َ َّ‫) إِ َّن َرب‬88:( ‫لو َن‬
ُ ‫يَتَّبِعُو َن إِال الظَّ َّن َوإِ ْن ُه ْم إِال َِيُْر‬
ِ ‫ض ُّل عن سبِيلِ ِه وهو أَعلَم بِالْمهت‬
ِ ‫هو أ َْعلَم من ي‬
‫ين‬
‫د‬
ْ
َ
َ
ْ
ُ
َ ْ َ ُ َُ
َ ُ ُ َ َ َ ْ
)88;(
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
960
berdusta (terhadap Allah) . Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih
mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih
mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’aam
6:116-117).
Maka, orang tidak semestinya terbodohi atau tertipu dengan jumlah saja. Sangat
mungkin bahwa massa-massa—bahkan massa Muslim—mungkin tertipu dan
mengikuti kekeliruan. Mereka yang mengenali dan mengikuti kebenaran bisa jadi
jumlah yang sangat kecil. Namun demikian, poin penting yang harus diingat setiap
Muslim adalah bukan jumlah sahabat melainkan apakah mereka berada pada Jalan
Lurus yang diridlai Allah. Selama seseorang dapat memastikan bahwa apa yang dia
ikuti atau yakini dapat dibuktikan dengan jelas dari Qur’an dan Sunnah—otoritas
asal—dia tak perlu khawatir iya atau tidaknya hal tersebut sejalan dengan yang
diikuti massa. Buktinya, Allah berkata kepada Nabi (‫)ﷺ‬,
960
Seperti menghalalkan memakan apa-apa yang telah diharamkan Allah dan
mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah, menyatakan bahwa Allah mempunyai
anak.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 371
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ ِ ِ ‫َّاس ولَو حرل‬
‫ْي‬
َ ‫ت ِبُْؤمن‬
َ ْ َ َ ْ َ ِ ‫َوَما أَ ْكثَ ُر الن‬
“Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman - walaupun kamu sangat
menginginkannya-.” (QS. Yusuf 12:103)
Ibn Abdul-Wahhab adalah seorang ulama yang dengan jelas memahami konsep ini
dan menyadari bahwa seorang Muslim harus siap menghadapi situasi dimana dia,
dengan mengikuti kebenaran, sebagai minoritas dan bahkan dianggap rendah.
Namun demikian, kebenaran harus selalu didukung dan dianut, tak jadi soal
seberapa besar pertentangannya. Hal yang demikian itu adalah amalan yang saleh.
Dalam menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya, ibn Abdul-Wahhab
menulis, “Pertama ketahuilah bahwa jika kebenaran itu bersinar dan jelas,
kebenaran itu tidaklah dirugikan dengan jumlah besar yang menentangnya dan
jumlah kecil yang sepakat dengannya. Anda tahu bagaimana beberapa aspek
tauhid telah menjadi aneh, meski aspek-aspek itu lebih jelas daripada shalat dan
shaum; dan [keanehan] itu tidak merugikannya sama sekali.”961 Ibn Abdul-Wahhab
juga menulis, “Saya tidak mengetahui apapun yang lebih luhur dalam seseorang
yang mendekatkan diri kepada Allah dibanding orang yang mengikuti jalan
Rasulullah (‫ )ﷺ‬pada masa ‘keanehan.’ Jika seseorang menambahkan padanya
perjuangan melawan orang-orang musyrik dan orang-orang munafik, itu
membentuk kesempurnaan iman. Kenyataannya, jihad yang paling luhur adalah
berjuang melawan orang-orang munafik pada masa-masa ‘keanehan.’”962
Vassiliev menulis, “Menurut pendapat penulis sekarang, bagaimanapun, orangorang Wahhabi jelas-jelas sektarian karena mereka menentang Sunnisme dalam
bentuk dominannya, bahkan meskipun dari posisi keinginannya untuk
‘memurnikan’-nya.”963 Apa yang disentuh Vassiliev sebenarnya sangat penting
untuk mengevaluasi “orang-orang Wahhabi” yang dikritik dan diserang. Orangorang luar akan menyebut orang-orang yang mentaati kebenaran, tanpa
menghiraukan apa yang diikuti orang banyak, dengan “sektarian.” Kenyataannya,
meskipun, ini adalah tipe yang patut atau diterima dari kata “sektarianisme.” Jika
semua orang mengabaikan kebenaran, seseorang mesti mentaati kebenaran,
bahkan meski hal itu akan membuatnya tampak sebagai seorang orang luar atau
seorang “sektarian.” Ini seperti yang dikatakan Sahabat ibn Mas’ud kepada Amr
ibn Maimun setelah menasehatinya agar kukuh kepada jamaah (“kumpulan,
masyarakat”) dan kemudian mengatakan padanya untuk shalat sendiri jika para
penguasa menunda shalat. Ini nampak kontradiktif bagi Amr, maka dia bertanya
961
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 3, bagian pada Fatawa, hal. 88.
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 288.
963
Vassiliev, hal. 75.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 372
962
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
kepada ibn Mas’ud mengenai hal itu. Ibn Mas’ud menjelaskan kepadanya,
“Jamaah adalah siapa saja yang bersepakat dalam kebenaran, bahkan jika itu
hanyalah dirimu sendiri.”964 Dengan kata lain, adalah kebenaran yang harus ditaati
oleh seseorang, bahkan jika itu membuatnya sebagai “orang luar” dari orang-orang
yang mungkin mengikuti jalan yang berbeda.
Nabi (‫ )ﷺ‬berbicara tentang suatu masa yang mana ini akan menjadi jalan
amalan yang tepat bagi orang yang beriman. Nabi (‫ )ﷺ‬berkata,
‫وَب لِلغَُربَ ِاء‬
َ ُ‫بَ َدأ ا ِإل ْس َال ُم َغ ِريْبًا َو َسيَ عُ ْوُد َك َما بَ َدأَ َغ ِريْبًا فَط‬
“Islam dimulai sebagai sesuatu yang asing dan akan kembali asing seperti
semula. Maka kabar gembira dari Tuba [sebuah pohon di Surga] bagi orangorang asing itu.” (Riwayat Muslim.)
Riwayat lain dengan narasi berbeda menggambarkan “orang-orang asing” itu
sebagai:
ِ ‫أُنَاس ل‬
ِ ‫اس سوٍء َكثِ ٍري من ي ع‬
ِ
ِ
ُ
‫تَّ ْن‬ِٟ ‫صْي ِه ْم أَ ْكثَ ُر‬
‫ن‬
‫أ‬
‫ِف‬
‫ن‬
‫و‬
‫ا٘ت‬
َ
َ
َْ ْ َ
ُْ
ُْ َ ٌ
‫يُ ِطْي عُ ُه ْم‬
“Orang saleh di antara orang jahat. Mereka yang tidak mentaati mereka
965
adalah lebih baik daripada mereka yang mentaati mereka.”
Ibn Abdul-Wahhab juga memberikan nasehat berikut, “Jika anda mengalami
kesulitan untuk melawan apa yang orang-orang lakukan, pertimbangkan kata-kata
Allah …” kemudian dia mengutip ayat-ayat Qur’an berikut:
ِ
ِ ِ ْ ‫اك َعلَى َش ِر َيع ٍة ِمن‬
َ َ‫ُّتَّ َج َعْلن‬
َ
َ‫األمر فَاتَّب ْع َها َوال تَتَّب ْع أ َْه َواء‬
ِ َّ
‫ك ِم َن اللَّ ِه َشْيئًا‬
َ ‫) إِنَّ ُه ْم لَ ْن يُ ْغنُوا َعْن‬8<( ‫ين ال يَ ْعلَ ُمو َن‬
َ ‫ا لذ‬
964
Dikutip dalam Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 236.
Riwayat Ahmad. Menurut al-Albaani, narasi ini shahih. Lihat al-Albaani, Shahih al-Jaami,
vol. 2, hal. 728.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 373
965
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ‫وإِ َّن الظَّالِ ِمْي ب عضهم أَول‬
ِ ُّ ِ‫ض واللَّه و‬
ٍ
‫ْي‬
‫ع‬
‫ب‬
‫اء‬
‫ي‬
َ ‫ِل الْ ُمتَّق‬
َ ُ َ َْ ُ َ ْ ْ ُُ َْ َ
َ
)8=(
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali
tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. Dan
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang
yang bertakwa.” (QS. al-Jaatsiyah 45:18-19);
dan,
ِ ُ‫وإِ ْن ت‬
ِ‫ضي‬
ِ
ِ
َ
‫وك َع ْن َسبِ ِيل اللَّ ِه إِ ْن‬
‫األر‬
‫ِف‬
‫ن‬
‫م‬
‫ر‬
‫ث‬
‫ك‬
‫أ‬
‫ع‬
‫ط‬
َ ُّ‫ضل‬
ْ
َ
ْ
ْ
ْ
َ
ُ
َ
َ
‫لو َن‬
ُ ‫يَتَّبِعُو َن إِال الظَّ َّن َوإِ ْن ُه ْم إِال َِيُْر‬
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
966
967
berdusta (terhadap Allah) .” (QS. al-An’aam 6:116).
Beberapa orang Muslim mendapati sangat aneh bahwa orang, bahkan umat
Muslim, diberikan kebenaran yang datang dari Qur’an dan Sunnah akan tetapi
mereka menolak untuk mengikutinya. Bagaimanapun, Allah telah menjelaskan
motivasi sesungguhnya dan kenyataan yang berada di balik tindakan seperti itu
ketika Dia menghibur Nabi (‫)ﷺ‬,
966
Seperti menghalalkan memakan apa-apa yang telah diharamkan Allah dan
mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah, menyatakan bahwa Allah mempunyai
anak.
967
Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 256-257.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 374
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ
‫اعلَ ْم أَََّّنَا يَتَّبِعُو َن أ َْه َواءَ ُه ْم َوَم ْن‬
ْ َ‫ك ف‬
َ َ‫فَِإ ْن ََلْ يَ ْستَجيبُوا ل‬
‫تَّ َن اتَّبَ َع َه َوا ُ بِغَ ِْري ُه ًدى ِم َن اللَّ ِه إِ َّن اللَّهَ ال يَ ْه ِدي‬ِٟ ‫َض ُّل‬
َ‫أ‬
ِِ
‫ْي‬
َ ‫الْ َق ْوَم الظَّالم‬
“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa
sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya
dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. al-Qhashash
28:50).
Akhirnya, sebagaimana disinggung al-Husain, pada saat ini adalah waktu dimana
orang-orang awam tidak dapat membedakan antara apa yang dikatakan Allah
dengan apa yang dikatakan orang bodoh atau apa yang disebut dengan
“terpelajar” di antara perkataan manusia.968 Hal ini sangat benar. Orang dapat
memiliki sebuah ayat atau sebuah hadits di hadapan dirinya dan sebuah
pernyataan yang bertentangan dari seseorang individu—seorang ilmuwan, seorang
penulis, seorang pembicara atau apapun—dan seorang Muslim bisa memberikan
dua pemberat yang sebanding. Tentu saja, pernyataan seorang individu bisa
bahkan diberi pemberat yang lebih karena dia menulis “dalam masa-masa
mutakhir …,” di abad ke-20 dimana segala sesuatunya telah berubah dan perlu
dilihat dengan cara yang baru. Sedihnya, hari ini mungkin tidak ada pepohonan
atau semak-semak belukar yang dimuliakan orang-orang Najd sebelum adanya
pengaruh ibn Abdul-Wahhab, namun disana terdapat berhala-berhala baru.
Barangkali berhala-berhala ini lebih kuat daripada patung-patung, dalam bentuk
“gagasan-gagasan” dan “isme-isme,” seperti modernisme, feminisme, demokrasi,
nasionalisme dan sebagainya. Banyak orang Muslim yang tersapu oleh konsepkonsep ini dan mengabaikan atau melupakan, petunjuk yang sempurna dan abadi
dari Qur’an.
Pentingnya Memahami Kenyataan Mutakhir
Ini adalah satu aspek yang secara jelas terlihat dalam pendekatan ibn AbdulWahhab. Beliau menganalisa praktik-praktik, kekeliruan-kekeliruan dan kebajikankebajikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Untuk pengalaman dan pelajaran
pribadinya, dia menyadari akar-akar permasalahan masyarakat. Dia tidak berbicara
tentang kebenaran dalam terma-terma abstrak. Malahan, beliau mengikat ajaran968
Bandingkan, al-Husain, hal. 7.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 375
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ajaran itu secara langsung kepada praktik-praktik orang-orang pada masa beliau.
Tentu saja, ini adalah sebab utama anggapan sejak dia tidak hanya mengatakan,
contohnya, “Allah adalah untuk ditaati” dan biarkan begitu. Malahan, dia akan
berkata, contohnya, “Allah adalah untuk ditaati dan apa yang kalian lakukan hari
ini adalah pelanggaran terhadap ajaran itu …” Mengetahui akar-akar ini
membuatnya berkonsentrasi pada jalan-jalan utama dimana masalah-masalah ini
dapat diselesaikan. Dengan melakukan itu, dia berkonsentrasi pada apa yang
dibutuhkan orang-orang. Sebagaimana telah dicatat sebelumnya, dia bahkan
menggunakan bahasa percakapan sehari-hari ketika dibutuhkan untuk
mengizinkan orang-orang memahami kepastian apa yang dia bicarakan.
Maka, Idris, ketika mencatat kekaguman ibn Abdul-Wahhab terhadap ibn
Taimiyyah dan banyaknya ibn Abdul-Wahhab mengutip perkataan ibn Taimiyyah,
menyatakan bahwa gaya ibn Abdul-Wahhab sangat berbeda dengan gayanya ibn
Taimiyyah. Idris memberikan penjelasan sebagai berikut,
Ibn Taymiyyah hidup di Damaskus pada saat kota itu dipadati oleh para filsuf,
ahli teologi filsafat, orang-orang Sufi, ulama-ulama Kristen dan Yahudi, para
ilmuan dan lain sebagainya. Namun Ibn ‘Abd al-Wahhab hidup dalam sebuah
lingkungan pergaulan kultural yang sederhana dimana disana tak terdapat
pengetahuan [sebagaimana yang dihadapi ibn Taimiyyah-pent]. Dia
karenanya menghindari gaya Ibn Taymiyyah. Sementara Ibn Taymiyyah
mengambil jalan untuk mengelaborasi, dalam banyak kasus [kondisi]
rasional, argumen-argumen untuk menopang dan mempertahankan ajaranajaran Qur’ani atas masalah-masalah teologi, ‘Abd al-Wahhab kebanyakan
mengisinya dengan dalil relijius. Dia menghindari subjek teologi filosofis
secara bersamaan. Dengan pengecualian surat-surat pribadinya, gayanya
969
adalah legalistik, ringkas, dan cenderung pendek.
Seringkali para penceramah atau para ulama membawakan topik-topik yang tidak
relevan atau tidak membahas keadaan sekarang. Topik-topik itu bisa jadi isu-isu
lama yang mana ibn Taimiyyah, contohnya, telah membicarakannya untuk
menjawab pembahasan-pembahasan yang berjalan pada masanya namun yang
mana, sejak masanya, tidak dibahas di antara kebanyakan orang. Seringkali topiktopik ini bukanlah topik-topik yang secara langsung disentuh oleh Qur’an namun
dipelajari oleh ulama-ulama mutaakhirun. Namun demikian, dengan membawakan
topik-topik itu, sang ulama menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan
dengan menyebabkan pembagian terhadap sebuah subjek yang bukanlah secara
original disentuh oleh Qur’an di tempat pertama dan yang mana adalah sebuah
subjek mati di antara orang-orang. Ini adalah sebuah keterampilan dan
diperlukannya sifat keulamaan sejati untuk mengambil pengajaran—salah satunya
dari Qur’an, Sunnah atau ulama sebelumnya seperti ibn Taimiyyah—dan
969
Idris, hal. 5.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 376
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mengetahui bagaimana mengaplikasikannya, mengekspresikannya dalam
lingkungan seseorang. Ini juga sebuah keterampilan untuk mengetahui apa yang
benar-benar dibutuhkan orang-orang untuk dipelajari pada masa yang sedang
berlangsung dengan memberikan pandangan-pandangan dan cara-cara berpikir
kontemporer. Ini adalah sebuah proses yang sangat penting dalam pola da’wah
dan lebih jauh menunjukkan kejeniusan yang hebat dari ibn Abdul-Wahhab.
Menyekutukan Allah (Syirik) adalah Kemungkaran yang Sangat Besar dan Segala
Cara Mesti Dilakukan untuk Menghindarinya
Pelajaran besar yang dapat dipelajari dari ibn Abdul-Wahhab dan konsep yang
paling utama dalam pesannya adalah: Syirik (menyekutukan Allah dalam cara
apapun) adalah yang terbesar dari segala kemungkaran. Nampaknya tepat di akhir
bab ini, menjelang akhir dari karya tentang kehidupan ibn Abdul-Wahhab ini, untuk
mempelajari konsep tentang syirik dengan lebih rinci. Konklusinya dapat
dinyatakan sekarang: Pembahasan ini adalah sebenarnya apa yang Muhammad ibn
Abdul-Wahhab nasehatkan. Syirik adalah kemungkaran terbesar. Seorang Muslim
harus menghindarinya apapun resikonya. Tentu saja, segala cara yang membawa
kita kepadanya seharusnya diblok oleh setiap individu, ulama dan masyarakat
Muslim secara keseluruhan. Sebuah tindakan yang benar-benar tak bertanggung
jawab pada bagian Muslim manapun—apakah dia dianggap ulama atau bukan—
untuk lesu atau lengah pada masalah ini atau membiarkan syirik apapun
bentuknya atau cara apapun yang bisa membawa kepada syirik. Ini bukanlah
semata-mata konklusi untuk ibn Abdul-Wahhab. Ini adalah apa yang jelas-jelas ada
dalam Qur’an. Ini adalah apa yang diajarkan dan diimplementasikan oleh Nabi
(‫)ﷺ‬. Ini adalah pandangan yang dipegang oleh empat madzhab fiqih.
Allah berbicara tentang syirik di seluruh Qur’an. Dari berbagai ayat itu, hanya
sedikit yang akan dipersembahkan disini. Namun demikian, yang sedikit ini akan
memperlihatkan tanpa sedikitpun keraguan bahwa syirik adalah satu hal yang
sangat dibenci Allah. Kenyataannya, jika seseorang dengan sadar mempraktikkan
syirik dan mati dalam keadaan syirik, itu adalah dosa yang oleh Tuhan Yang Maha
Pengasih, Yang Maha Penyayang, Yang Maha Pemaaf dan Maha Pengampun tak
akan pernah ampuni. Allah telah berfirman,
ِ
ِ
ِ
‫ك لِ َم ْن‬
َ ‫إِ َّن اللَّهَ ال يَ ْغفُر أَ ْن يُ ْشَرَك بِِه َويَ ْغفُر َما ُدو َن َذل‬
ِ ‫ي َشاء ومن ي ْش ِرْك بِاللَّ ِه فَ َق ِد افْ تَ رى إِْْتًا ع‬
‫يما‬
‫ظ‬
ُ ْ ََ ُ َ
ً َ
َ
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 377
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh
ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. an-Nisaa 4:48).
Allah mengulangi lagi peringatan yang keras itu ketika Dia berkata,
ِ
ِ
ِ
‫ك لِ َم ْن‬
َ ‫إِ َّن اللَّهَ ال يَ ْغفُر أَ ْن يُ ْشَرَك بِِه َويَ ْغفُر َما ُدو َن َذل‬
ِ
‫يدا‬
ً ِ‫ضالال بَع‬
َ ‫ض َّل‬
َ ‫يَ َشاءُ َوَم ْن يُ ْش ِرْك بِاللَّه فَ َق ْد‬
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu)
dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan
Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. an-Nisaa
4:116).
Tak jadi soal apakah yang dianggap “sekutu” itu adalah berbentuk manusia saleh,
seperti seseorang yang diutus Allah, atau bahkan malaikat. Tak ada alas an untuk
menyekutukan Allah. Ini bahkan menentang sifat yang telah berurat akar dalam
manusia. Karenanya, seseorang yang mengambil jalan kepadanya selamanya akan
terlarang masuk Surga. Maka telah Allah katakan,
ِ ‫لََق ْد َك َفر الَّ ِذين قَالُوا إِ َّن اللَّه هو الْم‬
‫ال‬
‫س‬
َ َ‫يح ابْ ُن َمْرَََي َوق‬
ُ َ َُ َ
َ َ
ِ‫الْم ِسيح يا ب ِِن إِسرائ‬
‫يل ْاعبُ ُدوا اللَّهَ َرِّْب َوَربَّ ُك ْم إِنَّهُ َم ْن‬
َ َْ َ َ ُ َ
‫َّار َوَما‬
ْ ‫يُ ْش ِرْك بِاللَّ ِه فَ َق ْد َحَّرَم اللَّهُ َعلَْي ِه‬
ُ ‫اٗتَنَّةَ َوَمأْ َوا ُ الن‬
ِ َّ
ِِ ِ
ٍ َ ْ‫ْي ِم ْن أَن‬
َ ‫للظَّالم‬
َ‫ين قَالُوا إِ َّن اللَّه‬
َ ‫;) لََق ْد َك َفَر الذ‬1( ‫صار‬
ِ
ِ ‫ث ثَالثٍَة وما ِمن إِلٍَه إِال إِلَه و‬
‫اح ٌد َوإِ ْن ََلْ يَْنتَ ُهوا َع َّما‬
ُ ‫ثَال‬
ْ ََ
ٌَ
ِ‫ي ُقولُو َن لَيم َّس َّن الَّ ِذين َك َفروا ِمْن هم ع َذاب أَل‬
);1( ‫يم‬
َ
ٌ ٌ َ ُْ ُ َ
ََ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya
Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata:
"Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu." Sesungguhnya
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 378
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada
bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah
orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang
tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika
mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang
yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. alMaaidah 5:72-73).
Barangkali para pembaca sangat familiar dengan ayat-ayat tersebut di atas yang
menekankan betapa dibencinya syirik oleh Allah. Poin berikutnya yang akan
ditekankan adalah sejumlah besar kepergian Nabi (‫ )ﷺ‬untuk mencegah setiap
tindakan yang akhirnya akan membuat berkembang atau tumbuhnya syirik. Cukup
disayangkan bahwa begitu banyak yang telah dikatakannya telah diabaikan oleh
umat Muslim berikutnya.
Nabi (‫ )ﷺ‬melarang banyak amalan yang, dalam pemahaman para ulama,
dilarang karena pada akhirnya dapat membawa kepada syirik. Kenyataannya,
kebanyakan apa yang dia larang memang membawa kepada syirik dalam
masyarakat-masyarakat sebelumnya. Allah menggambarkan kaum Nuh dengan
mengatakan,
ِ
‫وث‬
َ ُ‫اعا َوال يَغ‬
ً ‫تتَ ُك ْم َوال تَ َذ ُر َّن َوِّدا َوال ُس َو‬ٛ‫َوقَالُوا ال تَ َذ ُر َّن آ‬
‫وق َونَ ْسًرا‬
َ ُ‫َويَع‬
“Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq
970
dan nasr."” (QS. Nuh 71:23).
Dijelaskan dalam kitab-kitab Tafsir Qur’an bahwa itu semua (Suwwa', Yaghuts, Ya'uq
dan Nasr) adalah nama-nama orang-orang saleh pada masa nabi Nuh. Setelah
mereka meninggal, Setan menginspirasi beberapa orang untuk mendirikan
monumen-monumen di tempat mereka biasa duduk dan menamai monumenmonumen itu dengan nama-nama mereka. Itu saja yang mereka melakukan.
Namun demikian, praktik pemujaan kepada mereka tidak benar-benar dimulai
sampai orang-orang yang membangun altar-altar itu mati dan alasan kenapa altar970
Wadd, Suwwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr adalah nama-nama berhala yang terbesar pada
qabilah-qabilah kaum Nuh.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 379
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
altar itu dibangun justru terlupakan. Setelah itu, orang-orang mulai memuja
monumen-monumen itu sebagai berhala.971 Catatlah, bahwa orang-orang yang
sudah meninggal itu sebenarnya adalah orang-orang saleh namun kemudian
muncullah dongeng dan tidak disadari alasan sesungguhnya kenapa monumenmonumen itu ditempatkan di sana. Maka jatuhlah mereka kepada syirik. Ketika
orang-orang Muslim bodoh sekarang pergi ke makam-makam al-Badawi di Mesir
atau al-Husain dan melihat orang-orang berdoa, menangis tersedu-sedu dan
melakukan permohonan disana, tidak terlintas dalam imaginasi mereka untuk
mengharap bahwa mereka akan jatuh pada semacam syirik yang sama (dengan
ummat Nabi Nuh). Disinilah (diharapkan) peran para ulama dan para penguasa
Muslim, seperti ibn Abdul-Wahhab dan Muhammad ibn Saud, untuk dapat
mencegah hal semacam ini terjadi.
Tidaklah aneh menemukan masjid yang dibangun di atas kuburan di dunia Muslim,
yang mana secara jelas membawa orang kepada semacam syirik yang sama. Hal ini
benar-benar merupakan bentuk ketidakpatuhan kepada Nabi (‫ )ﷺ‬yang berkata,
ِ ‫َال تُطْروِِّن َكما أطْر‬
ِ
َّ
َ
‫د‬
‫ب‬
‫ع‬
‫ا‬
‫ن‬
‫أ‬
‫ا‬
‫َّن‬
‫إ‬
‫ف‬
‫َي‬
‫ر‬
‫م‬
‫ن‬
‫اب‬
‫ى‬
‫ار‬
‫َّص‬
‫ن‬
‫ال‬
‫ت‬
َ
َ
َ
ُ
َ
َ
َ
ْ
ْ
ُ
َْ َ َ َ
َ َ ُْ
ِ
ْ ‫فَ ُق ْولُُو‬
ُ‫اعب ُدالل َو َر ُس ْولُه‬
“Janganlah kamu sekalian menyanjung-nyanjungku sebagaimana orang
Nasrani menyanjung-nyanjung (Isa) Putera Maryam. Sesungguhnya saya
hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah: ‘Hamba Allah dan utusan-Nya.’”
(HR. al-Bukhari-Muslim.)
ِ ‫أََال و إِ َّن من َكا َن قَب لَ ُكم َكانُوا ي ت‬
‫َّخ ُذ ْو َن قُبُ ْوَر أَنْبِيَائِ ِه ْم َو‬
َْ َ
َ ْ ْ ْ
ِ ‫َّخ ُذوا الْ ُقبور مس‬
ِ ‫ا٘تِي ِهم مس‬
ِ
ِ ‫اج َد أال فَ َال تَت‬
‫اج َد إِ ِّّْن‬
َ
ََ َُ
ََْ ْ ‫ل‬
ِ
‫ك‬
َ ‫أَنْ َها ُك ْم َع ْن َذل‬
“Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu telah menjadikan kuburan nabinabi dan orang-orang saleh di antara mereka sebagai masjid. Sessungguhnya
kalian tidak boleh menjadikan kuburan sebagai masjid. Aku larang kalian dari
melakukan itu.” (Riwayat Muslim).
971
Bandingkan, ibn Katsir, vol. 8, hal. 234-235.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 380
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Perintah yang sama seperti ini sebenarnya ditemukan dalam berbagai hadits Nabi
(‫)ﷺ‬. Contohnya, Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi (‫ )ﷺ‬menyatakan ketika
Nabi dalam keadaan sakit menjelang wafatnya,
‫َّص َارى َّاِتَ ُذ ْوا قُبُ ْوَر أَنْبِيَائِ ِه ْم َم ْس ِج ًدا‬
َ ‫لَ َع َن اللُ الْيَ ُه ْوَد َو الن‬
Aisyah r.a. mengatakan bahwa dalam keadaan sakit yang membawa kepada
kematian, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Allah mengutuk orang-orang Yahudi dan
Nasrani karena mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai
masjid." Aisyah berkata, "Seandainya tidak karena sabda itu, niscaya mereka
menampakkan kuburan beliau. Hanya saja aku khawatir (dalam satu riwayat:
972
973
beliau khawatir atau dikhawatirkan ) kuburan itu dijadikan masjid."
(Riwayat al-Bukhari.)
Nabi (‫ )ﷺ‬juga bersabda,
ِ ‫َن ِشَر َار الن‬
َّ ‫َو اعلَ ُم ْوا أ‬
‫َّاس الَّ ِذيْ َن َّاِتَ ُذ ْوا قُبُ َور أَنْبِيَائِ ِه ْم‬
ِ ‫مس‬
‫اج َد‬
ََ
“Ketahuilah bahwa yang terburuk dari semua kaum adalah mereka yang
974
menjadikan kuburan-kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid”
Orang dapat melihat dari contoh-contoh kaum-kaum sebelumnya bahwa kuburankuburan orang-orang saleh yang telah mati – atau kadangkala orang yang tidak
beriman – dapat menjadi ancaman terbesar bagi kemurnian tauhid seseorang.
Karenanya, Nabi (‫)ﷺ‬, sebagaimana diillhami oleh Allah, memblokade semua hal
yang dapat memungkinkan membawa seseorang pada suatu amalan pemujaan
972
Aisyah dan Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) berkata, "Ketika Rasulullah (‫)ﷺ‬
menghadapi kematian, beliau melemparkan selendang pada muka beliau. Ketika selendang
itu menutupi muka beliau, beliau membukanya seraya bersabda dalam keadaan demikian,
'Laknat (kutukan) Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan
kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah).'" Beliau mempertakutkan akan
apa yang mereka perbuat. (Shahih Bukhari, Kitab Shalat, Bab ke-55)
973
(Shahih Bukhari, Kitab Janazah, Bab ke-60: Dimakruhkan Membuat Mesjid di Atas
Kuburan)
974
Riwayat Ahmad. Menurut Syuaib al-Arnaut, et al., sanadnya shahih. Lihat Syuaib alArnaut, et al., catatan kaki untuk Musnad, vol. 3, hal. 221.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 381
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
yang keliru. Maka, Nabi (‫ )ﷺ‬melarang meninggikan kuburan-kuburan,
menulisinya, duduk di atasnya, menjadikannya sebagai mesjid, menghadap
padanya saat berdoa dan melakukan perjalanan semata-mata untuk
menziarahinya.975
Nabi (‫ )ﷺ‬juga dengan jelas sangat memperhatikan mengenai bagaimana orang
akan bersikap seperti dia.976 Ini hanya biasa sejak nabi-nabi dan individu-individu
saleh sebelumnya yang kemudian dipuja-puja atau disuguhi dalam cara-cara yang
merupakan sebuah penghinaan kepada tauhid yang sebenarnya. Maka, dalam
berbagai hadits, Nabi (‫ )ﷺ‬memberikan perintah-perintah yang secara jelas
mengindikasikan bahwa seseorang harus sangat berhati-hati dalam masalah
seperti itu. Contohnya, Nabi berkata,
ِ
ََ ‫َّص َارى ابْ َن َم‬
ُ ‫رَي فَِإََّّنَا أَنَا َعْب ُد‬
َ ‫َال تُطُْرْوِِّن َك َما أَطَْرت الن‬
ِ
ُ‫فَ ُق ْولُْوا َعْب ُد الل َو َر ُس ْولُه‬
“Janganlah menyanjungku sebagaimana orang Nashrani menyanjung putera
Maryam. Aku adalah hamba-Nya, maka katakanlah, ‘Hamba Allah dan RasulNya.’” (Riwayat al-Bukhari.)
Dalam beberapa Hadits, Nabi (‫ )ﷺ‬juga memperingatkan tentang kata-kata yang
digunakan seseorang ketika mengekspresikan masalah “kehendak.” Contohnya,
dalam satu hadits, seseorang berkata kepada Nabi (‫)ﷺ‬, “Apa saja yang Allah
kehendaki dan yang engkau kehendaki.” Nabi (‫ )ﷺ‬berkata padanya,
ُ ‫أج َعْلتَِِن َو اللَ َع ْدًال بَ ْل َما َشاءَ اللُ َو ْح َد‬
َ
975
Dalil hadits untuk semua poin ini dapat ditemukan dalam Muhammad al-Khamis,
Bayaan al-Syirik wa Wasaailuhu ind Ulamaa al-Maalikiyyah (Riyadh: Dar al-Watan, 1413 H.),
hal. 28-30.
976
Karena banyak perintah ini datang dari hadits, terma “Nabi (‫ ”…)ﷺ‬telah biasa
digunakan. Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa halnya itu semata pikiran atau
kesimpulannya Nabi pribadi. Ajaran-ajaran ini berasal darinya dan diwahyukan atau
disetujui oleh Allah.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 382
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
“Apakah engkau telah menjadikanku sejajar dengan Allah? Sebaiknya,
977
[engkau mengatakan] Allah saja yang berkehendak.”
Nabi (‫ )ﷺ‬bahkan lebih jauh mencegah segala jalan yang menjurus kepada syirik.
Contohnya, Tsabit ibn al-Dhahhak meriwayatkan:
ِ ِ ِ
‫للَّى اللَّ ُه َم َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫نَ َذ َر َر ُج ٌل َعلَى َع ْهد َر ُس ْول الل‬
ِ‫أَ ْن يَْن َحَر إِبِ ًال بِبُ َوانَةَ فَأَتَى الن‬
‫للَّى اللَّ ُه َم َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫َّب‬
َ
ِ َ ‫تََر إِبْ ًال بِبُ َوانَةَ فَ َق‬١َْ ‫ت أَ ْن أ‬
‫للَّى اللَّ ُه َم‬
َ ‫فَ َق‬
ُ ‫ال إِ ِّّْن نَ َذ ْر‬
َ ‫َّب‬
َ ‫ال الن‬
ِ ‫اٗت‬
ِ َ‫علَي ِه و سلَّم هل َكا َن فِيها وثَن ِمن أَوث‬
‫اهلِيّ ِة يُ ْعبَ ُد‬
َْ ‫ان‬
ْ ْ ُ َ َ
ْ َ َ َ َ َْ
‫ال‬
َ َ‫ال َه ْل َكا َن فِ َيها ِعي ٌد ِم ْن أ َْعيَ ِاد ِه ْم قَالُْوا ال ق‬
َ َ‫قَالُوا ال ق‬
ِ ‫الل للَّى اللَّهم علَي ِه و سلَّم أَو‬
ِ ‫رسوِل‬
‫ف بِنَ ْذ ِرَك فَِإنَّهُ ال‬
َ
ْ َ َ َ َْ َُ
ُْ َ
ِ
ِ‫الل و ال ف‬
ِ ‫صي ِة‬
ِ ‫وفَاء لِنَ ْذ ٍر ِِف مع‬
‫آد َم‬
ُ ‫يما ال ّيَْل‬
َ ‫ك ابْ ُن‬
َْ
َ
َ
َ
َ َ
Tsabit Ibnu ad-Dhahhak Radliyallaahu 'anhu berkata: Pada masa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ada seseorang bernadzar hendak menyembelih
unta di Buwanah, lalu ia menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
dan menanyakan hal itu. Beliau bertanya: "Apakah di situ pernah ada berhala
yang diibadahi?". Ia menjawab: Tidak. Beliau bertanya: "Apakah di situ
pernah dirayakan hari raya mereka?". Ia menjawab: Tidak. Beliau bersabda:
"Penuhilah nadzarmu, sesungguhnya nadzar itu tidak boleh dilaksanakan bila
ia mendurhakai Allah, memutuskan tali persaudaraan, dan nadzar pada suatu
benda yang tidak dimiliki oleh bani Adam (manusia)." Riwayat Abu Dawud
978
dan Thabrani dengan lafadz menurutnya. Sanadnya shahih.
Pada kesempatan yang lain, pasukan Muslim sedang menuju Hunain dan melewati
sebuah pohon dimana orang-orang musyrik biasa menggantungkan senjata-senjata
977
Riwayat Ahmad. Menurut Ahmad Syaakir, sanadnya shahih. Lihat Syaakir, catatan kaki
untuk ibn Hanbal, vol. 2, hal. 423.
978
Riwayat Abu Dawud. Menurut ibn Hajar dan al-Albaani, hadits ini shahih. Bandingkan,
Ahmad ibn Hajar, Talkhis al-Habir fi Takhrij Ahadits al-Rafi’i al-Kabir (Madinah: al-Sayyid
Abdullah al-Madani, 1964), vol. 4, hal. 180; Muhammad Naashir al-Dien al-Albaani, Shahih
Sunan Abi Dawud, vol. 2, hal. 328.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 383
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
mereka disana untuk mendapatkan berkah. Pohon ini bernama dzaat al-anwaat.
Orang-orang Muslim berkata kepada Rasulullah (‫)ﷺ‬, “Tunjukkan kepada kami
sebuah pohon seperti yang mereka miliki dzaat al-anwaat.” Nabi (‫ )ﷺ‬menjawab,
ِ ‫سبحا َن‬
‫تُ ْم‬َٛ ‫تًا َك َما‬َٛ ِ‫اج َع ْل لَنَا إ‬
‫و‬
‫م‬
‫م‬
‫و‬
‫ق‬
‫ال‬
‫ق‬
‫ا‬
‫م‬
‫ك‬
‫ا‬
‫ذ‬
‫ه‬
‫الل‬
َ
َ
َ
َ
َ
َ
ْ ‫س‬
ُ
ُ
َ ُْ
ْ
ْ
َ
َ
‫َب ُسنَّةً َم ْن َكا َن قَ ْب لَ ُك ْم‬
َّ ُ ‫تَةٌ َو الَّ ِذي نَ ْف ِسي بِيَ ِد ِ لَتَ ْرَك‬ٛ‫ِآ‬
“Maha suci Allah. Ini seperti apa yang dikatakan kaum Nabi Musa [kepada
Nabi Musa,+ ‘Buatkanlah bagi kami satu tuhan sebagaimana mereka memiliki
dewa-dewa.’ Demi Satu-satunya yang tangan-Nya adalah jiwaku, kalian akan
979
mengikuti jalan-jalan orang-orang sebelum kalian.”
Untuk menjelaskan hadits ini, Ibn Ghannaam menulis,
Renungkan dan pikirkan hadits ini. Sadari bagaimana Rasulullah (‫ )ﷺ‬telah
memberikan aturan, dan bersumpah untuk aturan ini, bahwa tindakan ini
sama dengan pernyataan Bani Israel kepada Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami
satu tuhan seperti mereka memiliki dewa-dewa.’ Bahkan meski mereka tidak
mengungkapkannya dalam kata-kata, mereka mengatakannya secara
maknawi. Bahkan meski mereka menggunakan kecerdasan mereka dalam
masalah itu, mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka katakan sama
dengan apa yang dikatakan Bani Israel. Maka, mereka datang kepada
Rasulullah (‫ )ﷺ‬mengatakan itu di luar kebodohan. Bahkan dengan semua
itu, seorang yang jujur, seseorang yang beriman, memberitahukan mereka,
dan bersumpah atas apa yang dia beritahukan kepada mereka, bahwa hal itu
benar-benar seperti apa yang dikatakan Bani Israel kepada Nabi Musa … Jika
kekerasan ini berasal dari Rasulullah (‫ )ﷺ‬kepada para Sahabat ketika
mereka memohon sesuatu yang sama seperti orang-orang Musyrik, sebuah
pohon yang didisain untuk menggantung senjata-senjata mereka agar
mendapatkan berkah darinya, apa jadinya dengan sesuatu yang jauh lebih
besar dari itu: syirik terbesar yang paling banyak dilakukan orang-orang hari
980
ini?
979
Riwayat al-Tirmidzi dan Ahmad. Dalam narasi yang lain dari Ahmad, Nabi (‫)ﷺ‬
menjawab dengan mengatakan, “Kalian telah berkata benar-benar seperti apa yang
dikatakan kaumnya Nabi Musa …” Menurut al-Albaani dan Syuaib al-Arnaut, et al., hadits
ini shahih. Lihat al-Albaani, Shahih Sunan al-Tirmidzi, vol. 2, hal. 235; Syuaib al-Arnaut, et
al., catatan kaki pada Musnad, vol. 36, hal. 225-227.
980
Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 42-43.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 384
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Contoh di atas benar-benar hanya ujung dari gumpalan es mengenai semua teks
yang memperlihatkan bagaimana agama Islam bermaksud menjaga para
penganutnya agar menjauh dari segala akar syirik apapun itu. Namun ini tidak
selayaknya dipahami, sebagaimana para penentang nampaknya percayai, bahwa
semua ini asing bagi Umat Muslim sampai ibn Abdul-Wahhab datang dan
mengajarkan masalah-masalah ini. Tidak, malahan, ini adalah sesuatu yang sangat
dikenal para ulama empat madzhab yang membuat pernyataan-pernyataan yang
jelas dan tegas bahwa amalan-amalan seperti ini harus dihindari.981 Contohnya,
Malik tidak menyukai982 seseorang yang berdiri di atas kuburan Nabi dan membuat
permohonan untuk dirinya sendiri. Malahan, dia seharusnya hanya menyalami
Nabi (‫ )ﷺ‬dan kemudian pergi. Malik dan ulama Madinah lainnya juga tidak
menyukai seseorang yang pergi ke kuburan Nabi dan menyalaminya setiap waktu
mereka masuk masjid.983
Abu Hanifah dan sahabat-sahabatnya menyatakan bahwa tidak diizinkan
memohon kepada Allah dengan cara meminta pertolongan makhluk-Nya. Mereka
juga menyatakan bahwa dilarang untuk mengatakan dalam doa, “Saya memohon
kepada-Mu dengan haknya nabi-nabi-Mu.” Al-Qaduri, ulama Hanafi berikutnya,
setelah mengutip pernyataan eksplisit Abu Hanifah melarang permohonan seperti
itu, berkata, “Tidak diizinkan berdoa dengan cara meminta pertolongan makhlukNya. Ini karena tak ada satu pun makhluk yang memiliki hak melebihi Dia. Hal ini
tak diizinkan dengan kesepakatan [para ulama+.”984
981
Maka memungkinkan bagi ibn Abdul-Wahhab untuk mengutip para ulama dari empat
madzhab fiqih agar mendukung pendapat-pendapatnya dan membantah para
penentangnya. Dia bahkan secara eksplisit menyatakan (vol. 7, hal. 38) bahwa dia berdebat
dengan para pengikut setiap madzhab menurut apa yang dinyatakan kitab-kitab mereka
sendiri, medemonstrasikan bahwa amalan-amalan syirik itu seperti menurut ulama-ulama
mereka. Lihat, khususnya, dua buah surat dimana beliau mengutip madzhab-madzhab yang
berbeda secara panjang lebar. Muhammad ibn Abdul-Wahhab, Muallifaat, vol. 7, hal. 176180 dan 250-267. Menakjubkan bagaimana betapa banyaknya orang-orang yang jatuh
pada amalan-amalan ini adalah para pengikut taqlid yang tak mau berubah atau yang
mengikuti secara buta diktat-diktat madzhab fiqih mereka. Al-Saabiq (hal. 13) mencatat
bahwa beberapa dari mereka bahkan mengatakan jika seseorang tidak megikuti salah satu
dari empat madzhab, berarti dia telah meinggalkan Islam. Namun ketika muncul masalahmasalah seperti ini, dasar-dasar keimanan, mereka benar-benar mengabaikan madzhab
fiqih mereka sendiri, melakukan sebuah kontradiksi yang mencolok yang jelas bagi semua
orang untuk melihatnya. Bandingkan, al-Saabiq, hal. 13-14.
982
“Tidak suka” dalam cara-cara ulama-ulama awal ini menggunakan terma ini berarti
bahwa amalan itu sebenarnya dilarang.
983
Dikutip dalam Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 50.
984
Dikutip dalam Saabiq, hal. 339.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 385
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Ibn Aqil, salah satu Imam madzhab Hanbali terkemuka abad enam Hijriah,
menyatakan,
Ketika kewajiban-kewajiban menjadi sukar bagi orang bodoh dan orangorang awam, mereka meninggalkan urusan-urusan Syariah demi urusanurusan yang mereka buat sendiri … Dalam pandanganku, mereka telah
musyrik karena amalan-amalan seperti itu. [Amalan-amalan ini termasuk]
memuliakan dan menghormati kuburan-kuburan dengan cara yang dilarang
menurut Syariat, seperti menyimpan lampu-lampu di sekitar kuburan itu,
menerangi kuburan-kuburan itu, dan memanggil orang-orang yang sudah
meninggal dengan keperluan-keperluan mereka, menulis do’a-do’a mereka,
mengatakan, ‘Ya maulana begitu dan begitu, lakukan sesuatu dan sesuatu
untukku,’ mengambil tanah demi mendapatkan berkah, menebarkan
wewangian di sekitar kuburan, bepergian untuk menziarahi kuburan-kuburan
985
itu …
Seorang penulis kontemporer, Muhammad al-Khamis, telah melakukan sebuah
studi mengenai empat madzhab fiqih dan pandangan madzhab-madzhab itu
terhadap syirik. Dalam karya-karya ini, dia menggambarkan apa yang dianggap
syirik oleh madzhab-madzhab itu dan apa yang bisa membawa kepada syirik, yang
secara konsekuen dilarang oleh madzhab-madzhab itu. Untuk setiap amalan syirik
atau yang bisa membawa kepada syirik, dia memberikan rujukan detail dari kitabkitab fiqih setiap madzhab. Demi keringkasan, kesimpulan-kesimpulan beliau akan
hanya diringkas dalam bentuk tabel.986 (Catat bahwa al-Khamis hampir tidak
mengklaim sebuah konsensus dalam madzhab-madzhab ini namun dia
mempersembahkan rujukan-rujukan pada karya-karya yang autoritatif yang
menyediakan kesimpulan-kesimpulan ini. Catat juga bahwa kebanyakan topik ini
disebutkan dalam hadits shahih yang eksplisit. Karenanya, tidaklah mengejutkan
untuk menemukan kesepakatan yang jelas dalam masalah-masalah itu. Catat juga
bahwa tidak semua topik yang dibahas al-Khamis diperlihatkan dalam tabel ini.)
Dalam setiap studinya, al-Khamis juga membahas tipe-tipe syirik dan amalanamalan yang merupakan syirik menurut para ulama dari empat madzhab fiqih
sebagaimana ditemukan dalam karya-karya rujukan mereka.987 Secara umum,
985
Dikutip dalam Ibn Ghannaam, vol. 1, hal. 47.
Berdasarkan Muhammad al-Khamis, Bayaan al-Syirik wa Wasaailuhu ind Ulamaa alHanafiyyah (Riyadh: Dar al-Watan, 1413 H.), hal. 27-31; al-Khamis, al-Maalikiyyah, hal. 2740; Muhammad al-Khamis, Bayaan al-Syirik wa Wasaailuhu ind Ulamaa al-Shafi’iyyah
(Riyadh: Dar al-Watan, 1413 H.), hal. 29-43; Muhammad al-Khamis, Bayaan al-Syirik wa
Wasaailuhu ind Ulamaa al-Hanaabilah (Riyadh: Dar al-Watan, 1413 H.), hal. 27-33. Catat
bahwa tidak semua topik yang disebutkan oleh al-Khamis disini dirinci dalam tabel.
987
Orang harus menyadari bahwa banyak amalan-amalan syirik muncul setelah berlalunya
masa para pendiri madzhab-madzhab ini. Karenanya, beberapa dari mereka tidak
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 386
986
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
orang dapat mengatakan bahwa semua amalan dimana ibn Abdul-Wahhab
keberatan karena merupakan amalan syirik adalah juga disebutkan oleh setiap dari
empat madzhab sebagai amalan syirik yang membuat seseorang keluar dari
Islam.988 Karenanya, sekali lagi, ibn Abdul-Wahhab bukanlah seorang innovator
yang membawakan sesuatu yang baru atau belum pernah didengar. Malahan, dia
itu memperbaharui ajaran-ajaran yang ditemukan dalam setiap madzhab fiqih
yang telah diabaikan dan dilupakan. Ajaran-ajaran itu menyentuh inti dari Islam
dan manakala ajaran-ajaran itu diabaikan dan dilupakan, maka sebuah kewajiban
untuk diperbaiki.
Orang dapat mengerti dari semua teks-teks dan kesimpulan-kesimpulan ilmiah ini
bahwa ibn Abdul-Wahhab benar-benar betul ketika dia menentang, dengan upaya
yang sangat hebat, syirik dalam semua manifestasinya dan semua pola yang
mengarah padanya. Hal yang paling penting dimana seorang manusia dapat
diselamatkan dari jatuh kepada syirik yang mengerikan ini. Bukanlah sebuah
pernyataan yang berlebihan untuk mengatakan bahwa semua pemimpin dan
ulama Muslim seharusnya mengambil upaya yang besar untuk menjaga umat
Muslim dari jatuh kepada syirik. Lebih jauh, menurut petunjuk Qur’an dan Sunnah,
benar-benar tidaklah dibenarkan bagi setiap Muslim untuk menyepelekan masalah
ini—bukannya berkata dan berupaya menjastifikasi sebagai manifestasi “Islam
sejati,” amalan-amalan yang sangat dilarang oleh Nabi (‫ )ﷺ‬itu. Kita hanya dapat
meminta pertolongan dan petunjuk kepada Allah agar menyelamatkan Umat
Muslim dari segala bentuk syirik yang akhir-akhir ini dipakai.
Tabel 1. Ringkasan Studi al-Khamis Mengenai Amalan-amalan Terlarang yang
Mengarah kepada Syirik
Amalan
Madzhab Hanafi
Madzhab Maliki
Terlarang
Madzhab
Shafi’i
Terlarang
Madzhab
Hanbali
Terlarang
Memplester
Kuburan
Meninggikan
Kuburan
Membangun
Kuburan
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
menyebutkan amalan-amalan ini secara spesifik karena mereka sudah tidak ada dan
bukanlah isu di masa mereka.
988
Amalan-amalan ini termasuk memohon pertolongan dari orang-orang yang sudah
meninggal, membuat perantara-perantara antara seseorang dengan Allah, mengorbankan
binatang untuk selain Allah, memberikan ketaatan kepada selain Allah dan lain sebagainya.
Lihat al-Khamis, al-Hanafiyyah, hal. 15-26 dan 31-68; al-Khamis, al-Maalikiyyah, hal. 19-25
dan 41-58; al-Khamis, al-Syaafi’iyyah, hal. 23-28 and 44-61; al-Khamis, al-Hanaabilah, hal.
13-26 dan 34-57.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 387
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Menulisi Kuburan
Menjadikan
Kuburan Sebagai
Masjid
Menerangi
Kuburan
Menghadap
Kuburan Saat
Berdoa
Menjadikan
Sebuah Kuburan
Sebagai Tempat
Perayaan
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
N/A
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
Terlarang
N/A
N/A
N/A
Melakukan
Perjalanan Hanya
Untuk Menziarahi
Berdoa atau
Bersujud di Atas
Kuburan
Melakukan
Thawaf terhadap
Kuburan
Duduk di Atas
Kuburan
N/A
Terlarang
N/A
Terlarang
N/A
Terlarang
N/A
Terlarang
N/A
N/A
Terlarang
Terlarang
N/A
N/A
Terlarang
Terlarang
Mencium
Kuburan
N/A
N/A
Terlarang
Terlarang
N/A = Al-Khamis tidak membahas pendapat eksplisit manapun yang dibuat oleh
madzhab tersebut mengenai topik tersebut.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 388
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Bab VIII
Kesimpulan
Pentingnya dan Perlunya Kembali kepada Ajaran Islam yang Murni dan Aseli
Allah berfirman,
ِ ‫اطي مست‬
ِ ‫َن ه َذا ِلر‬
‫السبُ َل فَتَ َفَّر َق‬
‫ق‬
ُّ ‫يما فَاتَّبِعُوُ َوال تَتَّبِعُوا‬
َ
ً ْ ُ َ َ َّ ‫َوأ‬
‫لا ُك ْم بِِه لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّ ُقو َن‬
َّ ‫بِ ُك ْم َع ْن َسبِيلِ ِه َذلِ ُك ْم َو‬
“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka
989
ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) , karena
jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah agar kamu bertakwa” (QS. al-An’am 6:153).
Allah dengan demikian telah mengumumkan bahwa memang terdapat jalan yang
berasal dari-Nya dan juga jalan yang menyimpang dari jalan-Nya. Setiap orang yang
memiliki iman yang benar akan sangat menginginkan dengan intensitas yang tinggi
untuk mengikuti jalan yang benar itu. Jalan itu, jelasnya, adalah jalan yang
989
Maksudnya: janganlah kamu mengikuti agama-agama dan kepercayaan yang lain dari
Islam.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 389
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
berdasarkan wahyu Allah kepada Nabi Muhammad (‫)ﷺ‬, terdiri dari Qur’an dan
Sunnah.
Ini adalah bagian dari besarnya kemurahan dan rahmat Allah kepada Umat
Muslim—keistmewaan yang membedakan Umat ini dari semua umat nabi-nabi
sebelumnya—bahwa Allah berjanji akan memelihara wahyu yang diberikan kepada
Nabi (‫)ﷺ‬. Allah berfirman,
ّْ ‫تن نََّزلْنَا‬١َْ ‫إِنَّا‬
‫الذ ْكَر َوإِنَّا لَهُ َ٘تَافِظُو َن‬
ُ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya
990
Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr 15:9).
Maka pesannya akan selalu terjaga. Untuk menemukan kebenaran, yang harus
dilakukan hanyalah kembali kepada pesan itu dengan tulus dan memahaminya
secara patut, dengan cara yang dipraktikkan dan diajarkan oleh Nabi (‫)ﷺ‬.
Namun lebih dari itu, Nabi (‫ )ﷺ‬juga menyatakan bahwa akan selalu ada orang
yang berada di jalan kebenaran itu. Rasul bersabda,
ِ
ِ
ِ
‫تُ ْم‬َٛ ‫ضُّرُه ْم َم ْن َخ َذ‬
ُ َ‫ال يََز ُال م ْن أ َُّم ِِت أ َُّمةٌ قَائ َمةٌ بِ ْأم ِر الل ال ي‬
ِ
ِ ‫و ال من خالََفهم ح ََّّت يأْتِي هم أَمر‬
‫ك‬
َ ‫الل َو ُه ْم َعلَى َذل‬
ُْ ْ ُ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ
“Sebuah kelompok dari Umatku akan selalu tetap taat kepada perintahperintah Allah, dan mereka tak akan dicelakai oleh mereka yang
meninggalkan mereka dan tidak juga oleh mereka yang menentang mereka,
sampai perintah Allah tiba sementara mereka [masih] dalam keadaan itu.”
(Riwayat al-Bukhari.)
Kelompok yang setia kepada Jalan yang Lurus itu bisa jadi kecil atau bisa jadi besar.
Tanpa menghiraukan jumlahnya, poin yang penting adalah bahwa mereka
mengikuti jalan yang diridlai Allah. Itu karena ridla Allah adalah tujuan utama
mereka. Karenanya, mereka yang meninggalkan mereka dan mereka yang
menentang mereka secara terbuka tak dapat memberi mereka kecelakaan apapun
karena mereka berada pada jalan kebahagiaan penghabisan.
990
Ayat ini mengimplikasikan penjagaan atas seluruh pesan yang diterima oleh Nabi (‫)ﷺ‬,
yaitu, termasuk keduanya Qur’an dan Sunnah.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 390
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Yang di atas barusan itu, dalam satu cara, meringkas pesan dan ajaran-ajaran ibn
Abdul-Wahhab.
Konsep Tajdid (“Pembaharuan”)
Meskipun, sebagaimana dicatat di atas, sebuah kelompok di seluruh Umat Muslim
yang selalu mengikuti kebenaran, keadaan Umat Muslim secara keseluruhan telah
sungguh surut dan mengalir. Kecintaan kepada Qur’an dan Sunnah menjadi kuat
pada saat itu dan pudar pada saat yang lain. Namun demikian, sebagaimana telah
dijanjikan oleh Allah untuk memelihara pesan ini, tak pernah dan tak akan pernah,
insya Allah, sebuah masa bilamana pesan ini benar-benar hilang atau hancur.
Sebaliknya, Allah juga telah berjanji untuk memunculkan orang-orang di antara
Umat yang akan bekerja untuk memperbaharuinya dan berjuang untuk
mengembalikannya kepada ajarannya yang sejati. Nabi (‫ )ﷺ‬telah menyebutkan
fakta ini dalam hadits-nya yang terkenal,
ٍ ِ ِ
ِ ِ ِ ِ ُ ‫إِ َّن الل يبع‬
‫ّْد‬
ُ ‫تَذ األ َُّمة َعلَى َرأْ ِس ُك ّْل مائَة َسنَة َم ْن َُيَد‬ٛ ‫ث‬
َََ
‫تَا ِدينَ َها‬َٛ
“Sesungguhnya, pada setiap abad, Allah akan memunculkan untuk Umat ini
991
seseorang yang akan memperbaharui agama ini bagi mereka.”
Relevan jika disini kita berbicara berdasarkan hadits ini. Ibn Abdul-Wahhab telah
secara jelas berusaha menda’wahkan dan memperbaharui ajaran-ajaran Islam
yang sebenarnya. Karenanya banyak orang mengajukan pertanyaan: Haruskah
Muhammad ibn Abdul Wahhaab dianggap sebagai seorang mujaddid (seseorang
yang membawa Umat Muslim kembali kepada ajaran-ajaran Qur’an dan Sunnah
yang sejati)? Telah menjadi kesimpulan banyak ulama bahwa dia memang seorang
mujaddid (Pembaharu). Abdul Rahman ibn Qasim menulis, “Para pemimpin yang
semasa dengan sang Syeikh membuktikan pengetahuannya dan memasukkan dia
di antara sejumlah mujaddid yang memperbaharui apa yang dibawa oleh
Rasulullah. Sama halnya, orang-orang Mesir, Suriah besar, Iraq, Mekkah, Madinah,
India dan lain-lain tempat telah membuktikan hal yang sama.”992 Muhammad
991
Riwayat Abu Dawud, al-Haakim, al-Baghdaadi dan al-Baihaqi dalam Marifah-nya.
Menurut al-Albaani, hadits ini shahih. Lihat al-Albaani, Shahih al-Jami, vol. 1, hal. 382.
Tambahan, al-Sakhaawi dan al-Ajaluni juga menegaskan bahwa sanadnya shahih. Lihat
Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 6, catatan kaki no. 1; Usrah, hal. 4, catatan kaki no. 2.
992
Dikutip dalam Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 6-7.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 391
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
Rasyid Ridha dan Abdul Mutal al-Saidi, dalam kitabnya al-Mujaddidun fi al-Islam,
secara eksplisit menganggap dia sebagai seorang mujaddid.993
Namun demikian, bahkan ketika menyadari bahwa dia benar-benar seorang
mujaddid (Insya Allah), penting untuk mencatat pada taraf bagaimana dia benarbenar memberikan sumbangsih pembaharuan agama ini, sebuah pembaharuan
yang dapat disepakati masih berlanjut hingga hari ini. Dalam sebuah bagian yang
menarik, Abdul Hamid Siddiqi menulis,
Banyak kritik yang ditujukan kepada Muhammad bin Abd al-Wahhab
mengutuk gerakan ini sebagai yang mundur. Namun ini adalah sebuah
dakwaan yang tak memiliki dasar. Muhammad bin Abd al-Wahhab berdiri
dengan kebulatan tekad untuk membawa rakyatnya kepada Islam yang
sejati. Dia, karenanya, mencoba untuk membersihkan kehidupan Muslim dari
semua bid’ah dan mengumumkan “perang suci” melawan mereka. Perasaan
yang dia suarakan adalah lebih dari satu ketidakpuasan rasionalistik dengan
994
“palimpsest ” kuno cara-cara ibadah alih-alih kerusakan segala hal yang dia
temukan sebelum dia. Dia ingin memisahkan biji padi dari sekam dan
pekerjaan ini beliau lakukan dengan keberanian yang mengagumkan dan
ketajaman pikiran. Dia mencoba menghancurkan semua hal itu yang dia
temukan bertentangan dengan semangat Islam dan membuang semua
praktik-praktik itu dari masyarakat Muslim yang dia anggap antagonistik
dengan semangat keimanan. Dia benar-benar yakin bahwa sejumlah
perubahan yang pasti adalah selalu essensil dalam sebuah peradaban yang
hidup, namun perubahan itu mesti organik, itulah kenapa, perubahan itu
harus datang dari dalam peradaban itu sendiri untuk merespon kebutuhankebutuhannya yang “genuine” yang diklaim masyarakat itu sebagai miliknya
dan seharusnya bukan hanya imitasi dari peradaban yang lain … Sang Syeikh,
karenanya, sangat berhati-hati dengan keputusan-keputusannya. Dia
meyakinkan orang-orang untuk membuang hanya hal-hal yang dia dapati
tidak Islami, sementara dia bersedia menerima gagasan-gagasan dan praktikpraktik yang dapat cocok dengan bangunan Islam. Gerakan Wahhabi adalah,
karenanya, essensinya bukanlah kolot dan konservatif dalam keadaan ini.
Gerakan ini adalah gerakan yang progresif dalam pengertian bahwa gerakan
ini tidak hanya membangunkan orang-orang Arab terhadap kebutuhan
pencarian hati yang paling urgent dan mengancurkan kepuasan diri yang
telah menjadi tradisi selama bertahun-tahun, namun juga memberikan
sebuah garis aksi yang pasti kepada para reformer. Ini mengajari mereka
bahwa bagi pembaharu Islam perlu menghentikan formula-formula tangan
kedua dan konvensi-konvensi yang mandul, dan sama-sama essensilnya
untuk kembali kepada realita-realita Islam serta membangun hanya
993
Bandingkan, Abdul Muhsin ibn Baaz, vol. 1, hal. 7.
Palimpsest (/ˈpælɪmpsɛst/) adalah satu halaman sebuah manuskrip, baik dari sebuah
gulungan atau sebuah kitab, darimana suatu teks telah tergores atau terhapus sehingga
halaman itu bisa digunakan kembali, untuk dokumen yang lain.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 392
994
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
berdasarkan batu-batunya yang keras semua model pemikiran dan tindakan
995
yang baru.
Motivasi Ibn Abdul-Wahhab
Shalih al-Atram mencatat bahwa ibn Abdul-Wahhab hidup dalam situasi yang
memiliki banyak kesamaan dengan Nabi (‫ )ﷺ‬sendiri, dimana kebanyakan orang
membaktikan diri pada amalan-amalan jahiliyyah dan keberhalaan dan hanya
sejumlah kecil orang yang masih membaktikan diri pada agama sejati leluhur
mereka Ibrahim. Masyarakat ini, dengan jelas, didominasi oleh apa yang dilakukan
mayoritasnya. Al-Atram menyatakan bahwa dari latar belakang ini orang dapat
memahami apakah motivasi ibn Abdul-Wahhab: untuk mengembalikan orangorang kepada pengetahuan Allah dan untuk menjaga mereka dari hal terbesar
yang dilarang oleh Allah, syirik. Ibn Abdul-Wahhab tidak bisa tetap diam dalam
keadaan seperti itu. Pengetahuannya dan keimanannya membuatnya bertindak.
Ini membuatnya mencoba menyelamatkan orang-orang malang yang mengikuti
kemungkaran dan hawa nafsu itu.
Setelah pendahuluan itu, Al-Atram kemudian mendaftar delapan faktor motivasi
yang membuat ibn Abdul-Wahhab megikuti takdir yang dia ikuti.996 Mesti dicatat,
meski, bahwa dia tidak men-support klaimnya dengan, contohnya, kutipan-kutipan
dari ibn Abdul-Wahhab yang memperlihatkan bahwa semua ini adalah memang
faktor-faktor yang memotivasinya. Namun demikian, dengan membaca seluruh
karya tulis ibn Abdul-Wahhab dan kehidupannya memperlihatkan bahwa
kebanyakan, jika tidak semuanya, faktor-faktor ini barangkali memang ada dalam
pikiran ibn Abdul-Wahhab. Lebih jauh, tak ada seorang pun kecuali Allah yang
benar-benar mengetahui apa yang ada dalam niat dan motivasi seseorang. Namun
demikian, sebelas faktor yang disebutkan al-Atram adalah faktor-faktor penting
yang bisa juga mendorong para pembaca untuk mengambil peran dan pekerjaan
hebat yang dipenuhi ibn Abdul-Wahhab dalam kehidupannya. Demi alasan inilah
sebelas faktor itu kembali dikemukakan disini. Umat Muslim membutuhkan
pemimpin-pemimpin yang kuat dan ulama-ulama yang memberikan motivasi yang
dapat lebih jauh mengambil peran yang telah dimulai oleh reformasi-reformasi ibn
Abdul-Wahhab dan sebelas poin ini seharusnya menjadi faktor-faktor penggerak
yang kuat bagi siapa saja yang memiliki iman sejati dalam hatinya.
Sebelas faktor yang memotivasi tindakan-tindakan dan pencapaian-pencapaian ibn
Abdul-Wahhab menurut Al-Atram itu adalah:
995
996
Siddiqi, vol. 2, hal. 1447.
Al-Atram, vol. 1, hal. 266-267.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 393
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
(1) Memenuhi perintah Tuhan kepada Rasul-Nya (‫ )ﷺ‬dan para pengikutnya:
ِ ‫قُل ه ِذ ِ سبِيلِي أ َْدعو إِ ََل اللَّ ِه علَى ب‬
‫ص َريٍة أَنَا َوَم ِن اتَّبَ َع ِِن‬
ُ
َ َ
َ َْ
ِ
ِ
ِ
‫ْي‬
َ ‫َو ُسْب َحا َن اللَّه َوَما أَنَا م َن الْ ُم ْش ِرك‬
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah,
dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS. Yusuf 12:108).
(2) Untuk memuji Allah dan menyatakan Dia terbebas dari segala sekutu,
sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas,
ِ
ِ
ِ
‫ْي‬
َ ‫َو ُسْب َحا َن اللَّه َوَما أَنَا م َن الْ ُم ْش ِرك‬
“Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS.
Yusuf 12:108).
(3) Untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari kerugian dan prediksi yang
diputuskan untuk umat manusia—keselamatan untuk mereka yang memenuhi
syarat-syarat itu disebutkan dalam surah,
ِ َّ‫﴾ إِال ال‬۲﴿ ‫﴾ إِ َّن اإلنْسا َن لَِفي خس ٍر‬١﴿ ‫والْعص ِر‬
‫ين َآمنُوا‬
‫ذ‬
َْ َ
ُْ
َ
َ
ِ ِ َّ ‫وع ِملُوا‬
ِْ ‫الص‬
﴾۳﴿ ‫ِب‬
ْ ِ‫ال ْوا ب‬
َّ ِ‫ال ْوا ب‬
ََ
َ ‫ا٘تَ ّْق َوتَ َو‬
َ ‫الصا٘تَات َوتَ َو‬
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr 103: 1-3)
(4) Untuk memperoleh kebaikan-kebaikan menyeru orang lain kepada Allah,
sebagaimana diungkapkan dalam ayat,
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 394
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ ‫تَّن دعا إِ ََل اللَّ ِه وع ِمل ل‬ِٟ ‫ومن أَحسن قَوال‬
‫ال إِنَِِّن‬
َ َ‫ا٘تًا َوق‬
َ َ ْ ْ ُ َ ْ ْ ََ
َ َ ََ
ِ
ِِ
‫ْي‬
َ ‫م َن الْ ُم ْسلم‬
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?"” (QS. Fushshilat 41:33).
(5) Untuk memenuhi permintaan dari pernyataan Nabi,
ِ ‫ب أل‬
ِ
‫ب لِنَ ْف ِس ِه‬
ُّ ‫َخْي ِه َما ُُِي‬
َّ ‫َح ُد ُك ْم َح ََّّت ُُِي‬
َ ‫ال يُ ْؤم ُن أ‬
“Salah satu di antara kalian tidak beriman sebelum ia mencintai saudaranya
997
seperti mencintai diri sendiri.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim.)
(6) Karena mengasihi orang-orang itu, menjaga mereka dari api neraka, memenuhi
perintah Nabi (‫ )ﷺ‬yang berkata,
ِ ‫ْار َٔتُْوا َم ْن ِِف األ َْر‬
‫الس َم ِاء‬
َّ ‫رٔتْ ُك ْم َم ْن ِِف‬
َ َ‫ض ي‬
“Kasihilah mereka di dunia dan Tuhan yang Maha Esa yang ada di surga akan
998
mengasihimu.”
(7) Karena mengharap mencapai apa yang digambarkan Nabi (‫ )ﷺ‬saat beliau
berkata,
997
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Nabi saw. bersabda: Salah satu di antara
kalian tidak beriman sebelum ia mencintai saudaranya (atau beliau bersabda: tetangganya)
seperti mencintai diri sendiri. (Shahih Muslim Kitab Iman, hadits No.64)
998
Riwayat Abu Dawud dan al-Tirmidzi. Menurut al-Albaani, hadits ini shahih. Lihat alAlbaani, Shahih Sunan al-Tirmidzi, vol. 2, hal. 180.
Muhammad ibn Abdul Wahhab - Kehidupan, Ajaran-ajaran serta Pengaruhnya
Diterjemahkan oleh Gungun Mulyawan Nawari
Hal. 395
The Life, Teachings and Influence of Muhammad ibn Abdul-Wahhaab- Jamaal Zarabozo
ِ ‫ك رجل و‬
ِ
ِ
‫ك ِم ْن ُٔتْ ِر‬
َ َ‫اح
Download