KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ESDM Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi II. Kebijakan Pengembangan EBT III. Capaian EBTKE IV. Pembangunan EBT V. Tantangan dan Upaya ke Depan KEMENTERIAN ESDM 2 I. KEMENTERIAN Potensi ESDM 3 Potensi Pengembangan EBT 1. Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan dan konservasi yang besar dan tersebar di seluruh tanah air; 2. Akses energi pada beberapa wilayah masih kurang; 3. Komitmen Indonesia terhadap perubahan Iklim (Paris Agreement) dan Nationally Determined Contribution (NDC) khususnya sektor energi; 4. Trend pembangunan berkelanjutan → Pembangunan energi baru terbarukan dan penerapan konservasi energi HARUS dilakukan; 5. Sebagai pendorong ekonomi hijau. KEMENTERIAN ESDM 4 Potensi Energi Baru Terbarukan Panas Bumi Surya 207,8 GWp Sumber Daya : 12,3 GW Reserve : 17,2 GW PLTA, PLTM/H 75 GW PLTA 5,124 GW PLTMH 0,162 GW (7,07%) Bioenergi 32,6 GW Angin 60,6 GW 1,1 MW (0,002%) KEMENTERIAN ESDM Energi Laut 17,9 GW BBN 200 Ribu Bph 1,78 GW (5,5%) 0,0 MW (0,000%) Energi Fosil Cadangan terbukti: • Minyak Bumi : 3,6 miliar barel • Gas Bumi : 100,3 TSCF • Batubara : 7,2 miliar ton Produksi: • Minyak Bumi : 288 Juta barel • Gas Bumi : 2,97 TSCF • Batubara : 434 juta ton Diperkirakan akan habis: • Minyak Bumi : 13 tahun • Gas Bumi : 34 tahun • Batubara : 16 tahun 1,64 GW (5,6%) 0,085 GWp (0,04%) 443,2 GW 8,80 GW (2% terhadap potensi) Kapasitas terpasang Pembangkit saat ini 59.656 MW Rencana Pembangunan Pembangkit 35.000 MW New project +7.500 MW 5 II. Kebijakan Pengembangan EBT KEMENTERIAN ESDM 6 Target Penyediaan Energi Primer EBT Tahun 2025 sesuai RUEN 135 GW Kapasitas Pembangkit Listrik Nasional 45 GW Kapasitas Pembangkit Listrik EBT 23% EBT Gas Bauran EBT 23% 22% Batubara KEMENTERIAN ESDM MTOE MTOE Biofuel MTOE Biomassa 25% Minyak PLT Panas Bumi, 7,2 GW PLT Hidro, 17,9 GW PLT Mikrohidro, 3 GW PLT Bioenergi, 5,5 GW PLT Surya, 6,5 GW PLT Angin, 1,8 GW PLT EBT lainnya, 3 GW 92,2 23,0 ~ 400 MTOE 30% 69,2 Listrik EBT 45 GW 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Biogas CBM 13,69*) juta kilo liter 8,4 juta ton 489,8 juta m3 46,0 mmscfd *) tidak termasuk biofuel untuk pembangkit listrik sebesar 0,7 juta kL tahun 2025 7 Peraturan Pendukung Energi Baru Terbarukan 1. 2. 3. 4. 5. Undang-undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi, Pasal 20 ayat (3) mengamanatkan bahwa penyediaan energi baru dan energi terbarukan wajib ditingkatkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, Pasal 9 mengamanatkan bahwa peran Energi Baru dan Energi Terbarukan paling sedikit 23% tahun 2025 dan paling sedikit 31% tahun 2050 sepanjang keekonomiannya terpenuhi; Peraturan Presiden Nomor 4/2016 tentang Percepatan Infrastruktur Ketenagalistrikan, Pasal 14 mengamanatkan bahwa pelaksanaan percepatan infrastruktur ketenagalistrikan mengutamakan pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan berupa pemberian insentif fiskal, kemudahan Perizinan dan Nonperizinan, penetapan harga beli tenaga listrik dari masingmasing jenis sumber energi baru dan terbarukan, pembentukan badan usaha tersendiri dalam rangka penyediaan tenaga listrik untuk dijual ke PT PLN (Persero), dan/atau penyediaan subsidi. Peraturan Menteri Keuangan tentang insentif fiskal dan non fiskal pengembangan EBT; Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. KEMENTERIAN ESDM 8 III. Capaian EBTKE KEMENTERIAN ESDM 9 Capaian Pengembangan EBTKE (1/2) PEMBANGUNAN PLT PANAS BUMI dalam MW 1.438,5 (2015) 1.643,5 (2016) • Tambahan PLTP tahun 2016 sebesar 205 MW, dari PLTP Sarulla Unit 1 (110 MW), PLTP Lahendong Unit 5&6 (2x20 MW), & PLTP Ulubelu Unit 3 (55 MW); PEMBANGUNAN PLT BIOENERGI dalam MW 1.767,1 (2015) 1.787,9 (2016) Evaluasi feed in tarif yang lebih kompetitif dan mencerminkan efektifitas biaya dengan regionalisasi. • Evaluasi feed in tarif yang lebih kompetitif dan mencerminkan efektifitas biaya dengan regionalisasi. PEMBANGUNAN PLTS dan PLTM/MH dalam MW 273,1 (2015) 282,5 (2016) Evaluasi feed in tarif yang lebih kompetitif dan mencerminkan efektifitas biaya dengan regionalisasi. KEMENTERIAN ESDM BAHAN BAKAR NABATI (BBN) dalam Juta KL 1,65 (2015) 3,03 (2016) • Kebijakan mandatory campuran BBN ke BBM sebesar 20% (B20) pada tahun 2016; • Tantangan pengembangan BBN: Rendahnya harga minyak dunia, menyebabkan selisih harga BBN & BBM tinggi; • Subsidi BBN telah berjalan. 10 Capaian Pengembangan EBTKE (2/2) PENERIMAAN NEGARA dalam Triliun Rupiah 0,88 (2015) 0,907 (2016) INVESTASI dalam Triliun Rupiah 30,10 (2015) 21,22 (2016) Untuk meningkatkan investasi, dilakukan: • Pemberian Kemudahan dan/atau insentif; • Menyediakan mekanisme feed in tariff dalam penetapan harga jual EBT; • Dukungan pemberian insentif fiskal. PENURUNAN EMISI CO2 dalam Juta Ton CO2 29,6 (2015) 31,6 (2016) Penurunan emisi CO2 dilakukan melalui aksi mitigasi: • Target 23% bauran energi primer EBT pada tahun 2025; • Pengelolaan sampah untuk energi listrik; • Penerapan konservasi energi di sektor industri, bangunan gedung dan rumah tangga. KEMENTERIAN ESDM 11 KAPASITAS TERPASANG EBT EBT Listrik Kapasitas Terpasang EBT secara rata-rata naik sebesar 7,9% setiap tahun GW 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 2010 2011 PLT Air 2012 PLTP PLT Bioenergi 2013 PLTMH 2014 PLT Surya 2015 PLT Bayu 2016 TOTAL EBT Non Listrik Juta KL 15 10 5 0 2010 KEMENTERIAN ESDM 2011 2012 *Keterangan : Data diolah dari HEESI dan data DJEBTKE 2013 2014 2015 2016 12 Capaian Energi Baru Terbarukan Juta SBM Produksi EBT secara rata-rata naik sebesar 9,9% setiap tahun 100 90 Bayu 80 Surya 70 Mikro/Mini Hidro 60 Bioenergi (Listrik) 50 Bioenergi (Non Listrik) Panas Bumi 40 Air 30 20 10 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Keterangan Asumsi perhitungan energi primer: - Panas bumi : efisiensi pembangkit (eff) : 33% dan capacity factor (CF) 90% - Bioenergi : efisiensi pembangkit (eff) : 25% dan capacity factor (CF) 30% - Mikrohidro : efisiensi pembangkit (eff) : 25% dan capacity factor (CF) 50% - Surya : efisiensi pembangkit (eff) : 25% dan capacity factor (CF) 10% - Bayu : efisiensi pembangkit (eff) : 25% dan capacity factor (CF) 50% KEMENTERIAN ESDM 13 BAURAN ENERGI PRIMER Tahun 2015 GAS BUMI 22.0% Bauran EBT meningkat rata-rata 0,36% setiap tahun EBT 6.2% % 7 BATU BARA 28.7% 6.2 6 5 4 3 2010 MINYAK BUMI 43.0% No. EBT LISTRIK EBT NON LISTRIK 2 BATU BARA 3 MINYAK BUMI 2010 % % % 4 2012 2013 2014 2015 Tahun JENIS EBT 1 2011 GAS BUMI % TOTAL % Capaian EBT (SBM) 2012 2013 2011 2014 2015 48.184.711 1.262.264 4,42 281.400.000 25,14 518.405.561 46,32 269.942.185 24,12 1.119.194.721 49.766.625 2.032.075 4,63 334.142.760 27,98 546.635.311 45,77 261.708.332 21,91 1.194.285.104 51.684.252 3.786.792 4,96 377.892.961 30,81 533.830.676 43,52 259.456.414 21,15 1.226.651.096 60.680.698 5.932.075 5,18 406.368.974 31,60 542.950.370 42,22 270.134.751 21,00 1.286.066.868 66.732.677 10.443.396 6,35 321.597.105 26,47 544.795.076 44,84 271.375.371 22,34 1.214.943.625 73.497.500 5.179.245 6,20 364.619.216 28,74 545.732.171 43,02 279.632.345 22,04 1.268.660.477 100 100 100 100 100 100 Keterangan: - EBT non listrik adalah pemanfaatan biodiesel - Sumber Data Energi Primer Batubara, Minyak Bumi & Gas Bumi dari Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia, Pusdatin KEMENTERIAN ESDM 14 IV. Pembangunan EBT KEMENTERIAN ESDM 15 ROAD MAP PANAS BUMI (RUEN) TARGET KAPASITAS Penambahan kapasitas terpasang 2016 terdiri dari: 7,000.0 1. PLTP Lahendong Unit 5 & 6 sebesar 2 x 20 MW (Sulawesi Utara) 2. PLTP Ulubelu Unit 3 sebesar 55 MW (Lampung) Kapasitas (MW) 6,000.0 3000 Indonesia peringkat ke-1 dunia melampaui Amerika Peresmian 27 Desember 2016 2500 Indonesia peringkat ke-2 dunia melampaui Filipina 3. PLTP Sarulla Unit 1 110 MW (Sumatera Utara) 5,000.0 2000 4,000.0 1500 1,175.0 999.0 3,000.0 1000 858.0 650.0 616.0 2,000.0 265.0 225.0 205.0 1,000.0 0.0 37.0 110.0 7.5 60.0 450.0 360.0 Tambahan Kapasitas (MW) 8,000.0 500 35.0 - 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Tambahan Kapasitas *Asumsi: Filipina (1.870 MW) dan Amerika (3.450 MW) tidak mengalami penambahan kapasitas KEMENTERIAN ESDM 1616 Rincian Proyek 35.000 MW + 7.000 MW (2016-2019) (Mengacu RUPTL) NO JENIS PEMBANGKIT PROGRAM 35 GW PROGRAM 7 GW KAPASITAS (MW) KAPASITAS (MW) TOTAL KAPASITAS 2016-2019 (MW) % KAPASITAS 1 PLTA 454,0 200,0 654,0 1,52 2 PLTB 180,0 0 180,0 0,42 3 PLT Biomassa 30,0 0 30,0 0,07 4 PLTG 2.043,0 0 2.043,0 4,74 5 PLTGU 7.485,0 30,0 7.515,0 17,42 6 PLTGU/MG 2.150,0 0 2.150,0 4,98 7 PLTM 475,0 74,13 549,13 1,27 8 PLTMG 1.330,0 539,0 1.869,0 4,33 9 PLTP 725,0 650,0 1.375,0 3,19 10 PLTS 2,0 0 2,0 0,00 11 PLTU 19.713,0 6018,5 25.732,0 59,65 12 Pump Storage 1.040,0 0 1.040,0 2,41 35.627 7.512 43.139 100 Total (MW) Kapasitas PLT EBT 3.830 MW (9%) KEMENTERIAN ESDM 17 V. Tantangan dan dan Upaya ke Depan KEMENTERIAN ESDM 18 Tantangan 1. Penyamaan pola pikir dalam pengembangan EBTKE masih perlu ditingkatkan; 2. Skema bisnis dan Insentif belum optimum; 3. Harga relatif masih mahal; 4. Potensi/Cadangan perlu diperbaharui; 5. Kecuali untuk panas bumi (dan sebagian PLTA), belum ada daftar proyek pembangkit EBT yang pasti/committed; 6. Skala kecil dan tersebar, sistem Interkoneksi masih terbatas; 7. Masih terdapat resistensi masyarakat. KEMENTERIAN ESDM 19 UPAYA KE DEPAN Dengan trend pertumbuhan EBT selama 5 tahun terakhir, pencapaian target EBT memerlukan upaya dan strategi khusus; 1. Melakukan sosialisasi untuk penyamaan pola pikir stakeholder dalam pengembangan EBTKE; 2. Mendorong prioritas pengembangan: • Jangka pendek 1-3 tahun: mendorong PLT Bioenergi (PLTBg 1000MW, PLTBm 1000MW), PLTS (5000MW) dan PLTB; • Jangka menengah 4 – 7 tahun: pengembangan panas bumi, PLTA 3. Penyediaan jaringan transmisi melalui APBN dan/atau PLN; 4. Penyempurnaan iklim investasi melalui penyediaan insentif dan kemudahan. 5. Memfasilitasi pelaksanaan Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2017 KEMENTERIAN ESDM 20 UPAYA KE DEPAN Penyempurnaan iklim investasi melalui insentif dan kemudahan: 1. Mendorong proyek-proyek dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) 2. Penyusunan Paket Insentif Percepatan EBT 3. Pemanfaatan pendanaan CTF, bilateral dan multilateral 4. Meningkatkan program Dana Alokasi Khusus EBT 5. Mendorong BUMN sebagai pengembang 6. Pemanfaatan mekanisme perdagangan karbon KEMENTERIAN ESDM 21 www.esdm.go.id KEMENTERIAN ESDM 22 Harga Jual Listrik berdasarkan Permen ESDM No. 12 Tahun 2017 No Jenis Pembangkit 1. PLTP 2. PLTS Fotovoltaik 3. 4. Tarif Listrik (cent USD/kWh) Keterangan BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional B to B BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional min 15 MW (total paket) 85% BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional BPP Setempat BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional ≤ 10 MW 85% BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional, faktor kapasitas min 65% > 10 MW 85% BPP Setempat BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional, beroperasi sesuai kebutuhan sistem 85% BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional BPP Setempat BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional B to B Kesepakatan para Pihak 85% BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional BPP Setempat BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional B to B Kesepakatan para Pihak BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional B to B BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional 85% BPP Setempat BPP Setempat > Rata-Rata BPP Nasional BPP Setempat BPP Setempat ≤ Rata-Rata BPP Nasional Kapasitas PLTA PLTBm ≤ 10 MW > 10 MW 5. PLTBg ≤ 10 MW > 10 MW 6. PLTSa 7. PLTB KEMENTERIAN ESDM min 15 MW (total paket) 23 Peta Harga Pembelian Tenaga Listrik PLTS dan PLTB 1 BPP Regional 14,18 max 12,05 2 Pembelian dari PLTS dan PLTB 12,41 max 10,55 3 6,99 9,01 max 7,66 5 17 14,45 max 12,28 4 6,99 5 6 6,85 5 15 13 5 14 14,72 max 12,51 8,76 max 7,45 6,85 7 Wilayah kelistrikan: 1. Nanggroe Aceh Darussalam 2. Sumatera Utara 3. Riau 4. Sumatera Barat 5. Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu (S2JB) 6. Bangka Belitung 7. Lampung 8. DKI 9. Jawa Barat 10.Jawa Tengah 11.Jawa Timur 12.Bali 13.Kalimantan Barat 14.Kalimantan Selatan dan Tengah 15.Kalimantan Timur 16.Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat 17. Sulawesi Utara dan Gorontalo 18.Nusa Tenggara Barat 19.Nusa Tenggara Timur 20.Maluku 21.Papua KEMENTERIAN ESDM 10 max 8,50 8,03 max 6,83 5,65 8 5,65 5,9 10 9 5,57 5,57 5 20 16 6,88 6,88 11,67 max 9,92 5,9 11 16,62 max 14,13 5 21 13,67 max 11,62 5,81 5,81 5 12 6,33 6,33 18 13,54 max 11,51 19 16,94 max 14,40 Keterangan: - Berdasarkan BPP tahun 2015; - Pembelian tenaga listrik dari PLTS/ PLTB melalui sistem pelelangan dengan minimum total paket mencapai 15 MW; - Masuk dalam RUPTL PT. PLN Persero; - PLTS/ PLTB dapat tersebar di beberapa lokasi. 24 Peta Harga Pembelian Tenaga Listrik PLTM/H, PLTBm, dan PLTBg 1 BPP Regional Pembelian dari PLTM/H, PLTBm, dan PLTBg 14,18 max 12,05 2 12,41 max 10,55 3 6,99 9,01 max 7,66 5 17 14,45 max 12,28 4 6,99 5 6 6,85 5 15 13 5 14 14,72 max 12,51 8,76 max 7,45 6,85 7 Wilayah kelistrikan: 1. Nanggroe Aceh Darussalam 2. Sumatera Utara 3. Riau 4. Sumatera Barat 5. Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu (S2JB) 6. Bangka Belitung 7. Lampung 8. DKI 9. Jawa Barat 10.Jawa Tengah 11.Jawa Timur 12.Bali 13.Kalimantan Barat 14.Kalimantan Selatan dan Tengah 15.Kalimantan Timur 16.Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat 17. Sulawesi Utara dan Gorontalo 18.Nusa Tenggara Barat 19.Nusa Tenggara Timur 20.Maluku 21.Papua KEMENTERIAN ESDM 10 max 8,50 8,03 max 6,83 5,65 8 5,65 5,9 10 9 5,57 5,57 5 20 16 6,88 6,88 11,67 max 9,92 5,9 11 16,62 max 14,13 5 21 13,67 max 11,62 5,81 5,81 5 12 6,33 6,33 18 13,54 max 11,51 19 16,94 max 14,40 Keterangan: - Berdasarkan BPP Tahun 2015. 25 Peta Harga Pembelian Tenaga Listrik PLTP dan PLTSa 1 BPP Regional Pembelian dari PLTP dan PLTSa B-B (Kesepakatan Para Pihak) 14,18 max 14,18 2 12,41 max 12,41 3 6,99 9,01 max 9,01 5 17 14,45 max 14,45 4 B-B 5 6 6,85 5 15 13 5 14 14,72 max 14,72 8,76 max 8,76 B-B 7 Wilayah kelistrikan: 1. Nanggroe Aceh Darussalam 2. Sumatera Utara 3. Riau 4. Sumatera Barat 5. Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu (S2JB) 6. Bangka Belitung 7. Lampung 8. DKI 9. Jawa Barat 10.Jawa Tengah 11.Jawa Timur 12.Bali 13.Kalimantan Barat 14.Kalimantan Selatan dan Tengah 15.Kalimantan Timur 16.Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat 17. Sulawesi Utara dan Gorontalo 18.Nusa Tenggara Barat 19.Nusa Tenggara Timur 20.Maluku 21.Papua KEMENTERIAN ESDM 10 max 10 8,03 max 8,03 5,65 8 B-B 5,9 10 9 5,57 B-B 5 20 16 6,88 B-B 11,67 max 11,67 B-B 11 16,62 max 16,62 5 21 13,67 max 13,67 5,81 B-B 5 12 6,33 B-B 18 13,54 max 13,54 19 16,94 max 16,94 Keterangan: - Berdasarkan BPP Tahun 2015. 26 Matrik Pembangkitan Energi Baru Terbarukan No. Jenis Energi Terbarukan Efisiensi Pembangkitan Faktor Kapasitas (CF) Harga Keekonomian Tenaga Listrik (cent USD/kWh) *) 1. Pembangkit Listrik Tenga Surya (PLTS) 25% 0,1 9,08 – 13,26 2. Pembangkit Listrik Tenga Bayu (PLTB) 25% 0,5 9,08 – 13,26 3. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) 25% 0,65 7,85 – 11,78 4. Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) 25% 0,3 7,47 – 10,09 5. Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) 25% 0,3 10,45 – 12,86 6. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) 25% 0,3 13,58 – 24,92 7. Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) 33% 0,9 10,6 – 34,6 Keterangan : Harga Keekonomian dipengaruhi oleh Insentif Pajak Penghasilan dan PPN, Suku Bunga, Harga Lahan, Kapasitas Terpasang (MW), Harga Bahan Baku, dan Tipping Fee (PLTSa) KEMENTERIAN ESDM 27