kebijakan pengelolaan listrik dari energi terbarukan

advertisement
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERALKETENAGALISTRIKAN
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LISTRIK DARI ENERGI TERBARUKAN
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan
Dialog Energi Tahun 2017 DEWAN ENERGI NASIONAL
Hotel Luwansa Jakarta | 2 Maret 2017
Kementerian ESDM Republik Indonesia
0
OUTLINE PRESENTASI
I.
Latar Belakang BPP sebagai Acuan Permen ESDM Baru
II. Pokok-pokok dalam PerjanjianJual Beli Tenaga Listrik
(PERMEN ESDM NO. 10 TAHUN 2017)
III. Pokok pokok pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk
penyediaan tenaga listrik (PERMEN ESDM NO. 12 TAHUN 2017)
IV. Peluang Investasi dan Potensi Pengembangan
Energi Baru Terbarukan Indonesia dengan terbitnya Permen 12
Tahun 2017
I
Latar Belakang BPP sebagai Acuan
Peraturan Menteri ESDM Baru
LANDASAN HUKUM
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
BAB II : Asas dan Tujuan
Pasal 2, ayat (2)
Pembangunan ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga
listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara
adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
KementerianESDM Republik Indonesia
1
PERUBAHAN KEBIJAKAN TARIF
Pada tahun 2013, Pemerintah mengubah pengaturan formula tarif
Sebelum 2013
BPP + (7% BPP)
margin
(Tidak ada insentif untuk lebih efisien)
Sejak 2013
Tarif Listrik keekonomian
(berdasarkan asumsi tertentu)
Untuk meningkatkan margin, harus
lebih efisien
ESDM for People’s Welfare
TARIF TENAGA LISTRIK KEEKONOMIAN
Formula:
Margin = Tarif Keekonomian - BPP
Asumsi tarif keekonomian tahun 2013:
 Persentase BBM dalam energy mix = 9,7% ;
 Asumsi kurs 1 USD = Rp. 9.300;
 Penerapan tariff adjustment untuk meng-cover perubahan biaya diluar
kendali PLN yaitu ICP, kurs, dan inflasi.
ESDM for People’s Welfare
KOMPOSISI BPP TENAGA LISTRIK APBN TA 2017
KOMPOSISI BIAYA BAHAN BAKAR
Panas Bumi,
3.3%
Air, 0.4%
BBM, 13.0%
Minyak&Pelumas,
0.3%
Batubara,
33.5%
Gas, 49.5%
Keterangan: Biaya bahan bakar batubara terhadap BPP sebesar 12,8%
KOMPOSISI BIAYA PEMBELIAN LISTRIK IPP DAN SEWA
PLTD 3,5%
Sewa 4,3%
PLTS 0,4%
Komponen
A,B,D,E
30,1%
PLTBm 2,2%
6, 6.6%
Batubara 52,6%
Panas Bumi
11,5%
Gas 11,0%
PLTU MT 8,0%
Komponen C
22,5%
BPP PEMBANGKITAN 2015
(rata-rata per Wilayah)
BPP Tenaga Listrik 2015 (Audited)
No.
Uraian
Rp/kWh
cUSD/kwh
1
BPP Pembangkitan
998,12
7,50
2
BPP Tegangan Tinggi
1.069,92
8,04
3
BPP Tegangan Menengah
1.137,06
8,55
4
BPP Tegangan Rendah
1.308,88
9,84
5
BPP rata-rata
1.236,31
cUSD/kwh
16.62 16.94
13.54 13.67
14.72
14.18 14.45
12.41
11.67
9,30
10.00
8.76 9.01
6.85
5.57 5.65 5.81 5.90
Keterangan:
Asumsi Kurs Rp. 13.300/USD
6.88
6.99
BPP
pembangkitan
rata-rata
cUSD 7,50/kWh
8.03
6.33
Diolah dari Laporan Audit BPK 2015
II
Pokok-Pokok Dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik
(PERMEN ESDM NO. 10 TAHUN 2017)
MAKSUD DAN RUANG LINGKUP PENGATURAN
 Agar terjadi kesetaraan risiko dalam jual beli listrik antara penjual
(IPP) dan pembeli (PLN) khususnya terkait aspek komersial.
 Untuk memberikan payung hukum agar pembangkit yang masuk
ke sistem wajib memenuhi keandalan sistem yang
dipersyaratkan.
 Mengatur PJBL untuk seluruh jenis Pembangkit termasuk panas
bumi, PLTA dan PLT Biomass. Untuk pembangkit EBT yang
intermiten dan Hidro dibawah 10 MW, diatur dalam peraturan
tersendiri.
 Sebagai tindak lanjut dari Amar Putusan Mahkamah Konstitusi
No. 111/PUU-XIII/2015
JANGKA WAKTU PERJANJIAN
 Jangka waktu Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBL)
paling lama 30 tahun, dengan mempertimbangkan jenis
pembangkit, dan dihitung sejak COD
 PJBL menggunakan pola kerjasama berupa Build, Own,
Operate, Transfer (BOOT)
 Dalam PJBL, biaya kapasitas (komponen A) pada harga jual
tenaga listrik dihitung
berdasarkan nilai investasi yang
didepresiasi sekurang-kurangnya 20 tahun.
 Ketentuan detail lain mengenai pola kerja sama diatur dalam
PJBL
KETENTUAN KOMISIONING DAN COD
 Ketentuan Komisioning wajib mengacu pada Permen ESDM No
5/2014 jo. 10/2016 tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi
Ketenagalistrikan.
 Pengoperasian wajib mengacu pada Permen ESDM tentang Grid
Code yang telah tersusun:
 Jawa Madura Bali
 Sumatera
 Sulawesi
 Kalimantan
 Ketentuan COD:
 Jika terjadi percepatan COD karena diminta PLN  berhak mendapat
insentif
 Jika terjadi keterlambatan  pinalti
TRANSAKSI
 PLN wajib membeli listrik sesuai Availability Factor (AF) atau Capacity Factor
(CF) dengan harga sesuai persetujuan harga jual.
 IPP wajib menyediakan energi sesuai kontrak (ketentuan deliver or pay).
Dalam hal penjual tidak dapat mengirimkan energi listrik sesuai kontrak
karena kesalahan penjual, maka penjual wajib membayar pinalti kepada
PLN.
Pinalti proporsional sesuai biaya yang dikeluarkan PLN untuk menggantikan
energi yang tidak dapat disalurkan.
 Dalam hal PLN tidak dapat menyerap energi listrik sesuai kontrak karena
kesalahan PLN, maka PLN wajib membayar pinalti kepada penjual (take or
pay). Pinalti proporsional sesuai komponen investasi
 Pelaksanaan operasi sistem untuk memenuhi kebutuhan beban melalui
pembangkitan dengan biaya termurah (least cost)
 Pengendali operasi sistem (dispatcher) wajib melaporkan kepada
pemerintah, terutama pelaksanaan Performance Guarantee untuk pinalti
bulanan
III
Pokok-Pokok Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk
Penyediaan Tenaga Listrik (PERMEN ESDM No. 12 TAHUN 2017)
MAKSUD DAN RUANG LINGKUP PENGATURAN
• Sebagai pedoman bagi PLN dalam melakukan pembelian TL dari
pembangkit Energi Terbarukan (PLTS , PLTB, PLTA, PLTBm, PLTBg, PLTSa
dan PLTP).
• Pembelian dari energi terbarukan berbasis teknologi tinggi, efisiensi
sangat variatif, dan sangat tergantung pada tingkat irradiasi atau cuaca
setempat (surya dan angin) dilakukan melalui pelelangan berdasarkan
kuota kapasitas.
• Pembelian tenaga listrik dari pembangkit energi terbarukan dilakukan
dengan mekanisme harga patokan atau pemilihan langsung
• PLN wajib mengoperasikan pembangkit energi terbarukan dengan
kapasitas s.d. 10 MW secara terus menerus (must run).
HARGA PEMBELIAN
No.
Tarif
Jenis Energi
Terbarukan
Pelaksanaan Pembelian
BPP sistem setempat > BPP
nasional
BPP sistem setempat ≤
BPP nasional
1.
PLTS Fotovoltaik
Pelelangan berdasarkan kuota kapasitas yang ditawarkan
Maximum 85% x BPP sistem
setempat
100% x BPP setempat
2.
PLTB
Pelelangan berdasarkan kuota kapasitas yang ditawarkan
Maximum 85% x BPP sistem
setempat
100% x BPP setempat
Harga Patokan
Maximum 85% x BPP sistem
setempat
100% x BPP setempat
3.
PLTA
Pemilihan Langsung
Harga ditentukan pada proses pemilihan langsung
a. Tenaga Air ≤ 10 MW: Capacity Factor paling sedikit 65%
b. Tenaga Air > 10 MW: Capacity Factor tergantung kebutuhan sistem
4.
5.
PLTP
Harga Patokan
Maximum 100% BPP sistem
setempat
Kesepakatan para pihak
Harga Patokan (Kapasitas ≤ 10 MW)
Maximum 85% x BPP sistem
setempat
100% x BPP setempat
PLTBm
Pemilihan Langsung (Kapasitas > 10 MW)
Harga Patokan (Kapasitas ≤ 10 MW)
6.
PLTBg
Pemilihan Langsung (Kapasitas > 10 MW)
7.
PLTSa
Harga Patokan
Harga ditentukan pada proses pemilihan langsung
Maximum 85% x BPP sistem
setempat
100% x BPP setempat
Harga ditentukan pada proses pemilihan langsung
Maximum 100% BPP sistem
setempat
BPP Pembangkitan sistem setempat dan rata – rata BPP Pembangkitan nasional merupakan BPP Pembangkitan nasional pada
tahun sebelumnya yang telah ditetapkan oleh Menteri berdasarkan usulan PT PLN (Persero).
Kesepakatan para pihak
HAL-HAL LAIN YANG DIATUR (1)
(1) Untuk PLTA dan PLTP, pola kerja sama membangun, memiliki, mengoperasikan dan
mengalihkan (Build, Own, Operate, and Transfer/BOOT).
(2) Pembangunan jaringan tenaga listrik untuk evakuasi daya dari PLTA, PLTBm, PLTBg, PLTP ke titik
sambung PT PLN (Persero) dapat dilakukan oleh PPL berdasarkan mekanisme yang saling
menguntungkan (Business to Business).
(3) PT PLN (Persero) wajib melakukan uji tuntas (due diligence) atas kemampuan teknis dan
finansial dari PPL.
(4) Uji tuntas (due diligence) dapat dilakukan oleh pihak procurement agent yang ditunjuk oleh PT
PLN (Persero).
(5) Usulan pengembangan pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan Sumber Energi
Terbarukan dari PPL kepada PT PLN (Persero) harus dilengkapi dengan kajian kelayakan
penyambungan sistem ketenagalistrikan.
(6) Mengutamakan penggunaan TKDN.
(7) Komponen dalam negeri yang digunakan dalam sistem pembangkit tenaga listrik harus
memenuhi Standar Nasional Indonesia di bidang ketenagalistrikan; Standar Internasional; atau
Standar negara lain yang tidak bertentangan dengan ISO atau IEC.
(8) Konstruksi pembangkit tenaga listrik harus memenuhi Standar Nasional Indonesia di bidang
ketenagalistrikan; Standar Internasional; Standar negara lain yang tidak bertentangan dengan
ISO atau IEC; atau Standar PLN.
HAL-HAL LAIN YANG DIATUR (2)
(9)
PT PLN (Persero) wajib:
a. menginformasikan secara terbuka kondisi sistem ketenagalistrikan setempat yang siap
menerima pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan Sumber Energi Terbarukan.
b. menginformasikan secara terbatas rata-rata BPP Pembangkitan pada sistem
ketenagalistrikan setempat kepada PPL yang berminat mengembangkan pembangkit
tenaga listrik yang memanfaatkan Sumber Energi Terbarukan.
(10) PT PLN (Persero) wajib menyusun dan mempublikasikan:
a. standar dokumen pengadaan pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan Sumber
Energi Terbarukan; dan
b. standar PJBL untuk masing-masing jenis pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan
Sumber Energi Terbarukan.
Pokok-pokok PJBL mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan (Peraturan
Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2017).
(11)
a. Dalam hal PPL terlambat dalam menyelesaikan pembangunan pembangkit tenaga listrik
PPL dikenakan sanksi dan/atau penalti.
b. Dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2017 tentang PJBL, diatur pemberian
penalti apabila PPL terlambat menyelesaikan pembangunan; dan diberi reward apabila
PPL menyelesaikan pembangunan lebih cepat (atas permintaan PLN).
c. Sanksi dan/atau penalti dituangkan dalam PJBL.
IV
Peluang Investasi dan Potensi Pengembangan
Energi Baru Terbarukan Indonesia
KEBIJAKAN BAURAN ENERGI PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK
Energi Baru dan Terbarukan
BBM
Gas
Batubara
BAURAN ENERGI PRIMER
(Kebijakan Energi Nasional, PP No.79/2014)
Coal
27%
Gas
21%
New and
Renewable
Energy
5%
23%
Oil
47%
30%
* tidak termasuk biomassa
REALISASI 2015
22%
25%
TARGET 2025
BAURAN ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK
(Draft RUKN 2015-2034)
New and
Renewable
Energy Oil
10% 9%
Coal
56%
Gas
25%
REALISASI 2015
DITJEN GATRIK
KEMENTERIAN ESDM
25%
50%
1%
24%
TARGET 2025
21
Perkembangan energi terbarukan global (1/3)
Perkembangan harga listrik tenaga surya (PLTS) di berbagai Negara
cent $/kWh
35
Harga listrik tenaga surya:
30
•6 negara harga dibawah 5 cent/kWh (UAE, Chile,
Peru, Mexico, USA, Saudi Arabia)
•16 negara harga dibawah 10 cent/kWh
25
20
15
10
5
0
Sumber: IRENA, Rethinking Energy 2017, 2017
website: www.esdm.go.id
|
facebook: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
|
twitter:@KementerianESDM
|
instagram:@kesdm
|
youtube:Kementerian ESDM
2
Perkembangan energi terbarukan global (2/3)
Penurunan harga PLTS rooftop di Jerman
5.000 €/kWp atau
Perkembangan tenologi (learning
curve), menyebabkan harga ratarata PLTS rooftop turun 75 % dalam
10 tahun, atau 13% per tahun.
6.443 $/kWp
59 juta Rp/kWp
1.270 €/kWp atau
1.346 $/kWp
18 juta Rp/kWp
Harga rata-rata untuk kapasitas 10-100 kWp
website: www.esdm.go.id
|
facebook: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
|
twitter:@KementerianESDM
|
instagram:@kesdm
|
youtube:Kementerian ESDM
3
Perkembangan energi terbarukan global (3/3)
Lelang proyek energi terbarukan tahun 2016
website: www.esdm.go.id
Sumber: IRENA, Rethinking Energy 2017, 2017
|
facebook: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
|
LOKASI
Kapasitas
Bidder
Harga
twitter: @KementerianESDM
|
instagram: @kesdm
: ABU DHABI
: 350 MW
: JinkoSolar and Marubeni
: 2,42 cent$/kWh
|
•
•
•
•
•
Menetapkan prosedur dan jadwal lelang yang jelas
Kemudahan soft loan
Pajak yang rendah
Penugasan off-taker yang reliable
Long term vision
youtube: Kementerian ESDM
4
Peluang investasi EBT masih terbuka & ekonomis
18.9
26.9
26.9
23.9
22.9
17.9
19.2 18.9
22.9
17.6
17.9
10.9
19.2
17.6
17.6
17.9
17.9
PLTBm
PLTP
PLTP
23.9
PLTMH
18.9
18.9
PLTA
22.9
22.9
Babel
10.9
10.9
10.9
TB
12,41
10,55
Babel Maluku
MalukuSulutenggo
Riau
Aceh
Babel
NTBNTB
9,01
Babel
7,66
NTB
PLTP
PLTP
NTT
PLTA
PLTA
PLTSa 18.9
19.2
Babel
Total
10
Aceh
Sulutenggo
8,50
1.36
Sulselrabar
Maluku
NTBKalselteng
Riau
14,72
12,51
8,76
7,45
10.9
4.9
4.9
Terdapat potensi EBT sekitar 210 GW
Pada 13 wilayah prioritas
Babel
Maluku
Babel
yang keekonomiannya menarik
(BPP setempat > BPP nasional)
Aceh
17.6
13.1
10.9
13.1
10.9
Kaltim
10.9
26.9
Kalbar
PLTBm
PLTB
PLTSa
Total
Total
NTT
11,67 Sumut
9,92
NTT
Total
Babel
Sumut Maluku
Kaltim
Kaltim
Kalbar
18.9
17.9
17.6
NTB
Kalbar
Papua
16,62
14,13
0.08
19.2
18.9
17.9
22.9
Kaltim
19.2
18.9
23.9
22.9
Kalbar
Riau
Papua
PLTB
33.4
23.9
22.9
Papua
26.9
Total
23.9
19.2
13.1
13,54
11,51
NTB
Aceh
Riau
Riau
Aceh
Sulutenggo
NTT Sulutenggo
Sumut
Aceh
Sulutenggo
NTT
16,94
14,40
NTT
Kaltim
Sumut
Aceh
Sulutenggo
NTT
PLTA
4.9
Babel
Maluku
NTB
Riau
Maluku
NTB
PLTS
PLTS Total
PLTP
Total
PLTMH
33.4
33.4
PLTS
26.9
Sulselrabar Kalselteng
Sulutenggo
NTT
Sumut
8,03
17.9
17.6
6,83
PLTMHPLTMH
Papua
PLTS
PLTS
4.9
19.2
18.9
17.9
PLTP
PLTPTotal
17.6
PLTB 23.9
PLTB
PLTP
PLTP
PLTBmPLTBm
PLTS
PLTSa
PLTA PLTA
PLTB
PLTBg
22.9
17.9
Total
0.08
33.4
PLTB
PLTBg
13.1
Sumut
4.9
1.36
“
Sulutenggo
Sumut Kaltim
Kaltim Kalbar
Kalbar Sulutenggo
Papua
NTB
Riau
Aceh
Papua
Sumut
Papua
14,45
Riau
12,28
PLTSa
PLTBg
PLTBm
PLTBm
19.2
PLTMH
PLTMH
PLTS
13.1
AcehSulutenggo
Sulutenggo
NTT
Babel
Maluku
Sumut
Kaltim
Kalbar
Aceh
NTT
10.9
Maluku
18.9
PLTB
17.6
Riau
NTT
Riau
19.2
PLTB
Total
26.9
22.9
PLTMH
13.1
13.1
Maluku
NTB
Riau
Aceh
10.9
PLTS
PLTS
PLTA
Total
26.9setempat
100% BPP
PLTBm
POTENSI EBT
PLTP
Giga Watt (GW)
33.4
PLTMH
PLTSa PLTA
23.9
setempat
22.9
23.9
PLTBg 85% BPP
PLTBg
23.9
23.9
PLTBg
PLTMH
4.9
4.9 4.9
4.9 Kaltim
Aceh NTTSulutenggo
Papua
tenggo
Sumut NTTKaltim Sumut
Kalbar
Papua Kalbar
14,18
12,05
PLTSa
PLTSa
PLTSa 26.926.9
PLTBm
18.9
17.6PLTA 17.9 17.6
17.9
PLTP
19.2
19.2
PLTB
13.1
13.1
3.1
PLTBg
PLTBm26.9
22.94.9
33.4
33.4
13.133.4
PLTBg
23.9
19.2
18.9
PLTSa
PLTSa
BPP setempat
33.4
cent$/kWh
17.9
17.6
PLTBg
23.9
22.9
33.4
33.4 besar,
Potensi EBT masih sangat
fokus di 13 wilayah prioritas
19.2
18.9
PLTSa
26.9
Sumut
Kalbar
Kaltim
Kaltim
Papua
Kalbar
26.9PLTSa
PLTSa
PLTBg
PLTBg
PLTBm
PLTBm
PLTP
PLTP
PLTMH
PLTMH
PLTA
PLTA
PLTB
PLTB
PLTS
PLTS
Total
Total
Kalbar
Papua
Papua
13,67
11,62
#3 | 13 kontrak listrik di 6 wilayah:
Harganya dibawah Permen 12/2017
Tercatat setidaknya
13 Power Purchase
Agreement (PPA)
listrik yang telah
ditandatangani
antara PLN dan IPP:
Jenis/ Nama
Pembangkit Listrik
Wilayah
1. PLTA Manippi
2 Suluttenggo
<
10 MW
6,83
2. PLTA Poso
3. PLTP Lahendong 5&6
235 MW
9,92-11,67
900 MW
10,55-12,41
3 Sumut
4.
5.
6.
7.
8.
4 Aceh
9. PLTP Jaboi
10 MW
14,18
Investasi EBT terbukti
masih menarik,
khususnya di daerah yang
5 NTT
10.PLTP Atadei
11.PLTP Sokoria
30 MW
16,94
BPP setempat > BPP Nasional
6 Babel
12.PLTBm Bangka
13.PLTBm Belitung
12 MW
12,51
Harganya dibawah
Permen 12/2017
1 Sulselbar
Kapasitas
Harga pada
Permen 12/2017
(cent/kWh)
PLTA Asahan 1
PLTA Wampu
PLTP Sarulla
PLTP Sibayak
PLTP Sorik Merapi
PPA ke 13 Pembangit di atas, harganya dibawah harga yang terdapat pada Permen 12/2017
www.esdm.go.id
Kementerian ESDM Republik Indonesia
6
Download