38 PRINSIP HUKUM PENGAMANAN EKSEKUSI BENDA JAMINAN FIDUSIA OLEH KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Oleh Kukuh Sugiarto Kurniawan S.H., M.H. Abstract Indonesian National Police are in charge of the state apparatus and serves to maintain security and public order, law enforcement, protection, guidance, and service to the community. Police of the Republic of Indonesia as a country that is authorized to provide security assistance in the implementation or execution of court decisions fiduciary. The fiduciary safeguards provisions contained in the Police Regulation No.8 of 2011. Police Regulation No.8 of 2011 as a guideline for the Indonesian National Police to secure the execution of fiduciary. Fiduciary execution is an integral part of the law of civil procedure, so the Police Regulation 8 of 2011 must not be contrary to the law of civil procedure. . Keywords: Fiduciary Guarantie, Execution, Indonesian Police JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 39 Hal tersebut bertentangan dengan prosedur PENDAHULUAN eksekusi grosse akta dimana wewenang Ketentuan Pasal 30 Undang- Undang Jaminan Fidusia mewajibkan tunggal dalam melaksanakan eksekusi adalah Ketua Pengadilan Negeri. kepada Pemberi Fidusia (debitur) untuk Pertimbangan utama dikeluarkannya menyerahkan benda yang menjadi obyek Perkap No.8 Tahun 2011 tersebut antara Jaminan rangka lain bahwa Kepolisian Negara Republik pelaksanaan eksekusi Jaminan Fidusia. Indonesia merupakan alat negara yang Kemudian dalam Penjelasan Pasal 30 bertugas dan Undang-Undang Fidusia keamanan dan ketertiban masyarakat, menyatakan “Dalam hal Pemberi Fidusia penegakan tidak menyerahkan benda yang menjadi pengayoman, obyek masyarakat. Fidusia Jaminan dalam Jaminan Fidusia pada waktu berfungsi memelihara hukum, perlindungan, dan pelayanan Sebagai kepada alat negara, eksekusi dilaksanakan, Penerima Fidusia Kepolisian Negara Republik Indonesia berhak mengambil benda yang menjadi berwenang obyek Jaminan Fidusia dan apabila perlu pengamanan dapat pengadilan atau eksekusi jaminan Fidusia, meminta bantuan pihak yang berwenang”. kegiatan Untuk mengamankan pelaksanaan eksekusi Fidusia, bantuan pelaksanaan instansi lain, putusan dan kegiatan masyarakat. Eksekusi Jaminan Fidusia Polri mempunyai kekuatan hukum mengikat No.8 yang sama dengan putusan pengadilan Tahun 2011 yang berlaku sejak 22 Juni yang telah berkekuatan hukum tetap, 2011 dengan tujuan agar pelaksanaan sehingga memerlukan pengamanan dari eksekusi Jaminan Fidusia terselenggara Kepolisian Negara Republik Indonesia. menerbitkan jaminan memberikan Peraturan Kapolri secara aman, tertib, lancar, dan dapat Jika terjadi kredit macet dan dipertanggungjawabkan. Adapun dalam eksekusi atau penarikan barang begerak proses pengamanan eksekusi atas Jaminan yang menjadi jaminan kredit, maka atas Fidusia tersebut tercantum dalam Pasal 7 dasar Peraturan Kapolri No.8 tahun 2011 yang diharapkan agar menyatakan pelaksanaan eksekusi permohonan pengamanan Peraturan Kapolri tersebut, terselenggaranya jaminan fidusia eksekusi tersebut harus diajukan secara secara aman, tertib, lancar, dan dapat tertulis oleh penerima Jaminan Fidusia dipertanggungjawabkan. Dengan adanya atau kuasa hukumnya kepada Kapolda atau peraturan Kapolres tempat eksekusi dilaksanakan. mengatur fidusia itu, maka akan lebih dan undang-undang yang JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 40 menciptakan proses eksekusi dengan Kepolisian Negara Repulik Indonesia terlindunginya keselamatan dan keamanan sudah sesuai dengan konstruksi hukum penerima pemberi acara perdata yang berlaku ? (3) Apakah jaminan fidusia, atau masyarakat dari akibat hukum pelaksanaan eksekusi benda perbuatan menimbulkan jaminan fidusia oleh penerima fidusia kerugian harta benda dan keselamatan berdasarkan Peraturan Kapolri No.8 Tahun jiwa. Prinsip-prinsip peraturan ini meliputi 2011 legalitas, yaitu pelaksanaan pengamanan Jaminan Fidusia ? jaminan yang fidusia, dapat tentang Pengamanan Eksekusi eksekusi jaminan fidusia harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- PEMBAHASAN undangan. Pengamanan eksekusi jaminan fidusia diberikan berdasarkan penilaian situasi dan kondisi yang dihadapi. Selain itu, dalam pengamanan eksekusi, juga dilaksanakan secara proporsionalitas, yaitu pengamanan eksekusi jaminan fidusia dilaksanakan dengan memperhitungkan hakikat ancaman pelibatan yang dihadapi dan kekuatan, akuntabilitas, serta yakni memenuhi pelaksanaan pengamanan eksekusi jaminan fidusia dapat dipertang-gungjawabkan. Dalam pelaksanaan pengamanan eksekusi oleh Polri harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan tersebut di atas, maka penulis mencoba mengidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut : (1) Apa sajakah prinsip-prinsip eksekusi benda jaminan fidusia yang harus dipatuhi? (2) Apakah standar pengamanan eksekusi benda jaminan fidusia oleh Prinsip-Prinsip Eksekusi Benda Jaminan Fidusia Yang Harus Dipatuhi Dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia dikatakan bahwa debitur dan kreditur dalam perjanjian jaminan fidusia berkewajiban untuk memenuhi prestasi (Pasal 4 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999). Secara a contrario dapat dikatakan bahwa apabila debitur atau kreditur tidak memenuhi kewajiban melakukan prestasi, salah satu pihak dikatakan wanprestasi. Fokus perhatian dalam masalah jaminan fidusia adalah wanprestasi dari debitur pemberi fidusia. Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak menggunakan kata wanprestasi melainkan cedera janji. Tindakan eksekutorial atau lebih dikenal dengan eksekusi pada dasarnya adalah tindakan menjalankan melaksanakan keputusan Menurut Pasal eksekusi adalah 195 HIR atau pengadilan. pengertian menjalankan putusan JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 41 hakim oleh menunjukkan pengadilan. bahwa Hal piutang ini apakah yang mencari pembeli adalah kreditur debitur atau kreditur. Uang hasil penjualan menindih pada seluruh harta debitur tanpa kecuali. 1 Pelaksanaan eksekusi jaminan diserahkan kepada kreditor untuk diperhitungkan dengan hutang debitur. fidusia diatur di dalam ketentuan Pasal 29 Kalau sampai dengan Pasal 34 Undang-Undang dikembalikan kepada debitor pemberi Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan fudusia, tetapi jika tidak mencukupi untuk Fidusia. melunasi Asas servanda” perjanjian hutang, uang debitur tersebut tetap bertanggung jawab untuk melunasinya.3 Dalam ketentuan Pasal 30 Undang- memberikan penjaminan fidusia di bawah undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang tangan tidak dapat dilakukan eksekusi Jaminan Fidusia menyatakan : Pemberi sendiri. Proses eksekusi harus dilakukan Fidusia wajib menyerahkan Benda yang dengan cara mengajukan gugatan perdata menjadi objek Jaminan Fidusia dalam ke Pengadilan Negeri melalui proses rangka pelaksanaan eksekusi Jaminan hukum acara yang normal hingga turunnya Fidusia. Dalam hal Pemberi Fidusia tidak putusan pengadilan. Inilah pilihan yang menyerahkan Benda yang menjadi objek prosedural hukum formil agar dapat Jaminan Fidusia pada waktu eksekusi menjaga keadilan dan penegakan terhadap dilaksanakan, Penerima Fidusia berhak dikandungnya.2 mengambil Benda yang menjadi objek Rasio yuridis penjualan jaminan fidusia Jaminan Fidusia dan apabila perlu dapat secara di bawah tangan adalah untuk meminta bantuan pihak yang berwenang. materiil memperoleh yang biaya perjanjian sun sisanya, yang hukum terhadap “pacta ada tertinggi dan Dari pengaturan pasal-pasal dapat menguntungkan kedua belah pihak. Oleh dilihat bahwa eksekusi Jaminan Fidusia karena itu, perlu kesepakatan antara dapat dilakukan melalui cara-cara, antara debitur dengan kreditur tentang cara lain : menjual benda jaminan fidusia. Misalnya, 1) Eksekusi langsung dengan titel eksekutorial 1 2 Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan, Yogyakarta, Laksbang Pressindo, cetakan II, 2008, hlm.125, kekuatannya MKN UNSRI, Senin, 12 Oktober 2009, “Eksekusi Objek Jaminan Fidusia Dengan Akta Dibawah Tangan” tersedia di website http://mknunsri.blogspot.com/ 2009/10/eksekusi-objekjaminan-fidusia-dengan.html diakses tanggal 16 Februari 2013 tetap. yang berarti dengan sama putusan pengadilan yang berkekuatan hukum 3 Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Alumni: Bandung, 2006, hlm.54 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 42 2) Pelelangan Umum atau Parate kecuali.4 Banyak orang yang eksekusi menyebutkan eksekusi identik dengan 3) pelaksanaan putusan hakim yang telah Penjualan di bawah tangan 4) Eksekusi terhadap barang berkekuatan hukum tetap, namun dalam perdagangan dan efek yang dapat prakteknya hal diperdagangkan. sepenuhnya sama. 5) Eksekusi lewat gugatan biasa tersebut Eksekusi tidaklah selalu identik dengan pelaksanaan Menurut Pasal 197 ayat (5) HIR atau Pasal 209 ayat (4) RBG Pejabat yang menjalankan eksekusi diperintahkan secara tegas acara” eksekusi. untuk membuat ”berita Keabsahan formal eksekusi hanya dapat dibuktikan dengan berita acara, menjalankan eksekusi ini harus dituangkan dalam berita acara dan harus disaksikan dan ditandatangani oleh pihak yang menjalankan eksekusi dan dua orang saksi dianggap tidak sah, karena belum memenuhi syarat formal cara menjalankan eksekusi. Apalagi keikusertaan tereksekusi menandatangani sangat penting artinya, sebagai alat untuk mematahkan tuduhan dikemudian hari. Tindakan eksekutorial atau lebih dikenal dengan eksekusi pada dasarnya adalah tindakan menjalankan melaksanakan keputusan Menurut Pasal 195 eksekusi putusan adalah hakim atau pengadilan. HIR tidaklah pengertian menjalankan oleh pengadilan. Hal ini menunjukkan bahwa piutang kreditur menindih pada seluruh harta debitur tanpa putusan yang tetap, mengingat dalam hakim syarat utama suatu eksekusi harus memiliki “titel”, dan oleh karena dalam “titel” tersebut terkandung “hak” seseorang yang harus dilaksanakan. Adapun “titel” yang dimaksud dalam putusan pengadilan ataupun dalam akta-akta otentik adalah titel pada akta/putusan pengadilan yang berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ternyata “titel” eksekutorial bukan hanya terdapat dalam putusan pengadilan, melainkan juga terdapat dalam akta-akta otentik dengan titel eksekutorial dimaksud dalam pasal 224 HIR/258 RBg, dikenal dengan nama grosse acte.5 Eksekusi ternyata juga tidak hanya berkaitan dengan putusan pengadilan dan grosse akta, akan tetapi istilah eksekusi juga terdapat di dalam bidang hukum obyek jaminan pelaksanaan hak jaminan. yang Eksekusi merupakan kreditur pemegang hak jaminan terhadap obyek jaminan, 4 Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan, Yogyakarta, Laksbang Pressindo, cetakan II, 2008, hlm.125 5 Herowati Poesoko, Op.Cit, hlm.127-128 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 43 apabila debitur wanprestasi obyek cedera dengan jaminan janji cara untuk atau ayat (2) oleh Penerima Fidusia; (b) penjualan penjualan Benda yang menjadi objek pelunasan Jaminan Fidusia atas kekuasaan Penerima hutangnya. Eksekusi terhadap obyek jaminan, Fidusia sendiri umum serta melalui pelelangan mengambil pelunasan selain berdasarkan kepada pasal 224 piutangnya dari hasil penjualan; dan (c) HIR/258 RBg terdapat juga pengaturan penjualan yang khususnya terhadap pelaksanaan hak- dilakukan hak jaminan, dimana kreditur diberi hak Pemberi khusus, atas dengan cara demikian dapat diperoleh kekuasaan sendiri apabila debitur cidera harga tertinggi yang menguntungkan para janji dikenal juga dengan nama “parate pihak. executie” yakni atau hak menjual eksekusi langsung. di berdasarkan dan Penerima Menurut Parate executie merupakan hak kreditur beberapa pertama dibenarkan untuk menjual barang-barang bawah Yahya bentuk tangan yang kesepakatan Fidusia Harahap, pengecualian undang-undang ada yang yang tertentu milik debitor secara lelang tanpa memperkenankan terlebih fiat dijalankan di luar putusan yang telah pengadilan. Pengaturan parate executie memperoleh kekuatan hukum tetap, yaitu diatur secara khusus, misalnya seperti :6 Pelaksanaan yang terdapat dalam Pasal 1155 KUH dijalankan lebih dahulu (uitvoerbaar bij Perdata tentang Gadai, Pasal 6 Undang- voorraad), sesuai pasal 180 ayat (1) Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak HIR atau Pasal 191 ayat (1) RBg, di Tanggungan dan Pasal 29 ayat (1) mana Undang-Undang putusan dahulu mendapatkan No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. putusan yang dapat dapat hakim dapat menjatuhkan yang memuat amar putusan dapat dilaksanakan lebih dahulu, yang Pasal 29 ayat (1) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia menyatakan : apabila debitor atau Pemberi Fidusia cidera janji, eksekusi terhadap benda yang eksekusi jika menjadi objek Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan cara : (a) pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 lazim disebut “putusan” dapat dieksekusi serta merta”, sekalipun terhadap putusan itu dimintakan banding atau kasasi. 1. Pelaksanaan putusan provisi sesuai Pasal 180 ayat (1) HIR atau Pasal 191 ayat (1) RBg pada kalimat terakhir 6 Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, PT. Gramedia Pustaka Tama, Jakarta, 1989, hlm.90 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 44 mengenai gugatan provisi (provisioneele Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. eis ), yakni tuntutan lebih dahulu yang Terhadap kedua bersifat sementara kreditur dapat langsung meminta eksekusi pokok mendahului putusan perkara. Apabila mengabulkan gugatan provisi, hakim atau tuntutan pihak atas objek barang hak tanggungan dan jaminan fidusia apabila debitor melakukan wanprestasi membayar hutang, melalui dieksekusi sekalipun perkara pokoknya eksekusi penjualan melalui lelang karena belum diputus. diperjanjikan klausul “kuasa menjual”. Akta tersebut ini, dapat 2. putusan produk perdamaian, sebagaimana Bentuk-bentuk atau klasifikasi diatur Pasal 130 HIR atau Pasal 154 eksekusi dalam hukum acara perdata dapat RBg. digolongkan menjadi beberapa bentuk, Menurut tersebut, ketentuan selama berlangsung, pasal persidangan para pihak yang berperkara dapat berdamai, baik atas anjuran hakim maupun atas inisiatif pihak yang berperkara. Apabila tercapai perdamaian dalam persidangan, maka hakim membuat akta perdamaian yang harus ditaati para pihak. Sifat akta perdamaian yang dibuat di persidangan mempunyai kekuatan hukum tetap eksekusi seperti putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 3. Eksekusi terhadap grosse akta, baik grosse akta hipotik maupun grosse akta pengakuan utang sebagaimana diatur dalam Pasal 224 HIR atau Pasal 258 RBg. Eksekusi yang dijalankan adalah memenuhi isi perjanjian yang dibuat para pihak dengan ketentuan perjanjian itu berbentuk grosse akta. 4. Eksekusi atas hak tanggungan dan jaminan fidusia sesuai dengan Undangundang No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dan Undang-undang No.42 yaitu :7 1. Eksekusi riil yaitu melakukan suatu tindakan nyata atau menyerahkan mengosongkan rumah, dan seperti sesuatu sebidang melakukan tertentu, riil barang, tanah suatu atau perbuatan menghentikan suatu perbuatan atau keadaan. 2. Eksekusi pembayaran uang yaitu membayar sejumlah uang. Perbedaan eksekusi riil dengan eksekusi pembayaran uang dapat diuraikan sebagai berikut : 8 1. Eksekusi riil mudah dan sederhana, sedangkan eksekusi pembayaran uang memerlukan tahap sita eksekusi dan penjualan eksekusi. 2. Eksekusi riil terbatas putusan pengadilan, sedang eksekusi pembayaran 7 8 Ibid, hlm.108 Eugina Liliawati Mulyono, Eksekusi Grosse Akta Hipotek Oleh Bank, Rinneka Cipta, Jakarta, 1996, hlm.63 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 45 uang meliputi akta yang dipersarnakan dapat dilakukan dengan bantuan kekuatan dengan putusan pengadilan. hukum.” 3. Eksekusi rill sumber hubungan Tata cara dari rumusan Pasal 1033 hukumnya adalah upaya hukum yang RV ini sangat mudah dan sederhana. mengikuti persengketaan hak milik atau Apabila pihak yang kalah tidak mau persengketaan hubungan hukum yang menjalankan putusan didasarkan atas perjanjian jual beli, sewa maka langkah selanjutnya adalah :9 menyewa atau perjanjian melaksanakan 1) Ketua suatu mengeluarkan perbuatan, pembayaran hubungan sedangkan sejumlah hukumnya uang sangat eksekusi dasar secara sukarela, Pengadilan surat Negeri perintah pengosongan (eksekusi). terbatas 2) Perintah menjalankan eksekusi sekali, semata-mata hanya didasarkan atas ditujukan kepada jurusita. persengketaan perjanjian utang piutang 3) Tindakan pengosongan meliputi dan ganti rugi berdasarkan wanprestasi, diri si terhukum, keluarganya dan dan barang-barangnya. hanya diperluas berdasarkan ketentuan Pasal 225 HlR dengan nilai 4) Eksekusi dapat dilakukan dengan sejumlah uang apabila tergugat enggan bantuan kekuatan umum (polisi dan jika menjalankan perbuatan yang dihukumkan perlu bantuan militer) dalam waktu tertentu. HIR Adapun tata cara eksekusi riil atau RBg sendiri hanya mengatur eksekusi riil yang berkaitan executoriale verkoop, dirumuskan di dalam Pasal 1033 RV yang dengan berbunyi eksekusi riil terhadap barang yang dijual : “Kalau menghukum putusan hakim (memerintahkan) lelang atas pembayaran yaitu utang pengosongan barang tidak bergerak, dan sebagaimana diatur di dalam Pasal 200 putusan secara ayat (11) HIR atau Pasal 218 ayat (2) sukarela oleh pihak yang kalah (tergugat), RBg, di mana terdapat suatu asas hukum.10 itu tidak dijalankan Ketua Pengadilan mengeluarkan surat perintah kepada jurusita a) untuk dieksekusi merupakan satu kesatuan melaksanakan pengosongan atas barang yang tersebut. Pengosongan itu meliputi diri orang yang keluarganya, dihukum serta barang- barangnya dan pelaksanaan pengosongan tidak terpisah dengan pengosongan barang yang dilelang. (dikalahkan) seluruh Penjualan lelang atas barang yang 9 10 Rochmat Soemitro, Peraturan dan Instruksi Lelang, Eresco, Bandung, 1987, hlm.72 Etto Sunaryanto cs, Panduan Lelang PUPN, Jakarta, 2006 hlm.4-5 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 46 b) Oleh karena penjualan lelang eksekusi merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dengan pengosongan Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia oleh Kepolisian Republik Indonesia barang yang dilelang, hukummemberi Sistem hukum di Indonesia wewenang kepada Ketua Pengadilan mengharuskan Negeri untuk menjalankan pelaksanaan menjamin kepastian hukum dan harus pengosongan barang yang dilelang bersendikan keadilan. Kepastian hukum untuk diserahkan kepada pembeli lelang artinya produk dan ketentuan hukum apabila pihak yang kena lelang tidak haruslah memiliki mau mengosongkannya secara sukarela. keadilan berarti bahwa hukum harus landasan setiap hukum, produk dan Dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip ketentuan hukum haruslah memenuhi rasa eksekusi benda jaminan fidusia, berlaku keadilan masyarakat, dan tidak merugikan. beberapa hal antara lain : 11 1. Azas Spesialitas atas Fixed Loan : menjamin kepastian hukum, Perkap No. 8 azas ini ditegaskan dalam ketentuan Tahun 2011 bertujuan untuk Pasal 1 dan Pasal 2 Undang-Undang terselenggaranya pelaksanaan eksekusi No.42 tahun 1999 tentang Jaminan jaminan fidusia secara aman, tertib, lancar, Fidusia dan dapat dipertanggungjawabkan; dan 2. Azas Asesor : azas ini ditegaskan terlindunginya keselamatan dan keamanan dalam ketentuan Pasal 42 Undang- penerima Undang No.42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia, dan/atau masyarakat dari Jaminan Fidusia. perbuatan 3. Azas Droit de Suite : azas ini ditegaskan dalam ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang No.42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 4. Azas Preferen (Droit de Preference) : merupakan hak untuk didahulukan 11 Sejalan dengan tujuan hukum untuk jaminan yang fidusia, dapat pemberi menimbulkan kerugian harta benda/atau keselamatan jiwa. Dalam pelaksanaan eksekusi oleh pihak kepolisian terdapat beberapa prinsip sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 3 Perkap No. 8 Tahun 2011 yaitu : azas ini ditegaskan dalam ketentuan a) Legalitas, Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang pengamanan eksekusi jaminan fidusia No.42 tahun 1999 tentang Jaminan harus Fidusia, peraturan perundang-undangan; sesuai yaitu dengan pelaksanaan ketentuan Yahya Harahap, op.cit, hlm.209-210 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 47 b) Nesesitas, yaitu pengamanan Apabila dikaitkan ketentuan Pasal 30 eksekusi jaminan fidusia diberikan Undang-Undang Jaminan Fidusia dengan berdasarkan hukum acara perdata, maka eksekusi penilaian situasi dan kondisi yang dihadapi; Jaminan Fidusia haruslah berdasarkan c) Proporsionalitas, yaitu pengamanan perintah dan dibawah Perintah Ketua eksekusi jaminan fidusia dilaksanakan Pengadilan Negeri (ex officio). Perintah dengan hakikat eksekusi dikeluarkan Ketua Pengadilan ancaman yang dihadapi dan pelibatan Negeri (ex officio) dalam bentuk penetapan kekuatan; dan dan memperhitungkan d) Akuntabilitas, yaitu yang diperintahkan untuk pelaksanaan melaksanakan eksekusi adalah Panitera pengamanan eksekusi jaminan fidusia dan Juru sita Pengadilan Negeri (Pasal 197 dapat dipertanggungjawabkan. ayat (1) HIR/Pasal 208 Rbg). Kewenangan Berdasarkan prinsip tersebut diatas maka dalam hal pengamanan eksekusi jaminan fidusia oleh pihak kepolisian yang utama adalam prinsip legalitas yaitu pelaksanaan jaminan pengamanan fidusia harus eksekusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Prinsip legalitas tersebut telah sesuai dengan catur Prasetya yaitu Menjamin kepastian berdasarkan hukum. Dalam hal eksekusi maka peran pihak kepolisian bukanlah sebagai eksekutor tetapi hanya sebagai pengaman terlaksananya eksekusi secara aman, tertib, lancar, dan dapat dipertanggung-jawabkan, Sehingga pelaksanaan eksekusi itu sendiri haruslah sesuai dengan hukum acara perdata. Eksekusi merupakan tindakan yang berkesinambungan dari keseluruhan proses hukum acara perdata. Ketua Pengadilan Negeri (ex officio) memerintahkan dan memimpin jalannya eksekusi, bukan hanya terbatas pada pengeluaran surat penetapan eksekusi saja, tetapi juga berwenang melaksanakan eksekusi, pelaksanaan lelang, tindakan pengosongan dan penyerahan barang yang dilelang kepada pembeli. Mengenai siapa yang dimaksud berwenang dengan pihak dalam yang pelaksanaan pengambilan obyek Jaminan Fidusia dari tangan Pemberi Fidusia (debitur) menunjuk pada ketentuan Pasal 200 ayat (11) HIR. Apabila dilaksanakan eksekusi secara tidak dapat sukarela maka eksekusi dilakukan secara paksa dengan melibatkan pihak keamanan. Putusan yang dapat dieksekusi pada hakikatnya adalah putusan yang bersifat condemnatoir yang pelaksanaanya jika pihak tergugat tidak bersedia melaksanakan isi putusan secara JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 48 sukarela, maka pelaksanaannya dapat dengan mengunakan upaya paksa dengan sebagaimana diatur di dalam Pasal 200 ayat (11) HIR. bantuan aparat keamanan. Objek jaminan fidusia yang telah didaftarkan dan memperoleh sertifikat jaminan fidusia serta adanya irah-irah : “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” mempunyai nilai kekuatan eksekusi yang kuat yang melekat pada sertifikat jaminan fidusia tersebut, sama kekuatannya dengan nilai kekuatan eksekusi yang melekat pada putusan pengadilan kekuatan yang telah hukum gewijsde), tetap sehingga langsung dan mempunyai (kracht kreditur segera van dapat mengajukan permohonan kepada ketua Pengadilan Negeri untuk melaksanakan eksekusi pemenuhan isi perjanjian manakala debitur cidera janji. Dalam hal ini pihak kepolisian melaksanakan pengamanan eksekusi bukanlah berdasarkan adanya permintaan dari pihak penerima jaminan fidusia melainkan berdasarkan permintaan dari juru sita pengadilan yang merupakan pelaksana dari surat perintah eksekusi yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri. Ketentuan Pasal 6 dan Pasal 7 Peraturan Kapolri merupakan Ketua No.8 Tahun 2011 kewenangan Pengadilan tunggal Negeri dari dalam Apabila dikaji lebih mendalam maka ketentuan pasal 4 sampai dengan pasal 13 Peraturan Kapolri No.8 Tahun 2011 bertentangan dengan Pasal 200 ayat (11) HIR, karena berkaitan dengan eksekusi yang berwenang penuh adalah Ketua Pengadilan Negeri. Surat perintah penetapan eksekusi yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri memberikan kewenangan penuh bagi juru sita untuk melaksanakan eksekusi jaminan fidusia, dan pihak membantu kepolisian dalam disini hal hanya pengamanan eksekusi saja. Segala persyaratan untuk pelaksanaan eksekusi dilakukan oleh pemohon eksekusi (penerima jaminan fidusia) kepada Ketua Pengadilan Negeri bukan kepada Kapolda atau Kapolres tempat eksekusi dilaksanakan. Hal tersebut sama dengan putusan arbitrase yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, putusan arbitrase tersebut tidak dapat dieksekusi secara langsung tanpa adanya surat penetapan eksekusi dari ketua pengadilan negeri. Akibat Hukum Pelaksanaan Eksekusi Benda Jaminan Fidusia Oleh Penerima Fidusia Berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia. mengeluarkan surat penetapan eksekusi JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 49 Akibat hukum pelaksanaan eksekusi benda jaminan fidusia verset (perlawanan), disebutkan dalam ketentuan Pasal 30 Karena disamakan Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 pengadilan yang telah “Inkracht” maka tentang Jaminan Fidusia bahwa, Pemberi pelaksaannya eksekusi jaminan fidusia Fidusia wajib menyerahkan Benda yang juga sama dengan eksekusi pengadilan, obyek Jaminan Fidusia dalam rangka (vide Pasal 4 Undang–undang No.14 tahun pelaksanaan eksekusi Jaminan Fidusia. 1970, Pokok-pokok kekuasaan kehakiman) Tindak lanjut dari adanya ketentuan pasal yakni berdasarkan HIR bab IX tentang tersebut adalah bahwa pihak debitur bisa melaksanakan putusan hakim. Hakim akan langsung jaminan memanggil, memperingatkan (anmanning) tersebut langsung kepada kreditur apabila hingga eksekusi yang dilakukan oleh juru terjadi sita. mengambil wanprestasi sebagaimana hukum biasa yang bisa dilakukan, seperti benda dalam perjanjian. Namun apabila terjadi kesulitan dalam pelaksanaan eksekusi benda Terkait dengan banding, kasasi. dengan putusan proses eksekusi jaminan inilah juru sita pengadilan bisa meminta fidusia tersebut, sesuai Peraturan Kapolri bantuan aparat polisi terkait dengan proses No.8 Tahun 2011 tentang Pengamanan tersebut. Hal itu dapat pula dilihat pada Eksekusi Jaminan Fidusia pihak Polri bisa pasal 441 R.v., yang menyatakan secara membantu pengamanan eksekusi tentunya jelas, “Kreditur yang memegang keputusan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang atau berlaku sebagaimana diulas di pembahasan eksekutorial bisa langsung menghubungi di muka. dan minta juru sita untuk melaksanakan akte yang mengandung title Pasal 29 Undang-undang No.42 penyitaan atas harta debitur.” Namun hal Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, tersebut terkait peranan hakim untuk menyatakan bahwa : Eksekusi terhadap memanggil, benda yang menjadi obyek jaminan fidusia manning) hingga eksekusi yang dilakukan dapat dilakukan dengan cara pelaksanaan oleh juru sita, diabaikan oleh Peraturan titel ekskutorial sebagaimana Pasal 15 ayat Kepala (2) oleh penerima fidusia. Sertifikat Indonesia No.8 Tahun 2011 sebagai jalan Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan pintas (short cut) pelaksanaan eksekusi. eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperingatkan Kepolisian Negara (an Republik Sebagaimana telah dibahas bahwa memperoleh sesuai ketentuan Pasal 30 Undang-Undang kekuatan hukum tetap (Pasal 15 UUJF), Jaminan Fidusia dan hukum acara perdata, maka dampaknya tidak ada lagi upaya maka eksekusi Jaminan Fidusia haruslah JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 50 berdasarkan perintah dan dibawah Perintah No.8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Ketua Pengadilan Negeri (ex officio). Eksekusi Jaminan Fidusia tersebut, seolah- Perintah olah memberi kepastian hukum dalam eksekusi dikeluarkan Ketua Pengadilan Negeri (ex officio) dalam pelaksanaan bentuk penetapan dan yang diperintahkan menimbulkan permasalahan baru dengan untuk tindakan melaksanakan eksekusi adalah eksekusi hukum namun berupa justru tindakan Panitera dan Juru sita Pengadilan Negeri pengamanan dalam pelaksanaan ekskusi (Pasal 197 ayat (1) HIR/ Pasal 208 Rbg). yang kacau. Kekacauan tersebut karena Kewenangan Ketua Pengadilan Negeri (ex bertentangan dengan hukum acara perdata officio) memerintahkan dan memimpin yang berlaku dan Undang Undang Jaminan jalannya eksekusi, bukan hanya terbatas Fidusia. pada pengeluaran surat penetapan eksekusi Menurut hemat penulis adanya saja, tetapi juga berwenang melaksanakan Peraturan Kepala Kepolisian Negara eksekusi, pelaksanaan lelang, tindakan Republik Indonesia No.8 Tahun 2011 pengosongan dan penyerahan barang yang tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan dilelang kepada pembeli. Fidusia tersebut adalah sebagai legalitas Mengenai siapa yang dimaksud gaya baru penagihan hutang alias sebagai dengan pihak yang berwenang dalam debt collector terselubung. Padahal jelas pelaksanaan pengambilan obyek Jaminan bahwa Polri sebagai Fidusia dari tangan Pemberi Fidusia hukum pelaksana fungsi alat keamanan (debitur) menunjuk pada ketentuan Pasal sebagaimana diamanatkan oleh Undang- 200 ayat (11) HIR. Apabila eksekusi tidak Undang Dasar Negara Republik Indonesia dapat dilaksanakan secara sukarela maka Tahun 1945 dan Undang Undang No.2 eksekusi dilakukan secara paksa dengan Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik melibatkan pihak keamanan. Indonesia. Aturan main hal tersebut sudah Putusan yang dapat dieksekusi pada hakikatnya jelas adalah putusan yang bersifat condemnatoir ketentuan Pasal 5 huruf H Peraturan yang pelaksaannya jika pihak tergugat Pemerintah No.2 Tahun 2003 tentang tidak bersedia melaksanakan isi putusan Peraturan secara sukarela, maka pelaksanaannya Negara Republik Indonesia disebutkan dapat dengan mengunakan upaya paksa bahwa dengan bantuan aparat keamanan. kehidupan bernegara dan bermasyarakat, Dengan adanya Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana aparat penegak Disiplin dalam anggota tertuang anggota rangka Kepolisian Negara dalam Kepolian memelihara Republik Indonesia dilarang : Menjadi penagih JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 51 piutang atau menjadi pelindung orang tersebut. Namun juga ikatan tersebut yang punya utang. jangan memasung inovasi dan kreatifitas Berdasarkan berbagai uraian anggota Kepolisian Negara Republik tersebut di atas, maka perlu kiranya Indonesia yang lalu membuat organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia tersebut statis dan tidak berkembang. mempunyai mental dan dedikasi terhadap pelaksanaan tugas kewajibannya adalah organisasi yang mempunyai aturan sebagai fungsi pelayan masyarakat dan tata tertib intern yang baik dan kuat pula. pelaksana keamanan masyarakat sesuai Aturan tersebut dapat berbentuk peraturan dengan falsafah Tri Barata dan Catur disiplin, kode etik, maupun kode jabatan. Prasetya sebagai pedoman langkah serta Peraturan ini aadalah tentang disiplin, Kode Etik Kepolisian Negara Republik namun Indonesia. Kepolisian Negara Republik memisahkan secara tegas antara berbagai Indonesia untuk aturan tersebut, selalu ada warna yang melaksanakan tugas, tanggung jawab, berbeda serta selalu ada tumpang tindih kewajiban dan disiplin antara berbagai aturan, namun harus tugasnya sebagai tombak diminimalkan hal-hal yang yang tumpang perlu dan Organisasi yang baik dan kuat kiranya menegakkan ujung pelaksanaan keamanan dalam masyarakat. disadari bawa sulit untuk tindih tersebut. Suatu organisasi selalu mempunyai Perkembangan kemajuan masyarakat aturan intern dalam rangka meningkatkan yang kinerja, merebaknya fenomena supremasi hukum, profesionalisme, budaya cukup seiring Hak organisasi tersebut serta untuk menjamin demokratisasi, desentralisasi, transparansi, terpeliharanya tata tertib dan pelaksanaan dan tugas sesuai dengan tujuan, peranan, berbagai paradigma baru dalam melihat fungsi, wewenang, dan tanggung jawab tujuan, tugas dan fungsi, wewenang, serta institusi tersebut. Organisasi yang baik tanggung jawab bukanlan Republik Indonesia orang yang Manusia, dengan organisasi, kehormatan dan kredibilitas segerombolan Azasi pesat akuntabilitas, telah globalisasi, melahirkan Kepolisian yang Negara selanjutnya berkumpul dan bebas bertindak semaunya, menyebabkan pula tumbuhnya berbagai karena organisasi harus mempunyai aturan tuntutan dan harapan masyarakat terhadap tata tertib perilaku bekerja, bertindak, pelaksanaan maupun bergaul antar anggota Kepolisian Republik Indonesia yang makin meningkat Negara Republik Indonesia dan bergaul dan lebih berorientasi kepada masyarakat dengan masyarakat lingkungan organisasi yang akan dilayaninya. tugas Kepolisian Negara JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 52 Peraturan Kepala Kepolisian dan [13]) makmur.12 Tindakan Negara Republik Indonesia No.8 Tahun pengamanan eksekusi liar tersebut dapat 2011 dikategorikan tentang Pengamanan Eksekusi sebagai tindakan main (eigenrichting) oleh Jaminan Fidusia yang bertujuan sebagai hakim jaminan kepastian hukum pelaksanaan penguasa melalui lembaga Polri. Apabila eksekusi pada dilakukan pembiaran terhadap hal tersebut, tindakan eksekusi yang tidak baik dan adalah masyarakat tidak hormat dan tidak cacat hukum, karena aparat Polri sebagai percaya terhadap hukum (disrespecting pelaksana pengamanan eksekusi objek and distrusting the law). justru menjerumuskan jaminan fidusia diartikan sebagai alat atau sendiri Dalam pelaksanaan hukum unsur “penakut” untuk “menakut-nakuti” materiil, khususnya hukum acara perdata pelaksanaan eksekusi agar dapat sukses adalah dengan mengabaikan ketentuan hukum mengatur kepentingan-kepentingan acara perdata perseorangan, dapatlah melalui yang berlaku. Kapolri Peraturan Kepala segala hukum pokok yang dilaksanakan Kepolisian secara diam-diam diantara pihak yang Negara Republik Indonesia No.8 Tahun bersangkutan tanpa melalui ejabat atau 2011 telah mengabaikan standart eksekusi instansi resmi. Akan tetapi sering terjadi objek jaminan fidusia demi aspek “praktis” bahwa dalam pelaksanaan eksekusi. dilanggar, Hukum tumbuh dan berkembang hukum materrril sehingga perdata ada pihak itu yang dirugikan kepentingannya atau haknya dan dalam masyarakat, yang dibentuk dengan terjadilah tujuan Suatu kepentingan di dalam masyarakat. Untuk peraturan hukum adalah untuk keperluan melaksanakan hukum materiil perdata penghidupan di dalam masyarakat demi terutama dalam hal pelanggaran atau untuk kebaikan bersama, mempertahankan berlangsungnya hukum masyarakatnya materiil perdata dalam hal ada tuntutan menciptakan hukum dan ketertiban. ketentraman mengutamakan gangguan keseimbangan bukan kepentingan perseorangan atau hak golongan, hukum juga menjaga hak-hak peraturan hukum lain disamping hukum dan materiil perdata itu sendiri. menentukan kewajiban-kewajiban diperlukan rangkaian peraturan- anggota masyarakatnya agar tercipta suatu Peraturan hukum tersebut yang masyarakat yang teratur dan damai, adil dikenal dengan hukum formil atau hukum 12 S. Wiratmo, Pengantar Ilmu Hukum, perc. Lukman Opset, Yogyakarta, 1979, hlm. 20 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 53 acara perdata, menjamin hanya ditaatinya diperuntukkan hukum materiil jaminan fidusia dengan maksud jika pada suatu saat terjadi kredit macet maka perdata. Ketentuan hukum acara perdata kreditur selaku penerima fidusia dapat pada umumnya tidak membebani hak dan mengeksekusi tanpa hambatan (Pasal 1 kewajiban seperti yang dijumpai dalam dan 2 Undang-Undang No.42 Tahun hukum 1999). materiil perdata, tetapi Asas Accessoir. Jaminan fidusia melaksanakan dan mempertahankan atau b. menegakkan merupakan kaidah hukum materril perjanjian ikutan atau perdata yang ada atau melindungi hak tambahan atau pelengkap dari perjanjian perseorangan. pokok. Hukum acara perdaata Keberadaan fidusia perjanjian pokok. adlaah peraturan hukum yang mengatur bergantung bagaimana Kembsahan, penghapusan benda obyek cara menjamin ditaatinya kepada jaminan hukum perdata materriil dengan perantara jaminan hakim. Dengan kata lain bahwa hukum perjanjian pokok (Pasal 4 Undang-Undang acara perdata adalah peraturan hukum No.42 Tahun 1999) . c. fidusia tergantun kepada Asas Droit de Suite, benda jaminan fidusia tetap melekat dan mengikuti benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. Jika Kesimpulan dan Saran terjadi kredit macet maka Kreditor selaku Berdasarkan uraian pada bab-bab penerima fidusia tetap sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa benda kesimpulan sebagai berikut : dipergunakan 1. Prinsip-Prinsip eksekusi benda jaminan debitur( Pasal 27 ayat (2) Undang-undang yang No.42 Tahun 1999). harus diperhatikan dalam pembebanan jaminan fidusia adalah : a. Obyek d. Asas spesialitas atas Fixed Loan. jaminan fidusia merupakan jaminan mengeksekusi untuk tersebut melunasi untuk hutang Asas Droit de Preference. Kreditor mempunyai hak istimewa untuk didahulukan atau diutamakan untuk jaminan untuk pelunasan hutang debitur, mendapat pelunasan utang atas penjualan yang memberi kedudukan yang benda obyek jaminan fidusia. Kualitas hak penerima fidusia didahulukan tidak hapus walaupun debitur terhadap kreditor lainnya. Oleh karena itu pailit atau dilikuidasi (Pasal 27 ayat (3) obyek jaminan fidusia harus jelas dan Undang-Undang No.42 Tahun 1999). tertentu, jumlah hutang debitur e. diutamakan kepada harus pasti. Asas spesialitas terdapat dalam akta wajib Asas publisitas. Akta jaminan fidusia didaftarkan pada Kantor JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 54 Pendaftaran Fidusia. Lahirnya fidusia pada 3. saat pendaftaran, dan diterbitkan sertifikat fidusia menurut Peraturan KAPOLRI No.8 jamiman fidusia dengan Ira-ira Demi Tahun 2008 bertentangan dengan pasal Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang 195 pasal 1033 RV, pasal 200 ayat (11) Maha Esa. Sertifikat Jaminan Fidusia HIR, tersebut mengakibatkan mempunyai kekuatan hukum Pelaksanaan eksekusi benda jaminan pasal 218 ayat (2) eksekusi RBG tersebut sama dengan putusan hakim yang telah kehilangan kekuatan hukum mengikat. mempunyai tetap, Eksekusi tersebut merupakan perbuatan sehingga jika terjadi kredit macet maka melawan hukum (onrechtmatige daad) dan kreditor eigenrichting karena tindakan tersebut kekuatan berhak hukum mengeksekusi benda jaminan kemudian dijual di kantor lelang diluar negara untuk melunasi hutang debitur. pemberi fidusia dan/atau siapa saja yang 2. merasa dirugikan dapat menuntut ganti Standar pengamanan eksekusi benda jaminan fidusia olek Kepolisian RI kewenangan; kerugian kepada sehingga pihak kreditor pihak dan menurut Peraturan KAPOLRI No.8 Tahun Kepolisian Republik Indonesia . Eksekusi 2008 Eksekusi Sertifikat Jaminan Fidusia tetap atas Jaminan Fidusia bertentangan dengan perintah dan dibawah pimpinan Ketua pasal 1033 RV, pasal 200 HIR, Pasal218 Pengadilan Negeri, tanpa mengurangi hak RBG yang mengatur tata cara eksekusi. dan wewenangnya untuk melimpahkan Dalam delegasi Tentang Pengamanan peraturan KAPOLRI tersebut, eksekusi kepada Pengadilan Kepolisian mengambil alih wewenang Negeri yang lain yang bersangkutan( Pasal Ketua Pengadilan Negeri. Putusan hakim 195 ayat (2) HIR/Pasa; 206 ayat (2) RBG. yang telah mempunyai kekuatan hukum Kewenangan Ketua Pengadilan Negeri tetap dan/atau eksekusi Sertifikat Jaminan untuk memerintahkan dan melimpahkan Fidusia, Sertifikat Hipotik, Sertifikat Hak eksekusi merupakan kewenangan yang Tanggungan wewenang tunggal Ketua bersifat Pengadilan Pengadilan Negeri tersebut dalam bentuk Fidusia Negeri. Eksekusi jaminan menurut Peraturan KAPOLRI ex officio. Perintah Ketua Penetapan. tersebut di atas adalah eksekusi yang Bertitik tolak kepada permasalahan yang bersifat (eigenrichting) menghakimi sendiri ada dan dikaitkan dengan kesimpulan yang sehingga merupakan telah dikemukakan di atas, maka dapat perbuatan melawan hukum oleh penguasa (onrechtmatige daad overheids daad). diberikan saran sebagai berikut : 1. Ketentuan pasal 4 sampai dengan pasal 13 Peraturan Kepala Kepolisian JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013 55 Negara Republik Indonesia No.8 Tahun 2011 bertentangan dengan tata cara eksekusi sebagaimana yang diatur di dalam pasal Pasal 1033 RV dan Pasal 200 ayat (11) HIR atau Pasal 218 ayat (2) RBg, maka hendaknya Kapolri mencabut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.8 Tahun 2011 supaya tidak ketidakpastian menimbulkan hukum dalam pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia; 2. Kapolri hendaknya membentuk Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan, Yogyakarta, Laksbang Pressindo, cetakan II, 2008 Rochmat Soemitro, Peraturan dan Instruksi Lelang, Eresco, Bandung, 1987 S. Wiratmo, Pengantar Ilmu Hukum, perc. Lukman Opset, Yogyakarta, 1979 Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Alumni: Bandung, 2006, Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, PT. Gramedia Pustaka Tama, Jakarta, 1989, Peraturan Kepala Kepolisian dalam hal pengamanan eksekusi bagi semua eksekusi riil tanpa harus membedabedakan apakah itu jaminan fidusia, jaminan hak tanggungan maupun eksekusi putusan yang http://mkn-unsri.blogspot.com/ 2009/10/eksekusi-objek-jaminanfidusia-dengan.html telah mempunyai kekuatan hukum tetap, karena pada dasarnya pihak kepolisian hanya membantu dalam hal pengamanan eksekusi. Biodata Singkat Penulis Kukuh Sugiarto Kurniawan, S.H., M.H. DAFTAR PUSATAKA Etto Sunaryanto cs, Panduan Lelang PUPN, Jakarta, 2006 adalah lulusan Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universita Jember tahun 2013. Eugina Liliawati Mulyono, Eksekusi Grosse Akta Hipotek Oleh Bank, Rinneka Cipta, Jakarta, 1996 Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan, Yogyakarta, Laksbang Pressindo, cetakan II, 2008 JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013