prinsip hukum pengamanan eksekusi benda jaminan fidusia oleh

advertisement
38
PRINSIP HUKUM PENGAMANAN EKSEKUSI BENDA
JAMINAN FIDUSIA OLEH KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Oleh
Kukuh Sugiarto Kurniawan S.H., M.H.
Abstract
Indonesian National Police are in charge of the state apparatus and serves to maintain
security and public order, law enforcement, protection, guidance, and service to the
community. Police of the Republic of Indonesia as a country that is authorized to provide
security assistance in the implementation or execution of court decisions fiduciary. The
fiduciary safeguards provisions contained in the Police Regulation No.8 of 2011. Police
Regulation No.8 of 2011 as a guideline for the Indonesian National Police to secure the
execution of fiduciary. Fiduciary execution is an integral part of the law of civil procedure,
so the Police Regulation 8 of 2011 must not be contrary to the law of civil procedure. .
Keywords: Fiduciary Guarantie, Execution, Indonesian Police
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
39
Hal tersebut bertentangan dengan prosedur
PENDAHULUAN
eksekusi grosse akta dimana wewenang
Ketentuan
Pasal
30
Undang-
Undang Jaminan Fidusia mewajibkan
tunggal dalam melaksanakan eksekusi
adalah Ketua Pengadilan Negeri.
kepada Pemberi Fidusia (debitur) untuk
Pertimbangan utama dikeluarkannya
menyerahkan benda yang menjadi obyek
Perkap No.8 Tahun 2011 tersebut antara
Jaminan
rangka
lain bahwa Kepolisian Negara Republik
pelaksanaan eksekusi Jaminan Fidusia.
Indonesia merupakan alat negara yang
Kemudian dalam Penjelasan Pasal 30
bertugas
dan
Undang-Undang
Fidusia
keamanan
dan ketertiban masyarakat,
menyatakan “Dalam hal Pemberi Fidusia
penegakan
tidak menyerahkan benda yang menjadi
pengayoman,
obyek
masyarakat.
Fidusia
Jaminan
dalam
Jaminan
Fidusia
pada
waktu
berfungsi memelihara
hukum,
perlindungan,
dan pelayanan
Sebagai
kepada
alat
negara,
eksekusi dilaksanakan, Penerima Fidusia
Kepolisian Negara Republik Indonesia
berhak mengambil benda yang menjadi
berwenang
obyek Jaminan Fidusia dan apabila perlu
pengamanan
dapat
pengadilan atau eksekusi jaminan Fidusia,
meminta
bantuan
pihak
yang
berwenang”.
kegiatan
Untuk mengamankan pelaksanaan
eksekusi
Fidusia,
bantuan
pelaksanaan
instansi
lain,
putusan
dan kegiatan
masyarakat. Eksekusi Jaminan Fidusia
Polri
mempunyai kekuatan hukum mengikat
No.8
yang sama dengan putusan pengadilan
Tahun 2011 yang berlaku sejak 22 Juni
yang telah berkekuatan hukum tetap,
2011 dengan tujuan agar pelaksanaan
sehingga memerlukan pengamanan dari
eksekusi Jaminan Fidusia terselenggara
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
menerbitkan
jaminan
memberikan
Peraturan
Kapolri
secara aman, tertib, lancar, dan dapat
Jika terjadi kredit
macet dan
dipertanggungjawabkan. Adapun dalam
eksekusi atau penarikan barang begerak
proses pengamanan eksekusi atas Jaminan
yang menjadi jaminan kredit, maka atas
Fidusia tersebut tercantum dalam Pasal 7
dasar
Peraturan Kapolri No.8 tahun 2011 yang
diharapkan
agar
menyatakan
pelaksanaan
eksekusi
permohonan
pengamanan
Peraturan
Kapolri
tersebut,
terselenggaranya
jaminan
fidusia
eksekusi tersebut harus diajukan secara
secara aman, tertib, lancar, dan dapat
tertulis oleh penerima Jaminan Fidusia
dipertanggungjawabkan. Dengan adanya
atau kuasa hukumnya kepada Kapolda atau
peraturan
Kapolres tempat eksekusi dilaksanakan.
mengatur fidusia itu, maka akan lebih
dan
undang-undang
yang
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
40
menciptakan
proses
eksekusi
dengan
Kepolisian
Negara
Repulik
Indonesia
terlindunginya keselamatan dan keamanan
sudah sesuai dengan konstruksi hukum
penerima
pemberi
acara perdata yang berlaku ? (3) Apakah
jaminan fidusia, atau masyarakat dari
akibat hukum pelaksanaan eksekusi benda
perbuatan
menimbulkan
jaminan fidusia oleh penerima fidusia
kerugian harta benda dan keselamatan
berdasarkan Peraturan Kapolri No.8 Tahun
jiwa. Prinsip-prinsip peraturan ini meliputi
2011
legalitas, yaitu pelaksanaan pengamanan
Jaminan Fidusia ?
jaminan
yang
fidusia,
dapat
tentang
Pengamanan
Eksekusi
eksekusi jaminan fidusia harus sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
PEMBAHASAN
undangan.
Pengamanan
eksekusi
jaminan
fidusia diberikan berdasarkan penilaian
situasi dan kondisi yang dihadapi. Selain
itu, dalam pengamanan eksekusi, juga
dilaksanakan secara proporsionalitas, yaitu
pengamanan eksekusi jaminan fidusia
dilaksanakan dengan memperhitungkan
hakikat ancaman
pelibatan
yang dihadapi dan
kekuatan,
akuntabilitas,
serta
yakni
memenuhi
pelaksanaan
pengamanan eksekusi jaminan fidusia
dapat
dipertang-gungjawabkan.
Dalam
pelaksanaan pengamanan eksekusi oleh
Polri harus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Berdasarkan uraian latar belakang
dan permasalahan tersebut di atas, maka
penulis
mencoba
mengidentifikasikan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
(1) Apa sajakah prinsip-prinsip eksekusi
benda
jaminan
fidusia
yang
harus
dipatuhi? (2) Apakah standar pengamanan
eksekusi benda jaminan fidusia oleh
Prinsip-Prinsip
Eksekusi
Benda
Jaminan Fidusia Yang Harus Dipatuhi
Dalam
Undang-Undang
Jaminan
Fidusia dikatakan bahwa debitur dan
kreditur dalam perjanjian jaminan fidusia
berkewajiban untuk memenuhi prestasi
(Pasal 4 Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999). Secara a contrario dapat dikatakan
bahwa apabila debitur atau kreditur tidak
memenuhi kewajiban melakukan prestasi,
salah satu pihak dikatakan wanprestasi.
Fokus perhatian dalam masalah jaminan
fidusia adalah wanprestasi dari debitur
pemberi fidusia. Undang-Undang Jaminan
Fidusia
tidak
menggunakan
kata
wanprestasi melainkan cedera janji.
Tindakan eksekutorial atau lebih
dikenal dengan eksekusi pada dasarnya
adalah
tindakan
menjalankan
melaksanakan
keputusan
Menurut
Pasal
eksekusi
adalah
195
HIR
atau
pengadilan.
pengertian
menjalankan
putusan
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
41
hakim
oleh
menunjukkan
pengadilan.
bahwa
Hal
piutang
ini
apakah yang mencari pembeli adalah
kreditur
debitur atau kreditur. Uang hasil penjualan
menindih pada seluruh harta debitur tanpa
kecuali.
1
Pelaksanaan eksekusi jaminan
diserahkan
kepada
kreditor
untuk
diperhitungkan dengan hutang debitur.
fidusia diatur di dalam ketentuan Pasal 29
Kalau
sampai dengan Pasal 34 Undang-Undang
dikembalikan kepada debitor pemberi
Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
fudusia, tetapi jika tidak mencukupi untuk
Fidusia.
melunasi
Asas
servanda”
perjanjian
hutang,
uang
debitur
tersebut
tetap
bertanggung jawab untuk melunasinya.3
Dalam ketentuan Pasal 30 Undang-
memberikan penjaminan fidusia di bawah
undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang
tangan tidak dapat dilakukan eksekusi
Jaminan Fidusia menyatakan : Pemberi
sendiri. Proses eksekusi harus dilakukan
Fidusia wajib menyerahkan Benda yang
dengan cara mengajukan gugatan perdata
menjadi objek Jaminan Fidusia dalam
ke Pengadilan Negeri melalui proses
rangka pelaksanaan eksekusi Jaminan
hukum acara yang normal hingga turunnya
Fidusia. Dalam hal Pemberi Fidusia tidak
putusan pengadilan. Inilah pilihan yang
menyerahkan Benda yang menjadi objek
prosedural hukum formil agar dapat
Jaminan Fidusia pada waktu eksekusi
menjaga keadilan dan penegakan terhadap
dilaksanakan, Penerima Fidusia berhak
dikandungnya.2
mengambil Benda yang menjadi objek
Rasio yuridis penjualan jaminan fidusia
Jaminan Fidusia dan apabila perlu dapat
secara di bawah tangan adalah untuk
meminta bantuan pihak yang berwenang.
materiil
memperoleh
yang
biaya
perjanjian
sun
sisanya,
yang
hukum
terhadap
“pacta
ada
tertinggi
dan
Dari pengaturan pasal-pasal dapat
menguntungkan kedua belah pihak. Oleh
dilihat bahwa eksekusi Jaminan Fidusia
karena itu, perlu kesepakatan antara
dapat dilakukan melalui cara-cara, antara
debitur dengan kreditur tentang cara
lain :
menjual benda jaminan fidusia. Misalnya,
1)
Eksekusi langsung dengan titel
eksekutorial
1
2
Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak
Tanggungan, Yogyakarta, Laksbang Pressindo,
cetakan II, 2008, hlm.125,
kekuatannya
MKN UNSRI, Senin, 12 Oktober 2009, “Eksekusi
Objek Jaminan Fidusia Dengan Akta Dibawah
Tangan” tersedia di website http://mknunsri.blogspot.com/
2009/10/eksekusi-objekjaminan-fidusia-dengan.html diakses tanggal 16
Februari 2013
tetap.
yang
berarti
dengan
sama
putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum
3
Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, Suatu
Kebutuhan Yang Didambakan, Alumni:
Bandung, 2006, hlm.54
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
42
2)
Pelelangan Umum atau Parate
kecuali.4
Banyak
orang
yang
eksekusi
menyebutkan eksekusi identik dengan
3)
pelaksanaan putusan hakim yang telah
Penjualan di bawah tangan
4) Eksekusi
terhadap
barang
berkekuatan hukum tetap, namun dalam
perdagangan dan efek yang dapat
prakteknya
hal
diperdagangkan.
sepenuhnya
sama.
5) Eksekusi lewat gugatan biasa
tersebut
Eksekusi tidaklah selalu identik
dengan pelaksanaan
Menurut Pasal 197 ayat (5) HIR
atau Pasal 209 ayat (4) RBG Pejabat
yang menjalankan eksekusi diperintahkan
secara
tegas
acara”
eksekusi.
untuk membuat ”berita
Keabsahan
formal
eksekusi hanya dapat dibuktikan dengan
berita acara, menjalankan eksekusi ini
harus dituangkan dalam berita acara
dan harus disaksikan dan ditandatangani
oleh pihak yang menjalankan eksekusi dan
dua orang saksi dianggap tidak sah,
karena belum memenuhi syarat formal
cara
menjalankan
eksekusi.
Apalagi
keikusertaan tereksekusi menandatangani
sangat penting artinya, sebagai alat untuk
mematahkan tuduhan dikemudian hari.
Tindakan eksekutorial atau lebih
dikenal dengan eksekusi pada dasarnya
adalah
tindakan
menjalankan
melaksanakan
keputusan
Menurut Pasal 195
eksekusi
putusan
adalah
hakim
atau
pengadilan.
HIR
tidaklah
pengertian
menjalankan
oleh pengadilan. Hal
ini menunjukkan bahwa piutang kreditur
menindih pada seluruh harta debitur tanpa
putusan
yang tetap, mengingat
dalam
hakim
syarat utama
suatu eksekusi harus memiliki
“titel”, dan oleh karena dalam “titel”
tersebut terkandung “hak” seseorang yang
harus dilaksanakan. Adapun “titel” yang
dimaksud
dalam
putusan
pengadilan
ataupun dalam akta-akta otentik adalah
titel pada akta/putusan pengadilan yang
berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ternyata
“titel” eksekutorial bukan hanya terdapat
dalam putusan pengadilan, melainkan juga
terdapat dalam akta-akta otentik dengan
titel eksekutorial dimaksud dalam pasal
224 HIR/258 RBg, dikenal dengan nama
grosse acte.5 Eksekusi ternyata juga
tidak hanya berkaitan dengan putusan
pengadilan dan grosse akta, akan tetapi
istilah eksekusi juga terdapat di dalam
bidang
hukum
obyek
jaminan
pelaksanaan
hak
jaminan.
yang
Eksekusi
merupakan
kreditur pemegang
hak jaminan terhadap obyek jaminan,
4
Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak
Tanggungan, Yogyakarta, Laksbang Pressindo,
cetakan II, 2008, hlm.125
5
Herowati Poesoko, Op.Cit, hlm.127-128
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
43
apabila
debitur
wanprestasi
obyek
cedera
dengan
jaminan
janji
cara
untuk
atau
ayat (2) oleh Penerima Fidusia; (b)
penjualan
penjualan Benda yang menjadi objek
pelunasan
Jaminan Fidusia atas kekuasaan Penerima
hutangnya.
Eksekusi terhadap obyek jaminan,
Fidusia
sendiri
umum
serta
melalui
pelelangan
mengambil
pelunasan
selain berdasarkan kepada pasal 224
piutangnya dari hasil penjualan; dan (c)
HIR/258 RBg terdapat juga pengaturan
penjualan
yang khususnya terhadap pelaksanaan hak-
dilakukan
hak jaminan, dimana kreditur diberi hak
Pemberi
khusus,
atas
dengan cara demikian dapat diperoleh
kekuasaan sendiri apabila debitur cidera
harga tertinggi yang menguntungkan para
janji dikenal juga dengan nama “parate
pihak.
executie”
yakni
atau
hak
menjual
eksekusi
langsung.
di
berdasarkan
dan
Penerima
Menurut
Parate executie merupakan hak kreditur
beberapa
pertama
dibenarkan
untuk menjual barang-barang
bawah
Yahya
bentuk
tangan
yang
kesepakatan
Fidusia
Harahap,
pengecualian
undang-undang
ada
yang
yang
tertentu milik debitor secara lelang tanpa
memperkenankan
terlebih
fiat
dijalankan di luar putusan yang telah
pengadilan. Pengaturan parate executie
memperoleh kekuatan hukum tetap, yaitu
diatur secara khusus, misalnya seperti
:6 Pelaksanaan
yang terdapat dalam Pasal
1155 KUH
dijalankan lebih dahulu (uitvoerbaar bij
Perdata tentang Gadai, Pasal 6 Undang-
voorraad), sesuai pasal 180 ayat (1)
Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
HIR atau Pasal 191 ayat (1) RBg, di
Tanggungan dan Pasal 29 ayat (1)
mana
Undang-Undang
putusan
dahulu
mendapatkan
No.42
Tahun
1999
tentang Jaminan Fidusia.
putusan
yang
dapat
dapat
hakim
dapat
menjatuhkan
yang
memuat
amar putusan
dapat dilaksanakan lebih dahulu, yang
Pasal 29 ayat (1) Undang-undang
Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia menyatakan : apabila debitor atau
Pemberi Fidusia cidera janji, eksekusi
terhadap benda yang
eksekusi
jika
menjadi
objek
Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan
cara : (a) pelaksanaan titel eksekutorial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
lazim disebut “putusan” dapat dieksekusi
serta merta”, sekalipun terhadap putusan
itu dimintakan banding atau kasasi.
1.
Pelaksanaan putusan provisi sesuai
Pasal 180 ayat (1) HIR atau Pasal 191
ayat (1) RBg pada kalimat terakhir
6
Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan
Eksekusi Bidang Perdata, PT. Gramedia Pustaka
Tama, Jakarta, 1989, hlm.90
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
44
mengenai gugatan provisi (provisioneele
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
eis ), yakni tuntutan lebih dahulu yang
Terhadap kedua
bersifat sementara
kreditur dapat langsung meminta eksekusi
pokok
mendahului putusan
perkara.
Apabila
mengabulkan gugatan
provisi,
hakim
atau tuntutan
pihak
atas objek barang hak tanggungan dan
jaminan fidusia apabila debitor melakukan
wanprestasi membayar hutang, melalui
dieksekusi sekalipun perkara pokoknya
eksekusi penjualan melalui lelang karena
belum diputus.
diperjanjikan klausul “kuasa menjual”.
Akta
tersebut
ini,
dapat
2.
putusan
produk
perdamaian,
sebagaimana
Bentuk-bentuk
atau
klasifikasi
diatur Pasal 130 HIR atau Pasal 154
eksekusi dalam hukum acara perdata dapat
RBg.
digolongkan menjadi beberapa bentuk,
Menurut
tersebut,
ketentuan
selama
berlangsung,
pasal
persidangan
para pihak yang berperkara
dapat berdamai, baik atas anjuran hakim
maupun
atas
inisiatif
pihak
yang
berperkara. Apabila tercapai perdamaian
dalam persidangan, maka hakim membuat
akta perdamaian yang harus ditaati para
pihak. Sifat akta perdamaian yang dibuat
di persidangan
mempunyai kekuatan
hukum tetap eksekusi seperti putusan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
3.
Eksekusi terhadap grosse akta,
baik grosse akta hipotik maupun
grosse
akta pengakuan utang sebagaimana diatur
dalam Pasal 224 HIR
atau Pasal 258
RBg. Eksekusi yang dijalankan adalah
memenuhi isi perjanjian yang dibuat para
pihak dengan ketentuan perjanjian itu
berbentuk grosse akta.
4.
Eksekusi atas hak tanggungan dan
jaminan fidusia sesuai dengan Undangundang No.4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan dan Undang-undang
No.42
yaitu :7
1.
Eksekusi riil yaitu melakukan suatu
tindakan
nyata
atau
menyerahkan
mengosongkan
rumah,
dan
seperti
sesuatu
sebidang
melakukan
tertentu,
riil
barang,
tanah
suatu
atau
perbuatan
menghentikan
suatu
perbuatan atau keadaan.
2.
Eksekusi pembayaran uang yaitu
membayar sejumlah uang.
Perbedaan
eksekusi
riil
dengan
eksekusi pembayaran uang dapat diuraikan
sebagai berikut : 8
1.
Eksekusi riil mudah dan sederhana,
sedangkan eksekusi
pembayaran uang
memerlukan tahap sita eksekusi dan
penjualan eksekusi.
2.
Eksekusi
riil
terbatas
putusan
pengadilan, sedang eksekusi pembayaran
7
8
Ibid, hlm.108
Eugina Liliawati Mulyono, Eksekusi Grosse Akta
Hipotek Oleh Bank, Rinneka Cipta, Jakarta,
1996, hlm.63
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
45
uang meliputi akta yang dipersarnakan
dapat dilakukan dengan bantuan kekuatan
dengan putusan pengadilan.
hukum.”
3.
Eksekusi rill sumber hubungan
Tata cara dari rumusan Pasal 1033
hukumnya adalah upaya hukum yang
RV ini sangat mudah dan sederhana.
mengikuti persengketaan hak milik atau
Apabila pihak yang kalah tidak mau
persengketaan hubungan hukum yang
menjalankan putusan
didasarkan atas perjanjian jual beli, sewa
maka langkah selanjutnya adalah :9
menyewa atau perjanjian melaksanakan
1) Ketua
suatu
mengeluarkan
perbuatan,
pembayaran
hubungan
sedangkan
sejumlah
hukumnya
uang
sangat
eksekusi
dasar
secara sukarela,
Pengadilan
surat
Negeri
perintah
pengosongan (eksekusi).
terbatas
2) Perintah
menjalankan
eksekusi
sekali, semata-mata hanya didasarkan atas
ditujukan kepada jurusita.
persengketaan perjanjian utang piutang
3) Tindakan pengosongan meliputi
dan ganti rugi berdasarkan wanprestasi,
diri si terhukum, keluarganya dan
dan
barang-barangnya.
hanya
diperluas
berdasarkan
ketentuan Pasal 225 HlR dengan nilai
4) Eksekusi dapat dilakukan dengan
sejumlah uang apabila tergugat enggan
bantuan kekuatan umum (polisi dan jika
menjalankan perbuatan yang dihukumkan
perlu bantuan militer)
dalam waktu tertentu.
HIR
Adapun tata cara eksekusi riil
atau RBg sendiri hanya
mengatur eksekusi riil yang berkaitan
executoriale
verkoop,
dirumuskan di dalam Pasal 1033 RV yang
dengan
berbunyi
eksekusi riil terhadap barang yang dijual
:
“Kalau
menghukum
putusan
hakim
(memerintahkan)
lelang
atas
pembayaran
yaitu
utang
pengosongan barang tidak bergerak, dan
sebagaimana diatur di dalam Pasal 200
putusan
secara
ayat (11) HIR atau Pasal 218 ayat (2)
sukarela oleh pihak yang kalah (tergugat),
RBg, di mana terdapat suatu asas hukum.10
itu
tidak
dijalankan
Ketua Pengadilan mengeluarkan surat
perintah
kepada
jurusita
a)
untuk
dieksekusi merupakan satu kesatuan
melaksanakan pengosongan atas barang
yang
tersebut. Pengosongan itu meliputi diri
orang
yang
keluarganya,
dihukum
serta
barang-
barangnya dan pelaksanaan pengosongan
tidak
terpisah
dengan
pengosongan barang yang dilelang.
(dikalahkan)
seluruh
Penjualan lelang atas barang yang
9
10
Rochmat Soemitro, Peraturan dan Instruksi
Lelang, Eresco, Bandung, 1987, hlm.72
Etto Sunaryanto cs, Panduan Lelang PUPN,
Jakarta, 2006 hlm.4-5
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
46
b)
Oleh karena penjualan lelang
eksekusi merupakan kesatuan yang
tidak terpisahkan dengan pengosongan
Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia
oleh Kepolisian Republik Indonesia
barang yang dilelang, hukummemberi
Sistem
hukum
di
Indonesia
wewenang kepada Ketua Pengadilan
mengharuskan
Negeri untuk menjalankan pelaksanaan
menjamin kepastian hukum dan harus
pengosongan barang yang dilelang
bersendikan keadilan. Kepastian hukum
untuk diserahkan kepada pembeli lelang
artinya produk dan ketentuan hukum
apabila pihak yang kena lelang tidak
haruslah
memiliki
mau mengosongkannya secara sukarela.
keadilan
berarti
bahwa
hukum
harus
landasan
setiap
hukum,
produk
dan
Dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip
ketentuan hukum haruslah memenuhi rasa
eksekusi benda jaminan fidusia, berlaku
keadilan masyarakat, dan tidak merugikan.
beberapa hal antara lain :
11
1. Azas Spesialitas atas Fixed Loan :
menjamin kepastian hukum, Perkap No. 8
azas ini ditegaskan dalam ketentuan
Tahun
2011
bertujuan
untuk
Pasal 1 dan Pasal 2 Undang-Undang
terselenggaranya
pelaksanaan
eksekusi
No.42 tahun 1999 tentang Jaminan
jaminan fidusia secara aman, tertib, lancar,
Fidusia
dan dapat dipertanggungjawabkan; dan
2. Azas Asesor : azas ini ditegaskan
terlindunginya keselamatan dan keamanan
dalam ketentuan Pasal 42 Undang-
penerima
Undang No.42 tahun 1999 tentang
jaminan fidusia, dan/atau masyarakat dari
Jaminan Fidusia.
perbuatan
3. Azas Droit de Suite : azas ini
ditegaskan dalam ketentuan Pasal 27
ayat (2) Undang-Undang No.42 tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia.
4. Azas Preferen (Droit de Preference) :
merupakan hak untuk didahulukan
11
Sejalan dengan tujuan hukum untuk
jaminan
yang
fidusia,
dapat
pemberi
menimbulkan
kerugian harta benda/atau keselamatan
jiwa.
Dalam pelaksanaan eksekusi oleh
pihak kepolisian terdapat beberapa prinsip
sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 3
Perkap No. 8 Tahun 2011 yaitu :
azas ini ditegaskan dalam ketentuan
a) Legalitas,
Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang
pengamanan eksekusi jaminan fidusia
No.42 tahun 1999 tentang Jaminan
harus
Fidusia,
peraturan perundang-undangan;
sesuai
yaitu
dengan
pelaksanaan
ketentuan
Yahya Harahap, op.cit, hlm.209-210
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
47
b) Nesesitas,
yaitu
pengamanan
Apabila dikaitkan ketentuan Pasal 30
eksekusi jaminan fidusia diberikan
Undang-Undang Jaminan Fidusia dengan
berdasarkan
hukum acara perdata, maka eksekusi
penilaian
situasi
dan
kondisi yang dihadapi;
Jaminan Fidusia haruslah berdasarkan
c) Proporsionalitas, yaitu pengamanan
perintah dan dibawah Perintah Ketua
eksekusi jaminan fidusia dilaksanakan
Pengadilan Negeri (ex officio). Perintah
dengan
hakikat
eksekusi dikeluarkan Ketua Pengadilan
ancaman yang dihadapi dan pelibatan
Negeri (ex officio) dalam bentuk penetapan
kekuatan; dan
dan
memperhitungkan
d) Akuntabilitas,
yaitu
yang
diperintahkan
untuk
pelaksanaan
melaksanakan eksekusi adalah Panitera
pengamanan eksekusi jaminan fidusia
dan Juru sita Pengadilan Negeri (Pasal 197
dapat dipertanggungjawabkan.
ayat (1) HIR/Pasal 208 Rbg). Kewenangan
Berdasarkan prinsip tersebut diatas
maka dalam hal pengamanan eksekusi
jaminan fidusia oleh pihak kepolisian yang
utama adalam prinsip legalitas yaitu
pelaksanaan
jaminan
pengamanan
fidusia harus
eksekusi
sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Prinsip legalitas tersebut telah sesuai
dengan catur Prasetya yaitu Menjamin
kepastian berdasarkan hukum.
Dalam hal eksekusi maka peran
pihak
kepolisian
bukanlah
sebagai
eksekutor tetapi hanya sebagai pengaman
terlaksananya eksekusi secara aman, tertib,
lancar, dan dapat dipertanggung-jawabkan,
Sehingga pelaksanaan eksekusi itu sendiri
haruslah sesuai dengan hukum acara
perdata. Eksekusi merupakan tindakan
yang berkesinambungan dari keseluruhan
proses hukum acara perdata.
Ketua Pengadilan Negeri (ex officio)
memerintahkan dan memimpin jalannya
eksekusi, bukan hanya terbatas pada
pengeluaran surat penetapan eksekusi saja,
tetapi
juga
berwenang
melaksanakan
eksekusi, pelaksanaan lelang, tindakan
pengosongan dan penyerahan barang yang
dilelang kepada pembeli. Mengenai siapa
yang
dimaksud
berwenang
dengan
pihak
dalam
yang
pelaksanaan
pengambilan obyek Jaminan Fidusia dari
tangan
Pemberi
Fidusia
(debitur)
menunjuk pada ketentuan Pasal 200 ayat
(11) HIR.
Apabila
dilaksanakan
eksekusi
secara
tidak
dapat
sukarela
maka
eksekusi dilakukan secara paksa dengan
melibatkan pihak keamanan. Putusan yang
dapat dieksekusi pada hakikatnya adalah
putusan yang bersifat condemnatoir yang
pelaksanaanya jika pihak tergugat tidak
bersedia melaksanakan isi putusan secara
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
48
sukarela,
maka
pelaksanaannya
dapat
dengan mengunakan upaya paksa dengan
sebagaimana diatur di dalam Pasal 200
ayat (11) HIR.
bantuan aparat keamanan.
Objek jaminan fidusia yang telah
didaftarkan dan memperoleh sertifikat
jaminan fidusia serta adanya irah-irah :
“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang
Maha
Esa”
mempunyai
nilai
kekuatan eksekusi yang kuat yang melekat
pada sertifikat jaminan fidusia tersebut,
sama kekuatannya dengan nilai kekuatan
eksekusi yang melekat pada putusan
pengadilan
kekuatan
yang
telah
hukum
gewijsde),
tetap
sehingga
langsung
dan
mempunyai
(kracht
kreditur
segera
van
dapat
mengajukan
permohonan kepada ketua Pengadilan
Negeri
untuk
melaksanakan
eksekusi
pemenuhan isi perjanjian manakala debitur
cidera janji.
Dalam hal ini pihak kepolisian
melaksanakan
pengamanan
eksekusi
bukanlah berdasarkan adanya permintaan
dari pihak penerima jaminan fidusia
melainkan berdasarkan permintaan dari
juru sita pengadilan yang merupakan
pelaksana dari surat perintah eksekusi
yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan
Negeri. Ketentuan Pasal 6 dan Pasal 7
Peraturan
Kapolri
merupakan
Ketua
No.8 Tahun 2011
kewenangan
Pengadilan
tunggal
Negeri
dari
dalam
Apabila dikaji lebih mendalam maka
ketentuan pasal 4 sampai dengan pasal 13
Peraturan
Kapolri
No.8 Tahun 2011
bertentangan dengan Pasal 200 ayat (11)
HIR, karena berkaitan dengan eksekusi
yang berwenang penuh adalah Ketua
Pengadilan
Negeri.
Surat
perintah
penetapan eksekusi yang dikeluarkan oleh
Ketua Pengadilan Negeri memberikan
kewenangan penuh bagi juru sita untuk
melaksanakan eksekusi jaminan fidusia,
dan
pihak
membantu
kepolisian
dalam
disini
hal
hanya
pengamanan
eksekusi saja. Segala persyaratan untuk
pelaksanaan
eksekusi
dilakukan
oleh
pemohon eksekusi (penerima jaminan
fidusia) kepada Ketua Pengadilan Negeri
bukan kepada Kapolda atau Kapolres
tempat
eksekusi
dilaksanakan.
Hal
tersebut sama dengan putusan arbitrase
yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, putusan arbitrase tersebut tidak
dapat dieksekusi secara langsung tanpa
adanya surat penetapan eksekusi dari ketua
pengadilan negeri.
Akibat Hukum Pelaksanaan Eksekusi
Benda Jaminan Fidusia Oleh Penerima
Fidusia Berdasarkan Peraturan Kapolri
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia.
mengeluarkan surat penetapan eksekusi
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
49
Akibat hukum pelaksanaan eksekusi
benda
jaminan
fidusia
verset
(perlawanan),
disebutkan dalam ketentuan Pasal 30
Karena
disamakan
Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999
pengadilan yang telah “Inkracht” maka
tentang Jaminan Fidusia bahwa, Pemberi
pelaksaannya eksekusi jaminan fidusia
Fidusia wajib menyerahkan Benda yang
juga sama dengan eksekusi pengadilan,
obyek Jaminan Fidusia dalam rangka
(vide Pasal 4 Undang–undang No.14 tahun
pelaksanaan eksekusi Jaminan Fidusia.
1970, Pokok-pokok kekuasaan kehakiman)
Tindak lanjut dari adanya ketentuan pasal
yakni berdasarkan HIR bab IX tentang
tersebut adalah bahwa pihak debitur bisa
melaksanakan putusan hakim. Hakim akan
langsung
jaminan
memanggil, memperingatkan (anmanning)
tersebut langsung kepada kreditur apabila
hingga eksekusi yang dilakukan oleh juru
terjadi
sita.
mengambil
wanprestasi
sebagaimana
hukum biasa yang bisa dilakukan, seperti
benda
dalam
perjanjian.
Namun apabila terjadi kesulitan dalam
pelaksanaan
eksekusi
benda
Terkait
dengan
banding,
kasasi.
dengan
putusan
proses
eksekusi
jaminan
inilah juru sita pengadilan bisa meminta
fidusia tersebut, sesuai Peraturan Kapolri
bantuan aparat polisi terkait dengan proses
No.8 Tahun 2011 tentang Pengamanan
tersebut. Hal itu dapat pula dilihat pada
Eksekusi Jaminan Fidusia pihak Polri bisa
pasal 441 R.v., yang menyatakan secara
membantu pengamanan eksekusi tentunya
jelas, “Kreditur yang memegang keputusan
sesuai dengan syarat dan ketentuan yang
atau
berlaku sebagaimana diulas di pembahasan
eksekutorial bisa langsung menghubungi
di muka.
dan minta juru sita untuk melaksanakan
akte
yang
mengandung
title
Pasal 29 Undang-undang No.42
penyitaan atas harta debitur.” Namun hal
Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,
tersebut terkait peranan hakim untuk
menyatakan bahwa : Eksekusi terhadap
memanggil,
benda yang menjadi obyek jaminan fidusia
manning) hingga eksekusi yang dilakukan
dapat dilakukan dengan cara pelaksanaan
oleh juru sita, diabaikan oleh Peraturan
titel ekskutorial sebagaimana Pasal 15 ayat
Kepala
(2) oleh penerima fidusia. Sertifikat
Indonesia No.8 Tahun 2011 sebagai jalan
Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan
pintas (short cut) pelaksanaan eksekusi.
eksekutorial yang sama dengan putusan
pengadilan
yang
telah
memperingatkan
Kepolisian
Negara
(an
Republik
Sebagaimana telah dibahas bahwa
memperoleh
sesuai ketentuan Pasal 30 Undang-Undang
kekuatan hukum tetap (Pasal 15 UUJF),
Jaminan Fidusia dan hukum acara perdata,
maka dampaknya tidak ada lagi upaya
maka eksekusi Jaminan Fidusia haruslah
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
50
berdasarkan perintah dan dibawah Perintah
No.8 Tahun 2011 tentang Pengamanan
Ketua Pengadilan Negeri (ex officio).
Eksekusi Jaminan Fidusia tersebut, seolah-
Perintah
olah memberi kepastian hukum dalam
eksekusi
dikeluarkan
Ketua
Pengadilan Negeri (ex officio) dalam
pelaksanaan
bentuk penetapan dan yang diperintahkan
menimbulkan permasalahan baru dengan
untuk
tindakan
melaksanakan
eksekusi
adalah
eksekusi
hukum
namun
berupa
justru
tindakan
Panitera dan Juru sita Pengadilan Negeri
pengamanan dalam pelaksanaan ekskusi
(Pasal 197 ayat (1) HIR/ Pasal 208 Rbg).
yang kacau. Kekacauan tersebut karena
Kewenangan Ketua Pengadilan Negeri (ex
bertentangan dengan hukum acara perdata
officio) memerintahkan dan memimpin
yang berlaku dan Undang Undang Jaminan
jalannya eksekusi, bukan hanya terbatas
Fidusia.
pada pengeluaran surat penetapan eksekusi
Menurut hemat penulis adanya
saja, tetapi juga berwenang melaksanakan
Peraturan
Kepala
Kepolisian
Negara
eksekusi, pelaksanaan lelang, tindakan
Republik Indonesia No.8 Tahun 2011
pengosongan dan penyerahan barang yang
tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan
dilelang kepada pembeli.
Fidusia tersebut adalah sebagai legalitas
Mengenai siapa yang dimaksud
gaya baru penagihan hutang alias sebagai
dengan pihak yang berwenang dalam
debt collector terselubung. Padahal jelas
pelaksanaan pengambilan obyek Jaminan
bahwa Polri sebagai
Fidusia dari tangan Pemberi Fidusia
hukum pelaksana fungsi alat keamanan
(debitur) menunjuk pada ketentuan Pasal
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-
200 ayat (11) HIR. Apabila eksekusi tidak
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
dapat dilaksanakan secara sukarela maka
Tahun 1945 dan Undang Undang No.2
eksekusi dilakukan secara paksa dengan
Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik
melibatkan pihak keamanan.
Indonesia. Aturan main hal tersebut sudah
Putusan
yang dapat dieksekusi pada hakikatnya
jelas
adalah putusan yang bersifat condemnatoir
ketentuan Pasal 5 huruf H Peraturan
yang pelaksaannya jika pihak tergugat
Pemerintah No.2 Tahun 2003 tentang
tidak bersedia melaksanakan isi putusan
Peraturan
secara sukarela, maka pelaksanaannya
Negara Republik Indonesia disebutkan
dapat dengan mengunakan upaya paksa
bahwa
dengan bantuan aparat keamanan.
kehidupan bernegara dan bermasyarakat,
Dengan adanya Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagaimana
aparat penegak
Disiplin
dalam
anggota
tertuang
anggota
rangka
Kepolisian
Negara
dalam
Kepolian
memelihara
Republik
Indonesia dilarang : Menjadi penagih
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
51
piutang atau menjadi pelindung orang
tersebut. Namun juga ikatan tersebut
yang punya utang.
jangan memasung inovasi dan kreatifitas
Berdasarkan
berbagai
uraian
anggota
Kepolisian
Negara
Republik
tersebut di atas, maka perlu kiranya
Indonesia yang lalu membuat organisasi
Kepolisian Negara Republik Indonesia
tersebut statis dan tidak berkembang.
mempunyai mental dan dedikasi terhadap
pelaksanaan
tugas
kewajibannya
adalah organisasi yang mempunyai aturan
sebagai fungsi pelayan masyarakat dan
tata tertib intern yang baik dan kuat pula.
pelaksana keamanan masyarakat sesuai
Aturan tersebut dapat berbentuk peraturan
dengan falsafah Tri Barata dan Catur
disiplin, kode etik, maupun kode jabatan.
Prasetya sebagai pedoman langkah serta
Peraturan ini aadalah tentang disiplin,
Kode Etik Kepolisian Negara Republik
namun
Indonesia. Kepolisian Negara Republik
memisahkan secara tegas antara berbagai
Indonesia
untuk
aturan tersebut, selalu ada warna yang
melaksanakan tugas, tanggung jawab,
berbeda serta selalu ada tumpang tindih
kewajiban
dan
disiplin
antara berbagai aturan, namun harus
tugasnya
sebagai
tombak
diminimalkan hal-hal yang yang tumpang
perlu
dan
Organisasi yang baik dan kuat
kiranya
menegakkan
ujung
pelaksanaan keamanan dalam masyarakat.
disadari
bawa
sulit
untuk
tindih tersebut.
Suatu organisasi selalu mempunyai
Perkembangan kemajuan masyarakat
aturan intern dalam rangka meningkatkan
yang
kinerja,
merebaknya fenomena supremasi hukum,
profesionalisme,
budaya
cukup
seiring
Hak
organisasi tersebut serta untuk menjamin
demokratisasi, desentralisasi, transparansi,
terpeliharanya tata tertib dan pelaksanaan
dan
tugas sesuai dengan tujuan, peranan,
berbagai paradigma baru dalam melihat
fungsi, wewenang, dan tanggung jawab
tujuan, tugas dan fungsi, wewenang, serta
institusi tersebut. Organisasi yang baik
tanggung
jawab
bukanlan
Republik
Indonesia
orang
yang
Manusia,
dengan
organisasi, kehormatan dan kredibilitas
segerombolan
Azasi
pesat
akuntabilitas,
telah
globalisasi,
melahirkan
Kepolisian
yang
Negara
selanjutnya
berkumpul dan bebas bertindak semaunya,
menyebabkan pula tumbuhnya berbagai
karena organisasi harus mempunyai aturan
tuntutan dan harapan masyarakat terhadap
tata tertib perilaku bekerja, bertindak,
pelaksanaan
maupun bergaul antar anggota Kepolisian
Republik Indonesia yang makin meningkat
Negara Republik Indonesia dan bergaul
dan lebih berorientasi kepada masyarakat
dengan masyarakat lingkungan organisasi
yang akan dilayaninya.
tugas
Kepolisian
Negara
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
52
Peraturan
Kepala
Kepolisian
dan
[13])
makmur.12
Tindakan
Negara Republik Indonesia No.8 Tahun
pengamanan eksekusi liar tersebut dapat
2011
dikategorikan
tentang
Pengamanan
Eksekusi
sebagai
tindakan
main
(eigenrichting)
oleh
Jaminan Fidusia yang bertujuan sebagai
hakim
jaminan kepastian hukum pelaksanaan
penguasa melalui lembaga Polri. Apabila
eksekusi
pada
dilakukan pembiaran terhadap hal tersebut,
tindakan eksekusi yang tidak baik dan
adalah masyarakat tidak hormat dan tidak
cacat hukum, karena aparat Polri sebagai
percaya terhadap hukum (disrespecting
pelaksana pengamanan eksekusi objek
and distrusting the law).
justru
menjerumuskan
jaminan fidusia diartikan sebagai alat atau
sendiri
Dalam
pelaksanaan
hukum
unsur “penakut” untuk “menakut-nakuti”
materiil, khususnya hukum acara perdata
pelaksanaan eksekusi agar dapat sukses
adalah
dengan mengabaikan ketentuan hukum
mengatur
kepentingan-kepentingan
acara perdata
perseorangan,
dapatlah
melalui
yang berlaku. Kapolri
Peraturan
Kepala
segala
hukum
pokok
yang
dilaksanakan
Kepolisian
secara diam-diam diantara pihak yang
Negara Republik Indonesia No.8 Tahun
bersangkutan tanpa melalui ejabat atau
2011 telah mengabaikan standart eksekusi
instansi resmi. Akan tetapi sering terjadi
objek jaminan fidusia demi aspek “praktis”
bahwa
dalam pelaksanaan eksekusi.
dilanggar,
Hukum tumbuh dan berkembang
hukum
materrril
sehingga
perdata
ada
pihak
itu
yang
dirugikan kepentingannya atau haknya dan
dalam masyarakat, yang dibentuk dengan
terjadilah
tujuan
Suatu
kepentingan di dalam masyarakat. Untuk
peraturan hukum adalah untuk keperluan
melaksanakan hukum materiil perdata
penghidupan di dalam masyarakat demi
terutama dalam hal pelanggaran atau untuk
kebaikan
bersama,
mempertahankan berlangsungnya hukum
masyarakatnya
materiil perdata dalam hal ada tuntutan
menciptakan
hukum
dan
ketertiban.
ketentraman
mengutamakan
gangguan
keseimbangan
bukan kepentingan perseorangan atau
hak
golongan, hukum juga menjaga hak-hak
peraturan hukum lain disamping hukum
dan
materiil perdata itu sendiri.
menentukan
kewajiban-kewajiban
diperlukan
rangkaian
peraturan-
anggota masyarakatnya agar tercipta suatu
Peraturan hukum tersebut yang
masyarakat yang teratur dan damai, adil
dikenal dengan hukum formil atau hukum
12
S. Wiratmo, Pengantar Ilmu Hukum, perc.
Lukman Opset, Yogyakarta, 1979, hlm. 20
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
53
acara
perdata,
menjamin
hanya
ditaatinya
diperuntukkan
hukum
materiil
jaminan fidusia dengan maksud jika pada
suatu saat terjadi kredit macet maka
perdata. Ketentuan hukum acara perdata
kreditur selaku penerima fidusia dapat
pada umumnya tidak membebani hak dan
mengeksekusi tanpa hambatan (Pasal 1
kewajiban seperti yang dijumpai dalam
dan 2 Undang-Undang No.42 Tahun
hukum
1999).
materiil
perdata,
tetapi
Asas Accessoir. Jaminan fidusia
melaksanakan dan mempertahankan atau
b.
menegakkan
merupakan
kaidah
hukum
materril
perjanjian
ikutan
atau
perdata yang ada atau melindungi hak
tambahan atau pelengkap dari perjanjian
perseorangan.
pokok.
Hukum
acara
perdaata
Keberadaan
fidusia
perjanjian
pokok.
adlaah peraturan hukum yang mengatur
bergantung
bagaimana
Kembsahan, penghapusan benda obyek
cara
menjamin
ditaatinya
kepada
jaminan
hukum perdata materriil dengan perantara
jaminan
hakim. Dengan kata lain bahwa hukum
perjanjian pokok (Pasal 4 Undang-Undang
acara perdata adalah peraturan hukum
No.42 Tahun 1999) .
c.
fidusia
tergantun
kepada
Asas Droit de Suite, benda jaminan
fidusia tetap melekat dan mengikuti benda
yang menjadi obyek jaminan fidusia. Jika
Kesimpulan dan Saran
terjadi kredit macet maka Kreditor selaku
Berdasarkan uraian pada bab-bab
penerima
fidusia
tetap
sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa
benda
kesimpulan sebagai berikut :
dipergunakan
1. Prinsip-Prinsip eksekusi benda jaminan
debitur( Pasal 27 ayat (2) Undang-undang
yang
No.42 Tahun 1999).
harus
diperhatikan
dalam
pembebanan jaminan fidusia adalah :
a.
Obyek
d.
Asas spesialitas atas Fixed Loan.
jaminan
fidusia
merupakan
jaminan
mengeksekusi
untuk
tersebut
melunasi
untuk
hutang
Asas Droit de Preference. Kreditor
mempunyai
hak
istimewa
untuk
didahulukan
atau
diutamakan
untuk
jaminan untuk pelunasan hutang debitur,
mendapat pelunasan utang atas penjualan
yang
memberi
kedudukan
yang
benda obyek jaminan fidusia. Kualitas hak
penerima
fidusia
didahulukan tidak hapus walaupun debitur
terhadap kreditor lainnya. Oleh karena itu
pailit atau dilikuidasi (Pasal 27 ayat (3)
obyek jaminan fidusia harus jelas dan
Undang-Undang No.42 Tahun 1999).
tertentu, jumlah hutang debitur
e.
diutamakan
kepada
harus
pasti. Asas spesialitas terdapat dalam akta
wajib
Asas publisitas. Akta jaminan fidusia
didaftarkan
pada
Kantor
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
54
Pendaftaran Fidusia. Lahirnya fidusia pada
3.
saat pendaftaran, dan diterbitkan sertifikat
fidusia menurut Peraturan KAPOLRI No.8
jamiman fidusia
dengan Ira-ira Demi
Tahun 2008 bertentangan dengan pasal
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
195 pasal 1033 RV, pasal 200 ayat (11)
Maha Esa. Sertifikat Jaminan Fidusia
HIR,
tersebut
mengakibatkan
mempunyai
kekuatan
hukum
Pelaksanaan eksekusi benda jaminan
pasal
218
ayat
(2)
eksekusi
RBG
tersebut
sama dengan putusan hakim yang telah
kehilangan kekuatan hukum mengikat.
mempunyai
tetap,
Eksekusi tersebut merupakan perbuatan
sehingga jika terjadi kredit macet maka
melawan hukum (onrechtmatige daad) dan
kreditor
eigenrichting karena tindakan tersebut
kekuatan
berhak
hukum
mengeksekusi
benda
jaminan kemudian dijual di kantor lelang
diluar
negara untuk melunasi hutang debitur.
pemberi fidusia dan/atau siapa saja yang
2.
merasa dirugikan dapat menuntut ganti
Standar pengamanan eksekusi benda
jaminan
fidusia
olek
Kepolisian
RI
kewenangan;
kerugian
kepada
sehingga
pihak
kreditor
pihak
dan
menurut Peraturan KAPOLRI No.8 Tahun
Kepolisian Republik Indonesia . Eksekusi
2008
Eksekusi
Sertifikat Jaminan Fidusia tetap atas
Jaminan Fidusia bertentangan dengan
perintah dan dibawah pimpinan Ketua
pasal 1033 RV, pasal 200 HIR, Pasal218
Pengadilan Negeri, tanpa mengurangi hak
RBG yang mengatur tata cara eksekusi.
dan wewenangnya untuk melimpahkan
Dalam
delegasi
Tentang
Pengamanan
peraturan
KAPOLRI
tersebut,
eksekusi
kepada
Pengadilan
Kepolisian mengambil alih wewenang
Negeri yang lain yang bersangkutan( Pasal
Ketua Pengadilan Negeri. Putusan hakim
195 ayat (2) HIR/Pasa; 206 ayat (2) RBG.
yang telah mempunyai kekuatan hukum
Kewenangan Ketua Pengadilan Negeri
tetap dan/atau eksekusi Sertifikat Jaminan
untuk memerintahkan dan melimpahkan
Fidusia, Sertifikat Hipotik, Sertifikat Hak
eksekusi merupakan kewenangan yang
Tanggungan wewenang tunggal Ketua
bersifat
Pengadilan
Pengadilan Negeri tersebut dalam bentuk
Fidusia
Negeri.
Eksekusi
jaminan
menurut Peraturan KAPOLRI
ex
officio.
Perintah
Ketua
Penetapan.
tersebut di atas adalah eksekusi yang
Bertitik tolak kepada permasalahan yang
bersifat
(eigenrichting)
menghakimi
sendiri
ada dan dikaitkan dengan kesimpulan yang
sehingga
merupakan
telah dikemukakan di atas, maka dapat
perbuatan melawan hukum oleh penguasa
(onrechtmatige daad overheids daad).
diberikan saran sebagai berikut :
1.
Ketentuan pasal 4 sampai dengan
pasal 13 Peraturan Kepala Kepolisian
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
55
Negara
Republik
Indonesia
No.8
Tahun 2011 bertentangan dengan tata
cara
eksekusi
sebagaimana
yang
diatur di dalam pasal Pasal 1033 RV
dan Pasal 200 ayat (11) HIR atau
Pasal 218 ayat (2) RBg, maka
hendaknya
Kapolri
mencabut
Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia No.8 Tahun 2011
supaya
tidak
ketidakpastian
menimbulkan
hukum
dalam
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia;
2.
Kapolri hendaknya membentuk
Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek
Hak
Tanggungan,
Yogyakarta,
Laksbang Pressindo, cetakan II, 2008
Rochmat Soemitro, Peraturan dan
Instruksi Lelang, Eresco, Bandung,
1987
S. Wiratmo, Pengantar Ilmu Hukum, perc.
Lukman Opset, Yogyakarta, 1979
Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia,
Suatu Kebutuhan Yang Didambakan,
Alumni: Bandung, 2006,
Yahya
Harahap,
Ruang
Lingkup
Permasalahan
Eksekusi
Bidang
Perdata, PT. Gramedia Pustaka Tama,
Jakarta, 1989,
Peraturan Kepala Kepolisian dalam
hal pengamanan eksekusi bagi semua
eksekusi riil tanpa harus membedabedakan apakah itu jaminan fidusia,
jaminan hak tanggungan maupun
eksekusi
putusan
yang
http://mkn-unsri.blogspot.com/
2009/10/eksekusi-objek-jaminanfidusia-dengan.html
telah
mempunyai kekuatan hukum tetap,
karena pada dasarnya pihak kepolisian
hanya
membantu
dalam
hal
pengamanan eksekusi.
Biodata Singkat Penulis
Kukuh Sugiarto Kurniawan, S.H., M.H.
DAFTAR PUSATAKA
Etto Sunaryanto cs, Panduan Lelang
PUPN, Jakarta, 2006
adalah lulusan Program Pasca Sarjana
Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universita Jember tahun 2013.
Eugina Liliawati Mulyono, Eksekusi
Grosse Akta Hipotek Oleh Bank,
Rinneka Cipta, Jakarta, 1996
Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek
Hak
Tanggungan,
Yogyakarta,
Laksbang Pressindo, cetakan II, 2008
JURNAL RECHTENS, Vol. 2, No. 2, Desember 2013
Download