ILMU&TEKNOLOGI Z OM OUT Binatang Sel Tunggal Terbesar dari Laut Dalam SAN DIEGO — Para ahli kelautan menemukan binatang bersel tunggal terbesar di dunia yang hidup di kedalaman 10,6 kilometer di Samudra Pasifik. Satu sel bisa berukuran lebih dari 10 sentimeter. Binatang sel tunggal tersebut adalah Xenophyophore, yang hanya hidup di laut dalam. Organisme ini bisa beradaptasi dengan kegelapan, temperatur rendah, dan tekanan tinggi. Xenophyophore mampu menyerap beraneka partikel dari laut, termasuk timbal, uranium, dan air raksa. Karena itu, binatang ini dikenal kebal terhadap logam berat berdosis tinggi. “Xenophyophore merupakan raksasa yang mengagumkan karena bisa beradaptasi pada kondisi ekstrem namun sangat rapuh,” ujar peneliti laut dalam dari Scripps Institution of Oceanography, University of California, San Diego, Lisa Levin, pekan ini. Keunikan ini membuat Xenophyophore memegang peran penting dalam lingkungan ekstrem. Berbagai makhluk laut bersel jamak menjadikan sel ini sebagai inang. Karenanya kehadiran Xenophyophore membuka pintu baru bagi keanekaragaman hayati. Menurut ahli mikrobiologi dari Scripps, Doug Bartlett, biodiversitas berpotensi menciptakan teknologi yang mendukung adaptasi terhadap lingkungan ekstrem. Untuk mencari binatang ini, para ahli harus mengirimkan peralatan khusus bernama Dropcam ke kedalaman Challenger di Palung Mariana. Sebuah kamera bawah air beresolusi tinggi lengkap dengan lampu ditanamkan di dalam gelembung gelas. Mereka meletakkan umpan di bagian luar Dropcam yang berguna untuk menarik perhatian binatang laut. Temuan ahli dari Universitas California, San Diego, ini tercatat sebagai rekor Xenophyophore terdalam yang pernah diketahui. Ekspedisi sebelumnya hanya menemukan binatang ini dari kedalaman 7,5 kilometer. ● PHYSORG | ANTON WILLIAM SELASA, 25 OKTOBER 2011 Tumpahan minyak kapal MV Rena mengancam daerah konservasi di Selandia Baru. NAPIER — Burung-burung penguin kecil ini bukan ingin tampil modis dengan mengenakan sweater warna-warni. Baju hangat itu terpaksa dikenakan sebagai perlindungan terhadap tumpahan minyak kapal MV Rena yang mengotori perairan tempat mereka tinggal di Mount Maunganui, Selandia Baru. Sweater wol itu dapat melindungi penguin biru kecil dari serangan udara dingin dan mencegah mereka menelan minyak mentah yang menempel ketika melicinkan bulu dengan paruh mereka. Baju hangat yang erat melekat di badan itu menjaga penguin tetap hangat sampai mereka cukup sehat untuk digosok dengan sabun dan menghilangkan minyak yang menempel. Tumpahan minyak dari kapal MV Rena yang terdampar di Teluk Plenty tersebut menyebabkan sekitar seribu penguin mati, termasuk penguin biru yang merupakan spesies asli negara itu. Untuk menyelamatkan burung kecil ini, sebuah toko benang di Selandia Baru meminta orang merajut sweater bagi burungburung itu. Minyak sangat berbahaya bagi penguin karena bulu mereka sangat berbeda dibanding burung lain. Penguin, yang sesungguhnya tahan dingin, memiliki bulu kecil dengan panjang ber- LINGKUNGAN variasi yang sangat lebar. Bulu itu melekat di tubuh mereka seperti Velcro, menciptakan pakaian selam kedap air. “Ketika kamu menjatuhkan setetes minyak ke atas penguin, minyak itu akan menciptakan sebuah kanal sehingga air dapat masuk,”kata Kevin McGowan dari Laboratorium Ornithologi, Cornell University, seperti dikutip ABCNews.“Minyak itu seperti lubang pada pakaian selam Sweater untuk Penguin mereka.” McGowan mengatakan sweater itu bagaikan kerah plastik yang dikenakan pada anjing untuk mencegah mereka menggaruk jahitan pasca-operasi atau menggaruk kepala. “Ketika penguin basah, temperatur rendah dapat melakukan penetrasi, terutama di dalam air, membuat mereka kedinginan,”kata McGowan. Namun juru bicara Maritime New Zealand (MNZ) mengatakan pusat satwa liar telah memiliki stok sweater yang memadai, apalagi cuaca sedang hangat. “Penguin juga mungkin tak terlalu menyukai baju wol itu,”kata pengurus burung di Kebun Binatang Auckland seperti dikutip Bay of Plenty Times. “Memasang sweater seperti itu pada penguin mungkin justru akan membuat mereka bertambah stres.” Penguin liar seperti itu belum pernah berinteraksi dengan manusia. “Burung itu sudah cukup stres tanpa harus mengenakan sweater,” dia menambahkan. Entah sweater itu baik atau justru membuat penguin stres, yang jelas tumpahan minyak MV Rena amat mengganggu kehidupan burung biru tersebut. Pada saat ini mereka sedang memasuki musim berkembang Kontainer dalam posisi yang tak pasti. Lebih dari 80 unit tersapu dari kapal. biak. Mereka terkena genangan minyak ketika berenang ke pantai untuk menemukan liangnya. Hingga kemarin, tim satwa liar negara berusaha mencegah genangan minyak mencapai daerah konservasi lepas pantai. Lebih dari 10 ton minyak yang bocor dari kapal berbendera Liberia itu diperkirakan bergerak perlahan menuju utara dan dapat mencapai Pulau Tuhua Mayor, yang berjarak 36 kilometer, pada Rabu mendatang. Peristiwa tumpahan minyak ini bertepatan dengan masa sejumlah spesies burung pantai yang berada di pulau dilindungi itu bersarang atau memberi makan anak-anak mereka.Tim satwa liar Selandia Baru mengerahkan pesawat untuk melakukan pengamatan udara dan memantau tumpahan minyak baru serta melacak lintasannya. Rob Service, pejabat Maritime New Zealand, yang bertanggung jawab atas penanganan masalah tersebut, menyatakan bahwa operasi pemulihan minyak yang tumpah itu hanya berhasil mengumpulkan sedikit minyak. “Kami langsung bergerak ketika mendengar ada kebocoran baru, dan mengirimkan empat Retakan dan patahnya kerangka kapal di sisi kiri kapal. Haluan kapal pecah dan terpuntir akibat tumbukan dengan terumbu karang. Retakan lebar di sisi kanan kapal. Sekitar 1.200 ton bahan bakar minyak masih berada di atas kapal. TERU KARA MBU NG A STRO LABE 1 meter TERUMBU KARANG ASTROLABE 19 28 m 35 37 m 8 56 m 20 13 Rena 6 3 7 A12 meter di bawah permukaan laut GRAPHICNEWS