BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. Riset Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, 32,6 juta orang hidup dengan kanker di seluruh dunia dengan 14,1 juta kasus baru. Dari data di atas diketahui kanker paru menyumbang angka penderita paling besar, sekitar 13 % dari total penderita. Setelah itu, disusul oleh kanker payudara dengan persentase 11,9 % dan kanker kolon persentase penderita atau 9,7 %. Hal ini tentu menjadi masalah serius mengingat angka kematian karena kanker juga cukup besar (IARC, 2012). Di Indonesia, prevalensi penyakit tumor dan kanker mencapai 5,3 % (Riskesdas, 2008). Dari data tersebut diketahui kanker serviks dan ovarium serta kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak terdiagnosa (Oemiati et al., 2011). Sementara kanker paru, kanker prostat, dan kanker kolon menyusul di posisi selanjutnya (RS Dharmais, 2010 dan YKI,2013). Kanker kolon merupakan penyakit akibat pertumbuhan abnormal sel yang menyerang usus besar (kolon). Terkadang pertumbuhan abnormal sel juga mencapai bagian rectum sehingga kadang disebut juga kanker kolorektal. Kanker kolon juga termasuk jenis kanker gastrointestinal yang banyak diderita (Attard et al., 2010). Di dunia, kanker kolon menempati posisi ketiga jenis kanker paling sering terdiagnosa (WCRF, 2008). Di Indonesia, prevalensi kanker kolon pada tahun 2006 mencapai 1,8 / 100.000 penduduk (Kemenkes, 2006). 1 2 Berbagai penelitian yang berkembang sejak awal tahun 2000 menyatakan hipotesis yang saling bertolak belakang mengenai efek buah dan sayuran dalam menurunkan resiko terjadinya kanker kolon. Penelitian Flood et al. (2002) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi buah dan sayur dengan penurunan resiko kanker kolon pada wanita yang mengikuti Breast Cancer Detection Demonstration Project di Amerika Serikat. Sementara penelitian lain menyatakan bahwa konsumsi sayuran tidak secara signifikan menurunkan resiko adenoma kolon – prekursor terjadinya kanker kolon – namun grup sayuran tertentu seperti sayuran berwarna kuning, sayuran berwarna hijau tua, bawang bombay, dan bawang putih dapat menurunkan resiko terjadinya adenoma kolon (Millen et al., 2007). Selain penelitian yang menyatakan bahwa buah dan sayur tidak berhubungan secara signifikan terhadap kanker kolon juga terdapat penelitian yang menyatakan bahwa buah dan sayuran dapat menurunkan resiko terjadinya kanker kolon. Penelitian Riboli and Norat (2003) menyatakan konsumsi buah dan sayuran berhubungan dengan penurunan resiko kanker esofagus, paru, lambung, dan kolorectal; konsumsi sayuran tanpa buah berhubungan dengan penurunan resiko kanker payudara; dan konsumsi buah tanpa sayuran berhubungan dengan penurunan resiko kanker kandung kemih. Selain itu juga terdapat penelitian Duijnhoven et al. (2009) yang menyebutkan konsumsi buah dan sayur dapat menurunkan resiko kanker kolon di 10 negara di Benua Eropa. Meskipun terjadi ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai buah dan sayur terhadap resiko 3 kanker kolon, namun diyakini mencegah kanker kolon lebih efektif daripada mengobati kanker kolon (Liu, 2003). Daun singkong (Manihot esculenta Crantz) merupakan jenis sayur-sayuran yang mudah ditemui di berbagai daerah di Indonesia. Sayuran ini juga banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Daun singkong kaya akan kandungan vitamin dan mineral seperti vitamin A dan vitamin C serta zat besi, kalsium, serta fosfor. Kandungan energi daun singkong juga relative lebih besar dibanding jenis sayuran hijau lainnya (Thomas, 2012). Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa singkong atau umbi akarnya mengandung derivat valin dan isoleusin berupa glikosida sianogenik linamarin dan lotaustralin (Jorgensen et al., 2011). Derivat ini dapat menjadi sitotoksik potensial (Idibie et al., 2007). Masyarakat mempercayai daun singkong memiliki berbagai manfaat untuk pengobatan penyakit. Daun singkong dipercaya dapat mengobati rematik, asam urat, anemia, konstipasi, serta untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Adi, 2006). Selain itu senyawa bioaktif yang terkandung seperti linamarin dan lotaustralin, karoten, dan vitamin C yang terdapat dalam daun singkong diduga mempunyai sifat anti kanker (Idibie et al., 2007; Adi, 2007; Gloria et al., 2014; Kontek et al., 2013). Namun sayangnya belum banyak penelitian mengenai khasiat daun singkong yang diteliti secara ilmiah sehingga klaim-klaim tersebut hanya berupa pengalaman yang terjadi di masyrakat. Penelitian mengenai efek antikanker yang terkandung dalam daun singkong belum banyak dibuktikan secara ilmiah. Namun riset mengenai kemampuan linamarin, -karoten, dan vitamin C sebagai agen antikanker sudah banyak 4 dilakukan. Mekanisme linamarin dalam pengobatan kanker dengan menggunakan terapi gen linamarase misalnya sudah diteliti oleh Cortes pada tahun 2002. Sementara penelitian Idibie (2006) menyatakan linamarin pada umbi akar terbukti secara in vitro memiliki efek sitotoksik terhadap sel HT-29, MCF-7, dan HL-60. Penelitian Yusuf et al. (2006) yang menggunakan linamarin pada daun singkong juga menunjukkan efek sitotoksik pada sel Caov-3 dan sel HeLa. Penelitian Enger et al. (1996), menyatakan bahwa -carotene protektif melawan adenoma kolon daripada karotenoid lain pada tahap awal pembangunan tumor. Penelitian (Kontek et al. (2013) menyatakan vitamin C berpengaruh positif terhadap tingkat kerusakan DNA oksidatif pada sel kanker kolon. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai sifat antikanker linamarin yang diperoleh dari ekstrak daun singkong pada sel kanker kolon WiDr. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana aktivitas ekstrak daun singkong rebus terhadap penghambatan sel kanker kolon WiDr ? 2. Bagaimana aktivitas ekstrak daun singkong mentah terhadap penghambatan sel kanker kolon WiDr ? 3. Bagaimana perbedaan aktivitas antikanker ekstrak daun singkong rebus dan mentah terhadap penghambatan sel kanker kolon WiDr ? 5 C. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum Mengetahui aktivitas antikanker pada daun singkong (Manihot esculenta Crantz) terhadap penghambatan sel kanker kolon WiDr. b. Tujuan khusus 1. Mengkaji aktivitas antikanker pada ekstrak daun singkong masak terhadap penghambatan sel kanker kolon WiDr. 2. Mengkaji aktivitas antikanker pada ekstrak daun singkong mentah terhadap penghambatan sel kanker kolon WiDr. 3. Mengetahui perbedaan aktivitas antikanker ekstrak daun singkong masak dan daun singkong mentah terhadap penghambatan sel kanker kolon WiDr. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kemampuan daun singkong (Manihot esculenta Crantz) sebagai zat antikanker terutama pada sel kanker kolon. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai potensi daun singkong baik in vivo pada kasus kanker kolon maupun in vitro pada sel kanker yang lainnya. E. Keaslian Penelitian Penelitian Yusuf et al. (2006) menunjukkan bahwa daun singkong secara in vitro memiliki efek inhibisi terhadap aktivitas pertumbuhan sel kanker manusia. Sel 6 kanker yang digunakan adalah Caov-3 – cell line kanker ovarium – dan sel HeLa – adenocarcinoma serviks. Nilai IC50 dari kedua cell line tersebut berturut-turut adalah 38µg/ml dan 57µg/ml. Dalam penelitian ini linamarin diperoleh dari ekstrak daun singkong yang dilarutkan dalam pelarut air. Penelitian Idibie (2006), ekstrak umbi akar diuji efek sitotoksiknya pada tiga sel kanker. Sel kanker tersebut adalah sel HT-29 (turunan adenocarcinoma kolon), MCF-7 (cell line kanker payudara), dan HL-60 (cell line kanker darah). Dari hasil penelitian ini diperoleh IC50 berturut-turut sebesar > 300µg/ml, 235,96 ± 9,87 µg/ml, dan 246,51 ± 10,12 µg/ml setelah inkubasi selama 48 jam. Linamarin dalam penelitian ini diperoleh dari ekstrak umbi akar yang diekstrak menggunakan methanol. Dari penelitian ini diketahui konsentrasi IC50 akan menurun apabila linamarin diberikan dengan enzim linamarasenya. Penelitian van Empel (2012) dengan judul Efek Sitotoksik Ekstrak Etanol Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Kultur Sel WiDr Secara In Vitro menggunakan metode MTT dalam pengujian efek sitotoksiknya. Metode MTT adalah metode pengujian sitotoksik yang dapat mengukur proliferasi sel atau pertumbuhan sel dengan menggunakan prinsip kolorimetrik.