BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Pada hakikatnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga bertindak sebagai makhluk sosial dimana manusia memiliki kebutuhan dan kebiasaan untuk berinteraksi dengan manusia lainya. Dalam melakukan interaksi tersebut tidak terlepas adanya peran vital komunikasi di dalamnya. Menurut Carl I. Hovland (Mulyana 2007 : 68) Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate). Komunikasi merupakan suatu hal yang lazim dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Tubs dan Moss (Mulyana, 2007: 52),Secara luas dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan sewaktu-waktu bila individu ingin berkenalan, menjalin hubungan dengan individu lain serta ketika seorang individu ingin mengungkapkan kebutuhan dan keinginan mendasar yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut. Efektifitas suatu komunikasi berkaitan dengan banyak hal, salah satunya adalah kualitas konsep diri seseorang. Konsep diri merupakan salah satu aspek penting dalam berinterkasi George Herbert Mead mengatakan bahwa setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi (Mulyana 2007 : 11). Selain berguna dalam sosialisasi bermasyarakat, komunikasi juga berperan aktif dalam pembentukan konsep diri seseorang. Seperti (dalam Mulyana 2007:6) Komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. Kita sadar bahwa kita manusia karena orang-orang sekeliling kita menunjukkan kepada kita lewat Universitas Sumatera Utara perilaku verbal dan non verbal mereka bahwa kita manusia, Menurut Dedy Mulyana (Mulyana 2007 :8). William H Fitts (Agustiani 2009 :138-139) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang karena konsep diri seseorang merupakan acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Fitts mengatakan bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya, berarti ia menunjukkan suatu kesadaran diri dan kemampuan terhadap dunia luar dirinya. Fitts juga mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang. Konsep diri merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan komunikasi interpersonal seseorang, bagaimana seseorang menilai dirinya dan bagaimana ia menempatkan diri ketika berkomunikasi dengan orang lain. Maka, komunikasi akan menimbulkan kesan bagi diri sendiri dan orang lain. Kesan yang dirasakan orang lain terhadap kita dan cara mereka bereaksi terhadap kita, bergantung pada cara kita berkomunikasi dengan mereka, termasuk cara kita berbicara dan cara penampilan kita. hal tersebut biasa terjadi di lingkungan tempat tinggal dan lingkungan pekerjaan. Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara merupakan pusat kegiatan baik industri, ekonomi, dan pemerintahan. Untuk melakukan semua kegiatan tersebut sudah tentu menggunakan sarana transportasi. Sarana transportasi yang paling umum digunakan adalah mobil dan motor yang setiap hari jumlahnya terus meningkat sehingga telah membawa dampak terhadap masalah pengaturan parkir yang sering sekali ditemui di Kota Medan. Data dari ditlantas Poldasu sampai dengan tahun 2014, jumlah kendaraan yang ada di Kota Medan telah mencapai 5.531.777 unit. Dan dari jumlah tersebut sepeda motor mendominasi sebanyak 86,29 persen, mobil penumpang 7,91 persen, mobil barang 4,50 persen dan bus 1,30 persen (Harian Jurnal Asia, 2015). Berdasarkan data diatas, Kota Medan sangat membutuhkan lahan parkir yang mencukupi untuk menampung jumlah kendaraan yang terus meningkat, sementara di Kota Medan sendiri lahan parkir yang tersedia adalah parkir tepi jalan umum 153 Lokasi, Universitas Sumatera Utara parkir tepi jalan 353 Lokasi, tempat khusus parkir 4 lokasi, pelataran parkir 47 lokasi, parkir insidential 3 lokasi (http://repository.usu.ac.id di akses 10 Oktober 2015). Berdasarkan jumlah kendaraan yang terus meningkat dan jumlah lahan parkir yang tidak mencukupi, membuat munculnya banyak lahan parkir illegal atau lahan parkir yang memanfaatkan badan jalan yang seharusnya tidak digunakan sebagai lahan parkir. seirirng dengan semakin menjamurnya lahan parkir, tidak sedikit pula masyarakat Kota Medan yang menjadikan hal ini sebagai mata pencarian mereka dengan menjadi juru parkir baik yang resmi maupun tidak resmi. Profesi Juru Parkir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaannya mengatur mobil yang akan parkir (http://kamuskbbi.web.id diakses 9 Oktober 2015). Penjaga parkir adalah profesi yang berkaitan dengan ketertiban. Dalam hal ini, penjaga parkir adalah pekerjaan atau profesi yang bertugas untuk merapikan dan menjaga kendaraan, agar kendaraan dapat parkir dengan tertib dan aman.Perlengkapan utama seorang juru parkir adalah Peluit,Pakaian seragam,Karcis,Rambu kecil stop yang dipasang pada suatu tongkat, atau tongkat dengan lampu berwarna merah bila bertugas pada malam hari,Rompi yang memantulkan sinar (scothlite) yang penting bila bertugas pada saat hari gelap/malam hari. (https://id.wikipedia.org/wiki/Juru_parkir diakses 9 oktober 2015). Tingginya resiko yang di tanggung ketika menjalani profesi ini, seperti tidak menghiraukan cuaca panas ataupun hujan, resiko kecelakaan kerja yang tinggi seperti tertabrak kendaraan lain saat sedang bekerja, pertanggung jawaban apabila sewaktu-waktu terjadi pencurian yang menimpa kendaraan pengunjung, perebutan lahan parkir atau korban aksi premanisme dan sebagainya. membuat profesi juru parkir ini awalnya sebagian besar di lakoni oleh kaum pria. Namun, dengan meningkatnya angka pengangguran dan kebutuhan pokok saat sekarang ini yang semakin tinggi mengharuskan keluarga miskin untuk tetap berusaha mempertahankan kehidupannya di tingkat yang layak. Selain menghemat biaya pengeluaran, memanfaatkan seluruh sumberdaya manusia dalam keluarga untuk mendapatkan penghasilan, merupakan cara yang sering dilakukan keluarga miskin untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Akibat dari permasalahan seperti ini Universitas Sumatera Utara tidak hanya kaum pria yang dituntut untuk mendapatkan penghasilan lebih. Bagi kaum wanita hal tersebut juga telah menjadi suatu keharusan. Berdasarkan hal tersebut membuat tidak hanya kaum pria yang menjadikan profesi juru parkirmenjadi alternatif mata percariannya. Kaum wanita juga telah ada yang memilih profesi juru parkir ini sebagai lahan pencariannya. Keadaan ini menarik tidak hanya karena jenis pekerjaan yang masih belum banyak di lakoni oleh kaum wanita, masalah paradigma pembagian kerja keluarga dalam masyarakat menjadi sebuah hambatan bagi wanita yang bekerja, dalam paradigma tersebut pria atau suamilah yang berada di area pekerjaan publik atau yang bertanggung jawab memenuhi nafkah keluarga. Sedangkan wanita atau seorang istri berada di area domestik atau yang bertanggung jawab mengatur rumah tangga dan anak-anak. Hal tersebut membuat wanita yang lebih banyak beraktivitas di luar rumah terutama yang bertujuan untuk mencari nafkah seringkali dianggap kurang pantas dan tabuh dalam masyarakat atau dengan mudah mendapatkan stereotip negative dari masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti konsep diri wanita yang berprofesi sebagai juru parkir di Kota Medan. 1.2 Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Konsep Diri Wanita Yang Berprofesi Sebagai Juru Parkir di Kota Medan ? 1.3 Pembatasan Masalah Untuk memperjelas ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti agar tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut : 1. Penelitian hanya terbatas kepada wanita yang telah berkeluarga dan berprofesi sebagai juru parkir di Kota Medan yang telah bekerja selama 3 (tiga) bulan dan masih bekerja. 2. Penelitian ini ingin melihat dan mengetahui konsep diri wanita yang berprofesi sebagai juru parkir di Kota Medan. 3. Penelitian ini dilakukan pada 25 April 2016 – 18 Juni 2016 Universitas Sumatera Utara 1.4 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan ini mengetahui dan memahami bagaimana konsep diri wanita yang berprofesi sebagai juru parkir berdasarkan kajian psikologi komunikasi : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri pada wanita yang berprofesi sebagai juru parkir di Kota Medan. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah serta memperluas wawasan di bidang ilmu komunikasi, khususnya dalam kajian Psikologi Komunikasi 2. Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian dan diharapkan dapat memperkaya bahan bacaan mahasiswa serta dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu komunikasi FISIP USU 3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi masyarakat secara umum mengenai konsep diri wanita yang berprofesi sebagai juru parkir di Kota Medan. dan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dalam penanganan masalah-masalah dalam ruang lingkup ilmu komunikasi khususnya Psikologi Komunikasi. Universitas Sumatera Utara