PENGARUH KOMBINASI VITAMIN C DAN E TERHADAP KADAR FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH) PADA TIKUS YANG TERPAPAR MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG) Wiwin Rohmawati *) *) Prodi D Iii Kebidanan Stikes Muhammadiyah Klaten Korespondensi : [email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Turunan dari asam amino glutamate yang berbentuk glutamate salah satunya adalah Monosodium gluatamat (MSG). Mengkonsumsi MSG yang berlebihan dapat menyebabkan nekrosis pada neuron hipotalamus dan nukleus arkuata hipotalamus, kemandulan pada jantan dan betina, berkurangnya berat hipofisis anterior, adrenal, tiroid, uterus, ovarium, dan testis, kerusakan fungsi reproduksi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh kombinasi vitamin C dan E terhadap kadar Follicle Stimulating Hormone (FSH) pada tikus yang terpapar monosodium glutamate (MSG). Metode: Penelitian ini terdiri dari lima kelompok perlakuan yaitu K(-) kontrol negatif, K(+) dipapar MSG (140 mg/ 200 gBB), P1 mendapat MSG 140 mg/200gBB+vitamin C 0,2 mg/gBB+vitamin E 0,04IU/gBB; P2 mendapat MSG 140 mg/200gBB+vitamin C 0,4 mg/gBB+vitamin E 0,04IU/gBB dan P3 mendapat MSG 140 mg/200gBB+vitamin C 0,8 mg/gBB+vitamin E 0,04IU/gBB. Pengukuran FSH dengan menggunakan Elisa. Hasil: penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara K(+) dengan perlakuan (p value>0,05). Kombinasi dosis vitamin C dan vitamin E yang dapat memberikan efek pada kadar FSH adalah pada kelompok perlakuan P3 (MSG 140 mg/200gBB+vitamin C 0,8 mg/gBB+vitamin E 0,04IU/gBB). Kesimpulan: Pada penelitian ini adalah bahwa kombinasi dosis Vitamin C dan E meningkatkan FSH melalui perbaikan stress oksidatif. Kata Kunci: MSG, Kombinasi Vitamin C dan E , FSH PENDAHULUAN Penelitian ini dilatar belakangi oleh berbagai penelitian tentang pengaruh mengkonsumsi monosodium glutamat (MSG) secara berlebihan, dapat memberikan pengaruh buruk pada tubuh.Setelah bertahun-tahun digunakan, muncul efek yang tidak menyenangkan dari MSG, yaitu berupa rasa kebas dan jantung berdebar-debar, mual, sakit kepala yang kemudian dikenal dengan “Chinese restaurant syndrome” (Sand, 2005). Tetapi pada beberapa penelitian hewan coba membuktikan bahwa MSG tidak memberikan pengaruh buruk sehingga Food and Drugs Administration menyatakan bahwa MSG masih aman jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu. Berdasarkan latar belakang seperti diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh kombinasi vitamin C dan E terhadap kadar follicle stimulating hormone (FSH) pada tikus yang terpapar monosodium glutamate (MSG), penelitian ini diharapkan akan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Stress oksidatif adalah suatu keadaan dimana tingkat kelompok ROS yang toksik melebihi pertahanan antioksidan dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas yang akan bereaksi dengan lemak, protein, dan asam nukleat seluler sehingga terjadi kerusakan total dan disfungsi organ tertentu (Syahrizal, 2008). Pada studi lain ditunjukkan produksi ROS berhubungan dengan glutamateexitotocity pada mitokondria. Infertilitas timbul akibat keadaan stress oksidatif yang disebabkan MSG, ditandai dengan pembentukan radikal bebas (Kalsum dkk, 2010). Teori yang melandasi penelitian ini diantaranya, MSG menyebabkan ablasi arcuate nuclei dan ventromedial nuclei di hipotalamus. Kedua area ini mengatur asupan makanan (food intake), perilaku seks (sex behaviour) dan fungsi reproduksi (reproductive function). Fungsi reproduksi, dimana terjadi gangguan hipothalamus-hipofisis-gonad-axis (Camihort, 2005).Hiperplasia dan pengecilan ukuran dari LH gonadotrope dan FSH gonadotrope, menyebabkan penurunan sekresi Luteinizing Hormon (LH) dan Follicle Stimulating Hormon (FSH) ke dalam darah. Dengan berkurangnya kadar LH dan FSH di dalam darah, (Camihort, 2005; Maidawilis, 2010); (Wakidi, 2012) maka yang sampai ke target organ juga tidak mencukupi untuk mendukung gonad berkembang (hypogonad) dan menjalankan fungsinya. Gambaran morfometrik sel-sel hipofisis anterior mencit betina yang diberi MSG, dengan pemeriksaan secara imunohistokimia terlihat adanya perubahan ukuran sel, densitas dan volume sel dari LH gonadotopes, corticotropes, thyrotropes pada mencit jantan yang disuntik MSG. Sedangkan FSH gonadotrope terjadi juga perubahan dari ketiga komponen, walaupun secara statistik tidak bermakna (Camihort, 2005). Ketidakseimbangan sistem reproduksi yang ditimbulkan dapat berupa gangguan atau supresi ovulasi.Gangguan reproduksi yang terjadi dapat berupa gangguan menstruasi yang meliputi keterlambatan menarche, fase luteal yang singkat dan tidak adekuat, bahkan terjadinya infertil yang reversibel (Agarwal, 2012). Sukandar (2006) efek radikal bebas dalam tubuh akan dinetralisir oleh antioksidan yang dibentuk oleh tubuh sendiri dan suplemen dari luar melalui makan, minuman, dan obat-obatan seperti vitamin C, vitamin E dan lain -lain. MSG sebagai neurotoxic menyebabkan perubahan penurunan astrocit di korteks serebral pada tikus albino dan suplemen vitamin C terbukti dapat melindungi perubahan tersebut (Farombi, 2006). Wakidi (2012), antioksidan vitamin C, E dan kombinasinya dapat menunjukkan efek protektif terhadap mutu sperma mencit yang dipajan MSG. Hal ini disebabkan karena vitamin C dan vitamin E sebagai antioksidan dapat menghentikan reaksi berantai radikal bebas. Kombinasi vitamin C dan vitamin E bermanfaat pada sistem reproduksi pada pria yaitu dapat memulihkan berat dan volume testis, diameter tubulus seminiferus dan jumlah sel spermatogenesis pada mencit yang dipajankan MSG. Efek modulasi dari antioksidan vitamin C (Vit C), vitamin E (Vit E) terhadap kerusakan oksidatif yang disebabkan MSG dalam hati, ginjal dan otak tikus sudah diteliti. Efek antioksidan pada kemungkinan genotoxicity MSG diteliti dalam sumsum tulang tikus.MSG secara intraperitoneal dengan dosis 4 mg / g berat badan nyata meningkatkan malondialdehid (MDA) pembentukan dalam hati, ginjal dan otak tikus. Simultan Vit C, Vit E pada tikus MSG secara signifikan mengurangi peningkatan di MDA yang diinduksi oleh MSG. Vit E mengurangi peroksidasi lipid dalam hati diikuti oleh Vit C, sementara Vit C menunjukkan kemampuan lebih besar untuk melindungi otak dari kerusakan membran dari pada VIT E (Farombi, 2006). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pencegahan kombinasi vitamin C dan E penurunan kadar FSH pada tikus betina (rattus norvegicus) yang terpaparMSG. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Laboratorium ilmu Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan mulai dari Oktober sampai dengan November 2013, dimana rincian waktunya adalah : selama 1 minggu aklitimasi dan 6 minggu untuk waktu perlakuan, selanjutnya waktu yang tersisa digunakan untuk penganalisaan data. Penelitan ini dilakukan secara eksperimental laboratorik dengan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan post test dengan kelompok kontrol (Randomized Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini menggunakan sampel berupa 25 tikus putih (rattus norvegicus) galur wistar, sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.Jumlah sampel hewan coba untuk tiap perlakuan adalah 5 ekor tikus, selain itu untuk mengantisipasi apabila ada tikus yang mati saat masa adaptasi dan perlakuan maka setiap kelompok ditambah 1 ekor tikus sebagai cadangan sehingga jumlah tiap kelompok menjadi 6 ekor. Ekperimen ini terdiri dari lima kelompok perlakuan antara lain: I. (K-) tanpa paparan MSG dan Kombinasi Vitamin C dan Vitamin E, II. K (+) dipapar MSG (140 mg/ 200 g BB) tanpa kombinasi Vitamin C dan Vitamin E, III. P 1 dipapar MSG (140 mg/ 200 g BB) diberi kombinasi Vitamin C dosis 0,2 mg/gr BB dan Vitamin E 0,04 iu/ gr BB, IV. P2 dipapar MSG (140 mg/ 200 g BB) diberi Vitamin C dosis 0,4 mg/gr BB dan Vitamin E 0,04 iu/ gr BB, V. P 3 dipapar MSG (140 mg/ 200 g BB) diberi Vitamin C dosis 0,8 mg/gr BB dan Vitamin E 0,04 iu/ gr BB. Pemberian MSG secara sonde.Masing – masing kelompok diulang 5 kali. Pemberian MSG diperoleh dari Sigma Aldrich Ptc Ltd. Singapura, dilarutkan dengan aquades. Pemberian Vitamin C secara sonde yang sudah dilarutkan dengan aquades.Pemberian Vitamin E dilarutkan dengan minyak wijen, semua pemaparan selama 42 hari.Pengukuran FSH dilakukan dengan mengambil Pipet 50µl standar, sampel dan QC kedalam Mikro Plate.Menambahkan 100 µl Enzyme Conjugate untuk tiap Mikro Plate, kemudian shaker selama 2-5 menit. Inkubasi pada suhu 370C selama 2 jam, kemudian membuang larutan yang ada di Mikro Plate tadi kemudian cuci dengan washing Solution dengan volume 300 µl dan shaker selama 3 menit, ulangi pencucian selama 5 kali, setelah selesai balikkan, tekan kuat dengan kertas penyerap untuk mengeringkan dengan tissue. Tambahkan 100 µl larutan TBM substrate ke setiap Mikro Plate sesuai dengan urutan.Inkubasi tabung selama 20 menit pada suhu ruang tutup dengan kaca film lalu dibungkus dengan aluminium poil. Menghentikan reaksi dengan menambahkan 50 µl Stop Solution kedalam tiap Mikro Plate dengan lembut, campuran digoyang selama 5 detik. Kemudian masukkan Mikro Plate kedala ELISA Spektrophotometer untuk melihat kadar FSH. Analisis data menggunakan uji Anova dengan SPSS versi 17 serta dilanjutkan dengan uji korelasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisa pada variabel kadar FSH didapatkan koefisien Saphiro-Wilk masing-masing sebesar 0,975 dengan signifikansi sebesar 0,784.Jika nilai signifikansi dibandingkan dengan α = 0,05, maka dapat dipastikan bahwa nilai signifikansi lebih besar daripada α = 0,05. Sehingga, dari pengujian ini dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas telah terpenuhi.Pengujian asumsi homogenitas ragam dilakukan dengan menggunakan uji Levene. Asumsi homogenitas ragam dikatakan terpenuhi jika nilai signifikansi hasil penghitungan lebih besar daripada α = 0,05. Proses pengujian pengaruh kombinasi vitamin C dan E terhadap kadar FSH dilakukan dengan one way Anova. Sebagaimana telah dijelaskan dalam metode penelitian, perlakuan yang diberikan meliputi kontrol negatif, kontrol positif, P 1, P 2, dan P 3. Secara deskriptif, rata-rata kadar FSH pada masing-masing perlakuan dijelaskan dalam tabel berikut. Tabel 1.Tabel Rerata Kadar FSH Tiap Kelompok pKelompok αΊ‹ ± SD value Kontrol (-) 34.7 ± 6.19bc Kontrol (+) 22.92 ± 5.2a P1 28.36 ± 2.79ab 0,003 bc P2 32.54 ± 4.22 P3 36.08 ± 5.61c Keterangan: Pada rata-rata ±sd jika memuat huruf yang berbeda berarti ada perbedaan yang bermakna (p<0.05) dan jika memuat huruf yang sama berarti tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0.05). Gambar 1. Perbandingan Rata-Rata FSH Pembahasan Analisa Data Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan analisis statistik SPSS versi 17.0 for windows. Data hasil penelitian berupa kadar FSH serum tikus, dianalisis dengan menggunakan metode One Way Anova yang dilanjutkan dengan analisis Post-Hoc LSD. One Way Anova digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok data, sedangkan analisis LSD digunakan untuk mengetahui pada kelompok mana perbedaan bermakna tersebut terjadi. Sebelum menganalisa data kadar FSH dengan One Way Anova, dilakukan pengujian variasi data melalui uji homogenitas dan uji distriusi (normalitas) data untuk memenuhi syarat penggunaan Anova. Uji homogenitas data adalah untuk menguji apakah varian data memiliki pola yang sama atau tidak. Hasil uji homogenitaskadar FSH menunjukkan bahwa nilai p = 0,715. Karena nilai p > 0,05, maka variasi data yang diperoleh sudah homogen sehingga syarat uji Anova terpenuhi. Uji normalitas data menunjukkan bahwa distribusi hasil penelitian adalah normal sehingga syarat uji Anova juga terpenuhi. Analisis data dilanjutkan dengan menggunakan uji One way Anova hasil yang didapat secara umum terdapat perbedaan yang bermakna yang terjadi antar kelompok tikus yang diteliti.Kemudian dilanjutkan dengan uji Post hoc Multiple Comparasion dengan metode LSD.Dari hasilpost hoc test dengan menggunakan LSD 5%, pada perbandingan kontrol negatif dengan kontrol positif, didapatkan nilai sig < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pemaparan MSG pada tikus berdampak pada penurunan kadar FSH. Jika kontrol negatif dibandingkan dengan perlakuan pemberian vitamin C dan E beberapa level dosis, didapatkan nilai sig > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kombinasi vitamin C dan E mampu mencegah penurunan kadar FSH. Perbandingan antara kontrol positif dengan perlakuan P 1 (vitamin C dosis 0,2 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) menunjukkan nilai sig > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kadar FSH yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok P 1. Atau dengan kata lain, pemberian dosis pada P 1 (vitamin C dosis 0,2 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) belum mampu meningkatkan kadar FSH secara signifikan. Sedangkan pada perbandingan antara kontrol positif dengan P 2 (vitamin C dosis 0,4 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) dan P 3 (vitamin C dosis 0,8 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB), didapatkan nilai sig < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kadar FSH antara kelompok kontrol positif dengan perlakuan P 2 dan P 3. Atau dengan kata lain, perlakuan P 2 (vitamin C dosis 0,4 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) dan P 3 (vitamin C dosis 0,8 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) mampu mencegah penurunan kadar FSH secara signifikan. Perbandingan antara perlakuan P 2 (vitamin C dosis 0,4 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) dengan P 3 (vitamin C dosis 0,8 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) menunjukkan nilai sig > 0,05. Hal ini mengandung pengertian bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan ratarata kadar FSH antara kelompok P 2 dengan P 3. Atau dengan kata lain, dari pengujian ini didapatkan bahwa perlakuan terbaik yang mampu mencegah penurunan kadar FSH secara optimal adalah perlakuan P 3 (vitamin C dosis 0,8 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) karena memiliki rata-rata kadar FSH yang paling tinggi, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis 2 (vitamin C dosis 0,4 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB). Pada hasil pengujian pengaruh pemberian kombinasi vitamin C dan E terhadap kadar FSH, koefisien regresi pada persamaan regresi sebesar 0,992. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pemberian kombinasi vitamin C dan E sebesar 0,1mg/gr, mampu meningkatkan kadar FSH sebesar 0,0992. Nilai R-Square sebesar 39,4% menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dan E berpengaruh terhadap peningkatan kadar FSH sebesar 39,4%. Sedangkan sisanya sebesar 60,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. FSH mempunyai fungsi utama untuk merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium, tetapi tidak menyebabkan ovulasi. FSH dibentuk oleh sel-sel basophil dari lobus anterior hipofisa, dimana pembentukan FSH ini akan berkurang pada pembentukan esterogen dalam jumlah cukup, suatu keadaan yang dapat dikatakan sebagai umpan balik negatif. FSH diperlukan untuk transisi sekunder folikel preantral untuk masuk stadium antral.Salah satu kerja FSH adalah menginduksi aromatase di sel granulosa dan juga menginduksi sitokrom P450 reduktase.FSH menginduksi reseptor LH di sel granulosa folikel provulatori dan pada tahap ahir pematangan, LH dapat megikuti fungsi FSH (Tanaka, 2004). Di akhir pematangan dari sel folikel, terjadi kenaikan estrogen yang tiba-tiba sehingga terjadi penurunan FSH yang drastis diikuti dengan lonjakan LH (LH surge) yang tiba-tiba pula.LH merangsang enzim pencernaan dari ovum yang matang untuk dapat menembus dinding folikel, sehingga terjadi ovulasi. Folikel yang ruptureakan berubah menjadi corpus luteum (Sperrof, 2005). Antioksidan endogen yaitu merupakan antioksidan secara alami berada dalam sel manusia diantaranya adalah superokside dismutase (SOD), katalase (CAT), dan gluthathion peroksidase (GPx). Antioksidan eksogen adalah antioksidan yang berasal dari luar tubuh, berasal dari makanan sehari-hari seperti vitamin-vitamin (vitamin C, vitamin E,ß–karoten), dan senyawa fitokimia (karotenoid, isoflavon, saponin, polifenol). Pertahanan sel terhadap spesies oksigen reaktif (ROS) melalui mekanisme, reduksi enzimatik, pengeluaran oleh vitamin antioksidan, perbaikan membran dan DNA yang rusak oleh enzim dan kompartementasi.Enzim scavenger bersifat antioksidan mengeluarkan atau menyingkirkan superoksida dan hidrogen peroksida.Vitamin E, vitamin C dan karotenoid, sebagai vitamin antioksidan dapat menghentikan reaksi berantai radikal bebas. Mekanisme perbaikan DNA dan pengeluaran asam lemak teroksidasi dari membran, juga dijumpai di sel (Huy,et al, 2008). Berdasarkan hasil dan kajian pustaka yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang menyatakan bahwa kombinasi vitamin C dan vitamin E dapat mencegah penurunan kadar FSH telah dibuktikan. Dalam hal ini Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat menangkal adanya radikal bebas.Namun demikian pada dosis 2 dan 3 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian kombinasi Vitamin C dan Vitamin E dapat mencegah penurunan kadar FSH pada tikus yang di papar MSG dan pada dosis paling tinggi 0,8 mg/gr bb dan Vitamin E 0,04 mg/gr bb adalah dosis yang dapat mencegah penurunan kadar FSH. KEPUSTAKAAN Sand, J. 2005. A Short Histrory of MSG good science, bad science and taste cultures.The Journal of Culture: 34-48. Syahrizal, D. 2008. Pengaruh Proteksi Vitamin C terhadap Enzim Transaminase dan Gambaran Histopatologis Hati Mencit yang dipapar Plumbum. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. Kalsum, U, Ilyas S dan Hutabean S. 2010. Pengaruh Pemberian Vitamin C dan E Terhadap Gambaran Histologis Testis Mencit yang Dipajankan Monosodium Glutamate. Departemen Biologi Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara. Camihort G, Dumm CG, Luna G, Ferese C, Jurad S, Moreno G, et al. 2005. Relationship Between Pituitary and Adipse Tissue After Hypthalmic Denervatin in Female Rat. Cells Tissue Organs.179 (4): 192-201. Maidawilis. 2010. Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat Terhadap Kadar Follicle Stimulating Hormon dan Luteinizing Hormon Mencit (Mus Musculus) Betina Strain Jepang. Tesis. Universitas Andalas, Padang. Wakidi, Riza F. 2012. Efek Protektif Vitamin C dan E Terhadap Mutu Sperma Mencit Jantan Dewasa Yang Dipajan Dengan Monosodium Glutamat. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. Sukandar, E. 2006. Stress Oksidatif Sebagai Faktor Resiko Penyakit Kardiovaskuler. Farmacia. 6: 1 Agarwal, A., Mellado, A.A., Premkumar., Shaman, A., Gupta S. 2012. The Effects of Oxidative Stress on Female Reproductive: a review. Reproductive Biology and Endocrinology. 49 (10); 1-31. Farombi EO, Onyema OO. 2006. Monosodium Glutamat-Induced Oxidative Damage and Genotoxicity in the Rat: Modulatory Role of Vitamin C, Vitamin E and Quercetin.Human & Experimental Toxicology. Tanaka. Y.O. Tsunoda, H. MD, Kitagawa, Y. 2004. Fungsioning Ovarian Tumors: Direct and indirect Finding at MR Imaging. Radio Graphics, (24):S147-S166. Sperrof, L. Fritz M. A. 2005. Female Infertility, In Clinical Gynaecologic Endocrinology and Infertility. 7th edition. Philadelpia, PA: Lippincott Williams and Wilkinds. 1014-1019. Huy, Lien Ai Pham, Hua Hue, Chuong Pam. 2008. Free Radicals, Antioxidants in Disease and Health. International Juornal of Biomedical Science. 4. (2).