1 HANDOUT Nama Mata Kuliah Nomor Kode Program Studi Jurusan Fakultas Dosen Mata Kuliah Pertemuan : : : : : : Pendidikan IPS (3 SKS) SOA 170 Pendidikan Sosiologi Antropologi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd Drs. Gusraredi : 2-3 I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) Mahasiswa mampu menjelaskan hakekat Ilmu Penegtahuan Sosial (IPS) II. Materi Pokok: 1. Konsep Dasar IPS a. Sejarah Perkembangan IPS b. Kedudukan IPS dalam Struktur Ilmu Pengetahuan c. Hubungan Ilmu-Ilmu Sosial dengan IPS d. Ruang Lingkup IPS III. Uraian Materi A. Sejarah Perkembangan IPS Dilhat secara historis epistemologis, sulit menelusuri bagaimana perkembangan IPS di Indonesia karena terdapat dua alas an esensial: 1. Di Indonesia tidk ada lembaga profesional bidang Pendidikan IPS (PIPS) seperti NCSS, lembaga serupa yang dimiliki Indonesia yaitu HISPISI (Himpunan Serjana Pendidikan IPS Indonesia) yang usianya masih sangat muda dan produktivitas akademisnya masih sangat terbatas. 2. Selanjutnya perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontologi ilmu pendidikan (disiplin) IPS sampai saat ini masih sangat bergantung pada pemikiran 2 individual atau kelompok pakar yang ditugasi secara insidental untuk mengembangkan perangkat kurikulum IPS melalui Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarjana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang Diknas) dan Pusat Kurikulum dan Buku (Puskurbuk Diknas). Mengenai Istilah IPS pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawamangu, Solo. Terdapat 3 istilah yang muncul dari Seminar Nasional di Tawamangu dan selanjutnya digunakan secara bertukar, yaitu: 1. Pengetahuan Sosial/ Social Science 2. Studi Sosial/ Social Studies 3. Ilmu Pengetahuan Sosial/ Social Education Di samping itu Penggunaan Konsep IPS pertama kali muncul dalam dunia persekolahan terjadi pada tahun 1973 dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. Dalam kurikulum PPSP ini IPS menggunakan beberapaistilah, yakni: 1. Studi Sosial 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Civic dan Hukum Dalam pandangan ahli Barr pada tahap ini kurikulum PPSP mengenai Konsep Pendidikan IPS diwujudkan dalam 3 bentuk: 1. PIPS terintegrasi dengan nama PKN/ Studi Sosial 2. PIPS terpisah, dimana istilah IPS hanya digunakan sebagai konsep payung untuk mata pelajaran Geografi, Sejarah dan Ekonomi 3. PKN sebagai suatu bentuk PIPS khusus, yang dalam konsep Social Studies termasuk "Citizenship Transmission." Selanjutnya pada kurikulum 1975 PIPS menampilkan 4 profil, yaitu: 1. PMP menggantikan PKN sebagai suatu bentuk PIPS khusus yang mewadahi Citizenship Transmission 2. PIPS terpadu untuk SD 3. PIPS terkonfederasi untuk menempatkan IPS sebagai konsep payung pelajaran Geografi, Sejarah dan Ekonomi Koperasi 3 4. PIPS terpisah yang mencakup mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi untuk SMA atau Sejarah dan Geografi untuk SPG. Pada kurikulum PIPS tahun 1984 masih sama dengan tahun 1975, tetapi pada kurikulum tahun 1984 mengalami penyempurnaan. Dalam Kurikulum tahun 1994 mata pelajaran PPKn merupakan mata pelajaran sosial khusus yang wajib diikuti oleh semua siswa dalam setiap jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA). Mata pelajaran IPS dapat diwujudkan dalam: 1. PIPS terpadu di SD kelas 3 sampai dengan kelas 6 2. PIPS terkonfederasi di SLTP mencakup mata pelajaran Geografi, Sejarah dan Ekonomi Koperasi 3. PIPS terpisah pada jenjang SMU, hampir mirip dengan "Social Studies" tetapi merupakan bagian Ilmu Pengetahuan Sosial Sedangkan Kurikulum PIPS tahun 2004, mata pelajaran IPS hampir sama dengan yang terdapat pada kurikulum 1994. Tetapi perbedaannya terletak pada jenjang SMA, mata pelajaran Sosiologi yang tadinya hanya diperoleh siswa kelas 3 saja sekarang sudah diberikan pada siswa kelas 2. Maka terdapapat 2 versi mengenai PIPS tersebut, yaitu: 1. PIPS untuk pendidikan dasar dan menengah 2. PIPS untuk jurusan Pendidikan IPS di Perguruan Tinggi Titik tolak pemikiran mengenai kedudukan konseptual PDIPS atau objek telaah dari sistem pengetahuan PDIPS tersebut, adalah: 1. Karakteristik potensi perilaku belajar siswa SD, SLTP, dan SMA. 2. Karakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau JPIPS-STKIP 3. Kurikulum dan bahan ajar IPS SD, SLTP dan SMA 4. Disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora dan disiplin ilmu lain yang relevan 5. Teori, prinsip, strategi, media dan evaluasi pembelajaran IPS 6. Masalah-masalah sosial dan masalah ilmu dan teknologi yang berdampak sosial 7. Norma Agama yang melandasi dan memperkuat profesionalisme 4 B. Kedudukan IPS dalam Struktur Ilmu Pengetahuan Pendidikan IPS dipandang sebagai sebuah pendidikan disiplin ilmu dengan menggunakan identitas bidang kajian bersifat ekletik yang dikenal dengan “an intregrated system of knowledge “, “synthetic disclipine”, “multidimensional”, dan “kajian konseptual sistemik” merupakan kajian (baru), hal iniberbeda dari bidang kajian monodisiplin atau disiplin ilmu “tradisional. Pendekatan Monodisiplin atau sering disebut juga sebagai pendekatan struktural, yaitu suatu bentuk atau model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu saja, tanpa menghubungkan dengan struktur ilmu yang lain. Jadi, pengembangan materi berdasarkan ciri dan karakteristik dari bidang studi yang bersangkutan. Karena adanya pertimbangan semakin kompleksnya permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia maka pada tahun 1970an mulai diperkenalkan Pendidikan IPS (PIPS) sebagai sebuah pendidikan disiplin ilmu(penggunaan istilah Pendidikan disiplin ilmu pertama kali dikemukakan oleh Numan Somantri dalam berbagai karya tulis). Gagasan tentang PIPS ini membawa implikasi bahwa PIPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner, multidimensional bahkan cross-disipliner. Karakteristik ini mulai nampak dari perkembangan PIPS sebagai salah satu mata pelajaran disekolah yang cakupan materinya sudah semakin meluas seiring dengan semakin kompleks dan semakin rumitnya permasalahan sosial yang memerlukan banyak kajian secara terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, teknologi, humaniora, lingkungan bahkan sistem kepercayaan. Keberadaan IPS sebagai sebuah program pendidikan disiplin ilmu dalam beberapa konteks pendidikan Nasional Indonesiadapat diharapkan akan memberikan pemikiran-pemikiran yang mendasar berkaitan dengan perkembangan struktur, metodologi, dan pemanfaatan PIPS sebagai pendidikan disiplin ilmu yang dibangun dan dikembangkan, serta ke mana arah / ruang lingkup, tujuan, dan sasaran pengembangan yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu yang menjadi dasar pertimbangan dengan dimasukkannya social studies ke dalam kurikulum sekolah adalah mengingat kemampuan siswa sangat menentukan dalam pemilihan dan pengorganisasian materi pembelajaran IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat sekitar di mana IPS diajarkan. Selanjutnya bahan atau materi ajar yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, 5 serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini dipandang bahwa IPSakan lebih mudah untuk dipahami karena dapat memberikan makna yang lebih besar bagi para siswa dari pada bahan pengajaran yang cenderung abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial tertentu. C. Hubungan Imu-ilmu Sosial dengan IPS Terdapat beberapa hubungan ilmu-ilmu sosial dengan IPS, yaitu: 1. IPS bukan sebagai disiplin ilmu seperti IIS, tetapi IPS lebih tepat sebagai suatu bidang kajian. 2. Pendekatan dalam IPS adalah pendekatan multidisipliner atau interdisipliner. Tetapijustru IIS menggunakan pendekatan disiplin ilmu atau monodisiplin. 3. IPS senagaja dirancang untuk kepentingan pendidikan, oleh karena itu keberasaan IPS lebih memfokuskan pada dunia persekolahan. Sedangkan IIS keberadaannya bisa di dunia persekolahan, PT, atau bahkan dipelajari di masyarakat umum sekalipun. 4. IPS disamping menggunakan IIS sebagai bahan pengembangan materi pembelajaran dilengkapi dengan mempertimbangkan aspek psikologis-pedagogis Perbedaan mendasar antara ilmu-ilmu sosial dengan pengetahuan sosial terletak pada tujuan masing-masing.Dimana Ilmu sosial lebih bertujuan memajukan dan mengembangkan konsep dan generalisasi melalui penelitian ilmiah, dengan melakukan hipotesis untuk menghasilkan teori atau teknologi baru. Di sampingitu, tujuan ilmu pengetahuan sosial lebih bersifat pendidikan, bukan penemuan teori ilmu sosial. Saah satu orientasi inti studi ini adalah diupayakanuntuk keberhasilannya mendidik dan membuat siswa mampu untukmengoperasionalisasikan ilmu pengetahuan sosial, berupa terciptanya tujuan instruksional. Maka mengacu pada uraian tersebut ilmu pengetahuan sosial menggunakan bagian-bagian ilmuilmu sosial untuk kepentingan pengajaran. Maka, berbagi konsep dan generalisasi ilmu sosial harus disederhanakan agar lebih mudah dipahami oleh murid-murid yang umumnya belum matang untuk membelajari ilmu-ilmu tersebut. Hal ini akanmenempatkan pentingnya keberadaan IPS secara metodologis dan keilmuan dapat dikatakan belum adanya setara dengan ilmu sosial. Jika kita mendiskusikan persamaan antara social studies dengan social sciencesyaitu terletak pada sasaran yang diselidiki yaitu manusia dan kehidupan bermasyarakat. Keduanya membahas masalah yang timbul akibat hubungan (interrelationship) manusia. Dengan kata lain, 6 keduanya mempelajari tentang masyarakat manusia, dan segala aspek kehidupan sosial masyarakat dan problem-problem yang muncul dalam masyarakat. D. Ruang Lingkup IPS Mengenai ruang lingkup dan bagaiman cakupan konsep dasar dari IPS dapat dikemukakan sebagi berikut 1.Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin bidang akademis, tetapi lebih merupakan sebuah bidang pengkajian yang fokus pada gejala dan masalah sosial dalam masyarakat.Dalam kerangka kerja pengkajian Ilmu Pngetahuan Sosial (IPS) mengunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk bidangbidang ilmu sosial 2.Kerangka kerja Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak menekankan pada bidang teoretis, tetapi lebih pada bidang-bidang praktis dalam mempelajari gejala dan masalah-masalah sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat. Studi Sosial tidak perlu akademis teoretis, namun merupakan satu pengetahuan praktis yang dapat di ajarkan pada tingkat persekolahan,yaitu mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi. Demikian pula pendekatan yang digunakan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berbeda dengan pendekatan yang biasa digunakan dalam Ilmu Sosial.Pendekatan Ilmu Pengetahuan Sosial bersifat interdisipliner atau bersifat multidisiplinerdengan menggunakan berbagai bidang keilmuan, sedangkan pendekatan yang digunakan Ilmu Sosial (Sosial Sciences) bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing.Demikian pula pada tingkat yang taraf yang lebih rendah pendekatan studi Sosial lebih bersifat multidimensional, yaitu meninjau satu gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan. 7 3.Bidang studi IPS, pada hakikatnya merupakan suatuperpaduan pengetahuan sosial. Untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) intinya merupakan perpaduan antara geografi dan sejarah.Untuk Sekolah Lanjut Menengah Pertama (SLTP) intinya merupakan perpaduan antara geografi, sejarah dan ekonomi koperasi.Sedangkan untuk Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) intinya adalah perpaduan antara geografi, sejarah dan ekonomi koperasi dan Antropologi.di tingkat perguruan tinggi, bidang studi IPS ini dikenal sebagai studi sosial.IPS atau studi Sosial ini, merupakan perpaduan dari berbagai bidang keilmuan Ilmu Sosial.Studi Sosial memiliki perbedaan yang prinsipil dengan ilmu-ilmu sosial. Proses pembelajaran pendidikan IPS dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usia peserta didik masing-masing. Ragam pembelajarannya pun harus disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan. Secara formal, proses pembelajaran dan membelajarkan itu terjadi di sekolah, baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Kedudukan IPS sebagai salah satu program pendidikan tidak hanya menyajikan tentang konsep-konsep pengetahuan sematasaja, namun harus pula mampu membina peserta didik menjadi warga negara dan warga masyarakat yang tahu akan hak dan kewajibannya, yang juga memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama seluas-luasnya.Sebagaibidang pengetahuan, ruang lingkup IPS dapat terlihat nyata dari tujuannya. Disepanjang sejarah perkembangannyasebagai sebuah kajian IPS memiliki lima tujuan yakni: (a) IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang social sciences jika nantinya masuk ke perguruan tinggi. (b) IPS yang tujuannya mendidik kewarganegaraan yang baik. (c) IPS yang hakikatnya merupakan suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut di atas. (d) IPS yang mempelajari closed areas atau masalah-masalah sosial yang pantang untuk dibicarakan di muka umum. Menurut pedoman khusus bidang studi IPS, tujuan bidang studi tersebut, yaitu dengan materi 8 yang dipilih, disaring dan disingkronkan kembali maka sasaran seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran pada bidang (a) Pembinaan warga negara IPS yang lebih mengarah Indonesia atas dasar moral dan (b) Sikap sosial yang rasional dalam kehidupan. kepada 2 Pancasila/ (dua) hal, UUD 1945. 9 HANDOUT Nama Mata Kuliah Nomor Kode Program Studi Jurusan Fakultas Dosen Mata Kuliah Pertemuan : : : : : : Pendidikan IPS (3 SKS) SOA 170 Pendidikan Sosiologi Antropologi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd Drs. Gusraredi : 4 I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) Menelaah Eksistensi IPS dalam Dunia Pendidikan di Indonesia II. Materi Pokok: a. Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia b. Sifat dan Karakteristik IPS c. Tujuan Pendidikan IPS III. Uraian Materi: A. Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul 10 dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemrintah ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat Universitas. Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan hanya menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti anak. Sedanglan Tujuan Pendidikan(Kemdiknas):"Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. B. Sifat dan Karakteristik IPS Menurut Sapriya (2009: 7), mengemukakan bahwa: “Salah satu karakteristik social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat”. Perubahan dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Ada beberapa karakteristik pembelajaran IPS yang dikaji bersama ciri dan sifat pembelajaran IPS menurut A Kosasih Djahiri (Sapriya, 2007: 19) adalah sebagai berikut: a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu). 11 b. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja melainkan bersifat komrehensif (meluas) dari berbagai ilmu sosial dan lainnya sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik. c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analitis. d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa yang akan datang baik dari lingkungan fisik maupun budayanya. e. IPS dihadapkan pada konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah) sehingga titik berat pembelajaran adalah proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat. f. IPS mengutamakan hal-hal arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi. g. Pembelajaran IPS tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata juga nilai dan keterampilannya. h. Pembelajaran IPS berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya. i. Dalam pengembangan program pembelajaran IPS senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang terjadi ciri IPS itu sendiri. 12 Dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran IPS adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.Perubahan dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Tujuan Pembelajaran IPS Menurut Rudy Gunawan (2011: 37) mengemukakan bahwa: Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab, sedangkan ilmu sosial bertujuan menciptakan tenaga ahli dalam bidang ilmu sosial Banyak pendapat yang mengemukakan tentang tujuan pendidikan IPS, diantaranya oleh The Multi Consortium Of Performance Based Teacher Education di AS pada tahun 1973 Djahiri dan Ma’mun (Rudy gunawan, 2011: 20) menyatakan bahwa sebagai berikut : 1 Mengetahui dan mampu menerapkan konsep-konsep ilmu sosial yang penting, generalisasi (konsep dasar) dan teori-teori kepada situasi data yang baru. 2. Memahami dan mampu menggunakan beberapa struktur dari suatu disiplin atau antar disiplin untuk digunakan sebagai bahan analisis data baru. 3. Mengetahui teknik-teknik penyelidikan dan metode-metode penjelasan yang dipergunakan dalam studi sosial secara bervariasi serta mampu menerapkannya sebagai teknik penelitian dan evaluasi suatu informasi. 4. Mampu mempergunakan cara berpikir yang lebih tinggi sesuai dengan tujuan dan tugas yang didapatnya. 5. Memiliki keterampilan dalam memecahkan permasalahan (Problem Solving). 13 6. Memiliki self concept (konsep atau prinsip sendiri) yang positif. 7. Menghargai nilai-nilai kemanusiaan. 8. Kemampuan mendukung nilai-nilai demokrasi. 9. Adanya keinginan untuk belajar dan berpikir secara rasional. 10.Kemampuan berbuat berdasarkan sistem nilai yang rasional dan mantap Menurut Isjoni (2007: 50-51) tujuan pendidikan IPS dapat dikelompokkan menjadi empat (4) kategori sebagai berikut : 1. Knowledge, yang merupakan tujuan utama pendidikan IPS, yaitu membantu para siswa belajar tentang diri mereka sendiri dan lingkungannya. 2. Skills, yang berhubungan denga tujuan IPS dalam hal ini mencakup keterampilan berpikir (thinking skills). 3. Attitudes, dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok sikap yang diperlukan untuk tingkah laku berpikir (intelektual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior). 4. Value, dalam hubungan ini adalah nilai yang terkandung dalam masyarakat sekitar didapatkan dari lingkungan masyarakat sekitar maupun lembaga pemerintah (falsafah bangsa). Di samping itu menurut Wahab dlam Rudy Gunawan(2011: 21) ia menyatakan bahwa: Tujuan Pengajaran IPS disekolah tidak lagi semata-mata untuk memberi pengetahuan dan menghapal sejumlah fakta dan informasi akan tetapi lebih dari itu. Para siswa selain diharapkan mampu memiliki pengetahuan mereka juga dapat mengembangkan berbagaiketerampilan dalam segi-segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya. Sementara itu menurut Chapin dan Messick dalam (Isjoni, 2007: 39) secara khusus tujuan pengajaran IPS di sekolah dasar dapat dikelompokkan ke dalam empat komponen, yaitu: 14 1. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. 2. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk mencari dan mengolah/memproses informasi. 3. Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat. 4. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/berperan serta dalam kehidupan sosial Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah untuk membantu tumbuhnya warga negara yang baik dan dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan yang dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya.Akan tetapi secara lebih khusus pada tujuan yang tertera pada KTSP, bahwa salah satunya adalah mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. Mengenal konsep-konsep memerlukan pemahaman yang mendalam, oleh karena itu pemahaman suatu konsep dengan baik sangatlah penting bagi siswa, agar dapat mamahami suatu konsep, siswa harus membentuk konsep sesuai dengan stimulus yang diterimanya dari lingkungan atau sesuai dengan pengalaman yang diperoleh dalam perjalanan hidupnya.Pengalaman-pengalaman yang harus dilalui oleh siswa merupakan serangkaian kegitan pembelajaran yang dapat menunjang terbentuknya konsep-konsep tersebut. Karena itu guru harus bisa menyusun pembelajaran yang didalamnya berisi kegiatan-kegiatan belajar siswa yang sesuai dengan konsep-konsep yang akan dibentuknya 15 HANDOUT Nama Mata Kuliah Nomor Kode Program Studi Jurusan Fakultas Dosen Mata Kuliah Pertemuan I. : : : : : : Pendidikan IPS (3 SKS) SOA 170 Pendidikan Sosiologi Antropologi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd Drs. Gusraredi : 5 Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) Mahasiswa mampu menelaah Dimensi dan Struktur IPS II. Materi Pokok: 1. Dimensi-dimensi IPS 2. Sruktur Materi IPS III. Uraian Materi : A. Dimensi-dimensi IPS Proses penguasaan dan pengembangan dimensi dan struktur pembelajaran dalam PIPSsangat penting bagi jiwa pendidik karena dalam menhadapi siswa harus berfikir abstrak dan parsialuntuk memfasilitasi kebutuhan ini mahasiswa atau calon guru perlu mempersiapkan model pembelajaran yang tepat yang didukung oleh kemampuan penguasaan terhadap dimensi-dimensi PIPS dan strukturnya. Dimensi PIPS Meliputi: (1). Dimensi pengetahuan (knowledge) (2). Dmensi keterampilan (skill) (3).Dimensi Nilai (Value and Attitudes) (4).Dimensi tindakan (Action). 16 1. Dimensi Pengetahuan (Knowledge) Setiap manusia tentunya memiliki kelebihan dan wawasan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda,baik yang berfikir sebatas lingkungan dan ada juga yang berpendapat mencakup dengan keyakinan-keyakinan sosial,tentunya hal tersebut mencakup alasan-alasan yang sesuai dengan: Fakta,konsep baik Generalisasi yang dipahami oleh individu atau siswa,dan hal yang terpenting adalah Fakta yang mana merupakan data yang spesifikasi tentang peristiwa,objek,orang dan hal-hal yang terjadi yang harus dikenal terutama dalam kehidupan sehari-hari dan yang terjadi dalam lingkungan sekitar. Konsep dasar yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Konsepkonsep tersebut juga tergantung pula pada jenjang dan kelas sekolah,misalnya konsep “sejarah, antropologi, sosiologi bahkan ekonomi, juga dari ilmu pariwisata, geografi, sosiologi, sejarah maupun politik. Pengembangan dan generalisasi adalah proses mengorganisir dan memaknai sejumlah dan cara hidup bermasayarakat.merumuskan generalisasi merupakan rumusan dan pengembangan konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh siswa dengan tentunya bimbingan guru. 2. Dimensi Keterampilan (skill) Dalam pendidikan IPS sangat diperlukan dan memperhatikan juga dimensi keterampilan disamping pemahaman dalam dimensi pengetahuan.kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting guna mempersiapkan untuk menghadapi dunia di masyarakat sehingga siswa menjadi terampil dan siap menjadi warga negara yang berpartisipasi secara aktif dan secara cerdas dalam lingkungan masyarakat yang demokratis. Keterampilan Meneliti Dalam hal ini diharapkan mengidentifikasi,mengumpulkan,menafsirkan dan menganalisis suatu data yang terjadi dalam lingkungan masyarakat sekitar atau sosial. (1) Keterampilan berfikir Dalam hal ini tentunya bagaimana cara berkontribusi untuk pemecahan suatu masalah yang terjadi secara 17 akurat dan dan kreatif baik dalam menciptakan suatu hal atau proses pembelajaran dalam lingkungan kelas. (2)Keterampilan partisipasi sosial Dalam belajar IPS juga sisawa diharafkan bahwa siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan bekerjasama baik secara perorangan ataupun secara kelompok. (3) Keterampilan Berkomunikasi Pembelajaran pada akhirnya adalah mendewasakan seorang manusia agar menjadi dewasa,karena tandanya orang dewasa ialah mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan baik dan benar,serta mengungkapkan pemahan dan perasaan dengan jelas,efektif san kreatif. 3. Dimensi Nilai dan Sikap (Value and attitudes) Pada hakikatnya sebuah nilai dipelajari dari hasil pergaulan dan komunikasi antara individu dalam kelompok baik dilingkungan keluarga maupun lingkungan sosial,yaitu: (a). Nilai Subtantif Merupakan nilai yang dipegang atau diyakini oleh seseorang da umumnya hasil belajar,terutama siswa bisa memahami bahwa dalam masyarakat terdapat keberagaman nilai. (b). Nilai Prosedural Peran guru sangat besar karena siswa harus diarahkan dan dilatih sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran di kelas dan nilai prosedural diantaranya: Nilai kemerdekaan, toleransi,kejujuran menghormati kebenaran dan pendapat orang lain. 4. Dimensi Tindakan (Action) Tindakan sosial merupakan hal ayang sangat penting karena dapat memungkinkan siswa dapat menjadi siswa yang aktif,dan merekapun harus berlatih secara kongkrit dan praktis.agar menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupan masyarakat. Fokus utama dari program IPS adalah membentuk individu-individu yang memahami kehidupan sosialnya dunia manusia,aktivitas dan interaksinya yang ditunjukan untuk menghasilkan anggota masyarakat yang bebas,yang mempunyai rasa tanggungjawab untuk melestarikan,melanjutkan dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan. 18 B. Struktur IPS Dalam suatu struktur pengetahuan, termasuk didalamnya Ilmu sosial tersusun atas 3 tingkatan yaitu: 1) Fakta Fakta dapat diartikan sebagai suatu informasi atau data yang ada/terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dikumpulkan dan dikaji oleh para ahli ilmu sosial yang terjamin kebenarannya. 2) Konsep Konsep adalah sebuah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membangun kegiatan berfikir, dan memecahkan masalah. 3) Generalisasi Generalisasi berasal dari kata general yang berarti umum atau menyeluuruh. Oleh karena itu generalisasi merupakan pengambilan kesimpulan secara umum dari suatu gejala atau informasi yang kita terima yang didukung oleh data dan fakta yang ada 19 HANDOUT Nama Mata Kuliah Nomor Kode Program Studi Jurusan Fakultas Dosen Mata Kuliah Pertemuan I. : : : : : : Pendidikan IPS (3 SKS) SOA 170 Pendidikan Sosiologi Antropologi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd Drs. Gusraredi : 6 Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) Mahasiswa mampu menggali fakta, konsep, generalisasi dan prosedur untuk merancang pembelajaran IPS II. Materi Pokok: a. Realitas dan problem sosial sebagai Fokus IPS b. Fungsi Teori dalam pembelajaran IPS III. Uraian Materi : A. Realitas Sosial dan Masalah Sosial sebagai Fokus IPS Ilmu pengetahuan sosial adalah bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis sehari hari di masyarakat. Pengajaran IPS bukan hanya sekedar menyajikan materi yang akan memenuhi ingatan para siswa melainkan kebutuhannya sesuai dengan tuntutan yang dirasakan sebagai suatu ketimpangan ata kecanggungan dapat dijadikan bahan untuk dibahas dengan para siswa. Gejala gejala yang ada diluar jendela kelas dan diluar halaman sekolah seperti persampahan,kemacetan lalu lintas,kekurangan air bersih,kekurangan gizi,penganguran dan lain lain merupakan materi IPS yang dapat merangsang pemikiran siswa. Gejala-gejala tadi kita 20 tinjau dari berrbagai dimensi(Multidimensional) yaitu dari dimensi atau segi ekonomi,dari segi tradisi,dari segi hubungan antar manusia,dari sikap mental dan dari segi pemerintahan. Atas gejala gejala yang ada para siswa dilatih untuk menyusun alternatif pemecahan masalah. Melalui proses seperti yang dikemukan diatas guru dan siswa telah berhasil memberikan fungsi yang praktis kepada masyarakat sebagai sumber dan materi IPS. Selanjutnya masyarakat itu selain sumber dan materi IPS juga menjadi laboraturiumnya. Pengetahuan,konsep dan teori teori IPS yang telah diperolaeh siswa dalam kelas selain dapat dicocokan juga dapat diterapkan dalam masyarakat. Masyarakat sebagai tempat laoraturium nyata bagi pelajaran IPS karna disitulah tempat yang cocok bagi masyarakat untuk mempraktekan pelajaran IPS.Secara wajar pada pelaksanan pengjaran IPS kita harus menggunakan masyrakat sebagai sumbernya karena disinilah ada kenyataan hidup sebenarnya yang dapat dihayati,ditanggapi,dianalisis dan pada akhirnya dapat dapat membina sikap kepekaan mental yang sasaran dan tujuan pelajran IPS Melalui pengajaran IPS seperti yang digambarkan diatas diharapkan kelak terbinanya warga negara yang peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat yang memiliki sikap mental positif terhadap segala ketimpangan yang terjadi dan terampil menatasi segala masalah terjadi sehari baik menimpa diri sendiri maupun kehidupan masyarakat. Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya).Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat.Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan.(Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, 1986:21).Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain: 21 a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya. b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi. c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh. d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar. e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga. B. Fungsi Teori dalam Pembelajaran IPS Mengingat keluasan cakupan materi dalam pembelajaran IPS, maka tidak ada satu teori belajar pun yang paling ideal untuk segala situasi dan untuk semua bidang keilmuan yang tercakup dalam IPS.Teori pembelajaran adalah teori yang menawarkan panduan ekplisit bagaimana membantu orang belajar dan berkembang lebih baik.Jenis belajar dan pengembangan mencakup aspek kognitif, emosional, sosial, fisikal, dan spiritual. Aplikasi teori belajar dalam kegiatan pembelajaran IPS tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pengaplikasian teori belajar dalam kegiatan pembelajaran IPS pada prakteknya merupakan perpaduan dari beberapa aplikasi teori belajar. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang tidak hanya out come-oriented, tepai pembelajaran yang menekankan pada proses. Berpedoman pada pembelajaran yang menekankan proses sama artinya dengan memastikan agar proses berjalan secara maksimal, dengan mengoptimalkan peranan guru 22 sebagai fasilitator dan mengoptimalkan kemampuan peserta didik. Penekanan pada proses justru akan memberikan hasil yang diharapkan. Hasil pembelajaran akan sesuai yang diharapkan, disamping tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Teori belajar erat kaitannya dengan model pembelajaran.aplikasi teori belajar dapat digunakan untuk merancang dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi belajar. Kondisi dan situasi belajar ini tentu memiliki indikator sebagai aspek-aspek utama pembelajaran, seperti jenis pembelajaran IPS yang hendak dipelajari, materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, karakter kelas, dan lain sebagainya. Model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS sebaiknya mampu mencakup lima unsur pembelajaran berikut ini: 1) problem-centered, artinya pembelajaran dilaksanakan dalam rangka memecahkan permasalahan dunia nyata di sekitar pembelajar; 2) activation, artinya pembelajaran dikembangkan relevan dengan pengalaman dan mengaktifkan pengetahuan mahasiswa yang telah dimiliki sebelumnya; 3) demonstration, artinya pembelajaran yang dikembangkan untuk mempertunjukkan apa yang akan dipelajari bukannya melulu menceritakan informasi tentang apa yang akan dipelajari; 4) application, artinya pembelajaran yang dikembangkan untuk menggunakan ketrampilan atau pengetahuan yang baru mereka untuk memecahkan permasalahan; dan 5) integration, pembelajaran yang dikembangkan mengintegrasikan ketrampilan atau pengetahuan yang baru ke dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Berdasarkan lima unsur cakupan pembelajaran yang sebaiknya ada dalam proses pembelajaran IPS, maka penggunaan model pembelajaran yang relevan dan inovatif perlu dipraktekan di kelas. Namun demikian, mengingat adanya batasan waktu dalam pembelajaran di kelas, proses pembelajaran perlu dirancang sedemikian rupa agar mampu memasukkan unsurunsur tersebut. Bilamana kelima unsur tersebut tidak dapat diaplikasikan dalam satu kali tatap muka pembelajaran, guru bisa membuat perancangan pembelajaran yang memasukkan unsurunsur tersebut secara parsial. Cara lain agar kelima unsur tersebut dapat menjadi bagian dari pengalaman belajar peserta didik adalah merancang pembelajaran sedemikian rupa agar pengalaman belajar yang diperoleh siswa saat pembelajaran di kelas dapat diaplikasikan atau memiliki andil positif dalam kehidupan siswa sehari-hari. Merencanakan, menyusun, dan 23 mempraktekkan model pembelajaran di kelas tentu tidak lepas dari aplikasi teori belajar sebagai fondasinya 24 HANDOUT Nama Mata Kuliah Nomor Kode Program Studi Jurusan Fakultas Dosen Mata Kuliah Pertemuan I. : : : : : : Pendidikan IPS (3 SKS) SOA 170 Pendidikan Sosiologi Antropologi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd Drs. Gusraredi : 7 Learning Outcome (Capaian Pembelajaran) Mahasiswa mampu mengidentifkasi konsep dasar materi IPS II. Materi Pokok: 1. Konsep Dasar Materi IPS 2. Kurikulum dan Kompetensi Mata Pelajaran IPS III. Uraian Materi . A. Konsep Dasar Materi IPS a) Sejarah Kata sejarah berasal dari beberapa bahasa di antaranya bahasa Arab (syajarotun) yaitu pohon, keturunan, asal-usul atau silsilah.Dalam bahasa Inggris (history), bahasa Yunani (istoria), bahasa Jerman (geschicht).Sejarah dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal-usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah).Menurut Moh. Yamin,Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dibuktikan dengan kenyataan. 25 Konsep Dasar Sejarah : 1. Waktu 2. Dokumen 3. Alur peristiwa 4. Kronologis 5. Peta 6. Tahap-tahap peradaban 7. Ruang 8. Evolusi 9. Revolusi b) Geografi Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani : ‘geo’ berarti bumi dan ‘grafhein’ berarti tulisan. Jadi secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi.Menurut para pakar :Geografi adalah ilmu kausal yang mempelajari gejala-gejala di muka bumi beresta permasalahannya melalui pendekatan geografis (spatial approach), pendekatan ekologi (ecology approach), pendekatan terhadap manusia (human approach) untuk program pembangunan jangka panjang, proses pembangunan dan menunjang pembangunan(Bintaro, 1981) Konsep Dasar Geografi : 1. Lokasi: Konsep lokasi ini terbagi dua yaitu lokasi absolute dan lokasi relatif. Lokasi absolute terkait dengan garis lintang dan garis bujur. Lokasi relatif yaitu lokasi yang dilihat dari wilayah lain. 2. Jarak: Konsep ini mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, ataupun kepentingan pertahanan. 3. Keterjangkauan: Keterjangkauan (accessibility) tidak selalu berkaitan dengan jarak, namun juga medan. 4. Pola: Pola ini berkaitan dengan susunan, bentuk atau persebaran fenomena dalam ruang muka Bumi. 5. Morfologi: Konsep ini terkait dengan pembentukan morfologi muka Bumi. 6. Aglomerasi: Konsep aglomerasi menjelaskan mengapa suatu fenomena geografi cenderung mengelompok. 26 7. Nilai kegunaan; Konsep ini berkaitan dengan nilai guna suatu wilayah. Tiap wilayah mempunyai potensi yang bisa dikembangkan sehingga nilai kegunaannya optimal. 8. Interelasi/interpedensi; Interaksi merupakan hubungan timbale balik antar beberapa hal. 9. Diferensiasi areal; Konsep ini mempertegas bahwa tempat yang satu dengan yang lainnya memiliki perbadaan. 10. Keterkaitan ruangan;Perbedaan potensi wilayah yang satu dengan yang lainnya akan mengakibatkan atau mendorong terjadinya interaksi berupa pertukaran barang, manusia ataupun budaya. c) Ekonomi Istilah “ekonomi” sendiri berasal dari bahasa Yunani (oikos) yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan (nomos) yang berarti “peraturan, aturan, hukum” maka secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah tangga”. Konsep Dasar Ekonomi : 1. Keterbatasan sumber daya 2. Kebutuhan yang tidak terbatas 3. Keuntungan ekonomi 4. Kekeluargaan 5. Tenaga kerja 6. Modal d) Sosiologi Sosiologi adalah istilah yang berasal dari kata latin ‘socius’ yang artinya ‘teman’, dan ‘logos dari kata Yunani yang bertarti ‘cerita’, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Menurut Pitirin Sorokin, Sosiologi adalah ilmu yangmempelajari hubungan dan pengaruh timbale balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gelaja ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), gejala non-sosial, serta ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala social lain. Konsep Dasar Sosiologi : 27 1. Interaksi sosial 2. Sosialisasi 3. Kelompok sosial 4. Pelapisan sosial 5. Proses sosial B. Kurikulum dan Kompetensi Mata Pelajaran IPS A. Kompetensi Inti Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik SMP/MTs pada setiap tingkat kelas.Kompetensi inti dirancang untuk setiap kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi dasar antarmata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: 1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMP/MTs dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 1: Kompetensi Inti SMP/MTs KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KELAS VII KELAS VIII KELAS IX 1. Menghargai dan 1. Menghargai dan 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama menghayati ajaran menghayati ajaran yang dianutnya agama yang dianutnya agama yang dianutnya 28 KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KELAS VII KELAS VIII KELAS IX 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, menghayati perilaku menghayati disiplin, tanggungjawab, jujur, disiplin, perilaku jujur, peduli (toleransi, gotong tanggungjawab, peduli disiplin, royong), santun, percaya (toleransi, gotong tanggungjawab, diri, dalam berinteraksi royong), santun, peduli (toleransi, secara efektif dengan percaya diri, dalam gotong royong), lingkungan sosial dan berinteraksi secara santun, percaya alam dalam jangkauan efektif dengan diri, dalam pergaulan dan lingkungan sosial dan berinteraksi secara keberadaannya alam dalam jangkauan efektif dengan pergaulan dan lingkungan sosial keberadaannya dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 3. Memahami dan 3. Memahami dan menerapkan menerapkan pengetahuan (faktual, pengetahuan konseptual, dan (faktual, prosedural) konseptual, dan berdasarkan rasa ingin prosedural) tahunya tentang ilmu berdasarkan rasa pengetahuan, ingin tahunya teknologi, seni, budaya tentang ilmu terkait fenomena dan pengetahuan, kejadian tampak mata teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan 4. Mengolah, menyaji, dan 4. Mengolah, menyaji, menalar dalam ranah dan menalar dalam konkret (menggunakan, ranah konkret mengurai, merangkai, (menggunakan, memodifikasi, dan mengurai, membuat) dan ranah merangkai, abstrak (menulis, memodifikasi, dan membaca, menghitung, membuat) dan menggambar, dan ranah abstrak 29 KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KELAS VII KELAS VIII KELAS IX mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori B. Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti.Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik, dan kekhasan masing-masing mata pelajaran. Kompetensi Dasar meliputi empat kelompok sesuai dengan pengelompokan Kompetensi Inti sebagai berikut: 1. kelompok 1 : kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1; 2. kelompok 2 : kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2; 3. kelompok 3 : kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan 4. kelompok 4 : kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. 30 HANDOUT Nama Mata Kuliah Nomor Kode Program Studi Jurusan Fakultas Dosen Mata Kuliah Pertemuan : : : : : : Pendidikan IPS (3 SKS) SOA 170 Pendidikan Sosiologi Antropologi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd Drs. Gusraredi : 9 PENDEKATAN, MODEL-MODEL, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN IPS A. Learning Outcome: 1. Mahasiswa dapat menganalisis pendekatan pembelajaran IPS 2. Mahasiswa dapat menganalisis model-model pembelajaran IPS 3. Mahasiswa dapat menganalisis teknik-teknik pembelajaran IPS B. Uraian Materi 1. Pendekatan Pembelajaran IPS a. Pengertian Menurut Wina Sanjaya (2009: 127), pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen (1998) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yangberpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan pembelajaran yang 31 berpusat pada guru menurunkan startegi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif. Menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Kelima kegiatan proses pembelajaran ini di sebut dengan istilah pendekatan saintifik (scientific approach). Proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah atau saintifik lebih mengutamakan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Adapun kriteria pendekatan saintifik adalah sebagai berikut: 1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2) Penjelasan guru, sesppon siswa, dan interaksi edukatif guru – siswa terbatas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berfikir logis. 3) Mendorong dan menginspirasi siswa berfikir secara kritis, analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami memecahkan masalah, dan mengapplikasikan materi pembelajaran. 4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berfikir hipotetik dalam melihat 32 perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran 5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berfikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran 6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan 7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Tabel 1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Kompetensi yang Dikembangkan Langkah Pembelajaran Mengamati Kegiatan Belajar Kompetensi Yang Dikembangkan Membaca, mendengar, Melatih menyimak, melihat (tanpa kesungguhan, atau dengan alat) ketelitian, mencari informasi Menanya Mengajukan pertanyaan Mengembangkan tentang informasi yang kreativitas, rasa ingin tidak dipahami dari apa tahu, kemampuan yang diamati atau merumuskan pertanyaan untuk pertanyaan untuk mendapatkan informasi membentuk pikiran tambahan tentang apa kritis yang perlu yang diamati ((dimulai untuk hidup cerdas dari pertanyaan faktual dan belajar sepanjang sampai ke pertanyaan hayat yang bersifat hipotetik) 33 Mengumpulkan - Melakukan eksperimen Mengembangkan informasi/eksperimen - Membaca sumber lain sikap teliti, jujur, selain buku teks sopan, menghargai Mengamati pendapat orang lain, objek/kejadian kemampuan - Aktivitas - Wawancara dengan nara sumber berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat 34 Mengasosiasikan/ - mengolah informasi - Mengolah informasi Mengembangkan yang usdah ada sikap jujur, teliti, dikumpulkan baik disiplin, taat aturan, terbatas dari hasil dari kerja keras, kegiatan mengamati kemampuan dan kegiatan menerapkan prosedur mmengumpulkan dan kemampuan informasi. berfikir induktif serta Pengolahan informasi deduktif dalam yang dikumpuikan dari menyimpulkan. yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepda pengolahan infomrasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sam[ai pada yang bertentngan. 35 Mengkomunikasikan Menyampaikan hasi Mengembangkan pengamatan, kesimpulan sikap jujur, teliti, berdsarkan hasil analisis toleransi keammpuan secara lisan, tertulis, atau berfikir sistematis, media lainnya. mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. 2. Model-Model Pembelajaran IPS a. Pengertian Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merangsang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran termasuk buku-buku, film-film, pita kaset, dan program media komputern dan kurikulum. Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (1986), mengatakan bahwa setiap model membimbing kita ketika kita merancang pembelajaran untuk membantu para siswa mencapai berbagai tujuan. Tim MKDP (2011: 199) menyatakan bahwa model pembelajaran memuat antara lain: 1) Syntax, yaitu serangkaian tahapan langkah-langkakh yang kongret atau lebih khusus yang harus diperankan oleh guru dan siswa 2) Sistem sosial yang diharapkan 36 3) Prinsip-prinsip reaksi siswa dan guru 4) Sistem penunjang yang diisyaratkan. b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kurikulum 2013 memiliki empat standar model pembelajaran yang digunakan dalam penyampaian materi kepada peserta didik, yaitu model inkuri, model diskoveri, model pemecahan masalah, dan model pembelajaran projek. 1) Model Pembelajaran Inkuiri (Inqury Learning) Secara umum istilah “inqury” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab suatu masalah. Menurut Roger (1969), inkuiri merupakan suatu proses untuk mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menegah. Beyer ( 1971) menyatakan “inqury isone way of knowing” yang diartikan sebagai suatu cara untuk mengetahui. Istilah inkuiri digunakan dalam aktivitas penelitian, khususnya pada proses melakukan investigasi. Inkuiri dibutuhkan dalam proses penelitian sebagai metode untuk mengkaji fenomena. Para ahli pengajaran Ilmu-Ilmu sosial khususnya di Amerika Serikat dan Australia memilih pendekatan inkuiri yang lebih menekankan pada belajar secara individual sebagai alternatif untuk mengembangkan kemampuan belajar. Menurut Banks (1990) pendekatan mengajar dalam IPS dengan menggunakan inkuiri sosial untuk menghasilkan fakta, konsep, generalisasi, dan teori. Tujuan inkuiri sosial adalah dapat membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah sosial sehingga mereka dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik. 37 a) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inkuiri Pertama, merumuskan masalah. Sebelum peserta didik melakukan penelitian, terlebih dulu harus memiliki ide yang jelas atau masalah yang akan dipecahkan. Kedua, perumusan hipotesis. Setelah speserta didik merumuskan masalah atau pertanyaan yang tepat dan dapat diteliti selanjutnya ia harus berusaha merumuskan dugaan atau jawaban sementara untuk mengarahkan proses penelitian. Ketiga, definisi istilah atau Konseptualisasi. Pada awal proses inkuiri peneliti harus membuat definisi istilah atau konsep yang jelas tentang masalah penelitiannya. Keempat, Pengumpulan data. Pertanyaan dijawab dan hipotesis diuji dengan data dan informasi yang dikumpulkan oleh peneliti. Kelima, pengujian dan analisis data. Seorang peneliti dalam proses inkuiri harus berusaha menentukan kredibilitas dan kebermaknaan informasi yang sedang dikumpulkan. Keenam, menguji hipotesis dan memperoleh generalisasi dan teori. Seorang siswa calon ilmua sosial memulai rangkaian proses penelitian dengan sebuah pertanyaan, biasanya berkaitan dengan teori atau pengetahuan yang telah ada. Namun, pertanyaan-pertanyaan itu sendiri dapat diuji secara langsung. Ketika data dikumpulkan dan dianalisis, peneliti berusaha menguji apakah hipotesisnya dapat dibuktikan dengan berdasarkan pada informasi yang telah terkumpul. Ketujuh, memulai inkuiri lagi. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri: a) Kelebihan Ada beberapa kelebihan dari penggunaan model inkuiri dalam pembelajaran yaitu: 38 ï‚· Dapat meningkatkan potensi intelektual siswa ï‚· Ketergenatungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser ke arah kepuasan intrinsik. ï‚· Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat langsung dalam penemuan ï‚· Dapat memperpanjang proses ingatan ï‚· Pengajaran menjadi terpusat pada siswa ï‚· Dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri siswa ï‚· Dapat mengembangan bakat ï‚· Dapat menghindari dari belajar dengan hafalan ï‚· Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna dan mengatur informasi yang didapatkan. b) Kekurangan Adapun kekurangan dari pelaksanaan model pembelajaran innkuiri adalah sebagai berikut: ï‚· Mengandalkan kesiapan berfikir, sehingga siswa yang mempunyai kemampuan berfikir lambat bisa kebingunan dalam berfikir secara luas, membuat abstraksi, menemukan hubungan antarkonsep dalam suatu matapelajaran, atau menyusun sesuatu yang telah diperoleh secara tertulis maupun lisan. ï‚· Tidak efisien, khususnya bila jumlah siswa terlalu banyak sehingga akan menghabiiskan waktu yang lebih banyak. ï‚· Lebih menekankan pada penguasaan kognitif serta mengabaikan aspek sikap 39 dan keterampilan. ï‚· Memerlukan sarana dan fasilitas. 2) Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan) Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Tahapan perencanaan dalam pembelajaran discovery adalah sebagai berikut: a) Menentukan tujuan pembelajaran b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) c) Memilih materi pelajaran. d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contohcontoh generalisasi) e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Adapun Langkah-langkah dalam Pemeblajaran discovery adalah sebagai berikut: a) Stimulasi 40 Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. b) Problem statemen Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agendaagenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) c) Data collection Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya 41 d) Data processing Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu e) Verification Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. f) Generalization Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi 42 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan adalah sebagai berikut: Kelebihan:  Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.  Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.  Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.  Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.  Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.  Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.  Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasangagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.  Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.  Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;  Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar 43 yang baru. Kekurangan:  Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.  Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.  Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.  Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.  Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. 3) Model Pembelajaran berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Menurut Woods (1989), cara mengembangkan keterampilan problem solving siswa adalah membuat mereka senang belajar, membuat mereka belajar terbaik, belajar terarah sendiri, mengembangkan keterampilan kelompok, mewawancarai siswa setelah melakuakn aktivitas, mengembangkan dan mengukur kepercayaan diri. 44 Adapun ciri-ciri dari pembelajaran pemecahan masalah adalah objektif, rasional, kritis, evolusioner, realistis, dan pluralistik. Tahapan-tahapan pembelajaran problem based learning adalah seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah 4) Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based learning) Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Adapun kriteria pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut: a) peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja, b) adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik, c) peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan, d) peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan 45 mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan, e) proses evaluasi dijalankan secara kontinyu, f) peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan, g) produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif. Peran guru pada Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut: a) Merencanakan dan mendesain pembelajaran, b) Membuat strategi pembelajaran, c) Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan peserta didik, d) Mencari keunikan peserta didik, e) Menilai peserta didik dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian dan f) Membuat portofolio pekerjaan peserta didik. Peran Peserta Didik pada Pembelajaran Berbasis Proyek adalah: a) Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir b) Melakukan riset sederhana c) Mempelajari ide dan konsep baru d) Belajar mengatur waktu dengan baik e) Melakukan kegiatan belajar sendiri atau kelompok f) Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan g) Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dan lain-lain) 46 Langkah-langkah Pembelajaran berbasis Proyek adalah seperti pada gambar dibawah ini: Gambar 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut: a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai. b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. c) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problemproblem yang kompleks. d) Meningkatkan kolaborasi. e) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. f) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. g) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks 47 dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata. h) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata. i) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah: a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. b) Membutuhkan biaya yang cukup banyak c) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas. d) Banyaknya peralatan yang harus disediakan. e) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan. f) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok. g) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan 3. Teknik-Teknik Pembelajaran IPS Menurut Robin Fogarly (1991), ada sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu (IPS) yaitu: fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked. a) Model Penggalan (Fragmented) seperti pembelajaran tradisional yang memisahmisahkan disiplin ilmu atas beberapa, seperti matematika, sains, bahasa, studi sosial, serta 48 humoniora. Model ini mengajarkan disiplin-displin ilmu secara terpisah tanpa adanya usaha untuk mengaitkan atau memadukan. b) Model Keterhubungan (Connected) dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. c) Model Sarang (Nested) merupakan pemaduan berbagai bentuk keterampilan penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. d) Model Urutan atau Rangkaian (Sequenced) merupakan model pemanduan topik-topik antarmata pelajaran yang berbeda secara paralel. e) Model berbagi (Shared) merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya :overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. f) Model Jaring Laba-laba (Webbed) merupakan pendekatan tematis yang sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. pembelajaran terpadu jejaring merupakan model pembelajaran yang dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang berkecenderungan dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi lain. g) Model Galur (Threaded) merupakan pendekatan pembellajaran yang ditempuh dengan cara mengembangkan gagasan pokok yang merupkan benang merah (galur) yang berasal dari konsep yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu. h) Model Keterpaduan (Integrated) merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Dalam model ini perlu ada satu tema sentral yang akan dibahas yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin ilmu. i) Model Celupan (Immersed) merupakan model yang dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan 49 dihubungkan dengan medan pemakaiannya. j) Model Jejaring (Networked) merupakan pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah peserta didik mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Sumber Bacaan: Abdul Azis Wahab. 2007. Materi Pokok Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka. Tim MKDP. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Sapriya. 2000. Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Martimis Yamin. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi. Rudi Hartono. 2013. Ragam Model mengajar yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: Diva Press. Hamzah B. Uno. 2009. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan Keenam. Jakarta Kencana. 50 HANDOUT Nama Mata Kuliah Nomor Kode Program Studi Jurusan Fakultas Dosen Mata Kuliah Pertemuan : : : : : : Pendidikan IPS (3 SKS) SOA 170 Pendidikan Sosiologi Antropologi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd Drs. Gusraredi : 10-11 SUMBER, MEDIA DAN EVALUASI PEMBELAJARAN IPS A. Learning Outcome: 1. Mahasiswa dapat menganalisis sumber-sumber pembelajaran IPS 2. Mahasiswa dapat menganalisis media-media pembelajaran IPS 3. Mahasiswa dapat menganalisis evaluasi pembelajaran IPS B. Uraian Materi 1. Sumber-Sumber Pembelajaran IPS a. Pengertian Menurut Abdul Majid (2006: 170) sumber belajar diartikan segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku. Seperti, perpustakaan, pasar, museum, 51 sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan, dan sebagainya. 2) Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik. 3) Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana peserta didik dapat belajar sesuatu. 4) Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik. 5) Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar. Menurut Cece Wijaya (1992: 36) ada lima jenis fungsi dalam pengembangan sumber belajar yaitu: 1) Fungsi riset dan teori Tujuan fungsi riset dan teori ialah menghasilkan dan mengetes pengetahuan yang bertalian dengan sumber-sumber belajar, pelajar, dan fungsi tugas. 2) Fungsi desain Tujuan fungsi desain ialah menjabarkan secara garis besar teori teknologi pendidikan berikut isi mata-mata pelajarannya ke dalam spesifikasinya untuk dipakai sebagai sumber belajar. Output dari fungsi desain ialah berupa: produksi sumber-sumber khusus dan identifikasi sumber-sumber yang ada, 3) Fungsi Produksi dan Penempatan 52 Tujuan fungsi ini ialah menjabarkan secara khusus sumber-sumber ke dalam sumbersumber kongret. Output dari fungsi produksi dan penempatan ialah produk kongret dalam bentuk prototip atau bahan-bahan produk untuk sumber belajar. 4) Fungsi Evaluasi dan Seleksi Tujuan fungsi ini ialah untuk menentukan atau menilai penerimaan sumber-sumber belajar oleh fungsi lain. Tujuan penilaian adalah: a) Keefektifan sumber dalam mencapai tujuan b) Kemampuan-sumber-sumber dalam mencapai standar produksi c) Kemampuan sumber-sumber untuk dipahami d) Kemampuan sumber-sumber dalam memenuhi kebutuhan khusus 5) Fungsi Organisasi dan Pelayanan Tujuan fungsi ini ialah untuk membuat atau menjadikan sumber-sumber dan informasi mudah diperoleh bagi kegunaan fungsi lain serta pelayanan bagi para siswa 2. Media Pembelajaran IPS a. Pengertian Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Briggs, media adalah alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan oleh guru untuk mengirimkan pesan-pesan materi pelajaran yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat, dan kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga terjadi suatu proses pembelajaran yang efektif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. 53 Pengertian media pengajaran yang lainnya dalam Wina Sanjaya (2008: 205) meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantar pesan seperti Over Head Projector, radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram, dan lain sebagainya. b. Fungsi Media pembelajaran 1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu Peristiwa-peristiwa pentiing atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atau audio kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan menakala diperlukan. Misalnya, guru dapat menjelaskan proses interaksi penjual dengan pembeli di pasar melalui hasil rekaman video. 2) Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi kongret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. 3) Menambah gairah dan motivasi belajar peserta didik Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar peserta didik sehingga perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. 4) Memiliki nilai praktis 54 Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman peserta didik dan media dapat mengatasi batas ruang kelas. c. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam penggunaannya, yaitu: 1) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran 2) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran 3) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi peserta didik. 4) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan efektivitas dan efisien. d. Media Memiliki Kontribusi Yang Penting Dalam Pembelajaran Menurut Kemp and Dayton (1985), kontribusi media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar 2) Pembelajaran dapat lebih menarik 3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif 4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek 5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan 6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan di mana pun diperlukan 7) Sikap positif peserta didik terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan 8) Peran guru berubah ke arah yang positif, artinya guru tidak memastikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar. e. Klasifikasi dan Macam-Macam Media Pembelajaran 55 Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya, yaitu: 1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam: a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Seperti, film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar. c) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video. 2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi kedalam: a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi. b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, video dan sebagainya. 3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam: a) Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film scrip, transparansi dan sebagainya. 4) Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio dan sebagainya. 5) Multimedia yaitu penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih format media yang berpadu seperti teks, grafik, animasi, dan video untuk membentuk aturan informasi ke dalam sistem komputer. 56 3. Evaluasi Pembelajaran IPS a. Pengertian Menurut Ralph Tyler dalam Suharsimi Arikunto (2012:3), evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi lain menyatakan bahwa proses evaluasi bukan sekadar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Menurut Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut: 1) Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran. 2) Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan. 3) Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai penugasan keseluruhan entitas perseorangan proses dan/atau belajar kelompok kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan. peserta di didik termasuk dalam dan/atau di luar 57 4) Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik. 5) Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih. 6) Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. 7) Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut. 8) Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut. 9) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut. 10) Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran 58 kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional. 11) Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan. b. Makna Melakukan Penilaian Ada bebarapa makna melakukan penilaian yang dilakukan oleh guru, bagi peserta didik, dan bagi sekolah, yaitu: 1) Makna bagi peserta didik Dengan dilakukannya penilaian, peserta didik dapat mengetahui sejauhmana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. 2) Makna bagi guru a) Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru dapat mengetahui peserta didik yang bisa melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi, maupun peserta didik yang belum menguasai materi. Berdasarkan petunjuk tersebut, pendidik dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada peserta didik yang belum berhasil. b) Guru dapat mengetahui materi yang diajarkan sudah tepat bagi peserta didik atau belum. Apabila ditemukan permasalahan dalam menyampaikan materi maka akan dilakukan perubahan atau perbaikan pada pengajaran berikutnya. c) Guru mengetahui apakah metode yang digunakan apakah sudah tepat atau belum, maka guru harus mawas diri dan mencari metode lain dalam mengajar. 3) Makna bagi sekolah a) Dapat diketahui kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan 59 harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cerminan kualitas sesuatu sekolah. b) Informasi dari guru tentang tepat atau tidaknya kurikulum untuk sekolah dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang. c) Informasi penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah. Pemenuhan standar akan terlihat pada bagusnya angkaangka yang diperoleh peserta didik. c. Tujuan dan Fungsi Penilaian Ada beberapa tujuan dan fungsi dari penilaian yang dilakukan, yaitu: 1) Penilaian berfungsi selektif Guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap peserta didiknya. Penilaian itu mempunyai berbagai tujuan yaitu: a) Untuk memilih peserta didik yang dapat diterima di sekolah tertentu b) Untuk memilih peserta didik yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya c) Untuk memilih peserta didik yang seharusnya mendapat beasiswa d) Untuk memilih peserta didik yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya. 2) Penialian berfungsi diagnostik Dengan melakukan penilaian yang tepat, maka guru dapat mengetahui kelemahan peserta didik. Disamping itu diketahui pula penyebabnya. Dengan diketahu sebab-sebab kelemahan ini, maka akan memudahkan guru untuk mencari cara untuk mengatasinya. 3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan 60 Setiap peserta didik sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaaan kemampuan adalah pengajaran secara berkelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang peserta didik harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok peserta didik yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. 4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan Penilaian yang dimaksudkan adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan sutau program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi. d. Prinsip-Prinsip dan Pendekatan Penilaian Prinsip-Prinsip Penilaian yang harus diperhatikan dalam guru dalam pelaksanaannya adalah: 1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. 2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. 4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan 61 keputusan dapat diakses oleh semua pihak. 5) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. 6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. e. Teknik dan Instrumen Penilaian Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut: 1) Penilaian kompetensi sikap Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. a) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun dengan tidak langsung menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. 62 b) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. c) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik. d) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. 2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. a) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. b) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. c) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. 3) Penilaian Kompetensi Keterampilan Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu tertentu dengan menggunakan tes kompetensi praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. 63 a) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. b) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. c) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang bersifat prestasi, reflektif-integratif untuk mengetahui minat, tertentu yang perkembangan, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan: 1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai; 2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan 3) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Sumber Bacaan: Abdul Majid. 2006. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Cetakan Kedua. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wina Sanjaya. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Cetakan Ketiga. Jakarta: Kencana. 64 -----------------. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan Keenam. Jakarta Kencana Robert M. Gagne. 1988. Prinsip-Prinsip Belajar untuk Pengajaran. Alih Bahasa Abdillah Hanafi dkk. Surabaya: Usaha Nasional. Rayandra Asyhar. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi. Hamzah B. Uno. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Cetakan Keenam. Jakarta: Sinar Grafika. A. Muri Yusuf. 2005. Dasar-Dasar dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP. Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi: Panduang dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara. 65 HANDOUT Nama Mata Kuliah Nomor Kode Program Studi Jurusan Fakultas Dosen Mata Kuliah Pertemuan : : : : : : Pendidikan IPS (3 SKS) SOA 170 Pendidikan Sosiologi Antropologi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd Drs. Gusraredi : 12-15 RANCANGAN PEMBELAJARAN IPS DAN MICRO TEACHING A. Learning Outcome: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian RPP. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip pengembangan RPP. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan komponen RPP. 4. Mahasiswa dapat menjelaskan langkah-langkah pengembangan RPP. 5. Mahasiswa dapat menyusun RPP. 6. Mahasiswa dapat mempraktekkan pembelajaran IPS di dalam Kelas B. Uraian Materi 1. Pengertian RPP RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) merupakan seperangkat rencana yang menggambarkan proses dan prosedur pengorganisasian kegiatan pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar (KD). RPP dapat juga dikatakan sebagai rencanakegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik 66 dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru wajib menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan peserta didik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtopik yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih Permendikbud Nomor 65 Tahun . 2. Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Memperhatikan perbedaan individual peserta didik dantara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecakapan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. d. Mengembangkan budaya membaca dan menulis peserta didik yang dirancang untuk mengembangkan kemgemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. e. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP, menbuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi. f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan KD, materi pembelajaran, kegiatan 67 pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. h. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. 3. Komponen RPP RPP paling sedikit memuat: Komponen RPP adalah sebagai berikut: 1) tujuan pembelajaran, 2) materi pembelajaran, 3) metode pembelajaran, 4) sumber belajar, 5) penilaian. Menurut Permendikbud 81A Tahun 2014 komponen-komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini: Komponen RPP terdiri atas: a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan b. identitas mata pelajaran atau tema atau subtema c. kelas/semester d. materi pokok e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap pengetahuan, dan keterampilan 68 g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran; k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan; l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan penutup; dan m. penilaian hasil pembelajaran. 4. Langkah-Langkah Penyusunan RPP a. Mencantumkan Identitas b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran c. Menentukan Materi Pembelajaran d. Menentukan Metode Pembelajaran e. Menetapkan Kegiatan Pembelajaran 1) Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: melalui tahapan pendahuluan, inti, dan 69 a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b. memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional; c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/ atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/ atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. a. Sikap Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut. b. Pengetahuan 70 Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). c. Keterampilan Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquirylearning)dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). 3. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi: a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung; 71 b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Berikut ini contoh format RPP dan cara pengisiannya. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas : Semester : Program Keahlian : Mata Pelajaran : Jumlah Pertemuan : Kompetensi Inti : Kompetensi Dasar : Indikator Pencapaian : Tujuan Pembelajaran : Materi Ajar Fakta : Konsep : Prinsip : : Prosedur : 72 Alokasi Waktu Beban Belajar TM PT KMTT Metode Pembelajaran Waktu Bentuk Kegiatan/Tugas : Kegiatan Pembelajaran A. Pendahuluan B. Kegiatan Inti C. Penutup Penilaian A. Penilaian Proses B. Penilaian Hasil : : Sumber Belajar : ..........., ........2014 Mengetahui Kepala Sekolah ............................ Guru Matapelajaran Sosiologi ........................... Praktek Pembelajaran IPS di Dalam Kelas Adapun aspek-aspek yang akan menjadi indikator penilaian dalam praktek atau micro teaching sesuai dengan materi-materi kegiatan pembelajaran IPS yang telah dipelajari. Indikator-indikator penilaian dalam praktek pembelajaran IPS adalah mulai dari kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 73 Format Penilaian Praktek atau Micro Teaching Pembelajaran IPS Nama Mahasiswa : Materi : No Hari/Tanggal Komponen Yang Dinilai Skor Penilaian 1 1 Kegiatan Pendahuluan Mengkondisikan kelas Melakukan apersepsi 2 Kegiatan Inti Penguasaan Materi Penyampaian sesuai materi dengan dengan jelas hirarki mengkaitkan dan belajar dengan realitas kehidupan Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Model Pembelajaran yang relevan Relevansi metode pembelajaran yang digunakan Relevansi media pembelajaran yang digunakan Kesesuian alokasi waktu Menumbuhkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, baik, dan benar 3 Kegiatan Penutup Melibatkan peserta didik 2 3 4 Nilai Ket 5 74 merangkup pembelajaran Melakuakn refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan Melakukan tindak lanjut dengan memberi arahan atau tugas sebagai bahan remedi/pengayaan. Keterangan skor tertinggi dari penilaian Praktek atau Micro teaching adalah 100. 5 4 3 2 1 = sangat baik = baik = kurang baik = tidak baik = sangat tidak baik Skor yang Diperoleh Nilai = X 100 Jumlah Skor Ideal DAFTAR PUSTAKA Hamzah B. Uno. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Harjanto. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Wina Sanjaya. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi: Panduang dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Zainal Asril. 2013. Micro Teaching: Disertasi dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers.