1 HANDOUT Nama Mata Kuliah : Pendidikan IPS (3 SKS) Nomor

advertisement
1
HANDOUT
Nama Mata Kuliah
Nomor Kode
Program Studi
Jurusan
Fakultas
Dosen Mata Kuliah
Pertemuan
:
:
:
:
:
:
Pendidikan IPS (3 SKS)
SOA 170
Pendidikan Sosiologi Antropologi
Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si
Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si
Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd
Drs. Gusraredi
: 2-3
I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)
Mahasiswa mampu menjelaskan hakekat Ilmu Penegtahuan
Sosial (IPS)
II. Materi Pokok:
1. Konsep Dasar IPS
a. Sejarah Perkembangan IPS
b. Kedudukan IPS dalam Struktur Ilmu Pengetahuan
c. Hubungan Ilmu-Ilmu Sosial dengan IPS
d. Ruang Lingkup IPS
III. Uraian Materi
A. Sejarah Perkembangan IPS
Dilhat secara historis epistemologis, sulit menelusuri bagaimana perkembangan IPS di
Indonesia karena terdapat dua alas an esensial:
1. Di Indonesia tidk ada lembaga profesional bidang Pendidikan IPS (PIPS) seperti NCSS,
lembaga serupa yang dimiliki Indonesia yaitu HISPISI (Himpunan Serjana Pendidikan
IPS Indonesia) yang usianya masih sangat muda dan produktivitas akademisnya masih
sangat terbatas.
2. Selanjutnya perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontologi ilmu
pendidikan (disiplin) IPS sampai saat ini masih sangat bergantung pada pemikiran
2
individual atau kelompok pakar yang ditugasi secara insidental untuk mengembangkan
perangkat kurikulum IPS melalui Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarjana
Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang Diknas) dan Pusat
Kurikulum dan Buku (Puskurbuk Diknas).
Mengenai Istilah IPS pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic
Education tahun 1972 di Tawamangu, Solo. Terdapat 3 istilah yang muncul dari Seminar
Nasional di Tawamangu dan selanjutnya digunakan secara bertukar, yaitu:
1. Pengetahuan Sosial/ Social Science
2. Studi Sosial/ Social Studies
3. Ilmu Pengetahuan Sosial/ Social Education
Di samping itu Penggunaan Konsep IPS pertama kali muncul dalam dunia persekolahan
terjadi pada tahun 1973 dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP
Bandung. Dalam kurikulum PPSP ini IPS menggunakan beberapaistilah, yakni:
1. Studi Sosial
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Civic dan Hukum
Dalam pandangan ahli
Barr pada tahap ini kurikulum PPSP mengenai Konsep
Pendidikan IPS diwujudkan dalam 3 bentuk:
1. PIPS terintegrasi dengan nama PKN/ Studi Sosial
2. PIPS terpisah, dimana istilah IPS hanya digunakan sebagai konsep payung untuk mata
pelajaran Geografi, Sejarah dan Ekonomi
3. PKN sebagai suatu bentuk PIPS khusus, yang dalam konsep Social Studies
termasuk "Citizenship Transmission."
Selanjutnya pada kurikulum 1975 PIPS menampilkan 4 profil, yaitu:
1. PMP menggantikan PKN sebagai suatu bentuk PIPS khusus yang mewadahi Citizenship
Transmission
2. PIPS terpadu untuk SD
3. PIPS terkonfederasi untuk menempatkan IPS sebagai konsep payung pelajaran Geografi,
Sejarah dan Ekonomi Koperasi
3
4. PIPS terpisah yang mencakup mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi untuk
SMA atau Sejarah dan Geografi untuk SPG.
Pada kurikulum PIPS tahun 1984 masih sama dengan tahun 1975, tetapi pada kurikulum
tahun 1984 mengalami penyempurnaan. Dalam Kurikulum tahun 1994 mata pelajaran PPKn
merupakan mata pelajaran sosial khusus yang wajib diikuti oleh semua siswa dalam setiap
jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA). Mata pelajaran IPS dapat diwujudkan dalam:
1. PIPS terpadu di SD kelas 3 sampai dengan kelas 6
2. PIPS terkonfederasi di SLTP mencakup mata pelajaran Geografi, Sejarah dan Ekonomi
Koperasi
3. PIPS terpisah pada jenjang SMU, hampir mirip dengan "Social Studies" tetapi merupakan
bagian Ilmu Pengetahuan Sosial
Sedangkan Kurikulum PIPS tahun 2004, mata pelajaran IPS hampir sama dengan yang
terdapat pada kurikulum 1994. Tetapi perbedaannya terletak pada jenjang SMA, mata pelajaran
Sosiologi yang tadinya hanya diperoleh siswa kelas 3 saja sekarang sudah diberikan pada siswa
kelas 2. Maka terdapapat 2 versi mengenai PIPS tersebut, yaitu:
1. PIPS untuk pendidikan dasar dan menengah
2. PIPS untuk jurusan Pendidikan IPS di Perguruan Tinggi
Titik tolak pemikiran mengenai kedudukan konseptual PDIPS atau objek telaah dari
sistem pengetahuan PDIPS tersebut, adalah:
1. Karakteristik potensi perilaku belajar siswa SD, SLTP, dan SMA.
2. Karakteristik potensi dan perilaku belajar mahasiswa FPIPS-IKIP atau JPIPS-STKIP
3. Kurikulum dan bahan ajar IPS SD, SLTP dan SMA
4. Disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora dan disiplin ilmu lain yang relevan
5. Teori, prinsip, strategi, media dan evaluasi pembelajaran IPS
6. Masalah-masalah sosial dan masalah ilmu dan teknologi yang berdampak sosial
7. Norma Agama yang melandasi dan memperkuat profesionalisme
4
B. Kedudukan IPS dalam Struktur Ilmu Pengetahuan
Pendidikan IPS dipandang sebagai sebuah pendidikan disiplin ilmu dengan menggunakan
identitas bidang kajian bersifat ekletik yang dikenal dengan “an intregrated system of knowledge
“, “synthetic disclipine”, “multidimensional”, dan “kajian konseptual sistemik” merupakan
kajian (baru), hal iniberbeda dari bidang kajian monodisiplin atau disiplin ilmu “tradisional.
Pendekatan Monodisiplin atau sering disebut juga sebagai pendekatan struktural, yaitu suatu
bentuk atau model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu saja, tanpa
menghubungkan dengan struktur ilmu yang lain. Jadi, pengembangan materi berdasarkan ciri
dan karakteristik dari bidang studi yang bersangkutan.
Karena adanya pertimbangan semakin kompleksnya permasalahan kehidupan berbangsa
dan bernegara di Indonesia maka pada tahun 1970an mulai diperkenalkan Pendidikan IPS (PIPS)
sebagai sebuah pendidikan disiplin ilmu(penggunaan istilah Pendidikan disiplin ilmu pertama
kali dikemukakan oleh Numan Somantri dalam berbagai karya tulis). Gagasan tentang PIPS ini
membawa implikasi bahwa PIPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain
sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni kajian yang bersifat terpadu (integrated), interdisipliner,
multidimensional bahkan cross-disipliner. Karakteristik ini mulai nampak dari perkembangan
PIPS sebagai salah satu mata pelajaran disekolah yang cakupan materinya sudah semakin meluas
seiring dengan semakin kompleks dan semakin rumitnya permasalahan sosial yang memerlukan
banyak kajian secara terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam,
teknologi, humaniora, lingkungan bahkan sistem kepercayaan.
Keberadaan IPS sebagai sebuah program pendidikan disiplin ilmu dalam beberapa
konteks pendidikan Nasional Indonesiadapat diharapkan akan memberikan pemikiran-pemikiran
yang mendasar berkaitan dengan perkembangan struktur, metodologi, dan pemanfaatan PIPS
sebagai pendidikan disiplin ilmu yang dibangun dan dikembangkan, serta ke mana arah / ruang
lingkup, tujuan, dan sasaran pengembangan yang dilakukan oleh masyarakat.
Salah satu yang menjadi dasar pertimbangan dengan dimasukkannya social studies ke
dalam kurikulum sekolah adalah mengingat kemampuan siswa sangat menentukan dalam
pemilihan dan pengorganisasian materi pembelajaran IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih
menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah, bahan-bahannya
diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat sekitar di mana IPS diajarkan.
Selanjutnya bahan atau materi ajar yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya,
5
serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini dipandang bahwa IPSakan lebih
mudah untuk dipahami karena dapat memberikan makna yang lebih besar bagi para siswa dari
pada bahan pengajaran yang cenderung abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial tertentu.
C. Hubungan Imu-ilmu Sosial dengan IPS
Terdapat beberapa hubungan ilmu-ilmu sosial dengan IPS, yaitu:
1. IPS bukan sebagai disiplin ilmu seperti IIS, tetapi IPS lebih tepat sebagai suatu bidang
kajian.
2. Pendekatan dalam IPS adalah pendekatan multidisipliner atau interdisipliner. Tetapijustru
IIS menggunakan pendekatan disiplin ilmu atau monodisiplin.
3. IPS senagaja dirancang untuk kepentingan pendidikan, oleh karena itu keberasaan IPS
lebih memfokuskan pada dunia persekolahan. Sedangkan IIS keberadaannya bisa di
dunia persekolahan, PT, atau bahkan dipelajari di masyarakat umum sekalipun.
4. IPS disamping menggunakan IIS sebagai bahan pengembangan materi pembelajaran
dilengkapi dengan mempertimbangkan aspek psikologis-pedagogis
Perbedaan mendasar antara ilmu-ilmu sosial dengan pengetahuan sosial terletak pada
tujuan masing-masing.Dimana Ilmu sosial lebih bertujuan memajukan dan mengembangkan
konsep dan generalisasi melalui penelitian ilmiah, dengan melakukan hipotesis untuk
menghasilkan teori atau teknologi baru. Di sampingitu, tujuan ilmu pengetahuan sosial lebih
bersifat pendidikan, bukan penemuan teori ilmu sosial. Saah satu orientasi inti studi ini adalah
diupayakanuntuk
keberhasilannya
mendidik
dan
membuat
siswa
mampu
untukmengoperasionalisasikan ilmu pengetahuan sosial, berupa terciptanya tujuan instruksional.
Maka mengacu pada uraian tersebut ilmu pengetahuan sosial menggunakan bagian-bagian ilmuilmu sosial untuk kepentingan pengajaran. Maka, berbagi konsep dan generalisasi ilmu sosial
harus disederhanakan agar lebih mudah dipahami oleh murid-murid yang umumnya belum
matang untuk membelajari ilmu-ilmu tersebut. Hal ini akanmenempatkan pentingnya keberadaan
IPS secara metodologis dan keilmuan dapat dikatakan belum adanya setara dengan ilmu sosial.
Jika kita mendiskusikan persamaan antara social studies dengan social sciencesyaitu
terletak pada sasaran yang diselidiki yaitu manusia dan kehidupan bermasyarakat. Keduanya
membahas masalah yang timbul akibat hubungan (interrelationship) manusia. Dengan kata lain,
6
keduanya mempelajari tentang masyarakat manusia, dan segala aspek kehidupan
sosial
masyarakat dan problem-problem yang muncul dalam masyarakat.
D. Ruang Lingkup IPS
Mengenai ruang lingkup dan bagaiman cakupan konsep dasar dari IPS dapat dikemukakan
sebagi berikut
1.Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin
bidang akademis, tetapi lebih merupakan sebuah bidang pengkajian yang fokus pada
gejala dan masalah sosial dalam masyarakat.Dalam kerangka kerja pengkajian Ilmu
Pngetahuan Sosial (IPS) mengunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk bidangbidang ilmu sosial
2.Kerangka kerja Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak menekankan pada bidang teoretis,
tetapi lebih pada bidang-bidang praktis dalam mempelajari gejala dan masalah-masalah
sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat. Studi Sosial tidak perlu akademis teoretis,
namun merupakan satu pengetahuan praktis yang dapat di ajarkan pada tingkat
persekolahan,yaitu mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi.
Demikian pula pendekatan yang digunakan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat
berbeda dengan pendekatan yang biasa digunakan dalam Ilmu Sosial.Pendekatan Ilmu
Pengetahuan
Sosial
bersifat
interdisipliner
atau
bersifat
multidisiplinerdengan
menggunakan berbagai bidang keilmuan, sedangkan pendekatan yang digunakan Ilmu
Sosial (Sosial Sciences) bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing.Demikian
pula pada tingkat yang taraf yang lebih rendah pendekatan studi Sosial lebih bersifat
multidimensional, yaitu meninjau satu gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi
atau aspek kehidupan.
7
3.Bidang studi IPS, pada hakikatnya merupakan suatuperpaduan pengetahuan sosial. Untuk
tingkat Sekolah Dasar (SD) intinya merupakan perpaduan antara geografi dan
sejarah.Untuk Sekolah Lanjut Menengah Pertama (SLTP) intinya merupakan perpaduan
antara geografi, sejarah dan ekonomi koperasi.Sedangkan untuk Sekolah Lanjut Tingkat
Atas (SLTA) intinya adalah perpaduan antara geografi, sejarah dan ekonomi koperasi dan
Antropologi.di tingkat perguruan tinggi, bidang studi IPS ini dikenal sebagai studi
sosial.IPS atau studi Sosial ini, merupakan perpaduan dari berbagai bidang keilmuan
Ilmu Sosial.Studi Sosial memiliki perbedaan yang prinsipil dengan ilmu-ilmu sosial.
Proses pembelajaran pendidikan IPS dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan
sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usia peserta didik masing-masing. Ragam pembelajarannya
pun harus disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan. Secara formal, proses
pembelajaran dan membelajarkan itu terjadi di sekolah, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.
Kedudukan IPS sebagai salah satu program pendidikan tidak hanya menyajikan tentang
konsep-konsep pengetahuan sematasaja, namun harus pula mampu membina peserta didik
menjadi warga negara dan warga masyarakat yang tahu akan hak dan kewajibannya, yang juga
memiliki
tanggung
jawab
atas
kesejahteraan
bersama
seluas-luasnya.Sebagaibidang
pengetahuan, ruang lingkup IPS dapat terlihat nyata dari tujuannya. Disepanjang sejarah
perkembangannyasebagai
sebuah
kajian
IPS
memiliki
lima
tujuan
yakni:
(a) IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang social sciences jika nantinya masuk ke
perguruan tinggi. (b) IPS yang tujuannya mendidik kewarganegaraan yang baik. (c) IPS yang
hakikatnya merupakan suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut di atas. (d) IPS yang mempelajari
closed areas atau masalah-masalah sosial yang pantang untuk dibicarakan di muka umum.
Menurut pedoman khusus bidang studi IPS, tujuan bidang studi tersebut, yaitu dengan materi
8
yang dipilih, disaring dan disingkronkan kembali maka sasaran seluruh kegiatan belajar dan
pembelajaran
pada
bidang
(a) Pembinaan warga
negara
IPS
yang
lebih
mengarah
Indonesia atas dasar moral
dan (b) Sikap sosial yang rasional dalam kehidupan.
kepada
2
Pancasila/
(dua)
hal,
UUD 1945.
9
HANDOUT
Nama Mata Kuliah
Nomor Kode
Program Studi
Jurusan
Fakultas
Dosen Mata Kuliah
Pertemuan
:
:
:
:
:
:
Pendidikan IPS (3 SKS)
SOA 170
Pendidikan Sosiologi Antropologi
Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si
Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si
Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd
Drs. Gusraredi
: 4
I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)
Menelaah Eksistensi IPS dalam Dunia Pendidikan di Indonesia
II. Materi Pokok:
a. Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia
b. Sifat dan Karakteristik IPS
c. Tujuan Pendidikan IPS
III. Uraian Materi:
A. Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia
Tujuan
Pendidikan
Nasional
adalah
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul
10
dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam
segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan
pemrintah ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan di tingkat
Universitas.
Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan hanya menekankan
pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak ukur keberhasilan
pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti anak. Sedanglan Tujuan
Pendidikan(Kemdiknas):"Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
B. Sifat dan Karakteristik IPS
Menurut Sapriya (2009: 7), mengemukakan bahwa: “Salah satu karakteristik social
studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan
masyarakat”. Perubahan dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan
tingkat perkembangan masyarakat.
Ada beberapa karakteristik pembelajaran IPS yang dikaji bersama ciri dan sifat pembelajaran IPS
menurut A Kosasih Djahiri (Sapriya, 2007: 19) adalah sebagai berikut:
a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari
segi ilmu).
11
b. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja melainkan
bersifat komrehensif (meluas) dari berbagai ilmu sosial dan lainnya sehingga berbagai konsep
ilmu secara terintegrasi terpadu digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik.
c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu
mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analitis.
d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-bahan dari
berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman,
permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa yang akan
datang baik dari lingkungan fisik maupun budayanya.
e. IPS dihadapkan pada konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah)
sehingga titik berat pembelajaran adalah proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri
siswa agar memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata
pada masyarakat.
f. IPS mengutamakan hal-hal arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat
manusiawi.
g. Pembelajaran IPS tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata juga nilai dan
keterampilannya.
h. Pembelajaran IPS berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program
dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat
dengan kehidupannya.
i. Dalam pengembangan program pembelajaran IPS senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip,
karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang terjadi ciri IPS itu sendiri.
12
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran IPS adalah bersifat dinamis, artinya
selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.Perubahan dapat dalam aspek
materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.
Tujuan Pembelajaran IPS
Menurut Rudy Gunawan (2011: 37) mengemukakan bahwa:
Pembelajaran IPS
bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya
sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga
negara yang baik dan bertanggung jawab, sedangkan ilmu sosial bertujuan menciptakan tenaga
ahli dalam bidang ilmu sosial
Banyak pendapat yang mengemukakan tentang tujuan pendidikan IPS, diantaranya
oleh The Multi Consortium Of Performance Based Teacher Education di AS pada tahun 1973
Djahiri dan Ma’mun (Rudy gunawan, 2011: 20) menyatakan bahwa sebagai berikut :
1 Mengetahui dan mampu menerapkan konsep-konsep ilmu sosial yang penting, generalisasi
(konsep dasar) dan teori-teori kepada situasi data yang baru.
2. Memahami dan mampu menggunakan beberapa struktur dari suatu disiplin atau antar disiplin
untuk digunakan sebagai bahan analisis data baru.
3. Mengetahui teknik-teknik penyelidikan dan metode-metode penjelasan yang dipergunakan
dalam studi sosial secara bervariasi serta mampu menerapkannya sebagai teknik penelitian dan
evaluasi suatu informasi.
4. Mampu mempergunakan cara berpikir yang lebih tinggi sesuai dengan tujuan dan tugas yang
didapatnya.
5. Memiliki keterampilan dalam memecahkan permasalahan (Problem Solving).
13
6. Memiliki self concept (konsep atau prinsip sendiri) yang positif.
7. Menghargai nilai-nilai kemanusiaan.
8. Kemampuan mendukung nilai-nilai demokrasi.
9. Adanya keinginan untuk belajar dan berpikir secara rasional.
10.Kemampuan berbuat berdasarkan sistem nilai yang rasional dan mantap
Menurut Isjoni (2007: 50-51) tujuan pendidikan IPS dapat dikelompokkan menjadi
empat (4) kategori sebagai berikut :
1. Knowledge, yang merupakan tujuan utama pendidikan IPS, yaitu membantu para siswa
belajar tentang diri mereka sendiri dan lingkungannya.
2. Skills, yang berhubungan denga tujuan IPS dalam hal ini mencakup keterampilan berpikir
(thinking skills).
3. Attitudes, dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok sikap yang diperlukan untuk tingkah
laku berpikir (intelektual behavior) dan tingkah laku sosial (social behavior).
4. Value, dalam hubungan ini adalah nilai yang terkandung dalam masyarakat sekitar didapatkan
dari lingkungan masyarakat sekitar maupun lembaga pemerintah (falsafah bangsa).
Di samping itu menurut Wahab dlam Rudy Gunawan(2011: 21) ia menyatakan
bahwa: Tujuan Pengajaran IPS disekolah tidak lagi semata-mata untuk memberi pengetahuan
dan menghapal sejumlah fakta dan informasi akan tetapi lebih dari itu. Para siswa selain
diharapkan
mampu
memiliki
pengetahuan
mereka
juga
dapat
mengembangkan
berbagaiketerampilan dalam segi-segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai
pada keterampilan sosialnya.
Sementara itu menurut Chapin dan Messick dalam (Isjoni, 2007: 39) secara khusus tujuan
pengajaran IPS di sekolah dasar dapat dikelompokkan ke dalam empat komponen, yaitu:
14
1. Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan
bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
2. Menolong
siswa
untuk
mengembangkan
keterampilan
untuk
mencari
dan
mengolah/memproses informasi.
3. Menolong
siswa
untuk
mengembangkan
nilai/sikap
demokrasi
dalam
kehidupan
bermasyarakat.
4. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian/berperan serta dalam
kehidupan sosial
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran IPS adalah untuk membantu tumbuhnya warga negara yang baik dan dapat
mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan yang dimulai dari
keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya.Akan tetapi secara lebih khusus
pada tujuan yang tertera pada KTSP, bahwa salah satunya adalah mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.
Mengenal konsep-konsep memerlukan pemahaman yang mendalam, oleh karena itu
pemahaman suatu konsep dengan baik sangatlah penting bagi siswa, agar dapat mamahami suatu
konsep, siswa harus membentuk konsep sesuai dengan stimulus yang diterimanya dari
lingkungan
atau
sesuai
dengan
pengalaman
yang
diperoleh
dalam
perjalanan
hidupnya.Pengalaman-pengalaman yang harus dilalui oleh siswa merupakan serangkaian kegitan
pembelajaran yang dapat menunjang terbentuknya konsep-konsep tersebut. Karena itu guru
harus bisa menyusun pembelajaran yang didalamnya berisi kegiatan-kegiatan belajar siswa yang
sesuai dengan konsep-konsep yang akan dibentuknya
15
HANDOUT
Nama Mata Kuliah
Nomor Kode
Program Studi
Jurusan
Fakultas
Dosen Mata Kuliah
Pertemuan
I.
:
:
:
:
:
:
Pendidikan IPS (3 SKS)
SOA 170
Pendidikan Sosiologi Antropologi
Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si
Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si
Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd
Drs. Gusraredi
: 5
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)
Mahasiswa mampu menelaah Dimensi dan Struktur IPS
II. Materi Pokok:
1. Dimensi-dimensi IPS
2. Sruktur Materi IPS
III. Uraian Materi :
A. Dimensi-dimensi IPS
Proses penguasaan dan pengembangan dimensi dan struktur pembelajaran dalam
PIPSsangat penting bagi jiwa pendidik karena dalam menhadapi siswa harus berfikir abstrak dan
parsialuntuk memfasilitasi kebutuhan ini mahasiswa atau calon guru perlu mempersiapkan model
pembelajaran yang tepat yang didukung oleh kemampuan penguasaan terhadap dimensi-dimensi
PIPS dan strukturnya. Dimensi PIPS Meliputi: (1). Dimensi pengetahuan (knowledge) (2).
Dmensi keterampilan (skill) (3).Dimensi Nilai (Value and Attitudes) (4).Dimensi tindakan
(Action).
16
1. Dimensi Pengetahuan (Knowledge) Setiap manusia tentunya memiliki kelebihan dan
wawasan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda,baik yang berfikir sebatas lingkungan
dan ada juga yang berpendapat mencakup dengan keyakinan-keyakinan sosial,tentunya hal
tersebut mencakup alasan-alasan yang sesuai dengan: Fakta,konsep baik Generalisasi yang
dipahami oleh individu atau siswa,dan hal yang terpenting adalah Fakta yang mana merupakan
data yang spesifikasi tentang peristiwa,objek,orang dan hal-hal yang terjadi yang harus dikenal
terutama dalam kehidupan sehari-hari dan yang terjadi dalam lingkungan sekitar. Konsep dasar
yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Konsepkonsep tersebut juga tergantung pula pada jenjang dan kelas sekolah,misalnya konsep “sejarah,
antropologi, sosiologi bahkan ekonomi, juga dari ilmu pariwisata, geografi, sosiologi, sejarah
maupun politik. Pengembangan dan generalisasi adalah proses mengorganisir dan memaknai
sejumlah dan cara hidup bermasayarakat.merumuskan generalisasi merupakan rumusan dan
pengembangan konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh siswa
dengan tentunya bimbingan guru.
2. Dimensi Keterampilan (skill) Dalam pendidikan IPS sangat diperlukan dan
memperhatikan
juga
dimensi
keterampilan
disamping
pemahaman
dalam
dimensi
pengetahuan.kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang
sangat penting guna mempersiapkan untuk menghadapi dunia di masyarakat sehingga siswa
menjadi terampil dan siap menjadi warga negara yang berpartisipasi secara aktif dan secara
cerdas dalam lingkungan masyarakat yang demokratis. Keterampilan Meneliti Dalam hal ini
diharapkan mengidentifikasi,mengumpulkan,menafsirkan dan menganalisis suatu data yang
terjadi dalam lingkungan masyarakat sekitar atau sosial. (1) Keterampilan berfikir Dalam hal ini
tentunya bagaimana cara berkontribusi untuk pemecahan suatu masalah yang terjadi secara
17
akurat dan dan kreatif baik dalam menciptakan suatu hal atau proses pembelajaran dalam
lingkungan kelas. (2)Keterampilan partisipasi sosial Dalam belajar IPS juga sisawa diharafkan
bahwa siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan bekerjasama baik secara perorangan ataupun
secara kelompok. (3) Keterampilan Berkomunikasi Pembelajaran pada akhirnya adalah
mendewasakan seorang manusia agar menjadi dewasa,karena tandanya orang dewasa ialah
mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan baik dan benar,serta mengungkapkan pemahan
dan perasaan dengan jelas,efektif san kreatif.
3. Dimensi Nilai dan Sikap (Value and attitudes) Pada hakikatnya sebuah nilai dipelajari
dari hasil pergaulan dan komunikasi antara individu dalam kelompok baik dilingkungan keluarga
maupun lingkungan sosial,yaitu: (a). Nilai Subtantif Merupakan nilai yang dipegang atau
diyakini oleh seseorang da umumnya hasil belajar,terutama siswa bisa memahami bahwa dalam
masyarakat terdapat keberagaman nilai. (b). Nilai Prosedural Peran guru sangat besar karena
siswa harus diarahkan dan dilatih sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran di kelas dan nilai
prosedural diantaranya: Nilai kemerdekaan, toleransi,kejujuran menghormati kebenaran dan
pendapat orang lain.
4. Dimensi Tindakan (Action) Tindakan sosial merupakan hal ayang sangat penting
karena dapat memungkinkan siswa dapat menjadi siswa yang aktif,dan merekapun harus berlatih
secara kongkrit dan praktis.agar menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupan masyarakat.
Fokus utama dari program IPS adalah membentuk individu-individu yang memahami kehidupan
sosialnya dunia manusia,aktivitas dan interaksinya yang ditunjukan untuk menghasilkan anggota
masyarakat yang bebas,yang mempunyai rasa tanggungjawab untuk melestarikan,melanjutkan
dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan.
18
B. Struktur IPS
Dalam suatu struktur pengetahuan, termasuk didalamnya Ilmu sosial tersusun atas 3
tingkatan yaitu:
1) Fakta
Fakta dapat diartikan sebagai suatu informasi atau data yang ada/terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dan dikumpulkan dan dikaji oleh para ahli ilmu sosial yang terjamin kebenarannya.
2) Konsep
Konsep adalah sebuah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat
intelektual yang membangun kegiatan berfikir, dan memecahkan masalah.
3) Generalisasi
Generalisasi berasal dari kata general yang berarti umum atau menyeluuruh. Oleh
karena itu generalisasi merupakan pengambilan kesimpulan secara umum dari suatu gejala atau
informasi yang kita terima yang didukung oleh data dan fakta yang ada
19
HANDOUT
Nama Mata Kuliah
Nomor Kode
Program Studi
Jurusan
Fakultas
Dosen Mata Kuliah
Pertemuan
I.
:
:
:
:
:
:
Pendidikan IPS (3 SKS)
SOA 170
Pendidikan Sosiologi Antropologi
Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si
Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si
Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd
Drs. Gusraredi
: 6
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)
Mahasiswa mampu menggali fakta, konsep, generalisasi dan
prosedur untuk merancang pembelajaran IPS
II. Materi Pokok:
a. Realitas dan problem sosial sebagai Fokus IPS
b. Fungsi Teori dalam pembelajaran IPS
III. Uraian Materi :
A. Realitas Sosial dan Masalah Sosial sebagai Fokus IPS
Ilmu pengetahuan sosial adalah bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis
sehari hari di masyarakat. Pengajaran IPS bukan hanya sekedar menyajikan materi yang akan
memenuhi ingatan para siswa melainkan kebutuhannya sesuai dengan tuntutan yang dirasakan
sebagai suatu ketimpangan ata kecanggungan dapat dijadikan bahan untuk dibahas dengan para
siswa. Gejala gejala yang ada diluar jendela kelas dan diluar halaman sekolah seperti
persampahan,kemacetan lalu lintas,kekurangan air bersih,kekurangan gizi,penganguran dan lain
lain merupakan materi IPS yang dapat merangsang pemikiran siswa. Gejala-gejala tadi kita
20
tinjau dari berrbagai dimensi(Multidimensional) yaitu dari dimensi atau segi ekonomi,dari segi
tradisi,dari segi hubungan antar manusia,dari sikap mental dan dari segi pemerintahan. Atas
gejala gejala yang ada para siswa dilatih untuk menyusun alternatif pemecahan masalah.
Melalui proses seperti yang dikemukan diatas guru dan siswa telah berhasil memberikan
fungsi yang praktis kepada masyarakat sebagai sumber dan materi IPS. Selanjutnya masyarakat
itu selain sumber dan materi IPS juga menjadi laboraturiumnya. Pengetahuan,konsep dan teori
teori IPS yang telah diperolaeh siswa dalam kelas selain dapat dicocokan juga dapat diterapkan
dalam masyarakat. Masyarakat sebagai tempat laoraturium nyata bagi pelajaran IPS karna
disitulah tempat yang cocok bagi masyarakat untuk mempraktekan pelajaran IPS.Secara wajar
pada pelaksanan pengjaran IPS kita harus menggunakan masyrakat sebagai sumbernya karena
disinilah ada kenyataan hidup sebenarnya yang dapat dihayati,ditanggapi,dianalisis dan pada
akhirnya dapat dapat membina sikap kepekaan mental yang sasaran dan tujuan pelajran IPS
Melalui pengajaran IPS seperti yang digambarkan diatas diharapkan kelak terbinanya warga
negara yang peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat yang memiliki sikap mental
positif terhadap segala ketimpangan yang terjadi dan terampil menatasi segala masalah terjadi
sehari baik menimpa diri sendiri maupun kehidupan masyarakat.
Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat
dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya).Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan
praktis sehari-hari di masyarakat.Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat
sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada
kenyataan.(Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, 1986:21).Ada 5 macam sumber materi IPS antara
lain:
21
a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah,
desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai
permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi,
transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat
sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah
lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang
besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan,
keluarga.
B. Fungsi Teori dalam Pembelajaran IPS
Mengingat keluasan cakupan materi dalam pembelajaran IPS, maka tidak ada satu teori
belajar pun yang paling ideal untuk segala situasi dan untuk semua bidang keilmuan yang
tercakup dalam IPS.Teori pembelajaran adalah teori yang menawarkan panduan ekplisit
bagaimana membantu orang belajar dan berkembang lebih baik.Jenis belajar dan pengembangan
mencakup aspek kognitif, emosional, sosial, fisikal, dan spiritual. Aplikasi teori belajar dalam
kegiatan pembelajaran IPS tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik pelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pengaplikasian
teori belajar dalam kegiatan pembelajaran IPS pada prakteknya
merupakan perpaduan dari beberapa aplikasi teori belajar. Pembelajaran yang baik adalah
pembelajaran yang tidak hanya out come-oriented, tepai pembelajaran yang menekankan pada
proses. Berpedoman pada pembelajaran yang menekankan proses sama artinya dengan
memastikan agar proses berjalan secara maksimal, dengan mengoptimalkan peranan guru
22
sebagai fasilitator dan mengoptimalkan kemampuan peserta didik. Penekanan pada proses justru
akan memberikan hasil yang diharapkan. Hasil pembelajaran akan sesuai yang diharapkan,
disamping tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.
Teori belajar erat kaitannya dengan model pembelajaran.aplikasi teori belajar dapat
digunakan untuk merancang dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
dan situasi belajar. Kondisi dan situasi belajar ini tentu memiliki indikator sebagai aspek-aspek
utama pembelajaran, seperti jenis pembelajaran IPS yang hendak dipelajari, materi
pembelajaran, tujuan pembelajaran, karakter kelas, dan lain sebagainya.
Model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS sebaiknya
mampu mencakup lima unsur pembelajaran berikut ini:
1) problem-centered, artinya pembelajaran dilaksanakan dalam rangka memecahkan
permasalahan dunia nyata di sekitar pembelajar;
2) activation, artinya pembelajaran dikembangkan relevan dengan pengalaman dan
mengaktifkan pengetahuan mahasiswa yang telah dimiliki sebelumnya;
3) demonstration, artinya pembelajaran yang dikembangkan untuk mempertunjukkan apa
yang akan dipelajari bukannya melulu menceritakan informasi tentang apa yang akan
dipelajari;
4) application, artinya pembelajaran yang dikembangkan untuk menggunakan ketrampilan
atau pengetahuan yang baru mereka untuk memecahkan permasalahan; dan
5) integration, pembelajaran yang dikembangkan mengintegrasikan ketrampilan atau
pengetahuan yang baru ke dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Berdasarkan lima unsur cakupan pembelajaran yang sebaiknya ada dalam proses
pembelajaran IPS, maka penggunaan model pembelajaran yang relevan dan inovatif perlu
dipraktekan di kelas. Namun demikian, mengingat adanya batasan waktu dalam pembelajaran di
kelas, proses pembelajaran perlu dirancang sedemikian rupa agar mampu memasukkan unsurunsur tersebut. Bilamana kelima unsur tersebut tidak dapat diaplikasikan dalam satu kali tatap
muka pembelajaran, guru bisa membuat perancangan pembelajaran yang memasukkan unsurunsur tersebut secara parsial. Cara lain agar kelima unsur tersebut dapat menjadi bagian dari
pengalaman belajar peserta didik adalah merancang pembelajaran sedemikian rupa agar
pengalaman belajar yang diperoleh siswa saat pembelajaran di kelas dapat diaplikasikan atau
memiliki andil positif dalam kehidupan siswa sehari-hari. Merencanakan, menyusun, dan
23
mempraktekkan model pembelajaran di kelas tentu tidak lepas dari aplikasi teori belajar sebagai
fondasinya
24
HANDOUT
Nama Mata Kuliah
Nomor Kode
Program Studi
Jurusan
Fakultas
Dosen Mata Kuliah
Pertemuan
I.
:
:
:
:
:
:
Pendidikan IPS (3 SKS)
SOA 170
Pendidikan Sosiologi Antropologi
Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si
Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si
Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd
Drs. Gusraredi
: 7
Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)
Mahasiswa mampu mengidentifkasi konsep dasar materi IPS
II. Materi Pokok:
1. Konsep Dasar Materi IPS
2. Kurikulum dan Kompetensi Mata Pelajaran IPS
III. Uraian Materi
.
A. Konsep Dasar Materi IPS
a) Sejarah
Kata sejarah berasal dari beberapa bahasa di antaranya bahasa Arab (syajarotun) yaitu
pohon, keturunan, asal-usul atau silsilah.Dalam bahasa Inggris (history), bahasa Yunani (istoria),
bahasa Jerman (geschicht).Sejarah dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa
lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal-usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang
memerintah).Menurut Moh. Yamin,Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil
penyelidikan beberapa peristiwa yang dibuktikan dengan kenyataan.
25
Konsep Dasar Sejarah :
1.
Waktu
2.
Dokumen
3.
Alur peristiwa
4.
Kronologis
5.
Peta
6.
Tahap-tahap peradaban
7.
Ruang
8.
Evolusi
9.
Revolusi
b) Geografi
Perkataan geografi berasal dari bahasa Yunani : ‘geo’ berarti bumi dan ‘grafhein’ berarti
tulisan. Jadi secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi.Menurut para pakar :Geografi
adalah ilmu kausal yang mempelajari gejala-gejala di muka bumi beresta permasalahannya
melalui pendekatan geografis (spatial approach), pendekatan ekologi (ecology approach),
pendekatan terhadap manusia (human approach) untuk program pembangunan jangka panjang,
proses pembangunan dan menunjang pembangunan(Bintaro, 1981)
Konsep Dasar Geografi :
1. Lokasi: Konsep lokasi ini terbagi dua yaitu lokasi absolute dan lokasi relatif. Lokasi absolute
terkait dengan garis lintang dan garis bujur. Lokasi relatif yaitu lokasi yang dilihat
dari wilayah lain.
2.
Jarak: Konsep ini mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, ataupun
kepentingan pertahanan.
3. Keterjangkauan: Keterjangkauan (accessibility) tidak selalu berkaitan dengan jarak, namun
juga medan.
4. Pola: Pola ini berkaitan dengan susunan, bentuk atau persebaran fenomena dalam ruang
muka Bumi.
5. Morfologi: Konsep ini terkait dengan pembentukan morfologi muka Bumi.
6. Aglomerasi: Konsep aglomerasi menjelaskan mengapa suatu fenomena geografi cenderung
mengelompok.
26
7.
Nilai kegunaan; Konsep ini berkaitan dengan nilai guna suatu wilayah. Tiap wilayah
mempunyai potensi yang bisa dikembangkan sehingga nilai kegunaannya optimal.
8. Interelasi/interpedensi; Interaksi merupakan hubungan timbale balik antar beberapa hal.
9. Diferensiasi areal; Konsep ini mempertegas bahwa tempat yang satu dengan yang lainnya
memiliki perbadaan.
10. Keterkaitan ruangan;Perbedaan potensi wilayah yang satu dengan yang lainnya akan
mengakibatkan atau mendorong terjadinya interaksi berupa pertukaran barang,
manusia ataupun budaya.
c) Ekonomi
Istilah “ekonomi” sendiri berasal dari bahasa Yunani (oikos) yang berarti “keluarga,
rumah tangga” dan (nomos) yang berarti “peraturan, aturan, hukum” maka secara garis besar
diartikan sebagai “aturan rumah tangga”.
Konsep Dasar Ekonomi :
1.
Keterbatasan sumber daya
2.
Kebutuhan yang tidak terbatas
3.
Keuntungan ekonomi
4.
Kekeluargaan
5.
Tenaga kerja
6.
Modal
d) Sosiologi
Sosiologi adalah istilah yang berasal dari kata latin ‘socius’ yang artinya ‘teman’, dan
‘logos dari kata Yunani yang bertarti ‘cerita’, diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang
berjudul “Cours De Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Menurut Pitirin
Sorokin, Sosiologi adalah ilmu yangmempelajari hubungan dan pengaruh timbale balik antara
aneka macam gejala sosial (misalnya gelaja ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), gejala
non-sosial, serta ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala social lain.
Konsep Dasar Sosiologi :
27
1.
Interaksi sosial
2.
Sosialisasi
3.
Kelompok sosial
4.
Pelapisan sosial
5.
Proses sosial
B. Kurikulum dan Kompetensi Mata Pelajaran IPS
A. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) merupakan
tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki
seorang peserta didik SMP/MTs pada setiap tingkat kelas.Kompetensi inti dirancang untuk setiap
kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi dasar antarmata
pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai kompetensi
dasar pada mata pelajaran yang sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1.
Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2.
Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3.
Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4.
Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMP/MTs dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Tabel 1:
Kompetensi Inti SMP/MTs
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI
KELAS VII
KELAS VIII
KELAS IX
1. Menghargai dan
1. Menghargai dan
1. Menghargai dan
menghayati ajaran agama
menghayati ajaran
menghayati ajaran
yang dianutnya
agama yang dianutnya
agama yang
dianutnya
28
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI
KELAS VII
KELAS VIII
KELAS IX
2. Menghargai dan
2. Menghargai dan
2. Menghargai dan
menghayati perilaku jujur, menghayati perilaku
menghayati
disiplin, tanggungjawab,
jujur, disiplin,
perilaku jujur,
peduli (toleransi, gotong
tanggungjawab, peduli
disiplin,
royong), santun, percaya
(toleransi, gotong
tanggungjawab,
diri, dalam berinteraksi
royong), santun,
peduli (toleransi,
secara efektif dengan
percaya diri, dalam
gotong royong),
lingkungan sosial dan
berinteraksi secara
santun, percaya
alam dalam jangkauan
efektif dengan
diri, dalam
pergaulan dan
lingkungan sosial dan
berinteraksi secara
keberadaannya
alam dalam jangkauan
efektif dengan
pergaulan dan
lingkungan sosial
keberadaannya
dan alam dalam
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
3. Memahami pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya
tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian
tampak mata
3. Memahami dan
3. Memahami dan
menerapkan
menerapkan
pengetahuan (faktual,
pengetahuan
konseptual, dan
(faktual,
prosedural)
konseptual, dan
berdasarkan rasa ingin
prosedural)
tahunya tentang ilmu
berdasarkan rasa
pengetahuan,
ingin tahunya
teknologi, seni, budaya
tentang ilmu
terkait fenomena dan
pengetahuan,
kejadian tampak mata
teknologi, seni,
budaya terkait
fenomena dan
kejadian tampak
mata
4. Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah
konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan
membuat) dan ranah
abstrak (menulis,
membaca, menghitung,
menggambar, dan
4. Mengolah, menyaji, dan 4. Mengolah, menyaji,
menalar dalam ranah
dan menalar dalam
konkret (menggunakan,
ranah konkret
mengurai, merangkai,
(menggunakan,
memodifikasi, dan
mengurai,
membuat) dan ranah
merangkai,
abstrak (menulis,
memodifikasi, dan
membaca, menghitung,
membuat) dan
menggambar, dan
ranah abstrak
29
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI
KELAS VII
KELAS VIII
KELAS IX
mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori
mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam
sudut pandang/teori
(menulis,
membaca,
menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang
dipelajari di
sekolah dan
sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori
B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti.Rumusan Kompetensi
Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik, dan
kekhasan masing-masing mata pelajaran. Kompetensi Dasar meliputi empat kelompok sesuai
dengan pengelompokan Kompetensi Inti sebagai berikut:
1.
kelompok 1
: kelompok Kompetensi Dasar sikap spiritual dalam rangka
menjabarkan KI-1;
2.
kelompok 2
: kelompok Kompetensi Dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI-2;
3.
kelompok 3
: kelompok Kompetensi Dasar pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI-3; dan
4.
kelompok 4
: kelompok Kompetensi Dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI-4.
30
HANDOUT
Nama Mata Kuliah
Nomor Kode
Program Studi
Jurusan
Fakultas
Dosen Mata Kuliah
Pertemuan
:
:
:
:
:
:
Pendidikan IPS (3 SKS)
SOA 170
Pendidikan Sosiologi Antropologi
Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si
Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si
Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd
Drs. Gusraredi
: 9
PENDEKATAN, MODEL-MODEL, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN IPS
A. Learning Outcome:
1.
Mahasiswa dapat menganalisis pendekatan pembelajaran IPS
2.
Mahasiswa dapat menganalisis model-model pembelajaran IPS
3.
Mahasiswa dapat menganalisis teknik-teknik pembelajaran IPS
B. Uraian Materi
1. Pendekatan Pembelajaran IPS
a. Pengertian
Menurut Wina Sanjaya (2009: 127), pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. istilah pendekatan merujuk
kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Oleh karena itu strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau
tergantung dari pendekatan tertentu.
Roy Killen (1998) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan
yangberpusat pada siswa (student-centered approaches). Pendekatan pembelajaran yang
31
berpusat pada guru menurunkan startegi pembelajaran langsung (direct instruction),
pembelajaran
deduktif
atau
pembelajaran
ekspositori.
Sedangkan,
pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan
inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi
Kurikulum proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Kelima kegiatan proses pembelajaran ini di sebut dengan istilah pendekatan saintifik
(scientific approach).
Proses
pembelajaran
dengan
pendekatan
ilmiah
atau
saintifik
lebih
mengutamakan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan
tentang suatu kebenaran.
Adapun kriteria pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:
1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata.
2) Penjelasan guru, sesppon siswa, dan interaksi edukatif guru – siswa terbatas dari
prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berfikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi siswa berfikir secara kritis, analisis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami memecahkan masalah, dan mengapplikasikan materi
pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berfikir hipotetik dalam melihat
32
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran
5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berfikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem
penyajiannya.
Tabel 1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan
Kompetensi yang Dikembangkan
Langkah
Pembelajaran
Mengamati
Kegiatan Belajar
Kompetensi Yang
Dikembangkan
Membaca, mendengar,
Melatih
menyimak, melihat (tanpa
kesungguhan,
atau dengan alat)
ketelitian, mencari
informasi
Menanya
Mengajukan pertanyaan
Mengembangkan
tentang informasi yang
kreativitas, rasa ingin
tidak dipahami dari apa
tahu, kemampuan
yang diamati atau
merumuskan
pertanyaan untuk
pertanyaan untuk
mendapatkan informasi
membentuk pikiran
tambahan tentang apa
kritis yang perlu
yang diamati ((dimulai
untuk hidup cerdas
dari pertanyaan faktual
dan belajar sepanjang
sampai ke pertanyaan
hayat
yang bersifat hipotetik)
33
Mengumpulkan
-
Melakukan eksperimen
Mengembangkan
informasi/eksperimen
-
Membaca sumber lain
sikap teliti, jujur,
selain buku teks
sopan, menghargai
Mengamati
pendapat orang lain,
objek/kejadian
kemampuan
-
Aktivitas
-
Wawancara dengan
nara sumber
berkomunikasi,
menerapkan
kemampuan
mengumpulkan
informasi melalui
berbagai cara yang
dipelajari,
mengembangkan
kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang
hayat
34
Mengasosiasikan/
-
mengolah informasi
-
Mengolah informasi
Mengembangkan
yang usdah ada
sikap jujur, teliti,
dikumpulkan baik
disiplin, taat aturan,
terbatas dari hasil dari
kerja keras,
kegiatan mengamati
kemampuan
dan kegiatan
menerapkan prosedur
mmengumpulkan
dan kemampuan
informasi.
berfikir induktif serta
Pengolahan informasi
deduktif dalam
yang dikumpuikan dari
menyimpulkan.
yang bersifat
menambah keluasan
dan kedalaman sampai
kepda pengolahan
infomrasi yang bersifat
mencari solusi dari
berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang
berbeda sam[ai pada
yang bertentngan.
35
Mengkomunikasikan
Menyampaikan hasi
Mengembangkan
pengamatan, kesimpulan
sikap jujur, teliti,
berdsarkan hasil analisis
toleransi keammpuan
secara lisan, tertulis, atau
berfikir sistematis,
media lainnya.
mengungkapkan
pendapat dengan
singkat dan jelas dan
mengembangkan
kemampuan
berbahasa yang baik
dan benar.
2. Model-Model Pembelajaran IPS
a. Pengertian
Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan
untuk merangsang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan
dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran termasuk buku-buku, film-film, pita
kaset, dan program media komputern dan kurikulum.
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (1986), mengatakan bahwa setiap model
membimbing kita ketika kita merancang pembelajaran untuk membantu para siswa
mencapai berbagai tujuan. Tim MKDP (2011: 199) menyatakan bahwa model
pembelajaran memuat antara lain:
1) Syntax, yaitu serangkaian tahapan langkah-langkakh yang kongret atau lebih khusus
yang harus diperankan oleh guru dan siswa
2) Sistem sosial yang diharapkan
36
3) Prinsip-prinsip reaksi siswa dan guru
4) Sistem penunjang yang diisyaratkan.
b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Kurikulum 2013 memiliki empat standar model pembelajaran yang digunakan
dalam penyampaian materi kepada peserta didik, yaitu model inkuri, model diskoveri,
model pemecahan masalah, dan model pembelajaran projek.
1) Model Pembelajaran Inkuiri (Inqury Learning)
Secara umum istilah “inqury” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk
menjawab suatu masalah. Menurut Roger (1969), inkuiri merupakan suatu proses
untuk mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menegah.
Beyer ( 1971) menyatakan “inqury isone way of knowing” yang diartikan
sebagai suatu cara untuk mengetahui. Istilah inkuiri digunakan dalam aktivitas
penelitian, khususnya pada proses melakukan investigasi. Inkuiri dibutuhkan dalam
proses penelitian sebagai metode untuk mengkaji fenomena.
Para ahli pengajaran Ilmu-Ilmu sosial khususnya di Amerika Serikat dan
Australia memilih pendekatan inkuiri yang lebih menekankan pada belajar secara
individual sebagai alternatif untuk mengembangkan kemampuan belajar.
Menurut Banks (1990) pendekatan mengajar dalam IPS dengan menggunakan
inkuiri sosial untuk menghasilkan fakta, konsep, generalisasi, dan teori. Tujuan inkuiri
sosial adalah dapat membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah sosial
sehingga mereka dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik.
37
a) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inkuiri
Pertama, merumuskan masalah. Sebelum peserta didik melakukan penelitian, terlebih
dulu harus memiliki ide yang jelas atau masalah yang akan dipecahkan.
Kedua, perumusan hipotesis. Setelah speserta didik merumuskan masalah atau
pertanyaan yang tepat dan dapat diteliti selanjutnya ia harus berusaha merumuskan
dugaan atau jawaban sementara untuk mengarahkan proses penelitian.
Ketiga, definisi istilah atau Konseptualisasi. Pada awal proses inkuiri peneliti harus
membuat definisi istilah atau konsep yang jelas tentang masalah penelitiannya.
Keempat, Pengumpulan data. Pertanyaan dijawab dan hipotesis diuji dengan data dan
informasi yang dikumpulkan oleh peneliti.
Kelima, pengujian dan analisis data. Seorang peneliti dalam proses inkuiri harus
berusaha menentukan kredibilitas dan kebermaknaan informasi yang sedang
dikumpulkan.
Keenam, menguji hipotesis dan memperoleh generalisasi dan teori. Seorang siswa
calon ilmua sosial memulai rangkaian proses penelitian dengan sebuah pertanyaan,
biasanya berkaitan dengan teori atau pengetahuan yang telah ada. Namun,
pertanyaan-pertanyaan itu sendiri dapat diuji secara langsung. Ketika data
dikumpulkan dan dianalisis, peneliti berusaha menguji apakah hipotesisnya dapat
dibuktikan dengan berdasarkan pada informasi yang telah terkumpul.
Ketujuh, memulai inkuiri lagi.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri:
a) Kelebihan
Ada beberapa kelebihan dari penggunaan model inkuiri dalam pembelajaran yaitu:
38
ï‚·
Dapat meningkatkan potensi intelektual siswa
ï‚·
Ketergenatungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser ke arah
kepuasan intrinsik.
ï‚·
Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan karena terlibat
langsung dalam penemuan
ï‚·
Dapat memperpanjang proses ingatan
ï‚·
Pengajaran menjadi terpusat pada siswa
ï‚·
Dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri siswa
ï‚·
Dapat mengembangan bakat
ï‚·
Dapat menghindari dari belajar dengan hafalan
ï‚·
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencerna dan mengatur
informasi yang didapatkan.
b) Kekurangan
Adapun kekurangan dari pelaksanaan model pembelajaran innkuiri adalah sebagai
berikut:
ï‚·
Mengandalkan
kesiapan
berfikir,
sehingga
siswa
yang
mempunyai
kemampuan berfikir lambat bisa kebingunan dalam berfikir secara luas,
membuat abstraksi, menemukan hubungan antarkonsep dalam suatu
matapelajaran, atau menyusun sesuatu yang telah diperoleh secara tertulis
maupun lisan.
ï‚·
Tidak efisien, khususnya bila jumlah siswa terlalu banyak sehingga akan
menghabiiskan waktu yang lebih banyak.
ï‚·
Lebih menekankan pada penguasaan kognitif serta mengabaikan aspek sikap
39
dan keterampilan.
ï‚·
Memerlukan sarana dan fasilitas.
2) Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)
Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Tahapan perencanaan dalam pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
a) Menentukan tujuan pembelajaran
b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya)
c) Memilih materi pelajaran.
d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contohcontoh generalisasi)
e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas
dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Adapun Langkah-langkah dalam Pemeblajaran discovery adalah sebagai
berikut:
a) Stimulasi
40
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah
pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b) Problem statemen
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agendaagenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah)
c) Data collection
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya
41
d) Data processing
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil
bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
e) Verification
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f) Generalization
Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah,
2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi
42
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Penemuan adalah sebagai
berikut:
Kelebihan:
 Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan
dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,
seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
 Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
 Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
 Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri.
 Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan
akalnya dan motivasi sendiri.
 Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
 Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasangagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam
situasi diskusi.
 Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada
kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
 Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
 Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar
43
yang baru.
Kekurangan:

Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi
siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan,
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.

Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan
kurang mendapat perhatian.

Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan
oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
3) Model Pembelajaran berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
Menurut Woods (1989), cara mengembangkan keterampilan problem solving
siswa adalah membuat mereka senang belajar, membuat mereka belajar terbaik,
belajar terarah sendiri, mengembangkan keterampilan kelompok, mewawancarai
siswa setelah melakuakn aktivitas, mengembangkan dan mengukur kepercayaan diri.
44
Adapun ciri-ciri dari pembelajaran pemecahan masalah adalah objektif,
rasional, kritis, evolusioner, realistis, dan pluralistik. Tahapan-tahapan pembelajaran
problem based learning adalah seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
4) Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Adapun kriteria pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut:
a) peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,
b) adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,
c) peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan,
d) peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
45
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,
e) proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
f) peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan,
g) produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
Peran guru pada Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:
a) Merencanakan dan mendesain pembelajaran,
b) Membuat strategi pembelajaran,
c) Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan peserta didik,
d) Mencari keunikan peserta didik,
e) Menilai peserta didik dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian dan
f) Membuat portofolio pekerjaan peserta didik.
Peran Peserta Didik pada Pembelajaran Berbasis Proyek adalah:
a) Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir
b) Melakukan riset sederhana
c) Mempelajari ide dan konsep baru
d) Belajar mengatur waktu dengan baik
e) Melakukan kegiatan belajar sendiri atau kelompok
f) Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan
g) Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dan lain-lain)
46
Langkah-langkah Pembelajaran berbasis Proyek adalah seperti pada gambar
dibawah ini:
Gambar 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan
mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
b) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problemproblem yang kompleks.
d) Meningkatkan kolaborasi.
e) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi.
f)
Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
g) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks
47
dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
h) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
i)
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran.
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah:
a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b) Membutuhkan biaya yang cukup banyak
c) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur
memegang peran utama di kelas.
d) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi
akan mengalami kesulitan.
f) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g) Ketika
topik
yang
diberikan
kepada
masing-masing
kelompok
berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
3. Teknik-Teknik Pembelajaran IPS
Menurut Robin Fogarly (1991), ada sepuluh cara atau model dalam merencanakan
pembelajaran terpadu (IPS) yaitu: fragmented, connected, nested, sequenced, shared,
webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked.
a) Model Penggalan (Fragmented) seperti pembelajaran tradisional yang memisahmisahkan disiplin ilmu atas beberapa, seperti matematika, sains, bahasa, studi sosial, serta
48
humoniora. Model ini mengajarkan disiplin-displin ilmu secara terpisah tanpa adanya
usaha untuk mengaitkan atau memadukan.
b) Model Keterhubungan (Connected) dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir
pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu.
c) Model Sarang (Nested) merupakan pemaduan berbagai bentuk keterampilan penguasaan
konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran.
d) Model Urutan atau Rangkaian (Sequenced) merupakan model pemanduan topik-topik
antarmata pelajaran yang berbeda secara paralel.
e) Model berbagi (Shared) merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya
:overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih.
f) Model Jaring Laba-laba (Webbed) merupakan pendekatan tematis yang sebagai pemadu
bahan dan kegiatan pembelajaran. pembelajaran terpadu jejaring merupakan model
pembelajaran
yang
dipergunakan
untuk
mengajarkan
tema
tertentu
yang
berkecenderungan dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi lain.
g) Model Galur (Threaded) merupakan pendekatan pembellajaran yang ditempuh dengan
cara mengembangkan gagasan pokok yang merupkan benang merah (galur) yang berasal
dari konsep yang terdapat dalam berbagai disiplin ilmu.
h) Model Keterpaduan (Integrated) merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata
pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Dalam model
ini perlu ada satu tema sentral yang akan dibahas yang dapat ditinjau dari berbagai
disiplin ilmu.
i) Model Celupan (Immersed) merupakan model yang dirancang untuk membantu peserta
didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan
49
dihubungkan dengan medan pemakaiannya.
j) Model Jejaring (Networked) merupakan pemaduan pembelajaran yang mengandaikan
kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah maupun tuntutan bentuk
keterampilan baru setelah peserta didik mengadakan studi lapangan dalam situasi,
kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda.
Sumber Bacaan:
Abdul Azis Wahab. 2007. Materi Pokok Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim MKDP. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Sapriya. 2000. Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Martimis Yamin. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi.
Rudi Hartono. 2013. Ragam Model mengajar yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: Diva
Press.
Hamzah B. Uno. 2009. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan
Keenam. Jakarta Kencana.
50
HANDOUT
Nama Mata Kuliah
Nomor Kode
Program Studi
Jurusan
Fakultas
Dosen Mata Kuliah
Pertemuan
:
:
:
:
:
:
Pendidikan IPS (3 SKS)
SOA 170
Pendidikan Sosiologi Antropologi
Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si
Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si
Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd
Drs. Gusraredi
: 10-11
SUMBER, MEDIA DAN EVALUASI PEMBELAJARAN IPS
A. Learning Outcome:
1.
Mahasiswa dapat menganalisis sumber-sumber pembelajaran IPS
2.
Mahasiswa dapat menganalisis media-media pembelajaran IPS
3.
Mahasiswa dapat menganalisis evaluasi pembelajaran IPS
B. Uraian Materi
1. Sumber-Sumber Pembelajaran IPS
a. Pengertian
Menurut Abdul Majid (2006: 170) sumber belajar diartikan segala tempat atau
lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan
sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
Sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan
belajar atau proses perubahan tingkah laku. Seperti, perpustakaan, pasar, museum,
51
sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan, dan sebagainya.
2) Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku
bagi peserta didik.
3) Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana peserta didik dapat
belajar sesuatu.
4) Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik.
5) Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa
bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta
sebagai sumber belajar.
Menurut Cece Wijaya (1992: 36) ada lima jenis fungsi dalam pengembangan
sumber belajar yaitu:
1) Fungsi riset dan teori
Tujuan fungsi riset dan teori ialah menghasilkan dan mengetes pengetahuan yang
bertalian dengan sumber-sumber belajar, pelajar, dan fungsi tugas.
2) Fungsi desain
Tujuan fungsi desain ialah menjabarkan secara garis besar teori teknologi pendidikan
berikut isi mata-mata pelajarannya ke dalam spesifikasinya untuk dipakai sebagai
sumber belajar.
Output dari fungsi desain ialah berupa: produksi sumber-sumber khusus dan
identifikasi sumber-sumber yang ada,
3) Fungsi Produksi dan Penempatan
52
Tujuan fungsi ini ialah menjabarkan secara khusus sumber-sumber ke dalam sumbersumber kongret. Output dari fungsi produksi dan penempatan ialah produk kongret
dalam bentuk prototip atau bahan-bahan produk untuk sumber belajar.
4) Fungsi Evaluasi dan Seleksi
Tujuan fungsi ini ialah untuk menentukan atau menilai penerimaan sumber-sumber
belajar oleh fungsi lain. Tujuan penilaian adalah:
a) Keefektifan sumber dalam mencapai tujuan
b) Kemampuan-sumber-sumber dalam mencapai standar produksi
c) Kemampuan sumber-sumber untuk dipahami
d) Kemampuan sumber-sumber dalam memenuhi kebutuhan khusus
5) Fungsi Organisasi dan Pelayanan
Tujuan fungsi ini ialah untuk membuat atau menjadikan sumber-sumber dan
informasi mudah diperoleh bagi kegunaan fungsi lain serta pelayanan bagi para siswa
2. Media Pembelajaran IPS
a. Pengertian
Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Briggs, media
adalah alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengirimkan pesan-pesan materi pelajaran yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, minat, dan kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga terjadi suatu
proses pembelajaran yang efektif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
53
Pengertian media pengajaran yang lainnya dalam Wina Sanjaya (2008: 205)
meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah
alat-alat yang dapat mengantar pesan seperti Over Head Projector, radio, televisi, dan
sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang mengandung pesan seperti
informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya,
cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan,
grafik, diagram, dan lain sebagainya.
b. Fungsi Media pembelajaran
1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu
Peristiwa-peristiwa pentiing atau objek yang langka dapat diabadikan dengan
foto, film atau direkam melalui video atau audio kemudian peristiwa itu dapat
disimpan dan dapat digunakan menakala diperlukan. Misalnya, guru dapat
menjelaskan proses interaksi penjual dengan pembeli di pasar melalui hasil rekaman
video.
2) Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu
Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang
bersifat abstrak menjadi kongret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan
verbalisme.
3) Menambah gairah dan motivasi belajar peserta didik
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar peserta didik sehingga
perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.
4) Memiliki nilai praktis
54
Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman peserta didik dan media dapat
mengatasi batas ruang kelas.
c. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam penggunaannya,
yaitu:
1) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
2) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran
3) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi peserta didik.
4) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan efektivitas dan efisien.
d. Media Memiliki Kontribusi Yang Penting Dalam Pembelajaran
Menurut Kemp and Dayton (1985), kontribusi media dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2) Pembelajaran dapat lebih menarik
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif
4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan di mana pun diperlukan
7) Sikap positif peserta didik terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran
dapat ditingkatkan
8) Peran guru berubah ke arah yang positif, artinya guru tidak memastikan dirinya
sebagai satu-satunya sumber belajar.
e. Klasifikasi dan Macam-Macam Media Pembelajaran
55
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung
dari sudut mana melihatnya, yaitu:
1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:
a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media yang hanya
memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur
suara. Seperti, film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar.
c) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi kedalam:
a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi.
b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti
film slide, video dan sebagainya.
3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam:
a) Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film scrip, transparansi dan
sebagainya.
4) Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio dan sebagainya.
5) Multimedia yaitu penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih format media
yang berpadu seperti teks, grafik, animasi, dan video untuk membentuk aturan
informasi ke dalam sistem komputer.
56
3. Evaluasi Pembelajaran IPS
a. Pengertian
Menurut Ralph Tyler dalam Suharsimi Arikunto (2012:3), evaluasi merupakan
sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam hal apa, dan
bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan
apa sebabnya. Definisi lain menyatakan bahwa proses evaluasi bukan sekadar mengukur
sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.
Menurut Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian
Pendidikan, Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik,
penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah
semester,
ulangan
akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat
kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut:
1) Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input),
proses,dan keluaran (output)
pembelajaran.
2) Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara
reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
3) Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk
menilai
penugasan
keseluruhan
entitas
perseorangan
proses
dan/atau
belajar
kelompok
kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.
peserta
di
didik termasuk
dalam dan/atau di luar
57
4) Ulangan
merupakan
proses
yang
dilakukan
untuk
mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,
untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
5) Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD)
atau lebih.
6) Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu
kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator
yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
7) Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan
ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester
tersebut.
8) Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian
tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang
merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
9) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian
tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang
merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
10) Ujian Nasional yang selanjutnya
disebut UN merupakan
kegiatan pengukuran
58
kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian
Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.
11) Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di
luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.
b. Makna Melakukan Penilaian
Ada bebarapa makna melakukan penilaian yang dilakukan oleh guru, bagi peserta
didik, dan bagi sekolah, yaitu:
1) Makna bagi peserta didik
Dengan dilakukannya penilaian, peserta didik dapat mengetahui sejauhmana
telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
2) Makna bagi guru
a) Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru dapat mengetahui peserta didik yang
bisa melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi, maupun
peserta didik yang belum menguasai materi. Berdasarkan petunjuk tersebut,
pendidik dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada peserta didik yang belum
berhasil.
b) Guru dapat mengetahui materi yang diajarkan sudah tepat bagi peserta didik atau
belum. Apabila ditemukan permasalahan dalam menyampaikan materi maka akan
dilakukan perubahan atau perbaikan pada pengajaran berikutnya.
c) Guru mengetahui apakah metode yang digunakan apakah sudah tepat atau belum,
maka guru harus mawas diri dan mencari metode lain dalam mengajar.
3) Makna bagi sekolah
a) Dapat diketahui kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan
59
harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cerminan kualitas sesuatu sekolah.
b) Informasi dari guru tentang tepat atau tidaknya kurikulum untuk sekolah dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang
akan datang.
c) Informasi penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai
pedoman bagi sekolah. Pemenuhan standar akan terlihat pada bagusnya angkaangka yang diperoleh peserta didik.
c. Tujuan dan Fungsi Penilaian
Ada beberapa tujuan dan fungsi dari penilaian yang dilakukan, yaitu:
1) Penilaian berfungsi selektif
Guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap
peserta didiknya. Penilaian itu mempunyai berbagai tujuan yaitu:
a) Untuk memilih peserta didik yang dapat diterima di sekolah tertentu
b) Untuk memilih peserta didik yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya
c) Untuk memilih peserta didik yang seharusnya mendapat beasiswa
d) Untuk memilih peserta didik yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan
sebagainya.
2) Penialian berfungsi diagnostik
Dengan melakukan penilaian yang tepat, maka guru dapat mengetahui
kelemahan peserta didik. Disamping itu diketahui pula penyebabnya. Dengan
diketahu sebab-sebab kelemahan ini, maka akan memudahkan guru untuk mencari
cara untuk mengatasinya.
3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan
60
Setiap peserta didik sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri
sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang
ada. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaaan kemampuan adalah
pengajaran secara berkelompok.
Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang peserta didik
harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok peserta didik yang
mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama
dalam belajar.
4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Penilaian yang dimaksudkan adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan. Keberhasilan sutau program ditentukan oleh beberapa
faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem
administrasi.
d. Prinsip-Prinsip dan Pendekatan Penilaian
Prinsip-Prinsip
Penilaian
yang
harus
diperhatikan
dalam
guru
dalam
pelaksanaannya adalah:
1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor
subjektivitas penilai.
2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan
kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporannya.
4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
61
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal
sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK).
PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria
ketuntasan minimal (KKM).
KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh
satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang
akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.
e. Teknik dan Instrumen Penilaian
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:
1) Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian
diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal.
Instrumen
yang
digunakan
untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai
rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
a) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun
dengan
tidak
langsung
menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator
perilaku yang diamati.
62
b) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
c) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
d) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku.
2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan.
a) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.
b) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
c) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
3) Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
tertentu
dengan
menggunakan
tes
kompetensi
praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi rubrik.
63
a) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
b) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam
waktu tertentu.
c) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang
bersifat
prestasi,
reflektif-integratif
untuk mengetahui
minat,
tertentu
yang
perkembangan,
dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya
tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta
didik terhadap lingkungannya.
Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:
1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang
digunakan; dan
3) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Sumber Bacaan:
Abdul Majid. 2006. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
Cetakan Kedua. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wina Sanjaya. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Cetakan Ketiga. Jakarta:
Kencana.
64
-----------------. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan
Keenam. Jakarta Kencana
Robert M. Gagne. 1988. Prinsip-Prinsip Belajar untuk Pengajaran. Alih Bahasa Abdillah
Hanafi dkk. Surabaya: Usaha Nasional.
Rayandra Asyhar. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi.
Hamzah B. Uno. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Cetakan Keenam. Jakarta: Sinar Grafika.
A. Muri Yusuf. 2005. Dasar-Dasar dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP.
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi:
Panduang dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum
2013. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Suharsimi Arikunto. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi
Aksara.
65
HANDOUT
Nama Mata Kuliah
Nomor Kode
Program Studi
Jurusan
Fakultas
Dosen Mata Kuliah
Pertemuan
:
:
:
:
:
:
Pendidikan IPS (3 SKS)
SOA 170
Pendidikan Sosiologi Antropologi
Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Emizal Amri, M. Pd, M.Si
Dr. Erianjoni, S.Sos, M.Si
Eka Asih Febriani, S.Pd, M.Pd
Drs. Gusraredi
: 12-15
RANCANGAN PEMBELAJARAN IPS DAN MICRO TEACHING
A. Learning Outcome:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian RPP.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip pengembangan RPP.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan komponen RPP.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan langkah-langkah pengembangan RPP.
5. Mahasiswa dapat menyusun RPP.
6. Mahasiswa dapat mempraktekkan pembelajaran IPS di dalam Kelas
B. Uraian Materi
1. Pengertian RPP
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) merupakan seperangkat rencana yang
menggambarkan proses dan prosedur pengorganisasian kegiatan pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar (KD). RPP dapat juga dikatakan sebagai
rencanakegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik
66
dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
Setiap guru wajib menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
perkembangan peserta didik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD
atau subtopik yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih Permendikbud
Nomor 65 Tahun .
2. Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP
Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Memperhatikan perbedaan individual peserta didik dantara lain kemampuan awal,
tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi,
gaya belajar, kebutuhan khusus, kecakapan belajar, latar belakang budaya, norma,
nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
d. Mengembangkan budaya membaca dan menulis peserta didik yang dirancang untuk
mengembangkan kemgemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
e. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP, menbuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi.
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan KD, materi pembelajaran, kegiatan
67
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam
satu keutuhan pengalaman belajar.
g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran,
lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
h. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan
efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
3. Komponen RPP
RPP paling sedikit memuat: Komponen RPP adalah sebagai berikut: 1) tujuan
pembelajaran, 2) materi pembelajaran, 3) metode pembelajaran, 4) sumber belajar, 5)
penilaian. Menurut Permendikbud 81A Tahun 2014 komponen-komponen RPP secara
operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini:
Komponen RPP terdiri atas:
a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan
b. identitas mata pelajaran atau tema atau subtema
c. kelas/semester
d. materi pokok
e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapian KD dan beban belajar
dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD
yang harus dicapai
f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap pengetahuan, dan
keterampilan
68
g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi
h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi
i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar
peserta
didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai
j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi
pelajaran;
k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar,
atau
sumber belajar lain yang relevan;
l. langkah-langkah
pembelajaran
dilakukan
penutup; dan
m. penilaian hasil pembelajaran.
4. Langkah-Langkah Penyusunan RPP
a. Mencantumkan Identitas
b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
c. Menentukan Materi Pembelajaran
d. Menentukan Metode Pembelajaran
e. Menetapkan Kegiatan Pembelajaran
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
melalui
tahapan pendahuluan, inti, dan
69
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi
materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan
perbandingan lokal, nasional dan internasional;
c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari;
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/ atau
saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/ atau pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan
dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.
a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih
adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,
hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan
kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.
b. Pengetahuan
70
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam
domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas
belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik
terpadu, dan tematik
sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik
menghasilkan
karya
kreatif
dan
kontekstual,
baik
individual maupun
kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan
karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata
pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus
mendorong
siswa
untuk
melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan
tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis
penyingkapan/penelitian
(discovery/inquirylearning)dan pembelajaran
yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun
kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a.
seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
71
b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c.
melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas
individual maupun kelompok; dan
d.
menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
Berikut ini contoh format RPP dan cara pengisiannya.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan
:
Kelas
:
Semester
:
Program Keahlian
:
Mata Pelajaran
:
Jumlah Pertemuan
:
Kompetensi Inti
:
Kompetensi Dasar
:
Indikator Pencapaian
:
Tujuan Pembelajaran
:
Materi Ajar
Fakta
:
Konsep
:
Prinsip :
:
Prosedur
:
72
Alokasi Waktu
Beban
Belajar
TM
PT
KMTT
Metode Pembelajaran
Waktu
Bentuk Kegiatan/Tugas
:
Kegiatan Pembelajaran
A. Pendahuluan
B. Kegiatan Inti
C. Penutup
Penilaian
A. Penilaian Proses
B. Penilaian Hasil
:
:
Sumber Belajar
:
..........., ........2014
Mengetahui
Kepala Sekolah
............................
Guru Matapelajaran
Sosiologi
...........................
Praktek Pembelajaran IPS di Dalam Kelas
Adapun aspek-aspek yang akan menjadi indikator penilaian dalam praktek atau micro
teaching sesuai dengan materi-materi kegiatan pembelajaran IPS yang telah dipelajari.
Indikator-indikator penilaian dalam praktek pembelajaran IPS adalah mulai dari kegiatan
pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
73
Format Penilaian Praktek atau Micro Teaching Pembelajaran IPS
Nama Mahasiswa
:
Materi
:
No
Hari/Tanggal
Komponen Yang Dinilai
Skor Penilaian
1
1
Kegiatan Pendahuluan
Mengkondisikan kelas
Melakukan apersepsi
2
Kegiatan Inti
Penguasaan Materi
Penyampaian
sesuai
materi
dengan
dengan
jelas
hirarki
mengkaitkan
dan
belajar
dengan
realitas kehidupan
Penerapan
pendekatan
saintifik
dalam pembelajaran
Model Pembelajaran yang relevan
Relevansi
metode
pembelajaran
yang digunakan
Relevansi media pembelajaran yang
digunakan
Kesesuian alokasi waktu
Menumbuhkan partisipasi peserta
didik dalam pembelajaran
Melakukan penilaian akhir sesuai
dengan kompetensi
Menggunakan bahasa lisan dan
tulisan secara jelas, baik, dan benar
3
Kegiatan Penutup
Melibatkan
peserta
didik
2
3
4
Nilai Ket
5
74
merangkup pembelajaran
Melakuakn
refleksi
terhadap
pembelajaran yang dilakukan
Melakukan tindak lanjut dengan
memberi arahan atau tugas sebagai
bahan remedi/pengayaan.
Keterangan skor tertinggi dari penilaian Praktek atau Micro teaching adalah 100.
5
4
3
2
1
= sangat baik
= baik
= kurang baik
= tidak baik
= sangat tidak baik
Skor yang Diperoleh
Nilai =
X 100
Jumlah Skor Ideal
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah B. Uno. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Harjanto. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Wina Sanjaya. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi:
Panduang dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum
2013. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Zainal Asril. 2013. Micro Teaching: Disertasi dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Download