PENERAPAN TEORI AKOMODASI ANTAR KARYAWAN DIVISI KOMUNIKASI UNTUK MEWUJUDKAN VISI PT TRAVELOKA INDONESIA Selly Marlita Jurusan Marketing Communication, School of Communication, Bina Nusantara University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat, 11480. Telp. (62-21) 5345830 Email Penulis : [email protected] Bhernadetta Pravita Wahyuningtyas, S.Sos., M.Si. ABSTRAK Tujuan Penelitian, ialah untuk mengetahui bagaimana perkembangan teori akomodasi yang diterapkan PT Traveloka Indonesia untuk menyatukan karyawan khususnya dalam divisi komunikasi. Penelitian ini ditujukan agar menjadi pembelajaran bagaimana cara mengkondisikan karyawan untuk dapat berkomunikasi secara baik di dalam sebuah perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, menggunakan observasi dan wawancara kepada pihak yang memahami permasalahan yang diteliti. Analisis yang digunakan dengan cara open coding, kemudian data yang telah diuraikan disajikan dengan axial coding dan terakhir menggunakan selective coding. Hasil yang dicapai adalah teori akomodasi diterapkan dengan baik oleh karyawan PT Traveloka Indonesia melalui komunikasi interpersonal Simpulan dalam penelitian ini, perusahaan telah mengkondisikan karyawan agar dapat berkomunikasi dengan baik dengan tidak membatasi jam kerja, membebaskan karyawan untuk menggunakan bahasa non formal dan menciptakan suasana kerja yang nyaman agar karyawan semakin merasa nyaman dan intim dan akhirnya berani untuk melakukan komunikasi dengan karyawan lain dimana dalam komunikasi tersebut terdapat kompromi yang berasal dari teori akomodasi. SM Kata Kunci: Teori Akomodasi, Komunikasi Interpersonal, Karyawan ABSTRACT Research Method, is to find out how the development of accommodation theory applied by PT Traveloka Indonesia to unite their employees, especially in communication division. This study is intended to learning how to condition the employee to be able for communicate both within a company. Research Method that used is qualitative method, using observation and interviews those who understand the problems studied.Analysis used by way of open coding, then the data that has been described is presented with axial coding and selective coding final use. Result Outputs is, theory of accommodation applied properly by the employees of PT Traveloka Indonesia through interpersonal communication. Conclusions in this study, the company has conditioned employees to be able to communicate well not limited by working hours, freeing employees to use non-formal language and creates a comfortable working atmosphere so that employees feel more comfortable and intimate and finally dared to communicate with other employees in the communication where there is a compromise which comes from the theory of accommodation. SM Keyword: Accommodation Theory, Interpersonal Communication, Employees PENDAHULUAN Dalam sebuah institusi, baik yang memiliki skala kecil maupun besar, orang-orang yang terlibat di dalamnya dipastikan tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Bekerja di dalam sebuah perusahaan mustahil bagi kita untuk bekerja sendiri ataupun bekerja tanpa berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi saja tidaklah cukup, tetapi kita harus mengetahui apakah pesan yang diterima sesuai dengan apa yang disampaikan. Salah menafsirkan makna dari suatu pesan dapat menimbulkan sebuah konflik yang mungkin berakibat fatal. Ketika kita bekerja pada sebuah perusahaan, kita tidak hanya sekedar mengerjakan pekerjaan tetapi kita tetap membutuhkan interaksi yang dimulai dengan komunikasi agar diri dan keahlian kita semakin berkembang, baik komunikasi dengan sesama rekan kerja ataupun berkomunikasi dengan atasan. Dari komunikasi tersebut kita dapat menyalurkan aspirasi, memberi tanggapan, memberi bantahan, mendapat masukan, mendapat saran baru, memberi saran, dan lain-lain. Selain komunikasi interpersonal, teori akomodasi dianggap penting berkaitan dengan perkembangan sebuah perusahaan dalam mencapai visinya. Teori akomodasi ini menunjukkan adanya toleransi komunikasi antar pribadi dalam sebuah perusahaan khususnya dalam tim. Dari kedua hal penting tersebut terjadi saling berkaitan dimana komunikasi interpersonal dan teori komunikasi tidak hanya penting tapi saling melengkapi. Tanpa adanya Komunikasi interpersonal tidak dapat muncul dan menghasilkan goal yang diinginkan perusahaan, begitu pula tanpa adanya penerapan teori akomodasi mustahil sebuah komunikasi dapat berjalan selaras tanpa adanya perdebatan. Berdasarkan penjabaran tersebut, peneliti merasa perlu adanya penelitian mengenai bagaimana sebuah perusahan dapat mengarahkan para karyawannya agar memiliki satu tujuan yang sama yaitu mencapai visi dari perusahaan PT Traveloka Indonesia yaitu to be the number one, most preferred customers online travel service solution. Berikut nama yang akan menjadi judul dalam penelitian ini adalah “PENERAPAN TEORI AKOMODASI ANTAR KARYAWAN DIVISI KOMUNIKASI UNTUK MEWUJUDKAN VISI PT TRAVELOKA INDONESIA”. Kajian pustaka dalam penelitian ini membahas pada penelitan mengenai non-verbal isyarat yang relevan dengan pengajaran bahasa. Penelitian ini membahas bahwa semua guru bahasa Inggris menyadari penggunaan dan relevansi dari komunikasi nonverbal dalam pengajaran bahasa Inggris dimana komunikasi nonverbal dalam pengajaran bahasa Inggris memiliki pengaruh signifikan pada kinerja akademis mereka(Akinola, 2014). Jurnal kedua menekankan pada pengukuran efektifitas komunikasi internal yang terdapat didalam hotel bintang lima dimana para peneliti menyimpulkan komunikasi merupakan upaya dasar keberhasilan di hotel bintang lima terkemuka ini (Ph.D. & Antony, 2012). Jurnal selanjutnya membahas mengenai krisis organisasi yang hasil penelitian menunjukkan adanya krisis organisasi tidak hanya dikarenakan kondisi eksternal tetapi juga faktor internal yang berhubungan erat dengan masalah komunikasi dalam organisasi (Kukule, 2012). Jurnal yang digunakan selanjutnya membahas lebih mengenai sebuah perbedaan budaya tentang work conflict sebuah studi indigenous padakaryawan bersuku Jawa untuk mengetahui perspektif, faktor yang mempengaruhi, bentuk, prosesterjadinya, cara mengatasinya, serta dampak yang dirasakan dari sebuah konflik kerja yang dialami oleh pekerja yang memiliki latar belakang suku yang berbeda (Utami, Fadhalah, & Nuzulia, 2013). Jurnal yang terakhir mengenai teori akomodasi yang berkaitan dengan pemahaman mengenai interaksi antar manusia dari kelompok etnis yang berbeda, dengan menilai bahasa perilaku non-verbal , dan paralanguage yang digunakan setiap individu (Cindy & Rejeki, 2013). Rumusan masalah dalam penelitian ini mengacu pada a. Bagaimana aplikasi teori akomodasi yang diterapkan PT Traveloka Indonesia untuk menyatukan karyawan yang beragam Tujuan penelitian ini dilakukan diharapakan dapat mengetahui perkembangan teori akomodasi yang diterapkan PT Traveloka Indonesia untuk menyatukan karyawan yang beragam di PT Traveloka Indonesia khususnya divisi komunikasi yang berada dalam departemen marketing visual desain dan penelitian ini juga ditujukan agar menjadi pembelajaran bagaimana cara mengkondisikan karyawan untuk dapat berkomunikasi secara baik di dalam sebuah perusahaan. METODE PENELITIAN Penelitian ini akan menggunakan metodologi dan pendekatan secara kualitatif dimana penelitian ini bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam menelaah masalah yang ditelitinya (Mulyana & M.Si, 2007). Penelitian kualitatif menurut Jonathan Sarwono lebih menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), dan lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (Sarwono, 2011). Menurut (Mulyana & M.Si, 2007) istilah kualitatif bukan dimaksudkan sebagai lawan dari istilah kuantitatif, karena dalam penelitian yang sangat kuantitatif pun tetap terdapat uraian kualitatif. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara sistematis, faktual dan cermat. Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi partisipan dan wawancara mendalam. Observasi partisipan dilakukan dengan cara melakukan kegiatan kerja praktek dan bergabung dalam tim marketing visual desain PT Traveloka Indonesia selama 3 bulan dimulai pada 23 Februari 2015 hingga 23 Mei 2015. Teknik pengumpulan data lainnya menggunakan teknik wawancara dengan beberapa manager yang kredibel untuk mendapatkan informasi yang jelas dan mendalam sesuai fakta lapangan mengenai komunikasi internal yang berkembang di dalam PT Traveloka Indonesia khususnya dalam divisi komunikasi dalam departemen visual desain divisi komunikasi. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian ini adalah Nonprobability sampling. Teknik ini dipilih oleh peneliti karena dianggap sesuai dengan kebutuhan penelitian ini dan untuk memudahkan dalam menguraikan data yang elemen populasinya tidak dapat diidentifikasikan dengan jelas. Rancangan sampling yang digunakan dari jenis teknik sampling tersebut adalah Purposive sampling dan snowball sampling. Selain itu, teknik sampling yang dipilih kedua adalah snowball sampling dimana teknik ini merupakan salah satu bentuk judgment sampling yang tepat digunakan bila populasinya kecil dan sangat spesifik (Sugiarto, 2006). Cara pengambilan sampel dengan teknik ini adalah dengan cara berantai, dimana sampel yang diambil akan semakin besar/banyak, seperti contohnya bola salju yang menuruni lereng gunung. Hal ini diakibatkan oleh kenyataan bahwa adanya populasi yang sangat spesifik sehingga sulit mengumpulkan sampel. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah coding. Teknik analisis menurut (Ghony & Almanshur, 2012) memiliki 3 langkah utama proses coding yaitu open coding, axial coding, dan selective coding. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi sumber. Menurut (Ghony & Almanshur, 2012) terdapat empat kriteria mencapai keabsahan data yaitu kredibilitas (Credibilty), keteralihan (Transferability), ketergantungan (depandibility) dan kepastian (confirmability). HASIL DAN BAHASAN Teori Akomodasi Dalam komunikasi antar karyawan perlu adanya penggunaan teori akomodasi terutama dalam lingkungan kerja. Dalam sebuah perusahaan harus menerapkan teori akomodasi karena tanpa adanya teori ini akan ada kesulitan komunikasi antara karyawan dengan karyawan mau pun karyawan dengan atasan. “Giles claimed that “when two people from different ethnic or cultural groups interact, they tend to accommodate ach other in the way they speak in order to gain the other’s approval” (West & Turner, 2009). Howard Giles mengatakan bahwa ketika dua orang dari etnik yang berbeda atau dari budaya yang berbeda sedang berinterasksi, mereka cenderung untuk mengakomodasi satu sama lain dengan bahasa, tindakan dan kecepatan berbicara yang sama dan sebaliknya kita akan berbalik merespon lawan bicara kita dengan cara yang sama. Penjelasan tersebut dikuatkan dengan pernyataan para informan mengenai pengaruh dari latar belakang yang berbeda dan pola pikir yang berbeda tapi secara organisasi harus mencapai suatu tujuan yang sama, oleh karena itu artinya harus ada yang harus dikomunikasikan secara pribadi agar bisa saling mengkompromi dan mengerti satu sama lain. Informan lainnya juga menyebutkan teori akomodasi menujukkan adanya kompromi terhadap latar belakang yang beragam tetapi perusahaan harus mampu memberikan pengertian dimana tetap harus ada saling memahami dan mengerti satu sama lain. Pernyataan informan terlihat bahwa didalam sebuah perusahaan wajar jika terdapat keragamaan latar belakang dan budaya. Perusahaan sangat menyadari pentingnya teori akomodasi dikarenakan adanya kewajiban perusahaan untuk menyamakan pemikiran setiap karyawan dengan pendekatan teori akomodasi.setiap orang memang terlahir dengan background dan pemikiran yang berbeda, tetapi pemikiran mereka bisa digabungkan dengan adanya komunikasi yang tepat dari orang yang memiliki kepentingan. Orang atau sebuah company dapat mengkomunikasikan mengenai target company, atau visi company. Hal tersebut juga memiliki kesamaan dengan jurnal yang disusun oleh Fransisca Cindy dan Ninik Sri Rejeki yang berjudul proses komunikasi akomodasi antar budaya etnis Cina dan etnis Jawa di perusahaan karangturi group Purwokerto. Dari jurnal (Cindy & Rejeki, 2013) yang di buat pada tahun 2013 itu terlihat bahwa jurnal tersebut membahas mengenai teori akomodasi yang berkaitan dengan pemahaman mengenai interaksi antar manusia dari kelompok etnis yang berbeda. Penelitian dilakukan dengan menilai bahasa perilaku non-verbal , dan paralanguage yang digunakan setiap individu. Penelitian ini lebih membahas antara etnis Cina dengan Jawa yang bekerja dalam satu perusahan. Berdasarkan pembahasan jurnal tersebut terlihat bahwa adanya kesamaan dimana teori akomodasi mempengaruhi jalannya sebuah organisasi yang terjadi antar individual dalam perusahaan dalam melakukan segala aktivitas komunikasinya. Walaupun tidak ada batasan etnis mana pun, tetapi teori akomodasi ingin menunjukkan bahwa selalu ada pengaruh dari latar belakang yang berbeda yang memerlukan adanya adaptasi dari teori akomodasi. Berdasarkan hal tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa teori akomodasi sangat penting dalam komunikasi terutama antar karyawan yang banyak dan beragam. Setiap karyawan tidak bisa memaksakan kehendaknya dengan mengatas namakan latar belakangnya, agama, budaya, dll. Karyawan harus mengikuti apa yang menjadi visi dan misi perusahaan dengan berusaha untuk bekerja sama antar karyawan demi kepuasan konsumen dan demi tercapainya visi perusahaan. Di dalam Teori Akomodasi juga terdapat beberapa asumsi yang menguatkan teori ini menurut (West & Turner, 2009) yaitu adanya persamaan dan perbedaan dalam berbicara dan berperilaku di dalam semua percakapan. (West & Turner, 2009). Asumsi ini menunjukkan adanya keberpihakan pada keyakinan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan diantara orang yang saling berkomunikasi. Informan juga menjelaskan bahwa didalam pekerjaan wajar memiliki perbedaan, tetapi di perusahaan Traveloka orangnya cukup memiliki kesadaran diri dan terbuka dalam menyelesaikan perbedaan dikarenakan mereka merasa jika perbedaan tersebut tidak diselesaikan hanya akan mengganggu pekerjaan. Pernyataan tersebut semakin dikuatkan oleh pernyataan dari informan lain yaitu bahwa perusahaan harus paham akan perbedaan dan diharapkan perusahaan mampu untuk menyamakan perbedaan tersebut. Dalam jurnal (Cindy & Rejeki, 2013) yang di bahas oleh Fransisca Cindy dan Ninik Sri Rejeki juga menunjukkan bahwa proses akomodasi konvergensi dalam komunikasi di Karangturi Group Purwokerto terbangun ketika kalangan etnis Cina, yang terdiri dari pemilik dan pimpinan perusahaan, ingin membangun komunikasi yang mudah dipahami oleh karyawan-karyawannya yang beretnis Jawa. Pesan yang mereka bawa bisa dipahami dengan baik oleh para karyawan dari etnis Jawa. Karyawan tidak diperbolehkan untuk mengunggulkan latar belakangnya, tetapi harus menyamakan diri dengan karyawan lain yang disesuaikan dengan visi perusahan. Jurnal tersebut juga menunjukkan bahwa pemimpin perusahaan juga ikut untuk berperan mengikuti kebiasaan yang dilakukan karyawannya dari segi bahasa. Selanjutnya, asumsi ke dua adalah cara kita mempersepsikan tutur kata dan perilaku orang lain akan menentukan bagaimana cara mengevaluasi sebuah percakapan. (West & Turner, 2009). Menurut informan cara menyelesaikannya perbedaan bisa dengan berbagai cara, salah satunya dengan buzz convidence pas lagi meeting kita encourage orang tersebut untuk membuat karyawan lebih terbuka. Selain itu menurut informan ahli perlu adanya pertemuan secara individual terlebih dahulu, setelah itu baru dipertemukan maka konflik bisa selesai. Berdasarkan jurnal yang dibahas (Cindy & Rejeki, 2013) hubungan dan komunikasi antara karyawan dengan karyawan dan karyawan dengan pemilik di Karangturi Group Purwokerto terjalin dengan baik. Meskipun terdapat banyak perbedaan kebudayaan antara mereka, namun masing-masing individu di Karangturi Group Purwokerto terus melakukan proses adaptasi. Baik karyawan maupun pemilik menyadari pentingnya beradaptasi untuk dapat mewujudkan tujuan bersama yang sama. Berdasarkan penjelasan tersebut, terkadang adanya karyawan yang tidak nyaman dengan perbedaan yang ada tetapi mereka bahkan atasan selalu berusahaan melakukan proses adaptasi dengan maksud agar dapat mewujudkan tujuan bersama yang sama yaitu visi dari perusahaan. Asumsi ke tiga dari teori akomodasi adalah bahasa dan perilaku menunjukkan adanya pemberian informasi mengenai status sosial dan keanggotaan kelompok. Asumsi ke tiga berkaitan dengan damapak yang dimiliki bahasa terhadap orang lain. Bahasa memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan status dan keanggotaan kelompok di antara orang yang saling melakukan percakapan. (West & Turner, 2009). Menurut informan bahasa yang biasanya digunakan adalah informal untuk berkomunikasi antar karyawan. Bahasa informal dipilih selain karena bahasa ini lebih intuitif bagi semua orang, informal ini lebih terkesan tidak sekedar bekerja bersama, tetapi juga mampu meng-humanize sebuah flow pekerjaan yang efisien. Menurut informan lain, bahasa tidak ditentukan oleh formal atau tidak formal tetapi lebih pada disesuaikan dengan orang yang sedang diajak berbicara. Berdasarkan observasi dalam jurnal Fransisca Cindy dan Ninik Sri Rejeki (Cindy & Rejeki, 2013) bahwa sehari-hari pimpinan dan pemilik perusahaan memilih berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia terutama kepada kalangan customer atau kolega bisnis mereka. Bahasa Indonesia juga digunakan untuk berkomunikasi dengan kalangan karyawan terutama pada level manajemen beretnis Jawa, atau disebut juga dengan etnis Jawa dari golongan priyayi, namun demikian pimpinan perusahaan dan sebagian besar karyawan yang beretnis Cina justru memilih menggunakan bahasa Jawa Banyumasan untuk berkomunikasi dengan karyawan yang masuk dalam golongan ”wong cilik“ yang beretnis Jawa Purwokerto. Pilihan ini semakin diperkuat pada fakta bahwa bahasa Jawa ngapak ini justru lebiih mudah dipahami dibandingkan jika komunikasi dibangun dengan menggunakan bahasa Indonesia pada karyawan dari golongan ini. Dialek ngapak-ngapak merupakan bagian dari rumpun bahasa Jawa, namun banyak orang yang memiliki penilaian tersendiri mengenai dialek ngapak-ngapak yang dianggap berbeda dengan dialek bahasa Jawa lainnya. Persepsi tersebut mempengaruhi para informan dalam pengungkapan diri menggunakan dialek ngapak-ngapak sebagai bagian dari identitas kultural. Semua pernyataan informan dan penjelasan dalam jurnal dapat disimpulkan bahwa dalam berbicara sebaiknya tidak perlu terlalu formal, hal yang lebih dibutuhkan adalah bagaimana cara seseorang dalam menyesuaikan bahasa yang digunakan berdasarkan kondisi yang ada dan merasa nyaman dalam menggunakan bahasa tersebut. Manfaat dari penggunaan bahasa yang informal adalah semakin meningkatkan keakraban dan kenyamanan seseorang dan hal itu dapat memicu semangat kerja setiap karyawan hal ini terlihat dari atasan Karangturi Group Purwokerto yang belajar untuk menggunakan bahasa sehari-hari yang biasa digunakan oleh karyawan Karangturi Group Purwokerto. Asumsi ke empat dari teori akomodasi adalah akomodasi bervariasi dalam hal tingkat kesesuaian dan norma mengarahkan proses akomodasi. Asumsi terakhir ini berfokus pada norma dan isu mengenai kepantasan sosial dimana sebuah peraturan dan kebiasaan dianggap penting dan harus untuk diperhatikan. Penjelasan informan bahwa di dalam PT Traveloka sangat fleksibel, mereka selalu berusaha memberikan tanggung jawab dan mempercayakannya kepada seluruh karyawan. Menurut informan, cara yang dilakukan bisa dengan menerapkan division of labor yang adil untuk sebuah project seperti mengenali spesialisasi masing-masing orang di tim dan menganalisis tingkat kepadatan kerja, maka division of labor yang baik dan adil dapat dilakukan. Pernyataan informan tersebut menunjukkan bahwa di dalam PT Traveloka Indonesia tidak memiliki sebuah hierarki khusus seperti waktu masuk dan pulang kerja yang mengikat karyawan. Seluruh karyawan dipercayakan untuk dapat bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka sendiri, tetapi walaupun demikian tetap ada yang aturan yang berlaku tetapi lebih pada guideline yang telah ditetapkan oleh perusahaan dari awal. Hal tersebut disetujui oleh informan ahli selama target dari perusahaan tercapai. Infoman ahli juga menambahkan bahwa biarpun tidak ada hierarki yang mengikat, sebuah aturan tetap harus tegas dijalankan tetapi harus disesuaikan dengan target yang ditentukan tercapai. Hasil dari jurnal (Cindy & Rejeki, 2013) juga menyebutkan bahwa berdasarkan hasil observasi dan pengamatan peneliti di Karangturi Group Purwokerto, kehidupan dan cara berkomunikasi antar etnis Cina dan Jawa berlangsung dengan baik dan lancar. Karangturi Group Purwokerto selalu melibatkan karyawan dan ownernya disetiap kegiatan yang dilakukan, itulah yang menjadikan hubungan antar divisi di Karangturi Group Purwokerto menjadi lebih akrab dan harmonis. Mereka bekerjasama untuk mencapai satu tujuan yang sama dengan saling member semangat satu sama lain. Kesimpulannya adalah keterlibatan karyawan dalam setiap kegiatan perusahaan juga diperlukan karena hal tersebut mampu membuat hubungan antar karyawan lebih akrab dan harmonis. Pada akhirnya, mereka dapat saling berkerja sama dan memberi semangat satu sama lain dalam rangka menyukseskan visi perusahaan. Komunikasi Interpersonal “Interpersonal communication is the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of person, with some effect and some immediate feedback” (DeVito, Interpersonal Communication Book, 2013). DeVito menjelaskan komunikasi interpersonal sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesanpesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik secara seketika. Informan menjelaskan bahwa setiap karyawan memiliki background yang berbeda dan pola pikir yang berbeda tetapi secara organisasi harus mencapai suatu tujuan yang sama. Oleh karena itu perlu ada yang dikomunikasikan agar tidak terjadi kesalahan persepsi. Selain itu, menurut informan lain komunikasi interpersonal adalah salah satu building block terpenting dalam membangun efisiensi pekerjaan di sebuah perusahaan. Hal ini dianggap penting karena secara mendasar, manusia adalah zoon politicon, di mana semua orang memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan manusia lain. Berdasarkan jurnal “Perception Of Employees On Internal Communication Of A Leading Five Star Hotel In Malaysia” yang disusun oleh Zulhamri Abdullah, Ph.D and Claina Antonette Antony, M.Sc. (Ph.D. & Antony, M. Sc., 2012) setuju dengan Monge (2007) yang menyoroti bahwa semua staff harus mengetahui apa dan bagaimana kegiatan yang dilakukan oleh karyawan lain didalam hotel tersebut. Jurnal tersebut juga menguraikan bahwa untuk berkomunikasi secara efektif kepada masyarakat umum khususnya konsumen, perusahaan harus terlebih dahulu memiliki pondasi yang kuat dari segi komunikasi internal. Dari penjelasan kedua informan tersebut terlihat bahwa komunikasi interpersonal sangat penting demi tercapainya penyamaan pandangan dan tujuan yaitu mencapai visi perusahaan. Dengan adanya komunikasi interpersonal karyawan dapat mengekspresikan gagasan, perasaan, harapan dan kesan kepada sesama serta memahami gagasan, perasaan dan kesan orang lain. Komunikasi interpersonal tidak hanya mendorong perkembangan kemanusiaan yang utuh, namun juga menciptakan hubungan sosial yang sangat diperlukan dalam kelompok sosial apapun. Jurnal tersebut juga menguraikan bahwa untuk berkomunikasi secara efektif kepada masyarakat umum khususnya konsumen, perusahaan harus terlebih dahulu memiliki pondasi yang kuat dari segi komunikasi internal dimana dalam hal ini harus ada saling komunikasi dan kedekatan antar karyawan. Saluran Komunikasi “the medium through which messages pass” (DeVito, Interpersonal Communication Book, 2013). Maksud dari penjelasan tersebut adalah pesan yang diterima melalui media mana yang diperbolehkan. Hal ini semacam adanya jembatan yang menghubungkan sumber dan penerima pesan. Saluran komunikasi yang dapat digunakan seperti telepon, e-mail, twitter, facebook, SMS, radio, televisi, fax dan media lainnya. Penjabaran dari informan menjelaskan media yang biasa mereka gunakan lebih pada media seperti media social dan e-mail. Hal tersebut dimaksudkan agar karyawan dapat saling memberikan informasi untuk menghilangkan saling curiga dan prasangka buruk antar karyawan karena seluruh informasi bisa didapatkan karyawan secara adil dan merata. Jurnal menurut (Ph.D. & Antony, M. Sc., 2012) juga menjelaskan bahwa saluran yang digunakan untuk menginformasikan kepada publik internal merupakan sebuah kesempatan untuk mengumpulkan seluruh karyawan. Saluran berguna untuk menyebarkan informasi. Para peneliti menemukan bahwa pilihan saluran sangat penting berfungsi untuk membuat karyawan berpartisipasi dalam kegiatan atau peristiwa diselenggarakan. Berdasarkan pernyataan informan dan penjelasan dari jurnal teresebut terlihat bahwa saluran merupakan hal penting sebagai sarana untuk para karyawan saling bertukar informasi dan menghilangkan prasangka dan curiga yang dimiliki antar pribadi, selain itu saluran yang digunakan secara tidak langsung dijadikan oleh karyawan sebagai media untuk saling bertukar pikiran agar terdapat sebuah hubungan yang semakin intim. Komunikasi Verbal dan Nonverbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik berupa lisan maupun tulisan. Komunikasi ini merupakan komunikasi yang paling banyak digunakan dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, seseorang dapat mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskan, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, bertengkar (Hardjana, 2003). Dalam menggunakan komunikasi verbal, bahasa merupakan hal yang memiliki peranan penting. Bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang untuk berbagi makna. Awalnya sebuah bahasa berasal dari lambang nonverbal seperti raut wajah, atau gerak-gerik tubuh (Hardjana, 2003), tetapi seiring berjalannya waktu dan perkembangan hidup hal tersebut sudah dianggap tidak memadai dimana banyak gagasan, pemikiran, perasaan, atau sikap yang tidak dapat lagi diungkapkan dengan bahasa nonverbal. Dalam komunikasi verbal, lambang dan bahasa yang dipergunakan bisa berupa lisan, tulisan, ataupun elektronik. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata (Hardjana, 2003). Dalam kehidupan nyata, komunikasi nonverbal lebih banyak digunakan. Komunikasi nonverbal banyak diguakan karena lebih bersifat jujur dan spontan, tetapi terkadang komunikasi nonverbal lebih sulit untuk ditafsirkan karena bersifat kabur. Contoh komunikasi nonverbal adalah ketika orang tersenyum, bisa jadi orang tersebut benar-benar tersenyum, atau sedang menutupi sebuah masalah. Bentuk dari komunikasi nonverbal dapat berbentuk bahasa tubuh, tanda (sign), perbuatan (action) atau objek (object). Bahasa tubuh ini mencakup raut wajah, gerakan kepala, gerak tangan, gerak-gerik tubuh yang mampu mengungkapkan perasaan, isi hati, pikiran, kehendak, dan sikap seseorang. Tanda merupakan sebuah pengganti kata-kata misalnya bendera, rambu-rambu, aba-aba dan sebagainya. Tindakan merupakan sebuah penghantar makna misalnya menggebrak meja saat melakukan pembicaraan dan yang terakhir adalah objek dimana bentuk ini digunakan untuk menyampaikan arti tertentu misalnya kendaraan, pakaian, dandanan, dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan informan komunikasi verbal dan nonverbal sangat penting dimana keseluruhannya digunakan. Hal ini dimaksudkan untuk menyampaikan saran, masukan, hasil pekerjaan ke dalam berbagai media elektronik yang berfungsi agar rekan lain dapat membaca dan menanggapi pekerjaan tersebut. Mengenai pembahasan diluar pekerjaan, biasanya karyawan menggunakan media elektronik seperti whatsapp, line, dan media elektronik lain untuk berkomunikasi baik secara texting, maupun dengan menggunakan telepon. Sesuai dengan jurnal yang dijabarkan oleh (Akinola, 2014) mengutip pendapat Canale dan Merril (1980), komunikasi adalah pertukaran dan negosiasi informasi antara setidaknya dua individu melalui penggunaan simbol verbal dan nonverbal. Ahli dalam komunikasi non-verbal memperkirakan bahwa setidaknya 65% dari makna dalam setiap situasi sosial disampaikan non-verbal (Burgoon, Buller dan Woodall, 1989). Komunikasi nonverbal sering disebut sebagai “komunikasi tanpa kata-kata”, “bahasa diam”, “bahasa dalam bahasa”. Jurnal tersebut menjelaskan bahwa ketika seorang anak tidak dapat mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, komunikasi non-verbal berfungsi sebagai channel penting untuk mengutarakan hal tersebut. Dari penjabaran informan dan penjelasan dalam jurnal komunikasi verbal maupun nonverbal secara tidak langsung mampu untuk mengutarakan isi pikiran seseorang karena pada dasarnya pikiran orang sendiri dapat berbeda-beda karena adanya perbedaan latar belakang budaya, pendidikan, dan pengalaman. pemikiran seseorang belum tentu bisa ditangkap sama dengan apa yang ingin disampaikan, apalagi tanpa adanya penyampaian pesan oleh karena hal tersebut sebaiknya setiap karyawan dapat mengungkapkan perasaan dari segi komunikasi seperti setuju atau menolak, tetapi mereka juga diharapkan untuk melakukan action berupa memberanikan diri untuk berbicara mengenai pendapat mereka. Keberanian karyawan untuk mengutarakan pendapat, menunjukkan banyak peranan penting dari komunikasi nonverbal seperti mimik wajar, gerak-gerik, raut wajah dan sebagainya dari karyawan yang berkomunikasi. Oleh karena itu pesan verbal maupun nonverbal sangat diperlukan. Berdasarkan teori yang ada mengenai fungsi komunikasi nonverbal terlihat nyata dengan adanya pernyataan dari informan mengenai pentingnya penggunaan nonverbal terutama dalam berkomunikasi. Komunikasi bisa berupa diskusi dan dari hasil diskusi tersebut akhirnya orang akan semakin fokus dengan pendapat orang baik secara verbal dan nonverbal yang meyakinkan. Adanya diskusi menunjukkan fungsi komunikasi nonverbal akan semakin terasa, dimana karyawan bisa saja melengkapi komunikasi verbalnya, misalnya ketika dia ingin mengutarakan suaranya ia akan mampu menunjukkan keyakinan pada saat berdiskusi dari mimik muka dan gesture, selain itu karyawan juga bisa menekankan apa yang ingin ia tunjukkan sebenarnya. Ia juga mampu untuk melakukan perlawanan dengan penggunaan komunikasi nonverbal didalam komunikasi verbalnya saat melakukan diskusi seperti menolak atau membantah berdasarkan penjelasan yang sesuai kenyataan. Pernyataan informan ahli juga mengatakan bahwa seseorang dalam berkomunikasi juga membutuhkan komunikasi verbal dan nonverbal dimana gaya bicara seseorang dapat mempengaruhi perform seseorang. Hal itu yang menunjukkan apakah seseorang bisa menyampaikan pesannya sesuai yang dia harapkan atau tidak. Sesuai dengan jurnal yang dijabarkan oleh (Akinola, 2014) bahwa komunikasi non-verbal dapat menunjukkan sebuah pesan misalnya gerakan dari guru yang menunjukkan arti kapan siswa harus mendengarkan, mengulang atau berbicara keras. Selain itu, komunikasi nonverbal juga dapat digunakan untuk menunjukkan atau membangun kontak mata antar siswa yang bekerja kelompok, tersenyum atau mengangguk untuk berpartisipasi. Dengan kata lain, semua guru bahasa Inggris menyadari penggunaan dan relevansi komunikasi nonverbal dalam pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua meskipun mereka tidak menggunakannya dalam semua situasi kelas yang diperlukan terlepas fakta selama pelatihan mereka sebagai guru. Kaitannya antara penjelasan jurnal dan penjabaran dari informan mengenai pentingnya penggunaan nonverbal terutama dalam berkomunikasi adalah komunikasi bisa berupa diskusi dan dari hasil diskusi tersebut akhirnya orang akan semakin fokus dengan pendapat orang yang secara verbal dan nonverbal meyakinkan. Adanya diskusi ini maka fungsi komunikasi nonverbal akan semakin terasa, dimana karyawan bisa saja melengkapi komunikasi verbalnya, misalnya ketika seseorang ingin mengutarakan suaranya ia akan mampu menunjukkan keyakinan pada saat berdiskusi, selain itu bisa juga menekankan apa yang ingin ia tunjukkan sebenarnya. Ia juga mampu untuk melakukan perlawanan dengan penggunaan komunikasi nonverbal didalam komunikasi verbalnya saat melakukan diskusi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Mengacu pada teori akomodasi yang diterapkan di PT Traveloka Indonesia, disimpulkan bahwa perusahaan PT Traveloka Indonesia menggunakan teori akomodasi di dalam setiap kegiatan perusahaan dimana teori ini menjelaskan mengenai karyawan yang memiliki kemampuan untuk mengatur perilaku saat menanggapi orang lain dan mampu memahami perbedaan yang terjadi antar karyawan karena karyawan berasal dari latar belakang yang beragam. Setiap karyawan selalu berusaha untuk saling memahami perbedaan yang ada dengan selalu berusaha mendengarkan pendapat dari karyawan lain, tetapi perusahaan selalu berusaha untuk mengingatkan bahwa karyawan tidak bisa selalu menonjolkan keinginannya dan bersikap egois, perlu adanya kompromi agar tercipta visi yang ditentukan oleh perusahaan. Setiap karyawan juga mendapatkan kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya dan mereka juga harus belajar untuk memahami dan mendengarkan pendapat rekan kerja lainnya. Dari kesempatan tersebut, karyawan dapat menguatkan pendapatnya dengan komunikasi verbal dan nonverbal agar seluruh karyawan dapat lebih merasa yakin dengan pendapat karyawan tersebut. Seluruh karyawan akhirnya memiliki rasa saling menghargai dan merasa lebih intim yang akhirnya menjadikan mereka lebih memiliki rasa bertanggungjawab terhadap visi PT Traveloka Indonesia. Komporomi mengenai konflik juga terlihat dari cara seluruh karyawan yang selalu berusaha menyelesaikan permasalahan atau konflik yang ada dengan berkomunikasi langsung atau melakukan diskusi. Hal ini dilakukan perusahaan agar konflik tidak berlangsung terlalu lama dan keretakan antar karyawan dapat dihindari Kaitannya antara komunikasi interpersonal dengan teori akomodasi adalah komunikasi interpersonal tidak dapat terjadi jika tanpa adanya pendekatan akomodasi dimana pendekatan ini berusaha untuk mengkompromi lawan bicara kita dan menyadari bahwa perbedaan tidak dapat di elakkan tetapi harus di hargai dan di samakan. Gambaran proses komunikasi interpersonal antar karyawan didalam divisi komunikasi di perusahaan PT Traveloka berdasarkan hasil studi lapangan dan wawancara dengan beberapa informan berjalan secara baik. Semuakaryawan di dalam divisi tersebut memiliki komunikasi yang intim dimana mereka saling memahami posisi dan ikut merasakan apa yang dirasakan rekan tim lainnya. Hal inisemakin dikuatkan dengan adanya perandari teori akomodasi di dalam setiap komunikasi yang terjalin di PT Traveloka Indonesia. PT Traveloka Indonesia juga turut mengembangkan karyawan dengan memberikan kebebasan pada karyawan agar merasa senyaman mungkin berada di kantor tetapi PT Traveloka Indonesia juga tetap menekankan agar karyawan tetap fokus terhadap pekerjaan yang sudah diberikan agar dapat menghasilkan hasil yang memuaskan demi tercapainya visi perusahaan. Saran Akademis Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh mahasiswa yang ingin melakukan penelitian serupa atau ingin mengembangkan penelitian serupa. Peneliti juga berharap penelitian ini dapat diaplikasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Saran Praktis Hendaknya seluruh karyawan mampu untuk semakin mengembangkan teori akomodasi dalam kehidupannya agar mendapatkan kualitas komunikasi yang lebih baik lagi dengan cara memperbanyak kegiatan diluar kantor seperti outing dan melakukan komunikasi lebih mendalam seperti ketika makan siang berlangsung. Saran Sosial Diharapkan semua masyarakat menyadari pentingnya teori akomodasi terutama dalam pencapaian visi perusahaan. Selain itu seluruh masyarakat juga dapat semakin terpacu untuk saling berkomunikasi dengan orang lain dengan memperhatikan komunikasi verbal dan nonverbalnya serta media yang digunakan. REFERENSI Calmorin, L. P., & Calmorin, M. A. (2007). Research Methods and Thesis Writing (2nd Edition ed.). Manila, Philippine: RBSI. DeVito, J. A. (2013). The Interpersonal Communication Book (thirteenth ed.). New York: Pearson Education. Daymon, C., & Holloway, I. (2011). Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relations & Marketing Communications. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka. Dr.Wiryanto, M. (2008). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Penerbit PT Grasindo. Djoko Purwanto, M. (2006). Komunikasi Bisnis (ketiga ed.). (S. Wisnu Chandra Kristiaji, Ed.) Penerbit Erlangga. Hardjana, A. M. (2003). Komunikasi intrapersonal & Interpersonal. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Juliandi, A., Irfan, & Manurung, S. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis: Konsep dan Aplikasi. Sumatra: UMSU Publisher. Mulyana, M. P., & M.Si, D. S. (2007). Metode Penelitian Komunikasi . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ph.D., A. Z., & Antony, M. C. (2012). Perception of Employees on Internal Communication of a Leading Five Star Hotel in Malaysia. 8. Rakhmat, J. (2009). Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sarwono, J. (2011). Mixed Methods Cara Menggabungkan Riset Kuantitatif dan Riset Kualitatif Secara Benar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sugiarto, D. S. (2006). Metode Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. West, R., & Turner, L. (2009). Introducing Communication Theory: Analysis and Application (ketiga ed.). (M. N. Maer, Trans.) McGraw-Hill Humanities. Quintanilla, K. M., & Wahl, S. T. (2013). Business and Professional Communication: KEYS for Workplace Excellence. USA: Sage Publications, Inc. Akinola, O. A. (2014). The Use Of Non – Verbal Communication In The Teaching Of English Language. 7. Cindy, F., & Rejeki, N. S. (2013). Proses Komunikasi Akomodasi Antarbudaya Etnis Cina dan Etnis Jawa di Perusahaan Karangturi Group Purwokerto. 1. Dwi, K. R., & Indrawati, K. R. (2014). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Keadilan Kompensasi dengan Komitmen Organisasi di Hospitality Industry. Kukule, I. (2012). Internal Communication Crisis and Its Impact on Organizations's Performance. Utami, D. F., Fadhalah, R., & Nuzulia, S. (2013). Studi Indigenous Work Conflict pada Karyawan Bersuku Jawa. RIWAYAT PENULIS Selly Marlita lahir di kota Cirebon pada 28 September 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Komunikasi Pemasaran pada tahun 2013.