1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup merupakan sebuah tempat berlindung dan penunjang peradaban manusia didunia. Lingkungan mempengaruhi segala perubahan tentang manusia. Perubahan lingkungan hidup sudah pasti membawa perubahan sosial, terutama secara ekonomi dan gaya hidup masyarakat yang lingkungannya berubah drastis. Lingkungan hidup merupakan penopang keberlangsungan kehidupan manusia. Bayangkan bila kita hidup dalam lingkungan yang penuh dengan polusi baik darat, udara, ataupun laut sudah dipastikan bahwa taraf kehidupan kita akan mengecil. Penyakit akan membunuh manusia dengan perlahan. Kesalahan-kesalahan dan kelalaian-kelalaian yang menyebabkan kerusakan lingkungan oleh manusia itu sendiri menjadi faktor utama terjadinya ketidakstabilan alam. Sehingga bisa menimbulkan banyak bencana alam yang dapat memakan korban jiwa. Masalah lingkungan hidup adalah masalah moral, dan itu berkaitan dengan perilaku manusia (Keraf, 2002). Dengan demikian krisis ekologi global yang kita alami dewasa ini adalah persoalan moral, krisis moral secara global. Oleh karena itu perlu etika dan moralitas serta pendidikan yang sistematis untuk mengatasinya. Penanaman nilai moral tidak dapat dilakukan secara mendadak, tetapi harus mengikuti perjalanan hidup manusia, mulai dari anak-dewasa hingga tua. Sutaryono (1999) mengistilahkannya sebagai pendidikan sepanjang usia (life long education). 2 Penyelesaian terhadap krisis-krisis lingkungan tidak sekedar melalui pendekatan teknis saja, tetapi juga melalui pendekatan moral. Dengan membangun moral yang baik, akan menjadi modal utama bagi manusia untuk berperilaku etis dalam mengatur hubungan antara dirinya dengan alam semesta. Menurut Vincencia Septaviani Issera Sulistya Putri dalam sebuah situs di internet menyatakan bahwa penyelesaian masalah lingkungan tidak dapat dilakukan secara sepihak. Hal ini disebabkan karena sifat interdependency yang melekat pada lingkungan hidup menuntut kerjasama multipihak secara serentak dan menyangkut seluruh lapisan masyarakat. Pentingnya kelestarian lingkungan hidup untuk masa sekarang hingga masa yang akan datang, secara eksplisit menunjukkan bahwa perjuangan manusia untuk menyelamatkan lingkungan hidup harus dilakukan secara berkesinambungan, dengan jaminan estafet antargenerasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Memang sudah sewajarnya diadakan sebuah pendidikan formal tentang lingkungan hidup untuk pelestarian lingkungan hiup untuk masa sekarang dan akan datang. Lantas, bagaimana format pendidikan lingkungan untuk generasi muda? Waryono dan Didit (2001) menyatakan bahwa pendidikan lingkungan kepada generasi muda dapat dilakukan lewat jalur pendidikan formal dan informal. Pendidikan Lingkungan secara formal dilakukan melalui kurikulum sekolah dan pemanfaatan potensi lingkungan yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini guru yang menyampaikan juga tidak selalu harus seorang ekolog atau ilmuwan, melainkan cukup seseorang yang mampu menjadi pemandu dalam berpikir tentang lingkungan yang ada di sekitarnya dan mempunyai semangat dalam menemukan hubungan yang ada dalam ekosistem kita. 3 Bentuk materi dapat dikemas secara integratif di dalam mata pelajaran sekolah, atau dikembangkan sebagai materi yang berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal. Melalui pengembangan materi muatan lokal di sekolah, maka jaminan kesinambungan program Pendidikan Lingkungan kepada siswa lebih terjaga, karena adanya legalitas formal dari pihak sekolah. Penyelenggaraan paket pendidikan ini dapat bersifat outdoor education (pendidikan di luar kelas), yang dilakukan dengan mengajak siswa untuk menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang mengarah pada terwujudnya perubahan perilaku siswa terhadap lingkungan melalui tahap-tahap penyadaran, pengertian, perhatian, tanggungjawab dan aksi atau tingkah laku. Outdoor tidak berarti sekedar memindahkan pelajaran ke luar kelas, melainkan lebih pada pemanfaatan potensi lingkungan yang ada sebagai obyek dalam materi yang disampaikan. Aktivitas yang disampaikan berupa permainan, cerita (dongeng), olahraga, eksperimen, perlombaan, mengenal kasus-kasus lingkungan di sekitarnya dan diskusi penggalian solusi, aksi lingkungan, dan jelajah lingkungan. Dalam kegiatan ini siswa dibimbing untuk menemukan sendiri maksud yang terkandung di dalamnya, sehingga transfer materi bisa lebih mengena dan lebih mudah diingat siswa. Disinilah peran pendidikan formal tentang lingkungan hidup sebagai salah satu alternatif memecahkan masalah lingkungan hidup serta untuk membekali para generasi manusia menjaga lingkungan agar keberlangsungan hidupnya. Dan sudah seharusnya pendidikan lingkungan hidup memasuki kurikulum disekolahsekolah mulai dari jenjang SD sampai dengan jenjang SMA. Dalam sebuah situs internet www.bandung.go.id menyatakan untuk menunjang suksesnya program penyelamatan lingkungan hidup, Pemerintah Kota 4 (Pemkot) Bandung sebagai ibikota Provinsi Jawa Barat, selain telah mencanangkan Bandung Hijau 2006 dengan tertanamnya sejuta pohon, kembali mempertegas komitmennya dengan menerapkan pendidikan lingkungan hidup sebagai muatan lokal di semua jenjang pendidikan, mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA. Sedangkan dalam hal pengadaan bibit tanaman bantuan masyarakat, Pemkot akan berupaya menyediakan dan menggratiskan melalui pendanaan APBD, termasuk membeli produk komposit hasil daur ulang sampah dari gerakan Reduce, Reuse dan Recycle (3R), dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Selanjutnya dikatakan Walikota Bandung, penerapan kirikulum mulok PLH bagi semua jenjang sekolah, adalah sebuah gagasan yang telah menempuh serangkaian proses panjang, sejak dilakukannya Konvensi Lingkungan Hidup Pelajar di Tahun 2004. Selain untuk merespon kondisi alam dan lingkungan hidup Kota Bandung yang sudah tergdegradasi, mulok PLH adalah suatu kebutuhan untuk mendongkrak mutu kehidupan masyarakat yang sadar dan berwawasan lingkungan. Untuk itulah, kurikulum mulok PLH yang berisi pendidikan gerakan pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pengawasan lingkungan hidup (GP4LH), diperuntukan bagi memenuhi upaya mewujudkan Lingkungan sehat, yang rakyatnya memiliki rasa untuk memelihara dan melestarikan alam. Dengan mulai dicanangkannya pendidikan lingkungan hidup dalam kurikulum muatan lokal mendorong penulis untuk meneliti tentang bagaimana kesiapan sekolah dalam melaksanakan dan mengembangkan mata pelajaran baru tersebut pada jenjang SMA di kota Cirebon yang dalam pelaksanaannya tentunya memiliki perencanaan, proses dan evaluasi yang diterapkan. Sehingga bila 5 kesiapan sekolah mencapai taraf yang sangat siap bukan hal yang mustahil bahwa tujuan pendidikan akan dengan tercapai. B. Rumusan Masalah Dalam implementasi kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup, tentunya mempunyai tahapan-tahapan yang diterapkan, dimana tahap ini merupakan langkah awal dalam pengembangannya. Dengan berbagai persiapan dan perencanaannya tentu diharapkan dapat dapat mencapai indikator keberhasilan sesuai dengan tujuan yang terkandung didalamnya. Sesuai dengan fokus permasalahan diatas, maka dirumuskan suatu pokok masalah yang di rumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Kesiapan Sekolah dalam menerapkan Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah Menengah Atas se- Kota Cirebon?” Berdasarkan permasalahan pokok penelitian ini dijabarkan menjadi sub-sub masalah penelitian berikut ini: 1. Bagaimana kesiapan kepala sekolah dalam mengelola pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA seKota Cirebon? a. Bagaimana kesiapan kepala sekolah dalam upaya sosialisasi pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon? b. Bagaimana kesiapan kepala sekolah dalam pembinaan guru bagi pelaksanaan kurikulum muatan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon? lokal pendidikan 6 c. Bagaimana kesiapan kepala sekolah dalam mengevaluasi pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon? 2. Bagaimana kesiapan guru dalam melaksanakan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon? a. Bagaimana kesiapan guru dalam merencanakan pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon? b. Bagaimana kesiapan guru dalam mengevaluasi pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon? 3. Bagaimana kesiapan komite sekolah dalam mendukung pengelolaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA seKota Cirebon? a. Bagaimana kesiapan komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan dan pemikiran dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon? b. Bagaimana kesiapan komite sekolah sebagai pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon? 7 4. Bagaimanakah kesiapan fasilitas pendukung dalam Mendukung pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon? a. Bagaimana kesiapan media dan sumber belajar yang tersedia dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon? b. Bagaimana kesiapan sarana dan prasarana yang tersedia dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon? 5. Permasalahan dan hambatan apa yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA seKota Cirebon? C. Definisi Istilah Beberapa Istilah yang terdapat dalam penelitian ini dan dirasakan perlu dijelaskan secara operasional ialah: 1. Kesiapan Sekolah Suatu kemauan, hasrat dan kemampuan suatu sistem atau organisasi yang terdiri dari sumber daya mausia dan sumberdaya yang bersifat fisik yang berhubungan satu sama lain dalam melaksanakan suatu program. Kesiapan sekolah dalam penelitian ini menyangkut kesiapan kepala sekolah, guru, komite sekolah, sarana dan prasarana, serta media dan sumber belajar. 2. Kurikulum Muatan Lokal 8 Kurikulum muatan lokal (mulok) merupakan suatu kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada. 3. Pendidikan Lingkungan Hidup Kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang diselenggarakan melalui sekolah, terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang dengan metode pendekatan kurikulum yang terintegrasi maupun kurikulum yang monolitik (tersendiri). D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan informasi tentang Kesiapan Sekolah dalam melaksanakan Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA se-Kota Cirebon. 2. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penelitian Bertujuan Untuk memperoleh gambaran tentang: a. Kesiapan kepala sekolah dalam mengelola pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon b. Kesiapan guru dalam melaksanakan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon. 9 c. Kesiapan komite sekolah dalam mendukung pengelolaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA seKota Cirebon. d. Kesiapan fasilitas pendukung dalam menunjang pelaksanaan Kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA seKota Cirebon e. Mengetahui permasalahan dan hambatan apa yang dihadapi dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup di SMA se-Kota Cirebon? E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dan dapat digunakan oleh semua pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut mengenai hal yang sama di kemudian hari. 2. Manfaat Praktis a. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi program mengembangkan lulusannya. b. Sekolah disiplin studi ilmu Teknologi Pendidikan dalam dalam meningkatkan mutu 10 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak sekolah terutama berkaitan dengan pelaksanaan dan pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup. c. Pemerintah dan Diknas setempat Hasil penelitian ini diharakan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pemerintah dan dinas pendidikan setempat terutama berkaitan dengan dengan pelaksanaan dabn pengemban Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup untuk pengembangannya. d. Penulis Hasil penelitian ini menjadi inspirasi tersendiri dan dapat dijadikan acuan empirik untuk memperluas wawasan sehubungan dengan masalah pendidikan lingkungan hidup.