Strategi Penguatan Kelompok Tani Dalam

advertisement
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pengembangan masyarakat merupakan suatu gerakan yang dirancang untuk
meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika
memungkinkan berdasarkan prakarsa komunitas (Gunardi dkk, 2007). Selain itu
menurut Nasdian dan Dharmawan (2007) menyatakan bahwa pengembangan
masyarakat juga merupakan suatu perubahan yang terencana dan relevan dengan
persoalan-persoalan lokal yang dihadapi oleh para anggota komunitas yang
dilaksanakan secara khas dengan cara-cara yang sesuai dengan kapasitas, norma, nilai,
persepsi dan keyakinan anggota komunitas setempat, dimana prinsip-prinsip recident
participation dijunjung tinggi.
Program pengembangan masyarakat disusun secara partisipatif bersama
masyarakat yang bertujuan memberdayakan masyarakat lokal. Prinsip pengembangan
masyarakat dalam pelaksanaannya saling terkait, antara lain meliputi kemandirian,
berkelanjutan, pembangunan terpadu, pemberdayaan, menghargai nilai-nilai lokal, serta
partisipasi (Ife, 2002). Dengan demikian pemberdayaan masyarakat merupakan prinsip
dari pengembangan masyarakat yang harus dilaksanakan.
Dalam terminologi pekerjaan sosial, menurut Dubois dan Milley (1992)
pemberdayaan masyarakat merupakan suatu strategi dalam mengatasi masalah yang
berkaitan dengan keberfungsian sosial. Keberfungsian sosial diartikan sebagai suatu
situasi dimana orang bisa melaksanakan peran sesuai dengan status yang dimilikinya
untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupannya sebagai individu, anggota kelompok
maupun anggota masyarakat secara luas. Salah satu upaya untuk mengatasi disfungsi
sosial adalah melalui strategi pemberdayaan.
Menurut kartasasmita (1996) salah satu strategi pemberdayaan masyarakat
adalah mengembangkan sektor ekonomi bagi rakyat yang masih tertinggal. Hal ini
dilakukan dengan cara pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat untuk berkembang, pemberdayaan adalah upaya membangun daya
itu dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimilikinya, kedua memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat (empowering) dengan menerapkan langkah-langkah nyata, penyediaan
9
berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya dan
memanfaatkan peluang, ketiga melindungi dan membela kepentingan masyarakat
lemah, pemberdayaan disini tidak hanya menyangkut pendanaan tetapi juga
peningkatan kemampuan sumberdaya manusia.
Pemberdayan merupakan gerakan yang dirancang untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat melalui partisipasi aktif atas dasar prakarsa komunitas. Strategi
pemberdayaan masyarakat secara partisipatif merupakan strategi yang menjadi pusat
perhatian dalam pembangunan karena kegagalan pembangunan seringkali terkait
dengan kurangnya partisipasi masyarakat. Dalam kondisi yang demikian itu maka
upaya peningkatan kemampuan dan kapasitas masyarakat merupakan strategi untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat, sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam
peran yang tidak hanya terbatas sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai
pengupaya, penilai dan pemelihara keberlanjutan pembangunan.
Dalam pemberdayan masyarakat, pendekatan kelompok merupakan pendekatan
yang lazim digunakan. Kelompok dapat berperan dalam mengontrol suatu keputusan
maupun kebijakan yang berpengaruh langsung kepada kehidupan komunitas.
Pendekatan kelompok mempunyai kelebihan antara lain dapat mempercepat proses
adopsi, karena adanya interaksi sesama anggota kelompok dalam bentuk saling
mempengaruhi satu sama lain (Vitayala 1986). Sedangkan Soekanto (2005),
mengemukakan bahwa dalam kelompok terjadi hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi dan kesadaran untuk saling tolong-menolong berdasarkan kesamaan
nasib, kepentingan dan tujuan sehingga hubungan antara anggota bertambah erat.
Berdasarkan konsep-konsep diatas, maka pengembangan komunitas petani juga
perlu menggunakan pendekatan kelompok tani, agar terjadi hubungan timbal balik
sesama anggota kelompok dan saling menolong berdasarkan kesamaan kebutuhan,
kepentingan dan tujuan untuk mengembangkan potensi masyarakat.
2.2. Penguatan Kelembagaan
Penguatan kelembagaan dipandang perlu dimuat dalam tinjauan pustaka kajian
ini, untuk memberikan pengertian bahwa kelompok tani merupakan bagian dari apa
yang disebut dengan kelembagaan. Kelompok tani memiliki aturan yang disepakati,
adanya struktur dan adanya tujuan yang mencirikan kelembagaan. Kelompok tani
10
merupakan kelembagaan yang terbentuk karena pengaruh luar komunitas atau
terbentuk atas dorongan pemerintah, sehingga kondisi kelembagaan kelompok tani
cenderung lemah. Untuk itu perlu penguatan dan pengembangan kelembagaan.
Pola pengembangan kelembagaan masyarakat agar semakin kuat perlu
memperhatikan beberapa aspek, yaitu (1) Perbaikan struktur dan fungsi kelembagaan
masyarakat, (2) Pemanfaatan informasi dan teknologi yang berimbang, (3) peningkatan
program-program pendidikan dan pelatihan secara berkelompok, (4) meningkatkan
pembangunan sarana dan prasarana aktivitas kelembagaan, (5) memberdayakan dan
memfasilitasi kelembagaan masyarakat informal, (6) Menciptakan pemimpin
kelembagaan yang transformasional (Daryanto, 2004). Berdasarkan pemahaman
tersebut, maka penguatan kelembagaan menurut Saharuddin (2000) adalah mencakup
pengembangan kapasitas institusi dan kapasitas sumber daya manusia.
Penguatan kelembagaan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dapat
dilakukan dengan teknik-teknik sosial yang diturunkan dari penerapan teknologi
partisipatif. Menurut Lala dan Tonny (2007), Penguatan kelembagaan pada aras
komunitas di dalam satuan desa (community based development) merupakan upaya
mengembangkan kelembagaan usaha-usaha produktif yang bersumber dari sinergi
beragam kelembagaan di komunitas yang secara konsepsi disebut bonding strategy.
Proses ini berlanjut dengan upaya melakukan sinergi beragam kelembagaan antar
komunitas yang dikonsepsikan sebagai bridging strategy dalam satuan kelembagaan
antar komunitas. Demikian selanjutnya, proses itu perlu berkait dengan kerjasama pada
aras pengembangan kelembagaan secara vertikal antar kelembagaan komunitas dengan
kelembagaan pemerintah yang fokus untuk pelayanan dan keuangan publik. Proses ini
menjadi media pula pengembangan kerjasama dengan beragam pihak. Strategi pada
tahap ini disebut sebagai creating strategy.
Penguatan kapasitas kelembagaan kelompok tani dapat dilakukan dengan
pendekatan yang berbasis pada kekuatan-kekuatan dari bawah secara nyata. Seperti
kekuatan sumber daya alam, sumber daya ekonomi, dan sumber daya manusia sehingga
menjadi suatu kapasitas lokal. Dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
dalam menghadapi tantangan pengembangan potensi alam dan ekonomi setempat.
Karena itu kebutuhan penting di sini adalah bagaimana mengembangkan kapasitas
kelompok tani yang mencakup kelembagaan
dan kapasitas sumberdaya manusia.
Dalam konteks seperti itu pemerintah memiliki fungsi menciptakan strategi kebijakan
11
sebagai landasan bagi kelembagaan kelompok petani untuk mengembangkan
kreativitasnya.
Kapasitas lokal yang dapat dikembangkan dalam penguatan kelompok tani
Karya Agung di Desa Giriwinangun adalah sumberdaya ekonomi berupa kegiatan
berkebun karet dan sumberdaya manusia (petani). Kebutuhan penting disini adalah
bagaimana mengembangkan kapasitas kelompok yang mencakup kapasitas institusi dan
sumberdaya manusia.
2.3. Kelembagaan dan Modal Sosial
Kelembagaan sosial merupakan terjemahan langsung dari istilah “social
institution”. Akan tetapi ada pula yang menggunakan istilah pranata sosial untuk istilah
“social institution” tersebut, yang menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur
perilaku warga masyarakat. Koentjaraningrat (1997) menyatakan bahwa kelembagaan
sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitasaktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan
masyarakat. Selanjutnya Polak (1966) mengungkapkan bahwa kelembagaan sosial
merupakan suatu kompleks atau sistem peraturan-peraturan dan adat istiadat yang
mempertahankan nilai-nilai yang penting. Kelembagaan itu memiliki tujuan untuk
mengatur antar hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang
paling penting.
Menurut Lala dan Tonny (2007) yang dikonsepkan sebagai kelembagaan sosial
yaitu aktivitas manusia baik sadar maupun tidak dalam memenuhi kebutuhan hidup
selalu diulang-ulang. Akhirnya aktivitas tersebut melekat dan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan serta mengatur aktivitas manusia itu sendiri (menjadi norma yang
dilandasi nilai-nilai budaya tertentu). Dalam arti aktivitas berulang ini menjadi bagian
dari manusia dan masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup, prosesnya
kemudian menjadi kerangka pengaturan untuk memenuhi kebutuhan yang terbentuktumbuh – berkembang – berubah – mati – berganti bentuk yang baru demikian
seterusnya.
Dalam kelembagaan sosial tidak terlepas dari konsep modal sosial (Kapital
sosial), yang secara umum dipahami sebagai bentuk institusi, relasi, dan norma-norma
yang membentuk kualitas dan kuantitas dari interaksi sosial dalam masyarakat.
12
Kapital sosial merupakan suatu sistem yang mengacu kepada hasil dari
organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world view), kepercayaan
(trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi
(informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal
(formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal
lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif,
pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan (Colletta dan Cullen, 2000).
Pandangan tersebut memberikan gambaran bahwa modal sosial dapat dilihat
dari organisasi sosial ekonomi yang dapat mewujudkan pengembangan kapasitas lokal
(locality capacity). Suatu kelompok akan menjadi modal sosial suatu komunitas yang
dapat diandalkan sebagai suatu kekuatan sosial dalam bentuk energi yang tidak pernah
habis dalam suatu komunitas (Rubin dan Rubin, 1992). Modal sosial yang merupakan
suatu kesatuan sistem dalam organisasi atau kelompok mengandung empat dimensi
sebagai berikut : Pertama, interaksi (integration) yaitu merupakan ikatan yang kuat
antar anggota komunitas. Kedua, pertalian (linkage) merupakan ikatan dengan
komunitas di luar komunitas asal. Ketiga, integrasi organisasional (organizational
integrity) yang merupakan keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk
menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian hukum dan menegakkan
peraturan. Keempat adalah sinergi (sinergy) yang merupakan relasi antara pemimpin
dan institusi pemerintah dengan komunitas (state community relations).
Dengan demikian modal sosial merujuk pada seperangkat norma, jaringan, dan
organisasi yang orang akan memperoleh akses pada kekuasaan (power) dan sumber
daya yang merupakan sarana yang memungkinkan pengambilan keputusan dan
formulasi kebijakan. Modal sosial memfokuskan pada relasi antar agen-agen ekonomi
dan cara-cara di mana organisasi formal dan informal dapat meningkatkan efisiensi
ekonomi. Modal sosial mengimplikasikan bahwa relasi-relasi dan institusi-institusi
sosial memiliki pengaruh eksternal yang bersifat positif.
Saat ini konsep modal sosial kemudian ditawarkan untuk memperkuat
pengembangan usaha ekonomi rakyat termasuk dalam pengembangan usaha petani
peternak. Modal sosial sebagai suatu sistem dalam masyarakat memegang peranan
penting dalam maju atau mundurnya perekonomian masyarakat. Dengan demikian pada
kajian strategi penguatan kelompok tani, modal sosial dianggap sebagai modal yang
13
sangat penting dan mendukung penguatan kelompok bagi sektor usaha kebun dan
ternak di pedesaan dalam skala kecil dan rumah tangga.
2.4. Kelompok Tani
Kelompok dalam suatu komunitas mencerminkan adanya dinamika tindakan
kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Darmajanti (2004) menjelaskan bahwa
kelompok sebagai gambaran kehidupan berorganisasi suatu komunitas merupakan
refleksi dinamika tindakan kolektif warga dalam mengatasi masalah bersama, termasuk
peningkatan pendapatan rumah tangga di komunitas.
Pemberdayaan masyarakat akan lebih efektif jika dilakukan dengan pendekatan
kelompok karena dalam kelompok ada kebersamaan, kesamaan kepentingan serta
tujuan sehingga keinginan yang diharapkan lebih cepat tercapai. Adanya kekuatan
dalam menolak keputusan serta kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat akan lebih baik jika dilakukan dalam kelompok. Keputusan yang diambil
akan lebih menyeluruh sehingga mengurangi tingkat kesenjangan antara masyarakat
dengan pengambil kebijakan. Salah satu kelompok yang dapat meningkatkan
pemberdayaan masyarakat adalah kelompok tani.
Kelompok diartikan sebagai suatu sistem yang diorganisasikan dari dua orang
atau lebih yang saling berhubungan sehingga sistem tersebut melakukan beberapa
fungsi, memiliki seperangkat standar hukum, peranan antara anggotanya dan
mempunyai seperangkat norma yang mengatur fungsi kelompok dan masing-masing
anggotanya (Mc. David dan Karari dalam Effendi, 2001). Di dalam kelompok terjadi
suatu dialogical encounter yang menumbuhkan dan memperkuat kesadaran dan
solidaritas kelompok. Anggota kelompok menumbuhkan identitas seragam dan
mengenali kepentingan mereka bersama.
Pemahaman terhadap kelompok bila diterapkan kepada kelompok tani
memberikan pengertian bahwa kelompok tani adalah sejumlah petani yang mempunyai
kaitan antar hubungan satu dengan yang lainnya atas dasar keserasian dan kebutuhan
yang sama, terikat secara informal dalam suatu wadah kelompok, dan mempunyai
aktifitas sama dalam hal tani, umpamanya dalam hal kebun dan pemeliharaan ternak .
Kelompok tani bisa dikategorikan sebagai wujud kelembagaan ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan. Hal ini dapat dilihat dari aspek produksi, distribusi dan
14
pengolahan hasil. Walaupun aspek distribusi dan pengolahan hasil biasanya dilakukan
oleh pihak lain, namun untuk memperkuat posisi tawar petani di dalam
mengembangkan kemandiriannya maka kedua aspek tersebut selayaknya dikelola
melalui kelompok.
Interaksi kelompok tani tidak terlepas dari komunikasi yang terbangun dari
kelompok itu dan seharusnya kelompok dijadikan wadah untuk memecahkan masalah
yang dirasakan para anggotanya. komunikasi kelompok harus berfungsi dalam situasisituasi pemecahan masalah dan pengambilan keputusan untuk dapat merumuskan atau
mengungkapkan suatu penilaian.
Salah satu model dalam upaya pemberdayaan kelompok perlu dilakukan
melalui tiga hal yaitu: pertama rekayasa sosial dengan penguatan kelembagaan tani,
kelembagaan penyuluh dan pengembangan sumberdaya manusia; kedua rekayasa
ekonomi dengan pengembangan akses permodalan, sarana produksi dan pasar; dan
ketiga rekayasa teknologi melalui kesepakatan gabungan antara teknologi anjuran dan
kebiasaan petani.
2.5. Analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, and Threats)
Subroto (2001) menjelaskan bahwa SWOT adalah sebuah teknik yang
sederhana, mudah dipahami, dan juga bisa digunakan dalam merumuskan strategistrategi
dan
kebijakan-kebijakan
untuk
pengelolaan
pegawai
administrasi
(administrator). Berdasarkan pengertian tersebut, SWOT dalam konteks pengembangan
masyarakat merupakan sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami dan juga bisa
digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan untuk melakukan
pengembangan masyarakat.
Analisis SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi Kekuatan dan kelemahan
yang berasal dari faktor internal kelembagaan kelompok petani peternak, serta
mengindentifikasi kesempatan dan ancaman yang berasal dari faktor eksternal yaitu
dari pihak luar.
Lebih lanjut menurut Subroto (2001) berdasarkan analisis SWOT tersebut caracara serta tindakan yang diambil, proses pembuatan keputusan harus mendukung dan
mempunyai prinsip berikut ini, kembangkan kekuatan, minimalkan kelemahan, tangkap
kesempatan dan peluang, dan hilangkan ancaman.
15
Menurut Rangkuti (2002) analisis SWOT, adalah proses identifikasi berbagai
aktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengambilan keputusan. Dalam
analisis SWOT ini dilakukan dengan wawancara kepada petani dan aparat pertanian
serta orang yang dianggap mengetahui penelitian, untuk mengumpulkan berbagai
informasi
yang
selanjutnya
dilakukan
diskusi
untuk
merumuskan
strategi
pengembangan. Analisis SWOT yang digunakan meliputi faktor internal strenghts
(kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) serta faktor eksternal opportunities (peluang)
dan threats (ancaman) yang dihadapi daerah yang bersangkutan.
2.6. Indikator Kemandirian Kelompok
Indikator keberhasilan perlu digunakan, menurut syaukat dan sutara (2007)
indikator keberhasilan adalah dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan
sesudah dilaksanakannya upaya pembangunan. Bila terdapat perbaikan yang cukup
berarti dalam indikator-indikator tersebut maka dapat dikatakan bahwa telah terdapat
hasil yang positif. Dalam proses pemberdayaan dan pengembangan masyarakat juga
memerlukan indikator keberhasilan.
Menurut Suharto (2006) untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan
secara operasional, perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat
menunjukkan seseorang/kelompok itu berdaya atau tidak. Hingga segenap upaya dapat
dikosentrasikan pada aspek apa saja dari sasaran perubahan.
Sumodiningrat
(1999)
juga
mengemukakan
indikator
meningkatnya
kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif
anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem
administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi sosial dengan kelompok lain.
Keberhasilan kelompok dalam melaksanakan usahanya dapat disebabkan adanya
kesadaran atas permasalahan yang dihadapi kelompok, adanya pengetahuan tentang
potensi dan kelemahan yang dimiliki kelompok dan adanya kemampuan untuk
menentukan pilihan terhadap alternatif usaha yang ada.
Peningkatan pendapatan dan penghasilan kelompok tani tidak terlepas dari
faktor pengaruh kekuatan yang dimiliki kelompok. Bila kelompok dalam kondisi yang
kuat maka akan berdampak pada peningkatan produktifitas anggota. Menurut Bappenas
(2004) indikator yang bisa digunakan untuk mengukur suatu kelompok berhasil yaitu :
16
a. Dalam meningkatkan ketrampilan yaitu orientasi kegiatan berdasarkan kebutuhan
dan mengadakan pertemuan rutin yang berkelanjutan untuk mendiskusikan
pengetahuan dan ketrampilan, serta pengalaman dalam menghadapi permasalahan
yang berkaitan dengan teknologi, budidaya, penyediaan sarana produksi,
pemasaran, dan analisis usaha. mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga AD/ART, administrasi, dan kerjasama yang baik secara berkelompok.
b. Pengembangan sebagai unit produksi yaitu merencanakan dan menentukan pola
usaha yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam bidang
teknologi, sosial, pemasaran, sarana produksi, dan sumberdaya alam. Menyusun
rencana usaha seperti: Rencana Definitif Kelompok (RDK), dan Rencana Definitif
Kebutuhan Kelompok (RDKK), termasuk rencana permodalan, gerakan bersama.
c. Melaksanakan kegiatan untuk kepentingan bersama seperti menerapkan teknologi
tepat guna yang telah disepakati, pengadaan sarana produksi, pemasaran,
pemberantasan hama penyakit, pelestarian sumberdaya alam, dan lain sebagainya.
d. Sebagai Wahana Kerjasama yaitu mengadakan pembagian tugas, baik pengurus
maupun anggota kelompok, sehingga seluruh anggota kelompok bisa berperan
dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompoknya. Dan menjalankan
administrasi kelompok secara tertib, meliputi catatan anggota kelompok,
inventarisasi kekayaan kelompok, hasil-hasil pertemuan, keuangan, surat-menyurat,
buku tamu.
e. Sebagai kelompok usaha yaitu menganalisis potensi pasar dan peluang untuk
mengembangkan komoditas dan meningkatkan kelompok menjadi kelompok usaha
bersama agribisnis (KUBA).
Berdasarkan praktek lapangan pemetaan sosial dan evaluasi program, kondisi
kelompok tani Karya Agung ialah juga berorientasi pada kebutuhan, namun belum ada
pertemuan rutin. Dalam menghadapi masalah, anggota menyelesaikan secara individu.
Belum pada tahapan merencanakan dan menentukan pola usaha yang menguntungkan,
kurang terjalin kerjasama dalam menerapkan teknologi tepat guna untuk memanfaatkan
sumberdaya dan pemasaran serta tidak tampak pembagian tugas antara pengurus dan
anggotanya.
2.7. Manajemen Kelompok
Manajemen mempunyai pengertian yang luas, terutama cara mengelola
sumberdaya manusia. Handoko (1987) mengemukakan bahwa manajemen mencakup
fungsi-fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan dilakukan), pengorganisasian
(perancangan dan penugasan kelompok kerja), penyusunan personalia (penarikan,
seleksi, pengembangan, pemberian kompensasi dan penilaian prestasi kerja),
pengarahan (motivasi, kepemimpinan, integrasi, dan pengelolaan konflik), dan
pengawasan.
17
Menurut Flippo dalam Handoko (1987) yang dimaksud dengan manajemen
sumberdaya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumberdaya manusia agar tercapai
berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.
Pemahaman manajemen sumberdaya manusia dapat digunakan sebagai
pengembangan sumberdaya manusia oleh kelompok tani Karya Agung, agar tercapai
tujuan-tujuan anggota untuk dapat menguatkan kelompok tani Karya Agung.
Keberhasilan pengelolaan organisasi kelompok tani sangat ditentukan kegiatan
pendayagunaan sumberdaya manusia.
Penguatan kelompok itu sendiri selain mencarikan program dan strategi
pemecahan masalah usaha kebun dan ternak yang dihadapi anggota, juga dapat
melakukan pengembangan sumberdaya manusia melalui pembinaan, pendampingan
maupun pelatihan manajemen kelompok. Pelaksanaan pengembangan harus sesuai
dengan situasi dan kondisi anggota kelompok tani Karya Agung.
2.8. Kerangka Pemikiran
Untuk kepentingan kajian ini, pengertian penguatan kelompok merujuk pada
konsep yang diutarakan Sumpeno dan Darmajanti. Maka defenisi penguatan kelompok
dapat diartikan pengembangan kapasitas mencakup peningkatan pengetahuan,
membangun kerja kelompok, jaringan dan kemampuan individu serta organisasi agar
terbangun sinergi antar pelaku untuk mengatasi masalah secara bersama, sehingga
tujuan dapat dicapai lebih efektif dan efisien yang berdampak pada peningkatan
penghasilan.
Pengembangan masyarakat merupakan suatu perubahan yang terencana dan
relevan dengan persoalan dan masalah lokal yang dihadapi oleh para anggota kelompok
Tani Karya Agung yang dilaksanakan secara khas dengan cara-cara yang sesuai dengan
kapasitas, norma, nilai, persepsi dan keyakinan anggota kelompok dimana prinsip
partisipasi dikedepankan.
Masalah yang dihadapi kelompok tani Karya Agung adalah permasalahan
kelemahan kelompok dalam pengembangan manajemen dan usaha anggota kelompok
tani, kwalitas sumberdaya manusia yang rendah dan jaringan kerjasama anggota
18
kelompok. Untuk dapat memecahkan masalah harus diketahui potensi yang dimiliki
kelompok agar dapat digunakan untuk menyusun langkah-langkah penguatan
kelompok. langkah-langkah dilakukan melalui perumusan strategi yang dapat
dikembangkan dalam penguatan kelompok untuk mengembangkan usaha. Kajian ini
tidak terlepas dari langkah-langkah pengembangan kapasitas kelompok yang
berkelanjutan dalam upaya meningkatkan pendapatan yang dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi penguatan kelompok tani meliputi potensi
lahan atau sumberdaya alam yang tersedia, kapasitas kelompok baik pengurus dan
anggota dalam melaksanakan fungsi dan juga mencakup partisipasi anggota dan
pengurus. Modal sosial yang ada antara para anggota, pengurus dan masyarakat berupa
kepercayaan, jejaring yang terbangun dan nilai/norma yang berlaku. Karakteristik
anggota yaitu pengetahuan yang dimiliki komunitas petani, ketrampilan dalam
menjalankan kegiatan usaha ternak.
Faktor eksternal yang mempengaruhi Kelompok tani meliputi faktor-faktor
yang datang dari luar yaitu Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan dan perikanan berikut
jajaran dibawahnya termasuk petugas peternakan di Kecamatan, pendidikan dan
pelatihan
tentang
usaha
peningkatan
kapasitas
kelompok,
bimbingan
PPL,
kelembagaan lain atau dinas terkait yang mempunyai hubungan pengembangan
kapasitas kelompok serta dunia usaha (swasta) yang terlibat dalam usaha tani (kebun
dan ternak) dan pola kerjasama yang berlaku pada komunitas desa, serta akses
pemasaran hasil kebun dan ternak yang dimanfaatkan oleh kelompok tani Karya Agung
Desa Giriwinangun.
Potensi kelompok, faktor internal dan eksternal mempengaruhi strategi
penguatan kelompok tani Karya Agung hingga dapat mencapai kelompok tani yang
dikategorikan berhasil dengan ukuran indikator yang dipakai yaitu manajemen
usahatani yang baik, meningkatnya ketrampilan kelompok tani, perencanaan pola usaha
yang menguntungkan, meningkatnya kerjasama, mampu menganalisis potensi dan
peluang.
Faktor-faktor eksternal dan internal, berpengaruh terhadap permasalahan yang
dihadapi oleh kelompok tani. Dari beberapa permasalahan yang diidentifikasi kemudian
dipilih masalah prioritas yang paling mendesak dan paling memungkinkan yang
ditangani sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki oleh petani peternak. Faktor-faktor
19
tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT kualitatif bersama
komunitas kelompok tani sehingga menghasilkan alternatif rancangan strategi hingga
menghasilkan strategi penguatan kelompok tani.
Penguatan kelompok tani diharapkan akan mencapai suatu keadaan kelompok
yang berhasil dengan indikator manajemen usahatani yang baik, meningkatnya
ketrampilan kelompok tani, melakukan perencanaan pola usaha yang menguntungkan,
meningkatnya kerjasama antara anggota kelompok dan dengan pihak luar kelompok,
untuk pengembangan usaha serta mampu menganalisis potensi dan peluang yang ada
pada kelompok tani itu sendiri.
Tujuannya dari rancangan program strategi penguatan kelompok tani adalah
terwujudnya peningkatan pendapatan dan penghasilan anggota melalui usahatani, yang
ditandai dengan peningkatan dan pengembangan manajemen usahatani, jaringan
kerjasama anggota kelompok, serta peningkatan pengetahuan sumberdaya manusia
dalam proses produksi yang efektif. Usahatani yang dikembangkan adalah usahatani
yang terintegrasi antara kebun karet dan ternak sapi kedua usaha ini saling mendukung
sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal. Dengan dampak yang diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, khususnya anggota kelompok tani
Karya Agung. Secara lebih ringkas, kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.
20
Masalah
1. Pengembangan manajemen
dan usaha anggota kelompok
tani
2. Sumberdaya Manusia
3. Jaringan kerjasama anggota
Potensi yang
dimiliki kelompok
Faktor Internal
- Lahan/SDA
- Modal sosial
- Kepercayaan
- Jejaring
- Nilai/norma
- Kapasitas kelompok
- Karakteristik anggota
- Pengetahuan
- ketrampilan
Strategi penguatan
kelompok tani
kelompok tani yang berhasil,
indikator :
- Manajemen usahatani baik
- Meningkatnya ketrampilan
kelompok tani
- Perencanaan pola usaha
yang menguntungkan
- Meningkatnya kerjasama
- Mampu menganalisis
potensi dan peluang
Faktor Eksternal
- Dinas Perkebunan
- Dinas Peternakan
dan Perikanan
- Bimbingan PPL
- Kelembagaan lain :
Dinas terkait, bank,
Swasta.
- Pendidikan dan
pelatihan
- Akses pemasaran
-
Integrasi usahatani
Kebun dan Ternak
Peningkatan
penghasilan dan
kesejahteraan
Gambar 1 : Kerangka berpikir Penguatan Kelompok Tani Karya Agung
Download