I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nikel (Ni) merupakan salah satu anggota kelompok logam berat. Logam ini termasuk logam transisi golongan VIIIB yang berwarna putih perak mengkilat, keras, mudah dibentuk dan mudah ditempa. Pemanfaatan nikel bagi kebutuhan manusia terutama sebagai pelapis logam tahan karat, pembuatan aliasi logam (monel, nikron, dan alkino), dan sebagai katalis pada hidrogenasi lemak dalam pembuatan margarine (Sunardi 2006). Didorong oleh kebutuhan ini, aktivitas penambangan nikel dunia terus mengalami peningkatan. Di Indonesia, potensi penambangan nikel terdapat di Sulawesi, Kalimantan bagian Tenggara, Maluku, dan Papua (Anonim 2011). Lokasi penambangan nikel yang umumnya berdekatan dengan sungai dan laut memungkinkan nikel masuk ke perairan melalui limpasan air hujan dari tumpukan tanah tambang dan debu tanah tambang yang mengendap dari atmosfir. Kondisi ini dapat membuat konsentrasi alami nikel di perairan bergeser pada kondisi ekstrim, yaitu konsentrasi nikel di perairan meningkat melewati batas sehingga nikel akan bersifat toksik bagi biota perairan. Biota laut yang hidup di perairan tercemar secara biologis akan mengakumulasi logam berat tersebut dalam jaringan tubuhnya, semakin tinggi tingkat pencemaran suatu perairan maka semakin tinggi pula kadar logam berat yang terakumulasi dalam tubuh hewan air yang hidup di dalamnya (Bryan 1976). Dalam kondisi ekstrim, nikel dapat meracuni darah ikan, menyebabkan gangguan saraf, kerusakan hati, kerusakan insang, dan lain-lain. Menurut Connel dan Miller (1995) terdapat pengaruh toksik Ni pada ikan salmon. Pada kadar 1200 ppb (1,2 ppm) logam Ni dapat mematikan 50% embrio dan larva kerang C Virginica (LC 50 , 24 jam), dan pada kadar 1300 ppb (1,3 ppm) dan 5700 ppb) (5,7 ppm) dapat mematikan 50% embrio dan larva kerang M. Marcenaria. Nilai LC 50 nikel terhadap beberapa jenis ikan air tawar dan ikan air laut berkisar 1 – 100 ppm. Peningkatan kesadahan, pH, dan konsentrasi bahan toksik memberikan pengaruh signifikan terhadap konsentrasi LC 50 ikan (Isaac 2009). Pada perairan yang berkesadahan lunak (soft hardnes), nikel akan bersifat lebih toksik. Sifat 1 toksik akan berkurang seiring dengan meningkatnya kesadahan. demikian, Ni akan lebih toksik pada ikan yang dibudidayakan Dengan di air tawar, dibanding yang dibudidayakan di air payau atau laut yang kesadahannya lebih tinggi. Ikan nila GIFT (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk dalam komoditas ekspor perikanan unggulan. Pengimpor ikan nila dari Indonesia mencakup Amerika, Eropa, dan Jepang. Pada tahun 2015, perluasan tujuan ekspor ikan Indonesia adalah menembus negara-negara Timur Tengah. Kondisi ini membuka peluang yang sangat luas untuk meningkatkan produksi ikan nila. Hal ini didukung pula dengan kemudahan dalam membudidayakan ikan nila yang dapat dipelihara di jaring apung atau kolam, dan pertumbuhannya yang relatif lebih cepat dibanding dengan ikan nila lokal, serta tahan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan. Di Indonesia, penelitian tentang toksisitas nikel khususnya pada ikan air tawar masih jarang dilakukan sementara dampak toksik yang ditimbulkan oleh keberadaan unsur ini terhadap organisme perairan berpotensi terjadi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh toksisitas logam berat nikel terhadap ikan nila GIFT yang dipelihara pada media yang berkesadahan lunak (soft hardnes) dengan variabel penelitian meliputi: kondisi hematologi, kondisi histopatologi, tingkat akumulasinya, laju pertumbuhan, dan derajat kelangsungan hidupnya (SR). 1.2 Kerangka Pemikiran Nikel merupakan salah satu jenis logam berat non esensial yang bersifat toksik pada ikan. Dampak toksisitas yang ditimbulkan dapat meracuni darah ikan, menyebabkan gangguan saraf, kerusakan hati, kerusakan insang, dan lain-lain. Ikan yang hidup pada perairan yang tercemar nikel secara biologis akan mengakumulasi nikel tersebut dalam jaringan tubuhnya, semakin tinggi tingkat pencemaran perairan maka semakin tinggi pula kadar nikel yang terakumulasi dalam tubuh ikan nila yang hidup di dalamnya. Absorbsi nikel dalam tubuh ikan dapat terjadi secara langsung melalu insang dan kulit atau secara tidak langsung melalui rantai makanan. Pada perairan yang berkesadahan lunak seperti air tawar, 2 nikel akan bersifat lebih toksik terhadap biota perairan. Untuk itu, penelitian tentang toksisitas Ni pada ikan air tawar/berkesadahan lunak, termasuk ikan nila, sangat diperlukan. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh toksik nikel pada berbagai konsentrasi terhadap berbagai proses fisiologis dan histologi di dalam tubuh ikan nila GIFT seperti: tingkat konsumsi oksigen, kondisi hematologi, kondisi histopatologi, derajat akumulasi logam berat nikel pada darah dan daging (otot), laju pertumbuhan, dan tingkat kelangsungan hidupnya (SR). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi mengenai efek toksik yang ditimbulkan oleh logam berat nikel terhadap proses fisiologis dan histologi dalam tubuh ikan nila GIFT yang diperoleh melalui perlakuan dengan pemberian fariasi konsentrasi nikel terhadap media pemeliharaannya. Lebih jauh dalam jangka panjang diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai acuan pengelolaan air limbah bagi Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang lebih baik pada perusahaan yang mengeksplorasi nikel alam, sehingga tidak ikut mengambil andil dalam mensuplai nikel pada lingkungan perairan dan akuakultur. 1.4 Hipotesis Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: 1. Konsentrasi nikel yang berbeda dalam perairan memberikan respon konsumsi oksigen yang berbeda terhadap ikan nila GIFT. 2. Konsentrasi nikel yang berbeda dalam perairan memberikan respon kondisi hematologi ikan nila GIFT yang berbeda. 3. Konsentrasi nikel yang berbeda dalam perairan memberikan respon kondisi histopatologi ikan nila GIFT yang berbeda. 4. Konsentrasi nikel yang berbeda dalam perairan memberikan respon tingkat akumulasi yang berbeda pada daging dan darah ikan nila GIFT. 5. Konsentrasi nikel yang berbeda dalam perairan memberikan respon derajat laju pertumbuhan ikan nilam GIFT yang berbeda. 3 6. Konesentrasi nikel yang berbeda dalam perairan memberikan respon derajat kelangsungan hidup (SR) ikan nila GIFT yang berbeda. 4