BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saham 2.1.1 Pengertian Saham

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Saham
2.1.1
Pengertian Saham
Untuk memperoleh modal, perusahaan menerima setoran dari para
investor Sebagai bukti setoran, perusahaan mengeluarkan tanda bukti pemilik
saham yang diserahkan kepada pihak yang menyetorkan modal. Pemilik
perusahaan merupakan pihak yang mempunyai saham dan disebut sebagai
pemegang saham. Saham adalah tanda penyertaan atau tanda kepemilikan
seseorang atau badan usaha pada sebuah perusahaan. Menurut Sjahrial (2012:19)
saham adalah “Surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang
berbentuk perseroan terbatas atau yang biasa disebut emiten”. Menurut Sunariyah
(2011: 126-127)
pengertian saham adalah “Sebuah surat berharga yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau
yang biasa disebut emiten”. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut
adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut”.
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011: 5), pengertian saham adalah:
Saham (shares) didefinisikan sebagai tanda pernyataan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
berharga tersebut.
Ada bebarapa alasan mengapa perusahaan berkepentingan untuk menjual
sahamnya, tapi pada umumnya adalah untuk menambah modal kerja atau
membiayai perkembangan perusahaan. Penjualan saham biasanya dilakukan
melalui bursa, dalam hal ini kepada masayarakat guna untuk menambah modal
kerja, perluasan perusahaan, atau untuk produk timbal balik, dari ke semua itu
pemegang saham akan menerima keuntungan dari perusahaan yang menerbitkan
saham.
Berdasarkan pengertian saham di atas dapat dinyatakan bahwa Saham
adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan
terhadap suatu perusahaan yang berwujud selembar kertas yang diterbitkan oleh
10
11
perusahaan sebagai tanda kepemilikan perusahaan karena telah menyetorkan
sejumlah modal.
2.1.2
Manfaat Kepemilikan Saham
Investor yang melakukan pembelian saham, otomatis akan memiliki hak di
dalam perusahaan yang menerbitkannya. Banyak sedikitnya jumlah saham yang
dibeli akan menentukan persentase kepemilikan dari investor tersebut. Semakin
besar jumlah saham yang dimiliki investor maka semakin besar juga haknya atas
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
Secara umum ada dua manfaat yang bisa diperoleh pembeli saham yaitu
manfaat ekonomis dan manfaat non-ekonomis (Anorage, 2006:60).
1.
2.
2.1.3
Manfaat ekonomis meliputi:
a. Dividen (dividen) adalah pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang diberikan
perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan
perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa
dividen tunai (cash dividen), yaitu kepada setiap pemegang
saham dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu
untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham (stock
dividen), yaitu kepada setiap pemegang saham dividen dalam
bentuk saham, sehingga jumlah saham yang dimiliki investor
akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham
tersebut.
b. Capital Gain
Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh investor dari hasil
jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi
dibandingkan nilai beli yang lebih rendah.
Manfaat Non-Ekonomis
Manfaat non-ekonomis yang bisa diperoleh pemegang saham adalah
kepemiilikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) untuk menentukan jalannya perusahaan. Semakin besar
jumlah saham yang dimiliki investor, maka semakin besar pula hak
suaranya dalam RUPS.
Resiko kepemilikan saham
Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2011: 13), ada beberapa resiko yang
dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu tidak mendapat deviden
dan mengalami capital loss.
1. Tidak mendapat dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan
keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan
dividen jika mengalami kerugian.
12
2. Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu
mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya.
Investor juga dihadapkan pada resiko capital gain apabila ia menjual
sahamnya dengan harga jual lebih rendah dari harga belinya.
3. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi
Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan
menempati posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau pemegang
obligasi. Ini berarti setelah semua aset perusahaan tersebut dijual,
hasil penjualan terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau
pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan
kepada para pemegang saham.
4. Saham Dikeluarkan dari Bursa (Delisting)
Saham perusahaan di-delist dari bursa karena kinerja yang buruk,
misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan,
mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen
secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi
lainnya sesuai Peraturan Efek di Bursa. Saham yang di-delist tentu
saja tidak dapat lagi diperdagangkan di bursa, namun tetap dapat
diperdagangkan diluar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat
patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang
jauh lebih rendah dari harga sebelumnya.
5. Saham Dihentikan Sementara (Suspensi)
Saham
yang
di-suspend
atau
diberhentikan
sementara
diperdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, menyebabkan investor
tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut.
Suspensi dilakukan oleh otoritas bursa jika suatu saham mengalami
lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipalitkan oleh
kreditornya, dan berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas
bursa men-suspend perdagangan saham tersebut sampai perusahaan
yang bersangkutan memberikan konfirmasi atau kejelasan informasi
lainnya, agar informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang
spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka
suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat
diperdagangkan kembali seperti semula.
2.1.4
Harga Saham
Harga saham merupakan harga penutupan pasar saham selama periode
pengamatan untuk tiap-tiap jenis saham yang dijadikan sampel dan pergerakannya
senantiasa diamati oleh para investor. Salah satu konsep dasar dalam manajemen
keuangan adalah bahwa tujuan yang ingin dicapai manajemen keuangan adalah
memaksimalisasi nilai perusahaan. Bagi perusahaan yang telah go public, tujuan
tersebut dapat dicapai dengan cara memaksimalisasi nilai pasar harga sahamyang
bersangkutan. Dengan demikian pengambilan keputusan selalu didasarkan pada
13
pertimbangan terhadap maksimalisasi kekayaan para pemegang saham. Menurut
Martelena dan Malinda (2011: 57) harga pasar saham adalah “Nilai suatu saham
yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang terbentuk di bursa saham.
Menurut Brigham dan Houston (2011:7) “Harga saham menentukan kekayaan
pemegang saham”. Maksimalisasi kekayaan pemegang saham diterjemahkan
menjadi maksimalkan harga saham perusahaan. Harga saham pada satu waktu
tertentu akan bergantung pada arus kas yang diharapkan diterima di masa depan
oleh investor jika investor membeli saham. Menurut Jogiyanto (2010:167)
pengertian dari harga saham adalah “Harga suatu saham yang terjadi di pasar
bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham yang bersangutan di pasar modal”.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
harga saham adalah harga yang terbentuk sesuai permitaan dan penawaran dipasar
jual beli saham dan biasanya merupakan harga penutupan. Harga saham di bursa
efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Pada saat
permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung
meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual saham tersebut
cenderung akan mengalami penurunan. Harga sebuah saham dapat berubah naik
turun dalam hitungan yang begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam
hitungan menit, bahkan dalam hitungan detik.
2.2
Investasi
Investasi memiliki pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan
ekonomi. Teori ekonomi mengartikan investasi sebagai pengeluaran untuk
pembelian modal atau barang – barang yang tidak dikomsumsi saat ini namun
digunakan untuk kegiatan produksi guna menghasilkan barang atau jasa di masa
yang akan datang. Investasi dapat disebut juga sebagai penanaman modal.
Menurut Jogiyanto (2010:5) pengertian investasi adalah “Penundaan komsumsi
sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu
yang tertentu”. Menurut Sunariyah (2011:4) “Investasi adalah penanaman modal
untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama
dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa – masa yang akan datang”.
14
Menurut Tandelilin (2010: 1) “Investasi sebagai komitmen untuk menanamkan
sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa
datang”.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
investasi adalah penempatan sejumlah dana saat ini pada satu atau lebih aktiva
yang dimiliki pada periode tertentu untuk memperoleh keuntungan di masa yang
akan datang.
2.2.1 Tujuan Investasi
Tujuan investasi adalah untuk mendapatkan keuntungan. Menurut
Tandelilin (2010: 4) beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi,
antara lain adalah:
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang
seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflansi
dengan melakukan investasi dalam pemelikan perusahaan atau obyek
lain, seseorang dapat menghondarkan diri dari resiko penurunan nilai
kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflansi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian
fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi
pada bidang – bidang usaha tertentu.
2.3 Analisis Rasio Keuangan
Salah satu cara untuk mengetahui informasi akuntansi perusahaan adalah
dengan menggunakan analisis rasio keuangan di suatu perusahaan yang dapat
digunakan untuk memprediksi harga saham, sehingga rasio keuangan sangat
penting bagi analisis eksternal yang menilai suatu perusahaan berdasarkan laporan
keuangan yang diumumkan. Menurut Kasmir (2014:104) “Rasio keuangan
merupakan kegiatan yang membandingkan angka – angka yang ada dalam laporan
keuangan dengan cara membagi satu angka lainnya”. Perbandingan dapat
dilakukan antara satu komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
komponen yang ada di antara laporan keuangan, kemudian angka yang
diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa
15
periode. Analisa rasio keuangan merupakan analisis yang dilakukan dengan
menghubungkan bebabagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam
bentuk rasio keuangan (Hery, 2015:139). Analisa rasio keuangan, yang
menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan yang
lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan. Analisa rasio
juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan
memberikan pandangan kedalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat
diperoleh.
Agar memberikan hasil optimal, penafsiran rasio-rasio haruslah meliputi
pengkajian data yang mendasarinya. Rasio merupakan pedoman yang berkaedah
dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan
perbandingan dengan hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaanperusahaan lain. Analisis rasio keuangan yang dapat digunakan dalam penilaian
kinerja keuangan perusahaan meliputi:
1.
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh
tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di
dalam perusahaan. Rasio likuiditas ini terdiri dari: current ratio (rasio
lancar), Quick Ratio (Rasio Cepat), dan Cash Ratio (Ratio Kas).
2. Leverage Ratio (Rasio solvabilitas)
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiyai dengan utang. Artinya
besarnya jumlah utang digunakan perusahaan untuk membiyai
kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal
sendiri. Rasio leverage ini terdiri dari: Debt To Ratio (Rasio Hutang
Terhadap Total Aktiva), Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang Terhadap
Ekuitas), Time Interest Earned (Rsio Berapa Kali Bunga Yang
Dihasilkan), Fixed Charge Coverage (Rasio Lingkup Biaya Tetap),
3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.
Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan
didalam memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas
ini terdiri dari : Total Asset Turn over (Rasio Perputaran Total Aset),
Fixed Asset Tur nover, Receivable Turn over (Rasio Perputaran
Piutang), Inventory Turn over(Rasio perputaran Persediaan), Working
Capital Turn Over (Perputaran Modal Kerja).
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perussahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini menunjukkan
16
keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan. Rasio
profitabilitas ini terdiri dari: Profit Margin Ratio (Profit Margin On
Sales), Earning per Share, Net Profit Margin (Margin Laba Bersih),
Return On Invesment (Pengembalian Atas Investasi), dan Return on
Equity (Pengembalian atas Ekuitas).
5. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan dalam mempertahankan posisi ekonominya ddi tengah
pertumbuhan perekonomian dan sektor usahannya. Dalam rasio
pertumbuhan yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, laba
bersih, pendapatan per saham dan deviden per saham.
6. Rasio Nilai Pasar (Market Ratio)
Rasio penilaian yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan
manajemen menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya investasi.
Rasio ini terdiri dari: Earning Per Share (Pendapatan per Saham),
Price Earning Ratio (Ratio Harga Laba), Dividend Yield, Dividend
per Share, Dividend Payout Ratio, Book Value per Share, dan Price to
Book value.
2.3.1 Current Ratio (CR)
Current ratio (CR) dapat dihitung dengan cara membandingkan antara
total asset lancar (Current asset) dengan total hutang lancar (current liabilities).
Rasio ini merupakan salah satu rasio keuangan yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Menurut
Kasmir (2014:134) “Current Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan”.
Menurut Munawir (2012:72), menyatakan bahwa curret ratio adalah:
Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisis posisi
modal kerja suatu perusahaan adalah Current ratio yaitu
perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar.
Rasio ini menunjukan bahwa nilai kekayaan lancar (yang segera
dapat dijadikan uang) ada sekian kalinya hutang jangka pendek.
Menurut Harahap (2013: 301), pengertian current ratio adalah:
Current ratio (Rasio Lancar) adalah rasio yang menunjukkan
sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban – kewajiban
lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang
lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya”.
Current ratio digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas
suatu perusahaan. Current ratio yang rendah menunjukkan terjadinya masalah
17
dalam likuditas dan dapat diartikan sebagai indikator ketidakmampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang tinggi berarti bahwa
likuiditas menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola money to creat
money, yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan.
Semakin baiknya kondisi asset lancar dalam suatu perusahaan, maka perusahaan
memiliki kemampuan yang lebih untuk meningkatkan produksi dan menghasilkan
pertumbuhan penjualan dan laba yang lebih besar, kondisi yang demikian dapat
meningkatkan kepercayaan investor dan meningkatkan nilai saham perusahaan
tersebut. Nilai saham yang meningkat akan meningkatkan tingkat pengembalian
saham perusahaan (return).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Current
ratio merupakan rasio untuk mengukur likuiditas perusahaan dalam membayar
hutang jangka pendek dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan. Rumusan
untuk mencari rasio lancar atau current ratio menurut Kasmir (2014:135) yaitu:
Aset Lancar
Current Ratio =
x 100%
Kewajiban Lancar
2.3.2 Debt To Equity Ratio (DER)
Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah
aspek leverage atau utang perusahaan. Utang merupakan komponen penting
perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Penurunan kinerja
sering terjadi karena perusahaan memiliki utang yang cukup besar dan kesulitan
dalam memenuhi kewajiban tersebut.
Rasio ini merupakan rasio utang yang diukur dari perbandingan utang dan
ekuitas (modal sendiri). Semakin tinggi Debt to Equity Ratio berarti modal sendiri
semakin sedikit dibanding hutangnya. Semakin kecil DER semakin baik bagi
perusahaan dan akan meningkatkan harga saham. Menurut Kasmir (2014:157)
Debt to Equity Ratio adalah “Rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan
ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang,
termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik
18
perusahaan”. Menurut Fahmi (2012:128) Debt to Equity Ratio adalah “Ukuran
yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan
besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor”.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
perbandingan antara total utang dengan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk
mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dari utang.
Rumus untuk mencari Debt to Equity Ratio menurut Kasmir (2014: 158)
dapat digunakan perbandingan antara total liabilities dengan total equity sebagai
berikut :
Total Utang (ekuitas)
Debt to Equit Ratio =
Total Ekuitas (Equity)
Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat
penting untuk memahami pertimbangan antara resiko dan laba yang didapat.
Utang membawa resiko karena setiap utang pada umumnya akan menimbulkan
keterikatan yang tetap bagi perusahaan berupa cicilan kewajiban pokok secara
periodik. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan pemodalan
perusahaan terhadap pihak luar, sehingga beban perusahaan juga semakin berat.
Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk deviden).
Tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor terhadap saham
perusahaan tertentu, karena investor lebih tertarik pada saham yang tidak
menanggung terlalu banyak beban hutang.
Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga
saham. Hal ini mengindikasi bahwa semakin besar rasio hutang (DER) harga
saham semakin naik yang menunjukkan bahwa sejauh mana pembayaran bunga
bisa dipergunakan untuk mengurangi beban pajak maka penggunaaan hutang
memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan.
2.3.3 Total Asset Turnover (TATO)
Total Asset Turnover (TATO) merupakan salah satu rasio aktivitas.
Menurut Hery (2015: 187) “Total Asset Turnover atau perputaran total aset
19
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa jumlah penjualan yang
akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset”. Menurut
Kasmir (2014: 185) Total Asset Turnover adalah “Rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur
berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva”. Untuk
mengitung Total Asset Turnover digunakan rumus sebagai berikut:
Penjualan
Total Asset Turnover =
x 100%
Total Aset
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Total
Asset Turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur semua perputaran
aset dan jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aset.
2.4 Laporan Keuangan
Laporan keuangan dapat dengan jelas memperihatkan gambaran kondisi
keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan
operasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna
bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di
luar perusahaan.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau
aktivitas perusahaan kepada pihak – pihak yang berkepentingan ( Hery, 2015: 3).
Dengan kata lain, laporan keuangan berfungsi sebagai alat informasi yang
menghubungkan perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepentingan, yang
menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan.
Menurut Munawir (2012:5) “pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari
neraca
dan
perhitungan
laba-rugi
serta
laporan
ekuitas”.
Neraca
menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu
perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang
terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan
20
sumber dan penggunaan atau alasan – alasan yang menyebabkan perubahan
ekuitas
perusahaan.
Menurut
Harahap
(2013:105)
“Laporan
keuangan
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat
tertentu atau jangka waktu tertentu”. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim
dikenal adalah neraca, laporan laba – rugi atau hasil usaha, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan untuk perusahaan terdiri dari laporan – laporan yang melaporkan posisi
keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca
dan perhitungan laba-rugi menunjukkan jumlah aset, kewajiban dn ekuitas
perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama
periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan
penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.
2.5 Penelitian Terdahulu
Berikut ini akan dilampirkan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan Rasio Likuiditas ( Current Ratio ), Rasio Solvabilitas (Debt To Equity
Ratio) dan Rasio Aktivitas ( Total Asset Turnover ) terhadap Harga Saham yang
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No
1
Nama dan
Tahun
Penelitian
Zahroh dkk
(2016)
(Jurnal
Adminitrasi
Bisnis Vol.32
No.2 Maret
2016)
Judul
Pengaruh
ROE, DER,
TATO, dan
PER Terhadap
Harga Saham
Perusahaan
Properti dan
Real Estate
Yang Go
Publik Di
Bursa Efek
Indonesia
Persamaan Perbedaan
Menggunak
an variabel
dependen :
Harga
Saham
independen
: DER dan
TATO
Mengguna
kan
variabel
independen
ROE dan
PER
Hasil
Penelitian
Hasil
penelitian
menyimpulka
n bahwa ROE,
dan PER
mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap harga
saham.
Sedangkan
secara
individu DER
21
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
2
Wardi (2015)
(Jurnal
Akutansi,
Vol.3, No.2
April 2015 :
127-147)
3
Mangantar
dkk (2015)
(Jurnal emba
VOL.3 No.2
Juni 2015,
Hal. 749-756
Judul
Persamaan Perbedaan
Hasil
Penelitian
dan TATO
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap harga
saham.
Pengaruh
Menggunak Mengguna Hasil analisis
Current Ratio, an variabel kan
diketahui
Debt To Equity dependen : variabel
bahwa
Ratio, Return
Harga
independen variabel EPS
On Equity dan Saham
: ROE dan berpengaruh
Eranig Per
EPS
signifikan
Share terhadap Independen
terhadap harga
harga saham
: CR dan
saham.
pada
DER
Sementara itu
perusahaan
Current Ratio,
pertambangan
Debt To
yang terdaftar
Equity Ratio
dibursa efek
dan Return On
indonesia
Equity secara
periode 2009signifikan
2011
tidak
berpengaruh
terhadap harga
saham.
Current Ratio, Menggunak Mengguna Hasil
Debt To Equity an variabel kan
Penelitian Ini
Ratio, Return
dependen : variabel
Menunjukkan
On Assets,
Harga
independen Bahwa
Return On
Saham
: ROA dan Current Ratio,
Equity
ROE
Debt To
pengaruhnya
Independen
Equity Ratio,
terhadap harga : CR dan
Return On
saham pada
DER
Assets, Return
indeks LQ 45
On Equity
di BEI
Secara
PERIODE
Silmutan
2010-2014
Berpengaruh
Signifikan
Terhadap
Harga Saham
22
No
4
5
Nama dan
Tahun
Penelitian
Prianto
(2015)
(jurnal Ilmu
dan Riset
Manajemen
Volume 4,
Nomor 3,
Maret 2015)
Safitri (2014)
(Jurnal ilmu
& Riset
Manajemen
Vol. 3 No. 5
(2014)
Judul
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
terhadap
perubahan
harga saham
pada
perusahaan
telekomunikasi
di BEI
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
Terhadap
Harga Saham
Persamaan Perbedaan
Menggunak
an variabel
Dependen:
Harga
Saham
Mengguna
kan
Variabel
Independe
n:
ROI dan
PER
Hasil
Penelitian
Berdasarkan
hasil analisis
Dihasilkan
Total asset
turnover
berpengaruh
Independen
signifikan
: CR, DER,
terhadap harga
dan TATO
saham.
Sedangkan
current ratio,
debt to equity
ratio, return on
invesment,
dan price
earning ratio
tidak
berpengaruh
terhadap harga
saham.
Menggunak Mengguna
Hasil
an variabel kan
penelitian
dependen : variabel
secara
Harga
independen simultan
Saham
: Return
menunnjukkan
On Asset
bahwa
Independen (ROA),
pengaruh
: DER
Return On DER, ROA,
Equity
ROE, BV,
(ROE),
EPS secara
Book Value signifikan
(BV) dan
mempengaruh
Earning
i harga saham
Per Share
perusahaan
(EPS)
ritel. Hasil
pengujian
secara parsial
menunjukkan
EPS, DER,
dan ROA
yang secara
signifikan
mempengaruh
i harga saham
perusahaan
23
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
6
Setiyawan
(2014)
(Jurnal
Nominal/
Volume Iii
Nomor 2 /
Tahun 2014)
7
Kusumadewi
(2014)
(Jurnal
Akutansi,
UDINUS)
Judul
Persamaan Perbedaan
Hasil
Penelitian
Retail dan
variabel BV,
dan ROE tidak
mempengaruh
i secara
signifikan
terhadap harga
saham
perusahaan
ritel.
Pengaruh
Menggunak Mengguna Hasil
Current Ratio, an variabel kan
penelitian ini
Inventory
dependen:
variabel
menunjukkan
Turnover,
Harga
independen bahwa
Time Interest
Saham
: Inventory Current Ratio,
Earned dan
Turnover,
Time Interst
Return On
Time
Earned,
Equity
Independen Interest
Return On
Terhadap
: Current
Earned,
Equity
Harga Saham
Ratio
dan Return berpengaruh
Pada
On Equity positif dan
Perusahaan
signifikan
Manufaktur
terhdap harga
Sektor Barang
saham dan
Komsumsi
secara
Yang Terdaftar
silmultan
Di Periode
berpengaruh
2009-2012
terhadap harga
saham.
Sedangkan
Inventory
Turnover
berpengaruh
negatif dan
tidak signifkan
terhadap harga
saham.
Pengaruh
Menggunak Mengguna Hasil
Likuiditas Dan an variabel kan
Penelitian Ini
Profitabilitas
: Harga
variabel
Menunjukkan
Terhadap
Saham
independen Bahwa Secara
Harga Saham
: Earning
Parsial
Earning Per
Share
berpengaruh
24
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Judul
Persamaan Perbedaan
Perusahaan
Independen
Manufaktur
: Current
Yang Terdaftar Ratio (CR)
Di Bursa Efek
Indonesia
Periode 20102013
8
Yulianthini
dkk ( 2014)
(Jurnal Bisma
Universitas
Pendidikan
Ganesha
Jurusan
Manajemen
(Volume 2
tahun 2014)
Analisis faktor
fundamental
dan
pengaruhnya
terhadap harga
saham pada
perusahaan
sektor
pertanian yang
terdaftar di
bursa efek
indoensia
(BEI) Periode
2009-2013
Per Share
(EPS),
Return On
Equity
(ROI) dan
Return On
Equity
(ROE)
Hasil
Penelitian
Signifikan
Terhadap
Harga Saham.
Sementara
Current Ratio,
Return On
Invesment dan
Return On
Equity Tidak
Berpengaruh
Signifikan
Terhadap
Harga Saham
.
Menggunak Mengguna Hasil
an variabel kan
penelitian
dependen : variabel
menunjukkan
Harga
independen ada pengaruh
Saham
: Return
positif dan
On Equity signifikan
Independen (ROE),
secara
: Current
Inventory
silmutan
Ratio (CR) Turnover
Current Ratio,
dan Debt
dan
Debt To
To Equity
Eraning
Equity Ratio,
Ratio
Per Share
Return On
(DER)
(EPS)
Equity,
Inventory
Turnover dan
Earning Per
Share
terhadap harga
saham. Secara
parsial ada
pengaruh
positif dan
signifikan dari
current ratio,
return on
equity, dan
eraning per
share terhadap
harga saham.
Debt to equity
ratio dan
25
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Judul
9
Ariza dkk
(2014)
(Jurnal
Dinamika
Manajemen
Vol. 2 No.2
April-Juni
2014)
Analisis faktor
– faktor yang
mempengaruhi
harga saham
pada industri
transportation
services di
Bursa Efek
Indonesia
tahun 2009 –
2012
10
Jalaludin
(2013)
(Jurnal
Akutansi
Pascasarjana
universitas
Syiah Kuala)
Pengaruh
faktor-faktor
fundamental
dan rasio
sistematik
terhadap harga
saham (studi
pada
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
periode 20072009)
Persamaan Perbedaan
Hasil
Penelitian
inventory
turnover
berpengaruh
tidak
signifikan
secara parsial
terhadap harga
saham.
Menggunak Mengguna Hasil
an variabel kan
Penelitian
Dependen : varieabel
menunjukkan
Harga
secara
saham
dependen: silmutan
Return On variabel CR,
Indepeden : Equity
DER, TATO,
Current
(ROE) dan ROE, dan EPS
Ratio (CR), Earning
berpengaruh
Debt To
Per Share
terhadap harga
Equity
(EPS)
saham.
Ratio
Sedangkan
(DER) dan
secara parsial
Total Asset
variabel DER,
Turnover
TATO, dan
(TATO)
ROE
berpengaruh
terhadap harga
saham.
Menggunak Mengguna Hasil
aan
kan
penelitian ini
variabel
variabel
menunjukkan
dependen:
independen faktor-faktor
Harga
: Earning
fundamental(
saham
Per Share, Earning Per
Price
Share, Price
Independen Earning
Earning Ratio,
: Debt To
Ratio,
Book Value
Equity
Book Value Per Share,
Ratio
Per Share, Devidend
Devidend
Payout Ratio,
Payout
Return On
Ratio,
Assets, Return
Return On On Equity, Net
Assets,
Profit Margin
Return On dan resiko
Equity, Net sistematik
26
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Judul
Persamaan Perbedaan
Profit
Margin
dan resiko
sistematik
2.6
Hasil
Penelitian
secara
bersama- sama
berpengaruh
terhadap harga
saham. Secara
parsial
Eraning Per
Share, Price
Earning Ratio,
Book Value
Per Share,
Devidend
Payout Ratio,
Return On
Assets, Return
On Equity, Net
Profit Margin
dan resiko
sistematik
berpengaruh
positif
terhadap harga
saham.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan konsep yang menggambarkan hubungan
antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah di deskripsikan sebagai
masalah yang diteliti (Sugiyono, 2015: 95). Berikut ini adalah kerangka yang
digunakan dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada halaman selanjutnya.
27
H1
Current Ratio
(X1)
H2
Debt To Equit Ratio
(X2)
H3
Harga Saham
(Y)
H4
Total Asset Turnover
(X3)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
2.7
Hipotesis Penelitian
Pengertian hipotesis penelitian menurut Sugiyono (2015: 96) adalah
“Jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat”. Berdasarkan rumusan
masalah, tujuan penelitian, landasan teori serta kerangka pemikiran teoritis yang
telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H1 : Diduga ada pengaruh yang signifikan Current Ratio (CR), Debt To Equity
Ratio (DER) dan Total Asset Turnover (TATO) secara simultan terhadap
variabel dependen harga Saham pada perusahaan subsektor pertambangan
batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.
H2 : Diduga ada pengaruh yang signifikan Current Ratio (CR) secara parsial
terhadap variabel dependen harga Saham pada perusahaan subsektor
pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2011-2014.
28
H3 : Diduga ada pengaruh yang signifikan Debt To Equity Ratio (DER) secara
parsial terhadap variabel dependen harga Saham pada perusahaan subsektor
pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2011-2014.
H4 : Diduga ada pengaruh yang signifikan Total Asset Turnover (TATO) secara
parsial terhadap variabel dependen harga Saham pada perusahaan subsektor
pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2011-2014.
Download