KUNJUNGAN ANTENATAL TIDAK ADEKUAT SEBAGAI FAKTOR RISIKO PERSALINAN SEKSIO SESAREA (Inadequate Antenatal Care During Pregnancy as Risk Factor of Cesarian Section Childbirth Delivery) Sulastri, Deswani, Yuli Mulyanti Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Email: [email protected] ABSTRAK Angka persalinan dengan seksio sesarea di Indonesia sekitar 20-25 % dari seluruh persalinan atau rata-rata 11% di rumah sakit pemerintah, dan lebih dari 30% di rumah sakit swasta. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa faktor risiko ibu, gizi, faktor kesehatan dan pertolongan persalinan merupakan faktor risiko terjadinya persalinan seksio sesarea. Penelitian dengan rancangan kasus control terhadap 164 responden, yang terdiri dari 84 responden kasus (persalian seksio sesarea), dan 84 responden kontrol (persalinan pervaginam) di dua rumah sakit di Wilayah Jakarta Timur pada periode Juni sampai Oktober 2012. Pengumpulan data dilakukan melalui data rekam medis maupun langsung dari pasien, dan analisis data dilakukan secara komputerisasi. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa indeks masa tubuh yang tidak normal (p: 0.000), tekanan darah tidak normal (p: 0.004) dan kunjungan antenatal ≤ 4 kali (p: 0.000) merupakan faktor risiko kejadian persalinan seksio sesarea. Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda membuktikan bahwa kunjungan antenatal yang tidak adekwat selama kehamilan menjadi faktor dominan persalinan seksio sesarea. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi institusi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas ANC dalam rangka menekan angka persalinan dengan seksio sesarea Kata kunci: kunjungan antenatal, faktor risiko, seksio sesarea ABSTRACT The incidents of cesarean section childbirth delivery in Indonesia are about 20-25 % of all childbirth delivery or average 11% in government hospitals, and more than 30% in private hospitals. This research aimed to provide evidence that risk factor of mother, nutrition, health factor and childbirth delivery performance were the risk factors of cesarean section childbirth delivery performance. This research used case control design towards 164 respondents, in which consisted of 84 case respondents (cesarean section childbirth delivery), and 84 control respondents (natural vaginal childbirth delivery) in two hospitals in East Jakarta during June until October 2012. The data analysis was done with using medical record data and direct to the patients, also the data analysis was done by computerized. The bivariat analysis result showed that abnormal body mass index (p value = 0.000), abnormal blood pressure (p value = 0.004) dan antenatal care ≤ 4 times (p value = 0.000) were the risk factors of performing cesarean section childbirth delivery. The multivariate analysis result with multiple logistic regression test proved that unadequate antenatal care during pregnancy was the dominant factor of cesarian section childbirth delivery. The result of this research can be used as a reference for health care institution to progress the ANC quality in order to diminish the numbers of cesarean section. Keywords: antenatal care, risk factor, cesarean section 226 227 JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 226-240 peningkatan PENDAHULUAN Seksio sesarea (SC) merupakan tindakan operatif untuk melahirkan janin, plasenta dan selaput ketuban melalui irisan pada dinding perut dan rahim. Tindakan SC dapat dilakukan atas indikasi ibu maupun janin. Indikasi ibu dapat berasal dari keadaan penyakit yang dialami ibu ataupun faktor lain seperti usia, paritas, pekerjaan, tingkat pendidikan serta riwayat persalinan sebelumnya. Tidak jarang pula SC dilakukan atas permintaan ibu dengan pertimbangan kosmetika ataupun karena ibu takut akan nyeri persalinan, sedangkan seksio sesarea yang dilakukan atas indikasi janin antara lain bila didapatkan kondisi gawat janin, bayi yang besar, dan tidak memungkinkan dilahirkan pervaginam. Namun demikian seksio sesarea bukanlah tindakan yang tidak mengandung resiko baik bagi ibu maupun janin. Resiko bagi ibu yang seringkali terjadi adalah resiko anestesia, perdarahan post partum, infeksi, dan luka parut pasca SC yang dapat membahayakan untuk persalinan berikutnya, sedangkan resiko bagi janin antara lain asfiksia (Anggun, 2012), dan resiko takipnea, cedera, dan immatur paru (merupakan resiko terbesar bagi janin yang dilahirkan sebelum waktunya (Murray & Mc Kinney, 2007 dikutip oleh Jovani 2012). Beberapa tahun terakhir terjadi angka persalinan dengan seksio sesarea termasuk di Indonesia angka seksio sesarea di rumah sakit pemerintah 20-25% sedangkan di rumah sakit swasta sekitar 30-80% dari total persalinan (Mutiara, 2004). Survei sederhana juga pernah dilakukan oleh Gulardi dan Basalamah, terhadap 64 rumah sakit di Jakarta pada tahun 1993. Hasilnya tercatat dari 17.665 kelahiran, 35.7- 55.3% ibu-ibu melahirkan dengan seksio sesarea. Untuk mencegah peningkatan kejadian seksio sesarea di suatu negara WHO (World Health Organization) telah menetapkan standar rata-rata seksio sesarea di sebuah negara sekitar 5–15%. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penilaian status kesehatan. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 yang dikutip dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Penelitian Al Nuaim, dkk. (2005) melaporkan seksio sesarea emergensi lebih sering dilakukan pada ibu berumur 25 tahun atau kurang 228 Deswani: Kunjungan Antenatal Tidak Adekuat Sebagai Faktor Risiko Persalinan Seksio Sesarea dibandingkan dengan ibu berumur 35 tahun atau lebih. METODE Penelitian ini menggunakan Demikian juga kelompok ibu paritas pendekatan kuantitatif dengan rancangan nol (P0) lebih sering mengalami seksio case-control terhadap 84 responden kasus sesarea emergensi dibanding kelompok persalinan secara seksio sesarea dan 84 paritas 1–4 (P1-4). Mishar (1979–1983), responden kontrol persalinan pervaginam melaporkan kelompok ibu berumur 34 dengan alat pengumpul data menggunakan tahun atau kurang paling sering mengalami cek list dan kuesioner. Pengumpulan data seksio sesarea, dan juga pada kelompok dilakukan ibu primipara atau paritas nol. Hasil Keperawatan penelitian ini sebelumnya frekuensi seksio menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat telah Jurusan akhir diberikan yang pelatihan pada tentang pengumpulan data yang terkait. kelompok ibu primipara atau paritas nol, Data diperoleh dengan melihat rekam sebab primipara atau paritas nol berisiko medik pasien yang melahirkan pada tinggi terhadap partus tak maju dan periode Juni-Oktober 2012 di dua rumah hipertensi dalam kehamilan. Hipertensi sakit pada primipara akibat stress persalinan melihat distribusi frekuensi responden, yang cukup tinggi melepaskan kortisol kekuatan faktor risiko berkontribusi dalam yang dapat menaikkan kejadian seksio sesarea, dan faktor resiko Melihat sesarea tinggi oleh jumlah tekanan darah. Timur. berpengaruh Untuk dengan cukup besar, kejadian seksio sesarea dilakukan analisis kecenderungan terjadinya seksio sesarea univariat, bivariat dan multivariat secara meningkat, dan faktor-faktor risiko yang komputerisasi dengan uji statistik chi- berhubungan sangat banyak, maka perlu square dan regresi logistik dengan melihat dilakukan penelitian untuk membuktikan nilai p-<0,05 dan tingkat kemaknaan 95%. yang dominan Jakarta persalinan komplikasi yang wilayah terhadap faktor risiko yang sangat berpengaruh terhadap persalinan dengan seksio sesarea. Adapun tujuan adalah Hasil analisis membuktikan berbagai mengetahui apakah faktor risiko ibu, faktor risiko terhadap kejadian persalinan faktor seksio sesarea, seperti terlihat pada tabel gizi, penelitiannya HASIL DAN PEMBAHASAN faktor kesehatan dan pertolongan persalinan merupakan faktor risiko terjadinya persalinan dengan seksio sesarea. berikut ini : 229 JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 226-240 Tabel 1. Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea Kelompok kasus (N = 84 orang) Jml % Umur < 20 th dan ≥ 35 th ≥20 th dan ≤ 35 th Paritas Primipara Multipara Jarak Kehamilan < 2 th - ≥9 th >2 th – ≤9 th Pendidikan SD dan SMP Penghasilan ≥ Rp 1.529.000 ≤ Rp 1.529.000 Kondisi kehamilan Risiko Tidak risiko Pengetahuan Rendah Tinggi Indeks Masa Tubuh Obesitas Tidak obesitas Kenaikan BB selama kehamilan < 10 kg – > 12 kg ≥10 kg dan ≤ 12 kg LILA <23,5 CM ≥23,5 CM Tekanan Darah Hipertensi Tidak hipertensi Kadar haemoglobin < 11 gr% ≥ 11 gr % Keadaan Ketuban KPSW Tidak KPSW Kunjungan antenatal < 4 kali ≥ 4 kali Indikasi kedatangan Rujukan Datang sendiri Kondisi His kurang baik baik Keadaan jalan lahir tidak normal normal Kelompok kontrol (N = 84 orang) Jml % P - Value CI OR 47 37 56% 46% 73 11 86.9% 13.1% 0.000 0.089-0.425 1.910 47 37 56% 46% 54 30 64.3% 35,7% 0.344 0.380-1.312 0.706 32 52 38.1% 61.9% 43 41 52.1% 48.8% 0.121 0.318-1.084 0.587 29 55 34.% 65.5% 19 65 22.6% 65% 0.124 0.913-3.584 1.804 56 28 66,7% 33.3% 45 39 53.6% 46.4% 0.115 0.309-1.077 0.579 19 65 22.6% 77.4% 48 36 57.1% 42.9% 0.000 2.336-8.908 4.561 22 62 26.2% 73.8% 21 63 25% 75% 1,000 0.532-2.129 1.065 70 14 83.3% 16.7% 48 36 57.1% 42.9% 0.000 0.130-0.537 0.267 43 41 52.1% 48.8% 60 24 71.4% 28.6% 0.011 1.259-4.512 2.384 56 28 66,7% 33,3% 37 47 44% 56% 0.005 0.211-2.736 0.394 49 35 58,3% 41,7% 73 11 86.9% 13.1% 0.000 2.19910.219 4.740 29 55 66.7% 33.3% 47 37 56% 44% 0.205 0.340-1.187 0.635 74 10 88.1% 11.9% 56 28 66.7% 33.3% 0.002 0.121-0.602 2.70 53 31 63.1% 36.9% 78 6 92.9% 7.1% 0.000 8.67156.967 22.226 57 27 67.9% 32.1% 22 62 26.2% 73.8% 0.000 0.30511.604 5.949 26 58 31% 69.0% 11 73 13.1% 86.9% 0.009 0.153-0.737 0.336 41 43 48.8% 51.2% 20 64 23.8% 76.2% 0.001 0.169-0.634 0.328 230 Deswani: Kunjungan Antenatal Tidak Adekuat Sebagai Faktor Risiko Persalinan Seksio Sesarea Analisis distribusi univariat frekuensi menunjukkan responden kasus dan Odd Ratio 1.910. Umur ibu berisiko berpeluang hampir 2 kali lebih besar maupun kontrol lebih banyak yang berada menjalani pada usia kurang aman dalam arti berusia dibandingkan dengan ibu pada kelompok (< 20 th dan ≥ 35 th), paritas primipara, umur aman. Hasil penelitian ini sejalan dan sekolah dengan hasil penelitian Budi Santoso yang menengah pertama, dengan penghasilan di menyatakan bahwa terdapat hubungan atas regional). bermakna antara umur dengan kejadian Responden kasus maupun kontrol lebih plasenta previa. Hal ini dapat dimengerti banyak yang memiliki tekanan darah dan bahwa pada usia <20 tahun, sistem kadar hemoglobin di atas normal dengan reproduksi wanita dianggap belum cukup kunjungan antenatal kurang dari 4 kali matang untuk dapat menjalani kehamilan selama kehamilan. Jarak kehamilan kasus ataupun persalinan dengan normal, dan lebih banyak yang berada pada jarak aman pada wanita dibandingkan dengan responden kontrol. merupakan usia yang kurang subur untuk pendidikan UMR minimal (upah minimal persalinan seksio sesarea usia di atas 35 tahun Analisis bivariat dengan uji chi square suatu kehamilan. Penelitian Budi Santoso untuk melihat keeratan hubungan antara menggambarkan karakteristik umur ibu, variabel variabel ternyata didapatkan p = 0,078 yang berarti independen baik pada kasus maupun berdasarkan perhitungan statistik tidak kontrol variable bermakna. Artinya semakin tua umur ibu, umur, kondisi kehamilan, indeks masa maka kemungkinan untuk mendapatkan tubuh (IMT), kenaikan berat badan selama plasenta previa semakin besar. dependen menunjukan, dengan bahwa hamil, lingkar lengan atas (LILA), tekanan darah, keadaan ketuban, kunjungan Hasil penelitian kehamilan ibu terhadap berpengaruh kondisi terhadap antenatal dan indikasi kedatangan pasien kejadian persalinan seksio sesarea (p- ke Rumah Sakit mempunyai hubungan 0.000. OR 4.561). Ibu dengan kategori bermakna kehamilan terhadap kejadian seksio sesarea. risiko tinggi memiliki kemungkinan melahirkan seksio sesaria 4, Hasil penelitian menunjukkan, bahwa 5 kali lebih tinggi dibandingkan ibu baik pada responden kasus maupun kontrol dengan kehamilan tanpa risiko atau risiko lebih banyak dengan usia berisiko. Uji rendah. Kondisi kehamilan risiko tinggi statistik dengan Chi - Square terlihat, ditandai dengan beberapa hal antara lain bahwa umur ibu riwayat obstetri yang jelek berupa abortus, hamil berpengaruh terhadap kejadian seksio sesarea (p-0.000) lahir mati, atau pernah mengalami 231 JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 226-240 persalinan seksio sesarea sebelumnya. (IMT) dihitung dengan cara berat badan Kondisi seperti ini menunjukan keadaan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan yang tidak sehat pada proses reproduksi (dalam meter) pangkat dua (normal 18,5 - seseorang. Dengan riwayat reproduksi 22,9). IMT yang melebihi nilai normal yang kurang baik, kemungkinan dapat memberikan menyebabkan terjadinya penyulit atau berlebih (obesitas), kondisi ini dapat komplikasi untuk kehamilan berikutnya. berpengaruh terhadap berat badan janin Di samping itu, adanya keluhan selama menjadi besar. Bayi yang besar kehamilan seperti tekanan darah tinggi, mempersulit proses persalinan, sehingga anemia dan lainnya termasuk dalam gawat dapat terjadi partus lama yang harus obstetrik, karena kondisi kesehatan secara diakhiri dengan seksio sesarea, sedangkan umum akan sangat mempengaruhi kondisi IMT yang kurang dari normal memberikan kehamilan gambaran nutrisi yang kurang, yang dapat dan Penelitian ini proses sejalan persalinan. dengan hasil menyebabkan gambaran Ibu nutrisi mudah yang akan mengalami penelitian Senewe dan Sulitywati (2001) kelelahan pada saat persalinan, sehingga bahwa adanya keluhan selama kehamilan tidak merupakan mendorong faktor risiko terjadinya cukup tenaga bayi (power) keluar, untuk komplikasi persalinan yang membutuhkan keselamatan upaya mengakhiri kehamilan antara lain tindakan dengan persalinan seksio sesarea. Penulis penelitian berpendapat hubungan yang bermakna antara IMT bahwa banyak tindakan korektif yang dapat dilakukan terhadap keluhan dan komplikasi selama kehamilan bila ibu kehamilan melakukan secara pemeriksaan teratur, sehingga persalinan dapat berjalan secara normal. Indeks Masa Tubuh (IMT) dan bayi dan untuk perlu dilakukan sesarea. Beberapa membuktikan terdapat seksio dengan hipertensi. Hipertensi selama kehamilan terjadi karena kerusakan endotel akibat adanya vasospasme pembuluh darah pada plasena sehingga dapat mengakibatkan masalah yang menyebabkan kehamilan harus Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan segera diakhiri dengan berbagai cara aspek yang dapat memberikan gambaran termasuk seksio sesarea. Hal ini sesuai kecukupan Hasil dengan hasil penelitian Hendrik (2011) hubungan tentang hubungan IMT dengan Tekanan antara IMT dengan tindakan seksio sesarea darah (p-<0.05), dan penelitian Aina (p=0.000 tingkat Sarah, dkk., (2013) yang menemukan ada keeratan yang rendah. Indeks Masa Tubuh hubungan IMT dengan tekanan darah penelitian nutrisi seseorang. menunjukan OR 0.267) ada dengan 232 Deswani: Kunjungan Antenatal Tidak Adekuat Sebagai Faktor Risiko Persalinan Seksio Sesarea sistolik dan diastolik (p-0.006, p-0,04) eklampsia dengan keeratan rendah. dimengerti, dan sesuai dengan teori yang Penambahan Berat Hal ini dapat (BB) mengatakan bahwa kenaikan berat badan normal selama kehamilan berkisar antara dan edema selama kehamilan disebabkan 10-12 penelitian adanya spasme pembuluh darah yang menunjukkan penambahan berat badan disertai retensi garam dan air yang berpengaruh terhadap berakibat naiknya tekanan darah pasien. kilogram. Badan (p=0.004). Hasil kejadian seksio sesarea (p-0.11 OR 2.384). Penambahan Rusdi, dkk., (2009) yang dikutip berat badan yang tidak normal berpeluang Misnadiarly hampir 2.5 kali untuk menjalani seksio satu penyebab hipertensi adalah obesitas sesarea dibandingkan ibu hamil dengan atau kegemukan. penambahan berat badan normal. Banyak Obesitas menyatakan, bahwa salah (IMT>27) menyebabkan hal yang dapat menyebabkan penambahan curah jantung dan sirkulasi volume darah berat badan selama hamil lebih dari meningkat dan menimbulkan hipertensi. normal, antara lain obesitas, janin yang Beberapa ahli berpendapat, bahwa setiap besar, bayi kembar dan hidramnion. penambahan Secara fisiologis dapat dijelaskan lingkar perut 5 cm merupakan resiko dini akan meningkatkan dapat kematian 13 – 17 % (Misnadiarly 2007). menyebabkan obesitas dan janin yang Untuk menekan angka tersebut perlu besar, sehingga dapat menyulitkan proses segera dilakukan pengakhiran kehamilan persalinan dan membutuhkan bantuan antara lain dengan tindakan seksio sesarea. tindakan di antaranya seksio sesarea. Di Penulis berpendapat bahwa ANC yang samping itu penambahan berat badan yang dilakukan kurang akan berdampak terhadap tumbuh mendeteksi secara dini IMT dan LILA, kembang janin dalam kandungan, sehingga dan dapat terjadi bayi lahir dengan Berat abnormal sebagai Badan Lahir Rendah (BBLR), dan ibu penyimpangan kecukupan yang kurus akan mudah lelah sehingga sehingga tidak cukup tenaga untuk mendorong bayi tindakan ke luar saat proses persalinan. Hal ini persalinan didukung oleh seksio sesarea bahwa nutrisi yang berlebih penelitian Sri Minarti, dkk., (2011) yang mendapatkan hubungan secara penambahan teratur berat akan badan dengan yang gambaran nutrisi memungkinkan korektif dapat untuk , dilakukan menghindari tindakan termasuk Hasil uji statistik dengan chi-square bermakna antara penambahan berat badan terhadap tekanan darah selama dan OR 4.740 yang menggambarkan, hamil dengan kejadian pre didapat p-0.000 233 JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 226-240 bahwa tekanan darah (TD) berpengaruh melakukan terhadap kejadian seksio sesarea. Pasien kehamilan dengan tekanan darah yang tidak normal lebih awal diketahuinya tekanan darah berpeluang hampir 5 kali menjalani seksio yang tidak normal, terutama pada trimester sesarea akhir, sehingga kemungkinan ibu hamil dibandingkan pasien dengan ANC ≥ 4 kali akan memberi masuk multivariat didapat p-0.004 OR 8.470 Hal dicegah, persalinan dengan tindakan dapat ini dihindari termasuk seksio sesarea. tekanan darah periode kesempatan tekanan darah yang normal. Analisis menunjukkan, ke selama eklampsia dapat berpengaruh cukup kuat terhadap kejadian Ketuban Pecah Sebelum Waktunya seksio sesarea dalam arti tekanan darah (KPSW) atau dikenal pula dengan istilah yang tidak normal berpeluang 8.5 kali Ketuban Pecah untuk menjalani tindakan seksio sesarea sebagai faktor risiko terjadinya persalinan dibandingkan dengan tekanan darah yang dengan seksio sesarea (p-0.002 OR 2.70). normal. Ibu yang mengalami KPSW berpeluang Dini (KPD) terbukti Sejalan dengan penelitian ini Murphy, untuk menjalani seksio sesarea hampir tiga dkk., (2001) mendapatkan bahwa wanita kali dibanding pasien dengan ketuban yang preeklampsi dengan tekanan darah > 140 utuh. KPSW adalah kondisi pecahnya mm Hg berpeluang hampir 2 kali ketuban sebelum waktunya yang dapat tindakan seksio sesarea. disebabkan oleh trauma ataupun penyebab Apabila hipertensi dikhawatirkan akan lainnya. Semakin lama selaput tersebut berlanjut menjadi pecah sebelum kelahiran semakin besar kejang) maka mengalami eklampsia untuk (kejang- menghindari resiko terjadinya infeksi pada janin komplikasi yang lebih berat merupakan maupun ibunya yang akan berakibat indikasi mengakhiri meningkatnya morbiditas dan mortalitas. tindakan, Secara fisiologis dapat dijelaskan, bahwa untuk kehamilan segera dengan berbagai termasuk tindakan seksio sesarea. Kondisi infeksi ini dapat sedemikian berat (sepsis) sehingga sesuai dengan hasil penelitian (korioamnionitis) terjadi Rahayuningsih Dharma, dkk (2005) yang seringkali mendapatkan bahwa pada pre eklampsi kontraktilitas terdapat korelasi antara petanda disfungsi menimbulkan kegawatan pada ibu maupun endotel dengan tingginya tekanan darah. janin, bahkan dapat berakibat kematian. Sebagian besar persalinan diakhiri dengan Untuk menekan dan mencegah timbulnya tindakan seksio sesarea (75,8 %). Penulis sepsis, berpendapat bahwa apabila ibu hamil dimulainya persalinan maka kehamilan bila diikuti yang disfungsional rahim belum yang ada akan tanda-tanda 234 Deswani: Kunjungan Antenatal Tidak Adekuat Sebagai Faktor Risiko Persalinan Seksio Sesarea harus segera diakhiri dengan berbagai selama kehamilannya. Hasil penelitian ini tindakan, antara lain seksio sesarea. Hal ini sejalan dengan penelitian Supryadi (2000) didukung oleh penelitian Taher (2002 ) yang menyimpulkan bahwa ibu hamil yang yang merupakan mempunyai praktek kurang baik dalam masalah obstetrik yang berkaitan dengan perawatan antenatal (ANC) akan berisiko terjadinya infeksi korionamnitis sampai lebih besar untuk mengalami distosia sepsis. Apabila KPD terjadi > 24 jam dan persalinan sebagai salah satu indikasi persalinan belum terjadi, maka harus persalinan segera Frekuensi ANC menunjukan kepedulian menyatakan KPD dilakukan persalinan dengan tindakan seksio sesarea. Di samping dengan seksio sesarea. ibu hamil dalam merawat kehamilan dan itu KPD dapat memperhatikan kesehatan dirinya serta memperpanjang kala II, sehingga terjadi bayi partus lama yang merupakan indikasi sehingga dapat mempersiapkan persalinan seksio sesarea. Pada saat ANC dapat yang akan dihadapi dengan baik. dilakukan pemantauan terhadap adanya resiko KPD (inkompetensi polihidramnion, selaput ketuban, serviks, kelainan/kerusakan kehamilan kembar, yang dikandung selama hamil, Indikasi kedatangan pasien ke rumah sakit Wilayah Jakarta Timur diperoleh hasil bahwa cara datang berhubungan bermakna terhadap kejadian persalinan trauma, serviks pendek dan infeksi), dengan seksio sesarea (p-0.000 melalui berbagai pemeriksaan. Resiko ini 5.949). Hal ini dapat dijelaskan, bahwa dapat memberikan kedua rumah sakit tersebut merupakan penyuluhan untuk mengurangi aktivitas rumah sakit rujukan untuk wilayah Jakarta ibu hamil. Dengan demikian Timur, sehingga sebagian besar pasien dikurangi dengan persalinan dengan tindakan termasuk seksio sesarea dirujuk dapat dihindari lanjutan termasuk seksio sesarea. Hasil penelitian menunjukkan untuk mendapatkan OR tindakan Hasil ada ini sejalan dengan hasil penelitian Haid hubungan bermakna antara frekuensi ANC (1998) yang menyatakan bahwa sebagian < 4 kali dengan kejadian persalinan seksio besar kasus persalinan dengan seksio sesarea (p = 0,000, sesarea yang di tolong dengan ekstraksi dengan frekuensi OR 22.226). Ibu ANC < 4 kali mempunyai risiko mengalami persalinan dengan tindakan dibandingkan memeriksakan diri sebesar (dirujuk) oleh dukun. kali Analisis terhadap jalan lahir yang yang tidak normal, terbukti merupakan faktor 4 kali atau lebih resiko terhadap kejadian seksio sesarea (p- dengan 22,2 vakum adalah partus lama yang dikirim ibu 235 JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 226-240 0.001, OR 0.328) dengan tingkat keeratan lama/tak maju. Hal ini disebabkan karena rendah. Yang termasuk jalan lahir adalah responden pada kasus tersebut menyatakan cerviks, vagina dan vulva. Hambatan yang bahwa terjadi di salah satu organ tersebut akan menginginkan hamil lagi, namun karena menghalangi turunnya bagian terbawah kegagalan penggunaan kontrasepsi, maka janin, dan dapat terjadi partus lama. Partus meskipun anak yang terakhir sudah besar lama merupakan resiko bagi ibu maupun (jaraknya terlalu jauh) akhirnya mereka janin. hamil dan melahirkan. Pada ibu dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan kelelahan, dan bagi bayi resiko terjadinya gawat sebenarnya sudah tidak Analisis terhadap tingkat pendidikan janin. tidak menunjukkan bahwa pendidikan Kelainan jalan lahir dapat dideteksi secara bukan merupakan faktor risiko terhadap dini bila ibu hamil memeriksakan diri kejadian secara teratur. Penelitian Hasil analisis bivariat pada penelitian seksio sesarea ini penelitian sesuai Supriyadi dengan hasil (2000) yang ini menunjukan jarak kehamilan < 2 th - > mendapatkan 9 th tidak berhubungan secara bermakna pendidikan bukan merupakan faktor risiko dengan kejadian seksio sesarea (p-0.121). kejadian distosia, tetapi Mulidah (2002) Hasil dengan menyatakan yang berpengaruh penelitian penelitian ini Supriyadi berbeda (2000) bahwa (p-0.124). bahwa bahwa terhadap tingkat pendidikan kejadian partus menyimpulkan bahwa jarak kelahiran ≥ 10 lama. Ibu yang berpendidikan rendah (≤ tahun merupakan faktor risiko kejadian SMP) mempunyai risiko 6 kali lebih besar distosia atau penyulit persalinan sebagai untuk terjadi partus lama dari pada ibu indikator persalinan dengan seksio sesarea. dengan Jarak kehamilan yang jauh berhubungan Penelitian Irsal dan Hasibuan (2005) juga dengan bertambah umur ibu, dimana hal menyatakan hal ini akan terjadi proses degeneratif yang pendidikan ibu menyebabkan kekuatan merupakan resiko kejadian seksio sesarea. fungsi-fungsi otot uterus dan otot panggul Tidak adanya pengaruh yang bermakna yang sangat berpengaruh pada proses pada penelitian ini disebabkan proporsi persalinan apabila terjadi kehamilan lagi. paparan kelompok kasus dan kontrol Kontraksi otot-otot uterus dan panggul hampir sama. Proporsi yang sama ini yang lemah menyebabkan kekuatan his mungkin disebabkan adanya pengaruh (power) pada proses persalinan tidak variabel melemahnya adekuat, sehingga banyak terjadi partus pendidikan yang tinggi yang (≥ sama rendah berpengaruh SMP). bahwa bukanlah dianalisis 236 Deswani: Kunjungan Antenatal Tidak Adekuat Sebagai Faktor Risiko Persalinan Seksio Sesarea sekaligus sehingga kemungkinan di kontrol variabel yang lebih besar. Pendapatan pada sesarea (p-1.000). Hal ini sejalan dengan penelitian penelitian ini Supriyadi (2000) yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu ditinjau dari segi pendapatan dalam bentuk tentang tanda-tanda bahaya kehamilan gaji/upah yang diperoleh keluarga sehari- tidak hari berdasarkan UMR yang berlaku di seksio sesarea. Pengetahuan secara tidak DKI yang merupakan salah satu aspek langsung akan mempengaruhi perilaku ekonomi keluarga. Aspek ekonomi akan seseorang, berpengaruh terhadap kondisi kehamilan kesehatan untuk melakukan perawatan dan persalinan. Ibu yang hidup dalam antenatal. Pada penelitian ini lebih dititik kondisi sosial ekonomi kurang akan beratkan pada pengetahuan tentang tanda- mengalami kesulitan untuk memenuhi tanda dan bahaya kehamilan, selain itu kebutuhan kehamilan, kemungkinan juga disebabkan adanya sehingga mempunyai kontribusi dengan pengaruh faktor risiko lain yang lebih kuat kejadian seksio sesarea. Pada penelitian ini mengingat variabel yang berpengaruh pendapatan dianalisis secara nutrisi selama keluarga tidak terbukti berpengaruh dalam terhadap hal sekaligus kejadian ini, perilaku bersamaan berpengaruh terhadap kejadian persalinan sehingga kemungkinan di kontrol oleh dengan seksio sesarea (p-0.115), artinya variabel lain yang lebih kuat. kemungkinan melahirkan seksio sesarea Kadar Hb merupakan salah satu hanya 0,579 kali dibandingkan dengan ibu indikator status gizi seseorang. Kondisi yang memiliki ekonomi cukup atau tinggi. kadar Hb yang rendah (anemia) terutama Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil pada penelitian yang terhadap kondisi janin yang dikandung dan menyatakan bahwa pendapatan keluarga proses persalinan yang dialami. Pada berpengaruh terhadap terjadinya partus penelitian ini kadar Hb tidak terbukti lama yang memerlukan persalinan dengan sebagai faktor risiko terjadinya persalinan seksio sesarea. Tidak adanya pengaruh dengan seksio sesarea (p-0.205). Penelitian pada penelitian ini dikarenakan adanya ini faktor yang lebih kuat pengaruhnya setelah penelitian sebelumnya yang dilakukan dianalisis secara bersamaan dengan faktor oleh Irsal dan Hasibuan (2002) bahwa lain, yakni yang lebih dekat hubungan wanita yang mengalami anemia berisiko dengan kehamilan. untuk Djalaludin (2004) Hasil penelitian terhadap pengetahuan tidak terbukti sebagai faktor risiko seksio ibu hamil bertolak belakang kejadian merupakan sangat kala indikasi berpengaruh dengan II lama, utama hasil yang untuk persalinan seksio sesarea. Demikian juga 237 JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 226-240 dengan penelitian Suryanto bahwa (2004) ibu Djalaluddin yang sehingga menyebabkan pembukaan jalan menyimpulkan lahir tidak optimal yang akhirnya proses anemia persalinan mengalami kesulitan. Hal ini berpengaruh secara bermakna terhadap merupakan komplikasi persalinan yang kejadian partus lama, dan pendapat Taher sering terjadi. Oleh karena itu untuk (2002) yang menyatakan bahwa anemia menyelamatkan jarang menimbulkan kegawat daruratan dilakukan akut selama kehamilan, namun setiap sesarea. masalah hamil dan kegawat dengan daruratan dapat bayi dan persalinan Selanjutnya ibu perlu dengan dilakukan seksio analisa diperberat oleh anemia yang telah ada. multivariat untuk mengetahui seberapa Perbedaan penelitian ini dengan peneltian besar sumbangan secara bersama-sama sebelumnya, karena pada penelitian ini, seluruh faktor risiko terhadap kasus persalinan dengan seksio sesarea seksio sesarea. Analisis ini menggunakan yang ditemukan memang sebagian besar uji regresi logistik ganda pada tingkat oleh karena indikasi kala II lama dan kemaknaan 95%. Variabel yang dijadikan partus tak maju. Kadar Hb yang rendah kandidat dalam uji regresi logistik ini pada ibu hamil, sampai pada bulan-bulan adalah variabel yang dalam analisa bivariat terakhir mempunyai nilai p < 0,25, hasilnya seperti dan saat mendekati proses persalinan mempengaruhi kerja otot-otot kejadian terlihat pada tabel di bawah ini. alat reproduksi yakni otot uterus, otot panggul dan mengakibatkan kekuatan his ligamen. ibu tidak (power) Hal ini mempunyai yang adekuat, Tabel 2. Faktor-faktor Resiko Yang Dominan Berpengaruh terhadap persalinan Seksio Sesarea No 1 2 3 Tabel Faktor risiko OR adjusted Indeks masa tubuh (IMT) Tekanan darah Kunjungan ANC 2. menggambarkan 5.363 8.470 21.145 bahwa 95% CI Nilai p 0.130-0.537 2.199-10.219 8.671-56.967 seksio 0.21 0.004 0.000 sesarea p=0,000 OR=21,145). merupakan antenatal < 4 kali beresiko lebih dari 21 yang paling berhubungan terhadap kejadian persalinan dengan dan frekuensi kunjungan antenatal < 4 kali faktor Ibu (nilai kali untuk menjalani kunjungan seksio sesarea. 238 Deswani: Kunjungan Antenatal Tidak Adekuat Sebagai Faktor Risiko Persalinan Seksio Sesarea Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dini masalah nutrisi pada ibu hamil. dengan melakukan kunjungan antenatal ≥ Pemeriksaan nutrisi ibu hamil dapat 4 dapat dipantau sejak trimester I kehamilan menurunkan angka kejadian seksio sesarea sehingga komplikasi yang terkait dengan di penyimpangan IMT (Indeks Masa Tubuh yang tidak kondisi ibu hamil yang dapat dideteksi normal) pada ibu bisa diatasi secara dini. melalui IMT kali selama Indonesia. kehamilan Banyak pemeriksaan memungkinkan antenatal, dilakukan dan upaya-upaya yang lebih merupakan dari faktor normal risiko terjadinya koreksi. Ibu yang melakukan ANC secara peningkatan baik memberi gambaran, bahwa ibu peduli kehamilan terutama pada trimester ke III. terhadap kehamilannya (careness), hal ini Pada penelitian ini Hipertensi selama juga keterjangkauan kehamilan merupakan faktro risiko yang fasilitas pelayanan kesehatan (acessibilty) kuat terhadap kejadian persalinan dengan disamping itu juga diperlukan kemampuan sesioa sesarea, Penelitian ini diukung oleh ibu dari segi biaya (kesediaan) dalam hasil penelitian Wikojosastro (2005) yang merawat Untuk menyatakan bahwa preeklampsia berat menurunkan angka kematian ibu (AKI) dapat mengakibatkan hipoksia pada janin dan (AKB) dan langkah terbaik untuk menyelamatkan pemerintah telah menyediakan pelayanan kehidupan janin adalah dengan mengakhiri kesehatan untuk ibu dan anak secara gratis kehamilan melalui program Manuaba (2001) menyebutkan pilihan terkait dengan kehamilannya. angka kematian bayi Jaminan persalinan ( tekanan dapat dengan Jampersal). Program Jaminan Persalian persalinan pada adalah jaminan pembiayaan persalinan eklampsia berat meliputi persalinan pemeriksaan kehamilan, darah seksio pasien adalah pervaginam dengan dua pre yaitu (diutamakan) didahului (sampai 42 hari setelah melahirkan), dan tindakan ini bahayanya lebih ringan, bila perawatan bayi baru lahir (sampai dengan memungkinkan usia 28 hari). Dengan adanya program ini pemecahan ketuban untuk merangsang maka persalinan. terfokus kesehatan dapat lebih induksi sesarea. pertolongan persalinan, perawatan nifas tenaga dengan selama persalinan, dapat dilakukan pada pengembangan kualitas Pilihan ke dua adalah seksio sesarea layanan yang diberikan sehingga pasien yang dilakukan bila induksi persalinan memperoleh haknya atas informasi terkait pervaginam gagal dilakukan dan gagal ANC yang dilakukan secara teratur dan sesuai standar dapat mendeteksi secara pengobatan konservatif. Seksio pada kondisi sesarea ini akan meminimalkan 239 JKep. Vol. 1 No. 2 Mei 2014, hlm 226-240 terjadinya perdarahan. Bertolak belakang Hasil penelitian ini dapat dijadikan dengan penelitian Murphy, et.al. (2000) masukan yang menyatakan bahwa preeklampsia kesehatan agar meningkatkan kualitas bukan merupakan faktor risiko seksio ANC dan memotivasi masyarakat untuk sesarea. Dapat disimpulkan, bahwa bagi institusi pelayanan menggunakan haknya atas ”jampersal” kunjungan antenatal yang baik dan rutin yang diprogramkan dapat mendeteksi secara dini komplikasi diharapkan yang mungkin muncul selama kehamilan komplikasi kehamilan, sehingga angka seperti pre eklampsia dan masalah gizi persalinan dengan sekssio sesarea dapat kurang atau gizi lebih (IMT tidak normal) ditekan. dapat pemerintah, menurunkan angka sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan agar kondisi kehamilan baik DAFTAR PUSTAKA ibu Aina Sarah, dkk., 2013. Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Tekanan Darah Anak di SD 064979, EJurnal FK USU Vol 1, Nomor 1 tahun 2013, Medan dan janin dapat terselamatkan. Diharapkan dengan kualitas ANC yang baik dan sesuai standar maka komplikasi kehamilan dapat diturunkan dan angka persalinan dengan seksio sesarean bisa ditekan. SIMPULAN Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa faktor risiko : jarak kehamilan yang tidak adekwat, rendah, pendidikan penghasilan ibu dibawah UMR, bahaya kehamilan, dan kadar Hb rendah terbukti berpengaruh secara bermakna terhadap kejadian persalinan seksio sesarea. Adapun variabel yang dominan berpengaruh terhadap kejadian persalinan seksio sesarea adalah kunjungan antenatal yang tidak adekwat selama kehamilan. Destyana, dkk., 2009. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan Tekanan Darah dan Golongan Darah di Kelurahan Mersi, Jurnal Keperawatan Soedirman, vol 4 No 2, Juli 2009, Purwokerto yang pengetahuan ibu kurang tentang tanda dan tidak Bobak, M., Lowdermilk, & Jensen (2004), Maternity Nursing, Jakarta : EGC Djalaluddin dan Suryanto. 2004. Faktorfaktor risiko ibu untuk terjadinya pratus lama di RSUD Ulin Banjarmasin dan RSU Ratu Zalecha Martapur, Jurnal Sains Kesehatan, no, 17 Hannah, M.E. 2004. Planned elective cesarean section : A Readonable Choice for Some Women, Canadian Medical Association Journal, 5, 813-814 Deswani: Kunjungan Antenatal Tidak Adekuat Sebagai Faktor Risiko Persalinan Seksio Sesarea Hendrik. 2011. Karya Tulis Ilmiah, Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, Medan Irsal dan Hasibuan S. 2012. Faktpr-faktor yang mempengaruhi kejadian kala II lama, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK.UGM, Diakses dari http://www.obgin-ugm.co, pada tanggal 1 Desember 2012 Jovani, M. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Ibu Dilakukan Seksio Sesarea Yang kedua, Universitas Indonesia, Skripsi, diakses tanggal 24 Juni 2014 Manuaba, I. B.G. 2001. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetric ginekologi dan KB. Jakarta: EGC Murphy, et.al. 2001. Early Mathernl and neonatal Morbidity Association with Operative Delivery in Second Stage of Labor, a Cohort Study, The Lancet Vol 358 : 1203-1207. SDKI. 2007. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Diakses dari http://datastatistik.com. tanggal 2 Nopember 2009. 240 Senewe, F. P., & Sustyowati, N. 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi persalinan tiga tahun terakhir di Indonesia (analisis SKRT – surkesmas 2001), Buletin Penelitian Kesehatan, vol 45, no. 2. Supriyadi. 2006. Pengaruh Pemberian Informasi Mobilisasi Dini pada Ibu Primipara Post Seksion Caesarea dengan anestesi spinal terhadap tingkat kecemasan. Supryadi, S. 2000. Faktor-faktor sosiodemografi dan perilaku ibu hamil dalam perawatan antenatal sebagai risiko kejadian distosia di RSUP DR Sardjito Yogyakarta, Berita Kesehatan Masyarakat, vol XVIII, no, 2 p 65-79 Taher, B. 2002. Kapita Selekta kedaruratan Obstetrik dan ginekologi (alih bahasa Supriyadi T dan Gunawan J), Jakarta : EGC.