pengaruh penawaran harga perkiraan sendiri terhadap sisa pagu

advertisement
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pengaruh
Pengertian Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pengaruh
adalah “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang”.
Sesuai dengan pengertian diatas maka pengaruh merupakan suatu daya
yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Pengaruh dalam
penelitian mempunyai maksud menyangkut fungsi yang dilaksanakan, yaitu
fungsi dari suatu variabel dihubungkan dengan variabel yang lain dalam hubungan
sebab akibat. Maka dalam penelitian ini penulis meneliti mengenai seberapa besar
daya yang ada atau yang ditimbulkan oleh penawaran harga perkiraan sendiri
terhadap sisa pagu anggaran SKPD.
B. Pengertian dan Hukum Penawaran
1. Pengertian Penawaran
Dalam sebuah transaksi perdagangan pasti ada permintaan, penawaran,
harga dan kuantitas yang saling mempengaruhi satu sama lain. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia pengertian Penawaran adalah “sejumlah barang yang
ditawarkan untuk dijual pada berbagai tingkat harga dalam suatu pasar pada
waktu tertentu”. Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa penjual akan
5
6
menjual barangnya dengan jumlah tertentu untuk masing-masing tingkat harga
tertentu. Penawaran barang tersebut terjadi pada pasar tertentu dan waktu yang
tertentu pula, artinya pada pasar yang berbeda dan waktu yang berbeda, maka
jumlah barang yang ditawarkan pun kemungkinan berbeda pula.
Penawaran yang ada pada penelitian ini mengenai penawaran harga
perkiraan sendiri pada saat proses pengadaan barang/jasa pemerintah. Sesuai
dengan Peraturan Presiden R.I Nomor 95 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketujuh
Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah (2007:223) dalam BAB II Proses Pengadaan
Barang/Jasa Yang Memerlukan Penyediaan Barang/Jasa bagian A yaitu
”Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemborongan/Jasa Lainnya disebutkan
dalam proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya
yang memerlukan penyediaan barang/jasa dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu
Pelelangan Umum, Pelelangan Terbatas, Pemilihan Langsung dan Penunjukan
Langsung”. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dimaksud pada
penelitian ini yaitu dilaksanakan dengan proses pemilihan langsung dan proses
pelelangan umum. Pada proses pengadaan barang/jasa pemerintah, Instansi
mengajukan permintaan barang/jasa sesuai rencana anggaran biaya yang dibuat
oleh pejabat dan panitia pengadaan barang/jasa kepada pihak ketiga.
Rencana anggaran biaya berisi tentang rincian jenis dan harga satuan
pekerjaan yang akan menjadi harga perkiraan sendiri sebagai objek penawaran
oleh pihak ketiga. Penawaran pada saat pengadaan barang/jasa pemerintah adalah
penawaran harga terendah wajar dan dapat dipertanggungjawabkan artinya harga
7
atau nilai penawaran untuk kegiatan tersebut dalam batas kewajaran (terendah
dan responsif) agar pihak ketiga atau kontraktor tidak melakukan penawaran
sesuka hati. Penawaran terendah tidak menjadi jaminan sebagai pemenang dalam
penyedia barang/jasa yang sah, sedangkan pada dasarnya penawaran terendah
yang dimaksud adalah penawaran terendah responsif sebagaimana apa yang telah
dijelaskan diatas.
2. Hukum Penawaran
Setelah dijelaskan sebelumnya mengenai pengertian penawaran berarti
jumlahnya penawaran sebagai akibat adanya permintaan dan sebaliknya, maka
antara penawaran dan permintaan tidak dapat dipisahkan. Dimana penawaran
memiliki hukum yang biasa disebut dengan Hukum Penawaran (The Law Of
Supply) yang berbunyi “Jumlah produk yang ditawarkan berbanding lurus
dengan harga”. Artinya apabila harga naik, maka jumlah barang/jasa yang
ditawarkan meningkat atau bertambah dan jika harga barang/jasa turun, maka
jumlah barang/jasa yang ditawarkan berkurang atau turun. Hukum ini tidak
berlaku mutlak cateris paribus, dengan demikian terjadi perbedaan antara hukum
penawaran dengan hukum permintaan. Jumlah barang yang ditawarkan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Biaya produksi dan teknologi yang digunakan
Jika biaya produksi suatu produk sangat tinggi maka produsen akan
membuat produk lebih sedikit dengan harga jual yang mahal dan dengan
adanya teknologi canggih bisa menyebabkan pemangkasan biaya produksi
sehingga memicu penurunan harga jual.
8
b. Tujuan Perusahaan
Perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit
oriented) akan menjual produknya dengan marjin keuntungan yang besar
sehingga harga jual tinggi.
c. Pajak
Pajak yang naik akan menyebabkan harga jual jadi lebih tinggi sehingga
perusahaan menawarkan lebih sedikit produk akibat permintaan konsumen
yang turun.
d. Ketersediaan dan harga barang pengganti atau pelengkap
Jika ada produk pesaing sejenis di pasar dengan harga yang murah maka
konsumen akan ada yang beralih ke produk yang lebih murah sehingga
terjadi penurunan permintaan, akhirnya penawaran pun dikurangi.
e. Prediksi perkiraan harga dimasa depan
Ketiga
harga
jual
naik
di
masa
mendatang
perusahaan
akan
mempersiapkan diri dengan memperbanyak output produksi dengan
harapan bisa menawarkan atau menjual lebih banyak ketika harga naik
akibat berbagai faktor.
Sedangkan dalam proses penawaran pada pengadaan barang/jasa
pemerintah akan diadakan penelitian atau evaluasi atas penawaran harga yang
diatur dalam Peraturan Presiden R.I Nomor 95 Tahun 2007 Tentang Perubahan
Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (2007:194) yang menyebutkan
penawaran harga perlu memperhatikan adalah sebagai berikut :
9
a. HPS merupakan salah satu acuan untuk menilai kewajaran harga
terhadap penawaran yang masuk dan tidak dapat dijadikan dasar untuk
menggugurkan penawaran;
b. Penerapan preferensi harga penggunaan produksi dalam Negeri dilakukan
untuk menentukan harga terevaluasi guna menetapkan urutan calon
pemenang;
c. Apabila dalam dokumen pengadaan mengatur kemungkinan calon
penyedia barang/jasa menyampaikan penawaran alternatif, maka
penawaran alternatif yang ternyata baik dari segi teknis maupun harga
lebih menguntungkan bagi Negara (harga lebih rendah dari penawaran
utama), dapat diusulkan sebagai calon pemenang lelang dengan
ketentuan penawaran alternative yang dievaluasi hanya penawaran
alternatif dari calon penyedia barang/jasa yang penawaran utamanya
merupakan penawaran terendah dan responsive.
C. Pengertian Harga Perkiraan Sendiri
Pada saat proses pengadaan barang/jasa pemerintah maka panitia atau
pejabat pengadaan barang/jasa harus membuat harga perkiraan sendiri yang akan
dijadikan objek penawaran. Berpedoman pada Peraturan Presiden R.I Nomor 95
Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 80
Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
khususnya pada Bab II “Pengadaan Yang Dilaksanakan Penyedia Barang/Jasa
10
bagian keempat mengenai Penyusunan Harga Sendiri pasal 13”(2007: 114) yang
berbunyi :
Ayat (1) :
“Pengguna barang/jasa wajib memiliki harga perkiraan sendiri (HPS)
yang dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan”.
Ayat (2) :
“HPS disusun oleh panitia/pejabat pengadaan dan ditetapkan oleh
pengguna barang/jasa”.
Ayat (3) :
HPS digunakan sebagai alat ukur menilai kewajaran harga penawaran termasuk
rinciannya dan untuk menetapkan besaran tambahan nilai jaminan pelaksanaan
bagi penawaran yang dinilai terlalu rendah tetapi tidak dapat dijadikan dasar
untuk menggugurkan penawaran.
Ayat (4) :
“Nilai total HPS terbuka dan tidak bersifat rahasia”.
Ayat (5) :
“HPS merupakan salah satu acuan dalam menentukan tambahan nilai
jaminan”.
Sedangkan pada Huruf E disebutkan bahwa penyusunan harga perkiraan sendiri
(HPS) meliputi (2007:221) adalah sebagai berikut :
1) Perhitungan HPS harus dilakukan dengan cermat, dengan menggunakan
data dasar dan mempertimbangkan :
11
a. Analisis harga satuan pekerjaan yang bersangkutan;
b. Perkiraan perhitungan biaya oleh konsultan/engineer’s estimate
(EE);
c. Harga pasar setempat pada waktu penyusunan HPS;
d. Harga Kontrak/Surat Perintah Kerja (SPK) untuk barang/pekerjaan
sejenis setempat yang pernah dilaksanakan;
e. Informasi harga satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh
Badan Pusat Statistik (BPS), badan/instansi lainnya dan media
cetak yang datanya dapat dipertanggungjawabkan;
f. Harga/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/agen
tunggal atau lembaga independen;
g. Daftar harga standar/tarif biaya yang dikeluarkan oleh instansi
yang berwenang;
h. Informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
2) HPS telah memperhitungkan :
a. Pajak Pertambahan nilai (PPN);
b. Biaya Umum dan keuntungan (overhead cost and profit) yang
wajar bagi penyedia barang/jasa.
3). HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak terduga, biaya lain-lain dan
Pajak Penghasilan (PPh) penyedia barang/jasa.
Selain itu penyusunan harga perkiraan sendiri diatur pula dalam Peraturan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 174 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 130 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
12
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Isi dari peraturan tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang
sudah dijelaskan diatas, hanya saja pada butir 2 dijelaskan bahwa ”Standardisasi
harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dibuat dalam bentuk Patokan
Harga Satuan (PHS) untuk berbagai jenis barang/jasa ditetapkan setiap 6 bulan
sekali”, contoh Patokan Harga Satuan dapat dilihat pada lampiran 1.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
harga perkiraan sendiri (HPS) adalah rincian harga jenis pekerjaan yang dibuat
atau disusun oleh panitia/pejabat pengadaan barang/jasa pemerintah dari instansi
terkait berupa rencana anggaran biaya yang berpedoman pada patokan harga
satuan, yang nantinya akan ditetapkan oleh pengguna anggaran yaitu Kepala Unit.
Contoh harga perkiraan sendiri yang berupa rencana anggaran biaya sebelum
adanya penawaran dan setelah adanya penawaran dapat dilihat pada lampiran 2
dan lampiran 3.
D. Pengertian dan Manfaat Anggaran
1. Pengertian Anggaran
Anggaran memegang peranan penting bagi setiap organisasi dalam
pencapaian tujuan tertentu, baik organisasi yang berorientasi pada laba maupun
yang tidak. Pada perusahaan yang berorientasi laba tujuan utamanya adalah
memperoleh laba yang optimal, sedangkan pada perusahaan yang tidak
berorientasi pada laba tujuannya adalah memberikan pelayanan atau jasa yang
dapat memuaskan konsumennya yaitu masyarakat. Untuk mencapai tujuan
13
tersebut maka manajemen perusahaan melakukan berbagai fungsi manajerial
untuk mengendalikan aktivitas perusahaan. Manajemen menetapkan tujuan dan
sasaran, kemudian menetapkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan dan
sasaran tersebut. Untuk melaksanakan kedua fungsi tersebut, diperlukan suatu alat
dan salah satu alat tersebut adalah anggaran.
Anggaran merupakan suatu pedoman pelaksanaan aktivitas perusahaan
yang menggambarkan
taksiran-taksiran
mengenai
penerimaan-penerimaan,
pengeluaran-pengeluaran yang terjadi dimasa yang akan datang. Anggaran yang
berisi rencana-rencana perusahaan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
melaksanakan operasi perusahaan dan hasil aktual dari operasi tersebut akan
dibandingkan dengan anggaran untuk mengendalikan jalannya operasi dan
menjamin penggunaan sumber daya telah dilaksanakan seoptimal mungkin. Hasil
dari pengendalian ini akan digunakan sebagai feedback bagi perencanaan atau
pembuatan anggaran pada periode berikutnya. Oleh karena itu setiap individu
yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan perusahaan terlebih dahulu harus
memahami betul apa itu anggaran (budget) dan manfaat dari anggaran itu sendiri.
Terdapat beberapa istilah yang sering digunakan dalam penyebutan
anggaran perusahaan, antara lain business budget, profil planning and control,
comprehensive budgeting, business budget and control. Pengertian anggaran
terus-menerus mengalami perkembangan sehingga terdapat banyak sekali definisi
yang digunakan untuk menerangkan istilah anggaran tersebut, akan tetapi pada
dasarnya anggaran itu sendiri memiliki pengertian yang hampir sama. Anggaran
merupakan perwujudan dari rencana yang dituangkan secara kuantitatif dalam
14
satuan moneter. Anggaran meliputi tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada
masa yang akan datang. Untuk lebih jelasnya penulis menguraikan definisidefinisi anggaran menurut para ahli.
Menurut Buku Penganggaran Sektor Publik yang telah disesuaikan dengan
PP No. 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Sony Yuwono dkk,
2005:27) definisi Anggaran adalah “suatu rencana terinci yang dinyatakan
secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang
(perencanaan keuangan) untuk mewujudkan perolehan dan penggunaan sumbersumber organisasi”.
Menurut Brigham dan Houston, (2006:511) anggaran (budget) adalah
“sebuah rencana yang merinci proyeksi-proyeksi arus kas masuk dan keluar
selama suatu periode tertentu di masa yang akan datang”.
Menurut Blocher et al. (2007:446) anggaran (budget) “merupakan
rencana
operasi
organisasi
untuk
suatu
periode
tertentu,
anggaran
mengidentifikasi sumber daya dan komitmen yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan organisasi selama periode tertentu”.
Sedangkan pengertian anggaran menurut Darsono dan Purwanti (2008:2)
adalah “Rencana tentang kegiatan perusahaan yang mencakup berbagai kegiatan
operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain
sebagai pedoman untuk mencapai tujuan dan sasaran suatu organisasi, pada
umumnya disusun secara tertulis”.
Dari beberapa definisi anggaran yang dikemukakan diatas dapat
disimpulkan bahwa anggaran merupakan rencana kerja sistematis yang dinilai
15
dengan uang yang dibuat dalam bentuk angka-angka serta disusun dalam suatu
atau beberapa periode tertentu yang dipakai sebagai alat perencanaan,
pengkoordinasian, yang terpadu dan pengendalian tanggung jawab manajemen
melalui proses tertentu.
2. Manfaat Anggaran
Peranan anggaran tidak dapat dilepaskan dari kegiatan organisasi karena
anggaran mempunyai beberapa manfaat yang besar bagi organisasi tersebut.
Darsono dan Purwanti (2008:9) menyatakan dimana kegunaan anggaran ialah
“untuk perencanaan dan pengendalian, evaluasi kinerja dan untuk mengarahkan
perilaku manajer dan karyawan”.
Haruman dan Rahayu (2007:5) menyatakan bahwa “beberapa manfaat
anggaran dalam proses manajemen suatu organisasi” antara lain:
1. Di bidang perencanaan
Membantu manajemen meneliti dan mempelajari segala masalah yang
berkaitan dengan aktivitas yang akan dilaksanakan
a. Membantu mengarahkan sumber daya yang ada diperusahaan
dalam menentukan arah atau aktivitas yang paling menguntungkan;
b. Membantu arah atau menunjang kebijakan perusahaan;
c. Membantu manajemen memilih tujuan perusahaan;
d. Membantu menstabilkan kesempatan kerja yang tersedia;
e. Membantu pemakaian alat-alat fisik secara efektif dan efisien.
2. Di bidang pengendalian
a. Membantu mengawasi kegiatan dan pengeluaran;
16
b. Membantu mencegah pemborosan;
c. Membantu menetapkan standar baru.
E. Jenis-Jenis Anggaran
Anggaran tidak hanya memiliki pengertian dan manfaat, akan tetapi
anggaran juga memiliki beberapa klasifikasi atau jenisnya. Dimana anggaran
dapat dikelompokkan kedalam beberapa sudut pandang diantaranya sebagai
berikut :
1. Menurut dasar penyusunan anggaran terdiri dari :
a. Anggaran tetap (Fixed budget), adalah anggaran yang dibuat untuk
satu tingkat satu kegiatan selama jangka waktu tertentu, dimana pada
tingkat kegiatan tersebut direncanakan pendapatan dan biaya.
Anggaran ini tidak memungkinkan adanya penyesuaian oleh karena
sudah tetap.
b. Anggaran variable (flexible budget), adalah anggaran yang dibuat
berdasarkan pada kegiatan tingkat kegiatan. Prinsip dari anggaran ini
adalah bahwa untuk setiap tingkat kegiatan harus terdapat normanorma untuk kegiatan yang dikeluarkan. Norma-norma ini merupakan
patokan dari pengeluaran-pengeluaran yang seharusnya pada masingmasing tingkat kegiatan tersebut. Penyusunan anggaran ini dilakukan
dengan memperhatikan biaya tetap dan biaya variabel.
2. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari :
17
a. Anggaran periodik, yaitu anggaran yang disusun untuk satu periode
tertentu, umumnya satu tahun yang disusun setiap akhir periode
anggaran.
b. Anggaran Kontiniu, yaitu anggaran yang dibuat untuk memperbaiki
anggaran yang telah dibuat.
3. Menurut jangka waktu, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis), yaitu anggaran yang dibuat
dengan jangka waktu paling lama satu tahun. Anggaran ini untuk
keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek.
b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis), yaitu anggaran yang
dibuat untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran jangka
panjang tidak harus berupa anggaran modal (capital budget).
Anggaran jangka panjang tidak harus berupa anggaran modal.
Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan
anggaran jangka pendek.
4. Menurut bidangnya
Anggaran terdiri dari anggaran aktivitas operasional dan anggaran
keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut anggaran induk
(master budget). Anggaran tidak merupakan konsolidasi rencana
keseluruhan perusahaan untuk jangka pendek, biasanya disusun atas dasar
tahunan. Anggaran tahunan dipecah lagi menjadi anggaran triwulan.
Anggaran triwulan dipecah lagi menjadi anggaran bulanan.
18
a. Anggaran biaya operasional (operating budget) merupakan rencana
yang mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dibutuhkan dalam
aktivitas operasi dan bagaimana cara memperolehnya. dimana
anggaran ini untuk menyusun anggaran laporan laba rugi. Anggaran ini
terdiri dari anggaran produksi,pembelian,personalia dan pemasaran.
b. Anggaran keuangan (Financial budget) merupakan rencana yang
mengidentifikasi sumber dana dari operasi yang dianggarkan dan
rencana penggunaan dana tersebut
selama periode pelaksanaan
aktivitas anggaran. Anggaran ini untuk menyusun anggaran neraca.
Anggaran keuangan terdiri dari : anggaran kas masuk dan kas keluar,
pendapatan operasi, dan posisi keuangan.
Baik anggaran operasi maupun anggaran keuangan pada dasarnya
mengkomunikasikan kepada seluruh subunit dan karyawan tentang hasil
operasi yang diharapkan dan sumber daya dikomitmenkan untuk hal
tersebut.
5. Menurut kemampuan didalam penyusunan anggaran, terdiri dari :
a. Anggaran komprehensif, merupakan rangkaian dari berbagai macam
anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran komprehensif
perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang
disusun secara lengkap.
b. Anggaran parsial, merupakan anggaran yang disusun secara tidak
lengkap. Anggaran yang hanya menyusun bagi anggaran tertentu saja.
19
Misalnya, karena keterbatasan kemampuan, maka yang dapat disusun
hanya anggaran operasional.
6. Menurut fungsi, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran appropriasi (appropritation budget), adalah anggaran yang
dibentuk bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk tujuan
lain.
b. Anggaran kinerja (perfomance budget), adalah anggaran yang disususn
berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi
(perusahaan) misalnya, nilai untuk menilai apakah biaya yang
dikeluarkan oleh masing – masing aktivitas tidak melampaui batas.
F. Keuntungan dan Kelemahan Anggaran
1. Keuntungan Anggaran
Sistem anggaran memiliki biaya dan memerlukan pengorbanan tetapi
dibalik pengorbanan itu banyak keuntungan. Keuntungan anggaran antara lain
adalah :
a. Mempercepat dan mengefesiensikan pencapaian tugas;
b. Mengurangi tugas-tugas rutin operational pimpinan sehingga ia lebih
terfokus kapada hal-hal yang bersifat jangka panjang dari strategis;
c. Meningkatkan daya kopetensi, motivasi dan menimbulkan proses
penilaian yang lebih objektif;
d. Dapat menilai kemajuan kerja (progress) pencapaian tujuan;
e. Dapat mengetahui lebih dini setiap penyimpangan dari tujuan;
20
f. Dapat membedakan antara efisien dan tidak efisien;
g. Mengurangi hal-hal yang bersifat kabur, ambivalen atau ambigius;
h. Dapat memantapkan pelaksanaan manajemen, pengawasan, akuntansi
secara lebih baik;
i. Dapat mengarahkan kegiatan kebidang yang lebih menguntungkan;
j. Dapat menilai prestasi karyawan atau bagian yang lebih objektif.
2. Kelemahan Anggaran
Meskipun begitu banyak keuntungan yang diperoleh dengan
menyusun anggaran, tetapi masih terdapat beberapa kelemahan yang
membatasi anggaran.
Kelemahan-kelemhan dari anggaran itu sendiri antara lain:
a. Anggaran hanya merupakan rencana dan rencana tersebut baru berhasil
apabila dilaksanakan sungguh-sungguh;
b. Anggaran hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk
membantu
manajer
dalam
melaksanakan
tugasnya,
bukan
menggantikannya;
c. Kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang
diramalkan sebelumnya, oleh karena itu anggaran perlu memiliki sifat
yang luwes;
d. Anggaran harus disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.
21
G. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan
Setiap organisasi yang ingin bertahan, tumbuh ataupun menginginkan
kinerja dalam suatu organisasi dapat berjalan secara lancar memerlukan adanya
manajemen yang baik. Dalam menciptakan manajemen yang baik, organisasi
tentu saja harus memperhatikan dan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
dengan baik pula. Menurut Daft (2007:7) Fungsi manajemen
adalah
“perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian”.
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan organisasi dalam rangka pencapaian tujuannya secara efektif dan
efisien. Perencanaan memiliki pengertian “menentukan sebelumnya kegiatan yang
mungkin dapat dilakukan dan bagaimana cara melakukannya” (Nafarin, 2007:4).
Perencanaan merupakan upaya antisipasi sebelum melakukan sesuatu agar apa
yang dilakukan berhasil dengan baik dan sesuai dengan tujuan.
Sesuai
dengan
fungsi
manajemen,
yaitu
fungsi
perencanaan,
pengorganisaan, pelaksanaan dan pengendalian, anggaran pun demikian. Hal ini
disebabkan karena anggaran sebagai alat manajemen dalam melaksanakan
fungsinya. Aspek lain yang penting dari perencanaan yang menggunakan
anggaran adalah perencanaan dana yang tersedia seefisien mungkin. Semua
belanja membutuhkan dana dan dana merupakan sumber daya langka. Oleh
karena itu, penyususnan anggaran harus memperhitungkan berbagai kemungkinan
belanja dana yang ada dan menentukan kemungkinan mana yang paling
menguntungkan bagi perusahaan. Jadi salah satu fungsi anggaran adalah
“menentukan rencana belanja dan sumber dana yang ada seefisien mungkin”
22
(Nafirin, 2007:28). Apa yang telah dijelaskan menurut para ahli, maka bisa
disimpulkan bahwa anggaran sangat penting dalam suatu organisasi khususnya
berperan sebagai alat perencanaan.
H. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian
Setiap organisasi ingin mencapai tujuannya dengan menggunakan sumber
daya dalam organisasi secara efektif dan efisien. Setelah melakukan perencanaan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuannya, organisasi juga
harus melakukan pengendalian atas kegiatan-kegiatan tersebut. Karena berhasil
tidaknya kegiatan perencanaan kerja tergantung kepada efektivitas pengendalian
yang dilakukan oleh organisasi.
Anggaran merupakan alat pengawasan atau pengendalian (Controlling).
(Nafirin, 2007:30) menjelaskan bahwa “pengendalian berarti mengevaluasi
(menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan”, dengan cara :
1. Membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran);
2. Melakukan tindakan perbaikan bila pandang perlu atau bila terdapat
penyimpangan merugikan.
Oleh karena itu, anggaran dijadikan pegangan sebagai alat pengendalian
oleh manajer yang bertanggung jawab menjalankan operasi untuk mengadakan
penilaian dari hasil yang dicapainya. Pendapatan yang sesungguhnnya yang
diperoleh maupun beban sesungguhnya yang dikorbankan dapat dinilai baik atau
buruk bila dikaitkan dengan data yang telah dianggarkan dan perubahan kondisi
sejak anggaran disusun. Dengan kegiatan manajemen yang demikian, dapat
23
diketahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran ditinjau dari
segi
efisiensi.
Hasil
pengendalian
dapat
dipergunakan
sebagai
bahan
pertimbangan yang sangat berguna untuk menyusun rencana-rencana anggaran
selanjutnya secara lebih matang dan lebih akurat.
I. Penganggaran pada Suku Dinas Pertamanan Kota Administrasi Jakarta
Barat
Semakin banyaknya tuntutan pembangunan otonomi daerah maka setiap
kepala SKPD harus dapat melaksanakan fungsinya secara efektif, tepat dan
memadai serta sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan. Salah satu fungsi
kepala unit suatu instansi pemerintahan, disamping sebagai pengguna anggaran
tentunya harus dapat merencanakan anggaran yang akan digunakan dalam
pembiayaan pembangunan daerahnya.
Sedangkan APBD pada dasarnya membuat rencana keuangan yang
diperoleh dan digunakan oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan
kewenangannya dalam penyelenggaraan pelayanan umum selama satu tahun
anggaran. Sesuai dengan pendekatan kinerja yang digunakan dalam penyusunan
APBD, setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan dengan tingkat
pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat tercapai. Kinerja pemerintah daerah
dapat diukur melalui evaluasi terhadap pelaksanaan APBD. Selanjutnya, untuk
mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah, maka dikembangkan Standar
Analisis Belanja (SAB), tolak ukur dan standar biaya. Suku Dinas Pertamanan
Kota Administrasi Jakarta Barat menggunakan indikator kinerja anggaran mikro.
24
1. Pengukuran Kinerja Anggaran Mikro
Standar Analisis Belanja (SAB) adalah perkiraan sejumlah alokasi
dana untuk berbagai jenis pengeluaran didalam suatu unit kerja. Rencana
pengeluaran yang termasuk kategori belanja tidak langsung tersebut yakni
SAB rutin dan rencana pengeluaran yang menggunakan anggaran belanja
modal disebut SAB modal. Latar belakang dilakukannya standar analisis
belanja adalah untuk menghasilkan alokasi dana yang akurat bagi setiap
unit kerja, SAB digunakan untuk melaksanakan prinsip 3E (ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas). Secara berkesinambungan dalam SAB mikro
ditentukan standar flafon atau batas belanja masing-masing kategori
pengeluaran sehingga tercapai nilai yang wajar.
2. Kategori anggaran yang ada di Suku Dinas Pertamanan Kota Administrasi
Jakarta Barat meliputi anggaran belanja nonmodal dan belanja modal.
a. Belanja Nonmodal
Salah satu dari kategori pengeluaran yaitu belanja nonmodal,
berbagai hal menyangkut perhitungan belanja kategori nonmodal.
1) Aspek-aspek penting dalam penentuan anggaran unit
kerja meliputi tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Unit
Kerja, Konsep Satuan Ukur, Penentuan biaya rata-rata.
2) Satuan Anggaran atau Memoranda Anggaran Unit Kerja
yang meliputi beberapa rencana anggaran satuan kerja
(RASK) yang diajukan oleh masing-masing unit kerja,
25
termasuk unit yang terkecil (bagian/subbagian,seksi/sub
seksi) pada setiap unit kerja.
3) Muatan-muatan dalam pengisian status anggaran yang
meliputi deskripsi ringkasan unit kerja, tujuan dan sasaran
pokok, daftar program, usulan kegiatan, target kinerja,
ringkasan anggaran.
4) Penentuan satuan ukur dan belanja unit kerja yang
meliputi
estimasi
target
kinerja,
memperkirakan
kebutuhan belanja unit kerja
b. Belanja Modal terdiri atas perhitungan-perhitungan antara lain:
1) Variabel-variabel
penentu
kebutuhan
investasi
meliputi
investasi dengan mempertahankan kekayaan yang sudah ada
dan investasi yang sifatnya menambah barang modal yaitu
dengan cara membeli barang yang baru, cakupan layanan,
peningkatan kuantitas investasi, peningkatan kualitas investasi,
manfaat dan stabilisasi
2) Kebutuhan belanja modal
Untuk
menentukan
besarnya
kebutuhan
belanja
modal
digunakan rumus sebagai berikut :
SABӎ = Jumlah Kebutuhan Barang Modal x Harga Pasar/Unit
SABӎ = SAB Modal
26
3) Aspek-aspek kelayakan investasi yang meliputi aspek teknis,
aspek sosial dan budaya, aspek keuangan, aspek ekonomi dan
aspek distribusi
3. Penyusunan rancangan anggaran unit kerja
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 174 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
Gubernur Nomor 130 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Pasal 1 Ayat 1 nomor 4 mengenai Pelimpahan sebagian
kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk KPA yang
memiliki DPA-SKPD sendiri, meliputi :
a. Menyusun dan mengusulkan RKA-SKPD dan DPA-SKPD;
b. Menyusun dan mengusulkan anggaran kas UKPD;
c. Melaksanakan anggaran UKPD yang menjadi tanggungjawabnya;
d. Melakukan
pengujian
atas
tagihan
dan
memerintahkan
pembayaran;
e. Mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak lain dalam
batas anggaran yang telah ditetapkan.
Suku Dinas Pertamanan Kota Administrasi Jakarta mempunyai anggaran
yang disebut sebagai anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah tertuang dalam
DPA-SKPD, yang memuat rincian anggaran belanja langsung per kegiatan dapat
dilihat pada lampiran 4. Sedangkan Alur pengajuan penyusunan anggaran
meliputi beberapa tahap antara lain :
27
1) Pengumpulan data-data berupa kegiatan belanja langsung dari unit Suku
Dinas itu sendiri dan unit dinas terkecil yaitu Kecamatan terdiri dari 8
Kecamatan yang ada di Wilayah Jakarta Barat;
2) Data yang telah terkumpul akan saring dan diserahkan ke Pramusrembang
dan dilanjutkan ke Musrembang;
3) Data dikirim ke DPRD untuk mendapatkan persetujuan jenis anggaran dan
jenis kegiatan;
4) Penginputan kegiatan dan uraian kegiatan secara on line ke Biro Pusat;
5) Hasil penginputan berupa DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran);
6) DPA disetujui oleh kepala unit terkait berupa DPA-RKA dan dilaporkan
ketingkat provinsi;
7) Persetujuan dari provinsi setelah ditetapkan dan ditandatangani maka akan
adanya SKO.
Berdasarkan startegi dan prioritas APBD yang telah disepakati oleh DPRD
bersama pemda, selanjutnya TAE membuat kebijakan anggaran unit kerja yang
memuat SAB, Penyusunan anggaran standar pelayanan, tolak ukur kinerja, target
kinerja, standar biaya, dokumen atau formulir satuan anggaran, dan hal-hal lain
yang akan menjadi pedoman dalam penyususnan anggaran unit kerja yang
dilaksanakan pada bulan September dan Oktober. Formulir satuan anggaran
merupakan dokumen penyusunan rancangan anggaran unit kerja yang antara lain
memuat pernyataan mengenai visi dan misi unit kerja, deskripsi tupoksi unit kerja,
rencana program, dan kegiatan unit kerja berikut tolak ukur dan tarket kinerjanya.
28
Untuk lebih jelasnya alur penyusunan RASK dijelaskan pada Gambar 2.1
sebagai berikut :
Gambar 2.1
Siklus Penyusunan RASK
S1
RASK
Pendapatan
S2
S2A
S3A1
RASK Unit
Kerja
S3A
RASK Belanja
Adm. Umum
S3B2.1
RASK
Belanja
Operasi dan
pemeliharaan
STANDA
R
HARGA
&
SATUAN
PAGU
ANGGA
RAN
S3B2
S3B1.1
S3B
RASK Belanja
Modal
S3B1.2
S3
S3B1
RASK
Belanja Bagi
Hasil dan
Bantuan
Keuangan
RASK
Belanja Tdk
Tersangka
S3B1.3
S3B1.4
S3C1
RASK
Pembiayaan
S3C
S3C2
Sumber : Penganggaran Sektor Publik (2005)
Keterangan :
1) Unit kerja menentukan bidang, visi, misi, tujuan, sasaran dan tupoksi;
2) Menentukan program;
3) Penyusunan Program per kegiatan;
29
4) Penyusunan anggaran belanja tidak langsung;
5) Penyusunan anggaran belanja langsung per kegiatan;
6) Melakukan rekapitulasi anggaran belanja langsung;
7) Melakukan penyusunan rekapitulasi anggaran belanja tidak langsung
dengan anggaran belanja langsung;
8) Menentukan alokasi belanja tidak langsung untuk kegiatan noninvestasi;
9) Menentukan anggaran pendapatan per kegiatan;
10) Menyusun rekapitulasi anggaran pendapatan;
11) Penyusunan anggaran pembiayaan penerimaan;
12) Penyusunan anggaran pembiayaan pengeluaran;
13) Menyusun rekapitulasi anggaran pembiayaan penerimaan dan anggaran
pembiayaan pengeluaran;
14) Penyusunan rekapitulasi anggaran pendapatan, rekapitulasi belanja, dan
rekapitulasi pembiayaan.
J. Pengertian Sisa Pagu Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Dengan adanya penawaran atas harga perkiraan sendiri yang terdapat pada
proses pemilihan langsung dan pelelangan umum untuk kegiatan pengadaan
barang/jasa maka akan mengakibatkan adanya sisa anggaran dimana sisa anggaran
yang ada merupakan sisa pagu anggaran SKPD. Sisa pagu anggaran yang
dimaksud adalah sisa lebih atas anggaran yang tidak terpakai lagi setelah adanya
penawaran harga perkiraan sendiri. Sesuai Dengan Peraturan Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 174 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
30
Peraturan Gubernur Nomor 130 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta yang menyebutkan bahwa Ketentuan Pasal 101 diubah, sehingga Pasal
101 (2009:17) berbunyi sebagai berikut :
- Ayat 1
“Sisa anggaran akibat proses pengadaan barang/jasa dapat dipergunakan
untuk pekerjaan tambah pada kegiatan yang bersangkutan dengan biaya
maksimal 10 % dari nilai kontrak awal”.
- Ayat 2
“Sisa
anggaran
setelah
pelaksanaan
pekerjaan
tambah
pengadaan
barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan sisa administrasi”.
– Ayat 3
“Sisa administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat
dipergunakan lagi untuk pekerjaan tambahan/dialihkan ke lokasi lain dan segera
dilaporkan sebagai sisa mati”.
Sesuai dengan penjelasan pasal dan ayat diatas, sisa pagu yang dimaksud
adalah sisa anggaran akibat proses pengadaan barang/jasa yang sudah tidak
dipergunakan untuk pekerjaan tambah pada kegiatan yang bersangkutan dan lebih
disebut dengan sisa mati. Sedangkan anggaran yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah yang tertuang dalam DPASKPD yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Anggaran
tersebut merupakan bagian dari rincian anggaran belanja langsung per kegiatan
yaitu belanja modal pengadaan tanaman, dimana rincian anggaran tersebut
31
mencakup biaya perencanaan, pelelangan, pengumuman lelang, pelaksanaan
kegiatan, pengawasan, dan pengendalian teknis. Anggaran Satuan Kerja
Perangkat daerah memiliki penjabaran sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Bab I Ketentuan Umum Bagian Pertama Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan
Menteri ini bahwa menyebutkan sebagai berikut :
•
Ayat 34 mengenai Pengertian Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang
selanjutnya
disingkat
RKA-SKPD
(2006:7)
adalah
“Dokumen
perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana
belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai
dasar penyusunan APBD”.
•
Ayat 55 mengenai Pengertian Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang
selanjutnya disingkat SiLPA (2006:8) adalah “selisih lebih realisasi
penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran”.
•
Ayat 10 mengenai SKPD (2006:5) mempunyai pengertian “Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat
daerah pada pemerintahan daerah selaku pengguna anggaran/pengguna
barang”.
•
Ayat 27 mengenai Unit Kerja mempunyai pengertian “bagian dari SKPD
yang melaksanakan satu atau beberapa program”.
•
Ayat 61 DPA-SKPD (2006:9)
mempunyai pengertian “Dokumen
Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-SKPD
adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang
32
digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna
anggaran”.
Dari apa yang telah dijelaskan diatas maka Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah adalah penganggaran yang berisi pendapatan, belanja program
dan kegiatan SKPD serta pembiayaan yang ada dalam unit kerja pemerintah
daerah, dimana anggaran tersebut dituangkan secara rinci dalam dokumen
pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah (DPA-SKPD) yang disahkan
oleh Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah serta ditandatangani oleh Kepala
daerah sebagai pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran dan selaku
kepala pemerintah daerah yang memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Kepala daerah perlu menetapkan pejabat-pejabat tertentu dan para
bendahara untuk melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Pejabat-pejabat
tertentu yang dimaksud adalah kepala unit kerja yang ada dilingkungan
pemerintah daerah dan jajarannya yang bertugas membantu melaksanakan
kegiatan pembangunan otonomi daerah.
Dari apa yang telah dijelaskan diatas maka dapat diambil kesimpulan Sisa
Pagu Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah sisa anggaran akibat proses
pengadaan barang/jasa yang sudah tidak dipergunakan untuk pekerjaan tambah
pada kegiatan yang bersangkutan yang menggunakan anggaran satuan kerja
perangkat daerah yang tertuang pada dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja
perangkat daerah (DPA-SKPD) khususnya biaya pelaksanaan. Sisa pagu anggaran
SKPD tersebut masih ada di dalam rekening kas daerah, karena anggaran yang
33
terserap hanya sesuai dengan biaya yang digunakan untuk pembangunan dan
penataan yang tertuang dalam surat kerjasama yaitu surat perjanjian pemborongan
atau kontrak.
K. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
yaitu :
Gambar 2.2
Hubungan Antar Variabel
PENAWARAN
HARGA PERKIRAAN
SENDIRI
(X)
SISA PAGU
ANGGARAN
SKPD
(Y)
Sumber : diolah
Dari kerangka pemikiran di atas maka penulis menyimpulkan bahwa penawaran
harga perkiraan sendiri disebut sebagai variabel bebas atau independent variabel
(X) dan sisa pagu anggaran SKPD merupakan variabel terikat atau dependent
variabel (Y). Penawaran harga perkiraan sendiri (X) diduga mempunyai pengaruh
variabel terikat (Y) yang berupa sisa pagu anggaran SKPD.
Dengan Rumus :
Y = α + β₁X₁ + e
Pengaruh penawaran harga perkiraan sendiri
terhadap sisa pagu anggaran SKPD.
Dimana : X = Penawaran Harga Perkiraan Sendiri
Y = Sisa Pagu Anggaran SKPD
34
L. Logika Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian original, dimana tidak mengacu pada
penelitian–penelitian sebelumnya tetapi mengacu pada dasar-dasar teori yang
mana sudah dijelaskan diatas dan mengacu pada logika–logika yang ada dalam
penelitian ini.
Logika-Logika Penelitian ini meliputi :
1. Penawaran yang dimaksud adalah penawaran terhadap harga perkiraan
sendiri, dimana harga perkiraan sendiri merupakan rencana anggaran biaya
yang disusun oleh pejabat dan panitia pengadaan barang/jasa pada saat
pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan melalui proses
pemilihan langsung dan pelelangan umum dari unit terkait;
2. Jika penawaran harga perkiraan sendiri rendah maka sisa pagu anggaran
SKPD yang diakibatkan dari penawaran harga perkiraan sendiri akan
tinggi dan sebaliknya jika penawaran harga perkiraan sendiri tinggi maka
sisa pagu anggaran SKPD akan rendah;
3. Penawaran terendah belum tentu menjadi pemenang dalam proses
pemilihan langsung maupun pelelangan umum, tingkat penawaran
terendah atas penawaran harga perkiraan sendiri yang dimaksud adalah
penawaran terendah responsif yaitu penawaran terendah wajar yang dapat
dipertanggungjawabkan yaitu sesuai dengan Peraturan Presiden R.I Nomor
95 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden
Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang
/ Jasa Pemerintah yang berlaku pada saat ini;
35
4. Hasil dari nilai penawaran harga perkiraan sendiri akan dijadikan nilai
dalam suatu kesepakatan kerjasama yaitu surat perjanjian pemborongan
dan nilai tersebut digunakan untuk biaya kegiatan pembangunan dan
penataan jalur hijau serta taman kota di wilayah Jakarta Barat;
5. Sisa pagu anggaran SKPD merupakan sisa lebih anggaran akibat adanya
penawaran harga perkiraan sendiri pada saat proses pengadaan
barang/jasa, dimana sisa anggaran administrasi yang sudah tidak
dipergunakan lagi untuk pekerjaan tambah pada kegiatan penataan dan
pembangunan yang bersangkutan.
Download