STUDI TENTANG PERLAKUAN PERENDAMAN STEK BATANG

advertisement
STUDI TENTANG PERLAKUAN PERENDAMAN STEK BATANG
KELOR (Moringa oleifera. L) PADA AIR KELAPA MUDA (Cocos
nucifera) DAN PADA EKSTRAK REBUNG BAMBU BETUNG
(Dendrocalamus asper)
Oleh :
DANNY CUSLIAN YAKUB
NIM. 130500007
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
STUDI TENTANG PERLAKUAN PERENDAMAN STEK BATANG
KELOR (Moringa oleifera. L) PADA AIR KELAPA MUDA (Cocos
nucifera) DAN PADA EKSTRAK REBUNG BAMBU BETUNG
(Dendrocalamus asper)
Oleh :
DANNY CUSLIAN YAKUB
NIM. 130500007
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
STUDI TENTANG PERLAKUAN PERENDAMAN STEK BATANG
KELOR (Moringa oleifera. L) PADA AIR KELAPA MUDA (Cocos
nucifera) DAN PADA EKSTRAK REBUNG BAMBU BETUNG
(Dendrocalamus asper)
Oleh :
DANNY CUSLIAN YAKUB
NIM. 130500007
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: STUDI TENTANG PERLAKUAN PERENDAMAN
STEK BATANG KELOR (Moringa oleifera. L)
PADA AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera ) DAN
PADA EKSTRAK REBUNG BAMBU BETUNG
(Dendrocalamus asper)
Nama
: Danny CuslianYakub
NIM
: 130 500 007
Program Studi
: PengelolaanHutan
Jurusan
: ManajemenPertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Elisa Herawati, S. Hut, MP
NIP.197103051995122001
Ir. Gunanto
NIP. 195709051987031001
Ir. Muhammad. Nasir, MP
NIP. 19611220 198803 1 002
Menyetujui,
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan
Ketua Jurusan Manajemen Petanian
Agustina Murniyati, S. Hut. MP
NIP. 197208031998022001
Ir. M. Masrudy, MP
NIP. 196008051988031003
Lulus ujian pada tanggal :
ABSTRAK
DANNY CUSLIAN YAKUB. Studi Tentang Perlakuan Perendaman Stek Batang
Kelor (Moringa oleifera. L) Pada Air Kelapa Muda (Cocos nucifera) dan Pada
Ekstrak Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper) (dibawah bimbingan
Elisa Herawati).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa tanaman kelor bagi
komunitas masyarakat Indonesia umumnya belum jadi perhatian, walaupun ada
yang secara individual memanfaatkan daunnya untuk sayur.
Tujuan penelitian adalah untuk dapat mengetahui pengaruh perendaman
pada larutan air kelapa muda, dan pada larutan ekstrak rebung bambu betung
terhadap keberhasilan tumbuh stek batang tanaman kelor (Moringaoleifera. L).
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu, yaitu terhitung sejak tanggal
14 Juli 2016 sampai dengan 03 Agustus 2016. Tempat penelitian di areal
persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jl. Samratulangi. RT 34,
Kelurahan Gunung Panjang Kecamatan Samarinda Seberang. Penelitian ini
terdiri dari tiga perlakuan yaitu, stek batang tanaman kelor dengan perendaman
larutan air kelapa muda (K), perendaman dengan larutan ekstrak rebung bambu
betung (R), dan tanpa perendaman (X). Jumlah stek batang tanaman kelor yang
diamati sebanyak 105 stek dengan masing-masing perlakuan berjumlah 35 stek
batang kelor. Pengamatan dilakukan setiap hari selama penelitian pada pukul
09.00 wita setelah ditanam.
Adapun pengolahan data yang digunakan untuk mencari persentase
hidupnya menggunakan rumus: P=
perlakuan.
x100% dimana n adalah jumlah stek per
Untuk mencari nilai rata-ratanya menggunakan rumus:
dimana n adalah
jumlah stek per perlakuan.
Dan untuk menghitung nilai rata-rata diameter stek per batang menggunakan
rumus: = d1+d2
2
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perendaman pada larutan ekstrak
rebung bambu betung (R) menunjukkan nilai tertinggi yaitu: 29 stek (tumbuh 68
tunas) dengan persentase hidup: 82,86%. Sedangkan kontrol (X) memiliki nilai
terendah yaitu: 11 stek (tumbuh 31 tunas), dengan persentase hidup: 31,43%
dan pada perendaman larutan air kelapa muda (K) diperoleh nilai: 21 stek
(tumbuh 37 tunas), dengan persentase hidup: 60,00%.
Kata kunci : Air kelapa muda, ekstrak Rebung bambu betung, Stek Batang,
Tanaman Kelor
RIWAYAT HIDUP
Danny Cuslian Yakub, lahir pada tanggal 03 Desember
1992, di Kecamatan Loa Janan Provinsi Kalimantan Timur.
Merupakan anak Pertama dari 3 bersaudara dari pasangan
Bapak almarhum Chusno
Ibu Elly Matni Njau.
Memulai pendidikan dasar pada tahun 1999 di Sekolah
Dasar (SD) Negeri 003 Loa Duri dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun 2005 melanjutkan ke Sekolah Menengah
Pertama (SMP) ADVENT Samarinda
dan lulus pada tahun 2010. Kemudian
melanjutkan lagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Sendawar
Kabupaten Kutai Barat dan lulus pada tahun 2013.
Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2013 di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda pada Program Studi Pengelolaan Hutan, Jurusan Manajemen
Pertanian. Aktif dalam organisasi HIMA Pengelolaan Hutan sebagai Anggota
periode 2014/2015.
Pada tanggal 5 Maret sampai 5 Mei 2016 mengikuti program PKL (Praktik
Kerja Lapang) di PT. Wana Bakti Persada Utama di Kecamatan Kelay,
Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang
telah
melimpahkan
rahmat,
dan
hidayah-Nya.
Akhirnya
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah ini, dengan judul: Studi Tentang
Perlakuan Perendaman Stek Batang Kelor (Moringa oleifera. L) Pada Air
Kelapa Muda (Cocos nucifera) dan Pada Ekstrak Rebung Bambu Betung
(Dendrocalamus asper).
Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Penulis selama 21 hari, guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh sebutan Ahli Madya Kehutanan pada Program Diploma III Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini, Penulis tidak terlepas dari bantuan
dari berbagai pihak , untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Elisa Herawati S.Hut, MP selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah
2. Bapak Ir. Gunanto, selaku Dosen Penguji I
3. Bapak Ir. Muhammad Nasir, MP selaku Dosen Penguji II
4. Ibu Agustina Murniyati,Shut, MP selaku Ketua Program Studi Pengelolaan
Hutan.
5. Ir. M. Masrudy. MP, selaku Ketua Jurusan Pengelolaan Hutan
6. Ir. Hasanudin. MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
7. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, baik dari segi
moril maupun materil kepada penulis.
8. Kepada
teman-teman
angkatan
2013
yang
telah
membantu
dalam
pembuatan Karya Ilmiah
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Ilmiah ini masih
banyak terdapat kekurangan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Harapan penulis Karya Ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin
Danny Cuslian Yakub
Kampus Gunung Panjang, 2016
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Perbanyakan Vegetatif Dengan Stek
B. Tinjauan Umum Tanaman Kelor
C. Zat Pengatur Tumbuh
D. Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper)
E. Pengertian Tunas
F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stek
3
3
5
11
12
21
21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Alat dan Bahan
C. Prosedur Penelitian
25
25
25
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
31
31
34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
35
35
35
DAFTAR PUSTAKA
37
LAMPIRAN
39
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Lampiran
Halaman
1. Pengisian Polybag
47
2. Pengambilan Bahan Baku Batang Kelor
47
3. Pengukuran Panjang Stek Batang Kelor
48
4. Pengukuran Diameter Stek Batang Kelor
48
5. Proses Pemotongan Stek Batang Kelor
49
6. Stek Batang Kelor
49
7. Perendaman Stek Batang Kelor pada Air Kelapa Muda
50
8. Perendaman Stek Batang Kelor Pada Ekstrak Rebung Bambu Betung 50
9. Pembuatan Lubang Tanam
51
10. Penanaman
51
11. Pengukuran Suhu
52
12. Pemasangan Nomor Pada Polybag
52
13. Penyiangan
53
14. Pemasangan Tusuk Gigi
53
15. Pengambilan Data
54
16. Penyiraman
54
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Jumlah Stek Batang Kelor Yang Tumbuh
31
2. Jumlah Tunas Yang Tumbuh Pada Stek Batang Kelor
32
3. Persentase Hidup Stek Batang Kelor
33
4. Diameter Stek Batang Kelor
33
Lampiran
5. Pengamatan Mata Tunas Yang Tumbuh Pada Stek Batang Tanaman
Kelor Dengan Menggunakan Air Kelapa Muda.
40
6. Pengukuran Diameter dan Tinggi Stek Batang Kelor Dengan
Menggunakan Air Kelapa Muda Selama 3 Minggu
41
7. Pengamatan Mata Tunas Yang Tumbuh Pada Stek Batang Tanaman
Kelor Dengan Menggunakan Ekstrak Rebung.
42
8. Pengukuran Diameter dan Tinggi Stek Batang Kelor Dengan
Menggunakan Ekstrak Rebung.
43
9. Pengamatan Mata Tunas Yang Tumbuh Pada Stek Batang Tanaman
Kelor Tanpa Menggunakan Apapun Sebagai Kontrol Selama 3 Minggu 44
10. Pengukuran Diameter dan Tinggi Stek Batang Kelor (Moringa oleifera.L) 45
11. Pengukuran suhu di areal persemaian Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
46
BAB I
PENDAHULUAN
Pohon kelor bagi komunitas masyarakat Indonesia umumnya belum jadi
perhatian, walaupun ada yang secara individual memanfaatkan daunnya untuk
sayur. Ini pun tujuannya sekedar untuk mendapatkan sayur murah yang tidak
perlu membeli karena ti nggal memetik di kebun perkarangan rumah. Mereka
memanfaatkan daun kelor terutama daunnya merupakan sumber gizi yang
unggul. Kalau kita cermati penelitian - penelitian terhadap pohon kelor yang
dilakukan di beberapa negara sedang berkembang maupun negara-negara maju,
tidak termasuk Indonesia, sungguh sangat menarik bagian pohon kelor, teruta ma
daun dan minyak biji kelor, merupakan komoditas perdagangan yang mempunyai
nilai tinggi. Perkembangan yang akhir-akhir ini terjadi di Afrika, bahwa pohon kelor
telah menjadi basis utama dalam memerangi kondisi gizi - kurang, lapar - gizi dan
berbagai problem kesehatan masyarakat.
Hal itu tidak lepas dari apa yang
dicanangkan oleh Sekjen PBB, Kofi Annan, yang orang Afrika. Kofi Annan
terobsesi untuk mengentaskan 200 juta penduduk Afrika dari berbagai masalah
serius yang mereka hadapi. Tidak hanya kondisi gizi-kurang, tapi juga berbagai
penyakit
menular
seperti
HIV-AIDS.
Dalam
program
MDGs
(Melinium
Development Goals) di Afrika ditargetkan bahwa di tahun 2015 akan terjadi
perubahan yang lebih baik, keluar dari kondisi gizi - kurang dan kelaparan. Kofi
Annan mencanangkan semboyan revolusi hijau (Green Revalution). Revolusi
hijau di Afrika berbeda dengan pemahaman revolusi hijau di Eropa abad 19.
Semboyannya adalah mengoptimalkan kekayaan hijauan indigenous sebagai
basis dalam mengatasi kel aparan dan kondisi gizi kurang serta berbagai masalah
kesehatan. Sumber daya hijauan pohon kelor menjadi prioritas untuk mendukung
2
seruan Kofi Annan. Gagasan ini di tindak lanjuti oleh masyarakat Afrika dalam
program khusus pemerintah dan NGO. Jadi tidak mengherankan kalau saat ini
pohon kelor dibudidayakan, baik dalam skala rumah tangga, perkebunan kecil
maupun perkebunan besar yang terintergasi dengan industri pengelolaan dengan
sasaran ekspor (Anonim, 2012).
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara (nutrein),
yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah
proses fisiologis tumbuhan. Zat Pengatur Tumbuh
terdiri dari 5, yaitu auksin
yang mempunyai kemampuan dalam mendukung perpanjangan sel, giberelin
dapat menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan atau keduanya, sitokinin
mendukung terjadinya pembelahan sel,
ethilen berperan dalam proses
pematangan buah dan asam absisat. Zat Pengatur Tumbuh auksin secara garis
besarnya dapat dibagi atas dua golongan, yaitu alami seperti urine sapi , air
kelapa muda dan sintesis (buatan) dengan merk dagang seperti Atonik,
Dekamon, Rootone F, Root Up (Abidin, 1993).
Tujuan penelitian adalah untuk dapat mengetahui pengaruh perendaman
pada larutan air kelapa muda dan pada larutan ekstrak rebung bambu betung
terhadap keberhasilan
tumbuh stek batang
tanaman kelor (Moringa oleifera.
L).
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat untuk dapat memahami tentang bagaimana penggunaan larutan air
kelapa muda dan larutan ekstrak rebung bambu betung secara tepat dan efisien
terhadap tanaman kelor (Moringa oleifera. L).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Perbanyakan Vegetatif Dengan Stek
Stek adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga
menjadi tanaman baru. Stek dapat menggunakan potongan batang, pucuk
batang, daun umbi maupun rimpang. Pada umumnya penyetekan dapat
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1.
Pilih tanaman induk yang sehat dari tanaman varietas unggul.
2.
Pada stek batang, pilih batang atau cabang pada diameter ± 1 cm, batang
yang memiliki 3-5 mata tunas dipotong dengan panjang sekitar 10-15 cm.
3.
Rendam bagian pangkal stek dalam larutan hormon perangsang penumbuh
akar.
4.
Bagian pangkal stek dibenamkan tegak berdiri ke dalam media persemaian
kira-kira sepertiga dari panjang stek.
5.
Perawatan dilakukan dengan penyiraman secara rutin.
6.
Setelah 3-4 minggu stek akan bertunas dan berakar. Stek bisa dipindahkan
ke polybag atau lahan setelah tumbuh 3-5 helai daun (Yuli. W, 2011).
Menurut Hartmann et all (1997), stek batang, stek daun dan stek akar
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.
Stek Batang
Bahan awal perbanyakan tanaman berupa batang tanaman. Stek
batang di kelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang
tanaman, yakni : berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous.
Bahan tanaman yang biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras
antara lain : apel, pear, cemara, dan lain-lain, dengan perlakuan kimia IBA
4
atau NAA 2500
5000 ppm. Panjang stek berkisar antara 10
76 cm atau
dua buku ( nodes ).
b.
Stek Daun
Semi berkayu, contohnya terdapat pada tanaman Citrus sp. Dengan
perlakuan kimia yang sudah umum yaitu IBA dan NAA 1000
panjang stek 7,5
3000 ppm dan
15 cm. Pada stek batang semi berkayu ini, daun
daun
seharusnya dibuang unt mengendalikan transpirasi. Di samping itu,
perlakuan sebelumnya mungkin dapat membantu pengakaran. Untuk stek
batang berkayu lunak, contohnya terdapat pada tanaman Magnolia dengan
perlakuan IBA atau NAA 500 -1250 ppm dan panjang stek 7,5
12,5 cm.
Pada stek batang berkayu lunak ini umumnya akar relatif cepat keluar (2 -5
minggu). Stek batang yang tergolong herbaceous, dilakukan pada tanaman
Dieffenbachia, chrysanthemum, dan Ipomoea batatas. Pada dasarnya
perlakuan auksin tidak di perlukan pada stek batang herbaceous ini, tetapi
kadang diberikan IBA atau NAA 500
biasa digunakan adalah 7,5
1250 ppm dan panjang stek yang
12,5 cm. Stek daun juga dapat digunakan
untuk pembiakan tanaman. Pada tipe stek ini helaian daun digunakan dalam
pembiakan untuk mendapatkan tanaman baru. Tumbuhnya tunas dan akar
berasal dari bagian-bagian daun yang ditanam.
c.
Stek Akar
Pembiakan dengan stek akar cukup mudah dilakukan, tetapi ukuran
daripada akar yang digunakan juga perlu diperhatikan untuk mendapatkan
hasil yang baik.
5
B. Tinjauan Umum Tanaman Kelor
Kelor atau merunggai (Moringa oleifera. L) adalah sejenis tumbuhan dari
suku Moringaceae (tumbuhan berbunga). Tumbuhan ini memiliki ketinggian
batang 7-11 meter. Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil
bersusun majemuk dalam satu tangkai, dapat dibuat sayur atau obat. Bunganya
berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna
hijau; bunga ini keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah
kelor berbentuk segitiga memanjang, juga dapat disayur, tanaman ini mempunyai
beberapa nama yaitu nama umum Indonesia: Kelor, limaran (Jawa), Inggris :
Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree, Melayu : kalor, merunggai,
sajina, Vietnam : Chùm ngây, Thailand : ma-rum, Pilipina : Malunggay. Tahun
1980-an telah dimulai, ada sebuah laporan hasil penelitian kajian dan
pengembangan terkait dengan pemanfaatan tanaman kelor untuk penghijauan
serta penahan penggurunan di Etiopia, Somalia, dan Kenya Penelitian terhadap
manfaat tanaman mulai dari daun, kulit batang, buah sampai bijinya, sejak awal
oleh tim Jerman, di dala m berkala Institute for Scientific Cooperation. Laporan
tersebut dikhususkan terhadap kawasan yang termasuk Etiopia, Somalia, dan
Sudan, karena sejak lama sudah menjadi tradisi penduduknya untuk menanam
pohon kelor, mengingat pohon tersebut dapat menjadi bagian di dalam
kehidupan sehari -hari sebagai bahan sayuran, bahan baku obat-obatan, juga
untuk diperdagangkan. Di kawasan Arba Minch dan Konso, pohon kelor justru
digunakan sebagai tanaman untuk penahan longsor,konservasi tanah, dan
terasering. Salah satu sifat yang menguntungkan untuk membudidayakan pohon
kelor yang sudah diketahui sejak lama, yaitu minimnya penggunaan pupuk dan
jarang diserang hama (oleh serangga) ataupun penyakit (oleh mikroba).
6
Sehingga biaya untuk pemupukan dan pengontrolan hama dan penyakit relatif
sangat murah. Bahkan, dari pengalaman para petani kelor yang sudah lama
berkecimpung, diketahui bahwa pemupukan yang baik adalah berasal dari pupuk
organik, khususnya berasal dari kacang-kacangan (misalnya kacang hijau,
kacang kedelai ataupun kacang panjang) yang ditanamkan sekitar pohon kelor
(Winarno, 2003).
Sehingga pada musim hujan walau dalam jumlah yang paling minimal,
jatuhan air hujan akan dapat ditahan oleh sistem akar kelor, dan pada musim
kan menjadi sumber air bagi tanaman
lain. Juga karena sistem akar kelor cukup rapat, bencana longsor jarang terjadi
(Anonim, 2007).
1.
Klasifikasi dan Morfologi Kelor (Moringa oleifera. L)
Kelor merupakan tanaman yang tinggi pohonnya dapat mencapai 12
meter dengan diameter 30 cm, berakar tunggang berwarna putih yang
membesar seperti lobak, mempunyai batang bulat dengan arah tumbuh lurus
ke atas dan permukaannya kasar. Percabangan pada batangnya terjadi
secara simpodial; daun majemuk, bertangkai panj ang, tersusun berseling,
helai daun saat muda berwarna hijau muda, setelah dewasa hijau tua,
bentuk helai daun bulat telur, panjang 1 3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm,
ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, dan tepi daun rata, susunan
pertulangan menyirip, pemukaan atas dan bawah halus, bunga berwarna
putih agak krem, menebar aroma khas, buah berbentuk segitiga memanjang
berwarna cokelat setelah tua, biji berbentuk bulat, ketika muda berwarna
hijau terang dan berubah berwarna cokelat kehitaman ketika polong matang
7
dan kering serta bagian kayu berwarna coklat muda atau krem berserabut
(Anonim, 2007).
Menurut Anonim (2016), Kedudukan tanaman dalam sistematika
(taksonomi) tumbuhan di klasifikasikan sebagai berikut:
2.
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Dilleniidae
Ordo
: Capparales
Famili
: Moringaceae
Genus
: Moringa
Spesies
: Moringa oleifera
Syarat Tumbuh Kelor
yang sering dikenal dengan kelor atau merunggai
tidak hanya dapat tumbuh dan berkembang di India dan Indonesia saja,
tetapi juga di berbagai kawasan tropis lainnya di dunia. Kelor dapat
berkembang biak dengan baik pada `daerah yang mempunyai ketinggian
tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Karena tanaman kelor
merupakan leguminosa, maka bagus ditanam secara tumpang sari dengan
tanaman lain karena dapat menambah uns ur nitrogen dan lahan (Anonim,
2007).
Pohon kelor dapat mudah tumbuh baik yang berasal dari biji atau stek.
Biji kelor tidak mempunyai periode dormansi, jadi mereka dapat tumbuh
8
secepat mungkin setelah mereka matang. Biji kelor juga mempunyai
kemampuan bertahan untuk dapat berkecambah selama 1 tahun. Selama
tahun pertama pohon kelor akan tumbuh mencapai ketinggian 5 m dan
menghasilkan bunga dan buah. Setelah berumur 3 tahun pohon ini akan
menghasilkan 400-600 polong setiap tahunnya dan pohon dewasa
menghasilkan 1600 polong.
Di India tumbuhan ini dibiakkan dengan
menggunakan stek (potongan dahan) sepanjang 1-2 cm dengan penanaman
sekitar bulan Juni sampai dengan Agustus. Pohon akan keluar kelopak
setelah 6-8 bulan penanaman, tetapi perawatan pertumbuhan reguler terjadi
setelah tahun kedua. Pohon ini akan tumbuh memebesar setelah beberapa
tahun kemudian. Secara umum, parameter lingkungan yang dibutuhkan
tanaman kelor untuk tumbuh dengan baik adalah :
Iklim
: Tropis atau sub-Tropis
Ketinggian
:0
Suhu
: 25
Curah Hujan
: 250 mm
2000 meter dpl
35 °C
2000 mm per tahun.
Irigasi yang baik diperlukan jika curah hujan kurang dari 800 mm
Type tanah
: berpasir atau lempung berpasir
PH Tanah
:5
9
Lahan penanaman Kelor harus menjadi daerah terbuka untuk
menerima sinar matahari penuh dan terlindungi dari hewan yang bebas
berkeliaran dengan cara membuat pagar alami atau pagar buatan yang
memadai (Fuglie, 2001).
9
3.
Manfaat Dan Kandungan Gizi Kelor
a. Manfaat Kelor (Moringa oilefera. L)
Kelor (Moringa oilefera. L) memiliki banyak khasiat untuk
kesehatan manusia. Di Indonesia, tanaman kelor ini banyak ditanam
sebagai pagar atau pembatas kebun. Banyak orang memanfaatkan
daun dan buah kelor untuk sayuran. Ada pula yang mengaitkan
tanaman ini dengan ilmu hitam seperti untuk mengusir setan. Namun, di
balik mitos tersebut ternyata kelor adalah bagian paling umum
digunakan. Bunganya dapat dimakan saat dimasak dan terasa seperti
jamur. Kulit kayu, getah, akar, daun, biji, minyak, dan bunga digunakan
dalam pengobatan tradisional di beberapa negara. Di Jamaika, getah
digunakan untuk pewarna biru alami. Dalam dunia metafisika kayu kelor
dianggap sebagai sesepuhnya kayu bertuah di jagat raya karena
mempunyai
pancaran
daya
energi
supranatural
yang
tinggi
yang berguna untuk:
1) Menyadarkan orang yang kejang-kejang karena kesurupan atau sawan
dari jenasah : Gosok tengkuk dan semua persendian tubuh dengan
remasan daun kelor.
2) Sebagai pemusnah kesaktian karena Black Magic tertentu : Kesaktian
Black Magic tertentu akan punah bila dipukul dengan cabang pohon
kelor.
Bayi dan anak-anak pada masa pertumbuhan dianjurkan Organisasi
Kesehatan Dunia WHO mengkonsumsi daun kelor. Perbandingan gram,
daun kelor mengandung:7 x vitamin C pada jeruk 4 x calcium pada susu
4 x vitamin A pada wortel 2 x protein pada susu 3 x potasium pada
10
pisang. Organisasi ini juga menobatkan kelor sebagai pohon ajaib setelah
melakukan studi dan menemukan bahwa tumbuhan ini berjasa sebagai
penambah kesehatan berharga murah selama 40 tahun ini di negaranegara termiskin di dunia. Pohon kelor memang tersebar luas di padangpadang Afrika, Amerika Latin, dan Asia. National Institute of Health (NIH)
pada 21 Maret 2008 mengatakan, bahwa pohon kelor telah digunakan
sebagai obat oleh berbagai kelompok etnis asli untuk mencegah atau
mengobati lebih dari 300 jenis penyakit. Tradisi pengobatan ayurveda
India kuno menunjukkan bahwa 300 jenis penyakit dapat diobati dengan
daun kelor (Moringa oleifera. L) (Anonim, 2005).
Menurut Gembong, Tjitroesoepomo (1989), manfaat utama daun
kelor adalah:
1)
Meningkatkan ketahanan alamiah tubuh.
2)
Menyegarkan mata dan otak.
3)
Meningkatkan metabolisme tubuh.
4)
Meningkatkan struktur sel tubuh.
5)
Meningkatkan serum kolesterol alamiah.
6)
Mengurangi kerutan dan garis-garis pada kulit.
7)
Meningkatkan fungsi normal hati dan ginjal.
8)
Memperindah kulit.
9)
Meningkatkan energy
10) Memudahkan pencernaan.
11) Antioksidan.
12) Memelihara sistem imunitas tubuh
13) Meningkatkan sistem sirkulasi yang menyehatkan.
11
14) Bersifat anti-peradangan.
15) Memberi perasaan sehat secara menyeluruh.
16) Mendukung kadar gula normal tubuh.
b. Kandungan Gizi Daun Kelor
Daun kelor adalah bagian paling bergizi dari tanaman kelor sendiri,
merupakan sumber penting vitamin B6, vitamin C, provitamin A sebagai
beta-karoten, magnesium dan protein antara nutrisi lain yang telah diteliti
di lab oleh USDA. Jika dibandingkan dengan makanan umum, daun kelor
sangat tinggi dalam kandungan nutrisi nya, Secara tradisional daun kelor
dimasak dan digunakan seperti bayam. Selain digunakan segar sebagai
pengganti bayam, daun biasanya dikeringkan dan ditumbuk menjadi
bubuk digunakan dalam sup dan saus (Winarno,2003).
C. Zat Pengatur Tumbuh
Hormon sering juga disebut dengan zat pengatur tumbuh adalah
merupakan molekul -molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-reaksi metabolik
penting, molekul-molekul tersebut terbentuk dalam organisme dengan proses
metabolik dan tidak berfungsi sebagai nutrisi (Heddy, 1986).
Menurut Lingga (1992), menyatakan fungsi dari hormon diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki sistem perakaran, mempercepat keluarnya akar bagi tanaman
muda (bibit).
2. Membantu tanaman menyedot unsur hara dari tanah, termasuk pupuk yang
diberikan.
3. Mencegah gugur daun, bunga dan buah.
4. Memperkaya pertumbuhan vegetatif dan anakan.
12
5. Mempercepat kematangan buah dengan warna yang seragam dengan hasil
yang tinggi, dan meningkatkan proses fotosintesis.
D. Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper)
Rebung bambu betung (Dendrocalamus asper) adalah nama umum bagi
terubus bambu yang baru tumbuh dan berasal dari batang bawah. Rebung yang
baru keluar berbentuk lonjong, kokoh, dan terbungkus dalam kelopak daun yang
rapat dan bermiang (duri-duri halus) banyak. Selama musim hujan, rebung
bambu tumbuh dengan pesatnya, dalam beberapa minggu saja tunas tersebut
sudah sudah tinggi. Dalam waktu 9-10 bulan rebung telah mencapai tinggi
maksimal 25-30cm. Beberapa jenis rebung terbentuk pada permulaan musim
hujan, selain itu ada yang terbentuk pada akhir musim hujan. Musim panen
rebung biasanya jatuh sekitar bulan desember hingga februari atau maret
(Kencana dkk, 2012).
Pada tahap awal rebung terlihat pendek, terbungkus dalam pelepah batang
yang rapat dan bermiang dengan warna miang coklat sampai kehitaman.
Rebung tumbuh cepat menjadi batang bambu muda selama musim hujan.
Setelah mencapai pertumbuhan maksimum, seludang buluh membuka dan diikuti
dengan tumbuhnya primordial tunas lateral sebagai bakal cabang. Percabangan
tumbuh mulai dari 1/3 buku bagian atas diikuti percabangan dibagian tengah
buluh terus ke bagian bawah, percabangan bambu betung termasuk kelompok
banyak cabang (bud multiple branching), yang dapat mencapai 10-20 anak
cabang dalam satu buku. Mata cabang dalam buluh terdiri dari mata cabang
yang besar di bagi an tengah (central bud) dan kelompok mata cabang yang lebih
kecil di kiri kanannya. Rebung bambu merupakan makanan khas dari Asia
Bagian Timur. Rebung bambu muda memiliki bentuk seperti taring badak.
13
Beberapa rebung diantaranya dapat dikonsumsi manusia, namun ada juga yang
tidak bisa dikonsumsi manusia karena memiliki rasa pahit seperti rebung dari
bambu apus. Jenis rebung bambu apus dapat menyebabkan orang menjadi
mabuk karena mengandung kadar asam sianida yang tinggi. Beberapa jenis
rebung juga mengandung senyawa toksik sianida dalam bentuk glukosida. Bila
senyawa ini bereaksi dengan air maka akan terbentuk asam sianida. Asam
sianida dapat dikeluarkan dari rebung mentah dengan merusak jaringan rebung
melalui proses pemasakan. Kadar asam sianida dalam rebung dapat mencapai
800 mg setiap 100 gram Rasa pahit mungkin berhubungan dengan kandungan
glukosida tersebut (Salahudin, 2004).
1.
Hormon Giberelin Yang Terkandung Dalam Rebung Bambu Betung
(Dendrocalamus asper)
a. Pengertian dan Fungsi Hormon Giberelin.
Giberelin adalah hormon pertumbuhan yang ditemukan pada
tumbuhan dan juga kingdom fungi. Pada tumbuhan, hormon ini
disintesis di meristem apeks akar dan daun muda tanaman, biji juga
ditemukan sebagai tempat produksi hormon ini.
Awal penemuan
hormon ini ialah pada
pertumbuhan dengan tinggi batang tidak normal. Pada tahun 1926, E.
Kurosawa
peneliti
jepang
berhasil
mengisolasi
senyawa
yang
meyebabkan pertumbuhan pada tanaman padi tersebut. Senyawa
tersebut dihasilkan oleh jamur dari marga Gibberella. Pada 1930, para
ilmuwan
jepang
pemanjangan
meyakini
batang
bahwa
secara
fungilah
berlebihan
yang
melalui
menyebabkan
senyawa
yang
disekresikannya, disebut dengan Giberelin. Penelitian lebih lanjut oleh
14
ilmuwan barat menunjukkan bahwa giberelin juga disintesis oleh
tumbuhan meski jumlahnya jauh lebih sedikit (Anonim, 2013).
Menurut Anonim (2013), Fungsi giberelin pada tumbuhan ialah
sebagai berikut:
1) Pemanjangan Batang
Giberelin merangsang pertumbuhan pada daun dan batang, dan
sedikit berpengaruh pada pertumbuhan akar (meski
disintesis
diakar). Pada batang, giberelin merangsang pemanjangan sel dan
pembelahan sel batang. Giberelin dan auksin bekerja secara sinergis
pada batang yang sedang tumbuh, mempengaruhi pertumbuhan
batang. Terapi giberelin dapat diberikan pada tumbuhan yang
mengalami pertumbuhan kerdil. Giberelin akan memacu pertumbuhan
tumbuhan kerdil tersebut. Ketika tumbuhan beralih ke pertumbuhan
organ reproduktif, terjadi lonjakan giberelin yang akan memacu
pemanjangan batang lebih cepat. Hal ini dimaksud untuk menopang
jumlah bunga yang terbentuklebih banyak.
2) Pertumbuhan Buah.
Kerjasama antara giberelin dan auksin juga berperan dalam
pembentukan buah dan Perkecambahan. Giberelin dipercaya dapat
mematahkan dormansi pada biji. Ditemukan kadar giverlin yang tinggi
pada benih. Setelah imbibisi (masuknya air) pada biji, akan
membebaskan giberelin dan merangsang biji untuk berkecambah
yang ditandai dengan munculnya koleoptil pada biji, radikula (bakal
akar) dan plumula (bakal batang dan daun). Untuk mendukung proses
perkecambahan, maka dibutuhkan kondisi lingkungan khusus oleh
15
tumbuhan seperti faktor cahaya dan suhu. Intensitas cahaya dan suhu
yang rendah akan membantu giberelin mengakhiri masa dormansi biji.
Giberelin pada tanaman sereal membantu pertumbuhan benih
-amilase, yang merupakan
enzim pencernaan berfungsi memecah simpanan karbohidrat untuk
pertumbuhan benih (Anonim, 2015).
Hormon giberelin merupakan suatu hormon yang sangat
berpengaruh pada perkembangan dan perkecambahan sel embrio
dengan bantuan cahaya sinar matahari. Kemudian akan membantu
untuk merangsang pembentukan enzim yang berpengaruh dalam
pemecahan senyawa amilum. Enzim tersebut adalah enzim amylase.
Pemecahan
cadangan
senyawa
makanan.
terjadi
pada
Mengapa
endosperm,
harus
dipecah?
yakni
Agar
tempat
bisa
menghasilkan senyawa glukosa yang mana merupakan senyawa
penghasil energi. Hormon ini kerap di berikan pada tanaman-tanaman
yang kerdil, sebab gunanya adalah untuk membantu menormalkan
pertumbuhan tanaman tersebut agar besar seperti tanaman pada
umumnya. Cara kerja hormon ini akan dibantu oleh hormon-hormon
lainnya, seperti hormon auksin (Anonim, 2015).
Disamping itu menurut Anonim (2015),
hormon giberelin
memiliki fungsi pada tumbuhan yang akan membantu proses
pembentukan
sempurna
pada
tumbuhan.
penjelasannya mengenai fungsi hormon giberelin :
1) Membantu pertumbuhan tunas embrio.
2) Membantu perkecambahan embrio.
Berikut
adalah
16
3) Membantu merangsang pembentukan enzim amylase, maltase,
dan pemecah protein.
4) Membantu pembentukan biji.
5) Mampu memecah senyawa amilum untuk menghasilkan senyawa
glukosa.
6) Meninggikan tumbuhan kerdil menjadi tumbuhan normal.
7) Membantu dalam proses pembentukan biji.
8) Merangsang serbuk sari atau polen.
9) Membantu memperbesar ukuran pada buah.
10) Membantu merangsang pembentukan bunga.
11) Membantu menghentikan masa dorminasi biji (kebalikan hormon
sitokinin).
12) Dengan konsentrasi rendah tidak merangsang pembentukan akar.
13) Dengan konsentrasi tinggi, bisa merangsang pembentukan akar.
14) Membantu pembentukan bunga.
15) Membantu mempercepat pertumbuhan.
16) Mampu menyebabkan tanaman berbunga sebelum musimnya.
17) Membantu mempercepat aktivitas cambium.
18) Membantu perkecambahan biji.
Cara hormon ini bekerja adalah dengan mengenai bagian
embrio atau tunas agar terkena air. Hal ini bisa menyebabkan tunas
embrio menjadi aktif, yang mana memicu munculnya hormon giberelin
(GA). Keluarnya hormon ini bisa memicu keluarnya aleuron yang
nantinya mensintesis dan mengeluarkan enzim. Enzim yang bisa
keluar berupa enzim amylase, maltase, serta enzim yang mampu
17
memecah protein. Selain itu, jika anda menambahkan hormon
giberelin pada tanaman yang sedang berbunga pada bagian-bagian
muda maka tumbuhlah buah tanpa biji. Sekarang ini sudah banyak
berkembang adanya buah tanpa biji, seperti yang ada pada
semangka. Hampir semua tanaman yang bisa bertambah tinggi
dengan pemberian hormon giberelin. Misalnya pada tumbuhan yang
kerdil, ketika diberikan hormon ini akan tumbuh dengan tinggi normal.
Namun pada tanaman yang sudah tumbuh normal, diberikan hormon
giberelin bisa menyebabkan tanaman tumbuh lebih cepat dari
jenisnya yang biasanya. Anehnya, pemberian hormon giberelin ni i
hasilnya sama saja ketika ditambahkan pada tanaman jagung
(Anonim, 2015).
b. Kandungan Nutrisi dan Mineral Pada R ebung Bambu Betung
(Dendrocalamus asper)
Rebung bambu mengandung berbagai macam vitamin seperti
vitamin A, vitamin B6, vitamin E, thiamin, riboflavin, niasin, asam folat,
dan asam pantotenat. Mineral yang terkandung dalam rebung yang baik
untukpertumbuhan tanaman termasuk kalsium (Ca), magnesium (Mg),
fosfor (P), kalium (K), natrium (Na), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan
(Mn),selenium (se) dan zat besi (Fe).Rebung bambu
juga sumber
protein, dalam 100 gram rebung memiliki sekitar 2 sampai 2,5 gram
protein. Protein yang terkandung dalam rebung terdiri dari 17 asam
aminoesensial dan 2 asam amino semi esensial (Anonim, 2016).
18
2.
Hormon Sitokinin yang Terkandung Pada Air Kelapa Muda
(Cocos nucifera)
Hormon Sitokinin adalah hormon tumbuhan yang berperan dalam
pembelahan sel (sitokinesis). Senyawa sitokinin pertama kali ditemukan
pada tanaman tembakau dan disebut kinetin. Hormon sitokinin dibentuk
pada bagian akar dan ditransportasikan ke seluruh bagian sel tanaman
tembakau. Senyawa sitokinin juga terdapat pada tanaman jagung dan
disebut zeatin.
Menurut Anonim (2013), adapun fungsi hormon sitokinin adalah:
1. Mengatur pembentukan bunga dan buah.
2. Mengatur pertumbuhan daun dan pucuk .
3. Memperbesar daun muda.
4. Merangsang pembentukan akar dan batang serta pembentukan cabang
akar dan batang juga dapat menghambat proses penuaan dengan cara
merangsang proses serta transportasi garam-garam mineral dan asam
amino ke daun.
Menurut Anonim (2013), adapun kandungan yang terdapat pada Air
Kelapa Muda.
Komposisi konsetrasi :
1)
Folate Acid 0,003 mg/l
2)
Nicotinate Acid 0,64 mg/l
3)
Panthotenate Acid 0,52 mg/l
4)
Biotin 0,02 mg/l
5)
Pyridoxine Very little
6)
Hyboflavine 0,01 mg/l
7)
Tyamin Very little
19
8)
Giberelat Acid Very little
9)
Auxins Very little
10) 1.3-difenilurea 5,8000 mg/l
11) M-inositol 0,01 mg/l
12) Silo-inositol 0,05 mg/l
13) Sorbitol 15 mg/l
14) C1 183 mg/100 gram
15) Cu 0,040 mg/100 gram
16) Fe 0,1 mg/100 gram
17) K 312 mg/100 gram
18) Mg 30 mg/100 gram
19) Na 105 mg/100 gram
20) P 37 mg/100 gram
21) S 15 mg/100 gram
Dilihat dari komposisi yang terkandung didalamnya, terutama adanya
zat tumbuh, maka penambahan air kelapa dalam media kultur dapat
membantu mendorong pertumbuhan. Air kelapa adalah salah satu bahah
alami, didalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07
mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi
perkecambahan dan pertumbuhan. Penggunaan air kelapa sampai 250 ml/l
dapat mempercepat perkecambahan biji. Munculnya plb lebih cepat pada
perlakuan kombinasi giberelin air kelapa yaitu pada kombinasi giberelin 2
ppm + air kelapa 250 ml/l dan giberelin 3 ppm + air kelapa 150 ml/l dengan
rentang waktu 14-15 hari (Anonim, 2013).
20
Pada perlakuan tunggal air kelapa munculnya daun lebih cepat pada
konsentrasi 250 ml/l dengan rentang waktu 31-48 hari. Hal ini diduga pada
konsentrasi tersebut rasio sitokinin lebih tinggi daripada auksin dan juga
disebabkan karena plb yang muncul lebih cepat sehingga munculnya daun
juga akan cepat. Saat munculnya daun lebih cepat pada kombinasi giberelin
2 ppm + air kelapa 250 ml/l dengan rentang waktu 31 -33 hari, diduga karena
hormon sebagai bahan dasar untuk pembentukan daun lebih tinggi sehingga
akan mempercepat munculnya daun. Saat munculnya akar lebih cepat pada
perlakuan tunggal giberelin konsentrasi 2 ppm dengan rentang waktu 49-58
hari setelah pengkulturan. Munculnya akar lebih cepat pada perlakuan ini
ada hubungannya dengan saat munculnya daun yang cepat. Setelah daun
terbentuk maka bagian radikula akan berdiferensiasi membentuk akar
dengan bantuan hormon auksin yang disintesis oleh daun. Saat munculnya
akar lebih cepat pada perlakuan tunggal air kelapa konsentrasi 250 ml/l
dengan rentang waktu 49-58 hari. Hal ini disebabkan karena dal am air
kelapa disamping mengandung auksin dan giberelin juga mengandung
zeatin
yang
merupakan
kelompok
sitokinin.
Sitokinin
mempunyai
kemampuan dalam merangsang pembelahan sel dan diferensiasi terutama
dalam hal pembentukan pucuk daun auksin merangsang pembentukan
akar. Pada kombinasi perlakuan giberelin dan air kelapa, munculnya akar
lebih cepat pada kombinasi giberelin 2 ppm + air kelapa 250 ml/l dengan
rentang waktu 49-53 hari. Cepatnya akar yang terbentuk karena pada
perlakuan ini plb dan daun yang terb entuk lebih cepat dari perlakuan lain
sehingga mendorong untuk terbentuknya akar lebih cepat (Anonim, 2013).
21
E. Pengertian Tunas
Tunas adalah bagian tumbuhan yang baru tumbuh dari kecambah atau
kuncup yang berada di atas permukaan tanah/media. Tunas dapat terdiri dari
batang, ditambah dengan daun muda, calon bunga, atau calon buah. Dalam
peristilahan fisiologi tumbuhan, tunas juga berarti semua bagian tumbuhan yang
bukan akar, yaitu bagian tumbuhan yang berkecenderungan memiliki geotropisme negatif atau heliotropisme positif (Anonim , 2013).
F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek
Berhasilnya pembiakan vegetatif dengan stek ditandai dengan munculnya
akar pada stek. Menurut Hartmann et all (1997), secara umum faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan stek dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu:
1.
Faktor Dalam
a. Jenis Tanaman
Beberapa jenis pohon kehutanan dapat dibiakkan dengan metode
stek, baik itu dengan stek akar, stek batang, stek pucuk ataupun stek
daun, tetapi beberapa pohon justru tidak bisa dibiakkan dengan metode
stek.
b. Bahan Stek
Bahan stek meliputi nutrisi yang terkandung dalam bahan stek,
ketersediaan air, kandungan hormon endogen dalam jaringan stek, tipe
bahan stek, kehadiran hama dan penyakit serta umur pohon induk dan
umur bahan stek itu sendiri.
22
2.
Faktor Luar
a. Sinar Matahari
Sinar matahari besar pengaruhnya terhadap kelangsungan asimilasi
zat karbondioksida dengan menghasilkan beberapa jenis zat asimilat.
Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tumbuh memanjang
namun lemah-lungai. Setiap tanaman membutuhkan volume sinar
matahari tertentu. Bilamana cukup terang pertumbuhannya akan tegak,
tegar dan subur. Ada jenis tanaman yang hanya dapat berbunga/berbuah
bilamana tumbuh di daerah dengan sinar matahari lebih dari 10 jam ratarata dalam sehari. Sebaliknya, ada jenis tanaman yang hanya dapat
berbuah/berbunga di daerah sinar matahari yang kurang dari 10 jam ratarata dalam sehari. Dari sini kemudian tanaman digolongkan atas jenisjenis tanaman yang berhari panjang dan pendek, disamping itu ada
tanaman netral.
b. Suhu Udara
berjenis-jenis tanaman bilamana tumbuh di dataran rendah cepat
tumbuhnya dan berbunga lebat, sebaliknya bilaman tumbuh di dataran
tinggi yang rendah suhunya akan tunbuh perlahan-lahan dan kerdil,
berbunganya pun lambat. Jenis-jenis tanaman pinus dapat tumbuh di
dataran rendah tropis, namun dapat tumbuh pula di daerah yang beriklim
empat alias menghadapi musim es (winter) tanpa mengalami gugur daun,
untuk suhu siang 21°C-27°C dan suhu malam 16°C-21°C.
c. Air dan Nutrisi
Tumbuhan membutuhkan air dan nutrisi untuk
pertumbuhan dan
perkembangannya. Nutrisi ini harus tersedia dalam jumlah cukup dan
23
seimbang. Nutrisi diambil tumbuhan dari dalam tanah dan udara. Unsurunsur yang dibutuhkan tumbuhan dikelompokkan menjadi dua mac am,
yaitu zat-zat organik dan anorganik. Zat organik, seperti C, H, O, dan N,
sedangkan zat anorganik, seperti Fe, Mg, K, dan Ca. Pertumbuhan
tanaman akan terganggu jika salah satu unsur yang dibutuhkan tidak
terpenuhi. Misalnya, kurangnya unsur nitrogen dan fosfor pada tanaman
menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Kekurangan magnesium dan
kalsium menyebabkan tanaman mengalami klorosis (daun berwarna
pucat).
d. Media Perakaran
Media pengakaran harus dapat memberikan kelembapan dan
oksigen dan bebas penyakit tidak perlu media nutrisi dan hara sampai
akar telah terbentuk, medium dapat berpengaruh kepada persentase stek
yang berakar dan tipe akar yang terbentuk. Berbagai macam campuran
seperti tanah, pasir, gambut dan bahan-bahan organik sepeti vermikulit
dan perlit telah banyak digunakan. Perlit digunakan sendiri atau
kombinasi dengan gambut cukup evektif karena sifat daya pegang airnya.
Pasir atau arang sekam atau air saja juga cukup memuaskan untuk stek
yang mudah berakar.
e. Kelembapan
Matinya batang stek akibat pengeringan sebelum perakaran
merupakan salah satu kegagalan yang sering terjadi dalam pembuatan
stek. Tanpa akar yang terbentuk, stek mudah kekurangan air dan daun
akan tetap bertranspirasi sehingga kehilangan air.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Persemain Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang direncanakan dalam penelitian ini
selama 3 minggu efektif mulai
tanggal 14 Juli
03 Agustus 2016, meliputi
persiapan media tanam, persiapan bahan, penyetekkan, pengambilan data dan
pengolahan data.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, adalah:
a. Parang.
b. Cangkul.
c. Gunting stek.
d. Alat tulis menulis.
e. Kamera.
f. Ember.
g. Alat siram (gembor).
h. Penggaris.
i. Hygrometer.
j. Microcaliper.
k. Staples.
2.
Bahan
a. Batang tanaman kelor (Moringa oleifera), sebanyak 105 batang.
b. Air kelapa muda.
c. Ekstrak rebung bambu betung.
26
d. Polybag.
e. Tanah
f. Air untuk menyiram
C. Prosedur Penelitian
1.
Persiapan Tempat Persemaian
Penelitian ini dilaksanakan di areal persemaian Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda yang sudah lengkap dengan kotak polybag, naungan dan
air untuk penyiraman.
2.
Persiapan Media
Tanah top soil merupakan lapisan tanah yang tebalnya antara 10
cm, warnanya coklat sampai kehitam
13
hitaman, lebih gembur yang biasanya
disebut tanah olahan atau tanah pertanian. Sebelum tanah topsoil ini
dimasukkan ke dalam polybag sebagai media tanam, maka dilakukan
pembersihan kotoran
kotoran di atas tanah topsoil tersebut, dengan tujuan
agar tanah top soil tidak tercampur kotoran tadi, kemudian kita ambil tanah
topsoil tadi dengan menggunakan cangkul dengan cara mengerik lapisan
tanah setebal 10
13 cm, kemudian dimasukkan ke dalam 105 polybag
dengan ukuran diameter polybag sebesar 12 cm.
3.
Persiapan Batang Stek Kelor (Moringa oleifera. L)
Persiapan Batang stek Kelor meliputi pemotongan dengan panjang
ruas antara 3-5 ruas. Kemudian, diameter batang yang dijadikan stek : 3-5
cm, panjang batang stek antara 10 -15 cm. Selanjutnya mengurangi daun
tanaman.
27
4.
Persiapan Pembuatan Larutan
a. Air Kelapa Muda (Cocos nucifera)
Kelapa muda didapatkan di pasar Kemuning, Loa Bakung sebanyak
2 buah kelapa muda. Kemudian kelapa muda dibelah lalu diambil airnya,
sesudah itu dimasukkan ke dalam wadah. Kondisi air kelapa muda yang
digunakan masih dalam keadaan segar (baru dibelah) tanpa harus
disimpan selama satu minggu.
b. Ekstrak Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper)
Rebung bambu betung didapatkan di pasar kemuning, Loa Bakung
sebanyak 5 ons. Selanjutnya, rebung bambu diblender dengan satu liter
air. Setelah diblender, disaring lagi dengan kain atau saringan yang paling
halus, agar serat-serat yang ada tidak ikut tercampur di larutan. Setelah
larutan dasar telah siap, encerkan dengan menambahkan satu liter air lagi
terus tambahkan 6 sendok gula pasir. Aduk hingga merata lalu, larutan
disimpan dalam jerigen atau wadah lainnya selama satu minggu. Setelah
itu larutan siap digunakan (Anonim, 2014).
5.
Pemberian Perlakuan
Setelah dilakukan pemotongan, stek batang kelor direndam terlebih
dahulu pada air kelapa muda dan pada ekstrak rebung bambu betung yang
sudah siap digunakan. Pemberian larutan dilakukan secara langsung, yaitu
bagian pangkal stek batang direndam. Masing-masing perlakuan terdiri dari
35 stek batang, dimana perlakuan perendaman pertama 35 stek batang
direndam dengan kedalaman 5 cm pada air kelapa muda (K) selama satu
jam, perlakuan kedua yaitu 35 stek batang direndam pada ekstrak rebung
28
bambu betung (R) pada kedalaman 5 cm selama satu jam dan 35 stek
batang tanpa perlakuan sebagai kontrol (X).
6.
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah media tanam telah siap untuk ditanami
batang stek yang telah dipersiapkan. Kemudian penanaman dilakukan
secara perlahan lahan agar tidak merusak batang stek, karena akan
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
dapat
menimbulkan
pembusukan,
kemudian ambil batang stek dan ditancapkan.
7.
Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Jika
hari sedang hujan jangan melakukan penyiraman lagi, karena akan
menyebabkan tanah menjadi jenuh, dan membuat batang menjadi stres,
busuk akar, layu, dan kemudian mati.
b. Penyiangan
Penyiangan sangat penting dilakukan, karena gulma di sekitar
media tanam cepat sekali pertumbuhannya. Penyiangan dilakukan
dengan membersihkan gulma yang berada di sekitar tanaman agar tidak
mengundang hama dan penyakit.
8.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Mengendalikan hama dan penyakit dapat dilakukan secara man ual,
yaitu mengambil atau mematikan langsung yang menyerang tanaman.
9.
Pengukuran Diameter
Pengukuran diameter stek batang kelor dilakukan agar dapat
mengetahui
diameter
stek
batang
dari
masing-masing
perlakuan.
29
Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yatu, pada awal penelitian dan
akhir penelitian. Diameter stek batang diukur menggunakan alat Microcaliper
pada dua sisi yang berbeda namun di titik yang sama.
10. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
langsung terhadap semua stek batang yang ditanam dari masing-masing
perlakuan setelah stek ditanam. Data yang diambil berupa batang stek yang
sudah muncul tunas pada setiap harinya, dimulai dari hari pertama, yaitu
sesudah batang stek ditanam.
a. Pengambilan data dilakukan terhadap semua perlakuan pada waktu
yang sama, setiap hari pada jam 9 pagi.
b. Data yang diambil berupa tunas yang telah tumbuh dari setiap stek
batang pada masing-masing perlakuan.
c. Pada penelitian ini stek yang hidup adalah stek batang yang telah
berhasil memunculkan tunas sampai pada penelitian selesai. Sedangkan
stek yang mati adalah stek batang yang tidak berhasil memunculkan
tunas sampai pada penelitian selesai.
11. Pengolahan Data
Menurut Anonim (2012), data yang diperoleh berupa jumlah stek yang
memunculkan mata tunas harian untuk dihitung persentase hidupnya
dengan menggunakan rumus berikut ini :
a. Persentase Hidup Per Perlakuan
30
Keterangan:
P
= Persentase Hidup
Jumlah Stek Batang Yang Bertunas
n
= Jumlah Stek Per Perlakuan
b. Rata-rata Diameter Per Perlakuan
x
x
n
Keterangan:
= Rata-rata Diameter
Total Diameter
n = Jumlah Stek Per Perlakuan
c. Penghitungan Rata-rata Diameter Stek
1
2
D = d +d
2
Keterangan:
D = Rata-rata Diameter
d1= Pengukuran Diameter Pertama
d2= Pengukuran Diameter Kedua
2 = Jumlah Pengukuran Per Stek
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil penelitian studi tentang perlakuan perendaman stek batang kelor
(Moringa oleifera. L) pada air kelapa muda (Cocos nucifera) dan pada ekstrak
rebung bambu betung (Dendrocalamus asper) selama 21 hari, dimulai pada
tanggal 14 Juli 2016 sampai dengan 03 Agustus 2016 di persemaian Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
1.
Jumlah Stek Batang Kelor Yang Tumbuh
Dari hasil pengamatan stek batang kelor dengan perendaman larutan
yang berbeda, hasil tertinggi diperoleh dari perendaman pada larutan ekstrak
rebung bambu betung (R) yaitu 29 stek batang yang tumbuh dari 35 stek
batang yang ditanam, sedangkan hasil terendah didapat pada kontrol (X)
yaitu 11 stek batang yang tumbuh dari 35 stek batang yang ditanam dan
perendaman dengan air kelapa muda (K) menghasilkan 21 stek batang yang
tumbuh dari 35 stek batang yang ditanam. Hasil dari jumlah stek batang
yang tumbuh dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Jumlah Stek Batang Kelor Yang Tumbuh
Jumlah Stek
Jumlah stek
No
Jenis Perlakuan
Batang
yang tumbuh
1
Air Kelapa Muda
35
21
2
Rebung Bambu
35
29
3
Kontrol
35
11
2.
Jumlah Tunas Yang Tumbuh Pada Stek Batang Kelor
Dari hasil yang diperoleh dalam perendaman larutan yang berbeda
terhadap jumlah tunas stek batang tanaman kelor
selama 21 hari
menunjukan bahwa tumbuhnya jumlah tunas tertinggi yaitu perendaman
pada larutan ekstrak rebung bambu betung (R) sebanyak 68 tunas pada 29
32
stek batang yang tumbuh dan jumlah terendah terdapat pada kontrol (X)
sebanyak
31 tunas pada 11 stek batang yang tumbuh dan pada
perendaman air kelapa muda (K) yaitu sebanyak 37 tunas pada 21 stek
batang yang tumbuh. Hasil dari jumlah tunas yang tumbuh dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah Tunas Yang Tumbuh Pada Masing-Masing
No
1
2
3
3.
Perlakuan Stek Batang Kelor
Jumlah Stek
Perlakuan
Yang Ditanam
Air kelapa muda
35
Ekstrak rebung
35
Kontrol
35
Jumlah
Tunas
37
68
31
Persentase Hidup Stek Batang Kelor (Moringa oleifera. L)
Dari hasil penelitian ini persentase hidup yang tertinggi diperoleh dari
perendaman menggunakan larutan ekstrak rebung bambu betung (R) yaitu
sebesar 82,86% dengan persentase mati yang sedikit yaitu 17,14%
sedangkan persentase hidup terendah diperoleh dari kontrol (X) yaitu
sebesar 31,43% dengan persentase mati terbesar yaitu 68,57% dan
perendaman air kelapa muda (K) mendapatkan hasil persentase hidup
sebesar 60% dengan persentase mati sebesar 40%. Hasil persentase hidup
stek batang kelor (Moringa oleifera. L) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Persentase Hidup Stek Batang Kelor
(Moringa oleifera. L)
No
1
2
3
Perlakuan
Air kelapa muda
Ekstrak rebung
Kontrol
Jumlah Stek
Yang Ditanam
35
35
35
Persentase
Hidup (%)
60,00
82,86
31,43
33
4.
Diameter Stek Batang Kelor (Moringa oleifera. L)
Hasil pengukuran diameter stek batang kelor (Moringa oleifera.
L) pada awal dan akhir penelitian didapat penyusutan diameter pada
stek batang kelor (Moringa oleifera. L), pengukuran awal perendaman
pada air kelapa muda (K) diperoleh rata-rata diameter 32,34 mm dan
pada pengukuran akhir diperoleh
rata-rata 31,80 mm terjadi
penyusutan sebesar 0,54 mm, sedangkan untuk perendaman pada
larutan ekstrak rebung bambu betung (R) pengukuran diameter awal
diperoleh rata-rata 32,69 mm dan pada pengukuran akhir diperoleh
rata-rata 31,89 terjadi penyusutan sebesar 0,74 mm dan pada
pengukuran awal perlakuan kontrol (X) diperoleh rata-rata 32,69 mm
dan pada pengukuran akhir diperoleh rata-rata 32,00 mm terjadi
penyusutan sebesar 0,69 mm. Hasil dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Diameter Stek Batang Kelor (Moringa oleifera. L)
No
1
2
3
Perlakuan
Air kelapa muda
Ekstrak rebung
Kontrol
Rata-rata Diameter
(mm)
Awal
Akhir
32,34
31,80
32,69
31,89
32,69
32,00
Penyusutan
(mm)
0,54
0,74
0,69
B. Pembahasan
Perendaman stek batang tanaman kelor pada larutan yang berbeda
menunjukkan bahwa perendaman pada ekstrak rebung bambu betung (R) lebih
baik dari perendaman air kelapa muda (K) dan kontrol (X), hal tersebut diduga
karena rebung bambu betung memiliki hormon tumbuh yang lebih baik seperti
giberelin. Giberelin adalah hormon perangsang pertumbuhan pada daun dan
batang serta dapat merangsang pemanjangan sel dan pembelahan sel batang.
34
Giberelin dan auksin bekerja secara sinergis pada batang yang sedang tumbuh.
Menurut Anonim (2015), sebagian fungsi dari
hormon giberelin yaitu dapat
membantu pertumbuhan tunas embrio, perkecambahan embrio, merangsang
pembentukan enzim amylase, maltase, dan pemecah protein, membantu
pembentukan biji, meninggikan tumbuhan kerdil menjadi tumbuhan normal, dapat
merangsang pembentukan bunga, dan membantu mempercepat pertumbuhan.
Disamping
itu
menurut
Anonim
(2016),
rebung
bambu
betung
(Dendrocalamus asper) mengandung mineral yang baik untuk pertumbuhan
tanaman seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), fosfor (P), kalium (K), natrium
(Na), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), s elenium (se) dan zat besi (Fe).
Rebung bambu betung (Dendrocalamus asper)
juga sumber protein,
dalam 100 gram rebung memiliki sekitar 2 sampai 2,5 gram protein. Protein yang
terkandung dalam rebung terdiri dari 17 asam amino esensial dan 2 asam amino
semi esensial (Anonim, 2016).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian studi tentang perlakuan perendaman stek batang kelor
(Moringa oleifera) pada larutan yang berbeda dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Perendaman pada larutan ekstrak rebung bambu betung menghasilkan nilai
tertinggi, yaitu: 29 stek batang yang tumbuh dari 35 stek batang yang
ditanam, 68 tunas pada 29 stek batang yang tumbuh dan memiliki
persentase tumbuh sebesar 82,86%.
2.
Perendaman pada larutan air kelapa muda menghasikan 21 stek batang
yang tumbuh dari 35 stek batang yang ditanam, 31 tunas pada 21 stek
batang yang tumbuh dan memiliki persentase tumbuh sebesar 60.00%.
3.
Sedangkan perlakuan kontrol menghasilkan nilai terendah, yaitu: 11 stek
batang yang tumbuh dari 35 stek batang yang ditanam, 31 tunas pada 11
stek batang yang tumbuh dan memiliki persentase tumbuh sebesar 31,43%.
B. Saran
1.
Perendaman untuk stek batang kelor disarankan menggunakan larutan
ekstrak rebung bambu betung karena dari hasil nilai perendaman pada
larutan ekstrak rebung bambu betung lebih tinggi dibandingkan perendaman
pada larutan air kelapa muda.
2.
Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai perendaman menggunakan
larutan ekstrak rebung bambu betung terhadap stek batang kelor karena
penelitian ini hanya dilaksanakan selama 21 hari, bisa saja hasilnya akan
lebih baik ataupun berbeda jika penelitian ini dilaksanakan lebih dari 21 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. Z, 1993. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Perangsang Tumbuh.
Percetakan Angkasa, Bandung.
Anonim, 2005.
.IPTEKnet. 2005
(Diunduh pada tanggal 1 September 2016).
Anonim, 2007. Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor
Indonesia. http://kelorina.com/budidaya/perbanyakan-tanaman/
(Di unduh pada tanggal 27 Oktober 2015).
Anonim, 2010. https://zaifbio.wordpress.com/2010/02/12/ pertumbuhan - danperkembangan/ (Diunduh pada tanggal 11 September 2016).
Anonim, 2012. http/:www.plantamor.com/index.PHP?plant=868.
(Diunduh pada tanggal 1 September 2016).
Anonim, 2012.
http://asagenerasiku.blogspot.co.id/2012/03/menentukan-nilai-ratarata-dari-sebuah.html (Diunduh pada tanggal 29 Agustus 2016).
Anonim, 2013. https://id.wikipedia.org/wiki/Tunas (Diunduh pada tanggal 10
September 2016).
Anonim, 2013.http://www.Writinganythink.com/2013/07/Hormon-Sitokinin.html
(diunduh tanggal 5 Juli 2016)
Anonim, 2014. http://rikirikardo07.blogspot.co.id/2014/07/tugas-kuliah. html.
(Di unduh pada tanggal 5 Juli 2016
Anonim, 2015. http://dosenbiologi.com/tumbuhan/fungsi-hormon-giberelin
(diunduh tanggal 5 Juli 2016)
Anonim, 2015. http://www.Cara-Alami.net/2015/07/Manfaat Luar Biasa Air
Kelapa Muda.html (diunduh tanggal 5 Juli 2016)
Anonim, 2015. http://www.kelasipa.com/2015/03/pengertian-dan-fungsi-hormongiberelin-lengkap.html (diunduh tanggal 5 Juli 2016)
Anonim, 2016. http://Fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-da
un- kelor/ (Diunduh pada tanggal 1 September 2016).
Anonim, 2016. http://cumaorganik.blogspot.co.id/2014/08/air-kelapa-sebagai -zat
- pengatur-tumbuh.html (diunduh tanggal 5 Juli 2016)
Anonim, 2016. https://organikilo.co/2016/03/kandungan-rebung-bambu-manfaatuntuk- pertanian.html (Diunduh pada tanggal 29 Agustus 2016)
38
Fugli, 2001. Manfaat Daun Kelor Untuk Pengobatan Bagi Tubuh,
Diabetes,Kanker.http://disehat.com/manfaat-daun-kelor-untuk-pengobata-b
agi- tubuh-diabetes-lkanker. (Di unduh pada tanggal 07 November 2015).
Gembong, Tjitroesoepomo. 1989. Morfologi Tumbuhan Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Hartmann, H. T. , D. E. Kester, F. T. Davies, and R. L. Geneve. 1997. Plant
Propagation Principles and Pratices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs,
N. J.
Heddy, S. 1986. Hormon Tumbuhan. Penerbit CV. Rajawali. Jakarta.
Kencana, P, Widia, W, dan Antara, N. 2012. Praktik Baik Budidaya Bambu Rebung.
Denpasar: Team UNUD-USAID-TPC Project.
Lingga, P. 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
Salahudin. 2004. Kajian Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper). Tesis.
Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Winarno, 2003. Membudidayakan kelor. https://id.wikipedia.org/wiki/Kelor.
(Di unduh pada tanggal 31 Oktober 2015).
Yuli, W. 2011. Budidaya Tanaman Obat. Penerbit Kementerian kesehatan RI.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat Tradisional (B2P2TOOT).
40
Lampiran 1
Tabel 5. Pengamatan Mata Tunas Yang Tumbuh Stek Batang Kelor Pada
Perendaman Air Kelapa Muda.
No
Jumlah Tunas Yang
No
Tanggal/Hari
Keterangan
Polybag
Tumbuh
1
K 16
20-7-2016/Rabu
2
Hidup
2
K 15
21-7-2016/Kamis
2
Hidup
3
K 34
21-7-2016/Kamis
1
Hidup
4
K 35
21-7-2016/Kamis
2
Hidup
5
K 26
22-7-2016/Jum'at
2
Hidup
6
K 1
23-7-2016/Sabtu
2
Hidup
7
K 20
23-7-2016/Sabtu
1
Hidup
8
K 27
23-7-2016/Sabtu
2
Hidup
9
K 7
24-7-2016/Minggu
2
Hidup
10
K 9
24-7-2016/Minggu
3
Hidup
11
K 14
24-7-2016/Minggu
2
Hidup
12
K 22
24-7-2016/Minggu
2
Hidup
13
K 2
24-7-2016/Minggu
2
Hidup
14
K 33
27-7-2016/Rabu
1
Hidup
15
K 10
30-7-2016/Sabtu
1
Hidup
16
K 28
30-7-2016/Sabtu
1
Hidup
17
K 30
30-7-2016/Sabtu
2
Hidup
18
K 6
1-8-2016/Senin
1
Hidup
19
K 3
1-8-2016/Senin
1
Hidup
20
K 5
2-8-2016/Selasa
3
Hidup
21
K 29
2-8-2016/Selasa
2
Hidup
22
K 4
Mati
23
K 8
Mati
24
K 11
Mati
25
K 12
Mati
26
K 13
Mati
27
K 17
Mati
28
K 18
Mati
29
K 19
Mati
30
K 21
Mati
31
K 23
Mati
32
K 24
Mati
33
K 25
Mati
34
K 31
Mati
35
K 32
Mati
41
Lampiran 2
Tabel 6. Pengukuran Diameter dan Tinggi Stek Batang Kelor Pada Perendaman
Air Kelapa Muda Selama 3 Minggu.
Diameter
Tinggi
Jenis
No.
Perlakuan
Awal
Akhir
Awal
Akhir
1
Kelapa
32
30
15
15
2
Kelapa
31
30
15
15
3
Kelapa
31
31
14
14
4
Kelapa
34
34
15
15
5
Kelapa
30
30
13
13
6
Kelapa
31
30
14
14
7
Kelapa
33
33
15
15
8
Kelapa
30
30
15
15
9
Kelapa
30
29
15
15
10
Kelapa
30
29
14
14
11
Kelapa
30
30
15
15
12
Kelapa
30
29
15
15
13
Kelapa
31
31
13
13
14
Kelapa
30
29
13
13
15
Kelapa
40
39
14
14
16
Kelapa
40
40
14
14
17
Kelapa
32
32
15
15
18
Kelapa
30
29
15
15
19
Kelapa
31
31
13
13
20
Kelapa
30
29
12
12
21
Kelapa
30
30
14
14
22
Kelapa
42
41
13
13
23
Kelapa
30
29
15
15
24
Kelapa
30
29
15
15
25
Kelapa
30
29
15
15
26
Kelapa
30
30
15
15
27
Kelapa
30
30
15
15
28
Kelapa
30
29
14
14
29
Kelapa
30
30
15
15
30
Kelapa
30
30
14
14
31
Kelapa
41
40
15
15
32
Kelapa
39
39
13
13
33
Kelapa
40
39
13
13
34
Kelapa
34
33
15
15
35
Kelapa
30
30
15
15
Total
1132
1113
500
500
Rata-rata
32,34
31,80
14,29
14,29
42
Lampiran 3
Tabel 7. Pengamatan Mata Tunas Yang Tumbuh Stek Batang Kelor Pada
Perendaman Ekstrak Rebung Bambu Betung.
No
Jumlah Tunas Yang
No
Tanggal/Hari
Keterangan
Polybag
Tumbuh
1
R 10
21-7-2016/Kamis
1
Hidup
2
R 30
21-7-2016/Kamis
2
Hidup
3
R 28
22-7-2016/Jum'at
1
Hidup
4
R 29
22-7-2016/Jum'at
2
Hidup
5
R 31
22-7-2016/Jum'at
4
Hidup
6
R 35
22-7-2016/Jum'at
2
Hidup
7
R 15
22-7-2016/Jum'at
1
Hidup
8
R 1
23-7-2016/Sabtu
2
Hidup
9
R 20
23-7-2016/Sabtu
3
Hidup
10
R 2
24-7-2016/Minggu
2
Hidup
11
R 18
24-7-2016/Minggu
7
Hidup
12
R 17
24-7-2016/Minggu
2
Hidup
13
R 22
24-7-2016/Minggu
3
Hidup
14
R 16
25-7-2016/Senin
3
Hidup
15
R 21
25-7-2016/Senin
2
Hidup
16
R 19
27-7-2016/Rabu
2
Hidup
17
R 33
27-7-2016/Rabu
5
Hidup
18
R 25
27-7-2016/Rabu
3
Hidup
19
R 4
27-7-2016/Rabu
1
Hidup
20
R 23
27-7-2016/Rabu
2
Hidup
21
R 5
28-7-2016/Kamis
3
Hidup
22
R 7
28-7-2016/Kamis
1
Hidup
23
R 26
28-7-2016/Kamis
2
Hidup
24
R 11
30-7-2016/Sabtu
3
Hidup
25
R 8
1-8-2016/Senin
2
Hidup
26
R 12
1-8-2016/Senin
2
Hidup
27
R 3
1-8-2016/Senin
2
Hidup
28
R 14
1-8-2016/Senin
1
Hidup
29
R 24
1-8-2016/Senin
2
Hidup
30
R 6
Mati
31
R 9
Mati
32
R 13
Mati
33
R 27
Mati
34
R 32
Mati
35
R 34
Mati
43
Lampiran 4
Tabel 8. Pengukuran Diameter dan Tinggi Stek Batang Kelor Pada Perendaman
Ekstrak Rebung Bambu Betung.
Jenis
Diameter
Tinggi
No.
Perlakuan
Awal
Akhir
Awal
Akhir
1
Rebung
33
32
15
15
2
Rebung
35
34
15
15
3
Rebung
32
31
15
15
4
Rebung
34
34
15
15
5
Rebung
33
32
15
15
6
Rebung
31
30
15
15
7
Rebung
32
31
14
14
8
Rebung
32
32
12
12
9
Rebung
31
30
15
15
10
Rebung
35
34
15
15
11
Rebung
36
35
13
13
12
Rebung
34
33
14
14
13
Rebung
31
30
15
15
14
Rebung
30
30
15
15
15
Rebung
32
31
15
15
16
Rebung
31
30
14
14
17
Rebung
34
33
15
15
18
Rebung
30
30
15
15
19
Rebung
32
32
15
15
20
Rebung
33
32
14
14
21
Rebung
31
30
12
12
22
Rebung
30
30
15
15
23
Rebung
32
31
15
15
24
Rebung
36
35
14
14
25
Rebung
33
32
14
14
26
Rebung
32
31
15
15
27
Rebung
31
30
15
15
28
Rebung
32
31
15
15
29
Rebung
36
35
15
15
30
Rebung
33
32
12
12
31
Rebung
33
32
15
15
32
Rebung
31
30
15
15
33
Rebung
31
30
15
15
34
Rebung
31
30
15
15
35
Rebung
41
41
15
15
Total
1144
1116
508
508
Rata-rata
32,69
31,89
14,51
14,51
44
Lampiran 5
Tabel 9. Pengamatan Mata Tunas Yang Tumbuh Stek Batang Kelor
Tanpa Perendaman Sebagai Kontrol Selama 3 Minggu.
No
Jumlah Tunas
No
Tanggal/Hari
Keterangan
Polybag
Yang Tumbuh
23-7-2016/Sabtu
1
X 20
2
Hidup
24-7-2016/Minggu
2
X 8
2
Hidup
24-7-2016/Minggu
3
X 18
3
Hidup
24-7-2016/Minggu
4
X 22
5
Hidup
24-7-2016/Minggu
5
X 29
5
Hidup
24-7-2016/Minggu
6
X30
2
Hidup
24-7-2016/Minggu
7
X 32
1
Hidup
24-7-2016/Minggu
8
X 35
3
Hidup
25-7-2016/Senin
9
X 26
4
Hidup
27-7-2016/Rabu
10
X 19
1
Hidup
28-7-2016/Kamis
11
X 4
3
Hidup
12
X 1
Mati
13
X 2
Mati
14
X 3
Mati
15
X 5
Mati
16
X 6
Mati
17
X 7
Mati
18
X 9
Mati
19
X 10
Mati
20
X 11
Mati
21
X 12
Mati
22
X 13
Mati
23
X 14
Mati
24
X 15
Mati
25
X 16
Mati
26
X 17
Mati
27
X 21
Mati
28
X 23
Mati
29
X 24
Mati
30
X 25
Mati
31
X 27
Mati
32
X 28
Mati
33
X 31
Mati
34
X 33
Mati
35
X 34
Mati
45
Lampiran 6
Tabel 10. Pengukuran Diameter dan Tinggi Stek Batang Kelor (Moringa oleifera.
L) Tanpa Perendaman Sebagai Kontrol Selama 3 Minggu.
Diameter
Tinggi
Jenis
No.
Perlakuan
Awal
Akhir
Awal
Akhir
1
Kontrol
34
34
15
15
2
Kontrol
30
30
15
15
3
Kontrol
30
30
14
14
4
Kontrol
31
31
12
12
5
Kontrol
30
29
13
13
6
Kontrol
30
29
12
12
7
Kontrol
31
30
14
14
8
Kontrol
32
31
15
15
9
Kontrol
30
29
15
15
10
Kontrol
31
30
15
15
11
Kontrol
33
32
14
14
12
Kontrol
30
29
14
14
13
Kontrol
34
34
15
15
14
Kontrol
30
29
15
15
15
Kontrol
34
34
13
13
16
Kontrol
31
31
13
13
17
Kontrol
35
34
14
14
18
Kontrol
43
42
14
14
19
Kontrol
30
29
15
15
20
Kontrol
30
29
15
15
21
Kontrol
34
33
15
15
22
Kontrol
30
29
15
15
23
Kontrol
36
35
14
14
24
Kontrol
32
31
15
15
25
Kontrol
30
29
15
15
26
Kontrol
30
29
15
15
27
Kontrol
31
30
15
15
28
Kontrol
32
31
13
13
29
Kontrol
45
44
15
15
30
Kontrol
34
34
15
15
31
Kontrol
30
29
14
14
32
Kontrol
31
30
14
14
33
Kontrol
39
39
15
15
34
Kontrol
41
41
13
13
35
Kontrol
30
30
15
15
Total
1144
1120.0
500
500
Rata-rata
32,69
32,00
14,29
14,29
46
Lampiran 7
Tabel 11. Pengukuran Suhu Di Preal Persemaian Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
Suhu (°C)
No
Kelembapan (%)
Tanggal
Pagi
Siang
Sore
Pagi
Siang
32
Sore
1
14-7-2016
86
2
15-7-2016
30
28
30
81
90
85
3
16-7-2016
28
35
30
90
65
92
4
17-7-2016
26
30
30
90
86
88
5
18-7-2016
26
28
30
93
90
87
6
19-7-2016
28
31
28
90
80
93
7
20-7-2016
28
30
26
92
78
88
8
21-7-2016
27
30
30
95
83
78
9
22-7-2016
33
31
31
70
84
81
10
23-7-2016
29
40
31
88
55
73
11
24-7-2016
29
28
27
70
88
99
12
25-7-2016
29
29
30
91
90
90
13
26-7-2016
26
30
29
100
92
96
14
27-7-2016
29
33
27
89
71
90
15
28-7-2016
28
30
30
76
80
90
16
29-7-2016
26
32
30
89
78
88
17
30-7-2016
30
34
30
84
70
82
18
31-7-2016
30
41
29
84
59
84
19
1/8/2016
35
32
28
65
76
82
20
2/8/2016
29
45
28
85
50
93
21
3/8/2016
40
40
30
60
50
95
Total
586
657
616
1682
1515
1840
Rata-rata
29,3
32,85
29,33
84,1
75,75
87,62
47
Gambar 1. Pengisian Polybag
Gambar 2. Pengambilan Bahan Baku Batang Kelor
48
Gambar 3. Pengukuran Panjang Stek Batang Kelor
Gambar 4. Pengukuran Diameter Stek Batang Kelor
49
Gambar 5. Proses Pemotongan Stek Batang Kelor
Gambar 6. Stek Batang Kelor
50
Gambar 7. Perendaman Stek Batang Kelor pada Air Kelapa Muda
Gambar 8. Perendaman Stek Batang Kelor Pada Ekstrak Rebung Bambu
Betung
51
Gambar 9. Pembuatan Lubang Tanam
Gambar 10. Penanaman
52
Gambar 11. Pengukuran Suhu
Gambar 12. Pemasangan Nomor Pada Polybag
53
Gambar 13. Penyiangan
Gambar 14. Pemasangan Tusuk Gigi
54
Gambar 15. Pengambilan Data
Gambar 16. Penyiraman
Download