BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Kepatuhan

advertisement
 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia,
patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan berdisiplin.
Kepatuhan berarti sifat patuh, taat, tunduk pada ajaran atau peraturan.
Dalam kepatuhan yang dinilai adalah ketaatan semua aktivitas sesuai dengan
kebijakan, aturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku.Sedangkan
kepatutan lebih pada keluhuran budi pimpinan dalam mengambil keputusan.Jika
melanggar kepatutan belum tentu melanggar kepatuhan.Selain itu, kepatuhan
menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, standar, dan
aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang.Hal ini bertujuan
untuk menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan
undang-undang tertentu.
Seperti yang dikemukakan Tyler (Susilowati, 1998, 2003, 2004 dalam Saleh,
2004) terdapat dua perspektif dasar kepatuhan pada hukum, yaitu instrumental
dan normatif.Perspektif instrumental berarti individu dengan kepentingan pribadi
dan tanggapan terhadap perubahan yang berhubungan dengan perilaku.Perspektif
normatif berhubungan dengan moral dan berlawanan dengan kepentingan
pribadi.Seseorang lebih cenderung patuh pada hukum yang dianggap sesuai dan
12 13
konsisten dengan norma-norma mereka.Komitmen normatif melalui moralitas
personal (normative commitment through morality) berarti patuh pada hukum
karena hukum dianggap suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui
legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti patuh pada
peraturan karena otoritas penyusun hukum yang memiliki hak untuk mendikte
perilaku (Sudaryanti, 2008 dalam Sulistyo, 2010).
Dalam organisasi modern, keberadaan suatu sistem merupakan inti yang
menggerakkan roda organisasi sehingga dapat berjalan sesuai dengan visi dan
misi yang dicanangkan.Sebuah sistem dapat dimaknai sebagai seperangkat aturan,
tata tertib, bahkan budaya dalam organisasi yang memberikan petunjuk serta
arahan bertindak dan berperilaku bagi anggota organisasi.
Efektifitas peraturan dalam suatu sistem organisasi juga tidak terlepas dari
faktor ketaatan atau kepatuhan dari tiap anggota organisasi terhadap aturan yang
ada. Kelman membedakan kualitas ketaatan atau kepatuhan terhadap aturan dalam
tiga jenis, yaitu :
a. Ketaatan yang bersifat compliance, yaitu jika seseorang taat terhadap suatu
aturan hanya karena ia takut terkena sanksi.
b. Ketaatan yang bersifat identification, yaitu jika seseorang taat terhadap
suatu aturan hanya karena takut hubungan baiknya dengan seseorang
menjadi rusak.
14
c. Ketaatan yang bersifat internalisation, yaitu jika seseorang taat terhadap
suatu aturan karena benar-benar ia merasa bahwa aturan tersebut materi
dan spiritnya sesuai dengan nilai-nilai intrinsik yang dianutnya.
Peraturan berjalan kurang efektif bila derajat ketaatannya hanya berkisar
di compliance atau identification saja.Sebaliknya, bila derajat kepatuhannya
mencapai internalisation, berarti kualitas efektifitas peraturan tersebut sudah
sangat tinggi, sehingga sistem berjalan sesuai dengan aturan yang ada tanpa
menekankan fungsi kontrol yang ketat.
Kepatuhan terhadap hukum, norma-norma dan aturan-aturan membantu
memelihara reputasi bank-bank, sehingga sesuai dengan harapan dari para
nasabah, pasar dan masyarakat secara keseluruhan. Bank yang lalai
menjalankan peran dan fungsi kepatuhan akan berhadapan langsung dengan
apa yang dikenal dengan compliance risk yang didefiniskan oleh Basel
Commitee on Banking Supervision sebagai risiko hukum atau sanksi-sanksi
hukum, kerugian keuangan/materi atau tercermarnya reputasi bank sebagai
akibat dari pelanggaran terhadap hukum, regulasi-regulasi, aturan-aturan,
dihubungkan dengan norma-norma organisasi yang menjadi aturan internal
suatu bank.
Sementara Bank Indonesia (BI) mendefiniskan risiko kepatuhan sebagai
risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, termasuk prinsip
syariah bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah.
15
B. Auditing
1.
Pengertian Auditing
Beberapa pengertian auditing yang dikemukakan para ahli antara lain :
a. Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya yang berjudul “Auditing
Pemeriksaan Akuntan” mengungkapkan definisi auditing sebagai
berikut:1Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara
kritis dan sistematis, oleh pihak yang independent, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
b. Menurut
Mulyadi
dalam
bukunya
yang
berjudul
“Auditing”
mengungkapkan definisi sebagai berikut :2Auditing adalah suatu proses
sitematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,
serta
penyampaian
hasil-hasilnya
kepada
berkepentingan.
1
2
Sukrisno Agoes, Auditing, Jilid I,Edisi Ketiga,LPFE‐UI,Jakarta,2004,Hal 3. Mulyadi, Auditing, Buku I, EDISI 6, Salemba, Jakarta, 2002, Hal 9. pemakai
yang
16
c. Menurut Alvins A. Aren, Randal J. Elder dan mark S. Beasley dalam
bukunya
yang
berjudul
“Auditing
dan
Pelayanan
Verifikasi
:Pendekatan terpadu” mengungkapkan definisi auditing sebagai
berikut:3Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bahan
baku tentang informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten
dan independent.
d. Menurut Amir Abadi Yusuf dalam bukunya yang berjudul “ Auditing
arren dan Loebbacke “mengungkapkan definisi auditing sebagai
berikut:4Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian
bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu
entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan
independent
yang dapat menentukan dan melakukan kesesuaian
informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independentil dan
kompeten.
Dari beberapa pengertian
auditing dari para ahli tersebut terdapat
beberapa kesamaan persepsi sehingga dapat kita ambil kesimpulan singkat
mengenai bagian-bagian dari definisi di atas :
3
AlvinsA.Arens, dkk, Auditingdan Pelayanan Verifikasi, Jilid 1, Edisi Kesembilan, PT.Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta, 2006, Hal 15. 4
Amir Abadi Yusuf, Auditing Arens dan Loebbecke, Salemba Empat, Jakarta, 2003, Hal. 1. 17
a. Informasi yang dapat diukur dan kriteria yang ditetapkan.
Untuk
melaksanakan
audit,
diperlukan
informasi
yang
dapat
diverifikasi dan sejumlah standar atau kriteria yang dapat digunakan
auditor untuk mengevaluasi bahan bukti tersebut. Informasi yang
diverifikasi dapat berupa laporan keuangan perusahaan, surat
pemberitahuan pajak penghasilan (SPT PPH) dan informasi keuangan
lainnya.
Kriteria
untuk
mengevaluasi
informasi
kualitatif
beragam.Misalnya dalam audit laporan keuangan, kriteria yang
digunakan adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Entitas Ekonomi
Setiap kali audit dilakukan, lingkup tanggung jawab auditor harus jelas,
terutama mengenai penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang
diaudit. Entitas ekonomi yang dimaksud sering kali merupakan satuan
legal, misalnya perseroan terbatas (PT), lembaga pemerintahan.Periode
waktu yang diaudit umumnya satu tahun, tetapi ada pula yang satu
bulan.
c. Pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
Bahan bukti merupakan informasi yang digunakan auditor dalam
menentukan
kesesuaian
informasi
dengan
kriteria
yang
ditetapkan.Pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti adalah
penting untuk memperoleh jumlah bukti dalam jumlah dan kualitas
18
yang cukup untuk memenuhi tujuan audit.Bahan bukti dapat berupa
penyataan lisan dari klien, komunikasi tertulis dari pihak ketiga, hasil
pengamatan auditor dan elektronik atas transaksi-transaksi.
d. Orang yang kompeten dan independent.
Seorang auditor harus mempunyai kompetensi untuk memahami
kriteria yang digunakan dan untuk menentukan jumlah bahan bukti
pemeriksaan yang dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang
diambil.Auditor juga harus memiliki sikap mental independent atau
tidak berpihak.
e. Pelaporan
Tahap terakhir dalam audit adalah penyusunan laporan audit yang
merupakan alat penyampaian temuan-temuan kepada para pemakai
laporan tersebut.Walaupun isi laporan-laporan audit berbeda tetapi pada
hakekatnya laporan tersebut harus memberikan informasi-informasi
yang telah diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan.
Dari beberapa pengertian auditing dari para ahli tersebut, dapat kita
ambil kesimpulan singkat mengenai definisi tersebut :
a. Suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau
prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing dilakukan
dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi dan
bertujuan.
19
b. Menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti mengenai
pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut
dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
2.
Jenis – Jenis Audit
Dalam (Sukrisno Agoes, 2012:10), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit
bisa dibedakan atas :
a. Pemeriksaan Umum (General Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP
independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus
sesuai dengan standar Professional Akuntan Publik dan memperhatikan kode
etik akuntan indonesia, aturan etika KAP yang telah disahkan Ikatan Akuntan
Indonesia serta standar pengendalian mutu.
b. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan Auditee) yang
dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor
tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu
yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. Misalnya
KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat kecurangan pada penagihan
piutang usaha perusahaan.Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk
memeriksa piutang, penjualan dan penerimaan kas.Pada akhir pemeriksaan
20
KAP hanya memberikan pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak
terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan.Jika memang ada kecurangan,
berapa besar jumlahnya dan bagaimana modus operasinya.
Dalam (Sukrisno Agoes, 2012 : 11-13), ditinjau dari jenis pemeriksaan,
audit bisa dibedakan atas:
a. Management Audit (Operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk
kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh
manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah
dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. Pengertian efisien disini adalah,
dengan biaya tertentu dapat mencapai hasil atau manfaat yang telah ditetapkan
atau berdaya guna.Efektif adalah dapat mencapai tujuan atau sasaran sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan atau berhasil/dapat bermanfaat sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.Ekonomis adalah dengan pengorbanan
yang serendah-rendahnya dapat mencapai hasil yang optimal atau dilaksanakan
secara hemat.
b. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah
mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang
ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris)
maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat
21
Jendral Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun
bagian internal audit.
c. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik
terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan
terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan umum
yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan
pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP.Internal auditor biasanya tidak
memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak
diluar perusahaan menganggap bahwa internal auditor, yang merupakan orang
dalam perusahaan, tidak independen.Laporan internal auditor berisi temuan
pemeriksaan (audit finding) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang
ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya
(recommendations).
d. Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data
akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) sistem.
C. Audit Operasional
Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi
bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam
hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Audit operasional menyangkut
22
serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisasi. Audit
operasional berfungsi untuk mendeteksi dan mengkoreksi aktivitas operasional
organisasi (dalam hal ini operasional perbankan) agar berjalan sesuai sistem dan
prosedur yang ada. Hasil dari audit operasional dapat dijadikan referensi atau
dasar pijakan untuk menyempurnakan kinerja organisasi atau sebagai bahan
evaluasi apakah sistem dan prosedur yang telah digariskan dapat dilaksanakan
sesuai kenyataan di lapangan.
1.
Pengertian Audit Operasional
Audit operasional pada umumnya dikaitkan dengan efisiensi dan
efektivitas.Tetapi ternyata hanya sedikit kesepakatan dalam penggunaan
istilah tersebut. Banyak orang lebih menggunakan istilah audit manajemen
atau audit kinerja untuk menggambarkan pengkajian ulang perusahaan
untuk efisiensi dan efektivitas tetapi kedua istilah tersebut sama sampai
saat ini. Ada beberapa pengertian menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
a. Menurut Sukrisno Agoes audit operasional adalah suatu pemeriksaan
terhadap operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan
kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara
efektif, efisie, dan ekonomis.5
b. Menurut Peter A. Phyrr, yang dikutip oleh Nugroho Widjayanto,
menyatakan bahwa “Pemeriksaan operasional adalah suatu tinjauan
dan penilaian efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan atau prosedur-
5
Sukrisno Agoes,Hal 36. 23
prosedur kegiatan. Pemeriksaan ini dilaksanakan dengan disertai
tanggung jawab untuk mengungkapkan dan memberikan informasi
kepada manajemen mengenai berbagai masalah operasi, meskipun
tujuan utama sebenarnya adalah untuk memecahkan berbagai masalah
dengan
merekomendasikan
berbagai
tindak
lanjut
yang
diperlukan”.(2001:16)
c. Menurut
Arens
dan
Loebbecke
(2003:12),
Audit
operasional
didefinisikan sebagai berikut :“An operational audit is a review of any
part of an organization’s operating procedures and methods for the
purpose of evaluating efficiency and effectiveness. At the completion of
an operational audit, recomendation to management for improving
operations are normally expected”.
Berdasarkan definisi diatas, audit operasional merupakan penelaahan
terhadap metode dan prosedur operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan
efektifitasnya.Setelah audit operasionalberakhir auditor memberikan sejumlah
saran atau rekomendasi kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi
perusahaan.
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa audit operasional
merupakan suatu tinjauan dari penilaian efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan
atau prosedur kegiatan. Dimana pemeriksaan ini dilaksanakan dengan disertai
tanggung jawab untuk mengungkapkan dan memberikan informasi kepada
manajemen mengenai masalah operasi dan membantu manajemen memecahkan
24
berbagai masalah tersebut dengan merekomendasikan berbagai tindakan
perbaikan yang dibutuhkan.
2. Tujuan Audit Operasional
Tujuan audit operasional adalah untuk mengidentifikasi program/kegiatan
yang memerlukan perbaikan atau penyempurnaan dalam rangka memberikan
rekomendasi, agar pengelolaan program/kegiatan organisasi dilaksanakan secara
ekonomis, efisien dan efektif.
Menurut Dan M. Guy, C. Wayne Alderman dan Alan J. Winters yang
dialih bahasakan oleh Paul A. Rajoe dan Ichsan Setiyo Budi (2003:421) tujuan
audit operasional yaitu:
a.
Menilai kinerja
Setiap audit operasional meliputi penilaian kinerja organisasi yang
ditelaah. Penilaian kinerja dilakukan dengan membandingkan
kegiatan organisasi dengan tujuan, seperti kebijakan, satandar, dan
sasaran organisasi yang ditetapkan manajemen atau pihak yang
menugaskan, serta dengan criteria penilaian lain yang sesuai.
b.
Mengidentifikasi peluang perbaikan
Peningkatan efektivitas, efisiensi, dan ekonomi merupakan kategori
yang luas dari pengklasifikasian sebagian besar perbaikan. Auditor
dapat
menidentifikasi
peluang
perbaikan
tertentu
dengan
mewawancarai individu, mengobservasi operasi, menelaah laporan
masa lalu atau masa berjalan,mempelajari transaksi, membandingkan
25
dengan standar industri, menggunakan pertimbangan profesional
berdasarkan pengalaman, atau menggunakan sarana dan cara lain
yang sesuai.
c.
Mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih
lanjut
Sifat dan luas rekomendasi akan berkembang secara beragam selama
pelaksanaan audit operasional. Dalam banyak hal,auditor dapat
membuat rekomendasi tertentu. Dalam kasus lainnya, mungkin
diperlukan studi lebih lanjut di luar ruang lingkup penugasan, di
mana auditor dapat menyebutkan alasan mengapa studi lebih lanjut
pada bidang tertentu dianggap tepat.
3.
Proses Audit Operasional
Proses audit disebut juga tahap-tahap audit adalah kegiatan atau langkah-
langkah yang dilakukan oleh auditor mulai dari rencana audit,pelaksanaan sampai
pada penerbitan laporan pemeriksaan. Adapun tujuan langkah-langkah audit
dirancang adalah untuk :
1. Mengumpulkan bahan bukti dan
2. Untuk memungkinkan auditor internal mengemukakan pendapat
mengenai efesiensi, keekonomisan, dan efektivitas aktivitas yang
diperiksa.
26
Langkah-langkah tersebut berisi arahan-arahan pemeriksaan dan evaluasi
informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-tujuan audit dalam ruang
lingkup penugasan audit.
Sebelum membahas proses penilaian audit operasional ada baiknya penulis
terlebih dahulu menguraikan proses audit secara umum. Adapun proses audit
secara umum meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Mengumpulkan bukti dan informasi yang cukup, kompeten, dan relevan.
b. Memeriksa dan mengevaluasi semua bukti dan informasi untuk
mendapatkan temuan dan rekomendasi audit.
c. Menetapkan metode pengujian dan teknik pengambilan sampel yang dapat
dipakai dan dikembangkan sesuai dengan keadaan, diantaranya pengujian
atas pengendalian dan pengujian substantif atas saldo-saldo seperti validasi
atas rekening simpanan dan kredit.
d. Supervisi atas proses pengumpulan bukti dan informasi serta pengujian
yang telah dilakukan
e. Mendokumentasikan kertas kerja audit
f. Membahas hasil audit atau temuan dengan auditee
Sedangkan proses Audit Operasional terdiri dari lima tahap yaitu:
1. Pengenalan
Auditor terlebih dahulu harus mengenali kegiatan atau fungsi yang sedang
di audit. Untuk melaksanakan hal ini, auditor meneelah latar belakang
informasi, tujuan, struktur organisasi, dan pengendalian kegiatan atau
27
fungsi yang sedang di audit, serta menentukan hubungannya dengan
entitas secara keseluruhan. Disamping itu, auditor juga harus memahami
dengan jelas tujuan dan ruang lingkup penugasan, serta sifat pelaporan
yang akan diterbitkan. Auditor juga harus menentukan apakah individu
atau entitas yang meminta audit tersebut memiliki otoritas untuk memberi
penugasan.
2. Survei
Survei lebih dikenal dengan survei pendahuluan (Preliminary Survey)
auditor harus berusaha untuk mengidentifikasi bidang masalah dan bidang
penting yang menjadi kunci keberhasilan kegiatan atau fungsi yang sedang
di audit.
3. Pengembangan Program
Pada awalnya auditor menyusun program pekerjaan,berdasarkan tujuan
audit, yang merinci pengujian dan analisis yang harus dilaksanakan atas
bidang-bidang di anggap penting dari hasil survei pendahuluan.
Disamping itu, auditor juga menjadwalkan kegiatan kerja, menugaskan
personel yang sesuai, menentukan keterlibatan personel lainnya dalam
penugasan, serta meneelah kertas kerja audit.
28
4. Pelaksanaan Audit
Auditor melaksanakan prosedur audit yang telah ditentukan dalam
program audit untuk mengumpulan bukti- bukti, melakukan analisis,
menarik kesimpulan, dan mengembangkan rekomendasi.
5. Pelaporan
Laporan audit operasional pada umumnya mengandung dua unsur utama
yaitu :
a. Tujuan penugasan, ruang lingkup, dan pendekatan serta
b. Temuan-temuan kasus dan rekomendasi. Laporan ini sering kali juga
mencantumkan ikhtisar eksekutif yang menyoroti intisari dan
kesimpulan dari rincian laporan tersebut.
4. Manfaat Audit Operasional
Adapun dari tujuan-tujuan audit operasional yang telah disebutkan diatas,
maka manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan audit operasional antara lain:
a.
Penilaian yang obyektif sejauh mana Unit Kerja melaksanakan
program/kegiatannya secara ekonomis, efisien, dan efektif serta sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b.
Penyimpangan yang material didalam praktik-praktik manajemen dan
pengendalian telah diidentifikasikan secara memuaskan.
c.
Rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan atau penyempurnaan
program/kegiatan organisasi di masa mendatang.
29
d.
Informasi dan rekomendasi yang dapat mengarah kepada perbaikan
pertanggungjawaban.
D.
1.
Audit Kinerja
Pengertian Audit Kinerja
Audit kinerja adalah perencanaan, pengumpulan dan pengevaluasian
bukti-bukti yang cukup, relevan, material dan kompeten, yang dilakukan oleh
pemeriksaan yang bebas dengan sasaran untuk menilai apakah dalam
pencapaian tujuannya telah menggunakan sumber-sumber secara ekonomis,
efisien dan efektif, yang menghasilkan kesimpulan, merumuskan saran-saran
perbaikan serta melaporkan hasilnya pada pihak ketiga (Setyawan, 1988).
Sedangkan menurut Ulum (2009), audit kinerja adalah pengujian
sistematis, terorganisasi dan obyektif atas suatu entitas untuk menilai pemanfaatan
sumber daya dalam memberikan pelayanan publik secara efisien dan efektif dalam
memenuhi harapan stakeholder dan memberikan rekomendasi guna peningkatan
kinerja.
2.
Tipe-tipe Audit Kinerja
Secara garis besar ada dua tipe audit kinerja, diantaranya adalah:
a. Audit manajemen
Adalah audit kinerja yang bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh
sumber daya yang dimiliki telah digunakan oleh manajemen secara
sebaik-baiknya.
30
b. Audit program
Adalah audit kinerja yang bertujuan untuk melihat apakah manajemen
telah mencapai tujuan program yang telah ditetapkan
E. Pengendalian Internal (Intern Control)
Suatu pengendalian internal yang baik adalah kunci efektif baik tidaknya
manajemen suatu perusahaan. Pengendalian internal bermanfaat mengurangi
kemungkinan terjadinya kecurangan dan kesalahan yang disengaja oleh pegawai,
meningkatkan suatu penyajian informasi akuntansi perusahaan dan menyediakan
keuangan yang sesuai dengan tindakan manajemen.
Bagi suatu manajemen, sistem pengendalian internal merupakan alat
manajemen untuk melaksanakan tanggung jawab utamanya, yaitu melaporkan
informasi keuangan dan operasional yang memadai dan cermat kepada pihakpihak yang berkepentingan. Sedangkan bagi auditor, sistem pengendalian internal
digunakan untuk mengetahui apakah prosedur dan kebijakan yang telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya dan jika terjadi kesalahan akan dapat diatasi
dengan cepat.
1.
Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2009:229): “Pengendalian Internal adalah
rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset,
memberikan informasi yang akurat dan andal mendorong dan memperbaiki
efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang
telah ditetapkan.”
31
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengendalian internal adalah rencana organisasi. Ini berarti alat untuk
mencapai tujuan tertentu. Merupakan suatu susunan yang telah
ditetapkan dan disepakati untuk mencapai tujuan suatu organisasi/badan
usaha.
b. Pengendalian internal memberikan informasi yang akurat dan andal.
Merupakan cara untuk mengetahui apakah suatu kebijakan sudah
dijalankan dengan baik atau belum.
Menurut Sukrisno Agoes, definisi pengendalian internal adalah :6
Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan
tujuan, seperti keandalan laporan keuangan, efektifitas dan efisiensi
operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian
internal adalah sistem, struktur atau prosedur yang saling berhubungan memiliki
beberapa tujuan pokok yaitu menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian
dan keandalan data akuntansi yang dikoordinasikan sedemikian rupa, dan
mendorong dipatuhinya kebijakan hukum dan peraturan yang berlaku untuk
melaksanakan fungsi utama perusahaan.
6
Sukrisno Agoes, Hal.79. 32
2.
Tujuan Pengendalian Internal
Menurut Reider (2002:30) tujuan audit intern adalah sebagai berikut:
a.
Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai
fungsi perusahaan.
b.
Untuk menilai apakah sumber daya yang dimiliki perusahaan telah
digunakan secara efisien dan ekonomis.
c.
Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam tujuan yang ditetapkan
oleh manajemen.
d.
Memberikan
rekomendasi
kepada
top
manajemen
untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam struktur
pengendalian intern dan prosedur operasional perusahaan dalam
rangka meningkatkan efisiensi, keekonomisan dan efektivitas
kegiatan operasi perusahaan.
Sedangkan menurut Akmal (2007:5) tujuan audit intern adalah
memberikan nilai tambah dan melakukan perbaikan-perbaikan operasi
organisasi yaitu membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan
melakukan pendekatan yang sistematis, disiplin untuk mengevaluasi dan
melakukan perbaikan atas keefektifan manajemen resiko, pengendalian
dan proses yang jujur, bersih dan baik.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai
tujuan tersebut harus dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
33
a.
Menelaah dan menilai penerapan pengendalian internal dan
pengendalian
operasional
memadai
atau
tidak
serta
mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang
tidak terlalu mahal.
b.
Memastikan ketaatan terhadap rencana-rencana dan prosedurprosedur yang telah ditetapkan manajemen.
c.
Memastikan
seberapa
dipertanggungjawabkan
terjadinya
segala
dan
bentuk
jauh
harta
dilindungi
perusahaan
dari
kecurangan,
kemungkinan
pencurian
dan
penyalahgunaan yang dapat merugikan perusahaan.
d.
Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapat dipercaya.
3.
Komponen Pengendalian Internal
Komponen
pengendalian
internal
merupakan
proses
untuk
menghasilkan pengendalian yang memadai. Agar tujuan pengendalian
tercapai,
perusahaan
harus
mempertimbangkan
komponen-komponen
pengendalian internal.
Menurut Comitte of Sponsoring Oragnization (COSO) sistem
pengendalian yang efektif terdiri dari lima komponen yang saling terkait,
antara lain:7
7
COSO, 1992, Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2010, hal.87 34
a. Lingkungan Pengendalian (control environment)
Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan, dan
prosedur yang mencerminkan sikap manajemen puncak, direktur
dan komisaris, dan pemilik suatu satuan usaha terhadap arti
pentingnya pengendalian.
Lingkungan pengedalian merupakan pengaruh gabungan dari
beberapa faktor yang membentuk,memperkuat dan memperlemah
efektivitas Struktur Pengendalian Intern. Faktor- faktor yang
mempengaruhi tersebut adalah :
1) Integritas dan nilai etika
2) Komitmen terhadap kompetensi
3) Dewan direksi dan komite audit
4) Filsofi dan gaya manajemen
5) Struktur organisasi
6) Penetapan wewenang dan tanggung jawab
7) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
b. Penetapan Resiko Manajemen
Penetapan resiko manajemen merupakan identifikasi dan analisis
oleh
manajemen
atas
resiko-resiko
yang
relevan
dalam
penyampaian laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum.
35
c. Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan
untuk
mengidentifikasi,
menggabungkan,
mengklarifikasikan,
menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi satuan serta
untuk mempertanggungjawabkan aktiva terkait.
d.
Prosedur Pengendalian
Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat
oleh manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum, prosedur pengendalian adalah sebagai berikut :
1) Pemisahan tugas
2) Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas
3) Dokumen dan catatan yang memadai
4) Pengendalian fisik
5) Pengecekan Independent atas pelaksanaan
e. Pemantauan
Aktivitas pemantauan berkaitan dengan penilaian efektifitas
rancangan dan operasi struktur pengendalian intern secara
periodik dan terus menerus oleh manajemen untuk menilai
apakah telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah
diperbaiki sesuai dengan keadaan atau penyimpangan yang
terjadi.
36
4.
Keterbatasan Pengendalian Internal
Pengendalian Internal tidak dapat dianggap sebagai alat pengendalian yang
paling sempurna karena terdapat beberapa keterbatasan yang harus dihindari.
Adapun keterbatasan tersebut seperti berikut ini :8
A. Kesalahan dalam pertimbangan
Manajemen dan personel lain sering kali salah paham dalam
memeprtimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam
melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi,
keterbatasan waktu atau tekanan lain.
B. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi
karena personil keliru memahami perintah atau membuat kesalahan
karena kelalaian,tidak adanya perhatian dan kelelahan.
C. Kolusi
Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut
sebagai kolusi.Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian
internal yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak
terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh
sistem pengendalian internal yang dirancang.
D. Pengabaian oleh manajemen
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah
ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi
8
Mulyadi, Hal. 173 37
manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan
semu.
E. Biaya lawan manfaat
Biaya yang diperlukan untuk mengeoperasikan sistem pengendalian
internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari
pengendalian internal tersebut.Karena pengukuran secara tepat baik
biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin untuk dilakukan,
manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara
kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu
pengendalian intern.
Untuk menguji apakah Standar Operasional Perusahaan telah
dilaksanakan dengan baik, penulis menggunakan Internal Control
Questionnaires (ICQ) dengan skala Guttman sebagai indikator pengujian
dan evaluasi efisiensi dan efektifitas pengendalian yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan. Menurut Sugiyono (2012:96) skala Guttman
digunakan apabila ingin mendapatkan jawaban yang jelas terhadap suatu
permasalahan
yang
ditanyakan.SkalaGuttman
merupakan
skala
kumulatif.Sesuai dengan namanya, skala ini pertama kali diperkenalkan
oleh Louis Guttman (1916-1987).Dalam penggunaannya, skala Guttman
menghasilkan binary skor (0-1), dan digunakan untuk memperoleh
jawaban yang tegas dan konsisten.
38
F. Pengertian Efektivitas, Efisiensi dan Ekonomis
Dalam audit operasional, menilai apakah aktivitas atau program yang
ditetapkan oleh perusahaan telah mencapai tujuan yang diharapkan. Ada tiga
konsep dalam penilaian tersebut. Dalam kaitannya dengan audit operasional,
ketiga konsep itu mencakup efektivitas, efisiensi dan ekonomis.
1.
Efektivitas
Adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan maka organisasi
tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu
dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar
biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Efektivitas
hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan
yang telah ditetapkan serta untuk menilai seberapa baik kebijakan-kebijakan
perusahaan tersebut untuk mencapai tujuan serta penilaian sistem dan
prosedur yang membantu dalam pencapaian tujuan perusahaan tersebut.
Rumus dari efektivitas dalam audit kinerja adalah :
Efektivitas = outcome x 100 %
output
2.
Efisiensi
Digunakan untuk menilai sebaik apakah pemakaian sumber daya suatu
perusahaan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
39
Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya
sehingga
dicapai
optimalisasi
penggunaan
sumber
daya.
Efisiensi
berhubungan dengan metode kerja (operasi). Efisiensi berhubungan erat
dengan konsep input-proses-output. Efisiensi adalah rasio output dan input.
Seberapa besar output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlahinput
yang dimiliki perusahaan(Bayangkara 2008:13). Metode kerja yang baik akan
dapat membantu proses operasi berjalan dengan mengoptimalkan sumber daya
yang dimiliki perusahaan. Rumus dari efisiensi dalam audit kinerja adalah :
Efisiensi = outputx x 100 %
Input
3.
Ekonomis
Maksudnya memperoleh kualitas dan kuantitas sumber daya fisik dan
manusia yang layak pada waktu yang layak dan biaya yang rendah.Walaupun
dengan biaya yang tinggi, namun tingkat manfaat yang diberikan setara dengan
yang diberikan. Rumus ekonomis dalam audit kinerja adalah :
Ekonomis = inputx
x 100 %
Harga input (Rp)
G. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar Operasional Prosedur adalah serangkaian instruksi kerja tertulis yang
dilakukan (terdokumentasi) mengenai proses penyelenggaraan administrasi
40
perusahaan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa
dilakukan.
1.
Pengertian Standar Operational Prosedur (SOP)
Menurut Atmoko Tjipto (2010) Standard Operasional Prosedur (SOP)
adalah proses standar langkah - langkah sejumlah instruksi logis yang harus
dilakukan berupa aktivitas, aliran data, dan aliran kerja yang teratur,
sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan; menggambarkan bagaimana
tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang
berlaku; menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung;
sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan
harian sebagaimana metode yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses
kerja yang sistematik; dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan
Kerja.
Sedangkan menurut Perry dan Potter (2005) SOP adalah suatu
standar/pedoman
tertulis
yang
dipergunakan
untuk
mendorong
dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standar
operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan
yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.
2.
Manfaat Standar Operasional (SOP)
Beberapa manfaat dari adanya Standar Operasional Prosedur (SOP),
diantaranya adalah:
41
a.
Sebagai standar acuan yang digunakan oleh seluruh karyawan, baik
atasan maupun bawahan dalam melakukan tugas-tugasnya sehingga
lebih terarah dan tepat guna.
b.
Sebagai alat untuk mengurangi faktor kesalahan dan ketidak disiplinan
karyawan dalam melakukan proses kerjaa.
c.
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas karyawan baik secara individu
maupun kelompok.
d.
Meningkatkan kemandirian karyawan sehingga tidak selalu tergantung
pada manajemen/pimpinan dalam menjalankan tugasnya.
e.
Menciptakan ukuran standar kerja yang dapat dipakai oleh karyawan
dalam mengevaluasi dan memperbaiki kemampuannya.
f.
Memberikan informasi mengenai peningkatan kompetensi karyawan.
g.
Menciptakan keseragaman proses kerja dan kualitas produk
3. Konsep Internal Control Questionnaire
Metode champion untuk mengukur peran audit operasioal terhadap
penilaian kinerja perusahaan pada objek yang diteliti. Internal Control
Questionnaire adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur data
yang dihasilkan dari responden. Internal control questionnaire pada penelitian
ini digunakan dalam bentuk pengujian terhadap pengendalian manajemen
yang bertujuan untuk menilai efektifitas pengendalian manajemen perusahaan
dengan menggunakan skala Guttman.
42
Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas,
seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak, positive-negatif, tinggirendah, baik-buruk, dan seterusnya. Pada skala Guttman hanya ada dua
interval,yaitu setuju dan tidak setuju. Guttman dapat dibuat dalam bentuk
pilihan ganda maupun daftar checklist. Untuk jawaban positif seperti benar,
ya, tinggi, baik, dan semacamnya diberi skor 1 ; sedangkan untuk jawaban
negative seperti salah, tidak, rendah, buruk, dan semacamnya diberi skor 0.
Dalam penggunaannya, skala Guttman menghasilkan binary skor(0-1), dan
digunakan untuk memperoleh jawaban yang tegas dan konsisten.
Pengujian data hipotesis merupakan suatu cara dalam statistik untuk
menguji anggapan dasar yang masih bersifat sementara sehingga dapat ditarik
suatu kesimpulan statistik mengenai diterima atau ditolaknya hipotesis.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :
a. Memisahkan tiap-tiap jawaban responden sesuai dengan jawaban yang
diberikan yaitu “Ya” dan “Tidak”.
b. Menjumlahkan berapa banyak jawaban “Ya” dan “Tidak”.
c. Dari semua jawban “Ya” dibagi semua jawaban kuesioner kemudian
dikalikan 100%.
Untuk menghitung persentase digunakan perhitungan :
Persentase = Jumlah Jawaban “Ya” x 100%
Jumlah Jawaban Kuesioner
43
Untuk keperluan interpretasi hasil perhitungan persentase, penulis akan
menggunakan ketentuan yang dikemukakan oleh Champion (1990:270)
yang menyebutkan klasifikasinya sebagai berikut :
0,00-0,25:no association or low association (weak association)
0,26-0,50:moderately low association (moderately weak association)
0.51-0,75;moderately high association (moderately strong association)
0,76-1,00:high association (strong association) up to perfect association”
Dari
definisi
di
atas,
perhitungan
hasil
persentase
dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a) 0% sampai dengan 25% audit operasional tidak berperan untuk
menilai kinerja perusahaan.
b) 26% sampai dengan 50% audit operasional kurang berperan untuk
menilai kinerja perusahaan.
c) 51% sampai dengan 75% audit operasional cukup berperan untuk
menilai kinerja perusahaan.
d) 76% sampai dengan 100%% audit operasional sangat berperan untuk
menilai kinerja perusahaan.
H.
1.
Value For Money
Pengertian Value For Money
Value for money menurut Mardiasmo (2009:4) merupakan konsep
pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen
44
utama, yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi yaitu
pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang
terendah.
Ekonomi
merupakan
perbandingan
input
dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Efisiensi yaitu
pencapaian otput yang maksimum dengan input tertentu untuk penggunaan
input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan
perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau
target yang telah ditetapkan. Efektivitas yaitu tingkat pencapaian hasil
program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas
merupakan perbandingan outcome dengan output.
2.
Langkah-langkah Pengukuran Value For Money
a.
Pengukuran Ekonomi,
Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan
(input) yang gunakan. Pertanyaan yang diajukan adalah:

Apakah
biaya
organisasi
lebih
besar
dari
yang
dianggarkan?,

Apakah biaya organisasi lebih besar dari pada biaya
organisasi lain yang sejenis yang dapat diperbandingkan?

Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya
finansialnya secara optimal?
45
b.
Pengukuran Efisiensi,
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input.
Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat
efisiensi suatu organisasi.
Cara perbaikan terhadap efisiensi adalah:

Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.

Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar
daripada proporsi peningkatan input.

Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.

Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar
daripada proporsi penurunan output.
c.
Pengukuran Efektifitas,
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai tujuannya. Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa
besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut.
3.
Tujuan Value For Money
Tujuan pelaksanaan value for money adalah, ekonomi: hemat
cermat dalam pengadaan dan alokasi sumber daya. efisiensi: Berdaya guna
dalam penggunaan sumber daya efektivitas: berhasil guna dalam arti
mencapai tujuan dan sasaran. equity: Keadilan dalam mendapatkan
pelayanan publik. equality: Kesetaran dalam penggunaan sumber daya.
Tujuan lain yang dikehendaki terkait pelaksanaan value for money adalah
46
a) Meningkatan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang
diberikan tepat sasaran.
b) Meningkatkan mutu pelayanan public.
c) Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan
terjadinya penghematan dalam penggunan input.
d)
Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan public.
e) Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs awareness)
sebagai akar pelaksanaan akuntanbilitas public
I.
1.
Penelitian Terdahulu
Tabel Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini diambil dari beberapa contoh penelitian
terdahulu sebagai panduan ataupun contoh untuk penelitian yang dilakukan
yang nantinya akan menjadi acuan dan perbandingan dalam melakukan
penelitian ini.
NO. JUDUL PENELITI DAN
TEORI
NAMA PENELITI
1
HASIL
PENELITIAN
Pelaksanaan
Prosedur 1) Sistem
Akuntansi
Deposito
1) Metode
1) Kesimpulan:
Akuntansi
Penelitian
deposito
Berjangka Pada PT Bank 2) Pengertian
Kualitatif
berjangka
menawarkan
Jatim
Cabang
Bondowoso,
Pitaloka 3) Pengertian
penulisan
beberapa
Pratiwi,
Fakultas
nya
pilihan
deskriptif
sesuai
Ekonomi
METODE
Akuntansi
Prosedur
Universitas 4) Pengertian Bank
2) Tekhnik
47
5) Fungsi
Jember, 2007.
dan 3) Wawancara
Tugas Bank
Mendalam
6) Produk-produk
perbankan
jangka waktu
dengan suku
kepustakaan
7) Pengertian
2
4) Studi
dengan
5) Observasi
bunga
yang
bersaing
deposito
langsung di 2) Perpanjangan
berjangka.
Bank Jatim
deposito ada
Cabang
dua
cara
Bondowoso.
yaitu
ARO
dan
Non
ARO.
Peranan Internal Auditor
Pada PT Bank Negara
1) Pengertian
Indonesia (Persero) Tbk
Cabang
Medan,
Manurung
Ekonomi
Universitas
,
Ria
Fakultas
Ruang Lingkup 1) Metode
penelitian
Internal Audit
Penelitian
bahwa
Kualitatif
fungsi
2) Proses
Akuntansi,
1) Hasil
audit
operasional
Sumatera
3) Prosedur
Utara, 2008.
internal
auditor pada
2) Tekhnik
operasional
penulisanny
Bank
deposito
adeskriptif
Negara
4) Internal
control
operasional
deposito
Indonesia
3) Wawancara
Cabang
langsung
Medan
dalam
4) Observasi
pemeriksaan
langsung di
operasional
Bank
kantor yang
BNI
Cabang
berkaitan
Medan.
dengan
deposito
5) Studi
berjangka
48
Kepustakaan
telah
membaca
berjalan
buku-buku
dengan baik,
teori
pimpinan
yang
berkaitan
cabang BNI
dengan judul
telah
penelitian.
mengerti
pentingnya
keberadaan
internal
auditor
2) Hasil
pemeriksaan
dilaporkan
dalam
laporan
tertulis dan
disampaikan
kepada
pimpinan
cabang.
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
49
J. Kerangka Pikir
BANK DEPOSITO
PENILAIAN KINERJA AUDIT OPERASIONAL (COMPLIANCE TEST) PENILAIAN EFEKTIVITAS, EFISIENSI, EKONOMIS ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF REKOMENDASI/LAPORAN AUDIT Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Download