BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Kepatuhan (Compliance Theory) Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan berdisiplin. Kepatuhan berarti sifat patuh, taat, tunduk pada ajaran atau peraturan. Dalam kepatuhan yang dinilai adalah ketaatan semua aktivitas sesuai dengan kebijakan, aturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku.Sedangkan kepatutan lebih pada keluhuran budi pimpinan dalam mengambil keputusan.Jika melanggar kepatutan belum tentu melanggar kepatuhan.Selain itu, kepatuhan menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, standar, dan aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang.Hal ini bertujuan untuk menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan undang-undang tertentu. Seperti yang dikemukakan Tyler (Susilowati, 1998, 2003, 2004 dalam Saleh, 2004) terdapat dua perspektif dasar kepatuhan pada hukum, yaitu instrumental dan normatif.Perspektif instrumental berarti individu dengan kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan yang berhubungan dengan perilaku.Perspektif normatif berhubungan dengan moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi.Seseorang lebih cenderung patuh pada hukum yang dianggap sesuai dan 12 13 konsisten dengan norma-norma mereka.Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative commitment through morality) berarti patuh pada hukum karena hukum dianggap suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti patuh pada peraturan karena otoritas penyusun hukum yang memiliki hak untuk mendikte perilaku (Sudaryanti, 2008 dalam Sulistyo, 2010). Dalam organisasi modern, keberadaan suatu sistem merupakan inti yang menggerakkan roda organisasi sehingga dapat berjalan sesuai dengan visi dan misi yang dicanangkan.Sebuah sistem dapat dimaknai sebagai seperangkat aturan, tata tertib, bahkan budaya dalam organisasi yang memberikan petunjuk serta arahan bertindak dan berperilaku bagi anggota organisasi. Efektifitas peraturan dalam suatu sistem organisasi juga tidak terlepas dari faktor ketaatan atau kepatuhan dari tiap anggota organisasi terhadap aturan yang ada. Kelman membedakan kualitas ketaatan atau kepatuhan terhadap aturan dalam tiga jenis, yaitu : a. Ketaatan yang bersifat compliance, yaitu jika seseorang taat terhadap suatu aturan hanya karena ia takut terkena sanksi. b. Ketaatan yang bersifat identification, yaitu jika seseorang taat terhadap suatu aturan hanya karena takut hubungan baiknya dengan seseorang menjadi rusak. 14 c. Ketaatan yang bersifat internalisation, yaitu jika seseorang taat terhadap suatu aturan karena benar-benar ia merasa bahwa aturan tersebut materi dan spiritnya sesuai dengan nilai-nilai intrinsik yang dianutnya. Peraturan berjalan kurang efektif bila derajat ketaatannya hanya berkisar di compliance atau identification saja.Sebaliknya, bila derajat kepatuhannya mencapai internalisation, berarti kualitas efektifitas peraturan tersebut sudah sangat tinggi, sehingga sistem berjalan sesuai dengan aturan yang ada tanpa menekankan fungsi kontrol yang ketat. Kepatuhan terhadap hukum, norma-norma dan aturan-aturan membantu memelihara reputasi bank-bank, sehingga sesuai dengan harapan dari para nasabah, pasar dan masyarakat secara keseluruhan. Bank yang lalai menjalankan peran dan fungsi kepatuhan akan berhadapan langsung dengan apa yang dikenal dengan compliance risk yang didefiniskan oleh Basel Commitee on Banking Supervision sebagai risiko hukum atau sanksi-sanksi hukum, kerugian keuangan/materi atau tercermarnya reputasi bank sebagai akibat dari pelanggaran terhadap hukum, regulasi-regulasi, aturan-aturan, dihubungkan dengan norma-norma organisasi yang menjadi aturan internal suatu bank. Sementara Bank Indonesia (BI) mendefiniskan risiko kepatuhan sebagai risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, termasuk prinsip syariah bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah. 15 B. Auditing 1. Pengertian Auditing Beberapa pengertian auditing yang dikemukakan para ahli antara lain : a. Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya yang berjudul “Auditing Pemeriksaan Akuntan” mengungkapkan definisi auditing sebagai berikut:1Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independent, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. b. Menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul “Auditing” mengungkapkan definisi sebagai berikut :2Auditing adalah suatu proses sitematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada berkepentingan. 1 2 Sukrisno Agoes, Auditing, Jilid I,Edisi Ketiga,LPFE‐UI,Jakarta,2004,Hal 3. Mulyadi, Auditing, Buku I, EDISI 6, Salemba, Jakarta, 2002, Hal 9. pemakai yang 16 c. Menurut Alvins A. Aren, Randal J. Elder dan mark S. Beasley dalam bukunya yang berjudul “Auditing dan Pelayanan Verifikasi :Pendekatan terpadu” mengungkapkan definisi auditing sebagai berikut:3Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bahan baku tentang informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independent. d. Menurut Amir Abadi Yusuf dalam bukunya yang berjudul “ Auditing arren dan Loebbacke “mengungkapkan definisi auditing sebagai berikut:4Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent yang dapat menentukan dan melakukan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independentil dan kompeten. Dari beberapa pengertian auditing dari para ahli tersebut terdapat beberapa kesamaan persepsi sehingga dapat kita ambil kesimpulan singkat mengenai bagian-bagian dari definisi di atas : 3 AlvinsA.Arens, dkk, Auditingdan Pelayanan Verifikasi, Jilid 1, Edisi Kesembilan, PT.Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta, 2006, Hal 15. 4 Amir Abadi Yusuf, Auditing Arens dan Loebbecke, Salemba Empat, Jakarta, 2003, Hal. 1. 17 a. Informasi yang dapat diukur dan kriteria yang ditetapkan. Untuk melaksanakan audit, diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan sejumlah standar atau kriteria yang dapat digunakan auditor untuk mengevaluasi bahan bukti tersebut. Informasi yang diverifikasi dapat berupa laporan keuangan perusahaan, surat pemberitahuan pajak penghasilan (SPT PPH) dan informasi keuangan lainnya. Kriteria untuk mengevaluasi informasi kualitatif beragam.Misalnya dalam audit laporan keuangan, kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. b. Entitas Ekonomi Setiap kali audit dilakukan, lingkup tanggung jawab auditor harus jelas, terutama mengenai penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit. Entitas ekonomi yang dimaksud sering kali merupakan satuan legal, misalnya perseroan terbatas (PT), lembaga pemerintahan.Periode waktu yang diaudit umumnya satu tahun, tetapi ada pula yang satu bulan. c. Pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti Bahan bukti merupakan informasi yang digunakan auditor dalam menentukan kesesuaian informasi dengan kriteria yang ditetapkan.Pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti adalah penting untuk memperoleh jumlah bukti dalam jumlah dan kualitas 18 yang cukup untuk memenuhi tujuan audit.Bahan bukti dapat berupa penyataan lisan dari klien, komunikasi tertulis dari pihak ketiga, hasil pengamatan auditor dan elektronik atas transaksi-transaksi. d. Orang yang kompeten dan independent. Seorang auditor harus mempunyai kompetensi untuk memahami kriteria yang digunakan dan untuk menentukan jumlah bahan bukti pemeriksaan yang dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan yang diambil.Auditor juga harus memiliki sikap mental independent atau tidak berpihak. e. Pelaporan Tahap terakhir dalam audit adalah penyusunan laporan audit yang merupakan alat penyampaian temuan-temuan kepada para pemakai laporan tersebut.Walaupun isi laporan-laporan audit berbeda tetapi pada hakekatnya laporan tersebut harus memberikan informasi-informasi yang telah diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan. Dari beberapa pengertian auditing dari para ahli tersebut, dapat kita ambil kesimpulan singkat mengenai definisi tersebut : a. Suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing dilakukan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi dan bertujuan. 19 b. Menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. 2. Jenis – Jenis Audit Dalam (Sukrisno Agoes, 2012:10), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas : a. Pemeriksaan Umum (General Audit) Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus sesuai dengan standar Professional Akuntan Publik dan memperhatikan kode etik akuntan indonesia, aturan etika KAP yang telah disahkan Ikatan Akuntan Indonesia serta standar pengendalian mutu. b. Pemeriksaan Khusus (Special Audit) Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan Auditee) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat kecurangan pada penagihan piutang usaha perusahaan.Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang, penjualan dan penerimaan kas.Pada akhir pemeriksaan 20 KAP hanya memberikan pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan.Jika memang ada kecurangan, berapa besar jumlahnya dan bagaimana modus operasinya. Dalam (Sukrisno Agoes, 2012 : 11-13), ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas: a. Management Audit (Operational Audit) Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. Pengertian efisien disini adalah, dengan biaya tertentu dapat mencapai hasil atau manfaat yang telah ditetapkan atau berdaya guna.Efektif adalah dapat mencapai tujuan atau sasaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau berhasil/dapat bermanfaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Ekonomis adalah dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya dapat mencapai hasil yang optimal atau dilaksanakan secara hemat. b. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit) Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat 21 Jendral Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun bagian internal audit. c. Pemeriksaan Intern (Internal Audit) Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan umum yang dilakukan internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP.Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak diluar perusahaan menganggap bahwa internal auditor, yang merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen.Laporan internal auditor berisi temuan pemeriksaan (audit finding) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya (recommendations). d. Computer Audit Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) sistem. C. Audit Operasional Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Audit operasional menyangkut 22 serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisasi. Audit operasional berfungsi untuk mendeteksi dan mengkoreksi aktivitas operasional organisasi (dalam hal ini operasional perbankan) agar berjalan sesuai sistem dan prosedur yang ada. Hasil dari audit operasional dapat dijadikan referensi atau dasar pijakan untuk menyempurnakan kinerja organisasi atau sebagai bahan evaluasi apakah sistem dan prosedur yang telah digariskan dapat dilaksanakan sesuai kenyataan di lapangan. 1. Pengertian Audit Operasional Audit operasional pada umumnya dikaitkan dengan efisiensi dan efektivitas.Tetapi ternyata hanya sedikit kesepakatan dalam penggunaan istilah tersebut. Banyak orang lebih menggunakan istilah audit manajemen atau audit kinerja untuk menggambarkan pengkajian ulang perusahaan untuk efisiensi dan efektivitas tetapi kedua istilah tersebut sama sampai saat ini. Ada beberapa pengertian menurut para ahli yaitu sebagai berikut : a. Menurut Sukrisno Agoes audit operasional adalah suatu pemeriksaan terhadap operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisie, dan ekonomis.5 b. Menurut Peter A. Phyrr, yang dikutip oleh Nugroho Widjayanto, menyatakan bahwa “Pemeriksaan operasional adalah suatu tinjauan dan penilaian efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan atau prosedur- 5 Sukrisno Agoes,Hal 36. 23 prosedur kegiatan. Pemeriksaan ini dilaksanakan dengan disertai tanggung jawab untuk mengungkapkan dan memberikan informasi kepada manajemen mengenai berbagai masalah operasi, meskipun tujuan utama sebenarnya adalah untuk memecahkan berbagai masalah dengan merekomendasikan berbagai tindak lanjut yang diperlukan”.(2001:16) c. Menurut Arens dan Loebbecke (2003:12), Audit operasional didefinisikan sebagai berikut :“An operational audit is a review of any part of an organization’s operating procedures and methods for the purpose of evaluating efficiency and effectiveness. At the completion of an operational audit, recomendation to management for improving operations are normally expected”. Berdasarkan definisi diatas, audit operasional merupakan penelaahan terhadap metode dan prosedur operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya.Setelah audit operasionalberakhir auditor memberikan sejumlah saran atau rekomendasi kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan. Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa audit operasional merupakan suatu tinjauan dari penilaian efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan atau prosedur kegiatan. Dimana pemeriksaan ini dilaksanakan dengan disertai tanggung jawab untuk mengungkapkan dan memberikan informasi kepada manajemen mengenai masalah operasi dan membantu manajemen memecahkan 24 berbagai masalah tersebut dengan merekomendasikan berbagai tindakan perbaikan yang dibutuhkan. 2. Tujuan Audit Operasional Tujuan audit operasional adalah untuk mengidentifikasi program/kegiatan yang memerlukan perbaikan atau penyempurnaan dalam rangka memberikan rekomendasi, agar pengelolaan program/kegiatan organisasi dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif. Menurut Dan M. Guy, C. Wayne Alderman dan Alan J. Winters yang dialih bahasakan oleh Paul A. Rajoe dan Ichsan Setiyo Budi (2003:421) tujuan audit operasional yaitu: a. Menilai kinerja Setiap audit operasional meliputi penilaian kinerja organisasi yang ditelaah. Penilaian kinerja dilakukan dengan membandingkan kegiatan organisasi dengan tujuan, seperti kebijakan, satandar, dan sasaran organisasi yang ditetapkan manajemen atau pihak yang menugaskan, serta dengan criteria penilaian lain yang sesuai. b. Mengidentifikasi peluang perbaikan Peningkatan efektivitas, efisiensi, dan ekonomi merupakan kategori yang luas dari pengklasifikasian sebagian besar perbaikan. Auditor dapat menidentifikasi peluang perbaikan tertentu dengan mewawancarai individu, mengobservasi operasi, menelaah laporan masa lalu atau masa berjalan,mempelajari transaksi, membandingkan 25 dengan standar industri, menggunakan pertimbangan profesional berdasarkan pengalaman, atau menggunakan sarana dan cara lain yang sesuai. c. Mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut Sifat dan luas rekomendasi akan berkembang secara beragam selama pelaksanaan audit operasional. Dalam banyak hal,auditor dapat membuat rekomendasi tertentu. Dalam kasus lainnya, mungkin diperlukan studi lebih lanjut di luar ruang lingkup penugasan, di mana auditor dapat menyebutkan alasan mengapa studi lebih lanjut pada bidang tertentu dianggap tepat. 3. Proses Audit Operasional Proses audit disebut juga tahap-tahap audit adalah kegiatan atau langkah- langkah yang dilakukan oleh auditor mulai dari rencana audit,pelaksanaan sampai pada penerbitan laporan pemeriksaan. Adapun tujuan langkah-langkah audit dirancang adalah untuk : 1. Mengumpulkan bahan bukti dan 2. Untuk memungkinkan auditor internal mengemukakan pendapat mengenai efesiensi, keekonomisan, dan efektivitas aktivitas yang diperiksa. 26 Langkah-langkah tersebut berisi arahan-arahan pemeriksaan dan evaluasi informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-tujuan audit dalam ruang lingkup penugasan audit. Sebelum membahas proses penilaian audit operasional ada baiknya penulis terlebih dahulu menguraikan proses audit secara umum. Adapun proses audit secara umum meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Mengumpulkan bukti dan informasi yang cukup, kompeten, dan relevan. b. Memeriksa dan mengevaluasi semua bukti dan informasi untuk mendapatkan temuan dan rekomendasi audit. c. Menetapkan metode pengujian dan teknik pengambilan sampel yang dapat dipakai dan dikembangkan sesuai dengan keadaan, diantaranya pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas saldo-saldo seperti validasi atas rekening simpanan dan kredit. d. Supervisi atas proses pengumpulan bukti dan informasi serta pengujian yang telah dilakukan e. Mendokumentasikan kertas kerja audit f. Membahas hasil audit atau temuan dengan auditee Sedangkan proses Audit Operasional terdiri dari lima tahap yaitu: 1. Pengenalan Auditor terlebih dahulu harus mengenali kegiatan atau fungsi yang sedang di audit. Untuk melaksanakan hal ini, auditor meneelah latar belakang informasi, tujuan, struktur organisasi, dan pengendalian kegiatan atau 27 fungsi yang sedang di audit, serta menentukan hubungannya dengan entitas secara keseluruhan. Disamping itu, auditor juga harus memahami dengan jelas tujuan dan ruang lingkup penugasan, serta sifat pelaporan yang akan diterbitkan. Auditor juga harus menentukan apakah individu atau entitas yang meminta audit tersebut memiliki otoritas untuk memberi penugasan. 2. Survei Survei lebih dikenal dengan survei pendahuluan (Preliminary Survey) auditor harus berusaha untuk mengidentifikasi bidang masalah dan bidang penting yang menjadi kunci keberhasilan kegiatan atau fungsi yang sedang di audit. 3. Pengembangan Program Pada awalnya auditor menyusun program pekerjaan,berdasarkan tujuan audit, yang merinci pengujian dan analisis yang harus dilaksanakan atas bidang-bidang di anggap penting dari hasil survei pendahuluan. Disamping itu, auditor juga menjadwalkan kegiatan kerja, menugaskan personel yang sesuai, menentukan keterlibatan personel lainnya dalam penugasan, serta meneelah kertas kerja audit. 28 4. Pelaksanaan Audit Auditor melaksanakan prosedur audit yang telah ditentukan dalam program audit untuk mengumpulan bukti- bukti, melakukan analisis, menarik kesimpulan, dan mengembangkan rekomendasi. 5. Pelaporan Laporan audit operasional pada umumnya mengandung dua unsur utama yaitu : a. Tujuan penugasan, ruang lingkup, dan pendekatan serta b. Temuan-temuan kasus dan rekomendasi. Laporan ini sering kali juga mencantumkan ikhtisar eksekutif yang menyoroti intisari dan kesimpulan dari rincian laporan tersebut. 4. Manfaat Audit Operasional Adapun dari tujuan-tujuan audit operasional yang telah disebutkan diatas, maka manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan audit operasional antara lain: a. Penilaian yang obyektif sejauh mana Unit Kerja melaksanakan program/kegiatannya secara ekonomis, efisien, dan efektif serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Penyimpangan yang material didalam praktik-praktik manajemen dan pengendalian telah diidentifikasikan secara memuaskan. c. Rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan atau penyempurnaan program/kegiatan organisasi di masa mendatang. 29 d. Informasi dan rekomendasi yang dapat mengarah kepada perbaikan pertanggungjawaban. D. 1. Audit Kinerja Pengertian Audit Kinerja Audit kinerja adalah perencanaan, pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti yang cukup, relevan, material dan kompeten, yang dilakukan oleh pemeriksaan yang bebas dengan sasaran untuk menilai apakah dalam pencapaian tujuannya telah menggunakan sumber-sumber secara ekonomis, efisien dan efektif, yang menghasilkan kesimpulan, merumuskan saran-saran perbaikan serta melaporkan hasilnya pada pihak ketiga (Setyawan, 1988). Sedangkan menurut Ulum (2009), audit kinerja adalah pengujian sistematis, terorganisasi dan obyektif atas suatu entitas untuk menilai pemanfaatan sumber daya dalam memberikan pelayanan publik secara efisien dan efektif dalam memenuhi harapan stakeholder dan memberikan rekomendasi guna peningkatan kinerja. 2. Tipe-tipe Audit Kinerja Secara garis besar ada dua tipe audit kinerja, diantaranya adalah: a. Audit manajemen Adalah audit kinerja yang bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh sumber daya yang dimiliki telah digunakan oleh manajemen secara sebaik-baiknya. 30 b. Audit program Adalah audit kinerja yang bertujuan untuk melihat apakah manajemen telah mencapai tujuan program yang telah ditetapkan E. Pengendalian Internal (Intern Control) Suatu pengendalian internal yang baik adalah kunci efektif baik tidaknya manajemen suatu perusahaan. Pengendalian internal bermanfaat mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan dan kesalahan yang disengaja oleh pegawai, meningkatkan suatu penyajian informasi akuntansi perusahaan dan menyediakan keuangan yang sesuai dengan tindakan manajemen. Bagi suatu manajemen, sistem pengendalian internal merupakan alat manajemen untuk melaksanakan tanggung jawab utamanya, yaitu melaporkan informasi keuangan dan operasional yang memadai dan cermat kepada pihakpihak yang berkepentingan. Sedangkan bagi auditor, sistem pengendalian internal digunakan untuk mengetahui apakah prosedur dan kebijakan yang telah dilaksanakan sebagaimana mestinya dan jika terjadi kesalahan akan dapat diatasi dengan cepat. 1. Pengertian Pengendalian Internal Menurut Romney dan Steinbart (2009:229): “Pengendalian Internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset, memberikan informasi yang akurat dan andal mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.” 31 Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Pengendalian internal adalah rencana organisasi. Ini berarti alat untuk mencapai tujuan tertentu. Merupakan suatu susunan yang telah ditetapkan dan disepakati untuk mencapai tujuan suatu organisasi/badan usaha. b. Pengendalian internal memberikan informasi yang akurat dan andal. Merupakan cara untuk mengetahui apakah suatu kebijakan sudah dijalankan dengan baik atau belum. Menurut Sukrisno Agoes, definisi pengendalian internal adalah :6 Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan, seperti keandalan laporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal adalah sistem, struktur atau prosedur yang saling berhubungan memiliki beberapa tujuan pokok yaitu menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi yang dikoordinasikan sedemikian rupa, dan mendorong dipatuhinya kebijakan hukum dan peraturan yang berlaku untuk melaksanakan fungsi utama perusahaan. 6 Sukrisno Agoes, Hal.79. 32 2. Tujuan Pengendalian Internal Menurut Reider (2002:30) tujuan audit intern adalah sebagai berikut: a. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi perusahaan. b. Untuk menilai apakah sumber daya yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis. c. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam tujuan yang ditetapkan oleh manajemen. d. Memberikan rekomendasi kepada top manajemen untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam struktur pengendalian intern dan prosedur operasional perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi, keekonomisan dan efektivitas kegiatan operasi perusahaan. Sedangkan menurut Akmal (2007:5) tujuan audit intern adalah memberikan nilai tambah dan melakukan perbaikan-perbaikan operasi organisasi yaitu membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan yang sistematis, disiplin untuk mengevaluasi dan melakukan perbaikan atas keefektifan manajemen resiko, pengendalian dan proses yang jujur, bersih dan baik. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut harus dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 33 a. Menelaah dan menilai penerapan pengendalian internal dan pengendalian operasional memadai atau tidak serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. b. Memastikan ketaatan terhadap rencana-rencana dan prosedurprosedur yang telah ditetapkan manajemen. c. Memastikan seberapa dipertanggungjawabkan terjadinya segala dan bentuk jauh harta dilindungi perusahaan dari kecurangan, kemungkinan pencurian dan penyalahgunaan yang dapat merugikan perusahaan. d. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya. 3. Komponen Pengendalian Internal Komponen pengendalian internal merupakan proses untuk menghasilkan pengendalian yang memadai. Agar tujuan pengendalian tercapai, perusahaan harus mempertimbangkan komponen-komponen pengendalian internal. Menurut Comitte of Sponsoring Oragnization (COSO) sistem pengendalian yang efektif terdiri dari lima komponen yang saling terkait, antara lain:7 7 COSO, 1992, Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2010, hal.87 34 a. Lingkungan Pengendalian (control environment) Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap manajemen puncak, direktur dan komisaris, dan pemilik suatu satuan usaha terhadap arti pentingnya pengendalian. Lingkungan pengedalian merupakan pengaruh gabungan dari beberapa faktor yang membentuk,memperkuat dan memperlemah efektivitas Struktur Pengendalian Intern. Faktor- faktor yang mempengaruhi tersebut adalah : 1) Integritas dan nilai etika 2) Komitmen terhadap kompetensi 3) Dewan direksi dan komite audit 4) Filsofi dan gaya manajemen 5) Struktur organisasi 6) Penetapan wewenang dan tanggung jawab 7) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia b. Penetapan Resiko Manajemen Penetapan resiko manajemen merupakan identifikasi dan analisis oleh manajemen atas resiko-resiko yang relevan dalam penyampaian laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. 35 c. Sistem Akuntansi Sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi, menggabungkan, mengklarifikasikan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi satuan serta untuk mempertanggungjawabkan aktiva terkait. d. Prosedur Pengendalian Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat oleh manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, prosedur pengendalian adalah sebagai berikut : 1) Pemisahan tugas 2) Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas 3) Dokumen dan catatan yang memadai 4) Pengendalian fisik 5) Pengecekan Independent atas pelaksanaan e. Pemantauan Aktivitas pemantauan berkaitan dengan penilaian efektifitas rancangan dan operasi struktur pengendalian intern secara periodik dan terus menerus oleh manajemen untuk menilai apakah telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah diperbaiki sesuai dengan keadaan atau penyimpangan yang terjadi. 36 4. Keterbatasan Pengendalian Internal Pengendalian Internal tidak dapat dianggap sebagai alat pengendalian yang paling sempurna karena terdapat beberapa keterbatasan yang harus dihindari. Adapun keterbatasan tersebut seperti berikut ini :8 A. Kesalahan dalam pertimbangan Manajemen dan personel lain sering kali salah paham dalam memeprtimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu atau tekanan lain. B. Gangguan Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena personil keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian,tidak adanya perhatian dan kelelahan. C. Kolusi Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut sebagai kolusi.Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian internal yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh sistem pengendalian internal yang dirancang. D. Pengabaian oleh manajemen Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi 8 Mulyadi, Hal. 173 37 manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan semu. E. Biaya lawan manfaat Biaya yang diperlukan untuk mengeoperasikan sistem pengendalian internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian internal tersebut.Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin untuk dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern. Untuk menguji apakah Standar Operasional Perusahaan telah dilaksanakan dengan baik, penulis menggunakan Internal Control Questionnaires (ICQ) dengan skala Guttman sebagai indikator pengujian dan evaluasi efisiensi dan efektifitas pengendalian yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Menurut Sugiyono (2012:96) skala Guttman digunakan apabila ingin mendapatkan jawaban yang jelas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.SkalaGuttman merupakan skala kumulatif.Sesuai dengan namanya, skala ini pertama kali diperkenalkan oleh Louis Guttman (1916-1987).Dalam penggunaannya, skala Guttman menghasilkan binary skor (0-1), dan digunakan untuk memperoleh jawaban yang tegas dan konsisten. 38 F. Pengertian Efektivitas, Efisiensi dan Ekonomis Dalam audit operasional, menilai apakah aktivitas atau program yang ditetapkan oleh perusahaan telah mencapai tujuan yang diharapkan. Ada tiga konsep dalam penilaian tersebut. Dalam kaitannya dengan audit operasional, ketiga konsep itu mencakup efektivitas, efisiensi dan ekonomis. 1. Efektivitas Adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta untuk menilai seberapa baik kebijakan-kebijakan perusahaan tersebut untuk mencapai tujuan serta penilaian sistem dan prosedur yang membantu dalam pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Rumus dari efektivitas dalam audit kinerja adalah : Efektivitas = outcome x 100 % output 2. Efisiensi Digunakan untuk menilai sebaik apakah pemakaian sumber daya suatu perusahaan yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 39 Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasinya sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya. Efisiensi berhubungan dengan metode kerja (operasi). Efisiensi berhubungan erat dengan konsep input-proses-output. Efisiensi adalah rasio output dan input. Seberapa besar output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlahinput yang dimiliki perusahaan(Bayangkara 2008:13). Metode kerja yang baik akan dapat membantu proses operasi berjalan dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Rumus dari efisiensi dalam audit kinerja adalah : Efisiensi = outputx x 100 % Input 3. Ekonomis Maksudnya memperoleh kualitas dan kuantitas sumber daya fisik dan manusia yang layak pada waktu yang layak dan biaya yang rendah.Walaupun dengan biaya yang tinggi, namun tingkat manfaat yang diberikan setara dengan yang diberikan. Rumus ekonomis dalam audit kinerja adalah : Ekonomis = inputx x 100 % Harga input (Rp) G. Standar Operasional Prosedur (SOP) Standar Operasional Prosedur adalah serangkaian instruksi kerja tertulis yang dilakukan (terdokumentasi) mengenai proses penyelenggaraan administrasi 40 perusahaan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan. 1. Pengertian Standar Operational Prosedur (SOP) Menurut Atmoko Tjipto (2010) Standard Operasional Prosedur (SOP) adalah proses standar langkah - langkah sejumlah instruksi logis yang harus dilakukan berupa aktivitas, aliran data, dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan; menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan; menjamin konsistensi dan proses kerja yang sistematik; dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja. Sedangkan menurut Perry dan Potter (2005) SOP adalah suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standar operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. 2. Manfaat Standar Operasional (SOP) Beberapa manfaat dari adanya Standar Operasional Prosedur (SOP), diantaranya adalah: 41 a. Sebagai standar acuan yang digunakan oleh seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan dalam melakukan tugas-tugasnya sehingga lebih terarah dan tepat guna. b. Sebagai alat untuk mengurangi faktor kesalahan dan ketidak disiplinan karyawan dalam melakukan proses kerjaa. c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas karyawan baik secara individu maupun kelompok. d. Meningkatkan kemandirian karyawan sehingga tidak selalu tergantung pada manajemen/pimpinan dalam menjalankan tugasnya. e. Menciptakan ukuran standar kerja yang dapat dipakai oleh karyawan dalam mengevaluasi dan memperbaiki kemampuannya. f. Memberikan informasi mengenai peningkatan kompetensi karyawan. g. Menciptakan keseragaman proses kerja dan kualitas produk 3. Konsep Internal Control Questionnaire Metode champion untuk mengukur peran audit operasioal terhadap penilaian kinerja perusahaan pada objek yang diteliti. Internal Control Questionnaire adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur data yang dihasilkan dari responden. Internal control questionnaire pada penelitian ini digunakan dalam bentuk pengujian terhadap pengendalian manajemen yang bertujuan untuk menilai efektifitas pengendalian manajemen perusahaan dengan menggunakan skala Guttman. 42 Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak, positive-negatif, tinggirendah, baik-buruk, dan seterusnya. Pada skala Guttman hanya ada dua interval,yaitu setuju dan tidak setuju. Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda maupun daftar checklist. Untuk jawaban positif seperti benar, ya, tinggi, baik, dan semacamnya diberi skor 1 ; sedangkan untuk jawaban negative seperti salah, tidak, rendah, buruk, dan semacamnya diberi skor 0. Dalam penggunaannya, skala Guttman menghasilkan binary skor(0-1), dan digunakan untuk memperoleh jawaban yang tegas dan konsisten. Pengujian data hipotesis merupakan suatu cara dalam statistik untuk menguji anggapan dasar yang masih bersifat sementara sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan statistik mengenai diterima atau ditolaknya hipotesis. Langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut : a. Memisahkan tiap-tiap jawaban responden sesuai dengan jawaban yang diberikan yaitu “Ya” dan “Tidak”. b. Menjumlahkan berapa banyak jawaban “Ya” dan “Tidak”. c. Dari semua jawban “Ya” dibagi semua jawaban kuesioner kemudian dikalikan 100%. Untuk menghitung persentase digunakan perhitungan : Persentase = Jumlah Jawaban “Ya” x 100% Jumlah Jawaban Kuesioner 43 Untuk keperluan interpretasi hasil perhitungan persentase, penulis akan menggunakan ketentuan yang dikemukakan oleh Champion (1990:270) yang menyebutkan klasifikasinya sebagai berikut : 0,00-0,25:no association or low association (weak association) 0,26-0,50:moderately low association (moderately weak association) 0.51-0,75;moderately high association (moderately strong association) 0,76-1,00:high association (strong association) up to perfect association” Dari definisi di atas, perhitungan hasil persentase dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a) 0% sampai dengan 25% audit operasional tidak berperan untuk menilai kinerja perusahaan. b) 26% sampai dengan 50% audit operasional kurang berperan untuk menilai kinerja perusahaan. c) 51% sampai dengan 75% audit operasional cukup berperan untuk menilai kinerja perusahaan. d) 76% sampai dengan 100%% audit operasional sangat berperan untuk menilai kinerja perusahaan. H. 1. Value For Money Pengertian Value For Money Value for money menurut Mardiasmo (2009:4) merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen 44 utama, yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi yaitu pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Efisiensi yaitu pencapaian otput yang maksimum dengan input tertentu untuk penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan. Efektivitas yaitu tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output. 2. Langkah-langkah Pengukuran Value For Money a. Pengukuran Ekonomi, Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan (input) yang gunakan. Pertanyaan yang diajukan adalah: Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang dianggarkan?, Apakah biaya organisasi lebih besar dari pada biaya organisasi lain yang sejenis yang dapat diperbandingkan? Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal? 45 b. Pengukuran Efisiensi, Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi. Cara perbaikan terhadap efisiensi adalah: Meningkatkan output pada tingkat input yang sama. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi peningkatan input. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan output. c. Pengukuran Efektifitas, Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. 3. Tujuan Value For Money Tujuan pelaksanaan value for money adalah, ekonomi: hemat cermat dalam pengadaan dan alokasi sumber daya. efisiensi: Berdaya guna dalam penggunaan sumber daya efektivitas: berhasil guna dalam arti mencapai tujuan dan sasaran. equity: Keadilan dalam mendapatkan pelayanan publik. equality: Kesetaran dalam penggunaan sumber daya. Tujuan lain yang dikehendaki terkait pelaksanaan value for money adalah 46 a) Meningkatan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat sasaran. b) Meningkatkan mutu pelayanan public. c) Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya penghematan dalam penggunan input. d) Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan public. e) Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs awareness) sebagai akar pelaksanaan akuntanbilitas public I. 1. Penelitian Terdahulu Tabel Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini diambil dari beberapa contoh penelitian terdahulu sebagai panduan ataupun contoh untuk penelitian yang dilakukan yang nantinya akan menjadi acuan dan perbandingan dalam melakukan penelitian ini. NO. JUDUL PENELITI DAN TEORI NAMA PENELITI 1 HASIL PENELITIAN Pelaksanaan Prosedur 1) Sistem Akuntansi Deposito 1) Metode 1) Kesimpulan: Akuntansi Penelitian deposito Berjangka Pada PT Bank 2) Pengertian Kualitatif berjangka menawarkan Jatim Cabang Bondowoso, Pitaloka 3) Pengertian penulisan beberapa Pratiwi, Fakultas nya pilihan deskriptif sesuai Ekonomi METODE Akuntansi Prosedur Universitas 4) Pengertian Bank 2) Tekhnik 47 5) Fungsi Jember, 2007. dan 3) Wawancara Tugas Bank Mendalam 6) Produk-produk perbankan jangka waktu dengan suku kepustakaan 7) Pengertian 2 4) Studi dengan 5) Observasi bunga yang bersaing deposito langsung di 2) Perpanjangan berjangka. Bank Jatim deposito ada Cabang dua cara Bondowoso. yaitu ARO dan Non ARO. Peranan Internal Auditor Pada PT Bank Negara 1) Pengertian Indonesia (Persero) Tbk Cabang Medan, Manurung Ekonomi Universitas , Ria Fakultas Ruang Lingkup 1) Metode penelitian Internal Audit Penelitian bahwa Kualitatif fungsi 2) Proses Akuntansi, 1) Hasil audit operasional Sumatera 3) Prosedur Utara, 2008. internal auditor pada 2) Tekhnik operasional penulisanny Bank deposito adeskriptif Negara 4) Internal control operasional deposito Indonesia 3) Wawancara Cabang langsung Medan dalam 4) Observasi pemeriksaan langsung di operasional Bank kantor yang BNI Cabang berkaitan Medan. dengan deposito 5) Studi berjangka 48 Kepustakaan telah membaca berjalan buku-buku dengan baik, teori pimpinan yang berkaitan cabang BNI dengan judul telah penelitian. mengerti pentingnya keberadaan internal auditor 2) Hasil pemeriksaan dilaporkan dalam laporan tertulis dan disampaikan kepada pimpinan cabang. Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu 49 J. Kerangka Pikir BANK DEPOSITO PENILAIAN KINERJA AUDIT OPERASIONAL (COMPLIANCE TEST) PENILAIAN EFEKTIVITAS, EFISIENSI, EKONOMIS ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF REKOMENDASI/LAPORAN AUDIT Gambar 2.1 Kerangka Pikir