REVITALISASI LEMBAGA KUD DAN GAPOKTAN (Studi di Desa Andoolo Utama Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan) Oleh: Risky Dwi Alamsyah, Bahtiar, dan Peribadi Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan langkah strategis dalam upaya revitalisasi KUD dan Gapoktan. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kualitatif yang dilaksanakan di Desa Andoolo Utama Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah teknik snowboll (bola salju) yaitu peneliti akan mewancarai informan kunci terlebih dahulu, kemudian meminta rekomendasi untuk informan berikutnya sampai pada data jenuh. Teknik pengumpulan data baik data primer maupun data sekunduer diperoleh melalui studi kepustakaan (library reseach), penelitian lapangan (field research), pengamatan langsung, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun hasil penelitian ini adalah langkah strategis dalam paya revitalisasi lembaga KUD yaitu: (1) Melakukan repositioning image KUD. (2) KUD dilibatkan secara aktif dalam kegiatan revitalisasi pertanian. (3) Pemerintah bekerjasama dengan KUD dalam melengkapi sarana dan prasarana pertanian. (4) KUD diberikan keleluasaan yang bertangungjawab. Kemudian langkah strategis dalam paya revitalisasi lembaga Gapoktan yaitu; (1) Mekanisme kerja gapoktan dalam meningkatkan pegetahuan anggotanya. (2) Usaha yang dilakukan gapoktan dalam merubah pola pikir petani. (3) Mekanisme gapoktan sebagai mediator dalam memenuhi kebutuhan modal untuk usaha pertanian anggotanya. (4) mekanisme gapoktan dalam mengkoordinasi hasil produksi pertanian agar mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi. Kata Kunci: Revitalisasi, Lembaga. PENDAHULUAN Masyarakat petani merupakan masyarakat yang berlapis. Dimana terdapat golongan kaya dan tidak kaya berdasarkan dari jumlah kepemilikan tanah di desa. Masyarakat kelompok pekerja dibayar dengan upah dengan cara pembagian hasil oleh pemilik tanah. Atau petani bisa juga melakukan penyewaan tanah dan kemudian ketika panen melakukan bagi hasil dengan pemilik tanah. Terdapat banyak pola dalam pembagian hasil antara pemilik lahan dengan pekerja, dan dari kenyataannya petani atau pekerja seringkali mendapatkan hasil yang kurang setimpal dengan apa yang dia kerjakan (Scott, 1985). 225 Desa Andoolo Utama Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan merupakan salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara yang sebagian besar masyarakatnya masih bekerja di sektor pertanian dengan pendapatan yang belum maksimal untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Masyarakat Desa Andoolo Utama yang berprofesi sebagai petani memiliki sifat kesederhanaan dan solidaritas yang tinggi, hal ini di latar belakangi oleh pengetahuan dan pendidikan mereka sebagai petani yang telah terinternalisasi di dalam diri mereka sehingga tidak dapat dipisahkan atau selalu menyertai dalam setiap proses kehidupannya, yang memungkinkan mereka sulit untuk menerima perubahan-perubahan sosial atau inovasi baru dalam upaya peningkatan taraf hidupnya sehingga pola kehidupannya tetap berjalan monoton. Secara umum, karakteristik utama pada rumah tangga petani khususnya di Desa Andoolo Utama Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan adalah lemahnya pengetahuan akan pentingnya kelembagaan sosial, kelembagaan ekonomi dan penyedia informasi yang ada. Lemahnya pengetahuan ini lah yang menyebabkan tidak terurusnya lembaga-lembaga pedesaan yang ada. Pengembangan kelembagaan yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini, hanya sebatas membangun relasi-relasi horizontal sesama petani, misalnya berupa kelompok-kelompok tani. Selain itu, akibat tidak terjalinnya hubungan sosial-ekonomi yang baik menyebabkan kurangnya minat generasi muda untuk meneruskan profesi orang tua mereka sebagai petani. Karena itu, yang sesungguhnya mereka butuhkan adalah pengembangan kelembagaan yang berupaya membangun dan menjaga berjalannya jaringan-jaringan sosial, terutama jaringan dalam bidang ekonomi, sehingga warga petani menjadi bagian dari sistem ekonomi yang berjalan di wilayahnya. Pada tahun 1989 mulai lah di bentuk lembaga sosial masyarakat oleh pemerintah Desa Andoolo Utama, yaitu pembentukan Koperasi Unit Desa (KUD) dan kemudian pada tahun 2000 dibentuk pula Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dengan tujuan untuk membantu masyarakat tani untuk menyiapkan sarana-sarana yang diperlukan dalam bertani, menguatkan hubungan silaturahmi, memberikan tempat untuk bertukar pikiran, sebagai pusat informasi dan sebagai tempat penyaluran bantuan yang bekerja sama dengan pemerintah trkait sebagai bentuk upaya untuk mensejahterakan masyarakat tani di Desa Andoolo Utama. Akan tetapi dalam kurun waktu yang lama itu mulailah terjadi pergeseran dalam fungsi KUD. Kemudian, selama hampir 15 tahun setelah pembentukan Gapoktan di Desa Andoolo Utama, kontribusi yang diberikan oleh Gapoktan kepada masyarakat petani setempat perlahan-lahan mulai memudar, bahkan dapat dikatakan bahwa lembaga Gapoktan tidak lagi aktif beroperasi di 226 masyarakat. Masyarakat tani di Desa Andoolo Utama saat ini lebih memilih untuk membentuk kelompok-kelompok kecil untuk membantu melancarkan kegiatan terkait produksi dan pemasaran hasil pertaniannya, dan tentu saja kelompok-kelompok kecil tersebut tidak memiliki hubungan vertikal dengan pemerintah setempat, sehingga perubahan sosial-ekonomi yang dirasakan oleh masyaakat menjadi sangat lambat. Atas dasar inilah, pentingnya dikembangkan kajian mengenai lembaga sosial masyarakat pedesaan sebagai upaya revitalisasi, sehingga lembaga sosial tersebut dapat kembali eksis dan memberi kontribusi nyata kepada komunitas petani di Desa Andolo Utama Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan. Beradasarkan latar pemikiran tersebut, maka dirumuskan permasalahan yang mendasar, yaitu; Bagaimana langkah strategis dalam upaya revitalisasi lembaga KUD dan Gapoktan di Desa Andoolo Utama? Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui, Bagaimana langkah strategis dalam upaya revitalisasi lembaga KUD dan Gapoktan di Desa Andoolo Utama. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini akan di laksanakan di Desa Andoolo Utama Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan, dengan pertimbangan yakni setelah melakukan pendekatan terkait kelembagaan, didapatkan adanya lembaga sosial yang merupakan lembaga vital Desa Andoolo Utama Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan yang tidak lagi di fungsikan selama beberapa tahun. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni tipe penelitian deskiptis kualitatif yaitu untuk memberikan suatu uraian yang bersifat deskriptif mengenai kolektifitas yang diteliti agar memperoleh gambaran yang menyeluruh dan terperinci tentang bagaima langkah-langkah dalam upaya Revitalisasi Lembaga Sosial di Desa Andoolo Utama Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan. Adapun informan penelitian ini adalah beberapa warga Desa Andoolo Utama kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan yang terkait dengan lembaga Sosial Desa yang dimaksud dengan menggunakan metode snowboll (bola salju), dimana peneliti akan bertanya pada responden yaitu Kepala Desa Andoolo Utama, dengan pertimbangan bahwa beliau mengetahui siapa saja yang ikut ambil bagian dalam lembaga sosial Desa, kemudian peneliti meminta rekomendasi pada responden pertama untuk responden selanjutnya, sampai peneliti mendapatkan data jenuh. Teknik pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder, diperoleh melalui studi kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang di lakukan guna mendapatkan data sekunder yang dapat mendukung pembahasan 227 penelitian ini, dengan membaca buku-buku literatur serta tulisan-tulisan ilmiah lainnya yang berhubungan dengan revitalisasi lembaga sosial pedesaan, penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian lapangan yang di laksanakan di Desa Andoolo Utama Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan guna mendapatkan data primer dengan cara; (a) pengamatan langsung (observasi), yaitu pengumpulan data Melalui pengamatan langsung pada lokasi penelitian. Jadi peneliti berada di lokasi penelitian bersama-sama dengan warga masyarakat yang akan di teliti dalam jangka waktu yang tidak di tentukan,sampai menemukan hasil, (b) wawancara (interview), yakni melakukan tatap muka dengan beberapa informan penelitian yang telah ditetapkan, dengan menggunakan pedoman wawancara. Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yakni menyangkut Revitalisasi Lembaga Sosial Pedesaan di Desa Andoolo Utama Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan. Untuk menjawab permasalahan yang ada, data dan informasi yang telah di peroleh kemudian di kelompokkan secara sistematis sehingga hasil penelitian ini dapat menjawab parmasalahan yang ada dan menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. PEMBAHASAN Lembaga Sosial dan Masyarakat Tani di Desa Andoolo Utama Revitalisasi pertanian yang merupakan track ketiga dalam triple track strategy, memiliki peluang yang cukup besar dalam mengurangi kemiskinan di daerah pedesaan, saat ini tercatat 17,94 juta orang berada dibawah garis kemiskinan atau sejumlah 62% yang berada di pedesaan (BPS, 2015). Jika ditinjau dari jenis pekerjaan di daerah pedesaan, pekerjaan sebagai petani dan buruh tani merupakan pekerjaan yang paling dominan digeluti oleh masyarakat desa di Indonesia. Desa Andoolo Utama merupakan desa dengan jumlah petani sebanyak 74,97% dari total jumlah penduduk yang telah bekerja, sebagaimana diungkapkan oleh bapak Suyanto (55 tahun) selaku Kepala Desa Andoolo Utama berikut ini: “Saya memang baru menjabat sebagai Kepala Desa, tapi saya orang lama di Desa Andoolo Utama ini jadi saya sangat tahu bahwa jumlah petani yang ada di desa sini jauh lebih banyak ketimbang yang tidak bekerja sebagai petani, banyak petani yang memiliki lahan dan ada juga yang hanya sebagai buruh tani namun kehidupannya tidak jauh berbeda.” (Wawancara : Suyanto (55 tahun), 26 Oktober 2015). 228 Dari pemaparan informan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa kehidupan sosial ekonomi petani yang memiliki lahan dan petani yang bekerja sebagai buruh tani tidaklah jauh berbeda. Oleh sebab itu, Desa Andoolo Utama Kecamatan Buke Kabupaten Konawe Selatan dapat menjadi salah satu target dalam upaya merevitalisasi pedesaan. Masyarakat Tani Desa Andoolo Utama Desa dan petani merupakan dua kata yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, utamanya jika kita melihat dari keadaan geografis indonesia yang merupakan negara tropis yang subur. Desa merupakan tempat petani menjalani kehidupannya, desa tidak hanya sekedar bermakna teritorial yang secara wilayah berbeda dengan kota dalam ciri geografis dan ekologis, akan tetapi desa memiliki karakter sosial yang unik seperti kondisi georafis dan ekologis yang sangat mempengaruhi pekerjaan masyarakatnya. Desa Andoolo Utama merupakan daratan subur yang baik untuk bercocok tanam yang sebagian besar masyaarakat Desa Andoolo Utama berprofesi sebagai seorang petani. Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Petani Desa Andoolo Utama yang umumnya memiliki tingkat pendidikan dari yang tidak bersekolah sampai pada tingkat pendidikan SMA/sederajat, oleh sebab itu sistem bercocok tanam yang digunakan masih tradisional seperti membajak sawah menggunakan sapi dan cangkul, seperti yang di uangkapkan oleh Bapak Satijo (66 tahun) : “Saya sudah terbiasa membajak sawah menggunakan cangkul dan sapi, saya tidak menggunakan mesin traktor bukan karena saya tidak mau, hanya saja saya tidak sanggup membeli dan tidak tau cara pakainya” (Wawancara : Satijo (66 tahun), 27 Oktober 2015). Ungkapan di atas kemudian diperjelas oleh ugkapan Bapak Saidi (68 tahun) yang merupakan seorang pensiunan guru yang kemudian bekerja sebagai petani dalam hasil wawancara tanggal 27 Oktober 2015 bahwa: “Cara bertani masyarakat di desa ini masih banyak yang tradisional, petani lebih memilih menggunakan alat bajak dengan cangkul atau menggunakan sapi, permasalahan adalah bukan karena petani tidak ingin menggunakan alat modern, akan tetapi karena petani tidak paham dengan cara penggunaanya serta masyarakat masih khawatir padi yang ditanam tidak akan tumbuh dengan baik, jika lahannya dibajak menggunakan mesin”.(Wawancara : Saidi (68 tahun), 27 Oktober 2015). 229 Hasil wawancara dengan para informan di atas menunjukkan bahwa sistem pertanian Desa Andoolo Utama masih termasuk dalam sistem pertanian tradisisonal. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh para informan bahwa alat yang digunakan dalam proses pembajakan sawah masih menggunakan cangkul dan sapi. Keluhan petani juga bukan persoalan masyarakat petani tidak ingin berevolusi ke sistem modern dengan menggunakan mesin-mesin pengolah sawah, akan tetapi masyarakat tidak memahami cara mengoperasikan mesin-mesin tersebut. Selain itu akibat dari kurangnya pengetahuan masyarakat petani akan cara bercocok tanam dengan cara yang modern, beberapa masyarakat petani di Desa Andoolo Utama masih meragukan alat-alat pertanian modern dapat membuat tanaman mereka tumbuh dengan subur. Oleh sebab itu diperlukan adanya kelompok yang bisa menampung semua keluhan petani, tempat petani mendapatkan informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dalam proses pertanian, serta unit koperasi yang menyediakan pinjaman dana dan sarana serta prasarana pertanian yang dibutuhkan oleh petani. Dalam pertanian bukan hanya permasalah menanam dan menggarap sawah saja, masih ada beberapa tahap lagi yang menarik untuk diketahui yaitu; cara memanen, proses pengeringan gabah, serta penjualan. apak Yasmihadi (74 tahun) selaku petani tradisional mengungkapkan bahwa: “jaman sekarang itu serba susah, mau nandur atau mau manen semuanya serba sendiri, apa lagi buat jemur gabah sopo seng arep nulong (siapa yang mau menolong), kalau dulu masih enak masih ada anak kalau enggak panennya gantian, rame-rame sama tetangga”. (wawancara : Yasmihadi (74 tahun,), 28 oktober 2015). Dari informasi di atas dapat disimpulkan bahwa sudah terjadi pergeseran dalam hubungan sosial petani yang seharusnya bersolidaritas mekanik, dimana gotong royong yang seharusnya menjadi sifat yang mendasar bagi masyarakat desa yang memiliki tujuan-tujuan kerja yang sama seperti gotong royong dalam melakukan panen bergilir, kini sedikit-demi sedikit berubah menjadi solidaritas yang organik, dimana para petani mulai bekerja secara individualis dan melakukan panen sendiri-sendiri. Tahap selanjutnya dalam pertanian (padi) yaitu penjualan. Padi atau gabah yang telah dipanen dan dijemur kemudian akan dibawa ketempat penggilingan yang dimiliki oleh tengkulak yang ada di desa. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Danuri (72 tahun) sebagai berikut : “karna dana yang terbatas, biasanya saya melakukan kerja sama dengan tengkulak buat menggiling padi saya, kemudian biaya penggilingnya diambil dari beras saya, berapa banyak beras yang 230 diambil oleh tengkulak dari tiap karung padi yang saya giling cuman tengkulak yang tentukan, saya ya mengikut saja” (wawancara: Danuri (72 tahun,), 29 oktober 2015). Ungkapan di atas kemudian di perjelas oleh ugkapan Bapak Purwoko (46 tahun) sebagai berikkut : “kalau penjualan gabah biasanya saya bagi 40% buat di makan sendiri, terus 60% kami jual ditempat giling, harga gabah yang saya jual tentu saja harus mengikuti harga yang sudah ditentukan oleh tengkulak” (wawancara : Purwoko (4 tahun,), 29 oktober 2015) Dari pernyataan informan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa dalam melakukan penjualan, para petani di Desa Andoolo Utama membagi hasilnya menjadi 40% untuk di konsumsi pribadi dan 60% yang akan di jual, sedangkan biaya penggilingan dan harga gabah yang dijual oleh para petani mengikuti harga yang telah dipatokkan oleh tengkulak. Ada juga beberapa petani yang melakukan kerjasama langsung dengan tengkulak yang memiliki tempat penggilingan padi, yaitu dengan pembagian hasil gilingan padi sebagai upah dari jasa menggiling padi. Lembaga Sosial Masyarakat Tani Desa Andoolo Utama Mengorganisasikan petani secara formal merupakan pendekatan utama pemerintah untuk pemberdayaan petani. Hampir pada semua program, petani disyaratkan untuk berkelompok, dimana kelompok menjadi alat untuk mendistribusikan bantuan (material atau uang tunai), dan sekaligus sebagai wadah untuk berinteraksi baik antar peserta maupun dengan pelaksana program. Untuk mewujudkan ini, telah dihabiskan anggaran dan dukungan tenaga lapang yang cukup besar. Di Desa, lembaga sosial yang mendukung perkembangan pertanian antara lain seperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Begitupun lembaga sosial yang terdapat di Desa Andoolo Utama yang seharusnya dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat di desa, namun kenyataan di lapangan lembaga-lembaga ini kurang aktif dan vakum dalam proses pengembangan pertanian. Permasalahannya, kelompokkelompok tersebut tidak berkembang sesuai harapan pemerintah. Kapasitas keorganisasian mereka yang lemah mengakibatkan ketidakberhasilan pencapaian tujuan program, bahkan menjadi kendala dalam pelaksanaan program. Banyak studi membuktikan bahwa tidak mudah membangun organisasi petani, karena petani cenderung merasa lebih baik tidak berorgansiasi. Penyebab kegagalan ini adalah karena kurang dihargainya inisiatif lokal, pendekatan yang seragam, kurang mengedepankan partisipasi dan dialog, lemahnya kemampuan aparat pemerintah dan karena menggunakan paradigma yang kurang tepat. 231 Pernyataan di atas sesuai dengan ungkapan Bapak Trimo (47 tahun) selaku ketua dari salah satu kelompok tani yang ada di Desa Andoolo Utama bahwa: “Desa kami sebenarnya terdapat kelompok-kelompok yang bisa mengembangkan sistem pertanian kami, akan tetapi kelompokkelompok ini terasa vakum dan pasif dalam melayani anggota kelompok atau petani lain di luar anggota kelompok. Sebenarnya keberadaan kelompok-kelompok ini akan sangat membantu kemajuan pertanian jika pengelola atau pengurus dalam kelompokkelompok ini mempunyai kemampuan dalam mengelola kelompoknya. Pengurusnya tidak ada kemampuan dalam berorganisasi, anggota tidak mempunyai rasa partisipasi dalam kelompok, juga karena pemerintah yang kurang memperhatikan kelompok-kelompok tani ini”. (Wawancara : Trimo (47 tahun), 29 Oktober 2015) Dalam hasil wawancara tersebut di atas dapat dipahami bahwa dalam berorganisasi diperlukan pemahaman yang tinggi terhadap sebuah lembaga yang kita jalankan, sikap solidaritas dan partisipatif terhadap lembaga baik sebagai pengurus lembaga maupun anggota, serta pemerintah yang harus berperan aktif dalam pengembangan kelompok-kelompok tani dan sistem pertaniannya. Di Desa Andoolo Utama terdapat dua lembaga yang menjadi penopang utama dalam lingkaran sosial ekonomi masyarakat tani. Yakni, Koperasi Unit Desa (KUD) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Kedua lembaga ini dapat juga dikatakan sebagai mata rantai penyambung kehidupan masyarakat tani di desa yang krisis akan pengetahuan dan modal. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Wayan Sertayasa (54 tahun) bahwa : “Dulu di Desa Andoolo Utama ini, lembaga yang paling berperan penting dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup saya sebagai petani, yaitu KUD dan GAPOKTAN, kami bisa meminjam modal untuk bertani dari KUD, kalau lagi musim paceklik kami juga bisa mengambil dulu sembako dari KUD yang setelah panen baru di bayar, sedangkan untuk menentukan bibit padi yang akan di tanam diperoleh dari hasil rembung dalam Gabungan Kelompok Tani serta cara menanam dan merawat bibitnya”. (Wawancara : Wayan Sertayasa (54 tahun), 29 Oktober 2015) Dari Keterangan Bapak Wayan Sertayasa dapat ditarik benang merah, bahwa KUD dan Gapoktan sebagai lembaga sosial di pedesaan dianggap sangat bermanfaat dan penting bagi masyarakat tani di Desa Andoolo Utama. 232 Koperasi Unit Desa (KUD) Koperasi unit desa merupakan koperasi diwilayah pedesaan yang bergerak dalam penyedian kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Koperasi unit desa dapat juga dikatakan sebagai wadah organisasi ekonomi yang berwatak sosial dan merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat itu sendiri. Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan salah satu pilar perekonomian yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Namun, sejak dikeluarkan Inpres No. 18 Tahun 1998, KUD tidak lagi menjadi koperasi tunggal di tingkat kecamatan. Program-program pemerintah untuk membangun masyarakat pedesaan, seperti distribusi pupuk, benih, dan pengadaan gabah, yang awalnya dilakukan melalui KUD selanjutnya diserahkan pada mekanisme pasar. Pernyataan di atas kemudian di dukung oleh pernyataan Bapak Prayitno (56 tahun) selaku sekertaris Desa Andoolo Utama, beliau mengungkapkan bahwa: “Kemerosotan kinerja KUD sebenarnya berawal sejak adanya Inpres tahun 1998. KUD tidak lagi menjadi distributor utama perlengkapan pertanian seperti pupuk dan lain-lainnya, semuanya diserahkan kepada mekanisme pasar”. (wawancara : Heri Prayitno (56 tahun), 26 Oktober 2015). Dari hasil wawancara di atas di ketahui bahwa disfungsi KUD berawal sejak adanya Inpres tahun 1998 tentang penyerahan distribusi alat pertanian kepada mekanisme pasar dari KUD. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan KUD di Indonesia secara umum mengalami penurunan kinerja dan tidak sedikit yang hanya tinggal papan nama. Meskipun demikian, tidak sedikit pula KUD yang bertahan, bahkan berkembang. Mengembalikan peran kunci KUD, merupakan konsekuensi tuntutan pembangunan ekonomi kerakyatan. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai koperasi untuk menyejahterakan anggota serta masyarakat pedesaan, termasuk membantu berbagai program pemerintah dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Akan tetapi KUD di Desa Andoolo Utama tidaklah menjadi salah satu dari KUD yang masih tetap eksis dan berfungsi sebagaimana mestinya setelah mungculnya Inpres tahun 1998. Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Keberadaan Gapoktan di Desa Andoolo Utama saat ini berada dalam keadaan tumpang tindih, kegiatan yang dilaksakan hanya dilaksanakan jika ada himbauan untuk proses penyaluran bantuan baik bantuan fisik maupun bantuan berupa financial.. 233 Pernyataan di atas diperkuat oleh ungkapan Bapak H.Muttori (80 tahun) bahwa: “Fungsi wahana kerjasama dalam Gapoktan di desa ini tidak terlaksana sama sekali. Anggota kelompok lebih memilih kerja secara sendiri-sendiri dari pada berkelompok”. (wawancara : H.Mutorri (80 tahun), 02 November 2015) Bapak Bambang (39 tahun) juga mengungkapkan bahwa: “Sebagai anggota Gapoktan, saya ingin sekali tukar pikiran dengan teman-teman anggota Gapoktan tentang permasalahan pertanian. Akan tetapi dalam Gapoktan di desa ini tidak ada wadah untuk menyalurkan keluhan permasalahan anggota. Pertemuan yang dilaksanakan dalam kelompok dilaksakan jika ada himbauan dalam penerimaan bantuan”. (wawancara : Bambang (39 tahun), 02 November 2015). Kemudian hasil wawancara di atas juga lebih diperjelas lagi oleh ungkapan dari Bapak Muliono (48 tahun) yakni: “Kelompok bukan lagi sebagai kelompok produksi hasil pertanian. Akan tetapi kelompok hanya menjadi symbol keberadan lembaga tani di desa ini. Kelompok hanya dijadikan wadah dalam proses pelancaran penerimaan bantuan dari pemerintah kepada petani dan tentu saja saya senang jika ada bantuan-bantuan pemerintah yang masuk, tetapi yang saya sesalkan adalah ketika dana yang diberikan oleh pemerintah telah habis maka habis pula kegiatan dari Gapoktan ini”. (wawancara : Muliono (48 tahun), 02 November 2015). Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keberadaan Gapoktan tidak sesuai dengan fungsi seharusnya. Gapoktan hanya menjadi symbol keberadaan kelompok tani di Desa Andoolo Utama. Gapoktan hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pelancaran penerimaan bantuan dari pemerintah ke sektor pertanian, sedangkan untuk pengolahan dana jangka panjangnya masih belum ada. Oleh sebab itu dibutuhkan upaya revitalisasi terhadap lembaga sosial pedesaan, agar lembaga Gapoktan dapat berjalan secara fungsional dan dana-dana bantuan dapat dikelola dengan lebih baik. Revitalisasi Lembaga Sosial Masyarakat Desa Andoolo Utama Revitalisasi lembaga sosial masyarakat tani dalam arti luas dilakukan untuk mendukung pencapaian sasaran penciptaan lapangan kerja, terutama di pedesaan, dan membantu mengentas masyarakat miskin, serta mendukung proses pertumbuhan ekonomi petani. Revitalisasi lembaga sosial masyarakat tani ini mengandung arti sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti 234 penting lembaga sosial pedesaan secara proporsional dan kontekstual. Dalam arti menyegarkan kembali vitalitas, memberdayakan kemampuan dan meningkatkan kinerja para petani dalam upaya mensejahterakan hidupnya. Bapak Trimo (47 tahun) menegaskan : “Revitalisasi saya rasa bisa digunakan sebagai jalan keluar untuk masalah disfungsi lembaga-lembaga sosial yang ada di Desa, masalah utamanya adalah langkah-langkah dalam proses revitalisasi tersebut sesuai atau tidak dengan kebutuhan masyarakat”. (Wawancara : Trimo (47 tahun), 29 Oktober 2015). Maksud dari penegasan diatas yakni, masyarakat Desa Andoolo Utama pada umumnya bersuku jawa, bekerja sebagai petani padi, dan masih menggunakan cara-cara tradisional. Oleh karena itu dalam Merevitalisasi lembaga sosial di Desa Andoolo Utama butuh pendekatan-pendekatan khusus agar masyarakat tertarik bergerak dan bangkit kearah yang lebih baik. Langkah-langkah Strategis Dalam Upaya Revitalisasi KUD Bapak Prayitno (56 tahun) selaku sekertaris Desa Andoolo Utama, beliau mengungkapkan bahwa: “Kemerosotan kinerja KUD sebenarnya berawal sejak adanya Inpres tahun 1998. KUD tidak lagi menjadi distributor utama perlengkapan pertanian seperti pupuk dan lain-lainnya, semuanya diserahkan kepada mekanisme pasar”. (wawancara : Heri Prayitno (56 tahun), 26 Oktober 2015) Kalau menilik gagasan diatas, dapat dijelaskan bahwa masyarakat merindukan KUD kembali ke pola lama dimana KUD banjir keberpihakan pemerintah lewat berbagai kebijakan yang men-support. Akan tetapi harapan semacam itu menunjukkan lemahnya semangat kemandirian atau masih akudnya ketergantungan terhadap kebijaksanaan pemerintah. Padahal, hal tersebut sudah sangat tidak memungkinkan dan ironisnya berkurangnya daya dukung tersebut terjadi disaat KUD sedang pada posisi tidak siap untuk mandiri. Adapun langkah-langkah Strategis dalam revitalisasi Koperasi Unit Desa dalam menunjang ketahanan pangan adalah: 1. Melakukan repositioning image KUD di dalam pemahaman masyarakat pedesaan (khususnya para petani), bahwa KUD adalah satu-satunya wadah perekonomian dari, oleh dan untuk mereka (dengan menjadi anggota KUD) yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan hidup. Sehingga masyarakat desa dapat lebih bersemangat dalam membangun KUD di daerahnya masing-masing. Image tersebut juga dapat dibangun dengan mewujudkan KUD dengan manajemen yang baik. 235 2. KUD dilibatkan secara aktif dalam kegiatan revitalisasi pertanian (baik dalam penyuluhan bercocok tanam yang efektif dan produktif, tentang transfer teknologi, dan sebagainya) sehingga KUD dapat secara cepat memenuhi kebutuhan yang dapat menunjang aktivitas produksi tersebut. 3. pemerintah dalam menyediakan sarana pertanian atau media yang menunjang pengembangan pertanian juga dapat bekerja sama dengan KUD dalam penjualannya. 4. KUD sebagai suatu lembaga yang membantu masyarakat, harus diberi keleluasaan yang bertangungjawab, artinya bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah tidak langsung disalurkan kepada masyarakat melalui KUD, pengelola KUD harus mampu memutar modal bantuan yang ada dalam lembaganya sehingga dapat berkembang dan tidak ketergantungan dengan bantuan pemerintah. Langkah-langkah Strategis Dalam Upaya Revitalisasi GAPOKTAN Penulis lebih menyoroti dan mensikapi kelompok tani dan Gapoktan karena pertimbangan satu sama lain sangat erat hubungannya. Dimana masingmasing lembaga tersebut obyeknya sama secara program/proyek yaitu petani (anggota). Kaitannya dengan berbagai kegiatan ataupun program kelompok tani ataupun gabungan kelompok belumlah jelas orientasinya akan arah dan kebijakan. Namun berakhirnya sama yaitu petani (anggota). Ini terlihat dalam pembentukan/pembinaan kelompok tani lebih terpapar merupakan lembaga bersama para petani yang berhimpun dalam kerjasama baik ekonomi maupun sosial, dimana para petani terhimpun memberikan pastisipasi dengan simpanan wajib, simpanan pokok, simpanan lumbung dan sebagainya. Bahkan ada juga sebagai bentuk pembelian bersama atau usaha bersama kelompok tani. Disisi lain Gapoktan dalam pembentukan / pembinaannya seiiring dengan turunnya Program Usaha Agribisnis Pedesaan seperti sebagai lembaga petani baru dimana menghimpun pula simpanan wajib, simpanan pokok, manasuka, dan simpan - pinjam. Padahal Gapoktan merupakan Gabungan Kelompok Tani Kelompok Tani yang terhimpun, nota benenya bahwa anggota gapoktan adalah kelompok tani. Hal tersebut secara administrasi terasa akan sulit dan rancu manakala kegiatan usaha di kelompok tani berjalan, ditindih dengan kegiatan usaha Gapoktan yang sama. Dalam hal ini haruslah masing masing lembaga punya satu presepsi yang sama dalam pengelolaan ekonomi petani (anggota). Disinilah penting revitalisasi organisasi kelembagaan petani secara sinergi dan terintegrasi. Berikut ini adalah beberapa poin terkait fungsi, kontribusi, dan peraturan dalam kelompok tani dari hasil wawancara dengan bapak Trimo (47 tahun) selaku ketua dari salah satu kelompok tani di Desa Andoolo Utama antara lain: 236 Fungsi kelompok tani : 1. Mempersatukan petani 2. Memberi semangat 3. Memberi pengetahuan melalui informasi-informasi pertanian Kontribusi kelompok tani : 1. Dana kas untuk simpan pinjam melalui iuran tiap pertemuan rutin 2. Bibit musiman (jenis bibit diputuskan dari hasil musyawarah) 3. Pemupukan 4. Dan penanggulangan hama Peraturan dalam kelompok tani Desa Andoolo Utama : 1. Membuat pertemuan rutin bulanan 2. Kegiatan kerja rutin tiap bulan 3. Membuat rencana kerja dalam jangka satu tahun 4. Membuat anggaran kelompok dari iyuran rutin. Setelah mengamati fungsi,kontribusi, dan peraturan diatas, masalah pokok dalam Gapoktan adalah masih kurangnya hubungan vertikal antar lembaga desa dengan pemerintah setempat, serta pemasaran hasil-hasil pertanian yang diserahkan pada masing-masing individu. Untuk menjawab semua pernyataan-pernyataan di atas, maka penulis menarik beberapa langkah strategis dalam upaya merevitalisasi lembaga Gapoktan, antara lain : 1. Mekanisme kerja gapoktan dalam meningkatkan pegetahuan anggotanya antara lain: (a) Melalui pertemuan pengurus kelompok tani dari masingmasing dusun di tingkat desa, (b) Pertemuan kelompok tani yang dihadiri oleh pengurus gapoktan dan pemerintah sebagai narasumber, (c) Pertemuan antara gapoktan dan kelompok tani. Sehingga dengan adannya gapoktan sebagai gabungan kelompok tani maka anggota gapoktan dapat menjadi berdaya karena adanya kelompok tersebut, sering terjadi kegiatan tukar menukar informasi, diskusi, bekerjasama, tukar menukar pengalaman sehingga pengetahuan dan cara berfikir petani menjadi dinamis tidak statis, anggota gapoktan juga lebih mampu menerima inovasi contohnya mampu menerima bibit unggul yang dapat menghasilkan padi lebih melimpah. 2. Usaha yang dilakukan gapoktan dalam merubah pola pikir petani antara lain sebagai berikut: (a) Study banding, (b) Pelatihan ketrampilan. Kedua cara tersebut merupakan salah satu usaha untuk merubah pola pikir anggota gapoktan, karena anggota gapoktan masih berpendidikan rendah maka mereka lebih mengerti dan percaya jika setiap kegiatan yang dilakukan dengan praktek langsung. 3. Mekanisme gapoktan sebagai mediator dalam memenuhi kebutuhan modal untuk usaha pertanian anggotanya antara lain: (a) Gapoktan mengkoordinasi kebutuhan anggota gapoktan melalui kelompok tani untuk 237 mendapatkan benih unggul, pupuk dan obat-obatan, (b). Gapoktan bekerjasama dengan KUD untuk memfasilitasi petani yang membutuhkan modal untuk biaya usaha taninya. Sehingga dengan adanya gapoktan maka kebutuhan petani menjadi terpenuhi, petani tidak terlalu sulit untuk mendapatkan saprotan, kebutuhan modal sehingga dalam kegiatan tanam petani tidak merasa mendapat kesulitan yang berarti. 4. Mekanisme gapoktan dalam mengkoordinasi hasil produksi pertanian agar mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi antara lain: (a) Gapoktan menampung hasil petani dengan harga yang layak, (b) Gapoktan bekerjasama dengan KUD dan pedagang untuk membeli hasil tani dengan nilai jual yang memberikan keuntungan kepada petani, (c) Gapoktan bekerjasama dengan BUMN seperti Bulog yang ditugasi oleh pemerintah untuk menampung gabah maupun beras dengan standar harga yang telah ditentukan oleh pemerintah sehingga petani mendapat nilai jual yang lebih tinggi. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diimpulan bahwa langkah strategis dalam upaya Revitalisasi Lembaga KUD dan Gapoktan, sebagai berikut : 1. Upaya Revitalisasi Lembaga KUD a. Melakukan repositioning image KUD. b. KUD dilibatkan secara aktif dalam kegiatan revitalisasi pertanian.. c. pemerintah bekerjasama dengan KUD dalam melengkapi sarana dan prasarana pertanian. d. KUD diberikan keleluasaan yang bertangungjawab. 2. Upaya Revitalisasi Gapoktan a. Mekanisme kerja gapoktan dalam meningkatkan pegetahuan anggotanya. b. Usaha yang dilakukan gapoktan dalam merubah pola pikir petani.. c. Mekanisme gapoktan sebagai mediator dalam memenuhi kebutuhan modal untuk usaha pertanian anggotanya. d. Mekanisme gapoktan dalam mengkoordinasi hasil produksi pertanian agar mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi. 238 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka terdapat beberapa saran yang peneliti ajukan bagi Pemerintah, Pengurus Lembaga KUD dan Gapoktan, serta seluruh masyarakat Desa Andoolo Utama, yaitu: 1. Pemerintah diharapkan mampu untuk terus memantau perkembangan lembaga-lembaga sosial di Desa Andoolo Utama, memberikan masukan, bantuan, dan motivasi pada masyarakat agar menjadi lebih sadar akan pentingnya lembaga sosial di tengah-tengah masyarakat. 2. Pengurus lembaga KUD dan Gapoktan diharapkan mampu untuk lebih profesional dan fungsional dalam menjalankan tugas-tugas yang telah diamanatkan, sehingga lembaga dapat berjalan secara efisien dan produktif. 3. Pengurus lembaga KUD dan Gapoktan diharapkan mampu untuk saling bersinergi dalam melaksanakan program-progam kerjasama, yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Andoolo Utama. 4. Kepada masyarakat Desa Andoolo Utama dihimbau agar berpartisipasi dalam lembaga-lembaga yang ada di Desa dan senantiasa mennjaga lembaga-lembaga yang ada, sehingga tetap hidup dan berkembang. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan Pertanian. Paradigma Kebijakan dan Strategi Revitalisasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Danisworo, M. 2002. Revitalisasi. Sebuah pendekatan dan pemanfaatan kawasan. Jakarta. Danisworo, M, Martokusumo, W, Revitalisasi Kawasan Kota : Sebuah Catatan Dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota, Info URDI Vol.13, 2002. Durkheim, Emile, 1964, The Division of Labour in Society, Translated by George Simpson, New York, Free Pres. J, Nasikun, 1995, Mencari Suatu Strategi Pembangunan Masyarakat Desa Berparadigma Ganda, dalam Jefta Leibo, Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta: Andi Offset. James C. Scott, 1985. Moral Ekonomi Petani : Antara Subsistensi dan Resistensi. Ulasan Buku oleh : Victor T. King*. Buku “The Moral Economy of The Farmer’s. Koentjaraningrat,1984. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta. Redfield.1985. Masyarakat Petani dan Kebudayaan. Jakarta: PT. Rajawali Arwata, Kanda, Kasryno. “Sejarah dan Perkembangan Revolusi Hijau, Revolusi Bioteknologi, dan Revolusi Hijau Lestari” dalam buku “Merevolusi Revolusi Hijau” Pemikiran Guru Besar IPB, Kampus IPB Taman Kencana Bogor, IPB Press 2012. 239 Sunyoto Usman,2004, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sutoro Eko, 2002, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Materi Diklat Pemberdayaan Masyarakat Desa, yang diselenggarakan Badan Diklat Provinsi Kaltim, Samarinda, Desember 2002. Syahyuti.2003. “Bedah Konsep Kelembagaan : Strategi Pengembangan dan Penerapannya Dalam Penelitian Pertanian”. Di Cetak Oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. 240