pengaruh kualitas pelayanan dan harga terhadap

advertisement
1
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA
TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PASIEN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BOGOR
ADITYAWARMAN ADIL
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
3
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Kualitas
Pelayanan dan Harga Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pasien Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2016
Adityawarman Adil
NIM H251120224
4
RINGKASAN
ADITYAWARMAN ADIL. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga terhadap
Kepuasan dan Loyalitas Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor.
Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan MUKHAMAD NAJIB.
Salah satu bentuk pelayanan publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah
di bidang penyelenggaraan kesehatan adalah penyediaan fasilitas kesehatan bagi
masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor sebagai rumah sakit milik Pemerintah
Kota Bogor yang telah dua tahun memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat, dituntut untuk selalu berbenah diri agar dapat memberikan layanan
kesehatan terbaik. Umpan balik dari pasien terhadap kualitas pelayanan, harga,
tingkat kepuasan dan loyalitas pasien dapat menjadi masukan yang berharga dalam
usaha peningkatan pelayanan di masa yang akan datang. Oleh karena itu penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan dan harga terhadap
kepuasan dan loyalitas pasien RSUD Kota Bogor.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara
dan pengisian kuesioner terhadap 142 pasien RSUD Kota Bogor yang dipilih
melalui metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan model
persamaan struktural (structural equation modeling) untuk mengukur persepsi
pasien mengenai kualitas pelayanan, harga, kepuasan dan loyalitas secara
kuantitatif. Model awal yang disusun terdiri dari empat variabel laten yaitu kualitas
pelayanan, harga, kepuasan yang direfleksikan oleh 33 indikator. Analisis Partial
Least Square digunakan dalam pengujian pengaruh kualitas layanan dan harga
terhadap kepuasan dan loyalitas pasien.
Hasil penelitian menunjukkan kualitas pelayanan berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan pasien. Kualitas pelayanan memiliki pengaruh signifikan
terhadap loyalitas pasien. Sedangkan harga memiliki pengaruh signifikan terhadap
kepuasan pasien. Harga tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pasien.
Penelitian ini juga menunjukkan kepuasan berpengaruh signifikan terhadap
loyalitas pasien. Penelitian ini menjadi masukan bagi RSUD Kota Bogor untuk
terus berkomitmen meningkatkan kualitas pelayanan dan menetapkan harga yang
terjangkau karena mempunyai pengaruh langsung terhadap kepuasan pasien.
Kepuasan pasien yang meningkat secara signifikan akan meningkatkan loyalitas
pasien.
Kata kunci : Kualitas pelayanan, harga, kepuasan, loyalitas, partial least square
(PLS)
5
SUMMARY
ADITYAWARMAN ADIL. The Effect of Service Quality and Price on Patient
Satisfaction and Loyalty at Bogor Public Hospital. Supervised by MUHAMMAD
SYAMSUN and MUKHAMAD NAJIB.
Government should provide health care facilities in order to achive better
community health. Bogor Public Hospital (RSUD Kota Bogor) is the only one
government’s hospital in Bogor City servicing the citizens for two years.
Improvements are needed to achieve the best level of healthcare service. Feedbacks
from patients about its service quality, hospital price, patient satisfaction and loyalty
can be a valuable input to improve healthcare services in the future. This study aims
to analyze the effects of service quality and hospital price on patient satisfaction
and loyalty.
This study used primary datas that were collected via interviews and
questionnaires distribution to 142 RSUD Kota Bogor patients who were selected
by purposive sampling method. This study used a structural equation modeling
estimation to measure the patient perception of service quality, price, patient
satisfaction and loyalty quantitatively. The model were developed of four latent
variables: service quality, price, patient satisfaction and loyalty that were reflected
by 33 indicators. Analysis of Partial Least Square was used to determine the effects
of service quality and price to the patient satisfaction and loyalty.
The results showed that service quality has significant effect on patient
satisfaction. Service quality also has significant effect on the patient loyalty. The
hospital price has significant effect on patient satisfaction but has no significant
effect on patient loyalty. In addition, the results explained patient satisfaction has
significant effect on the patient loyalty. According to these results, RSUD Kota
Bogor needs to improve the service quality and set the right price in order to
increase patient satisfaction and at the end, gains patient loyalty.
Keywords : Service quality, price, satisfaction, loyalty, partial least square (PLS)
6
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
7
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA
TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PASIEN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BOGOR
ADITYAWARMAN ADIL
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
8
Penguji Luar Komisi pada Ujian : Dr Ir Jono M. Munandar, MSc
9
Judul Tesis : Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap Kepuasan dan
Loyalitas Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor
Nama
: Adityawarman Adil
NIM
: H251120224
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc
Ketua
Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Pascasarjana Ilmu Manajemen
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Jono M. Munandar, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 21 September 2016
Tanggal Lulus:
10
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April – Mei 2016 ini adalah
Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pasien
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Muhammad Syamsun
M.Sc. dan Bapak Dr Mukhamad Najib, STP, MM selaku dosen pembimbing serta
Bapak Dr Ir Jono M. Munandar, MSc selaku dosen penguji atas arahan dan
sarannya kepada penulis selama menyusun dan menyelesaikan karya tulis ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada istri tercinta dan anak-anak,
atas segala dukungan, semangat, pengorbanan, serta doa-doa terbaiknya yang telah
diberikan kepada penulis selama ini. Terima kasih juga tidak lupa penulis
sampaikan kepada (Alm) Bapak-Ibu, Mertua, kakak-kakak, adik-adik dan seluruh
keluarga yang juga telah memberikan dukungan, doa dan kasih sayangnya. Di
samping itu, penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor, dr Dewi Basmala,
MARS beserta staf RSUD Kota Bogor yang telah membantu selama pengumpulan
data penelitian. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada temanteman kelas khusus S2 Ilmu Manajemen tahun 2012, teman-teman komunitas
Bogor Someah yang telah memberikan masukan, dukungan dan semangat kepada
penulis. Dan juga terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Hermawan dan
Bapak Ujang yang telah membantu dalam selama penyusunan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
terkait, khususnya dalam upaya-upaya meningkatkan kepuasan dan loyalitas
terhadap rumah sakit umum daerah (RSUD).
Bogor, November 2016
Adityawarman Adil
11
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1 PENDAHULAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
4
4
4
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Jasa
Harga
Kepuasan Pelanggan
Loyalitas Pelanggan
Penelitian Terdahulu
5
6
8
10
11
3 METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Pengujian kuesioner
Teknik Analisis Data
Metode Penarikan Sampel
Populasi dan Sampel
Variabel Penelitian
Definisi Operasional Variabel
Hipotesis Penelitian
13
14
14
14
14
15
16
16
17
18
21
4 HASIL PEMBAHASAN
Gambaran Umum RSUD Kota Bogor
Karakteristik Responden
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Analisis Model Pengukuran (Outer Model)
Analisis Model Struktural (Inner Model)
Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap Kepuasan Pasien
Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap Loyalitas Pasien
Faktor-Faktor yang Paling Dominan Mempengaruhi Terhadap Kepuasan
dan Loyalitas Pasien
Implikasi Manajerial
22
22
24
25
30
32
33
34
35
12
DAFTAR ISI (lanjutan)
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
36
36
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
41
RIWAYAT HIDUP
52
13
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Indikator pelayanan medis rata-rata RSUD Kota Bogor tahun 2015
Harga kamar kelas I-III rumah sakit di Bogor tahun 2015-2016
Variabel dan indikator penelitian
Indikator kualitas pelayanan dimensi tangible
Indikator kualitas pelayanan dimensi reliability
Indikator kualitas pelayanan dimensi responsiveness
Indikator kualitas pelayanan dimensi assurance
Indikator kualitas pelayanan dimensi emphaty
Indikator variabel harga
Indikator variabel kepuasan
Indikator variabel loyalitas
Karakteristik responden
Nilai outer loading indikator model awal
Hasil uji validitas konvergen awal
Hasil uji validitas konvergen akhir
Nilai korelasi variabel laten dan akar AVE
Nilai cross loading
Pengujian reliabilitas outer model
Nilai R2 inner model
Hasil output bootstrapping path coeficient
2
3
17
18
18
19
19
19
20
20
20
23
26
27
27
27
28
29
30
31
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Konsep kepuasan pelanggan
Kerangka pemikiran penelitian
Model awal penelitian
Hasil output outer model akhir
Hasil output bootstrapping path coefficient
9
13
21
30
31
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
Kuesioner penelitian
Hasil uji validitas kuesioner
Hasil output outer model awal
Nilai outer loading setelah indikator LP3 dikeluarkan dari model
Nilai outer loading setelah indikator LP3 dan TG1 dikeluarkan dari model
43
48
49
50
52
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor jasa dewasa ini berperan signifikan dalam perekonomian dunia. Hal
ini terlihat dari kontribusi sektor jasa yang secara rata-rata mencapai dua pertiga
Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Pada tahun 2013, sektor jasa telah
menyumbangkan 79.4% PDB di Amerika Serikat. Sedangkan di Inggris 78.9%,
Jerman 69% dan Perancis 79.4%. Di Indonesia kontribusi sektor jasa telah
mencapai angka yang cukup signifikan yaitu 39.1% walaupun angka tersebut
masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lainnya di kawasan Asia Tenggara
seperti Malaysia (48.1%), Thailand (44.2%), Filipina (57.2%) dan Singapura
(70.6%) (Tjiptono 2016)
Dinamika yang terjadi pada sektor jasa terlihat dari perkembangan berbagai
industri jasa seperti perbankan, asuransi, penerbangan, telekomunikasi, ritel,
pariwisata serta perusahaan jasa profesional seperti Kantor Akuntan Publik (KAP),
konsultan dan pengacara. Selain itu terlihat juga dari berbagai organisasi nirlaba
seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), lembaga pemerintah, rumah sakit dan
universitas yang kini telah menyadari perlunya peningkatan orientasi pelayanan
kepada pelanggan/konsumen sebagai upaya peningkatan keunggulan kompetitif
atau daya saing bisnisnya (Lupiyoadi 2013).
Salah satu cara bertahan di industri dan dunia usaha saat ini adalah dengan
menciptakan kepuasan pelanggan melalui peningkatan kualitas jasa. Kesadaran
membangun kualitas jasa tidak saja terkait melalui tahap pengembangan dan proses
produksi, melainkan termasuk mendengar suara pelanggan dan harapan konsumen
jasa. Pelanggan merupakan fokus utama dalam pembahasan mengenai kepuasan
dan kualitas jasa. Pelanggan memegang peranan cukup penting dalam mengukur
kepuasan terhadap produk dan pelayanan yang diberikan perusahaan. Harapan
pelanggan pada dasarnya harus sama dengan layanan diberikan oleh perusahaan
kepada mereka. Harapan para pelanggan ini didasarkan pada informasi dari mulut
ke mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman di masa lampau dan komunikasi eksternal
yang mencakup iklan dan berbagai bentuk promosi perusahaan lainnya.
Banyak perusahaan secara sistematis mengukur pelayanan mereka terhadap
pelanggan, mengenali faktor-faktor yang membentuk kepuasan pelanggan dan
melakukan perubahan dalam operasi dan pemasarannya sebagai tindak lanjutnya
(Kotler dan Keller 2009a). Dalam rangka menghasilkan suatu pelayanan
berkualitas, perusahaan yang bijaksana akan melakukan pengukuran terhadap
pelayanan yang telah diberikan kepada pelanggannya. Salah satu model
pengukuran pelayanan yang sudah berkembang cukup lama adalah model Service
Quality (SERVQUAL). Model SERVQUAL memiliki aplikasi skala pengukuran
yang disebut multiple item scale yang merupakan hasil penelitian Parasuraman et
al. (1988). Skala dengan validitas dan reliabilitas yang baik tersebut digunakan
perusahaan untuk dapat mengerti lebih baik harapan dan persepsi pelanggan.
Kualitas jasa merupakan harapan, keinginan, standar ideal dan tingkat pelayanan
yang diharapkan oleh konsumen (Van Dyke et al. 1999). Dengan meningkatnya
kualitas pelayanan, maka pencapain kepuasan pelanggan relatif akan tercapai. Hasil
penelitian Colgate dan Danaher (2000) memperlihatkan bahwa kualitas pelayanan
2
karyawan terhadap pelanggan berpengaruh secara asimetri atas kepuasan
pelanggan. Pelayanan yang buruk berakibat lebih besar terhadap kepuasan
pelanggan daripada dampak yang diakibatkan pelayanan yang baik.
Pelayanan yang berkualitas bukan saja kebutuhan organisasi atau perusahaan
swasta. Pelayanan yang berkualitas sama pentingnya dibutuhkan bagi organisasi
dan sektor publik. Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2009,
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pelayanan publik menjadi tolok
ukur kinerja pemerintah yang paling kasat mata. Masyarakat dapat menilai
langsung kinerja pemerintah berdasarkan kualitas pelayanan publik yang diterima
karena dampaknya langsung dirasakan oleh berbagai kalangan. Keberhasilan dalam
membangun pelayanan publik yang efektif, efisien, profesional dan akuntabel akan
mengangkat citra positif pemerintah di mata masyarakatnya (Mukarom dan
Laksana 2015).
Salah satu bentuk pelayanan publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah
di bidang penyelenggaraan kesehatan adalah penyediaan fasilitas kesehatan bagi
masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Merujuk
kepada Peraturan Daerah No. 19 Tahun 2011 dan Peraturan Daerah No 5 Tahun
2013, Pemerintah Kota Bogor meresmikan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kota Bogor sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan milik Pemerintah dan
mulai beroperasi pada bulan Agustus 2014. Sepanjang tahun 2015, RSUD Kota
Bogor telah melayani 152 606 pasien rawat jalan dan 15 424 pasien rawat inap.
Pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan RSUD tidak hanya warga yang
berdomisili di Kota Bogor namun juga warga yang bertempat tinggal di daerah yang
berbatasan dengan Kota Bogor, seperti Kabupaten Bogor dan Kota Depok. Kinerja
RSUD Kota Bogor ditunjukan oleh indikator pelayanan medis yang ditampilkan
oleh Tabel 1.
Tabel 1 Indikator pelayanan medis rata-rata RSUD Kota Bogor tahun 2015
Indikator Pelayanan Medis
BOR (Bed Occupancy Ratio)
LOS (Length Of Stay)
TOI (Turn Over Interval)
BTO (Bed Turn Over)
GDR (Gross Death Rate)
NDR (Net Death Rate)
Sumber : RSUD Kota Bogor (diolah)
Standar
60-85%
4-5 hari
1-3 hari
40-50 kali
<16
<12
Realisasi
73.16%
4.4 hari
1.49 hari
65 kali
28
23
Berdasarkan Tabel 1, indikator pelayanan medis seperti BOR (Bed
Occupancy Ratio/persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu),
LOS (Length Of Stay atau rata-rata lama rawat seorang pasien) dan TOI (Turn Over
Interval atau rata-rata hari tempat tidur tidak diisi) sudah mencapai standar yang
diharapkan. Indikator BTO (Bed Turn Over atau frekuensi pemakaian tempat tidur)
di RSUD Kota Bogor lebih besar dari angka standar yang diharapkan. Standar ideal
BTO menurut Kemenkes RI (2007) adalah 40-50 kali. Hal ini berarti tingkat
penggunaan tempat tidur untuk perawatan pasien cukup tinggi. Semakin banyak
3
pasien yang dilayani berdampak semakin sibuk dan semakin tinggi beban kerja
petugas di RSUD Kota Bogor. Hal tersebut memungkinkan pasien kurang
mendapatkan perhatian yang dibutuhkan. Sedangkan indikator pelayanan medis
yang lain seperti GDR (Gross Death Rate atau angka kematian umum setiap 1000
pasien keluar rumah sakit) dan NDR (Net Death Rate atau angka kematian setelah
48 jam dirawat setiap 1 000 pasien keluar rumah sakit) yang menggambarkan angka
kematian pasien masih tergolong tinggi. Pencapaian indikator pelayanan medis
tersebut perlu ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan dan peningkatan terhadap
kualitas pelayanan pasien karena akan mempengaruhi secara signifikan terhadap
peningkatan kepuasan dan loyalitas pasien (Sutrisno et al. 2016).
Sesuai dengan salah satu misinya, RSUD Kota Bogor berusaha menyediakan
layanan seimbang antara fungsi profit dan fungsi sosial dengan memberlakukan
harga layanan yang terjangkau terutama untuk warga kurang mampu. Dari 207
tempat tidur yang ada, RSUD Kota Bogor memiliki kamar kelas III sejumlah 44%
atau sejumlah 83 tempat tidur yang diprioritaskan untuk masyarakat kurang
mampu. Tabel 2 menyajikan perbandingan harga kamar kelas I-III di beberapa
rumah sakit di Kota Bogor. Berdasarkan Tabel 2, harga kamar kelas II dan III di
RSUD Kota Bogor lebih rendah dibandingkan dengan harga kamar kelas II dan III
di rumah sakit lainnya. Hal ini menunjukkan RSUD Kota Bogor cukup
memfasilitasi layanan kesehatan untuk warga kurang mampu dengan menetapkan
harga kamar yang relatif terjangkau.
Tabel 2 Harga kamar kelas I-III rumah sakit di Bogor tahun 2015-2016
Rumah sakit
RS Hermina Bogor
RSIA UMMI Bogor
RS AZRA Bogor
RS Medika Dramaga
RS Islam Bogor
RS PMI Bogor
RSUD Kota Bogor
Sumber : MNClife (2016)
kelas I (Rp)
658 000
450 000
475 000
350 000
375 000
375 000
428 000
kelas II (Rp)
395 000
225 000
400 000
250 000
250 000
300 000
215 000
kelas III (Rp)
165 000
150 000
150 000
150 000
125 000
120 000
80 000
RSUD Kota Bogor sebagai satu-satunya rumah sakit milik Pemerintah Kota
Bogor diamanatkan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, aman dan
terjangkau kepada seluruh masyarakat Kota Bogor. Setelah dua tahun beroperasi,
RSUD Kota Bogor dituntut untuk terus meningkatkan kualitas pelayanannya
kepada masyarakat. Umpan balik dari pasien terhadap pelayanan, harga, tingkat
kepuasan dan loyalitas pasien dapat menjadi masukan berharga dalam usaha
peningkatan pelayanan di masa yang akan datang. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian mengenai pengaruh kualitas pelayanan dan harga terhadap kepuasan dan
loyalitas pasien RSUD Kota Bogor.
4
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penelitian ini disusun
untuk menjawab permasalahan sebagai berikut: (1) bagaimana pengaruh kualitas
pelayanan dan harga terhadap kepuasan pasien RSUD Kota Bogor; (2) bagaimana
pengaruh kualitas pelayanan dan harga terhadap loyalitas pasien RSUD Kota
Bogor; (3) faktor-faktor apa yang paling dominan mempengaruhi terhadap
kepuasan pasien dan loyalitas pasien.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh kualitas pelayanan dan harga terhadap kepuasan
pasien RSUD Kota Bogor.
2. menganalisis pengaruh kualitas pelayanan dan harga terhadap loyalitas pasien
RSUD Kota Bogor.
3. Mengkaji faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi terhadap
kepuasan dan loyalitas pasien.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat serta memberi masukan
dan informasi bagi:
1. RSUD Kota Bogor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan,
referensi, dan solusi dengan adanya gambaran pengaruh kualitas pelayanan
dan harga terhadap kepuasan dan loyalitas pasien
2. penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang pernah
dipelajari selama kuliah khususnya teori yang terkait dengan pemasaran dan
mencari solusi bagi permasalahan yang timbul di dunia
3. Berbagai pihak yang berkepentingan sebagai bahan referensi untuk keperluan
penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini dibatasi, agar lebih terarah dan
mudah dipahami. Penelitian dilakukan di RSUD Kota Bogor dengan menganalisis
pengaruh kualitas pelayanan dan harga terhadap kepuasan dan loyalitas pasien
rawat inap RSUD Kota Bogor.
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Jasa
Kualitas jasa adalah tingkatan di mana perusahaan dapat memenuhi atau
melebihi harapan konsumen (Zeithaml et al. 1996). Penyampaian layanan yang
berkualitas dewasa ini dianggap suatu strategi yang esensial agar perusahaan sukses
dan dapat bertahan (Reicheld dan Sasser 1990). Penerapan manajemen kualitas
dalam industri jasa menjadi kebutuhan pokok apabila ingin berkompetisi di pasar
domestik dan pasar global (Barney 1991). Hal ini disebabkan keunggulan
pelayanan dapat memberi kontribusi pada kepuasan pelanggan, pangsa pasar dan
profitabilitas. Oleh karena itu, perhatian para manajer saat ini lebih diprioritaskan
pada pemahaman dampak kualitas pelayanan terhadap keuntungan dan hasil-hasil
finansial yang lain dalam perusahaan (Fornell 1992).
Salah satu pendekatan kualitas jasa yang banyak dijadikan acuan dalam riset
pemasaran adalah model SERVQUAL (Service Quality) yang dikembangkan oleh
Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1988) dalam serangkaian penelitian mereka
terhadap enam sektor jasa: reparasi, peralatan rumah tangga, kartu kredit, asuransi,
sambungan telepon jarak jauh serta perbankan ritel dan pialang sekuritas.
SERVQUAL dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama, yaitu
persepsi pelanggan atas layanan yang nyata diterima (perceived service) dengan
layanan yang sesungguhnya diharapkan (expected service). Jika kenyataannya lebih
dari yang diharapkan maka layanan dapat dikatakan berkualitas, atau sebaliknya.
Singkat kata, kualitas jasa dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan
antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima
(Parasuraman et al. 1998). Harapan para pelanggan pada dasarnya sama dengan
layanan seperti apakah yang seharusnya diberikan oleh perusahaan kepada
pelanggan. Harapan para pelanggan ini didasarkan pada informasi yang
disampaikan dari mulut ke mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman di masa lampau
dan komunikasi eksternal (iklan dan berbagai bentuk promosi perusahaan lainnya).
Dalam salah satu studi mengenai SERVQUAL oleh Parasuraman et al. (1988)
yang melibatkan 800 pelanggan (yang terbagi dalam empat perusahaan) berusia
25 tahun ke atas disimpulkan bahwa terdapat lima dimensi SERVQUAL. Dimensi
pertama, dari kualitas pelayanan menurut konsep SERVQUAL adalah tangible
(wujud fisik) yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan
eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan
prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya
merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini
meliputi fasilitas fisik (contoh: gedung, gudang dan lain-lain), perlengkapan dan
peralatan yang digunakan (teknologi) serta penampilan pegawainya. Karena
pelayanan tidak bisa dilihat, dicium ataupun diraba maka aspek tangible menjadi
penting sebagai ukuran terhadap pelayanan. Tangible yang baik akan
mempengaruhi persepsi pelanggan. Pada saat yang bersamaan aspek tangible
ini merupakan salah satu sumber yang mempengaruhi harapan pelanggan. Oleh
karena itu penting bagi pelaku bisnis atau perusahaan untuk mengetahui seberapa
6
jauh aspek tangible yang paling tepat yaitu masih memberikan impresi yang positif
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan tetapi tidak menyebabkan harapan
pelanggan yang terlalu tinggi.
Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan juga ditentukan oleh dimensi kedua,
yakni kehandalan (reliability) yaitu dimensi yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara
akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti
ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan,
sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang tinggi. Dengan kata lain, dimensi ini
mengukur kehandalan dari perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggannya. Dibandingkan dengan empat dimensi kualitas pelayanan lainnya,
dimensi ini sering dianggap paling penting bagi pelanggan dari industri jasa.
Dimensi ketiga, ketanggapan (responsiveness) yaitu suatu kebijakan untuk
membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada
pelanggan dengan menyampaikan informasi yang jelas. Membiarkan konsumen
menunggu persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. Harapan pelanggan
terhadap kecepatan pelayanan hampir dapat dipastikan akan berubah dengan
kecenderungan naik dari waktu ke waktu. Karenanya bagi perusahaan yang benarbenar ingin exist maka kecepatan pelayanan tidak boleh diabaikan.
Dimensi keempat, jaminan dan kepastian (assurance), yaitu pengetahuan,
kesopansantunan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan
rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa
komponen antara lain komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi, dan sopan
santun. Dengan kata lain, dimensi ini berhubungan dengan kemampuan perusahaan
dan perilaku staf pelayanan pelanggan dalam menanamkan rasa percaya dan
keyakinan kepada para pelanggannya.
Dimensi kelima, empati (emphaty), yaitu memberikan perhatian yang tulus
dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan
berupaya memahami keinginan konsumen. Suatu perusahaan diharapkan memiliki
pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan
secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan
(Lupiyoadi 2013).
Harga
Definisi harga menurut Kotler dan Keller (2009b) adalah: “Price is the
amount of money charged for a product or service”. Harga adalah sejumlah uang
yang mempunyai nilai tukar untuk memperoleh keuntungan dari memiliki atau
menggunakan suatu produk atau jasa. Harga adalah satuan moneter yang ditukarkan
agar memperoleh hak kepemilikan dan mendapatkan sejumlah kombinasi dari
produk dan pelayanannya. Harga barang menjadi sesuatu yang sangat penting,
artinya bila harga barang terlalu mahal dapat mengakibatkan barang menjadi
kurang laku, dan sebaliknya bila menjual terlalu murah, keuntungan yang didapat
menjadi berkurang. Penetapan harga di pangsa pasar akan berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan dari suatu usaha.
Harga adalah elemen pemasaran yang menghasilkan pendapatan dan
mengkomunikasikan nilai yang dimaksudkan dari produk atau merek perusahaan
7
ke pasar. Produk yang dirancang dan dipasarkan dengan baik dapat dijual dengan
harga tinggi dan menghasilkan laba yang besar (Kotler dan Keller 2009b). Harga
adalah elemen termudah dalam program pemasaran untuk disesuaikan. Sedangkan
fitur produk, saluran, bahkan komunikasi membutuhkan waktu yang lebih banyak
untuk disesuaikan. Harga merupakan bauran pemasaran yang bersifat fleksibel di
mana suatu harga akan stabil dalam jangka waktu tertentu tetapi dalam seketika
harga dapat meningkat atau menurun. Dalam dunia pemasaran, harga merupakan
salah satu faktor penting yang mempengaruhi pemasaran suatu produk. Tinggi
rendahnya harga selalu menjadi perhatian utama para konsumen saat mereka
mencari suatu produk. Harga yang ditawarkan menjadi bahan pertimbangan khusus,
sebelum mereka memutuskan untuk membeli barang maupun menggunakan suatu
jasa.
Pemasar menyadari bahwa konsumen sering memproses informasi harga
secara aktif, menerjemahkan berdasarkan pengetahuan mereka dari pengalaman
pembelian sebelumnya, komunikasi formal (iklan, telepon penjualan, dan brosur),
komunikasi informal (teman, kolega, atau anggota keluarga), titik pembelian,
sumber daya online atau faktor lainnya (Tjiptono 2006), secara umum ada dua
faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga yaitu faktor
internal dan eksternal perusahaan.
a) Faktor Internal Perusahaan
1. Tujuan pemasaran perusahaan
Tujuan ini bisa berupa memaksimalkan laba, mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan
kepemimpinan dalam hal kualitas, mengatasi persaingan dan melaksanakan
tanggung jawab sosial.
2. Strategi bauran pasar
Harga hanyalah satu komponen dari bauran pasar. Oleh karena itu, harga
perlu dikoordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran yang
lainnya, yaitu produk, distribusi, dan promosi.
3. Harga
Harga merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus
ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Oleh karena itu, setiap
perusahaan pasti menaruh perhatian besar pada penentuan harga.
4. Organisasi
Manajemen perlu memutuskan siapa dalam organisasi yang harus
menetapkan harga. Setiap perusahaan menangani masalah penetapan harga
menurut caranya masing-masing. Dalam pasar industri, para wiraniaga
diperkenan untuk bernegosiasi dengan pelanggannya guna menetapkan
rentang harga tertentu.
5. Mutu barang
Dalam menetapkan harga yang tinggi atau mahal, para pengecer biasanya
menonjolkan reputasi produk, nama merk, perwujudan fisik dari barang
tersebut seperti warna dan bentuk. Jika menetapkan harga barang yang
murah, maka perbedaan harga dengan pesaing harus ditonjolkan.
8
b) Faktor Lingkungan Eksternal
1. Sifat pasar dan pemerintah
Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan pemerintah yang
dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan
monopolistik, oligopoli atau monopoli.
2. Persaingan
Menurut Porter (1998) ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam
persaingan suatu industri, yaitu :
 Jumlah perusahaan dalam industri
 Ukuran relatif anggota dalam industri
 Variasi produk
 Kemudahan untuk memasuki industri yang bersangkutan
 Permintaan konsumen
Mekanisme permintaan konsumen mempengaruhi penetapan harga dengan
konsep elastisitas permintaan. Permintaan konsumen akan sebuah produk
sering bersifat sensitif terhadap harga. Elastisitas adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan kepekaan ini dan pengaruh perubahan
harga atas kuantitas yang diminta. Konsep elastisitas permintaan. Sebuah
produk dikatakan memiliki permintaan yang elastis jika perubahan harganya
mempengaruhi permintaan secara signifikan. Sebuah produk dikatakan
memiliki permintaan yang inelastis jika perubahan harganya tidak
mempengaruhi permintaan secara signifikan. Dalam beberapa pasar,
permintaan produk sangatlah elastis. Dengan harga lebih rendah, jumlah yang
dibeli akan meningkat pesat sehingga memberikan penerimaan yang tinggi
(Kotler dan Keller 2009b).
Kepuasan Pelanggan
Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pada akhirnya
bermuara pada nilai yang akan diberikan kepada pelanggan mengenai kepuasan
yang dirasakan. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk terhadap
ekspektasi mereka. Jika kinerja gagal memenuhi ekspektasi, pelanggan tidak puas.
Jika kinerja sesuai ekspektasi pelanggan akan puas. Jika kinerja melebihi ekspektasi
pelanggan akan sangat puas atau senang (Kotler dan Keller 2009a). Dalam era
globalisasi, perusahaan akan selalu menyadari pentingnya faktor pelanggan. Oleh
karena itu, pengukuran tingkat kepuasan pelanggan sangat perlu walaupun
mengukurnya tidak mudah. Manfaat yang diperoleh perusahaan antara lain tingkat
kepuasan pelanggan tinggi akan meningkatkan loyalitas pelanggan dan mencegah
perpindahan. Kepuasan pelanggan mengurangi sensitivitas pelanggan terhadap
harga, mengurangi harga kegagalan pemasaran, mengurangi harga operasi yang
diakibatkan oleh meningkatnya jumlah pelanggan, meningkatkan efektivitas iklan
dan meningkatkan reputasi bisnis (Fornell 1992). Faktor utama penentu kepuasan
pelanggan adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa (Zeithaml dan Bitner
dalam Lupiyoadi 2013)
Kepuasan konsumen adalah persepsi konsumen terhadap satu jenis
pengalaman pelayanan yang dialaminya. Pada dasarnya ada hubungan yang erat
9
antara penentuan kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan (Tjiptono 2006).
Dalam mengevaluasi hal ini, pelanggan akan menggunakan harapannya sebagai
standar atau acuan. Umumnya harapan merupakan perkiraan atau keyakinan
pelanggan tentang hal yang diterima. Harapan pelanggan berkembang dari waktu
ke waktu seiring dengan semakin banyaknya informasi yang diterima serta makin
bertambahnya pengalamannya. Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan
yang dirasakan pelanggan.
Konsep kepuasan pelanggan sebagaimana
dikemukakan oleh Tjiptono (2006) ditunjukkan pada Gambar 1.
Tujuan Perusahaan
Kebutuhan dan
keinginan pelanggan
Produk
Nilai produk bagi
pelanggan
Harapan pelanggan
terhadap produk
Tingkat kepuasan Pelanggan
Gambar 1 Konsep kepuasan pelanggan
Definisi kepuasan dari beberapa uraian di atas dan secara umum dapat
diartikan sebagai antara layanan atau hasil yang diterima paling tidak harus sama
dengan harapan konsumen. Konsumen mengalami berbagai tingkat kepuasan
atau ketidakpuasan setelah mengalami masing-masing layanan sesuai dengan
sejauh mana harapan terpenuhi atau terlampaui. Pada dasarnya konsumen
mengharapkan memperoleh produk yang memiliki manfaat pada tingkat harga
yang dapat diterima. Untuk mewujudkan keinginan konsumen tersebut maka
setiap perusahaan berusaha secara optimal untuk menggunakan seluruh aset dan
kemampuan yang dimiliki untuk memberikan nilai dan memenuhi harapan
konsumen (Tjiptono 2006).
Kepuasan konsumen hanya dapat tercapai dengan memberikan pelayanan
yang berkualitas kepada konsumennya. Layanan yang baik sering dinilai oleh
konsumen secara langsung, karena itu diperlukan usaha untuk meningkatkan
kualitas sistem pelayanan yang diberikan agar dapat memenuhi keinginan dan
meningkatkan kepuasan konsumen (Kotler dan Keller 2009a).
Kepuasan konsumen akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa dari si
pemberi jasa kepada konsumen sesuai dengan apa yang dipersepsikan konsumen.
Karena berbagai faktor, seperti subjektivitas yang dipersepsikan konsumen dan
pemberi jasa, maka jasa sering disampaikan dengan cara yang berbeda dengan
yang dipersepsikan konsumen (Lupiyoadi 2013).
10
Loyalitas Pelanggan
Loyalitas atau kesetiaan didefinisikan sebagai komitmen yang dipegang kuat
untuk membeli atau berlangganan lagi produk atau jasa tertentu di masa depan
meskipun ada pengaruh situasi dan usaha pemasaran yang berpotensi menyebabkan
perubahan perilaku (Kotler dan Keller 2009a). Loyalitas adalah kesediaan
pelanggan untuk membeli produk yang sama secara berkelanjutan dan
menyarankan teman serta keluarga untuk membeli produk tersebut (Khan 2012).
Loyalitas konsumen adalah faktor kunci yang dipertimbangkan oleh setiap
perusahaan dan sangat terkait erat dengan kelangsungan serta pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang (Vesel dan Zabkar 2009). Rauyruen dan
Miller (2007) memaparkan bahwa loyalitas konsumen disebabkan oleh faktor
rasional dan faktor emosional. Faktor rasional bisa disebabkan oleh karakteristik
produk sementara faktor emosional berdasarkan faktor perasaan konsumen.
Menciptakan hubungan yang kuat dan erat dengan pelanggan menjadi kunci
keberhasilan pemasaran jangka panjang. Perusahaan yang ingin membentuk ikatan
pelanggan yang kuat harus memperhatikan sejumlah pertimbangan yang beragam.
Menurut Kotler dan Keller (2009a), empat kegiatan penting yang digunakan
perusahaan untuk meningkatkan loyalitas antara lain: (1) berinteraksi dengan
pelanggan, (2) mengembangkan program loyalitas (3) melakukan personalisasi
hubungan dengan pelanggan, dan (4) menciptakan ikatan institusional antara
perusahaan dan pelanggan.
Kajian-kajian loyalitas pelanggan sejauh ini dikategorikan menjadi tiga
kategori: (1) pendekatan perilaku (behavioral approach), (2) pendekatan sikap
(attitude approach) dan (3) pendekatan terintegrasi (integrated approach)
(Lupiyoadi 2013). Pendekatan perilaku memfokuskan pada perilaku konsumen
purna pembelian dan mengukur loyalitas berdasarkan tingkat pembelian, frekuensi
dan kemungkinan melakukan kembali pembelian. Pendekatan sikap menyimpulkan
loyalitas pelanggan dari aspek keterlibatan psikologis pada jasa tertentu. Sementara
itu pendekatan terintegrasi mengkombinasikan dua variable: sikap senang
pelanggan (customer’s favorable attitude) dan perilaku pembelian ulang di masa
datang.
Menurut Griffin (2002), loyalitas pelanggan dibagi menjadi tujuh tahapan
yaitu suspects, prospects, first time customers, repeat customers, clients, dan
advocates. Tahapan-tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Suspects
Meliputi semua orang yang mungkin akan membeli (membutuhkan)
barang/jasa, tetapi belum memiliki informasi tentang barang/jasa perusahaan.
2. Prospects
Merupakan orang-orang yang memiliki kebutuhan akan jasa tertentu dan
mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini meskipun mereka
belum melakukan pembelian tetapi telah mengetahui keberadaan perusahaan
dan jasa yang ditawarkan melalui rekomendasi pihak lain.
3. Disqualified prospects
Prospects yang telah mengetahui keberadaan barang/jasa tertentu tetapi tdak
mempunyai kebutuhan akan barang/jasa tersebut atau tidak mempunyai
kemampuan untuk membeli barang/jasa tersebut.
11
4.
5.
6.
7.
First time Customers
Merupakan pelanggan yang membeli barang/jasa untuk pertama kalinya.
Mereka masih menjadi pelanggan yang baru.
Repeat Customers
Merupakan pelanggan yang telah melakukan pembelian produk/jasa
perusahaan sebanyak dua kali atau lebih. Mereka melakukan pembelian atas
produk yang sama sebanyak dua kali atau membeli dua macam produk yang
berbeda dalam dua kesempatan yang berbeda pula.
Client
Meliputi semua pelanggan yang telah membeli barang/jasa yang dibutuhkan
perusahaan secara teratur. Hubungan dengan jenis pelanggan ini telah
berlangsung lama yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh produk
pesaing.
Advocates
Pada tahap ini clients mendorong teman-teman mereka agar membeli
barang/jasa perusahaan atau merekomendasikan perusahaan pada orang lain
dan memberikan masukan kepada perusahaan apabila terjadi ketidakpuasan.
Baloglu (2002) menyatakan bahwa loyalitas pelanggan memiliki lima
dimensi,
yaitu
kepercayaan
(trust),
komitmen
psikologi/emosional
(Psychological/emotional comitment), biaya peralihan (switching cost), berita dari
mulut ke mulut (word of mouth), dan kerjasama (cooperation). Trust adalah
kepercayaan pelanggan terhadap kehandalan dan integritas perusahaan. Comitment
adalah pelanggan merasa senang menggunakan produk perusahaan dan merasa
memiliki terhadap produk/perusahaan. Switching cost adalah waktu, usaha dan
pengeluaran yang diperlukan untuk beralih dari satu perusahaan ke perusahaan
lainnya. Word of mouth merupakan aktivitas mempromosikan perusahaan dengan
pernyataan positif, memberikan rekomendasi dan memberikan referensi tentang
produk dan perusahaan. Cooperation merupakan aktivitas kerjasama dan kesediaan
pelanggan untuk membantu perusahaan termasuk di dalamnya menyarankan halhal yang baik kepada perusahaan dan penggunaan pelanggan dalam kepentingan
iklan perusahaan.
Penelitian Terdahulu
Penelitian Gunawan dan Djati (2011) mengkaji pengaruh kualitas layanan
yang terhadap loyalitas pasien pada Rumah Sakit Umum Swasta di Kota Singaraja
Bali. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui
pengaruh dimensi tampilan fisik (tangibles), empati (emphaty), kehandalan
(reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan empati
(emphaty) terhadap loyalitas pasien di empat rumah sakit swasta di Singaraja-Bali.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan dimensi tangibles, reliability,
responsiveness dan emphaty, mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
loyalitas pasien. Sedangkan dimensi assurance tidak berpengaruh pada loyalitas
pasien. Dimensi reliability merupakan dimensi yang mempunyai pengaruh
dominan terhadap loyalitas pasien. Patayawati et al. (2013) meneliti dan
12
menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pasien Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Propinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan Structural
Equation Modeling (SEM). Hasil penelitiannya menunjukkan kualitas pelayanan
dengan dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pasien. Isyanto et al.
(2013) dalam penelitiannya mengenai kualitas pelayanan pasien di Rumah Sakit
Dewi Sri Karawang menggunakan analisis SERVQUAL menunjukkan faktor
pelayanan yang paling penting menurut pasien adalah: (1) tempat tidur (2) perawat
mudah dihubungi (3) fasilitas kebersihan ruangan (4) kecepatan dokter dalam
menangani pasien (5) kesembuhan, kesehatan dan obat (6) perawatan fasilitas yang
ada di ruangan (7) fasilitas komunikasi dengan perawat (8) harga obat yang
terjangkau (9) parkir (10) kepedulian perawat terhadap keluhan pasien
Kualitas pelayanan rumah sakit juga diketahui berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan pasien. Hal ini ditunjukkan oleh Amin dan
Nasharuddin (2013). Hal yang serupa juga ditunjukkan oleh peneliti lainnya
(Amrizal et al. 2014; Mongkaren 2013) yang menemukan 5 dimensi kualitas
pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Kitapci et al. (2014) meneliti dan
menganalisis pengaruh dimensi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien,
pengaruh kepuasan terhadap word of mouth dan repurchase intention. Dengan
menggunakan analisis SEM, penelitian terhadap 369 pasien sebuah rumah sakit
universitas di Turki ini memaparkan bahwa dari lima dimensi kualitas pelayanan,
dimensi emphaty dan assurance adalah faktor yang paling dominan berpengaruh
terhadap kepuasan pasien
Juhana et al. (2015) dalam penelitiannya pada RSUD Dr. M. Salamun
Bandung menganalisis pengaruh kepuasan terhadap loyalitas pasien menggunakan
SEM. Hasil penelitian menunjukkan kepuasan pasien berpengaruh signifikan
terhadap loyalitas pasien. Sutrisno et al. (2016) dalam penelitiannya menggunakan
metode Generalized Least Square Estimation SEM untuk menganalisis pengaruh
kepuasan terhadap loyalitas pasien Rumah Sakit TNI Tingkat II. Hasil
penelitiannya menunjukkan kepuasan pasien berpengaruh signifikan terhadap
loyalitas pasien. Indikator kepuasan yang dominan yang mempengaruhi loyalitas
pasien adalah keramahan, memahami pasien dan reliability.
Penelitian yang mengkaji pengaruh variabel harga terhadap kepuasan dan
loyalitas pasien masih sangat terbatas. Pada sektor penerbangan komersil, Mahmud
et al. (2013) menganalisis pengaruh harga terhadap kepuasan dan loyalitas
pengguna jasa penerbangan komersial rute Jakarta-Makasar dengan menggunakan
analisis SEM. Hasil penelitian ini menunjukkan harga tidak berpengaruh terhadap
kepuasan namun berpengaruh signifikan terhadap loyalitas. Sementara dalam
penelitian Malik et al. (2012) pada sektor telekomunikasi Pakistan, harga
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, penelitian ini akan menguji
pengaruh kualitas pelayanan RSUD Kota Bogor dengan indikator-indikator yang
merepresentasikan dimensi tangible, reliability, responsiveness, assurance dan
emphaty terhadap kepuasan dan loyalitas pasien. Penelitian ini menambahkan
variabel harga dalam model untuk menganalisis pengaruhnya terhadap kepuasan
dan loyalitas pasien sebagaimana telah dianalisis pada sektor lainnya dalam
penelitian Mahmud et al. (2013) dan Malik et al. (2012).
13
3 METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian adalah model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didentifikasikan sebagai
masalah riset (Umar 2003). RSUD Kota Bogor sebagai fasilitas kesehatan milik
Pemerintah Kota Bogor dituntut untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang
bermutu, aman dan terjangkau agar masyarakat dapat memperoleh derajat
kesehatan yang setingi-tingginya. Umpan balik dari pasien berupa persepsi
terhadap aspek-aspek kualitas pelayanan, harga, kepuasan dan loyalitas menjadi
masukan penting bagi RSUD Kota Bogor yang baru dua tahun beroperasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan model persamaan struktural (structural
equation modeling) untuk mengukur persepsi pasien mengenai kualitas pelayanan,
harga kepuasan dan loyalitas secara kuantitatif. Hasil analisis pengaruh kualitas
pelayanan dan harga terhadap kepuasan dan loyalitas pasien diharapkan dapat
berimplikasi pada kebijakan dan peningkatan kinerja RSUD Kota Bogor di masa
yang akan datang. Secara lengkap kerangka pemikiran penelitian tersaji pada
Gambar 2.
Visi dan Misi RSUD Kota Bogor
Pelayanan kesehatan yang bermutu, aman dan terjangkau
Kinerja (performance) RSUD Kota Bogor
Kualitas Pelayanan
Harga
Perceived Value
Kepuasan Pasien
Loyalitas Pasien
Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga terhadap Kepuasan dan Loyalitas
Implikasi Manajerial
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
SEM
14
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Bogor, Jl. Dr Sumeru No. 120 BogorJawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan April 2016
sampai bulan Mei 2016.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pasien
rawat inap melalui wawancara terstruktur mengenai variabel kualitas pelayanan,
harga, kepuasan dan loyalitas. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari RSUD
Kota Bogor meliputi data pelayanan seperti jenis pelayanan, jumlah tempat tidur,
jumlah pasien, harga kamar dan indikator pelayanan medis. Data sekunder juga
diperoleh dari internet, studi pustaka dan penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara.
Wawancara dibagi menjadi dua yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur yaitu cara pengumpulan data melalui pertemuan langsung
atau tatap muka dengan responden dengan menyiapkan daftar pertanyaan tertulis
yang alternatif jawabannya telah disiapkan (Sugiyono 2008). Wawancara
terstruktur dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, yaitu suatu teknik
pengumpulan data dengan cara membuat daftar pertanyaan/pernyataan tertulis
untuk kemudian diberikan kepada responden dengan beberapa alternatif jawaban
yang telah disediakan (Sugiyono 2008). Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini bersifat tertutup dengan menggunakan skala likert sebagai skala
pengukuran. Skala likert umumnya menggunakan poin skala dan derajat
persetujuan dari sangat tidak setuju sekali sampai dengan sangat setuju sekali.
Dalam penelitian ini digunakan skala 1 sampai dengan 5 untuk memperoleh
informasi mengenai persepsi dan penilaian reponden terhadap variabel-variabel
penelitian. Nilai 1 dikategorikan ukuran penilaian sangat tidak setuju (STS), nilai
2 menunjukan ukuran penilaian tidak setuju (TS), nilai 3 menunjukkan ukuran
penilaian netral (N), nilai 4 menunjukkan ukuran penilaian setuju (S) dan nilai 5
menunjukkan ukuran penilaian sangat setuju (SS). Kuesioner pada penelitian ini
secara lengkap disajikan pada Lampiran 1.
Pengujian Kuesioner
Penelitian ini menggunakan uji kuesioner seperti uji validitas dan uji
reliabilitas. Hal ini dilakukan agar kuesioner yang digunakan memang akurat dan
layak untuk diberikan kepada responden yang terpilih. Pengolahan analisis data
dilakukan dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution
(SPSS) versi 17.
15
Uji Validitas
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep
yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Alat ukur
yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Riduwan 2012). Untuk
menghitung validitas alat ukur digunakan korelasi Pearson Product Moment.
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikan 0.05. Kriteria
pengujiannya jika r hitung ≥ r tabel maka instrumen atau item-item pertanyaan
berkorelasi signifikan terhadap skor total, maka dinyatakan valid.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keandalan)
alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Metode alpha (Cronbach’s)
sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala, atau skor rentangan. Jika nilai
alpha > 0,70 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika
alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan konsisten secara internal
karena memiliki reliabilitas yang kuat (Riduwan 2012).
Teknik Analisis Data
Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural
Equation Modelling (SEM). SEM merupakan suatu teknik statistik yang
digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel laten dengan variabel
teramati sebagai indikatornya, hubungan antar variabel laten, serta kesalahan
pengukuran. Pendekatan permodelan ini juga memungkinkan melakukan
pengujian suatu rangkaian hubungan yang relatif kompleks secara simultan.
Menurut Latan (2012), variabel laten yang dibentuk dalam model persamaan
struktural, indikatornya dapat berupa reflektif maupun formatif. Indikator reflektif
merupakan indikator yang bersifat manifestasi terhadap variabel dan sesuai dengan
classical test theory yang mengasumsikan bahwa variance di dalam pengukuran
score variabel laten merupakan fungsi dari true score ditambah error. Sedangkan
indikator formatif merupakan indikator yang bersifat mendefinisikan karakteristik
atau menjelaskan variabel laten. Hubungan yang kompleks dapat dibangun
antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel
independen.
Menurut Latan (2012), analisis SEM biasanya terdiri dari dua sub model yaitu
model pengukuran (measurement model) atau sering disebut outer model dan model
struktural (structural model) atau sering disebut inner model. Model pengukuran
menunjukkan bagaimana variabel manifest atau observed variable merepresentasi
variabel laten untuk diukur. Sedangkan model struktural menunjukkan kekuatan
estimasi antar variabel laten. SEM juga mampu mengukur variabel yang tidak dapat
diukur secara langsung, tetapi melalui indikator-indikatornya.
Salah satu jenis SEM yang sering digunakan dalam penelitian adalah PLS.
PLS merupakan sebuah pendekatan model kausal yang bertujuan memaksimumkan
variansi dari variabel laten kriterion yang dapat dijelaskan (explained variance)
oleh variabel laten prediktor. PLS dapat bekerja secara efisien dengan ukuran
sampel yang kecil dan model yang kompleks. Panduan ukuran sampel minimum
16
dalam PLS adalah sepuluh kali dari jumlah indikator formatif terbesar atau sepuluh
kali dari jumlah jalur struktural yang mengarah pada variabel laten tertentu. Asumsi
distribusi data dalam PLS relatif lebih longgar karena tidak mensyaratkan distribusi
normal dan mampu mengelola masalah multikolinearitas. PLS dapat menganalisis
model pengukuran reflektif maupun formatif serta variabel laten dengan satu
indikator tanpa menimbulkan masalah identifikasi (Sholihin dan Ratmono 2013;
Abdillah dan Hartono 2015).
Menurut Abdillah dan Hartono (2015), evaluasi model PLS dilakukan dengan
mengevaluasi outer model dan inner model. Outer model merupakan model
pengukuran untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Melalui proses iterasi
algoritme, parameter model pengukuran (validitas konvergen, validitas
diskriminan, composite reliability dan cronbach’s alpha) diperoleh, termasuk nilai
R2 sebagai parameter ketepatan model prediksi. Adapun inner model merupakan
model struktural untuk memprediksi kausalitas antar variabel laten. Melalui proses
bootstrapping, parameter thitung diperoleh untuk memprediksi adanya hubungan
kausalitas.
Metode Penarikan Sampel
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
dengan metode purposive (purposive sampling). Purposive sampling adalah suatu
metode nonprobability sampling untuk memilih sampel yang memiliki tujuan
secara subjektif. Menurut Ferdinand (2002), purposive sampling dilakukan karena
peneliti telah memahami bahwa kelompok sasaran tertentu saja yang mampu
memberikan informasi yang dibutuhkan. Informasi yang dibutuhkan pada
penelitian ini dapat diberikan oleh pasien RSUD Kota Bogor. Kriteria pasien yang
dapat dijadikan sampel pada penelitian ini adalah semua pasien yang telah
menjalani rawat inap di RSUD Kota Bogor selama > 24 jam.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari unsur-unsur yang terdefinisikan dalam ruang
dan waktu. Menurut Sugiyono (2008) populasi merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap RSUD Kota
Bogor yang pada tahun 2015 rata-rata perbulannya dapat mencapai 1,285 pasien.
Sampel adalah himpunan/kumpulan dari unsur yang terambil dari suatu populasi.
Sesuai dengan alat analisis yang digunakan yaitu Structural equation modelingPartial Least Square (SEM-PLS), maka jumlah sampel yang minimum adalah 10
kali jumlah jalur (path) yang dibangun untuk uji model struktural (Abdillah dan
Hartono 2015). Sehingga pada penelitian ini dibutuhkan minimal 50 sampel karena
terdapat 5 jalur dalam model struktural. Untuk mendapatkan data yang lebih
informatif, pada awalnya peneliti menetapkan sampel sebanyak 150 responden.
Setelah melalui proses pengolahan selanjutnya terdapat 8 kuesioner yang tidak
dapat diolah sehingga peneliti menggunakan sampel pada penelitian ini sebanyak
142 responden yang merupakan pasien rawat inap di RSUD Kota Bogor.
17
Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan konsep yang memiliki nilai dan dapat diukur.
Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
laten dan variabel manifest sebagai indikator dari variabel laten. Berdasarkan
rumusan permasalahan yang diajukan, dalam penelitian ini terdapat empat variabel
laten yang dianalisis yaitu kualitas layanan, harga, kepuasan dan loyalitas dan
masing-masing direfleksikan oleh beberapa variabel. Variabel laten dan indikator
penelitian tersaji pada Tabel 3
Tabel 3 Variabel dan indikator penelitian
Variabel
Laten
Kualitas
Pelayanan
Referensi
Sutrisno et al. (2016); Juhana et al.
(2015); Amrizal et al. (2014); Kitapci
et al. (2014); Tambor et al. (2014);
Patayawati et al. (2013); Isyanto et al.
(2013); Mahmud et al. (2013);
Gunawan dan Djati (2011);
Parasuraman et al. (1998)
Harga
Tambor et al. (2014); Isyanto et al.;
(2013) Mahmud et al. (2013); Kotler
dan Keller (2009b);
Kepuasan
Sutrisno et al. (2016); Juhana et al.
(2015); Kitapci et al. (2014); Footman
et al. (2013); Mahmud et al. (2013);
Patayawati et al. (2013); Kotler dan
Keller (2009a)
Loyalitas
Sutrisno et al. (2016); Juhana et al.
(2015); Mahmud et al. (2013);
Patayawati et al. (2013); Gunawan
dan Djati (2011); Baloglu (2002)
Indikator
Tangible
Kebersihan ruangan
Fasilitas pendukung
Kenyamanan tempat tidur
Kebersihan dan kerapihan perawat
dan dokter
Reliability
Prosedur sederhana
Informasi akurat
Pemeriksaan tepat sesuai jadwal
Pelayanan sesuai prosedur
Responsiveness
Kecepatan pelayanan petugas
pendaftaran perawat
Ketanggapan
Ketanggapan dokter
Ketanggapan petugas pembayaran
Assurance
Diagnosis sesuai prosedur
Perawat terampil
Ketepatan diagnosis
Keramahan dokter dan perawat
Emphaty
Kepedulian dokter dan perawat
Kemudahan menghubungi perawat
Sistem yang mudah
Pelayanan yang tidak pandang status
Harga sesuai pelayanan
Harga terjangkau
Harga obat terjangkau
Rasa senang menjalani perawatan
Kepuasan terhadap perawat
Kepuasan terhadap dokter
Kesesuaian harga
Kode
TG1
TG2
TG3
TG4
RB1
RB2
RB3
RB4
RP1
RP2
RP3
RP4
AR1
AR2
AR3
AR4
EP1
EP2
EP3
EP4
BY1
BY2
BY3
KP1
KP2
KP3
KP4
Kepuasan terhadap Pelayanan
Keseluruhan
KP5
Kepercayaan
Rasa memiliki
Kesulitan berpindah
Merekomendasikan
Menginformasikan ide-ide baik
LP1
LP2
LP3
LP4
LP5
18
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel menurut Sugiyono (2008) adalah definisi yang
dibuat spesifik sesuai dengan kriteria pengujian atau pengukuran. Definisi
operasional mencerminkan ruang lingkup penelitian dan variabel-variabel yang
digunakan. Definisi operasional dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
Kualitas Pelayanan
Variabel kualitas pelayanan dalam penelitian ini sebagaimana model
SERVQUAL hasil penelitian Parasuraman et al.(1998) terdiri dari lima dimensi
yaitu :
1. Tangible (wujud fisik) meliputi fasilitas fisik (gedung, ruangan, kebersihan dan
lain-lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan serta penampilan
pegawai RSUD Kota Bogor. Dimensi tangible dalam penelitian ini direfleksikan
oleh indikator-indikator seperti yang tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4 Indikator kualitas pelayanan dimensi tangible
Indikator
Kode
Keterangan
Kebersihan, kerapihan dan keindahan ruang rawat inap di
RSUD Kota Bogor
Kelengkapan fasilitas pendukung yang terdapat di ruang
perawatan RSUD Kota Bogor
Kebersihan ruangan
TG1
Fasilitas pendukung
TG2
Kenyamanan tempat tidur
TG3
Kenyamanan tempat tidur di ruang perawatan RSUD Kota
Bogor
Kebersihan dan kerapihan
perawat dan dokter
TG4
Kebersihan dan kerapihan penampilan perawat dan dokter
RSUD Kota Bogor
2. Reliability (kehandalan) meliputi kemampuan RSUD Kota Bogor memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan akurat dan memuaskan. Dimensi reliability
dalam penelitian ini direfleksikan oleh indikator-indikator seperti yang tersaji
pada Tabel 5.
Tabel 5 Indikator kualitas pelayanan dimensi reliability
Kode
Keterangan
Prosedur sederhana
RB1
Prosedur penerimaan pasien RSUD Kota Bogor sederhana
dan tidak berbelit – belit
Informasi akurat
RB2
Keakuratan informasi yang diberikan kepada
RSUD Kota Bogor
Pemeriksaan tepat sesuai jadwal
RB3
Pemeriksaan dokter di RSUD Kota Bogor tepat seperti
yang dijadwalkan
Pelayanan sesuai prosedur
RB4
Pelayanan administrasi setelah pemeriksaan di RSUD
Kota Bogor sudah sesuai prosedur
Indikator
pasien
3. Responsiveness (ketanggapan) meliputi keinginan para petugas untuk membantu
para pasien dan memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Dimensi
responsiveness dalam penelitian ini direfleksikan oleh indikator-indikator
seperti yang tersaji pada Tabel 6.
19
Tabel 6 Indikator kualitas pelayanan dimensi responsiveness
Kode
Keterangan
Kecepatan pelayanan petugas
pendaftaran
RP1
Kecepatan petugas pendaftaran RSUD Kota Bogor dalam
memberikan pelayanan kepada pasien
Ketanggapan perawat
RP2
Ketanggapan perawat RSUD
menyelesaikan keluhan pasien
Kota
Bogor
dalam
Ketanggapan dokter
RP3
Ketanggapan dokter RSUD
menyelesaikan keluhan pasien
Kota
Bogor
dalam
Ketanggapan petugas
pembayaran
RP4
Ketanggapan petugas RSUD Kota Bogor yang melayani
proses pembayaran
Indikator
4. Assurance meliputi pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan para
pegawai untuk menumbuhkan rasa percaya para pasien kepada RSUD Kota
Bogor. Dimensi assurance dalam penelitian ini direfleksikan oleh indikatorindikator seperti yang tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7 Indikator kualitas pelayanan dimensi assurance
Kode
Keterangan
Diagnosis sesuai prosedur
AR1
Proses diagnosis penyakit pasien RSUD Kota Bogor
dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan
Perawat terampil
AR2
Perawat RSUD Kota Bogor terampil dalam melaksanakan
tugasnya
Ketepatan diagnosis
AR3
Dokter RSUD Kota Bogor memberikan diagnosis yang
tepat terhadap penyakit pasien
Keramahan dokter dan perawat
AR4
Dokter dan perawat RSUD Kota Bogor bersikap ramah
dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien
Indikator
5. Empathy meliputi perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang
diberikan kepada para pasien dengan berupaya memahami keinginan mereka.
Dimensi emphaty dalam penelitian ini direfleksikan oleh indikator-indikator
seperti yang tersaji pada Tabel 8.
Tabel 8 Indikator kualitas pelayanan dimensi emphaty
Indikator
Kode
Keterangan
Kepedulian dokter dan perawat
EP1
Dokter dan perawat RSUD Kota Bogor peduli dan
perhatian terhadap keluhan pasien
Kemudahan menghubungi
perawat
EP2
Perawat RSUD Kota Bogor mudah dihubungi jika pasien
membutuhkan
Sistem yang mudah
EP3
Sistem pendaftaran dan pembayaran sangat memudahkan
pasien RSUD Kota Bogor
Pelayanan yang tidak pandang
status
EP4
Pelayanan yang diberikan RSUD Kota Bogor dilakukan
secara adil tanpa memandang status sosial dan ekonomi
Harga
Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk
mendapatkan sebuah produk atau jasa. Tinggi rendahnya harga selalu menjadi
perhatian utama para konsumen saat mereka mencari suatu produk. Dalam
penelitian ini variabel harga direfleksikan oleh indikator-indikator seperti yang
disajikan Tabel 9.
20
Tabel 9 Indikator variabel harga
Indikator
Keterangan
Kode
Harga sesuai pelayanan
BY1
Biaya perawatan di RSUD Kota Bogor sesuai dengan
pelayanan yang diberikan
Harga terjangkau
BY2
Biaya perawatan di RSUD Kota Bogor terjangkau
Harga obat terjangkau
BY3
Harga obat-obatan di RSUD Kota Bogor terjangkau
Kepuasan
Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Faktor utama
penentu kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa
(Lupiyoadi 2013). Variabel kepuasan dalam penelitian ini direfleksikan oleh beberapa
indikator seperti yang disajikan oleh Tabel 10.
Tabel 10 Indikator variabel kepuasan
Kode
Keterangan
Rasa senang menjalani
perawatan
KP1
Perasaan senang pasien setelah menjalani perawatan di
RSUD Kota Bogor
Kepuasan terhadap perawat
KP2
Kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan perawat di
RSUD Kota Bogor
Kepuasan terhadap dokter
KP3
Kepuasan terhadap kemampuan dan pengetahuan dokter di
RSUD Kota Bogor
Kesesuaian harga
KP4
Kepuasan pasien RSUD Kota Bogor terhadap kesesuaian
biaya yang ditetapkan dengan layanan yang diterima
Kepuasan terhadap pelayanan
keseluruhan
KP5
Kepuasan pasien terhadap pelayanan keseluruhan RSUD
Kota Bogor
Indikator
Loyalitas
Loyalitas adalah kesediaan pelanggan untuk membeli produk yang sama
secara berkelanjutan dan menyarankan teman serta keluarga untuk membeli produk
tersebut. Baloglu (2002) menyatakan bahwa loyalitas pelanggan memiliki lima
dimensi, yaitu kepercayaan (trust), komitmen psikologi (psychological comitment),
biaya peralihan (switching cost), berita dari mulut ke mulut (word of mouth), dan
kerjasama (cooperation). Variabel loyalitas dalam penelitian ini direfleksikan
dengan beberapa indikator seperti yang disajikan oleh Tabel 11.
Tabel 11 Indikator variabel loyalitas
Kode
Keterangan
Kepercayaan
LP1
Kepercayaan akan konsistensi pelayanan RSUD Kota
Bogor
Rasa memiliki
LP2
Rasa memiliki yang tinggi terhadap RSUD Kota Bogor
Kesulitan berpindah
LP3
Perasaan pasien RSUD Kota Bogor jika harus pindah ke
rumah sakit lain
Merekomendasikan
LP4
Merekomendasikan RSUD Kota Bogor kepada pasien
lain
Menginformasikan ide-ide baik
LP5
Menginformasikan kepada RSUD Kota Bogor tentang
ide-ide yang baik
Indikator
21
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan dugaan awal/kesimpulan sementara
hubungan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen
sebelum dilakukan penelitian dan harus dibuktikan melalui penelitian. Berdasarkan
pada kerangka pemikiran teoritis dan penelitian sebelumnya, maka hipotesis
penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1
H2
H3
H4
H5
: Kualitas pelayanan berpengaruh nyata terhadap kepuasan pasien
: Harga berpengaruh nyata terhadap kepuasan pasien
: Kepuasan berpengaruh nyata terhadap loyalitas pasien
: Kualitas pelayanan berpengaruh nyata terhadap loyalitas pasien
: Harga berpengaruh nyata terhadap loyalitas pasien
Dalam penelitian ini, model awal SEM diadopsi dari penelitian Mahmud et
al. (2013) tentang pengaruh kualitas pelayanan dan harga terhadap kepuasan dan
loyalitas pada industri penerbangan komersial. Kualitas pelayanan dan biaya
diprediksi mempengaruhi kepuasan pasien. Sementara variabel kualitas pelayanan,
biaya dan kepuasan diprediksi mempengaruhi loyalitas pasien. Model awal
penelitian disajikan pada Gambar 3.
Kualitas
Pelayanan
Kualitas
Pelayanan
Harga
Gambar 3 Model awal penelitian
Kepuasan
Loyalitas
22
4 HASIL PEMBAHASAN
Gambaran Umum RSUD Kota Bogor
RSUD Kota Bogor yang merupakan satu-satunya rumah sakit milik
Pemerintah Kota Bogor ini mulai beroperasi pada 7 Agustus 2014. Sebelum
dikelola langsung oleh pemerintah, RSUD Kota Bogor bernama Rumah Sakit
Karya Bhakti yang dalam pengelolaannya bekerjasama dengan Yayasan Karya
Bhakti sejak tahun 1984. RSUD Kota Bogor mempunyai visi menjadi rumah sakit
unggulan yang menyediakan jasa layanan kesehatan yang berkualitas dan religius.
Jasa layanan kesehatan yang diberikan antara lain: layanan gawat darurat (IGD),
high care unit, intensif care unit, unit layanan radiologi, unit layanan labolatorium,
depo farmasi (apotek), patologi anatomik, rehabilitasi medik, medical check up dan
dilengkapi fasilitas pendukung seperti (1) layanan terpadu jantung, treadmill dan
echocardiografi; (2) layanan terpadu tumor/kanker dan layanan chemotherapy; (3)
layanan terpadu hemodialisa; dan (4) pusat pendidikan kedokteran. Layanan yang
diberikan RSUD Kota Bogor didukung oleh sumber daya manusia yang memadai.
Sejumlah 531 karyawan yang dimiliki oleh RSUD Kota Bogor terdiri dari tenaga
medis yang sekitar 83 orang atau 15.62%, tenaga keperawatan 224 orang (42.2%),
tenaga penunjang medis 86 orang (16.2%) dan tenaga non medis 138 orang
(25.98%).
RSUD Kota Bogor memiliki 207 kamar diantaranya kamar kelas III sejumlah
44% atau sejumlah 83 tempat tidur yang diprioritaskan untuk masyarakat kurang
mampu. Sementara kelas VVIP memiliki 5 tempat tidur, kelas VIP memiliki 16
tempat tidur, kelas Utama memiliki 12 tempat tidur, kelas I memiliki 26 tempat
tidur, kelas II memiliki 36 tempat tidur, dan kamar lain sejumlah 29 tempat tidur.
Sepanjang Tahun 2015, RSUD Kota Bogor telah melayani 152,606 pasien rawat
jalan dan 15,424 pasien rawat inap. Pasien rawat inap RSUD Kota Bogor
didominasi oleh pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Sekitar 12,338 pasien rawat inap atau 80% pasien rawat inap adalah peserta BPJS.
Sedangkan peserta umum sejumlah 2,475 pasien (16%) dan asuransi non BPJS
sekitar 611 pasien (4%). Berdasarkan domisili pasien rawat inap, sekitar 8,284 atau
53.7% pasien rawat inap RSUD Kota Bogor merupakan penduduk yang
berdomisili di Kota Bogor, 6,849 (44.4%) penduduk Kabupaten Bogor dan sekitar
291 (1.9%) penduduk luar Bogor (RSUD Kota Bogor 2016)
Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam berbagai penelitian sangat diperhatikan
sebagai bahan untuk memahami hasil penelitian. Karakteristik individu merupakan
faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Karakteristik
responden yang diperhatikan dalam penelitian ini dirancang untuk mewakili aspek
demografi, sosial ekonomi dan perilaku konsumen. Karakteristik responden yang
merupakan pasien rawat inap di RSUD Kota Bogor ini dilihat dari jenis kelamin,
usia, jenjang pendidikan, pekerjaan, domisili, pengeluaran, kepersertaan BPJS,
kelas rawat inap, frekuensi berobat, pengalaman dirawat di rumah sakit lain. Aspek-
23
aspek tersebut memiliki peran penting untuk mendapatkan gambaran informasi
terkait persepsi terhadap kualitas pelayanan, harga, kepuasan pasien dan loyalitas
pasien. Karakteristik responden penelitian ini secara lengkap disajikan oleh Tabel
12.
Tabel 12 Karakteristik responden
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Karakteristik
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
< 21 tahun
21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
51-60 tahun
> 60 tahun
Pendidikan
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas
Diploma
Strata 1
Strata 2
Pekerjaan
PNS
Karyawan Swasta
Wiraswasta
Pelajar/Mahasiswa
Ibu Rumah Tangga
Lain-lain
Domisili Kota Bogor
Ya
Tidak
Pengeluaran
< Rp500 000
Rp500 000 - Rp1 500 000
Rp1 500 100 - Rp3 000 000
Rp3 000 100 - Rp 5 000 000
> Rp5 000 000
Peserta BPJS
Ya
Tidak
Kelas rawat inap
Kelas 3
Kelas 2
Kelas 1
VIP
Frekuensi berobat
Satu kali
Dua kali
Tiga kali
Lebih dari tiga kali
Pengalaman dirawat di rumah sakit lain
Pernah
Tidak pernah
Jumlah
responden
Persentase (%)
45
97
32
68
5
40
33
33
19
12
4
28
23
23
13
8
32
29
46
16
16
3
23
20
32
11
11
2
11
28
19
7
65
12
8
20
13
5
46
8
120
22
85
15
21
46
51
13
11
15
32
36
9
8
122
20
86
14
73
39
23
7
51
27
16
5
84
28
8
22
59
20
6
15
68
74
48
52
24
Tabel 12 menggambarkan bahwa responden penelitian ini didominasi oleh
jenis kelamin perempuan sebanyak 68%, sementara jenis kelamin laki laki
sebanyak 32% dari total 142 responden. Hal ini tidak jauh berbeda dengan
persentase jumlah pasien pada tahun 2015 yang didominasi perempuan sebanyak
61.9%. Sedangkan dari aspek pekerjaan responden penelitian ini didominasi ibu
rumah tangga sebesar 46%. Dari segi domisili, mayoritas responden merupakan
penduduk Kota Bogor yaitu sebesar 85% dan 15% responden adalah warga yang
berdomisili di luar Kota Bogor. Hal ini sedikit berbeda dengan data pasien rawat
inap 2015 yang menyatakan bahwa sebanyak 53.7% pasien RSUD Kota Bogor
berdomisili di Kota Bogor.
Untuk melihat karakteristik responden dari segi sosial ekonomi, Tabel 12
menggambarkan aspek pengeluaran, kepersertaan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) dan kelas rawat inap yang ditempati responden. Pada penelitian ini
pengeluaran digunakan sebagai indikator pendapatan responden. Menurut
Sumarwan (2011) pengeluaran digunakan sebagai indikator pendapatan karena
seringkali peneliti sulit mendapatkan data pendapatan yang akurat karena
pendapatan adalah suatu hal yang bersifat pribadi dan sensitif. Pada Tabel 12
terlihat 83% responden mempunyai pengeluaran perbulannya berkisar sampai
dengan Rp3 000 000/bulan. Hanya 17% responden yang mempunyai pengeluaran
di atas Rp3 000 000. Angka tersebut menggambarkan kecenderungan warga
menengah bawah lebih banyak memilih menggunakan layanan RSUD Kota Bogor.
Tabel 12 menunjukkan responden mayoritas pasien merupakan peserta BPJS yaitu
sebesar 86%, sementara 14% lainnya bukan merupakan peserta BPJS. Angka
tersebut tidak berbeda dengan data pasien rawat inap 2015 yang menyatakan pasien
RSUD Kota Bogor mayoritas merupakan peserta BPJS yaitu sebanyak 80%.
Responden mayoritas (51%) menempati ruang perawatan kelas 3, sementara
responden yang merupakan pasien kelas 2 sebanyak 27%, kelas 16% dan kelas VIP
5%. Tabel 12 juga menampilkan perilaku responden terkait dengan pelayanan
kesehatan. 59% responden baru pertama kali berobat di RSUD Kota Bogor,
sementara 41% sudah lebih dari 2 kali berobat di RSUD Kota Bogor. Hal ini
dimungkinkan karena RSUD Kota Bogor baru mulai beroperasi pada bulan Agustus
2014. Sebanyak 48% responden pernah punya pengalaman dirawat di rumah sakit
lain, sementara 52% belum pernah dirawat di rumah sakit lain.
Gambaran dari Tabel 12 khususnya dari angka persentase tingkat pengeluaran
pasien, kelas kamar rawat inap yang ditempati pasien dan kepersertaan pasien pada
program BPJS, sudah sejalan dengan misi RSUD Kota Bogor yang berkeinginan
untuk menyediakan layanan seimbang antara fungsi profit dan fungsi sosial dengan
memfasilitasi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang terjangkau. Hal ini juga diperkuat oleh data pasien 2015,
sekitar 4 940 pasien mendapatkan keringanan biaya berobat dari RSUD Kota
Bogor.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan terhadap semua indikator pada kuesioner dengan
menggunakan bantuan program SPSS 17. Hasil uji validitas kuesioner secara
lengkap disajikan pada Lampiran 2. Berdasarkan Lampiran 2, seluruh indikator
25
dalam variabel penelitian memiliki nilai r-hitung>r-tabel, hal ini menunjukkan
semua indikator valid. Sedangkan hasil uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui
konsistensi hasil pengukuran relatif apabila alat ukur tersebut digunakan berulang
kali pada kuesioner. Dengan menggunakan bantuan program SPSS 17, hasil output
uji reliabilitas menunjukkan nilai cronbach’s alpha sebesar 0.965 atau lebih besar
dari 0.7. Hal ini menggambarkan semua indikator dalam variabel penelitian sudah
reliabel/konsisten.
Analisis Model Pengukuran (Outer Model)
Suatu konsep dan model penelitian tidak dapat diuji dalam suatu model
prediksi hubungan relasional dan kausal jika belum melewati tahap purifikasi dalam
model pengukuran. Menurut Abdillah dan Hartono (2015), model pengukuran
(outer model) digunakan untuk menguji validitas variabel dan reliabilitas
instrumen. Validitas variabel terdiri atas validitas konvergen dan validitas
diskriminan. Sedangkan uji reliabilitas menggunakan dua metode yaitu cronbach’s
alpha dan composite reliability.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas pada
masing-masing indikator variabel laten yaitu kualitas pelayanan, variabel harga,
kepuasan dan loyalitas dengan menggunakan bantuan software SmartPLS 2.0.
Model awal penelitian hasil olahan software SmartPLS 2.0 dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Ukuran reflektif indikator dikatakan valid jika memiliki nilai faktor loading
( ) dengan variabel laten yang ingin diukur ≥ 0.7. Jika salah satu indikator
memiliki faktor loading ( ) < 0.7, maka indikator tersebut harus dikeluarkan karena
akan mengindikasikan bahwa indikator tidak cukup baik untuk mengukur variabel
laten secara tepat. Menurut Abdillah dan Hartono (2015) peneliti sebaiknya tidak
menghapus indikator yang memiliki outer loading antara 0.5-0.7 sepanjang skor
AVE dan communality variabel tersebut lebih dari 0.5. Hasil output outer loading
pada model awal penelitian dengan menggunakan software SmartPLS 2.0 disajikan
pada Tabel 13. Ukuran kebaikan sebuah indikator terhadap variabel latennya dapat
dilihat dari nilai outer loading indikatornya. Jika nilai outer loading < 0.5 maka
indikator tersebut kurang baik. Namun jika nilai outer loading > 0.5 maka indikator
tersebut dapat dikatakan baik.
Berdasarkan Tabel 13, semua indikator dari variabel kualitas pelayanan yaitu
TG1, TG2, TG3, TG4, RB1, RB2, RB3, RB4, RP1, RP2, RP3, RP4, AR1, AR2,
AR3, AR4, EP1, EP2, EP3, EP4 telah dapat merefleksikan variabel kualitas
pelayanan dengan baik. Indikator BY1, BY2, BY3 telah dapat merefleksikan
variabel Harga, indikator KP1, KP2, KP3, KP4, KP5 telah dapat merefleksikan
variabel kepuasan, serta indikator LP1, LP2, LP4, LP5 telah dapat merefleksikan
variabel loyalitas. Hanya indikator LP3 pada variabel laten loyalitas yang masih
kurang baik karena nilainya -0.081 atau lebih kecil dari 0.5. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa indikator kesulitan berpindah (LP3) tidak dapat merefleksikan
loyalitas atau tidak berkorelasi dengan loyalitas.
Setelah mengeluarkan LP3 dari model, berdasarkan pada Lampiran 4 tidak
ada lagi indikator dengan nilai outer loading < 0.5. Semua indikator masing-masing
mampu merefleksikan variabel laten kualitas pelayanan, harga, kepuasan dan
26
loyalitas dengan baik. Hasil output outer loading diperkuat dengan langkah
berikutnya yaitu memastikan nilai AVE dan communality seluruh variabel laten
memiliki nilai di atas 0.5. Tabel 14 menyajikan nilai AVE dan communality seluruh
variabel dalam model. Berdasarkan Tabel 14, variabel harga, kepuasan dan loyalitas
sudah memiliki nilai AVE dan communality di atas 0.5. Sedangkan variabel kualitas
pelayanan mempunyai nilai AVE dan communality di bawah 0.5. Hal ini berarti ada
indikator yang harus dikeluarkan dari variabel kualitas pelayanan untuk
memperbaiki nilai AVE.
Tabel 13 Nilai outer loading indikator model awal
Indikator
TG1
TG2
TG3
TG4
RB1
RB2
RB3
RB4
RP1
RP2
RP3
RP4
AR1
AR2
AR3
AR4
EP1
EP2
EP3
EP4
BY1
BY2
BY3
KP1
KP2
KP3
KP4
KP5
LP1
LP2
LP3
LP4
LP5
Keterangan
Tangible 1
Tangible 2
Tangible 3
Tangible 4
Reliability 1
Reliability 2
Reliability 3
Reliability 4
Responsiveness 1
Responsiveness 2
Responsiveness 3
Responsiveness 4
Assurance 1
Assurance 2
Assurance 3
Assurance 4
Emphaty 1
Emphaty 2
Emphaty 3
Emphaty 4
Biaya 1
Biaya 2
Biaya 3
Kepuasan Pasien 1
Kepuasan Pasien 2
Kepuasan Pasien 3
Kepuasan Pasien 4
Kepuasan Pasien 5
Loyalitas Pasien 1
Loyalitas Pasien 2
Loyalitas Pasien 3
Loyalitas Pasien 4
Loyalitas Pasien 5
Kualitas
Pelayanan
Harga
Kepuasan
Loyalitas
0.5499
0.6377
0.5846
0.7454
0.5864
0.7144
0.6444
0.7083
0.8230
0.8206
0.8402
0.6422
0.6647
0.7563
0.7294
0.6803
0.7503
0.7157
0.6419
0.7438
0.8391
0.9312
0.9133
0.8925
0.8859
0.8299
0.8370
0.8563
0.7808
0.8285
-0.0811
0.8169
0.7117
27
Tabel 14 Hasil uji validitas konvergen awal
Variabel
Kualitas Pelayanan
Harga
Kepuasan
Loyalitas
AVE
Communality
0.4948
0.8017
0.7408
0.6180
0.4948
0.8017
0.7408
0.6180
Indikator yang akan dikeluarkan dari model adalah indikator yang
mempunyai nilai outer loading paling kecil diantara indikator variabel kualitas
pelayanan yang lain. Berdasarkan Lampiran 4, nilai outer loading indikator variabel
kualitas pelayanan TG1 merupakan yang terkecil yaitu 0.5497. Lampiran 5
menunjukkan semua indikator mempunyai nilai outer loading lebih dari 0.5. Hasil
output analisis nilai AVE dan communality setelah indikator TG1 dikeluarkan dari
model menggunakan SmartPLS 2.0 disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Hasil uji validitas konvergen akhir
Variabel
Kualitas Pelayanan
Harga
Kepuasan
Loyalitas
AVE
Communality
0.5060
0.8017
0.7408
0.6181
0.5060
0.8017
0.7408
0.6181
Tabel 15 menunjukkan seluruh variabel laten dalam model telah memiliki
nilai AVE dan communality lebih dari 0.5 yang berarti seluruh indikator telah valid
secara konvergen.
Analisis Korelasi Variabel Laten dan Akar AVE
Untuk menguji validitas diskriminan outer model maka dilakukan dengan
membandingkan nilai korelasi variabel laten dengan akar AVE seperti yang
ditampilkan oleh Tabel 16.
Tabel 16 Nilai korelasi variabel laten dan akar AVE
Kualitas
Pelayanan
Kualitas Pelayanan
Harga
Kepuasan
Loyalitas
1
Akar AVE
0.7113
Harga
0.6098
1
0.8954
Kepuasan
0.8353
0.7140
1
Loyalitas
0.6887
0.5390
0.7005
0.8607
1
0.7862
28
Berdasarkan Tabel 16 diketahui hampir seluruhnya nilai Akar AVE lebih
besar dibandingkan dengan nilai korelasi antar variabel laten. Hal ini
mengindikasikan variabel laten memiliki validitas diskriminan yang cukup tinggi.
Hasil analisis Cross Loading Indikator
Nilai cross loading setiap indikator dalam tiap variabel dibandingkan
dengan variabel lainnya untuk mengetahui korelasi indikator dengan setiap
variabel. Nilai cross loading antar variabel tersedia pada Tabel 17, angka yng
dicetak tebal merupakan korelasi indikator ke variabel latennya sendiri.
Tabel 17 Nilai cross loading
Indikator
TG2
TG3
TG4
RB1
RB2
RB3
RB4
RP1
RP2
RP3
RP4
AR1
AR2
AR3
AR4
EP1
EP2
EP3
EP4
BY1
BY2
BY3
KP1
KP2
KP3
KP4
KP5
LP1
LP2
LP4
LP5
Kualitas
Pelayanan
0.62367
0.57633
0.74813
0.58374
0.70562
0.64695
0.71173
0.82794
0.82530
0.84155
0.63967
0.66839
0.76049
0.73582
0.68292
0.75105
0.72122
0.64209
0.74548
0.54510
0.56213
0.52957
0.77937
0.72241
0.71225
0.66817
0.71102
0.55090
0.56210
0.56998
0.47587
Harga
0.32464
0.27494
0.37164
0.42693
0.44972
0.27323
0.49651
0.49763
0.40020
0.42046
0.53604
0.47566
0.47092
0.45322
0.40464
0.44374
0.36985
0.60326
0.50903
0.83901
0.93123
0.91331
0.55598
0.60600
0.51383
0.76904
0.62810
0.43932
0.44266
0.48573
0.30395
Kepuasan
0.54859
0.39888
0.60628
0.45442
0.61275
0.48607
0.56585
0.72200
0.68413
0.72824
0.46891
0.53294
0.67659
0.55707
0.60742
0.68384
0.58966
0.59673
0.63262
0.64977
0.64254
0.62487
0.89244
0.88593
0.82984
0.83704
0.85633
0.57055
0.53590
0.64719
0.42257
Loyalitas
0.42930
0.36978
0.50534
0.44079
0.52779
0.40387
0.47600
0.55021
0.52285
0.52898
0.50559
0.54721
0.51320
0.43272
0.51907
0.47164
0.46498
0.47803
0.57227
0.44510
0.51269
0.48809
0.62282
0.65891
0.56704
0.55152
0.61019
0.78446
0.83035
0.81890
0.70483
Berdasarkan Tabel 17 dapat disimpulkan semua korelasi indikator ke variabel
latennya lebih besar dari pada korelasinya ke variabel laten yang lain. Sehingga
syarat validitas yang mengharuskan indikator mempunyai nilai korelasi yang lebih
besar pada variabel latennya dibandingkan dengan korelasi pada variabel laten yang
lain terpenuhi.
29
Uji Reliabilitas
Selan uji validitas, dilakukan uji reliabilitas untuk mengukur konsistensi
internal alat ukur. Reliabilitas menunjukkan akurasi, konsistensi dan ketepatan
suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran. Dalam penelitian ini suatu variabel
dikatakan cukup reliabilitas bila variabel tersebut mempunyai nilai composite
reliability dan cronbach’s alpha lebih besar dari 0.7. Tabel 18 menyajikan hasil
pengujian reliabilitas pada masing-masing variabel laten.
Tabel 18 Pengujian reliabilitas outer model
Variabel
Composite Reliability
Cronbach’s Alpha
Kualitas Pelayanan
0.9506
0.9446
Harga
0.9237
0.8751
Kepuasan
0.9345
0.9123
Loyalitas
0.8657
0.7934
Berdasarkan Tabel 18 di atas, hasil pengujian menunjukkan bahwa seluruh
variabel laten dalam penelitian semuanya mempunya nilai composite reliability dan
cronbach’s alpha lebih besar dari 0.7. Hal ini menggambarkan konsistensi internal.
Setiap indikator mempunyai konsistensi yang tinggi dalam mengukur variabel
latennya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator yang digunakan
pada variabel laten sudah mempunyai reliabilitas yang kuat atau sudah mampu
untuk mengukur variabelnya.
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dapat disimpulkan variabel
laten eksogen kualitas pelayanan direfleksikan dengan baik oleh TG1, TG2, TG3,
TG4, RB1, RB2, RB3, RB4, RP1, RP2, RP3, RP4, AR1, AR2, AR3, AR4, EP1,
EP2, EP3, EP4. Variabel harga direfleksikan dengan baik oleh indikator BY1, BY2,
BY3. Untuk variabel laten endogen kepuasan direfleksikan dengan baik oleh
indikator KP1, KP2, KP3, KP4, KP5 dan variabel laten endogen loyalitas
direfleksikan dengan baik oleh indikator LP1, LP2, LP4, LP5. Dari hasil analisis
outer model dapat disimpulkan, terdapat dua indikator yang harus dikeluarkan dari
model yaitu indikator TG1 dan LP3. Indikator TG1 tidak signifikan merefleksikan
variabel kualitas pelayanan sedangkan indikator LP3 tidak signifikan dalam
merefleksikan variabel loyalitas. Output outer model setelah dikeluarkan indikator
TG1 dan LP3 disajikan oleh Gambar 4.
30
Gambar 4 Hasil output outer model akhir
Analisis Model Struktural (Inner Model)
Menurut Abdillah dan Hartono (2015), model struktural dalam PLS
dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk variabel dependen, nilai koefisien path
dan thitung tiap path untuk uji signifikansi antar variabel dalam model. Nilai R2
digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap
variabel dependen. Semakin tinggi nilai R2 maka semakin baik prediksi dari model
penelitian yang diajukan. Nilai R2 0.75, 0.5, dan 0.25 untuk setiap laten endogen
dalam model struktural dapat diinterpretasikan sebagai subtansial, moderat dan
lemah. Tabel 19 menyajikan nilai R2 untuk variabel dependen penelitian yaitu
variabel kepuasan dan variabel loyalitas.
Tabel 19 Nilai R2 inner model
R2
Interpetasi
Kepuasan
0.7676
Substansial
Loyalitas
0.5286
Moderat
Variabel Dependen
Tabel 19 menunjukkan bahwa nilai R2 variabel kepuasan 0.7676 dan nilai R2
loyalitas 0.5286, hal ini menunjukkan menunjukkan bahwa variabel independen
(kualitas pelayanan dan harga) mampu menjelaskan keragaman kepuasan pasien
31
secara substansial yaitu sebesar 76.76% dan sisanya sebesar 23.24% dijelaskan oleh
variabel lain di luar model. Sementara variabel kualitas pelayanan, harga dan
kepuasan mampu menjelaskan keragaman variabel loyalitas secara moderat yaitu
sebesar 52.86% dan sisanya sebesar 47.14% dijelaskan oleh variabel lain di luar
model.
Nilai path coefficient menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian
hipotesis. Skor path coefficient yang ditunjukkan oleh thitung harus di atas nilai ttabel
dengan tingkat signifikansi alpha 5% yaitu sebesar 1.96. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan melihat hasil analisis bootstrapping pada path coefficient, yaitu
dengan membandingkan thitung dengan ttabel. Jika nilai thitung > ttabel (1.96) maka
perumusan hipotesis diterima, namun jika nilai
thitung < ttabel (1.96) maka
perumusan hipotesis ditolak. Hasil analisis dengan proses bootstrapping pada path
coefficient dengan selang kepercayaan 95% secara lengkap disajikan pada Gambar
5. Gambar 5 menunjukkan nilai thitung seluruh jalur dalam model struktural
penelitian. Secara ringkas hasil output analisis uji T terhadap path coeficient
disajikan oleh Tabel 20
Gambar 5 Hasil output bootstrapping path coefficient
Tabel 20 Hasil output bootstrapping path coeficient
Path
Koefisien
thitung
Kesimpulan
Kualitas pelayanan -> Kepuasan
Harga -> Kepuasan
Kepuasan -> Loyalitas
Kualitas Pelayanan -> Loyalitas
Harga -> Loyalitas
0.637
0.326
0.367
0.340
0.070
12.683
5.948
2.707
2.819
0.742
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
32
Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap Kepuasan Pasien
Berdasarkan hasil evaluasi inner model peneliti mendapatkan kesimpulan
terhadap hipotesis yang diajukan pada awal penelitian. Hasil uji hipotesis pada
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
H1 Kualitas Pelayanan Berpengaruh Nyata Terhadap Kepuasan Pasien
Hipotesis H1 diterima berdasarkan Tabel 20 yang menunjukkan variabel
kualitas pelayanan berpengaruh signifikan secara langsung terhadap kepuasan
pasien dengan nilai thitung sebesar 12.683 (> 1.96) dan nilai koefisien positif (0.637).
Hal ini menunjukkan kualitas pelayanan mampu meningkatkan kepuasan pasien.
Dimensi fisik (tangible) seperti fasilitas pendukung di ruang perawatan,
kenyamanan tempat tidur serta penampilan perawat dan dokter RSUD Kota Bogor
yang bersih dan rapi mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap. Fasilitas RSUD
Kota Bogor tergolong lengkap termasuk fasilitas pendukung layanan kanker yang
masih jarang dipunyai oleh rumah sakit lain di Kota Bogor. Pada tahun 2015, RSUD
Kota Bogor bahkan menambahkan alat kesehatan dan sarana prasarana baru untuk
mendukung layanan yang nilai anggarannya mencapai Rp. 11.5 Miliar yang berasal
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN), Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Jawa Barat dan APBD Kota Bogor. Kepuasan
pasien juga dipengaruhi oleh dimensi kehandalan (reliability) seperti prosedur yang
sederhana, informasi yang akurat, jadwal pemeriksaan yang tepat waktu, pelayanan
yang sesuai prosedur. RSUD Kota Bogor secara berkala melakukan sosialisasi
standar manajemen dan pelayanan rumah sakit serta standar keselamatan pasien
kepada seluruh karyawan untuk memperkuat dimensi kehandalan. Dimensi
ketanggapan (responsiveness) seperti ketanggapan petugas pendaftaran,
ketanggapan perawat dan ketanggapan dokter turut mempengaruhi kepuasan
pasien. RSUD Kota Bogor mempunyai slogan “NO JULEMBO” (No Jutek Lemot
dan Bolot) yang merupakan filosofi karyawan selalu ramah, tanggap dan
mendengar terhadap pasien.
Selain itu dimensi kepastian (assurance) seperti diagnosis dokter yang sesuai
prosedur dan tepat, perawat dan dokter yang terampil juga mempengaruhi kepuasan
pasien. RSUD Kota Bogor memiliki 60 dokter spesialis dan 224 tenaga perawat
yang menunjang pelayanan kepada pasien sehingga keluhan-keluhan pasien dapat
tertangani. Dimensi empati (emphaty) seperti kepedulian terhadap pasien,
pelayanan yang tidak memandang status sosial, kemudahan menghubungi perawat,
serta sistem pelayanan yang memudahkan pasien juga turut berperan pada
peningkatan kepuasan pasien.
Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Amin
dan Nasharuddin (2013), Mongkaren (2013), Nofirza dan Indrayani (2011) yang
menyatakan kualitas pelayanan pada rumah sakit berpengaruh pada kepuasan
pasiennya. Masyarakat yang semakin sadar dengan kesehatan terutama daerah
perkotaan lebih menuntut rumah sakit memperhatikan tingkat kualitas
pelayanannya. Dari hasil analisis data penelitian dapat diinterpretasikan kepuasan
pasien akan meningkat seiiring dengan peningkatan kualitas pelayanan RSUD Kota
Bogor mulai dari aspek fisik (tangible), kehandalan (reliability), ketanggapan
(responsiveness), kepastian (assurance) dan empati (emphaty).
33
H2 Harga Berpengaruh Nyata Terhadap Kepuasan Pasien
Hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima karena variabel harga berpengaruh
signifikan secara langsung terhadap kepuasan pasien dengan nilai thitung sebesar
5.948 (>1.96) dan nilai koefisien positif (0.326) seperti yang ditunjukkan oleh Tabel
20. Hal ini menunjukkan harga yang terjangkau dapat meningkatkan kepuasan
pasien. Salah satu aspek pertimbangan pasien menggunakan jasa pelayanan
kesehatan tertentu adalah aspek keterjangkauan harga. RSUD Kota Bogor telah
memfasilitasi pasien dengan menetapkan harga layanan dan obat yang relatif
terjangkau. Harga kamar terutama kamar kelas III cukup menggambarkan RSUD
Kota Bogor memfasilitasi pasien tidak mampu untuk mendapatkan layanan
kesehatan yang terjangkau. Pada tahun 2015 sekitar 3 387 pasien gratis biaya
pengobatan dan 1 553 pasien difasilitasi untuk mendapatkan bantuan biaya
pengobatan dari pemerintah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Isyanto et al.
(2013) yang menyatakan harga obat yang terjangkau adalah salah satu hal yang
paling penting menurut pasien. Menurut Chang dan Chang (2012), harga yang
terjangkau termasuk faktor yang harus diprioritaskan untuk pasien. Dari hasil
analisis data dapat diinterpretasikan bahwa variabel harga yang direfleksikan oleh
harga perawatan dan harga obat yang terjangkau mempengaruhi tingkat kepuasan
pasien RSUD Kota Bogor.
Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap Loyalitas Pasien
H4 Kualitas Pelayanan Berpengaruh Nyata Terhadap Loyalitas Pasien
Hipotesis H4 diterima karena variabel kualitas pelayanan berdasarkan hasil
analisis juga berpengaruh signifikan secara langsung terhadap loyalitas dengan nilai
thitung 2.819 (> 1.96) dan koefisien bernilai positif (0.340) seperti yang disajikan
pada Tabel 20. Hal ini menunjukkan kualitas pelayanan dapat meningkatkan
loyalitas. Tingkat kualitas pelayanan yang baik dapat meningkatkan rasa memiliki
pasien terhadap RSUD Kota Bogor. Selain itu, pasien akan merekomendasikan
RSUD Kota Bogor kepada keluarga dan relasi terdekat. Kesimpulan serupa juga
didapatkan dalam penelitian Gunawan dan Djati (2011) yang menyimpulkan bahwa
kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pasien.
H5 Harga Berpengaruh Nyata Terhadap Loyalitas Pasien
Tabel 20 menunjukkan Hipotesis H5 ditolak karena variabel harga tidak
berpengaruh signifikan secara langsung terhadap loyalitas dengan nilai thitung
sebesar 0.742 (< 1.96) dan nilai koefisien positif (0.070). Hal ini menunjukkan
keterjangkauan harga tidak dapat meningkatkan loyalitas. Tidak signifikannya
pengaruh harga terhadap loyalitas dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu: pertama,
pemilihan rumah sakit lebih dipengaruhi oleh faktor akses dan ketersedian
layanan/kamar. Pasien cenderung memilih rumah sakit yang dapat langsung
memberikan penanganan cepat tanpa berhitung harga sebelumnya. Kedua, semakin
banyaknya rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta terutama di kota
besar seperti Kota Bogor yang harganya relatif tidak jauh berbeda. Hasil ini berbeda
dengan temuan Mahmud et al. (2013) pada industri penerbangan yang menyatakan
harga mempengaruhi loyalitas pelanggan.
34
Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Pasien
Hipotesis H3 diterima berdasarkan Tabel 20 yang menunjukkan bahwa
kepuasan pasien mempunyai pengaruh signifikan langsung terhadap loyalitas
dengan nilai thitung sebesar 2.707 (> 1.96) dan koefisien bernilai positif (0.367). Hal
ini menunjukkan kepuasan dapat meningkatkan loyalitas. Perhatian RSUD Kota
Bogor terhadap pelayanan terhadap pasien selama menjalani masa perawatan dan
kemampuan atau pengetahuan dokter dalam menangani pasien dapat meningkatkan
loyalitas pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Sutrisno et al.
(2016), Juhana et al. (2015), yang menemukan pengaruh signifikan variabel
kualitas pelayanan terhadap loyalitas. Pelanggan yang puas cenderung melakuan
pembelian ulang terhadap barang atau jasa. Hasil ini berbeda dengan hasil yang
didapatkan oleh Patayawati et al. (2013) bahwa kepuasan pasien tidak mempunyai
pengaruh signifikan langsung terhadap loyalitas pasien.
Pengaruh Tidak Langsung Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap
Loyalitas Pasien
Selain pengaruh langsung antar variabel dalam model, juga dapat dijelaskan
pengaruh tidak langsung antar variabel dalam model. Berdasarkan Tabel 21,
kualitas pelayanan mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap loyalitas sebesar
0.225, lebih kecil dari pengaruh langsung kualitas pelayanan terhadap loyalitas
(0.367). Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh total kualitas
pelayanan terhadap loyalitas yaitu sebesar 0.592 yang merupakan penjumlahan
pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung kualitas pelayanan terhadap
loyalitas. Sedangkan pengaruh tidak langsung harga terhadap loyalitas (0.116) lebih
besar dari pengaruh langsung harga terhadap loyalitas (0.070). Berdasarkan nilai
tersebut dapat disimpulkan pengaruh total harga terhadap loyalitas adalah sebesar
0.186
Faktor-Faktor yang Paling Dominan Mempengaruhi Terhadap Kepuasan
dan Loyalitas Pasien
Berdasarkan hasil output bootstrapping path coeficient yang disajikan pada
Tabel 20, variabel kualitas pelayanan merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi kepuasan pasien dengan koefisien sebesar 0.637. Nilai koefisien
tersebut lebih besar dari koefisien pengaruh variabel harga terhadap kepuasan yaitu
sebesar 0.326. Sedangkan variabel kepuasan merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi variabel loyalitas dengan koefisien sebesar 0.367. Nilai koefisien
tersebut lebih besar dari koefisien pengaruh variabel kualitas pelayanan terhadap
loyalitas yaitu sebesar 0.340 dan koefisien pengaruh variabel harga terhadap
loyalitas yaitu sebesar 0.070.
35
Implikasi Manajerial
Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi bagi RSUD Kota Bogor
dalam membuat kebijakan yang terkait dengan kualitas pelayanan, harga, kepuasan
dan loyalitas pasien. RSUD Kota Bogor perlu komitmen pada peningkatan kualitas
pelayanan secara kontinu. Sebagai rumah sakit yang belum lama beroperasi dengan
jumlah pasien pada tahun 2015 mencapai 152 606 pasien rawat jalan dan 15 424
pasien rawat inap, penguatan aspek-aspek fisik (tangible), kehandalan (reliability),
ketanggapan (responsiveness), kepastian (assurance) dan empati (emphaty) dalam
pelayanan harus terus ditingkatkan karena mempunyai pengaruh signifikan
terhadap kepuasan dan loyalitas pasien. Kualitas pelayanan merupakan faktor
paling dominan yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pada dimensi tangible,
pengontrolan penampilan perawat dan dokter agar tetap rapi dan bersih dapat
meningkatkan kepuasan dan loyalitas pasien. Untuk memperkuat dimensi
reliability, kepatuhan terhadap standar manajemen dan pelayanan rumah sakit perlu
ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan sosialisasi standar manajemen dan pelayanan
rumah sakit perlu secara berkala disosialisasikan kepada seluruh petugas untuk
memastikan informasi dan pelayanan yang diberikan RSUD Kota Bogor sudah
sesuai prosedur. Kunci peningkatan kualitas pelayanan RSUD Kota Bogor pada
dimensi responsiveness terdapat pada ketanggapan petugas, perawat dan dokter.
Slogan “NO JULEMBO” (No Jutek Lemot dan Bolot) yang merupakan filosofi
karyawan untuk selalu ramah, tanggap dan mendengar terhadap pasien agar dijaga
konsistensinya dalam pelayanan.
Kegiatan pengembangan sumber daya manusia juga tak dapat dipisahkan
dalam rangka menguatkan dimensi assurance. Perawat yang terampil akan
memberikan ketenangan kepada pasien selama menjalani perawatan. Selain itu
kerjasama dengan tenaga dokter terutama dokter spesialis yang saat ini RSUD Kota
Bogor telah bekerja sama dengan 60 dokter spesialis dapat terus ditingkatkan.
Dokter-dokter spesialis tersebut memiliki pengalaman dan kredibilitas tinggi dapat
memberikan rasa aman kepada pasien. Pada dimensi emphaty perawat harus dilatih
konsistensinya untuk lebih perhatian dan peduli dalam mengatasi keluhan pasien.
RSUD Kota Bogor perlu memperkuat aspek-aspek yang merefleksikan
kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan faktor paling dominan yang
mempengaruhi loyalitas pasien Pelayanan yang diberikan kepada pasien selama
menjalani masa perawatan harus dikondisikan agar pasien merasa aman, nyaman
dan senang seperti di rumah sendiri. Pelayanan perawat dan dokter turut
mempengaruhi kepuasan pasien. Kepuasan terhadap biaya dan kepuasan terhadap
pelayanan secara keseluruhan juga berdampak pada loyalitas pasien. Masyarakat
saat ini semakin sadar dengan kesehatan dan memiliki banyak alternatif dalam
memilih jasa pelayanan kesehatan sehingga kemungkinan beralih (switching)
menjadi lebih tinggi. RSUD Kota Bogor perlu secara aktif dan berkesinambungan
meminta masukan pasien mengenai kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan.
Kegiatan survey kepuasan pelanggan dapat dilakukan secara berkala agar RSUD
Kota Bogor peka terhadap hal-hal yang dapat menurunkan dan meningkatkan
kepuasan pasien sehingga dapat segera menindaklanjutinya dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan loyalitas pasien.
36
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien RSUD Kota Bogor.
Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien RSUD Kota
Bogor. Kepuasan pasien berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
pasien RSUD Kota Bogor. Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap loyalitas pasien RSUD Kota Bogor. Sedangkan harga tidak berpengaruh
signifikan pada loyalitas pasien RSUD Kota Bogor. Kualitas pelayanan merupakan
faktor paling dominan yang mempengaruhi kepuasan pasien RSUD Kota Bogor.
Sementara kepuasan merupakan faktor paling dominan yang mempengaruhi
loyalitas pasien RSUD Kota Bogor.
Saran
Saran yang dapat direkomendasikan dalam penelitian ini antara lain: pertama,
untuk meningkatkan kepuasan pasien dapat dilakukan dengan meningkatkan dan
memperkuat kualitas pelayanan melalui kebijakan dan program-program yang
memperkuat dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan
emphaty. Kedua, untuk meningkatkan loyalitas pasien dapat dilakukan dengan
meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan kepuasan pasien. Pengukuran
kepuasan pasien secara berkala dapat membantu RSUD Kota Bogor dalam
membuat kebijakan mengenai loyalitas pasien. Ketiga, perlu dilakukan penelitian
di masa yang akan datang tentang kajian loyalitas pasien yang lebih komprehensif
dengan melibatkan lebih banyak variabel yang relevan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah W, Hartono J. 2015. Partial Least Square (PLS) Alternatif Structural
equation modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta (ID) :
Penerbit ANDI.
Amin M, Nasharuddin SZ. 2013. Hospital service quality and its effect on patient
satisfaction
and
behavioural
intention.
CGIJ.
18(3):
238254.doi:10.1108/CGIJ-05-20100016.
Amrizal, Yusuf R, Yunus M. 2014. Pengaruh kualitas pelayanan dan customer
relationship management terhadap tingkat kepuasan pengguna jaminan
kesehatan Aceh di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syah Kuala [Internet].
[diunduh
2016
Juni
13];
3(1):
1-9.
Tersedia
pada:
http://prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmm/images/Jurnal/vol.3/vol.3.no.1/1.1.9.
Amrizal.pdf.
Baloglu S. 2002. Dimensions of customer loyalty: separating friends from well
wishers. The Cornell Hotel and Restaurant Administration Quarterly. 43(1):
47-59. doi: 10.1016/S0010-8804(02)80008-8
Barney J. 1991, Firm resource and sustained competitive advantage. Journal
of Management [Internet]. [diunduh 2016 Mei 13]; 17(1): 99-120. Tersedia
pada:
https://business.illinois.edu/josephm/BA545_Fall%202011/S10/
Barney%20 (1991).pdf.
Chang WJ, Chang YH. 2012. Patient satisfaction analysis: identifying key drivers
and enhancing service quality of dental care. JDS. 20:1-9.doi:
10.1016/j.jds.2012.10.006.
Colgate M, Danaher PJ. 2000. Implementing a customer relationship strategy: the
asymetric impact of poor versus excellent execution. Journal of Academy of
Marketing Science [Internet]. [diunduh 2016 Mei 13] 28(3): 375-387.
Tersedia pada: http://link.springer.com/article/10.1177/0092070300283006.
Corputty LS, Kusnanto H, Lazuardi L. 2013. Dampak kebijakan pelayanan
kesehatan gratis terhadap kepuasan pasien dalam menerima pelayanan
kesehatan Puskesmas di Kota Ambon. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
[Internet]. [diunduh 2016 Juni 13]; 2(2): 95-104. Tersedia pada:
www.jurnal.ugm.ac.id/jkki/article/download/3220/2842.
Ferdinand A. 2002. Structural equation modeling Dalam Penelitian Manajemen
Aplikasi Model-Model Rumit Dalam Penelitian untuk Tesis Magister dan
Disertasi Doktor. Semarang (ID). BP UNDIP.
Footman K, Roberts B, Mills A, Richardson E, McKee M, 2013. Public satisfaction
as a measure of health system performance: a study of nine countries in the
former
Soviet
Union.
Health
Policy.
112:
62-69.
doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.healthpol.2013.03.004.
Fornell C. 1992. A National customer satisfaction barometer: the swedish
experience. Journal of Marketing. 56(1): 6-21.doi: 10.2307/1252129.
Ghozali, I. 2005. Analisis Multivariat. Semarang (ID). Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
2008. Persamaan Struktural, Konsep dan Aplikasi dengan Program
AMOS Ver.5.0. Semarang (ID). Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
37
Griffin J. 2002. Customer Loyalty How to Earn It, How to Keep It. Kentucky (US).
Mc Graw Hill.
Gunawan K, Djati SP, 2011. Kualitas layanan dan loyalitas pasien (studi pada
rumah sakit umum swasta di Kota Singaraja-Bali). Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan. 13(1): 32-39.doi: 10.9744/jmk.13.1.32-39.
Haryono S, Wardoyo P. 2012. Structural equation modeling untuk Penelitian
Manajemen Menggunakan AMOS 18.00. Bekasi (ID). Penerbit PT Intermedia
Personalia Utama.
Isyanto P, Hasbullah R, Aisyah N. 2013. Analisis kualitas pelayanan pasien rawat
inap kelas 1 pada rumah sakit Dewi Sri Karawang. Jurnal Manajemen
[Internet]. [diunduh 2016 Juni 13]; 10(3): 1193-1202. Tersedia pada:
http://feunsika.ac.id/Jurnal-online/2015/12/11/jurnal-manajemen-vol-10-no3-april-2013/
Juhana D, Manik E, Febrinella C, Sidharta I. 2015. Empirical study on patient
satisfaction and patient loyalty on public hospital in Bandung, Indonesia.
IJABER [Internet]. [diunduh 2016 Juni 13]; 13(6): 4305-4326. Tersedia pada:
http://www.serialsjournals.com/serialjournalmanager/pdf/1457762411.pdf
[Kemenkes RI]. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Profil
Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta (ID): Kemenkes RI.
Khan I. 2012. Impact of customers satisfaction and customers retention on customer
loyalty. IJSTR [Internet]. [diunduh 2016 Mei 13]; 1(2): 106-110. Tersedia
pada:
http://www.ijstr.org/final-print/march2012/Impact-of-CustomersSatisfaction-And-Customers-Retention-on-Customer-Loyalty.pdf
Kitapci O, Akdogan C, Dortyol IT. 2014. The impact of service quality dimensions
on patient satisfaction, repurchase intentions and word-of-mouth
communication in the public healthcare industry. J.SBSPRO. 148: 161-169.
doi:10.1016/j.sbspro.2014.07.030
Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran, Ed. Ke-13 Jilid 1. Jakarta (ID).
Penerbit Erlangga.
2009. Manajemen Pemasaran, Ed. Ke-13 Jilid 2. Jakarta (ID).
Penerbit Erlangga.
Kuncoro M. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta (ID).
Penerbit Erlangga.
Latan H. 2012. Structural Equation Modeling : Konsep dan Aplikasi
Menggunakan Program Lisreal 8.80. Bandung (ID). Alfabeta.
Lupiyoadi R. 2013. Manajemen Pemasaran Jasa Berbasis Kompetensi Edisi Tiga.
Jakarta (ID). Salemba Empat.
Mahmud A, Jusoff K, Hadijah S, 2013. The Effect of service quality and price on
satisfaction and loyalty of customer of commercial flight service industry.
WASJ. 23(3): 354-359.doi: 10.5829/idosi.wasj.2013.23.03.13052.
Malik ME, Ghafoor MM, Iqbal HK. 2012. Impact of brand image, service quality
and price on customer satisfaction in Pakistan Telecommunication sector.
IJBSS [Internet]. [diunduh 2016 September 22]; 3(23): 106-110. Tersedia
pada:http://www.ijbssnet.com/journals/Vol_3_No_23_December_2012
[MNClife] MNC Life Assurance. 2016. Daftar Tarif Provider. Jakarta (ID).
MNClife.
38
Mongkaren S. 2013. Fasilitas dan kualitas pelayanan pengaruhnya terhadap
kepuasan pengguna jasa rumah sakit Advent Manado. Jurnal EMBA
[Internet]. [diunduh 2016 Juni 13]; 1(4): 493-503. Tersedia pada:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/viewFile/2723/2276
Mukarom Z, Laksana MW. 2015. Manajemen Pelayanan Publik. Bandung (ID).
Pustaka Setia.
Nofirza, Indrayani K. 2011. Aplikasi metode kano dalam analisis indikator kualitas
pelayanan di rumah sakit Arifin Ahmad Pekanbaru. Jurnal Sains, Teknologi
dan Industri [Internet]. [diunduh 2016 Juni 13]; 9(1): 1-8. Tersedia pada:
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/sitekin/article/view/600
Parasuraman A, Zeithaml VA, Berry LL. 1988. SERVQUAL: A Multiple item
scale for measuring consumer perceptions of service quality. Journal of
Retailing [Internet]. [diunduh 2016 Mei 13]; 64(1): 12-40. Tersedia pada:
https://www.researchgate.net/publication/225083802_'SERVQUAL_a_Mult
iple-item_Scale_for_Measuring_Consumer_Perceptions_of_Service_
Quality'.
Patawayati, Zain D, Setiawan M, Rahayu M. 2013. Patient satisfaction, trust and
commitment: mediator of service quality and its impact on loyalty (an
empirical study in Southeast Sulawesi public hospitals). IOSR-JBM [Internet].
[diunduh
2016
Juni
13];
7(6):
01-14.
Tersedia
pada:
http://iosrjournals.org/iosr-jbm/papers/Vol7-issue6/A0760114.pdf?id=5238
Porter ME. 1998. On Competition. New York (US). The Free Press.
Ratnamiasih I, Govindaraju R, Prihartono B, Sudirman I. 2012. Kompetensi sdm
dan kualitas pelayanan rumah sakit. Trikonomika [Internet]. [diunduh 2016
Juni 13]; 11(1): 49-57. Tersedia pada: http://jurnal.fe.unpas.ac.id/ojs/
index.php/trikonomika/article/view/20/20
Rauyruen P, Miller KE. 2007. Relationship quality as a predictor of B2B customer
loyalty. Journal of Business Research. 60: 21-31.doi: http://dx.doi.org/
10.1016/j.jbusres.2005.11.006
Reichheld FF, Sasser WE Jr. 1990. Zero defections: quality comes to services,
Harvard Business Review [Internet]. [diunduh 2016 Mei 13]; 68: 105-11.
Tersedia pada: https://hbr.org/1990/09/zero-defections-quality-comes-toservices
Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung (ID).
Alfabeta.
[RSUD Kota Bogor]. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor. 2016. Data
Pelayanan 2014-2015. Bogor (ID): RSUD Kota Bogor.
Sholihin M, Ratmono D. 2013. Analisis SEM-PLS dengan WarpPLS 3.0 untuk
Hubungan Nonlinier dalam Penelitian Sosial dan Bisnis. Yogyakarta (ID).
Penerbit ANDI .
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung (ID). Penerbit Alfabeta.
Sumarwan, Ujang. 2011. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya. Bogor (ID).
Ghalia Indonesia.
Sutrisno, Brahmasari IA, Panjaitan H, 2016. The Influence of service quality, and
customer relationship management (crm) of patient satisfaction, brand image,
trust, and patient loyalty on Indonesian National Army level II hospitals.
IJBMI [Internet]. [diunduh 2016 Juni 13]; 5(5):30-44. Tersedia pada:
http//ijbmi.org/papers/Vol(5)4/version-2/F050402037051.pdf
39
Tambor M, Pavlova M, Rechel B, Golinowska S, Sowada C, Groot W. 2014.
Willingness to pay for publicly financed health care services in central and
eastern europe: evidence from six countries based on a contingent valuation
method. Social Sciene dan Medicine 116: 193-201. doi: http:
//dx.doi.org/10.1016/j.socscimed.2014.07.009
Tjiptono F. 1997. Prinsip-Prinsip Total Quality Service (TQS). Yogyakarta (ID).
Penerbit ANDI.
2002. Manajemen Jasa. Yogyakarta (ID). Penerbit ANDI
2006. Manajemen Jasa. Yogyakarta (ID). Penerbit ANDI
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta (ID). Ghalia
Indonesia.
Van Dyke TP, Prybutok VR, Kappelman LA. 1999. Cautions on the use of the
servqual measure to assess the quality of information systems services.
Decision Sciences [Internet]. [diunduh 2016 Mei 13]; 30(3): 877-891.
Tersedia
pada:
https://www.researchgate.net/publication/247644612_
Cautions_on_the_Use_of_the_SERVQUAL_Measure_to_Assess_the_Quali
ty_of_Information_Systems_Services.
Vesel P, Zabkar V. 2009. Managing customer loyalty through the mediating role of
satisfaction in the DIY retail loyalty program. Journal of Retailing and
Customer Services. 16(5): 396-406. doi:10.1016/j.jretconser.2009.05.002
Zeithaml VA, Berry LL, Parasuraman A. 1996. The Behavioral consequences of
service quality. Journal of Marketing. 60(2): 31-46.doi: 10.2307/1251929
43
Lampiran 1 Kuesioner penelitian
No. Kuesioner
:
Hari/Tgl Wawancara :
KUESIONER PENELITIAN
Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data kajian yang berjudul
Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Harga Terhadap Kepuasan dan Loyalitas
Pasien RSUD Kota Bogor yang ditulis oleh Adityawarman Adil, mahasiswa
Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Penulis memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner dengan
lengkap dan benar. Informasi yang terdapat di dalamnya bersifat rahasia dan
hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Terima kasih atas
kerjasamanya.
A. DATA RESPONDEN
Jenis Kelamin responden :
□ Laki-laki
□ Perempuan
Usia anda :
□ < 21 tahun
□ 21-30 tahun
□ 31-40 tahun
□ 41-50 tahun
□ 51-60 tahun
□ Di atas 60 tahun, sebutkan………………….
Pendidikan terakhir anda :
□ SD/sederajat
□ SMP/sederajat
□ SMU/sederajat
□ Diploma
□ S1
□ S2
□ S3
44
Pekerjaan anda saat ini :
□ PNS
□ Karyawan Swasta
□ Wiraswasta
□ TNI / POLRI
□ Pelajar/Mahasiswa
□ Ibu Rumah Tangga
□ Lain-lain, sebutkan………………….
Pengeluaran anda per bulan :
□ < Rp 500.000,□ Rp 500.100 - 1.500.000
□ Rp. 1.500.100 - Rp 3.000.000
□ Rp. 3.000.100 - Rp 5.000.000
□ lebih dari Rp. 5.000.000,Apakah anda berdomisili di Kota Bogor :
□ Ya
□ Tidak
Di kelas apa anda dirawat di RSUD Kota Bogor :
□ VIP
□ Satu
□ Dua
□ Tiga
Berapa kali anda berobat di RSUD Kota Bogor :
□ Satu kali
□ Dua kali
□ Tiga kali
□ Lebih dari tiga kali
Pernahkah anda dirawat di rumah sakit lain sebelumnya :
□ Sudah pernah
□ Belum pernah
Apakah anda merupakan peserta BPJS
□ Ya
□ Tidak
45
B. Pernyataan-pernyataan di bawah ini adalah untuk mengetahui persepsi
pasien terhadap kualitas pelayanan dan harga di RSUD Kota Bogor.
Berilah tanda (x) pada jawaban yang anda pilih yang paling sesuai
dengan keadaan sebenarnya
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Netral (N)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
PERNYATAAN
No
Tampilan Fisik (Tangible)
1
Kebersihan, kerapihan dan keindahan ruang rawat
inap di RSUD Kota Bogor sudah baik
2
Fasilitas pendukung yang terdapat di ruang
perawatan RSUD Kota Bogor sudah lengkap
3
Tempat tidur di ruang perawatan RSUD Kota
Bogor nyaman
4
Penampilan perawat dan dokter RSUD Kota
Bogor bersih dan rapi
Kehandalan (Reliability)
1
Prosedur penerimaan pasien RSUD Kota Bogor
sederhana (tidak berbelit – belit)
2
Informasi yang diberikan kepada pasien RSUD
Kota Bogor sudah akurat
3
Pemeriksaan dokter di RSUD Kota Bogor tepat
seperti yang dijadwalkan
4
Pelayanan administrasi setelah pemeriksaan di
RSUD Kota Bogor sudah sesuai prosedur
Ketanggapan (Responsiveness)
1
Petugas pendaftaran RSUD Kota Bogor memberi
pelayanan dengan cepat
2
Perawat RSUD Kota Bogor cepat tanggap dalam
menyelesaikan keluhan pasien
3
Dokter RSUD Kota Bogor rawat cepat tanggap
dalam menyelesaikan keluhan pasien
Persepsi yang dirasakan oleh
Pasien
STS
TS
N
S
SS
STS
TS
N
S
SS
STS
TS
N
S
SS
46
4
Petugas RSUD Kota Bogor yang melayani proses
pembayaran memberikan layanan dengan cepat
tanggap terhadap pasien
Jaminan (Assurance)
1
Proses diagnosis penyakit pasien RSUD Kota
Bogor dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan
2
Perawat RSUD Kota Bogor terampil dalam
melaksanakan tugasnya
3
Dokter RSUD Kota Bogor memberikan diagnosis
yang tepat terhadap penyakit pasien
4
Dokter dan perawat RSUD Kota Bogor bersikap
ramah dalam melakukan pemeriksaan terhadap
pasien
Empati (Emphaty)
1
Dokter dan perawat RSUD Kota Bogor peduli dan
perhatian terhadap keluhan pasien
2
Perawat RSUD Kota Bogor mudah dihubungi jika
pasien membutuhkan
3
Sistem pendaftaran dan pembayaran sangat
memudahkan pasien RSUD Kota Bogor
4
Pelayanan yang diberikan RSUD Kota Bogor
dilakukan secara adil tanpa memandang status
sosial dan ekonomi
Harga
1
Harga perawatan di RSUD Kota Bogor sesuai
dengan pelayanan yang diberikan
2
Harga perawatan
terjangkau
3
Harga obat-obatan di RSUD Kota Bogor
terjangkau
di
RSUD
Kota
Bogor
STS
TS
N
S
SS
STS
TS
N
S
SS
STS
TS
N
S
SS
47
C. Pernyataan-pernyataan di bawah ini adalah untuk mengetahui
kepuasan dan loyalitas terhadap RSUD Kota Bogor. Berilah tanda (x)
pada jawaban yang anda pilih yang paling sesuai dengan keadaan
sebenarnya
1 = Sangat Tidak Setuju (STS)
2 = Tidak Setuju (TS)
3 = Netral (N)
4 = Setuju (S)
5 = Sangat Setuju (SS)
No
PERNYATAAN
Kepuasan Pasien
1
Saya merasa senang setelah menjalani perawatan
di RSUD Kota Bogor
2
Pelayanan yang diberikan perawat di RSUD Kota
Bogor sudah sesuai harapan
3
Kemampuan dan pengetahuan dokter di RSUD
Kota Bogor sudah sesuai harapan
4
Harga yang ditetapkan RSUD Kota Bogor sudah
sesuai dengan layanan yang diterima
5
Pelayanan keseluruhan RSUD Kota Bogor
terhadap pasien sudah sesuai harapan
Loyalitas Pasien
1
Kepercayaan akan konsistensi pelayanan RSUD
Kota Bogor
2
Rasa memiliki yang tinggi terhadap RSUD Kota
Bogor
3
Merasa sangat kesusahan jika harus pindah ke
rumah sakit lain
4
Merekomendasikan RSUD Kota Bogor kepada
pasien lain
5
Menginformasikan kepada RSUD Kota Bogor
tentang ide-ide yang baik
Persepsi yang dirasakan oleh
Pasien
STS TS
N
S
SS
STS
TS
N
S
SS
48
Lampiran 2 Hasil uji validitas kuesioner
Indikator
Nilai r hitung
Nilai r tabel
Keterangan
TG1
TG2
TG3
TG4
RB1
RB2
RB3
RB4
RP1
RP2
RP3
RP4
AR1
AR2
AR3
AR4
EP1
EP2
EP3
EP4
BY1
BY2
BY3
KP1
KP2
KP3
KP4
KP5
LP1
LP2
LP3
LP4
LP5
0.548
0.743
0.687
0.768
0.641
0.764
0.681
0.795
0.903
0.876
0.874
0.831
0.745
0.762
0.857
0.691
0.825
0.652
0.701
0.814
0.675
0.706
0.630
0.885
0.860
0.850
0.708
0.907
0.546
0.672
(0.527)
0.873
0.722
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
49
Lampiran 3 Hasil output outer model awal
50
Lampiran 4 Nilai outer loading setelah indikator LP3 dikeluarkan dari model
Indikator
TG1
TG2
TG3
TG4
RB1
RB2
RB3
RB4
RP1
RP2
RP3
RP4
AR1
AR2
AR3
AR4
EP1
EP2
EP3
EP4
BY1
BY2
BY3
KP1
KP2
KP3
KP4
KP5
LP1
LP2
LP4
LP5
Kualitas
pelayanan
0.5497
Harga
Kepuasan
Loyalitas
0.6376
0.5844
0.7454
0.5862
0.7142
0.6444
0.7083
0.8231
0.8208
0.8404
0.6420
0.6646
0.7565
0.7295
0.6804
0.7503
0.7157
0.6418
0.7440
0.8390
0.9312
0.9133
0.8925
0.8859
0.8299
0.8370
0.8562
0.7845
0.8305
0.8191
0.7044
51
Lampiran 5 Nilai outer loading setelah indikator LP3 dan TG1 dikeluarkan dari
model
Indikator
TG2
TG3
TG4
RB1
RB2
RB3
RB4
RP1
RP2
RP3
RP4
AR1
AR2
AR3
AR4
EP1
EP2
EP3
EP4
BY1
BY2
BY3
KP1
KP2
KP3
KP4
KP5
LP1
LP2
LP4
LP5
Kualitas
Pelayanan
Harga
Kepuasan
Loyalitas
0.6237
0.5763
0.7481
0.5837
0.7056
0.6469
0.7117
0.8279
0.8253
0.8416
0.6397
0.6684
0.7605
0.7358
0.6829
0.7510
0.7212
0.6421
0.7455
0.8390
0.9312
0.9133
0.8924
0.8859
0.8298
0.8370
0.8563
0.7845
0.8304
0.8189
0.7048
52
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta sebagai anak keenam dari pasangan Bapak
Chaizul Azwar (Alm) dan Ibu Suarni (Alm). Penulis menempuh pendidikan dasar
di Sekolah Dasar Negeri 28 Subarang-Pariaman (1985-1992), pendidikan
menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Pariaman
(1992-1993), SMPN 3 Bekasi (1993-1995) dan pendidikan menengah atas di
Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Bekasi (1995-1998). Pada tahun 1998
penulis melanjutkan pendidikan S1 di Program Studi Statistika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (FMIPA-IPB)
melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2012 penulis
melanjutkan studi pada program studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana IPB.
Penulis memiliki pengalaman kerja di PT. Asuransi Takaful Keluarga (20062007), PT. Nada Cipta Raya (2007-2008), Manajer Keuangan PT CRBF (20082011), Direktur Utama CV Karya Sempurna Abadi (2011-2014). Pada Tahun 2014
penulis dipercaya masyarakat Kota Bogor menjadi salah satu Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor periode 2014 – 2019. Bidang yang
menjadi pengawasan penulis adalah bidang pendidikan dan kesehatan. Selama
menempuh pendidikan di Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana
IPB, penulis aktif dalam beberapa organisasi antara lain Persatuan Sepak Bola Kota
Bogor (PSB) periode 2015-2018, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
Bogor periode 2015-2020 dan Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia (JPMI)
periode 2010-2013.
Download