ANALISIS PENGARUH KURS IDR/USD, BI RATE DAN INFLASI TERHADAP IHSG PERIODE 2010-2015 Rachel Olivia1 Abstract : To invest in Indonesia capital market, investor need to have the further analysis to obtain the optimal return and need to consider the aspects that can affect the JCI such as economic factors. This research aims to determine the effect of macro factors consisting of variables such as the IDR/USD exchange rate, inflation and BI Rate is used as the variables that can affect change the price of shares in JCI for the period 2010 until 2015. Independent variable in this research is IDR/USD exchange rate, BI Rate and inflation. Dependent variable is JCI. Analysis and data processing perform by SPSS 21. Statistical method to test the hypothetic is multiple regression models. From this research concluded that the IDR /USD exchange rate affect the JCI, while the BI Rate and inflation have no effect on JCI. With F-test can be concluded that IDR/USD exchange rate, BI Rate and inflation, by together influence to JCI. Keywords: IDR /USD exchange rate, BI Rate, inflation and JCI. Keyword : Kurs IDR/USD, BI Rate, Inflasi dan IHSG. PENDAHULUAN DAN LANDASAN TEORI Saat ini terjadi perlambatan ekonomi global yang dipengaruhi oleh krisis yang dihadapi negara-negara Eropa dan perekonomian Jepang dan Amerika Serikat yang belum pulih dan terjadi perubahan struktural dalam pasar finansial global sehingga mata uang global melemah terhadap dollar Amerika. Penguatan mata uang Dollar Amerika dialami oleh sebagian besar negara-negara Asia termasuk rupiah. Nilai rupiah mengalami depresiasi terhadap Dollar Amerika karena permintaan Dollar Amerika lebih tinggi dari pada permintaan rupiah karena selama ini di Indonesia dalam bertransaksi, banyak menggunakan mata uang Dollar Amerika. Sejak akhir tahun 2013, valuasi rupiah terhadap dollar terus melemah, mencapai level diatas 12.000 Rupiah per Dollar AS. Bahkan pada September 2015 mencapai hingga di level 14.000 Rupiah Dollar AS. Kestabilan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG. Kurs atau nilai tukar adalah nilai dari pertukaran antara jumlah dari satu mata uang dengan satu unit dari mata uang yang lain. Sebenarnya kurs tukar adalah adalah harga satu mata uang terhadap mata uang lainnya (Fabozzi dan Modigliani, 2003, hal 610). Menurut Tandelilin (2001:214) “Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi ekonomi yang sedang mengalami resesi, tetapi merupakan 1 Alumnus Program Studi Magister Manajemen Universitas Tarumanagara ([email protected]) 149 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 149-163 sinyal negatif bagi ekonomi yang mengalami inflasi. Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi, dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku.” Menurut Saunders (2012:270) “pada pandangan investor pasar saham international lebih menarik karena dapat menghilangkan (diversifikasi) beberapa resiko dengan memegang saham yang diterbitkan beberapa negara. Contohnya, dari adanya perbedaan pergerakan nilai saham perusahaan di satu negara dengan pergerakan nilai dalam saham yang diterbitkan oleh perusahaan di negara lain (yang mengalami pertumbuhan ekonomi atau apresiasi kursnya).” Menurut Samsul (2006:202) ”perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda terhadap setiap jenis saham, yaitu suatu saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham yang lainnya terkena dampak negatif. Misalnya kenaikkan kurs US$ yang tajam terhadap rupiah akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang dalam dolar sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal. Sementara itu, emiten yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan US$ tersebut. Ini berarti harga saham emiten yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek, sementara emiten yang terkena dampak positif akan meningkat sahamnya. Sebagian emiten yang tercatat di Bursa Efek akan terkena dampak negatif dan sebagian lagi terkena dampak positif dari perubahan kurs US$ yang tajam. Selanjutnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) juga akan terkena dampak negatif atau positif tergantung pada kelompok yang dominan dampaknya.” Faktor lain yang dapat mempengaruhi IHSG adalah BI Rate. Suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Dalam mencapai target inflasi, BI Rate digunakan sebagai indikasi level suku bunga jangka pendek oleh Bank Indonesia Bank Indonesia karena BI Rate dipakai oleh Bank Indonesia (sebagai bank sentral) untuk mengontrol jumlah uang yang beredar di Indonesia (www.bi.go.id). Menurut Tandelilin (2001:214) “tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap harga saham. Tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga yang diisyaratkan atas investasi suatu saham. Di samping itu, tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan atau deposito.” Menurut Samsul (2006:201) “kenaikan tingkat bunga pinjaman memiliki dampak negatif terhadap emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba per saham juga akan menurun dan akirnya akan berakibat turunnya harga saham di pasar. Di sisi lain, naiknya suku bunga deposito akan mengakibatkan turunnya harga saham. Penjualan saham secara besar-besaran akan menjatuhkan harga saham di pasar. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga pinjaman atau suku bunga deposito akan mengakibatkan turunnya harga saham.Sebaliknya, penurunan tingkat bunga pinjaman atau tingkat bunga deposito akan menaikkan harga saham di pasar 150 Olivia : Analisis Pengaruh Kurs ... dan laba bersih per saham, sehingga mendorong investor mengalihkan investasinya dari perbankan ke pasar modal. Investor akan mendorong saham sehingga harga saham terdorong naik akibat permintaan saham.” Faktor selanjutnya adalah tingkat inflasi yang juga merupakan mempengaruhi pergerakan IHSG. Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara umum dan secara bersamaan mengalami kenaikan secara terus-menerus sehingga terjadi penurunan nilai mata uang dalam negeri. Inflasi berkelanjutan terjadi ketika tingkat harga secara umum terus meningkat selama beberapa periode waktu yang lama (Case dan Fair, 2004, hal 550). Menurut Tandelilin (2001, 214) “peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga karena daya beli yang turun, maka profitabilitas perusahaan akan turun. Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas akan turun.”Dengan turunnya profitabilitas perusahaan, harga saham akan mengalami penurunan. Jika kebanyakan perusahaan di Bursa mengalami hal yang sama, dapat membuat IHSG jatuh. Menurut Samsul (2006:201) “Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif ataupun negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat merugikan secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban.” Menurut Sharpe, Alexander dan Bailey (1997:377) “return saham seharusnya relatif tinggi saat inflasi tinggi dan relative rendah saat inflasi relatif rendah. Karena saham merepresentasikan klaim asset nyata yang nilainya meningkat seiring dengan kenaikan inflasi. “ Faktor makro meskipun sebagai faktor di luar perusahaan, dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan kinerja perusahaan. Harga saham akan terpengaruh oleh perubahan faktor makro ekonomi sehingga para investor perlu menghitung dampaknya terhadap kinerja perusahaan untuk keputusan menjual atau membeli saham (Samsul 2006:200). Dalam penelitian ini penulis mencoba mengambil beberapa variabel seperti kurs rupiah terhadap dollar, inflasi dan BI Rate yang digunakan sebagai variabel penelitian yang dapat mempengaruhi perubahan harga – harga saham di IHSG. Karena dalam berinvestasi, investor harus memahami pola perilaku harga saham berdasarkan kondisi yang sedang terjadi di pasar modal. METODE ANALISIS Objek dari penelitian ini adalah IHSG Bursa Efek Indonesia, Kurs,Inflasi, dan Suku Bunga. Subjek penelitian ini adalah BEI. Pengumpulan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini bersumber dari (www.idx.co.id) dan Bank Indonesia (www.bi.go.id). 151 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 149-163 Rentang waktu pengambilan data Rentang waktu pengambilan data diambil dari bulan Januari tahun 2010 sampai dengan Bulan Oktober tahun 2015. Data yang dikumpulkan yakni data time series. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah IHSG BEI, dari tahun 2010 sampai 2015 per bulan pada akir bulan. Sampel yang digunakan tiap variabel adalah periode Januari 2010 – November 2015 sebanyak 71 data observasi ((5 tahun x 12) + 11 bulan). Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel Kurs IDR/USD, BI Rate dan inflasi sebagai variabel bebas (Independent Variable). Dan IHSG sebagai variabel terikat (dependent variable) yang ketiganya diperoleh dari closing price tiap bulan. Operasionalisasi Variabel Penelitian ini memiliki definisi variabel yang akan dianalisis yang dibedakan menjadi variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel independen terdiri dari tiga X yaitu Kurs IDR/USD (X1), BI Rate (X2), Inflasi (X3). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh laporan dan data pergerakan IHSG BEI yaitu berisi rata – rata harga saham dari seluruh emiten (sebanyak 1940 emiten) yang tercatat di BEI, juga nilai tukar, tingkat suku bunga, inflasi. Teknik pengambilan sampel dari populasi menggunakan non probability sampling dimana pemilihan unit sampling berdasarkan pertimbangan atau penilaian subjektif dimana penetapan objek penelitian atau variabel yang dijadikan sampel berdasarkan kriteria tertentu untuk mengetahui adanya pengaruh variable yang akan di analisa secara teori yang disebut dengan purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi secara tidak langsung untuk memperoleh objek penelitian yakni semua variable terkait dan studi kepustakaan (Library Research) sebagai teori pendukung objek yang diteliti. Metode Analisis Metode analisis dilakukan dengan metode statistika dimulai dari tahap analisis deskriptif, pengujian asumsi klasik dan analisis indiferensial untuk menguji hipotesis penelitian. Teknik penelitian yang digunakan dalam mengolah data yang telah diperoleh adalah multiple regression model (regresi berganda). Teknik analisis regresi berganda ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) SPSS 21.00 (Statistical package for social science 21.00). 152 Olivia : Analisis Pengaruh Kurs ... Analisis Regresi Linear Berganda Menurut Sugiyono (2010:277) “Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik-turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai factor predictor dimanipulasi (dinaik-turunkan nilainya).” Persamaan Regresi Besarnya variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen dihitung dengan persamaan garis regresi berikut: Y = a + b1 X1 t + b2 X2 + b3 X3 + e Dimana: Y = Index Harga Saham Gabungan A = konstantanta b1 , b2 , b3 = koefisien regresi linear yang ditaksir dengan n buah pasang data X1 = Kurs IDR/USD X2 = BI Rate X3 = Tingkat inflasi e = error term (residual) ANALISA DAN PEMBAHASAN 1) Analisis Statistik Deskriptif a. Variabels Entered/Removed Tabel 1 Variables Entered/Removed a Model Variable Variable Method s s Entered Remove d 1 Laju_Infl . Enter asi, Kurs, BI_Rateb Sumber data: Hasil pengolahan data SPSS 21.00 a. Dependent Variable: IHSG b. All requested variables entered. Variabel BI Rate, Tingkat inflasi, dan Kurs Rupiah, dimasukan ke dalam proses data SPSS dengan menggunakan metode Enter, yaitu diketik datanya atau di impor dari file excel, dan tidak ada variabel yang dihilangkan dalam proses data SPSS ini. 153 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 149-163 Analisis Statistik Deskriptif Tabel 2 Statistik Deskriptif Th 2010 - 2015 N Range Minimu m Maximu m Sum 7 3534.5 7730.09 11264.63 682475. 1 4 66 7 .058 .078 BI 1 .020 4.773 Rate .0343 .0879 Inflasi 7 1 .0536 4.1126 7 2969.6 2549.03 5518.68 299954. IHSG 1 5 32 7 Valid 1 N Sumber data: Hasil pengolahan data SPSS 21.00 Kurs Mean Variance 9612.33 32 STD Deviatio n 884.1639 6 .06722 .007078 .000 .057924 4424.70 87 .0150101 730.5920 2 .000 533764.70 0 781745.91 5 Penjelasan dari statistic deskriptif ter sebut adalah sebagai berikut: Rata-rata (Mean) untuk Kurs Rupiah adalah 9612.3332, Tingkat inflasi adalah 0.057924, BI Rate adalah 0.057924, IHSG sebesar 4224.7087. Dari sini terlihat bahwa Kurs Rupiah rata-rata nilainya 9612.3332/USD, Tingkat inflasi sebesar 5.7924%, BI Rate sebesar 6.722%, dan IHSG sebesar 4224.7087 poin. Standar Deviasi (Standard Deviation) untuk Kurs Rupiah sebesar 884.16396, Tingkat inflasi sebesar 0.0150151, BI Rate sebesar 0.007078 dan IHSG sebesar 730.59202. Nilai Maksimum (Maximum) untuk Kurs tengah Rupiah sebesar 11264.63, Tingkat inflasi sebesar 0.0879, BI Rate sebesar 0.078 dan IHSG sebesar 5518.68. Dari sini terlihat bahwa Kurs Rupiah pernah melemah sebesar Rp 11264.63/USD, Tingkat inflasi sangat tinggi sebesar 8.79%, BI Rate naik tinggi menjadi sebesar 7.8%, dan IHSG menembus rekor tertinggi sebesar 5518.68 poin. Nilai Minimum (Minimum) untuk Kurs Rupiah sebesar 7730.09, Tingkat inflasi sebesar 0.0343, BI Rate sebesar 0.058 dan IHSG sebesar 2549.03. Dari sini terlihat bahwa Kurs Rupiah pernah sangat menguat terhadap USD sebesar Rp 7730.09/USD, Tingkat inflasi sangat rendah sebesar 3.43%, BI Rate sangat rendah, yaitu sebesar 5.8%, dan IHSG pernah mencetak rekor terendah, yaitu sebesar 2549.03 poin. 154 Olivia : Analisis Pengaruh Kurs ... Jumlah Data untuk Kurs Rupiah sebanyak 71, Tingkat inflasi sebanyak 71, BI Rate sebanyak 71 dan IHSG sebanyak 71. Uji Asumsi Klasik Hasil uji asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut: a. Hasil Uji normalitas Grafik 1 Output hasil pengujian normalitas tahun 2010-2015 Sumber data: Hasil pengolahan data SPSS 21.00 Berdasarkan grafik 1 di atas, pengujian menggunakan normal probability plot ini dapat dideteksi bahwa titik-titik data indeks harga saham gabungan (IHSG) menyebar di sekitar garis diagonal dan juga menyebar mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat kesimpulannya model regresi tersebut berdistribusi normal dan layak untuk memenuhi dipakai karena telah memenuhi asumsi klasik. Hasil Uji Multikolinearitas Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas Th 2010 - 2015 Model Tolerance VIF .904 1.106 Kurs .602 1.661 BI Rate .637 1.570 Inflasi Sumber data: Hasil output SPSS 21.00 155 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 149-163 Seperti yang dalam tabel dapat dilihat bahwa nilai tolerance untuk ketiga variabel bebas kurs IDR/USD menunjukkkan angka 0.904, untuk tingkat inflasi 0.637, dan untuk BI Rate sebesar 0.602 yang berarti ketiganya memiliki toleransi angka 0,1 sampai dengan 1. Untuk nilai dari VIF (Variable Inflation Factor) menunjukkan nilai variabel kurs IDR/USD sebesar 1.106, tingkat inflasi sebesar 1.570, dan BI Rate sebesar 1.661 yang berarti bahwa ketiga nilai variabel bebas tersebut kurang dari 10. Hasil dari uji multikolinearitas ini menunjukkan bahwa model regresi tidak mengalami masalah multikolinearitas. Hasil Uji Autokolerasi Tabel 4 Hasil Uji Autokolerasi Tahun 2010-2015 Model Standard Eror 425.62494 1 Durbin Watson .435 Sumber data: Hasil pengolahan data SPSS 21.00 Dari Hasil uji Autokorelasi tersebut, nilai D-W sebesar 0.435 yang berarti nilai ini berada antara -2 sampai +2, berarti tidak terjadi autokorelasi sehingga dapat disimpulkan model regresi ini layak untuk digunakan karena memenuhi asumsi klasik. Hasil Uji Heterokedastisitas Grafik 2 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Scatterplot Sumber data: Hasil pengolahan data SPSS 21.00 Pada Gambar tersebut, dapat dilihat bahwa penyebaran titik-titik data dalam scatterplot tidak membentuk pola tertentu dan menyebar di bawah dan diatas angka nol pada 156 Olivia : Analisis Pengaruh Kurs ... sumbu Y scatterplot, berarti tidak terdapat heterokeastisitas dan model regresi berganda ini tidak memiliki heterokedastisitas sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. 3) Hasil Uji Hipotesis dan pembahasannya Persamaan model regresi berganda dalam penelitian ini adalah: Y = a + b1 X1 t + b2 X2 + b3 X3 + e Dimana: Y = Index Harga Saham Gabungan a = konstantanta b1 , b2 , b3 = koefisien regresi linear yang ditaksir dengan n buah pasang data X1 = Kurs IDR/USD X2 = BI Rate X3 = Tingkat inflasi e = error term (residual) a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (𝐑𝟐 ) Selanjutnya hasil pengujian koefisien regresi untuk model regresi berganda dengan bantuan software SPSS 21.00 dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 4.5 Hasil Regresi Linear Berganda Th 2010 – 2015 Standard Model R R Square Adjusted Error of R Square the Estimated a .675 .661 425.62494 Kurs .822 Sumber: Ouput SPSS 21, diolah Keputusan: R Square / R2 dalam data penelitian ini sebesar 0.675 atau dalam persentase sebesar 66.1%. Ini berarti variasi variabel dependen (IHSG) dapat dijelaskan oleh variabel independen (Kurs Rupiah, Tingkat inflasi, dan BI Rate) sebesar 66.1%, sedangkan sisanya 33.9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. b. Hasil Uji F (Uji secara simultan) Tabel 4.6 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Th 2010 – 2015 Model F Sig. 46.417 1 .000b Sumber data: output olah data SPSS 157 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 149-163 Hasil uji F adalah angka tingkat Signifikan 0.000. Karena nilai signifikannya lebih kecil dari α = 0.05, maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa dan variabel independennya (kurs IDR/USD, BI Rate dan inflasi) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (IHSG) dengan tingkat keyakinan 95% dan model regresi ini layak (fit) untuk digunakan. Hasil Uji Signifikan parameter individual (Uji t) Tabel 4.7 Uji Statistik t Th 2010 - 2015 Model Sig. 𝐭 𝐡𝐢𝐭𝐮𝐠 10.002 .000 Kurs .976 .333 BI Rate 1.848 .069 Inflasi Sumber data: hasil output SPSS 21.00 Ha1 : Kurs Berpengaruh signifikan terhadap IHSG Melalui hasil pengujian regresi yang ditunjukkan melalui tabel 4.8, dapat dilihat bahwa variabel kurs IDR/USD memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.005, sehingga Ha1 diterima. Berarti pertumbuhan IDR/USD berpengaruh secara signifikan dengan tingkat keyakinan 95% terhadap IHSG. Juga nilai t-hitung Kurs Rupiah sebesar 10.002 menunjukkan kurs IDR/USD memiliki pengaruh positif terhadap IHSG. Yang berarti bila nilai tukar naik sebesar 1% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (nol), maka IHSG juga naik sebesar 10.002%. Jika kurs USD naik terhadap IDR atau IDR melemah terhadap USD, maka IHSG menguat/naik, dan sebaliknya. Perubahan kurs IDR/USD yang berpengaruh signifikan terhadap IHSG pada umumnya saat terjadi perubahan nilai kurs IDR akan berdampak perubahan nilai investasi saham pada mata uang investor asing dalam USD yang akan menyebabkan keuntungan/kerugian akan mempengaruhi keputusan investor asing dalam berinvestasi di BEI, sehingga mempengaruhi pergerakan IHSG (www.pojoksaham.com). Nilai kurs IDR/USD memiliki pengaruh positif terhadap IHSG yaitu jika kenaikan kurs USD terhadap rupiah (jika IDR melemah terhadap USD atau IDR terdepresiasi) memberikan dampak positif bagi harga saham emiten di Bursa Efek sehingga harga sahamnya juga akan naik. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Samsul 2006:202) bahwa dampak tiap jenis saham berbeda dari perubahan variabel ekonomi dapat positif maupun negatif, contohnya bagi perusahaan ekspor terkena dampak positif karena adanya selisih keuntungan nilai tukar rupiah terhadap kenaikan kurs USD. Hasil penelitian yang memiliki pengaruh signifikan ini konsisten terhadap penelitian Anita dan Ica (2014) dimana ada pengaruh negatif dan signifikan antara nilai tukar (kurs) terhadap IHSG. Terhadap penelitian Suli dan Nanda (2014), Nilai tukar (kurs) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap IHSG. Tidak konsisten terhadap penelitian Achmad dan Liana 158 Olivia : Analisis Pengaruh Kurs ... (2013) terhadap shubungan yang sangat rendah antara kurs dan IHSG, dan tidak konsiten terhadap penelitian Hilya dan R. Rustam (2013) bahwa kurs USD berpengaruh negatif terhadap IHSG. Ha2 : BI Rate berpengaruh signifikan terhadap IHSG Melalui hasil pengujian regresi yang ditunjukkan melalui table 4.8, dapat dilihat bahwa variabel BI Rate memiliki nilai signifikansi sebesar 0.333 > 0.005, sehingga Ha2 ditolak. Berarti pertumbuhan BI Rate tidak berpengaruh secara signifikan dengan tingkat keyakinan 95% terhadap IHSG. Namun nilai t-hitung tingkat inflasi sebesar 0.976 menunjukkan BI Rate memiliki pengaruh positif terhadap IHSG. Yang berarti bila BI Rate naik sebesar 1% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (nol), maka IHSG naik sebesar 97,6%. Tingkat BI Rate yang tidak berpengaruh terhadap IHSG karena BI Rate tidak fluktuatif, sehingga IHSG dinamis dan pergerakan BI Rate Statis. Industri di dalam IHSG sangat banyak, bervariatif sehingga IHSG juga dipengaruhi oleh perilaku pasar, ada demand dan supply. Bukan hanya ditentukan oleh variable makro seperti BI Rate. Sedangkan BI Rate hanya dipengaruhi oleh inflasi saja. Menurut pendapat Samsul (2006:201), dengan meningkatnya suku bunga akan mendorong investor untuk menjual saham dan kemudian menabung hasil penjualan itu ke dalam deposito. Harga saham di bursa akan menurun akibat penjualan saham secara besarbesaran tersebut. Hal ini tidak terbukti dalam penelitian ini yang memiliki t-hitung positif. Dikarenakan dalam praktek, jatuhnya harga saham di pasar modal tidak semata-mata karena adanya perubahan tingkat suku bunga yang hanyalah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pasar modal. Karena bagi investor tidaklah cukup menarik untuk memindahkan dananya ke deposito meski berapa pun suku bunga yang dinaikkan oleh suatu negara, karena ada investor yang bersedia berinvestasi di bursa saham untuk tujuan jangka pendek yang mengharapkan dana yang likuid, meskipun return mereka sangat kecil walaupun bukan berarti tidak ada return (Cahyono, 1999:114). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Suli dan Nanda (2014) dimana BI Rate mempunyai hubungan signifikan yang negatif terhadap IHSG dan tidak konsisten terhadap penelitin Hilya dan Rustam (2013) yang BI Ratenya tidak berpengaruh negatif terhadap IHSG. Ha3 : Tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap IHSG Melalui hasil pengujian regresi yang ditunjukkan melalui table 4.8, dapat dilihat bahwa variabel Tingkat inflasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0.69 > 0.005, sehingga Ha2 ditolak. Berarti pertumbuhan tingkat inflasi tingkat keyakinan 95% tidak berpengaruh secara signifikan dengan terhadap IHSG. Namun nilai t-hitung tingkat inflasi sebesar 1.848 menunjukkan tingkat inflasi memiliki pengaruh positif terhadap IHSG. Yang berarti bila tingkat inflasi naik sebesar 1% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (nol), maka IHSG juga naik sebesar 1,359. 159 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 149-163 Penelitian ini menyatakan inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Karena inflasi di Indonesia naik-turunnya tidak terlalu besar dari tahun (2010-2015), standard deviasinya tidak volatile, tidak ada gejolak ekonomi yang signifikan. Inflasi di Indonesia sudah terukur dan stabil sehingga IHSG tidak dipengaruhi oleh inflasi. Namun hasil penelitian ini, inflasi berpengaruh postif pada IHSG pada kenyataannya, bila inflasi mengalami penurunan, IHSG akan mengalami penurunan dan sebaliknya. Menurut Sharpe, Alexander, Bailey (1997) return saham relatif tinggi saat inflasi relatif tinggi dan relatif rendah saat inflasi relatif rendah, karena seiring dengan naiknya inflasi, saham merepresentasikan meningkatnya nilai klaim asset nyata. Menurut Samsul (2006:201) pengaruh positif atau pun negatif dari peningkatan inflasi tergantung dari tingkat inflasi tersebut. Dengan meningkatnya inflasi, akan meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan (Tandelilin, 1999:214). Peningkatan biaya oleh perusahaan menyebabkan profitabilitas perusahaan akan turun. Namun untuk industri sektor bahan baku atau pun industri bahan bakar, akan mengalami pengaruh positif karena naiknya harga bahan baku mereka memberikan keuntungan yang mereka dapatkan dari pendapatan yang tinggi. Penelitian ini juga konsisten terhadap penelitian Hilya dan R. Rustam (2013) dimana tingkat inflasi secara signifikan tidak berpengaruh terhadap IHSG namun secara simultan berpengaruh negatif terhadap IHSG. Dan tidak konsisten terhadap penelitian Suli dan Nanda (2014) dimana inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Ha4 : Kurs, BI Rate, dan inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG Berdasarkan Uji F, Kurs, BI Rate, dan inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Karena memiliki tingkat signifikan 0.000 yang lebih kecil dari α = 5%. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian penelitian dari Suli dan Nanda (2014) dimana nilai tukar (kurs), suku bunga (BI Rate), harga minyak dunia dan Indeks Dow Jones secara keseluruhan berpengaruh terhadap Jakarta Composite Indeks atau IHSG. Dan konsisten dengan penelitian Penelitian dari Ni Made Anita dan Ica Rika (2014) dimana IHSG dipengaruhi seccara bersama-sama oleh variabel suku bunga SBI, nilai tukar, Inflasi dan Indeks Dow Jones. Juga konsisten dengan penelitian dari Hilya dan R. Rustam (2013) dimana BI Rate, Inflasi, nilai tukar kurs Dollar dan indeks Strait Times secara simultan, signifikan pengaruhnya terhadap IHSG. Penelitian dari Achmad dan Liana (2012) terdapat hubungan yang kuat antara suku bunga SBI dan kurs Dollar secara simultan terhadap harga saham, harga saham dipengaruhi oleh suku bunga SBI dan kurs Dollar. Dan konsisten dengan penelitian Penelitian dari Ni Made Anita dan Ica Rika (2014) dimana IHSG dipengaruhi seccara bersama-sama oleh variabel suku bunga SBI, nilai tukar, Inflasi dan Indeks Dow Jones. Juga konsisten dengan penelitian dari Hilya dan R. Rustam (2013) dimana BI Rate, Inflasi, nilai tukar kurs Dollar dan indeks Strait Times secara simultan, signifikan pengaruhnya terhadap IHSG. Penelitian dari Achmad dan Liana (2012) terdapat hubungan yang kuat antara suku bunga SBI dan kurs Dollar secara simultan terhadap harga saham, harga saham dipengaruhi oleh suku bunga SBI dan kurs Dollar. 160 Olivia : Analisis Pengaruh Kurs ... KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan pada BAB IV ini, maka diambil kesimpulan: Pertumbuhan kurs USD/IDR berpengaruh secara signifikan dengan terhadap IHSG. Kurs Rupiah memiliki pengaruh positif terhadap IHSG. Tingkat inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Tingkat inflasi memiliki pengaruh positif terhadap IHSG. BI Rate tidak berpengaruh secara signifikan dengan tingkat keyakinan 95% terhadap IHSG. BI Rate memiliki pengaruh positif terhadap IHSG. Kurs, BI Rate, dan inflasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, saran-saran yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang menggunakan penelitian ini adalah: Bagi Investor sebaiknya memperhatikan variable makro pergerakan kurs, karena terbukti berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Investor tetap memperhatikan tingkat inflasi dan BI Rate karena secara simultan ketiga variable ini berpengaruh terhadap IHSG. Bagi pemerintah sebaiknya untuk meningkatkan IHSG dengan: Menurunkan suku bunga yang menyebabkan peningkatan harga jual barang oleh produsen dan menyebabkan meningkatnya biaya produksi serta meningkatkan inflasi. Juga tidak menaikkan tingkat inflasi dengan mengatasi penyebab inflasi seperti inflasi yang tidak stabil terutama disebabkan karena penyesuaian harga bahan bakar bersubsidi, sehingga harus menghapus subsidi premium dan menurunkan harga BBM. Selain itu juga dengan: (1) tidak terlalu sering menaikkan upah buruh yang akan mengakibatkan demand pull inflation terhadap barang dan jasa yang disusul dengan kenaikan harga barang dan jasa. (2) meningkatkan pasokan bahan makanan, (3) menghimbau masyarakat mengurangi ketergantungan produk impor yang membuat lonjakan harga bahan impor disusul penyesuaian harga antara barang domestik dengan impor. Bagi peneliti yang ingin meneruskan penelitian sejenis, sebaiknya di penelitian selanjutnya menggunakan variabel makro ekonomi yang lebih beragam sebagai bahan pertimbangan agar memperoleh gambaran yang lebih baik lagi mengenai IHSG. Dan menggunakan range data yang jangka waktunya lebih panjang sehingga bias didapatkan kesimpulan yang lebih akurat 161 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 53/No.12/Desember -2016 : 149-163 DAFTAR PUSTAKA Cahyono, Jaka, Eko, (2000). Menjadi Manajer Investasi bagi diri sendiri. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Case, karl E. dan Ray C. Fair, (2004). Principles of Economics, third Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Dornbusch, R., Fischer, S., and Richard Starz, (2008). Makro Ekonomi. Terjemahan oleh: Roy Indra Ghozali, Imam, (2001), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi II, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Fabozzi, Frank J dan Franco Modigliani, (2003). Capital Market, Institutions and Instruments, New Jersery: Prentice Hall. Hamdy, H., (2008). Manajemen Keuangan Internasional. Edisi keempat, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta. Hilya Lailia, Darminto dan R. Rustam Hidayat, (2013). “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Inflasi, Nilai Kurs Dollar dan Indeks Strait Times terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”, Universitas Brawijaya Malang. Kuncoro, Mudrajad. (2004). Metode Kuantitatif. Edisi Kedua. AMP YKPN. Yogyakarta. Mirazudin, SE. Jakarta: PT Media Global Edukasi. Mankiw, G. (2000). Teori Makrekonomi. Terjemahan Imam Nurmawan, SE. Jakarta: Erlangga. Mankiw, N, Gregory. (2003). Macroeconomics 5th Edition. First Published in the US by Worth Publishers, New York and Basingstone. Edisi Indonesia, Jakarta: Penerbit Erlangga. Modigliani, Franco & Chon Richard A, (1994). Inflation and Corporate Financial Management. MIT Sloan School Working Paper. Nanga, Muana, (2005). Makroekonomi:Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi 2. Jakarta: Raja Grafindo Persada Ni Made Anita Dewi Sudarsana, Ica Rika Candraningrat, (2014). “Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Inflasi dan Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana vol3 No 11. Noor Achmad, Liana, (2012). “Pengaruh Suku Bunga SBI, dan Kurs Dollar terhadap Harga Saham di BEI”, Jurnal Ilmiah Rangga Gading Volume 12 No 2 Rose, Marquis, (2009). Money and Capital Markets, 10th Ed. Paperback – August 11, 2009. :McGraw Hill International. Samsul, Mohamad, (2006). Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga Samuelson, Nordhaus, (1995). Makro Ekonomi , edisi 14. Jakarta: Erlangga. Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus, (2004). Ilmu Makroekonomi, edisi 17 bahasa Indonesia. Terjemahan Gretta, Theresa Tanoto, Bosco Carvallo, Anna Elly. Jakarta: PT Media Global Edukasi. Santoso, S. (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo. Saunders, Anthony. (2012). Financial Markets and Institutions. Fifth Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin. 162 Olivia : Analisis Pengaruh Kurs ... Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Suli Darwati, Nanda Trio Santoso. 2014. “Pengaruh Perubahan Nilai Tukar, Suku Bunga, Harga Minyak Dunia dan Indeks Harga Saham Gabungan Pada Pasar Modal di Negaranegara ASEAN”, The 7th NCFB and Doctoral Colloquium 2014. Sugiono. 2010. (Metode Penelitian Bisnis). Bandung: CV Alfabeta. Sharpe, Alexander, Bailey, 1999 (revisi). Investasi. Jilid 1 edisi bahasa Indonesia. Terjemahan Henry Njooliangtik, Agustiono. Jakarta: Pernhallindo. Tandelilin, Eduardus. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta : BPEF. Widoatmojo, Sawidji, (2009). Pasar Modal Indonesia Pengantar dan studi kasus, Ghalia Indonesia. Bank Indonesia, “Kurs Tengah Beberapa Mata Uang Utama Terhadap Rupiah Di Bank Indonesia” tahun 2010 – 2015, melalui www.bi.go.id. Diakses terakhir tanggal 6 November 2015. ____________ , Data inflasi tahun 2010 – 2015 ____________ , Data BI Rate tahun 2010 – 2015 ____________ , Data kurs tahun 2010 – 2015 www.idx.co.id www.yahoofinance.com http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/08/150824_indonesia_rupiah_anjlok BBC Indonesia. Isyana Artharini, David 24 Agustus 2015 ____________ , Latar Belakang Masalah. http://www.beritasatu.com/pasar-modal/330793-apa-hubungan-inflasi-suku-bunga-danharga-saham.html ____________ , Latar Belakang Masalah. http://pojoksaham.com/2011/09/17/pengaruh-kurs-rupiah-terhadap-saham/ ____________ , Ha1 http://www.teguhhidayat.com/2011/02/pengaruh-bi-rate-terhadap-ihsg.html ____________ , Ha3 163