PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) SKRIPSI LIZA DESPIANI DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN LIZA DESPIANI. D24080065. 2012. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing utama : Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K,MS. Pembimbing anggota : Ir. Lidy Herawati, MS. Salah satu bahan makanan ternak yang dapat meningkatkan produksi susu adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour). Senyawa penting yang berperan aktif dalam metabolisme sel dan merangsang produksi air susu dalam Coleus amboinicus Lour yaitu thymol 94.3%, forskholin 1.5%, dan carvacrol 1.2%. Menurut Harjadi (1989) bahwa cahaya merupakan faktor yang amat penting bagi pertumbuhan tanaman, salah satu subfaktornya yaitu intensitas cahaya. Cara yang digunakan untuk membedakan intensitas cahaya yaitu dengan naungan. Adanya perlakuan dengan naungan, tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman di bawahnya, antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, dan pembentukan biomassa tanaman, apalagi bila tanaman tersebut akan dikembangkan dengan sistem integrasi dengan perkebunan atau kehutanan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dari intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan produktivitas dari tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus, L). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan delapan ulangan, adapun perlakuan terdiri dari P0= Intensitas cahaya 100%; P1= Intensitas cahaya 75%; P2= Intensitas cahaya 50%; P3= Intensitas cahaya 25%. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA), jika hasil berbeda nyata maka diuji lanjut dengan uji kontras ortogonal. Perlakuan yang diamati yaitu panjang tanaman, jumlah daun, dan biomassa tanaman. Perlakuan intensitas cahaya yang diberikan berpengaruh sangat nyata pada setiap peubah yang diamati (P<0,01), dan perlakuan yang terbaik yaitu perlakuan dengan intensitas cahaya75%, hal ini dikarenakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas dari tanaman bangun-bangun. Kata kunci : tanaman bangun-bangun, intensitas cahaya, panjang tanaman, jumlah daun, dan pembentukan biomassa tanaman. ABSTRACT The Effect of Light Intensity on Growth and Productivity of Plant Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L.) L. Despiani, P. D. M. H. Karti, and L. Herawati Coleus amboinicus, L has the advantage of containing compounds thymol 94.3%, forskholin 1.5%, and 1.2% carvacrol are asin metabolically active cells and stimulate milk production, it is very good for dairy ruminants.The influential factors such as shading, because there are some plants that are not robust to the shade. The existence of the shade treatment, will certainly affect the plant growth under neath. Some growth parameter saffected include plant height, and the establishment of plant biomassa. The purpose of study was determined affect from light intensity to growth and production of Coleus amboinicus, L. The experiment was carried out using completely random design with four treatments and eight replications. The treatments were P0 (100% light) as control, P1 (75% light), P2 (50% light), and P3 (25% light). Variable measured were plant length, leaf number and dry weight of leaves, stems, and roots. Data were analyzed using by analisis of variance and contras orthogonal was further used to test the significan differences. Treatment of light intensity increase affected the increasing plant height (P<0.01) and affected the decrasing leaf number and dry weight of leaves, stems, and roots (P<0.01). In conclucion, light intensity up to 75% light can increase productivity 15.788% dry weight of leaves, 4.137% dry weight of stems, and dry weight of roots 32.661% Coleus amboinicus, L. Keywords: Coleus amboinicus, L, dry weight of leaves, stems, and roots, leaf number, plant length. PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN BANGUN-BANGUN (Coleus amboinicus Lour) LIZA DESPIANI D24080065 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Judul : Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, Lour) Nama : Liza Despiani NIM : D24080065 Menyetujui, Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, (Dr. Ir. Panca Dewi M.H.K, MS.) NIP. 19611025 198703 2 002 (Ir. Lidy Herawati, MS.) NIP. 19620914 198703 2 009 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr.) NIP. 19670506 199103 1 001 Tanggal ujian: 7 September 2012 Tanggal lulus: RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 28 Desember 1989 dari pasangan Bapak Zarkasih (Alm) dan Ibu Lina Widiyani. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1994 di Taman Kanak-kanak Insan Kamil, Bogor. Pada tahun 1995 hingga tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Insan Kamil, Bogor. Pendidikan lanjut tingkat pertama dimulai pada tahun 2001 hingga tahun 2004 di SMPN 14 Bogor. Pada tahun 2004 hingga 2007, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Kornita, Bogor. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan, adapun nomor induk mahasiswa (NIM) yang dimiliki penulis yaitu D24080065. Selama di IPB, penulis aktif berorganisasi dan pengembangan softskill. Penulis pernah menjadi Staf Divisi Biro Kewirausahaan, BEM FAPET periode 2009-2011, kemudian pada tahun 2011 penulis menjadi Staf Divisi Dana Usaha dalam acara MPF FAPET 2011. Pada tahun 2009-2010 penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), kemudian pada tahun 2010-1012, penulis juga berkesempatan menerima beasiswa Karya Salemba Empat (KSE). Bogor, 18 September 2012 Liza Despiani D24080065 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahamat dan hidayahNya yang tak pernah putus, shalawat dan salam selalu tercurahkan pada nabi besar Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour)”. Tanaman bangun-bangun memiliki banyak manfaat, antara lain dapat meningkatkan produksi susu, hal itu telah terbukti dengan penelitian sebelumnya yang meneliti tentang kandungan dari tanaman bangun-bangun. Tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang tidak penuh, maka menjadi satu hal yang menarik untuk dilakukan penelitian tentang kondisi ideal yang dibutuhkan tanaman bangun-bangun agar didapatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang baik, karena seperti yang telah umum diketahui bahwa intensitas cahaya merupakan salah satu faktor penting bagi tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Skripsi ini memuat tentang pertumbuhan dan produktivitas tanaman bangunbangun dengan perlakuan intensitas cahaya yang berbeda-beda dengan pemeliharaan selama tiga bulan, penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Bogor Penulis DAFTAR ISI RINGKASAN .............................................................................................. Halaman i ABSTRAK ................................................................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN......................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... v KATA PENGANTAR ................................................................................. vi DAFTAR ISI................................................................................................ vii DAFTAR TABEL........................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 Latar belakang.................................................................................. Tujuan .............................................................................................. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus L) ......................... Tanaman Bangun-Bangun ................................................... Manfaat Tanaman Bangun-Bangun ..................................... Kandungan Tanaman Bangun-Bangun ................................ Cahaya, Fotosintesis, dan Naungan ................................................. Respon Tumbuhan Terhadap Intensitas Cahaya.............................. Pupuk ............................................................................................... MATERI DAN METODE........................................................................... Lokasi dan Waktu ............................................................................ Materi ............................................................................................... Metode ............................................................................................. Pemilihan Stek ..................................................................... Tahap Adaptasi..................................................................... Pembuatan Bangunan Untuk Naungan ................................ Penerapan Perlakuan ............................................................ Pemeliharaan dan Pengamatan............................................. Tahap Pemanenan ................................................................ Perlakuan ......................................................................................... Rancangan Percobaan ...................................................................... Peubahan yang Diamati ................................................................... Panjang Tanaman................................................................. Jumlah Daun ........................................................................ Lebar Daun Pada.................................................................. 1 2 3 3 3 3 4 5 6 7 9 9 9 9 9 10 10 11 12 13 13 13 14 14 14 14 Biomassa Daun .................................................................... Biomassa Batang.................................................................. Biomassa Akar ..................................................................... 14 14 14 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 15 Kondisi Umum ................................................................................ Pertumbuhan Tanaman .................................................................... Rataan Pertambahan Panjang Tanaman............................... Rataan Pertambahan Jumlah Daun ...................................... Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10 ............................. Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar ........................................... 15 16 16 18 18 19 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 22 Kesimpulan ...................................................................................... Saran ................................................................................................ 22 22 UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24 LAMPIRAN................................................................................................. 26 viii DAFTAR TABEL Nomor. Halaman 1. Komposisi Zat Gizi Daun Bangun- Bangun dan Daun Katuk ......... 4 2. Kandungan Senyawa Aktif Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) ............................................................... 5 3. Kandungan Hara dari Pupuk Kandang Padat/Segar ........................ 7 4. Data Iklim Darmaga Bogor dari Bulan Februari sampai Mei 2012.............................................................................. 16 5. Rataan Pertambahan Panjang Tanaman dan Jumlah Per Minggu ... 6. Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10 ......................................... 17 19 7. Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar ............................................ 20 DAFTAR GAMBAR Nomor. Halaman 1. Tanaman Bangun-Bangun ............................................................... 3 2. Stek Tanaman Bangun-Bangun ....................................................... 9 3. Tahap Adaptasi Tanaman ................................................................ 10 4. Bangunan Naungan .......................................................................... 11 5. Tahap Perlakuan .............................................................................. 12 6. Tahap Pengamatan ........................................................................... 13 7. Peristiwa Etiolasi Pada Tanaman Bangun-Bangun ......................... 17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor. 1. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) ............................... Halaman 26 2. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) ............... 27 3. Sidik Ragam Rataan Lebar Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Pada Minggu Ke-10 ......................... 28 4. Sidik Ragam Bobot Kering Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) .......................................................... 29 5. Sidik Ragam Bobot Kering Batang Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) .......................................................... 30 6. Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) .......................................................... 31 PENDAHULUAN Latar Belakang Hijauan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, salah satu bahan makanan ternak yang dapat meningkatkan produksi susu adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour). Berdasarkan hasil analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) dan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) oleh Laboratorium Departement of Chemistry Gorakhpur University (2006), menemukan bahwa dalam Coleus amboinicus Lour terkandung senyawa penting yang berperan aktif untuk metabolisme sel dan merangsang pruduksi air susu yaitu thymol 94.3%, forskholin 1.5%, dan carvacrol 1.2%, selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rumetor et al. (2008) bahwa pemberian suplementasi daun bangun- bangun dan Zn-vitamin E pada kambing etawa terbukti dapat meningkatkan KCBK, KCBO, produksi VFA, konsumsi bahan kering dan TDN, serta dapat meningkatkan produksi susu sebesar 67.22-98.65%. Tanaman bangun-bangun merupakan tanaman yang biasa tumbuh dibawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang tidak penuh, seperti yang umum diketahui bahwa cahaya merupakan salah satu faktor terpenting bagi tumbuhan untuk melakukan fotosintesis, salah satu subfaktor dari cahaya adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya merupakan banyaknya cahaya yang dapat diterima oleh tanaman, sehingga cahaya yang diterima dapat digunakan secara optimal untuk melakukan fotosintesis. Fotosintesis yang terjadi pada suatu tanaman akan berdampak pada pertumbuhan dan produktivitas tanaman tersebut, melalui fotosintesis tanaman akan mensintesis karbohidrat yang akan disimpan pada jaringan tanaman. Menurut Parson dan Chapman (2000) menyatakan bahwa cahaya merupakan sumber energi melalui fotosintesis untuk menghasilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun pada setiap anakannya. Beberapa penelitian telah memperlihatkan keunggulan yang dimiliki oleh tanaman daun bangun-bangun yang tentunya dapat bermanfaat untuk ternak ruminansia perah, selain itu faktor intensitas cahaya yang penting menjadikan salah satu hal menarik untuk dilakukan penelitian pada tingkat budidayanya, karena penelitian pada tingkat budidaya tanaman ini belum banyak dilakukan. Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan intensitas cahaya yaitu dengan naungan. Adanya perlakuan dengan naungan, tentu akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman di bawahnya. Beberapa parameter pertumbuhan yang terpengaruhi 2 antara lain tinggi tanaman, dan pembentukan biomassa tanaman, apalagi bila tanaman tersebut akan dikembangkan dengan sistem integrasi dengan perkebunan atau kehutanan. Pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung meningkatkan beberapa sifat, seperti tinggi tanaman, diameter batang semu, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah dan panjang rimpang, bobot kering tajuk dan jumlah mata tunas pada rimpang primer (Archita. A, 2005). Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh intensitas cahaya yang dibuat berbeda-beda untuk mengetahui pertumbuhan tanaman dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar daun, serta produktivitas tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) yang terdiri dari bobot kering daun, bobot kering batang, dan bobot kering akar. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan produktivitas dari tanaman daun bangun-bangun (Coleus amboinicus, L). 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus L) Tanaman Bangun-Bangun Menurut Damanik et al. (2001), tanaman bangun-bangun umumnya dikenal dengan nama daun jinten, namun tanaman ini dapat dijumpai di daerah-daerah Indonesia dengan nama-nama yang berbeda seprti daun ajeran (Sunda), daun kambing (Madura), dan daun iwak (Bali), serta daun bangun-bangun (Batak Toba). Setiap tanaman tentu memiliki ciri yang dapat membedakan tanaman tersebut dengan tanaman lainnya, adapun cara yang dapat dilakukan yakni dengan melihat perbedaan ciri fisik tanaman. Menurut Siagian dan Rahayu (2000), tanaman bangun-bangun memiliki ciri fisik sebagai berikut (1) batang berkayu lunak, beruas-ruas dan berbentuk bulat, (2) daun berbentuk bulat seperti bulat telur, tepi daun beringgit, melebar, panjang 3-4 cm dengan ujung meruncing, (3) tangkai sari bersatu dibagian bawah membentuk tabung dan mengelilingi putik, serta (4) berakar tunggang. Gambar 1. Tanaman Bangun-Bangun Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) Manfaat Tanaman Bangun-Bangun Secara umum, terdapat tiga komponen utama yang terkandung dalam daun bangun-bangun yaitu (1) senyawa yang bersifat lactagogue, (2) zat gizi, dan (3) senyawa yang bersifat farmakoseutika (Lawrence et al., 2005). Depkes (2005) menyatakan bahwa selain dapat meningkatkan sekresi air susu, daun bangun-bangun 2 memiliki manfaat lain antara lain untuk menurunkan demam, mengatasi batuk, sembelit, perut kembung, sariawan, dan alergi. Kandungan Tanaman Bangun-Bangun Tanaman bangun-bangun jika dibandingkan dengan daun katuk (Sauropus androgymus), maka komposisi zat gizi dalam 100 gram daun bangun-bangun mengandung lebih banyak kalsium, besi dan karoten total, adapun data komposisi daun bangun-bangun dan katuk selengkapnya tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Daun Bangun- Bangun dan Daun Katuk Zat Gizi Daun Bangun- Bangun Daun Katuk Energi (kal) 27,0 59 Protein (g) 1,3 6,4 Lemak (g) 0,6 1,0 Hidrat arang (g) 4,0 9,9 Serat (g) 1,0 1,5 Abu (g) 1,6 1,7 Kalsium (g) 279 233 Fosfor (g) 40 98 Besi (mg) 13,6 3,5 13288 10020 Vitamin A - - Vitamin B 1 0,16 - Vitamin C 5,1 164 Air 92,5 81 Karoten total (mkg) Sumber: Mahmud et al. (1990) Berdasarkan hasil analisis menggunakan GC (Gas Chromatography) dan GCMS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) oleh Laboratorium Departement of Chemistry Gorakhpur University (2006), menemukan senyawa yang terkandung Coleus amboinicus Lour dengan kegunaannya yang berperan aktif dalam metabolism sel dan merangsang pruduksi air susu, yakni tymol, carvacrol, dan forskholin, adapun presentase kandungan senyawa tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tymol merupakan senyawa antibiotik yang dapat digunakan tanpa 4 memberikan efek negarif pada daging dan susu (Acamovic dan Brooker, 2005), kemudian menurut Ilsey et al. (2003) penggunaan carvacrol dalam suatu campuran ekstrak tanaman sebagai suplemen dalam ransum babi laktasi menghasilkan litter size, bobot lahir, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, dan kecernaan protein lebih tinggi dibanding babi laktasi yang diberi ransum tanpa suplementasi, dan senyawa forskholin bersifat membakar lemak menjadi energi (Sahelian, 2006). Tabel 2. Kandungan Senyawa Aktif Daun Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Senyawa Aktif Jumlah (%) Thymol 94,3 Forskholin 1,5 Carvacrol 1,2 Sumber : Laboratorium Department of Chemistry Gorakhpur University,India (2006) Keterangan : 97% dari kandungan asam lemak Cahaya, Fotosintesis, dan Naungan Cahaya (energi total) sangat penting dalam penyediaan sumber energi melalui fotosintesis untuk menghasilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun pada setiap anakannya. Tanaman yang memperoleh periode penyinaran yang pendek dan intensitas cahaya yang rendah, akan menyebabkan suplai hasil materi kasar dari fotosintesis, berkurang (Parson dan Chapman, 2000). Fotosintesis merupakan mekanisme yang memungkinkan tumbuhan menggunakan energi cahaya untuk mengubah molekul sederhana menjadi bahan organik (Q A International, 2009). Hasil fotosintesis merupakan produk dari beberapa proses fisiologi yang komplek akibat pengaruh dari genetik, morfologi, dan lingkungan. Fotosintesis merupakan faktor dasar yang mempengaruhi proses produksi bahan kering dengan asumsi tanaman mendapat air dan mineral yang cukup. Akumulasi bahan kering pada daun, batang, dan akar selama pertumbuhan vegetatif merupakan hasil utama yang dipanen dari hijauan. Apabila semua faktor terpenuhi, akumulasi produksi bahan kering merupakan fungsi dari jumlah daun yang mendapat sinar matahari (Dovrat, 1993). Naungan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membedakan intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman di bawahnya. Pembuatan 5 naungan dapat dilakukan dengan menggunakan paranet yang telah dibuat dengan intensitas cahaya yang berbeda atau dibuat pola penanaman menggunakan sistem integrasi dengan tanaman kehutanan, seperti karet, kelapa sawit, dan sengon. Respon Tumbuhan terhadap Intensitas Cahaya Terdapat beberapa perubahan yang dialami tumbuhan dengan adanya perlakuan intensitas cahaya yang berbeda. Adaptasi tanaman terhadap kondisi cekaman intensitas cahaya rendah dapat dilihat dari karakter morfologi, anatomi, dan fisiologi tumbuhan tersebut (Sukarjo, 2004). Salah satu perubahan morfologi tanaman yaitu terjadinya peristiwa etiolasi, yakni pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, hal itu dikarenakan berkurangnya degradasi auksin (Salisbury dan Ross, 1995). Adanya perlakuan dengan naungan dapat menguntungkan dan juga merugikan tanaman, pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung meningkatkan beberapa sifat, seperti tinggi tanaman, diameter batang semu, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, jumlah dan panjang rimpang, bobot kering tajuk dan jumlah mata tunas pada rimpang primer (Archita, 2005), selain itu perlakuan dengan naungan 50% dapat menurunkan jumlah daun pada keempat genotif kedelai yang diuji (Anggarani, 2005). Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya metabolisme sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat (Sapandie et al., 2003). Menurut Erlangga (2008) menyatakan bahwa naungan dapat meningkatkan tinggi tanaman, panjang daun, dan lebar daun tanaman kunyit tetapi jumlah anakan dan jumlah daun lebih banyak yang kondisi tidak ternaungi. Intensitas cahaya rendah pada saat pembungaan padi dapat menurunkan karbohidrat yang terbentuk, sehingga menyebabkan meningkatnya gabah hampa. Intensitas cahaya rendah menurunkan hasil kedelai, jagung, padi gogo, ubi jalar, dan talas (Djukri dan Bambang, 2003). Sependapat dengan Kurniawati et al. (2005) yang menyatakan bahwa pengaruh tingkat naungan, menurunkan bobot kering dengan meningkatnya taraf naungan. 6 Pupuk Pupuk adalah salah satu penyedia unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan, adapun unsur yang terkandung di dalamnya dapat terdiri dari unsur mikro maupun unsur makro. Pupuk yang biasa digunakan antara lain pupuk kandang dan pupuk sintesis. Pupuk kandang dapat diperoleh dari kotoran ayam, kotoran sapi, kotoran kambing, namun dilihat dari kandungannya pupuk dari kotoran ayam lebih baik yakni kandungan nitrogennya lebih tinggi dari kotoran hewan lainnya, terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan Hara dari Pupuk Kandang Padat/ Segar Sumber pupuk Kadar air Bahan organik N P 2 O5 K2 O CaO Rasio C/N ----------------------------------------------%--------------------------------------------------Sapi 80 16 0,3 0,2 0,15 0,2 20-25 Kerbau 81 12,7 0,25 0,18 0,17 0,4 25-28 Kambing 64 31 0,7 0,4 0,25 0,4 20-25 Ayam 57 29 1,5 1,3 0,8 4 9-11 Babi 78 17 0,5 0,4 0,4 0,07 19-20 Kuda 73 22 0,5 0,25 0,3 0,2 24 Sumber: Lingga (1991) Pupuk sintetis yaitu SP 36 , dan KCl. Unsur yang terkandung dalam pupuk SP 36 yaitu unsur posfor. Unsur posfor digunakan tanaman untuk melakukan pembelahan sel, pengembangan jaringan dan titik tumbuh tanaman, serta memiliki peranan penting di dalam proses transfer energi. Beberapa ciri tanaman akibat kekurangan fosfor sebagai berikut: 1. Petumbuhan tanaman menjadi kerdil. 2. Warna di ujung dan tepi daun akan terlihat hijau pucat, ungu, atau merah tua 3. Proses pembuahan terhambat dan produksi tanaman rendah. Pupuk KCl menyumbangkan unsur kalium dan klorin. Fungsi dari kalium antara lain untuk meningkatkan tanaman terhadap serangan stres kekeringan, dan cuaca dingi, serta membantu sintesis karbohidrat dan protein. 7 Ciri tanaman yang kekurangan kalium sebagai berikut: 1. Pertumbuhan daun menjadi kecil. 2. Warna daun menguning bahkan dapat menjadi coklat. 3. Daun menjadi terlihat rebah. 8 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi penanaman tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, L) dilakukan di Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, dengan waktu pengamatan selama sebelas minggu yang dimulai pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Materi Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan 96 stek batang tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) berumur empat minggu, tanah latosol, dan pupuk yang digunakan antara lain litter ayam, pupuk SP-36, serta KCl, sedangkan peralatan yang digunakan yaitu polybag, bangunan naungan, sekop, timbangan lapang dan timbangan digital, penggaris, meteran, serta gunting. Polybag yang digunakan berukuran 40 cm x 35 cm dengan media kapasitas 10 kg yang berjumlah 32 buah, kemudian bangunan naungan untuk perlakuan dibuat dengan ukuran 2 m x 1 m x 1.25 m dan dipasang paranet dengan intensitas yang berbeda-beda. Adapun ukuran intensitas cahaya pada paranet yang digunakan yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100% (kontrol). Metode Pemilihan Stek Stek batang yang digunakan yaitu berukuran tinggi 15 cm dengan ciri stek telah memiliki mata tunas, tumbuh daun, dan berbatang, kemudian ditanam pada plastik yang berisi tanah yang telah disiram, stek yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Stek Tanaman Bangun-Bangun Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) 9 Tahap Adaptasi Stek yang telah ditanam selama dua minggu dipindahkan ke polybag yang telah diisi tanah seberat 8 kg, litter ayam 1 kg, pupuk SP-36 2 g, dan KCl 2 g. Jumlah stek yang digunakan 96 batang dengan penempatan tiga batang stek dalam setiap polybag yang kemudian disiram dan diadaptasikan selama dua minggu di tempat yang teduh, dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Tahap Adaptasi Tanaman Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) Pembuatan Bangunan Untuk Naungan Lahan yang dipakai sebagai tempat naungan, dibersihkan terlebih dahulu dari semak-semak. Bangunan yang dibuat untuk naungan yaitu sebanyak tiga petak dengan ukuran 2 m x 1 m x 1.25 m yang terbuat dari bambu. Setelah bangunan selesai dibuat, kemudian dipasang paranet dengan intensitas cahaya yang berbedabeda sesuai dengan perlakuan. Jenis paranet yang digunakan yaitu paranen dengan naungan 55% dan naungan 75%. Perlakuan dengan intensitas cahaya 25% menggunakan paranet dengan naungan 75%, sedangkan untuk perlakuan dengan intensitas cahaya sebesar 50% dan 75% menggunakan paranet dengan naungan 55%, oleh karena itu untuk mendapatkan intensitas cahaya sebesar 75% dan 50% maka diperlukan perhitungan. Cara yang dilakukan untuk memperoleh intensitas cahaya yang diinginkan yaitu sebagai berikut: Jumlah benang dihilangkan seluruh jumlah lembar yang = Persen naungan yang * benang pada paranet akan dihilangkan yang digunakan Persen naungan paranet yang digunakan 10 Nomor benang diambil yang = Jumlah benang yang dihilangkan Seluruh jumlah lembar benang pada paranet yang digunakan Setelah mendapatkan intensitas yang diharapkan maka tahap selanjutnya yaitu pemasangan paranet pada masing-masing bangunan. Penempatan bangunan dilakukan dengan menyesuaikan arah matahari yakni dari timur ke barat, kemudian jarak antar bangunan naungan dengan bangunan naungan yang lain yaitu berjarak 0.5m, adapun penampakan bangunan naungan dapat terlihat pada Gambar 4. Intensitas cahaya 75 % Intensitas cahaya 50 % Intensitas cahaya 25 % Gambar 4. Bangunan Naungan Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) Penerapan Perlakuan Tanaman yang telah diadaptasikan selama dua minggu, kemudian dipilih secara acak dan dipindahkan pada bangunan naungan berdasarkan perlakuan, masing-masing perlakuan terlihat pada Gambar 5. 11 P0 P1 P2 P3 Gambar 5. Tahap Perlakuan Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) Pemeliharaan dan Pengamatan Air yang digunakan untuk menyiram diberikan secara dua kali sehari, penyiraman bertujuan untuk menjaga kapasitas lapang tanaman tersebut. Pemeliharaan dan pengamatan dilakukan selama sebelas minggu. Pada awal penanaman dilakukan pengukuran tinggi tanaman dan perhitungan jumlah daun sebagai data awal (m 0 ), kemudian pengamatan terus dilakukan setiap satu minggu sekali sampai waktu panen yakni pada minggu ke sebelas, tahap pengamatan terlihat pada Gambar 6. 12 Pengukuran tinggi Perhitungan daun Gambar 6. Tahap Pengamatan Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) Tahap Pemanenan Pada tahap pemanenan diawali dengan menimbang daun, batang, dan akar sebagai data segar, kemudian dikeringkan udara selama dua hari dan ditimbang kembali, setelah itu daun, batang, dan akar dimasukkan ke dalam oven 60°C selama 48 jam, lalu dikeluarkan dan ditimbang untuk memperoleh bobot kering tanaman tersebut. Perlakuan Perlakuan ini menggunakan empat perlakuan dan delapan ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah : P0 = Intensitas cahaya 100% P1 = Intensitas cahaya 75% P2 = Intensitas cahaya 50% P3 = Intensitas cahaya 25% Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan delapan ulangan. Model matematik dalam rancangan tersebut adalah sebagai berikut: Y ij = µ + τ i + ε ij Keterangan : Y ij = nilai hasil pengamatan satuan percobaan pada perlakuan ke i dan ulangan ke j µ = nilai rataan umum τi = efek perlakuan ke i (i=1, 2, 3, 4) 13 ε ijk = galat percobaan Peubahan yang Diamati Panjang Tanaman Panjang tanaman yang diukur yaitu mulai dari permukaan tanah hingga ujung batang tanaman terpanjang dengan pengukuran setiap satu minggu sekali pada semua perlakuan yang dinyatakan dalam satuan sentimeter. Jumlah Daun Daun yang dihitung yaitu daun yang telah mekar sempurna dan dihitung setiap satu minggu sekali pada semua perlakuan yang dinyatakan dalam satuan helai. Lebar daun Pengukuran lebar daun dilakukan pada minggu ke-10, data lebar daun tanaman diambil dari daun yang paling lebar pada setiap ulangan di masing-masing perlakuan. Biomassa Daun Biomassa daun yaitu berat daun yang ditimbang setelah panen sebagai berat segar kemudian dikeringkan udara dan dimasukkan ke dalam oven 60°C, lalu ditimbang sebagai bobot kering dengan satuan gram/polybag. Biomassa Batang Biomassa batang yaitu berat batang yang ditimbang setelah panen sebagai berat segar kemudian dikeringkan udara dan dimasukkan ke dalam oven 60°C, lalu ditimbang sebagai bobot kering dengan satuan gram/polybag. Biomassa Akar Biomassa akar yaitu berat akar yang ditimbang setelah panen sebagai berat segar kemudian dikeringkan udara dan dimasukkan ke dalam oven 60°C, lalu ditimbang sebagai bobot kering dengan satuan gram/polybag. 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang tidak penuh, oleh karena itu dilakukan penelitian dengan tujuan mengamati pertumbuhan dan produktivitas tanaman bangun-bangun pada kondisi intensitas cahaya yang berbeda-beda. Tanaman bangun-bangun yang digunakan, diperoleh dari hasil panen rekan satu penelitian. Beberapa tahapan pendahuluan sebelum tanaman digunakan, antara lain pemilihan stek, tahap adaptasi, dan barulah dilakukan penerapan perlakuan dengan pemeliharaan serta pengamatan selama sebelas minggu. Penanaman dilakukan di Laboratorium Agrostologi, Departemen Ilmu Nutrisi Dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB. Kondisi lahan yang digunakan untuk penanaman yakni lahan terbuka dengan bangunan naungan menggunakan paranet yang dibuat berdasarkan perlakuan intensitas cahaya yang berbeda-beda, kemudian tanaman bangun-bangun ditanam dengan menggunakan polybag, dan ditempatkan pada masing-masing perlakuan. Selama masa pemeliharaan, salah satu kendala yang dihadapi dengan menanam pada lahan terbuka yakni adanya perubahan iklim, data perubahan iklim dapat dilihat pada Tabel 4. Perubahan iklim menjadikan tanaman mudah terserang hama, adapun hama yang menyerang tanaman bangun- bangun antara lain ulat, belalang, selain itu juga ditemukan jamur pada tanaman dengan perlakuan intensitas cahaya 25% dan 50%. Salah satu usaha untuk mengurangi hama tanaman tersebut yaitu dilakukan penyemprotan dengan obat anti hama. Selama masa pemeliharaan tanaman disiram dua kali sehari, hal ini bertujuan untuk menjaga kapasitas lapang dari tanaman tersebut, kecuali bila seharian turun hujan maka tanaman akan disiram pada hari berikutnya. Pengamatan dilakukan satu minggu sekali dengan mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun pada masing-masing perlakuan, sedangkan untuk mengambilan data bobot kering daun, batang, dan akar pada masing-masing perlakuan yang dilakukan pada minggu ke-11. 15 Tabel 4. Data Iklim Darmaga Bogor dari Bulan Februari sampai Mei 2012 Temperatur Lama Penyinaran Hari Hujan Matahari (jam) (hari) 87 5,3 25 26,2 80 5,0 21 April 26,0 86 5,5 25 Mei 26,1 85 7,1 21 Rata-rata 26,0 84,5 5,7 23 Bulan Rata-Rata (◦C) Kelembaban (%) Februari 25,6 Maret Keterangan: Badan Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor (2012) Pemanenan yang dilakukan selama dua hari, hal itu dikarenakan waktu pemanenan yang tidak memungkinkan untuk memanen semua tanaman, namun tahapan pemanenan dilakukan dengan mengambil tanaman pada ulangan yang sama disetiap masing-masing perlakuan. Daun, batang, dan akar di timbang terlebih dahulu untuk diperoleh data segar tanaman, kemudian dikeringkan udara selama 2 hari, dan dimasukan ke dalam oven 60°C selama 48 jam untuk memperoleh bobot keringnya. Pertumbuhan Tanaman Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Peubah pertama yang diamati setiap minggunya yaitu pengukuran panjang tanaman. Panjang tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang ditetapkan, ternyata adanya pengaruh intensitas cahaya menyebabkan terjadinya pertambahan panjang pada batang tanaman bangun-bangun, adapun pertambahan rataannya dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan hasil perhitungan sidik ragam, terlihat bahwa P0 dan P1 sangat berbeda nyata dengan P2 dan P3 (P<0,01). Tanaman yang mendapatkan intensitas cahaya lebih rendah mengahasilkan panjang tanaman yang lebih tinggi, hal ini juga terjadi pada penelitian Archita (2005) bahwa adanya pengaruh naungan dapat menguntungkan dan juga merugikan terhadap tanaman. Pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung meningkatkan beberapa sifat, salah satunya adalah tinggi tanaman. 16 Tabel 5. Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Dan Jumlah Daun Per Minggu Perlakuan Rataan Panjang (cm) Rataan Jumlah Daun (helai) P0 4,3B ± 0,5 21A ± 6,2 P1 4,8B ± 0,6 23A ± 5,8 P2 6,2A ± 0,7 14B ± 7,6 P3 5,3A ± 1,1 6C ± 3,1 Rataan 5,2 ± 0,7 16 ± 6,0 keterangan: P0= Intensitas cahaya 100%, P1= intensitas cahaya 75%, P2= intensitas cahaya 50%,P3= intensitas cahaya 25%. Superskrif dengan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata (P< 0,01). Pertambahan panjang tanaman yang terjadi pada P2 dan P3 diduga karena adanya peristiwa etiolasi yakni perpanjangan batang dikarenakan berkurangnya degradasi auksin dengan tujuan agar tanaman dapat menangkap cahaya dalam jumlah yang dibutuhkan (Salisbury dan Ross, 1995), namun adanya peristiwa etiolasi pada tanaman bangun-bangun berdampak negatif, sehingga menjadikan morfologi tanaman menjadi terlihat buruk karena batang menjadi tidak kokoh, dan mudah patah, tanaman yang mengalami peristiwa etiolasi terlihat pada Gambar 7. Gambar 7. Peristiwa Etiolasi Pada Tanaman Bangun-Bangun Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) Menurut Sukarjo (2004) bahwa adaptasi tanaman terhadap naungan tergantung dari kemapuan untuk merespon kondisi kekurangan cahaya yaitu dengan cara merubah sifat morfologi atau fisiologi tanaman. Salah satu perubahan sifat morfologinya yaitu terjadinya peristiwa etiolasi yakni, hal ini menunjukan bahwa makin sedikit cahaya yang didapatkan maka pemanjangan tanaman akan lebih tinggi 17 dibandingkan dengan tanaman yang mendapatkan intensitas penuh (Sitompul dan Bambang, 1995). Rataan Pertambahan Jumlah Daun Salah satu indikator yang dapat diamati dari hasil fotosintesis yaitu pertambahan jumlah daun. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil sidik ragam pada masing-masing perlakuan menunjukan sangat berbeda nyata (P<0,01). Pada perlakuan P0 dan P1, memperlihatkan pertambahan jumlah daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P3, hal ini dapat dijelaskan oleh pendapat dari Anggarani (2005) bahwa perlakuan dengan naungan 50% dapat menurunkan jumlah daun pada keempat genotif kedelai yang diuji. Penurunan jumlah daun dan jumlah cabang dikarenakan sebagai konsekuensi pertumbuhan dari panjang tanaman, hal ini terjadi seiring dengan peningkatan naungan yang diberikan. Erlangga (2008) juga menyatakan bahwa naungan dapat meningkatkan tinggi tanaman, panjang dan lebar daun tanaman kunyit tetapi jumlah anakan dan jumlah daun lebih banyak pada kondisi yang tidak ternaungi, sehingga jika dibuat korelasi antara tinggi tanaman dengan jumlah daun yang dihasilkan, maka akan menjadi korelasi yang bernilai negarif, hal ini terlihat pada perlakuan dengan intensitas cahaya yang rendah, memiliki panjang tanaman yang cenderung meningkat sedangkan jumlah daun yang dihasilkan semakin menurun. Pertambahan dan penurunan jumlah daun yang terjadi merupakan salah satu pengaruh dari intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman sehingga hal ini berdampak pada proses fotosintesis tanaman tersebut. Menurut Parson dan Chapman (2000) bahwa cahaya merupakan faktor yang mempengaruh suatu tanaman karena cahaya sangat penting dalam penyediaan sumber energi melalui proses fotosintesis untuk menghasilkan sel baru, pertambahan bahan kering, serta perbanyakan daun disetiap anakannya. Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10 Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati berikutnya yaitu lebar daun. Lebar daun pada masing-masing perlakuan diukur pada minggu ke-10, hasil dapat terlihat pada Tabel 6. 18 Tabel 6. Rataan Lebar Daun Pada Minggu Ke-10 Perlakuan Rata-Rata Lebar Daun (cm) P0 8,1 ± 0,7 P1 8,8 ± 1,3 P2 8,5 ± 3,5 P3 9,6 ± 1,6 Rataan 8,8 ± 1,8 keterangan: P0= Intensitas cahaya 100%, P1= intensitas cahaya 75%, P2= intensitas cahaya 50%, P3= intensitas cahaya 25%. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan sidik ragam ternyata semua perlakuan menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata, baik itu pada intensitas cahaya penuh maupun pada intensitas cahaya yang rendah, namun jika dilakukan penilaian secara subjektif maka P3 yang memiliki lebar daun terbesar diantara perlakuan lain. Menurut Archita (2005), pada tanaman temu-temuan pengaruh naungan cenderung meningkatkan beberapa sifat, salah satunya adalah lebar daun. Di lapang perbedaan yang terlihat yakni lebih kepada morfologi ketebalan daunnya, daun dengan perlakuan intensitas cahaya yang rendah terlihat lebih tipis dibandingkan dengan daun yang menerima intensitas cahaya yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan lapisan palisade yang menjadi lebih pendek. Kondisi demikian sangat menguntungkan tanaman karena klorofil yang terkandung akan lebih terorientasi pada bidang permukaan daun sehingga penangkapan cahaya lebih efisien (Sopandie et al., 2006). Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar Peubah yang menjadi pengamatan terakhir yaitu produktivitas tanaman bangun-bangun dengan mengukur biomassa tanaman yang terdiri dari daun, batang, dan akar dalam keadaan bobot kering dengan satuan gram/polybag. Hasi pengamatan dari bobot kering daun, batang, dan akar dapat dilihat pada Tabel 7. 19 Tabel 7. Bobot Kering Daun, Batang, dan Akar Berat (gram)/polybag Perlakuan Daun Batang Akar P0 70,06A ± 17,46 55,66A ± 7,99 6,20A ± 1,54 P1 81,12 A ± 31,59 57,96A ± 9,40 8,22A ± 2,36 P2 43,27B ± 26,60 39,52B ± 21,73 3,90B ± 2,59 P3 10,22C ± 8,06 9,76B ± 6,16 0,93B ± 0,86 Rataan 51,17 ± 20,93 40,72 ± 11,32 4,81 ± 1,84 keterangan: P0= Intensitas cahaya 100%, P1= intensitas cahaya 75%, P2= intensitas cahaya 50%,P3= intensitas cahaya 25%. Superskrif dengan huruf besar pada kolom yang sama menunjukkan sangat berbeda nyata (P< 0,01). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan sidik ragam menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sangat berbeda nyata (P<0,01), P0 dan P1 memiliki bobot kering yang lebih tinggi dari pada P2 dan P3, hal ini menggambarkan adanya pengaruh intensitas cahaya terhadap produktivitas dari tanaman bangun-bangun, sehingga makin rendahnya intensitas yang diperoleh tanaman, maka makin rendah pula nilai bobot keringnya. Penurunan bobot kering daun dari P0 ke P3 berkorelasi positif dengan penurunan jumlah daun yang terbentuk, hal ini diduga apabila semua faktor terpenuhi yakni salah satunya adalah cahaya maka akumulasi produksi bahan kering merupakan fungsi dari jumlah daun yang mendapat sinar matahari. Menurut Dovrat (1993) berpendapat bahwa hasil fotosintesis merupakan produk dari beberapa proses fisiologi yang komplek akibat pengaruh dari genetik, morfologi, dan lingkungan. Fotosintesis merupakan faktor dasar yang mempengaruhi proses produksi bahan kering dengan asumsi tanaman mendapat air dan mineral yang cukup. Penurunan bobot kering juga terjadi dengan ditandai penurunan karbohidrat yang terbentuk pada saat pembungaan tanaman padi yang diberi perlakuan intensitas cahaya rendah, sehingga menyebabkan meningkatnya gabah hampa (Djukri dan Bambang, 2003). Tempat penyimpanan hasil fotosintesis salah satunya adalah di akar. Penurunan bobot kering pada akar diduga karena adanya pengaruh dari intensitas cahaya yang rendah, sehingga cahaya yang diterima oleh tanaman pun sedikit. Jumlah cahaya yang sedikit menyebabkan peningkatan kelembaban pada naungan dan 20 mempengaruhi fotosintesis yang mengakibatkan penurunan pada hasil fotosintesis dan akar pun menjadi mudah membusuk. Dugaan ini diperkuat dengan adanya pendapat dari Sopandie et al. (2003) yang menyatakan bahwa kondisi kekurangan cahaya menyebabkan menurunan pada laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat, kemudian penurunan bobot kering akan terjadi sebanding dengan meningkatnya taraf naungan yang diberikan (Kurniawati et al., 2005) Pada Tabel 7 terlihat hasil antara P0 dan P1 tidak berbeda nyata, namun jika dibuat persentase kenaikan bobot kering P1 terhadap P0 maka akan terlihat terjadi peningkatan bobot kering. Peningkatan intensitas cahaya dari 75% menjadi 100% menyebabkan bobot kering tajuk menurun, karena dengan meningkatnya intensitas cahaya maka akan meningkatkan suhu lingkungan tanaman. Peningkatan suhu lingkungan menyebabkan respirasi tanaman menjadi meningkat, sehingga hasil fotosintesis bersih (biomassa) yang tersimpan dalam jaringan tanaman sedikit (Libria et al., 2004). Peningkatan bobot kering dari P0 ke P1 menggambarkan bahwa tanaman bangun-bangun memiliki zona optimal dalam penerimaan cahaya yakni cukup dengan intensitas cahaya 75%, maka kurang atau lebih cahaya yang diterima akan menyebabkan penurunan pada produktivitasnya. 21 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang baik yaitu P1 (intensitas cahaya 75%) yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, L). Saran Pengembangan tanaman bangun-bangun dengan sistem integrasi cukup dengan intensitas cahaya sebesar 75%, kemudian diperlukan analisis proksimat untuk melihat kandungan pada masing-masing perlakuan. 22 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur atas khadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus, L)”. Penulis bermaksud ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Panca Dewi MHKS., MS selaku dosen pembimbing utama skripsi, dan Ir. Lidy Herawati, MS selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing anggota skripsi atas motivasi, nasehat serta saran yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof. Emeritus Dr. Dra. Peni S.H., M.Sc atas dukungan moril maupun materil yang telah diberikan dan Ir. Asep Tata Permana, M.Sc selaku dosen pembahas seminar atas sarannya, selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir. Sudarsono Jayadi, M.Sc.Agr dan Dr. Jakaria, S.Pt., M.Si selaku dosen penguji sidang, serta Ir. Lilis Khotijah, M.Si selaku dosen panitia sidang. Penulis mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang tulus kepada Ayah Zarkasih (Alm) dan Ibu Lina Widiyani atas doa, nasehat, dan semangat yang diberikan, serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasi. Terimakasih kepada Novicha (INTP 43) dan Karya Salemba Empat serta Paguyuban KSE IPB yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama masa perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Mustofa, para sahabat Keluarga 8 (Mutia sari, Pratita, Apdila, Dea, Ide, Ponam, dan Habibah) yang selalu memberikan semangat dan para pegawai lapang Laboratorium Agrostologi, , serta Natalia yang merupakan teman penelitian, serta kepada temen-teman INTP 45 satu bimbingan yang merupakan teman seperjuangan selama masa perkuliahan. Terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis DAFTAR PUSTAKA Acamovic T. & J.D. Brooker. 2005. Biochemistry of plant secondary metabolites and their effect on animlas. Cambridge Journals (64):403-412. Anggarani, D. S. 2005. Analisis aspek agronomi dan fisiologi kedelai (Gylcine max (l) merr.) pada kondisi cekaman intensitas cahaya rendah. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Archita, A. 2005. Pengaruh intensitas cahaya rendah terhadap keragamana sifat agronomis tanaman temu-temuan (Curcuma spp). Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2012. Balai Besar Wilayah II, Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor. Bambang, S. P. & Djukri. 2003. Pengaruh naungan paranet terhadap sifat toleransi tanaman talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). J. Ilmu Pertanian, Vol. 10 (2): 17-25. Damanik, R., Daulay, Z., Saragih, S. R. Premier, N., Wattanapenpaiboon., & Wahlguist, M. L. 2001. Consumption of bangun-bangun leaves (Coleus amboinicus Lour) to increase breast milk production among batakness women in north sumatra island, Indonesia. APJCN: 10(4): 567. Depkes. Departemen Kesehatan. 2005. Botani, sinonim nama umum dan nama dagang daun bangun-bangun. Jkarta: Depkes. [terhubung berkala]. http://www.iptek.apjii.or.id. [1 Juli 2012]. Dovrat, A. 1993. Devloment in Crop Science 24: Irrigated Forage Production. Faculty of Agricultur, The Hebrew University of Jerusalem Revohot. Elsevier, Amsterdam. Erlangga, N. 2008. Analisi keragaman aksesi tanaman kunyit (Curcuma domestica val) pada kondisi naungan dan tanpa naungan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ilsley, S.E., H.M. Miller, H.M.R. greathead & C. Kamel. 2003. Plant extracts as supplements for lactating sows: effects on piglet performance, sow food intake and diet digestibility. Bul. 77:247-254 Kurniawati, A, L.K Darusman & R. Y. Rachmawaty. 2005. Pertumbuhan, produksi, dan kandungan hijauan teriterpenoid dua jenis pegagan (centella asiatica l. (urban)) sebagai bahan obat pada berbagai tingkat naungan. Bul. Agro 33 (3): 62-67. Laboratorium Departement of Chemistry. 2006. Analysis Coleus amboinicus Lour component with Gc and GCMS technique. India: Gorakhpur University. [terhubung berkala]. http://wwww.baanmaha.com [ 4 April 2012] Lawrence, M., Naiyara, & Damanik, MRM. 2005. Modified nutraceutical composition. Australia: Freehills patent and trademark Attorneys Melbourne. [terhubung berkala]. http://www.wipo.int/pctdb. [25 Juni 2012]. Libria, W, Tohari, & Endang S. 2004. Pengaruh intensitas cahaya dan kadar daminosida terhadap iklim mikro dan pertumbuhan tanaman krisan dalam pot. J. Ilmu Pertanian. 11 (2): 35-42. Mahmud, M., K., Slamet, D. S., Apriyantono & R. R., Hermana. 1990. Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Depkes RI, Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Jakarta. Parsons, A.J. & D.F. Chapman. 2000. The Principles of Pasture Growth and Utilization. In: A. Hopkins (Editor). Grass its Production and Utilization. Ed 3rd. Blackwell Science Institure of Grassland and Environment Research, North Wyke, Okehampton Devon. Pinus, Lingga. 1991. Jenis dan kandungan hara pada beberapa kotoran ternak. pusat penelitian pertanaian dan pedesaan swadaya (P4S) ANTANAN. Bogor (tidak dipublikasikan). Q A International. 2009. Plants: Understanding The Diversity of The Plant World. PT Bhuana Ilmu Populer. Rumetor, S.D., J. Jachja, R. Widjajakusuma, I.G. Permana, & I. K. Sutama. 2008. Suplementasi daun bangun-bangun (coleus amboinicus lour) dan zinc-vitamin E untuk memperbaiki metabolisme dan produksi susu kambing peranakan etawa. JITV. 13(3): 195. Sahelian, R. 2006. Forskholin mechanism of action. bulletin plant natural product 20:1-8. http://www.PNP.com [26 Februari 2012]. Salisbury, FB & C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Institut Teknologi Bandung. Siagian, M.H. & M. Rahayu. 2000. Plecantrus ambonicus lour spreng di daerah Batak Toba, Sumut. Makalah. Disajikan pada Kongres Nasional Obat Tradisional Indonesia. Surabaya. Sitompul, S.M. & Bambang. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sopandie, D., Chozin, MA, Sc., Santrosumarjo, S., Juhaeti, T., & Sahardi. 2003. Toleran Padi Gogo Terhadap Naungan. Hayati. 10(2): 71-75. Sopandie, D., Trikoesoemaningtyas, & Nurul, Khumaida . 2006. Fisiologi, genetik dan monokuler adaptasi kedelai terhadap intensitas cahya rendah: pengembengan varietas unggul kedelai sebagai tanaman sela. Laporan penelitian. Lembaga Penelitian Dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Sukarjo, E. I. 2004. Toleransi beberapa Curcuma spp terhadap intensitas naungan. J. Ilmu Pertanian, 6 (2): 97-103. 25 LAMPIRAN 2 6 1. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Panjang Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) SK db JK KT F F0.05 F0.01 Perlakuan 3 16,864 5,621 5,115** 2,947 4,568 3,4 vs 2,1 1 12,234 12,234 11,132** 4,196 7,636 3 vs 4 1 3,015 3,015 2,743 4,196 7,636 ns 2 vs 1 1 1,615 1,615 1,469 4,196 7,636 ns Error 28 17,206 0,614 0,559 1,882 2,464 Total 31 34,070 1,099 keterangan: ns menunjukan tidak berbada nyata, * menunjukan berbeda nyata dan ** menunjukan sangat berbeda nyata (P< 0,01) 2. Sidik Ragam Rataan Pertambahan Jumlah Daun Tanaman BangunBangun (Coleus amboinicus Lour) SK db JK KT F F0.05 F0.01 Perlakuan 3 1436,440 478,813 6,140** 2,947 4,568 2,1 vs 3,4 1 1132,267 1132,267 14,519** 4,196 7,636 2 vs 1 1 17,615 17,615 0,226 4,196 7,636 3 vs 4 1 286,558 286,558 3,674** 4,196 7,636 Error 28 981,164 35,042 0,449 1,882 2,464 Total 31 2417,603 77,987 ns keterangan: ns menunjukan tidak berbada nyata, * menunjukan berbeda nyata dan ** menunjukan sangat berbeda nyata (P< 0,01) 27 3. Sidik Ragam Rataan Lebar Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) Pada Minggu Ke-10 SK db JK KT F F0.05 F0.01 Perlakuan 3 9,536 3,179 0,745 2,947 4,568 Error 28 119,419 4,265 Total 31 128,955 4,160 ns keterangan: ns menunjukan tidak berbada nyata, * menunjukan berbeda nyata dan ** menunjukan sangat berbeda nyata (P< 0,01) 28 4. Sidik Ragam Bobot Kering Daun Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) SK db JK KT F F0.05 F0.01 Perlakuan 3 109042,219 36347,406 82,133** 2,947 4,568 1,2 vs 3,4 1 19085,695 19085,695 43,128** 4,196 7,636 1 vs 2 1 489,516 489,516 1,106 4,196 7,636 3 vs 4 1 4369,210 4369,210 9,873** 4,196 7,636 Error 28 12391,146 442,541 1,000 1,882 2,464 Total 31 121433,365 3917,205 keterangan: ns menunjukan tidak berbada nyata, * menunjukan berbeda nyata dan ** menunjukan sangat berbeda nyata (P< 0,01) 29 5. Sidik Ragam Bobot Kering Batang Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) SK db JK KT F F0.05 F0.01 Perlakuan 3 11844,908 3948,303 23,839** 2,947 4,568 1,2 vs 3,4 1 8279,536 8279,536 49,989** 4,196 7,636 1 vs 2 1 21,229 21,229 0,128 4,196 7,636 ns 3 vs 4 1 3544,143 3544,143 21,398 4,196 7,636 ns Error 28 4637,542 165,627 1,000 1,882 2,464 Total 31 16482,450 531,692 keterangan: ns menunjukan tidak berbada nyata, * menunjukan berbeda nyata dan ** menunjukan sangat berbeda nyata (P< 0,01) 30 6. Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Bangun-Bangun (Coleus amboinicus Lour) SK db JK KT F F0.05 F0.01 Perlakuan 3 171,373 57,124 4,268* 2,947 4,568 1,2 vs 3,4 1 184,019 184,019 13,749** 4,196 7,636 1 vs 2 1 16,403 16,403 1,226 4,196 7,636 ns 3 vs 4 1 35,216 35,216 2,631 4,196 7,636 ns Error 28 374,760 13,384 1,000 1,882 2,464 Total 31 546,133 17,617 keterangan: ns menunjukan tidak berbada nyata, * menunjukan berbeda nyata dan ** menunjukan sangat berbeda nyata (P< 0,01) 31